Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL PENELITIAN

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN CSR PT. TIMAH (PERSERO) TBK


DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA MISKIN
DI DESA AIR DUREN KECAMATAN PEMALI KABUPATEN BANGKA

diajukan untuk memenuhi tugas pengganti ujian akhir semester


“Penelitian Kuantitatif”

Dosen Pembimbing:

Dr. Lina Favourita, M.Pd

oleh
Dewi Masitoh
13.04.011

SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL


BANDUNG
2014/2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita persembahkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan nikmat dan karunia-Nya dalam menyelesaikan tugas proposal
penelitian yang berjudul “Proposal Penelitian Efektivitas Pelaksanaan CSR PT.
Timah (Persero) Tbk dalam Meningkatkan kesejahteraan Keluarga Miskin di
Desa Air Duren Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka.”
proposal penelitian ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
“Proposal Penelitian Efektivitas Pelaksanaan CSR PT. Timah (Persero) Tbk
dalam Meningkatkan kesejahteraan Keluarga Miskin di Desa Air Duren
Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Diharapkan dengan adanya proposal penelitian ini dapat memenuhi penilaian
Tugas mata kuliah Metode Penelitian Pekerjaan Sosial Kuantitatif.
Semoga proposal penelitian “Proposal Penelitian Efektivitas Pelaksanaan
CSR PT. Timah (Persero) Tbk dalam Meningkatkan kesejahteraan Keluarga
Miskin di Desa Air Duren Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka” ini bisa
menambah wawasan dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan
ilmu pengetahuan.

Penulis juga mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Allah SWT.
sehingga proposal penelitian “Proposal Penelitian Efektivitas Pelaksanaan CSR
PT. Timah (Persero) Tbk dalam Meningkatkan kesejahteraan Keluarga Miskin di
Desa Air Duren Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka” telah selesai dalam
menulis proposal penelitian ini.

Kisaran, 09 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian...............................................................................6

1.3 Hipotesis Penelitian..............................................................................................7

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................................8

1.4.1 Manfaat Teoritis..................................................................................8

1.4.2 Manfaat Praktis...................................................................................9

1.5 Sistematika Penulisan..........................................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................10

2.1 Tinjauan Tentang Efektivitas.....................................................................10

2.2 Tinjauan Tentang CSR...............................................................................13

2..3 Tinjauan Tentang Kesejahteraan Sosial....................................................15

2.4 Tinjauan Tentang Keluarga .......................................................................17

2.5 Tinjauan Tentang Kemiskinan...................................................................20

BAB III METODE PENELITIAN ...........................................................................23

3.1 Desain (Pendekatan & Metode) ..................................................................23

3.2 Definisi Operasional ...................................................................................23

3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................................23

3.4 Alat Ukur Penelitian ...................................................................................24

3.5 Validitas dan Reliabilitas ............................................................................25

iii
3.6 Teknik Pengumpulan Data..........................................................................25

3.7 Teknik Analisis Data ..................................................................................26

3.8 Langkah dan Jadwal Penelitian...................................................................26


DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lahirnya CSR di pengaruhi oleh fenomena DEAF di dunia industri. DEAF adalah
akronim dari Dehumanisasi, Emansipasi, Aquariumisasi, dan Feminisasi (Suharto,2009:
105-106). (CSR) perlu dilandasi oleh kesadaran perusahaan terhadap fakta adanya
jurangyang semakin menganga antara kemakmuran dan kemelaratan, baik pada tataran
global maupun nasional. Oleh karena itu (CSR) harus merupakan komitmen dan
kepedulian genuine dari para pelaku bisnis untuk ambil bagian mengurangi masalah
kemanusiaan.
Pandangan bahwa dunia bisnis memiliki tanggung jawab yang lebih dari sekedar
meningkatkan kemakmuran ekonomi semata bukanlah hal yang baru. Sepanjang catatan
sejarah, peranan organisasi-organisasi yang memproduksi barang dan jasa bagi pasar
selalu dikaitkan dengan aspek sosial, politik, dan bahkan militer. Pada awal abd ke- 19,
perusahaan sebagai sebuah bentuk organisasi bisnis berkembang pesat di Amerika , lalu
pada pertengahan abad ke- 20, CSR sudah dibahas di Amerika oleh para pakar bisnis
semisal Peter Ducker dan mulai dimasukkan dalam literature dan CSR semakin
berkembang serta terus menjadi isu kunci dalam konteks manajemen, pemasaran, dan
akuntasi di Inggris, Amerika, Eropa, Canada, dan negara lain.
Di Indonesia, istilah CSR semakin popular digunakan sejak tahun 1990-an.
Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate Social Activity)
atau “aktivitas sosial perusahaan” (Suharto, 2010: 16-17). Pada awal perkembangan nya,
bentuk CSR yang paling umum adalah pemberian bantuan terhadap organisasi-organisasi
local dan masyarakat miskin di seputar perusahaan. Perusahaan yang termasuk
melakukan nya termasuk dalam kategori “perusahaan impresif”, yang lebih
mementingkan “tebar pesona” (promosi) ketimbang “tebar karya” (pemberdayaan).
Perusahaan-perusahaan seperti PT. Unilever, Kaltim Prima Coal, Riau Pulp, Pertamina,
PT. Timah (Persero) Tbk serta perusahaan BUMN lainnya telah cukup lama terlibat
dalam menjalankan CSR di Indonesia.
1
Penerapan CSR di Indonesia semakin meningkat baik dalam kuantitas maupun
kualitas. Selain keragaman kegiatan dan pengelolaanya semakin bervariasi, dilihat dari
kontribusi finansial, jumlahnya semakin besar. Penelitian PIRAC pada tahun 2001
menunjukkan bahwa dana CSR di Indonesia mencapai lebih dari 115 miliar rupiah arau
sekitar 11,5 juta dollar AS dari 180 perusahaan yang di belanjakan untuk 279 kegiatan
sosial yang terekam oleh media massa. (Saidi dan Abidin, 2004: 64)
Ide mengenai Tanggung jawab Sosial Perusahaan (TSP) atau yang dikenal
dengan Corporate Social Responsibility (CSR) juga kini semakin diterima luas. Namun
demikian, sebagai konsep yang masih relative baru, CSR masih tetap kontroversial bagi
kalangan pebisnis maupun akademisi.
CSR dapat di definisikan sebagai suatu kepedulian organisiasi bisnis untuk
bertindak dengan cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan
kepentingan publik. Secara konseptual (Schermerhorn, 1993) . CSR adalah sebuha
pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis
mereka dan dalam interaksi mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholders)
berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan (nuryana,2005).
PT. Timah (Persero) Tbk yang terletak di Provinsi Bangka Belitung adalah salah
satu perusahaan pertambangan timah terbesar di Indonesia. PT Timah (Persero) Tbk
mewarisi sejarah panjang usaha pertambangan timah di Indonesia yang sudah
berlangsung lebih dari 200 tahun. Sumber daya mineral timah di Indonesia ditemukan
tersebar di daratan dan perairan yang hanya berada di pulau Bangka, Belitung, Singkep,
Karimun dan Kundur. Setelah kemerdekaan R.I., ketiga perusahaan Belanda tersebut
dinasionalisasikan antara tahun 1953-1958 menjadi tiga Perusahaan Negara yang
terpisah. Pada tahun 1961 dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Tambang-
tambang Timah Negara (BPU PN Tambang Timah) untuk mengkoordinasikan ketiga
perusahaan negara tersebut, pada tahun 1968, ketiga perusahaan negara dan BPU tersebut
digabung menjadi satu perusahaan yaitu Perusahaan Negara (PN) Tambang Timah.
Dengan diberlakukannya Undang-undang No. 9 Tahun 1969 dan Peraturan Pemerintah
No. 19 Tahun 1969, pada tahun 1976 status PN Tambang Timah dan Proyek Peleburan
Timah Mentok diubah menjadi bentuk Perusahaan Perseroan (Persero) yang seluruh
sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dan namanya diubah menjadi PT
2
Tambang Timah (Persero). Untuk memfasilitasi strategi pertumbuhan melalui
diversifikasi usaha, pada tahun 1998 PT Timah (Persero) Tbk melakukan reorganisasi
kelompok usaha dengan memisahkan operasi perusahaan ke dalam 3 (tiga) anak
perusahaan, yang secara praktis menempatkan PT Timah (Persero) Tbk menjadi induk
perusahaan (holding company) dan memperluas cakupan usahanya ke bidang
pertambangan, industri, keteknikan, dan perdagangan.
PT. Timah (Persero) Tbk memiliki kuasa penambangan seluas 273.124 Ha atau
27,56 % dari luas Pulau Bangka yang tersebar hampir diseluruh wilayah kecamatan.
Fenomena seperti inipun terjadi di kecamatan Pemali, kabupatenBangka. Kecamatan
Pemali mempunyai luas wilayah sebesar 127,87 km2, yang terdiri dari 6Desa. Dari luas
daerah 127,87 km2 , 56,3 km2 nya telah di gunakan sebagai tempat penambangan timah
di kecamatan pemali. Jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Pemali sebanyak 22.803
jiwa dengan jumlahpenduduk yang berprofesi sebagai penambang sebanyak 116 orang.
Selama puluhan tahun parapenduduk di Kecamatan Pemali telah menggantungkan
hidupnya pada penambangan timah.
Selaras dengan visi PT. Timah (Persero) Tbk sebagai perusahaan pertambangan
kelas dunia, maka komitmen dan kepedulian PT. Timah (Persero) Tbk terhadap
Tanggung Jawab Sosial merupakan konstribusi PT. Timah (Persero) Tbk secara
maksimal terhadap masalah global yaitu Program Berkelanjutan (Sustainable Programs).
Sepanjang tahun 2014 PT Timah (Persero) Tbk kembali menyalurkan Program
Kemitraan Dana Bergulir Semester 1 tahun 2014 sebesar Rp. 9.751.500.000 kepada 300
usaha kecil dan koperasi dan sebagian warga masyarakat penerima manfaat yang
tersebar di wilayah operasional PT Timah (Persero) Tbk. Program berkelanjutan tidak
saja berkonsentrasi pada isu-isu lingkungan. Lebih luas daripada itu, program
berkelankutan mencakup tiga lingkup kebijakan : pembnagunan ekonomi, pembangunan
sosial, dan perlindungan lingkungan (people,profit, dan planet).
Terkait dengan pelaksanaa CSR, PT. Timah (Persero) Tbk telah membentuk
beberapa program di masyarkat. diantara lain :
1. Aspek Sosial dan Lingkungan
Program Bina Lingkungan (BL) pada umumnya dilakukan dalam bentuk
pemberian donasi/sumbangan yang pendanaannya berasal dari penyisihan laba
3
Perseroan. Pemberian bantuan yang dimaksud meliputi : bantuan korban bencana alam,
bantuan pendidikan pelatihan, bantuan peningkatan kesehatan, bantuan pengembangan
sarana/prasarana umum, bantuan sarana ibadah dan bantuan pelestarian alam.
memberikan bantuan kepada korban bencana alam seperti yang terjadi di Cianjur, Jawa
Barat dan Padang, Sumatera Barat dimana dalam pelaksanaannya kegiatan tersebut
dilakukan berkoordinasi dengan berbagai kegiatan serupa yang diinisiasi Perseroan
sebagai bagian dari gerakan BUMN Peduli.
2. Aspek keagamaan, pembangunan sarana ibadah seperti pembangunan masjid
dimana pembangunan rumah ibadah memang menjadi prioritas dengan tujuan bisa
membantu kelancaran serta kemudahan warga dalam beribadah.
3. Aspek Pendidikan
Di sektor pendidikan, membantu pembangunan 2 unit gedung baru Universitas
Bangka Belitung, dan penyerahan Politeknik Manufaktur (Polman) Timah ke Pemerintah
Propinsi Bangka Belitung, yang diikuti peningkatan status sebagai politeknik negeri.
Meski telah diserahkan ke pemerintah daerah,PT Timah (Persero) Tbk tetap memberikan
dukungan operasional sebagai wujud tanggung jawab guna memastikan kualitas
pendidikan Polman Timah menjadi lebih baik. Selain itu PT Timah (Persero) Tbk juga
melaksanakan program kelas unggulan di SMU Negeri I Pemali dan berperan aktif dalam
Program Central Languange Improvement (CLI), yakni program yang diperuntukkan
bagi pelajar di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk meningkatkan kemampuan
berkomunikasi dalam bahasa inggris.
4. Aspek Kesehatan
Untuk sektor kesehatan, PT Timah (Persero) Tbk membagikan mobil ambulan
kesehatan gigi dan mulut kepada dinas kesehatan yang adan di lingkungan
kota/kabupaten di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung yang nantinya unit ambulan ini
akan digunakan dinas kesehatan setempat untuk melakukan sosialisasi pentingnya
kesehatan gigi dan mulut, mengingat tingkat kerusakan gigi dan mulut di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung terbilang relatif tinggi.
Atas dasar latar belakang di atas, hal tersebut menimbulkan pemikiran penulis untuk
melakukan penelitian tentang “Efektivitas Pelaksanaan CSR PT. Timah (Persero) Tbk
dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga Miskin di Desa Air Duren Kecamatan
4
Pemali Kabupaten Bangka ” . Dengan alasan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan
CSR yang dilakukan PT. Timah (Persero) Tbk dalam meningkatkan kesejahteraan pada
keluarga miskin

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Efektivitas


Pelaksanaan CSR PT. Timah (Persero) Tbk dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga
Miskin di Desa Air Duren Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka?”

Untuk menjawab masalah tersebut maka akan di tarik beberapa sub-suh permasalahan,
yaitu :
1. Bagaimanakah pendekatan awal CSR PT Timah (Persero) Tbk dalam meningkatkan
kesejahteraan keluarga miskin di desa Air Duren ?
2. Bagaimanakah identifikasi masalah dan kebutuhan yang dilakukan oleh CSR PT Timah
(Persero) Tbk dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di desa Air Duren?
3. Bagaimanakah penerapan program CSR PT Timah (Persero) Tbk dalam meningkatkan
kesejahteraan keluarga miskin di Desa Air Duren?
4. Bagaimanakah keberhasilan program CSR PT Timah (Persero) Tbk dalam meningkatkan
kesejahteraan keluarga miskin di desar Air duren?
5. Apakah harapan-harapan keluarga miskin di desa Air Duren terhadap program CSR PT.
Timah (Persero) Tbk?

1.3 Hipotesis Penelitian

Untuk memudahkan jalan bagi penelitian ini, penulis mengajukan hipotesis yang
nantinya akan diuji kebenarannya. Hipotesis penelitian di dalam proposal penelitian ini adalah
menguji adanya Efektivitas Pelaksanaan CSR PT. Timah (Persero) Tbk (X) dalam Meningkatkan
kesejahteraan Keluarga Miskin di Desa Air Duren Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka (Y).

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.4.1 Sesuai dengan pokok permasalaan di atas, maka yang akan menjadi tujuan

5
penelitian ini antara lain untuk mengetahui :
1. Menggambarkan Pendekatan awal CSR PT Timah (Persero) Tbk dalam
meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di desa Air Duren Menggambarkan
2. Menggambarkan Identifikasi masalah dan kebutuhan yang dilakukan oleh CSR
PT Timah (Persero) Tbk dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di
desa Air Duren?
3. Menggambarkan penerapan program CSR PT Timah (Persero) Tbk dalam
meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di Desa Air Duren
4. Menggambarkan keberhasilan program CSR PT Timah (Persero) Tbk dalam
meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di desar Air duren
5. Menggambarkan harapan-harapan keluarga miskin di desa Air Duren terhadap
program CSR PT. Timah (Persero) Tbk

1.4.2 Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis
Hasil Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam memperkaya wawasan konsep praktek pekerjaan sosial
terutama di bidang Industri tentang CSR.

b. Manfaat praktis

1. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah dalam menyusun peraturan


pelaksana lebih lanjut terkait pelaksanaan kewajiban CSR bagi
perseroan terbatas.

2. Memberikan pemahaman yang dianggap tepat kepada masyarakat agar


memahami peran dan tanggungjawabnya dalam pencapaian sasaran
pelaksanaan kewajiban CSR bagi perusahaan perseroan terbatas.

3. Memberikan pemahaman yang tepat tentang kerjasama saling


menguntungkan antara perusahaan, pemerintah dan masyarakat
terkait pelaksanaan CSR.

6
4. Memberikan pemahaman kepada dunia usaha tentang pentingnya peran
perusahaan bagi masyarakat melalui pelaksanaan CSR.

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam rangka mempermudah dalam menganalisis isi dari pembahasan setiap bab yang
ada pada penelitian ini secara menyeluruh, maka dikemukakan dibawah ini. Penyajian proposal
penelitian ini menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

1.5.1 Bagian Awal

Bagian awal memuat halaman sampul depan, halaman judul, halaman kata pengantar,

halaman daftar isi, halaman daftar tabel, halaman daftar gambar.

1.5.2 Bagian Utama

Bagian Utama terbagi atas bab dan sub bab yaitu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab tinjauan pustaka ini meliputi hasil telaah dari penelitian yang berisi tentang hasil-hasil
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang saat ini dilakukan. Serta Landasan
teori mengenai pembahasan dari topik yang diangkat.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini memuat penjelasan mengenai metode penelitian yang dilakukan yakni: Desain
Penelitian, Sumber Data, Definisi Operasional, Populasi Dan Sampel, Uji Validitas dan
Reliabilitas Alat Ukur, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Efektivitas


1. Definisi Efektivitas
Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas selalu terkait dengan
hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Efektivitas
dapat dilihat dari berbagai sudut pandang (view point) dan dapat dinilai dengan berbagai cara
dan mempunyai kaitan yang erat dengan efisiensi. Seperti yang dikemukakan oleh Arthur G.
Gedeian dkk dalam bukunya Organization Theory and Design yang mendefinisikan
efektivitas yaitu “That is, the greater the extent it which an organization’s goals are met or
surpassed, the greater its effectiveness” (Semakin besar pencapaian tujuan-tujuan organisasi
semakin besar efektivitas) (Gedeian dkk, 1991:61). Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa
efektivitas apabila pencapaian tujuan-tujuan daripada organisasi semakin besar, maka
semakin besar pula efektivitasnya, artinya adanya pencapaian tujuan yang besar daripada
organisasi maka semakin besar pula hasil yang akan dicapai dari tujuan-tujuan tersebut.
Selanjutnya efektivitas menurut Ibnu Syamsi dalam buku Pokok-pokok Organisasi
dan Manajemen, mengartikan efektivitas sebagai ”keadaan yang mengandung pengertian
mengenai terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki” (Syamsi, 1988:2).
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat terlihat bahwa Ibnu Syamsi menekankan pada suatu
efek dari proses yang dilaksanakan dalam suatu kebijakan dimana diharapakan dapat
berjalan sesuai dengan apa yang di kehendaki, sehingga suatu kebijakan dapat berjalan
dengan hasil yang maksimal.
Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa efektivitas lebih memfokuskan pada akibat
atau pengaruh sedangkan efisiensi menekankan pada ketepatan mengenai sumber daya, yaitu
mencakup anggaran, waktu, tenaga, alat dan cara supaya dalam pelaksanaannya tepat waktu.
Lebih lanjut menurut Agung Kurniawan dalam bukunya Transformasi Pelayanan Publik
mendefinisikan efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan
program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau
ketegangan diantara pelaksanaannya” (Kurniawan, 2005:109)..
Menurut pendapat Mahmudi dalam bukunya Manajemen Kinerja Sektor Publik
mendefinisikan efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar
kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi,
8
program atau kegiatan” (Mahmudi, 2005:92). Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa
efektivitas mempunyai hubungan timbal balik antara output dengan tujuan. Semakin besar
kontribusi output, maka semakin efektif suatu program atau kegiatan
Efektivitas berfokus pada outcome (hasil), program, atau kegiatan yang dinilai efektif
apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan atau dikatakan
spending wisely. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1 mengenai hubungan
arti efektivitas berikut ini.
Gambar 2.1
Hubungan Efektivitas

outcome
Efektivitas =
output

(Sumber: Mahmudi, 2005:92.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka efektivitas adalah menggambarkan


seluruh siklus input, proses dan output yang mengacu pada hasil guna daripada suatu
organisasi, program atau kegiatan yang menyatakan sejauhmana tujuan (kualitas, kuantitas,
dan waktu) telah dicapai, serta ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya
dan mencapai target-targetnya. Pandangan yang sama menurut pendapat Peter F. Drucker
yang dikutip H.A.S. Moenir dalam bukunya Manajemen Umum di Indonesia yang
mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut:
“Effectivennes, on the other hand, is the ability to choose appropriate objectives. An
effective manager is one who selects the right things to get done”. (Efektivitas, pada sisi
lain, menjadi kemampuan untuk memilih sasaran hasil sesuai. Seorang manajer efektif
adalah satu yang memilih kebenaran untuk melaksanakan) (Drucker dalam Moenir,
2006:166).

Memperhatikan pendapat para ahli di atas, bahwa konsep efektivitas merupakan


suatu konsep yang bersifat multidimensional, artinya dalam mendefinisikan efektivitas
berbeda-beda sesuai dengan dasar ilmu yang dimiliki walaupun tujuan akhir dari efektivitas
adalah pencapaian tujuan. Kata efektif sering dicampuradukkan dengan kata efisien
walaupun artinya tidak sama, sesuatu yang dilakukan secara efisien belum tentu efektif.
9
Pendapat lain dinyantakan oleh Sendarmayanti yang menyatakan efektivitas merupakan
suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai (Sedarmayanti,
2001:59). Sehubungan dengan pendapat sedarmayanti tersebut efektivitas merupakan ukuran
yang menjadikan program yang dijalankan efektif atau tidak.
2. Kriteria Efektivitas
Efektivitas erat kaitannya dengan sebuah organisasi. Organisasi dalam mencapai
tujuannya berdasarkan pada langkah-langkah atau program yang telah ditentukan. Program
tersebut dapat dikatakan berhasil apabila telah sesuai dengan visi dan misi dari organisasi.
Antara penyusunan program kepada pancapaian visi dan misi dapat dikatakan efektif,
apabila telah sesuai dengan kriteria dari efektivitas. Adapun kriteria efektifitas dari sebuah
organisasi ditentukan oleh lima unsur yang dikemukakan oleh Gibson, yaitu:
1. Hasil produksi, hasil produksi sebagai kriteria efektivitas mengacu pada ukuran keluar
utama organisasi. Ukuran produksi mencakup keuntungan, penjualan, pasar, dokumen yang
diproses, rekanan yang dilayani,dan sebagainya. Ukuran ini berhubungan secara langsung
dengan yang dikonsumsi oleh pelanggan dan rekanan organisasi yang bersangkutan.
2. Efesiensi, efesiensi sebagai kriteria efektifitas mengacu pada ukuran penggunaan sumber
daya yang langkaholeh organisasi. Efisiensi adalah perbandingan anatara keluaran dan
masukan. Ukuran efisiensi terdiri dari keuntungan dan modal, biaya per unit, pemborosan,
waktu terluang, dan sebagainya. Efisiensi di ukur berdasarkan rasio anatara keuntungan
dengan biaya atau waktu yang digunakan.
3. Kepuasan, kepuasan sebagai kriteria efektivitas mengacu pada keberhasilan organisasi
dalam memenuhi kebutuhan karyawan atau anggotanya. Ukuran kepuasan meliputi sikap
karyawan, penggantian karyawan, penggantian karyawan, absensi, kelambanan, keluhan,
kesejahteraan dan sebagainya.
4. Penyesuaian, penyesuaian sebagai kriteria efektivitas mengacu kepada tanggapan
organisasi terhadap perubahan eksternal dan internal. Perubahan-perubahan eksternal seperti
persaingan, keinginan pelanggan, kualitas produk, dan sebagainya merupakan adaptasi
terhadap lingkungan.
5. Kelangsungan, kelangsungan sebagai kriteria efektivitas yang mengacu kepada tanggung
jawab organisasi dalam memperbesar kapasitas dan potensinya utuk berkembang. Dalam
praktik, para manajer menggunakan indikator jangka pendek untuk keberlangsungan jangka
panjang.
Lima unsur kriteria efektivitas yang dikemukakan oleh Gibson dalam proses dapat
saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Jadi, sebuah organisasi dalam
10
menjalankan kegiatannyadapat dikatakan efektif apabila anatara keluaran dan masukan
seimbang setelah diukur berdasarkan rasio antara keuntungan dengan biaya atau waktu yang
digunakan. Setelah kelurana dan masukan dapat dikatakan seimbang, organisasi harus
memperhatikan atau memenuhi kebutuhan karyawan supaya tidak terjadi sikap-sikap
penyelewengan. Organisasi harus selalu tanggap terhadap perubahan eksternal dan internal
atau selalu dapat menyesuaikan dengan keadaan, karena hal tersebut dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup organisasi.

2.2 Tinjauan Tentang CSR


1. Definisi CSR
Secara Harafiah CSR ( Coorporate Social Responsibility) diartikan sebagai tanggung
jawab sosial dari suatu perusahaan. Namun, pada dasarnya terdapat beberapa pihak yang
mendefenisikan CSR dengan pemahaman yang lebih mendalam dan teoritis. Seperti salah
satu upaya juga untuk menciptakan keberlangsungan usaha dalam menciptakan dan
memelihara keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial dan
pemeliharaan lingkungan hidup oleh Triple Bottom Line.
Upaya manajemen yang dijalankan oleh entitas bisnis untuk mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan berdasar keseimbangan pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan,
dengan meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif di setiap pilar.
(Selayang Pandang CSR oleh Sonny Sukada dan Jalal). Selain itu CSR dipandang sebagai
segala upaya manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan berdasar keseimbangan pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan, dengan
meminumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif di setiap pilar.
Kemudian secara spesifik yang mengaitkan CSR sebgai langkah untuk
memperdayakn masyrakat, CSR dipandang sebagai program memampukan masyrakat
sekitar agar dapat mandiri secara ekonomi atau setidak-tidaknya memberikan pemacu agar
terjadi perkembangan ekonomi di daerah tersebut melalui proses yang berkelanjutan.
Menurut Edi Suharto (2007) CSR adalah kepedulian perusahaan yang menyisihkan
sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan
lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan
professional. Jadi menurut edi Suharto agar dapat lebih memahami definisi CSR adalah
dengan mengembangkan konsep triple bottom lines dan menambahkannya dengan satu line
tambahan, yakni procedure. Menurut ISO 26000, CSR adalah Tanggung jawab sebuah
organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatan pada
11
masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk prilaku transparan dan etis yang
sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan beberapa defenisi diatas dapat CSR memiliki konsep yang berbeda-beda
tergantung sudut pandang dari pihak yang mengidentifikasinya. Namun, dibalik keberbedaan
tersebut pada dasarnya konsep tersebut dilandasi oleh visi yang serupa yaitu pembangunan
yang berkelanjutan. Adapun perbedaan fungsional tersebut seperti ditunjukkan dalam
kerangka sebagai berikut: berinti upaya pembumian gagasan triple bottom line, tri sector
partnership, good governance, dan investasi sosial di kalangan perusahaan (sektor swasta)
yang pada ahirnya berujung pada pemberdayaan masyarakat.
Berbicara tentang visi dari CSR tersebut untuk memebangun tnaggung jawab sosial
yang berkelanjutan maka merujuk pad bacaan mengenai CSR seperti CSR untuk
pemberdayaan masyrakat, CSR untuk meningktakan kohesi sosial, dan praltik CSR di
Indonesiam masing –masing telah digambarkan kaitan antara keberlanjutan itu sendiiri
dengan konsep yang diterapkan dari segi ekonomi, lingkungan dan sosial. Adapun
keterkaitan tersebut digambarkan melalui pola hubungan anatara perusahaan, pemerintah ,
dan msayrakat lokal dengan orientasi pembangunan hubungan kemitraaan berbasis
peminuman dampak negatif dan hasilnya adalah Keterkaitan pembangunan berkelanjutan
dalam konteks CSR untuk pemberdayaan lokal yaitu dimulai berhubungan dengan
pencapaian secara berkelanjutan dari empat aspek yaitu keuangan, ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Tahap pertama perusahaan harus mencapai kinerja keuangann yang baik dahulu,
selanjutnya perusahaan dapat mencapai kinerja ekonomi yang mencerminkan sejauh mana
status ekonomi para pemangku kepentingan ( stakeholder) mengalami perubahan sebagai
akibat kegiatan perusahaan misalnya perusahaan telah berhasil menigkatkan kemampuan
ekonomi masyrakat sekitar berarti telah meningkatkan kesejahteraannya ( aspek sosial).
Keterkaitan pembangunan berkelanjutan dalam konteks CSR untuk pemberdayaan
lokal yaitu dimulai berhubungan dengan pencapaian secara berkelanjutan dari empat aspek
yaitu keuangan, ekonomi, sosial, dan lingkungan. Tahap pertama perusahaan harus mencapai
kinerja keuangann yang baik dahulu, selanjutnya perusahaan dapat mencapai kinerja
ekonomi yang mencerminkan sejauh mana status ekonomi para pemangku kepentingan
( stakeholder) mengalami perubahan sebagai akibat kegiatan perusahaan misalnya
perusahaan telah berhasil menigkatkan kemampuan ekonomi masyrakat sekitar berarti telah
meningkatkan kesejahteraannya ( aspek sosial). Yang menurut Boyden dan Dovers seperti
dikutip oleh (Maria,2008) yaitu :
-Akses memperoleh udara dan air yang bersih
12
-Tempat tinggal yang layak
-Keamanan pribadi, yakni keamnan fisik dna emosi
-Mempunyai kesempatan untuk belajar
-Mempunyai kesempatan untuk menegmbangkan kreativitas.

2.3 Tinjauan Tentang kesejahteraan sosial

1. Definisi Kesejahteraan Sosial


Kesejahteraan sosial adalah mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia
untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik, sedangkan menurut rumusan
Undang-Undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok
kesejahteraan sosial pasal 2 ayat 1, adalah:
“Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material
maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketenteraman lahir dan
batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan
kebutuan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga
serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai
dengan Pancasila”.

Salah satu ciri ilmu kesejahteraan sosial adalah upaya pengembangan metodologi
untuk menangani berbagai macam masalah sosial, baik tingkat individu, kelompok,
keluarga maupun masyarakat ( Adi, 1994: 3-5).

Pengertian Kesejahteraan Sosial menurut beberapa Ahli :


1. Arthur Dunham
Kesejahteraan sosial dapat didefenisikan sebagai kegiatan-kegiatan yang
terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial melalui pemberian
bantuan kepada orang untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan di dalam beberapa bidang
seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang,
standar-standar kehidupan dan hubungan-hubungan sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial
memberi perhatian utama terhadap individu-individu, kelompok-kelompok, komunitas-
komunitas dan kesatuan-kesatuan penduduk yang lebih luas; pelayanan ini mencakup
pemeliharaan atau perawatan, penyembuhan dan pencegahan.
2. Harold L. Wilensky dan Charles N. Lebeaux

13
Kesejahteraan sosial adalah suatu sistem yang terorganisir dari usaha-usaha
pelayanan sosial dan lembaga-lembaga sosial, untuk membantu individu- individu dan
kelompok dalam mencapai tingkat hidup serta kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar
individu dan relasi-relasi sosialnya memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mengembangkan kemampuan- kemampuannya serta meningkatkan atau menyempurnakan
kesejahteraan sebagai manusia sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3. Walter A.Friendlander
Kesejahteraan sosial adalah suatu sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan
sosial dan lembaga-lembaga yang bermaksud untuk membantu individu-individu dan
kelompok-kelompok agar mencapai standar-standar kehidupan dan kesehatan yang
memuaskan, serta hubungan-hubungan perorangan dan sosial yang memungkinkan mereka
kembangkan segenap kemampuan dan meningkatkan kesejahteraan mereka selaras dengan
kebutuhan-kebutuhan keluarga maupun masyarakat.
4. Perserikatan Bangsa-Bangsa
Kesejahteraan sosial adalah suatu kegiatan yang terorganisir dengan tujuan
membantu penyesuaian timbal balik antara individu-individu dengan lingkungan sosial
mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama melalui tehnik-tehnik dan metode-metode dengan
maksud agar memungkinkan individu- individu, kelompok-kelompok maupun komunitas-
komunitas memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan memecahkan masalah-masalah penyesuian
diri mereka terhadap perubahan pola-pola masyarakat, serta melalui tindakan kerjasama
untuk memperbaiki kondisi-kondisi ekonomi dan sosial.
5. Alfred J.Khan
Kesejahteraan sosial terdiri dari program-program yang tersedia selain yang tercakup
dalam kriteria pasar untuk menjamin suatu tindakan kebutuhan dasar seperti kesehatan,
pendidikan kesejahteraan, dengan tujuan meningkatkan derajat kehidupan komunal dan
berfungsinya individual, agar dapat mudah menggunakan pelayanan-pelayanan maupun
lembaga-lembaga yang ada pada umumnya serta membantu mereka yang mengalami
kesulitan dan dalam pemenuhan kebutuhan mereka
2. Usaha Kesejahteraan Sosial
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974, Usaha-Usaha
kesejahteraan sosial adalah semua upaya, program, dan kegiatan yang ditujukan untuk
mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan dan mengembangkan kesejahteraan
sosial.
Usaha kesejahteraan sosial mengacu pada program, pelayanan, dan berbagai kegiatan
14
yang secara konkret berusaha menjawab kebutuhan ataupun masalah-masalah yang dihadapi
anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial dapat diarahkan pada individu, keluarga,
kelompok atau komunitas. Beberapa contoh dari Usaha kesehjateraan sosial yang searah
dengan tujuan pembangunan ekonomi adalah:
a. Beberapa tipe unit usaha kesejahteraan sosial yang secara langsung memberikan
sumbangan terhadap peningkatan produktifitas individu, kelompok ataupun masyarakat
contohnya adalah pelayanan konseling pada generasi muda dan lain-lain.
b. Jenis usaha kesejahteraan sosial yang berupaya untuk mencegah atau meminimalisir
hambatan (beban) yang dapat dihadapi oleh para pekerja (yang masih produktif).
c. Jenis usaha kesejahteraan sosial yang memfokuskan pada pencegahan dampak negatif
urbanisasi dan industrialisasi pada kehidupan keluarga dan masyarakat atau membantu
mereka agar dapat mengidentifikasi dan mengembangkan “pemimpin” dari suatu komunitas
lokal.
Beberapa karakteristik usaha kesejahteraan sosial :
1. Menanggapi kebutuhan manusia.
2. Usaha kesejahteraan sosial diorganisir guna menanggapi kompleksitas masyarakat
perkotaan yang modern.
3. Kesejahteraan sosial mengarah ke spesialisasi, sehingga lembaga kesejahteraan sosialnya
juga menjadi tersepesialisasi.
4. Usaha kesejahteraan sosial menjadi sangat luas (Adi,1994:6-10).

2.4 Tinjauan Tentang Keluarga


1. Pengertian Keluarga.
Adalah unit terkecil dari masayarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan
saling ketergantungan (Setiadi,2008).
Keluarga adalah dua atau tiga individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain, dan di dalam peranannya masing-masing, menciptakan
sertamempertahankan kebudayaan (Bailon dan Maglaya, 1989 dalam Setiadi,2008).
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social diri tiap anggota keluarga
(Duval dan logan, 1986 dalam Setiadi,2008).
15
2. Tipe Keluarga
Dalam (Sri Setyowati, 2007) tipe keluarga dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak.
2) Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di tambah dengan sanak
saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri tanpa
anak.
4) “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu)
dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa
(misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja
atau kuliah)
B.Tipe Keluarga Non Tradisional
1) The Unmarried teenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
2) The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok
atau membesarkan anak bersama.
4) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti –ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
5) Gay And Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami –istri
(marital partners).
6) Cohibiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa
16
alas an tertentu.
7) Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah tangga bersama
yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan
membesarkan anaknya.
8) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai - nilai, hidup bersama atau
berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang - barang rumah
tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara didalam
waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan
untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10) Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanent karena
krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem
kesehatan mental.
11) Gang.
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang
dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.

3. Fungsi keluarga
Menurut Effendy, (1998) dalam (Setiadi,2008) ada 3 fungsi pokok keluarga
terhadap anggota keluarganya, adalah :
a) Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,
kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh
dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
b) Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak
agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan
mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosila dan spiritual.
c) Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi
manusia dewasa yang mendiri dalam mempersiapkan masa depannya.

17
4. Peran Keluarga
Dalam (Setiadi, 2008), peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu.Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkunmgan.
b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarga.
c. Peranan anak : anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spriritual.

2.5 Tinjauan Kemiskinan

1. Pengertian Kemiskinan
Menurut Heru Nugroho (1995:38) kemiskinan adalah hasil produk dari
konstruksi sosial, sehngga yang dilakukan justru menimbulkan dominasi baru atau
terjadinya dialektika pembangunan. Sialektika pembangunan yang terjadi antara lain:
Pembangunan yang diharapakan terjadi trikle down effect, justru menimbulkan trikle
up effect karena daya sedot akumulasi capital lebih kuat ke pusat dibandingkan dengan
pemertaan pembangunan melalui program-program anti kemiskinan;
Pembangunan yang dilakukan hanya membebaskan “orang dari”, belum
membebaskan”oang untuk”. Hal ini berarti bahwa pembangunan tersebut baru
membebaskan didi dari rasa lapar, dan elum membebaskan diri untuk mengekspresikan
kemmapuan diri dan mengoreksi pembangunan itu sendiri;
Para akademisi terjebak dalam penelitian yang teknis sehingga rekomendasi bagi
pengentasan kemiskinan hanya mencapai sasaran teknis, yang berupa dimensi kemiskinan
yang bias diukur (material well being), dan tidak memperdayakan masyarakat itu sendiri,
yang berupa social well being.
Pendapat dari Sutanyo (2005:4) ciri-ciri kemiskinan sebagai berikut :

18
1. Mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan pada umumnya tidak
memiliki faktor produksi, sendiri: tanah yang cukup, modal
ataupun ketampilan.
2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan untuk
memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri. syarat berat dan
bunga yang amat tinggi.
3. Waktu untuk mencari makan sehingga tidak ada lagi waktu untuk
belajar. Demikian juga dengan anak-anak mereka, tak dapat
meyelesaikan sekolah karena harus membantu orang tuanya mencari
nafkah tambahan.
4. Didorong oleh kesulitan hidup di desa, maka banyak di antara mereka
mencoba berusaha ke ota (urbanisasi) untuk mengadu nasib. Banyak
di antara mereka yang yang hidup di kota masih muda dan tidak
mempunyai ketrampilan atau skill da pendidikan.

B. Indikator Kemiskinan
Indikator untuk menentukan fakir miskin yang dimaksud menurut Departemen Sosial
RI, ( 2005 : 13-14 ) sebagai berikut:
1. Penghasilan rendah, atau berada dibawah garis sangat miskin yang
dapat diukur dari tingkat pengeluaran per orang per bulan berdasarkan
standar BPS per wilayah propinsi dan Kabupaten Kota.
2. Ketergantungan pada batuan pangan untuk penduduk miskin (seperti
zakat/beras untuk orang miskin/santunan sosial).
3. Keterbatasan kepemilikan pakaian untuk setiap anggota keluarga per
tahun (hanya mampu memilki 1 stel pakaian lengkap per orang per
tahun)
4. Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota
keluarga yang sakit.
5. Tidak mampu membiayai pendidikan dasar 9 tahun bagi anak-anaknya
6. Tidak memilki harta (asset) yang dapat dimanfaatkan hasilnya atau
dijual untuk membiayai kebutuhan hiodup selama tiga bulan atau dua
kali batas garis sangat miskin.
7. Tinggal dirumah yang tidak layak huni.
19
8. Sulit memperoleh air bersih.

c. Penyebab Kemiskinan
Sutandyo (2005:8) mengatakan faktor yang melatarbelakangi, akar penyebab
kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua katagori:
“Pertama, kemiskinan alamiah, yakni kemiskinan yang timbul sebagai akibat
sumber-sumber daya yang langka jumlahnya dan atau karena tingka perkembangan
teknomogi yang sangat rendah. Kedua, kemiskinan buatan, yakni kemiskinan yang
terjadi karena struktur sosial yang ada membuat anggota atau kelompok masyarakat
tidak mengusai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas anggota masyarakat dari
kemiskinan.”
Kemiskinan alamaiah artinya faktor-faktor yang menyebabkan suatu
kekayaan masyarakat menjadi miskin adalah secara alami memang ada, dan bukan
bahwa akan ada kelompok atau individu di dalam masyarakat tersebut yang lebih
miskin dari yang lain. Mungkin saja dalam keadaan kemiskinan alamiah tersebut
akan terdapat perbedaan-perbedaan kekayaan, tetapi dampak perbedaan tesebut akan
diperlunak atau dieleminasi oleh adanya pranata-pranata tradisional, seperti pola
hubungannya jiwa gotong royng, dan sejenisnya yang fungsional untuk meredam
kemungkinan timbulnya kecemburuan sosial.
Kemiskinan buatan dalam banyak hal terjadi bukan karena seorang individu
atau anggota keluarga malas bekerja atau karena mereka terus menerus sakit.
Berbeda dengan perpeksif modernisasi ang cenderung memvonis kemiskinan
bersumber dari lemahnya etos keja, tidak dimlikinya etika wirausaha atau karena
budaya yang tidak terbiasa dengan kerja keras. Kemiskinan buatan diidentikkan
dengan pengertian kemiskinan structural dan yang dimaksud dengan kemiskinan
structural adalah kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat, karena
struktur masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber-smber pendapatan
yang tersedia bagi mereka.

20
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Metode yang diguanakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan
format deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi,
berbagai situasi atatu berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek
penelitian. Alasan menggunakan penelitian kuantitatif dengan format deskriptif yakni agar
peneliti dapat memperoleh gambaran mengenai efektivitas pelaksanaan CSR PT Timah
(Persero) Tbk dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di Desa Air Duren
kecamatan Pemali Kbautpaten Bangka.

3.2 Definisi Operasional


1. Efektiitas yang ada dalam penelitian ini adalah pengukuran keberhasilan
pelaksanaan program CSR PT. Timah (Persero) Tbk dalam meningkatkan
kesejahteraan keluarga miskin di Desa Air Duren Kecamatan Pemali Kabupaten
Bangka.
2. CSR dalam penelitian ini adalah tanggung jawab sosial perusahaan yang disadari
dan diwujudkan dalam program kepedulian serta komitmen perusahaan dalam
meningkatkan keejahteraan keluarga miskin melalui program yang dilakukan oleh
PT. Timah (Persero) Tbk.
3. PT Timah (Persero) Tbk adalah perushaaan yang bergerak di bidang penambangan
timah yang ada di Kota Pangkalpinang Provinsi Bangka Belitung
4. Keluarga miskin dalam penelitian ini adalah keluarga yang mempunyai pekerjaan
namun tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup nya baik kebutuhan pangan, sandang
yang berdomisili di Desa Air Duren Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka.
5. Desa Air Duren dalam penelitian ini adalah salah satu desa yang terdapat di
Kecamatan Pemali Kabupaten Bangka yang akan dijadikan lokasi penelitian

3.3 Sumber Data, Populasi dan sampel


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Sumber data primer adalah sumber data yang berasal dari jawaban responden
dari hasil wawancara dan jawaban responden melalui angket.

21
b. Sumber data sekunder adalah sumber data dalam penelitian ini diperoleh
secara tidak langsung dari responden dan dari studi dokumen ataupun dari
literatur buku-buku yang ada diperpustakaan.
Populasi yang akan diambil adalah kepala keluarga Miskin yang tinggal di Desa Air
Duren Kecamatan Pemlai Kabupaten Bangka yang berjumlah 55 KK.
Untuk menentukan jumlah sampel yang akan diambil digunakanteknik sampling
jenuh . Teknik sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumalh populasi
relatif kecil, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang
sangat kecil. Istilah lain sample jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi
dijadikan sample.

3.4 Teknik pengumpulan data


Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Angket
Angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara
sistematis., kemudian mengirimkan kepada responden untuk di isi. Angket ini berisi
menegenai pertanyaan yang berhunbungan dengan penelitian dan jawaban nya di
peroleh oleh eneliti dari responden sehingga memepermudah peneliti dalam
menganalisis data.

2. Observasi nonpartisipan
Dalam observasi ini peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen
dengan menggunakan observasi terstruktur. Observasi terstruktur adalah observasi
yang dirancang secraa sistemartis , tentang apa yang akan di amati , kapan dan
dimana tempat nya. Obeservasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu
denga pasti tentang variabel yang akan diamati . Dalam melakukan pengamatan
peneliti melakuakn instrumen dengan penelitian yang telah teruji validitas dan
realibilitasnya. Pedoman wawancara terstruktur atau angket tertutup dapat juga di
jadikan sebagai pedoman observasi.
3. Studi Dokumentasi
Metode pengumpulan data dengan memakai media berupa catatan, gambar, foto,
ranskip, buku, surat kabar, majalah, notulen, agenda,dan sebagainya. Studi

22
dokumentasi digunakan untuk melengkapi data yang di peroleh agar data tersebut
lebih akurat.

3.5 Alat ukur dan pengujian validitas realibilitas


a. Validitas Alat Ukur
Pengujian validitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah
alat ukur yang di gunakan dalam penelitian ini dapat mengukur variabel yang
dimaksudkan untuk di ukur. Adapun jenis validitas yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah Validitas muka dilakukan dengan cara mengkonsultasikan
alat ukur yang digunakan kepada pembimbing penulisan laporan yang dipandang
sebagai ahli dalam penelitian
b. Realibilitas Alat Ukur
Realibilitas alat ukur adalah sebagian suatau kemampuan alat ukur tersebut
guna mengkur secara konsisten terhadapa fenomena yang dirancang. Metode yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode split-half (belah dua).
Dengan metode ini, satu alat ukur digunakan pada sekelompok individu satu kali.
setelah terkumpul dan setiap butir di beri nilai, alat ukur ini dibagi menjadi dua
bagian, misalnya setengah pertama dari seluruh butir dan setengah lainnya. Nilai
butir dari setiap belahan alat ukur tersebut di jumlahkan . Nilai total dari kedua
bagian ini kemudian di korelasikan dan apabila menghasilkan korelasi yang positif
dan tinggi , maka alat ukur tersebut di katakan realible. Pembagian menjadi dua
bagian ini dapat dilakukan berdasarkan nomr ganjil dan nomor genap.

3.6 Teknik Analisis Data


Pengolahan data yang akan di gunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan program SPSS. Tahap-tahap pengolahan data sebagai berikut :
a. Editing
Yaitu tahapan kegiatan mengkoreksi data yang telah terkumpul baik secara
pengisian, kelengkapan jawaban, dan relevansi jawaban yang terdapat pada
kuesioner.
b. Tabulasi
Yaitu penglompokan data dalam bentuk tabel sesuai dengan analisis yang
dibutuhkan.
23
c. Coding
Yaitu mengklasifikasikan data yang diperoleh kedalam kategori dengan
menggunakan coding.

3.7 Jadwal dan Langkah


Langkah dalam penelitian ini adalah untuk disesuaikan dengan kondisi di lapangan,
secara umum langkah nya adalah sebgai berikut :
a. Penyusunan Rancangan Penelitian
b. Studi Literatur dan Penyusunan desain
c. Seminar proposal
d. Penyusunan Instrumen
e. Pengumpulan data di lapangan
f. Pengolahan dan analisis data
g. Penyusunan Laporan
h. Sidang hasil penelitian dan pengesahan
2014 2015
No Kegiatan
Sep Des Jan Feb Mar Apr Jun Juli Agst
1. Penyusunan Rancangan
Penelitian
2. Studi Literatur dan
Penyusunan desain
3. Seminar proposal
4. Penyusunan
Instrumen
5. Pengumpulan data
6. Analisis data
7. Penyusunan laporan
8. Sidang hasil penelitian
dan pengesahan

24
DAFTAR PUSTAKA

Adi fahrudin (2010) pengatar kesos. penerbit andi. jakarta


edi suharto 2007. peksos di dunia industri, refika aditama. bandung
2010. csr dan comdev “investasi kreatif perusahaan di era globalisasi” alfabeta, bandung
2009. kemiskinan dan perlindungan sosial di indonesia. alfabeta, bandung
Iskandar, Jusman dan Carolina Nitimihardjo. 1992. Pengantar Penelitian Pekerjaan Sosial.
Edisi II. Bandung: Koperasi Mahasiswa bersama An Naba DKM AL-
Ihsan.

Sonny Keraf,1998. Etika Bisnis, Tuntutan dan Relevansinya(Yogyakarta : Kanisus ), hlm.


123
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatid, dan R&D. Cetakan ke-13.
Bandung: Alfabeta.
Badudu J.S dan Zain, Sutan Mohammad. (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Danim, Sudarwan. (2004). Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Bengkulu:
PT RINEKA CIPTA.
Erni R. Ernawan, 2011. Business Ethics-Etika Bisnis Edisi Revisi (Bandung : Alfabeta),
Gedeian, Arthur G. (1991). Organization Theory and Design. University of Colorado at
Denver.
syamsi,ibnu .1988. Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen. jakarta : Rineka Cipta
Handoko. (2001). Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga
Undang-Undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974
Kurniawan, Agung. (2005). Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: PEMBARUAN.

Mahmudi. (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Nazir, Mohammad. (1998). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Ghalia Indonesia.
DEPSOS dan KOPMA STKS Bandung, 2003, Hasil Penelitian Kemiskinan dan
KeberfungsianSosial , KOPMA STKS Bandung.
ICMI Pusat, ICMI ORWIL DIY dan PPSK Jogjakarta, 1995, Kemiskinan dan Kesenjangan
di Indonesia, Aditya Media, Jojakata
Sutandyo, 2005, Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial” Ketika Pembangunan Tak Berpihak
Kepada Rakyat Miskin, Airlangga University Press, Surabaya.

25
Setiadi. (2008). Konsep Dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sri Setyowati, A. M. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Radiati, Maria R Nindita. 2008. CSR untuk pemberdayaan Ekonomi Lokal. Jakarta:
Indonesia Business Links.

http://www.timah.com/v2/ina/sustainability/7510052012113327/program-sosial/
http://www.timah.com/v2/ina/sustainability/410052012113120/program-kemitraan/
http://id.wikipedia.org/wiki/Timah_%28perusahaan%29
http://www.timah.com/v2/ina/news-event/3314052010121758/berita/4608052014141418/pt-
timah-salurkan-program-kemitraan-rp-9-7-m/

26

Anda mungkin juga menyukai