Anda di halaman 1dari 55

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Berdasarkan adanya pernyataan atas keaslian skripsi ini, saya menyatakan


bahwa skripsi yang saya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Sosial yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan
Komunikasi, Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, Institut Agama
Islam Sahid (INAIS) Bogor ini sepenuhnya asli dan merupakan karya tulis
ilmiah peneliti pribadi. Adapun beberapa tulisan maupun pendapat orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini, telah saya sebutkan kutipannya dengan
jelas dan sudah sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dibidang
penulisan karya ilmiah.
Apabila kemudian hari terbukti bahwa seluruh atau sebagian isi skripsi ini
merupakan hasil perbuatan plagiarisme atau mencontek karya tulis orang
lain, saya bersedia untuk menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

Bogor, Februari 2020

______________________
NIM. 1516.03.006
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Strategi komunikasi Badan Penasihatan Pembinaan &


Penyelesaian Perceraian (BP-4) dalam Membina Calon
pengantin KUA Pamijahan Kabupaten Bogor

Nama : Maesaroh Nur


NIM : 1516.03.006

Disetujui oleh

Pembimbing 1, Pembimbing 2,

Luthfy Rijalul Fikri, M. I. Kom Titien Yusnita, S,S., M.Si


___________________________ ___________________________
NIP. 1986021986-2019010134 NIP. 19700511-201505069

Mengetahui,

Dekan Ketua Program Studi,


Fakultas Ilmu Dakwah & Komunikasi Penyiaran Islam,
Komunikasi,
Titien Yusnita, S,S., M.Si Febri Palupi Muslikhah, S.P.,M.Si
___________________________ ___________________________
NIP.19700511-201505069 NIP.19890228-201502111

LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PENGUJI

Judul Skripsi : Strategi Komunikasi Badan Penasihatan Pembinaan dan


Penyelesaian Perceraian (BP-4) dalam Membina Calon Pengantin KUA
Pamijahan Kabupaten Bogor
Nama : Maesaroh Nur
NIM : 1516.03.006
Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi pada tanggal ………………


dan dinyatakan sudah memenuhi syarat kelulusan.

Menyetujui,
Komisi Penguji Skripsi

No. Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan

1 Ketua 1........................................
2 Anggota 2........................................

3 Anggota 3........................................

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi

Titien Yusnita. S,S., M.Si

DAFTAR ISI

Table of Contents
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.....................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................6
BAB I.............................................................................................................................8
PENDAHULUAN......................................................................................................8
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................13
BAB II KERANGKA TEORITIS..................................................................13
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................13
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................14
BAB V PENUTUP...........................................................................................14
BAB II.........................................................................................................................15
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................15
1. Komunikasi.........................................................................................................15
a. Pengertian Komunikasi..................................................................................15
1. Strategi Komunikasi..........................................................................................15
a. Pengertian Strategi Komunikasi.......................................................................15
b. Komponen Strategi Komunikasi.......................................................................16
Pemilihan Media Komunikasi......................................................................................17
Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi.........................................................................17
Peran Komunikator dalam Komunikasi....................................................................17

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui Strategi komunikasi Badan Penasihatan


Pembinaan dan Penyelesaian perceraian (BP-4) dalam membina calon pengantin
di KUA Pamijahan Kabupaten Bogor dan apa saja faktor pendukung dan
penghambat strategi komunikasi badan penasihatan pembinaan dan penyelesaian
perceraian (BP-4) dalam membina calon pengantin di KUA Pamijahan Kabupaten
Bogor. Metode penelitian yang digunakkan adalah penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah
pendekatan komunikasi. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah Kepala
KUA, Penghulu KUA, dan Calon Pengantin. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Lalu teknik
pengolahan dan analisis data dilakukan dengan tiga tahapan yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil dari strategi komunikasi yang
digunakan oleh pembina BP-4 dalam program Pembinaan kepada calon pengatin
adalah strategi secara komunikasi dialogis dengan menggunakan metode ceramah,
narasi, tanya jawab, dan simulasi dan bentuk komunikasi yang digunakan dalam
pelaksanaan pembinaan calon pengantin adalah komunikasi interpersonal
dengan teknik informatif dan persuasif. Adapun faktor penghambat Calon
Pengantin yang kurang aktif nya media sosial. Adapun faktor pendukungnya
Pembina BP-4 yang sudah dilatih dan bekerja sama dengan banyak pihak
atau instansi.

Kata Kunci : Startegi Komunikasi, BP-4 dan Pembinaan Sucantin

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kasus perceraian di Indonesia terus mengalami peningkatan dalam rentang
waktu antara tahun 2015 hingga 2017. Dalam kurun waktu dua tahun, jumlah
perkara pengajuan cerai talak (suami) dan cerai gugat (isteri) yang terjadi di 29
Pengadilan Tinggi Agama yang tersebar di seluruh Indonesia pada tahun 2015
sebanyak 353.843 perkara, terdiri dari 99.981 cerai talak dan 253.862 cerai gugat.
Dalam hal tersebut kasus perceraian menunjukkan rata-rata terjadi sebanyak
29.487 setiap bulan atau 983 perceraian setiap harinya, atau 40 kasus perceraian
setiap jamnya. Pada tahun 2016 perceraian setiap harinya sebanyak 365.654,
dengan rata-rata kasus perceraiannya terjadi sebanyak 29.487 perceraian setiap
bulannya, atau 983 setiap harinya, atau 40 kasus perceraiannya setiap jamnya.
Tahun 2017 terjadi 374.516 perceraian, dengan rata-rata terjadi 31.209 perceraian
setiap bulannya, atau 1.040 perceraian setiap hari, atau 43 kasus perceraianya
setiap jamnya (Nisa dkk, 2019)
Kasus perceraian tahun 2018 di Indonesia tercatat mengalami kenaikan,
dengan angka menyentuh 408.202 kasus. Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat dan
Jawa Tengah secara berturut-turut merupakan tiga wilayah dengan jumlah kasus
perceraian terbanyak. Tercatat pada tahun 2018 kasus perceraian di Jawa Timur
88.955 kasus perceraian, diikuti oleh Jawa Barat dengan 87.307 kasus dan Jawa
Tengah dengan 75.557 Kasus Perceraian (Nisva dan Ratnasari, 2020).
Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu daerah dengan tingkat kasus
perceraian tertinggi di Indonesia dalam tiga tahun terakhir angka perceraian
mencapai 80 ribu kasus tiap tahunnya. Kasus perceraian di Pengadilan Agama
Kabupaten Bogor cukup memprihatinkan dalam tiga tahun terakhir terjadi
kenaikan jumlah kasus perceraian. Pada tahun 2016 terdapat 4.162 kasus dan pada
tahun 2017 terdapat 5.227 kasus perceraian terjadi kenaikan sebanyak 480 kasus.
Semantara pada tahun 2018, jumlah kasus perceraian menyentuh angka enam
ribu, yakni 5.993 kasus, sedangkan pada tahun 2019 terdapat 6.742 kasus
perceraian artinya terjadi kenaikan sebanyak 918 kasus. Adapun pada Januari-
Agustus 2020, terjadi penurunan angka perceraian sebanyak 3.868 kasus
perceraian di Kabupaten Bogor (Pengadilan Agama Bogor).
Faktor-faktor penyebab perceraian terdiri atas empat faktor yaitu, 1) usia
muda saat menikah, 2) tingkat pendapatan, 3) perbedaan perkembangan sosio-
emosional di antara pasangan, dan 4)sejarah keluarga berkaitan dengan
perceraian. Sementara penelitian lain menyebutkan delapan faktor yang
mempengaruhi perceraian yakni 1) usia saat menikah, 2) pendidikan, 3) lokasi, 4)
ras, 5) pernikahan orang tua, 6) kepemilikan anak, 7) status pekerjaan dan 8)
keuangan (Nisva & ratnasari, 2020).
Data statistik Pengadilan Agama Cibinong mencatat tentang faktor
penyebab perceraian sebagai berikut; 1) masalah ekonomi, 2) perselisihan dan
pertengkaran terus menerus, 3) meninggalkan salah satu pihak, 4) kekerasan
rumah tangga, 5) murtad, 6) poligami, 7) dihukum penjara, 8) cacat badan, 9) judi
dan mabuk. Dari beberapa faktor penyebab perceraian tersebut jika dilihat dari
data statistik maka dapat disimpulkan penyebab perceraian di kabupaten Bogor
adalah faktor perselisihan dan pertengkaran terus-menerus menduduki peringkat
paling tinggi, pada tahun 2019 mencapai 5.563 gugatan sedangkan periode
Januari-Agustus 2020 tercatat 2.520 gugatan (Laporan Tahunan PA Cibinong,
2020).
Peningkatan kasus perceraian menghambat pencapaian taraf keluarga yang
kuat dan utuh pada masyarakat kabupaten Pamijahan sehingga perlu adanya
pencerahan berupa bimbingan dan pembinaan, baik itu berasal dari tokoh
masyarakat, tokoh agama, psikiater, atau bahkan diperoleh dari lembaga
pemerintah yang berwenang dan bertugas dalam pembinaan perkawinan yang
tujuannya untuk mencegah perceraian dan mampu meningkatkan pemahaman
mengenai konsep keluarga harmonis (sakinah) demi terciptanya keluarga yang
kuat dan utuh (Rosadi, 2019).
Keluarga yang kokoh yaitu keluarga yang menciptakan generasi penerus
berkualitas, berkarakter kuat sehingga terjadi pelaku-pelaku kehidupan
masyarakat dan akhirnya membawa kejayaan sebuah bangsa. Ketika menyeru dan
memberi gambaran tentang indahnya pernikahan, Islam memperlihatkan berbagai
fungsi serta menunjukkan manisnya kehidupan keluarga yang akan memiliki
implikasi terhadap kehidupan individu dan masyarakat itulah diantara nikmat
Allah Swt dan sebagai dari tanda-tanda kekuasaan-Nya yang dipersiapkan dan
dipilihkan untuk hamba-Nya agar kehidupannya bisa berjalan dengan baik dan sisi
keluhnya bisa dijernihkan. Sebuah keluarga menginginkan agar sakinah,
mawaddah dan warahmah. Sesuai al-Qur’an surat ar-Rum ayat 21 yang
menyatakan bahwa, tujuan berumah tangga (berkeluarga) adalah untu mencari
ketenangan dan ketentraman berumah tangga atas dasar mawaddah, dan rahmah,
saling mencintai antara suami istri (Maulana, 2019).

‫و ٖم‬Bۡ Bَ‫ت لِّق‬ َ Bِ‫ ۚةً ِإ َّن فِي ٰ َذل‬B‫ َل بَ ۡينَ ُكم َّم َو َّد ٗة َو َر ۡح َم‬B‫ا َو َج َع‬BBَ‫ ُكنُ ٓو ْا ِإلَ ۡيه‬B‫ج ا لِّت َۡس‬
ٖ َ‫ك أَل ٓ ٰي‬ Bٗ ‫ ُكمۡ َأ ۡز ٰ َو‬B‫ق لَ ُكم ِّم ۡن َأنفُ ِس‬
َ Bَ‫َو ِم ۡن َءا ٰيَتِ ِٓۦه َأ ۡن َخل‬
٢١ َ‫يَتَفَ َّكرُون‬
Artinya :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir” (ar-Rum ayat 21).
Surat ar-Rum ayat 21 ini merupakan bukti nyata kekuasaan Allah SWT.,
yang sudah menciptakan manusia secara berpasang-pasangan, karena setiap
manusia sejatinya ditakdirkan untuk mengarungi bahtera rumah tangga dari lawan
jenisnya dan memberikan ketenangan jiwa terhadap suami-isteri.
Pernikahan mampu membuat ketenangan jiwa antara pasangan suami dan
isteri. Selain itu, hikmah pernikahan yaitu untuk menutup kekurangan pasangan
masing-masing. Tetapi dalam mewujudkan keinginan tersebut bukanlah perkara
yang mudah, karena ternyata banyak permasalahan yang timbul dan mengganggu
bahtera rumah tangganya yang pada akhirnya menghambat cita-cita mulia
perkawinan itu. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah manajemen dari
setiap individu yang berkeinginan untuk mewujudkan keluarga sakinah,
mawaddah dan warahmah (Kusumadewi, 2019). Dalam mewujudkan keluarga
sakinah, mawaddah dan warahmah, maka pemerintah dalam hal ini Badan
Penasehatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) atau badan dan
lembaga lain yang telah mendapat akreditasi dari Kementerian Agama
mengadakan kursus Calon Pengantin (Maulana, 2019).
Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4)
sebagai lembaga semi resmi yang bernaung dibawah Kementerian Agama
bergerak dalam pemberian nasihat perkawinan, perselishan dan perceraian.
Sebagaimana surat keputusan Menteri Agama No. 85 tahun 1961 yang
menetapkan Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelaestarian Perkawinan (BP-4)
sebagai satu-satunya badan yang berusaha pada bidang penasihatan perkawinan
dan pengurangan perceraian mengenai nikah, talak dan rujuk.
Badan Penasehatan Pembinaan dan pelestarian Perkawinan (BP-4)
merupakan salah satu lembaga yang memberikan bimbingan dan penasehatan
kepada keluarga yang bermasalah dan kepada calon pengantin yang ingin
menikah. Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4)
merupakan badan atau lembaga yang bertugas membantu Kementerian Agama
dalam meningkatkan mutu perkawinan dengan mengembangkan gerakan keluarga
sakinah dan pendidikan agama di lingkungan keluarga (Amaliah, 2019).
Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian
Agama Nomor DJ.II/491 Tahun 2009 Tentang Kursus Calon Pengantin, Bab 1
Pasal 1 Ayat 2, BP-4 mengadakan Kursus Calon Pengantin yang disingkat
sucantin merupakan pemberian bekal pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan
dalam waktu singkat kepada calon pengantin tentang kehidupan rumah tangga
atau keluarga. Tujuan Suscantin adalah untuk meningkatkan pemahaman
pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga atau keluarga dalam mewujudkan
keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah serta mengurangi angka
perselisihan, perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Tujuan
sucantin ini sejalan dengan tujuan perkawinan seperti yang dicantumkan dalam
Undang-undang (Maulana, 2019).
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa tujuan untuk terbentuknya hidup
berkeluarga yang sakinah, mawaddah dan warrahmah belum tercapai jika dilihat
dari peningkatan angka perceraian khususnya Kecamatan Pamijahan Kabupaten
Bogor. Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian dirasa penting untuk
dilaksanakan dengan mengusung judul “Strategi Komunikasi Badan Penasihatan
Pembinaan dan Pelestarian (BP-4) Dalam Membina Calon Pengantin (Studi Kasus
di KUA Pamijahan Kabupaten Bogor)”.

Rumusan Masalah
Penelitian ini akan berfokus pada strategi komunikasi BP-4 dalam
membina calon pengantin menuju rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan
warrahmah di KUA Kecamatan. Pamijahan. Adapun rumusan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi komunikasi BP-4 dalam membina calon pengantin di
Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor?
2. Bagaimana proses mediasi yang dilakukan oleh Badan Penasihatan
pembinaan & Penyelesaian Perceraian (BP-4) pada pasangan suami istri
yang ingin bercerai?
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat strategi komunikasi BP-4
dalam membina calon pengantin di Kecamatan Pamijahan Kabupaten
Bogor?
Tujuan penelitian
1. Mendeskripsikan strategi komunikasi BP-4 dalam membina calon
pengantin di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor.
2. Mendeskripsikan proses mediasi yang dilakukan oleh Badan Penasihatan
pembinaan & Penyelesaian Perceraian (BP-4) pada pasangan suami istri
yang ingin bercerai.
3. Mendeskripsikan faktor pendukung dan hambatan strategi komunikasi BP-
4 dalam membina calon pengantin di Kecamatan Pamijahan Kabupaten
Bogor.

Manfaat Penelitian
Diharapkan, penelitian ini mampu memberikan manfaat antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi perkembangan
ilmu komunikasi pada umumnya. Penelitian ini mencoba menerapkan
Strategi Komunikasi Lembaga BP-4 dalam membina kepada calon
pengantin yang ingin menikah yang dilakukan KUA Pamijahan Bogor
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi rekomendasi bagi BP-4 untuk
membina hubungan dengan menerapkan konsep strategi komunikasi.
3. Penelitian ini memberikan rekomendasi mengenai dimensi yang perlu
diperbaiki untuk meningkatkan kualitas pelayanan melalui komunikasi.

Sistematika Penulisan
Sistematika dibuat untuk mempermudah pemahaman terhadap keseluruhan
skripsi ini, peneliti membuat sistematika secara gambaran umum sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang masalah yang menjelaskan kondisi permasalahan
yang terjadi dan membatasi serta merumuskan permasalahan.
Selain itu ada tujuan dan manfaat yang digunakan.
BAB II KERANGKA TEORITIS
Tinjuan Pustaka sebagai bahan perbandingan referensi dan
sistematika penelitian yang menjadi gambaran umum dalam
penulisan. Selain itu menjelaskan tentang teori-teori yang
mendasari permasalahan pada penelitian untuk digunakan dalam
penulisan skripsi yang bertujuan untuk menganalisa dan
merancang sistem yang diperoleh dari berbagai seumber referensi
seperti buku-buku yang bersangkutan, jurnal, artikel, dan data-
data dari internet yang jelas akan sumbernya. Landasan fokus
pada skripsi ini yakni pengertian strategi komunikasi, pembinaan
pada calon pengantin dan program (Suscantin) khursus calon
pengantin.

BAB III METODE PENELITIAN


Metode Penelitian menjelaskan langkah yang dilakukan dan
dimiliki oleh peneliti dalam mengumpulkan informasi atau data
yang telah didapatkan

BAB IV PEMBAHASAN
Membahas tentang latar belakang berdirinya lemabaga BP-4
(Badan Penasihatan Pembinaan dan Penyelesaian Perceraian), Visi
dan Misi BP-4, Struktur Organisasi BP-4, Profil Program BP-4.
Selain itu membahas hasil temuan penelitian dan analisis data yang
diperoleh dari BP-4 tentang strategi komunikasi BP-4 (Badna
Penasihatab Pembinaan dan Penyelesaian Perceraian dalam
membina calon pengantin di Kecamatan Pamijahan.

BAB V PENUTUP
Bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran dari aspek permasalahan
yang menjadi topic pembahasan pada penulisan skripsi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Komunikasi
a. Pengertian Komunikasi
Komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata
latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama
disini maksudnya adalah sama makna. Maka dua orang yang terlibat dalam
komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi
atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan
(Effendy:2005).
Adapun pengertian komunikasi secara istilah diantaranya dikemukakan oleh
sebagian para ahli antara lain:
1. Menurut Carl I. Hovland, komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk
merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta
pembentukan pendapat sikap.
2. Menurut Harold Laswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan
oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan
efek tertentu
3. Sedangkan definisi menurut pakar komunikasi Indonesia Onong Uchjana
yaitu proses penyampain pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahu atau perilaku baik secara langsung dengan lisan maupun
tidak langsung melalui media (Anggraeni, 2015).
Maka komunikasi merupakan dua orang yang terlibat dalam percakapan
melalui media atau langsung da nada kesamaan makana mengenai percakapan
berlangsung maka akan menimbukan efek atau timbal balik.

1. Strategi Komunikasi
a. Pengertian Strategi Komunikasi
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan
tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah
saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana operasionalnya (Effendy, 2005).
Sedangkan secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahas Latin
yaitu “Communicare” yang artinya berbicara, menyampaikan pesan, informasi,
pikiran, perasaan, gagasan, dan pendapat yang dilakukan oleh seseorang kepada
orang lain yang mengharapkan jawaban, tanggapan, maupun arus balik (feedback)
dari orang yang diajak bicara (John Fiske dalam Anggraeni, 2015) jadi Strategi
komunikasi yang merupakan paduan perencanaan komunikasi (communication
planning) dengan menggunakan manajemen komunikasi (communication
management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi
ini harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus
dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-
waktu bergantung pada situasi dan kondisi (Effendy, 2005)
Strategi komunikasi adalah suatu perancanaan komunikasi dengan
menggunakan menejemen komunikasi untuk mencapai tujuan dan mendapatkan
jawaban atau tanggapan, maupun feedback dari pembicara.

b. Komponen Strategi Komunikasi


Ada beberapa komponen yang diperlukan sebagai perhitungan dalam
menyusun sebuah strategi komunikasi agar strategi yang akan diambil berjalan
dengan tepat. Adapun komponen-komponen dalam menyusun strategi yang
disampaikan oleh (Effendi, 2005) antara lain :
1. Mengenali sasaran komunikasi
Sebelum melancarkan sasaran komunikasi, seorang komunikator perlu
mempelajari siapa-siapa saja yang menjadi sasaran komunikasi tersebut. Hal
ini akan sangat penting dalam penentuan tujuan komunikasi. Sebab,
komunikan adalah subyek yang akan dijadikan sebagai penerima pesan dari
komunikator.
Effendi menjelaskan perlunya diperhatikannya faktor-faktor sebagai berikut :
a. Faktor Kerangka Referensi
Faktor ini berkisar pada latar belakang pendidikan, gaya hidup, norma,
ideologi, dan pengalaman komunikan/khalayak
b. Faktor situasi dan kondisi
Situasi komunikasi saat komunikan akan menerima pesan dan keadaan
fisik serta psikis komunikan saat mereka menerima pesan.
Pemilihan Media Komunikasi
Untuk mencapai suatu sasaran komunikasi, seorang komunikator dapat
menggunakan satu media atau beberapa media lainya (gabungan), bergantung
pada tujuan yang ingin dicapai, pesan yang akan disampaikan, dan teknik
yang akan dipergunakan. Bila merujuk pada zaman ini percepatan
komunikasi sangat mudah didapatkan sehingga media massa seperti internet,
televisi, radio, majalah dan sebagainya mampu mengatasi jumlah sasaran
komunikasi.
Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi
Pesan komunikasi (message) mempunyai tujuan tertentu. Ini menentukan
teknik mana yang harus diambil, apakah itu teknik informasi, teknik persuasi,
atau teknik instruksi. Isi pesan komunikasi bisa satu tapi lambang yang
digunakan bisa bermacam-macam. Mulai dari bahasa, gambar, warna dan
lain-lain.

Peran Komunikator dalam Komunikasi


Proses komunikasi dimulai dari sumber (source) atau pengirim pesan yaitu
dimana gagasan, ide, atau pikiran berasal yang kemudian akan disampaikan
kepada pihak lainnya yaitu penerima pesan. Pesan komunikasi tidak akan
tersampaikan jika seorang komunikator tidak melakukan komunikasi. Oleh
karenanya, seorang komunikator sangat berperan dalam menentukan
tercapainya pesan pada komunikan.
Effendi (2005) mengatakan terdapat faktor yang penting pada diri
komunikator bila ingin melancarkan pesan komunikasi, yaitu pada faktor
daya tarik sumber (source attractiveness) dan kredibilitas sumber (source
credibility).
a) Daya tarik sumber
Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan mampu
mengubah sikap, opini dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya
tarik jika pihak komunikan merasa bahwa pihak komunikator ikut serta
di dalamnya, dengan kata lain komunikan merasa ada kesamaan antara
komunikator dengannya sehingga komunikan bersedia taat pada isi pesan
yang dilancarkan oleh komunikator (Effendi, 2005).
b) Kredibilitas sumber
Kepercayaan ini bisa bersangkutan pada keahlian yang dimiliki oleh
seorang komunikator, seorang dokter akan mendapat kepercayaan jika
dia menerangkan soal kesehatan. Seorang perwira kepolisian akan
memperoleh kepercayaan bila ia membahas soal keamanan dan
ketertiban masyarakat dan sebagainya.
Cangara (2017) model sebagai cara untuk menunjukkan sebuah objek, di
mana di dalamnya dijelaskan kompleksitas suatu proses, pemikiran, dan hubungan
antara unsur-unsur yang mendukungnya. Model dibangun agar kita bisa
mengidentifikasi, menggambarkan atau mengkategori kan komponen-komponen
yang relavan dari suatu proses.

2. Komunikasi Interpersonal
a. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah proses
penyampaian dan penerimaan pesan antara pengirim pesan (sender) dengan
penerima (receiver) baik langsung maupun tidak langsung (Irawan, 2017)
DeVito dalam Muliana (2019) mendefinisikan komunikasi interpersonal
sebagai pengirim pesan-pesan dari individu dan diterima oleh individu lain atau
sekelompok individu dengan efek dan umpan balik secara langsung. Komunikasi
interpersonal dapat menjadi sebuah sarana untuk belajar memahami diri sendiri,
individu lain, bahkan dunia, karena melalui komunikasi interpersonal individu
dapat mengetahui siapa dan bagaimana individu lain serta dapat mengetahui
pendapat lawan bicara tentang diri sendiri.
Nasrullah dalam Diasmoro (2016) menyatakan komunikasi interpersonal
yang ditandai adalah komunikasi yang terjadi diantara satu individu dengan
individu yang lainnya secara tatap muka yang ditandai dengan suatu proses
pertukaran makna. Ciri-ciri komunikasi interpersonal adalah komunikasi berada
dalam jarak yang dekat, peserta komunikasi mengirim dan menerima pesan secara
simultan dan spontan, baik secara verbal maupun non verbal.
Berdasarkan dari penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa komunikasi
interpersonal adalah proses dan pertukaran pesan yang dilakukan oleh individu ke
individu lainnya atau sekelompok individu secara verbal maupun non verbal yang
ditandai dengan suatu proses pertukaran makna dan serta komunikasi
interpersonal dapat belajar untuk memahami diri sendiri, individu lain serta dapat
mengetahui pendapat lawan bicara tentang diri sendiri

b. Bentuk Khusus Interpersonal


Rohim dalam Chrysty (2016) mengungkapkan pada dasarnya yang
menyebabkan seseorang atau manusia melakukan komunikasi adalah untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan kebutuhannya untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Komunikasi interpersonal memiliki dua bentuk khusus,
diantaranya:
1. Komunikasi Diadik (dyadic communication)
Komunikasi diadik merupakan komunikasi yang berlangsung antara dua
orang. Orang pertama adalah komunikator yang menyampaikan pesan dan
seorang lagi adalah komunikan yang menerima pesan tersebut.
Komunikator selalu memusatkan perhatiannya kepada diri komunikan
seorang, sehingga ketika dialog terjadi antara keduanya selalu berlangsung
serius dan intensif.
2. Komunikasi Triadik (triadic communication)
Komunikasi triadik merupakan komunikasi yang pelakunya terdiri dari
tiga orang yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Selama
proses komunikasi, perhatian komunikator terbagi dua orang komunikan.
c. Model-model Komunikasi interpersonal
Komunikasi memiliki tiga model yaitu : model komunikasi linier, model
komunikasi interaktif dan model komunikasi transaksional.
1. Model Linier (Komunikasi Satu Arah)
Komunikasi yang dilakukan oleh satu pihak, yaitu sebuah pesan dikirim
dari komunikator kepada komunikan tanpa adanya timbal balik.
2. Model Komunikasi Interaktif (Komunikasi Dua Arah)
Komunikasi yang dua arah terjadi bila komunikator mengirim pesan
kepada komunikan dan mendapatkan timbal balik.
3. Model Komunikasi Transaksional (Komunikasi multitahap)
Komunikasi multi tahap adalah komunikasi yang tidak hanya melibatkan
antara pembina dan calon pengantin, tetapi juga interaksi antara calon
pengantin. Dalam hal ini multitahap mengarahkan proses penyampaian
pesan dalam kegiatan pembinaan calon pengantin yang optimal, sehingga
menumbuhkan calon pengantin untuk mendengarkan, diskusi dan
simulasi (Dasopang, 2021).
Model transaksional juga menjelaskan bahwa komunikasi terjadi dalam
sistem yang mempengaruhi apa dan bagaimana orang berkomunikasi dan
apa makna yang diciptakan. Sistem-sistem atau konteks termasuk sistem
bersama dari kedua komunikator (sekolah, kota, tempat kerja, agama,
kelompok social atau budaya) dan sistem pribadi setiap orang (keluarga,
asosiasi agama dan teman-teman). Pada akhirnya kita harus menekankan
bahwa model transaksional tidak melebeli satu orang sebagai pengerim
dan orang lain sebagai penerima (Burhan Zahri, 2017).
d. Aspek-aspek komunikasi interpersonal
Bienvenu dalam Muliana (2019) membagi komunikasi menjadi lima aspek
diantaranya:
a. Konsep diri (self-concept)
Konsep diri pada individu memiliki peran penting dalam menjalin
komunikasi dengan individu lain.
b. Kemampuan (Ability)
Kemampuan individu untuk menjadi pendengar yang baik serta
memusatkan perhatian pada konteks percakapan.
c. Pengalaman Keterampilan (Skill Experience)
Memiliki pengalaman dalam keterampilan berbicara merupakan cara
individu untuk mendeskripsikan ide-ide serta gagasan.
d. Emosi (Emotion)
Individu yang memiliki kecerdasan emosional yang baik mampu
menempatkan ekspresi dalam setiap percakapan
e. Keterbukaan Diri (Sel-disclosure)
Komunikasi yang efektif dapat terjadi jika individu mampu memberikan
maupun menerima gagasan dan ide dari individu lain.
Berdasarkan penjabaran diatas maka dapat disimpulkan aspek komunikasi
interpersonal adalah memiliki konsep diri yang baik, kemampuan menjadi
pendengar yang baik, memiliki pengalaman dan keterampilan dalam berbicara,
memiliki kecerdasan emosional yang baik mampu menempatkan ekspresi setiap
percakapan dan memiliki keterbukaan diri untuk memberikan serta menerima
gagasan dan ide dari individu lain.

e. Tujuan Komunikasi Interpersonal


Komunikasi Interpersonal merupakan action oriented, yaitu suatu
tindakan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Tujuan komunikasi interpersonal
itu bermacam-macam, beberapa di antaranya dipaparkan berikut ini.
a. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah untuk
mengungkapkan perhatian kepada orang lain.
b. Menemukan diri sendiri
Artinya, seorang melakukan komunikasi interpersonal karena ingin
mengetahui dan mengenali karakteristik diri pribadi berdasarkan
informasi dari orang lain.
c. Menemukan dunia luar
Dengan komunikasi interpersonal diperoleh kesempatan untuk
mendapatkan berbagai informasi dari orang lain, termasuk informasi
penting dan actual.
d. Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis
Sebagai makhluk sosial, salah satu kebutuhan setiap orang yang
paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan baik
dengan orang lain.
e. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku
Komunikasi interpersonal ialah proses penyampaian suatu pesan
oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah
sikap, pendapat, atau perilaku baik secara langsung maupun tidak
langsung (dengan menggunakan media).
f. Mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu
Ada kalanya, seseorang melakukan komunikasi interpersonal
sekedar mencari kesenangan atau hiburan.
g. Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi
Komunikasi interpersonal dapat menghilangkan kerugian akibat
salah komunikasi (miscommunication) dan salah interpretasi (mis
interpretation) yang terjadi antara sumber dan penerima pesan.
h. Memberikan bantuan (konseling)
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan
komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk
mengarahkan kliennya (Suranto Aw, 2011).

f. Pendekatan Komunikasi Interpersonal


Ada komunikasi interpersonal, tentu ada perubahan. Sekurang-
kurangnya ditandai oleh diperolehnya pengalaman baru bagi para
pelaku komunikasi. Ada empat pendekatan yang akan dibahas yaitu:
a. Informatif

Pendekatan informatif pada hakikatnya komunikator hanya


menyampaikan informasi kepada komunikan. Disini target yang ingin
dicapai yaitu terjadi perubahan pengetahuan. Komunikan memperoleh
pengetahuan yang baru setelah terjadi komunikasi interpersonal.
b. Dialogis

Ciri komunikasi interpersonal dengan pendekatan dialogis yaitu


terjadinya percakapan atau dialog menuju proses berbagi informasi.
Pendekatan dialogis ini merupakan cara mempengaruhi dan
mengubah pandangan maupun sikap orang lain dengan terbuka.
Diawali dengan penentuan tema atau objek pembcaraan.
Komunikator dan komunikan bertukar pikiran, lalu menyepakati
solusi berupa pandangan maupun sikap yang lebih baik yang dapat
diterima sebagai pandangan bersama.
c. Persuasif
Persuasi merupakan proses komunikasi yang kompleks dilakukan oleh
individu dengan menggunakan pesan secara verbal dan nonverbal.
Dilakukan dengan cara membujuk atau memberikan dorongan yang
bertujuan untuk mengubah sikap dan tingkah laku seseorang yang
dilandasi dengan kerelaan dan senang hati sesuai dengan pesan yang
diterima. Untuk dapat membujuk, pesan komunikasi difokuskan
untuk meyakinkan komunikan, bahwa ide atau permintaan
komunikator sangat masuk akal dan hal tersebut akan memberikan
manfaat kepada komunikan. Pengorganisasian informasi atau pesan
harus sesuai dengan situasi psikologis dan sosiologis serta latar
belakang budaya komunikan untuk dapat berhasil dalam
mempengaruhi komunikan.
d. Instruktif

Pendekatan ini disebut juga pendekatan koersif. Pendekatan instruktif


menekankan pada memposisikan komunikator dalam posisi tawar
yang tinggi, dimana dia dapat legitimasi untuk memerintahkan,
mengajarkan, dan mengajukan satu ide kepada komunikan.
Komunikasi interpersonal dalam pendekatan instruktif harus
dilakukan dengan tegas. Pesan yang disampaikan adalah perintah
(Musyarofah, 2021).

3. Keluarga Sakinah
a. Pengertian Keluarga Sakinah, Mawaddah dan Warrahmah
Keluarga adalah individu yang mengembangkan keintiman melalui
perilaku-perilaku yang memunculkan rasa identitas sebagai keluarga (family
identity), berupa ikatan emosi, pengalaman historis, maupun cita-cita depan (Sari,
2018). Sedangkan keluarga sakinah adalah keluarga yang dibina berdasarkan
perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan material secara
layak dan seimbang. (Mawardi, 2016).
Mawaddah adalah cinta yang penuh keikhlasan dalam menerima
kekurangan dan kelebihan orang yang dicintai, dan rahmah adalah rasa saling
mengagumi dan memiliki kebanggan pada pasangannya (Azis, 2020).
Warrahmah adalah kasih sayang, suasana kasih sayang antara anggota
keluarga dan lingkungannya dengan selaras, serasi serta mampu mengamalkan,
menghayati dan memperdalam nilai-nilai keimanan dan akhlaq yang mulia
(Khairani, 2020).

4. Perceraian
a. Pengertian Perceraian
Perceraian adalah pemutusan tali perkawinan karena suatu sebab yang
disahkan oleh keputusan hakim atas tuntutan dari salah satu pihak atau kedua
belah pihak (Wijayanti, 2021). Dalam agama perceraian disebut talaq adari kata
ithlaq yang artinya melepaskan atau meninggalkan, talaq itu ialah menghilangkan
ikatan perkawinan pada istri yang tidak halal bagi suaminya. Dalam hal ini suami
tidak ada hak untuk istrinya (Wahyudi, 2020).
Talak secara bahasa berasal dari kata ithlaq, artinya melepaskan, atau
meninggalkan. Sedangkan menurut istilah syara’, talak yaitu :
‫حل ربطة الزواجو انهاء العالقة الزوجي‬
Melepas tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami istri
(Nisaurrizqiyah, 2018).
Maka talak atau perceraian adalah pemutusan tali pernikahan antara suami
istri karena suatu hal dan menyebabkan istri sudah tidak halal bagu suaminya dan
suami sudah tidak ada hak untuk istrinya.
5. Mediasi
Mediasi berasal dari bahasa inggris “ mediation” yang artinya
penyelesaian sebuah sengketa (konflik) yang melibatkan pihak ketiga sebagai
penengah atau penyelesaian sengketa penengah (Siagian, 2018).

State Of The Art


Tabel 1. Penelitian Terdahulu yang membahas tentang strategi komunikasi
No Penulis, Tahun, Judul Hasil Penelitian
1. Hikmah Amaliah. 2019. Hasil dari penelitian ini menunjukkan faktor
Strategi Bimbingan dan penghambat dalam strategi bimbingan dan
Pengembangan Keluarga pengembangan keluarga sakinah di BP-4
Sakinah di BP-4 Kementerian Agama adanya ketidaksesuaian antara
Kementerian Agama professional pembimbing dalam BP-4 dan tidak
Provinsi Riau. adanya reward terhadap penyelesaian masalah.
2. Dede Iwang.R. 2019. Hasil dari penelitian ini adalah 1) Proses pelaksanaan
Bimbingan Perkawinan terdapat subjek, objek, materi, metode dan media
Bagi Calon Pengantin bimbingan perkawinan. 2) kelebihan; peserta
Sebagai Upaya interaktif, fasilitator berkualitas dan kompeten,
Pencegahan Perceraian di memiliki anggaran, metode variatif, materi lebih
Kota Bandung detail, sarana prasana mendukung, fasilitas lengkap
dan masa depan peserta lebh terararah. Kekurangan :
kuota dibatasi, keterbatasan waktu, belum ada kerja
sama antara Kemenag dengan Disnakertrans, dan
menimbulkan dilematis peserta. 3) program
bimbingan perkawinan bagi calon pengantin bisa
dijadikan upaya pencegahan perceraian.
3 Avy Andria. K. 2019. Hasil penelitian ini adalah menunjukkan adanya
Pelaksanaan Program manajemen dakwah di kursus calon pengantin di
Kursus Calon Pengantin KUA Comal, hal itu ditunjukkan dengan adanya
(SUSCATIN) di KUA perencanaan, perorganisasian, penggerakan,
Kecamatan Comal pengawasan dalam program suscatin ini.
Kabupaten Pemalang
dalam Perspektif
Manajemen Dakwah
4 Hendra Agustiawan. Hasil penelitian ini Pemberian bimbingan
2017. Analisis Peran BP- oleh BP-4 KUA Kecamatan Marga Punduh terhadap
4 Dalam Memberikan calon pengantin dilaksanakan dengan program
Bimbingan Terhadap Suscatin pada hari Rabu di hari kerja melalui proses
Calon Pengantin melengkapi pendaftaran calon pengantin kemudian
dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah,
tanya jawab dan pelatihan ijab qabul yang
dilaksanakan dengan pertemuan 2-3 kali selama 2
jam. Namun hal tersebut tidak terealisasi karena
kurangnya animo masyarakat dalam melaksanakan
program Suscatin, kurangnya sosialisi terhadap
masyarakat, minimnya pendanaan operalisasi BP-4.
Dan sebagian besar masyarakat di Kecamatan Marga
Punduh menganggap keberadaan Kantor Urusan
Agama hanya sebagai tempat pencatatan perkawinan.
5. Ayu Nisaurrizqiyah. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa perceraian
2018. Faktor-faktor yang terjadi di Desa Pabeanudik Kabupaten
Perceraian Dikalangan Indramayu karena faktor kondisi keluarga yang
Masyarakat Muslim memang ekonominya menengah kebawah, rendahnya
SDM, suami yang tidak memberikan nafkah
sebagaimana mestinya, egoisme dari masing-masing
suami/istri. Jika dilihat dari faktor-faktor perceraian
dikalangan masyarakat muslim Desa Pabeanudik,
maka dalam konteks hukum Islam mengatakan sah
saja karena apabila perkawinan diteruskan maka akan
menimbulkan mafsadah bagi keduanya, karena sudah
tidak ada keharmonisan antara suami istri.
Menceraikannya lebih baik daripada
mempertahankannya faktor-faktor perceraian tersebut
dilator belakangi tidak adanya tanggung jawab dan
krisis moral yang terjadi dalam
lingkungan masyarakat serta adanya kedangkalan
masyarakat kepada agama.
6. M. Nadris Azis. 2020. Hasil penelitian ini bahwa upaya yang dilakukan oleh
Peranana Badan KUA BP-4 di Desa Tammero’do Utara Kecamatan
Penasehat Pembinaan dan Tammro’do Sendana Kabupaten Majene terbagi
Pelestarian Perkawinan menjadi beberapa bagian yakni: melakukan
(BP-4) dalam pendataan keluarga di setiap dusun, melakukan
Meningkatkan Keluarga kursus calon pengantin (suscatin) dan kursus pra
Sakinah di Desa nikah, membentuk hubungan mitra kerja kebeberapa
Tammero’do Utara lembaga, membentuk program bimbingan keluarga
Kecamatan Tammero’do sakinah, dan program safari khutbah. Adapun
Sadana Kabupaten hambatan yang dialami oleh KUA BP-4, yaitu: akses
Majene jalan kebeberapa dusun yang kurang memadai,
kemudian kurangnya tenaga penyuluh PNS di KUA
BP-4 tenaga mediasi dan advokasi, dan adanya pihak
ketiga dalam keluarga yang mencampuri kerja KUA
BP-4 dalam menjalankan tugas pihak ketiga ini
sebagai profokator dalam keluarga yang bermasalah,
selanjutnya minimnya dukungan dari pemerintah
Daerah dan Kabupaten
7. Dilah Cahaya Rezeki, Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
2019. bahwa telah terlaksanakan penyelesaian oleh
Peran penyuluh Agama penyuluh, seperti dalam melakukan penyuluh
dalam Menangani Kasus mengetahui kasus klien, penyuluh melakukan analis
Perceraian di Kantor permasahan klien, penyuluh melakukan asumsi dasar,
Urusan Agama (KUA) melakukan langkah pemberi bantuan pemberi
Kecamatan Sinaboi bantuan seperti, memberi membimbing, memberi
Kabupaten Rokan Hilir pemahaman arahan serta solusi yang disepakati oleh
klien yang mengalami masalah perceraian
8. Yulita Sari, 2018. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa:
Pelaksanaan Bimbingan keamanan klien terjaga,hilangnya rasa trauma akibat
Konseling Keluarga masalah yang dialami, keluarga tidak jadi bercerai.
Dalam Membantu Faktor yang menjadi pendukung dan penghambat
Mengatasi Perceraian dalam pelaksanaan membantu mengatasi perceraian
(studi kasus BP-4) Di meliputi:
KUA Kecamatan Gedung a. faktor pendukung: 1. Adanya kekuatan hukum, 2.
Tataan Kabupaten Memiliki ketersediaan penyuluh agama sekaligus
Pesawaran. konselor, 3. Profesonalisme konselor, 4. Adanya
gedung tempat konsultasi.
b. faktor penghambat: 1. belum ada ruangan yang
nyaman khusus untuk konseling,
2. Pasangan klien sulit untuk hadir, 3. Pengadilan
agama tidak mewajibkan rekomendasi penasehatan
KUA/BP-4 sebagai syarat pendaftaran KUA.
9 Muhammad Zahri Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi
Burhan, 2017. Strategi komunikasi antarpribadi penghulu mengacu pada
Komunikasi Antarpribadi komunikasi diadik dan komunikasi kelompok kecil
Penghulu Kantor Urusan yang teknis penyampaian pesannya secara informatif
Agama (KUA) Pada dan persuasif serta menggunakan komunikasi secara
Pelaksanaan Kursus dialogis. Adapun faktor penghambatnya adalah calon
Calon Pengantin pengantin yang tertutup, pendidikan calon pengantin
(SUSCATIN) Di yang berbeda-beda. Adapun faktor pendukungnya
Kecamatan Rappocini keterbukaan antara penghulu dan calon pengantin,
Kota Makassar penghulu memiliki pengetahuan yang luas terkait
profesinya, motivasi calon pengantin.
10 M. Nadris Azis, 2020. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, Upaya yang
Peranan Badan Penasehat dilakukan oleh KUA BP-4 di Desa Tammero‟do
Pembinaan dan Utara Kecamatan Tammero‟do Sendana Kabupaten
Pelestarian Perkawinan Majene terbagi menjadi beberapa bagian yakni:
(BP-4) Dalam melakukan pendataan keluarga di setiap dusun,
Meningkatkan Keluarga melakukan kursus calon pengantin (suscatin) dan
Sakinah Di Desa kursus pra nikah, membentuk hubungan mitra kerja
Tammero’do Sendana kebeberapa lembaga, membentuk program
Kabupaten Majene. bimbingan keluarga sakinah, dan program safari
khutbah. Adapun hambatan yang dialami oleh KUA
BP-4, yaitu: akses jalan kebeberapa dusun yang
kurang memadai, kemudian kurangnya tenaga
penyuluh PNS di KUA BP-4 tenaga mediasi dan
advokasi, dan adanya pihak ketiga dalam keluarga
yang mencampuri kerja KUA BP-4 dalam
menjalankan tugas pihak ketiga ini sebagai
provokator dalam keluarga yang
bermasalah, selanjutnya minimnya dukungan dari
pemerintah Daerah dan Kabupaten.
11. Muhammad Dicky Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan
Mubarok, 2020. bimbingan dalam mediasi di Pengadilan Agama
Bimbingan Dalam Karanganyar sudah sesuai dengan Perma. Bimbingan
Mediasi Sebagai Upaya tersebut merupakan upaya yang diberikan oleh
Mengatasi Kasus mediator dalam mengatasi masalah para pihak.
Perceraian Di Pengadilan Proses bimbingan tersebut terdiri dari tahap
Agama Karang Anyar penunjukan mediator, pengenalan tentang mediasi,
pemaparan masalah, identifikasi masalah,
penyelesaian masalah dan pelaporan hasil mediasi.
Akan tetapi pemberian bimbingan tersebut seringkali
tidak berhasil mencapai kesepakatan antara para
pihak. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang menghambat dalam proses tersebut,
seperti ketidakhadiran para pihak, saling
menyalahkan satu sama lain, emosi tidak stabil, tidak
sungguh-sungguh, dan sama-sama ingin bercerai.
12. Hendra Agustiawan, Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa,
2017. Analisis Peran BP- Pemberian bimbingan oleh BP-4 KUA Kecamatan
4 Dalam Memberikan Marga Punduh terhadap calon pengantin
Bimbingan Terhadap dilaksanakan dengan program Suscatin pada hari
Calon Pengantin (studi Rabu di hari kerja melalui proses melengkapi
kasusu KUA Kecamtan pendaftaran calon pengantin kemudian dilaksanakan
Marga Punduh Kabupaten dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab
Pesawaran). dan pelatihan ijab qabul yang dilaksanakan dengan
pertemuan 2-3 kali selama 2 jam. Namun hal tersebut
tidak terealisasi karena kurangnya animo masyarakat
dalam melaksanakan program Suscatin, kurangnya
sosialisi terhadap masyarakat, minimnya pendanaan
operalisasi BP-4. Dan sebagian besar masyarakat di
Kecamatan Marga Punduh menganggap keberadaan
Kantor Urusan Agama hanya sebagai tempat
pencatatan perkawinan.
13. Sabar, 2018. Fungsi dan Hasil dari penelitian fungsi Badan Penasehat
Peranan Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) dalam
Pembinaan dan menekan angka perceraian ialah bahwa masyarakat
Pelestarian Perkawinan Donggo memberikan tanggapan mengenai pengaruh
(BP-4) Dalam Menekan yang dirasakan dari adanya penasehatan BP-4
Angka Perceraian 2012- kedalam tiga kategori yaitu : menjaga keharmonisan
2016 Di Kecamatan keluarga, memberi pemahaman tentang tanggung
Donggo Kabupaten Bima jawab kepada suami isteri dalam keluarga, dan
mendorong untuk menjalankan kehidupan yang
agamis. Berkaitan dengan kasus yang pernah terjadi
di masyarakat Donggo menunjukan keberhasila BP-4
dalam pembinaanya dan keberhasilan keluarga yang
menerima,meyadari dan mengamalkan nasehat
tersebut. Karena keutuhan rumah tangga-rumah
tangga, tetapi keutuhan rumah tangga tercipta atas
keberhasilan anggota keluarga dalam menyelesaikan
permalasahan yang di hadapi oleh rumah tangganya,
Namun BP-4 harus meningkatkan lagi
solusinya,sehingga masyarakat luas dapat
mengetahui fungsinya dan keberadaan BP-4 sehingga
masyarakat tidak canggu untuk datang ke KUA untuk
meminta bantuan menyelesaikan masalah yang di
hadapi dalam keluarganya
14 Muhammad Ghofurudin, Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Peran BP-4
2017. Peran Badan Kabupaten Sukoharjo dalam mencegah terjadinya
Penasehatan Pembinaan perceraian adalah sebagai mediator, yaitu
Dan Pelestarian mengadakan mediasi yang diikuti oleh pasangan
Perkawinan (BP-4) suami istri yang akan melakukan perceraian. BP-4
Dalam Membentuk memberikan nasehat yang disesuaikan dengan
Keluarga sakinah, masalah yang menyebabkan terjadinya perceraian.
mawaddah, warrahmah Peran BP-4 dalam upaya pencegahan perselisihan
Di Kabupaten Sukaharjo dalam perkawinan, adalah dengan melakukan
mengadakan penataran Suscatin (kursus calon
pengantin) atau penasihatan bagi calon pengantin
yang hendak melangsungkan pernikahan; (2)
Hambatan yang dihadapi yaitu longgarnya
Pengadilan Agama meloloskan klien yang
mengajukan permohonan cerai, serta klien yang
bersikeras untuk bercerai. Upaya BP-4 untuk
mengatasi hambatan meminta kepada Pengadilan
Agama agar menyuruh masyarakat yang akan
melakukan perceraian mendatangi BP-4 terlebih
dahulu, memberikan nasihat disesuaikan dengan
masalah yang menyebabkan terjadinya perceraian
15 Marmiati Mawardi, 2016. Hasil dari penelitian ini salah satu kelompok binanan
Keluarga Sakinah keluarga pra sakinah adalah Uswatun Khasanah,
(Konsep &Pola Dusun Pamot, Kelurahan Noborejo, semula tergolong
Pembinaan) pra sakinah. Pasca Pembinaan ada kesadaran dalam
masyarakat untuk mewujudkan kehidupan yang
agamis, mengalami peningkatan di bidang
keagamaan maupun perekonomian. Perubahan
tersebut karena keikutsertaan dalam kegiatan
pengajian dan faktor perubahan lingkungan.
Keberhasialan ini tidak lepas dari peran penyuluh dan
tokoh agama maupun tokoh masyarakat setempat.
Pembinaan masih bersifat umum dalam bentuk
pengajian, pembinaan keterampilan belum banyak
dilakukan. Pembinaan keluarga sakinah yang
dilakukan KUA Argomulyo belum maksimal.
Kementerian Agama perlu perlu dipertegas konsep
keluarga sakinah disesuaikan dengan kondisi
mayarakat dan perlu menambah alokasi dana
pembinaan keluarga agar bisa menjangkau
masyarakat luas dan perlu membangan kerjasama
dengan Pemda, tokoh agama dan tokoh masyarakat
16 Kartini Rustan, 2017. Hasil penelitian menunjukkan BP-4 masih
Peran BP-4 Sebagai mempunyai kendala kendala BP-4 dalam
Mediator Dalam melaksanakan tugasnya seperti sosialisasi yang
Membina Keluarga kurang, belum optimalnya pelaksanaan tugas dan
Sakinah, Mawaddah, Dan fungsi BP-4, masih lemahnya hubungan BP-4
Rahmah Di Kecamatan dengan instansi pemerintah dan lembaga
Gantarang Kabupaten kemasyarakatan serta terbatasnya fasilitas
Bulu Kumba yang dapat menunjang pelaksanaan tugas penasihatan
dan pembinaan keluarga. Serta pendukung
pelaksanaan tugas-tugas BP-4 yaitu kesediaan
masyarakat terhadap pembentukan keluarga sakinah,
besarnya harapan dan pembentukan keluarga sakinah,
madanya dukungan para tokoh agama terhadap
penasihatan perkawinan dan pembinaan keluarga
sakinah. serta efektifitas BP-4 sebagai mediator
belum cukup efektif karena kurangnya peran BP-4
sehingga membuat masyarakat lebih memilih
langsung mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan
Agama dari pada melakukan konseling di BP-4, BP-4
merupakan lembaga yang berdiri sendiri dan pada
tahun 2009 telah lepas dari Kementerian Agama.
sesuai hasil Munas ke 14 ditegaskan BP-4 bukan lagi
bagian dari Kementerian Agama dan tetap menjadi
mitra Kementerian Agama. Dan juga tidak adanya
aturan atau Undang-undang yang secara resmi yang
menyatakan bahwa BP-4 adalah lembaga yang dapat
memediasikan perceraian sebelum ke Pengadilan
Agama.
Kerangka Berpikir
Kerangka pikir dibuat untuk mempermudah proses penelitian karena telah
mencakup tujuan dari penelitian itu sendiri. Penelitian ini dilakukan untuk
mengkaji fenomena perceraian di Kabupaten Bogor yang masih sangat tinggi
dalam hal ini tidak sesuai dengan tujuan BP-4 (Badan Penasihatan Pembinaan dan
Pelestarian Perkawinan) untuk membangun keluarga sakinah. Dari uraian diatas
maka kerangka pikir pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Peran BP-4

Strategi Komunikasi BP-4

Pembinaan Kepada
Mediasi
Calon Pengantin

Menurunnya angka Peningkatan Pengetahun


perceraian Calon Pengantin

Gambar 3. Kerangka pikir penelitian


BAB III
METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian
Disain penelitian merupakan rancangan penelitian. Rancangan penelitian
disusun dengan mempertimbangkan pada jenis masalah yang dikaji dalam
penelitian, pengalaman pribadi peneliti, dan target atau sasaran dari pembacanya
dimana rancangan penelitian terdapat rencana dan prosedur atau strategi penelitian
meliputi asumsi-asumsi filosofis yang mendasari penelitian, hingga metode dalam
pengumpulan dan analisis serta interpretasi data (Nugrahani, 2014).
Jenis Penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, dengan menggunakan
metode studi kasus (case studi). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
mendiskripsikan, mencatat, menganalisis, dan menginterpretasikan kondisi yang
terjadi, dan berusaha untuk memperoleh informasi mengenai keadaan yang ada
dalam meneliti sekolompok manusia atau suatu obyek dengan tujuan deskriptif,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dan
fenomena yang diselidiki (Sugiyono, 2008). Moleong dalam Bagaskara (2019)
menyatakan penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif.
Deskriptif yaitu masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau
memotret situasi yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam
(syahrullah, 2018). Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam
masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat dan situasi-situasi
tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-
pandangan, serta proses-proses yang berlaku dan pengaruh-pengaruh yang
fenomenal (Nazir dalam Maulana, 2019).

2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian adalah tempat peneliti melakukan penelitian terhadap
objek penelitian yang akan diteliti. Lokasi penelitian dilakukan di Kantor Urusan
Agama Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian
dari bulan Oktober – Januari 2021.

3. Informan Penelitian
Informan adalah orang yang memberikan informasi yang dibutuhkan oleh
peneliti dalam penelitiannya terkait suatu fenomena. Informasi yang berasal dari
informan merupakan data yang berasal dari informan merupakan data primer yang
sangat penting keberadaannya dalam suatu penelitian kualitatif (Febria, 2019).
Informan dalam penelitian ini adalah pejabat dan pegawai BP-4 Kecamatan
Pamijahan Kabupaten Bogor dan Calon Pengantin dari rantan umur 17-25 dan 25-
seterusnya.

4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data
(sugiyono, 2014). Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara,
diantaranya :
1. Wawancara mendalam (Deep Interview)
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu (Eaterberg dalam Sugiyono, 2014). Dari kedua orang
tersebut terdapat dua pihak sebagai pewawancara yang mengajukan
pertanyaan mendalam dan terwawancara sebagai orang yang memberikan
jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara.
Stainback (1988) dalam (Sugiyono, 2014) mengemukakan, dengan
wawancara maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam
tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang
terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Peneliti
dapat mengumpulkan data atau informasi yang lebih mendalam untuk
mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang akan diteliti melalui
wawancara mendalam. Wawancara yang dilakukan dengan secara
mendalam dengan informan yang dapat memberikan informasi sesuai yang
dibutuhkan yaitu ketua badan penasihatan pembinaan & penyelesian
perceraian (BP-4) dan anggota pada (BP-4). Metode wawancara yang
digunakan peneliti adalah menggunakan wawancara terstruktur.
Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur, yaitu
dalam melakukan wawancara, peneliti menyiapkan instrumen peneliti
berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif dan jawabannya telah
disiapkan (Sugiyono, 2014). Wawancara yang dilakukan dengan cara
informal untuk bertujuan memberikan kenyamanan informan untuk
menjawab pertanyaan secara apa adanya agar tidak ada tekanan.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa
berbentuk tulisan, buku, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang (Sugiyono,2014). Metode dokumentasi adalah salah satu cara
yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang
subjek melalui media tertulis atau dokumen lainnya yang ditulis atau
dibuat langsung oleh subjek itu sendiri. Dalam hal ini peneliti
menggunakan metode dokumentasi untuk mendapatkan data untuk
memperkuat penelitian.

5. Teknik Analisis Data


Bogdan dan Briklen dalam (Hartati, 2019) megemukakan bahwa
analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilih dan memilahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari serta menemukan
pola, menemukan apa yang penting untuk dipelajari, dan memutuskan apa
yang dapat diceritakan kepada orang itu.
Miles and Huberman 1984 dalam (Sugiyono, 2014)
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya jenuh. Terdapat tiga macam dalam aktivitas dalam
analisis data menurut Miles and Huberman 1984 dalam (Sugiyono, 2014):
1. Reduksi Data
Reduksi data atau mereduksi adalah merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya (Sugiyono, 2014). Maka dalam tahap ini, peneliti
mengumpulkan data yang berkaitan deangan strategi komunikasi
Badan Penasihatan Pembinaan & Penyelesaian Perceraian (BP-4)
dalam membina calon pengantin menuju rumah tangga sakinah di
KUA Pamijahan Kabupaten Bogor kemudian menyusunnya secara
ringkas dan memilih mengambil data yang digunakan. Peneliti juga
mendeskripsikan data-data yang diperoleh agar lebih jelas hingga
laporan penelitian selesai.
2. Penyajian Data
Miles and Huberman 1984 dalam (Sugiyono, 2014) menyatakan
yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam
penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Selain
dengan teks yang naratif, juga dapat berupa, grafik, matrik,
network (jejaring kerja) dan chart. Dalam penelitian ini, data yang
disajikan telah disusun selama teliti, hal ini agar kesimpulan yang
diberikan tepat serta dapat melangkah ke tahap selanjutnya.
3. Verifikasi atau Penarikan Kesimpulan
Analisis kualitatif yang terakhir menurut Miles and Huberman
1984 dalam (Sugiyono, 2014) penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesmpulan yang kredibel.
Kemudian dalam penilitian ini, penarikan kesimpulan yang
dilakukan peneliti telah melalui tahapan verifikasi yang peneliti
lakukan, diantaranya yaitu dengan memastikan bahwa data yang
diperoleh adalah benar dan dapat yang di pertanggung jawabkan
serta bersumber dari beberapa informan yang dapat dipercaya.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Sejarah Singkat, Letak Geografis dan Monografi Kantor Urusan Agama
(KUA) Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor
Kantor Urusan Agama Kecamatan Pamijahan merupakan hasil
pemekaran dari Kantor Urusan Agama Cibungbulang Bogor dan dibentuk
pada tanggal 15 Juni 2001. Lokasi KUA Kecamatan Pamijahan terletak di
Jalan KH Abdul Hamid Km 17, Desa Pasarean, Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor.
KUA Pamijahan memiliki wilayah kerja meliputi seluruh
Kecamatan yang ada di daerah Pamijahan yang terdiri dari 15 desa
(termasuk desa Pasarean), 143 Rukun Warga (RW), dan 513 Rukun
Tetangga (RT). Kecamatan Pamijahan memiliki jumlah penduduk 142437
jiwa dengan jumlah kepala keluarga 341815.
Wilayah kerja KUA Kecamatan Pamijahan sebelah barat
berbatasan dengan Kecamatan Leuwiliang, sebelah timur berbatasan
dengan Kecamatan Tenjolaya, Sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Cibungbulang, dan Sebelah selatan berbatasan dengan
Kabupaten Sukabumi.

2. Tugas Pokok, Fungsi, Visi dan Misi serta Motto KUA Kecamatan
Pamijahan.
KUA Kecamatan Pamijahan memiliki tugas pokok yaitu
melakukan pelaksanaan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama
Kabupaten khususnya di bidang Urusan Agama Islam dalam lingkup
wilayah Kecamatan, tepatnya Kecamatan Pamijahan.
KUA Kecamatan Pamijahan memiliki beberapa fungsi yang
dijalankan diantaranya sebagai berikut :
1. Statistik dan dokumentasi
2. Penyusunan surat, kearsifan dan rumah tangga kantor.
3. Melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan membina
masjid, zakat, wakaf, dan ibadah sosial, serta pengembangan keluarga
sakinah.
4. Pembinaan pangan halal
5. Pembinaan kemitraan umat
6. Penyelenggaraan bimbingan manasik haji

KUA Kecamatan Pamijahan memiliki motto kerja “Prima dalam


pelayanan adalah prioritas” dengan visi sebagai kantor urusan agama yang
profesional dalam pelayanan menuju terwujudnya kehidupan masyarakat
yang islami. Selain itu, KUA Kecamatan Pamijahan juga menyusun
beberapa misi. Adapun misi yang ingin diupayakan sebagai berikut :
1. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Administrasi dan Manajemen.
2. Meningkatkan Kualitas Pelayanan dan Bimbingan di Bidang
Pernikahan dan Rujuk.
3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan, Bimbingan dan Pengembangan di
Bidang Keluarga Sakinah / BP.4.
4. Meningkatkan Kualitas Pelayanan dan Bimbingan di Bidang
Kemasjidan.
5. Meningkatkan Kualitas Pelayanan, Bimbingan dan Pemberdayaan
Zakat, Pengembangan Wakaf dan Ibadah Sosial.
6. Memberikan Pelayanan dan Bimbingan Tentang Produk Halal.
7. Memberikan Informasi Tentang Pelayanan Haji.
8. Meningkatkan Bimbingan dan Pengembangan Kemitraan Umat.
9. Meningkatkan Kualitas dalam Mengkordinasikan Kegiatan dan
Pelaksanaan Kegiatan Sektoral Maupun Lintas Sektoral di Wilayah
Kecamatan Pamijahan.
3. Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR URUSAN AGAMA


KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR

PENYULUH PENGAWAS
KEPALA KUA
Dra. Titin Kartini 1. Didi Mardiwan
Drs. Paidillah
2. ABD. Gofar, S.Ag
Nip. 196607212009012002 Nip. 196702041994031005

PENGHULU PENGHULU
DRS. H. Arsudin Roy Fiqri, Ma
Nip. 196611011989031002 Nip. 190627000031004

TATAUSAHAAN DAN RUMAH


ADMINISTRASI ADMINISTRASI
TANGGA
N. Sumiarti,S. HI Islah, S.Ag
DRS. Jaki Nulhakim

Nip. 196104131983071001 Nip. 196205101887031007 Nip. 197402052002121002

HONORER
ADMINITRASI 1. M. Sudrajat
Rahmat Taufiq, S. Pd. I 2. Neli Haryaman
3. Iiis Aisah

P3N
(PEMBANTU PEGAWAI
PENCATATAN NIKAH)

4. Pembagian Kerja
Berdasarkan struktur keorganisasian KUA kecamatan Pamijahan di
atas, maka berikut pembagian kerja masing-masing :
Kepala KUA
1. Sebagai kepala kantor :
a. Melaksanakan sebagian tugas kantor Kementerian Agama
Kabupaten di bidang Urusan Agama Islam dalam wilayah
kecamatan.
b. Membantu pelaksanaan tugas pemerintah di tingkat Kecamatan
dalam bidang keagamaan.
c. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas KUA kecamatan.
d. Melaksanakan tugas koordinasi penilik agama Islam, penyuluh
agama Islam, dan koordinasi / kerjasama dengan instansi lain di
kecamatan.
e. Selaku PPAIW, Pembina P2A kecamatan, ketua BP-4 kecamatan,
ketua LPTQ kecamatan, ketua Satgas Pembina gerakan keluarga
Sakinah dan Top KB kecamatan.
f. Bertanggung jawab tentang pembukuan uang muka cabang.
g. Bertanggung jawab tentang penggunaan dana DIPA KUA.

2. Sebagai Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf :


a. Meneliti syarat-syarat wakaf, meneliti dan mengesahkan nadzir
b. Menyelenggarakan buku pengesahan nadzir dan meneliti saksi ikrar
wakaf
c. Menyaksikan pelaksanaan Ikrar Wakaf bersama saksi dan membuat
Akta Ikrar Wakaf rangkap tiga
d. Membuat salinan Akta Ikrar Wakaf rangkap empat dan
menyampaikan salinannya
e. Menyelenggarakan daftar Akta Ikrar Wakaf menurut bentuk W.4 dan
mengajukan permohonan pendaftaran tanah wakaf ke BPN.

Sekretaris
1. Menerima surat-surat masuk dan mengirimkan surat-surat keluar serta
menggandakan dan mengarsip surat-surat penting.
2. Bertanggung jawab dalam pengetikan, penggandaan dan penyampaian
surat-surat.
3. Mengatur dan menyimpan daftar hadir (absensi) pegawai.
4. Mengatur dan menertibkan arsip-arsip dokumen dan statistik serta
menyelenggarakan administrasi kepegawaian.
5. Menyelesaikan dupikat NR dan administrasi, mengerjakan buku-buku,
laporan-laporan, dan membantu mengerjakan penulisan buku kutipan
akta nikah (Model NA) serta melaksanakan tugas lain yang diberikan
pimpinan.
Bendahara
1. Mengelola keuangan dan laporannya dan menyetorkan biaya nikah ke
Kas Negara melalui Bank yang ditunjuk oleh Pemerintah
2. Mengerjakan buku Kas Umum

Seksi-Seksi
a. Seksi Pendidikan Keluarga Sakinah dan Pengembangan membantu
kepala KUA untuk melakukan pembinaan dan pengembangan keluarga
sakinah.
b. Seksi Konsultasi Hukum dalam perkawinan membantu kepala KUA
untuk memberikan nasehat hukum yang berkaitan dengan masalah
perkawinan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
c. Seksi Penasehatan Perkawinan dan Keluarga membantu kepala KUA
untuk memberikan penasehatan pada kedua mempelai dan masyarakat
lainnya tentang perkawinan dan keluarga.
d. Seksi Ibu Teladan membantu kepala KUA untuk mensukseskan
pembinaan keluarga sakinah.
e. Seksi Penerangan membantu kepala KUA untuk menyampaikan
berbagai ha seputar pelaksanaan tugas Kantor Urusan Agama
kecamatan Pamijahan kepada semua pihak terkait.
f. Seksi Usaha membantu kepala KUA untuk mengembangkan usaha-
usaha dalam rangka mengsukseskan tugas KUA kecamatan Pamijahan.

5. Pelaksanaan Tugas dalam Bidang Pernikahan


Kantor Urusan Agama kecamatan Pamijahan sebagaimana KUA
lainnya tentu telah dan sedang melaksanakan tugasnya terkait peranan
yang sudah ditentukan, khususnya dalam bidang pernikahan tentu tidak
terlepas dengan peranannya sebagai berikut :
a. Pelayanan di bidang administrasi seperti nikah, talak, cerai dan rujuk
serta keluarga sakinah.
b. Penyuluhan dan Sosialisasi Undang-Undang Perkawinan
c. Pelayanan di bidang perkawinan dan keluarga sakinah.
d. Pelayanan di bidang kepenghuluan.
KUA kecamatan Pamijahan menjalankan ketentuan mengenai
proses pencatatan perkawinan dan proses administrasi perkawinan yang
sudah ditetapkan oleh pemerintah. Salah satu kegunaan dari pencatatan
dari pencatat perkawinan ini adalah untuk mengontrol dengan konkrit
tentang data nikah, talak dan rujuk (NTR).35 Adapun ketentuan mengenai
proses pencatatan dan administrasi pernikahannya sebagai berikut :
a. Pencatatan perkawinan dari mereka yang melaksanakan perkawinan
menurut agama Islam dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah.
b. Akad nikah dilaksanakan di bawah pengawasan penghulu.
c. Tempat pelaksanaan akad nikah tersebut adalah KUA Kecamatan. Akan
tetapi, atas permintaan pengantin dan dengan persetujuan penghulu
akad nikah juga dapat dilaksanakan di luar KUA Kecamatan seperti di
rumah calon istri, di masjid, atau di gedung yang dikehendaki.
d. Sebelum dilaksanakan akad nikah, kedua mempelai diberikan
bimbingan dan nasehat perkawinan.
e. Proses pelaksanaan akad nikah diawasi oleh penghulu, dan selanjutnya
dilakukan penandatanganan akta nikah oleh kedua mempelai, wali, dan
saksi serta penghulu sebagai bagian dari pencatatan perkawinan.36 Jika
akad nikah dilaksanakan di balai KUA kecamatan, maka nikah
dicatatkan dalam akta nikah Model N, dan NA rangkap dua yang
diberikan kepada suami istri, namun jika akad nikah (dilaksanakan di
luar balai nikah) , suami-istri mendapatkan akta nikah model NB.
f. Selanjutnya akta nikah Mode N rangkap dua atau Model ND bagi janda
atau duda diserahkan ke Pengadilan Agama, dan yang satunya disimpan
KUA sebagai arsip.

Profil Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4)

6. Sejarah Berdirinya BP-4


Departemen Agama yang kemudian dirubah menjadi Kementerian
Agama dibentuk di Indonesia oleh pemerintah Indonesia menjelang usia 5
bulan kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya pada tanggal 3 Januari
1946. Tugas pokok Kementerian Agama sebagaimana dijelaskan oleh
Menteri Agama yang pertama Bapak H.M. Rasyidi sebagai berikut:
Pemerintah Republik Indonesia mengadakan Kementerian Agama tersendiri
ialah untuk memenuhi kewajiban pemerintah terhadap pelaksanaan UUD
1945 Pasal 29 ayat 2 yang berbunyi.
”Negara menjamin kemerdakaan tiap penduduk untuk memeluk
agama masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya itu”.
Sebagai upaya untuk melihat kualitas keluarga, pada tahun 1950-
1954 telah diadakan penelitian yang hasilnya menyatakan bahwa dari
pernikahan yang telah dilaksanakan pada tahun tersebut hampir 60% di
antaranya cerai. Melihat kenyataan tersebut, beberapa pejabat di lingkungan
Kementerian Agama dan para tokoh masyarakat merasa perlu untuk
mendirikan suatu lembaga penasehatan perkawinan yang dapat memberikan
jalan keluar terhadap kasus-kasus yang biasa terjadi di dalam keluarga.
Berdasarkan dari situasi yang ada, maka berdirilah suatu lembaga yang
bertujuan untuk menasehati terkait permasalahan-permasalahan yang ada
dalam perkawinan. Lembaga penasehat perkawinan tersebut tersebar di
beberapa kota besar di pulau Jawa diantaranya, Jakarta, Bandung, dan
Yogyakarta yang kemudian dipersatukan menjadi Badan Penasehatan
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4). Pada kesempatan konferensi
Dinas Departemen Agama ke VII tanggal 25 s.d 30 januari 1961 di
Pamijahan diumumkan bahwa BP-4 yang bersifat nasional telah berdiri pada
Juni 2001 dan sejak saat itulah berlaku Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga yang baru. BP-4 didirikan dengan maksud untuk
mempertinggi kualitas perkawinan, mencegah perceraian sewenang-wenang
dan mewujudkan rumah tangga yang bahagia sejahtera menurut tuntunan
agama Islam.
BP-4 menjadi lembaga mitra yang bekerja sama dengan
Kementerian Agama dan bertujuan untuk meningkatkan mutu perkawinan
dalam mewujudkan rumah tangga yang bahagia dan sejahtera, yaitu
keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah dengan mengembangkan
Program Gerakan Keluarga Sakinah. Mningkatkan mutu perkawinan dan
mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah memerlukan
bimbingan yang terus-menerus dari konselor dan Penasihat Perkawinan
secara profesional. Peran BP-4 perlu ditingkatkan dengan menyusun
langkah program konkrit untuk menghadapi tuntutan perubahan
masyarakat dan meningkatnya arus informasi yang menimbulkan berbagai
dampak terhadap kehidupan keluarga.

2. Visi dan Misi BP-4


Adapun visi dan misi dari BP-4, antara lain :
1. Visi BP-4 adalah terwujudnya keluarga sakinah, mawaddah,
warahmah.
7. Misi BP-4 adalah:
a. Meningkatkan kualitas konsultasi perkawinan, mediasi, dan
advokasi.
b. Meningkatkan pelayanan terhadap keluarga bermasalah melalui
kegiatan konseling, mediasi, dan advokasi.
c. Menguatkan kapasitas kelembagaan dan SDM BP-4 dalam
rangka mengoptimalkan program dan pencapaian tujuan.
8. Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENASEHATAN


PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN
KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN PAMIJAHAN
KABUPATEN BOGO

KEPALA
MAMAT SUDRAJAT, S.Ag, M,SI
NIP. 196203131987031003

SEKRETARIS BENDAHARA
NELY HARYAMAN S, N, SUMIATI, SH.I

Nip:.......................... Nip:.......................

SIE. PENDIDIKAN KELUARGA SIE.KONSULTASI HUKUM SIE.PENASIHATAN


SAKINAH DAN PENGEMBANGAN. DALAM PEPERKAWINAN/ PERKAWINAN DAN KELUARGA.
ISLAH,S.HI DRS,JAKI NULHAKIM. ZAELANI,SH.I
NIP. 196104031083071001 NIP. 196205101987031007
NIP.197402052002121002

SIE. USAHA SIE. IBU TELADAN SIE. PENERANGAN


IIS AISYAH HJ,MARIYAM CECE YUSUP

NIP………. Nip:............. NIP. 196407041990031004

9. Dasar Hukum, Tujuan dan Sasaran BP-4


a. Dasar Hukum
1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.
2. Undang-Undang No. 7 Tahun tentang Peradilan Agama.
3. PP No. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan UUP No. 1 tahun
1974.
4. nstruksi Presiden No. 1 tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum
Islam Indonesia.
5. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BP-4.
6. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 85 Tahun 1961 Jo.
Nomor: 30 tahun 1977 tentang penegasan pengakuan Badan
Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4).

b. Tujuan
1. Tujuan Umum
Rencana Kerja BP-4 Kecamatan Pamijahan untuk
mempertinggi mutu perkawinan dan mewujudkan rumah tangga
yang bahagia sejahtera serta kekal menurut agama islam.

2. Tujuan Khusus
a. Secara khusus BP-4 Kecamatan Pamijahan bertujuan.\
b. Memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat.
c. Memberikan penerangan kepada masyarakat tentang upaya-
upaya untuk membentuk keluarga sakinah.
d. Meningkatkan mutu penasihatan kepada calon penganten yang
akan memasuki jenjang rumah tangga.
e. Memberikan penerangan dan nasehat mengenai nikah dan rujuk
kepada yang akan melakukannya baik perorangan maupun
kelompok.
f. Memberikan bantuan dalam mengatasi masalah perkawinan
keluarga.
g. Memberikan bimbingan dan penyuluhan Undang-Undang
Perkawinan serta hukum munakahat.
c. Saran
1. Umum
a. Terwujudnya rumah tangga bahagia bagi setiap pasangan
suami istri.
b. Hubungan dan kerjasama yang baik dengan instansi terkait.
2. Penasehatan Preventif
Yaitu penasehatan yang dilakukan baik berupa penyuluhan, kursus-
kursus dan bimbingan seperti :
1. Penyuluhan mengenai perkawinan kepada remaja usia nikah.
2. Memberikan penerangan lewat kursus bagi para calon penganten.
3. Memberikan bimbingan dalam upaya membentuk keluarga
sakinah.
4. Penasehatan Perselisihan Perkawinan
Penasehatan dan pengarahan yang diberikan kepada para pihak dari
keluarga yang tengah menghadapi konflik keluarga.

B. Strategi komunikasi Badan Penasihatan pembinaan dan Penyelesaian


Perceraian (BP-4) dalam Pembinaan Calon pengantin
Kegiatan pembinaan calon pengantin yang di buat oleh BP-4 bertujuan
untuk memberi bekal kepada setiap calon pasangan suami istri yang akan
melaksanakan pernikahan. Pembinaan calon pengantin ini diadakan sebagai
salah satu upaya untuk mewujudkan pernikahan yang bahagia serta
membentuk keluarga yang utuh, kokoh, dan jauh dari masalah yang nantinya
berujung pada perceraian. Kenaikan jumlah kasus perceraian di Kabupaten
Bogor menjadi salah satu dasar BP-4 wilayah Kecamatan Pamijahan
menyelenggarakan pembinaan kepada calon pengantin atau disebut juga
kursus calon pengantin yang di singkat (Suscantin). Suscantin diadakan untuk
calon pengantin yang ingin mewujudkan keluarga sakinah. Sebagaimana hasil
wawancara dengan ketua BP-4 yang mengatakan :
“Tujuan diadakan nya pembinaan bagi calon mempelai atau calon suami
dan calon istri tiada lain sejalan dengan al-Qur’an surat ar-Rum ayat 21
yaitu terciptanya sebuah keluarga yang sakinah mawadah warahmah
fiddini waddun ya wal akhirah, jadi di tangan merekalah diharapkan
lahir generasi-generasi yang lebih cerdas secara emosional, cerdas
secara spiritual maupun cerdas secara intelektual, jadi mereka bisa
berperan aktif sebagai khalifah di muka bumi ini”
Pembinaan calon pengantin dalam rangka mewujudkan keluarga yang
sakinah di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor secara rutin dilaksanakan
pada hari selasa hingga kamis. Subjek dari pelaksanaan pembinaan calon
pengantin yaitu bapak pembina dari BP-4 Kecamatan Pamijahan Kabupaten
Bogor, sedangkan objek pembinaan adalah calon pengantin dari berbagai
desa yang ada di wilayah Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Dalam
proses komunikasinya penghulu menjadi komunikator dan calon pengantin
menjadi komunikan. Proses pembinaan calon pengantin biasanya dilakukan
pada calon pengantin yang sudah mendaftarkan pernikahan ke KUA
Kecamatan Pamijahan minimal 12 hari kerja dari 12 hari kerja tersebut ada 2
hari untuk melakukan pembinaan calon pengantin. Sebagaimana hasil
wawancara kepada Bapak Jajang selaku ketua BP-4:
“Kalo kita sudah mendaftar pernikahan kita sudah terdaftar di KUA
maka minimal 12 hari kerja , nikah tgl 12 , tanggal 1 harus terdaftar
di KUA , nahh 12 hari itu ada 2 hari untuk pembinaan itu tadi .
pembinaan calon suami istri atau SUSCATIN ( khursus calon
pengantin )”
Pembinaan calon pengantin biasanya diberi kuota sebanyak 5 pasang
calon suami dan istri sebagai pesertanya tiap pertemuan. Kelima pasangan ini
nantinya mengikuti kegiatan dengan kurun waktu selama dua kali dalam
seminggu. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan
dengan penghulu Kantor Urusan Agaman Pamijahan yang mengatakan :
“kita mengadakan itu sekitar 5 pasang berarti 10 orang terkadang
tidak dengan pasangannnya atau terkadang hanya satu pasangan
saja. Dalam menjalankan program tersebut diperlukan waktu yang
efektif untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka pembinaan
pengantin oleh BP-4 itu dilakukan seminggu dua kali diadakannya
pada hari Selasa dan Kamis”
Dari keterangan-keterangan yang telah didapatkan di atas, menunjukkan
bahwa perlu adanya waktu yang fleksibel dan harus menyesuaikan dengan
permintaan dari setiap pasangan yang akan menikah sehingga program
pembinaan bisa berjalan dengan efektif dan maksimal. Selain itu, akan sangat
mendukung apabila materi pembinaan oleh BP-4 dapat diakses langsung
secara online oleh calon pengantin
Program pembinaan calon pengantin dapat dikategorikan dimana
pihak pembina bertindak sebagai komunikator dan calon pengantin bertindak
sebagai komunikan. Pembina menyampaikan pesan atau materi tentang hiruk
pikuk rumah tangga untuk calon pengantin untuk mendapatkan manfaat dari
pembinaan.
Pembina Calon Pengantin
Komunikator Pesan Komunikan Efek/ Manfaat

Komunikasi yang terjadi antara pembina dengan calon pengatin


termasuk kedalam komunikasi interpersonal, di mana komunikasi
interpersonal adalah komunikasi antara komunikator dan komunikan
melakukan proses pesan secara langsung dan tidak langsung. Dapat pula
dikatakan penyampaian dan penerimaan pesan antara pengirim pesan (sender)
dengan penerima (receiver) baik langsung maupun tidak langsung (Irawan,
2017). Komunikasi interpersonal yang terjadi antara pembina untuk
menyampaikan pesan/materi untuk calon pengantin dengan tatap muka,
dalam hal ini dalam teknik pelaksanaan pembinaan calon pengantin adalah
dengan menggunakan teknik informatif yaitu seseorang yang memberikan
informasi kepada orang lain agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi tidak
hanya itu melainkan ada juga teknik persuasif yaitu agar orang lain bersedia
menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau
kegiatan, dan lain-lain (Effendy, 2005). Seperti proses komunikasi, pembina
BP-4 dalam memberikan materi kepada calon pengantin menggunakan
teknik informatif yang mana teknik informatif akan memberikan pemahaman
yang jelas kepada khalayak dengan menyajikan data, fakta, dan opini yang
benar. Selain menggunakan teknik informatif, BP-4 juga menggunakan teknik
persuasif dalam pelaksanaan pembinaan calon pengantin. Hal tersebut terlihat
dari pesan atau materi yang disampaikan kepada calon pengantin. Pesan
tersebut isinya ingin mengajak dan mengubah kepribadian calon pengantin
agar nantinya mereka dapat menghadapi berbagai masalah yang datang dalam
kehidupan berumah tangga.
BP-4 yang memiliki beberapa metode yang digunakan sebagai strategi
untuk membina calon pengantin yang efektif agar dapat menghasilkan
keluarga yang harmonis. Adapun metode-metode yang dilakukan BP-4
diantaranya sebagai berikut :
a. Ceramah
Ceramah termasuk kedalam bentuk komunikasi satu arah. Hal tersebut
dikarenakan pesan yang disampaikan oleh sumber kepada sasaran dan
sasaran tidak dapat kesempatan untuk melakukan umpan balik atau
bertanya, yang artinya komunikasi satu arah tidak memberi kesempatan
kepada pendengar untuk memberikan tanggapan. Sebagaimana hasil
wawancara dengan bapak jajang sebagai berikut :
“metodenya motode ceramah, ceramah disini yang dilakukan oleh
instasi MUI yang menerangkan kitab kuning yang mana isi dari
kitab kuning tesebut adalah nasehat-nasehat tentang berumah
tangga dngan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh peserta
agar bisa masuk dipikirannya dan diterima oleh peserta ”
b. Narasi
Narasi merupakan rangkaian cerita tentang sebuah peristiwa yang terjadi
dalam satu kesatuan waktu. Metode narasi juga digunakan BP-4 untuk
pembinaan calon pengantin. Metode narasi disini menceritakan atau
menjelaskan kepada calon pengantin tentang bagaimana kehidupan
berumah tangga, sebagaimana yang di jelaskan Bpk. Jajang dalam
wawancara sebagai berikut :
“yang kedua metode narasi, contoh ketika terjadi problem dalam
rumah tangga , terjadi problem atau masalah dalam rumah tangga
bagaimana menyelesaikannya yaitu masing-masing punya pendapat
nihhh , contoh suami main hp terus , teu daekeun usaha bagaimana
sifat istri kan masing-masing punya HAK punya pengetahuan cara
bahasa komunikasi yang baik pada suaminya yang santun . “dodoh,
waktunya usaha , waktunya ikhtiar,waktunya gawe main game nya
ngke wae lamun geus beres”, itu umpamanya, nahh itu cara
komunikasi”
c. Tanya jawab
Tanya jawab adalah proses setelah penyampaian materi oleh narasumber.
Biasanya narasumber akan memberikan pertanyaan kepada audiens apakah
materi yang diberikan sudah jelas atau tidak dan sebaliknya audiens
memberikan pertanyaan kepada narasumber tentang apa yang tidak
dipahami dari materi yang telah disampaikan. Sebagaimana wawancara
kepada bapak Jajang sebagai berikut:
“yang selanjutnya adalah metode tanya jawab, yang mana selesai
para nara sumber memaparkan materi yang disampaikan, dilanjutkan
dengan sesi tanya jawab dengan audience apakah pesan atau materi
yang disampaikan dimengerti semua atau tidak”
d. Simulasi
Simulasi merupakan metode pelatihan yang meragakan sesuatu dalam
sebuah tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya. Contoh
metode simulasi yang digunakan pada pembinaan BP-4 adalah simulasi
bagaimana cara mengucap akad saat acara pernikahan itu berlangsung.
Selain itu juga ada simulasi bagaimana mengurangi percekcokan atau
kesalahpahaman antara pasangan ketika sudah menikah, Sebagaimana
wawancara dengan bapak jajang sebagai berikut:
“yang terakhir simulasi, simulasi disini tuh bagaimana cara
mengucap saat akad yang benar dan supaya tidak gugup juga kan
yah, engga hanya simulasi pasca nikah aja, ada simulasi bagaimana
mengurangi percekcokan atau kesalah pahaman antara pasangan”
Dari penuturan diatas, pesan yang disampaikan oleh pembina dapat
dipahami dan diterima oleh calon pengantin yang mengikuti pembinaan calon
pengantin. Hal ini selaras dengan tanggapan salah satu calon pengantin yang
mengikuti materi kursus calon pengantin yang mengatakan sebagai berikut:
“materi yang disampaikan sangat jelas, sehingga dapat dipahami
dengan mudah dan banyak manfaat yang bisa diambil dan menjadi
pelajaran untuk rumah tangga saya”

B. Mediasi yang dilakukan oleh Badan Penasihatan pembinaan dan


Penyelesaian Perceraian (BP-4) Kepada Pasangan Suami Istri yang Ingin
Bercerai
Mediasi merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh BP-4
dalam upaya pencegahan terjadinya kenaikan tingkat perceraian. Hal ini
selaras dengan hasil wawancara dengan bapak Arisudin sebagai penghulu
yang mengatakan sebagai berikut :
“Bp-4 tidak hanya memberikan pembinaan kepada calon pengantin
tetapi juga memberikan mediasi kepada pasangan suami istri yang
mempunyai masalah dan akan bercerai”
Dari hasil wawancara diatas sesuai dengan surat keputusan Menteri
Agama No. 85 tahun 1961 yang menetapkan BP-4 sebagai satu-satunya badan
yang berusaha pada bidang penasihatan perkawinan dan pengurangan
perceraian mengenai nikah, talak dan rujuk (bp4ekanbaru.or.id, 2018).
Mediasi merupakan cara penyelesaian masalah melalui musyawarah untuk
memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh pihak ketiga atau
disebut mediator. Subjek dari program mediasi adalah pasangan suami istri
yang mempunyai masalah dan yang menjadi pihak ketiga atau sebagai
mediator adalah staf BP-4.
Program mediasi membutuhkan komunikasi antara pasangan suami-istri
dengan BP-4. Komunikasi adalah penyampaian pesan dari komunikator
kepada komunikan dan menimbulkan efek, sebagaimana BP-4 sebagai
komunikator yang memberikan pesan atau nasihat dan solusi atas
permasalahan yang terjadi antara pasangan suami-istri sehingga menemukan
jalan keluarnya, dan yang menjadi komunikan yaitu pasangan suami istri.
Dalam hal ini komunikasi mediator atau staff BP-4 dan pasangan suami-istri
yang ingin bermediasi menggunakan komunikasi interpersonal.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Strategi Komunikasi Badan
penasihatan pembinaan & penyelesaian perceraian (BP-4) dalam
membina kepada Calon Pengantin.
1. Faktor Pendukung
a. Pembina BP-4 yang sudah dilatih
Pembina BP4 dituntut untuk memiliki wawasan yang luas
terutama dibidang ilmu fiqih, tidak sembarangan pembinaan BP-4
dilakukan oleh pembina yang belum melakukan pelatihan yang di
selenggarakan oleh Kementerian Agama, hal ini sesuai dengan hasil
wawancara saya kepada Bapak Arasudim sebagai selaku penghulu di
BP-4 kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor yang mengatakan :
“Pembina itu yang khusus untuk memberikan pembinaan
kepada calon pengantin, yang mana pelatihan pembinaan
dilakuakan selama dua minggu yang diberikan dari
Kementerian agama”
Komunikasi akan berhasil apabila salah satu faktor ialah
kepercayaan komunikan kepada komunikator. Dalam hal ini tidak
sembarangan dapat menjadi pembina BP-4 karena harus melewati
pelatihan khusus.
b. Bekerja sama dengan banyak pihak/instasi
Program pembinaan BP-4 kepada calon pengantin tujuannya
adalah untuk membangun keluarga yang sakinah, mawaddah,
warrahmah dalam program tersebut tidak hanya dari BP-4 sajalah
yang memberikan materi untuk calon pengantin tetapi BP-4 juga
bekerja sama dengan UPH Kesehatan dan Lembaga MUI dan
kepolisian, sesuai dengan hasil wawancara saya kepada bapak jajang
selaku ketua BP-4 Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor yang
mengatakan :
“Kordinasi dengan pihak luar artinya dengan instansi yang lain
cukup baik, terutama dengan dinas kesehatan terkait memberikan
pengetahuan atau wawasan serta pimbinaan termasuk
didalamnya tentang reproduksi, usia subur dan lain sebagainya
yang tentunya ini sangat di butuhkan demi keberlangsungan
kehidupan keluarga yang bahagia, sehat, baik fisik maupun
rohani karena akan lahir generasi yang lebih baik itu pada diri
jiwa-jiwa yang memang baik secara fisik maupun rohani, dengan
pihak yang lain yang terkait masalah narkoba dan sebagainya
kita kerjasama dengan pihak kepolisian polsek hal ini di perlukan
penerangan bagi mereka kawatir di kemudian hari terjebak atau
terkena dampak kriminal narkoba ini dan juga bekerjasama
dengan MUI dan instansi yang lainnya.”

2. Faktor Penghambat
a. Calon Pengantin yang kurang aktif
Ketika pembinaan calon pengantin dilaksanakan terkadang calon
pengantin memiliki sikap yang tertutup mengakibatkan kurang aktif
dalam mengikuti jalnnya materi, karena calon pengan pengantin yang
malu-malu untuk melakukan mengajukan pertanyaan tentang materi
yang disampaikan oleh pembina. Sebagaimana hasil wawancara saya
dengan calon pengantin yang mengatakan :
“ dalam pembahasan ada yang kurang dimengerti mungkin dari
saya pribadi, mau nanya tetapi malu jadi saya diam saja”
Calon pengantin yang bersikap tertutup menjadi salah satu
penghambat proses komunikasi yang dilakukan pembinaan kepada
calon pengantin, dimana pembina sulit mengetahui apakah calo
engantin mengerti ata tidak terkait materi yang disampaikan.
b. Tidak adanya media sosial
Media sosial sebagai media yang menjadi hal yang banyak digunakan
dimasa sekarang, yang berguba untuk mempermudah mencari
informasi dan sarana berkomunikasi. BP-4 Kecamatan Pamijahan
Kabupaten Bogor tidak mempunyai media social yang mana media
tersebut untuk mempermudah BP-4 untuk memberikan informasi
kepada masyarakat tentang pentingnya pembinaan Calon pengantin
untuk menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan warrahmah. BP-

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang strategi komunikasi BP-4 dalam
pembinaan calon pengantin di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, maka
peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Bentuk komunikasi yang digunakan dalam pelaksanaan pembinaan calon
pengantin adalah komunikasi interpersonal dengan teknik informatif dan
persuasif. Selain itu strategi komunikasi yang digunakan oleh pembina BP-
4 adalah strategi secara komunikasi dialogis dengan menggunakan metode
ceramah, narasi, tanya jawab, dan simulasi. Pembinaan BP-4 belum
memiliki strategi khusus, sehingga materi yang dilakukan tergantung oleh
masing-masing pembina dan cara memandang sasaran komunikasinya.
2. Program mediasi BP-4 dengan menggunakan teknik komunikasi informatif
dan persuasif yang dilakukan secara langsung antara mediator dengan
suami-istri yang ingin bercerai. Namun pada kenyataannya program
mediasi BP-4 ini tidak berjalan dengan semestinya karena adanya lembaga
lain yang lebih berperan secara langsung dalam menangani kasus
perceraian.
3. Faktor pendukung strategi komunikasi BP-4 dalam membina calon
pengantin adalah pembina BP-4 yang sudah terlatih dan bekerja sama
dengan banyak pihak. Sedangkan, faktor-faktor penghambatnya adalah
calon pengantin yang kurang aktif, tidak adanya media sosial, dan tidak
adanya sosialisasi antara BP-4 kepada masyarakat dan aparat pemerintah
desa.

B. Saran
Dalam hal ini, peniliti memberikan beberapa saran yang berhubungan
dengan strategi komunikasi interpersonal pembina BP-4 pada pelaksanaan
pembinaan calon pengantin di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor,
yaitu:
1. Diharapkan kepada pembina untuk menetapkan strategi komunikasi yang
bisa jadi acuan untuk diterapkan agar pada saat pelaksanaan pembinaan
calon pengantin komunikasi dan penyampaian pesan/materi bisa berjalan
efektif.
2. Diharapkan untuk BP-4 mempunyai media sosial, karena di era modern ini
media sosial adalah salah satu cara untuk memebrikan informasi tentang
program-program yang ada di BP-4 selain itu diharapkan untuk BP-4
bersosialisasi kepada masyarakat tentang seberapa pentingnya program-
program yang berada pada BP-4 dan menjalin kerja sama kepada aparatur
desa untuk sosialisasi tentang program-program yang ada di BP-4. Dalam
hal ini untuk mewujudkan berjalannya program-program yang ada di BP-
4.
3. Kepada calon penngantin agar berperan aktif dan bersikap terbuka dam
mengikuti pembinaan calon pengantin untuk kebaikan calon pengantin.
i

Anda mungkin juga menyukai