Anda di halaman 1dari 4

Pada waktu itu, Ogan Ilir tidak lagi sebagai Afdeling tetapi berubah menjadi Onder

Afdeling Ogan Ilir yang pusat pemerintahannya berada di Tanjung Raja, tepatnya di tepian
Sungai Ogan, dengan 19 (sembilan belas) pemerintahan marga, yakni:

13 Marga Pemerintahan, termasuk dalam Wilayah Kabupaten Ogan Ilir, yaitu :


Marga Pegagan Ilir Suku 1
Marga Rantau Alai
Marga Pegagan Ulu Suku 2
Marga Pegagan Ilir Suku 2
Marga Pemulutan
Marga Sakatiga
Marga Meranjat
Marga Burai
Marga Tanjung Batu
Marga Parit
Marga Muara Kuang
Marga Lubuk Keliat, dan
Marga Tambangan Kelekar
6 Marga Pemerintahan yang termasuk dalam Wilayah Kabupaten Muara Enim yaitu:
Marga Gelumbang
Marga Alai
Marga Lembak
Marga Kerta Mulia
Marga Lubai Suku 1
Marga Rambang Empat Suku
Marga dipimpin seorang PASIRAH yang ditetapkan berdasarkan hasil pemilihan langsung
oleh rakyat mirip dengan pemilu yang disebut dengan MANCANG. Pemerintahan marga
membawahi beberapa pemerintahan dusun. Pemerintahan dusun dipimpin oleh seorang
KERIO. Pada tahun 1983 sebutan DUSUN diganti dengan DESA dan sebutan MARGA
dihapuskan.[4] Situasi ini merupakan imbas penerapan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1974 tentang Pemerintahan Daerah yang dikeluarkan rezim Orde Baru yang berusaha
menafikan kebhinekaan melalui strategi Jawanisasi.

Pada Januari 1939, Onder Afdeling Ogan Ilir dipimpin oleh A.V. Peggemeier.

Masa Kemerdekaan Indonesia (1945-sekarang)     


Sunting
Keberadaan Ogan Ilir sebagai satu kesatuan wilayah tersendiri telah ada sejak masa
sebelum kemerdekaan, yaitu Afdeling Ogan Ilir yang kemudian berbubah menjadi Onder
Afdeling Ogan Ilir. Pada waktu itu, wilayah Ogan Ilir berstatus sebagai wilayah
Kewedanaan dengan ibukota tetap berada di Tanjung Raja, meliputi marga-marga dalam
onder-afdeling Ogan Ilir setelah dikurangi marga yang digabung ke Kabupaten Muara
Enim. Setelah 17 Agustus 1945, bersama-sama dengan onder-afdeling Komering Ilir,
marga-marga dalam wilayah ini digabungkan dan bernaung dalam satu kabupaten yaitu
Kabupaten Ogan Komering Ilir.[5]
Gagasan pembentukan Kabupaten Ogan Ilir sudah muncul sejak lama. Pada 1958, ide
sudah disuarakan oleh para mahasiswa Ogan Ilir yang tergabung dalam Ikatan Pelajar Ogan
Ilir (IPOI) yang sedang menuntut di beragam perguruan tinggi di Kota Jogjakarta. Waktu
itu, ketua IPOI adalah Dr. H. Ahmad Asof (desa Tanjung Raja), Dr. H. Hasan Zaini sebagai
sekretaris (desa Kerinjing), dan Prof. Dr. Ki. Amri Yahya (desa Sukaraja) sebagai
bendahara. Target gerakan pelajar dan mahasiswa ini hanya sebatas memindahkan ibukota
Kabupaten Ogan Komering Ilir dari Kayu Agung ke Tanjung Raja. Dewasa ini, IPOI
menjelma menjadi Asrama KABOKI Jogjakarta dan Ikatan Keluarga Pelajar dan
Mahasiswa (IKPM) Sumatra Selatan Komisariat Bende Seguguk dan Ikatan Keluarga
Pelajar Mahasiswa (IKPM) Sumatra Selatan Komisariat Caram Seguguk.

Pada 2000, di pasca Reformasi 1998, rencana pembentukan Kabupaten Ogan Ilir mencuat
kembali. Munculnya kembali rencana pemekaran kabupaten Ogan Ilir ini dipicu diskusi
tidak sengaja dalam seminar tentang Tata Ruang Kecamatan Indralaya di kampus
Universitas Sriwijaya yang turut dihadiri Pembantu Rektor I Universitas Sriwijaya, Dr.
Mahyuddin, Sp. Og. Dalam pembahasan tata ruang ini disimpulkan rencana pembentukan
Kota Indralaya sebagai Kota Satelit.[6]. Dalam seminar itu, sesuai dengan keberadaannya
sebagai Kota Satelit, pihak Universitas Sriwijaya meminta kepada Pemerintah Kabupaten
OKI agar Kecamatan Indralaya mendapatkan perhatian lebih untuk menunjang aktivitas
mahasiswa Universitas Sriwijaya di kampus baru mereka yang berlokasi di kawasan
Indralaya (saat ini berada di Kecamatan Indralaya Utara). Tuntutan ini kemudian
ditanggapi Drs. Abdul Rahman Rosyidi (Camat Indralaya) yang mewakili Pemerintah
Kabupaten Ogan Komering Ilir yang mengatakan bahwa selama Indralaya berstatus
kecamatan, maka sangat tidak mungkin ia mendapat perlakuan khusus dari Pemerintah
Kabupaten Ogan Komering Ilir. Percepatan pembangunan, demikian diungkapkan Drs.
Abdul Rahman Rosyidi, kawasan Indralaya untuk menopang kampus baru Universitas
Sriwijaya hanya dilakukan jika Ogan Ilir menjadi kabupaten. Ide pemekaran kabupaten ini
kemudian ditindak-lanjuti oleh beragam elemen masyarakat. Tentu saja, beberapa orang
menolak pemekaran kabupaten Ogan Ilir.

Perjuangan pemekaran Ogan Ilir mandapat titik terang setelah melalui BAPPEDA
Kabupaten Ogan Komering Ilir pada 2001 menganggarkan dana kegiatan Survey Potensi
Wilayah Rencana Pemekaran Kabupaten OKI bekerjasama dengan Universitas Sriwijaya.
Sangat disayangkan, meskipun pihak Universitas Sriwijaya berhasil membuat skenario
pemekaran (misalnya, Barat-Timur, Utara-Selatan, Ogan Ilir-Komering Ilir), tetapi mereka
merekomendasikan untuk tidak memekarkan Kabupaten Ogan Ilir pada 2001. Mensikapi
hasil riset yang diinisiasi pihak eksekutif ini, Ir. H. Mawardi Yahya yang waktu itu
menjabat Ketua DPRD Ogan Komering Ilir mendorong ide pembentukan Kabupaten Ogan
Ilir menjadi inisiatif legislatif. Langkah pertama yang ditempuh pihak legislatif adalah
melaksanakan survey kelayakan pemekaran dengan menggandeng STPD Jatinangor. Sama
seperti tim Universitas Sriwijaya, tim STPDN Jatinangor juga mengacu ke 7 kriteria
pemekaran daerah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000. Kesimpulan
STPDN Jatinangor menegaskan bahwa Kabupaten Ogan Komering Ilir sangat layak
dimekarkan menjadi 2 kabupaten yakni Kabupaten Ogan Ilir dengan wilayah 6 kecamatan
dan Kabupaten OKI induk dengan wilayah 12 kecamatan.
Berdasarkan hasil riset STPDN Jatinangor, DPRD Ogan Komering Ilir kemudian
mengeluarkan Surat Keputusan DPRD Kabupaten Ogan Komering Ilir Nomor 12 Tahun
2002 tanggal 2 September 2002 tentang Persetujuan atas usul Pemekaran Kabupaten Ogan
Komering Ilir untuk pembentukan Kabupaten Ogan Ilir. Surat keputusan ini ditanda-
tangani oleh Ketua DPRD Kabupaten Ogan Komering Ilir, Ir. H. Mawardi Yahya. Fakta
inilah yang mendorong masyarakat Ogan Ilir memberi gelar Bapak Pemekaran Ogan Ilir
kepada sosok Ir. H. Mawardi Yahya. Atas dasar surat keputusan ini, pihak legislatif dan
eksekutif menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir Nomor 22 Tahun
2002 tanggal 12 Agustus 2002 tentang Rekomendasi Pemekaran Kabupaten Ogan
Komering Ilir.

Tahap selanjutnya adalah membawa usulan pemekaran kabupaten ini ke tingkat provinsi.
Upaya pemekaran Kabupaten Ogan Komering Ilir ini mendapat dukungan dari DPRD
Provinsi Sumsel dengan Surat Keputusan DPRD Provinsi Sumatra Selatan Nomor 12
Tahun 2002 tanggal 11 September 2002 tentang Dukungan dan Persetujuan terhadap
Rencana Pemekaran Kabupaten OKI di Provinsi Sumsel. Dukungan juga datang dari
Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan dengan keluarnya Surat Gubernur Sumsel Nomor
130/4081/i yang ditanda-tangani Ir. H. Syahrial Oesman. Berkas-berkas yang ada ini
kemudian disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri RI dan DPR RI di Jakarta. Di saat
yang bersamaan, beragam elemen masyarakat melakukan gerakan sosial untuk mendukung
upaya pembentukan Kabupaten Ogan Ilir. Puncak gerakan sosial ini adalah rapat akbar
masyarakat Ogan Ilir di Lapangan Polsek Indralaya yang dihadiri tim dari Kementerian
Dalam Negeri Republik Indonesia dan anggota DPR RI. Rapat akbar ini menghasilkan
Deklarasi Kebulatan Tekad masyarakat Ogan Ilir untuk membentuk Kabupaten Ogan Ilir.

Ketika masih bergabung dengan Kabupaten Ogan Komering Ilir hingga awal terbentuknya
Kabupaten Ogan Ilir, wilayah Ogan Ilir terdiri dari 6 kecamatan dan terdiri atas 161
desa/kelurahan, yaitu:

Kecamatan Indralaya, terdapat 28 desa


Kecamatan Tanjung Raja, terdapat 26 desa dan 3 kelurahan
Kecamatan Tanjung Batu, terdapat 31 desa
Kecamatan Muara Kuang, terdapat 27 desa
Kecamatan Pemulutan, terdapat 28 desa dan
Kecamatan Rantau Alai.terdapat 21 desa.
Pada awalnya kabupaten Ogan Ilir hanya memiliki 1 Sekolah menengah Pertama Negeri
yaitu SMP 1 Indralaya, tanpa ada Sekolah Menengah Atas. Pembangunan SMA Negeri 1
Indralaya digagas oleh salah seorang putra daerah pensiunan POLRI Mayor Pol (Purn) H.
Noengtjik A.Roni yang saat itu merupakan anggota DPRD OKI Fraksi ABRI POLRI,
beliau juga sebagai salah satu penggagas berdirinya Masjid Raya Al-Muhajirin
(sebelumnya sebuah langgar) melalui sumbangan Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila.
Saat ini almarhum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Ogan Ilir.

Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatra Selatan mendapatkan otonomi daerah secara penuh
dan terpisah dari kabupaten induk (Kabupaten Ogan Komering Ilir) melalui Undang-
Undang Nomor 37 tahun 2003 yang ditetapkan pada 18 Desember 2003 tentang
Pembentukan Kabupaten OKU Timur, Kabupaten OKU Selatan dan Kabupaten Ogan Ilir
di Provinsi Sumatra Selatan. Kabupaten Ogan Ilir diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri
di Jakarta pada Tanggal 7 Januari 2004 bersama-sama dengan pembentukan 24
kabupaten/kota di Indonesia. Peresmian Kabupaten Ogan Ilir dilaksanakan di Aula
Departemen Dalam Negeri Jalan Medan Merdeka Utara Nomor 07 Jakarta Pusat oleh
Menteri Dalam Negeri H. Moh. Ma'ruf dihadiri perwakilan 24 kabupaten/kota baru
tersebut. Pada kesempatan peresmian Menteri Dalam Negeri RI berpesan agar pelaksanaan
pemerintah kabupaten/kota pemekaran benar-benar berpihak pada peningkatan
kesejahteraan rakyat dan memanfaatkan potensi sumberdaya yang dimiliki secara arif dan
bijaksana
Sent from my iPhone

Anda mungkin juga menyukai