Anda di halaman 1dari 5

MAJAS-MAJAS BAB XXVI

1. Terjadi perubahan. Tajam. (Majas Metafora)


Penulis menggunakan majas kata “Tajam” disini mengartikan bahwa perubahan yang
cukup sangat signifikan karena majas tersebut juga termasuk dalam majas metafora yaitu
perumpamaan yang digunakan pada majas metafora berbentuk analogi berupa pesan
ungkapan.
2. “Tuan bermain-main api. Tuan membangkitkan opini yang berbahaya. Tuan harus
tanggung risiko sendiri.” (Majas Personifikasi)
Penulis menulis kata-kata dialog ini didalam novel yaitu memberi analogi perbandingan
maka dari itu kata-kata ini masuk ke dalam majas personifikasi yaitu menggunakan benda
mati untuk mengungkapkan analogi perbandingan.
3. Seperti roda berputar. (Majas Asosiasi)
Penulis menambahkan kata-kata ini adalah tujuannya membayangkan atau menyamakan
dengan sesuatu maka majas ini termasuk ke dalam majas asosiasi yaitu gaya bahasa yang
membandingkan dua obyek berbeda, tetapi dianggap sama dengan memberi kiasan
berupa kata sambung.
4. “Semangat sudah mengalir dalam darahmu. Kamu bukan turunan bekicot.” (Majas
Alegori)
Penulis memberi kata dengan menggunakan objek dan menambahkan kata kiasan maka
dari itu majas ini termasuk ke dalam kategori majas alegori. Majas alegori adalah yang
membandingkan dua obyek dengan menggunakan kata-kata kiasan.
MAJAS-MAJAS BAB XXVII

1. Ia menoleh dan memandang dengan tatapan menyelidik.(Majas Hiperbola)


Penulis menggunakan kata “menyelidik” disini lebih mengartikan bahwa menyelidik
sama dengan kata “ingin mengetahui” maka dari itu majas ini termasuk ke dalam majas
hiperbola yaitu majas yang mengungkapkan sesuatu secara berlebihan hingga terdengar
tidak masuk akal.
2. “Sambil menyelam minum air”. (Majas Personifikasi)
Penulis menggunakan peribahasa ini yaitu mengibaratkan sesuatu atau analogi maka
majas ini termasuk ke dalam majas personfikasi. Majas personifikasi adalah suatu gaya
bahasa dalam karya sastra yang memberikan sifat-sifat insani (manusiawi) kepada benda
mati atau benda hidup yang bukan manusia (hewan, tumbuhan), sehingga seolah-olah
dapat bersikap layaknya seorang manusia.
MAJAS-MAJAS BAB XXVIII

1. Matanya cekung seakan tenggelam di dalam lubang tengkoraknya. (Majas Alegori)


Penulis menggunakan kata-kata ini sebagai ibarat atau kalimat andaian dan perbandingan
maka kalimat ini termasuk ke dalam majas alegori yaitu majas yang membandingkan dua
obyek dengan menggunakan kata-kata kiasan
MAJAS-MAJAS BAB XXIX

1. Tan Peng Liang dipastikan masuk dalam daftar nama-nama di antara orang-orang kulit
putih itu yang akan mati konyol dalam kapal itu. (Majas Hiperbola)
Penulis dalam menggunakan majas ini yaitu “mati konyol” adalah sebuah kiasan yang
secara berlebihan dengan begitu majas ini termasuk ke dalam majas hiperbola karena
menampilkan ungkapan yang dilebih-lebihkan dan cenderung tidak dapat dinalar untuk
memberi efek yang lebih menakjubkan.
2. Digulung gelombang dahsyat ke laut raya samudra hindia. (Majas Metafora)
Penulis menambahkan kata “digulung gelombang” maka dalam hal ini penulis ingin
memberi sebuah analogi atau berupa pesan dalam kata “digulung”. Maka majas ini
termasuk ke dalam majas metafora.
3. Kesurupan seperti tabiat kafir. (Majas Asosiasi)
Penulis ingin para pembaca membayangkan bagaimana tabiat kafir dalam kiasan ini yaitu
artinya orang-orang yang lupa diri akan dirinya. Maka majas ini termasuk ke dalam majas
asosiasi yaitu dalam kalimatnya terdapat juga kata penghubung “seperti”.
MAJAS-MAJAS BAB XXX

1. “Sumpah mati disambar geledek, aku tidak tahu” (Majas Hiperbola)


Penulis menggunakan kata tersebut dengan kata-kata yang dilebihkan maka dari itu majas
ini termasuk ke dalam majas hiperbola. Karena pada dasarnya majas hiperbola adalah
menampilkan ungkapan yang dilebih-lebihkan dan cenderung tidak dapat dinalar untuk
memberi efek yang lebih menakjubkan.
2. “Kalian goblok, tidak punya otak, otak udang!”. (Majas Personifikasi)
Penulis memberi kata “otak udang” dalam majas ini secara langsung memberi sebuah
perumpamaan bagi sifat manusia dengan hewan. Maka dari itu majas ini termasuk ke
dalam personifikasi yaitu suatu gaya bahasa dalam karya sastra yang memberikan sifat-
sifat insani (manusiawi) kepada benda mati atau benda hidup yang bukan manusia
(hewan, tumbuhan), sehingga seolah-olah dapat bersikap layaknya seorang manusia.

Anda mungkin juga menyukai