Unsur semiotika :
1. Penanda/signifiant
2. Petanda/ signifie
Sistem tanda dikatakan sistem tanda jika itu sudah memiliki makna
Petanda itu memungkinkan objek metafisik
Batasan petanda itu seperti apa ? apakah harus empirik ?
Sebenarnya semiotik itu bukan hanya di lingkup sastra, namun juga masuk dalam
lukisan, logo dan seni-seni lainnya.
ANALISIS BAHASA
a. Sinkronik : bersifat deskriptif tanpa melihat sejarah (hanya saat itu saja)/ khas
kaum strukturalis.
b. Diakronik : bersifat historis, berdasarkan sejarahnya
SIFAT TANDA
a. Arbitrer : suka-suka, tidak ada hubungan antara penanda dan petanda secara
langsung (contoh kode-kode militer) namun ini juga masih diikat oleh
konvensi.
Kalau bahasa arab gimana ?
b. Konvensional : kesepakatan masyarakat. Nanti juga ada namanya konvensi
sastra
c. Sistematik : tidak sembarangan, ada huruf konsonan, vocal dst. Tidak boleh
misalnya nama suatu benda "kdhbjnfvbyr" karena tidak sistematis.
Bagaimana jika ada seseorang yang sama sekali bukan seniman, kemudian
sembarangan membuat lukisan, kemudian lukisan itu diklaim oleh seorang
seniman terkenal, jika oleh orang banyak kemudian ditafsiri dengan bayak
makna, apakah sistematik di sini masih berlaku ?
Makna yang berlaku di sini adalah makna awathif atau makna karena
hubungan emosional.
Batasan dari simbol itu apa dan bagaimana ? jawabannya ada di ilmu semiotika.
Jacob soon untuk melihat karya sastra cukup lihat sastranya saja, kemudian dikritik
oleh Rivater.
Segala sesuatu itu memiliki tanda, dan setiap tanda memiliki makna, lalu apakah tanda
juga memiliki tanda ? iya tanda juga punya tanda.
PENDEKATAN FORMALIS
(KONVENSI BAHASA DAN SASTRA)
Bagi kaum formalis (Rusia: 1915-1930 M) pendekatan yang paling efektif itu adalah
pendekatan objektif, yaitu dengan melakukan reifikasi. Nanti akan dikritik oleh rivater.
Menurut saya ini akan menimbulkan interpretatif despotism (reader akan berperan
sebagaimana author). Apa karena mereka mayoritas strukturalis.
Prinsip lotman: bahasa adalah sistem tanda yang secara perimer membentuk model
dunia bagi pemakaianya. Model ini yang mewujudkan perlengkapan konseptual
manusia dalam penafsiran segala sesuatu di dalam diri dan diluar dirinya.(konvensi
bahasa)
Sastra adalah sistem tanda sekunder yang membentuk model yang tergantung pada
sistem primer yang diadakan oleh bahasa sekaligus yang hanya dapat dipahami dalam
hubungan dan pertentangannya dangan sistem bahasa (konvensi sastra).initinya
konvensi bahasa ini dilanggar oleh konvensi sastra, misal majaz dan tasybih.
Akhirnya ketika kita berhadapan dengan sebuah karya sastra kita menghadapi dua
sistem, yaitu sistem bahasa dan sistem sastra.
Sebuah bahasa dalam konvensi bahasa akan meningkat maknanya ketika dikonvensi
sastra.
1. Emotif/ ekspresi
2. Referensial/ mengacu pada objek tertentu
3. Puitik/ ungkapan sastrawi
4. Fatik/mengajak komunikasi
5. Metalingual/ membahas bahasa dalam bahasa itu sendiri
6. Konatif / meminta perhatian.
CONTOH :
EKUIVALENSI
Madlul yang belum empirik harus merujuk pada kamus atau bisa juga ke
penggambaran orang yang mengucapkan.
SEMIOTIKA RIVVATERE
"bukan linguis saja yang menentukan apa yang relevan dalam
sebuah sajak, melainkan pembacanya"
" A poem says one thing and means another".
Peran pembaca sangat besar dalam memahami karya sastra, terutama di tingkat dan
kelas pemahamannya.
Ia membuka peluang seluas-luasnya terhadap pembaca
Ia mengkritik jackob son yang hanya terfokus pada teks, dan melampaui kemampuan
pembaca. Yang membuat karya sastra terkesan terlalu tinggi dan asing bagi pembaca.
Rhoma irama mengalami hal ini, ia menganggap yang memiliki garis dangdut adalah
ia, sehingga mengkritik habis-habisan inul daratista.
INTERTEKTUALITAS
"Ikatan antara pemahaman kita atas suatu karya sastra dengan karya satstra lainnya"
SUPERREADER
"superreader adalah gabungan segala response terhad apa sajak yang dapat
dikumpulkan, sejauh response itu dilepaskan dari unsur subyektif di luar tindak
komunikasi".
SEMANTIK
Semantic melahirkan denotasi atau makna yang sebenarnya.
SINTAKTIK
"hubungan antar satu tanda dengan tanda yang lain"
PRAGMATIK
"hubungan antar tanda dengan pemakainya"
Pragmatic menghasilkan Ekspresi
Mayoritas karya sastra itu memiliki tujuan untuk memngaruhi pembaca "secara tidak
langsung"
Kasarannya ekspresi merupakan senjata pengarang untuk meneror pembaca.
Contoh juga film joker.
Oleh karenanya jika imam yang khusyu' dalam sholatnya akan menarik makmum
untuk khuyuk juga.
Contoh juga : lagu ana muwathin yang kuat pragmatic patriotisme cinta tanah air
tanpa tedeng.
ARTINYA ; Sastra itu ya mengusung makna dan idealisme di dalamnya.
Karya yang dianggap bukan karya sastra dinamakan "kitch" karena tidak membawa
makna di dalamnya.