Aku merasa seperti seperti dirumah dan lagi-lagi kejadian pada malam itu
terlintas di kepala ku, malam itu petir menyambar, hujan, dan malam yang dingin
membuat suasana semakin mencekam.
“Tapi aku lakukan ini untuk Lily sayang, jika risetku diterima maka kita bisa
membayar semua biaya pengobatan anak kita sayang”
“Sejak 8 bulan yang lalu kau berkata seperti itu, sekarang aku tidak mau
melihatmu lagi, PERGII! AKU BILANG PERGI.!!!”
Akhirnya riset yang kukerjakan itu mendapat pengakuan dari para ahli
matematika dan pada saat itu juga mereka menjadikanku anggota dari Royal
Fellow Society dan memberikanku tempat tinggal di Cambridge University dan
menjadikanku Guru Besar disana. Tapi janji yang dulu kuucapkan tidaklah dapat
kutepati karena istriku membawa Lily pindah ke Alabama, aku hanya dapat
mendengar kabar Lily dari seorang Profesor Teknik Nuklir di University Of
Alabama yang adalah sahabatku. And Thank God aku mendengar kabar bahwa lily
sudah sembuh dari kanker otaknya dan sudah dapat sekolah seperti anak usia 10
tahun pada umumnya. Rasa bersalah selalu menghantuiku setiap kali aku
mengingat istri dan anakku, namun kecintaanku tehadap matematika terkadang
memberi semangat baru untukku melakukan riset-riset ‘gila’.
Tahun demi tahun berganti dan hari-hari kulewati seperti biasa, tidak ada hal yang
terlalu spesial bagiku.
Pagi ini berjalan seperti biasa, aku menikmati cerutu dan kopi di dekat
jendela yang berada di ruangan kerjaku yang berantakan oleh kertas dan buku.
Tiba-tiba Mrs. Brown mengetuk kamarku dan aku mengizinkannya untuk masuk,
wanita berumur 79 tahun yang sudah renta itu mengantarkan surat dari
seseorang yang berasal dari pedalaman india. Ketika kubuka surat itu, aku melihat
keajaiban yang belum pernah kulihat selama aku hidup. Tanpa terasa aku
menumpahkan kopi yang baru saja aku teguk, karya ini sungguh luar biasa aku
mencoba memahami angka tiap angka dari surat yang tidak bernama ini.
Setelah aku dan otakku selesai berkenalan dengan angka dalam surat itu,
akupun melihat sebuah nama di bagian akhir surat, nama itu adalah “Srinivasa
Ramajan”. Akupun langsung berlari mencari sahabatku Prof. Littlewood dan aku
menunjukkan teorema-teorema yang ditulis oleh seseorang yang bernama
Ramajan itu dan dia pun tercengang, karena memang dunia matematika abad ini
belum pernah hal seperti ini, Littlewood menyuruhku untuk mengundang
Ramajan ini. Awalnya aku menolak karena aku tidak percaya akan orang ini yang
tiba-tiba saja mengetahui hal seperti ini, dia hanyalah orang pedalaman yang ingin
mengungsi dari perang dunia pertama, bisa saja dia mencuri karya atau buku
catatan seorang ahli matematika di India.
Sekitar dua minggu kemudian, saat aku sedang rapat dengan para ahli di
bidang analisa tiba-tiba mrs.Brown membisikkan kepadaku, katanya “ada seorang
pemuda mencarimu, dia menerima undangan dari Prof katanya”
“dimana dia sekarang?” kataku.
“Baiklah Mr. Ramanujan, kami sangat tertarik dengan teorema dan pembuktian
yang kau kirim beberapa waktu lalu, dan suatu kehormatan bagi kami dapat
melihat penjelasan dan pembuktian langsung darimu, mr.Ramanujan?” ia
langsung berdiri dan dengan sangat bersemangat mengeluarkan 4 jurnal tebal
yang berisi teorema-torema yang ditulis tangan dan memberikannya kepada ku
dan Littlewood, kami terdiam sambil melirik satu sama lain. Sembari kami melihat
isi jurnal yang tebal itu, ia mengambil kapur yang ada di papan tulis kantorku dan
menulis suatu teorema bilangan yang rumit dan menjelaskannya kepada kami
dengan sangat cepat, “anak ini sangat jenius” pikirku.
“aku sangat ingin karyaku ini mendapat pengakuan secara ilmiah, masih banyak
lagi angka-angka yang terus mengalir di kepalaku, aku tidak dapat menahannya
dan aku tidak ingin ini semua berakhir di diriku sendiri, kau harus segera
mempublikasikan ini semua, aku mohon.”
“aku tidak tau, ini terjadi begitu saja, saat aku memegang kertas dan pena aku
merasa ada kuasa yang menggerakkan tanganku dan aku tidak bisa menahannya
sama sekali, ini dari dewa Ganesha.” Aku dan Littlewood terdiam begitu saja.
“Ganesha? Apa itu? Aku tidak percaya akan Tuhan, kau harus tau itu dan disini
semua berjalan secara ilmiah, karyamu ini tidak akan dapat pengakuan apa-apa
jika kau tidak mempunyai pendidikan yang jelas. Kau harus mengikuti pendidikan
secara formal disini sampai kau mempunyai gelar yang jelas nak.” Aku sedikit
emosi karena ia mengucapkan tentang Tuhan.
“Tapi itu hanya akan membuang-buang waktuku tuan, aku tidak ingin ini semua
berhenti di diriku sendiri, aku harus menuliskan semua yang mengalir dikepalaku
ini.” Balasnya.
“hmm, baiklah kami akan pikirkan tentang hal itu Mr.Ramanujan, kami akan
memberikanmu tempat untuk tinggal disini dan kami mengharapkan kau terus
menulis semua hal genius ini, jika kau perlu sesuatu katakan saja kepadaku dan
Mrs.brown akan menunjukkan ruanganmu Mr. Ramanujan.”
“baiklah, aku akan tanya Profesor Hawkins mengenai kelas untuk Mr. Ramanujan
besok.”
“kami sangat ingin membantmu menerbitkan semua hal kau tulis itu, tapi kau
hanya harus melewati satu tahap lagi Mr. Ramanujan, yaitu kuliah.”
“baiklah tuan, aku akan mengikuti kuliah disini, tapi setelah itu aku ingin semua
yang kutulis itu dapat di publikasikan agar semua yang ada dikepalaku ini tidak
habis di diriku saja.” Jawabnya dengan wajah kecewa.
Landau-Ramanujan Constant
Mock Theta Functions
Ramanujan Conjecture
Ramanujan Prime
Ramanujan-Soldner Constant
Ramanujan Theta Function
Ramanujan’s Sum
Rogers-Ramanujan Identities
“Aku tidak percaya akan adanya Tuhan, kau harus tau itu nak. Keluargaku hancur
bahkan hingga sekarang aku tidak tahu bagaimana keadaan putriku, aku merasa
seperti tidak memiliki arah dalam hidup.”
“Aku mengerti bagaimana perasaanmu tuan, kau hanya harus membiarkan Tuhan
mengisi hatimu karna hanya Dialah yang dapat memberimu jawaban atas tujuan
hidupmu, Uhukk uhukk.”
“kau sakit??”
“Emm, itu bukan apa-apa”
“Katakan saja kepadaku jika kau perlu sesuatu.” Ini adalah percakapan terakhir
kami saat diperjalanan pulang setelah kami menghadiri pertemuan dengan pakar
matematika di berbagai universitas, aku terus memikirkan apa yang diucapkan
anak itu barusan hingga pikiran itu membuahkan suatu keputusan untukku
mencari Tuhan. Aku dekat dengan seorang pendeta dan aku memutukan untuk
mengajaknya bertemu dan aku menceritakan beberapa masalah hidupku
kepadanya. Malam itu juga aku di baptis oleh seorang pendeta yang juga adalah
sahabatku, setelah itu aku merasa seperti dekat dengan seorang pribadi yang
sangat membuatku nyaman.
Aku segera pergi mencari Ramanujan ke kamarnya untuk menceritakan
kepadanya bahwa aku sudah mengenal Tuhan, tetapi saat aku mengetuk pintu
kamarnya aku tidak mendengar suara apapun, aku mengetuk berulang-ulang
hingga aku sangat terkejut saat membuka pintu kamarnya yang tidak dikunci,
Ramanujan terbaring di lantai kamarnya dengan darah di lantai dan mulutnya, ia
mengalami batuk berdarah yang parah. Aku langsung memanggil dokter untuknya
lalu ia dirawat dan saat sudah bisa ditemui, aku duduk disebelah nya terbaring.
“Aku ingin pulang ke rumahku di india.”ucapnya dengan lemas “aku ingin melihat
istriku disana, ia sudah menungguku sangat lama, aku harus pulang sekarang
juga.”
“baiklah nak, aku akan bicara dengan dokter.”
Dokter bilang ini adalah penyakit langka seperti TBC yang virusnya
bermutasi, dan kami membutuhkan waktu untuk mempelajari penyakit ini karena
kasus ini belum pernah terjadi sebelumnya. Tapi karena pernyataan Ramanujan
barusan, aku berusaha meyakinkan dokter bahwa ramanujan harus segera pergi,
akhirnya dokter mengizinkan ia untuk pergi dengan banyak obat yang harus
dibawanya.
Aku yang menyiapkan semua barang Ramanujan, ia hanya duduk di kasur
kamarnya karena masih belum sanggup untuk melakukan hal yang berat, dan
memang karena aku melarangnya juga.
Sampai di pelabuhan, aku memeluknya sambil membisikkan “aku sudah
mengenal Tuhan, terimakasih karena engkau sudah membantuku menemukan
jawaban hidupku selama ini nak. Aku akan berdoa agar Tuhan memberikan yang
terbaik buatmu nak, salam untuk istrimu dan berjanjilah untuk kembali.”
Ia menjawab dengan senyuman yang dibarengi dengan kata-kata
“aku berjanji.”