Anda di halaman 1dari 6

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BERKEMBANGNYA PERMASALAHAN
PENDIDIKAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERKEMBANGNYA
PERMASALAHAN PENDIDIKAN

Masalah pembangunan mikro, yaitu masalah-masalah yang berlangsung di dalam


system pendidikan sendiri. Sedangkan masalah pembangunan makro, yaitu masalah di luar
system pendidikan, sehingga juga harus diperhitungkan di dalam memecahkan masalah
mikro pendidikan.
Masalah-masalah makro yang merupak factor-faktor yang mempengaruhi
berkembangnya masalah pendidikan yaitu:

A. Perkembangan Iptek dan Seni.


1. Perkembang Iptek.
Ilmu pengetahuan merupakan hasil eksplorasi secara system dan terorganisasi
mengenai alam semesta, dan teknologi adalah penerapan yang direncanakan dari ilmu
pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.
2. Perkembangan Seni.
Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia, secara individual ataupun kelompok
yang menghasilakn sesuatu yang indah.
B. Laju Pertumbuhan Penduduk.
Masalah kependudukan dan kependidikan bersumber pada 2 hal, yaitu:
1. Pertambahan penduduk.
2. Penyebaran penduduk.
C. Aspirasi Masyarakat.
Aspirasi terhadap pendidikan tidaklah perlu untuk diredam, justru sebaliknya harus tetap
dibangkitkan dan di tingkatkan, utamanya pada masyarakat yang belum maju dan masyarakat
di daerah terpencil, sebab aspirasi menjadi motor penggerak roda kemajauan.
D. Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan.

Keterbelakangan budaya terjadi karena:


 Letak geografis tempat tinggal suatu masyarakat (missal terpencil).
 Penolakan masyarakat terhadap datangnya unsure budaya baru karena tidak dipahami atau
karena dikhawatirkan akan merusak sendi masyarakat.
 Ketidak mampuan masyarakat secara ekonomis untuk menyangkut unsur kebudayaan
tersebut.
Sehubungan dengan factor penyebab terjadinya keterbelakangan budaya
umumnya dialami oleh:
 Masyarakat daerah terpencil.

• Masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis.


• Masyarakat yang kurang terdidik.
Yang menjadi masalah ialah bahwa kelompok masyarakat yang terbelakang
kebudayaannya tidak ikut berperan serta dalam pembangunan, sebab mereka kurang
memiliki dorongan untuk maju. Jadi intinya ialah menyadarkan mereka akan
ketertinggalannya, dan bagaimana cara menyediakan sarana kehidupan, dan bagaimana
system pendidikan dapat melibatkan mereka.

E. Permasalahan Pendidikan Aktual dan Penaggulangannya.


1. Permasalahan Aktual Pendidikan Di Indonesia.
Permasalahan actual berupa kesenjangan-kesenjangan yang pada saat ini kita hadapi dan
terasa mendesak untuk ditanggulangi. Beberapa masalah aktual pendidikan yang akan
dikemukakan meliputi, masalah-masalah keutuhan pencapaian sasaran, kurikulum, peran
guru, pendidikan 9 tahun dan pendayagunaan teknologi pendidikan. masalah aktual juga ada
yang mengenai konsep dan ada yang mengenai pelaksaannya.
a. Masalah Keutuhan Pencapaian Sasaran.
Keberhasilan pendidikan dinilai dari kemampuan kognitif atau penguasaan
pengetahuan.
Hambatan-hambatan yang harus dihadapi:
1) Beban kurikulum sudah terlalu sarat.
2) Pendidikan afektif sulit diprogamkan secara eksplisit, karena dianggap menjadi
bagian darikurikulum tersembunyi yang keterlaksanaannya sangat tergantung kepada
kemahiran dan pengalaman guru.
3) Pencapaian hasil pendidikan afektif memakan waktu, sehingga memerlukan
ketekunan dankesabaran pendidik.
4) Menilai hasil pendidikan afektif tidak mudah.b. Masalah Kurikulum.
Konsep kurikulum 1984 juga memiliki kelbihan karena adanya keluwesan-keluwesan
antara lain:
1) Disediakannya aneka progam belajar, untuk melanjutkan keperguruan tinggi
dan untuk memasuki lapangan kerja.
2) Adanya program inti yang sifatnya nasional untuk persatuan nasional, memuat
pengetahuan minimal dan progam khusus A dan B dapat dipilih sesuai dengan
kemampuan dan minat siswa.
3) Adanya progam pusat dan progam daerah (muatan lokal).
Dengan disediakannya aneka progam belajar berarti sekolah menengah berfungsi ganda,
sebagai sekolah umum sekaligus juga sebagai sekolah kejuruan. Kondisi demikian
menimbulkan masalah personil khususnya tenaga pengajar, pengorganisasian, fasilitas,
administrasi dan biaya.
Masalah yang muncul dari keadaan tersebut ialah tanpa sengaja kurikulum 1984 menggiring
peserta didik untuk beramai-ramai (karena desakan keadaan) memasuki perguruan tinggi,
tanpa melihat secara potensial mampu atau tidak mampu. Satu segi modern dari kurikulum

1984 ialah adanya progam daerah (disamping progam pusat) yang dikenal sebagai muatan
lokal. Progam ini mengantisipasi hari depan pendidikan yang mengarah kepada
desentralisasi.
Kerumitan-kerumitan itu meliputi:
• Pemilihan materi muatan local yang tepat.
• Penyusunan progam (disajikan secara monolitik atau secara integratif), juga menentukan
pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan, dari dalam dan dari luar lingkungan sekolah.
• Koordinasi pelaksanaan.
• Penyediaan sarana, fasilitas dan biaya.
Hambatan yang besar ialah pemecahan terhadap konsep tersebut bahwa
memasyarakat di kalangan para pelaksana pendidikan di lapangan.
c. Masalah Peranan Guru.
Multi peran guru: Melakukan kontak dan pendekatan manusiawi lebih intensif
dengan murid-muridnya. Masalah yang timbul ialah bagaimana guru dapat melakukan
multiperan seperti itu jika pada kebanyakan sekolah mereka adalah pejuang tunggal.
Kalaupun guru didampingi oleh petugas yang lain seperti konselor dll. Mereka belum siap
untuk melakukan multi peran tersebut.
d. Masalah Pendidikan Dasar 9 Tahun.
UU RI No.2 Tahun 1989 pasal 6 menyatakan tentang hak warga Negara untuk
mengikuti pendidikan sekurang-kurangnya tamat pendidikan dasar, pasal 13 menyatakan
tujuan Pendidikan Dasar. Kemudian PP No.28 Tahun 1990 tentang pendidikan dasar pasal 2
menyatakan bahwa
pendidikan dasar merupakan 9 tahun. Secara konseptual dan acuan yang diberikan oleh
ketetapan-ketetapan resmi tersebut sudah sejalan dengan kebutuhan pembangunan antara
lain:
• Untuk memasuki PJPT II diperlukan Sumber Daya Manusia yang lebih berkualitas.
• Pendidikan dasar akan memperkuat fungsinya sebagai akar tunjang yang menopang kualitas
proses pendidikan pada jenjang-jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yang selama ini
posisinya sangat lemah.
• Persyarata kerja yang dituntut dunia kerja semakin meningkat sehingga dengan basis
pendidikan dasar 9 tahun tentunya lebih baik dari pada hanya 6 tahun.
Hambatan-hambatan mengenai penyelenggaraan sekolah antara lain:
1) Realisasi pendidikan dasar yang diatur dengan PP No.28 Tahun 1989 masih
harus dicarikan titik temunya dengan PP No.65 Tahun 1951 yang mengatur Sekolah
Dasar sebagai bagian dari pendidikan dasar, karena PP tersebut belum dicabut. (HAR
Tilaar, 1992:21).
2) Kurikulum belum siap.
3) Pada masa transisi para pelaksana pendidikan di lapangan perlu disiapkan
melalui bimbingan-bimbingan, penyuluhan, penataran dll.
Hambatan lain berasal dari masyarakat, utamnya dari orang tua/kalangan yang
kurang mampu.
2. Upaya Penanggulangan.

Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk menggulangi masalahmasalah aktual


sebagai berikut:
a. Pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terprogam tidak cukup berlangsung
hanya secara incidental.
b. Pelaksanaan ko dan ekstra kurikuler dikerjakan dengan penuh kesungguhan dan
hasilnya diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir atau pelulusan.
c. Pemilahan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan belajar ke Perguruan Tinggi
dengan yang akan terjun ke masyarakat merupakan hal yang prinsip karena pada dasarnya
tidak semua siswa secara potensial mampu belajar di Perguruan Tinggi.
d. Pendidikan tenaga kependidikan (prajabatan dan dalam jabatan) perlu diberikan
perhatian khusu.
Untuk pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, apalagi dikaitkan gerakan wajib belajar,
perlu diadakan penelitian secara meluas pada masyarakat untuk menemukan factor penunjang
dan utamanya factor penghabatnya.

F. Solusi dari Permasalahan-permasalahan Pendidikan di Indonesia


Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat
diberikan yaitu:
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang
berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan
dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini,
diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang
berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik,
termasuk pendanaan pendidikan.
Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang menyangkut perihal
pembiayaan –seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya
pendidikan– berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan sangat kurang
efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem ekonomi kapitalis
yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan diganti dengan sistem
ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung segala
pembiayaan pendidikan negara.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung
dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan
prestasi siswa.
Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis
untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di
samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan
untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan
meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan
sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Permasalahan Pendidikan
Faktor utama yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan diantaranya
adalah: 1) Perkembangan IPTEK, 2) Laju pertumbuhan penduduk, 3) Aspirasi masyarakat, 4)
Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan.
1. Pengaruh IPTEK
a. IP (Ilmu Pengetahuan)
Berkembangnya IP (Science), apakah bidang sosial, ekonomi, hukum, pertanian dan
sebagainya jelas akan membawa masalah dalam bidang pendidikan misalnya saja, materi/bahan
pengajar yang terdapat dalam kurikulum sudah harus diubah/disesuaikan. b. TEK (Teknologi)
Perkembangan teknologi, misalnya teknologi baru yang digunakan dalam suatu proses
produksi akan menimbulkan kondisi ekonomi sosial baru. Persyaratan kerja, kebutuhan tenaga
kerja, sistem pelayanan dan lain-lain akan serba baru. Perkembangan seperti ini akan
menimbulkan masalah dalam sistem pendidikan. Sistem yang ada mungkin tidak sesuai lagi
dengan tuntutan perkembangan, oleh karenanya perlu ditanggulangi. c. S (Seni)
Aktivitas kesenian mempunyai adil yang cukup besar dalam membentuk manusia
Indonesia seutuhnya (tujuan pendidikan). Secara khusus kesenian dapat mengembangkan
domain/aspek afektif dari peserta didik.

2. Laju Pertumbuhan Penduduk


Laju pertumbuhan penduduk yang pesat, akan menyebabkan perkembangan masalah
pendidikan, misalnya masalah pemerataan. Dengan pertumbuhan penduduk yang pesat maka
jumlah anak usia sekolah akan semakin besar/banyak. Jika daya tamping sekolah tidak
bertambah maka sebagian dari mereka terpaksa antri atau tidak sekolah. Jika ditampung juga
(misalnya karena wajib belajar) maka ratio guru siswa akan semakin besar. Hal ini
menyebabkan munculnya masalah lain seperti masalah mutu.
Penyebab penduduk yang tidak merata ditanah air akan menimbulkan masalah baru
pula. Misalnya bagaimana merencanakan dan menyediakan sarana pendidikan yang dapat
melayani daerah padat (kota) dan daerah terisolir yang anak usia sekolahnya tidak seberapa
orang (jarang).
3. Aspirasi Masyarakat
Kecendrungan aspirasi masyarakat semakin meningkat dari tahun ke tahun sudah
terlihat. Masyarakat sudah melihat bahwa pendidikan akan lebih menjamin memperoleh
pekerjaan yang layak dan menetap atau akan meningkatkan status sosial mereka.
Peningkatan aspirasi masyarakat terhadap pendidikan ini akan mengakibatkan
anakanak (juga remaja dan dewasa) akan menyerbu dan membanjiri sekolah (lembaga
pendidi kan). Kondisi seperti ini akan menimbulkan berbagai masalah seperti sistem seleksi
siswa/mahasiswa baru, ratio guru-siswa, waktu belajar, permasalahan akan terus berkembang
karena saling kait seperti yang dikemukakan pada Bab sebelumnya.
4. Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan
Masyarakat yang umumnya beradah di daerah terpencil, yang ekonominya lemah, dan
kurang terdidik akan mengalami keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan. Keadaan
seperti ini, sudah jelas akan menimbulkan masalah bagi pendidikan. Permasalahannya antara
lain bagaimana menyadarkan mereka akan keterbelakangan/ketinggalannya bagaimana cara
menyediakan sarana kehidupan dengan lebih baik, khususnya bagaimana sistem pendidikan
dapat menjangkau dan melibatkan mereka sehingga mereka keluar dari keterbelakangan
tersebut.

C. Penanggulangan Permasalahan Pendidikan


Penanggulangan (pemecahan masalah) sebagai pengaruh ke 4 faktor tersebut ialah:
1. Pendidikan harus senantiasa diperbaharui (direnovasi) sesuai dengan perkembangan yang
terjadi di luar bidang pendidikan itu sendiri. Misalnya kurikulum harus fleksibel, jika perlu
dibaharui. Kurikulum jangan mengakibatkan para pelakunya (siswa atau anak didik) selalu
tertinggal dibidang dengan kemajuan IPTEK di luar dunia pendidikan tersebut.
2. Pendidikan (bersama bidang terkait) berusaha menahan laju pertumbuhan penduduk atau
pendidikan harus mencari system baru yang dapat melayani semua orang yang memerlukan
pendidikan.
3. Aspirasi masyarakat terhadap pendidikan didukung dan didorong terus agar lebih meningkat
lagi. Sementara itu system pendidikan dibaharui/dikembangkan sehingga dapat memenuhi
aspirasi tersebut.
4. Sistem pendidikan meningkatkan peran /fungsinya sebagai pengembangan kebudayaan
diseluruh plosok tanah air. Sejalan dengan itu pihak lain yang terkait harus dapat membuka
keterisolasian dan/membuka sarana kehidupan yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai