Anda di halaman 1dari 12

Hukum Memegang dan Membaca Alqur’an Serta

Hukum Memasuki Masjid bagi Wanita Haid


Oleh : Devie Yuliana

I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Haid merupakan suatu keadaan yang menjadikan seorang wanita memiliki ketentuan-
ketentuan tertentu dalam melakukan sebuah amal ibadah. Seperti memegang,membaca Alqur’an
dan memasuki masjid. Padahal membaca Alqur’an merupakan salah satu amal yaumiyah umat
islam yang bernilai ibadah, baik dengan tujuan menghafalnya, mentadaburinya, ataupun
mempelajarinya.
Allah memerintahkan hamba-Nya untuk selalu berinteraksi dengan Alqur’an, yang
tertulis dalam firman-Nya yang berbunyi,
َّ ‫ات ُْل َما ُأويِح َ لَ ْي َك ِم َن ْال ِكتَ ِاب َوَأ ِق ِم‬
‫الصاَل َة‬
‫ِإ‬
"Bacalah sesuatu yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Alkitab (Alqur’an), dan dirikanlah
shalat." (QS. Al-Ankabut: 45)
Lalu, bagaimana dengan seorang wanita yang dalam keadaan haid namun dia ingin
mendapatkan pahala dan keutamaan dari amalan tersebut?. Seperti membaca Alqur’an dan
menghadiri majlis ilmu yang diselenggarakan di masjid. Bolehkah dalam keadaan - keadaan
tersebut seorang wanita yang haid memegang atau membaca Alqur’an,dan memasuki masjid.?
Dalam hal ini terjadi banyak perbedaan pendapat diantara para ulama tentang hukum
membaca ataupun memegang Alqur’an dan hukum memasuki masjid bagi wanita yang sedang
haid. Maka dalam makalah sederhana ini penulis akan sedikit memaparkan hukum membaca,
memegang Alqur’an dan hukum memasuki masjid bagi wanita haid .
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hukum memegang Alqur’an bagi wanita haid?
2. Bagaimana hukum membaca Alqur’an bagi wanita haid?
3. Bagaimana hukum memasuki masjid bagi wanita haid?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui hukum membaca dan memegang Alqur’an bagi wanita haid
2. Mengetahui hukum membaca al-qur’an bagi wanita haid
3. Memahami hukum memasuki masjid bagi wanita haid
D. Manfaat Penulisan
1. Secara teoritis
a. Menjelaskan hukum memegang, membaca Alqur’an , dan memasuki masjid bagi
wanit haid.

1
b. Sebagai pedoman dan menjadi jawaban untuk menghilangkan kebingungan bagi
para muslimah dalam mengetahui hukum memegang, membaca Alqur’an dan
memasuki masjid bagi wanita haid.
2. Secara praktis
a. Untuk kepentingan dakwah masyarakat sehingga dapat mengetahui hukum
memegang, membaca Alqur’an dan memasuki masjid bagi wanita haid

II. PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Alqur’an
Alqur’an secara etimologi merupakan mashdar dari ‫ قرآن‬-‫ يقرأ‬-‫ قرأ‬yang berarti
jama’atau kumpulan.1 Adapun secara terminologi yaitu kitab yang diturunkan
kepada Rasulullah, yang tertulis di dalam Alqur’an, yang diturunkan kepada Nabi
secara mutawatir tanpa ada keraguan di dalamnya,2 dan membacanya bernilai
ibadah.3
2. Masjid
Masjid secara etimologi yaitu bentuk mufrod dari ‫ مساجد‬yang berarti tempat
shalat, atau tempat sujud jasad manusia. Adapun masjid secara terminologi yaitu
tempat yang sudah ditetapkan murni untuk beribadah kepada Allah.4
B. Hukum memegang Alqur’an bagi wanita haid
1. Definisi memegang
Memegang secara etimologi berasal dari kata‫يمس‬-‫ مس‬yang berarti memegang
sesuatu dengan tangan. Adapun secara terminologi, memegang adalah bertemunya
anggota badan dengan anggota badan yang lain sampai dapat merasakan panas,
dingin, keras, lembut.5
2. Dasar hukum
Allah berfirman
‫اَل ي َ َم ُّس ُه اَّل الْ ُم َطه َُّر ْو َن‬
‫ِإ‬
"Tidak ada yang menyentuhnya kecuali orang-orang yang suci." (QS. Al-Waqi’ah:
79)
3. Hukum memegang Alqur’an bagi wanita haid
Yang dimaksud dengan Alquran disini adalah Alqur’an murni, dimana tidak
tercampur oleh perkataan manusia, baik tafsir atau terjemah. Pembahasan ini terbagi
menjadi dua bagian,
1
Wizaratul Auqof wa Syu'unil Islamiyah, Mausu'ah Fiqhiyah Kuwaitiyah (Kuwait, Darus Shofwah: 1998), jild. 33,
hlm. 30
2
Ibid
3
Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Alqur'an, (Pustaka Al-Kausar,jakarta.2005) hlm. 18
4
Wizaratul Auqof wa Syu'unil Islamiyah, Mausu'ah…, jild. 37, hlm. 194
5
Wizaratul Auqof wa Syu'unil Islamiyah, Mausu'ah…, jild. 37, hlm. 276.

2
a. Memegang langsung tanpa penghalang
Jumhur ulama’ (ulama’ empat madzhab) sepakat bahwa memegang
Alqur’an tanpa penghalang bagi wanita haid adalah haram. Dalilnya adalah,
‫اَل ي َ َم ُّس ُه اَّل الْ ُم َطه َُّر ْو َن‬
‫ِإ‬
"Tidak ada yang menyentuhnya kecuali orang-orang yang suci." (QS. Al-
Waqi’ah: 79)
Para ulama’ berikhtilaf dalam menafsirkan ayat ini. Ibnu Jarir

menceritakan dari Ibnu Abbas bahwa dhomir ‫ ى ُه‬yang dimaksud di sini adalah

kitab yang berada di langit. Ini juga pendapat Mujahid, Ikrimah, Sa’id bin Jubair,
dan Anas.6 Adapun َ‫ ْال ُمطَهَّرُوْ ن‬berarti suci dari syirik (menurut Ibnu Saib), suci dari
dosa dan kesalahan (menurut Ar-Rabi’ bin Anas).7
Namun, yang paling rojih menurut mufassirin dan fuqoha’ adalah, dhomir

‫ ى ُه‬yang dimaksud adalah Alqur’an yang berarti mushaf Alqur’an yang ada di

tangan kita sekarang. Adapun َ‫ ْال ُمطَهَّرُوْ ن‬yakni suci dari hadats.8
Hal ini didukung dengan ayat setelahnya, QS. Al-Waqi’ah ayat delapan
puluh, “yang diturunkan dari Rabb semesta alam.” yang menunjukkan secara
zdhohir bahwa yang dimaksud adalah Alqur’an yang saat ini berada di tangan
manusia. Juga berdasarkan hadits,
ِ َ‫الَ مَي س الْ ُقرآ َن ِإاِل َّط‬
‫اه ُر‬ ْ ُّ َ
“Tidak boleh menyentuh Alqur’an kecuali orang yang suci.”(HR. Atsram dan
Daruquthni)9.
Ibnu Abdil Barr mengatakan, "Tidak boleh bagi seseorang menyentuh
Alqur’an, baik secara langsung ataupun menggunakan penghalang kecuali dalam
keadaan suci."10 Al-Khathib As-Syarbini juga mengatakan, "Diharamkan bagi
wanita haid memegang dan membawanya."11
Adapun Zhohiriyah membolehkannya secara mutlak. Ibnu Hazm berkata,
"Membaca Alqur’an, sujud tilawah, menyentuh Alqur’an dan berdzikir
diperbolehkan. Baik dilakukan oleh orang yang berwudhu ataupun tidak , orang

6
Dr. Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh,Tafsir Ibnu Katsir,(Pustaka Imam Asy-Syafi’I,
2008),cet.1,jild.9,hlm.347.
7
Jamaluddin Abul Faraj Abdurrahman, Zaadul Masir fi Ilmi Tafsir (Beirut: Darul Kutub Al-Arabi, 1422), cet. 1, jil.
4, hal. 228.
8
Al-Mughni 1/203, Ahkamul Qur’an Ibnul ‘Araby
9
Malik, Muwatha’ (tt: Maktabah ‘Ilmiyah, tt), cet. 2, hal. 106. Ad-Darimi, Sunan Ad-Darimi (tt: Darul Mughni
linnasyri wat Tawzi’, 2000 M), cet. 1, jil. 3, hal. 1455.
10
Abu Umar Yusuf bin Abdullah bin Muhammad bin Ibnu Abdil Barr, Al Kafi fi Fiqhi Ahlil Madinah,(Beirut Darul
Kutub Al- Ilmiyah:1992), jild. 1, hlm. 172
11
Syamsuddin Al-Khotib As-Syarbini, Mughnil Muhtaj (Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 1994), jild. 1, hlm. 290

3
yang junub, ataupun haid."12 Menurut Zhohiriyah, firman Allah dalam QS. Al-
Waqi'ah ayat sembilan puluh tujuh tidak bisa dijadikan hujjah, karena 'tidak
menyentuhnya' bukanlah kalimat larangan melainkan khabar.
b. Memegang dengan penghalang
Pendapat ulama tentang hal ini terbagi menjadi tiga, yakni membolehkan
jika penghalang terpisah dari Alqur’an, melarang secara mutlak, dan
membolehkan secara mutlak.
Hanafiyah,13 Malikiyah14, dan mayoritas Hanabilah15 membolehkan
memegang Alqur’an dengan penghalang, dengan syarat penghalang tersebut
terpisah dari Alqur’an (bukan sampulnya). Karena, sampul Alqur’an termasuk
bagian dari Alqur’an dan tidak dijual terpisah, 16 berbeda dengan kain, sarung
tangan, dan sejenisnya.
Yang mengharamkannya secara mutlak adalah Syafi’iyah.17 Sedangkan
yang membolehkannya secara mutlak, baik penghalang terpisah dari Alqur’an
atau tidak adalah sebagian Syafi’iyah18 dan sebagian Hanabilah.19 Karena, yang
dilarang secara jelas adalah memegang Alqur’an secara langsung. 20 Sebagaimana
pendapat Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa bahwa, diperbolehkan bagi
wanita haid memegang Alqur’an dengan lengan bajunya, asalkan tidak
bersentuhan dengan tangan secara langsung.21
4. Hukum memegang Alqur’an terjemah
Malikiyah,22 Syafi’iyah,23 dan Hanabilah24 membolehkan wanita haid
memegang Alqur’an terjemah. Alasannya, mereka mengqiyaskan Alqur’an terjemah
dengan tafsir yang mana keduanya bukan bagian dari Alqur’an, sehingga tidak
dilarang memegangnya. Hujjah yang digunakan adalah firman Allah,
‫اَّن َأ ْن َزلْنَ ُه قُ ْرآاًن َع َ ِرب ًّيا‬
‫ِإ‬
“Sesungguhnya kami menurunkannya berupa Qur’an berbahasa arab agar kamu
mengerti” (QS.Yusuf: 2 ).
Dan juga firman Allah,
12
Abi Muhammad Ali bin Said bin Hazm Al-Andalusi, Al-Muhalla bil Atsar,(Beirut Darul Kutub Al-Ilmiyah:2003),
jild. 1, hlm. 94
13
Abu Bakar bin Mas'ud Al-Kasaniy, Badai' Shanai'(Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah:1986) Badai’ Shanai’
jild.1/hal.33.
14
Muhammad bin Ahmad bin Arafah Ad-Dasuki Al-Maliki ,Hasyiyah Ad-Dasuqiy,jild. 1/,hlm.155.
15
Muhammad Amin Addinawi,Kassyaful Qina,’ (Beirut,Alahul Kutub,1997),jild.1,hlm.134.
16
Sholih bin Abdullah Al-Lahim, Al-Ahkam Al-Mutarattibah 'alal Haidh wan Nifas wal Istihadhah (t.t., Dar Ibnul
Jauzi: 1429 H), hlm. 45
17
Syamsuddin Al-Khotib As-Syarbini, Mughni Muhtaj,jild. 1,hlm.37.
18
Imam Muhyiddin An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarhul…, jild’2,hlm.68.
19
Ilauddin bin Hasan Ali bin Sulaiman al-Mardawi,(1955), Al-Insof,jild. 1,hlm.223.
20
Muhammad Amin Addinawi,Kassyaful Qina,jild. 1,hlm.134.
21
Ibnu Taimiyah, Majmu’ Fatawa,(Darul Hadits, Mesir: ), jild. 21, hlm. 267.
22
Muhammad bin Ahmad bin Arafah Ad-Dasuki Al-Maliki, Hasyisyatud Dasuki ‘ala Syarhul Kabir (tt Darul
Fikr ),jild.1,hlm.155.
23
Imam Muhyiddin An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarhul…, jild. 2,hlm.380.
24
Abi Ishaq Burhanuddin Ibrahim bin Muhammad,Al-Mabdu’(Darul Kutub al- Ilmiyah:1997),cet.8,jild.1,hlm.441.

4
ٍ ‫ِب ِل َس ٍان َع َريِب ٍ ّ ُم ِبنْي‬
“Dengan bahasa arab yang jelas” (QS.Asy-Syuara': 195).
Ayat diatas menjelaskan bahwa Alqur’an turun dengan bahasa arab. Yang
berarti bahwa terjemahan tidak bisa disebut sebagai Alqur’an sehingga tidak
diharamkan bagi orang yang berhadats untuk menyentuhnya.
Sedangkan Hanafiyah25 melarangnya, karena mereka berpendapat bahwa
makna Alqur’an terkandung dalam terjemahan tersebut.26
5. Hukum memegang tafsir Alqur’an
Dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat. Ada yang membolehkan secara
mutlak, memakruhkan, dan mengharamkan. Adapun rinciannya adalah berikut,
a. Boleh
Ini adalah pendapat sebagian Hanafiyah,27 Malikiyah,28 dan Ahmad29.
Hujjahnya, bahwasanya Rasulullah pernah mengirim surat ke Kisra yang di
dalamnya mengandung ayat Alqur’an. Itu berarti, beliau tidak keberatan jika ayat
Alqur’an dipegang oleh seorang yang kafir lagi najis (karena kesyirikan mereka).
Sedangkan wanita haid lebih suci dibanding mereka.
Hujjah lain, bahwasanya tafsir tidak sama dengan Alqur’an, dan tidak ada
dalil yang mengharamkannya. Dan bahwa membaca tafsir tidak sama dengan
tilawah, sehingga tidak diharuskan dalam kondisi suci.30
b. Makruh
Ini adalah pendapat sebagian Hanafiyah.31 Alasannya, karena kitab tafsir
tidak mungkin terlepas dari ayat Alqur’an, maka makruh memegangnya saat
haid.32
c. Haram
Ini adalah pendapat Syafi’yah33 dan sebagian Hanafiyah.34 Hujjahnya,
karena kitab tafsir mencakup di dalamnya ayat-ayat Alqur’an, bahkan bisa jadi
ayatnya lebih banyak dari pada tafsirnya. Maka, berlaku baginya sama seperti
hukum Alqur’an.35

25
Humam Maulana Syaikh Nidzom,Al-Fatawa al-Hindia,(Beirut Darul Kutub al-Ilmiyah:2000),jild1,hlm.39.
26
Sholih bin Abdullah Al-Lahim, Al-Ahkam Al-Mutarattibah 'alal Haidh wan Nifas wal Istihadhah (t.t., Dar Ibnul
Jauzi: 1429 H), hlm. 52
27
Zainuddin bin Ibrahim al-Ma’ruf bin nujim al-Khofi,Al-Asbahu Wa Nadzoir,(Damaskus Darul
Fikr:1983),jild.1,hlm.112.
28
Syamsuddin Syaikh Muhammad Arafah Addusuki, Syarhul Kabir,(Biddar Ihaya’ al-Kutub al-
Arabiyah),jild.1,hlm.125.
29
Ibnu Qudamah, Al-Mughni(Riyadh:Daar al-Kutub al-Ilmiyah:2008),jild.1,hlm.204.
30
Sholih bin Abdullah Al-Lahim, Al-Ahkam Al-Mutarattibah…, hlm. 48.
31
Asy-Syaukani,FathulQodir(Beirut:Darul Kutub al-Ilmiyah),jild.1,hlm,169.
32
Ibid.
33
Syamsuddin Al-Khotib As-Syarbini, Mughni Muhtaj (Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 1994),jild.1,hlm.37.
34
bu Bakar bin Mas'ud Al-Kasaniy, Badai' Shanai'(Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah:1986) ,jild.1,hlm.33.
35
Ibid.

5
Dari pendapat di atas, maka penulis menyimpulkan, jika ayatnya lebih banyak maka
haram memegangnya.
6. Memegang Alqur’an untuk belajar-mengajar
Menurut Malikiyah, diperbolehkan memegang Alqur’an dengan niat untuk
mengajar atau belajar, baik menyentuh seluruh Alqur’an sebagian ataupun
selembaran yang bertuliskan ayat Alqur’an. karena wanita haid tidak bisa dengan
mudah menghilangkan hadastnya dan juga karena masa haid itu panjang. Dan
diperbolehkan menelaah dan menghafal Alqur’an ketika itu. 36 Maka membaca
Alqur’an menggunakan hafalan juga diperbolehkan karena membaca alquran tanpa
memegang Alqur’an sama seperti dzikir. 37
C. Hukum membaca Alqur’an bagi wanita haid
1. Definisi membaca
Yang dimaksud dengan membaca adalah membaca setiap huruf
menggunakan lisannya dengan benar baik terdengar oleh dirinya sendiri ataupun
tidak terdengar oleh dirinya sendiri. 38
2. Hukum membaca Alqur’an bagi wanita haid
Ulama berikhtilaf mengenai hukum wanita haid membaca Alqur’an.
Sebagian ulama membolehkan dan sebagiannya melarang. Berikut ini adalah hujjah
yang dikemukakan oleh masing-masing pihak,
a. Dasar hukum yang membolehkan
Hujjah kelompok yang memperbolehkan wanita haid membaca al- qur’an
adalah hadits Aisyah, "aku datang ke Mekah dalam keadaan haid, dan aku tidak
berthawaf di Baitulharam dan juga tidak antara Shafa dan Marwah. Lalu aku
mengadukan hal tersebut kepada Rasulullah, lalu beliau bersabda” :
ِ ‫اج َغير َأ ْن اَل تَطُويِف بِالْبي‬
‫ت َحىَّت تَطْ ُه ِر ْي‬ ِ
َْ ْ ْ َ ْ ُّ َ‫ا ْف َعل ْي َك َما َي ْف َع ُل احْل‬
"Lakukanlah seperti yang dilakukan orang yang berhaji kecuali thawaf di
Baitulharam sampai engkau suci."39
Hadits tersebut menerangkan secara jelas bahwa perempuan yang sedang
haid disyariatkan untuk tetap berdzikir. Dan membaca Alqur’an merupakan salah
satu bentuk dzikir, sebagaimana firman Allah,
‫اَّن حَن ْ ُن نَ َّزلْنَا ِّاذل ْك َر َو اَّن هَل ُ لَ َحا ِف ُظ ْو َن‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Alqur’an, dan sesungguhnya kami yang
benar-benar memeliharanya." (QS. Al-Hijr: 9)

36
Muhammad bin Ahmad bin Arafah Ad-Dasuki Al-Maliki, Hasyisyatud Dasuki ‘ala Syarhul Kabir (tt Darul Fikr ),
jild.1, hlm.126.
37
http://asysyariah.com/problema-anda-hukum-wanita-haid-membaca-al-quran/
38
Wizaratul Auqof wa Syu'unil Islamiyah, Mausu'ah…, jild. 33, hlm. 46.
39
HR.Al-Bukhari dalam Shahih-nya Kitab Al-jami’,(Al-Matba’ah Assalafiyah,mesir:1400 H),jild.1,hlm.506, no:
1650.

6
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, "Dan yang paling baik adalah yang dikatakan
oleh Ibnu Rasyid mengikuti Ibnu Bathal dan ulama yang lainnya, bahwa
sesungguhnya yang dimaksud oleh dalil tersebut adalah bolehnya membaca
Alqur’an bagi perempuan haid dan orang junub berdasarkan hadits Aisyah.
Karena Nabi tidak mengecualikan dari semua manasik haji kecuali thawaf."40
Adapun Ibnu Hazm dari madzhab Zhohiriyah menyatakan bahwa, wanita
haid boleh membaca Alqur’an secara mutlak. Karena membaca Alqur’an
merupakan amalan yang baik dan berpahala. Dan barangsiapa yang berkeyakinan
bahwa membacanya ketika tidak suci tidak diperbolehkan, maka hal tersebut
harus berdasarkan dalil. Adapun dalil larangan menyentuh Alqur’an dalam QS.
Al-Waqi'ah ayat tujuh puluh sembilan bukan merupakan larangan melainkan
khabar.41
b. Dasar hukum yang melarang
Ini merupakan pendapat yang diambil oleh jumhur fuqoha'. Membaca
Alqur’an dalam keadaan suci merupakan salah satu bentuk penjagaan adab
terhadap Alqur’an. Itu berarti, tidak boleh bagi wanita haid membaca Alqur’an,
karena ia dalam keadaan tidak suci. Hanafiyah dan Hanabilah berhujjah dengan
hadits Rasulullah,
ِ ‫اَل َت ْقرُأ احْل اِئض واَل اجْل نُب َشيًئا ِمن الْ ُقر‬
‫آن‬ ْ َ ْ َ ُ ََ َ َ
"Tidaklah diperbolehkan bagi wanita haid dan orang junub membaca Alqur’an."
(HR. At-Tirmidzi).42
Imam An-Nawawi meriwayatkan bahwa para ulama’ sepakat tentang
haramnya wanita haid membaca Alqur’an. Alasannya, masa haid hanya
berlangsung beberapa hari dan tidak sampai membuat seseorang lupa dengan
hafalannya. Adapun jika khawatir terhadap hafalannya, maka cukup dengan
muraja’ah atau menghafal di dalam hatinya.
Jika seorang wanita telah suci, namun ia tidak mendapat air untuk mandi,
maka ia tetap dilarang membaca Alqur’an kecuali saat melakukan sholat. 43
3. Membaca Alqur’an bagi wanita haid untuk belajar atau mengulang hafalan
Menurut Ibnu Taimiyah beliau berpendapat, jika wanita yang haid tersebut
tidak takut hafalannya hilang maka dia tidak boleh membacanya. Adapun jika
wanita tersebut takut hafalannya hilang maka tidak mengapa membacanya. 44 Syaikh
Abdullah Shalih Al- Utsaimin mengatakan bahwa boleh bagi wanita haid untuk

40
Imam Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqolani, Fathul Bari,(Darul Kutub Al-Ilmiyah:Beirut), jild. 1, hlm. 486
41
Abi Muhammad Ali bin Said bin Hazm Al- Andalusi, Al- Muhalla bil Atsar, jild:1, hlm: 94
42
HR.At-Tirmidzi,dalam kitab Sunannya,(Mustofa Al-bab Al-Halbi,),jild.1,hlm.236.
43
Imam Muhyiddin An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarhul…, jild. 2, hlm. 356.
44
Ibnu Taimiyah, Majmu’ Fatawa,(Madinah Munawaroh Darul Hadits: 2004), jild. 21, hlm. 636.

7
membaca Alqur’an jika ada keperluan seperti, seorang guru atau murid yang
membaca al-qura’an dalam rangka untuk belajar atau mengajar.45
D. Hukum memasuki masjid bagi wanita haid
1. Definisi masjid
Yang dimaksud dengan masjid menurut Syafi’iyah46 dan Hanafiyah47 yaitu
suatu tempat yang digunakan untuk shalat. Sedangkan menurut Malikiyah dan
Hanabilah, masjid adalah tempat yang sengaja dibangun untuk masjid yang biasa
digunakan untuk shalat fardhu.48
2. Dasar hukum
Allah berfirman,
َّ ‫يََأهُّي َا اذَّل ِ ْي َن أ َمنُ ْوا اَل تَ ْق َربُ ْوا‬
‫الصاَل َة َو َأنْمُت ْ ُساَك َرى َحيَّت تَ ْعلَ ُم ْوا َما تَ ُق ْولُ ْو َن َواَل ُجنُ ًبا اَّل عَا ِب ِر ْي َس ِب ْي ٍل‬
‫ِإ‬
"Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian mendekati shalat (masjid)
dalam keadaan mabuk sampai kalian sadar apa yang kalian katakan, dan tidak pula
dalam keadaan junub kecuali sekedar melewati saja." (QS. An-Nisa': 43)
Ibnu Abbas mengomentari ayat ‫وال جنبا إالّ عابري سبيل حتى تغتسلوا‬, beliau berkata,
“Engkau (boleh) lewat selintas dan jangan duduk.” Pendapat ini diriwayatkan dari
Ibnu Mas’ud, Anas, Abu Ubaidah, Ad-Dhahhak, Atha’, Mujahid, Ikrimah, Qatadah,
dan Hasan Al-Bashri. Adapun yang dimaksud dengan shalat pada ayat di atas adalah
masjid.49
Rasulullah bersabda,

ٍ ُ‫ض واَل ُجن‬ ‫ِ حِل ِئ‬ ِ ‫ِإ‬


‫ب‬ َ ٍ ‫فَ يِّن اَل َأح ُّل الْ َم ْسج َد َا‬
"Sesungguhnya aku tidak menghalalkan masjid bagi wanita yang sedang haid dan
junub." (HR. Abu Daud).50
3. Hukum memasuki masjid bagi wanita haid
Kategori memasuki masjid dalam pembahasan ini terbagi menjadi dua bagian,
a. Memasuki masjid dan berdiam diri di dalamnya.
- Tidak diperbolehkan
Ini adalah pendapat jumhur.51 Hujjah mereka adalah firman Allah,
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mendekati shalat
dalam keadaan mabuk sampai kalian sadar apa yang kalian katakan, dan

45
Muhammad Sholih Al-Utsaimin, Majmu’ Fatawa Wa- Rasail Al-Utsaimin,(Dar Ats-Tsaraya:1413),cet.
Terakhir,hlm.220.
46
Imam al-Mawardiy,Al-Haawiy al-Kabir,(Beirut, Darul Kutub al-Ilmiyah,1994),cet.1,jild.3,hlm.485.
47
Syaikh Zainudin Ibnu Najim,Al-Bahrur Roo’iq,(Mathba’ah al- Ilmiyah),cet.1,jild.5,hlm.267-268.
48
Dr.Wahbah Zuhaili,Al-Wajiz Fi-Fiqhi Islam,(Damaskus,Darul Fikr,2005),jild.2,hlm.347.
49
Abi Thayyib Muhammad Syamsul Haq,Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abu Daud,(Madinah Munawaroh,Shohibul
Maktabah Salafiyah:1968),jild.1, Hlm.390
50
HR.Abu Daud,dalam kitabnya Sunan Abi Daud,(Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah:2015),jild.1,hlm.50.
51
Abi Thayyib Muhammad Syamsul Haq,Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abu Daud,(Madinah Munawaroh,Shohibul
Maktabah Salafiyah:1968),’, jild.1,hlm.260. no. 232

8
jangan pula dalam keadaan junub kecuali sekedar melewati saja." (QS. An-
Nisa': 43).
Yakni, bahwa Allah melarang orang junub dan haid untuk mendekati
shalat.52 Shalat yang dimaksud dalam ayat di atas adalah masjid. Alasannya,
karena ditakutkan akan mengotori masjid.
- Dibolehkan
Yang membolehkan adalah Ibnu Hazm, Daud, dan Al-Muzni. 53
Mereka berdalil dengan hadits yang diriwayatkan dari Aisyah,
ِ ‫اج َغير َأ ْن اَل تَطُويِف بِالْبي‬
‫ت َحىَّت تَطْ ُه ِر ْي‬ ِ
َْ ْ ْ َ ْ ُّ َ‫ا ْف َعل ْي َك َما َي ْف َع ُل احْل‬
"Lakukanlah seperti yang dilakukan orang yang berhaji kecuali thawaf di
Baitulharam sampai engkau suci."54
Adapun pendapat yang rajih dari kedua pendapat di atas bahwasanya,
diperbolehkan bagi wanita haid berdiam diri di masjid jika tidak dikhawatirkan
darahnya mengotori masjid.55
b. Melewati masjid
Ulama berikhtilaf mengenai boleh tidaknya wanita haid melewati
masjid, berdiam diri sebentar, atau memasukinya karena suatu keperluan.
Pendapat ulama terbagi menjadi dua,
- Boleh
Ulama Hanabilah,56 Syafi’iyah,57 dan sebagian ulama Malikiyah58
memperbolehkan wanita haid memasuki masjid jika hanya sekedar lewat
saja. Pendapat mereka berlandaskan dengan firman Allah dalam surat An-
Nisa’ ayat tiga puluh empat, sebagaimana yang tertulis di atas.
Kelompok ini berpendapat bahwa makna lafazh ‫بيل‬ss‫ابري س‬ss‫ ع‬berarti
musafir. Artinya, larangan mendekati sholat ditujukan kepada orang junub
(sampai bersuci) dan musafir (karena rukhshoh).59 Itu berarti, orang haid
tidak dilarang memasuki atau melewati masjid.
- Tidak diperbolehkan

52
Ibnu Qudamah al- Maqdisi,Al-Mughni, (Beirut Darul Kutub al- Ilmiyah,2008),jild.1,hlm.200.
53
Abi Muhammad Ali bin Said bin Hazm Al-Andalusi, Al-Muhalla bil Atsar,(Beirut Darul Kutub al
Ilmiyah:2003,jild.2,hlm.253.
54
HR.Al-Bukhari dalam Shahih-nya Kitab Al-jami’,(Al-Matba’ah Assalafiyah,mesir:1400 H),jild.1,hlm.506, no:
1650.
55
Sholih bin Abdullah Al-Lahim, Al-Ahkam Al-Mutarattibah…, hlm.62.
56
Abu Bakar Ainaisaburi,Al-Ausath(Darul Thayyibah,1985),jild.2,hlm.110.
57
Imam Muhyiddin An-Nawawi. t.t.. Al-Majmu’ Syarhul Muhadzab,…….,jild.1,hlm.45.
58
Abi Abdillah al-Maghribi,(Darul Alamil Kutub), Abi Thayyib Muhammad Syamsul Haq,Aunul Ma’bud Syarh
Sunan Abu Daud,(Madinah Munawaroh,Shohibul Maktabah Salafiyah:1968),’, jild.1,hlm.260. no. 23.
59
http://www.fiqihmuslimah.com/mbt/x.php?id=41.

9
Ulama Hanafiyah,60 Malikiyah61,dan Syafi’iyah62 dalam pendapatnya
yang shahih, melarang wanita haid memasuki masjid secara mutlak meski
sekedar lewat saja. Hujjah mereka adalah sabda Rasulullah, “Sesungguhnya
aku tidak menghalalkan masjid bagi wanita yang sedang haid dan junub.”

III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan :
1. Memegang Alqur’an murni bagi wanita haid adalah haram, namun boleh jika
menggunakan penghalang.
2. Membaca Alqur’an diharamkan bagi wanita haid, kecuali dalam rangka
belajar dan mengajarkan.
3. Wanita haid dilarang untuk berdiam diri di masjid, namun diperbolehkan jika
hanya sekedar lewat dan tidak dikhawatirkan mengotori masjid.
B. Saran
Penulis menyarankan hendaknya para wanita memperhatikan hal-hal yang berkaitan
dengan haid. Termasuk larangan-larangan ketika haid sehingga para muslimah dapat menjaga
amal ibadahnya. Sehingga segala amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Al-Karim
Wizaratul auqof wa syu’unil islamiyah, Masu’ah Fiqhiyah Kuwaitiyah, kuwait darus shofwah
1998

Manna al-qaththan pengantar study alqur’an (pustaka al-kausar,jakarta 2005)

Dimasyqiy, Ad-,Ibnu Katsir,Tafsir ibnu katsir terj, Dr.Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh,
Cet. Ke-1,Pustaka Imam Asy-Syafi’I 2008

Abdurrahman Jamaluddin Abu al- faroj, Zaadul masir fi ilmi tafsir, Cet-1,Beirut, Darul Kutub
Al-Arabi 1422

Malik, Al-Muwatha’, Cet-2, tt, Maktabah Ilmiyah,tt

Ad-Darimi, Sunan Ad-Darimi, Cet-1, Darul Mughni Linnasyri 2000 M

As-Syarbini Syamsuddin Al-Khotib,Mughni Muhtaj, Beirut Darul Kutub Al-Ilmiyah 1994

Al-Andalusi Abi Muhammad Ali bin Said bin Hazm, Al-muhalla bil atsar,Beirut Darul Kutub
Al-Ilmiyah 2003
60
Abu Bakar bin Mas'ud Al-Kasaniy, Badai' Shanai'(Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah:1986), jild.1,hlm. 44.
61
Syihabuddin Ahmad bin Idris Al-Qurafi, Adz- Dzakirah,(Darul Qurbi Al- Islami), jild. 1, hlm. 379
62
Imam Muhyiddin An- Nawawi,Majmu’Syarhul Muhadzab,(jeddah,Maktabah al-Irsyad),jild.1,hlm.45.

10
Al-Kasaniy Abu Bakar bin Mas’ud, Bada’I shana’I, Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah 1986

Ad-Dasuki Muhammad bin Ahmad bin Arafah,Hasyisyatud Dasuqiy ala Syarhul Kabir, tt,Darul
Fikr

Ad-Diwani Muhammad Amin, Kassyaful qina’ , Jild.1, Birut, Ahlul Kutub 1997

Abdul Al- Lahim bin Shalih, Al-ahkam al-murattibah alal haidh wa nifas wa istihadhah, jild.1,
Dar Ibnu Jauzi 1429

An-Nawawi Imam Muhyiddin, Al Majmu’ Syarhul Muhadzab,jild.2, Jeddah: Maktabah Al-


Irsyad

Ibnu Taimiyah, Majmu’ fatawa, Jild.21, Madinah Munawaroh: Darul Hadits mesir 2004

Ibrahim bin Muhammad Abi Ishaq Burahanuddin, Al- Mabdu’, Cet.8, Darul Kutub Al-Ilmiyah
1997

Syaikh Nidzom Humam Maulana, Al- Fatawa Al-Hindia, Jild.1, Beirut: Darul Kutub Al-
Ilmiyah 2000

Al-Khofi Zainuddin bin Ibrahim Al- Ma’ruf bin Nujim, Al- asbahu wa nadzoir, Damaskus:
Darul Fikr, 1983

Ad-Dasuki Syamsuddin Syaikh Muhammad Arafah, Syarhul Kabir, Biddar Ihya’ Al-Kutub Al-
Arabiyah

Qudamah, Ibnu, Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Muhammad. t.t. Al-Mughni. Riyadh:
Dar Al-'Alam Al-Kutub

HR.al- bukhori dalam shahihnya kitab al-jami’ (al- matba’ah assalafiyah,mesir, 1400)

Asqolani, Al-,Ibnu Hajar, Fathul bari, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah.

Andalusi, Al-,Ibnu Hazm, Al- muhalla bi Atsar, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyah 2003

Tirmidzi, At- Abu Isa, dalam Kitab Sunannya (mustofa al-bab al- halbi)

Nawawi, An-, Muhyiddin, Majmu’ Fatawa wa- Rasail Al-Utsaimin, Madinah Munawaroh:
Darul Hadits: 2004

Mawardiy,Al-, Imam, Al- Haawiy Al-Kabir, Cet. Ke-1, Beirut: Darul Kutub Al- Ilmiyah 1994

Ibnu Najim Zainuddin, Al- Bahrur Roo’iq, Cet. Ke-1, Mathba’ah Al- ilmiyah

Zuhaili, Az-, Wahbah, Al- Wajiz fi Fiqhi Islam, Damaskus: Darul Fikr 2005

Haq Abu Thayyib Syamsul, Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abu Daud madinah munawaroh
shohibul maktabah salafiyah 1986)

11
Ausath, Al-, Nasaburi, An-Abu Bakar, Al-Ausath, Darul Thayyibah 1985

Asy-Syaukani,Fathul Qodir, Beirut:Daar Kutub al-Ilmiyah:2003

Qurafi,Al-, Syihabuddin Ahmad bin Idris, Adz- Dzakirah,(Darul Qurbi Al- Islami)
http://www.fiqihmuslimah.com/mbtx.php?id=41.

https://kamandakaputra.wordpress.com/2013/03/10/pengertian-mushaf-dan-wujud-fisiknya

http://asysyariah.com/problema-anda-hukum-wanita-haid-membaca-al-quran/

12

Anda mungkin juga menyukai