Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH TUTORIAL BLOK 6 KELOMPOK E

SKENARIO 2

Dosen Pembimbing :

drg. Shanty Chairani M.Si

Anggota Kelompok :

1. CHERRYL SANIA MAHIRA (04031181924005)


2. MESI RAMADONA (04031181924006)
3. SALSABILA TRI YUNITA (04031181924007)
4. TIARA NURHASANAH (04031181924011)
5. NADIA MIFTAHUL JANNAH (04031281924019)
6. YOSIVAK MAULISA BLANGIDIKO (04031281924030)
7. MAHARANI (04031281924031)
8. SALSABILA MAULANA (04031281924024)
9. ABDULLAH HAMSANI (04031281924045)
10. SALSABILA RESTI FAUZIAH (04031281924050)
11. MIR'ATUNISA (04031381924057)
12. PUTRI MELANIA (04031381924068)
3. ZAKIYA NUR AFIFAH (04031381924069)
14. MSY. LUTHFIA NATASYA (04031381924074)
15. DHEA AZHARA FEBRIANTI (04031381924075)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2021

1. SKENARIO
Seorang perempuan berusia 37 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan tambalan lama di
gigi geraham kanan bawah tampak kusam dan sejak 3 hari yang lalu pecah sebagian. Pasien
juga mengeluhkan gigi geraham kiri atas sering terasa ngilu saat berkontak dengan makanan
atau minuman dingin. Pemeriksaan intraoral, tumpatan amalgam kelas 2 pada gigi 45 tampak
mengalami tarnish dan fraktur di bagian proksimal; terdapat lesi D4 di servikal bukal gigi 24;
serta ditemukan pula lesi D3 pada permukaan oklusal gigi 16, 27, 36, dan 47. Dokter gigi
membongkar seluruh tumpatan amalgam pada gigi 45 dan melakukan penumpatan dengan
bahan resin komposit untuk gigi posterior, sedangkan gigi 24 ditumpat dengan bahan RMGIC.
Dokter gigi juga melakukan penumpatan pada gigi 16, 27, dan 47, selanjutnya melakukan
prosedur finishing dan polishing pada seluruh restorasi.
2. KLARIFIKASI ISTILAH
1. Seorang perempuan berusia 37 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan tambalan lama di
gigi geraham kanan bawah tampak kusam dan sejak 3 hari yang lalu pecah sebagian.
Klarifikasi istilah :
1. Kusam : Kusam adalah suram (tidak berkilap atau bercahaya)
2. Tambalan : tambalan n 1 perca dsb yang ditambalkan; 2 hasil pekerjaan menambal
Tambalan gigi merupakan salah satu cara untuk memperbaiki kerusakan gigi agar gigi
bisa kembali ke bentuknya semula dan bisa kembali berfungsi dengan baik
2. Pasien juga mengeluhkan gigi geraham kiri atas sering terasa ngilu saat berkontak dengan
makanan atau minuman dingin.
Klarifikasi Istilah :
1. Ngilu adalah terasa nyeri pada gigi atau pada tulang
1. Nyeri (pa¯n) [L. poena, dolor; Gr. algos, odyne¯] sensasi yang kurang lebih terlokalisasi
dari ketidaknyamanan, kesusahan, atau penderitaan, yang diakibatkan oleh rangsangan
pada ujung saraf khusus. Ini berfungsi sebagai mekanisme perlindungan sejauh itu
mendorong penderita untuk mengeluarkan atau menarik diri dari sumbernya.
3. Pemeriksaan intraoral, tumpatan amalgam kelas 2 pada gigi 45 tampak mengalami tarnish
dan fraktur di bagian proksimal; terdapat lesi D4 di servikal bukal gigi 24; serta ditemukan pula
lesi D3 pada permukaan oklusal gigi 16, 27, 36, dan 47
Klarifikasi Istilah :
1. Intra oral artinya didalam mulut
2. Tumpatan adalah mengembalikan fungsi gigi dalam mulut dengan jalan menghentikan
proses karies dan menjaga pulpa agar tetap vital dan sehat
3. Amalgam adalah alloy (paduan logam) dimana salah satu komponennya adalah merkuri.
Di kedokteran gigi, amalgam mengandung merkuri, perak, timah, tembaga, dan
terkadang seng, dimana dilakukan dengan mencampurkan merkuri dan paduan logam
amalgam untuk membentuk tampilan perak, pasta lembut yang kemudian berkondensasi
dengan cara mengeras pada kavitas untuk membentuk restorasi gigi.
4. Kelas II. Dimana berdasarkan klasifikasi oleh G.V Black, Kelas II adalah karies yang
terdapat pada bagian approximal (mesial dan distal) dari gigi-gigi molar atau premolar
(gigi posterior, gigi 4-8), yang umumnya meluas sampai bagian oklusal.
5. Tarnish adalah perubahan warna di permukaan atau hilangnya kilap pada logam yang
disebabkan oleh pembentukan deposit keras atau lunak, misalnya sulfit dan klorida.
6. Fraktur adalah patahnya bahan yang rapuh baik sebagian maupun total, misalnya gigi,
tulang, resing atau logam.
7. Proksimal adalah terdekat; lebih dekat ke titik mana pun berlawanan dengan distal.
8. Lesi adalah diskontinuitas jaringan patologis atau traumatis atau hilangnya fungsi suatu
bagian.
9. Lesi D4 adalah lesi karies yang mencapai setengah bagian dalam dentin.
10. Servikal : berhubungan dengan daerah pada leher gigi yang membentuk pertemuan
antara akar gigi dan mahkota.
11. Bukal adalah berkenaan dengan atau mengarah ke pipi. Pada anatomi gigi, digunakan
untuk merjuk pada permukaan bukal gigi; lihat buccal surface, dibawah surface. Cf,
labial.
12. Lesi D3 adalah lesi karies pada setengah bagian luar dentin.

13. Oklusal mengacu pada permukaan gigi atau penggantinya yang berkontak dengan
permukaan gigi di rahang berlawanan.
4.Dokter gigi membongkar seluruh tumpatan amalgam pada gigi 45 dan melakukan
penumpatan dengan bahan resin komposit untuk gigi posterior, sedangkan gigi 24 ditumpat
dengan bahan RMGIC.
Klarifikasi istilah :
1. Bahan Resin Komposit, Komposit berbasis resin adalah resin yang sangat terikat
silang yang diperkuat oleh dispersi silika amorf, kaca,kristal, atau partikel pengisi
resin organik dan atau serat terikat ke matriks polimer dengan kopling agen.
2. Posterior /postérior/ n Bio bagian yg letaknya lebih dekat ke bagian akhir tubuh atau
bentuk (struktur) pd hewan; bagian belakang tubuh pd manusia, sedangkan pd bunga
adalah bagian yg paling dekat dng poros utama.
pos • te • ri • atau (pos-te¯r0e-er) [L. ''dibelakang''; neut. posterius] 1. terletak di
belakang, atau di bagian belakang, suatu struktur. 2. [TA] pada manusia dan biped
lain, menuju permukaan belakang tubuh; disebut juga punggung. 3. dalam anatomi
hewan berkaki empat, istilah yang kadang-kadang digunakan sebagai sinonim untuk
ekor. .
3. Bahan RMGIC merupakan material restorasi yang dihasilkan dari penggabungan
sifat semen ionomer kaca konvensional dengan resin komposit.

5.Dokter gigi juga melakukan penumpatan pada gigi 16, 27, dan 47, selanjutnya melakukan
prosedur finishing dan polishing pada seluruh restorasi.
Klarifikasi Istilah :
1. Finishing adalah pembentukan atau pengurangan yang kasar untuk memperoleh
anatomi yang dibutuhkan untuk restorasi.
2. Polishing adalah pembuatan hasil akhir yang halus dan mengkilap pada
permukaan, seperti gigi atau gigi palsu.
3. Restorasi adalah tindakan membentuk kembali kontur bagian-bagian gigi yang
rusak oleh lesi atau trauma, dengan demikian mengembalikan fungsinya.
3. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Seorang perempuan berusia 37 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan tambalan lama di
gigi geraham kanan bawah tampak kusam dan sejak 3 hari yang lalu pecah sebagian serta
mengeluhkan gigi geraham kiri atas sering terasa ngilu saat berkontak dengan makanan atau
minuman dingin.

2. Hasil pemeriksaan intraoral, ditemukan


A. tumpatan amalgam kelas 2 pada gigi 45 tampak mengalami tarnish dan fraktur di bagian
proksimal;
B. lesi D4 di servikal bukal gigi 24;
C. lesi D3 pada permukaan oklusal gigi 16, 27, 36, dan 47.

3. tindakan yang dilakukan dokter gigi:


A. membongkar seluruh tumpatan amalgam pada gigi 45
B. melakukan penumpatan dengan bahan resin komposit untuk gigi 16,27,36, 45 dan 47
C. melakukan penumpatan pada gigi 24 dengan bahan RMGIC
D. melakukan prosedur finishing dan polishing pada seluruh restorasi
4. ANALISIS MASALAH
1. Seorang perempuan berusia 37 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan tambalan lama di
gigi geraham kanan bawah tampak kusam dan sejak 3 hari yang lalu pecah sebagian serta
mengeluhkan gigi geraham kiri atas sering terasa ngilu saat berkontak dengan makanan atau
minuman dingin.
A. Apa faktor yang menyebabkan suatu tambalan tampak kusam dan pecah ?
B. Berapa lama waktu ideal untuk tambalan amalgam dapat bertahan ?
C. Faktor apa yang menyebabkan gigi geraham pasien terasa ngilu saat berkontak dengan
makanan atau minuman dingin ?
D. Bagaimana cara mencegah tambalan gigi agar tidak tampak kusam dan pecah ?
E. Bagaimana mekanisme makanan dan minuman dapat menyebabkan gigi pasien terasa ngilu?

2. Hasil pemeriksaan intraoral, ditemukan


A. tumpatan amalgam kelas 2 pada gigi 45 tampak mengalami tarnish dan fraktur di bagian
proksimal;
a) Apa saja faktor yang bisa menyebabkan tumpatan amalgam tarnish ?
b) Apa saja faktor yang bisa menyebabkan tumpatan amalgam fraktur?
c) Bagaimana gambaran klinis gigi yang mengalami tarnish?
d) Bagaimana gambaran klinis gigi yang mengalami fraktur?
e) Apa dampak jika tumpatan amalgam tersebut mengalami tarnish dan fraktur?
f) Bagaimana mekanisme terjadinya tarnish ?
g) Bagaimana mekanisme terjadinya fraktur?

B. lesi D4 di servikal bukal gigi 24;


a) Keluhan apa yang dirasakan pasien jika ditemukan lesi D4 di servikal bukal gigi 24?

C. lesi D3 pada permukaan oklusal gigi 16, 27, 36, dan 47.
a) Keluhan apa yang dirasakan pasien jika ditemukan lesi D3 pada permukaan oklusal gigi
16, 27, 36 dan 47 ?

3. tindakan yang dilakukan dokter gigi:


A. membongkar seluruh tumpatan amalgam pada gigi 45
a) Apa yang menyebabkan dokter gigi membongkar seluruh tumpatan amalgam pada gigi
45 ?
b) Apakah kelebihan dan kekurangan tumpatan amalgam?
c) Mengapa dokter gigi membongkar seluruh tumpatan amalgam sedangkan yang pecah
hanya sebagian?
d) Apa yang terjadi apabila dokter gigi hanya menumpat gigi pada bagian pecahnya saja?

B. melakukan penumpatan dengan bahan resin komposit untuk gigi 16,27,36, 45 dan 47
a) Apa indikasi dan kontraindikasi dari penggunaan bahan resin komposit?
b) Apa kelebihan dan kekurangan melakukan penumpatan dengan bahan resin komposit?
c) Apa komposisi dari bahan resin komposit ?
d) Apa saja sifat fisik, kimia dan mekanis dari bahan resin komposit?
e) Apakah jenis resin komposit yang digunakan untuk menumpat gigi posterior?
f) Apakah bahan yang digunakan untuk menumpat gigi posterior selain resin komposit?
g) Bagaimana tahapan melakukan tumpatan dengan resin komposit?

C. melakukan penumpatan pada gigi 24 dengan bahan RMGIC


a) Apa Indikasi dan kontraindikassi dari penggunaan bahan RMGIC?
b) Apa kelebihan dan kekurangan melakukan penumpatan dengan bahan RMGIC?
c) Apa komposisi dari bahan RMGIC?
d) Apa saja sifat fisik, kimia dan mekanis dari bahan RMGIC?
e) Apakah bahan yang digunakan untuk menumpat gigi 24 selain bahan RMGIC?
f) Bagaimana tahapan melakukan tumpatan dengan bahan RMGIC?

D. melakukan prosedur finishing dan polishing pada seluruh restorasi


a) Apakah tujuan finishing dan polishing pada seluruh restorasi?
b) Apa saja alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan prosedur finishing dan
polishing?
c) Apa saja tahapan finishing dan polishing?
d) Bagaimana tampilan gigi setelah dilakukan finishing dan polishing?
e) Apakah yang terjadi bila tidak dilakukan finishing dan polishing pada seluruh restorasi?
5. HIPOTESIS
Diduga dokter gigi menggunakan bahan resin komposit karena memiliki compressive
strength dan tensile strength yang tinggi dimana digunakan pada bagian oklusal. Kemudian,
jenis resin komposit yang digunakan untuk gigi 45 adalah nanohibrid dikarenakan mempunyai
kekuatan yang tinggi karena lesi pada gigi 45 mencapai dentin dan jenis nanofil untuk gigi
16,27,36 dan 47 dipilih karena lesi pada gigi tersebut hanya mencapai email. Dan pemakaian
bahan RMGIC untuk gigi 24 dipilih karena terdapat lesi pada bagian bukal gigi sehingga
digunakan bahan dengan sifat estetika tinggi.
6.LEARNING ISSUE
A. Bahan tambal Direct (Amalgam, Resin Komposit dan RMGIC)
1. Definisi
 Material restoratif langsung- semen, logam, atau komposit berbasis resin yang
ditempatkan dan dibentuk secara intraoral untuk merestorasi gigi dan/atau untuk
meningkatkan estetika.
 Amalgam adalah campuran dua atau lebih logam, yang salah satunya adalah merkuri.
Dental amalgam pada dasarnya terdiri dari merkuri yang dikombinasikan dengan
campuran bubuk perak timah.
 Bahan Resin Komposit, Komposit berbasis resin adalah resin yang sangat terikat silang
yang diperkuat oleh dispersi silika amorf, kaca,kristal, atau partikel pengisi resin organik
dan atau serat terikat ke matriks polimer dengan kopling agen.
 Bahan RMGIC merupakan material restorasi yang dihasilkan dari penggabungan sifat
semen ionomer kaca konvensional dengan resin komposit

2.Sifat dan Komposisi


Sifat Amalgam
Hal yang unik dari restorasi amalgam adalah pada awal pencampuran metal
dengan merkuri mempunyai konsistensi seperti pasta, yang akan mengeras di dalam
mulut setelah melalui rangkaian reaksi kimia akan menjadi masa paduan logam yang
stabil. komposisi dari amalgam terdiri dari berbagai logam, restorasi amalgam akan
memberi warna yang sangat berbeda dengan warna gigi dan kegunaannya sangat
terbatas tidak untuk gigi anterior karena berwarna abu-abu perak. keunggulan restorasi
amalgam adalah daya tahan yang tinggi akibat penggunaan dan dapat dilakukan pada
kondisi klinis tertentu seperti daerah yang lembab dan menerima tekanan kunyah yang
cukup besar. Daya tahan terhadap restorasi amalgam sangat menonjol bila dibandingkan
dengan restorasi komposit resin khususnya pada area yang secara langsung berkontak
dengan gigi lawan. hal ini menunjukkan kemampuan restorasi amalgam beradaptasi
dengan baik terhadap deformasi dibawah tekanan kunyah.

Sifat Resin Komposit


Formula komposit yang menyebabkan kemampuan radiopak yang akan
memperbaiki identifikasi untuk diagnostik, juga memfasilitasi proses pengerasan dan
mengubah viskositas sehingga mudah dalam proses pengerjaannya. warna dan sifat
translusensi dari komposit resin terus dimodifikasi sehingga mendekati warna dan sifat
translusensi gigi. sehingga menjadikan bahan ini termasuk kedalam golongan material
restorasi dengan estetika yang lebih baik.
Berdasarkan penelitian ini, kandungan bahan pengisi pada resin komposit
konvensional sebesar 70-80% berat, resin komposit hibrid 75-80% berat, resin komposit
nanofil 78,5% berat. Partikel bahan pengisi yang ditambahkan ke dalam matriks resin
berfungsi untuk meningkatkan sifat mekanisnya, seperti kekakuan, absorbsi air, dan
berkurangnya pengerutan karena jumlah resin.
Pada pasien yang sulit mengontrol saliva, menyebabkan sulit diperoleh adesi yang
baik dengan jaringan gigi dan akan terjadi kebocoran tepi, dan berakibat akan terjadi
karies baru. Masalah yang timbul adalah keausan permukaan restorasi dan tingkat
sensitif teknik yang tinggi menyebabkan penggunaan bahan ini untuk restorasi gigi
posterior menjadi terbatas.
Sifat RMGIC
Semen glass ionomer adalah material restorasi yang sewarna gigi, dan dapat
digunakan untuk merestorasi kavitas dengan tekanan kunyah yang rendah. Bahan ini
terdiri atas bubuk dan cairan yang menguraikan bubuk glass yang larut dalam asam dan
larutan asam poliakrilat. pada proses pencampuran terjadi reaksi asam dengan
permukaan bubuk glass yang larut dalam asam dengan permukaan bubuk glass dan
membentuk matriks yang keras dimana mengelilingi partikel glass yang tidak bereaksi.
sebagai hasil dimana mempunyai struktur seperti komposit resin dengan estetika cukup
baik kecuali bahan ini cenderung memperlihatkan sifat opaque bila dibandingkan
dengan warna email gigi asli. variasi dari bahan ini adalah penambahan bahan metal
pada bubuknya seperti yang ada di material amalgam. serbuk perak yang ditambahkan
pada bubuk akan meningkatkan kekuatan dan daya tahan terhadap pemakaian. asam
poliakrilat juga telah dibuat kering dengan cara proses pendinginan dan dicampur
kedalam bubuk glass, dimana pada penambahan air akan terjadi reaksi dan mengeras.
Sisa asam dalam campuran akan menambah perlekatan ionik dengan

struktur gigi dan menambah perlekatan material dengan jaringan gigi.


Semen glass ionomer tidak direkomendasikan untuk restorasi yang besar dengan kontak
oklusal besar karena terjadi degradasi kimia serta keausan akibat pemakaian yang besar.
Bahan ini mempunyai sensitif teknik yang tinggi karena reaksi pengerasan dan maturasi
restorasi glass ionomer yang relatif lambat. Meskipun semen glass ionomer
memperlihatkan pengerutan akibat polimerisasi kurang seperti pada resin komposit
tetapi sering terjadi kontraksi sehingga terjadi marginal gap.

Komposisi resin komposit


- Matriks resin organik , Matriks resin organik yang paling sering digunakan adalah
bisphenol-Aglycidyl methacrylate (bis-GMA).
- Partikel bahan pengisi anorganik (filler), Pengisi utama adalah silikon dioksida, silikat
boron, fused quartz, silikat alumunium, silikat alumunium. Ada juga partikel logam
berat yang radiopak seperti ytterbium florida, barium, zinc, strontium, alumunium atau
zirkonium.
- Bahan coupling (silane), Bahan coupling yang sering digunakan adalah organosilane (ꙋ-
methacryloxypropyl trimethoxysilane).
- Sistem aktivator/inisiator, Fotoinisiator yang sering digunakan adalah gugus diketone
seperti camphorquinone (CQ) yang menyerap cahaya tampak berwarna biru dengan
panjang gelombang antara 400-500 nm.
- Inhibitor yang digunakan ialah butylated hydroxytoluene (BHT)
- Optical modifiers, Bahan yang sering digunakan untuk meningkatkan opasitas adalah
titanium dioksida dan alumunium oksida dalam jumlah kecil antara 0,001-0,007% berat.

Komposisi Amalgam
- Perak (Ag)
- Tin(Sn)
- Tembaga(Cu)
- Zinc(Zn)
- Merkuri(Hg)
- Platinum(Pt)
- Paladium(Pd),

Komposisi RMGIC
- Bubuk berisi partikel glass fluoro alumino silikat
- cairannya terdiri atas HEMA , 4-META, asam karboksilat dan organofosfat seperti
MDP (10-asam methacryloyloxydecamethylen phosphoric)
3. Jenis
a. Resin Komposit
Berdasarkan ukuran partikel, resin komposit dapa dibagi menjadi beberapa jenis seperti pada
tabel berikut :
Jenis Resin Komposit Ukuran Partikel Penggunaan Klinis
Tradisional (partikel besar) 1-50μm kaca atau silika Area stres tinggi
Hibrid (partikel (1) 1 hingga 20 μm kaca Area stres tinggi yang
besar) (2) 40-nm silika membutuhkan polesan yang
lebih baik (Kelas I, II, III,
IV)
Hibrid (midfilled) (1) 0.1- hingga 10-μm kaca Area stres tinggi yang
(2) 40-nm silika membutuhkan polesan yang
lebih baik (Kelas III, IV)
Hibrid ((minifilled) (1) 0.1- hingga 2-μm kaca Area dengan stres sedang
(2) 40-nm silika yang membutuhkan polesan
optimal (Kelas III, IV)
Nanohibrid (1) 0.1- hingga 2-μm kaca Area dengan stres sedang
atau mikropartikel resin yang membutuhkan polesan
(2) ≤100-nm nanopartikel optimal (Kelas III, IV)
Mikrofil homogen 40-nm silika Area stres rendah dan
subgingival yang
membutuhkan kilau dan
polesan tinggi
Mikrofil heterogen (1) 40-nm silika Area stres rendah dan
(2) Partikel resin subgingival di mana
prapolimerisasi yang penyusutan sangat penting
mengandung silika 40 nm
Nanofil <100-nm silika atau zirconia Area anterior dan area
Nanopartikel atau posterior non kontak
nanoclusters independen
homogen

b. Amalgam
Klasifikasi dental amalgam dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :
1) Berdasarkan bentuk partikel alloy
 Lathe cut alloys
Lathe cut memiliki bentuk partikel yang tidak beraturan. Berdasarkan ukurannya lathe
cut alloy ada yang berbutir halus dan berbutir kasar.

 Spherical alloy
Spherical alloy berbentuk agak kebulatan dan dibuat dengan proses atomisasi. Alloy
cair disemprotkan ke dalam kolom yang diisi dengan gas inert. Jika tetesan mengeras
sebelum mengenai permukaan, bentuk Spherical dipertahankan.
2) Berdasarkan jumlah logam alloy
 Binary alloys, yaitu campuran dua logam. Misalnya, perak-timah
 Ternary alloys, yaitu campuran tiga logam. Misalnya, perak-timah-tembaga
 Quartenary alloys, yaitu campuran dari 4 jenis logam. Misalnya, perak-timah-tembaga-
indium

c. Resin Modified Glass Ionomer Cement (RMGIC)


Monomer berbahan dasar metakrilat yang dapat larut dalam air telah digunakan untuk
menggantikan sebagian komponen cair hasil GIC konvensional dalam suatu kelompok bahan
yang disebut Resin Modified Glass Ionomer Cement. Monomer dapat dipolimerisasi dengan
aktivasi kimia atau cahaya atau keduanya, dan reaksi asam-basa GIC akan terjadi bersamaan
dengan polimerisasi. Beberapa RMGIC juga mengandung partikel pengisi non-reaktif, yang
memperpanjang working time, meningkatkan kekuatan awal, dan membuat semen kurang
sensitif terhadap kelembapan selama setting. Aplikasi klinis dari RMGIC adalah sebagai liners,
fissure sealants, material dasar, restoratif, dan perekat untuk braket ortodontik

4.Indikasi dan Kontraindikasi


1. Amalgam
 Indikasi.
a) Untuk klas I dan II Black
- Klas III, distal dari caninus dan ditempat- tempat yang pada perletakkannya tidak
mengganggu estetis .
- Klas V, 1/3 gingival gigi-gigi belakang.
b) Memperbaiki restorasi amalgam yang telah rusak.
c) Untuk membentuk inti/ “core” bagi retensi mahkota tiruan, pada kerusakan mahkota yang
luas dari gigi setelah perawatan endodontik.
d) Untuk penambalan gigi sulung.
e) Beberapa factor yang perlu diperhatikan dalam pemakaian amalgam, antara lain :
- Luas daerah yang akan ditumpat.
- Jenis bahan tambal yang sudah ada pada gigi sebelahnya maupun gigi antagonisnya.
- Faktor Esthetic/ kecantikan/segi penampilan
- Faktor Ekonomis
Indikasi amalgam adalah dapat digunakan untuk perawatan bagi segala usia, keadaan dengan
tekanan kunyah beragam dan ukuran kavitas dari kecil sampai sedang terutama untuk gigi
posterior, dapat digunakan sebagai dasar restorasi cor, metal-keramik dan keramik, pada pasien
dengan dana terbatas, pada pasien dengan kontrol saliva yang sulit, pada restorasi yang
menahan tekanan kunyah yang besar.
 Kontra Indikasi
Kontra indikasi amalgam adalah pasien yang memerlukan estetika terutama gigi anterior, pasien
yang mempunyai pengalaman alergi terhadap merkuri atau beberapa komponen metal dari
amalgam terutama nikel, dan pada restorasi yang luas bila biaya tidak menjadi masalah.

2. Resin Komposit
 Indikasi Pemakaian Resin Komposit
1) Sebagai bahan tambal gigi lubang karena caries. Bisa digunakan untuk tambalan gigi
anterior dan juga digunakan untuk gigi posterior bila aesthetis diperlukan.
- Pada umumnya digunakan untuk menumpat tumpatan kelas III.
- Untuk menumpat tumpatan kelas IV. Dapat pula digunakan pada gigi incisive yang
mengalami fraktur, dimana untuk mendapatkan retensi dari resin tersebut, maka dapat
disisipkan suatu pin atau pasak yang diletakkan secara extra pulpair.
- Untuk menumpat tumpatan kelas V. Dimana pada tumpatan kelas V dapat diberikan pin atau
pasak untuk menambah retensi. Jenis resin komposit yang dapat digunakan yaitu mikrofil.
- Pada tumpatan kelas II, dimana tekanan occlusal tidak merupakan suatu masalah dan segi
esthetic sangat di pentingkan. Misalnya dipakai untuk menumpat pada gigi premolar pertama
bawah dan premolar kedua bawah.
- Pada bagian Pedodontic, bahan ini telah dibuktikan kegunaanya untuk menumpat tumpatan
kelas I dan kelas II. Dimana untuk memperbaiki mahkota gigi yang sangat rusak sebelum
dilakukan preparasi untukpembuatan gigi dari logam atau mahkota tuang penuh yang terbuat
dari mas (full cast gold crown).
- Pada gigi belakang dengan caries pada bagian interproximal. Misalnya pada gigi molar
pertama dengan caries dibagian mesial, dimana gigi premolar keduanya telah hilang.
2) Untuk memperbaiki enamel gigi yang telah mengalami perubahan warna pada bagian labial
dari gigi depan.
3) Dapat digunakan sebagai restorasi dari fraktur incisal aged. Dalam hal ini digunakan acid
etchans yang memberikan retensi mekanis dari bahan tambal ini. Di samping itu untuk
mendapatkan retensi dapat digunakan pin.
4) Sebagai illusitrasi pada treatment gingival erosion tanpa pembuangan struktur gigi yang
sehat. Disini juga harus digunakan acid etchans.
5) Dapat digunakan untuk melekatkan methaal orthodontie brachets.
6) Sebagai salah satu bahan fissure sealant dalam tindakan propilactis idontotomy.
7) Dapat memperbaiki bentuk anatomi gigi dengan kelainan hypoplasi enamel.
.
 Kontra Indikasi:
1) Pada gigi dengan caries luas.
2) Pada tumpatan kelas I dimana tekanan occlusalnya sangat
besar. Misalnya dipakai pada gigi Molar I atas atau Molar I bawah.
3) Pada tumpatan kelas II, dimana kekuatan dari composite resin secara keseluruhannya kurang
baik bila dibandingkan dengan tumpatan amalgam.
4) Pada gigi incisive yang mengalami fraktur lebih dari 1/3 bagian mahkota.
-Indikasi komposit adalah pada kavitas kecil sampai sedang untuk gigi posterior dengan
tekanan kunyah yang kecil, semua restorasi anterior dengan ukuran kecil sampai sedang, dapat
digunakan untuk restorasi porselen, dan sebagai usaha preventif dari restorasi resin.
-Kontra indikasi komposit adalah pada restorasi gigi posterior dengan tekanan kunyah besar,
pada pasien yang sulit mengontrol saliva.

3. Glass Ionomer Cement (GIC)


 Indikasi :
1) Silicate sement digunakan pada gigi-gigi yang memerlukan
effect cosmetic lebih banyak
2) Pada kavita Black klas III yaitu pada kavita proximal pada
incisor dan cuspid dimana tidak termasuk sudut incisal
3) Pada kavita Black klas V pada incisor dan cuspid, yaitu
kavita pada permukaan labial atau palatinal/ lingual
4) Sebagai pengisi pigura pada tafel inlay
5) Pada premolar
6) Sebagai control dari Rampant Caries
 Kontra indikasi :
1) Pada gigi yang menerima tekanan kunyah yang besar
2) Pada penderita yang punya kebiasaan bernafas melalui mulut. Pada penderita ini gigi-gigi
nya akan selalu berada dalam keadaan kering; keadaan ini tak menguntungkan bagi bahan
tambalan ini yang memerlukan keadaan yang basah
3) Pada caries yang sudah mencapai tepi incisal (klas IV)

4. Resin modified glass ionomer cement (RMGIC)


 Indikasi
Bahan ini memeiliki retensi terhadap pemakaia yang lebih tinggi, resistensi kelembapan
yang lebih tinggi, kekuatan terhadap fraktur yang lebih baik, working time yang lebih
lama. Selain digunakan sebagai bahan restorasi, semen ionomer kaca modifikasi resin
dapat digunakan sebagai basis dan pelapis, proteksi fissure, agen luting, dan bahan
sementasi ortodontik.

 Kontraindikasi
Material ini tidak diindikasi bagi pasien yang memperlihatkan reaksi reaksi alergi terhadap
komposit resin.

5.Kelebihan dan Kekurangan

AMALGAM
Kelebihan Kekurangan
tidak sensitif kandungan mercury bersifat toksisitas
dapat mempertahankan bentuk anatomi mercury dapat berpenetrasi ke dalam
dari gigi struktur gigi dan dapat menimbulkan
perubahan warna gigi
harga yang relative murah Tensile strength rendah sehingga
meningkatkan risiko fraktur
tahan lama Creep yang sangat tinggi menyebabkan
kegagalan bertahap dari amalgam di tepi
restorasi.
lebih kuat dari semua jenis semen gigi yang Kurang estetik karena berwarna tidak
ada seperti gigi dan permukaannya kasar
Compressive strength sangat kuat sehingga Terjadi perubahan dimensi akibat ekspansi
tahan terhadap tekanan kunyah dan kontraksi ;
-kontraksi menyebabkan risiko kebocoran
marginal dari restorasi, yang menyebabkan
sensitivitas pulpa dan karies berulang di
tepi restorasi
-ekspansi meningkatkan risiko fraktur gigi,
sensitivitas pasca penempatan, atau
ekstrusi dari preparasi kavitas
Dapat digunakan pada suasana lembab Korosi dapat mengurangi kekuatan fisik dan
risiko biologis
Waktu ketahanan rata-rata amalgam Memiliki risiko tarnish/diskolorasi pada
posterior adalah 7 -15 tahun yang dinilai permukaan saat ada reaksi kimia
dari segi kandungan tembaga dan sengnya,
semakin banyak kandungan tembaga dan
seng maka tingkat ketahanannya semakin
baik
Gigi menjadi lebih sensitive terhadap panas
atau dingin setelah di tumpat
Tidak bersifat adhesive terhadap jaringan
keras
Perlekatan gigi secara mekanis
Amalgam mudah tampak kusam dan pecah
disebabkan oleh :
1. makanan dan minuman yang larut dalam saliva
2.Beberapa makanan dan minuman yang beraksi
dengan sendirinya dapat menjadi larut dalam
saliva mempengaruhi terjadi tarnish dan dan
karena pengunyahan yang dapat mengakibatkan
marginal fracture
3.sulfur dioxide
Sulfur dioksida dapat terlibat dalam banyak reaksi,
salah satunya dapat mempercepat noda dan korosi
logam
4.asam organik yang dihasilkan dari fermentasi
karbohidrat oleh bakteri
5.penurunan PH
penurunan pH akan mempengaruhi tarnish dan
ketahanan korosi.Restorasi logam dapat menjadi
timbunan yang parah dengan plak.

Faktor yang menyebabkan suatu tambalan tampak kusam dan pecah


- makanan dan minuman yang larut dalam saliva
Beberapa makanan dan minuman yang beraksi dengan sendirinya dapat menjadi larut
dalam saliva mempengaruhi terjadi tarnish dan dan karena pengunyahan yang dapat
mengakibatkan marginal fracture
- Sulfur dioxide
Sulfur dioksida dapat terlibat dalam banyak reaksi, salah satunya dapat mempercepat
noda dan korosi logam
- asam organik yang dihasilkan dari fermentasi karbohidrat oleh bakteri
- penurunan PH
penurunan pH akan mempengaruhi tarnish dan ketahanan korosi.Restorasi logam dapat
menjadi timbunan yang parah dengan plak.

Faktor yang menyebabkan tumpatan amalgam tarnish


- Konsistensi pencampuran bahan. Apabila proses pencampuran bahan tidak dilakukan
dengan benar, maka menyebabkan bahan menjadi lemah dan permukaannya kasar setelah
di-carving sehingga tumpatan lebih mudah mengalami tarnish.
- Terbentuknya perak sulfida pada permukaan.
Faktor yang menyebabkan tumpatan amalgam fraktur
- Creep adalah regangan atau deformasi yang terjadi karena adanya stress. Hal ini bisa
menyebabkan terjadinya marginal breakdown pada amalgam low-copper konvensional.
Semakin tinggi nilai creep, maka semakin besar pula kemungkinan amalgam untuk patah.
Creep menyebabkan amalgam mengalir keluar dari tempat yang seharusnya. Tensile
strength yang rendah dan adanya onset korosi menyebabkan bagian amalgam yang fraktur
meninggalkan ceruk di sekitar margin.

- Preparation atau finishing kavitas yang tidak benar. Apabila bagian unsupported enamel
tertinggal pada area marginal ketika preparasi kavitas, maka struktur gigi bisa mengalami
fraktur seiring berjalannya waktu. Hal ini bisa membuat ceruk pada amalgam sehingga
enamel dan amalgam bisa mengalami fraktur.

- Proses carving dan finishing ketika filling/kegagalan untuk menghilangkan bagian


permukaan yang banyak merkuri menyebabkan adanya ledge amalgam yang lemah pada
enamel sehingga menyebabkan fraktur dan meninggalkan ceruk pada margin. Ketika
carving terlalu dalam, amalgam menjadi terlalu tipis dan menyebabkan fraktur ketika
mendapatkan tekanan oklusal langsung.

Dampak jika tumpatan amalgam tersebut mengalami tarnish dan fraktur

Tarnish membuat perubahan warna di permukaan atau hilangnya kilap pada logam sering kali
merupakan cikal bakal korosi karena film yang kotor menumpuk komponen yang secara
kimiawi menyerang permukaan logam. Berbagai sulfida, seperti hidrogen atau amonium
sulfida, awalnya menjadi tarnish dan akhirnya menimbulkan korosi pada perak, tembaga, timah,
merkuri, dan logam paduan lain yang ada di dalamnya.

Jika terjadi fraktur maka tumpatan tersebut tidak bisa lagi digunakan sehingga harus dilakukan
penggantian amalgam.

Mekanisme Tarnish Amalgam

Tarnish hanya melibatkan hilangnya kilau dari permukaan logam atau paduan karena
pembentukan lapisan permukaan. Integritas paduan tidak terpengaruh sehingga diharapkan
tidak ada perubahan sifat mekanik. Amalgam mudah menjadi tarnish karena pembentukan
lapisan sulfide, oksida, atau klorida di permukaan restorasi amalgam.
Reaksi:
Ag + 1 + S-2 -------> Ag2S (film hitam)

Gambaran Klinis Tarnish amalgam


Tarnish terlihat seperti noda akibat terbentuknya endapan pada permukaan restorasi yang
muncul dari pembentukan film tipis, seperti oksida, sulfida, atau klorida yang pada hasil akhir
terjadi perubahan warna permukaan pada logam atau perubahan pada permukaan akhir dan
hilangnya kilau. Tarnish dijadikan sebagai indikasi awal terjadinya korosi

Mekanisme terjadinya Fraktur

Pecahnya wedge di bawah tekanan yang diberikan pada permukaan bebasnya mengandaikan
bahwa garis tepi amalgam dapat ditekan melebihi kekuatan alat pengikis. Secara umum, kondisi
ini hanya terpenuhi jika ada celah antara garis tepi amalgam dengan cavity wall dari lebar atau
lebih. Pada gambar dibawah ini untuk menjadi deformasi garis tepi amalgam pada garis putus-
putus.

Perlu dicatat bahwa pembagian didasarkan menjadi fraktur p dan t. bukan pada kondisi tekanan
di garis tepi amalgam yang dibebani, tetapi pada arah gaya yang menghasilkan rekahan dalam
kaitannya dengan permukaan amalgam bebas.

Pada gambar diagram garis tepi amalgam di bawah beban. A adalah dasar celah, BC adalah
permukaan pengisian bebas, dan d adalah lebar celah yang diperlukan untuk fraktur margin.
garis putus-putus menunjukkan bentuk garis tepi yang cacat.

besarnya d dapat dihitung dengan baik dari rumus:

p.r
d= E .sin α (1+v+8A α )mm
2

keterangan:

p adalah tekanan pada irisan dalam kp / mm2

r adalah panjang irisan dalam mm

v adalah rasio Poisson (-0,3) untuk miterial,


α adalah sudut dalam radian, dan

1
sin 2 α
A adalah 4
1−α . sin 2 α −cos 2 α

Pemuatan wedge dengan tekanan p akan menginduksi tarik tegangan di sisi wedge dan
tegangan di tekan pada sisi yang berlawanan. Karena kekuatan tarik amalgam perak jauh lebih
rendah dari kekuatan tekannya.

Gambaran Klinis Fraktur Amalgam


Fraktur pada amalgam terjadi akibat adanya retakan mikro melalui proses kelelahan siklik
dimana gambaran awal yang terlihat adalah adanya lapisan yang kaya akan merkuri yang
menerima beban oklusi yang terus menerus dan lama kelamaan amalgam menjadi tipis dan
lemah sampai terjadinya fraktur

RESIN KOMPOSIT
Kelebihan Kekurangan
Lebih baik dari segi estetik dari pada Memiliki potensi untuk berubah warna oleh
tumpatan amalgam maupun glass ionomer noda yang larut dalam air
efisiensi waktu, tenaga, biaya, dan Shrinkage menyebabkan perubahan warna
keamanan bahan tambalan pada tepi tumpatan
mudah pengaplikasiannya Penyusutan polimerisasi rendah
memberikan insulasi termal yang baik Kurang tahan lama dibandingkan amalgam
untuk pulpa gigi karena memiliki
konduktivitas termal komposit yang rendah
Dapat tahan terhadap penetrasi dan keausan Ekspansi termal yang lebih besar daripada
abrasif. struktur gigi menyebabkan perubahan
dimensi yang lebih besar dengan perubahan
suhu mulut
Memiliki konsentrasi filler yang tinggi Kekuaran kompresif dan lentur kurang
sehingga dapat dipoles sampai permukaan
sangat halus
Kekuatan lebih baik daripada GIC Lemah dalam melepaskan fluoride

RMGIC

Kelebihan Kekurangan
Dapat melepas banyak ion fluoride lebih Ketahanan aus tidak sekuat resin komposit
tinggi dibandingkan resin komposit dan
kompomer
Lebih memiliki segi estetik dibandingkan Compressive strength tidak sekuat resin
GIC namun tidak sebaik resin komposit komposit
Nilai fleksural strength dan diametral Penambahan HEMA dapat menyebabkan
tensile strength lebih tinggi dari semen toksisitas di daerah sel pulpa
ionomer kaca konvensional
Dapat bertahan dalam kondisi rongga Kekerasannya lebih rendah dibandingkan
mulut lebih baik dibandingkan GIC resin komposit dan kompomer
Memiliki sifat mekanik yang tinggi Saat terjadi pengerasan awal pada dan
sehingga dapat meningkatkan shelf life berkontak dengan air maka dapat merusak
permukaan semen
Reaksi polimerasi dapat menghasilkan
material restorasi menjadi lebih kuat dan
mengurangi kontaminasi air
Lebih tahan terhadap beban kompresi
akibat adanya resin tag
Dapat meremineralisasi daerah yang
terdemineralisasi atau disebut dengan
affected dentin
Penambahan HEMA dapat mengurangi
sensitivitas semen terhadap air sehingga
semen lebih cepat mengeras

6. Prosedur
Prosedur Amalgam
Manipulasi
 Perbandingan alloy dan mercury
Mercury, jumlah yang dikehendaki dapat diperoleh dengan menimbang atau
menggunakan suatu alat (volume dispenser). Cara yang kedua tersebut lebih cepat.
Alloy, dapat diukur dengan: Menimbang, Menggunakan table alloy, terutama pada
pencampuran secara mekanis, Menggunakan amplop yang telah ditimbang lebih dahulu
menggunakan volume dispenser.
Dua kekurangan volume dispenser untuk penggunaan ini ialah:
Sukar mengukur puder dalam satuan volume, karena berat bahan per volume tergantung pada
efisiensi susunan partikelnya dan alloy dapat lengket pada dinding dispenser.
Perbandingan takaran alloy/mercury sebesar 5/7 atau 5/8. Kelebihan mercury
mempermudah triturasi dan dapat diperoleh hasil campuran yang plastis. Sebelum bahan
dimasukkan ke dalam kavitas, kelebihan mercury diambil dengan cara memeras dalam kain
kasa.
Minimal mercury techniques, mercury dan alloy ditimbang dalam jumlah yang sama,
tidak perlu dilakukan pemerasan mercury sebelum dilakukan kondensasi, metode ini digunakan
pada pencampuran secara mekanis. Metode manapun yang dipergunakan, kelebihan mercury
yang muncul di permukaan selama pengisian kavitet harus diambil.
 Triturasi
Pencampuran manual dengan menggunakan mortar dan pastel yang terbuat dari gelas.
Permukaan dalam mortar agak kasar yang berguna untuk mempertinggi frekuensi gesekan
antara amalgam dan permukaan mortar. Teknik ini sudah jarang digunakan lebih cepat
menggunakan metode mekanis, karena risiko terhirup mercury lebih kecil.
 Pencampuran secara mekanis
Alloy dan mercury dalam perbandingan yang tepat, dapat dicampur secara mekanis di
dalam kapsul baik dengan atau tanpa menggunakan pastel plastic atau stainless steel. Harus
dipergunakan pastel yang diameternya lebih kecil dari kapsulnya, bila alloy berbentuk pil
sehingga memudahkan menghancurkannya. Amalgamator mekanis mempunyai pengatur waktu
sehingga waktu pencampuran yang tepat dapat terjamin serta dapat dilakukan berulang-ulang.
Bahan untuk ini tersedia dalam bentuk kapsul, masing-masing kapsul berisi alloy dalam berat
yang sudah diukur dan mercury dalam jumlah yang sebanding berada terpisah di bagian
tutupnya. Sekat pemisah harus dipecah sebelum kapsul dimasukkan pada amalgamator
mekanis.
Pemilihan waktu triturasi adalah sangat penting.ini tergantung pada tipe alloy yang
digunakan serta kecepatan mencampur. Pada beberapa alloy kaya cuprum tertentu perlu diawasi
kondisi triturasi yang tepat. Beberapa produk seperti ini membutuhkan energi yang besar pada
pencampuran diperlukan untuk menghancurkan pelapis oksida yang terbentuk pada partikel
kaya kuprum.
Pengadukan selama 60 detik, apabila bahan tumpatan sudah mengkilat dan menempel di
dinding mortat berarti sudah homogeny, letakkan di dalam kain kasa peras menggunakan
pincet, apabila kelebihan mercuri akan ke luar lewat kain kasa tersebut.
 Kondensasi
Bahan yang telah dicampur kemudian dimasukkan ke dalam kavitas sebagian demi
sebagian sehingga: Setiap bagian teradaptasi dengan baik menggunakan alat kondensor sesuai
ukuran besar kavitasnya. Setiap kali amalgam dimasukkan lalu diberi tekanan. Kelebihan bahan
yang kaya mercury akan muncul ke permukaan setiap kali dilakukan kondensasi. Bahan
hendaknya dikondensasi sesegera mungkin setelah pencampuran. Bila dibiarkan terlalu lama
dan mulai set maka:
Tidak bias diperoleh adaptasi yang baik dengan dinding kavitas
Tambalan yang diperoleh kurang kuat
 Trimming dan Carving
Bila kavitas diisi terlalu banyak, maka bagian atas yang kaya mercury dapat dibuang
dan tambalan dibentuk sesuai dengan anatominya.
 Pemolesan
Amalgam konvensional baru dapat dipoles paling cepat 24 jam setelah penambalan,
yaitu setelah tambalan cukup kuat. Amalgam yang kaya cuprum lebih cepat mendapatkan
kekuatannya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan:
Mercury toksis, maka mercury bebas sebaiknya jangan dibiarkan terbuka di udara.
Bahaya ini juga bias timbul sewaktu triturasi, selama kondensasi, selama pemolesan restorative
juga waktu pengeluaran tambalan lama yang dilakukan dengan bur kecepatan tinggi.
Harus dicegah adanya mercury yang berkontak dengan kulit karena bahan ini dapat
diabsorbsi oleh kulit.
Kelebihan mercury hendaknya jangan dibuang ke dalam tong sampah, karena bahan ini
dapat bereaksi dengan alloy rumah tangga ( seperti pipa air, pipa gas, dan lain2). Juga harus
dicegah kontaminasi amalgam oleh lembab.

Prosedur RMGIC
RMGIC dapat ditemukan dalam bentuk sediaan bubuk-liquid, sediaan pasta, dan sediaan
kapsul. Untuk sediaan bubuk-liquid, manipulasi RMGIC sama dengan manipulasi semen
ionomer kaca pada umumnya, yang membedakannya pada akhir restorasi akan disinari dengan
menggunakan light-cure dan dapat diselesaikan dalam 5-10 menit dari waktu setting awal.

Adapun tahapan manipulasi sediaan bubuk-liquid RMGIC, yaitu:


1. Ambil bubuk dari dalam kemasan, lalu ratakan bubuk dengan bagian yang datar pada tutup
untuk mendapatkan takaran yang padat, peres dan sesuai dengan takaran pabrik
2. Letakkan bubuk diatas paper pad dan bagi menjadi dua bagian. Teteskan liquid sesuai
dengan takaran pabrik di samping bubuk
3. Dengan menggunakan spatula agate (platic spatula), bawa bagian pertama bubuk ke arah
liquid dan lakukan pencampuran dengan gerakan rolling (melipat). Pencampuran dilakukan
dalam waktu 10 detik
4. Selanjutnya bawa kembali bagian kedua bubuk dan lakukan pencampuran dengan gerakan
rolling (melipat) sampai semua partikel menjadi homogen. Waktu pengadukan tidak boleh
lebih dari 20-25 detik
5. Masukkan campuran yang sudah homogen ke dalam kavitas gigi yang sudah di restorasi
6. Sinari tumpatan dengan menggunakan light curing unit selama 20-30 detik. Selanjutnya
restorasi dapat dilapisi dengan varnish atau bonding agent.

Adapun tahapan manipulasi sediaan pasta RMGIC, yaitu:


1. Buka tutup dari pencampur clicker, laku keluarkan pasta ke mixing pad dengan menekan
pasta selama 2-3 detik
2. Campurkan bahan selama 20 detik hingga mencapai warna yang merata dan usahakan
jangan sampai terbentuk rongga udara
3. Masukkan bahan ke dalam kavitas gigi yang direstorasi. Sebelumnya, kavitas gigi harus
sudah diberikan conditioner nano primer dan sudah disinari menggunakan light cure
selama 15 detik
4. Sinari tumpatan dengan menggunakan light cure unit selama 20-30 detik. Kedalaman
bahan tambal untuk penyinaran ini tidak boleh lebih dari 2mm.

Untuk RMGIC dalam kemasan kapsul, campuran telah diaduk dengan takaran yang seragan
dengan rongga udara yang lebih sedikit dibandingkan dengan mekanisme hand-mixing, Rasio
bubuk-liquid yang optimal sangat penting dalam menjaga ketahanan sifat fisik dan keberhasilan
klinis restorasi. Warna dapat diperbaiki dan tekstur permukaan dapat dipertahankan dengan
mengerjakan restorasi RMGIC dalam lingkungan yang basah (semprotan air atau pelumas yang
larut dalam air) dan kemudian dilapisi dengan varnish pelindung atau bonding agent.

Prosedur Resin Komposit


Preparasi kavitas
- Pemberian pelapik kalsium hidroksida di atas dentin

- Pemberian etsa pada seluruh kavitas dan dicuci sampai bersih

- Pengolesan bahan bonding dan penyinaran dengan light-curing equipment


- Penumpatan kavitas dengan warna resin komposit yang sesuai warna gigi
sekitarnya dengan menggunakan Vita shade guide
- Pembentukan kembali anatomis seperti gigi asli

- Penyinaran permukaan restorasi dengan light-curing equipment

- Pemolesan permukaan restorasi resin komposit

7. Cara mencegah kerusakan


Meski berkali-kali diabaikan dalam analisis kelangsungan bahan restoraif faktor terkait
pasien berperan peran penting pada umur panjang restorasi. Diantaranya adalah Resiko karies
pada pasien telah terbukti secara signifikan mempengaruhi umur panjang restorasi. Selain itu
Bruxism atau kebiasaan mengertak dan mengatup yang berlebihan bisa mempengaruhi struktur
gigi yang sehat dari waktu ke waktu mengakibatkan keausan gigi dan patahnya gigi,
mekanismenya sama tampaknya terkait dengan peningkatan risiko patahnya restorasi.
Tarnish dan korosi dari bahan logam juga dapat terjadi akibat senyawa kimia pada makanan dan
minuman. Semua unsur dari makanan dan minuman dapat tergabung ke dalam saliva. Namun,
kebanyakan dari makanan tersebut ditelan terlebih dahulu sebelum pemecahan menjadi senyawa kimia
dasar terjadi. Tetapi, terdapat beberapa makanan dan minuman yang mengandung bahan kimia reaktif
dengan sendirinya tanpa adanya reduksi, dan dapat larut dalam air liur dan mempengaruhi Tarnish dan
korosi dari logam bahan. Beberapa di antaranya termasuk berbagai asam organik, seperti laktat, tartarat,
oleat, askorbat, fumarik, maleat, dan suksinat, serta sulfat, klorida, nitrat, sulfida, asetat, bikromat,
formaldehida, sulfoksilat, urea, dan nutrisi dari lipid, karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral.
Oleh karena itu, untuk menjaga kelangsungan hidup dari bahan restoratif dilakukan
upaya untuk mengurangi faktor-faktor yang disebutkan diatas, dengan cara :
1. Menjaga Kebersihan Rongga Mulut untuk mengurangi resiko karies.
2. Menghindari kebiasaan untuk mengertak gigi secara berlebihan.
3. Menghindar konsumsi makanan yang terlalu keras.
4. Mengindari makanan ataupun minuman yang asam.
5. Kunjungi dokter gigi untuk pemeriksaan dan pembersihan.

B. Finishing dan Polishing


1.Definisi
Finishing adalah proses menghaluskan permukaan yang tidak rata pada restorasi ketika proses
contouring menggunakan instrumen pemotong atau penghalus atau keduanya untuk
memperoleh anatomi yang sesuai, sedangkan polishing adalah proses pembuatan hasil akhir
yang halus dan mengkilap pada permukaan bahan restorasi.

2.Tujuan
Metode finishing dan polishing sangat mempengaruhi penampilan estetika dan daya tahan
restorasi komposit. Tujuan dilakukannya finishing yaitu untuk membuat bentuk anatomi dan
menghilangkan bahan restoratif yang berlebih. Sementara poles atau polishing dilakukan untuk
meningkatkan kilau restorasi dan menghasilkan tampilan alami yang menyerupai enamel. Maka
dari itu finishing dan polishing sangat berperan penting agar restorasi terlihat seperti gigi
aslinya, memiliki nilai estetika, dan daya tahan yang tinggi.

3.Alat dan Bahan yang digunakan


Alat:
1. Micromotor 6. Penjepit
2. Mesin pulas 7. Amplas halus
3. Hand piece 8. Amplas kasar
4. Stone 9. Cone
5. Fresser 10. Brush

Bahan:
a. Chalk
Suatu mineral yang membentuk Calcite, mengandung Calcium Carbonat. Digunakan sebagai
pasta abrasi ringan, untuk memoles enamel gigi, gold foil, amalgam dan plastik material.

b. Arkansas stone
Suatu semitranslucent, abu-abu yang terdiri mikrokristalin quartz, padat, keras.

c. Emery
Suatu corundum abrasive hitam abu-abu dalam bentuk grain. Digunakan dalam bentuk
selubung abrasive pada disk untuk finishing metal alloy atau akrilik resin material.
d. Corundum
Bentuk mineral dari aluminum oxide, putih warnanya. Digunakan untuk grinding, metal alloy
dikenal dengan white stone.

e. Garnet
Yang terbentuk dari sejumlah mineral yang berbeda membentuk suatu kristaline. Mineral-
mineral yang terkandung yaitu : Aluminium silikat, cobalt, besi, magnesium dan mangan.
Garnet ini sangat keras dan sering dibuat untuk melapisi disk. Digunakan utk grinding metal
alloy dan resin akrilik material.

f. Diamond
Disebut juga superabrasive, sangat keras dan sangat efektif untuk enamel gigi.

g. Quartz
Suatu partikel quartz kristaline dalam bentuk sharp, angular partikel dan dipakai sebagai lapisan
abrasive pada disk. Digunakan untuk finishing metal alloy dan grinding enamel gigi.

h. Sand
Adalah campuran partikel-partikel kecil dari silica. Dipakai dalam melapisi paper disk untuk
grinding metal dan akrilik resin.

4. Prosedur
Restorasi Resin Komposit
Dental komposit adalah salah satu jenis bahan yang paling sulit diprediksi untuk
diselesaikan dan dipoles hingga berkilau tinggi karena mengandung matriks resin yang relatif
lembut dan partikel pengisi yang keras dalam strukturnya. Setiap merek resin komposit
mengandung mikrostruktur yang berbeda. Oleh karena itu, ada berbagai metode untuk finishing
dan polishing komposit yang berbeda dan persyaratan waktu yang berbeda untuk mencapai
kilau yang diinginkan (Gambar 11-16). Selain itu, pemeliharaan kilau dari waktu ke waktu
dapat sangat bervariasi karena perbedaan mikrostruktural (Gambar 11-17). Ini berarti harus ada
pengasahan selektif yang terkait dengan bahan lunak dan partikel yang lebih keras, situasi yang
terlihat jelas dengan komposit hybrid. Selain itu, hasil akhir dari restorasi komposit bergantung
pada pengisi dan matriks resin, desain preparasi, efektivitas curing, dan waktu postcuring yang
dibutuhkan material untuk mencapai sifat akhirnya. Untuk beberapa material komposit,
dianjurkan penundaan 10 menit atau lebih setelah curing untuk memungkinkan terjadinya
polimerisasi lengkap. Lampu curing untuk polimerisasi seperti lampu halogen harus
menghasilkan keluaran cahaya minimal 475nm/mm2 untuk sebagian besar komposit yang
dimulai dengan potret. Komposit yang dikeringkan secara kimia harus ditempatkan dengan
benar pada gigi yang telah disiapkan selama waktu kerja bahan.
Partikel pengisi yang terpapar menciptakan puncak dan lembah yang mencegah
permukaan memperoleh kilau tinggi. Selama setiap tahap penyelesaian dan pemolesan, operator
harus melanjutkan ke satu arah saja. Kemudian, setelah penggunaan abrasif berikutnya secara
berurutan, pemolesan harus dilanjutkan ke arah tegak lurus dengan yang sebelumnya. Proses ini
memastikan bahwa goresan menjadi lebih terlihat dan bahwa efektivitas penghilangan goresan
dapat dinilai lebih cepat. Instrumen abrasif dan pemoles yang direkomendasikan harus
digunakan dalam urutan yang benar, dan tahap abrasif menengah tidak boleh dilewatkan.
Misalnya, mengikuti cakram pengikis kasar dengan pengikis halus daripada pengikis grit
medium akan meninggalkan beberapa goresan yang dihasilkan oleh pengikis kasar. Operator
dapat memilih untuk menggunakan satu sistem dari awal hingga akhir (seperti cakram karet
yang dilapisi abrasif atau fleksibel abrasif) atau menggabungkan sistem yang berbeda
berdasarkan preferensi dan lokasi restorasi (seperti amplas untuk area anterior atau sikat untuk
area posterior).

Teknik finishing dan polishing terdiri dari tiga langkah penting: Pertama, kontur
restorasi baik dengan bur karbida beralur 12, bur berlian 30- hingga 100-μm, atau cakram
berlapis abrasif kasar, tergantung pada preverensi dokter gigi. Selanjutnya, selesaikan dengan
bur karbida beralur 16 hingga 30, bur berlian halus dan ekstra halus, batu putih (aluminium
oksida), batu Arkansas putih, atau cakram berlapis abrasif halus dan sedang. Terakhir poles
dengan pasta pemoles halus dan ekstra halus (aluminium oksida atau berlian); cakram berlapis
abrasif ekstra halus; sikat yang diresapi silikon karbida; atau cakram, tonjol, atau titik pemoles
karet yang diresapi berlian. Kebanyakan sistem finishing dan polishing, baik yang diresapi atau
dilapisi dengan abrasif tersedia dalam berbagai kit berkode warna. Petunjuk pabrik untuk
penggunaannya harus diikuti untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Tampak pada Gambar 11-18 adalah dua foto klinis dari restorasi komposit kelas II yang terbuat
dari resin komposit Tetric EvoCeram (Ivoclar Vivadent) setelah pmolesan (kiri atas) dan setelah
12 bulan layanan klinis (kanan atas). Gambar tengah bahwa mewakili gambar pemindaian laser
yang dihasilkan dari superposisi pemindaian permukaan kedua di atas gambar yang dibuat pada
awal. Area merah menunjukkan hilangnya komposit atau email gigi selama periode 12 bulan.
Kedalaman keausan maksimum di dua lokasi adalah 160 dan 190 μm.
Dental Amalgam
Pemolesan sebelum pengukiran dapat menghilangkan kelebihan merkuri dan
meningkatkan adaptasi marginal, dan pemolesan setelah pengukiran meningkatkan kehalusan.
Namun, pemolesan saja tidak akan memberikan permukaan yang benar- benar bebas goresan
dan retensi untuk restorasi amalgam. Handpieces kecepatan rendah harus digunakan untuk
finishing dan polishing restorasi amalgam. Sebelumnya, direkomendasikan untuk menunggu 24
jam sebelum memoles restorasi amalgam agar amalgam dapat mengeras sepenuhnya. Namun,
jika permukaan restorasi pada awalnya diselesaikan dengan pasta profilaksis yang sangat halus
yang dioleskan dengan cotton pellet atau tonjol profil karet tidak bergaris yang diputar dengan
kecepatan lambat dan tekanan ringan, akan diperoleh hasil akhir yang halus dan lembut dan
memperoleh kilau saat dioleskan biasanya di mulut. Amalgam bulat diatur lebih cepat dan dapat
diselesaikan dan dipoles lebih cepat.
Jika amalgam telah mengeras hingga tahap lanjut dimana abrasi dengan pasta porfilaksis halus
tidak lagi efektif, prosedur berikut dapat digunakan pada janji temu dental berikutnya: (1)
kontur dengan batu hijau kecepatan lambat atau bur berlian atau titik karet hijau atau coklat;
dan (2) oleskan campuran batu apung halus dan air atau alkohol dengan sikat putar atau roda
kempa untuk memoles permukaan.

5. Dampak jika tidak dilakukan finishing dan polishing


1. Dampak jika tidak dilakukan finishing dan polishing pada Resin Komposit
Yaitu pada bagian permukaan gigi menjadi kasar dimana mempengaruhi adhesi awal dan
retensi mikroorganisme yang dapat menahan lebih banyak plak sehingga meningkatkan
perlekatan plak pada gigi. Selain itu, permukaan kasar ini telah berkorelasi dengan
peningkatan karies sekunder, perubahan warna serta mengiritasi gingiva yang dapat
menyebabkan peradangan pada gingiva. Restorasi yang tidak dilakukan polishing dapat
meningkatkan insiden gesekan dan meningkatkan keausan atau hilangnya bahan dari
permukaannya ke bagian yang lain pada enamel yang berlawanan pada area kontak
oklusal. Secara keseluruhan, jika tidak dilakukan finishing dan polishing pada resin
komposit dapat membuat nilai estetika dari gigi menurun karena tidak dapat
mempertahankan kilau permukaan alami dan kontur yang diperlukan untuk meniru gigi di
sekitarnya serta ketahanan tambalan yang menurun.

2. Dampak jika tidak dilakukan finishing dan polishing pada Dental Amalgam
Yaitu dapat meninggalkan amalgam yang berlebihan pada gigi karena amalgam memiliki
kandungan mercury yang bersifat toksisitas jika tidak dilakukan finishing dan polishing
akan berbahaya untuk kesehatan gigi dan mulut.

Daftar Pustaka

1. Dorland's illustrated Medical Dictionary 32nd edition, Dorland, Douglas M. Anderson, 2012.
2. Gambaran penggunaan bahan tumpatan Di Rumah Sakit Gigi dan Mulut PSPDG Fakultas
Kedokteran Unsrat 2015 , Jurnal Ilmiah Farmasi , 2016
3.RESIN MODIFIED GLASS IONOMER CEMENT SEBAGAI MATERIAL ALTERNATIF
RESTORASI UNTUK GIGI SULUNG, ODONTO Dental Journal , Diana Setya Ningsih, 2014
4. Kamus saku kedokteran dorland edisi 30, dorland, 2015
5. K-Means untuk KLASIFIKASI PENYAKIT KARIES GIGI , Kumpulan Jurnal Ilmu
Komputer (KLIK) Volume 01, Novita Meisida, Oni Soesanto, S.Si, M.Si , Heru Kartika
Chandra, S.Si, M. T, 2014
6. Kamus Kedokteran Gigi, Robert Ireland, 2014
7. kamus kedokteran gigi, 2020, Robert Ireland
8. Original Research Cariology, Clinical Performance of Fluorescence based methods for
detection of occlusal caries lesions in primary teeth, 2017.
9.Original Research Cariology, Clinical Performance of Fluorescence based methods for
detection of occlusal caries lesions in primary teeth, 2017
10. F.J Harty, R.Ogston, Kamus Kedokteran Gigi , 2002
11. phillips science of dental material, anuvice, shen, rawls (elsevier) , edisi 12.
12. Finishing and polishing criteria for minimally invasive composite restorations, cosmetic
dentistry, 2011.
13. Anusavice, K.J., Chiayi, S., Rawls, H.R. 2013. Phillips’ Science of Dental Materials.ed ke-
12: Elsevier.
14. McCabe, J.F. and A.W.G. Walls. 2008. Applied Dental Materials. 9 th Edition. Boston:
Singapore: Blancwell Publishing
15.Irawan B. 2012. “Peran Bahan Restorasi Kedokteran Gigi Dalam Keberhasilan Pembuatan
Restorasi.” Makassar Dental Journal 1(4):1–8.
16. Widyastuti, Noor Hafida and Nabila Amalia Hermanegara. 2017. “Perbedaan Perubahan
Warna Antara Resin Komposit Konvensional , Hibrid , Dan Nanofil Setelah Direndam Dalam
Obat Kumur Chlorhexidine Gluconate 0,2%.” Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi 1(1):52–57.
17. Dental Material, Siti Sulastri, 2017
18. Sakaguchi, R. L., & Powers, J. M. (2012). Craig's restorative dental materials-e-book.
Elsevier Health Sciences.
19. Demarco, F.F., Collares, K., Correa, M.B., Cenci, M.S., MORAES, R.R.D. and Opdam,
N.J., 2017. Should my composite restorations last forever? Why are they failing?. Brazilian
oral research, 31.
20. Anusavice, Kenneth J. Phillips’ science of dental materials. 12th ed. 2013.
21. Choo, A., Delac, D.M. and Messer, L.B., 2001. Oral hygiene measures and promotion:
review and considerations. Australian dental journal, 46(3), pp.166-173.
22. Anusavice, KJ. Phillips science of dental materials. 12th ed., St. Louis Saunders; 2013.
23. Nasoohi N, Hoorizad M, Tabatabaei SF. Effects of Wet and Dry Finishing and Polishing on
Surface Roughness and Microhardness of Composite Resins. Journal of Dentistry (Tehran,
Iran). 2017 Mar;14(2):69-75.
24. Finishing and polishing criteria for minimally invasive composite restorations, cosmetic
dentistry, 2011
25. Sulastri, S. (2017). Dental Material.
26.Powers, J. M., Wataha, J. C., & Chen, Y.-W. (2017). Dental MaterialsmFoundations and
Application. United States: Elsevier.
27.Ningsih, D. S. (2014). RESIN MODIFIED GLASS IONOMER CEMENT
SEBAGAI MATERIAL ALTERNATIF RESTORASI UNTUK GIGI SULUNG.
ODONTO Dental Journal.Volume 1.Nomor 2, 2-5.
28.Irawan, Bambang. 2012. “Peran Bahan Restorasi Kedokteran Gigi Dalam
Keberhasilan Pembuatan Restorasi.” Makassar Dental Journal 1(4):1- 8.
29 KEMENDIKBUD. Guru Pembelajaran Modul Paket Keahlian Keperawatan Sekolah Menengah
Kejuruan.2016.Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
30. ohn F. Mc Cabe, Angus Walls-Applied Dental Materials-Wiley-Blackwell(2008)
31.Manappallil John J.-Basic Dental Materials
32. Marcia A. Gladwin, Michael Bagby-Clinical Aspects of Dental Materials_ Theory, Practice,
and Cases, 3rd Edition-Lippincott Williams & Wilkins (2008)
33. Megremis, S. and Carey, C.M., 2006. Corrosion and tarnish of dental alloys.
34. Schoonover, I.C. and Souder, W., 1941. Corrosion of dental alloys. The Journal of the
American Dental Association, 28(8), pp.1278-1291.
35. Mahler, D.B., Terkla, L.G., Van Eysden, J. and Reisbick, M.H., 1970. Marginal fracture vs
mechanical properties of amalgam. Journal of Dental Research, 49(6), pp.1452-1457.
36. Kurniawati, Adrianing Chandra. 2014. “Pengaruh Perendaman Infused Water Dan
Penyikatan Gigi Terhadap Kekasaran Permukaan Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin.”
Jurnal Material Kedokteran Gigi 3(2):67–74.
37. Clinical Evaluation of Reasons for Replacement of Amalgam Restorations in Patients
Referring to a Dental School in Iran. J Dent Res Dent Clin Dent Prospect. 2010.
38. The Mechanism of Marginal Fracture of Amalgam Fillings, Knud Drever Jorgensen, 1965

Anda mungkin juga menyukai