Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK KOMUNITAS

“ANAK SEHAT”
Dosen Pembimbing: Ns. Reni Mareta, M.Kep

Disusun oleh:
Dera Adinda 19.0601.0005

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan serta
hidayah-Nya tak lupa kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita
ke jaman seperti sekarang ini. Sehingga saya bisa membuat makalah dengan
judul “anak sehat”. Disusun untuk persyaratan bukti telah mengikuti pkk
praktik di komunitas ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah terlibat dan membantu dalam pembuatan makalah sehingga
semua dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Selain itu juga
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun terhadap kekurangan
dalam makalah agar selanjutnya dapat memberikan karya yang lebih baik dan
sempurna. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pengetahuan
para pembaca.
Akhir kata semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah
membantu dan berharap laporan ini bermanfaat bagi semuanya.
Wa’alaikummusalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Magelang, 27 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 3


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 5
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 6
2.1 Perspektif Keperawatan Anak ............................................................................. 6
2.2 Konsep Sehat Sakit Anak .................................................................................... 7
2.3 Teori Perkembangan Anak .................................................................................. 7
2.4 Pengkajian Asuhan Keperawatan Anak ............................................................ 11
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN ANAK .............................................................. 24
3.1 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK TERHADAP TUMBUH KEMBANG . 24
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat
mendasar. Anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang
dewasa. Melainkan sebagai makhluk unik yang memiliki kebutuhan spesifik
dan berbeda dengan orang dewasa.
Setiap perawat perlu memahami persepktif keperawatan anak sehingga dalam
anak selalu berpegang pada prinsip perawatan anak. Persepktif keperawatan
seorang perawat anak dalam melaksanakan pelayanan keperawatan terhadap
klien anak maupun keluarganya.

1.2 Rumusan Masalah


Ada beberapa masalah yang saya ambil dalam makalah ini:

 Bagaimana perspektif keperawatan anak?


 Bagaimana konsep sehat sakit anak?
 Bagaimana teori perkembangan anak?
 Bagaimana pengkajian asuhan keperawatan pada anak?
 Bagaimana asuhan keperawatan anak pada tumbuh kembang?

1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui bagaimana perspektif keperawatan anak.
 Untuk mengetahui bagaimana konsep sehat sakit anak.
 Untuk mengetahui perkembangan anak.
 Untuk mengetahui bagaimana pengkajian asuhan keperawatan pada
anak.
 Untuk mengetahui tumbuh kembang anak.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Perspektif Keperawatan Anak


Mortalitas dan Morbiditas pada Bayi dan Anak-anak
1. Mortalitas
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian umumnya atau karena
akibat yang spesifik pada suatu poplasi, skala besar suatu populasi, per
dikali satuan. Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan
kematian per 1000 individu pertahun hingga rata-rata mortalitas sebesar
9,5 berarti pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian pertahun.
Mortalitas bayi
Angka mortalitas bayi merupakan jumlah kematian per1000
kelahiran hidup selama tahun pertama kehidupan yang kemudian dibagi
menjadi mortalitan neonatal usia kurang dari 28 hari dan mortalitas
pascanatal usia 28 hari-11 bulan.
Proporsi penyakit penyebab kematian bayi (Depkes, 2004)
- Penyakit sistem pernafasan 29,5%
- Gangguan perinatal 29,3%
- Diare 13,9%
- Penyakit sistem syaraf 5,5%
- Tetanus 3,68%
- Infeksi dan parasit lain 3,5%

Mortalitas anak-anak
Yang dimaksud dengan anak 1-4 tahun disini adalah penduduk
yang berusia satu sampai menjelang 5 tahun atau tepatnya 1 samapai
dengan 4 tahun 11 bulan 29 hari. Angka kematian anak mencerminkan
kondisi kesehatan lingkungan yang langsung mempengaruhi tingkat
kesehatan anak. Angka kematian anak akan tinggi bila terjadi keadaan
salah gizi atau gizi buruk, kebersihan diri dan kebersihan yang buruk,
tingginya prevalensi penyakit menular pada anak atau kecelakaan yang
terjadi di dalam atau di sekitar rumah.

2. Morbiditas
Morbiditas dapat merujuk kepada:
- Pernyataan terkena penyakit (dari bahasa Latin morbidus: sakit,
tidak sehat),
- Derajat kerasnya penyakit,
- Meratanya penyakit: jumlah kasus pada populasi,
- Insiden penyakit: jumlah kasus baru pada populasi.
- Cacat terlepas dari akibat (contoh cacat disebabkan oleh
kecelakaan).
Morbiditas anak-anak banyak disebabkan oleh penyakit akut
(penyakit pernapasan 50%, infeksi dan penyakit parasit 11%), cedera 15
%, dan ketidakmampuan yang dapat diukur dengan aktivitas dalam
derajat tertentu (Pless dan Pless,1997) Morbiditas meningkat pada
mereka yang mengalami kesulitan ekonomi.Penyebab utama hal ini
adalah terbatasnya akses ke pelayanan kesehatan. 11 juta balita dunia
meninggal/tahun karena infeksi, 54% berkaitan dengan kurang gizi (
WHO, 2002).Angka kurang gizi (Depkes, 2004):
- 1989 ; 37,% 2000 : 24,7% – 2001 : 26,1% 2002 : 27,3% – 2003 :
27,5%

2.2 Konsep Sehat Sakit Anak


Rentang sehat-sakit merupakan batasan yang dapat diberikan bantuan
pelayanan keperawatan pada anak, adalah suatu kondisi anak berada dalam
status kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit
kronis, dan meninggal. Rentang ini suatu alat ukur dalam menilai status
kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap waktu, selama dalam batas
rentang tersebut anak membutuhkan bantuan perawat baik secara langsung
maupun tidak langsung, seperti apabila anak berada pada rentang sehat, maka
upaya oerawat untuk meningkatkan derajat kesehatan sampai mencapai taraf
kesehjateraan baik fisik, sosial maupun spiritual. Demikian sebaliknya, apabila
kondisi anak dalam kondisi kritis atau meninggal maka perawat selalu
memberikan bantuan dan dukungan pada keluarga.

2.3 Teori Perkembangan Anak


A. SIGMEUN FREUD ( PERKEMBANGAN PSYCHOSEXUAL )
- Fase Oral (0 – 1 tahun): Pusat aktivitas yang menyenagka di
dalam mulutnya, anak mendapat kepuasaan saat mendapat ASI,
kepuasan bertambah dengan aktifitas mengisap jari dan
tangannya atau benda – benda sekitarnya.
- Fase Anal (2 – 3 tahun): Meliputi retensi dan pengeluaran feces.
Pusat kenikmatanya pada anus saat BAB, waktu yang tepat
untuk mengajarkan disiplin dan bertanggung jawab.
- Fase Urogenital atau faliks (usia 3 – 4 tahun): Tertarik pada
perbedaan antomis laki dan perempuan, ibu menjadi tokoh
sentral bila menghadapi persoalan. Kedekatan ank laki – laki
pada ibunya menimbulkan gairah sexual dan perasaan cinta yang
disebut oedipus compleks.
- Fase Latent (4 – 5 tahun sampai masa pubertas ): Masa tenang
tetapi anak mengalami perkembangan pesat aspek motorik dan
kognitifnya. Disebut juga fase homosexual alamiah karena anak
– nak mencari teman sesuai jenis kelaminnya, serta mencari figur
(role model) sesuai jenis kelaminnya dari orang dewasa.
- Fase Genitalia: Alat reproduksi sudah mulai matang,
heteroseksual dan mulai menjalin hubungan rasa cinta dengan
berbeda jenis kelamin.

B. PIAGET (PERKEMBANGAN KOGNITIF)


1. Tahap sensori – motor ( 0 – 2 tahun)
Perilaku anak banyak melibatkan motorik, belum terjadi kegiatan
mental yang bersifat simbolis (berpikir). Sekitar usia 18 – 24
bulan anak mulai bisa melakukan operations, awal kemampuan
berfikir.
2. Tahap pra operasional ( 2 – 7 tahun)
- Tahap pra konseptual (2 – 4 tahun) anak melihat dunia
hanya dalam hubungan dengan dirinya, pola pikir
egosentris.
- Tahap intuitif( 4 – 7 tahun)
Pola pikir berdasar intuitif, penalaran masih kaku,
terpusat pada bagian bagian terentu dari objek dan semata
– mata didasarkan atas penampakan objek.
3. Tahap operasional konkrit ( 7 – 12 tahun)
Konversi menunjukan anak mampu menawar satu objek yang
diubah bagaimanapun bentuknya, bila tidak ditambah atau
dikurangi maka volumenya tetap seriasi menunjukan anak
mampu mengklasifikasikan objek menurut berbagai macam
cirinya seperti : tinggi, besar, kecil, warna, bentuk, dst.
4. Tahap operasional – formal (mulai usia 12 tahun)
Anak dapat melakukan representasi simbolis tanpa menghadapi
objek– objek yang ia pikirkan. Pola pikir menjadi lebih fleksibel
melihat persoalan dari berbagai sudut yang berbeda.

C. ERIKSON ( PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL )


Perkembangan Psikososial :
1. Trust vs. Misstrust ( 0 – 1 tahun)
Kebutuhan rasa aman dan ketidakberdayaannya menyebabkan
konflik basic trust dan misstrust, bila anak mendapatkan rasa
amannya maka anak akan mengembangkan kepercayaan diri
terhadap lingkungannya, ibu sangat berperan penting.
2. Autonomy vs shame and doubt ( 2 – 3 tahun)
Organ tubuh lebih matang dan terkoordinasi dengan baik
sehingga terjadi peningkatan keterampilan motorik, anak perlu
dukungan, pujian, pengakuan, perhatian serta dorongan sehingga
menimbulkan kepercayaan terhadap dirinya, sebaliknya celaan
hanya akan membuat anak bertindak dan berfikir ragu – ragu.
Kedua orang tua objek sosial terdekat dengan anak.
3. Initiatif vs Guilty (3 – 6 tahun)
Bila tahap sebelumnya anak mengembangkan rasa percaya diri
dan mandiri, anak akan mengembangkan kemampuan berinisiatif
yaitu perasaan bebas untuk melakukan sesuatu atas kehendak
sendiri. Bila tahap sebelumnya yang dikembangkan adalah sikap
ragu-ragu, maka ia akan selalu merasa bersalah dan tidak berani
mengambil tindakan atas kehendak sendiri.
4. Industry vs inferiority (6 – 11 tahun)
Logika anak sudah mulai tumbuh dan anak sudah mulai sekolah,
tuntutan peran dirinya dan bagi orang lain semakin luas sehingga
konflik anak masa ini adalah rasa mampu dan rendah diri. Bila
lingkungan ekstern lebih banyak menghargainya maka akan
muncul rasa percaya diri tetapi bila sebaliknya, anak akan rendah
diri.
5. Identity vs Role confusion ( mulai 12 tahun)
Anak mulai dihadapkan pada harapan – harapan kelompoknya
dan dorongan yang makin kuat untuk mengenal dirinya sendiri.
Ia mulai berpikir bagaimana masa depannya, anak mulai mencari
identitas dirinya serta perannya, jika ia berhasil melewati tahap
ini maka ia tidak akan bingung menghadapi perannya.
6. Intimacy vs Isolation ( dewasa awal )
Individu sudah mulai mencari pasangan hidup. Kesiapan
membina hubungan dengan orang lain, perasaan kasih sayang
dan keintiman, sedang yang tidak mampu melakukannya akan
mempunyai perasaan terkucil atau tersaing.
7. Generativy vs self absorbtion ( dewasa tengah )
Adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar keluarganya,
pengabdian masyarakat dan manusia pada umumnya.
Pengalaman di masa lalu menyebabkan individu mampu berbuat
banyak untuk kemanusiaan, khususnya generasi mendatang
tetapi bila tahap-tahap silam, ia memperoleh banyak pengalaman
negatif maka mungkin ia terkurung dalam kebutuhan dan
persoalannya sendiri.
8. Ego integrity vs Despair ( dewasa lanjut )
Memasuki masa ini, individu akan menengok masa lalu.
Kepuasan akan prestasi, dan tindakan-tindakan di masa lalu akan
menimbulkan perasaan puas. Bila ia merasa semuanya belum
siap atau gagal akan timbul kekecewaan yang mendalam.

D. KOHLBERG (PERKEMBANGAN MORAL)


1. Pra-konvensional
Mulanya ditandai dengan besarnya pengaruh wawasan
kepatuhan dan hukuman terhadap prilaku anak. Penilaian
terhadap prilaku didasarkan atas akibat sikap yang ditimbulkan
oleh perilaku. Dalam tahap selanjutnya anak mulai
menyesuaikan diri dengan harapan – harapan lingkungan untuk
memperoleh hadiah, yaitu senyum, pujian atau benda.
2. Konvensional
Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan
atau ketertiban sosial agar disebut anak baik atau anak manis.
3. Purna Konvensional
Anak mulai mengambil keputusan baik dan buruk secara
mandiri. Prinsip pribadi mempunyai peranan penting.
Penyesuaian diri terhadap segala aturan di sekitarnya lebih
didasarkan atas penghargaannya serta rasa hormatnya terhadap
orang lain.

E. HURLOCK (PERKEMBANGAN EMOSI)


Menurut Hurlock, masa bayi mempunyai emosi yang berupa kegairahan
umum, sebelum bayi bicara ia sudah mengembangkan emosi heran,
malu, gembira, marah dan takut. Perkembangan emosi sangat
dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Pengalaman emosional
sangat tergantung dari seberapa jauh individu dapat mengerti
rangsangan yang diterimanya.

2.4 Pengkajian Asuhan Keperawatan Anak


1. RIWAYAT KESEHATAN
A. Identitas Klien
Nama, Alamat, Nomor telepon, Tempat tanggal lahir / usia, Suku, Jenis
Kelamin, Agama, Tanggal Pengkajian

B. Identitas Penanggung jawab


Nama, alamat, usia, pekerjaan

C. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh klien. Alasan utama klien untuk
mencari bantuan profesional kesehatan.

D. Riwayat Penyakit Sekarang


Riwayat penyakit yang diderita klien saat ini, dimulai dari awal keluhan
muncul sampai saat pengkajian, disertai keluhan utama klien. Sajikan
informasi dalam urutan sesuai dengan kronologinya, diruntut satu
persatu dari awitan sampai saat pengkajian. Fokuskan pada alasan
mencari bantuan sekarang terutama apabila masalah telah ada untuk
beberapa lama.

E. Riwayat Masa Lalu


Untuk mendapatkan profil penyakit, cedera, atau prosedur pembedahan
yang dialami klien sebelumnya.
- Kehamilan (Ibu)
a) Berat dan panjang badan
b) Waktu peningkatan berat badan lahir
c) Kondisi kesehatan.
d) Skor Apgar
e) Adanya anomali kongenital
f) Tanggal keluar dari perawatan
- Penyakit, operasi, atau cedera sebelumnya
a. Awian, gejala, perjalanan, terinasi
b. Kekambuhan komplikasi
c. Insiden penyakit pada anggota keluarga lain atau
dikomunitas
d. Respon emosi pada hospitalisasi sebelumnya
e. Kejadian dan sifat cedera.
- Alergi
a. Hay fever, asma, dan eksema
- Genogram
- Obat-obatan
1) Nama, dosis, jadwal, durasi, dan alasan pemberian.
- Imunisasi
a. Nama, Jumlah dosis, usia saat diberikan
b. Kekambuhan reaksi
- Pertumbuhan dan perkembangan
a. Berat badan lahir, 6 bulan, 1 tahun, dan saat ini.
b. Gigi geligi (Usia pertumbuhan, tanggal gigi, jumlah,
masalah dengan gigi)
c. Usia kontrol kepala, duduk tanpa dukungan, berjalan,
kata-kata pertama
d. Tingkatan sekolah saat ini, prestasi di sekolah
e. Pemeriksaan perkembangan dengan Denver I

2. PENGKAJIAN FISIK (Head to toe)


a. Keadaan umum: kondisi klien secara umum, keletihan,
penambahan atau penurunan berat badan, menggigil,
kemampuian umum menjalankan aktivitas, dll.

b. Antropometri
1) Tinggi badan/panjang badan
2) Berat badan
3) Lingkar kepala
4) Lingkar dada
5) Lingkar lengan

c. Tekanan darah
Gunakan ukuran manset dan stetoskop yang tepat.
Ukuran manset mengacu pada kantong bagian dalam
yang dapat dikembungkan. Daerah yang dapat digunakan
untuk mengukur tekanan darah pada anak yaitu Lengan
atas (arteri brakhialis, lengan bawah atau lengan depan (
arteri radialis), paha (arteri poplitea), tungkai atau
dorsalis pedis (arteri dorsalis pedis).

d. Kulit
Observasi kulit pada cahaya matahari atau sinar buatan
yang netral:
 Warna: sklera, konjungtiva, pungung kuku, lidah
mukosa mulut, telapak tangan, telapak kaki. Tentukan
kulit terang (putih sampai kemerahan) dan kulit
gelap.
 Tekstur: kelembaban, kehalusan, integritas kulit, dan
suhu.
 Suhu: bandingkan di semua permukaan kulit
(normalnya sama diseluruh permukaan tubuh, pada
bagian yang terpapar teraba lebih dingin).
 Turgor: genggam kulit pada abdomen antara ibu jari
dan jari telunjuk, tarik, da lepaskan. Tentukan bentuk
dengan segera tanpa lengkungan, keriput, atau depresi
berkepanjangan.

e. Struktur aksesori
 Rambut: inspeksi warna, tekstur, kualitas, distribusi,
elastisitas, higiene.
 Observasi lipatan fleksi pada telapak tangan.

f. Nodus Limfe
 Palpasi nodus lemfe menggunakan bagian distal jari.
 Tekan dengan perlahan tapi tegas dengan gerakan
melingkar.
 Perhatikan ukuran, mobilitas, suhu, kekerasan.
 Submaksilaris: tundukkan kepala sedikit kebawah.
 Servikal: tengadahkan kepala sedikit keatas
 Aksila: rilekskan lengan disamping tapi sedikit
terabduksi
 Inguinalis: tempatkan anak pada posisi terlentang.
 Normalnya nodus limfe tidak dapat dipalpasi atau
sangat kecil, tidak ada nyeri tekan, dapat digerakkan.
g. Kepala
 Perhaikan bentuk dan kesimetrisan.
 Perhatikan kontrol kepala (terutama pada bayi) dan
postur kepala Wajah simetris, kepala pada garis
tengah.
 Evaluasi rentang gerak: gerakan kepala keatas,
kebawah, kanan, dan kiri.
 Palpasi tengkorak akan adanya fontanel, nodus, atau
pembengkakan yang nyata.
Fontanel posterior menutup pada usia 2 bulan,
fontanel anterior menutup pada usia 12-18 bulan. Periksa
higiene kulit kepala akan adanya lesi, infestasi, trauma,
kehilangan rambut, perubahan warna.

h. Leher
 Inspeksi ukuran leher.
 Trakhea: palpasi adanya deviasi, letakkan ibu jari dan
jari telunjuk pada setiap sisi dan gerakkan jari
kedepan dan kebelakang krikoid, rasakan ismus
(jaringan penyambung lobus) naik ketika menelan.
 Arteri karotis: palpasi di kedua sisi.

i. Mata
 Inspeksi penempatan dan kesejajaran antar kedua
mata.
 Bila abnormalitas dicurigasi, ukur jarak kedua kantus
bagian dalam (+ 3 cm)
 Observasi adanya kelebihan lipatan epikantus dari
atap hidung sampai terminasi dalam alis mata (sering
pada anak asia)
 Observasi penempatan, gerakan dan warna kelopak
mata.
 Inspeksi konjungtiva palpebra.
j. Telinga
 Pinna : inspeksi penempatan dan kesejajaran.
 Ukur tinggi pinna dengn menarik garis imajiner dari
orbit luar mata ke oksipital tengkorak.
 Ukur sudut pinna dengan menarik garis horisontal
imajiner dan sejajarkan pinna setelah tanda ini (
berada dalam sudut 100 dari garis vertikal.
 Perhatikan adanya lubang abnormal, penebalan kulit,
atau sinus.
 Inspeksi higiene telinga (bau, rabas, warna)

k. Hidung
 Vestibula Anterior: tengadahkan kepala kebelakang,
dorong ujung telinga keatas, dan sinari lubang didung
dengan sinar kilat untuk mendeteksi perforasi septum.

l. Mulut
 Bibir: perhatikan warna, tekstur dan lesi sebelumnya.
 Minta anak untuk membuka mulut, dengan tangan
diangkat keatas disamping kepala, minta keliarga
menjaga tangan anak dan immobilisasi kepala.
 Dapat dilakuakn didepancermin, dan libatkan anak
dalam pemeriksaan.
 Hindarkan penggunaan spatel lidah bila tidak
diperlukan.
 Gunakan lampu senter untuk mendapatkan
penyinaran yang baik.
 Observasi membran mukosa: merah muda terang,
berkulaiu, halus, sama, dan lembab.
 Ginggiva: kuat, merah muda, kekuningan, berbintik-
bintik.
 Gigi: jumlah sesuai dengan usia, putih, oklusi rahang
atas dan bawah baik.
 Lidah: tekstur kasar, dapat bergerak bebas, ujung
dapat mencapai bibir, tidak ada lesi atau massa
dibawah lidah.

m. Dada
 Inspeksi ukuran, bentuk,kesimetrisan, gerakan dan
perkembangan payudara.
 Lokalisasi ruang intercosta.
 Puting biasanya pada intercosta ke-4.
 Ujung igi ke-11 teraba pada lateral.
 Ujung igi ke-12 teraba pada posterior.
 Ujung skapula pada iga atau intercosta ke-8

n. Paru-paru
1) Dengan anak pada posisi duduk, tempatkan kedua
tang datar apd punggung dan dada engan ibu jari
digaris tengah sepanjang tepi kostal bawah.
2) Taktil fremitus: palpasi pada rongga torak dan
minta anak untuk mengatakan “777” atau “eee”.
3) Perkusi kedua sisi dada pada ruang intercosta.
 Pekak pada garis midklavikular kanan
intercosta kelima (hepar)
 Pekak dari intercosta kedua-kelima diatas
batas sternum kiri sampai garis midklavikular
(jantung)
 Timpani pada intercosta kelia kiri bawah
(lambung)
4) Auskultasi pernapasan dan bunyi suara: intensitas,
nada, kualitas, durasi relatis dari inspirasi dan
ekspirasi. Anjurkan anak untuk napas dalam
dengan meminta anak meniup bola kapas yang
berada di telapak tangan.
 Bunyi napas vesikuler: dengarkan seluruh
permukaan paru kecuali area intraskapular
atas dan manubrium bawah, inspirasi lebih
keras, lebih panjang, dan bernada lebih tinggi
dari ekspirasi.
 Bunyi napas Bronkovesikuler: terdengar pada
area intraskapular atas dan manubrium,
inspirasi dan ekspirasi hampir sama.
 Bunyi napas Bronkhial: terdengar hanya
diarea atas trakhea dekat takik suprasternal,
ekspirasi lebih panjang, lebih keras, dan nada
lebih tinggi dari pada inspirasi.

o. Jantung
1) Mulai dengan inspeksi, diikuti dengan palpasi,
kemudian auskultasi.
2) Inspeksi jantung dengna anak pada posisi semi
fowler, observasi dinding dada dari sebuah sudut.
Dinding dada simetris.
3) Palpasi untuk menentukan lokasi impuls apikal
(ictus kordis) yaitu impuls jantung paling lateral.
Ictus cordis berada di lateral midklavikula sinistra
dan intercosta ke-4 pada anak < 7 tahun. Pada
anak 7 tahun ictus cordis teraba pada garis
midklavikula sinistra intercosta ke-5.
4) Palpasi kulit untuk waktu pengisian kapiler.
5) Auskultasi bunyi jantung
- Dengarkan dengan anak dalam posisi duduk dan
bersandar.
- Gunakan stetoskop bagian diafragma dan bel
dada.
- Kaji kualitas (jelas dan jernih), intensitas (kuat
tetapi tidak mantap), frekuensi (sama dengan nadi
radialis), irama (teratur dan datar).
- Area aortik: ruang intercosta ke-2 dekstra para
sternal. S2 terdengar lebih keras daripada S1.
- Area pulmonik: ruang intercosta ke-2 snistra
para sternal. Pemecahan dari S2 yang terdengar
paling baik (normalnya melebar pada inspirasi).
- Titik Erb: ruang intercosta ke-3 dan ke-2 sinistra
para sternal. Daerah murmur fungsional yang
paling sering.
- Area apikal atau mitral: ruang intercosta ke-5,
garis midklavikula sinistra 9 ruang itercosta ke-3
sampaike-4 dan lateral pada garis midklavikula
sinistra pada bayi). S1 terdengar paling keras,
pemecahan S1 dapat didengarkan.

p. Abdomen
a) Inspeksi diikuti dengan auskultasi, perkusi, dan
palpasi yang dapat merubah bunyi abnormal
normal.
b) Palpasi mungkin tidak nyaman untuk anak.
Tempatkan anak pada posisi terlentang dengan
kaki fleksi pada panggul dan lutut.alihkan
perhatian anak dengan pernyataan seperti “saya
akan menebak apa yang kamu makan dengan
memegang perutmu”. Minta anak mempalpasi
dengan menempatkan tangannya sendiri diatas
tangan perawat yang memeriksa.
c) Minta anak menempatkan tangannya pada
abdomen dengan jari meregang dan palpasi
diantara jari-jari.
d) Inspeksi kontur, ukuran, dan tonus (tinus kuat,
muskular pada pria remaja).
e) Kaji kondisi kulit (halus dan rapi)
f) Kaji gerakan abdomen. Pada anak dibawah 7-8
tahun meningkat pada inspirasi dan selaras
dengan gerakan dada. Pada anak yang lebih besar
gerakan pernapasan kurang.
g) Inspeksi umbilikus akan adanya herniasi, fistula,
higiene, dan rabas.
h) Kaji adanya hernia; inguinalis (urutkan jari
kelingking ke cincin inguinalis eksternal didasar
skrotum, minta anak untuk batuk0, femoralis
(tempatkan jari diatas kanalis femoralis, cari
dengan meletakkan jari telunjuk diatas nadi
femoralis dan jari tengah di kulit menghadap garis
tengah).
i) Auskultasi bisig usus pulsasi aortik.
 Bising usus: bunyi gemerincing logam pendek
seperti kumur-kumur, klik, atau terdengar
menggeram setiap 10-30 detik.
 Pulsasi aortik: terdengar pada epigastrium,
sedikit kekiri ke garis tengah.
j) Perkusi abdomen.
 Hepar: 1-2 jari dibawah marjin kostal kanan
pada bayi dan anak kecil.
 Limpa : 1-2 cm dibawah maerjin kostal kiri
pada bayi dan anak kecil
k) Palpasi nadi femoralis: tempatkan ujung 2-3 jari
ditengah antara puncak iliaka dan simpisis pubis
l) Timbulkan reflek abdomen: regangkan kulit dari
samping ke garis tengah pada setiap kuadran.
Umbilikus bergerak kearah kuadran yang ditekan.
q. Genitalia
 Pemeriksaan genitalia sama seperti pemeriksaan
organ sebelumnya, jelaskan prosedur dan
maknanya.
 Hargai privasi klien.
 Bila ada kontak dengan substansi tubuh, gunakan
sarung tangan.
 Penis: inspeksi ukuran
a) Glans dan batang: inspeksi adanya tanda-tanda
pembengkakan, lesi, inflamasi.
b) Prepsium: inspeksi lokasi dan perhatikan adanya
rabas
c) Meatus uretra: inspeksi lokasi dan perhatikan
adanya rabas
d) Skrotum: inspeksi ukuran, lokasi, kulit, dan
distribusi rambut.

Mungkin tampak besar pada bayi, tergantung bebas


dari peinium dibelakang penis, satu kantung
tergantung lebih rendah dari yang lain, kulit kendur
keriput, biasanya merah dan kasar pada remaja.

a. Testis: palpasi kantung skrotum dengan


menggunakan ibu jari dan ajri telunjuk. Badan
ovoid kecil panjangnya kira2 1,5-2 cm,
berukuran ganda selama pubertas.
b. Mons pubis: bantalan lemak diatas simpisis
pubis, pada remaja tertutup rambut, distribusi
rambut biasanya adalah triangular.
c. Klitoris: terletak pada ujung anterior labia
minora tertutup oleh lipatan kecil kulit
(prepusium).
d. Labia: palpasi adanya massa (Labia mayora:
dua lipatan tebal kulit membentuk mons pada
komisura posterior, permukaan dalam merah
muda dan lembab. Labia minora: dua lipatan
kulit interior pada labia mayora, biasanya
dapat dilihat sampai pubertas, menonjol pada
bayi baru lahir.)
 Metus uretra: inspeksi terhadap lokasi, seperti bentuk
V dengan meregangkan kearah bawah dari litoris ke
perinium.
 Orifisium vaginalis: pemeriksaan interna biasanya
tidak dilakukan, inspeksi terhadap lubang
sebelumnya. Terletak apada posterior meatus uretra,
dapat tertutup oleh memran berbentuk sabit atau
sirkuler (himen), rabas biasanya jernih atau sirkuler.
 Anus
a) Inspeksi penampilan umum, kondisi kulit.
b) Bokong: lipatan padat, lipatan gluteal
simetris.
c) Reflek anal: munculkan dengan mengerutkan
atau meregangkan area perianal dengan
perlahan. Kontraksi cepat sfingter anal
eksterna, tidak ada protusi rekstum.

r. Punggung dan Ekstremitas


1. Inspeksi kurvatura dan kesimetrisan tulang
belakang. Pada bayi baru lahir berbentuk C atau
bulat. Kurva sekunder servikal terbentuk kira-kira
pada usia 3 bulan. Lordosis merupakan hal yang
normal pada anak kecil tapi berkurang sesuai usia.
2. Uji adanya skoliosis. Bahu, skapula, dan puncak
iliaka simetris
3. Observasi mobilitas tulang belakang. Fleksibel,
rentang gerak
4. Inspeksi setiap sendi ekstremitas untuk
kesimetrisan, ukuran (sama), suhu, warna, nyeri
tekan, mobilitas, jumlah jari tepat, kuku merah
muda.
5. Inspeksi posisi telapak kaki, uji apakah ada
deformitas kaki apd saat lahir merupakan akibat
dari posisi fetal atau perkembangan leh
peegangan keluar.
6. Inspeksi cara berjalan. Minta anak berjalan pada
garis lurus.
7. Kaji reflek plantar: usap telapak kai lateral dari
tumit kedepan ke ibu jari kaki melewati haluks.
Fleksi ibu jari kaki pada anak diatas usia 1 tahun.
8. Kaji kekuatan otot:
- Lengan: minta anak mengangkat tangan sambil
melawan tekanan dari tangan anda.
- Kaki: minta anak duduk dengan kaki
menggantung, lanjutkan seperti pada tangan.
- Telapak tangan: Minta anak meremas jari anda
sekencang mungkin.
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

3.1 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK TERHADAP TUMBUH


KEMBANG

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK


(Stase Anak)
Nama Mahasiswa : Dera Adinda
Semester/Tingkat : Smt. 5 / Tingkat 3
Tempat Praktek : Wisma Indraloka RSJ.Prof. Dr. Soerojo Magelang
Tanggal Pengkajian : 22 September 2021

A. IDENTITAS KLIEN
1. Nama inisial klien : An. S
2. Umur : 6 bulan
3. Alamat : Bawangan, dukun, Magelang
4. Pekerjaan : belum bekerja/sekolah
5. Agama : Islam
6. Tanggal masuk RS : -
7. Nomor Rekam Medis : xxxxx
8. Diagnosa Medis : tumbuh kembang anak

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


1. Nama : Ny. Marwanti
2. Umur : 21 tahun
3. Alamat : Bawangan, dukun, Magelang
4. Pekerjaan : IRT
5. Hubungan dengan pasien : Orang tua An. S
C. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA
1. HEALTH PROMOTION
a.Kesehatan Umum: Ibu mengatakan telah melahirkan bayi laki-
laki secara normal pada tanggal 18 Agustus 2021
-Alasan masuk rumah sakit: Ibu melahirkan dengan UK 9 bulan
dengan persalinan normal bayi lahir tanggal 18 Agustus 2021
jam 03.30 WIB langsung menangis, kelamin laki-laki, berat
badan lahir 4000 gr, dan panjang 49 cm serta tidak ada kelainan.
-Tekanan darah :-
-Nadi : 110x/menit
-Suhu : 36,5 ◦C
-Respirasi : 35 x/menit
-SPO2 : 99%

b.Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakaan,dll):


Tidak ada riwayat di masa lalu

c.Riwayat pembnerian ASI


Pemberian ASI pada klien hingga sekarang

d.Riwayat pengobatan
No Nama obat/jamu Dosis Keterangan
1. Vitamin Minyak Ikan 2x sehari Kekebalan
Tubuh
2. Air Kelapa Muda Secukupnya Antibody dan
menambah
kerja otak

e.Kemampuan mengontrol kesehatan:


-Yang dilakukan bila sakit :
Melakukan pemeriksaan ke dokter
-Pola hidup (konsumsi/alkohol/olah raga, dll
Makan 2-3 sendok mpasi

f.Faktor sosial ekonomi (penghasilan/asuransi kesehatan, dll):


Asuransi Kesehatan : BPJS

g.Kolaborasi pemberian obat:


sinovac 1 amp

h.Riwayat imunisasi (pada anak):


imunisasi BCG, umur seminggu, komplikasi demam
imunisasi Hepatitis B, umur 1 bulan, komplikasi demam
imunisasi DPT, umur 2 bulan, komplikasi demam dan flu
imunisasi Polio, umur 3 bulan, komplikasi demam flu dan batuk
imunisasi Campak, umur 4 bulan, komplikasi demam flu batuk
imunisasi MMR (Mumps, Measles, Rubella), umur 5 bulan,
komplikasi demam batuk
imunisasi varisela, umur 6 bulan, komplikasi demam batuk flu

2. NUTRITION
a.A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK, LD, LILA, IMT:
1) BB awal:4000 gram ,sekarang: 11kg, TB awal : 49 cm,
sekarang: 52 cm
2)Lingkar perut :- cm
3)Lingkar kepala :- cm
4)Lingkar dada :- cm
5)Lingkar lengan atas :- cm
6)Tinggi badan : 52 cm
7)IMT : BBI anak = 2n + 8 = (2x 1,1)+8= 2,2+8= 10,2

b.B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abormal:


tidak ada kendala
c.C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit,
mukosa bibir, conjungtiva anemis/tidak:
Rambut : gundul
Turgor kulit : Hidrasi, Tidak ada edema, lembab
Mukosa bibir : Lembab, tidak mengelupas
Conjungtiva : Anemis

3. ELIMINATION
BAB : 1 kali warna kuning
BAK : 4 kali, berwarna kuning jernih

4. ACTIVITY/REST
Pola tidur: Bayi tidur saat setelah diberi minum susu kurang
lebih 20 jam
Aktivitas: Menangis keras bila lapar, BAB dan BAK, gerakan
aktif

5. PERCEPTION/COGNITION
a. Orientasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan : belum
2) Kurang pengetahuan : belum paham karena masih
bayi
3) Pengetahuan tentang penyakit : belum paham karena masih
bayi
4) Orientasi (waktu, tempat, orang) : kadang-kadang merespon
dengan suara “oek-oek”
b. Sensasi/persepi
1) Riwayat penyakit jantung : tidak memiliki
riwayat penyakit jantung
2) Sakit kepala : sedikit pusng
3) Penggunaan alat bantu : tidak menggunakan alat
bantu
4) Penginderaan :-
c. Communication
1) Bahasa yang digunakan : bahasa bayi
2) Kesulitan berkomunikasi : tidak ada kesulitan berbicara
6. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut : perasaan cemas
2) Perasaan putus asa/kehilangan : tidak ada rasa putus
asa/kehilangan
3) Keinginan untuk mencederai : tidak keinginan
menciderai diri sendiri
4) Adanya luka/cacat : tidak ada luka
maupun cacat

7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status hubungan : anak
2) Orang terdekat : keluarga
3) Perubahan konflik/peran : tidak ada perubahan
4) Perubahan gaya hidup : tidak ada perubahan
Interaksi dengan orang lain : interaksi dengan teman- teman dan
keluarga

8. SEXUALITY
a) Identitas seksual
1) Masalah/disfungsi seksual : tidak ada
masalah/disfungsi seksual

9. COPING/STRESS TOLERANCE
a. Coping respon
1. Rasa sedih/takut/cemas : sedih
2. Kemampuan untuk mengatasi : masih dibantu orang tua
dengan menggunakan kompres hangat
3. Perilaku yang menampakkan cemas : menangis

10. LIFE PRINCIPLES


a. Nilai kepercayaan
1) Kegiatan keagamaan yang diikuti : -
2) Kemampuan untuk berpartisipasi : -
3) Kegiatan kebudayaan :-
4) Kemampuan memecahkan masalah : -

11. SAFETY/PROTECTION
a. Alergi : tidak ada kendala terhadap alergi
b. Penyakit autoimune : tidak memiliki penyakit
c. Tanda infeksi : tidak ada kendala tanda infeksi
d. Gangguan thermoregulasi : tidak memiliki gangguan
thermoregulasi
e. Gangguan/resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh,
aspirasi, disfungsi neurovaskuler peripheral, kondisi
hipertensi, pendarahan, hipoglikemia, Sindrome disuse,
gaya hidup yang tetap):Gangguan hipertermi nausea

12. COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes (yang menimbulkan nyeri) : pusing
2) Quality (bagaimana kualitasnya) : demam
3) Regio (dimana letaknya) : bagian kepala
4) Scala (berapa skalanya) :5 5
5 5
5) Time (waktu) : ketika pada waktu
mengkonsumsi makanan tiba-tiba
muntah
b. Rasa tidak nyaman lainnya : tidak ada kendala
c. Gejala yang menyertai :-

13. GROWTH/DEVELOPMENT
a. Pertumbuhan : tidak ada kendala dalam pertumbuhan
usia klien
a. bb: 4000 gr, panjang 48 cm, jenis laki-laki, LD :
33 cm, Lingkar lengan atas:11 cm,
Lingkar kepala:
-Diameter sub oksipito bregmatika : 9,5 cm
-Diameter sub oksipito Frontalis : 11 cm
-Diameter fronto oksipitalis : 12 cm
-Diameter mento oksipitalis : 13,5 cm
-Diameter sub mento bregmatika : 9,5 cm
-Diameter biparreantalis : 9,5 cm
-Diameter bitemporalis : 8 cm

b. Perkembangan
- Kognitif : tidak ada kendala dalam permasalahan kognitif
- Komunikasi: bahasa bayi
- Seksual: tidak ada kendala dalam seksual klien
- Moral: tidak ada kendala dalam moral klien
c. KPSP:
kemandirian bayi 5 bulan:

3-6 o bermain ”ciluk ba’,


bulan o melihat dirinya di kaca,
o berusaha meraih mainan.
Berkomunikasi abyi 5 bulan:

3-6 bulan o mencari sumber suara,


o menirukan kata-kata..

Kemampuan motorik bayi 5 bulan:

Usi Motorik kasar Motorik halus


a

3-6 bulan - menyangga -memegang benda dengan


berat, kuat,
- mengembangk -Memegang benda dengan
an kontrol kedua tangan,
kepala. -makan sendiri,
Duduk. -mengambil benda-benda
kecil

D. DATA LABORATORIUM
-
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK (CT-SCAN, USG,
RONTGEN) -
ANALISA DATA

Tangga Data
N l dan Data Data Etiologi Problem
o jam subyektif(gej obyektif(tanda)
pengkaj ala)
ian
-Ibu
1. 22 mengatakan Keadaan umum Bayi baru lahir BD usia 35
Septembe telah normal hari
r 2021 melahirkan Kesadaran:Baik
jam 09:00 bayi laki-laki composmentisB
WIB B : 4000 gr
sacara
normal pada
tanggal 18 TB : 48 cm
Agustus
RR : 35 x/
2021
menit

Nadi:
110X/MENIT

Suhu :

36,5o C

A-S : 7-8

Jenis kelamin
: LAKI-LAKI
Prioritas diagnosa keperawatan:

Bayi baru lahir normal BD usia 35 hari
FORMAT RENCANA KEPERAWATAN

N Tang Diagnosa Tujuan dan kriteria


o gal keperawatan hasil (noc) intervensi Rasiona
Dan l
jam

1
Bayi terhindar dari
- Beri
asfiksia dan hipoterm
JA;00 Bayi baru lahir -
M normal BD usia Dengan indikator : penjelasa
11:00 35 hari
WIB - Bayi tetap n pada
hangat
Ibu dan
Tidak terjadi
sianosis/ Pucat keluargan
- Bayi tidak ya
icterus dan tidak tentang
terjadi infeksi tindakan
- TTV dalam yang
batas normal akan
(RR : 30-60 x/ dilakukan
m, N = 120-160 - Lakukan
tindakan
x/ m,
dengan
suhuo : 36oC- antiseptic
37,5 C) - Lakukan
observasi
KU dan
TTV
- Berikan
kehangat
an pada
bayi
- Lakukan
perawata
n tali
pusat
dengan
baik dan
dengan
tehnik
antiseptic
dengan cara mem
- Berikan
KIE pada
Ibu tentang pera
- Anjurkan
Ibu untuk
memberi ASI
eksklusif
pada bayi
FORMAT IMPLEMENTASI

N Tanggal Diagnosa Implementasi Respons(data Para


o dan jam Keperawat subyektif dan f
an obyektif)
DERAA
1. Jam 13:00 Bayi baru DIN
- Memberikan S:
wib lahir normal penjelasan
BD usia 35
pada Ibu dan - Ibu mengerti
hari
keluarganya penjelasan
tentang
tindakan yang yang diberikan
akan
dilakukan
Nakes.
- Melakukan O :
tindakan - Ibu dapat
dengan
antiseptic mengulan gi
- Melakukan
observasi KU dan penjelasan
TTV nakes
-
Memberika _ Keadaan umum
n kehangatan pada
:composmentis
bayi
- Melakukan BB : 4000 gr
perawatan
TB :48 cm
tali pusat RR :35 x/ menit
dengan baik dan
Nadi:
dengan 110X/MENIT
tehnik antiseptic
dengan Suhu :
36,5o C
cara
membuang talpus Jenis kelamin
dengan : LAKI-LAKI
kassa steril
yang telah diberi
alkohol
-
Memberika
n KIE pada Ibu
tentang perawatan
bayinya
-
Menganjur
kan Ibu untuk
memberi
ASI
eksklusif
pada bayi
FORMAT EVALUASI
No Tanggal dan jam Diagnosa Evaluasi(subyective, Paraf
keperawatan obyective,
assessment/analysis,
plan)
Bayi baru lahir
1. Jam 14:35 WIB normal BD usia DATA SUBYECTIVE: DERA ADIN
35 hari
- Ibu mengerti
penjelasan yang
diberikan
Nakes.

DATA OBJECTIVE:

- Ibu dapat
mengulan gi
penjelasan nakes
_ Keadaan umum
:composmentis
BB : 4000
gr
TB :48 cm
RR :35 x/ menit
Nadi: 110X/MENIT
Suhu :
36,0 o C
Jenis kelamin : LAKI-
LAKI

A : BBL NORMAL
USIA 35 HARI

P :intervensi
dilanjutkan
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai