Anda di halaman 1dari 4

ARYYADHIKA ARDYA PRADIPTA/18311430

How Islam Views Free Market?

Islam adalah sebuah mekanisme pertukaran produk baik berupa barang maupun jasa yang
alamiah dan telah berlangsungan sejak peradaban awal manusia. Islam diturunkan di tanah
kelahiran yang memiliki kegiatan ekonomi yang tinggi. Bangsa Arab sudah berpengalaman
selama tak kurang dari ratusan tahun dalam beraktivitas ekonomi. Jalur perdangangan bangsa
arab ketika itu terbentang dari Yaman sampai ke daerah-daerah meditarian. Ajaran Islam sendiri
diwahyukan melalui Nabi Muhammad SAW., seorang yang terlahir dari keluarga
pedagang, Muhammad menikah dengan seorang saudagar dan beliau melakukan perjalanan
bisnis sampai ke Syiria. Nabi Muhammad adalah seorang pedagang profesional dan selalu
menjunjung tinggi kejujuran, beliau mendapat julukan al-amin . Setelah menjadi Rasul, Nabi
Muhammad SAW. memang tidak menjadi pelaku bisnis secara aktif karena situasi dan
kondisinya yang tidak memungkinkan. Praktik ekonomi pada masa Rasulullah dan juga
Khulafaur rasyidin menunjukkan adanya peranan pasar yang besar dalam pembentukan
masyarakat Islam pada masa itu. Islam secara ketat memacu umatnya untuk bergiat dalam
aktivitas keuangan dan usaha-usaha yang meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan
sosial. Berdagang adalah aktivitas yang paling umum dilakukan di pasar. Untuk itu ayat-ayat Al-
Qur'an dan juga hadist Nabi Muhammad SAW.  Dari Qatadah al-Anshori RA bahwa ia
mendengar Rasul SAW. Bersabda : Hindari banyak bersumpah dalam berbisnis , karena
sesungguhnya yang demikian itu bisa laku terjual kemudian terhapus .

Konsep Islam menegaskan bahwa pasar harus berdiri di atas prinsip persaingan
bebas . Sedangkan persaingan yang sempurna dimaksudkan agar melahirkan sebanyak mungkin
konsumen dan produsen di pasar, barang yang ada bersifat heterogen, dan faktor produksi
bergerak secara bebas. Dan kedua asumsi tersebut termasuk sulit untuk direalisasikan dalam
kenyataan di pasar. Kesulitan itu disebabkan karena harus didukung oleh banyak faktor lain yang
akan mempengaruhi mekanisme pasar. Namun demikian, Islam memiliki norma tertentu dalam
hal mekanisme pasar. Menurut pandangan Islam yang diperlukan adalah suatu bentuk
penggunaan dan pendristribusian tertentu serta dibentuknya suatu sistem kerja yang bersifat
produktif. Sifat produktif itu dilandasi oleh sikap keinginan/niat yang sedemikian rupa guna
mencapai bentuk penggunaan dan pendristibusian tersebut. Dengan demikian model dan pola
yang dikehendaki adalah sistem operasional pasar yang normal. Pasar telah mendapatkan
perhatian memadai dari para ulama' klasik seperti Abu yusuf, Al-Ghazali, Ibn Khaldun, dan Ibn
Taimiyah. Islam memiliki norma tertentu dalam hal mekanisme pasar. Menurut pandangan Islam
yang diperlukan adalah suatu bentuk penggunaan dan pendristribusian tertentu serta dibentuknya
suatu sistem kerja yang bersifat produktif. Pasar telah mendapatkan perhatian memadai dari para
ulama' klasik seperti Abu yusuf, Al-Ghazali, Ibn Khaldun, dan Ibn Taimiyah. Pemikiran mereka
tentang pasar tidak saja mampu memberikan analisis yang tajam tentang apa yang terjadi pada
masa itu, tetapi tergolong futuristic. Rasulullah SAW. sendiri telah menjelaskan fungsi sebagai
pengawas pasar yang berfungsi untuk mengawasi pasar dari praktik perdagangan yang tidak jujur
atau berpotensi mengakibatkan cederanya mekanisme pasar.

Ada persamaan dan perbedaan konsep pasar dalam islam dengan kekinian. Aliran ini
mengiginkan hilangnya kontrol negara, dan keberadaan negara tidak akan menambah
beban, baik dengan mengenakan restriksi atas barang-barang ekspor maupun
impor. Kesimpulannya, konsep pasar bebas dalam pandangan islam betentangan perdagangan
luar negeri merupakan salah satu bentuk hubungan antar negara, bangsa, dan umat. Perdagangan
bebas adalah sebuah Konsep yang berasal dalam ekonomi kapitalis yang mengacu kepada
penjualan produk antar Negara tanpa pajak expor-impor atau hambatan perdagangan lainnya. Hal
ini tentu dianggap strategi yang menambah peluang kesempatan kerja. Dikarenakan adanya
perdagangan bebas, pasar barang dan jasa dari suatu negara menjadi lebih luas. Didalam sistem
ekonomi Islam, aktivitas perdagangan merupakan hal yang mubah. Yakni apabila dikerjakan
tidak berpahala dan tidak berdosa, jika ditinggalkannya tidak berdosa dan tidak berpahala. Dan
karena perdagangan luar negeri ini melibatkan warga Negara asing, maka kita sebagai seorang
muslim haruslah bisa bertanggung jawab untuk mengontrol, dan mengaturnya sesuai dengan
konsep Islam. Sehingga jelas tampak bahwa pihak yang paling diuntungkan dengan adanya
MEA adalah negara maju. Dengan begitu tidak adanya kesejahteraan yang dirasakan oleh
masyarakat. Padahal kita mengetahui kebijakan pasar bebas adalah system Negara-negara
kapitalis. Dalam sistem ekonomi Islam yang tujuannya tidak lain ialah untuk mensejahterakan
masyarakat. Seperti yang kita ketahui dalam asas Daulah Khilafah diantaranya individu
dipandang sebagai orang per orang yang masing-masing memiliki kebutuhan yang harus
dipenuhi. Sehingga solusi terbaik dalam pendistribusian untuk kesejahteraan adalah zakat. Saat
ini perdagangan bebas sudah menjadi sebuah strategi Negara-negara kapitalis untuk
mendominasi Negara lain. Dan Nabi Saw. telah bersabda, tidak boleh ada bahaya dan dhirar
didalam Islam . Oleh karena itu, seorang muslim haram menerima Konsep perdagangan
bebas. Pasalnya, kebijakan tersebut membuka jalan yang selebar-lebarnya bagi Negara-negara
kufur untuk menguasai dan mengontrol perekonomian Negara-negara Islam.
Oleh karena itu kita sebagai kaum muslim sudah saatnya untuk mengembalikan ke penerapan
Islam dalam tatanan kehidupan dalam sistem khilafah Islamiyah yang ditetapkan oleh nash
syara’, bukan dengan mengikuti sistem demokrasi yang dibuat oleh manusia. Seperti
perdagangan bebas yang diterapkan saat ini.

Perdagangan merupakan hal yang mubah. Hanya saja, karena perdagangan luar negeri
melibatkan negara dan juga warga negara asing, maka negara Islam dalam hal ini Khalifah,
bertanggung jawab untuk mengontrol, mengendalikan dan mengaturnya sesuai dengan ketentuan
syariah. Membiarkan bebas tanpa adanya kontrol dan intervensi negara sama dengan membatasi
kewenangan negara untuk mengatur rakyatnya. Padahal Rasulullah SAW “ Imam itu adalah
pemimpin dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya”. Hukum perdagangan luar
negeri dalam Islam disandarkan pada kewarganegaraan pedagang ( pemilik barang ), bukan pada
asal barang. Jika pemilik barang adalah warga negara Islam, baik muslim maupun kafir dzimmi,
maka barang yang dia import tidak boleh dikenakan cukai. Rasulullah SAW bersabda “ Tidak
akan masuk surga orang yang memungut cukai. Namun jika barang yang masuk ke wilayah
negara Islam adalah milik warga negara asing, maka barang tersebut dikenakan cukai sebesar
nilai yang dikenakan negara asing tersebut terhadap warga negara Islam, atau sesuai perjanjian
antara negara Islam dengan negara asing tersebut. Namun demikian demikian, Khalifah
diberikan kewenangan untuk mengatur besar tarif tersebut. Ketika misalnya pasokan komoditas
yang dibutuhkan oleh penduduk negara Islam langka sehingga menyebabkan inflasi, maka
tarifnya dapat diturunkan. Dari Abdullah bin Umar, ia berkata : “  Umar mengenakan setengah
’usyur (5 persen) untuk minyak zaitun dan gandum agar barang tersebut lebih banyak dibawa ke
Madinah. Sementara quthniyyah (biji-bijian seperti kacang) beliau mengambil sepersepuluh (10
persen).” (HR. Abu Ubaid). Perdagangan bebas sejatinya adalah strategi penjajahan negara
barat terhadap negeri-negeri Islam, padahal Allah SWT berfirman “ Allah tidak membolehkan
orang-orang kafir menguasai kaum muslim” (QS. An-Nisa 141). 3. “Allah tidak
memperkenankan orang-orang kafir menguasai orang-orang mukmin” (QS. An-Nisa’:141)

Anda mungkin juga menyukai