Anda di halaman 1dari 33

Visi

Pada tahun 2028 menghasilkan ahli Madya Keperawatan yang ungguldalam


Penguasaan asuhan keperawatan dengan masalah kesehatan neurosian melalui
pendekatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN HIV-AIDS


Program Studi : D-III Keperawatan
Mata Kuliah : Maternitas Keperawatan
Kelas/Kelompok : 2 Reguler A/3 (Tiga)
Dosen Pembimbing : Rita Ismail, S.Kp.,MKM., MTD (HE).

Disusun Oleh :
1. Fadila Ajeng Arianti P3.73.20.1.20.020
2. Fanny Suri Rinaldo P3.73.20.1.20.021
3. Farah Diba Putri Fudholi P3.73.20.1.20.022
4. Gracela Septianita P3.73.20.1.20.023
5. Intan Heni Susiyanto P3.73.20.1.20.024
6. Marlina Siti Juwita N P3.73.20.1.20.026
7. Nasywa Salsabilla Putri P3.73.20.1.20.027
8. Noor Fadila P3.73.20.1.20.028
9. Siti Nuraqilatus Syarifah A P3.73.20.1.20.040
10. Surya Putri Mudma’inah P3.73.20.1.20.041

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Ibu
Hamil dengan HIV-AIDS”. Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Keperawatan
Maternitas. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setinggi
tingginya kepada yang terhormat :

1. Ibu Rita Ismail, S.Kp., MKM., MTD (HE). selaku dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Maternitas
2. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Demikian semoga makalah ini bisa menjadi tambahan referensi untuk mahasiswa
keperawatan. Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun khususnya dari dosen pembimbing
agar dalam pembuatan makalah berikutnya bisa lebih sempurna. Akhir kata kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang.

Bekasi, 3 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................................
1.2 TUJUAN PENULISAN...............................................................................................................
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN KONSEP DASAR PENYAKIT....................................................
2.1 PENGERTIAN HEPATITIS.......................................................................................................
2.2 ETIOLOGI..................................................................................................................................
2.3 PERKEMBANGAN HIV PADA IBU HAMIL...........................................................................
2.4 TANDA DAN GEJALA..............................................................................................................
2.5 PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN.....................................................................................
2.6 UJI HIV PADA IBU HAMIL......................................................................................................
2.7 IBU HAMIL DENGAN HIV PADA PERIODE PRENATAL....................................................
2.8 IBU HAMIL DENGAN HIV PADA PERIODE INTRAPARTUM............................................
2.9 IBU HAMIL DENGAN HIV PADA PERIODE PASCAPARTUM.........................................
BAB 3 TINJAUAN KASUS.....................................................................................................................
3.1 PENGKAJIAN/RESUME KASUS...........................................................................................
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN KASUS..................................................................................
3.3 PERENCANAAN/INTERVENSI KASUS................................................................................
3.4 PELAKSANAAN/IMPLEMENTASI KASUS..........................................................................
3.5 EVALUASI KEPERAWATAN KASUS..................................................................................
BAB 4 PENUTUP ....................................................................................................................................
4.1 SIMPULAN...............................................................................................................................
4.2 SARAN......................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Laporan Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan


mengenai perkembangan HIV/AIDS di Indonesia bahwa dari seluruh ibu hamil berjumlah
43.624 ibu hamil yang melakukan tes HIV/AIDS di dapatkan ibu hamil yang positif
HIV/AIDS sebanyak 1.329 orang atau sama dengan 3.01% (Ditjen PP dan PL. 2014).

Ibu hamil dapat tertular penyakit HIV/AIDS ini tak lain di karenakan oleh aktivitas
hubungan seksual yang tidak sehat sebelum masa kehamilan itu terjadi. Hubungan seks
baik vaginal, anal, atau oral dengan pasangan yang terinfeksi dapat menjadi penyebab
HIV pada ibu hamil. Tak Cuma hubungan hubungan, penyebab HIV/AIDS pada ibu
hamil bisa terjadi karena penggunaan jarum suntik bergantian. Berbagai peralatan obat
intavena yang terkontaminasi membuat ibu hamil berisiko tinggi terkena HIV. Penyebab
HIV pada ibu hamil karena transfuse darah cukup jarang terjadi . selain hal yang sudah
disebutkan sebelumnya, penyebab HIV pada ibu hamil bisa karena alat tato dan
transplantasi organ yang dijalaninya sebelum masa kehamilan terjadi (Spiritia. 2021)

Dampak ibu yang hamil dengan HIV/AIDS akan mengakibatkan system imun yang
lemah dan dapat membuat ibu hamil rentan terhadap infeksi opurtunistik seperti
pneumonia tuberculosis, toksoplasmosis, penyakit kelamin hingga kanker. Dampak ibu
hamil dengan HIV/AIDS tidak hanya itu, ibu hamil yang positif HIV juga dapat
menularkan infeksinya pada bayi di dalam kandungannya lewat plasenta dengan risiko
sekitar 25-30% untuk menularkan virus pada anaknya selama kehamilan (Kemala, Fidhia.
2020).

1.2. Tujuan Penulisan


Tujuan Umum
Setelah mengikuti pembelajaran mahasiswa diharapkan mampu memahami asuhan
keperawatan ibu hamil dengan HIV/AIDS.
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian
2. Menjelaskan etiologi

1
3. Menjelaskan perkembangan hiv pada ibu hamil
4. Menyebutkan tanda dan gejala
5. Menjelaskan pencegahan dan pengobatan
6. Menjelaskan uji hiv pada ibu hamil
7. Menjelaskan ibu hamil dengan hiv pada periode prenatal
8. Menjelaskan ibu hamil dengan hiv pada periode intrapartum
9. Menjelaskan ibu hamil dengan hiv pada periode pascapartum
10. Menjelaskan asuhan keperawatan ibu hamil dengan hiv/aids

2
BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1. Pengertian

Kehamilan merupakan usia yang rawan tertular HIV/AIDS. Penularan HIV/AIDS


pada wanita hamil terjadi melalui hubungan seksual dengan suaminya yang tealh
terinfeksi HIV. Wanita hamil lebih berisiko tertular Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil. Jika HIV positif wanita hamil lebih
sering dapat menularkan HIV kepada mereka yang tidak terinfeksi daripada wanita yang
tidak hamil (International microbicides conference. 2010).

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan penyakit


Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) yang termasuk kelompok dari keluarga
retrovirus. HIV menginfeksi tubuh dengan periode inkubasi yang panjang (klinik-laten)
dan utamanya menyebabkan munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan
beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya (Nursalam & Kurniawati,
2012).

Pada pemeriksaan anteatal (ANC), pada ibu hamil biasanya dilakukan pemeriksaan
laboraturium terhadap penyakit menular seksual. Namun, ibu hamil memiliki otonomi
untuk menyetujui atau menolak pemeriksaan terhadap HIV. Bagi ibu hamil yang
diperiksa dan ternyata HIV sero-positif, perlu diberi kesempatan untuk konseling
mengenai pengaruh kehamilan terhadap HIV, risiko penularan dari ibu ke anak, tentang
pemeriksaan dan terapi selama hamil, rencana persalinan, masa nifas, dan masa
menyusui. Kasus HIV/AIDS disebebakan oleh transmisi heteroseksual. Kehamilan pada
ibu dengan AIDS menimbulkan dilema, yaitu perkembangan penyakit, pilihan
penatalaksanaan, dan kemungkinan transmisi vertical selama masa persalinan. Transmisi
infeksi lewat plasenta ke janin lebih dari 80%. Antibody ibu melewati plasenta, dan dapat
diteliti melalui uji bayi mereka. Uji antibody bayi dapat menentukan status HIV pada ibu.
Uji terbaru untuk bayi adalah reaksi rantai polimer (PCR) yang mengidentifikasi virus
HIV neonatus. Diperlukan pemeriksaan virus HIV yang terintegrasi pada pemeriksaan
rutin ibu hamil untuk melindunginya.

2.2. Etiologi

3
Mengetahui berbagai penyebab HIV pada ibu hamil sangat penting karena ibu hamil
dapat menularkan virus ini melalui ari ari saat peroses persalinan ataupun melalui air susu
ibu. Jangan sampai janin dalam kandungan dan anak yang dilahirkan terjangkit HIV. Ibu
hamil bisa terserang HIV/AIDS dan ini berbahaya bagi janin dalam kandungannya.
Penyebab HIV pada ibu hamil tak lain karena aktivitas hubungan seksual yang tidak sehat
sebelum masa kehamilan itu terjadi. Hal ini mungkin saja terjadi saat ibu hamil tidak
menyadari telah terinfeksi sebelumnya. Hubungan seks baik vaginal, anal atau oral
dengan pasangan yang terinfeksi dapat menjadi penyebab HIV pada ibu hamil. Ini
disebabkan oleh darah, air mani atau cairan vagina yang terinfeksi masuk ke tubuh
individu lain. Seperti diketahui, anus merupakan salah satu bagian tubuh yang paling
banyak mengandung kuman. Sering ditemukan Oral candidiasis (jamur pada rongga
mulut) karena adanya hubungan seksual secara oral yang kurang higienis, ini
meningkatkan risiko menjadi penyebab HIV pada ibu hamil. Pekerja seks komersial harus
memperhatikan penyebab HIV ini agar kehamilan yang disertai dengan HIV AIDS tidak
terjadi (Spiritia. 2021).

Tak cuma hubungan seksual, penyebab HIV pada ibu hamil bisa terjadi karena
penggunaan jarum suntik bergantian. Berbagi peralatan obat intravena (jarum dan jarum
suntik) yang terkontaminasi membuat seseorang berisiko tinggi terhadap HIV dan
penyakit menular lainnya, seperti hepatitis. Bahkan dalam beberapa kasus, virus
penyebab HIV pada Ibu hamil dapat ditularkan melalui transfusi darah. Ini dipengaruhi
oleh penggunaan alat transfusi darah berulang atau tidak steril. Penyebab HIV pada ibu
hamil karena transfuse darah cukup jarang terjadi. Pihak medis biasanya sudah
memastikan bahwa darah yang akan ditransfusikan sehat dan layak. Walaupun begitu,
kesalahan dalam tindakan medis bisa saja terjadi dan hal ini perlu diwaspadai. Penyebab
HIV AIDS ini tentu harus diperhatikan lagi (Spiritia. 2021).

Selain hal-hal yang sudah disebutkan sebelumnya, penyebab HIV pada ibu hamil
bisa karena alat tato. Terutama bagi ibu hamil yang saat atau sebelum mengalami masa
kehamilan melakukan tato dengan alat yang tidak steril. Apabila jarum alat tato tersebut
digunakan bergantian, bukan tidak mungkin seseorang dapat tertular virus HIV dari orang
yang sebelumnya menggunakan alat tersebut. Penyebab HIV pada ibu hamil pun bisa
karena transplantasi organ yang dijalaninya sebelum masa kehamilan terjadi. Hal ini
mungkin saja terjadi, jika pendonor memiliki riwayat terserang virus HIV dan
mendonorkan organ tubuhnya. Meski biasanya dilakukan pengecekan, namun tetap saja

4
perlu kehati-hatian baik bagi petugas medis maupun pasien untuk memastikan jika
pendonor organ tidak terserang HIV (Spiritia. 2021).

2.3. Perkembangan Virus HIV pada Ibu Hamil

Penyakit HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia lewat infeksi, baik oleh
bakteri, virus, jamur, parasit maupun organisme lainnya yang disebut infeksi oportunistik.
Penularan bisa melalui penggunaan jarum suntik secara bergantian, tinta tato, hubungan
seksual bebas, penularan secara langsung dari ibu hamil kepada janin yang di kandungnya
dan sebagainya. Ketika sedang di masa kehamilan, ibu hamil dapat menularkan virus ini
melalui ari-ari, saat proses persalinan ataupun melalui air susu ibu. Oleh sebab itu, ibu
hamil yang terkena HIV harus mendapatkan pengobatan. Cara terbaik untuk menghindari
penularan ke janin di dalam kandungan ialah dengan mengonsumsi obat anti retroviral
(ART). Tujuan dari pemberian obat ini selain untuk melindungi kesehatan ibu hamil juga
untuk mencegah penularan ke janin. Selain itu penting bagi ibu hamil yang positif HIV
selalu mengecek jumlah virus di dalam tubuhnya. Semakin tinggi jumlah virus dan
semakin rendah jumlah sel CD4, maka kemungkinan penularan ke janin semakin besar.
Saat HIV masuk ke dalam peredaran darah, virus dapat menginvasi dan membunuh sel
CD4, yakni sel penting pada sistem kekebalan tubuh manusia. Ketika sel ini mengalami
kerusakan, tubuh akan lebih mudah terserang penyakit (Spiritia. 2021).

2.4. Tanda dan Gejala

Ibu hamil atau wanita yang terinfeksi virus HIV biasanya akan mengalami beberapa
keluhan masalah kesehatan. Pada wanita, gangguan reproduksi akibat virus ini dapat
terjadi seperti gangguan siklus haid, infeksi radang panggul bahkan kemungkinan
terkenanya kanker serviks. Berikut ini tahapan gejala HIV pada ibu hamil atau wanita
(Spiritia. 2021):

1) Tahap Pertama, Orang yang terinfeksi virus HIV akan mengalami sakit mirip
seperti flu, beberapa minggu setelah terinfeksi, selama satu hingga dua bulan.
Kemudian, setelah kondisi tersebut, HIV dapat tidak menimbulkan gejala apa
pun selama beberapa tahun. Fase ini disebut sebagai serokonversi. Gejala HIV
yang paling umum terjadi adalah:
a) Demam

5
b) Tenggorokan sakit
c) Muncul ruam
d) Pembengkakan noda limfa
e) Diare
f) Kelelahan, nyeri otot, dan sendi
2) Tahap Kedua, Setelah gejala awal menghilang, biasanya HIV tidak
menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun. Dalam periode ini
infeksi HIV berlangsung tanpa menimbulkan gejala. Virus terus menyebar dan
merusak sistem kekebalan tubuh. Pengidap akan tetap merasa sehat. Bahkan,
ia bisa saja sudah menularkan infeksi kepada orang lain. Tahap ini dapat
berlangsung hingga 10 tahun atau lebih.
3) Tahap Ketiga, Tahap ini disebut juga sebagai tahap HIV simtomatik. Apabila
pengidap HIV tidak mendapat penanganan tepat, virus akan melemahkan
tubuh dengan cepat. Pada tahap ketiga ini, pengidap lebih mudah terserang
penyakit serius. Tahap akhir ini dapat berubah menjadi AIDS (Acquired
Immune Deficiency Syndrome). Berikut adalah gejala-gejala HIV yang
muncul:
a) Demam terus menerus lebih dari sepuluh hari
b) Merasa lelah setiap saat
c) Sulit bernapas
d) Diare parah
e) Infeksi jamur pada mulut, tenggorokan, dan vagina
f) Muncul bitnik ungu pada kulit yang tidak akan hilang
g) Hilang nafsu makan sehingga badan turun drastis
2.5. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
1. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap,
tanggal lahir, dan/atau nomor rekam medis.
2. Jelaskan tujuan dan manfaat edukasi PPIA
3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
a. Materi
b. Media
c. Alat peraga, jika perlu
4. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
5. Jadwalkan edukasi sesuai kesepakatan
6
6. Siapkan ruangan dan alat bantu yang bisa menjaga kerahasiaan dan
memberikan rasa aman bagi PUS (pasangan usia subur)
7. Sediakan ruangan yang tertutup dan terhindar dari kebisingan
8. Berikan kesempatan pada PUS untuk menyampaikan masalah kesehatan
dengan pertanyaan terbuka, seperti: “apakah ada sesuatu tentang pencegahan
penularan HIV dari ibu ke anak?”
9. Identifikasi perencanaa kehamilan dan pengobatan HIV
10. Anjurkan ibu mengkonsumsi ARV teratur dan penggunaan alat kontasepsi
(kondom) untuk mencegah kehamilan
11. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi ARV sebelum kehamilan untuk
menurunkan viral load
12. Anjurkan ibu untuk meneruskan ARV jika ibu hamil
13. Hindari kontrasepsi hormonal yang dapat mengunari efektivitas ARV
14. Anjurkan menggubakan alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR), jika risiko
infeksi menular seksual (IMS) rendah dan pasangan tidak berisiko
15. Anjurkan ibu mengkonsumsi ARV mulai dari 14 mingg8u kehamilan, jika
terjadi mual dan muntah
16. Anjurkan PUS tetap menggunakan kondom jika berhubungan seksual karena
bersifat dual protection
17. Anjurkan PUS hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan sehat untuk
menghindari infeksi pada janin
18. Anjurkan ibu menjelang persalinan melakukan pemeriksaan viral load untuk
menentukan jenis persalinan yang akan dipilih oleh PUS
19. Anjarkan ibu tentang cara memilih maanan untuk bayinya
20. Anjurkan ibu mentaati AFASS saat ibu memutuskan untuk pemberian susu
formula
21. Anjurkan ibu memberikan ASI selama 3 bulan tanpa disertai putih lecet atau
ASI perah dengan metode pasteurisasi
22. Rujuk untuk mendapatkan pelayanan kesehatan untuk mendapatkan dukungan
dan bimbingan yang lebih komperehensif, jika perlu
23. Evaluasi pemahaman pasien tentang edukasi yang telah diberikan
24. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
25. Dokumentsikan edukasi yang telah dilakukan dan respons pasien.
2.6. Uji HIV Pada Wanita Hamil
7
CDC telah merekomendasikan skrining rutin HIV secara suka rela pada ibu hamil
sejak tahun 2001. Banyak dokter telah mengadopsi kebijakan universal opt-out skrining
HIV (yang berarti bahwa pengujian adalah otomatis kecuali jika wanita secara khusus
memilih untuk tidak di uji) pada wanita hamil selama tes kehamilan rutin dan telah
dieliminasi persyaratan untuk konseling sebelum uji dilakukan dan persetujuan tertulis
untuk tes HIV. Penelitian dianalisis oleh Angkatan US Preventive Services Task
mengungkapkan bahwa pada tahun 1995 tingkat tes HIV di antara wanita hamil di
Amerika Serikat adalah 41% 9 (dianjurkan dilakukan tes universal pada tahun pertama
kehamilan) dan meningkat menjadi 60% pada 1998. Pada tahun 2005, di negara bagian
dan provinsi Kanada yang telah menerapkan pengujian "opt-out", angka tes HIV di antara
perempuan hamil berkisar antara 71% sampai 98%, dibandingkan dengan 15% menjadi
83% dalam keadaan dan provinsi yang memiliki Kebijakan “opt-in” yang membutuhkan
seorang wanita untuk secara khusus meminta tes HIV.

Identifikasi dini pada wanita hamil memungkinkan untuk pemberian pengobatan


terapi antiretroviral untuk mendukung kesehatan dan mengurangi risiko penularan
bayinya. Tes HIV direkomendasikan Tes HIV direkomendasikan untuk semua wanita
hamil pada kunjungan prenatal pertama. Tes HIV kedua, selama trimester ketiga sebelum
36 minggu kehamilan, juga dianjurkan bagi wanita yang berisiko, tinggal di daerah
prevalensi HIV tinggi, atau memiliki tanda-tanda atau gejala yang konsisten dengan
infeksi HIV akut.

Jika seorang wanita yang berstatus HIV belum didokumentasikan ketika dia tiba
saat persalinan dan melahirkan, tes cepat HIV harus ditawarkan. Jika hasil tes awal
positif, segera inisiasi ARV profilaksis yang tepat intravena harus direkomendasikan
tanpa menunggu konfirmasi hasil. Jika wanita menolak pengujian, bayi baru lahir harus
menerima pengujian cepat sesegera mungkin setelah lahir sehingga profilaksis
antiretroviral dapat ditawarkan jika terdapat indikasi.

2.7. Ibu Hamil Dengan HIV Periode Prenatal

Insiden HIV pada wanita hamil diperkirakan meningkat (ACOG, 1992a). Riwayat
kesehatan, pemeriksaan fisik, dan pemeeriksaan laboratorium harus meregleksikan
perkiraan ini jika wanita dan bayi baru lahir akan menerima perawatan yang tepat.
Individu yang berada pada kategori infeksi HIV meliputi:

8
1) Wanita dan pasangan dari daerah geografi tempat HIV umum terjadi
2) Wanita dan pasangan yang menggunakan obat obatan intravena
3) Wanita dengan PMS persisten dan PMS rekuren
4) Wanita yang menerima transfuse darah
5) Setiap wanita yang yakin bahwa ia mungkin terpapar HIV

Informasi tentang HIV dan ketersediaan pemeriksaan HIV harus ditawarkan


kepada wanita berisiko tinggi pada saat pertama kali mereka dating ke perawatan
prenatal. Hasil negative pada pemeriksaan HIV prenatal pertama bukan suatu garansi
bahwa titer selanjutnya akan negative Beberapa ketidaknyamanan prenatal (mis.,
keletihan, anoreksia, dan penurunan berat badan. Menyerupai tanda dan gejala infeksi
HIV. Diagnosis banding semua keluhan akibat kehamilan dan gejala infeksi dibenarkan.
Tanda-tanda utama perburukan infeksi HIV meliputi penurunan berat badan, lebih dari
10% berat badan sebelum hamil, diare kronis selama lebih dari satu bulan, dan demam
(intermiten atau konstan) selama lebih dari satu bulan.

Untuk menyokong sistem imun wanita hamil, konseling diberikan, mencakup


nutrisi optimum, tidur, istirahat, latihan fisik, dan reduksi stress. Apabila infeksi HIV
didiagnosis, wanita diberi penjelasan tentang teknik berhubungan seksual yang lebih
aman. Penggunaan kondom dan spermisida 9 non-oksinol dianjurkan untuk
meminimalkan pemaparan HIV lebih jauh jika pasangan wanita tersebut merupakan
sumber infeksi. Hubungan seksual orogenital tidak dianjurkan. Hal yang sama penting
ialah merujuk wanita tersebut menjalani rehabilitasi untuk menghentikan penyalahgunaan
substansi. Penyalahgunaan alcohol atau obat-obatan lain mengganggu sistem imun tubuh
dan meningkatkan risiko AIDS dan kondisi terkait.

1) System imun tubuh harus rusak dulu sebelum HIV menimbulkan penyakit
2) Alcohol dan obat obatan menggangu banyak terapi medis dan terapi
alternative untuk AIDS
3) obat-obatan mempengaruhi pertimbangan pengguna yang menjadi lebih
cenderung terlibat dalam aktivitas yang membuatnya berisiko mengidap AIDS
aatau meningkatkan pemaparan terhadap HIV
4) alcohol dan penyalahgunaan obat menyebabkan stress, termasuk masalah
tidur, yang membahayakan fungsi sistem imun.

9
Terapi farmakologi untuk infeksi HIV berkembang dengan pesat sejak virus
tersebut ditemukan. Obat primer yang disetujui untuk terapi infeksi HIV adalah 3’azido-
3’-deoksitimidin (zidovudin, AZT [Retrivirl]). Walaupun obat ini menjanjikan hasil yang
baik bagi terapi infeksi HIV, penggunaannya dalam kehamilan dibatasi karena adanya
potensi efek mutagenic atau toksik potensial pada janin. Azitomidin saat ini dipelajari
pada beberapa penelitian terkendali pada wanita hamil, yang memiliki hitung sel T-helper
kurang dari 400 sel/mm3 dan terbukti secara signifikan mengurangi risiko transmisi HIV
dari wanita terinfeksi ke janinnya.

2.8. Ibu Hamil Dengan HIV Periode Intrapartum

Perawatan wanita bersalin tidak secara sustansial berubah karena infeksi


asimptomatik HIV. Model kelahiran yang akan dilakukan didasarkan hanya pada
pertimbangan obstetric karena virus menembus plasenta pada tahap awal kehamilan.
Focus utama adalah mencegah persebaran nosokomial HIV dan melindungi tenaga
keperawatan kesehatan. Risiko tranmisi HIV dianggap rendah selama proses kelahiran
per vaginam terlepas dari kenyataan bahwa bayi terpapar pada darah, cairan amniotic, dan
sekresi vagina ibunya. Pemantauan janin secara elektronik dan eksternal lebih dipilih jika
pemantauan diperlukan. Ada kemungkinan inokulasi virus ke neonates jika pengambilan
sampel darah dilakukan pada kulit kepala janin atau elektroda dipasang pada kulit kepala
janin. Selain itu, individu yang melakukan salah satu prosedur ini berisiko tertusuk jarum
pada jarinya.

2.9. Ibu Hamil Dengan HIV Periode Pasca Partum

Hanya sedikit diketahui tentang kondisi klinis wanita yang terinfeksi HIV selama
periode pascapartum. Walaupun periode pascapartum awal tidak signifikan, follow-up
yang lebih lama menunjukkan frekuensi penyakit klinis yang tinggi pada ibu yang
anaknya menderita penyakit. Konseling tentang pengalihan pengasuhan anak dibutuhkan
jika orang tua tidak lagi mampu merawat diri mereka.

Terlepas dari apakah infeksi terdiagnosis, roses keperawatan diterapkan dengan


cara yang peka terhadap latar belakang budaya individu dan dengan menjunjung nilai
kemanusiaan. Infeksi HIV merupakan suatu peristiwa biologi, bukan suatu
komentarmoral. Sangat penting untuk diingat, ditiru, dan diajarkan bahwa reaksi (pribadi)
terhadap gaya hidup, praktik, atau perilaku tidak boleh mempengaruhi kemampuan

10
perawat dalam member perawatan kesehatan yang efektif, penuh kasih sayang, dan
obyektif kepada semua individu. Bayi baru lahir dapat bersama ibunya, tetapi tidak boleh
disusui. Tindakan kewaspadaan universal harus diterapkan, baaik untuk ibu maupun
bayinya, sebagaimana yang dilakukan pada semua pasien. Wanita dan bayinya dirujuk ke
tenaga kesehatan yang berpengalaman dalam terapi AIDS dan kondisi terkait.

BAB 3

TINJAUAN KASUS

Kasus Ny.B :

Seorang wanita hamil 4 bulan yang berinisial Ny.B masuk RS pada hari senin,13 Juni
2021 pada pukul 09.00 dengan keluhan badan terasa lemas dan letih saat melakukan
aktivitas, pasien mengatakan agak sesak, pasien mengatakan sulit beraktivitas seperti
biasanya dan pasien kadang merasakan pusing. Sebelum sakit ,semua baik-baik saja tapi
saat pasien mengalami gangguan seperti makan,mandi ,eliminasi berpindah dibantu
sebagian, sedangkan mobilisasi di tempat tidur, ambulans dan naik tangga di bantu orang
lain serta peralatan. Pasien juga mengatakan sejak masuk kehamilan 4 bulan ,klien tidak
nafsu makan sejak 2 minggu dan mengatakan mual. Hasil pemeriksaan kesadaran pasien
compos mentis,BB 55kg,TB 158cm , TD 90/70mmHg,Suhu 37°C, RR 25x/menit ,Nadi
95x/menit dan di diagnosa medis HIV/AIDS.

11
Pengkajian
Tanggal masuk : Senin, 13 Juni 2021
Jam : 09:00
No RM : 891323
Tgl pengkajian : Selasa, 14 Juni 2021
Diagnosa medis : HIV/AIDS
3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas pasien dan penanggung jawab

Identitas pasien Identitas penanggung jawab


Nama : Ny. B Nama : Tn.J
Umur : 27 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan Jenis kelamin : Laki lak
Alamat : Jl.Mauk Alamat : Jl.Mauk
Suku / bangsa : Indonesia Suku / bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : PNS
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Status : Pasien Status : Menikah
Hub dgn klien : Suami pasien

2. Keluhan utama

Pasien mengatakan badannya terasa lemas dan letih saat melakukan aktivitas, pasien
mengatakan agak sesak, pasien mengatakan sulit melakukan aktivitas seperti
biasanya, pasien mengatakan kadang merasakan pusing

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan kehimalannya sudah masuk 4 bulan, klien tidak nafsu makan
sejak 2 minggu, klien mengatakan mual
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Pasein mengatakan pernah mengalami demam yang hilang timbul
b. Riwayat kesehatan keluarga

12
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan yang
diderita dan tidak memiliki penyakit keturunan
4. Pola fungsi kesehatan
a. Pola manajemen
1) Tingkat pengetahuan kesehatan / penyakit
Pasien mengatakan mengetahui tentang penyakitnya namun tidak mengetahui
tentang faktor resikonya
2) Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
Pasien mengatakan untuk mengatasi masalahnya ia datang ke rumah sakit
3) Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatan
Pasien mengatakan tidak mengetahui faktor yang beresiko sehubung dengan
penyakitnya
b. Pola aktivitas dan latihan
1) Sebelum sakit

Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Eliminasi √
Mobilisasi ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulansi √
Naik tangga √

2) Saat sakit

Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √

13
Berpakaian √
Eliminasi √
Mobilisasi ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulansi √
Naik tangga √

Keterangan :
1 : Mandiri
2 : Di bantu sebagian
3 : Di bantu orang lain
4 : Di bantu orang dan peralatan
5 : Ketergantuan / tidak mampu
c. Pola istirahat tidur
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak tidur siang dan klien mengatakan tidur malam selama
8 jam dari jam 21:00 - 05:00 dengan kualitas tidur nyenyak
2) Saat sakit
Pasien mengatakan tidur malam hanya selama 7 jam dari jam 22:00 – 05:00
dengan kualitas tidur nyenyak
d. Pola nutrisi dan metobolik
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan bahwa dirinya makan 3 x 1 hari, 1 porsi habis dan minum
air putih ±8 gelas x 1 hari
2) Saat sakit
Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang, pasien mengatakan bahwa
dirinya hanya makan setengah porsi 3x 1 hari, dan pasie mengatakan sulit
mengunyah serta pasien mengatakan minum air putih ±6 gelas x 1 hari
e. Pola eliminasi
1) Sebelum sakit
Pasein mengatakan BAB 1 x sehari dengan konsistensi feses lunak, berwarna
kuning, dan klien mengatakan BAK 6 x sehari berwarna bening berbau khas
amoniac

14
2) Saat sakit
Pasien mengatakan belum BAB sejak dirawat dirumah sakit dan klien
mengatakan BAK 5 x sehari berwarna kuning berbau khas amoniac
f. Pola kognitif dan perceptual
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan mengetahui penyakitnya
2) Saat sakit
Pasien mengatakan peduli dengan penyakitnya
g. Pola konsep diri
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak malu dengan penyakitnya
2) Saat sakit
Pasien mengatakan agak malu dengan penyakitnya
h. Pola toleransi steress-koping
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan untuk menghilangkan stressnya yaitu dengan
mendengarkan musik
2) Saat sakit
Pasien mengatakan untuk menghilangkan stressnya yaitu dengan cara berdoa
dan mendengarkan musik
i. Pola reproduksi-seksualitas
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan sudah menikah
2) Saat sakit
Pasien mengatakan sudah menikah dan tidak pernah berhubungan badan
selama sakit
j. Pola hubungan peran
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan berperan sebagai ibu rumah tangga
2) Saat sakit
Pasien mengatakan berperan sebagai pasien
k. Pola nilai dan keyakinan
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan jarang beribadah
15
2) Saat sakit
Pasien mengatakan selama sakit hanya berdoa
5. Pengkajian fisik
a. Penampakan umum

Keadaan umum Pasien tampak sakit sedang, pasien tampak lesu,


pasien tampak lemas dan letih, serta pasien
kadang merasakan pusing, pasien tampak mual,
pasien tampak sesak
Kesadaran Compos mentis
BB 55 kg
TB 158 cm
TTV TD : 90/70 mmHg
Suhu : 37˚C
RR : 25x/menit
Nadi : 95x/menit

b. Kepala dan leher


1) Rambut
a) Inspeksi
Rambut pasien tampak bersih, hitam, tidak berketombe, dan rambut pasien
tampak lurus
b) Palpasi
Rambut pasien tidak terasa lengket
2) Mata
a) Inspeksi
Mata pasien tampak simetris, skelera pasien tampak merah muda,
konjungtifa pasien tidak pucat, dan pupil pasien bereaksi terhadap sinar
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada area mata pasien
3) Telinga
a) Inspeksi
Daun telinga pasien tampak simetris, telinga pasien tampak bersih, dan
tidak terdapat lesi

16
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
4) Hidung
a) Inspeksi
Septum nasal pasien tampak lurus, tidak ada lesi, dan tidak ada sumbatan
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
5) Mulut
a) Inspeksi
Gigi pasien tampak bersih, mukosa bibir pasien tampak kering, tidak ada
stomatitis, tidak tampak tonsil, gigi pasien tidak terdapat karies, jumlah
gigi klien lengkap, dan lidah pasien kotor
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, pasien mengatakan belum sikat gigi semenjak
berada di rumah sakit
6) Leher
a) Inspeksi
Leher pasien tampak bersih dan leher pasien tampak tidak terdapat lesi
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
7) Dada
a) Inspeksi
Dada kanan dan kiri pasien tampak simetris serta frekuensi pernafasan
pasien normal 23x/menit
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
c) Perkusi
Bunyi sonor
d) Auskultasi
Bunyi pernafasan terdengar wheezing
8) Jantung
a) Inspeksi
Jantung pasien tidak tampak dari luar
b) Palpasi
17
Tidak ada nyeri tekan
c) Perkusi
Tidak dilaukan pemeriksaan
d) Auskultasi
Bunyi jantung pasien terdengar normal S1 S2 (lup dup lup dup)
9) Abdomen
a) Inspeksi
Tidak ada pembesaran dan tidak ada lesi
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
c) Perkusi
Tidak terdengar flatulen
d) Auskultasi
Terdengar suara bising usus 20x/menit
10) Inguinal dan genetalia
a) Inspeksi
Genetalia tampak sedikit kotor, tidak ada herpes dibagian area vagina tidak
bernanah, tidak berbau
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
11) Ekstrimitas
a) Inspeksi
pasien tampak terdapat infus RL 20 tpm di tangan sebelah kiri dan tidak
terdapat lesi
b) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, turgol kulit pasien tampak elastis
c) Kekuataan otot

4 4
4 5
Keterangan :
1 : Tidak ada pergerakan
2 : Kontraksi otot minim tanpa menimbulkan gerak
3 : Otot dapat bergerak jika daya berat dihilangkan
18
4 : Otot dapat melawan gaya berat tetapi tidk tahan terhadap
pemeriksaan
5 : Pergerakan otot ringan dapat melawan gaya berat
6 : Berat otot dan tahan maksimal

DATA FOKUS

Data Subyektif Data obyektif


- Pasien mengatakan tidak nafsu - Dx : HIV/AIDS
makan selama 2 minggu - TTV : TD : 90/70 mmHg
- Pasien mengatakan mual N : 95x/menit
- Pasien mengatakan sulit ketika R : 25x/menit
mengunyah S : 37ºC
- Pasien mengatakan bahwa - Pasien tampak hanya
dirinya hanya makan setengah menghabiskan setengah porsi
porsi 3x 1 hari, serta klien makan
mengatakan minum air putih - Mukosa bibir klien tampak
±6 gelas x 1 hari kering
- Pasien mengatakan badan nya - Pasien tampak lemas
terasa lemas dan letih saat - Pasien tampak lesu
melakukan aktivitas - Pasien tampak kesulitan untuk
- Pasien mengatakan sulit beraktifitas
melakukan aktivtas seperti - Pasien tampak sesak
biasanya
- Pasien kadang merasakan
pusing
- Pasien mengatakan nafasnya
agak sesak

ANALISA MASALAH

Symtom Problem Etiologi


Ds : Keletihan Kondisi fisiologis
- Pasien mengatakan (SDKI D.0057 Hal : (kehamilan)

19
badan nya terasa 130)
lemas dan letih
saat melakukan
aktivitas
- Pasien mengatakan
sulit melakukan
aktivtas seperti
biasanya
Do :
- Pasien tampak
lemas
- Pasien tampak lesu
- Pasien tampak
kesulitan untuk
beraktifitas
Ds : Pola napas tidak efektif Hambatan upaya napas
- Pasien kadang (SDKI D.0005 Hal : 26)
merasakan pusing
- Pasien mengatakan
nafasnya agak
sesak
Do :
- TTV :
TD : 90/70 mmHg
N : 95x/menit
R : 23x/menit
S : 37ºC
- Pasien tampak
sesak
Ds : Defisit nutrisi Ketidakmampuan
- Pasien mengatakan (SDKI.D.OO19 Hal : mencerna makanan
tidak nafsu makan 56)
selama 2 minggu

20
- Pasien mengatakan
mual
- Pasien mengatakan
sulit ketika
mengunyah
- Pasien mengatakan
bahwa dirinya
hanya makan
setengah porsi 3x
1 hari, serta pasien
mengatakan
minum air putih ±6
gelas x 1 hari
Do :
- Pasien tampak
mual
- Mukosa bibir
pasien tampak
kering

PRORITAS MASALAH
1. Keletihan b.d Kondisi fisiologis (kehamilan) d.d pasien tampak lemas dan letih, sulit
untuk beraktifitas
2. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d pasien tampak sesak
3. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan d.d pasein mengatakan bahwa
dirinya hanya makan setengah porsi Klien mengatakan sulit ketika mengunyah, Mukosa
bibir pasien tampak kering

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Keletihan b.d Kondisi fisiologis (kehamilan) d.d pasien tampak lemas dan letih, sulit
untuk beraktifitas

21
2. Pola napas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d pasien tampak sesak
3. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan d.d pasein mengatakan bahwa
dirinya hanya makan setengah porsi Klien mengatakan sulit ketika mengunyah,
Mukosa bibir pasien tampak kering.

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI


1 Keletihan b.d Setelah dilakukan Manajemen energi
Kondisi fisiologis tindakan keperawatan Observasi :
(kehamilan) d.d selama 2x24 jam - Identifikasi
pasien tampak diharapkan tingkat gangguan fungsi
lemas dan letih, keletihan menurun tubuh yang
sulit untuk dengan kriteria hasil: mengakibatkan
beraktifitas - Tenaga kelelahan
meningkat (5) - Monitor kelelahan
- Kemampuan fisik dan emosional
aktifitas rutin - Monitor lokasi
meningkat (5) kenyamanan dan
- Lesu ketidaknyamanan
menurun(5) selama melakukan
aktivitas
Terapeutik
- Sediakan
lingkungan nyaman
dan rendah stimulus
(misalnya, cahaya,
suara kunjungan)
- Lakukan latihan
rentang gerak pasif
dan aktif
- Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan

22
- Fasilitasi duduk
disisi tempat
duduk,jika tidak
dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan
melakukan kativitas
secara bertahap
- Anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
- Anjurkan strategis
koping untuk
mengurang
kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan
(SIKI/I.05178/Hal.176)
2. Pola napas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
efektif b.d tindakan keperawatan Observasi :
hambatan upaya selama 2x24 jam - monitor pola napas
napas d.d pasien diharapkan pola (frekuensi,
tampak sesak napas membaik kedalaman, usaha
kriteria hasil : napas)
- dispnea - Monitor Bunyi
menurun (5) napas tambahan

23
- frekuensi
napas Terapeutik :
membaik (5) - Posisikan semi
- kapasitas vital fowler atau fowler
meningkat (5) - Berikan minum
(SLKI/L.01004/hal hangat lakukan
95) fisioterapi dada
- Berikan
oksigen,jika perlu
Edukasi :
- Ajarkan tekhnik
batuk efektif
Kolaborasi :
- Pemberian
bronkodilator
(SIKI/I.01011/hal:186)
3 Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
ketidakmampuan tindakan keperawatan Observasi :
mencerna selama 2x24 jam - Identifikasi status
makanan d.d diharapkan status nutrisi
pasein nutrisi membaik - Monitor asupan
mengatakan dengan kriteria hasil : makan
bahwa dirinya - Porsi makan Terapeutik
hanya makan yang - Berikan makanan
setengah porsi dihabiskan tinggi kalori dan
pasein meningkat (5) tinggi protein
mengatakan sulit - Kekuatan otot - Berikan suplemen
ketika pengunyah makanan, jika perlu
mengunyah, meningkat (5) Edukasi :
Mukosa bibir - Frekuensi - Anjurkan posisi
pasien tampak makan duduk jika mampu
kering membaik (5) - Ajarkan diet yang
- Nafsu makan diprogramkan

24
membaik (5) Kolaborasi :
- Membran - Kolaborasi dengan
mukosa ahli gizi untuk
membaik (5) menentukan jumlah
(SLKI/L.03030/hal kalori dan jenis
121) nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu
(SIKI/I.03119/hal.200)

3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Tgl/jam Diagnosa Implemntasi Evaluasi


keperawatan
15-06- Keletihan b.d - Memonitor S:
2021/ Kondisi fisiologis lokasi Pasien mengatakan
15:00 (kehamilan) kenyamanan dan nyaman ketika diposisi
WIB ketidaknyamana setengah duduk dan
n selama tidak nyaman ketika
melakukan duduk, pasien
aktivitas mengatakan mampu
- Berikan aktivitas melakukan gerak pasif
distraksi yang dan aktif, pasien
menenangkan mengatakan distraksi
- Menganjurkan aktivitas yang
melakukan menyenagkan yaitu
aktivitas secara mendengarkan musik
bertahap dan berbicara pasien
- Melakukan mengatakan memahami

latihan rentang dan mengikuti anjuran


gerak pasif dan yang diberikan
aktif

25
O:
Pasein tampak
melakukan aktivitas
secara bertahap pasien
tampak tidak lesu,
tenaga pasein
meningkat
A : Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
dan tujuan tercapai

15-06- Pola napas tidak - memonitor pola S :


2021/ efektif b.d napas (frekuensi, Pasien mengatakan
16:00 hambatan upaya kedalaman, sudah tidak sesak nya
WIB napas usaha napas) berkurang jika di beri
- memposisikan posisi semi fowler dan
semi fowler atau diberi oksigen, klien
fowler mengatakan bersedia
- memberikan meminum air hangat
oksigen dan dilakukan
- Berikan minum fisioterapi dada
hangat lakukan
fisioterapi dada O:
RR : 18x/menit dengan
pola napas membaik,
pasien tampak lebih
nyaman di berikan
posisi semifowler,
pasien tampak nyaman
diberi oksigen, pasien
tampak meminum air
hangat yang diberikan
A : masalah teratasi
P : intervensi

26
dihentikan dan tujuan
tercapai
15-06- Defisit nutrisi b.d - Memberikan S:
2021/ ketidakmampuan makanan tinggi Pasien mengatakan
15:00 mencerna kalori dan tinggi masih agak sulit
WIB makanan protein menyunyah makanan,
- Memonitor pasien mengatakan
asupan makanan nafsu makan mulai
meningkat
O:
Pasien tampak masih
menghabisan ½ porsi,
klien tampak sudah
tidak mual
A : Masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi
dilanjutkan

Tgl/jam Diagnosa Implemntasi Evaluasi


keperawatan
16-06- Defisit nutrisi - Memberikan makanan S:
2021/ b.d tinggi kalori dan tinggi Pasien mengatakan
21:00 ketidakmampu protein menghabiskan 1
WIB an mencerna - Memonitor asupan porsi makanan nya,
makanan makanan pasien mengakatan
sudah tidak
kesulitan untuk
mengunyah
O:
Pasien tampak
mengahabiskan 1
porsi makanan,

27
pasien tampak
mengunyah dengan
kuat, mukosa
pasien tmpak
lembab dan merah
muda
A : Masalah teratasi
P:Intervensi
dihentikan dan
tujuan tercapai

BAB 4

PENUTUP

2.
3.
4.
4.1. Simpulan

Seorang ibu hamil yang dinyatakan positif HIV/AIDS dapat menularkan virus
tersebut pada bayinya selama kehamilan, persalinan, atau menyusui. HIV/AIDS paling
mudah ditularkan melalui darah. Sementara itu, janin dalam kandungan ibunya
mendapatkan asupan makanan dari darah melalui tali plasenta. Bayi atau janin dalam

28
kandungan makan lewat tali plasenta. Peristiwa ini menjadi tempat darah bertukar, karena
virus HIV/AIDS ada di dalam darah. Itulah proses penularan HIV/AID dari ibu ke janin.
Maka itu, ibu hamil yang terdeteksi positif HIV wajib meminum obat antiretroviral
(ARV). Cara ini sangat efektif untuk menekan jumlah virus dalam darah, sehingga
mengurangi risiko penularan.

4.2. Saran

Dengan dibuatnya makalah HIV pada ibu hamil ini, diharapkan nantinya akan
memberikan manfaat bagi para pembaca terutama pemahaman yang berhubungan dengan
bagaimana melakukan sebuah proses asuhan keperawatan maternitas terutama pada ibu
hamil yang juga menderita HIV. Memberikan edukasi kepada remaja agar tidak
terjerumus kedalam kenakalan remaja yang dimana akan terjerat hubungan seks
bebas. Memberikan edukasi kepada semua ibu-ibu yang sedang hamil maupun yang
sedang program hamil. Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca.
Kritik dan saran sangat diharapkan untuk lebih baik lagi kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, Kurniawati. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS.


Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda. Yogyakarta: Media Action.

Spiritia. 2021. Penyebab HIV Pada Ibu Hamil, Pahami Gejala Dan Cara Tepat
Mengatasinya. https://spiritia.or.id/portal/index.php/informasi/detail/217#:~:text=Ibu

29
%20hamil%20bisa%20terserang%20HIV,sebelum%20masa%20kehamilan%20itu
%20terjadi (diakses tanggal 12 Februari 2022).

Rahmadhani, Dinda. 2021. Asuhan Keperawatan HIV Pada Ibu Hamil.


https://www.scribd.com/document/513583846/FIX-Askep-HIV-Pada-Ibu-Hamil-
Kelompok-2 (diakses tanggal 26 Januari 2022).

Kaler, Sangraja. 2012. Makalah Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan HIV/AIDS .
https://yopangumilar.blogspot.com/2012/03/makalah-askep-pada-ibu-hamil-
dengan.html (diakses tanggal 12 Februari 2022)

30

Anda mungkin juga menyukai