Anda di halaman 1dari 17

SUMBER AJARAN ISLAM

Oleh:
Rizal Taufik Said, S.Pd.I., M.Pd.I
SUMBER AJARAN ISLAM

Al-Qur’an Al-Hadits Ijtihad

1. Pengertian 1. Pengertian 1. Pengertian


al-Qur’an. Al-Hadits. Ijtihad.
2. Fungsi dan 2. Kedudukan dan 2. Kedudukan
Peranan al-Qur’an. Fungsi Hadits. Ijtihad.
3. Kemukjizatan
al-Qur’an.
PENGERTIAN AL-QUR’AN

 Berasal dari kata  Kalam Allah bukan


Qara’a Yaqra’u Qur’an, karangan
yg berarti Nabi/Malaikat Jibril.
bacaan/dibaca.  Nabi & Sahabat
 Kalam Allah yg menghafal & menulis.
diturunkan kepada  Di turunkan pada Nabi
Nabi terakhir dengan terahir.
perantara Jibril, ditulis
 Berangsur-angsur
di Mushaf, sampai pada
selama 22 tahun 2
manusia secara
bulan 22 hari.
mutawatir, dimulai al-
Fatihah dan membaca
adalah Ibadah.
FUNGSI DAN PERANAN AL-QUR’AN

 Petunjuk Hidup (al-Baqarah 185).


 Sumber berbagai Informasi (al-Nahl
89).
 Sebagai Obat (al-Isra 82).
KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN
 Kejadian yang luar biasa disertai tantangan
dan selamat sari perlawanan.
 Al-Qur’an digunakan untuk menentang orang
kafir.
 Mukjizat Bahasa (al-Zumar 23-  Mukjizat hal-hal yang Ghaib.
al-Nisa 82), misalnya kata Seperti Fir’aun yang mayatnya
Yaum diulang 365x sama diselamatkan Allah (QS. Yunus
dengan jumlah hari dalam 1 92).
tahun, Syahr diulang 12x sama  Mukjizat dari berbagai segi.
jumlah bulan dalam 1 tahun, Allah menantang orang yang
kata al-Qur’an, Al-Wahyu, Al- meragukan al-Qur’an untuk
Islam diulang 70x, kata Al- membuat seperti al-Qur’an
Hayah, Al-Maut diulang 145x. (QS.17:18) atau 10 surat saja
 Kemukjizatan Ilmiah, (QS.11:13) atau 1 surat saja
mendorong manusia untuk (QS. 2:23 dan QS. 10:38).
berfikir dengan akalnya seperti
memikirkan alam, ilmu
reproduksi manusia (16:4 -
75:37 - 23:13-14 -76:2 - 86:6).
Langit, matahari, bulan bumi,
bintang, planet, ilmu astronomi
lainnya (50:6 – 3:190-191 –
31:10 – 10-5 – 86:1-3 – 24:35 –
31:29). Pembagian waris, ilmu
matematika (4:7-14). Ilmu gizi
(2:168).
PENGERTIAN HADITS
 Hadits adalah Segala  Sunnah Fi’liyyah yaitu
ajaran yang berbuatan Rasul seperti
disandarkan kepada shalat.
Rasulullah baik  Sunnah Qauliyyahyaitu
perkataan, perbuatan, ucapan Rasul seperti
dan taqrir yang perkataan Rasul Tidak
diriwayatkan para sah shalat seseorang
ulama dari generasi ke bila tidak membaca
generasi sebagai suratal-Fatihah.
pedoman hidup.
 Sunnah Taqririyyah
 Sunnah adalah jalan yaitu ketetapan Rasul
yang dilalui/sejarah seperti diamnya Rasul
hidup baik berkaitan terhadap perbuatan
hukum atau tidak. sahabat.
KEDUDUKAN

 Penjelas dari al-Qur’an karena qur’an


masih bersifat global.
 Allah mewajibkan taat kepada Rasul
(QS. al-Nisa 4:59).
 Aku tinggalkan buat kamu dua hal yang
tidak akan sesat sesudahnya yaitu
kitabullah (al-Qur’an) dan sunnahku (al-
Sunnah). (HR. Al-Hakim).
FUNGSI HADITS

1. Menguatkan hukum, misalnya tentang puasa (QS.


al-Baqarah 183) lalu dikuatkan dalam hadits “Islam
didirikan di atas 5 perkara. Yaitu persaksian tidak
ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan
Allah, mendirikan shalat, membayar zakat,
berpuasa di bulan ramadhan dan haji ke baitullah”
(HR. Bukhari dan Muslim).
2. Memberikan rincian terhadap pernyataan al-Qur’an
yang bersifat global. Misalnya firman Allah: “ Dan
dirikan shalat oleh kamu shalat dan bayarkanlah
zakat…(QS. al-Baqarah 110) dalam hadits dari
Thalhah bin Ubaidillah bahwasanya telah datang
seorang Arab Badui kepada Rasul SAW dan berkata:
Wahai Rasul, beritahukan kepadaku shalat apa yang
difardhukan kepadaku… (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Hadits membatasi kemutlakan yang dinyatakan oleh al-
Qur’an. Misalnya al-Qur’an mensyari’atkan tentang
wasiat. “Diwajibkan atas kamu, apabila seseorang diantara
kamu kedatangan tanda2 maut, jika ia meninggalkan
harta yang banyak, berwasiatuntuk ibu dan bapakdan
kerabatnya secara ma’ruf. Ini kewajiban atas orang-orang
yang bertakwa. (QS. al-Baqarah 180) lalu dalam hadits
Bukhari Muslim, Rasul SAW memberi batasan bahwa
wasiat harta tidak boleh lebih dari sepertiga darinya dari
hartanya yang ditinggalkan.
4. Hadits memberi pengecualian terhadap al-Qur’an yang
bersifat umum. Misalnya al-Qur’an mengharamkan
memakan bangkai dan darah (QS. al-Maidah 3) dalam
hadis membolehkan memakan bangkai seperti ikan,
belalang, dan darah tertentu (hati & limpa) sebagaimana
dalam hadits dari Ibnu Umar Ra, Rasul SAW bersabda: “
Dihalalkan kepada kita dua bangkai dan dua darah.
Adapun bangkai itu adalah ikan dan belalang dan dua
darah itu adalah hati dan limpa (HR. Ahmad, asy-Syafi’I,
Ibnu Majah, Baihaqi, dan Daruquthni).
5. Hadis menetapkan hukum baru yang tidak
ditetapkan oleh al-Qur’an. Misalnya al-Qur’an
belum menetapkan tentang keharaman binatang
yang mempunyai taring dan burung yang
bercakar. Kemudian hadits menetapkannya
sebagaimana dalam hadits Rasul: “Rasulullah
melarang semua yang mempunyai taring dari
binatang dan semua burung yang bercakar”.
(HR. Muslim dari Ibnu Abbas).
PENGERTIAN IJTIHAD
 Asal kata Jahada(berjuang, bersungguh). Yaitu
mencurahkan segala kemampuan / memikul beban.
 Secara istilah yaitu usaha sungguh2 yang
dilakukan oleh seorang mujtahid untuk mencapai
suatu keputusan syara’ tentang kasus yang
penyelesaiannya belum tertera dalam al-Qur’an
dan al-Sunnah.
 Dasar hukum Ijtihad yaitu surat al-Nisa 59 hadits
Nabi SAW dari Ibnu Mas’ud: “Berhukumlah dengan
al-Qur’an dan al-Sunnah apabila suatu persoalan
itu engkau temukan pada dua sumber itu. Tetapi
jika engkau tidak menemukannya pada kedua
sumber tersebut, maka berijtihadlah.”
KEDUDUKAN IJTIHAD

 Hasil ijtihad tidak mutlak melainkan zhanni


(dugaan kuat).
 Tidak mengikat, mungkin hanya berlaku untuk
suatu tempat, seseorang, atau masa.
 Tidak berlaku dalam hal penambahan ibadah
khusus (ubudiyyah) sebab hanya wewenang al-
Qur’an dan Sunnah.
 Tidak boleh bertentangan dengan al-Qur’an dan
Sunnah.
 Dalam berijtihad harus diperhatikan faktor2
motivasi, resiko, kemaslahatan umum,
kemanfaatan bersama, dan nilai2 yang menjadi
ciri dan jiwa ajaran Islam.
MACAM-MACAM IJTIHAD

 Ijtihad Fardhi

 Ijtihad Jama’i/Ijma’
BAGIAN IJTIHAD DARI SEGI MATERI

 Qiyas
 Ijma’
 Ijma’ Qauli
 Ijma’ Sukuti
 Istihsan
 Mashalihul Mursalah
CARA-CARA IJTIHAD
 Mujtahid berijtihad dengan dalil-dalil yang tinggi tingkatannya
kemudian berurut pada tingkat berikutnya.
1. Nash Al-Qur’an
2. Khabar Mutawatir
3. Khabar Ahad
4. Zahir Qur’an
5. Zahir Hadis
6. Perbuatan Nabi kemudian taqrirnya
7. Fatwa-fatwa sahabat
8. Qiyas/dalil yang dibenarkan menurut syara’ dengan memperhatikan
kemaslahatan
9. Jika ada dalil yang berlawanan maka mengumpulkan dalil menurut
qaidah yang dibenarkan. Jika tidak mungkin mengumpulkan maka
diambil yang lebih kuat
10. Apabila sama-sama kuat maka menasakhkan atau mencari yang
terdahulu dan kemudian dan yang dahulu itulah yang dibatalkan.
11. Kalau tidak diketahui hendaknya berhenti (tawaquf) tidak boleh
menetapkan hukum dan hendaknya menggunakan dalil yang lebih
rendah tingkatannya.
SYARAT-SYARAT MUJTAHID

 Mengetahui isi al-Qur’an dan hadis yang bersangkutan


dengan hukum meskipun tidak hafal luar kepala
 Mengetahui bahasa arab seperti nahwu, sharaf, ma’ani,
bayan, badi
 Mengetahui kaidah-kaidah ilmu ushul
 Mengetahui soal-soal ijma’ agar tidak timbul pendapat
yang bertentangan dengan ijma’
 Mengathui nasikh mansukh dalam al-Qur’an
 Mengetahui ilmu riwayah dan dapat membeadakan mana
hadis yang shahih, hasan, dhaif, maqbul dan mardud
 Mengetahui rahasia-rahasia tasyri’ (asrarusy sya’riyah)
yaitu kaidah-kaidah yang menerangkan tujuan syara’
dalam meletakan beban taklif kepada mukallaf

Anda mungkin juga menyukai