Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

BUAH

Disusun Oleh:
Nama: UKE FADIYAH NABILAH
NPM: 4220034
Kelas: 3 B
Dosen Pengampu: RENY DWI RIASTUTI, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU
TAHUN AJARAN
2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka saya dapat
menyelesaikan sebuah makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini saya mempersembahkan sebuah makalah dengan judul
"BUAH", yang menurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi
kita untuk mempelajarinya.
Melalui kata pengantar ini saya lebih dahulu meminta maaf dan
memohon memaklumi bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada
tulisan yang saya buat kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa
terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga
dapat memberikan manfaat.

Lubuklinggau, 05 November 2021

Uke Fadiah Nabilah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan masalah........................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................2
BAB II..........................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................3
A. Klasifikasi Buah............................................................................4
B. Dinding Buah................................................................................5
C. Buah Kering..................................................................................6
D. Buah Berdaging............................................................................8
E. Perkembangan Buah..................................................................10
F. Absisi Buah.................................................................................12
BAB III.......................................................................................................13
PENUTUPAN.............................................................................................13
A.  Kesimpulan......................................................................................13
B. Saran..................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Buah berkembang tanpa pembuahan dan tanpa perkembangan
biji. Peristiwa itu disebut partenokarpi dan banyak ditemukan,
terutama pada spesies yang berbiji banyak, seperti pisang, semangka,
nanas dan tomat. Partenokarpi dapat terjadi tanpa polinasi (jeruk,
labu, tomat) atau memerlukan rangsangan polinasi pada anggrek).
Buah yang tak berbiji dapat pula diakibatkan oleh gugurnya embrio
(anggur), namun terjadinya buah seperti itu tidak digolongkan ke
dalam partenokarpi karena terjadi pembuahan di sini.
Buah serta biji bersama-sama mengembangkan berbagai
mekanisme untuk menyebarkan biji. Pada taksa yang lebih primitif
biji membentuk sejumlah sifat yang membuatnya mandiri dan
menggunakan berbagai agen yang membantu penyebaran biji. Namun,
pada Angiospermae yang lebih maju, buahlah yang paling berperan
dalam penyebaran, dan dengan demokian, memindahkan biji. Sebab
itu, hubungan fungsional dan juga hubungan morfologi antara buah
dan biji amat beragam dan peran ekologi dari buah juga perlu
diperhatikan. Karena itu, tidaklah mudah membuat klasifikasi buah.

B. Rumusan masalah
1 Apa yang dimaksud buah?
2 Apa yang dimaksud dengan dinding buah?
3 Apa itu buah kering ?
4 Apa yang dimaksud dengan buah berdaging ?

1
5 Bagaimana cara perkembangan terhadap buah ?
6 Apa yang di maksud dengan absisi buah?

C. Tujuan
1. Kita dapat mengetahui tentang buah
2. Kita dapat memahami apa yang itu dinding buah
3. Kita dapat mengetahui apa itu buah kering
4. Kita dapat mengetahui apa itu buah berdaging
5. Kitta dapat mengetahui cara perkembangan buah
6. Kita tahu apa itu absisi buah

2
BAB II
PEMBAHASAN

Peristiwa pembuahan memyebabkan bakal buah berkembang


menjadi buah dan bakal biji berkembang menjadi biji. Zigot yang terdapat
dalam biji juga berkembang menjadi embrio. Pada saat yang sama, bunga
mengalami perubahan yang menyebabkan perkembangan bakal buah
menjadi buah. Perhiasan bunga dan benang sari biasanya layu, lalu gugur,
dan kemudian, setelah polinasi, tangkai putik (stilus) mengering. Namun,
bakal buah bertambah besar dan mengalami berbagai modifikasi histologis
yang menyebabkan berbagai jaringan berubah bentuk selnya.
Beberapa atau seluruh modifikasi dapat berperan dalam
menghasilkan mekanisme untuk penyebaran biji. Jika diikuti
perkembangannya, buah sebenarnya terdiri dari bakal buah yang telah
dewasa.
Buah juga dapat berkembang tanpa pembuahan dan tanpa
perkembangan biji. Peristiwa itu disebut partenokarpi dan banyak
ditemukan, terutama pada spesies yang berbiji banyak, seperti pisang,
semangka, nanas dan tomat. Partenokarpi dapat terjadi tanpa polinasi (jeruk,
labu, tomat) atau memerlukan rangsangan polinasi pada anggrek). Buah
yang tak berbiji dapat pula diakibatkan oleh gugurnya embrio (anggur),
namun terjadinya buah seperti itu tidak digolongkan ke dalam partenokarpi
karena terjadi pembuahan di sini.
Buah serta biji bersama-sama mengembangkan berbagai mekanisme
untuk menyebarkan biji. Pada taksa yang lebih primitif biji membentuk
sejumlah sifat yang membuatnya mandiri dan menggunakan berbagai agen
yang membantu penyebaran biji. Namun, pada Angiospermae yang lebih
maju, buahlah yang paling berperan dalam penyebaran, dan dengan

3
demokian, memindahkan biji. Sebab itu, hubungan fungsional dan juga
hubungan morfologi antara buah dan biji amat beragam dan peran ekologi
dari buah juga perlu diperhatikan. Karena itu, tidaklah mudah membuat
klasifikasi buah.
Bila ditinjau secara teliti, buah adalah bakal buah yang telah
dewasa. Definisi yang lebih luas adlah dengan menganggap buah sebagai
turunan dari ginesium dan jaringan di luar karpel yang turut serta dan
bersatu dalam buah yang akhirnya dibentuk. Contoh jaringan tambahan
seperti itu adalah reseptakulum pada sirsak (Annona muricata), dan arbei
(Fragaria): periant pada nangka (Artocarpus heterophyllus) dan murbei
(Morus alba); tangkai bunga pada kacang mede (Anacardium occidentale),
sisik pada perbungaan, seperti pada nanas (Ananas comosus).
Buah yang berkembang dari bunga epigin (jambu) atau yang
memiliki bakal buah inferus (mentimun) akan menyertakan lapisan
reseptakulum atau perhiasan bunga dalam buah yang akhirnya dibentuk.
Meskipun demikian, buah mentimun maupun jambu tidak menunjukkan
struktur ganda seperti itu sebab dinding bakal buahnya sejak awal
perkembangan telah melekat pada jaringan-jaringan tambahannya.

A. Klasifikasi Buah
Klasifikasi buah secara morfologi biasanya didasarkan pada
nama jenis bunga dan jenis ginesium yang mengembangkannya dengan
memperhatikan hubungan antara karpel dan bagian bunga lainnya.
Dengan demikian, dibedakan buah tunggal, yakni hasil satu ginesium
yang terdiri dari satu atau beberapa karpel (seperti pada buah
polongan, tomat); buah berganda (buah agregat), yakni buah yang
dibentuk oleh ginesium apokarp dan setiap karpel tetap dapat dikenali
pada waktu buah dewasa (Arbei, Fragraria); buah majemuk, yakni

4
buah yang berasal dari perbungaan, jadi berupa kumpulan ginesium
dari sejumlah kuntum bunga (nanas).
Setiap jenis buab tersebut masih bisa disertai jaringan
tambahan. Jambu, misalnya, memiliki jaringan tambahan dan sebab itu
bisa disebut buah tunggal dengan tambahan; demikian pula buah arbei,
yaitu buah berganda (agregat) dengan tambahan, dan buah nanas, yaitu
buah majemuk dengan tambahan.
Bila buah dianggap sebagai hasil ginesium dengan semua
jaringan yang bersatu dengannya, baik secara kongenital (telah bersatu
sejak awal pembentukannya) maupun ontogeni (bersatu dalam masa
pertumbuhan), maka diphan istilah tambahan dan semu tidak
diperlukan.
Salah satu klasifikasi buah menurut Winkler di tahun 1939
adlah dengan menggunakan 4 sifat saja, yakni (1) buah berganda, bila
karpel suatu kuntum bunga tak saling bersatu; (2) buah satuan, bila
karpel bersatu; (3) buah bebas jika berasal dari bakal buah superus; (4)
buah piala jika berasal dari bakal buah inferus yang tertanam dalam
jaringan non-karpel yang berbentuk piala (cangkir) atau dari bakal
buah superus yang berasosiasi dengan hipantium (reseptakulum datar
atau cekung pada bunga perigin) yang berbentuk cangkir.
Klasifikasi yang dibuat berdasarkan kombinasi keempat sifat
itu menghasilkan 4 jenis buah. Yang pertama, buah berganda bebas
berasal dari bunga hipogin dengan ginesium apokarp. Yang kedua,
buah satuan bebas, berasal dari bunga hipogin dengan ginesium
sinkarp. Yang ketiga, buah berganda piala, berasal dari bunga perigin
dengan ginesium apokarp. Yang keempat, buah satuan piala, berasal
dari epigin dengan ginesium sinkarp.
Klasifikasi itu masih bisa dibagi lagi menurut ciri-ciri lain, di
antaranya adalah susunan dan penyatuan karpel, sifat dinding buah,

5
dan apakah buah membuka dengan spontan (dehiscent) atau tidak
membuka (inde).
Salah satu kelemahan klasifikasi morfologis adalah bahwa
modifikasi buah secara fungsional itu terabaikan. Meskipun demikian,
penamaan buah seperti di atas, misalnya, penting untuk membuat
deskripsi buah dan dalam mempelajari perkembangan buah mulai dari
bunga.

B. Dinding Buah
Dinding buah yang berasal dari dinding bakal buah disebut
perikarp. Namun, jika buah masih disertai jaringan yang tidak berasal
dari karpel, maka istilah perikarp dapat mencakup jarringan itu jika
jaringan itu berasosiasi dengan bakal buat. Pads beah yang berasal dari
bunga epigin, bagian perikarp dapat dibedakan dari jaringan tambahan,
namun pada yang lain batasnya sulit dikenali.
Istilah dinding buah dipakai secara umum tanpa
memperhatikan apakah ada jaringas tambahan yang turut terlibat atau
tidak. Pada pendewasaan buah, banyak sekali terjadi perubahan: ada
jaringan yang tertekan, ada pula yang sangat meluas Sering dapat
dibedakan tiga lapisan yakni, eksokarp yang jukar dinamakan epikarp,
lunar yang'd yang kuering keras). Namun, asal jaringan dapat berbeda-
beda, sebab ada yang berasal dari dinding bakal buah, dan ada pula
yang bersatu dengan jaringan tambahan. Penentuan asal jaringan tidak
mudah.
Terminologi yang didasarkan pada morfologi buah, sepeni
polongan, buah kotak, buah batu, dan sebagainya, sulit dijelaskan
dengan dasar asal usul jaringan bakal buah. Penggolongan buah berikut
ini didasari histologi dinding buah, yakni buah kering serta buah

6
berdaging. Namun, untuk memudahkan pengenalannya dengan
terminology morfologis yang umum dipakai, di bawah ini dicantumkan

terminology singkat menurut morfologi itu.

C. Buah Kering
Pada buah kering di bedakan menjadikan dua buah kering yaitu buah
yang membuka dan buah tidak membuka
1. Buah Yang Menbuka
a. Tarminologi
Buah yang berkembang dari satu karpel.
a) Buah bumbung: bentuk seperti polongan dan membuka
biasanya di sisi ventral, misalnya: Delphinium.
b) Buah polongan: buah membuka menjadi dua katup melalui
alur ventral dan dorsal. Terdapat pada Leguminosae.
c) Buah sinkarp: berkembang dari bakal buah yang terdiri dari
dua karpel atau lebih.
d) Silikua (buah lobak): buah mirip polongan, terdiri dari dua
karpel. Kedua pi setiap karpel berlekatan dan membentuk
rusuk tebal. Dari kedua sisi tusuk ini yang ditempati
plasenta di bagian dalam, tumbuh selaput ke arah dalam,
yang saling bertemu dan membentuk sekat semu. Biasanya
terdapat pada Cruciferac.
e) Kapsula atau buah kotak: buah dibentuk oleh dua karpel

Cara membuka yang berbeda-beda mempunyai kepentingan


taksonomi:
a) Lokulisidak : membuka dari ujung distal ke arah bawah
melalui berkas pempanyai kepentingan dorsal: dan terjadi di
antara karpel

7
b) Septisidal : membuka mulai dari ujung buah ke pangkal buah
dan terjadi diantara karpel. Seperti pada hypericum
c) Septifragat : dinding luar buah memisahkan diri dari sekat
pemisah yang tetap melekat pada sumbu.
d) Berpori : melalui pori kecil dalam perikarp, seperti pada
beberapa spesies Papaver membuka lewat celah horizontal
sekeliling buah sehingga terbentuk tutup.

b. Struktur anatomi
Dari contoh di atas tampak bahwa cara buah membuka buah
amat beragam. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pada buah
yang berasal dari satu karpel. membukanya buah dapat terjadi (1)
melalui garis sambung antara kedua tepi karpel, (2) melalui garis
dorsal (punggung) pada karpel, dan (3) melalui garis sambung
dan garis dorsal. Pada buah sinkarp yang berplasentasi parietal,
membukanya buah bisa terjadi melalui garis sambung antara dua
karpel atau melalui garis dorsal (punggung). Pada buah sinkarp
yang berplasentasi aksilar, pemisahan terjadi sepanjang garis
sambungan karpel yang berlekatan, yakni melalui sekat, dan
dapat diiringi oleh pemisahan jaringan dari sumbuh ditengah.
Pembukaan melalui punggung karpel mengakibatkan ruang bakal
buah (Jokulus) terbuka. Selain itu, bisa juga terjadi pori untuk
melewatkan biji atau dengan daerah horizontal sekeliling buah
sehingga menutup.

2. Buah Yang Tidak Terbuka


a. Terminologi
a) Bush akenium: buah berbiji satu yang dibentuk oleh satu
karpel. Dinding buah dan dinding biji lepas satu dari yang

8
lain. Kadang-kadang dibentuk dari bakal huah beruang satu,
namun bisa juga dari bakal buah beruang lebih dari satu
dengan satu bakal biji atau lebih, setiap ruang. Contoh:
Asteraceae.
b) kariopsis, atau buah padi-padian: buah berbiji satu yang
dinding bijinya melekat pada dinding bush. Contoh:
Gramineae.
c) Bush sizokarp: berkembang dari bakal buah berkarpel
banyak yang pada waktu masak terpisah-pisah menjadi
sejumlah akenium. Jumlah akenium sama dengan jurulah
karpel pembentuk buah. Bagian buah (akenium) disebut
merikarp, misalnya, pada Malva
b. Struktur anatomi
Struktur perikarp buah kering yang tak membuka sering
menyerupai kulit biji. Pada Asteraceae, sebagian jaringan kulit
biji yang sesungguhnya dapat hilang, atau seperti pada kariopsis
Gramineae, bersatu dengan perikar
Pada kariopsis gandum, lapisan luar terdiri dari perikarp dan sisa
kulit biji. Pada perikarp, lapisan sel dari luar ke dalam adalah
(gambar 21.4): epidermis luar yang dilapisi oleh kutikula;
parenkim, satu lapisan atau lebih dan sebagian tertekan;
parenkim yang sebagian rusak; sel silang yang memanjang dalam
arah melintang terhadap sumbu buah dan memiliki dinding tebal;
dan sisa epidermis-dalam berbentuk sel berlignin dan memanjang
sejajar sumbu panjang buah (sel tabung). Pada waktu kulit biji
berkembang, integumen luar berdisintegrasi, integumen-dalam
berubah dan tertekan. Integumen-dalam yang tertekan itu berisi
pigmen, bereaksi positif bagi senyawa lemak, dan kedua sisinya
dilapisi kutikula.

9
Di sebelah dalam kulit biji terdapat endosperm yag mencakup
83% dari buah dan berisi pati dan protein. Lapisan endosperm
terluar berupa lapisan sel yang berisi aleuron (butiran berisi
kristaloid dan floboid) yang mengandung cadangan lipid dan
protein dan menghasilkan enzim yang penting bagi
perkecambahan lihat bab 22). Lapisan aleuron mengelilingi
endosperm yang berisi pati dan embrio.

D. Buah Berdaging
1. Terminologi
a. Buah buni: perikarp biasanya serta berair dan dapat dibedakan
tiga lapisan: eksokarp paling luar dan sering mengandung zat
warna buah, mesokarp, yakni lapisan tengah yang cukup tebal;
dan endokarp, yakni lapisan paling dalam berupa selaput. Di
sebelah dalam buah yang perikarpaya berdaging ini dapat
ditemukan sebutir atau sejumlah besar biji, misalnya, anggur, dan
tomat buah jeruk juga tergolong buah buni. Buah kopi,
mentimun, dan pisang, misalnya, jugatergolong di sini, meskipun
berkembang dari bakal buah inferus, sehingga ada jaringan
tambahan yang turut membentuk buah.
b. Buah batu: perbedaanya dengan buah buni adalah bahwa
endokarpaya tebal dan keras, misalnya, pada buah mangga dan
kelapa.

2. Struktur Anatomi
Pada buah berdaging, dinding terdiri dari perikarp atau bersatu
dengan jaringan tambahan. Bagian dalam atau luar dinding buah, atau
keseluruhannya, bisa menjadi berdaging dengan adanya diferensiasi

10
menjadi parenkim lunak atau sukulen (tebal, berair). Selain dinding,
placenta dan sekat (dalam buah berlokulus banyak) juga bisa menjadi
berdaging.
Dari segi evolusi, sifat berdaging dianggap baru. Menurut konsep
itu, mula-mula bagian berdaging merupakan tonjolan perikarp bagian
dalam, yang tumbuh di antara biji di ruang bakal buah (lokulus).
Kemudian, seluruh perikarp menjadi jaringan

3. Buah Dengan Kulit Yang Jelas


Dalam kelompok ini, bagian berdaging terbatas pada bagian
dalam, seperti pada jeruk, pisang, dan buah Cucurbitaceae. Buah jeruk
yang umum disebut hesperidin berkembang dari bakal buah superus
dan terdiri dari sekitar 10 karpel. Plasentanya aksilar. Eksokarp atau
flavedo (jaringan kuning) terdiri dari epidermis luar yang dilapisi
kutikula dan parenkim subepidermal yang merapat sera berisi kelenjar
minyak dan sel berkristal.
Mesokarp atau albedo (jaringan putih) terdiri dari parenkim
beruang antarsel besar dan banyak. Jalinan ikatan pembuluh
ditemukan di sini, Endokarp terdiri dari epidermis dalam dan
beberapa lapis parenkim yang raput selnya. Sekat di antara lokulus
merupakan perluasan jaringan endokarp dan mesokarp
Pada endokarp terdapat kantung berair yang bersama-sama
memenuhi lokuus Kantung berair itu terdiri dari struktur bersel
banyak yang berbentuk pentung bertangkai panjang dan ramping.
Pada saat buah masak, epidermis yang berkutikula dan
mengandung sekret yang bersifat lilin mengelilingi sel besar dan
bervakuola besar yang mengandung cairan. Perkembangan kantung
berair terjadi di bunga mekar dan berlangsung terus sampai stilus
layu.

11
4. Buah Dengan kulit Yang Tidak Jelas
Contoh buah tanpa kulit yang jelas adalah tomat (Lycopersicon
esculentum). Jumlah karpel pada tomat adalah dun, namun dalam
varietas yang dibudidayakan biasanya herjumlah lebih. Bagian yang
berdaging mencakup perikarp, sekat, dan placenta yang besar. Jenis
plasentasinya aksilar, namun plasenta yang besar itu memenuhi ruang
lokalus. Jaringan placenta juga memasuki ruang di antara bakal biji.
Menjelang masak, jaringan placenta berdegradasi serta bersifat
lendir. Mungkin selulane terlibat dalam proses itu. Perubahan wama
sewaktu proses pemasakan terjadi karena transformasi kloroplas
menjadi kromoplas.

E. Perkembangan Buah
Karena kepentingannya dari segi hortikultura, pengetahuan tentang
perkembangan buah terpusat buah berdaging. Pertumbuhan pada buah
berdaging menuruti dua pola. Pada pola pertama (terdapat pada alpakat,
pisang, jeruk, melon, tomat) ditunjukkan kurva sigmoid yang
mengindikasikan peningkatan ukuran secara eksponensial, diikuti oleh
peredaan dalam pola sigmoid. Pada pola kedua (anggur, zaitun, dan
macam-macam buah batu), kurva pertumbuhannya adalah sigmoid ganda.
Dua proses yang mengakibatkan penambahan ukuran buah, yakni
pembelahan dan pembesaran sel, terjadi secara berurutan. Pada umumnya,
penambahan ukuran awal bergantung pada perbanyakan sel yang dimulai
sebelum bunga mekar dan diteruskan setelah pembuahan. Stadium itu
secara bertahap diganti oleh perluasan sel yang makan waktu paling lama.
Pola seperti itu terjadi pada, misalnya, jeruk.

12
Banyak buah menunjukkan bahwa perkembangan ruang antarsel
dalam parcnkim baah berdaging, merupakan bagian besar dari
pertambahan volume. Pada buah apel misalnya 25% volumenya berupa
ruang antarsel. Sebab itu, pertambahan volume pada paruh terakhir waktu
pertumbuhannya lebih cepat daripada penambahan berat yang
mengiringinya. Sebaliknya, di bagian terakhir pertumbuhan buah anggur
ditunjukkan pertambahan berat yang lebih besar daripada pertambahan
volumenya.
Dalam pembentukan buah, telah turut serta tiga macam jaringan
dengan genom berbeda, yakni sporofit induk (2n), embrio (2n) dan
endosperm (3n). Pada masa perkembangan yang berbeda, pertumbuhan
tersebar secara berbeda pula pada berbagai bagian buah. Pada buah batu,
misalnya, pembesaran pertama terjadi dalam bagian sporofit bakal biji.
Sesudah itu, pertumbuhan terbatas pada endosperm dan embrio dan
berakhir dengan peluasan mesokarp.
Pusat tumbuh dalam perkembangan buah dapat berbeda-beda, sesuai
dengan taksa. Buah apel, misalnya, terutama terdiri dan jaringan induk,
sedangkan, pada buah padi terutama dari endosperm.
Penyeharan peristiwa pembelahan sel dan pembesaran sel yang
terpolarisasi merupakan sifat dasar morfogenesis, dan telah diikuti dalam
buah yang sedang tumbuh. Perubahan dalam arah pertumbuhan
menyebabkan perubahan dalam pertandingan panjang terhadap garis
tengah buah. Hal ini berperan sebagal parameter
tudi alometrik pada perkembangan bentuk. (Pengamatan alomerik ad
perbandingan antara kecepatan tumbuh organ satu serhadap yang lain d
individu.) Pada buah suatu varietas Capsicum annuum, misalnya, pening
rasio panjang terhadap garis tengungah bersgadi sec3 saat dewas
Pemanjangan paling cepat terjadi di dasar buah

13
Perkembangan buah diatur oleh faktor aksternal dan internal. Salah sa
internal adalah perkembangan biji. Diketemukan bahwa auksin diput met
biji dalam merangsang pertumbuhan buah arbei. Penelitian terhadap at pag
mengindikasikan bahwa bakal biji muda amat penting bagi perkembangan
k Varietas buah tanpa biji umumnya memang mengandung koment
giberelin lebih rendah daripada buah yang berbiji, pada buh king berek m
akal. Kaitan antara zat pengatur tumbuh tertentu berkata stadium khusus
dalam perkembangan buah tampak dengan munculnya le yang mengarah
ke pendewasaan buah olch etilen.
Salah satu fenomena rubu adalah peningkatan respirasi dengan tiba-
tiba yang dikenal sebagai respirasi klimakterik. Kini diketahui bahwa
perubahan dalam aktivitas respirasi bergang taraf konsentrasi etilen.
Peningkatan biosintesis etileniah, dan bukan bertambay respirasi,
yang merupakan peristiwa utama dalam transisi dari masa pertunan masa
senesens buah. Peningkatan respirasi adalah satu dari sejumlah peristiwa
sekunder yang terjadi di perinde itu. Yang lain adalah peningkatan dalam
RNA dan protein serta perubahan sifat permeabel sel. Sebab itu, ada
penulis yang menganggap bahwa klimakterik adalah periode dalam
ontogeni sejumlah buk tertentu (kebanyakan berdaging). Perubahan
biokimiawi yang mengawal tumis ba masa pertumbuhan ke masa senesens
dan pemasakan buah dimulai dengan m etilen secara autokatalitis.

F. Absisi Buah
Kecenderungan pada kebanyakan buah untuk gugur sebelum masuk
mengu masalah hortikultura. Buah dapat berabsisi pada berbagai tahap
perkena Pada saat masak, absisi terjadi saat biji masih ada dalam buah
(yakni pada buk membuka dan biasanya pada buah berdaging) atau
sesudah biji dibchaska buah membuka).

14
Tempat daerah absisi beragam menurut buah yang berbeda-beda.
Buah tertentu memiliki lebih dari satu daerah absisi, misalnya, di dasar
tangkai buah atau dasar buah. Pada Prunus, misalnya, di awal
pengguguran, buah gugur berikut tangkainya namun yang gugur kemudian,
tidak dengan tangkainya. Pada jeruk, lapisan pemisah terdapat di bawah
bakal buah tempat berkas-berkas pembuluh berdivergensi dari dasar bunga
memasuki karpel.
Taraf diferensiasi dari daerah absisi juga beragam dalam buah yang
berbeda-beda dasar dalam daerah pemisah pada buah apel masak beberapa
lapisan sel akan menunjukan penambahan pada selnya.

15
BAB III
PENUTUPAN

A.  Kesimpulan
Buah secara morfologi biasanya didasarkan pada nama jenis bunga
dan jenis ginesium yang mengembangkannya dengan memperhatikan
hubungan antara karpel dan bagian bunga lainnya. Dengan demikian,
dibedakan buah tunggal, yakni hasil satu ginesium yang terdiri dari satu
atau beberapa karpel (seperti pada buah polongan, tomat); buah berganda
(buah agregat), yakni buah yang dibentuk oleh ginesium apokarp dan
setiap karpel tetap dapat dikenali pada waktu buah dewasa (Arbei,
Fragraria); buah majemuk, yakni buah yang berasal dari perbungaan, jadi
berupa kumpulan ginesium dari sejumlah kuntum bunga (nanas). Setiap
jenis buab tersebut masih bisa disertai jaringan tambahan. Jambu,
misalnya, memiliki jaringan tambahan dan sebab itu bisa disebut buah
tunggal dengan tambahan; demikian pula buah arbei, yaitu buah berganda
(agregat) dengan tambahan, dan buah nanas, yaitu buah majemuk dengan
tambahan.

B. Saran
            Dari materi yang saya sampaikan tentang buah diatas semoga kita
dapat memahami lagi apa saa yang terkandung dalam buah tersebut. Dan
bila ada kata yang salah dalam pengetikan saya mohon maaf, serta jika ada
saran atau masukan untuk mengembangkan makalah ini silahkan
disampaikan agar saya juga dapat belajar.

16
DAFTAR PUSTAKA

Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi


Tumbuhan.Jakarta: Gajah Mada Uneversity Press
http://donloadmakalah.blogspot.com/2012/05/makalah-
morfologi-tumbuhan-buah.html (diakses pada 05
November 2021).
http://id.wikipedia.org/wiki/Buah#Pembentukan_buah (d
iakses pada 05 November 2021).
http://horti-fresh.blogspot.com/2012/11/proses-
pembentukan-buah.html (diakses pada 05
November 2021).
http://id.wikipedia.org/wiki/Buah#Pembentukan_buah (d
iakses pada 05 November 2021).

17

Anda mungkin juga menyukai