Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“ BERSATU DALAM KEBERAGAMAN DAN


DEMOKRASI “

Disusun Oleh :

Marchendy Nugraha Saputra – (XII IPA 1)

SMA NEGERI 1 BOJONGSOANG

Jl. Sapan Gudang, Tegaluar

TAHUN AJARAN 2021-2022

1
DAFTAR ISI

SAMPUL................................................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................2
KATA PENGANTAR............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................4
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah.................................................................4
1.4 Metode Penelitian.................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Demokrasi dan Syura............................................................................6
2.1.1 Demokrasi..............................................................................6
2.1.2 Syura......................................................................................6
2.2 Perbedaan dan Persamaan Demokrasi dan Syura.................................7
2.3 Pandangan Ulama Terhadap Demokrasi............................................9
2.4 Keberagaman dalam Islam dan Demokrasi........................................13
2.4.1 Keberagaman dalam Islam..................................................13
2.4.2 Pandangan Islam terhadap Keberagaman ...........................14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ........................................................................................16
3.2 Saran...................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Bersatu dalam Keberagaman dan Demokrasi” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Ibu Lilis pada Perbaikan Nilai Semester 5 Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Bersatu dalam Keberagaman bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lilis, selaku Guru mata
pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 27 Desember 2021

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberagaman adalah suatu kondisi masyarakat dimana terdapat


perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang terutama bangsa, ras, agama,
ideologi dan budaya.

Dalam konteks Keberagaman, tentu akan menyinggung pada bagaimana


terciptanya suatu keputusan yang dapat menghormati semua keberagaman. Maka
dari itu haruslah ada sistem Demokrasi.

Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana semua warganya


memiliki hak yang sama dalam pengambilan suatu keputusan yang dapat
mengubah hidup mereka. Demokrasi juga diartikan sebagai Pemerintahan dari
Rakyat, oleh Rakyat dan untuk Rakyat.

Demokrasi dalam islam adalah ideologi politik yang berusaha menerapkan


prinsip-prinsip islam kedalam kebijakan publik dalam kerangka demokrasi.

Sistem demokrasi di Barat memiliki tujuan-tujuan yang sifatnya Dunuawi


dan materialistis. Oleh karena itu kita harus mempelajari sistem demokrasi yang
sejalan dengan aturan Islam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sikap Islam menghadapi Keberagaman?


2. Bagaimana jalannya demokasi dalam islam?
3. Bagaimana pandangan Islam terhadap Demokrasi?

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah

a. Untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Pendidikan Agama dan Budi


Pekerti

4
b. Untuk menambah wawasan dan mengetahui pandangan Islam terhadap
Keberagaman dalam Demokrasi

1.4. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah melalui


pendekatan keperpustakaan dan Internet sebagai upaya pemantapan naskah
penulis makalah.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Demokrasi dan Syura

Demokrasi identik dengan Syura dalam islam karena ada persamaan dalam
keduanya

2.1.1 Demokrasi

Demokrasi berasal dari bahasa Yunani δημοκρατία (dēmokratía)


"kekuasaan rakyat", yang terbentuk dari δῆμος (dêmos) "rakyat" dan κράτος
(kratos) "kekuatan" atau "kekuasaan"

Kata "demokrasi" pertama muncul pada mazhab politik dan filsafat


Yunani kuno di negara-kota Athena. Dipimpin oleh Cleisthenes, warga Athena
mendirikan negara yang umum dianggap sebagai negara demokrasi pertama pada
tahun 507-508 SM. Cleisthenes disebut sebagai "bapak demokrasi Athena."

Secara istilah, kata demokrasi dapat ditinjau dari dua segi makna.

Pertama, demokrasi dipakai sebagai suatu konsep yang berkembang dalam


kehidupan politik pemerintah, yang di dalamnya terdapat penolakan terhadap
adanya kekuasaan yang terkonsenntrsi pada satu orang dan menghendaki
peletakan kekuasaan ditangan orang banyak (Rakyat) baik secara langsung
maupun dalam perwakilan.

Kedua, demokrasi dimaknai sebagai suatu konsep yang meghargai hak-hak dan
kemampuan indivdu dalam kehidupan bermasyarakat.

2.1.2 Syura

Dalam bahasa arab: ‫ورى‬UU‫ ش‬/syura  adalah sebuah kata Arab untuk
“konsultasi”. Al-Qur’an dan Muhammad mendorong Muslim untuk memutuskan
urusan mereka dalam konsultasi dengan orang-orang yang akan berdampak pada
keputusan tersebut. Syura disebutkan sebagai kegiatan terpuji yang sering dipakai

6
dalam mengorganisir urusan masjid, organisasi Islam, dan merupakan istilah
umum yang melibatkan parlemen. Kata syura diambil dari “syaawara”, yang
artinya saling memberi pendapat, saran, atau pandangan.

Menurut istilah, Syura didefinisikan sebagai berikut :

a. Ar Raghib al-Ashfahani yang mendefinisikan syura sebagai proses


mengemukakan pendapat dengan saling merevisi antara peserta syura.
b. Ibnu al-Arabi al-Maliki mendefinisikan syura dengan berkumpul untuk
meminta pendapat (dalam suatu permasalahan) dimana peserta syura
saling mengeluarkan pendapat yang dimiliki.
c. Adapun definisi syura yang diberikan oleh pakar fikih kontemporer
diantaranya adalah proses menelusuri pendapat para ahli dalam suatu
permasalahan untuk mencapai solusi yang mendekati kebenaran

Dari beberapa definisi di atas syura merujuk pada musyawarah untuk


mufakat dalam mendiskusikan sesuatu hal saling berargumentasi, berdebat,
mengeluarkan ide-ide karena adanya perbedaan pendapat dan kemudian pada
akhirnya mencapai kesepakatan bagi semua pihak.

Di dalam QS. Asy Syura ayat 38, Allah Swt telah berfirman

َ ‫صالةَ َوَأ ْم ُر ُه ْم ش‬
َ‫ُورى بَ ْينَ ُه ْم َو ِم َّما َر َز ْقنَا ُه ْم يُ ْنفِقُون‬ َّ ‫ست ََجابُوا لِ َربِّ ِه ْم َوَأقَا ُموا ال‬
ْ ‫َوالَّ ِذينَ ا‬

“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Rabb-nya dan


mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan
kepada mereka”.

2.2 Persamaan dan Perbedaan Demokrasi dan Syura

Persamaan konsep syura dengan konsep demokrasi adalah keduanya


mengakui dan menghargai setiap hak individu untuk dapat mengemukakan
pendapat dimana keduanya juga memiliki prinsip persamaan, kebebasan dan
keadilan didalam melakukan musyawarah.

7
Sedangkan perbedaannya adalah sebagai berikut :

a. Titik perbedaan mendasar antara konsep demokrasi dengan syura Islam


adalah terletak pada sumber kedaulatannya. Demokrasi sumbernya, suara
rakyat adalah legitimasi dari suara Tuhan. Sedangkan dalam syura, suara
Tuhan haruslah menjadi suara rakyat

b. Sistem demokrasi hanya berusaha untuk merealisasikan berbagai tujuan


yang bersifat materil demi mengangkat martabat bangsa dari segi
ekonomi, politik, dan militer. Sistem ini tidaklah memperhatikan aspek
ruhiyah.

Berbeda tentunya dengan sistem Islam, dia tetap memperhatikan faktor-


faktor tersebut tanpa mengenyampingkan aspek ruhiyah diniyah, bahkan
aspek inilah yang menjadi dasar dan tujuan dalam sistem Islam.Dalam
sistem Islam, aspek ruhiyah menjadi prioritas tujuan dan kemaslahatan
manusia yang terkait dengan dunia mereka ikut beriringan di belakangnya.

c. Di dalam sistem demokrasi, rakyat memegang kendali penuh. Suatu


undang-undang disusun dan diubah berdasarkan opini atau pandangan
masyarakat. Setiap peraturan yang ditolak oleh masyarakat, maka dapat
dimentahkan, demikian pula peraturan baru yang sesuai dengan keinginan
dan tujuan masyarakat dapat disusun dan diterapkan.

Berbeda halnya dengan sistem Islam, seluruh kendali berpatokan pada


hukum Allah suhanahu wa ta’ala. Masyarakat tidaklah diperkenankan
menetapkan suatu peraturan apapun kecuali peraturan tersebut sesuai
dengan hukum Islam yang telah diterangkan-Nya dalam al-Quran dan
lisan nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian juga dalam
permasalahan ijtihadiyah, suatu peraturan dibentuk sesuai dengan hukum-

8
hukum politik yang sesuai dengan syari’at

d. Demokrasi memiliki kaitan erat dengan eksistensi partai-partai politik,


padahal hal ini tidak sejalan dengan ajaran Islam karena akan
menumbuhkan ruh perpecahan dan bergolong-golongan.
e. Syura menggariskan batasan syar’i yang bersifat tetap dan tidak boleh
dilanggar oleh majelis syura. Adapun demokrasi tidak mengenal batasan
yang tetap. Justru aturan-aturan yang dibuat dalam sistem demokrasi
berevolusi dan menghantarkan tercapainya hukum yang mengandung
kezhaliman menyeluruh yang dibungkus dengan slogan hukum mayoritas

2.3 Pandangan Ulama Terhadap Demokrasi

a. Abdul A’la Al-Maududi

Abdul A'la Al-Madudi menolak dengan sangat tegas tentang adanya demokrasi.
Menurut pendapatnya, Islam tidak dikenalkan atau mengenal paham demokrasi
yang memberikan kekuasaan besar bahkan kekuasaan penuh kepada rakyat untuk
menetapkan semua hal-hal yang berkaitan dengan roda pemerintahan yang detail
maupun skala besar. Paham demokrasi ini adalah buatan manusia tepatnya produk
dari kalangan orang-orang Barat atas dasar pertentangan Barat pada agama
sehingga paham ini cenderung menjurus ke arah sekuler. Oleh sebab itu, al-
Maududi memberikan anggapan bahwa demokrasi modern ala Barat merupakan
suatu hal yang bersifat syirik. Menurut pendapatnya, Islam menganut paham yaitu
berdasarkan hukum Tuhan yaitu Allah Swt. [5]

b. Mohammad Iqbal

Menurut beliau Islam tidak menerima demokrasi secara mutlak dan juga tidak
menolaknya secara mutlak. Dalam demokrasi, kekuasaan legislatif (membuat dan
menetapkan hukum) secara mutlak berada di tangan rakyat. Sementara, dalam
sistem syura (Islam) kekuasaan tersebut merupakan wewenang Allah. Dialah

9
pemegang kekuasaan hukum tertinggi. Wewenang manusia hanyalah menjabarkan
dan merumuskan hukum sesuai dengan prinsip yang digariskan Tuhan serta
berijtihad untuk sesuatu yang tidak diatur oleh ketentuan Allah.

Jadi, Allah berposisi sebagai al-Syâri’ (legislator) sementara manusia berposisi


sebagai faqîh (yang memahami dan menjabarkan) hukum-Nya.

Mohammad Iqbal pun, menawarkan sebuah solusi yaitu konsep demokrasi


spiritual yang dilandasi oleh etik dan moral ketuhanan. Model demokrasi yang
disarankan oleh Iqbal adalah sebagai berikut.

 Tauhid sebagai landasan asasi.

 Kepatuhan terhadap hukum.

 Saling toleransi sesama warga.

 Tidak ada batasan wilayah, ras, dan juga warna kulit.

 Penafsiran hukum dari Tuhan melalui ijtihad.

c. Yusuf Al-Qardhawi

Al-Qardhawi berpendapat, bahwa substansi demokrasi adalah sejalan dengan


ajaran agam Islam. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa hal yaitu, sebagai berikut.

 Di dalam teori demokrasi proses pemilihan melibatkan khalayak ramai


untuk mengangkat salah seorang dari kandidat yang berhak untuk
memimpin dan mengurusi segala urusan serta keadaan masyarakat. Dari
hal ini, jelas bahwa masyarakat memilih pemimpin yang disukainya dan
tidak akan memilih pemimpin yang tidak disukainya. Hal ini sejalan
dengan ajaran islam, Islam menolak seseorang menjadi imam dalam solat
yang tidak disukai oleh ma'mumnya.

10
 Hal yang sejalan dengan Islam lainnya adalah mendorong rakyat
senantiasa melakukan usaha untuk meluruskan penguasa yang tirani.
Karena amar ma'ruf dan nahi mungkar serta selalu memberikan nasihat

kepada pemimpin yang memimpin rakyatnya adalah bagian dari ajaran Islam.

 Pemilihan umum atau yang dikenal dengan pemilu juga termasuk jenis
pemberian saksi. Oleh karena itu, barangsiapa yang sama sekali tidak
menggunakan hak pilihnya sehingga kandidat calon pemimpin yang
seharusnya dipilih dan benar-benar layak dipilih menjadi kalah dan suara
mayoritas condong kepada kandidat yang sebenarnya kurang layak bahkan
tidak layak menjadi pemimpin, berarti dia telah menyalahi aturan dan
perintah Allah Swt untuk senantiasa memberikan kesaksian pada saat
dibutuhkan.

 Penetapan suatu hukum-hukum yang didasarkan kepada suara mayoritas


rakyatnya juga tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Suara
mayoritas yang diambil ini tidak boleh bertentangan dengan nash syariat
secara tegas.

 Kebebasan mengemukakan pendapat, dan juga kebebasan pers, serta


otoritas pengadilan merupakan sebagian hal di dalam teori demokrasi yang
tentu sejalan dengan ajaran Islam.

d. Salim Al-Bashnawi

Menurut pendapar dari Salim Ali al-Bahasnawi, demokrasi mengandung sisi-sisi


yang baik dan tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam, tetapi juga di
dalamnya terdapat sisi negatif yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Sisi baik atau positif dari demokrasi ini adalah adanya kedaulatan rakyat selama
hal tersebut tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Sementara,

11
Sisi buruknya adalah penggunaan hak legislatif yang begitu bebas yang bisa
mengarah kepada sikap untuk menghalalkan yang haram dan juga bisa
mengharamkan yang halal.

12
Atas dasar kedua sisi dari demokrasi tersebut Salim Ali al-Bahasnawi
memberikan suatu Islamisasi demokrasi yang dirumuskan sebagai berikut.

 Menetapkan tanggung jawab setiap dari masing-masing individu di


hadapan Allah Swt.

 Wakil-wakil rakyat harus berlandaskan akhlak Islam dalam melaksanakan


tugas dan dal musyawarah.

 Mayoritas tidak menjadi ukuran mutlak dalam kasus yang hukumnya tidak
ditemukan di dalam al-qur'an dan hadist/sunnah.

 Komitmen terhadap Islam terkait dengan persyaratan untuk mendapatkan


jabatan sehingga hanya ang bermoral baik yang dapat duduk di parlemen. 

e. Muhammad Imarah

Muhammad Imarah berpendapat bahwa di dalam demokrasi, kekuasaan legislatif


untuk membuat dan menetapkan hukum secara mutlak berada pada tangan rakyat.
Hal itu sangat bertentangan dengan agama islam karena kekuasaan penuh tersebut
ada di tangan Allah Swt. Allah Swt lah pemegang hukum dan segala kekuasaan
tertinggi. Manusia hanyalah makhluk ciptaanNya yang hanya bisa menjabarkan
dan merumuskan hukum-hukum sesuai prinsip yang diturunkan Tuhan serta juga
berijtihad untuk sesuatu yang tidak diatur secara rinci oleh ketentuan Allah Swt.

Jadi Muhammad Imarah mengemukakan bahwa Allah Swt lah yang berjabat atau
berposisi sebagai legislator, sementara itu manusia hanyalah sebagai faqih atau
yang memahami dan menjabarkan hukum-hukum yang telah digariskan oleh
Allah Swt. 

  Demokrasi yang dijunjung tinggi oleh kalangan orang-orang Barat berpulang


kepada padangan mereka tentang batas kewenangan Tuhan. Seperti yang telah
Aristoteles ungkapkan, bahwa Tuhan menciptakan alam semesta ini dan lalu
dibiarkan-Nya, ungkapan ini termasuk teori di dalam filsafat Barat, dan

13
disebutkan juga bahwa setelah itu manusia diberikan kewenangan penuh berupa
kewenangan legislatif dan eksekutif.

Sementara kita lihat di dalam agama Islam, Allah Swt lah yang memegang atau
pemegang otoritas tersebut. Adapun hal yang lainnya di dalam demokrasi yang
sejalan dengan islam seperti membangun hukum atas persetujuan umat,
pandangan mayoritas, dan juga orientasi pandangan umum, termasuk lain
sebagainya. 

2.4 Keberagaman Dalam Islam dan Demokrasi

2.4.1 Keberagaman dalam Islam

Islam yang telah kita ketahui selama ini merupakan salah satu agama yang
memiliki pengikut terbanyak di Indonesia, kalau kita kaitkan dengan konteks dan
perubahan zaman sekarang, bagaima Islam memandang keberagaman/pluralitas
yang ada dinegri ini, bahkan di dunia. Sebagaimana yang telah disebutkan
berkali-kali oleh Allah SWT didalam Al Qur’an. Islam sangat menjunjung
keberagaman/pluralitas, karena keberagaman/pluralitas merupakan sunatullah,
yang harus kita junjung tinggi dan kita hormati keberadaannya.

Seperti dalam (Qs Al Hujurat:13), Allah SWT telah menyatakan

َ ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوُأ ْنثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَاِئ َل لِتَ َع‬
َ ‫ارفُوا ۚ ِإ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هَّللا ِ َأ ْتقَا ُك ْم ۚ ِإ َّن هَّللا‬
‫َعلِي ٌم َخبِي ٌر‬

“Wahai para manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki,

dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku,


supaya kamu saling mengenal”.

Dari ayat Al Qur’an tadi, menunjukan bahwa Allah sendiri lah yang telah
menciptakan keberagaman, artinya keberagaman didunia ini mutlak adanya.

14
Dengan adanya keberagaman ini, bukan berarti mengenggap kelompok, madzab,
ataupun keberagaman yang lain sejenisnya mengenggap kelompoknya lah yang
paling benar.

2.4.2 Pandangan Islam terhadap Keberagaman

Melihat keberagaman saat ini, Allah SWT. telah memberikan jalan keluar
untuk menyikapi keberagaman tersebut, yaitu pandanglah keberagaman sebagai
rahmat yang harus disyukuri, dan angaplah keragaman merupakan nikmat dari
Allah.

Di dalam Al qur’an (Qs Ali Imran:103) telah disebutkan,

‫ُوا نِ ْع َمتَ ٱهَّلل ِ َعلَ ْي ُك ْم ِإ ْذ ُكنتُ ْم َأ ْعدَٓا ًء فََألَّفَ بَ ْينَ قُلُوبِ ُك ْم فََأصْ بَحْ تُم‬ ۟ ‫وا ۚ َو ْٱذ ُكر‬ ۟ ُ‫وا ب َح ْب ِل ٱهَّلل ِ َج ِميعًا َواَل تَفَ َّرق‬۟ ِ َ‫َوٱ ْعت‬
ِ ‫ص ُم‬
‫ُون‬ َ ِ‫ار فََأنقَ َذ ُكم ِّم ْنهَا ۗ َك ٰ َذل‬
Uَ ‫ك يُبَيِّنُ ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم َءا ٰيَتِ ِهۦ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَد‬ ِ َّ‫ ِإ ْخ ٰ َونًا َو ُكنتُ ْم َعلَ ٰى َشفَا ُح ْف َر ٍة ِّمنَ ٱلن‬U‫بِنِ ْع َمتِ ِٓۦه‬

yang artinya” dan berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali (agama) Allah,
dan janganlah kamu bercerai berai”, kalau kita artikan secara literal ayat diatas,
maka yang ada keberagaman-keberagaman tidak mendapatkan tempat.

Dengan demikian, keragaman akan mengerah kepada menejemen konfik yang


disebut dengan “Mutual Enrichment” artinya, saling mengayakan, memperkaya,
dengan kelompok lain, bukan malah saling bertengkar. Karena masing-masing
kelompok menginginkan sesuatu hal yang baru yang belum pernah ia miliki, atau
mereka temui.

Islam mengakui keberagaman ada, termasuk keberagaman dalam agama. Dalam


Islam seorang muslim dilarang memaksa orang lain untuk meninggalkan
agamanya dan masuk Islam dengan terpaksa, karena Allah telah berfirman:

‫ال إكراه في الدين‬

15
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).” (QS.Al-Baqarah: 256)

Hal yang terpenting dalam menyikapi perbedaan pendapat terhadap


masalah ijtihadiyah adalah bagaimana seseorang bertindak lebih dewasa untuk
dapat menghargai pendapat orang lain, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh
para Imam Mazhab. Dan tidak menganggap pendapat nya benar.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sebagai manusia kita sepatutnya harus menjunjung tinggi Toleransi.


Sebagai Warga Negara kita harus saling menghormati, saling mengayomi dalam
bermasyarakat. dan tak lupa dengan batasan-batasan yang diajarkan dalam Islam.

Masih banyak Intoleransi didunia ini, termasuk Indonesia. kita harus terus
eratkan tali persaudaraan antar umat beragama, supaya negeri ini tidak goyah oleh
ideologi luar.

3.2 Saran

Demikian makalah ini saya buat, saya menyadari bahwa banyak sekali
kekurangan dalam makalah yang saya buat ini. Saya membutuhkan saran dari
saudara-saudara sekalian supaya bisa memotivasi saya menjadi lebih baik lagi.
Saya ucapkan terima kasih kepada pihak yang sudah membantu saya dalam
pembuatan makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.bacaanmadani.com/2018/03/pengertian-demokrasi-syura-dan.html

https://www.agpaii.org/berita-utama/konsep-syura-musyawarah-dalam-moderasi-
beragama/

https://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi

https://id.scribd.com/document/422629367/MAKALAH-BERSATU-DALAM-
KERAGAMAN-DAN-DEMO-docx

18

Anda mungkin juga menyukai