Anda di halaman 1dari 236

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN

PROBLEMATIKANYA MASA PANDEMI


COVID-19
Copyright ©2020, Bildung
All rights reserved

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DAN PROBLEMATIKANYA MASA PANDEMI


COVID-19

Aldofa Bagus Tivani, Diella Apriliani Luthfia Amany, Ikh ar Nur Insyafrudin,
Isrotun Solikah, Januar Prawitasari, Lailaturrodziyah Alfi Syah, Lalang
Janastra, Mareeya Adam, Moh Mahfud Effendi, Nor Misyulina, Nurazizah
Nurmalasari, Pangestu Titan Prayudho, Si Khoiruli Ummah, St. Rubiatul
Adhawiyah Yusuf, Tutmai Handayani, Vina Oktavia Candra Dewi

Editor: Ahsanul In'am


Desain Sampul: Ruhtata
Layout/tata letak Isi: Tim Redaksi Bildung

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)


Pembelajaran Matema ka dan Problema kanya Masa Pandemi Covid-19/
Aldofa Bagus Tivani, et. al./Yogyakarta: CV. Bildung Nusantara, 2020

viii + 226 halaman; 15 x 23 cm


ISBN: 978-623-6658-63-5

Cetakan Pertama: 2020

Penerbit:
BILDUNG
Jl. Raya Pleret KM 2
Banguntapan Bantul Yogyakarta 55791
Telpn: +6281227475754 (HP/WA)
Email: bildungpustakautama@gmail.com
Website: www.penerbitbildung.com

Anggota IKAPI

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengu p atau


memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa seizin tertulis dari
Penerbit.

iv
KATA PENGANTAR

Pendidikan dan pembelajaran untuk generasi tidak


boleh dan tidak akan pernah berhenti walaupun masa
pandemi. Disadari atau tidak, pandemi covid-19 telah mampu
menggeser, merubah beberapa konsep tentang pembelajaran,
bahkan muncul konsep baru beserta problematikanya. Sebagai
pendidik atau lembaga pendidikan harus selalu berkreasi
dan berinovasi untuk mencari solusi, agar problematika
pembelajaran masa pandemi bisa teratasi. Atas dasar itulah
maka Program Studi Pendidikan Matematika Universitas
Muhammadiyah Malang membuat kebijakan tentang luaran
perkuliahan berupa Book Chapter. Buku ini merupakan hasil
kajian tentang topik tertentu oleh mahasiswa dan dosen
dalam perkuliahan. Alhamdulillah, Book Chapter yang
berjudul ”Pembelajaran dan Problematikanya Masa Pandemi
Covid-19” ini merupakan book chapter yang pertama terbit.
Paparan artikel dalam buku ini merupakan hasil kajian
literatur dan juga kajian lapang dari dosen dan mahasiswa
Program Studi Pendidikan Matematika. Terbitnya buku
ini diharapkan menambah referensi dan memperkaya
khasanah keilmuan khususnya tentang pembelajaran dan
problematikanya di masa covid.
Sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Muhammadiyah Malang, saya merekomendasi
buku ini sebagai salah satu referensi dan bahan kajian. Semoga
apa yang menjadi sasaran dan tujuan penulis buku ini bisa
terwujud.
Malang, 31 Desember 2020
Ketua Prodi,
Dr. Moh. Mahfud Effendi

v
DAFTAR ISI

Kata Pengantar v
Daftar Isi vi
Gaya Belajar Matematika Siswa Berdasarkan Teori
Honey Mumford Berbasis Pembelajaran E-Learning
1
Aldofa Bagus Tivani
Kepercayaan Diri Siswa dalam Menyelesaikan
Permasalahan Realistik Matematika
12
Diella Apriliani Luthfia Amany
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui
Pembelajaran Berbantuan Google Classroom
21
Ikhtiar Nur Insyafrudin
Kendala Siswa dalam Proses Pembelajaran Matematika
Menggunakan E-learning di Masa Pandemi
33
Isrotun Solikah
Kendala atau Hambatan siswa dan orangtua dalam
menghadapi pembelajaran online di masa Covid-19
44
Januar Prawitasari
Kamampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Model
Pembelajaran Online Berbasis Penyelesaian Masalah
Hots 53
Lailaturrodziyah Alfi Syah
Kemampuan Koneksi Matematis: Problematika dalam
Pembelajaran pada Masa Pandemi Covid 19
Lalang Janastra 64

Tingkat Kecemasan Siswa dalam Pembelajaran Online


Pada Masa Pendemi COVID 19
79
Mareeya Adam

vi
Masa Pandemi Covid-19

Pembelajaran Humanis Masa Pandemi


Moh. Mahduf Effendi 89
Problematika Pembelajaran Matematika Secara
Daring Menggunakan Google Classroom Pada Masa
Pandemi Covid-19 116
Nor Misyulina
Kemampuan Penyelesaian Masalah Siswa di Tengah
Covid-19 Melalui Pembelajaran Online Group
Investigation (GI) 129
Nurazizah
Pembelajaran Lembar Kerja Siswa Berbantuan
Geogebra Untuk Memotivasi Siswa dalam Belajar
Matematika 142
Nurmalasari
Pembelajaran Pemecahan Masalah dalam Masa
Pandemi
151
Pangestu Titan Prayudho
Ketermuatan TPACK dan Permasalahan HOTS
melalui Polysynchronous Learning Berbantuan LMS
Canvas 162
Siti Khoiruli Ummah
Pengaruh Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari
Kecerdasan Emosional Melalui Pendekatan Saintifik
Siswa SMP 182
St. Rubiatul Adhawiyah Yusuf
Kemampuan Komunikasi Matematis pada
Pembelajaran Daring
Tutmai Handayani 197

Problematika Siswa Pada Pembelajaran Daring


Matematika Melalui Google Classroom Pada Masa
Pandemi Covid-19 209
Vina Oktavia Candra Dewi

Biodata Penulis 220

vii
Gaya Belajar Matematika Siswa Berdasarkan Teori Honey
Mumford Berbasis Pembelajaran E-Learning
Aldofa Bagus Tivani1

Pengantar
Pandemi Covid-19 membawa banyak perubahan di
seluruh dunia, salah satunya yaitu negara Indonesia [1],
[2]. Masyarakat Indonesia dalam menangani Covid-19
yaitu dengan cara menghindari untuk tidak berkerumunan,
memakai masker ketika diluar rumah, selalu menjaga
kebersihan terutama dalam mencuci tangan dengan sabun,
pembatasan sosial dan menjaga jarak fisik dalam hal apa pun.
Wabah Covid-19 mempunyai resiko yang sangat tinggi bagi
kesehatan masyarakat dengan sistem pelayanan kesehatan
yang juga sangat rentan [3], [4]. Resiko yang ditimbulkan
oleh wabah Covid-19 tidak hanya berpengaruh dalam aspek
kesehatan, tetapi juga dalam ranah pendidikan. Proses
pembelajaran pada masa pandemi Covid-19 ini pendidikan
di sekolah maupun perguruan tinggi belum bisa dilakukan
secara efektif. Proses pembelajaran yang semula melalui tatap
muka secara langsung, mau tidak mau pada masa pandemi
Covid-19 ini menggunakan pembelajaran jarak jauh yang
berbasis E-learning [5]–[9].
Proses pembelajaran dengan berbasis E-learning pada masa
pandemi Covid-19 dapat disebut juga media pembelajaran
interaktif yang bersifat efektif, efisien, fleksibel, dan tidak
terbatas ruang maupun waktu [10]–[12]. Pembelajaran
berbasis E-learning dapat memberikan pengalaman belajar
1
Aldofa Bagus Tivani, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Muhammadiyah Malang

1
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

yang menyenangkan terhadap siswa dan dapat mendorong


siswa untuk bisa belajar dengan mandiri maupun diluar kelas
dimasa pandemi Covid-19 [13], [14]. Proses pembelajaran
dengan berbasis E-learning juga memiliki peran penting bagi
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran [15], [16]. Salah
satu pembelajaran yang memiliki peran penting dalam ilmu
pengetahuan yaitu pembelajaran matematika [17], [18].
Pembelajaran matematika dapat mengasah otak siswa untuk
berfikir kritis, kreatif, analitis, sistematis maupun logis [19],
[20]. Melalui pembelajaran matematika, guru dapat membantu
siswa untuk menumbuhkembangkan konsep-konsep dan
pengetahuan baru dalam pembelajaran matematika dengan
baik [21]. Pembelajaran matematika yang berbasis E-learning
dapat dipengaruhi oleh gaya belajar siswa untuk membantu
mencapai tujuan yang diinginkan [22].
Gaya belajar merupakan kecenderungan cara belajar siswa
yang ditentukan oleh gaya pembelajaran dan dijadikan sebagai
petunjuk terhadap sikap serta tingkah lakunya dalam proses
pembelajaran [23]. Gaya belajar merupakan gabungan dari
karakteristik faktor-faktor kognitif, afektif dan psikologis yang
menjadi indikator siswa dalam berinteraksi dan memberikan
respon terhadap lingkungan belajar [24]. Gaya belajar siswa
sangat mempengaruhi semangat dan hasil belajarnya dalam
proses pembelajaran. Siswa yang dapat mengetahui gaya
belajarnya, tentunya akan sangat mudah untuk meraih tujuan
pembelajaran dengan strategi yang sudah dibuat [25]. Gaya
belajar siswa tentunya beragam, karena setiap individu
mempunyai karakteristik dalam pembelajaran matematika
yang berbeda-beda [23], [24].
Pembelajaran E-learning menuntut guru untuk lebih kreatif
dalam penyampaian materi secara daring dan siswa juga
harus lebih giat lagi dalam belajar [26]. Pada masa pandemi
Covid-19 ini guru dan siswa diwajibkan untuk melek IT [3].
Pembelajaran matematika dengan berbasis E-learning pada

2
Masa Pandemi Covid-19

masa pandemi Covid-19 sangat penting untuk menentukan


gaya belajar yang dimiliki siswa [27]. Siswa yang belum
mengetahui gaya belajarnya akan sangat sulit untuk mencapai
tujuan dalam proses pembelajaran [22]. Perbedaan gaya
belajar dapat menunjukkan bagaimana siswa untuk berpikir
dan memproses suatu permasalahan dengan menggunakan
caranya sendiri [24]. Seorang guru haruslah mengetahui
gaya belajar siswa, karena guru dapat mengetahui tingkat
pemahaman siswa dan kesalahan konsep dalam mengikuti
pembelajaran matematika yang bisa dipergunakan untuk
pemilihan model pembelajaran yang sesuai [28].
Pembahasan
Gaya Belajar Teori Honey Mumford

Gaya belajar teori Honey Mumford disebut juga sebagai gaya


belajar LSQ. LSQ singkatan dari Learning Style Questionnaire
[22], [29]–[31]. Gaya belajar teori Honey Mumford merupakan
adaptasi dari gaya belajar menurut David Kolb. Gaya
belajar teori Honey Mumford memiliki tahap-tahap sebagai
pengetahuan, kemudian mempelajarinya, memberikan
kesimpulan, dan memikirkan untuk ke tahap berikutnya [25].
Gaya belajar teori Honey Mumford sebagai penggambaran
sikap dan perilaku yang menjelaskan kecenderungan siswa
terhadap proses belajarnya [23].
Gaya belajar teori Honey Mumford dibedakan menjadi
4 bagian yaitu gaya belajar aktivis, reflektor, teoris, dan
pragmatis [22]–[25], [29]–[34]. Gaya belajar aktivis merupakan
gaya belajar yang senang terlibat secara langsung dan aktif
dalam berbagai kegiatan untuk mendapatkan pengalaman
yang baru [24], [34]. Gaya belajar reflektor adalah gaya belajar
yang cenderung lebih suka belajar dengan cara mengamati,
menganalisis, dan memikirkan sesuatu sampai berhasil untuk
mendapatkan kesimpulan dengan bijaksana [23], [24], [31],
[34]. Gaya belajar teoris merupakan gaya belajar lebih suka
untuk memahami konsep logis atau teori yang ada di buku

3
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

dan cenderung perfeksionis [22], [25]. Gaya belajar pragmatis


adalah gaya belajar yang tertarik untuk mencoba berbagai
ide-ide yang praktis, teori dan teknik untuk mencoba dalam
praktik. Gaya belajar teori Honey Mumford mempunyai
karakteristik sebagaimana Tabel 1.
E-Learning

E-Learning merupakan singkatan dari Electronic Learning.


E-Learning adalah penggunaan teknologi yang berbasis
internet berupa program, situs web dan aplikasi yang
dapat memberikan kesempatan kepada siswa dalam proses
pembelajaran serta dapat meningkatkan pengetahuan bagi
setiap individu [36]. E-Learning merupakan pembelajaran yang
didukung dengan teknologi seperti telepon, audio, videotape,
dan komputer [37]. E-Learning merupakan pembelajaran
secara mandiri yang berarti siswa harus belajar mandiri tanpa
pengawasan dari guru [38]. Melalui pembelajaran berbasis
E-learning, proses belajar mengajar akan lebih fleksibel dan
siswa dapat mengakses kapan saja dengan berbagai jenis
gadget yang dimiliki [14]. E-Learning dapat dibagi menjadi
beberapa macam, salah satunya yaitu Google Form [39].
Google form adalah salah satu fasilitas dari google docs [40].
Google form atau google formulir adalah salah satu platform
yang berguna untuk membuat kuisioner secara online [41].
Google form merupakan salah satu aplikasi yang berbasis web
dan berguna untuk mengatur pembelajaran secara online [42].
Google form merupakan software di mana guru dapat mengubah
bahan ajar, video tutorial, tugas sehingga tidak memerlukan
biaya dan penggunaannya sangat mudah [43]. Fungsi dari
google form untuk pendidikan dalam proses pembelajaran
yaitu 1) memberikan kuisioner kepada siswa secara online, 2)
mengumpulkan data siswa secara online, 3) memberikan tugas
kepada siswa secara online [42].

4
Masa Pandemi Covid-19

Gaya Belajar Matematika Siswa Berdasarkan Teori Honey Mumford Berbasis


Pembelajaran E-Learning
Tabel 1. Karakteristik Gaya Belajar Teori Honey Mumford [23]–[25], [31], [34], [35]

Gaya Belajar Karakteristik


Memiliki pemikiran terbuka dan fleksibel
Senang mencoba hal-hal yang baru
Berani mengambil resiko
Bertindak tanpa persiapan
Me nghargai pendapat orang lain
Optimis dengan adanya perubahan
Bosan dengan konsolidasi
Suka berdiskusi kelompok
Selalu mengumpulkan data dan informasi dengan detail
Aktivis Suka menjadi pusat perhatian
Pandai menghasilkan ide
Sangat aktif dan antusias
Tidak menyukai hal-hal seperti membaca, menulis dan langkah-
langkah yang runtut
Mempunyai sikap tidak sabar dan terburu-buru
Rasa ingin tahu yang tinggi
Terlibat langsung dalam proses pembelajaran / kinestetik
Melakukan kegiatan secara inovatif
Bersikap hati-hati, kreatif, teliti dan bijaksana
Pendengar yang baik
Mempunyai pemikiran yang kritis
Reflektor Metodis (teratur)
Suka dengan hal yang jelas kebenarannya
Berfikir sebelum bertindak
Suka menyelidiki tanpa paksaan
Berfikir kritis, rasional dan logis
Mempunyai sikap rasa ingin tahu, disiplin dan objektif
Senang membuat dan menguji hipotesis
Kurang kreatif dan penuh pertimbangan
Metodis (teratur)
Mengutamakan penalaran
Teoris Tidak menyukai pendapat yang bersifat subjektif
Tidak mengandalkan intuisi atau emosi
Senang dengan hal-hal yang pasti
Menikmati tantangan
Perfeksionis
Tertarik dengan teori
Terorganisir
Memiliki sikap praktikal, realistis, praktis dan efektif
Menyukai eksperimen
Sifat rendah hati, percaya diri, tidak sabar dan sederhana
Mementingkan bukti dan hakikat
Mempercayai apa yang dilihat
Suka mengambil resiko
Senang berdiskusi dengan kelompok
Pragmatis Bersikap langsung dan objektif
Suka belajar dengan alat peraga
Mengimplementasikan apa yang dipelajari
Cenderung menghindari pemikiran dan tingkat pemahaman
yang tinggi
Kinestetik
Bersifat ekspresif

Sesuai pemaparan di atas untuk gaya belajar siswa dengan


menggunakan teori Honey Mumford sangatlah berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Gaya belajar teori Honey Mumford
dapat diketahui dari hasil Questionnaire yang telah diberikan
kepada siswa. Gaya belajar siswa tentunya berbeda-beda, maka

5
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

dari itu guru harus bisa menyesuaikan situasi pembelajarannya


agar siswa dapat meraih tujuan yang ingin dicapai. Gaya belajar
siswa mempunyai peran penting untuk memotivasi siswa
dengan pembelajaran matematika yang berbasis E-learning.
Motivasi yang dimaksud contohya untuk mencapai tujuan
atau hasil belajar yang baik. Kesesuai gaya belajar dengan
gaya mengajar mempertinggi efektivitas belajar. Gaya belajar
sebagai salah satu faktor dalam diri siswa guna pencapaian
prestasi akademik diduga mempunyai kontribusi terhadap
hasil belajar. Gaya belajar adalah cara yang kompleks di mana
para siswa menganggap dan merasa paling efektif dan efisien
dalam memproses, menyimpan, dan memanggil kembali
apa yang mereka telah pelajari. Gaya belajar teori Honey
Mumford terbagi atas aktivis, reflektor, teoris, dan pragmatis.
Gaya belajar matematika siswa lebih cenderung kepada gaya
belajar aktivis, karena gaya belajar aktivis merupakan fase
pertama dalam siklus belajar. Gaya belajar aktivis cenderung
terbuka dan menyukai tantangan baru dengan melaksanakan
aktivitas yang inovatif [23]. Kemampuan pada gaya belajar
aktivis cenderung tidak menyukai dalam hal seperti menulis,
membaca, mendengarkan, dan langkah-langkah yang runtut
[22], [24], [31]. Siswa dengan gaya belajar aktivis tidak terlalu
menyukai hal-hal dalam menggali sesuatu. Gaya belajar aktivis
juga kurang menyukai tentang pemaparan atau persiapan
yang matanag sebelum memahami materi pembelajaran
matematika.
Penutup
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan dapat
dikatakan gaya belajar matematika yang berbasis pembelajaran
E-learning sangat berpengaruh terhadap hasil dan proses belajar
siswa. Pada masa pandemi Covid-19 ini peran orang tua sangat
diperlukan siswa, karena guru tidak bisa memantau langsung
dalam proses belajar mengajar siswa. Sebagai guru haruslah
memakai inovasi baru dalam pembelajaran E-learning di masa

6
Masa Pandemi Covid-19

pandemi Covid-19. Guru hendaknya mengetahui gaya belajar


yang dimiliki oleh masing-masing siswa, sehingga dapat
memaksimalkan potensi yang ada pada siswa dalam proses
pembelajaran.
Rujukan
[1] Y. Fitriyani, I. Fauzi, and M. Z. Sari, “Motivasi Belajar
Mahasiswa Pada Pembelajaran Daring Selama Pandemik
Covid-19,” J. Pendidik., vol. 6, no. 2, pp. 165–175, 2020.
[2] A. Sadikin and A. Hamidah, “Pembelajaran Daring di
Tengah Wabah Covid-19 ( Online Learning in the Middle
of the Covid-19 Pandemic ),” vol. 6, no. 1, pp. 214–224,
2020.
[3] N. Komang and S. Astini, “Tantangan Dan Peluang
Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Pembelajaran
Online Masa Covid-19,” J. Ilmu Pendidik., vol. 3, no. 2, pp.
241–255, 2020.
[4] C. Sohrabi et al., “World Health Organization declares
global emergency : A review of the 2019 novel coronavirus
( COVID-19 ),” Int. J. Surg., vol. 76, no. February, pp. 71–76,
2020, doi: 10.1016/j.ijsu.2020.02.034.
[5] W. Wargadinata, I. Maimunah, E. Dewi, and Z. Rofiq,
“Student ’ s Responses on Learning in the Early COVID-19
Pandemic,” J. Kegur. dan Ilmu Tarb., vol. 5, no. 1, pp. 141–
153, 2020, doi: 10.24042/tadris.v5i1.6153.
[6] R. S. Gray, “Agriculture , transportation , and the COVID-19
crisis,” Can. J. Agric. Econ. Can. d’agroeconomie., no. April,
pp. 1–5, 2020, doi: 10.1111/cjag.12235.
[7] P. Wahyono, H. Husamah, and A. S. Budi, “Guru profesional
di masa pandemi COVID-19: Review implementasi,
tantangan, dan solusi pembelajaran daring,” J. Pendidik.
Profesi Guru, vol. 1, no. 1, pp. 51–65, 2020.
[8] R. M. Viner et al., “Review School closure and management
practices during coronavirus outbreaks including
COVID-19 : a rapid systematic review,” Lancet child Adolesc.
Heal., vol. 2019, no. 20, pp. 1–8, 2020, doi: 10.1016/S2352-
4642(20)30095-X.

7
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

[9] F. T. Khamatnurov, M. M. Dudina, and O. F. Chistik,


“Psychological and pedagogical problems of development
of talent among schoolchildren,” Math. Educ., vol. 11, no. 8,
pp. 2903–2913, 2016.
[10] M. Urh, G. Vukovic, E. Jereb, and R. Pintar, “The model
for introduction of gamification into e-learning in higher
education,” Procedia - Soc. Behav. Sci., vol. 197, no. February,
pp. 388–397, 2015, doi: 10.1016/j.sbspro.2015.07.154.
[11] C. L. Oprea, “The Internet - A Tool for Interactive Learning,”
Procedia - Soc. Behav. Sci., vol. 142, pp. 786–792, 2014, doi:
10.1016/j.sbspro.2014.07.617.
[12] P. C. de Oliveira, C. J. C. de A. Cunha, and M. K. Nakayama,
“Learning Management Systems (LMS) and e-learning
management: an integrative review and research agenda,”
J. Inf. Syst. Technol. Manag., vol. 13, no. 2, pp. 157–180, 2016,
doi: 10.4301/s1807-17752016000200001.
[13] A. Rhema and I. Miliszewska, “Analysis of Student
Attitudes towards E-learning: The Case of Engineering
Students in Libya,” Issues Informing Sci. Inf. Technol., vol.
11, pp. 169–190, 2014, doi: 10.28945/1987.
[14] R. Yahya, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Flipped Classroom Bercirikan,” SJME (Supremum J. Math.
Educ., vol. 4, no. 1, pp. 78–91, 2020.
[15] D. A. Cook and A. R. Artino, “Motivation to learn: an
overview of contemporary theories,” Med. Educ., vol. 50,
no. 10, pp. 997–1014, 2016, doi: 10.1111/medu.13074.
[16] P. Buckley and E. Doyle, “Gamification and student
motivation,” Interact. Learn. Environ., vol. 24, no. 6, pp.
1162–1175, 2016, doi: 10.1080/10494820.2014.964263.
[17] I. Kusmaryono, “The importance of mathematical power
in mathematics learning,” Int. Conf. Math. Sciense, Educ.,
no. May, pp. 35–40, 2014.
[18] D. S. Sari, K. Kusnandi, and S. Suhendra, “A Cognitive
Analysis of Students’ Mathematical Communication
Ability on Geometry,” J. Phys. Conf. Ser., vol. 895, no. 1,
2017, doi: 10.1088/1742-6596/895/1/012083.

8
Masa Pandemi Covid-19

[19] F. Firdaus, I. Kailani, M. N. Bin Bakar, and B. Bakry,


“Developing Critical Thinking Skills of Students in
Mathematics Learning,” J. Educ. Learn., vol. 9, no. 3, p. 226,
2015, doi: 10.11591/edulearn.v9i3.1830.
[20] A. Wibowo, “Pengaruh pendekatan pembelajaran
matematika realistik dan saintifik terhadap prestasi belajar,
kemampuan penalaran matematis dan minat belajar,” J.
Ris. Pendidik. Mat., vol. 4, no. 1, p. 1, 2017, doi: 10.21831/
jrpm.v4i1.10066.
[21] S. Mawaddah and R. Maryanti, “Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematis Siswa SMP dalam Pembelajaran
Menggunakan Model Penemuan Terbimbing (Discovery
Learning),” EDU-MAT J. Pendidik. Mat., vol. 4, no. 1, pp.
76–85, 2016, doi: 10.20527/edumat.v4i1.2292.
[22] A. K. Arslan, “An Exploratory Model of Learning Styles
Based on Agent Learning,” Universe Sci. Publisihng, vol. 2,
no. 2, pp. 1–8, 2018, doi: 10.18686/ahe.v2i2.1088.
[23] A. I. Czepula, W. E. Bottacin, E. H. Jr, D. R. Baptista, R.
Pontarolo, and C. J. Correr, “Predominant learning styles
among pharmacy students at the Federal University
of Paraná , Brazil,” vol. 14, no. 1, 2016, doi: 10.18549/
PharmPract.2016.01.650.
[24] Y. Polat, A. A. Peker, R. Özpeynirci, and H. Duman,
“The Effect of Learning Styles of Accounting Education
Students on their Performance: A Field Study,” Procedia -
Soc. Behav. Sci., vol. 174, pp. 1841–1848, 2015, doi: 10.1016/j.
sbspro.2015.01.846.
[25] T. Wilkinson, M. Boohan, and M. Stevenson, “Does
learning style influence academic performance in different
forms of assessment?,” J. Anat., vol. 224, no. 3, pp. 304–308,
2014, doi: 10.1111/joa.12126.
[26] A. Jaelani, H. Fauzi, H. Aisah, and Q. Y. Zaqiyah,
“PENGGUNAAN MEDIA ONLINE DALAM PROSES
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR PAI DIMASA
PANDEMI COVID-19 (Studi Pustaka dan Observasi
Online),” J. IKA Ikat. ALUMNI PGSD UNARS, vol. 8, no. 1,
pp. 12–24, 2020.

9
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

[27] R. R. Estacio and R. C. Raga Jr, “Analyzing students online


learning behavior in blended courses using Moodle,”
Asian Assoc. Open Univ. J., vol. 12, no. 1, pp. 52–68, 2017,
doi: 10.1108/aaouj-01-2017-0016.
[28] P. E. Paruntu, Y. L. Sukestiyarno, A. Priyono, and B.
Prasetyo, “Analysis of Mathematical Communication
Ability and Curiosity Through Project Based Learning
Models With Scaffolding,” Unnes J. Math. Educ. Res., vol. 7,
no. 1, pp. 26–34, 2018.
[29] M. P. P. Liyanage, K. S. L. Gunawardena, and M. Hirakawa,
“Using Learning Styles to Enhance Learning Management
Systems,” Int. J. Adv. ICT Emerg. Reg., vol. 7, no. 2, p. 47,
2014, doi: 10.4038/icter.v7i2.7177.
[30] S. Kazmi, “EC PSYCHOLOGY AND PSYCHIATRY
Research Article Adaptation of the Learning Style
Questionnaire (LSQ) in Bangladesh Context,” EC Psychol.
Psychiatry, vol. 7, no. 9, pp. 620–631, 2018.
[31] M. Maric, S. Penger, I. Todorovic, N. Djurica, and R.
Pintar, “Differences in Learning Styles: A comparison
of Slovenian Universities,” Procedia - Soc. Behav. Sci.,
vol. 197, no. February, pp. 175–183, 2015, doi: 10.1016/j.
sbspro.2015.07.079.
[32] M. Covaci, “SPEARMAN CORRELATIONS BETWEEN
MODEL / STYLE OF LEARNING SENSORY (
PERCEPTUAL ) AND MODEL / STYLE OF LEARNING
RATIONAL,” Rom. J. Psychol. Stud., vol. 5, no. 1, 2017.
[33] R. Betttin-Diaz, A. E. Rojas, and C. Mejia-Moncayo,
Methodological Approach to the Definition of a Blockchain
System Chain Traceability, vol. 1. Springer International
Publishing, 2018.
[34] T. Bhatnagar and V. Sinha, “Learning styles: A comparison
between indian and german business students,” J. Int.
Students, vol. 8, no. 1, pp. 473–487, 2018, doi: 10.5281/
zenodo.1134345.
[35] M. Rais and F. Aryani, “Learning Style in Teaching : An
Effort Understanding the Characteristics of Learners in
Early Learning,” 1st Int. Conf. Educ. Sci. Art Technol. (the 1st
ICESAT), no. July, pp. 259–265, 2017.

10
Masa Pandemi Covid-19

[36] N. Jafari Navimipour and B. Zareie, “A model for


assessing the impact of e-learning systems on employees’
satisfaction,” Comput. Human Behav., vol. 53, pp. 475–485,
2015, doi: 10.1016/j.chb.2015.07.026.
[37] S. Kumar Basak, M. Wotto, and P. Bélanger, “E-learning,
M-learning and D-learning: Conceptual definition and
comparative analysis,” E-Learning Digit. Media, vol. 15, no.
4, pp. 191–216, 2018, doi: 10.1177/2042753018785180.
[38] T. H. Wang, “Developing an assessment-centered
e-Learning system for improving student learning
effectiveness,” Comput. Educ., vol. 73, pp. 189–203, 2014,
doi: 10.1016/j.compedu.2013.12.002.
[39] S. Bulan and H. S. Zainiyati, “Pembelajaran Online Berbasis
Media Google Formulir dalam Tanggap Work From Home
Masa Pandemi Covid-19 di MADRASAH IBTIDAIYAH
NEGERI (MIN) 1 Paser,” J. Islam. Educ., vol. 8, p. 1, 2020.
[40] P. Radyuli, R. Sefriani, and Q. Nurul, “PEMBELAJARAN
INQUIRY MENGGUNAKAN GOOGLE FORM
TERHADAP HASIL BELAJAR SIMULASI DAN
KOMUNIKASI DIGITAL (Case study of class X of SMK
Negeri 9 Padang) Popi,” J. Ilmu Pendidik., vol. 1, no. 2, pp.
56–63, 2019.
[41] B. Febriadi and N. Nasution, “Sosialisasi Dan Pelatihan
Aplikasi Google Form Sebagai Kuisioner Online Untuk
Meningkatkan Kualitas Pelayanan,” INOVTEK Polbeng
- Seri Inform., vol. 2, no. 1, p. 68, 2017, doi: 10.35314/isi.
v2i1.119.
[42] H. H. Batubara, “PENGGUNAAN GOOGLE FORM
SEBAGAI ALAT PENILAIAN KINERJA DOSEN DI
PRODI PGMI UNISKA MUHAMMAD ARSYAD AL
BANJARI,” Univ. Islam Kalimantan MAB, vol. 8, no. 1, pp.
40–50, 2016.
[43] D. Purwati and A. N. P. Nugroho, “Pengembangan Media
Evaluasi Pembelajaran Sejarah Berbasis Google Formulir
Di Sma N 1 Prambanan,” Istor. J. Pendidik. dan Ilmu Sej., vol.
14, no. 1, 2018, doi: 10.21831/istoria.v14i1.19398.

11
Kepercayaan Diri Siswa dalam Menyelesaikan Permasalahan
Realistik Matematika
Diella Aprilani luthfia Amany1

Pengantar
Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang menjadi kebiasaan turun
menurun dari jaman nenek moyang. Pendidikan dilakukan
guna mengasah kemampuan serta keahlian seseorang agar
terus berkembang [1]. Pelaku pada proses belajar mengajar
dalam pendidikan ada dua, yaitu pendidik dan siswa, sehingga
dapat menghasilkan proses belajar mengajar yang baik dan
untuk fondasi atau mengembangkan kemampuan awal siswa
untuk dapat mempelajari materi lebih luas lagi di tingkat
yang lebih tinggi [2]. Secara spesifik, implementasi yang
mengarah kepada kompetensi akan membagikan partisipasi
yang berpengaruh kepada minat dan kepercayaan diri siswa
dalam belajar [3]. Beberapa pendapat yang lazim didengar
tentang matematika yaitu pelajaran yang sangat ditakuti, tidak
menarik, menyusahkan, dan sebagainya membuat persepsi
sebagian siswa menjadi tidak percaya diri [4]
Minat dan kepercayaan diri siswa sangat berperan penting
dalam proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan [5].
Minat dan kepercayaan diri akan menjadi objek yang mendasar
untuk mengartikan pengangkatan, panduan, ketekunan
dan kualitas sikap [6]. Kepercayaan diri dapat didefinisikan
sebagai kepercayaan kepada diri sendiri yang berada pada
setiap kehidupan individu didunia [4]. Proses belajar mengajar
beberapa siswa bisa tergolong dalam minat belajar yang tinggi,
1
Diella Aprilani Luth ia Amany,Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Muhammadiyah Malang

12
Masa Pandemi Covid-19

sedang dan tidak sedikit pula siswa yang minat belajar nya
cukup rendah, terutama dalam mata pelajaran matematika [7].
Kepercayaan diri siswa dalam belajar akan mendorong dan
mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran, agar dapat
menumbuhkan minat siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar [7]. Siswa yang memiliki minat tinggi biasanya akan
giat dalam mengerjakan tugas-tugas atau bahkan sekadar
menyelesaikan latihan soal-soal, bisa mempertahankan
pendapatnya dan walaupun mendapatkan kesulitan tetapi
memiliki minat dan kepercayaan diri belajar yang tinggi
tidak akan menyerah sampai biasa menyelesaikannya suatu
permasalahan [7]. Dalam menyikapi situasi seperti itu, maka
pembelajaran matematika sebaiknya mengubah anggapan
orang dari pelajaran yang mekanistis menjadi pelajaran yang
lebih humanistik yang menarik [4]
Permasalahan realistik matematika tidak melihaat
matematika dari sisi subjek untuk permasalahan penyebaran,
melainkan sebagai permasalahan yang dilihat atau ditemukan
saat siswa melakukan aktivitas [8]. Permasalahan realistik
matematika akan selalu berhubungan dengan permaslahan
di dunia nyata atau keseharian yang biasa kita temui [8]. Hal
ini dapat mengsrtiksn bahwasannya permasalahan realistik
dalam matematika tidak selalu mempunyai inti pokok yang
sebagai system tertutup, tetapi juga dilihat dari sudut pandang
kehidupan dunia nyata atau sehari-hari [8].
Menyelesaikan permasalahan atau Penyelesaian masalah
merupakan bagian dari berasumsi, yaitu menggambarkan
gaya berpikir yang paling maju dari semua fungsi kepintaran
seseorang [9]. Pemecahan masalah dapat digambarkan dalam
bentuk skala yang dihasilkan dari parameter pre-test/post-
test [10]. Pemecahan massalah dapat disajikan dalam bentuk
data kualitatif yang akan menyampaikan lebih banyak uraian
tentang pengalaman penelitian [10]. Penyelesaian masalah
dilihat dari minat dan kepercayaan diri siswa pada saat

13
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

belajar menjadi faktor untuk mengikuti atau ikut serta dalam


proses belajar mengajar [11]. Keahlian dan kepintaran dapat
mempengaruhi apa yang dikerjakan, kualitas motivasi yang
mebuat inti dan kualitas cara yang digunakan dalam proses
belajar mengajar [11].
Kenyataannya yang ditemui dalam kegiatan magang III
yang dilaksanakan pada bulan September 2020 bahwasannya
terdapat beberapa siswa didalam proses belajar mengajar telat
dalam mengumpulkan tugas yang sudah diberikan, sehingga
dari situ menunjukkan bahwa masih kurangnya minat dan
kepercayaan diri siswa dalam mengikuti pembelajaran
matematika [11]. Penelitian sebelumnya memaparkan
bahwa penyelesaian masalah realistic matematik dianalisis
berdasarkan minat dan kepercayaan diri dalam belajar siswa,
prestasi belajar siswa dan hasil belajar siswa [12]. Penelitian
ini berbeda dari segi tinjauannya yaitu aspek penyelesaian
masalah realistic. Selain itu, penelitian [13] menjelaskan
tentang minat dan kepercayaan diri belajar yang diukur dari
penyelesaian masalah open-ended dan penelitian [12] tentang
masalah realistic. Hal yang membedakan dari penelitian [12]
yaitu penelitian ini focus padakelas XI materi matriks, bukan
pada kelas VIII SMP yang pada penelitian[12]
Pembahasan
Pemecahan Masalah

Keterampilan pemecahan masalah yaitu keterampilan yang


wajib ada dalam perolehan pada kurikulim yang tertulis pada
tujuan pembelajaran matematika [14]. Pemecahan masalah
matematika berperan berharga jika tidak lantaran menjadikan
seseorang sebagai pemecah masalah yang kian apik menurut
standar, melainkan disebabkan dengan memecahkan masalah
matematika itu berkualitas dibatinnya, ini akan berorientasi
kepada pandangan penyelesaian masalah seperti keahlian-
keahlian yang sekiranya masih kurang luas diartikan (bisa
menemukan jalan keluar untuk masalah yang diberikan),tetapi

14
Masa Pandemi Covid-19

selayaknya didalam kehidupan dirinya sendiri [9]. Pemecahan


masalah matematik yaitu pernyataan dari satu keadaan
pada matematika di mana matematika diibaratakan masalah
dengan orang mengerjakannya [15]. Tahapan yang dilakukan
pada pemecahan masalah melalui berberapa tahapan
pertanyaan, yaitu: (1) Tahap memahami masalah: dapat
menyebutkan apa yang diketahui atau ditanyakan pada soal?
Apa yang diminta oleh soal, apakah membuat persamaan atau
hubungan lainnya? Apakah data yang tersedia dalam soal
sudah cukup untuk menyelesaikan permasalahan dalam soal?
(2) Tahap merencanakan pemecahan: apakah sudah pernah
menemui soal serupa? Apakah mengetahui soal seperti ini?
Cara seperti apa yang dapat diterapkan dalam menyelesaikan
masalah disoal tersebut? Fokus terhadap yang ditanyakan! (3)
Melaksanakan Perhitungan Bagaimana tata cara penyelesaian
dan mengecek kembali tiap tahapannya, memastikan tiap
tahapannya sudah benar? Melihat kembali hasil proses dan
hasil hitung? [16]
Pemberian masalah dapat mengarahkan siswa untuk
lebih aktif pada saat proses belajar mengajar dan meperluas
wawasan tentang konsep matematika [17]. Adapun berikut
adalah tahapan-tahapan dalam menyelesaikan masalah [18]: 1)
mengerti apa saja kendala yang ada dan yang menjadi pokok
permasalahan; 2) menyusun rancangan penyelesaian, untuk
dapat diselesaikan dalam penulisan matematika; 3) memulai
menyelesaikan permasalahan, dan 4) meninjau kembali,
yang melihat apakah jawaban itu sudah benar dan menarik
kesimpulan dari jawaban.
Realistik Matematik

Realistik matematik menggambarkan pengetahuan


matematika sebagai pokok, dengan cara apa siswa belajar
matematika dan harus diajarkan seperti apa [13]. Pembelajaran
realistik matematik memiliki opini realitas yang tidak
selamanya diperluas selagi bagian terakhir dari prosedur

15
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

pembelajaran, namu saja sumber untuk proses belajar mengajar


matematika [13]. Karakteristik realistic matematika adala
lima, yaitu: 1). Memanfaatkan permasalahan kontekstual,
2). Menggunakan beragam cara, 3). Keikutsertaan siswa, 4).
Keaktifan siswa, dan 5). Keselarasan [19]. Pengetahuan ini
digambarkan sebagai karakteristik realistk matematik, di mana
rancangan realistik merupakan latar belakang ilmu siswa
yang dikenal di aktivitasnya, kemudian akan menjadi faktor
rancangan ide yang mengkaitkan berbagai latar belakang
dan gagasan matematika [13]. Pengetahuan ini digambarkan
sebagai karakteristik realistk matematik, di mana rancangan
realistik merupakan latar belakang ilmu siswa yang dikenal
di aktivitasnya, kemudian akan menjadi faktor rancangan
ide yang mengkaitkan berbagai latar belakang dan gagasan
matematika [13]. Contoh soal Realistik Matematika “Fia
membelikan Fauzan dua topi dan 1 gelang dengan total harga
130.000 rupiah. Dengan total harga yang sama Diella mendapat
2 gelang dan 2 topi. Sementara, Fauzan ingin membeli sendiri
dengan uang tabungannya. Bantu Fauzan untuk menentukan
harga topi dan gelang!”
Kepercayaan diri Siswa

Kepercayaan diri siswa akan menjadi dorangan dalam


mengikuti pembelajaran dan mendapatkan hasil proses
belajar yang berkualitas [2]. Kepercayaan diri dalam belajar
akan dimanfaatkan untuk variabel terikat atau penyelesaian
masalah untuk mengartikan tingkatan sikap peserta didik.
Minat belajar dalam diibaratkan sebagai suatu penentuan
paling utama pada proses belajar mengajar, keikutsertaan
peserta didik peting perihal motivasi faktor dalam dan faktor
luar [6]. Ilmu mengenai minat dan kepercayaan diri peserta
didik bisa dipakai guna memajukan kualitas belajar ( misalnya,
agar memahami kecemasan atau kekalahan peserta didik saat
diberrikan tugas atau permaslaahan matematika yang rumit)
[20]. Kepercayaan diri dalam belajar akan dimanfaatkan untuk

16
Masa Pandemi Covid-19

variabel terikat atau penyelesaian masalah untuk mengartikan


tingkatan sikap peserta didik. Minat belajar dalam diibaratkan
sebagai suatu penentuan paling utama pada proses belajar
mengajar, keikutsertaan peserta didik peting perihal motivasi
faktor dalam dan faktor luar [6]. Proses belajar mengajar
beberapa siswa bisa tergolong dalam minat belajar yang tinggi,
sedang dan tidak sedikit pula siswa yang minat belajar nya
cukup rendah, terutama dalam mata pelajaran matematika [7].
Kepercayaan diri siswa dalam belajar akan mendorong dan
mengarahkan siswa dalam proses pembelajaran, agar dapat
menumbuhkan minat siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar [7]. Siswa yang memiliki minat tinggi biasanya akan
giat dalam mengerjakan tugas-tugas atau bahkan sekadar
menyelesaikan latihan soal-soal, bisa mempertahankan
pendapatnya dan walaupun mendapatkan kesulitan tetapi
memiliki minat dan kepercayaan diri belajar yang tinggi
tidak akan menyerah sampai biasa menyelesaikannya suatu
permasalahan [7].
Ilmu mengenai minat dan kepercayaan diri peserta didik
bisa dipakai guna memajukan kualitas belajar ( misalnya,
agar memahami kecemasan atau kekalahan peserta didik
saat diberrikan tugas atau permaslaahan matematika yang
rumit) [20]. Indicator atau faktor yang dapat digunakan dalam
menilai minat dan kepercayaan diri siswa, yaitu
1. Jumlah waktu yang digunakan dalam aktivitas belajar
siswa, yaitu berapa lama waktu yang dipergunakan siswa
untuk belajar
2. Banyaknya aktivitas belajar, yaitu berapa materi yang
dipelajari untuk waktu yang ada.
3. Toleransi dalam belajar, yaitu penerimaan dalam mem-
pelajari materi
4. Keuletan, yaitu ketidak menyerahan dalam menyelesaikan
suatu permasalahan dalam belajar

17
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

5. Kapasitas menguasai permasalahan dan kerumitan, yaitu


daya tamping siswa dalam menyelesaikan permaslahan
dan kerumitannya
6. Ketaatan serta loyalitas, yaitu ketepatan atau ketelitian
siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan
7. Bagaimana sikap dalam belajar , yaitu dilihat dari sikap
siswa saat belajar
8. Mengikuti semua aktivitas belajar secara sungguh-sungguh
[21]
Penutup
Kepercayaan diri berpengaruh pada kemampuan
siswa-siswa dalam menyelesaikan permasalahan realistic
matematika, di mana semakin tinggi kepercayaan diri siswa
maka semakin baik pula kemampuannya dalam menyelesaikan
permasalahan realistic [14][4][21]
Rujukan
[1] A. Y. Noaman and F. F. Ahmed, “ERP Systems
Functionalities in Higher Education,” Procedia Comput.
Sci., vol. 65, no. Iccmit, pp. 385–395, 2015, doi: 10.1016/j.
procs.2015.09.100.
[2] D. Selvianiresa and S. Prabawanto, “Contextual Teaching
and Learning Approach of Mathematics in Primary
Schools,” J. Phys. Conf. Ser., vol. 895, no. 1, 2017, doi:
10.1088/1742-6596/895/1/012171.
[3] U. Schiefele and E. Schaffner, “Teacher interests, mastery
goals, and self-efficacy as predictors of instructional
practices and student motivation,” Contemp. Educ.
Psychol., vol. 42, pp. 159–171, 2015, doi: 10.1016/j.
cedpsych.2015.06.005.
[4] H. Hendriana, “Pembelajaran Matematika Humanis
Dengan Metaphorical Thinking Untuk Meningkatkan
Kepercayaan Diri Siswa,” Infin. J., vol. 1, no. 1, p. 90, 2012,
doi: 10.22460/infinity.v1i1.9.

18
Masa Pandemi Covid-19

[5] Y. Arifani and S. Suryanti, “The influence of male and female


ESP teachers’ creativity toward learners’ involvement,”
Int. J. Instr., vol. 12, no. 1, pp. 237–250, 2019, doi: 10.29333/
iji.2019.12116a.
[6] P. Buckley and E. Doyle, “Gamification and student
motivation,” Interact. Learn. Environ., vol. 24, no. 6, pp.
1162–1175, 2016, doi: 10.1080/10494820.2014.964263.
[7] T. Pelaccia and R. Viau, “Motivation in medical
education*,” Med. Teach., vol. 39, no. 2, pp. 136–140, 2017,
doi: 10.1080/0142159X.2016.1248924.
[8] S. Sumirattana, A. Makanong, and S. Thipkong, “Kasetsart
Journal of Social Sciences Using realistic mathematics
education and the DAPIC problem-solving process
to enhance secondary school students ’ mathematical
literacy,” Kasetsart J. Soc. Sci., vol. 38, no. 3, pp. 307–315,
2017, doi: 10.1016/j.kjss.2016.06.001.
[9] A. H. Schoenfeld, “Learning to Think Mathematically:
Problem Solving, Metacognition, and Sense Making in
Mathematics (Reprint),” J. Educ., vol. 196, no. 2, pp. 1–38,
2016, doi: 10.1177/002205741619600202.
[10] F. Kalelioʇlu, “A new way of teaching programming skills
to K-12 students: Code.org,” Comput. Human Behav., vol.
52, pp. 200–210, 2015, doi: 10.1016/j.chb.2015.05.047.
[11] L. Abeysekera and P. Dawson, “Motivation and cognitive
load in the flipped classroom: definition, rationale and a
call for research,” High. Educ. Res. Dev., vol. 34, no. 1, pp.
1–14, 2015, doi: 10.1080/07294360.2014.934336.
[12] M. I. Chrissanti and D. B. Widjajanti, “Keefektifan
Pendekatan Metakognitif Ditinjau Dari Prestasi
Belajar, Kemampuan Berpikir Kritis, Dan Minat Belajar
Matematika,” J. Ris. Pendidik. Mat., vol. 2, no. 1, p. 51, 2015,
doi: 10.21831/jrpm.v2i1.7150.
[13] J. Sitorus and Masrayati, “Students’ creative thinking
process stages: Implementation of realistic mathematics
education,” Think. Ski. Creat., vol. 22, pp. 111–120, 2016,
doi: 10.1016/j.tsc.2016.09.007.

19
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

[14] H. H. Siti Rahmi Yuliani, Wahyu Setiawan, “Analisis


Kesalahan Siswa Smp Pada Materi Perbandingan
Ditinjau Dari Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis,” JPMI (Jurnal Pembelajaran Mat. Inov., vol. 1, no.
3, p. 325, 2019.
[15] S. D. Y. S. Kusumah, “Dampak Pendidikan matematika
realistik terhadap peningkatan kemampuan pemecahan
masalah siswa SMP,” J. Math. Educ., vol. 1, no. 1, pp. 41–51,
2010, doi: 10.22342/jme.1.1.793.41-52.
[16] W. Anisa, “Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
dan Komunikasi Matematik melalui Pembelajaran
Pendidikan Matematika Realistik untuk Siswa SMP Negeri
di Kabupaten Garut,” J. Pendidik. dan Kegur., vol. 1, no. 1, p.
209668, 2014.
[17] S. Ariani, Y. Hartono, and C. Hiltrimartin, “Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada Pembelajaran
Matematika Menggunakan Strategi Abduktif-Deduktif di
SMA Negeri 1 Indralaya Utara,” J. Elem., vol. 3, no. 1, p. 25,
2017, doi: 10.29408/jel.v3i1.304.
[18] F. Unsri et al., “Pengembangan Soal Pemecahan Masalah
Berbasis Argumen,” pp. 145–156.
[19] S. Harini, “Pengembangan Realistik Sebagai Pilihan,” vol.
5, no. 1, pp. 87–110, 2015.
[20] L. Verschaffel, F. Depaepe, and E. De Corte, Mathematics
Education, Second Edi., vol. 14. Elsevier, 2015.
[21] M. J. Dinata and I. H. Kusumah, “Motivasi Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran Pemeliharaan Sistem Kelistrikan
Kendaraan Ringan,” J. Mech. Eng. Educ., vol. 4, no. 1, p. 92,
2017, doi: 10.17509/jmee.v4i1.7446.

20
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Melalui
Pembelajaran Berbantuan Google Classroom
Ikhtiar Nur Insyafrudin1

Pengantar
Kebutuhan pendidikan dalam proses pembelajaran saat ini
sangat membutuhkan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) dalam menentukan metode dan strategi pembelajarann
[1], [2]. Metode tersebut disebut dengam pembelajaran
berteknologi (Tech Learning) atau yang sering dikenal dengan
sebutan e-learning yang telah mempengaruhi berpindahnya
pembelajaran konvensional ke dalam bentuk digital, secara isi
(contents) maupun sistemnya [3]. Materi pelajaran saat ini tidak
hanya diberikan secara reguler di kelas melainkan memiliki
alternatif dengan menggunakan e-learning saat berhalangan
mengikuti pembelajaran tatap muka, hal itu dibuktikan
dengan banyaknya implementasi e-learning khususnya di
lembaga pendidikan mulai sekolah hingga universitas[4].
Implementasi e-learning dalam pembelajaran memberikan
pengalaman belajar yang praktis dan menyenangkan [5].
Melalui pembelajaran e-learning, proses belajar menjadi lebih
fleksibel dan nyaman sehingga meningkatkan motivasi siswa
untuk belajar [6]. Siswa dapat mengakses materi kapan pun
dan di mana pun menggunakan berbagai jenis gadget yang
mereka miliki [6].
Dalam kegiatan pembelajaran matematika menggunakan
e-learning berbasis google classroom dan whatsapp siswa
SMP Negeri khususnya dalam pandemi Covid-19 ini
1
Ikhtiar Nur Insyafrudin, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Muhammadiyah Malang

21
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

bermunculan beberapa masalah dan kendala. Masalah


tersebut di antaranyanya tidak semua siswa sama dalam
hal kepemilikikan fasilitas seperti HP, adapula siswa yang
memiliki HP tetapi tidak mendukung untuk pembelajaran
online. Sulitnya sinyal yang didapatkan dan ketebatasan
kuota juga menjadi kendala bagi beberapa siswa yang tinggal
di daerah terpencil walaupun siswa memiliki HP. Kendala
lain yang muncul saat penerapan pembelajaran online yaitu
materi yang disampaikan tidak sepenuhnya dipahami oleh
siswa bahkan tidak semua siswa mengikuti kegiatan belajar
mengajar berlangsung.
Pembelajaran matematika dengan menggunakan pem-
belajaran online dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
tulis siswa [7]. Pembelajaran berbasis online juga dapat
mendukung interaksi dalam belajar di antaranyanya yaitu
komunikasi [7].
Komunikasi matematis dapat memberikan respon yang
positif dan pemahaman bagi peserta didik maupun mahasiswa
mengenai pembelajaran matematika [8]. Komunikasi matematis
juga untuk menunjukkan penalarannya baik secara tertulis
maupun lisan [9]. Komunikasi matematis tertulis merupakan
kemampuan siswa dalam menyampaikan ide-ide matematika
atau gagasan berupa pemecahan masalah, pemahaman dan
penalaran secara tertulis [10]. Kemampuan komunikasi
tulis siswa dapat diukur dengan kegiatan menulis melaui
penugasan. Kegiatan menulis merupakan proses reflektif.
Tugas menulis bertujuan untuk menjelaskan pemikiran dan
mempertahankan jawaban siswa menggunakan waktunya
untuk memikirkan gagasan dan ide-ide [11].
Pembahasan
Bagian ini silahkan dipaparkan kajian yang sesuai dengan
tema yang bapak ibu kemukakan. Adapun heading ke-2 dapat
dituliskan dengan cetak miring seperti contoh berikut. [12],

22
Masa Pandemi Covid-19

[13]. Pemaparan usahakan kontekstual, jadi tidak ada kutipan


langsung.
Komunikasi matematis

Komunikasi merupakan cara memberikan informasi


atau pendapat baik secara langsung maupun tidak langsung
[14]. Komunikasi merupakan adanya proses interaksi dalam
penyampaian ide-ide keterampilan serta dapat menguatkan
sikap dan perilaku orang lain [15], [16]. Komunikasi adalah
kemampuan yang mendasar dari pelajaran matematika
untuk mengungkapkan ide-idenya secara jelas [17]. Salah
satu kemampuan yang harus dimiliki peserta didik yaitu
kemampuan komunikasi matematis [8].
Komunikasi matematis merupakan bagian terpenting
dari suatu pembelajaran matematika [18]–[20]. Komunikasi
matematis merupakan kemampuan yang didapat dari
gambaran secara visual, menulis, pidato, dan demostrasi
agar dapat mengekspresikan ide-ide matematikanya [10].
Kemampuan berkomunikasi secara matematis melalui
tanya jawab maupun individu dapat membentuk suatu
keterampilan pada peserta didik [21]. Komunikasi matematis
dapat membantu peserta didik untuk memahami dan
berbagi ide yang ditunjukkan kepada pendidik atau peserta
didik yang lainnya dalam suatu proses pembelajaran [22].
Peserta didik dapat menggunakan komunikasi matematis
untuk berkomunikasi pada pembelajaran matematika [23].
Kemampuan komunikasi matematis yang dimiliki peserta
didik akan memberikan respon positif terhadap pemahaman
belajar matematika [8]. Peserta didik dengan kemampuan
komunikasi matematis yang tinggi akan mempermudah
untuk menyelesaikan persoalan dan penalaran dalam
pembelajaran matematika [19]. Hasil belajar yang dicapai
dalam pembelajaran matematika tentunya berkaitan dengan
kemampuan komunikasi matematis peserta didik [24].
Komunikasi matematis merupakan kemampuan dalam

23
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

menyampaikan ide-ide matematika baik secara tulisan dan


lisan [17], [18].
Komunikasi matematis tulis adalah proses penyampaian
ide-ide atau gagasan melalui tulisan. Komunikasi matematis tulis
dapat bentuk gambar, simbol-simbol matematika, diagram,
angka dan tabel [20], [23], [25]. Kemampuan komunikasi
matematis tulis peserta didik dapat mengemukakan
pengetahuannya secara tertulis [26]. Komunikasi matematis
tulis dapat membantu pendidik untuk memahami dan
mengenali kemampuan peserta didik dalam proses
pembelajaran [27]. Berdasarkan pemaparan di atas, indikator
komunikasi matematis tulis sebagai berikut:
Tabel 1. Indikator Komunikasi Matematis Tulis

No Indikator Aspek Pengamatan


Menyatakan situasi atau
Menuliskan apa yang diketahui
1. informasi matematis dalam
dan ditanyakan dari soal.
bentuk simbol atau bahasa.
Mengubah suatu informasi
Mengubah masalah uraian
2. matematis dalam bentuk
kedalam bentuk gambar.
gambar.
Menggunakan dan memilih
Memilih strategi dalam
informasi matematis atau
3. menyelesaikan soal dengan
gambar untuk menyelesaikan
lengkap dan tepat.
masalah
Memberikan kesimpulan secara
Membuat kesimpulan dengan
tertulis dengan bahasa sendiri
4. bahasa sendiri sesuai dengan
dari permasalahan yang sudah
hasil penyelesaian.
diselesaikan.

[8], [19], [28], [29]


Kemampuan komunikasi matematis dalam bentuk
lisan dapat dilihat dari peserta didik menyampaikan ide-
ide matematikanya kepada pendidik atau ke peserta didik
yang lainnya dengan diungkapkan secara lisan [20], [23],
[25]. Komunikasi matematis lisan dapat mengindikasikan
pemahaman konsep atau ide-idenya dalam pembelajaran
matematika [17]. Komunikasi matematis secara lisan dapat
diterapkan seperti membaca, diskusi, mendengarkan,
mempresentasikan, mengutarakan hal-hal yang relevan dalam

24
Masa Pandemi Covid-19

suatu permasalahan, mengutarakan langkah penyelesaian


secara runtut, dan tidak berhenti pada saat penyampaian
informasi jika belum terselesaikan [30]. Berdasarkan
pemaparan di atas, maka indikator komunikasi matematis
dalam penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 2. Indikator Komunikasi Matematis Lisan

No Indikator Aspek Pengamatan


Menyatakan situasi atau
Penyampaian informasi yang
1. informasi matematis dalam
terdapat dalam soal.
bentuk simbol atau bahasa.
Mengubah suatu informasi
Mengubah informasi pada soal ke
2. matematis dalam bentuk
dalam bentuk gambar.
gambar.
Menggunakan dan memilih
Menjelaskan langkah-langkah atau
3. informasi atau gambar untuk
strategi dalam menyelesaikan soal.
menyelesaikan masalah.
Membuat kesimpulan dengan Mengutarakan kesimpulan secara
4. bahasa sendiri sesuai dengan lisan dengan bahasa sendiri sesuai
hasil penyelesaian. dengan hasil penyelesaian.

[8], [19], [28], [29]


Pembelajaran daring

Pembelajaran daring atau yang biasa disebut lebih akrab


dengan E-Learning merupakan singkatan dari Electronic
Learning. Penggunaan teknologi yang berbasis internet
berupa program, situs web dan aplikasi pada pembelajaran
daring dapat memberikan kesempatan kepada peserta
didik dalam proses pembelajaran serta dapat meningkatkan
pengetahuan bagi setiap individu [31]. E-Learning merupakan
pembelajaran yang didukung dengan teknologi seperti
telepon, audio, videotape, dan computer [32]. Pembelajaran
secara mandiri yang berarti peserta didik harus belajar
mandiri tanpa pengawasan dari pendidik termasuk ciri khas
dari pembelajaran daring [33]. Melalui pembelajaran berbasis
E-learning, proses belajar mengajar akan lebih fleksibel dan
peserta didik dapat mengakses kapan saja dengan berbagai
jenis gadget yang dimiliki [34]. E-Learning dapat dibagi menjadi
beberapa macam, salah satunya yaitu Google Form [35].

25
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Google classroom

Google classroom dianggap sebagai salah satu platform


terbaik di dunia pendidikan untuk meningkatkan alur
kerja guru. Ini menyediakan satu set fitur canggih yang
menjadikannya alat yang ideal untuk digunakan dengan
siswa. Google classroom juga membantu guru menghemat
waktu, menjaga kelas tetap teratur, dan meningkatkan
komunikasi dengan siswa. Ini tersedia bagi siapa saja yang
memiliki Google Apps for Education, rangkaian produktivitas
gratis alat termasuk Gmail, Drive, dan Dokumen [36]. google
classroom ditujukan untuk membantu pengajar mengelola
pembuatan dan pengumpulan tugas siswa dilingkungan
tanpa kertas, pada dasarnya memanfaatkan kerangka kerja
Google Docs, Drive dan Apps lainnya. Hal ini memungkinkan
guru untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan
siswanya dan lebih sedikit waktu untuk urusan administrasi,
dan sekarang lebih baik lagi.
Google classroom sangat mudah dibuat dan digunakan.
Di sini semua fitur yang tersedia cukup lengkap. Hal ini
memudahkan guru dalam membuat plat form pembelajaran
seperti materi sampai membuat link youtube atau tautan
apa pun untuk tujuan instruksional. Dari itu pengajar dapat
mengirim email ke semua siswa sewaktu-waktu.
Kelebihan Google Classroom
Dalam menggunakan google classroom tentunya memiliki
beberapa kelebihan yang akan didapat bagi para penggunanya
antara lain sebagai berikut:
1. Sangat mobile Friendly untuk pemula
Kelebihan yang pertama adalah sangat mobile friendly
untuk pemula, maksudnya orang yang baru pertama
menggunakan google classroom pasti tidak akan mengalami
kesulitan saat mengoprasikanya. Google sendiri sangat
memperhatikan akan kenyamanan penggunanya. Maka

26
Masa Pandemi Covid-19

google classroom didesain dengan sederhana akan tetapi


banyak fitur. Maka wajar jika orang yang baru mengenal
aplikasi ini langsung bisa menggunakannya.
2. Mudah mengelola tugas yang diberikan
Selain mudah digunakan ada fitur lain di google
classroom di mana kita saat diberikan tugas oleh guru atau
admin kelas kita, maka dengan mudah kita bisa melihatnya
pada satu halaman yang menyediakan laman tugas. Dengan
begitu kita tidak usah repot-repot lagi mencari apa tugas yang
telah diberikan oleh admin atau guru. Maka layak jika google
classroom menjadi aplikasi alternatif belajar secara online
atau daring. Google classroom telah membuat mudah baik itu
untuk siswa atau guru.
3. Semua file masuk ke Google Drive kita
Kelebihan google classroom ketiga adalah semua bentuk
file baik itu mp4,mp3, doc, pdf,zip dan masih banyak lagi.
Semua itu otomatis masuk ke akun google drive kita sehingga
kita tidak usah mencari penyimpanan yang lain untuk
menyimpan file yang telah kita upload. Google classroom
juga otomatis mensinkronkan antara akun gmail dengan
akun google class yang telah kita gunakan. Maka tidak usah
khawatir akan kehilangan file ataupun dokumen yang lainya.
Itu semua sudah tersimpan di google drive.
4. Mudah meninjau tugas sebelum dikirim
Meninjau tugas sangat diperlukan, karena kita bisa melihat
kesalahan atau kekurangan apa yang masih ada di tugas yang
akan kita kirim. Maka Google Classroom menyediakan fitur
melihat tugas sebelum dikirim. Seharusnya setiap aplikasi
belajar harus memberikan fitur seperti milik Google Classroom
tersebut untuk memudahkan dalam peninjauan tugas kita.

27
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

5. Sangat mudah melihat pengumuman dari pengajar


Pengumuman dalam google classroom dimaksudkan agar
para pengajar bisa memberikan informasi baik itu absensi,
tugas, foto siswa atau pengumuman yang bersifat penting
lainya. Sehingga mempermudah guru dalam mengirimkan
tugas di dalam laman google classroom tersebut. Tidak usah
repot lagi mengirim pengumuman lewat sms atau pesan
daring lagi.
6. Bebas dari iklan dan aman
Kelebihan yang bisa kita rasakan saat menggunakan GC
(Google Classroom) ini adalah semua kegiatan yang kita
lakukan tidak akan diganggu dengan penayangan iklan.
Sehingga kita lebih fokus dalam belajar dan berdiskusi di
Google Classroom. Tanpa harus resah dengan banyaknya
iklan yang tampil. Semua iklan baik itu iklan berbayar ataupun
tidak, semua tidak ada di google classroom.
7. Tersedia secara gratis
Dari kebanyakan aplikasi yang dapat kita unduh secara
gratis, maka kamu akan menemukan aplikasi google classroom
yang tersedia secara gratis baik itu di playstore ataupun app
store. Kita bisa bebas mendownloadnya kapanpun serta
lebih efisien. Google classroom sendiri menekankan bahwa
aplikasi ini gratis tanpa harus membayar dahulu sebelum bisa
menggunakanya.
Penutup
Pembelajaran daring pada masa pandemic memang sangat
tidak mungkin tidak diterapkan dalam kegiatan pembelajaran
saat ini. Pembelajaran yang diharapkan tentunya bisa
mempurmudah siswa dalam mendapatkan materi. Dengan
kelebihan yang sudah diuraikan di atas kegunaan google
classroom cukup membantu siswa maupun guru sehingga
dapat berpengaruh dalam proses kegiatan pembelajaran.

28
Masa Pandemi Covid-19

Salah satunya yaitu kemampuan matematis siswa. Hal itu


terjadi karena setiap siswa memiliki kemampuan komunikasi
yang berbeda-beda. Ada yang pada kemampuan penyelesaian
masalah bisa dengan tepat, tetapi dalam menggunakan
symbol matematika kurang tepat, tetapi saat penggunaan
symbol matematika kurang tepat. Ada yang dapat menuliskan
kesimpulan, tetapi dalam kemampuan dalam menuliskan
masalah yang diketahui dari soal kurang tepat. Begitu pula
sebaliknya, sehingga perlu dianalisis dalam setiap hasil tes
siswa.
Rujukan
[1] H. Rodrigues, F. Almeida, V. Figueiredo, S. L. Lopes,
I. U. D. L. Iscte-iul, en L. De Línguas, “Computers &
Education Tracking e-learning through published papers :
A systematic review”, Comput. Educ., vol 136, no December
2018, bll 87–98, 2019, doi: 10.1016/j.compedu.2019.03.007.
[2] A. El Mhouti, “Using cloud computing services in
e-learning process : Benefits and challenges”, 2017, doi:
10.1007/s10639-017-9642-x.
[3] S. K. Basak en M. Wotto, “D-learning : Conceptual
definition and comparative analysis”, 2018, doi:
10.1177/2042753018785180.
[4] L. R. Kearns, “Internet and Higher Education The
experience of teaching online and its impact on faculty
innovation across delivery methods”, Internet High. Educ.,
vol 31, bll 71–78, 2016, doi: 10.1016/j.iheduc.2016.06.005.
[5] A. Rhema en I. Miliszewska, “Analysis of Student Attitudes
towards E-learning : The Case of Engineering Students in
Libya”, vol 11, bll 169–190, 2014.
[6] J. B. Ferreira, A. Z. Klein, A. Freitas, en E. Schlemmer,
Increasing Student Engagement and Retention Using Mobile
Applications : Smartphones , Skype and Texting Technologies
Article information :, vol 6. Emerald Group Publishing
Limited, 2015.
[7] A.-M. Tîrziu, “Education 2 . 0 : E-Learning Methods”, vol
186, bll 376–380, 2015, doi: 10.1016/j.sbspro.2015.04.213.

29
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

[8] M. Triana, C. M. Zubainur, en B. Bahrun, “Students’


Mathematical Communication Ability through the Brain-
Based Learning Approach using Autograph”, JRAMathEdu
(Journal Res. Adv. Math. Educ., vol 1, no 1, bll 1–10, 2019,
doi: 10.23917/jramathedu.v1i1.6972.
[9] Y. Chung, J. Yoo, S. W. Kim, H. Lee, en D. L. Zeidler,
“Enhancing Students’ Communication Skills in the Science
Classroom Through Socioscientific Issues”, Int. J. Sci. Math.
Educ., vol 14, no 1, bll 1–27, 2016, doi: 10.1007/s10763-014-
9557-6.
[10] S. Puspa, R. Riyadi, en S. Subanti, “Profile of mathematical
communication skills junior high school students in
problem solving”, J. Phys. Conf. Ser., vol 1157, no 3, bll 0–6,
2019, doi: 10.1088/1742-6596/1157/3/032125.
[11] S. B. Waluya, “Analysis Mathematical Communication
Skills Students In The Matter Algebra Based Nctm”, vol
13, no I, bll 60–66, 2017, doi: 10.9790/5728-1301056066.
[12] Sudaryanto, Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa, 1st,
September. yogyakarta: Sanata Dharma University Press,
2015.
[13] D. E. Subroto, Pengantar Metode Linguistik Struktural,
Pertama. Surakarta: UNS Press, 1992.
[14] L. M. Sadiku, “The Importance of Four Skills Reading,
Speaking, Writing, Listening in a Lesson Hour”, Eur. J.
Lang. Lit., vol 1, no 1, bl 29, 2015, doi: 10.26417/ejls.v1i1.
p29-31.
[15] M. R. Wulandari, A. Nurdiana, en P. Partono, “Pengaruh
Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write Terhadap
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas X Ipa”,
Indiktika J. Inov. Pendidik. Mat., vol 2, no 2, bl 116, 2020, doi:
10.31851/indiktika.v2i2.3982.
[16] S. Wulandari, “PENGARUH MOTIVASI BELAJAR,
PERILAKU BELAJAR DAN MODEL PEMBELAJARAN
KONSTRUKTIVISME TERHADAP PRESTASI BELAJAR
MAHASISWA KELAS REGULER FAKULTAS EKONOMI
DAN BISNIS UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA”,
Bisnis dan Manaj., vol 4, no 1, bll 37–48, 2014.

30
Masa Pandemi Covid-19

[17] L. S. Lomibao, C. A. Luna, en R. A. Namoco, “The Influence


of Mathematical Communication on Students’ Mathematics
Performance and Anxiety”, Am. J. Educ. Res., vol 4, no 5, bll
378–382, 2016, doi: 10.12691/education-4-5-3.
[18] C. Indah Nartani, R. Aliim Hidayat, en Y. Sumiyati,
“Communication in Mathematics Contextual”, Int. J. Innov.
Res. Educ. Sci., vol 4, no 4, bll 2349–5219, 2015.
[19] A. Rustam, “ANALYSIS OF MATHEMATICAL
COMMUNICATION SKILLS OF JUNIOR HIGH SCHOOL
STUDENTS OF COASTAL KOLAKA”, J. Math. Educ., vol
2, no April, bl 2, 2018.
[20] D. S. Sari, K. Kusnandi, en S. Suhendra, “A Cognitive
Analysis of Students’ Mathematical Communication
Ability on Geometry”, J. Phys. Conf. Ser., vol 895, no 1, 2017,
doi: 10.1088/1742-6596/895/1/012083.
[21] A. A. Rizqi, “Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
melalui Blended Learning Berbasis Pemecahan Masalah”,
Prism. Pros. Semin. Nas. Mat., vol 1, no 1, bll 191–202, 2016.
[22] D. M. Sari, “Analysis of Students’ Mathematical
Communication Ability By Using Cooperative Learning
Talking Stick Type”, Infin. J. Math. Educ., vol 6, no 2, bl 183,
2017, doi: 10.22460/infinity.v6i2.p183-194.
[23] E. F. Y. Yang, B. Chang, H. N. H. Cheng, en T. W. Chan,
“Improving pupils’ mathematical communication abilities
through computersupported reciprocal peer tutoring”,
Educ. Technol. Soc., vol 19, no 3, bll 157–169, 2016.
[24] T. Wilkinson, M. Boohan, en M. Stevenson, “Does learning
style influence academic performance in different forms of
assessment?”, J. Anat., vol 224, no 3, bll 304–308, 2014, doi:
10.1111/joa.12126.
[25] I. Pasaribu, P. Siagian, en Z. Amry, “The Differentiation
of Improved Communication Mathematic and Disposition
Skill Through Problem Based Learning and Realistic
Mathematication Education”, Adv. Soc. Sci. Educ. Humanit.
Res., vol 200, no Aisteel, bll 76–80, 2018, doi: 10.2991/
aisteel-18.2018.16.
[26] F. R. Ardina en C. Sa’dijah, “Analisis Lembar Kerja Siswa
Dalam Meningkatkan Komunikasi Matematis Tulis

31
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Siswa”, J. Pendidik. Teor. Penelitian, dan Pengemb., vol 1, no


2, bll 171–180, 2016.
[27] K. V. Pantaleon, D. Juniati, en A. Lukito, “The written
mathematical communication profile of prospective
math teacher in mathematical proving”, J. Phys. Conf.
Ser., vol 947, no 1, bl 012070, 2018, doi: 10.1088/1742-
6596/1108/1/012008.
[28] C. E. Disasmitowati en A. S. Utami, “Analysis of Students’
Mathematical Communication Skill for Algebraic
Factorization Using Algebra Block”, Int. Conf. Res. Educ.,
vol 20, no 2, bll 72–84, 2017.
[29] R. Mandasari en T. D. Chandra, “Kemampuan Komunikasi
Matematis Tulis Siswa SMP dalam Menyelesaikan
Masalah”, J. Pendidik., vol 3, no 1, bll 838–850, 2018.
[30] I. D. Ritonga, E. Surya, en E. Syahputra, “Analysis Problem
Solving Ability On Flat Quadrilateral Material Of Students
At Junior High School”, IJARIIE Int. J. Adv. Res. Innov. Ideas
Educ., vol 3, no 2, bll 3788–3792, 2017.
[31] N. Jafari Navimipour en B. Zareie, “A model for
assessing the impact of e-learning systems on employees’
satisfaction”, Comput. Human Behav., vol 53, bll 475–485,
2015, doi: 10.1016/j.chb.2015.07.026.
[32] S. Kumar Basak, M. Wotto, en P. Bélanger, “E-learning,
M-learning and D-learning: Conceptual definition and
comparative analysis”, E-Learning Digit. Media, vol 15, no
4, bll 191–216, 2018, doi: 10.1177/2042753018785180.
[33] T. H. Wang, “Developing an assessment-centered
e-Learning system for improving student learning
effectiveness”, Comput. Educ., vol 73, bll 189–203, 2014, doi:
10.1016/j.compedu.2013.12.002.
[34] R. Yahya, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Flipped Classroom Bercirikan”, SJME (Supremum J. Math.
Educ., vol 4, no 1, bll 78–91, 2020.
[35] S. Bulan en H. S. Zainiyati, “Pembelajaran Online Berbasis
Media Google Formulir dalam Tanggap Work From Home
Masa Pandemi Covid-19 di MADRASAH IBTIDAIYAH
NEGERI (MIN) 1 Paser”, J. Islam. Educ., vol 8, bl 1, 2020.
[36] I. Shampa, “Google classroom: What works and how?”, J.
Educ. Soc. Sci., vol 3, bll 12–18, 2016.

32
Kendala Siswa dalam Proses Pembelajaran Matematika
Menggunakan E-learning di Masa Pandemi
Isrotun Solikah1

Pengantar
Matematika menjadi peranan yang sangat penting dalam
kehidupan terutama pada pendidikan. matematika tidak
hanya dipelajari secara formal di dalam kelas saja, akan tetapi
matematika juga sangat penting kaitannya dalam kehidupan
setiap individu. Matematika telah memfokuskan diri seperti
halnya bahasa, yang kebanyakan siswa kurang berhasil dalam
matematika sebagai pelajaran yang dapat dikatakan tidak
mudah [1]. Setiap individu pada dasarnya tidak bisa terhindar
dari berbagai bentuk persoalan, baik dalam persoalan yang
berkaitan dengan matematika maupun yang berkaitan dalam
kehidupan setiap harinya [2]. Pemahaman dalam soal cerita
dapat mengasah serta meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah pada siswa.
Kebanyakan siswa merasa kesulitan dalam belajar
matematika karena siswa belajar dengan cara menghafal dan
tidak memahami secara mendalam dan kebanyakan siswa
kurang tertantang dalam belajar maupun menyelesaikan
persoalan matematika [3]. Kesulitan siswa untuk menafsikan
masalah menjadi kecenderungan melakukan operasi angka
dalam masalah cerita tanpa memahami apa masalah yang
diberikan [4].
Sejak adanya pandemi yang disebabkan oleh Corona Virus
Disease (COVID-l9) di berbagai Negara termasuk negara
1
Mahasisiwi jurusan Pendidikan Matematika dan komputasi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.

33
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Indonesia. Adanya COVID-19 menyebabkan terganggunya


kegiatan secara umum. Hampir dari semua bidang kerkena
dampaknya baik bidang ekonomi, bidang social, maupun
di bidang pendidikan [5], [6]. Begitu banyak cara yang
telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengantisipasi
serta mengurangi proses penyebaran COVID- 19 ini. Salah
satu bentuk antisipasi dari pemerintah terkait pada bidang
pendidikan yaitu pemerintahan memberikan suatu kebijakan
kepada setiap sekolah maupun perguruan tinggi untuk
melalukan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dirumah
(learning from home) atau biasa disebut pembelajaran secara
daring [7].
Teknologi menjadi suatu hal yang sangat mendasar pada
era saat ini. Pengembangan teknologi serta komunikasi menjadi
pengaruh di berbagai aspek dalam kehidupan sehari hari,
salah satunya dalam dunia pendidikan. Damapaknya semakin
terasa sejalan dengan pergeseran pola pembelajaran secara
tatap muka menuju pembelajaran yang lebih terbuka dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai
media pembelajaran. Pengembangan teknologi informasi
yang dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yaitu
menggunakan e-learning (pembelajaran online) sebagai bentuk
inovasi dalam pembelajaran pada masa pandemi saat ini
[8]. E-learning merupakan suatu proses pembelajaran dalam
bentuk elektronik yang menggunakan jaringan internet
dengan menggunakan system manajemen untuk pendidikan
yang dapat diakses melalui internet. E-learning memiliki
daya tarik tersendiri bagi siswa dan dapat digunakan dengan
mudah, serta dapat membuat siswa tidak mudah bosan dalam
proses pembelajaran [9], [10].
Penerapan E-learning dapat memberikan kemudahan
dalam pekerjaan atau sebagai media dalam proses pembelajaran
yang rumit dan sulit dilaksanakan dalam waktu yang singkat.
Penerapan e-learning guru bertugas sebagai fasilitator dalam

34
Masa Pandemi Covid-19

proses pembelajaran dan siswa sebagai konstruktor pada


pembelajaran secara mandiri dan pemecahan masalah [11].
Penggunaan e-learning membutuhkan banyak dukungan dari
perangkat- perangkat mobile seperti telepon pintar, tablet, dan
laptop yang dapat digunakan sebagai akses informasi di mana
dan kapan saja. Berbagai media yang dapat digunakan sebagai
dukungan proses dalam pembelajaran secara online ini, seperti
kelas-kelas virtual menggunakan layanan google classroom,
Edmodo, Zoom dan Whatsapp group dan sebagainya [12],
[13].
Penggunaan layanan pembelajaran secara e-learning
tidak sepenuhnya biasa berjalan dengan lancar. Berbagai
kendala muncul seperti halnya keterbatasan siswa yang
masih belum mempunyai fasilitas yang dapat digunakan
dalam proses pembalajaran seperti gadget ataupun laptop.
Layanan internet juga menjadi salah satu foktor Kendala
dalam proses pembelajaran online karena tidak semua
wilayah mendapatkan sinyal seluler jika pun ada sinyal yang
didapat sangat lemah. Hal ini membuat siswa terkadang
terlambat menerima informasi dan pengumpulan tugas. Selain
ketersediaan layanan internet penggunaan kuota internet juga
menjadikan pengeluaran biaya baru yang menjadi masalah
bagi siswa yang mengalami kesulitan secara finansial [14].
Pembahasaan
Matematika merupakan salah satu bentuk dari disiplin
ilmu yang menjadi pendukung bagi keberadan ilmu-ilmu
lainnya. Matematika sangat berkaitan dengan gagasan serta
struktur yang berhubungan secara langsung dengan logika.
Pembelajaran matematika merupakan salah suatu bentuk
perantara yang sangat diperlukan dalam pemikiran ilmiah
yang berfungsi mengembangkan kemampuan berfikir kritis,
logis dan terstruktur. Pembelajaran ini bertujuan agar siswa
dapat menganalisis suatu permasalahan, sehingga dapat
mengambil kesimpulan yang sesuai menggunakan pemikiran

35
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

yang terstruktur. NCTM (Dewan Nasional Guru Matematika)


mengusulkan beberapa prinsip dalam matematika yaitu: (1)
matematika sebagai pemecahan masalah, (2) matematika
sebagai alasan, (3) matematika sebagai alat hubung [15].
Pembelajaran matematika pada dasarnya merupakan proses
pembelajaran dapat mengknstruksi pengetahuan baru serta
membangun kreatifitas siswa sebagai bentuk peningkatan
pemahamaan terhadap materi matematika [16]. Matematika
merupakan sesuatu yang bersifat abstrak yang membuat
siswsa meras kesulitan dalam mempelajarinya. siswa lebih
mudah mempelajari ha-hal yang bersifat konkrit, sehingga
muncul anggapan bahwa matematika merupakan mata
pelajaran yang sulit.
Pada masa pandemi seperti ini proses pembelajaran
yang dilakukan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam
pencapaian hasil belajar. Pendekatan serta metode yang
digunakan dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan
dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran yang
berbasis teknologi biasa disebut sebagai pembelajaran secara
online, dalam jaringan (daring) atau biasa disebut E-learning.
E-learning merupakan suatu sistem pembelajaran yang
menggunakan media berupa perangkat elektronik. E-learning
juga dikatakan sebagai perwujudan perkembangan teknologi
informasi di bidang pendidikan. E-learning merupakan sebuah
kegiaatan pembelajaran yang melalui perangkat elektronik
yang tersambung oleh jaringan internet, di mana siswa
berupaya mendapatkan bahan untuk belajara yang sesuai
dengan apa yang diperlukan. Pengembangan teknologi ini
biasa dimanfaatkan secara maksimal oleh siswa dalam proses
pembelajaran terutama dalam pembelajaran berbasis masalah.
Literasi teknologi saat ini dapat dilihat dari munculnya blanded
learning sebagai bagian dari pembelajaran [17].
E-Learning merupakan suatu inovasi yang memiliki peranan
sangat penting terhadap perubahan proses pembelajaran, di
mana proses pembelajaran siswa tidak hanya mendengarkan

36
Masa Pandemi Covid-19

materi yang dijelaskan oleh guru secara langsung [8]. Selain


itu siswa juga melakukan aktivitas lain seperti mengamati,
mendemonstrasikan dan lain-lain. Materi bahan ajar di
visualisasikan dalam berbagai format dan bentuk yang lebih
dinamis dan interaktif sehingga siswa akan termotivasi
untuk terlibat lebih jauh dalam proses pembelajaran tersebut.
E-learning merupakan bagian dari pembelajaran jarak jauh
yang menggabungkan teknologi elektronika dan teknologi
berbasis internet. Pendekatan e-learning memiliki karakteristik
constructivism, social constructivism, community of learners
yang inklusif, pembelajaran berbasis computer, kelas digital,
interaktivitas, kemandirian aksesibilitas dan pengayaan [18],
[19].
Penggunaan E-learning memiliki kelebihan yang
bersifat interaktivitas yang tinggi serta mandiri, yang dapat
meningkatkan daya ingat dan pengalam belajar yang banyak
melalui animasi video, audio, teks dan sebagainya. Semua
itu berguana untuk menyampaikan informasi, memudahkan
penyampaian. Meskipun begitu pada proses pembelajaran
yang menggunakn e-learning memiliki banyak tantangan dan
kendala yang harus dihadapi siswa maupun guru.
Kendala yang dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran secara
e-learning
Adanya berbagai faktor yang menjadi hambatan bagi
siswa dalam pelaksanaan pembelajaran secara daring.
1. Kurangnya ketersediaan fasilitas yang memadai dan
lengkap seperti halnya siswa yang belom memiliki
perangkat handpone atau gadget yang digunakan sebagai
media belajar daring. Sehingga terkadang siswa yang
ingin mengikuti kegiatan pembelajaran secara daring
harus meminjam handpone atau gadget ke orang tua atau
kakaknya. Fasilitas ini sangat penting untuk mendukung
kelancaran pembelajaran yang dilakukan jarak jauh atau
daring.

37
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

2. Ada beberapa jumlah siswa yang tempat tinggalnya di


wilayah yang memiliki askes internet yang kurang baik.
Sehingga siswa merasa kesulitan dalam proses pembelajaran
entah itu menerima materi ataupun tugas yang disampaikan
oleh guru melalui whatsapp group, zoom, classroom atau
perangkat lainnya.
3. penggunaan kuota internet juga menjadi pengeluaran biaya
baru yang menjadi masalah bagi siswa yang mengalami
kesulitan secara financial. Latar belakang keadaan orang tua
juga menjadi pengaruh dalam pelaksanaan pembelajaran
secara daring, misalnya latar belakan ekonomi orangtua
siswa. Saat ini kebanyakan orang tua sisa bekerja dirumah
baik bekerja disektor pemerintahan maupun di swasta
sehingga hampir tidak bias mendampingi anak-anaknya
dalam belajar apalagi membimbing secara langsung dan
memecahkan kesulitan yang dihadapi.
4. pemahama konsep serta kebijakan baru yang secara tiba-
tiba muncul dan diterapkan tanpa adanya persiapkan
sebelumnya. Sehingga diperlukan suatu penyesuaian atau
adaptasi yang nantinya akan berpengaruh pada daya serap
anak dalam menerima materi dan tugas yang diberikan oleh
guru dalam proses pembelajaran.
Kendala yang dihadapi oleh Guru dalam pembelajaran secara
e-learning
Pada umumnya semua guru di Indonesia mahir dalam
menggunakan teknologi dan akses internet secara maksimal.
Meskipun begitu masih banyak kendala yang dihadapi oleh
guru dalam proses pembelajaran menggunakan e-lerning.
1. kemampuan penggunaan teklonogi pada pembelajaran yang
masih terbatas. Tidak semua guru mampu mengoprasikan
computer atau laptop, gadget untuk mendukung kegiatan
pembelajaran, serta tidak mampu mengakses lebih jauh
yang berkaitan dengan jaringan internet, menggunakan
berbagai aplikasi pemebelajaran, membuat video atau media

38
Masa Pandemi Covid-19

dan sebagainya. Penetapan kebijakan sekolah secara daring


yang diterapkan oleh pemerintahan secara mendadak
membuat para guru yang memiliki kemampuan teknologi
terbatas di haruskan mendapatkan pendampingan dan
pelatihan secara maksimal.
2. Belum adanya keterbiasaan dengan pola pembelajaran
secara daring karena selama ini dalam proses pembelajaran
yang dilakukan secara langsung atau tatap muka membuat
interaksi antara guru dan siswa lebih efektif. Namun
dengan adanya kebijakan pembelajaran secara daring maka
adaptasi kebiasaaan tersebut harus dilakukan oleh guru.
perubahan konsep pembelajaran ini yang nantinya akan
membawa pengaruh yang signifikan terhadap kualitas
materi yang akan disampaikan oleh guru dan hasil belajar
yang diperoleh siswa.
3. keterbatasan guru dalam pengawasan saat berlangsungnya
pembelajaran. Hal ini disebabkan aplikasi yang digunakan
tidak menyajikan menu forum diskusi untuk menjelaskan
atau menanyakan materi. Kalaupun ada menu tersebut,
banyak siswa tidak memanfaatkannya dengan baik. Ada
kalanya, siswa pada saat awal pembelajaran mengisi daftar
hadir, setelahnya tidak aktif lagi sampai selesai waktu
pembelajaran, pergi untuk melakukan aktivitas lain di luar
pembelajaran.
4. Adanya penambahan biaya pembelian kuota internet.
Teknologi online memerlukan koneksi jaringan ke internet
dan kuota, oleh karena itu tingkat penggunaan kuota internet
akan bertambah dan akan menjadi beban pengeluaraan
baru bagi para guru. Apalagi pembelajaran online ini sudah
berlangsung hampir 8 bulan lamanya dan belum tau kapan
berakhirnya pembelajaran online ini yang a tentunya akan
diperlukan lebih banyak lagi dan secara otomatis menambah
biaya pembelian kuota internet.

39
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Proses pembelajaran yang menggunakan e-learning dapat


berjalan sesuai dengan kondisi yang dialami dengan berbagi
permasalahan yang muncul baik masalah yang sederhana
maupun masalah yang kompleks yang menghambat
pembelajaran. Penggunaan perangkat teknologi pada
pembelajaran ini guru diharap mampu menggunakan
berbagai aplikasi sesuaia kebutuhan dan karaktristik pelajaran
sehingga dapat membantu penyampaian materi dengan baik
tanpa hambatan dalam proses pembelajaran.
Faktor-faktor di atas menjadi kendala pembelajaran yang
tidak bias diindahkan bagi siswa maupun guru. Apalagi
pada pembelajaran matematika dengan konten materi yang
disampaikan sangat rumit dan belum tentu bisa dipahami
sumua siswa. Konten materi yang disajikan biasanya dalam
bentuk e-book yang disajikan perbab materi dalam bentuk
power point dan dalam bentuk video pembelajaran. Beberapa
dari siswa mungkin mudah memahami materi pun beberapa
yang lain sulit untuk memahami. Siswa dapat memahami
materi berdasarkan sudut pandang mereka sendiri. Hal
ini bisa dilihat dari pengalaman dilapangan banyak siswa
yang meminta penjelasan lebih lanjut terhadap materi yang
diberikan melalui Whatsapp Group, classroom atau perangkat
yang lainnya. Karena bagi beberapa siswa penjelasan yang
telah dipaparkan masih kurang begitu jelas.
Penutup
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan E-learning
yang merupakan pembelajaran metode jarak jauh ataupun
daring yang dilaksanakan di masa pandemik sebagai bentuk
untuk menminimalisir terjadinya penyebaran virus corona
atau biasa disebut COVID-19. Banyak kendala- kendala
yang dialami oleh siswa, guru dan juga orang tua . Kendala
yang dialami oleh guru yaitu dari lemahnya penguasaan
Ilmu Teknologi, Belum adanya keterbiasaan dengan pola

40
Masa Pandemi Covid-19

pembelajaran secara daring dan terbatasnya pengawasaan


siswa dalam proses pembelajaran. Begitupun kendala yang
di alami oleh siswa yaitu kurang aktifnya dalam mengikuti
pembelajaran, keterbatasana fasilitas sebagai pendukung
pada proses pembelajaran, akses internet yang sulit bagi siswa
yang hidup di daerah yang sedikit pelosok, serta pemahaman
konsep serta kebijakan baru yang secara tiba-tiba muncul
dan diterapkan tanpa adanya persiapkan sebelumnya,
penggunaan kuota internet juga menjadi pengeluaran biaya
baru bagi siswa maupun guru.
Rujukan
[1] B. Raj Acharya, “ Factors Affecting Difficulties in Learning
Mathematics by Mathematics Learners, ” Int. J. Elem. Educ.,
vol. 6, no. 2, p. 8, 2017, doi: 10. 11648/ j. ijeedu. 20170602.
11.
[2] Mulyono and R. Hadiyanti, “ Analysis of mathematical
problem- solving ability based on metacognition on
problem - based learning, ” J. Phys. Conf. Ser., vol. 983, no.
1, 2018, doi: 10. 1088/ 1742- 6596/ 983/ 1/ 012157.
[3] Rosidah, I. Ketut Budayasa, and D. Juniati, “ An Analysis
of Statistical Reasoning Process of High School Students
in Solving the Statistical Problem, ” J. Phys. Conf. Ser.,
vol. 1028, no. 1, 2018, doi: 10. 1088/ 1742- 6596/ 1028/ 1/
012125.
[4] J. N. Lubis, A. Panjaitan, E. Surya, and E. Syahputra, “
Analysis Mathematical Problem Solving Skills of Student
of the Grade VIII-2 Junior High School Bilah Hulu Labuhan
Batu, ” Int. J. Nov. Res. Educ. Learn., vol. 4, no. 2, pp. 131 –
137, 2017.
[5] D. Aditia, D. Nasution, F. S. Sains, U. Pembangunan, P.
Budi, and U. S. Utara, “ Aditia, 2020, ” vol. 5, no. 2, pp. 212
– 224, 2020.
[6] L. D. J. Lie, “ Dampak Pandemi Terhadap Mobilitas
Manusia Di Asia Tenggara, ” J. Ilm. Hub. Int., vol. 0, no. 0,
pp. 75 – 83, 2020, doi: 10. 26593/ jihi. v0i0. 3862.75- 83.

41
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

[7] E. Lisnawati, L. Yuliana, and F. M. Hasan, “ Lingkungan


Bagi Siswa Sekolah Dasar Saat Pandemi, ” vol. 1, no.
September, pp. 9 – 14, 2020.
[8] P. C.- Di and M. I. Nurulhuda, “ Imam Ja ’ far Shodiq dan
Husniyatus Salamah Zainiyati 144, ” vol. 6, no. 2, pp. 144
–159, 2020.
[9] W. Hartanto, “Penggunaan E-Learning sebagai Media
Pembelajaran,” J. Pendidik. Ekon., vol. 10, no. 1, pp. 1 – 18,
2016.
[10] A. R. Marsa and R. Yunita, “ Website Media Pembelajaran
Matematika Berbasis Moodle Platform (Studi Kasus :
D3 Teknik Komputer STTP), ” JOISIE (Journal Inf. Syst.
Informatics Eng. , vol. 3, no. 1, pp. 1 – 9, 2019.
[11] S. Maudiarti, “PENERAPAN E-LEARNING DI
PERGURUAN TINGGI Santi Maudiarti Sekolah Tinggi
Pariwisata Trisakti, ” Perspekt. Ilmu Pendidik., vol. 32, no. 1,
pp. 53 – 68, 2018.
[12] F. Firman and S. Rahayu, “ Pembelajaran Online di Tengah
Pandemi Covid- 19, ” Indones. J. Educ. Sci., vol. 2, no. 2, pp.
81 – 89, 2020, doi: 10.31605/ ijes.v2i2.659.
[13] F. Puspitorini, “Strategi Pembelajaran Di Perguruan Tinggi
Pada Masa Pandemi Covid-19, ” J. Kaji. Ilm., vol. 1, no. 1,
pp. 99 –106, 2020, doi: 10. 31599/ jki. v1i1. 274.
[14] H. Morgan, “Best Practices for Implementing Remote
Learning during a Pandemic, ” Clear. House A J. Educ.
Strateg. Issues Ideas, vol. 93, no. 3, pp. 135 – 141, 2020, doi:
10. 1080/ 00098655. 2020. 1751480.
[15] S. Ahmad, R. C. I. Prahmana, A. K. Kenedi, Y. Helsa, Y.
Arianil, and M. Zainil, “ The instruments of higher order
thinking skills, ” J. Phys. Conf. Ser., vol. 943, no. 1, 2018, doi:
10. 1088/ 1742- 6596/ 943/ 1/ 012053.
[16] S. Mawaddah and R. Maryanti, “ Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematis Siswa SMP dalam Pembelajaran
Menggunakan Model Penemuan Terbimbing (Discovery
Learning), ” EDU - MAT J. Pendidik. Mat., vol. 4, no. 1, pp.
76 – 85, 2016, doi: 10. 20527/ edumat. v4i1. 2292.

42
Masa Pandemi Covid-19

[17] E. Nurfalah, “Optimalisasi E-Learning berbasis Virtual


Class dengan Google Classroom sebagai Media
Pembelajaran Fisika,” Phys. Educ. Res. J., vol. 1, no. 1, p. 46,
2019, doi: 10. 21580 / perj.2019. 1.1 .39 77.
[18] Eri Susmiati, “Meningkatkan Motivasi Belajar Bahasa
Indonesia Melalui Penerapan Model Discovery Learning
dan Media Video Dalam Kondisi Pandemi Covid-19 bagi,”
J. Penelit. Dan Pengemb. Pendidik., vol. 7, no. 3, pp. 36 – 40,
2020.
[19] E. Nurhayati, “Meningkatkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran daring melalui media game edukasi
Quiziz pada masa pencegahan penyebaran Covid-19,” J.
Paedagogy, vol. 7, no. 3, pp. 145–150, 2020.

43
Kendala atau Hambatan siswa dan orangtua dalam
menghadapi pembelajaran online di masa Covid-19
Januar Prawitasari1

Sejak akhir 2019, virus Covid-19 yang berasal dari


Wuhan, Hubei, China telah mewabah kepenjuru dunia.
Salah satunya yaitu Indonesia. Mewabahnya virus Covid-19
di Indonesia dimulai pada awal maret 2020[1]. Hal tersebut
membuat pemerintah mengupayakan segala hal untuk
mencegah penyebarannya. Melalui Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan(Kemendikbud), pemerintah mengeluarkan
surat edaran No. 4 tahun 2020 yang berisi instruksi kepada
seluruh instansi pendidikan baik SD, SMP, SMA maupun
perguruan tinggi negeri/ swasta untuk melaksanakan proses
pembelajaran dirumah masing-masing[2]. Pemerintah telah
memutuskan jalan alternatif agar proses pembelajaran tetap
dapat dilaksanakan oleh siswa di seluruh Indonesia walaupun
sedang berada di rumah masing-masing.
Pembalajaran online atau daring merupakan langkah
alternatif yang diambil oleh pemerintah untuk menanggulangi
penyebaran virus Covid 19 di Indonesia [3]. Pembelajaran
daring yang dilaksanakan dirumah masing-masing harus
harus tetap memenuhi standart kompetensi dan melibatkan
aspek pedagogis, psikologik dan didaktis yaitu proses
penyusunan materi, pemilihan media pembelajaran, metode
pembelajaran dan penggunaan pendekatan yang tepat yang
sesuai dengan indikator pencapaian serta cocok diterapkan
dalam pembelajaran secara daring [4]. Layaknya dikelas saat
offline pembelajaran online harus melalui tahap perencanaan
1
Januar Prawitasari, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Muhammadiyah Malang

44
Masa Pandemi Covid-19

dan evaluasi, perencanaan pembelajaran. Pembelajaran daring


dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Interaksi siswa
dengan guru dapat dilakukan dengan video converence,
diskusi kelompok maupun dengan video pembelajaran[5].
Adapun aplikasi yang dapat digunakan dalam pembelajaran
online yaitu whatsapp, zoom, googleclasssroom, skype dsb[6].
Adapun layanan startup edukasi seperti ruang guru, zenius dan
Quipper yang mendukung pemerintah dalam pelaksanakan
pembelajaran selama di rumah, layanan ini meyajikan video
pembelajaran serta latihan soal yang dapat diakses siswa
secara gratis.
Pelaksanaan pembelajaran online yang dilaksanakan
dirumah membuat siswa maupun orangtua dihadapkan
dengan berbagai kesulitan. Kesulitan yang dihadapi siswa
dalam belajar merupakan situasi di mana siswa mendapati
hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan dalam belajar,
sehingga siswa perlu usaha yang lebih giat[7]. Faktor
hambatan dalam belajar ada banyak dan dikelompokkan
berdasarkan hambatan dari dalam diri sendiri intern maupun
dari lingkungan ekstern [8]. Terdapat berbagai pandangan
mengenai faktor hambatan belajar, salah satunya menurut
Brousseau yang menyatakan bahwa ada 3 faktor penyebab
hambatan belajar siswa yaitu hambatan Ontogeny yang berupa
kesiapan mental belajar, didaktis yaitu proses penyampaian
materi oleh guru, dan epistemology yaitu keterbatasan konteks
aplikasi pengetahuan yang dimilikioleh siswa.
Hambatan dalam belajar dikelompokkan dalam beberapa
jenis a. Learning disorder merupakan gangguan yang disebabkan
adanya respon yang bertentangan, b.learning disability yaitu
keadaan siswa yang tidak mampu mengikuti serta selalu
menghindari proses pembelajaran dengan berbagai alasan
c.learnig disfunction merupakan kesulitan belajar siswa di mana
proses pembelajaran tidak berjalan dengan baik saat keadaan

45
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

normal(tidak mengalami keterbatasan), d. Under achiever,


keadaan siswa di atas normal(cerdas) tetapi hasil/prestasi
belajarnya rendah e. Slow Leaner disebabkan oleh keadaan
siswa yang lamban dalam proses belajar[9].
Masa Pandemi Covid-19 hambatan juga dihadapi orangtua
siswa [10]. Orangtua harus memantau anak sepenuhnya
dalam proses belajar dirumah. Selain itu, orangtua juga harus
mendampingi dan membantu anak apabila ada kesulitan
dalam memahami maupun mengoperasikan aplikasi dalam
belajar online[11]. Penulisan artikel ini bertujuan untuk
mengetahui faktor kendala/hambatan yang dihadapi siswa
dan orangtua dalam menghadapi pembelajaran secara online
di masa pandemi Covid-19.
Pembahasan
Faktor/hambatan siswa dalam proses belajar

Kendala atau hambatan belajar merupakan masalah-


masalah yang dihadapi siswa dalam proses belajar. berbagai
macam kendala pada proses belajar pasti dihadapi oleh siswa.
Faktor kendala dalam belajar utamanya ada dua, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal
Faktor hambatan internal merupakan faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri siswa sendiri seperti kesehatan,
motivasi belajar, kecerdasan. Kesehatan yang buruk, motivasi
belajar yang lemah dan kurangnya kecerdasan merupakan
hambatan dalam belajar [12]. Menurut Riyani faktor
internal berasal dari dalam diri sendiri yang berupa faktor
biologis(kesehatan) dan faktor psikologis(kecerdasan, bakat,
minat, perhatian dan motivasi) [13]. Hambatan yang berasal
dari dalam diri siswa sendiri, yaitu kesehatan/ fisiologis,
karakteristik siswa, motivasi belajar, konsentrasi belajar, rasa
percaya diri, kecerdasan dan kebiasaan belajar[14]. Faktor
ketidak mampuan fisiologis siswa yaitu: 1) kogniti, rendahnya

46
Masa Pandemi Covid-19

inetegensi/kecerdasan siswa; 2) afektif, sikap labil pada siswa,


dan 3) psikomotor, terganggunya fungsi indera
b. Faktor Eksternal
Faktor hambatan ekternal pada siswa merupakan faktor
yang berasal dari luar diri siswa, meliputi sarana prasarana,
lingkungan kegiatan belajar. Faktor eksternal mencangkup
lingkungan sosial seperti; lingkungan keluarga, teman bermain
dan lingkugan masyarakat [15]. Faktor sarana prasarana yaitu
berupa kelengkapan fasilitas yang dimiliki seperti buku, alat
tulis dan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam belajar. Guru
sebagai pendamping roses pembelajaran, kebijakan penilaianm
lingkungan sekolah juga merupakan faktor eksternal dalam
pembelajaran rahayu kristin 2016. Singkatnya faktor eksternal
merupakan faktor dari luar yang mendukung kegiatan belajar
siswa. Lingkungan, sarana prasana yang buruk dapat menjadi
hambatan siswa dalam proses belajar.
Faktor kendala/hambatan orangtua semasa pembelajaran online

Pelaksanaan pembelajaran online yang dilakukan


dirumah tidak lepas dari keterlibatan orang tua siswa.
dalam pembelajaran secara online orangtua mendapakan
tanggung jawab yang sangat besar. Para orangtua harus
mengawasi langsung buah hati mereka dalam proses belajar.
saat pembelajaran dilakukan secara online rangtua juga
harus memberikan fasilitas sarana prasaran yang memadai
kepada anak mereka. Orangtua harus menyediakan paket
kuota internet atau memasang wifi yang biayanya tidak
sedikit dan juga orangtua harus memiliki smartphone atau
leptop untuk agar sang anak bisa mengakses internet untuk
mengikuti pembelajaran online. Selain itu, para orangtua juga
harus menyempatkan waktu untuk mendampingi anaknya
saat pembelajaran online, karena belum tentu anak dapat
mengakses ataupun mengoperasikannya sendiri apalagi jika
anaknya masih duduk dibangku sekolah dasar dan orangtua
juga dapat membantu siswa apabila ada materi ataupun

47
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

dengan tugas yang belum dimengerti. Hal tersebut tentunya


tidak mudah dikarenakan orantua juga memiliki kesibukan
mengurus rumah bahkan bekerja.
Kegiatan pembelajaran secara online tidak lebih mudah
daripada pembelajaran secara luring seperti saat dikelas.
Proses pembelajaran secara online memberikan dampak
yang cukup signifikan kepada orangtua siswa, karena
orangtua dituntut terlibat aktif dan berperan sebagai guru
bagi anaknya. Orangtua juga harus belajar kembali mengenai
materi-materi pembelajaran agar bisa mendampingi anaknya
saat pembelajaran online walaupun materinya mengkin tidak
sama dengan materi yang dipelajari saat orangtua sekolah
dahulu.
Latar belakang orangtua yang pendidikannya tinggi
dan dapat menyediakan fasilitas-fasilitas memadai kepada
anaknya tentunya tidak terlalu sulit. Berbeda dengan orangtua
yang pendidikannya rendah, ekonomi menengah kebawah
dan juga harus bekerja mencari nafkah. Tentunya hal ini
merupakan tantangan yang tidak mudah. Dan juga orangtua
yang hidupnya ada di pedesaan yang sulit akses internet
tentunya menjadi beban tambahan orangtua.
Pembelajaran Online

Pembelajaran online merupakan langkah alternatif yang


dianjurkan oleh pemerintah melalui surat edaran No. 4
tahun 2020 yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan untuk melaksanakan proses pembelajaran
dirumah dengan sistem daring selama pandemi Covid-19.
Pembelajaran online tidak selalu lancar. Pembelajaran
online memiliki tantangan tersendiri dan berbagai kendala
juga dihadapi siswa saat mengikuti pembelajaran online
dibandingkan dengan pembelajaran luring. Pembelajaran
online membutuhkan memrlukan smartphone atau leptop
sebagai alat untuk mengakses, [16]. Terlepas dari hal tersebut
siswa memerlukan kuota dan koneksi dari internet yang stabil

48
Masa Pandemi Covid-19

untuk mengakses suatu aplikasi agar dapat terhubung dengan


guru maupun teman-teman lainnya didalam kelas diskusi.
Koneksi internet dan kuota menjadi alasan utama karena
tidak semua daerah memiliki sinyal yang stabil seperti di kota
besar, berdaasarkan data Badan Pusat Statistika pertahun 2018
wilayah jawatimur ada 1784 desa/kelurahan yang memiliki
jaringan internet kuat, 5472 desa/kelurahan memiliki jaringan
kuat, 1276 desa/kelurahan dengan jaringan lemah dan 7 desa
tidak memiliki akses jaringan internet. Selain keluhan koneksi
internet tidak semua siswa memiliki uang untuk membeli
kuota internet, karena kuota internet yang dibutuhkan cukup
banyak meski pemerintah mensubsidi kuota untuk pelajar,
tetapi kuota tersebut memiliki batas penggunaan maksimum.
Jadi siswa tidak bisa leluasa memanfatkannya untuk belajar.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh CNN Indonesia
dalam penelitian video konfernsi zoom selama satujam dengan
kualitas 720p memakan kuota sebesar 540MB. Sedangkan
kuota internet 1 GB kuota internet berkisar Rp.15.000-
Rp.35.000 [17]. Selain itu dengan pembelajaran online guru
tidak bisa memantau siswa secara langsung, sehingga guru
tidak mengetahui apakah siswa mendengarkan penjelasan
dengan baik atau tidak. Dalam pembelajaran online siswa
mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diberikan.
Komunikasi melalui aplikasi ataupun forum diskusi online
dinilai tidak dapat memberikan pemahaman yang mendalam.
Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 merupakan penyakit yang disebabkan


oleh virus yang menyerang sistem pernafasan manusia.
Corona virus atau Covid-19 pertama kali ditemukan di Hubei,
Wuhan, China pada Desember 2019 yang diberinama severe
Acute Respiratory Syndrome coronavirus(SAR-COV2) yang
menyebabkan Covid-19. Gejala awal yang ditimbulkan saat
terserang virus Covid-19 yaitu berupa demam tinggi
sesak napas dan batuk kering. Penularan serta penyebaran

49
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

virus Covid-19 terjadi melalui droplet atau percikan cairan


dari hidung atau mulut penderita covid-19. Percikan cairan
tersebut apabila langsung dihirup orang lain maka dapat
menulari dan apabila cairan droplet mengkontaminasi barang
atau benda-benda dan kemudian benda tersebut dipegang
oleh orang lain, dan orang tersebut menyentuh mulut, mata
ataupun hidung sebelum membersihkannya dengan mencuci
tangan ataupun menggunakan handsanitizer maka orang
tersebut dapat terinfeksi virus Covid-19 sehingga harus
diisolasi. Persentase kesembuhan dari penyakit ini masih
sangat rendah, karena vaksin untuk virus ini belum ditemukan
dan masih dalam tahapan uji coba [18] (sumber:covid19.
kemenkes.go.id). Dikarenakan penyebarannya yang sangat
cepat dan membahayakan karena dapat menimbulkan
kematian. Dengan ini pemerintah bukan hanya di Indonesia
menerapkan sistem belajar online.
Penutup
Secara umum dapat dikatakan bahwa permasalahan
yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran
masa pandemi covid, bukan pada pembelajarannya, namun
pada sarana dan prasarana yang sebagian tidak memadai.
Baik berkenaan dengan alat yang digunakan dan terutama
gangguan sinyal yang tidak stabil.
Rujukan
[1] Yuliana, “Corona virus diseases (Covid-19); Sebuah
Tinjauan Literatur,” Wellness and Healthy Magazine, 2020.
[2] N. Rahma, “Dampak Pandemik Covid-19 Terhadap Dunia
Pendidikan di Indonesia,” Bantennews.co.id, 2020. .
[3] Z. Abidin, Rumansyah, and K. Arizona, “Pembelajaran
Online Berbasis Proyek Salah Satu Solusi Kegiatan Belajar
Mengajar Di Tengah Pandemi Covid-19,” J. Ilm. Profesi
Pendidik., 2020.
[4] A. S. Syarifudin, “IMPELEMENTASI PEMBELAJARAN
DARING UNTUK MENINGKATKAN MUTU

50
Masa Pandemi Covid-19

PENDIDIKAN SEBAGAI DAMPAK DITERAPKANNYA


SOCIAL DISTANCING,” J. Pendidik. Bhs. dan Sastra Indones.
Met., 2020.
[5] W. A. F. Dewi, “Dampak COVID-19 terhadap Implementasi
Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar,” EDUKATIF J.
ILMU Pendidik., 2020.
[6] Hikmat, E. Hermawan, Aldim, and Irwandi, “Efektivitas
Pembalajaran Daring Selama Masa Pandemi Covid-19 :
Sebuah Survey Online,” Digit. Libr. UIN SUnan Gung Djati,
Bandung, 2020.
[7] E. M. Yeni, “Kesulitan Belajar Matematika Di Sekolah
Dasar,” umuslim J., 2015.
[8] E. K. Hasibuan, “ANALISIS KESULITAN BELAJAR
MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN
BANGUN RUANG SISI DATAR DI SMP NEGERI 12
BANDUNG,” AXIOM J. Pendidik. dan Mat., 2018.
[9] P. Matematika, “5 1,2,3,” vol. 4, no. 1, pp. 16–31, 2020.
[10] E. Kurniati, D. K. Nur Alfaeni, and F. Andriani, “Analisis
Peran Orang Tua dalam Mendampingi Anak di Masa
Pandemi Covid-19,” J. Obs. J. Pendidik. Anak Usia Dini, 2020.
[11] T. Zahra, Y. Wardhani, and H. Krisnani, “OPTIMALISASI
PERAN PENGAWASAN ORANG TUA DALAM
PELAKSANAAN SEKOLAH ONLI NE DI MASA
PANDEMI COVID-19 Universitas Padjadjaran,” pp. 48–
59, 2020.
[12] F. Jamal, “ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA
DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA
MATERI PELUANG KELAS XI IPA SMA,” J. Pendidik.
Mat., 2014.
[13] Y. Riyani, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi
Belajar Mahasiswa,” J. EKSOS, 2012.
[14] Y. Yusuf, N. Titat, and T. Yuliawati, “Analisis Hambatan
Belajar (Learning Obstacle) Siswa SMP Pada Materi
Statistika,” AKSIOMA, 2017.
[15] Yudi Firmansyah and Fani Kardina, “PENGARUH NEW
NORMAL DITENGAH PANDEMI COVID-19 TERHADAP

51
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

PENGELOLAHAN SEKOLAH DAN PESERTA DIDIK,”


BUANA ILMU, 2020.
[16] F. Firman and S. Rahayu, “Pembelajaran Online di Tengah
Pandemi Covid-19,” Indones. J. Educ. Sci., 2020.
[17] F. Firman and S. Rahayu, “Pembelajaran Online di Tengah
Pandemi Covid-19,” Indones. J. Educ. Sci., vol. 2, no. 2, pp.
81–89, 2020.
[18] K. RI, “Corona virus disease 2019,” Peratur. Menteri Kesehat.
Republik Indones., 2020.

52
Kamampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Model
Pembelajaran Online Berbasis Penyelesaian Masalah Hots
Lailaturrodziyah Alfi Syah1

Pendahuluan
Hal penting bagi manusia adalah mengenyam pendidikan.
Apalagi saat ini kemajuan teknologi semakin pesat, sehingga
kita harus selalu belajar agar tidak tertinggal. Pendidikan
itu sendiri tidak hanya melakukan pengajaran namun butuh
proses untuk bertukar fikiran dan membentuk kepribadian
dengan segala aspek didalamnya [1]. Untuk meningkatkan
kualitas (Sumber daya Manusia) SDM yang ada di Indonesia,
perlu adanya peningkatan melalui kualitas pendidikan.
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengembangkan
keterampilan yaitu dilakukan melalui pengimplementasian
kurikulum 2013 yang difokuskan pada kemampuan berfikir
tingkat tinggi. Keterampilan berfikir yang sangat diperlukan
antara lain 1) kreativitas, 2) kemampuan dalam berfikir kritis,
3) kemampuan berkolaborasi, 4) kemampuan berkomunikasi.
Berfikir dibagi menjadi dua tingkatan, berfikir tingkat
rendah dan berfikir tingkat tinggi (high order thinking skills).
Muhajir Effendy mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia
masih membutuhkan penguatan penalaran karena elemen-
elemennya terdapat dalam delapan SNP yakni konten
pembelajaran, metodologi, pembelajaran, guru, kesiapan
murid, dan sarana serta prasarana. Kemampuan berfikir tingkat
tinggi (Higher order thingking skill/HOTS) adalah kemampuan
yang dibutuhkan dalam mempersiapkan lulusan yang mampu
1
Lailaturrodziyah Al i Syah, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Muhammadiyah Malang

53
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

bersaing dan beradaptasi dengan perkembangan zaman, dan


kemampuan berfikir kritis adalah salah satu perwujudannya.
Menurut Seseorang yang menerapkan pembelajaran berbasis
HOTS maka ia harus memeriksa pendapat dan nilai-nilai,
melakukan evaluasi data atau fakta, dan menarik kesimpulan
[2].
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 [3] menegaskan bahwa kemampuan berfikir kritis
diperlukan agar siswa dapat mengelola dan memanfaatkan
informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
beruah, tidak pasti dan kompetitif. Kemajuan teknologi juga
berdampak pada era disrupsi pendidikan, salah satunya
berkurangnya tenaga pendidik maupun staff karyawan
dikarenakan pengajaran online yang mana siswa dan
guru terhubung melalui internet. Solusi dalam menyikapi
permasalahan tersebut tak hanya memerlukan keterampilan
menghitung, melainkan siswa harus mampu berfikir secara
kritis yakni keterampilan berfikir dalam menyelesaikan soal-
soal menganalisis, mengevaluasi, dan mengambil kesimpulan
yang tepat akan suatu masalah yang kompleks.
Bedasarkan penelian yang dilakukan oleh Maulidia,
Fia (2020) berjudul “Instrumen Penilaian Tes Soal Pilihan
Ganda Berbasis HOTS Pada Mata Pelajaran Administrasi Umum
Jurusan OTKP SMK Negeri 1 Lamongan” dapat diketahui jika
keterampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik jurusan
OTKP, 6 pserta didik (9%) sangat baik, 18 peserta didik (26%)
baik, 45 peserta didik (64%) cukup dan 1 peserta didik (1%)
kurang. Adapun penelitian lain, [3[ yang berjudul Analisis
Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal High Order
Thinging Ditinjau Dari Kemampuan Awal Matematika Siswa
menunjukkan bahwa kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa
SMPN 1 Tanggerang pada kelas VIII A secara umum sebesar
44,9% (cukup).

54
Masa Pandemi Covid-19

Bedasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan


dapat disimpulkan bahwa keterampilan berfikir tingkat tinggi
siswa mendapat kriteria cukup, padahal keterampilan sangat
dibutuhkan khususnya dalam pemecahan masalah yang
bersifat kompleks karena kemampuan berfikir kritis melatih
untuk membuat keputusan dari berbagai sudut pandang secara
logis, teliti dan cermat agar siswa dapat menghadapi berbagai
macam masalah yang muncul didunia nyata. Sehingga pada
penelitian kali ini, peneliti mengangkat judul “Kamampuan
Berpikir Kritis Siswa Melalui Model Pembelajaran Online
Berbasis Penyelesaian Masalah HOTS”.
Pembahasan
Kamampuan Berpikir Kritis Siswa

Berfikir merupakan suatu kegiatan mental dalam mem-


bantu memecahkan masalah, membuat keputusan dengan
menggunakan kemampuan analitis, kreatif dan praktek [4].
Hal ini berarti berfikir meliputi kegiatan memerika, meng-
hubungkan, mengevaluasi, menyimpulkan serta menentukan
perbedaan dan pertentangan dari sebuah informasi. Tujuan
dari berfikir kritis ini tidak untuk menemukan solusi, melainkan
memberikan sebuah logika pada suatu keadaan berdasarkan
pendapat dan kejadian yang masuk akal, meskipun kebenaran
yang diperolah tidak dapat diuji.
Berkembangnya teknologi mengharuskan siswa melek
terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di dalamnya
dan yang perlu dipelajari didalam permasalahan tersebut
adalah bagaimana siswa mampu berfikir kritis di kehidupan
sehari-hari untuk menghadapi hidup yang terus berubah
(disupsi) [5]. Guru harus mampu menghubungkan ilmu dengan
dunia nyata dengan menggunakan soal-soal cerita dalam
pembelajaran matematika guna melatih siswa agar peduli
terhadap lingkungan sekitar. Peran guru yang penting adalah
merancang suasana bebas berfikir sehingga siswa mampu
membuat penyelesaian masalah, menyediakan fasilitas dalam

55
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

penelitian, menjadi rekan disetiap diskusi untuk menjadi


suatu pemecahan masalah, serta pembimbing. Sedangkan
peran siswa adalah mencari penyelesaian masalah, menjelajahi
terkait metode penelitian, dengan terampil mengumpulkan
data atau informasi, terampil meneliti tentang objek seperti
benda, sifat benda, kondisi atau peristiwa dan perlaku, serta
keterampilan menarik kesimpulan[5]
Pengembangan kemampuan berfikir kritis dalam pembe-
lajaran matematika, guru perlu mendorong siswa untuk terlibat
aktif didalam kelas seperti diskusi, menjawab pertanyaan
dengan menjelaskan setiap jawaban yang diberikan [6].
Salah satu penyebab kurangnya kemampuan berfikir
kritis siswa yaitu model pembelajaran yang digunakan
oleh kebanyakan guru. Guru terlalu monoton dengan
menyelesaikan soal-soal dipapan tulis dan meminta siswa
untuk menyelesaikan soal-soal tersebut dalam buku atau
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah disediakan. Pembelajaran
masih sekedar kemampuan berfikir rendah juga berakibat
siswa terhambat dan tidak berdaya menghadapi masalah-
masalah yang dihadapi yang menuntut pemikiran dan
pemecahan masalah secara kreatif [7]
Berpikir kritis memiliki beberapa indikator. Menurut
Carin & Sund sebagaimana dikutip oleh Ada 11 indikator
berpikir kritis antara lain: (1) Mengklasifikasi, (2) Mengasumsi
(3) Memprediksi dan hipotesis, (4) Membuat kesimpulan atau
menginferensi, (5) Mengkonstruksi Data, (6) Mengukur, (7)
Merancang sebuah penyelidikan untuk memecahkan masalah,
(8) Mengamati, (9) Meminimalkan kesalahan percobaan, (10)
Mengevaluasi, (11) Menganalisis [8].
Kemampuan berpikir kritis dapat dilibatkan langsung
dalam pembelajaran. Ada 6 tahap dalam proses berpikir kritis
yaitu:

56
Masa Pandemi Covid-19

1. Tahap Orientasi
Siswa dikondisikan oleh guru untuk siap menerima
pembelajaran. Tahap ini dilakukan dengan tujuan harus
dicapai dengan baik dari materi maupun kemampuan siswa
dalam berpikir harus berhubungan. Hal ini siswa harun
memahami apa yang harus siswa dilakukan dalam setiap
tahap pembelajaran.
2. Tahap Pelacakan
Tahap ini digunakan untuk pengenalan pemahaman
pengalaman dan kemampuan dasar siswa yang sesuai
dengan materi yang dibicarakan. Hal ini guru dapat
mengembangkan dialog dan tanya jawab dengan siswa
untuk mengetahui pengalaman siswa yang sekiranya cocok
dengan materi yang sedang dibicarakan.
3. Tahap Konfrontasi
Penyajian persoalan harus dipecahkan sesuai dengan
pengalaman dan tingkat kemampuan siswa sendiri. Guru
memberikan permasalahan yang sistematis dan memerlukan
jalan keluar (jawaban) untuk merangsang peningkatan
kemampuan siswa.
4. Tahap Inkuiri
Tahap terpenting dalam proses berpikir kritis. Pada tahap ini
mengajak untuk menghadapi memecahkan persaolan. Guru
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan
gagasan dalam upaya pemecahan persoalan hingga
berkembang.
5. Tahap Akomodasi
Tahapan yang melalui proses penyimpulan dalam
pembentukan pengetahuan baru. Pada tahap ini menuntut
siswa untuk menemukan keyword sesuai dengan topik
pembelajaran. Guru dapat membimbing siswa untuk
menyimpulkan apa yang mereka dapat dan pahami pada
topik yang dipermasalahkan.

57
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

6. Tahap Transfer
Tahap penyajian masalah baru yang sama dengan masalah
yang disajikan. Tahap yang dimaksudkan ini sebagai
tahapan agar siswa dapat mentransfer kemampuan
berpikirnya untuk memecahkan masalah-masalah baru.
Model Pembelajaran Online

Pada situasi saaat ini Pandemi COVID-19 pemerintah


menganjurkan untuk belajar dirumah, kerja dirumah, dan
beribadah dirumah. Tepat bulan Maret 2020 penerapan
pembelajaran online atau yang kini biasa dikenal dengan
pembelajaran Daring mulai diterapkan. Guru dan siswa
diharuskan untuk dapat beradaptasi dengan cepat dengan
sistem pembelajaran saat ini. Ada beberapa problematika
yang telah dialami peserta didik, guru, dan orang tua dalam
kegiatan belajar mengajar secara online seperti penguasaan
teknologi yang masih kurang, dengan adanya penambahan
biaya kuota internet, adanya pekerjan tambahan untuk orang
tua yang mendampingi anak-anaknya belajar, komunikasi
dan sosialisasi antar siswa yang menurun, guru dan orang
tua menjadi kurang berinteraksi dan jam kerja menjadi tidak
terbatas bagi guru untuk berkomunikasi dan berkoordinasi
dengan orang tua, guru lain, dan kepala sekolah setiap saat.
Pengaruhi Pandemi COVID-19 yakni mempengaruhi dalam
kehidupan pendidikan, orang tua peserta didik, peserta
didik dan proses pembelajaran, sebagai guru yang memiliki
tanggung jawab untuk mendidik para siswa tidak ada
hentinya. Guru harus menemukan cara yang sesuai untuk
melakukan proses pembelajaran secara akademis dan sosial-
emosional. Guru harus dapat mengelola kelas di kelas dan
kelas online [8].
Pemanfaatan teknologi informasi dalam model pem-
belajaran sangatlah diperlukan, guru dapat menggunakan
teknologi untuk pembuatan bahan ajar dan merancang agar
dapat melaksanakan pembelajaran dengan efektif dengan

58
Masa Pandemi Covid-19

cara memanfaatkan infrastruktur dan aplikasi yang tersedia.


Model pembelajaran online difasilitasi dan didukung
dengan pemanfaatan teknologi informasi yang diterapkan
di bidang pendidikan. Surat edaran yang dikeluarkan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan No. 4 tahun 2020
terkait pembelajaran online merupakan sebuah alternatif agar
proses pembelajaran dapat terus berjalan disaat pandemi
seperti sekarang ini. Model pembelajaran ini akan berjalan
efektif jika para guru dapat memberikan kemudahan dalam
mengajarnya. Tentunya tak selalu lancar dalam pembelajaran
online ini, ada beberapa faktor yang membuat pembelajaran
menjadi terhambat.
Penyelesaian Masalah Hots

Berfikir dibagi menjadi dua, yaitu berfikir tingkat


rendah (Low order thinking skill), dan berfikir tingkat tinggi
atau Higher order thinking skill (HOTS). Pembelajaran yang
mengembangkan keterampilan berfikir tingkat tinggi sangat
dibutuhkan dalam pembelajaran matematika, dan sudah
menjadi prioritas dalam pendidika di Indonesia. Dalam
mengembangkan kemampuan HOTS ini, model pembelajaran
yang digunkanan adalah berbasis masalah yaitu pendekatan
pembelajaran menggunakan masalah dunia nyata. Salah satu
contohnya dengan bermain dengan benda-benda di sekitar
[7]. Berfikir kritis dapat dilakukan guru dengan memberikan
soal-soal yang sifatnya mengajak siswa berfikir dalam level
analisis, evaluasi dan mengkreasi, maka dari itu guru harus
merancang sedemikian rupa soal-soal yang akan diberikan.
Ada beberapa faktor penyebab rendahnya pencapaian
hasil prestasi siswa TIMSS di Indonesia yakni faktor eksternal
dan internal. Faktor eksternal dikarenakan guru lebih banyak
memberikan soal-soal rutin yaitu soal yang teratur yang
dipresentasikan secara jelas dan memuat informasi yang
diperlukan. Sedangkan faktor internalnya adalah kemampuan
awal siswa yaitu kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran

59
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

matematika yang disampaikan guru. Kemampuan awal yang


rendah membuat siswa terhambat dalam menghubungkan
materi yang telah dipelajari [9]. Kemampuan awal siswa
merupakan pengetahuan awal siswa mengenai materi yang
menjadi prasyarat untuk mepelajari materi selanjutnya yang
bersifat kontinu. Akumulasi kepandaian yang dimiliki siswa
dianggap sebagai kemampuan awal matematis yang dapat
digunakan kapanpun dan dimanapun yang berfungsi untuk
mempermudah pengerjaan higher order thinking skill dan
dapat mengoptimalkan perolehan, pengorganisasian dan
mengungkap kembali pengetahuan baru seseorang.
Kemampuan berfikir tingkat tinggi (HOTS) terdiri dari
tiga kategori, 1) higher order thinking as transfer, 2), higher order
thinking as critical thingking 3) higher order thinking as problem
solving. Indikator dalam mengukur HOTS yaitu memisahkan
materi dan memilah bagaimana suatu bagian berhubungan
dengan yang lainnya, mengevalusi keputusan sesuai standart,
dan membuat hasil yang asli [10].
Ada lima karakteristik pembelajaran berbasis masalah,
antara lain : pengajuan pertanyaan atau masalah, keterkaitan
dengan disiplin ilmu, menyelidiki masalah autentik,
memamerkan hasil kerja dan kolaborasi dengan kemampuan
berpikir tingkat tinggi[11-13]
1. Untuk melatih siswa kemampuan berpikir kritis terdapat
beberapa kegiatan atau tahapan yang dapat dilakukan yaitu:
2. Kemampuan menganalisis, yaitu kegiatan yang bertujuan
memahami konsep secara terperinci.
3. Kemampuan menyintetis yaitu kemampuan yang meng-
gabungkan beberapa bagiaan menajadi satu bagian atau
susunan baru
4. Kemampuan memecahkan masalah merupakan kemampuan
yang menuntut sesorang untuk memahami lebih kritis
sehingga dari pemahaman tersebut menemui sebuah ide
atau konsep baru.

60
Masa Pandemi Covid-19

5. Kemampuan menyimpulkan yaitu kemampuan seseorang


dapat menguraikan berbagai konsep secara bertahap agar
dapat menentukan sebuah simpulan.
Kemampuan mengevaluasi yaitu kemampuan yang
menuntut pemikiran yang matang dalam menentukan nilai
sesuatu dengan berbagai kriteria. Upaya dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dapat dilakukan dengan cara
melibatkan ke dalam pembelajaran berpusat kepada siswa salah
satu dalam model pembelajaran berdasarkan masalah. Model
problem based instruction dibantu dengan media lingkungan
dapat membuat siswa berlatih untuk menggunakan berbagai
konsep, prinsip dan keterampilan yang telah dipelajari untuk
dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan
terbiasa untuk melatih kemampuan berpikir kritis, dan dapat
membuat siswa mampu memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari [12].
Penutup
Pendidikan sangatlah penting bagi seluruh manusia.
setiap orang berhak mendapatkan pendidikan yang baik yang
diajarkan oleh seorang guru. Guru harus mampu memberikan
pelajaran pelajaran yang dapat dimengerti oleh setiap siswa.
Tak hanya memberikan pelajaran yang ada di sekolah seorang
guru harus memberikan pelajaran tentang kehidupan agar
siswanya tersebut dapat survei di dalam kehidupan nyata.
Salah satu yang bisa diberikan oleh seorang guru agar
siswanya mampu belajar dari kehidupan nyata yaitu dengan
memberikan soal-soal dalam setiap mata pelajaran matematika
dengan memberikan soal cerita yang dapat mengasah pola
pikir kritis siswa karena pola pikir kritis sangat dibutuhkan.
Metode yang dapat digunakan oleh seorang guru adalah
dengan menggunakan metode hots yaitu metode berpikir
kritis tingkat tinggi.

61
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Tabel.1 Karakteristik HOTS Problem Based Instruction

No Karakteristik HOTS Problem Based Instruction


Masalah yang digunakan untuk model Problem based
instruction berpangkal pada kehidupan nyata siswa
dilingkungannya. Masalah yang diberikan biasanya
Pengajuan
mudah dipahami siswa sehingga tidak menimbulkan
pertanyaan
1. masalah baru yang pada akhirnya akan menyulitkan
atau masalah
penyelesaian siswa, selain itu penyusunan masalah
mencakup tentang materi pelajaran yang sesuai
dengan waktu, ruang dan tujuan pembelajaran yang
sudah ditetapkan.
Model Problem based instruction diterapkan pada
Adanya pembelajaran mata pelajaran tertentu, lebih
keterkaitan baiknya memilih masalah yang autentik sehingga
2.
antar disiplin setiap pemecahan masalah yang dihadapi siswa
ilmu melibatkan berbagai disiplin ilmu yang berkaitan
dengan masalah tersebut.
Siswa diwajibkan untuk melakukan penyelidikan
autentik menganalisis dan merumuskan masalah,
Penyelidikan mengansumsi, mengumpulkan dan menganalisis
3.
autentik data, melakukan eksperimen (jika ada), dan
menyimpulkan hasil pemecahan masalah pada
Model Problem Based Intruction.
Model Problem based instruction menuntut siswa
Menghasilkan
untuk menjelaskan bagaimana bentuk penyelesaian
dan
masalah yang ditemukan. Menjelaskan dalam
4. memamerkan
bentuk penyelesaian masalah dan penyusunan
hasil suatu
hasil pemecahan masalah yang berupa laporan atau
karya.
presentasi hasil pemecahan masalah di depan kelas.
Model Problem based instruction, siswa diberikan
kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok
kecil. Siswa juga memerlukan minimal bantuan dari
5. Kolaborasi
guru, tetapi guru harus mengenali seberapa penting
bantuan siswa agar siswa lebih saling bergantung
satu sama lain, daripada bergantung pada guru.
(Desi Setiyaningrum:2019)

Rujukan
[1]. Brookhart, S,M. (2010). How To Asses Higher Order Thinking
Skill In Your Classroom.Alexandria, Virginia USA: ASCD.
[2]. Janah SR, Dkk (2019). Pentinganya Literasi Matematika dan
Berfikir Kritis Matematis dalam Menghadapi Abad Ke-21.
Jurnal PRISMA 905-910.
[3]. Hanafi Muhammad, Dkk (2019). Analisis Kemampuan
Siswa dalam Menyelesaikan Soal High Order Thinging Ditinjau
dari Kemampuan Awal Matematika Siswa. SNP2M UMT

62
Masa Pandemi Covid-19

[4]. Hanum NS, (2013). Keefektifan E-Learning Sebagai Media


Pembelajaran (Studi Evaluasi Odel Pembelajaran E-Learning
SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto). Jurnal Pendidikan
Vokasi, Vol. 3, Nomor 1.
[5]. Herawati R, Dkk (2014). Pengembangan Asesmen HOTS
Pada Pembelajaran Berbasis Masalah Tema Bermain Dengan
Benda-Benda Sekitar. Universitas Pendidikan Indonesia
Tasikmalaya, hlm 151-159.
[6]. Maulidia, Fia (2020). Pengembangan Instrumen Penilaian
Tes Soal Pilihan Ganda Berbasis HOTS Pada Mata Pelajaran
Administrasi Umum Jurusan OTKP SMK Negeri 1 Lamongan.
Vol 8 No 1. Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran
(JPAP)
[7]. Nuriali Wa, Dkk (2018). Pengaruh Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis
Matemaika Ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa SMK.
Jurnal Pembelajaran Berfikir Matematika, hlm 53-64. Vol.
38, No. 2
[8]. Nurkholis. (2013). Pendidikan Dalam Upaya Memajukan
Teknologi. Jurnal Kependidikan, 1(1), 4-44.
[9]. Sani, R.A (2019). Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher
Order Thinking Skill). Tangerang: Tira Smart
[10]. Sari, D.S. Sugiyarto, K.H (2015). Pengembangan Multimedia
Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Dan
Kemampuan Berfikir Kritis Siswa. Vol 1 No 2. Jurnal Inovasi
Pendidikan IPA.
[11]. Sugiarto, Iwan (2004). Mengoptimalkan Daya Kerja Otak
dengan Berfikir Holistik & Kreatif. Jakarta : Gramedia
Utama
[12]. Setyorini, In (2020). Pandemi Covid-19 Dan Online
Learning: Apakah Berpengaruh Terhadap Proses Pembelajaran
Pada Kurukulum 13?. Journal of Industrial Engineering &
Management Research (JIEMAR)
[13]. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di
Sekolah Dasar. Jakarta: Prenada Media Group

63
Kemampuan Koneksi Matematis: Problematika Dalam
Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid 19
Lalang Janastra1

Pengantar
Pandemi covid-19 merubah banyak sistem kehidupan
masyarakat dunia, virus yang pertama kali pusat
penyebarannya ditemukan di Wuhan China pada akhir
tahun 2019 menyebar begitu cepat dan luas ke seluruh dunia
dan pada Maret 2020 pertama kali kasusnya ditemukan di
Indonesia tepatnya di Jawa Barat [1], [2]. Penyebaran covid-19
ditanggapi serius oleh pemerintah itu sendiri, himbauan
pemerintah dengan melakukan Social Distancing sampai
physical distancing dengan cara menerapkan kebijakan
pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang pertama kali
dilakukan di ibu kota agar pandemic ini tidak terus menyebar
luas [3]. Kebijakan yang dilakukan pemerintah sesuai amanat
UUD 1945 sehingga mencetuskan sebuah peraturan segala
kegiatan baik di dalam maupun di luar ruangan di tunda
terlebih dahulu, hal ini menyebabkan perubahan dalam
berbagai bidang, termasuk juga dalam bidang Pendidikan [4]
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
tertanggal 24 Maret 2020 mengeluarkan Surat Edaran No.4
tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa
Darurat Penyebaran Corona Virus Disease yang mewajibkan
seluruh kegiatan pembelajaran peserta didik di semua
tingkat Pendidikan baik tingkat sekolah maupun perguruan
tinggi dilakukan secara daring di rumah masing-masing
1
Lalang Janastra, Program Studi Pendidikan Matematika Universitas
Muhammadiyah Malang

64
Masa Pandemi Covid-19

[5], [6]. Pembelajar secara daring adalah hal wajib di masa


pademi covid-19, langkah ini dilakukan pemerintah untuk
menekan angka penyebaran covid-19 di Indonesia. Kegiatan
belajar yang biasa dilakukan secara luring harus dilakukan
secara daring, yang harus memaksa pendidik dan peserta
didik memanfaatkan berbagai teknologi yang menggunakan
jaringan internet untuk melakukan pembelajaran [7], [8].
Pada masa pandemi covid-19 peserta didik dan pendidik
ditutut untuk bisa memahami dan menggunakan teknologi
informasi untuk proses pembelajaran daring [8], [9]. Dengan
memahami teknologi informasi secara langsung akan mem
udahkan pendidik dan peserta didik melakukan aktifitas
belajar karena media satu satunya untuk melakukan kegiatan
belajar mengajar di masa pendemi covid-19 adalah dengan
menggunakan pembelajaran daring. Teknologi informasi
yang digunakan sebagai alternatif pengganti pembelajaran
tatap muka yang biasanya dilakukan sebelum masa pandemic
covid-19, diharapkan membuat kualitas hasil pembelajaran
peserta didik tidak menurun atau bahkan melebihi ketika
pembelajaran tatap muka[7], [9].
Pembelajaran matematika akan sangat bermanfaat jika
mampu mengaitkan dengan ilmu lain, dan juga menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari [10]. Pembelajaran matematika
akan dikatakan baik jika melibatkan peserta didik dan pendidik
sehingga peserta didik mampu mengeluarkan kemampuan,
bakat, potensi yang mencakup kebutuhan peserta didik dalam
matematika, sehingga peserta didik mampu menyambungkan
pengalaman yang sudah dipelajari dengan hal hal baru yang
ditemui [11], [12]. Berdasarkan kedua pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika yang
bermanfaat harus melalui penerapan dalam kehidupan, serta
mampu menyambungkan pengalaman dengan hal baru yang
ditemui oleh peserta didik.

65
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Pembelajaran dikatakan bermanfaat jika melalui


penerapan kehidupan sehari hari dengan bantuan pengalaman
yang sudah dipelajari dengan sesuatu baru membutuhkan
kemampuan koneksi untuk menyelesaikan berbagai masalah
yang dihadapi [13]. Penyelesaian berbagai masalah dengan
kemampuan tingkat tinggi untuk mengkaitkan antar topik
matematika yang sudah pernah dipelajari dengan topik
baru, menghubungkan matematika terhadap disiplin ilmu
lain, dan mengkaitkan dalam kehidupan sehari hari adalah
berbagai aspek dalam kemampuan koneksi matematika
[10], [14], [15]. Kemampuan koneksi melatih peserta didik
berfikir secara analitis, logis, sistematis, kritis dan kreatif serta
memberikan pelatihan kerja sama dalam berbagai bentuk
model pembelajaran [16].
Kemampuan koneksi matematika bisa dipelajari dan
dilatih tergantung kepada kemauan, karena kemauan
merupakan bagian dari motivasi belajar peserta didik untuk
terus berlatih [17]. Penelitian sebelumnya mengatakan
kemampuan koneksi matematika dan motivasi belajar peserta
didik memiliki hubungan yang positif pada uji korelasi yang
artinya ketika kemampuan koneksi matematika tinggi maka
motivasi belajarpun juga tinggi [13] [18].
Manfaat pembelajaran matematika adalah membekali
pesertadidik berfikir kritis dan menghubungkan ilmu yang
sudah dipelajari sebagai informasi untuk penentu pilihan dan
menarik sebuah kesimpulan, berfikir logis sebagai pemikiran
rasional, analitis sebagai pemikiran mendapatkan informasi
yang ada dari penyimpulan informasi-informasi baru,
sistematis sebagai pemikiran menguraikan dan merumuskan
sesuatu secara logis sehingga membentuk sebuah sistem dan
kreatif sebagai solusi pemecahan permasalahan, koneksi
sebagai bantuan daya ingat dan pemecahan masalah dengan
menggunakan ilmu yang sudah dipelajari[14], [15], [19]

66
Masa Pandemi Covid-19

Begitu banyak manfaat yang diberikan dengan


pembelajaran matematika yang sering diberikan oleh guru
maupun dosen dengan melibatkan kemampuan koneksi
di dalamnya. Tetapi masih banyak hambatan jika proses
pembelajaran dilakukan secara daring karena masa pendemi
covid-19. Karena pembelajaran secara daring ini adalah
hal baru bagi pendidik dan peserta didik[5]. Sehingga di
masa pandemi ini menyebabkan mayoritas peserta didik
tidak paham dengan materi yang diberikan, ini berakibat
gagalnya proses pembelajaran menggunkan kemampuan
koneksi. Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan di atas,
penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan problematika
pembeljaran koneksi matematis pada masa pendemi covid-19
Pembahasan
Pembelajaran Matematika

Matematika sebagai ilmu dapat disaluran salah satunya


lewat pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika
adalah proses berfikir dan belajar yang disalurkan oleh peserta
didik ataupun patnernya di kehidupan sehari – hari dan alat
pendukung pembelajaran [20]. Pembelajaran matematika
abad 21 berpandangan terhadap kemampuan berfikir kritis,
mampu mengkoneksikan pembelajaran terhadap dunia
nyata, menggunakan teknologi informasi, berkomunikasi
dan berkolaborasi [21]. Untuk memenuhi pembelajaran
matematika pada abad 21 peserta didik dituntut untuk
memiliki kemampuan kompetensi dan keterampilan yang
diperlukan oleh peserta didik di abad ke-21 ditekankan pada
tujuh (7) keterampilan berikut: (1) kemampuan berpikir kritis
dan pemecahan masalah, (2) kolaborasi dan kepemimpinan,
(3) ketangkasan dan kemampuan beradaptasi, (4) inisiatif
dan berjiwa entrepeneur, (5) mampu berkomunikasi efektif
baik secara oral maupun tertulis, (6) mampu mengakses
dan menganalisis informasi, dan (7) memiliki rasa ingin
tahu dan imajinasi [22] Proses pembelajaran akan baik jika

67
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

semua itu bersinergi, mengakibatkan terasahnya pemikiran


dan penyelesaian masalah yang baru dengan menggunakan
konsep yang sudah dipelajari [11], [12].
Manfaat Pembelajaran Matematika

Manfaat pembelajaran matematika adalah membekali


pesertadidik berfikir kritis dan menghubungkan ilmu yang
sudah dipelajari sebagai informasi untuk penentu pilihan dan
menarik sebuah kesimpulan, berfikir logis sebagai pemikiran
rasional, analitis sebagai pemikiran mendapatkan informasi
yang ada dari penyimpulan informasi – informasi baru,
sistematis sebagai pemikiran menguraikan dan merumuskan
sesuatu secara logis sehingga membentuk sebuah sistem dan
kreatif sebagai solusi pemecahan permasalahan, koneksi
sebagai bantuan daya ingat dan pemecahan masalah dengan
menggunakan ilmu yang sudah dipelajari[14], [15], [19]
Pembelajaran masa pandemi

Proses pembelajaran adalah adanya interaksi antara peserta


didik dan guru[23], [24]. Proses pembelajaran melibatkan
aktivitas belajar dan mengajar yang dilakukan oleh pendidik
dan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
di inginkan, sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan
menembus ruang dan waktu di mana saja dan kapan saja. Pada
keadaan masa pandemic covid-19 ini, proses pembelajaran
bisa dilaksanakan secara daring (visual).[8], [9] Proses
pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilaksanakan
oleh pendidik dan peserta didik dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan jaringan internet untuk melakukan
kegiatan belajr mengajar [9], [23], [24]. Pembelajaran daring
memiliki manfaat bagi pendidik dan peserta didik, hal ini
dikarenakan pendidik dan peserta didik memiliki kebebasan
waktu belajar dan dapat melakukan proses pembelajran di
mana saja dan kapan saja dengan bantuan jaringan internet [23],
[25]. Proses pembelajaran secara daring, pendidik dan peserta
didik memerlukan perangkat - perangkat pendukung seperti

68
Masa Pandemi Covid-19

smartphone (HP), laptop, computer, tablet alat alat tersebut


berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi dan melihat
secara visual apa yang di pelajari, kemudian di kolaborasikan
dengan aplikasi – aplikasi pendukung pembelajaran seperti
yang biasa digunakan adalah zoom, Edmodo, google meet,
whatsap grub, dan lain – lain [7], [9], [26]
Pada proses pembelajaran daring, tidak lah mulus ada
banyak tantangan maupun kendala yang harus dihadapi
pendidik dan peserta didik [6]. Kendala yang dialami oleh
beberapa pendidik adalah keawaman tentang teknologi yang
sudah berkembang saat ini, kendala yang dialami beberapa
peserta didik adalah tidak mempunyai alat penunjang
pembelajaran seperti smartphone (HP), laptop, computer,
tablet sehingga peserta didik tidak maksimal untuk mengikuti
pembelajaran ini biasa terjadi kepada keluarga peserta didik
yang berasal dari kalangan ekonomi kebawah yang tidak
memiliki uang untuk membeli perangkat – perangkat dalam
penunjang kegiatan belajar secara daring. Hal ini adalah
kendala terberat yang dialami pada pembelajaran daring di
masa pandemi covid-19, yang menyebabkan banyak peserta
didik yang kurang memahami pembelajaran, orang tua yang
kebingungan dan banyak pendidik yang kesulitan dalam
menyampaikan pelajaran di tengah tuntutan pembelajaran
daring ini. Tak cukup sampai disitu kendala lainya adalah
tentang kuota internet yang bisa menghabiskan banyak uang
untuk membelinya, selain itu hambatan lainya adalah jaringan
yang sulit hal ini biasa terjadi di daerah pedesaan atau pelosok
pelosok[26], [27]. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam
penerapan pembelajaran daring yang sering terjadi di sekolah-
sekolah di mana pembelajaran menjadi kurang efektif karena
memiliki layanan internet yang lemah sehingga penjelasan
pendidik jadi kurang jelas.

69
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Kemampuan koneksi

Definisi kemampuan koneksi adalah berfikir tingkat tinggi


dalam pemecahan permasalahan dengan menghubungkan
konsep yang sudah dipelajari dengan menkaitkannya
sehingga menemukan solusi penyelesaian permasalahan
yang dihadapi. [10], [14], [15] Selain itu kemampuan koneksi
matematika adalah kemampuan yang diajarkan kepada peserta
didik tentang keterampilan dan konsep matematik dalam
penyelesaian permasalahan dari berbagai bidang yang relevan
dengan menggunakan bidang ilmu matematika atau bidang
ilmu lain [28]. Dari pernyataan tersebut dapat kita simpulkan
bahwa kemampuan koneksi matematika adalah kemampuan
tingkat tinggu untuk mengkaitkan antar konsep dan antar
keterampilan baik dari bidang ilmu matematika atau bidang
ilmu lain untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Kemampuan ini harus sudah diajarkan kepada peserta didik
sejak dini untuk membantu penyelesaian permasalahan yang
dihadapi [15], [29].
Kemampuan yang diajarkan sejak dini ini memiliki manfaat
yaitu memberikan kemampuan spesial dalam penyelesaian
permasalahan disiplin ilmu matematika atau disiplin ilmu
lain dan kehidupan sehari – hari, mampu mengkaitkan antar
konsep yang sudah dipelajari dengan yang akan dipelajari,
sebagai solusi permasalahan [12], [30].
Solusi pemecahan permasalahan disiplin ilmu matematika
salah satunya harus memiliki kemampuan koneksi matematis.
Kemampuan koneksi matematis adalah kemampuan tingkat
tinggi tentang mengaitkan konsep-konsep matematika, baik
antar konsep bidang ilmu matematika sendiri maupun
mengaitkan konsep bidang ilmu matematika dengan konsep
dalam bidang lainnya dan kehidupan sehari hari. [14], [15],
[31]
Paparan yang sudah dijelaskan mencakup macam-
macam kemampuan koneksi matematis, terdapat tiga macam

70
Masa Pandemi Covid-19

kemampuan koneksi matematis yaitu kemampuan koneksi


bidang ilmu matematika terhadap ilmu matematika, bidang
ilmu matematika terhadap bidang ilmu lain dan bidang
ilmu matematika terhadap kehidupan sehari hari. [10],
[15], [31] Macam – macam kemampuan koneksi matematis
membuat kemampuan ini sangat berguna dalam pemecahan
permasalahan, contoh permasalahan yang melibatkan koneksi
matematis kehidupan sehari hari dengan beberapa topik
matematika. Mengetahui kemampuan koneksi matematis
peserta didik dapat dilihat dari dua indikator yang menjadi
pertimbangan.
Ada dua indikator kemampuan koneksi matematis: (1)
menggunakan kemampuan koneksi antar topik matematika
semisal menggunakan kemampuan koneksi matematika
untuk menyelesaikan suatu topik dengan cara menggunakan
topik topik terdahulu yang sudah pernah dipelajari dan
(2) menggunakan kemampuan matematika dalam bidang
ilmu lain dan atau dalam nyata misalnya dalam ilmu fisika
kemampuan matematika digunakan untuk menyelesaikan
persoalan perhitungan dan dalam kehidupan sehari hari sering
kita jumpai dalam bidang perdagangan [13] Memperhatikan
semua aspek pada kemampuan koneksi matematis membuat
pembelajaran matematika harus memperhatikan kemampuan
koneksi matematis agar pembelajaran matematika memiliki
kelebihan.
Kelebihan pembelajaran matematika yang memperhatikan
koneksi matematis adalah peserta didik yang memiliki
kemampuan koneksi matematis yang baik mampu melihat
suatu hubungan yang luas antar topik matematika, membuat
peserta didik belajar matematika dengan lebih bermakna
dan membuat pemahaman semakin dalam sehingga ingatan
semakin kuat. [30], [32]
Penelitian ini akan mengidentifikasi koneksi matematis
yang muncul pada siswa terutama pada materi bangun ruang,

71
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

hal ini didasarkan pada indicator koneksi matematis yang


dipaparkan pada table di bawah.
Pandemic Covid-19

Coronavirus Diseases atau yang biasa disebut covid yang


pertama kali ditemukan penyebarannya pada tahun 2019 di
Wuhan China adalah virus jenis baru yang penyebarrannya
tak diduga sebelumnya [1], [35]. Gejala umum penyakit ini
adalah sesak nafas, batuk dan demam ini adalah ciri umum
manusia terkena covid-19[2], [35]. Penyebaran covid-19 sangat
lah cepat keseluruh dunia hingga pada bulan Maret 2020 kasus
pertama di Indonesia. Pandemi covid-19 ini membawa banyak
dampak dari bidang social, ekonomi, wisata dan pendidikan,
pemerintah tak tinggal diam menghadapi pandemi yang terjadi
ini dengan menerapkan Social Distancing sampai physical
distancing dengan cara menerapkan kebijakan pembatasan
social berskala besar (PSBB) agar pandemic ini tidak tersebar
luas[35]. Dengan demikian kegiatan dipioritaskan dilakukan
di murah saja melalui daring
Dampak ini jelas berdampak langsung pada bidang
Pendidikan dengan dikeluarkannya Surat Edaran No.4 oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa
Darurat Penyebaran Corona Virus Disease yang mewajibkan
seluruh kegiatan pembelajaran di semua tingkat Pendidikan
baik tingkat sekolah maupun perguruan tinggi dilakukan
secara daring di rumah masing-masing (study from home)
[6], [8], [35]. Tentu ini membaa perubahan besar pada dunia
pendidikan di mana pembelajaran yang biasa dilakukan
luring menjadi daring karena adanya pandemic covid-19.

72
Masa Pandemi Covid-19

Tabel 1: Indikator Kemampuan Koneksi Matematis

Indikator Kemampuan Koneksi Deskripsi Indikator Kemampuan


Matematis Koneksi Matematis
Peserta didik dapat menjelaskan
1. Koneksi dalam
konsep materi bangun datar
matematika
dan prosedur yang ada di
materi bangun datar
Peserta didik mampu
menghubungkan antar konsep
2. Koneksi antar topik dalam
matematika
matematika
Peserta didik dapat memberikan
mencontohkan hubungan antar
konsep matematika
Peserta didik dapat
3. Koneksi antar menyelesaikan masalah
materimatematika dengan matematika dalam berbagai
bidang ilmu lain bentuk di luar matematika mau
pun sebaliknya
Peserta didik mampu
4. Koneksi matematika
mengaplikasikan konsep
dengan kehidupan sehari
matematika dalam penyelesaian
hari
masalah kehidupan sehari hari
[33], [34]

Sesuai dengan paparan di atas, ada banyak tantangan,


kendala, dan problematika yang terjadi dalam proses
pembelajaran matematika di masa pandemi covid-19.
Problematika tersebut akan di uraikan sebagai berikut:
Peserta didik yang tidak mempunyai alat penunjang
dalam proses pembelajaran seperti smartphone (HP), laptop,
computer, tablet yang membuat peserta didik kesusahan
dalam melaksanakan pembelajaran terlebih alat penunjang
tersebut cukuplah mahal apalagi untuk peserta didik dari
keluarga kalangan ekonomi kebawah yang tidak memiliki
biaya untuk membelinya Ketiadaan kouta internet dalam
penunjang proses pembelajaran secara daring. Ada banyak
siswa di Indonesia yang kesusahan dalam membeli kouta
internet, apalagi di masa pandemic seperti ini, banyak orang
tua dari keluarga siswa kalangan bawah yang kesusahan
untuk mencari pekerjaan bahkan ada banyak keluarga siswa
yang orang tuanya

73
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Susahnya jaringan/sinyal internet terutama di daerah


plosok. Tidak semua peserta didik dapat menggunakan wifi
karena pembayaran pemasangan yang cukup mahal dan tak
semua tempat dapat terjangkau dengan wifi. Sedangkan jika
menggunakan jaringan paket data tidak semua tempat juga
memiliki jaringan yang bagus.
Ketidak siapan pendidik dan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Pandemic covid-19 ini sebelumnya tidak
diprediksi dengan system belajar yang awalnya dilakukan
secara tatap muka ke pembelajaran yang dilakukan secara
daring secara tiba - tiba .Sehingga banyak pendidik yang
belum siap dalam melaksanakan proses pembelajaran daring,
teruntuk pendidik yang kurang bisa dalam menggunakan
teknologi digital. Hal ini berakibat pada banyaknya peserta
didik yang tidak paham dan tidak tercapainya tujuan
pembelajaran
Kurang pemahaman peserta didik karena peserta didik
hanya diberikan materi melalui aplikasi aplikasi pembelajaran
seperti zoom, Edmodo, google meet, whatsap grub, dan lain –
lain. Banyak pendidik hanya memberikan materi dan memberi
tugas ini membuat peserta didik memilih hanya ikut absen
Kehadiran peserta didik yang hanya memenuhi absensi
saja. Ada beberapa beser peserta didik yang melakukan absen
kelas tetapi Ketika pembelajaran berlangsung, peserta didik
tidak belajar tentang materi yang di bagikan oleh pendidik
Penutup
Perubahan pembelajaran dikarenakan pademi covid-19
dari pembelajaran tatap muka berubah menjadi pembelajaran
secara daring, tentunya pademi ini memunculkan banyak
tantangan dan problematika yang dihadapi pendidik,
orangtua, dan peserta didik dalam proses belajar mengajar
yang menyebabkan banyak kekurangan dan keefektifnya tidak
seperti pembelajaran tatap muka. problematika yang dihadapi

74
Masa Pandemi Covid-19

pendidik serta peserta didik adalah seperti tidak adanya alat


penunjang pembelajaran seperti (HP), laptop, computer,
tablet lemahnya jaringan internet, kurang pahamnya terhadap
teknologi, dan pengolaan pembelajaran
Rujukan
[1] N. Mona, “Konsep Isolasi Dalam Jaringan Sosial Untuk
Meminimalisasi Efek Contagious (Kasus Penyebaran
Virus Corona Di Indonesia),” J. Sos. Hum. Terap., vol. 2, no.
2, 2020.
[2] T. H. Siagian, “Mencari Kelompok Berisiko Tinggi
Terinfeksi Virus Corona dengan Discourse Network
Analysis,” J. Kebijak. Kesehat. Indones. JKKI, vol. 9, no. 2, pp.
98–106, 2020.
[3] M. Hasrul, “Aspek Hukum Pemberlakuan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) Dalam Rangka Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19),” J. Legis., pp. 385–
398, 2020.
[4] R. T. Handayanto and H. Herlawati, “Efektifitas
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kota Bekasi
Dalam Mengatasi COVID-19 dengan Model Susceptible-
Infected-Recovered (SIR),” J. Kaji. Ilm., vol. 20, no. 2, pp.
119–124, 2020.
[5] H. A. Rigianti, “Kendala Pembelajaran Daring Guru
Sekolah Dasar di Banjarnegara,” Elem. Sch. J. Pendidik. Dan
Pembelajaran Ke-SD-An, vol. 7, no. 2, 2020.
[6] Y. P. Utami and D. A. D. Cahyono, “STUDY AT HOME:
ANALISIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA PADA
PROSES PEMBELAJARAN DARING,” J. Ilm. Mat. Realis.,
vol. 1, no. 1, pp. 20–26, 2020.
[7] W. A. F. Dewi, “Dampak Covid-19 terhadap implementasi
pembelajaran daring di Sekolah Dasar,” Edukatif J. Ilmu
Pendidik., vol. 2, no. 1, pp. 55–61, 2020.
[8] A. Sadikin and A. Hamidah, “Pembelajaran Daring di
Tengah Wabah Covid-19:(Online Learning in the Middle
of the Covid-19 Pandemic),” Biodik, vol. 6, no. 2, pp. 214–
224, 2020.

75
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

[9] N. K. S. Astini, “Pemanfaatan teknologi informasi dalam


pembelajaran tingkat sekolah dasar pada masa pandemi
covid-19,” J. Lemb. Penjaminan Mutu STKIP Agama Hindu
Amlapura, vol. 11, no. 2, pp. 13–25, 2020.
[10] S. V Pastukhov, “Contextual Teaching and Learning
Approach of Mathematics in Primary Schools Contextual
Teaching and Learning Approach of Mathematics in
Primary Schools,” 2017.
[11] N. D. Siregar and E. Surya, “Analysis of Students ’
Junior High School Mathematical Connection Ability
International Journal of Sciences : Analysis of Students ’
Junior High School Mathematical Connection Ability,”
Ijsbar, vol. 33, no. 2, pp. 309–320, 2017.
[12] D. Selvianiresa and S. Prabawanto, “Contextual Teaching
and Learning Approach of Mathematics in Primary
Schools,” J. Phys. Conf. Ser., vol. 895, no. 1, 2017, doi:
10.1088/1742-6596/895/1/012171.
[13] I. F. Ulya and R. Irawati, “BELAJAR SISWA
MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL,”
vol. 1, no. 1, pp. 121–130, 2016.
[14] O. R. U. Putri, “Students’ Mathematical Connection in
Programming Using GUI Matlab,” 2018.
[15] A. K. Kenedi, Y. Helsa, Y. Ariani, M. Zainil, and S. Hendri,
“Mathematical connection of elementary school students
to solve mathematical problems,” J. Math. Educ., vol. 10,
no. 1, pp. 69–79, 2019, doi: 10.22342/jme.10.1.5416.69-80.
[16] S. Sanders, “Critical and Creative Thinkers in Mathematics
Classrooms,” vol. 6, no. 1, pp. 19–27, 2016.
[17] D. A. Cook and A. R. Artino, “Motivation to learn: an
overview of contemporary theories,” Med. Educ., vol. 50,
no. 10, pp. 997–1014, 2016, doi: 10.1111/medu.13074.
[18] T. Pelaccia and R. Viau, “Motivation in medical
education*,” Med. Teach., vol. 39, no. 2, pp. 136–140, 2017,
doi: 10.1080/0142159X.2016.1248924.
[19] A. Winarsih, “Penerapan Model Pembelajaran Tematik
dan Metode Bermain Untuk Meningkatkan Minat dan
Hasil Belajar Matematika Pada Materi Ajar ‘Perkalian

76
Masa Pandemi Covid-19

Bilangan Dua Angka’ Siswa Kelas II SDN Dukuhmencek


03 Kabupaten Jember,” J. Edukasi, vol. 4, no. 1, p. 34, 2017,
doi: 10.19184/jukasi.v4i1.5088.
[20] L. Verschaffel, F. Depaepe, and E. De Corte, Mathematics
Education, Second Edi., vol. 14. Elsevier, 2015.
[21] P. Abad, K.-B. Teknologi, and I. Afriyanti, “Pengembangan
Literasi Matematika Mengacu PISA Melalui,” vol. 1, pp.
608–617, 2018.
[22] Zubaidah, “KETERAMPILAN ABAD KE-21 :
KETERAMPILAN YANG DIAJARKAN,” no. 2, pp. 1–17,
2016.
[23] H. Putria, L. H. Maula, and D. A. Uswatun, “Analisis proses
pembelajaran dalam jaringan (daring) masa pandemi
covid-19 pada guru sekolah dasar,” J. Basicedu, vol. 4, no.
4, pp. 861–870, 2020.
[24] Z. Zaharah and G. I. Kirilova, “Impact of Corona Virus
Outbreak Towards Teaching and Learning Activities in
Indonesia,” SALAM J. Sos. dan Budaya Syar-i, vol. 7, no. 3,
2020, doi: 10.15408/sjsbs.v7i3.15104.
[25] N. Hidayati, “Sistem E-Learning Untuk Meningkatkan
Proses Belajar Mengajar: Studi Kasus Pada SMA Negeri
10 Bandar Lampung,” Telemat. MKOM, vol. 2, no. 2, pp.
153–170, 2016.
[26] L. D. Herliandry, Nurhasanah, M. E. Suban, and K. Heru,
“Transformasi Media Pembelajaran Pada Masa Pandemi
Covid-19,” J. Teknol. Pendidik., vol. 22, no. 1, pp. 65–70,
2020.
[27] A. Asmuni, “Problematika Pembelajaran Daring di Masa
Pandemi Covid-19 dan Solusi Pemecahannya,” J. Paedagogy,
vol. 7, no. 4, p. 281, 2020, doi: 10.33394/jp.v7i4.2941.
[28] S. Hartati and I. Abdullah, “PEMECAHAN MASALAH
Mahasiswa dan 2 Dosen Program Studi Pascasarjana ( S2
) Pendidikan Matematika FKIP UNIB PENDAHULUAN
Pemecahan masalah matematika tergolong penting ,
namun di sisi lain , siswa sering mengalami kesulitan
dalam pemecahan masalah matematika,” vol. 2, no. 1, pp.
43–72, 2017.

77
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

[29] E. Özdoǧan, “Play, mathematic and mathematical play in


early childhood education,” Procedia - Soc. Behav. Sci., vol.
15, pp. 3118–3120, 2011, doi: 10.1016/j.sbspro.2011.04.256.
[30] C. J. Young, S. C. Levine, and K. S. Mix, “The connection
between spatial and mathematical ability across
development,” Front. Psychol., vol. 9, no. JUN, pp. 1–7,
2018, doi: 10.3389/fpsyg.2018.00755.
[31] A. Fitriatun, S. Setiawani, E. Oktavianingtyas, P.
Matematika, F. Keguruan, and U. J. Unej, “Analisis
Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Kelas IX A MTs
Negeri 1 Jember Subpokok Bahasan Kubus dan Balok ( The
Analysis of Mathematic Connection Capability Grade IX A
MTs Negeri 1 Jember Subchapter Cube and Block ),” pp.
2–5, 2017.
[32] R. Badjeber and S. Fatimah, “SMP MELALUI
PEMBELAJARAN INKUIRI MODEL ALBERTA,” 2014.
[33] E. W. A. Supriyadi, S. Suharto, and H. Hobri, “Analisis
Kemampuan Koneksi Matematis Berdasarkan Nctm
(National Council of Teachers of Mathematics) Siswa
Smk Kelas Xi Jurusan Multimedia Pada Pokok Bahasan
Hubungan Antar Garis,” Kadikma, vol. 8, no. 1, pp. 128–
136, 2017.
[34] P. Berdasarkan, G. Kognitif, J. Raya, and T. No,
“Kemampuan koneksi matematis siswa sekolah menengah
pertama berdasarkan gaya kognitif,” vol. 6, no. 2, pp. 237–
249, 2018.
[35] S. Setiati and M. K. Azwar, “COVID-19 and Indonesia.,”
Acta Med. Indones., vol. 52, no. 1, pp. 84–89, 2020.

78
Tingkat Kecemasan Siswa dalam Pembelajaran Online Pada
Masa Pendemi COVID 19
Mareeya Adam1

Pengantar
Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting bagi
perkembangan organisasi, negara, dan dunia. Mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas di masyarakat, salah
satu faktor utamanya adalah pendidikan [1]. Pendidikan, selain
memungkinkan pengetahuan manusia dan pengembangan
diri ini juga bisa menentukan arah suatu negara, karena jika
ada negara yang mempromosikan pendidikan ke arah yang
benar serta perencanaan produksi sumber daya manusia yang
efektif tak pelak, negara memiliki biaya sumber daya manusia
yang berpotensi untuk bersama-sama membangun negara ke
depan [1], [2]. Termasuk sub-divisi seperti organisasi yang jika
sumber daya manusia yang berkualitas dipilih untuk bekerja,
maka akan menghasilkan pengembangan organisasi pada jarak
yang sangat jauh. Pada saat yang sama, organisasi tidak boleh
berhenti mengembangkan pengetahuan untuk personelnya.
Pendidikan itu tidak pernah berakhir setiap orang bisa belajar
dan mengembangkan diri sendiri setiap saat[2].
Sumber daya manusia masih menurun karena penyakit.
Termasuk wabah virus corona saat ini, virus corona atau
COVID-19 yang membunuh jutaan nyawa manusia [3].
Termasuk personel yang penting bagi kehidupan seperti
dokter. Padahal pendidikan itu penting. Tapi menjaga hidup
lebih penting demi keamanan dari penyebaran virus oleh
1
Mareeya Adam, Maahasiswaa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas
Muhammadiyah Malang

79
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

karena itu, pendidikan kelas harus disesuaikan dengan situasi


yang muncul ialah pembelajaran online [3], [4].
Pembelajaran online (e-Learning) merupakan inovasi
pendidikan. Mengubah gaya belajar mengajar tradisional
dengan menghadirkan teknologi untuk digunakan bersama
seperti internet, peralatan komunikasi platform pembelajaran,
dll, untuk membuat ruang kelas virtual dengan orang-orang di
seluruh dunia yang dapat mengakses sumber belajar ini secara
menyeluruh dan nyaman dan cepat dengan menghilangkan
hambatan tempat dan waktu [5]. Selain itu, dalam situasi
COVID-19 di mana siswa harus beradaptasi dengan cara
normal baru, metode pembelajaran online di rumah (Study
From Home) telah digunakan untuk menghadirkan inovasi
dalam efisiensi pembelajaran [6], [7].
Kecemasan mempunyai peran pentingterhadap sikap
matematika. Banyak siswa yang berpikir bahwa matematika
adalah mata pelajaran yang sulit dan membosankan, salah
satu faktor yang penyebabnya yaitu siswa dapat gambar
negatif untuk matematika, penutup diri dan mengembangkan
ide siswa [8]. Kecemasan adalah suatu kondisi emosional
yang dialami setiap manusia ditemukan dalam kehidupan.
Kecemasan akan positif atau negative tergantung pada
emosional siswa [9], [10].
Efek dari negatif emosi, stress, dan tinggi kecemasan dalam
waktu yang lama, seorang yang kerasaan akan mendapat
Mathematics Phobia [9], [11]. Mathematics Phobia merupakan
hasil dari perasaan ketakutan dalam matematika. Kecemasan
siswa dalam belajar secara online, siswa akan merasa kesepian
karena sendiri kurangnya teman yang mendukung jika ada
masalahan [12]. Jelas itu pembelajaran online kebanyakan
siswa mematikan suara dan mematikan kamera untuk
mengalihkan perasaan siswa bahwa mereka berada di zona
aman.

80
Masa Pandemi Covid-19

Pembahasan
Kecemasan

Manusia cenderung memandang kecemasan sebagai hal


yang buruk. Itu adalah sesuatu yang kami coba hindari atau
hindari dari keadaan yang menyebabkan kecemasan itu. Di
sisi lain, jika kita manusia bisa melihat kecemasan kita secara
positif dilihat sebagai emosi fundamental yang dialami semua
manusia latih dan ubah sikap anda terhadap kecemasan [13].
Secara khusus, kecemasan situasional yang akan muncul
sepanjang hidup manusia. Manfaatkan kecemasan untuk
membantu memotivasi kita agar bekerja lebih efektif, tubuh
kita diciptakan dan dikembangkan untuk menangani situasi
stres. Memungkinkan untuk bersosialisasi bisa mendekati
orang lain untuk saling membantu [14].
Prinsip dan konsep kecemasan itu adalah kondisi
emosional manusia yang selalu bisa dialami dalam kehidupan
sehari-hari. Semua ini adalah emosi kompleks yang ditanggapi
seseorang. Melawan stimulus atau ancaman menurut
persepsi dan menafsirkan hasil menurut perspektif mereka
sendiri menyebabkan ketidaknyamanan fisik atau mental
telah berubah baik secara fisik berapa banyak perubahan
yang akan terjadi tergantung pada tingkat keparahan apa
yang menyebabkannya [15]. Kegelisahan dalam konsep ini
ada banyak psikolog. Beri arti kecemasan itu kegelisahan
apakah ketidaknyamanan gugup takut itu bertepatan dengan
ekspektasi atau ekspektasi bahwa akan mengalami hasil yang
buruk di masa depan [15], [16].
Kecemasan adalah stres yang muncul dari keamanan
seseorang, terancam oleh ancaman itu, mungkin nyata atau
mungkin karena peristiwa yang meramalkan. Kecemasan
mengganggu kinerja kebutuhan individu atau memiliki
efek negatif pada pembangunan hubungan interpersonal.
Ada berbagai tingkat kecemasan tergantung pada tingkat
keparahan apa yang menyebabkan kecemasan dan kinerjanya.

81
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Dalam menilai situasi seseorang kecemasan sedang


memotivasi seseorang untuk melakukan tugas-tugas yang
efektif. Kecemasan yang terlalu sedikit atau terlalu banyak
menurunkan kinerja seseorang [17].
Kegelisahan Adalah sesuatu yang dibarengi dengan stres
yang terancam adalah ketakutan itu adalah sebuah insiden
di masa depan itu tidak dapat diidentifikasi dengan jelas dan
sebagai hasil penilaian itulah peristiwa yang anda hadapi
mengancam kesejahteraan. Kegelisahan Ini adalah keadaan
emosional yang akrab bagi semua orang. Dan selalu alami
kehidupan sehari-hari faktanya, kecemasan dianggap sebagai
emosi manusia yang fundamental, dimulai saat lahir dan
berlanjut sepanjang hidup. Ini adalah emosi yang kompleks
di mana seseorang menanggapi rangsangan [17], [18]. Atau
ancaman yang dirasakan dan menafsirkan hasil menurut
pandangan mereka sendiri menyebabkan ketidaknyamanan
perubahan tubuh pikiran dan perilaku, ini mempengaruhi
individu dalam hal persepsi, pemikiran, pengambilan keputusan,
pengambilan keputusan dan pembelajaran. Kecemasan
mempengaruhi kedua. Secara fisik pikiran dan pikiran [19].
Selama lebih dari 100 tahun studi tentang kecemasan
telah menjadi subjek yang menarik, termasuk filsuf, psikiater,
psikolog, dan perawat. Yang memberikan beberapa arti di
antaranyanya kegelisahan itu adalah tanda berbahaya dari
munculnya pikiran. Ketika seseorang mengalami kondisi
ekstrim atau berbahaya, itu adalah perasaan tidak nyaman.
Merasa bahwa sesuatu yang buruk atau berbahaya akan
terjadi tanpa memberitahukan alasannya yang mungkin
termasuk perasaan takut [20]. Kecemasan adalah keadaan
tidak nyaman, tidak nyaman, atau takut akan bahaya. Menurut
mereka mungkin terjadi dan merupakan perasaan yang tidak
proporsional dengan bahaya yang mereka takuti [20].
Secara keseluruhan, arti kecemasan dibarengi dengan
stress, yang terancam adalah ketakutan itu adalah sebuah

82
Masa Pandemi Covid-19

insiden ke depan yang tidak dapat diidentifikasi dengan jelas


dan merupakan hasil penilaian apakah peristiwa tersebut
yang dianggap sebagai kondisi mental perasaan ketegangan
emosional, ketidaknyamanan fisik dan ketidaknyamanan,
ketakutan akan kejadian sebagai tanggapan atas ancaman
yang mereka hadapi saat ini. Termasuk keamanannya
terancam tanpa mengetahui kejadian apa yang akan terjadi di
masa depan [21], [22].
E-Learning

Istilah e-learning umumnya memiliki arti yang sangat luas,


artinya semua jenis pembelajaran. Menyiarkan konten melalui
perangkat elektronik, baik itu komputer, jaringan, internet,
intranet, ekstranet, maupun melalui televisi atau sinyal satelit,
konten informasi tersebut dapat berupa pembelajaran yang
selama ini kita kenal. Seperti pengajaran dengan bantuan
komputer, instruksi berbasis web, pembelajaran online,
pembelajaran jarak jauh melalui satelit, atau mungkin dengan
cara yang belum banyak tersedia, seperti pembelajaran melalui
video. Dengan kecepatan anda sendiri dll [7].
Saat ini, bagaimanapun, kebanyakan orang ketika datang
ke e-learning itu hanya mengacu pada konten atau informasi
pembelajaran. Yang dirancang untuk pengajaran atau pelatihan
yang menggunakan teknologi web (Web Technology) untuk
menyampaikan konten serta teknologi sistem manajemen
kursus dalam manajemen pengajaran di berbagai bidang
peserta didik e-learning dapat mempelajari konten secara
online dan / atau dari CD-ROM. Selain itu, konten e-learning
dapat disajikan dengan menggunakan teknologi multimedia
dan teknologi interaktif [23], [24].
Padahal, e-learning adalah bentuk pembelajaran yang
terjadi sebagai respons terhadap pembelajaran jarak jauh, yaitu
suatu bentuk pembelajaran yang tidak perlu ditempuh oleh
peserta didik. Belajar di tempat yang sama pada waktu yang
sama, siswa harus pelajari konten dari e-learning courseware,

83
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

bahan pengajaran terkomputerisasi yang dirancang


khusus. Berkembang secara efisien untuk digunakan dalam
menyajikan konten pengetahuan dalam ragam multimedia,
terdapat penekanan pada kegiatan non linier di mana siswa
dapat berinteraksi dengan konten. interaksi, termasuk latihan
dan kuis bagi siswa untuk menguji pemahaman mereka. Isi
dari e-learning courseware dibagi menjadi beberapa modul
setelah belajar mandiri [25], [26]. Siswa bertanggung jawab
untuk berdiskusi. Bertukar ide Termasuk pertanyaan tentang
masalah dengan teman sekelas secara elektronik setelah itu,
guru dapat mengatur pertemuan siswa tetapi tidak untuk
bimbingan tambahan pembelajaran jarak jauh tradisional.
Menekankan poin-poin penting yang diketahui guru perhatian
sering hilang. Atau menjawab masalah yang siswa temui
karena belajar sendiri sebelum masuk kelas [27], [28].
Kecemasan dalam Pembelajaran Online

Pada tahun 2017 memiliki 4 orang dari Concordia


University yang penelitian "Anxiety & Performance in Online
Learning" menyajikan hasil awal studi yang melihat kecemasan
dalam kursus / pembelajaran online. Siswa dalam kursus
online dengan 1446 siswa diminta untuk menyelesaikan survei
di akhir semester (1377 siswa mengirimkan survei) untuk
mengukur beberapa kebiasaan belajar mereka, kecemasan
mereka terkait dengan kursus online, kinerja dalam kursus
online lainnya, dan ekspektasi kinerja mereka dalam kursus
online ini. Temuan awal memberi tahu kami bahwa siswa
belajar untuk kursus ini terutama dari rumah (90%) dan
dari sekolah (sekitar 40%). Secara umum, hampir 39% siswa
merasakan semacam kecemasan dengan kursus online di
mana hampir 35% wanita dalam kelompok ini dilaporkan
lebih cemas daripada pria [14], [29].
Selain itu, kami juga melakukan analisis kecemasan
berdasarkan kelompok umur yaitu 17-18, 19-20, 21-22, 23-24
dan 25+. Terbukti dari hasil bahwa siswa yang berusia 21-

84
Masa Pandemi Covid-19

22 tahun melaporkan paling cemas dengan kursus online.


Siswa dalam kelompok usia 17-18 memiliki paling sedikit
dengan sekitar 75% lebih sedikit siswa melaporkan kecemasan
dibandingkan dengan kelompok usia 21-22. Analisis data
yang disajikan di sini terlalu awal untuk mendukung
kesimpulan apa pun, namun tujuan dari studi ini adalah
untuk menyelidiki potensi analisis dan penelitian lebih lanjut.
Studi ini menjawab pertanyaan apakah kecemasan ada dalam
konteks pembelajaran online dan menunjukkan perbedaan
pen0ting dengan pengalaman [30].
Penutup
Akhir tahun 2019-sekarang Pembelajaran online bukan
hanya pilihan pendidikan bagi mereka yang tidak memiliki
waktu atau yang memiliki alasan lain yang membuat para
siswa memilih belajar online daripada duduk di dalam kelas.
Pembelajaran online diadaptasi dari home school, home school
tidak memiliki asal muasal yang pasti. Saat ini belajar di rumah
maupun pembelajaran online bukan hanya sebuah pilihan.
Tetapi suatu keharusan karena virus corona Itu menyebabkan
krisis epidemi Yang mana tidak bisa membuat pembelajaran
di kelas seperti biasanya [14], [31].
Salah satu rintangan terbesar dalam pembelajaran
online adalah kecemasan yang bisa terjadi pada semua
manusia. Kecemasan ini bisa hilang, tetapi faktor utama
dalam mengendalikannya adalah menghilangkan stres
dengan berkonsentrasi dan mempersiapkan kelas online.
Mempersiapkan diri dengan baik sebelum memulai kelas
online akan mengurangi stres, termasuk kecemasan di
kalangan siswa dalam pembelajaran online [31], [32].
Rujukan
[1] N. M. Al-sayyed, “Critical Factors affecting Human
Resource Development in the Arab World .,” no. February,
2018.

85
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

[2] M. "Mohammad H. Al-Jabari, “Factors affecting human


resource practices in a sample of diversified palestinian
organizations,” vol. 2, no. 2001, 2012.
[3] A. Schleicher, “COVID-19 ON EDUCATION INSIGHTS
FROM GLANCE 2020,” pp. 1–31, 2020.
[4] P. Brief, “Policy Brief : Education during COVID-19 and
beyond,” no. August, 2020.
[5] J. Pitkänen, “E-learning in higher education,” 2012.
[6] Z. F. Homavazir, “‘ Impact of E- learning on student
learning and employability – A study in India ’ In
Submitted by ‘ Impact of E - learning on student learning
and employability – A study in India ,’” no. 10, 2015.
[7] M. S. A. El-seoud, N. Seddiek, M. M. El-khouly, and
A. Nosseir, “E-Learning and Students ’ Motivation : A
Research Study on the Effect of E-Learning on Higher
Education,” pp. 20–26, 2009.
[8] W. N. Yanuarto, “Teachers Awareness of Students’ Anxiety
in Math Classroom: Teachers’ Treatment VS Students’
Anxiety,” J. Educ. Learn., vol. 10, no. 3, p. 235, 2016, doi:
10.11591/edulearn.v10i3.3808.
[9] Y. Lai, X. Zhu, Y. Chen, and Y. Li, “Effects of mathematics
anxiety and mathematical metacognition on word problem
solving in children with and without mathematical learning
difficulties,” PLoS One, vol. 10, no. 6, pp. 1–19, 2015, doi:
10.1371/journal.pone.0130570.
[10] E. Zakaria and N. M. Nordin, “The effects of mathematics
anxiety on matriculation students as related to motivation
and achievement,” Eurasia J. Math. Sci. Technol. Educ., vol.
4, no. 1, pp. 27–30, 2008, doi: 10.12973/ejmste/75303.
[11] J. Whyte and G. Anthony, “Maths Anxiety: The Fear Factor
in the Mathematics Classroom,” New Zeal. J. Teach. …, vol.
9, no. 1, pp. 6–15, 2012.
[12] N. Ismawati, I. Junaedi, and I. Artikel, “Strategi Dan Proses
Berpikir Dalam Menyelesaikan Soal Pemecahan Masalah
Berdasarkan Tingkat Kecemasan Matematika,” Unnes J.
Res. Math. Educ., vol. 4, no. 2, pp. 93–101, 2015.

86
Masa Pandemi Covid-19

[13] D. Albert, “Anxiety and learning-performance.,” Arch.


Psychol. (Frankf)., vol. 132, no. 3, pp. 139–163, 1979.
[14] R. George Saadé, D. Kira, T. Mak, and F. Nebebe, “Anxiety
& Performance in Online Learning,” Proc. 2017 InSITE
Conf., no. November, pp. 147–157, 2017, doi: 10.28945/3736.
[15] C. Dobson, “Effects of Academic Anxiety on the
Performance of Students With and Without Learning
Disablities and How Students Can Cope With Anxiety At
School,” Acad. Anxiety Coping With Anxiety, pp. 1–36, 2012.
[16] S. Tuomainen, “Student Anxiety and Learning Difficulties
in Academic English Courses,” no. August, 2017.
[17] O. Kronborg, J. Malmström, and P. M. Christiansen, “A
comparison between the results of truncal and selective
vagotomy in patients with duodenal ulcer.,” Scand.
J. Gastroenterol., vol. 5, no. 6, pp. 519–524, 1970, doi:
10.1080/00365521.1970.12096628.
[18] R. Khoshlessan and K. P. Das, “Analyzing international
students’ study anxiety in higher education,” J. Int.
Students, vol. 7, no. 2, pp. 311–328, 2017.
[19] M. Ajmal and S. Ahmad, “Exploration of Anxiety Factors
among Students of Distance Learning: A Case Study of
Allama Iqbal Open University.,” Bull. Educ. Res., vol. 41,
no. 2, pp. 67–78, 2019.
[20] Q. Zaman, M. Atif, H. Shah, G. Ayub, and M. Farooq, “Key
factors which cause the anxiety among the University
students: A case study based on an event happened in
Peshawar campus,” Eur. J. Soc. Sci., vol. 16, no. 1, pp. 87–96,
2010.
[21] K. Hull et al., “Student Anxiety and Evaluation,” Collect.
Essays Learn. Teach., vol. 12, pp. 23–35, 2019, doi: 10.22329/
celt.v12i0.5409.
[22] K. H. Bisson, “Digital Commons @ ACU Electronic Theses
and Dissertations Electronic Theses and Dissertations The
Effect of Anxiety and Depression on College Students’
Academic Performance: Exploring Social Support as a
Moderator,” 2017.

87
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

[23] B. P. Marques, J. E. Villate, and C. V. De Carvalho, “A


proposal to enhance the use of learning platforms in higher
education,” Proc. Int. Conf. e-Learning 2015, E-LEARNING
2015 - Part Multi Conf. Comput. Sci. Inf. Syst. 2015, pp. 173–
177, 2015.
[24] D. Tavangarian, M. E. Leypold, K. Nölting, M. Röser, and D.
Voigt, “Is e-Learning the solution for individual learning?
Electronic Journal of e-Learnin,” Electron. J. e-Learning, vol.
2, no. 2, pp. 273–280, 2004.
[25] B. Ghirardini, E-learning methodologies: A guide for designing
and developing e-learning courses. 2011.
[26] T. Kashima, S. Matsumoto, and T. Ihara, “Proposal
of an e-learning system with skill-based homework
assignments,” IMECS 2011 - Int. MultiConference Eng.
Comput. Sci. 2011, vol. 2, no. March 2011, pp. 1405–1410,
2011.
[27] J. Valverde-Berrocoso, M. del Carmen Garrido-Arroyo,
C. Burgos-Videla, and M. B. Morales-Cevallos, “Trends
in educational research about e-Learning: A systematic
literature review (2009-2018),” Sustain., vol. 12, no. 12,
2020, doi: 10.3390/su12125153.
[28] P. Barge and S. To, “‘ Developing a Knowledge Management
Model for Student Support Services in eLearning Courses.’”
[29] A. P. Chitra and M. A. Raj, “E-Learning,” vol. 3, pp. 11–13,
2018.
[30] S. GOYAL, “E-Learning: Future of Education,” J. Educ.
Learn., vol. 6, no. 4, p. 239, 2012, doi: 10.11591/edulearn.
v6i4.168.
[31] R. Radha, K. Mahalakshmi, V. S. Kumar, and A. R.
Saravanakumar, “E-Learning during Lockdown of
Covid-19 Pandemic: A Global Perspective,” Int. J. Control
Autom., vol. 13, no. 4, pp. 1088–1099, 2020.
[32] B. R. Raheem and A. Khan, “THE ROLE OF E-LEARNING
IN COVID-19,” vol. 8, no. 3, pp. 3135–3138, 2020.

88
Pembelajaran Humanis Masa Pandemi
Moh. Mahfud Effendi1

Pengantar
Pandemi Covid-19 memaksa manusia pada pola
kehidupan baru [23], yang tidak siap dan tidak mampu
mengikuti pola ini maka akan terseleksi secara alami. Hampir
semua sendi kehidupan berubah dan berbeda dengan
kehidupan sebelumnya, termasuk di dunia pendidikan.
Pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran di sekolah dan
perguruan tinggi sebelum dan pada saat pandemi covid-19
jelas berbeda. Awalnya tatap muka di kelas, blended learning,
dan akhirnya full online. Filosofi dan tujuan pembelajaran
online jelas berbeda dengan pembelajaran tatap muka. Oleh
karena itu pembelajaran tatap muka tidak bisa diganti oleh
pembelajaran online. Tetapi saat pandemi, kalimat tersebut
sudah tidak berlaku, karena yang lebih utama adalah menjaga
kesehatan [5], [8], [11], [15]. Oleh karena itu, harus ada
perubahan paradikma pendidikan dalam menghadapi era
baru setelah pandemi.
Secara kondrati, manusia diciptakan berbeda-beda, tentu
saja kebutuhan dan kemampuannya juga berbeda. Konsep
pendidikan di era baru tidak boleh melupakan sifat kondrati
tersebut. Hal inilah yang menjadi dasar pendidikan humanis.
Oleh karena itu, pendekatan humanis dianggap penting
untuk digunakan dalam proses pembelajaran online untuk
mengembangkan karakter, potensi, dan kreativitas siswa.
Pendekatan humanis dapat digunakan dalam pembelajaran
1
Moh Mahfud Effendi, Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Universitas
Muhammadiyah Malang

89
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

berbasis kompetensi atau perennial, yaitu melalui penguatan


karakter dalam perbelajaran. Penguatan karakter bukan
pelajaran atau kurikulum baru melainkan penguatan karakter
dalam proses pembelajaran [4], [13], [20]. Pendekatan
humanis dapat menguatkan dan mengoptimalkan pencapaian
kompetensi nilai-nilai karakter yang diinginkan, sehingga
tujuan pembelajaran harus terintegrasi dengan tujuan
penguatan karakter. Pada dasarnya pendekatan humanis
dalam pembelajaran merupakan pengoptimalan nilai-nilai
karakter yang dijabarkan secara eksplisit dalam kompetensi,
indikator, tujuan pembelajaran, proses pembelajaran,
pengembangan materi, lembar kerja siswa, metode, instrumen,
dan penilaian [6], [20].
Pendekatan humanis memandang manusia sebagai
mahluk yang sempurna, unik, mempunyai potensi, dan tidak
mau dikekang. Pendidikan humanis diharapkan mampu
mewujudkan peran manusia, dengan memberikan kesempatan
kepada siswa seluas-luasnya untuk mengembangkan
potensinya. Paulo Freire mengatakan bahwa pendidikan
tidak bolah mengekang [14], pendidikan merupakan
pemberdayaan individu agar memiliki mampu berfikir
kritis untuk mewujudkan kebebasan sebagai hak asasi setiap
manusia. Sehingga, pendidikan menjadi penyelaras segala
aspek kehidupan. Pendidikan bukan hanya mentransfer
pengetahuan tetapi juga menjadikan siswa sebagai individu
yang menjadi subjek utama. Subjek utama mempunyai peran
aktif dan ikut terlibat dalam pemecahan masalah dan proses-
proses dalam kehidupan.
Pembelajaran humanis harus mengarah pada pembelajaran
yang memberikan kebebasan pada siswa untuk belajar aktif,
yang menyenangkan dan membebaskan siswa untuk berkreasi
agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Pembelajaran harus dirancang dengan mengajak siswa untuk
melakukan sendiri, misalnya menyelidiki, merumuskan,

90
Masa Pandemi Covid-19

membuktikan dan mengaplikasikan apa yang talah dipelajari.


Dengan demikian, siswa berperan aktif dalam proses
pembelajaran dan menjadi subyek utama dalam pembelajaran,
sedangkan guru sebagai fasilitator dan motivator agar siswa
mampu mempelajari dan memahami matematika secara
bermakna. Proses pembelajaran tidak hanya berfokus pada
kognitif tetapi juga kreativitas, yang tujuannya adalah untuk
mengoptimalkan potensi dalam dirinya.
Ciri pembelajaran humanis adalah menjadikan siswa
sebagai pelaku atau penemu bukan penerima fakta dan
prosedur [17]. Guru memfasilitasi dan memotivasi siswa
untuk berdiskusi memecahkan masalah. Siswa dapat
bertukar pikiran dan menemukan berbagai cara penyelesaian
terkait dengan matematika kehidupan, agar mereka mampu
beradaptasi. Hal itu dapat menarik minat untuk belajar. Oleh
karenanya, siswa tidak hanya mengenal prosedur atau rumus,
tetapi juga mengkaji terhadap pola, termasuk keindahan
dan kreativitas. Selain pembelajaran harus menyenangkan,
tetapi juga mempelajari dan menggunakan masalah yang
menarik dan pertanyaan terbuka. Paling tidak, ada empat
model pembelajaran humanis yang perlu dikembangkan di
era baru, yaitu Active learning, Humanizing of the classroom,
Quantum Learning dan The accelerated learning [10]. Empat
model tersebut mengasumsikan bahwa belajar bukan hanya
sekadar menyampaikan informasi, tetapi siswa harus aktif
dalam memahami suatu gagasan, memecahkan masalah
dan menerapkannya. Tentu saja, model active learning dapat
meningkatkan keterampilan dan interaksi sosial siswa.
Pembahasan
Pembelajaran Humanis

Konsep Pembelajaran Humanis


Istilah humanis awalnya banyak digunakan dalam bidang
psikologi, dan berkembang pesat sejak awal abad 20. Pada

91
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

dasarnya pendidikan humanis merupakan konsep belajar


yang lebih memperhatikan perkembangan kepribadian siswa
untuk menemukan serta bagaimana mengembangkan dan
meningkatkan kemampuannya. Konsep pendidikan humanis
yang digagas oleh Freire adalah pendidikan yang tidak
mengekang [14]. Pendidikan yang tidak mengekang diartikan
sebagai pemberdayaan terhadap individu yang tertindas
menuju kearah kerangka berfikir kritis dan informatif untuk
mewujudkan kebebasan sebagai hak asasi. Pendidikan yang
demikian menjadi penyelaras segala aspek dalam kehidupan
yang terus berkembang dengan kemajuan teknologi.
Pendidikan emansipatoris yang dikenal dalam pendidikan
humanis, yaitu pendidikan yang tidak hanya mentransfer
pengetahuan tetapi juga menjadikan siswa sebagai individu
yang menjadi subjek utama. Subjek utama yang berperan aktif
dan ikut terlibat dalam pemecahan masalah dan proses-proses
dalam kehidupan.
Pendekatan pembelajaran humanis memandang setiap
indivudu manusia sebagai manusia seutuhnya yang diciptakan
oleh Tuhan dengan fitrahnya sebagai sebaik-baiknya makhluk
yang dibekali dengan potensi-potensi dasar dalam dirinya.
Pendidikan humanis diharapkan mampu mewujudkan
peran manusia yaitu dengan memberikan kesempatan untuk
mengembangkan potensi-potensi dasar yang ada dalam
dirinya. Pemikiran Freire bahwa humanis itu mengarah
pada kebebasan dari penindasan dalam bentuk apa pun.
Pembelajaran humanis mengarah pada pembelajaran yang
membebaskan siswa untuk belajar aktif yang menyenangkan
dan bebas berkreasi agar dapat mengembangkan potensi
yang dimilikinya. Proses pembelajaran dapat dilakukan
dengan mengajak siswa untuk menyelidiki, merumuskan,
membuktikan dan mengaplikasikan apa yang dipelajari.
Hal tersebut membuat siswa berperan aktif dalam proses
pembelajaran dan menjadi subyek utama dalam pembelajaran.
Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa

92
Masa Pandemi Covid-19

untuk mempelajari dan memahami matematika secara


bermakna. Proses pembelajaran tidak hanya berfokus pada
pengetahuan kognitif siswa saja tetapi juga kreativitas siswa
untuk dapat mengoptimalkan potensi dalam dirinya.
Ciri umum pembelajaran humanis adalah menjadikan
siswa sebagai penemu bukan hanya penerima fakta dan
prosedur [17]. Jadi dalam suatu proses pembelajaran siswa
tidak hanya menerima materi berupa prosedur-prosedur
yang disampaikan oleh guru. Guru dapat memberikan siswa
soal berupa pemecahan masalah, sehingga siswa mampu
menemukan solusi dari masalah yang diberikan. Guru
juga dapat membentuk kelompok berdiskusi. Siswa dapat
berdiskusi untuk saling membantu dalam memahami dan
memecahkan masalah tersebut. Hal itu membuat siswa dapat
saling bertukar pikiran dan dalam pemecahan masalah siswa
mendapatkan berbagai macam cara untuk menyelesaikan
masalah. Guru harus mampu mengaitkan materi dengan
penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa
lebih mudah menangkap materi karena materi tersebut sering
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu membuat
pembelajaran lebih menarik minat siswa untuk lebih giat
belajar. Siswa tidak hanya mengenal materi ajar, prosedur,
dan rumus-rumus yang harus dihafal. Guru juga harus
membuat siswa lebih mengenal materi ajar, termasuk pola,
termasuk keindahan dan kreativitas. Agar pembelajaran lebih
menyenangkan maka diperlukan pengembangan materi dan
aktivitas pembelajaran yang lebih menantang dan pertanyaan
terbuka dengan model pembelajaran yang sesuai.
Model Pembelajaran yang Bisa Dikembangkan
Model pembelajaran merupakan salah satu penentu
keberhasilan pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran
online. Dalam pembelajaran humanis, ada beberapa literature
yang mengemukakan bahwa ada empat model pembelajaran
humanis [10], [17], antara lain active learning, humanizing of the

93
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

classroom, quantum learning dan the accelerated learning. Dalam


bahasan berikut ini difokuskan pada active learning. Model
active learning mengasumsikan bahwa belajar bukan hanya
sekadar menyampaikan informasi kepada siswa [3], [11], [18].
Belajar juga merupakan kegiatan aktif yang dilakukan oleh
siswa untuk memahami suatu gagasan, memecahkan masalah
dan menerapkan yang mereka pelajari. Model pembelajaran
ini lebih memfokuskan pada siswa untuk berperan secara
aktif. Siswa dapat secara aktif melihat, mendengarkan dan
mendiskusikan gagasan yang diajarkan. Tujuannya yaitu
untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
yang diajarkan melalui keterlibatan aktif siswa dalam proses
pembelajaran. Selain itu, model active learning juga dapat
meningkatkan keterampilan dan interaksi sosial siswa.
Karakteristik model active learning antara lain yaitu adanya
keterlibatan aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran [3], [11],
[18]. Siswa dapat terlibat aktif melalui kegiatan mengamati,
menelaah, mengolah, menafsir serta menyimpulkan hasil
pengamatannya tersebut sesuai dengan yang dipahami.
Siswa diberi motivasi untuk menemukan dan mengkontruksi
sendiri konsep yang dipelajari melalui diskusi kelompok.
Selain itu, siswa diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan
tugasnya dengan kelompok diskusi masing-masing. Siswa
diberi kesempatan mempresentasikan hasil diskusi dengan
kelompok. Hal ini mampu meningkatkan pemahaman
siswa dan melatih keterampilan berkomunikasi siswa di
depan kelas. Setelah siswa mempresentasikan hasil diskusi
kelompok selanjutnya guru melakukan evaluasi pada setiap
akhir kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah pada model
pembelajaran active learning yaitu [3], [11]: 1) orientasi awal, 2)
pembentukan dan penugasan kelompok diskusi, 3) eksplorasi,
4) presentasi kelompok, 5) pengecekan pemahaman, 6) refleksi
dan penyimpulan, dan 7) evaluasi.

94
Masa Pandemi Covid-19

Secara umum ada 7 tahapan dalam active learning, mulai dari


orientasi sampai evaluasi. Orientasi awal merupakan pembukaan
pelajaran, umumnya kegiatannya memberikan salam dan
memeriksa kehadiran siswa, kemudian menyampaikan materi
yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran. Memotivasi
siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan diskusi. Tahap
berikutnya adalah membentuk kelompok dan tugas masing-
masing kelompok sebagai bahan diskusi. Menyampaikan
materi terkait dengan bahan untuk didiskusikan dengan
anggota kelompok. Hal penting yang perlu dilakukan adalah
eksplorasi. Kegiatan ini mengeksplorasi kemampuan siswa
bersama angggota kelompoknya dalam menyelesaikan
tugas kelompok yang diberikan oleh guru dengan membaca
sumber belajar dan berdiskusi. Setiap kelompok wajib
mempresentasikan hasil diskusinya. Guru memberikan
kesempatan kelompok lain untuk menanggapi presentasi
kelompok lain. Pengecekan pemahaman terhadap materi
pembelajaran, dilakukan dengan cara siswa lain diluar
kelompok presentasi diminta menjelaskan materi yang
dibahas atau didiskusikan. Tahap refleksi dan menyimpulkan
yaitu menjelaskan kembali materi yang belum dipahami dan
memberikan ringkasan untuk mempertegas pemahaman
siswa. Terakhir melakukan evaluasi, evaluasi dengan
memberikan pertanyaan kepada semua siswa, bisa berbentuk
tulis atau lisan, dan dikumpulkan untuk menentukan tindak
lanjut.
Interaksi Sosial dalam Active Learning
Salah satu bagian penting dari model Active Learning
dalam pembelajaran humanis yaitu diskusi. Diskusi ini banyak
melibatkan siswa berinteraksi sosial dalam membahas suatu
masalah dan mencari solusinya. Secara definisi, interaksi
sosial merupakan aktivitas saling respon dan berkomunikasi
antar manusia untuk memecahkan masalah [18], [21].
Interaksi dalam pembelajaran harus terus dibangun, karena

95
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

merupakan kegiatan melatih saling melakukan aksi dalam


proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat hubungan
antar siswa dengan guru dan media [20], [21].
Dalam active learning ini, interaksi sosial dalam kelompok
teman sebaya bisa dilakukan, karena bisa berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa [20]. Interaksi dalam kelompok
sebaya, perilaku anak satu dapat mempengaruhi prilaku
anak yang lain. Kegiatan-kegiatan yang dikerjakan juga akan
berpengaruh pada prestasi belajar masing-masing anggota
kelompok. Peran interaksi sosial dalam kelompok sebaya yaitu
mengembangkan motivasi belajar siswa. Selain itu, interaksi
siswa dengan media pembelajaran merupakan aktivitas belajar
untuk mempermudah siswa dalam memahami materi ajar.
Interaksi tidak bisa lepas dari istilah komunikasi. Komunikasi
atau communicare dapat diartikan sebagai memberitahukan
atau berpartisipasi. Komunikasi juga diartikan sebagai proses
satu ide dialihkan dari satu sumber ke sumber lain yaitu
penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku
individu lain atau si penerima.
Syarat terjadinya interaksi sosial antara lain adalah adanya
kontak sosial [20]. Kontak sosial secara harifah artinya sebagai
bersama-sama menyentuh. Dalam pembelajaran, hal tersebut
tidak perlu karena siswa dapat mengadakan hubungan tanpa
menyentuh seperti berbicara dengan siswa lain. Kontak sosial
berlangsung dalam tiga bentuk yaitu antar siswa, siswa
dengan kelompok, dan antar kelompok. Seperti disebutkan di
atas, bahwa terjadinya interaksi sosial tidak dapat dipisahkan
dari komunikasi. Ketika siswa memberikan penjelasan dan
ada tanggapan dari siswa lain sehingga terjadi diskusi, hal ini
juga masuk kategori komunikasi. Oleh karena itu, komunikasi
juga dipandang sebagai proses menyalurkan informasi dari
individu yang satu ke individu lain. Termasuk menyalurkan
suatu gagasan sebagai proses membuat arti terhadap hasil
dari pemikiran atau ide yang akan disampaikan.

96
Masa Pandemi Covid-19

Terdapat tiga pola komunikasi dalam proses interaksi guru


dan siswa [20], pertama, yaitu komunikasi sebagai tindakan
atau komunikasi satu arah. Guru sebagai pemberi tindakan dan
siswa sebagai penerima tindakan. Guru aktif menyampaikan
materi yang diajarkan pada proses pembelajaran, sedangkan
siswa lebih banyak pasif. Kedua, komunikasi sebagai interaksi
atau komunikasi dua arah, yaiu guru berperan sebagai
pemberi tindakan atau penerima tindakan. Sebaliknya,
siswa juga dapat berperan sebagai penerima atau pemberi
tindakan. Hal ini dapat menciptakan dialog antara guru dan
siswa. Ketiga, komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi
banyak arah. Pola komunikasi ini tidak hanya terjadi antara
guru dengan siswa saja tetapi juga antar siswa. Siswa dituntut
untuk aktif dalam proses pembelajaran, dan dapat berfungsi
sebagai sumber belajar bagi siswa lain. Proses belajar
mengajar bisa terjadi dalam berbagai pola komunikasi seperti
yang dijelaskan di atas, tetapi komunikasi sebagai transaksi
atau komunikasi banyak arah dianggap sebagai konsep yang
sesuai dengan cara belajar siswa aktif. Jika dikaji lebih luas,
yaitu pendidikan, maka empat interaksi pendidikan [7], [20],
pertama, yaitu interaksi siswa dengan siswa. Interaksi ini dapat
dilihat dalam proses berdiskusi saat proses belajar mengajar.
Kedua, interaksi siswa dengan guru, interaksi ini juga dapat
dilihat pada proses pembelajaran, seperti pada saat guru
menerangkan materi atau ketika guru dan siswa melakukan
tanya jawab. Ketiga, interaksi siswa dengan media. Interaksi
ini dapat juga terjadi saat proses pembelajaran berlangsung,
saat guru menggunakan media pembelajaran bertujuan untuk
memudahkan dalam penyampaian materi. Keempat, interaksi
siswa dengan lingkungan. Interaksi ini terjadi saat siswa
berkomunikasi dengan warga sekolah seperti kepala sekolah,
penjaga sekolah ataupun orang yang berada di lingkungan
sekolah.

97
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Humanis


Perangkat pembelajaran merupakan intrumen atau alat
bantu yang dapat menggantikan peran guru dalam meng-
implementasikan pembelajaran baik di kelas, laboraturium,
atau lapangan [23]. Oleh karenanya, perangkat pembelajaran
humanis merupakan alat bantu guru dalam menerapkan
pembelajaran humanis. Perangkat pembelajaran paling
tidak mencakup Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
worksheet, dan instrumen penilaian. Ada tiga kegiatan utama
dalam RPP yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Kegiatan
pendahuluan terdiri dari penanaman motivasi, menjelaskan
pentingnya materi ajar dalam kehidupan dan masa depan,
mengkaitkan materi dengan pengetahuan yang sudah dimiliki
siswa, dan intinya adalah melakukan apersepsi. Dalam kegiatan
inti harus mencerminkan pembelajaran humanis, misalnya 1)
memberi kesempatan siswa saling tolong-menolong dalam
memecahkan masalah, 2) menggunakan permasalahan
penting dan pertanyaan terbuka, 3) belajar banyak cara dalam
memecahkan masalah, 4) mengembangkan sikap mandiri,
percaya diri, dan rasa ingin tahu siswa, 5) menempatkan
siswa sebagai penemu. Sedangkan dalam kegiatan penutup
mencakup kegiatan melakukan penyimpulan bersama siswa,
dan melakukan tindak lanjut berupa pengayaan, remidi, dan
memberikan tugas-tugas sesuai kemmpuan yang dikaitkan
dengan pertemuan berikutnya. Untuk memonitor kegiatan
ini, bisa menggunakan worksheet.
Worksheet merupakan kumpulan lembaran latihan
yang berisi panduan bagi siswa dalam melakukan kegiatan
pemecahan masalah [1], [3], [11]. Worksheet sebagai media
pembelajaran diharapkan siswa dapat mengembangkan
keterampilan pemecahan masalah. Oleh karena itu, worksheet
sebagai media pembelajaran digunakan untuk membantu
siswa dalam memahami materi pembelajaran melalui tugas
terstruktur. Komponen-komponen yang ada dalam worksheet

98
Masa Pandemi Covid-19

mencakup tujuan belajar, petunjuk belajar, kompetensi dasar,


indikator pencapaian kompetensi, materi pendukung, latihan
soal, dan evaluasi [1], [11].
Perangkat pembelajaran perlu dikembangkan dan
disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan dan jaman.
Pengembangan perangkat pembelajaran sebagai implementasi
pengetahuan yang diarahkan pada pembuatan bahan,
perangkat, sistem atau metode, desain, serta peningkatan
proses dengan tujuan untuk merumuskan, memperbaiki,
menghasilkan dan menguji keefektifannya. Terdapat berbagai
model pengembangan, hal tersebut tergantung pada jenis
produk dan bidang yang ingin dicapai. Pengembangan model
Plomp dapat digunakan untuk pengembangan perangkat
pembelajaran [11]. Model Plomp memiliki tiga tahapan
pengembangan, yaitu: investigasi awal, tahap pengembangan,
dan tahap penilaian.
Investigasi awal adalah langkah awal pengembangan.
Tahap ini disebut sebagai analisis masalah dan analisis
kebutuhan untuk pembelajaran humanis. Hasil investigasi
awal ini akan digunakan untuk tahap pengembangan
selanjutnya. Investigasi awal mencakup analisis kebutuhan
dan pengembangan perangkat teori yaitu pembelajaran
humanis. Tahap pengembangan adalah tahap inti dari
pengembangan perangkat. Tujuan dari tahap ini untuk
mengembangkan solusi dari permasalahan yang ditemukan
dalam tahap investigasi awal. Tahap pengembangan
mencakup membuat pedoman desain yang akan ditetapkan
dan melalui siklus berulang, evaluasi, dan revisi. Tahap
berikutnya adalah penilaian, tahap ini merupakan evaluasi
untuk menyimpulkan hasil pengembangan sesuai dengan
karakteristik yang telah ditentukan. Karakteristik tersebut
mengandung karakteristik pembelajaran humanis, dan untuk
mengungkapnya menggunakan instrumen tersendiri. Menilai
hasil pengembangan yang dibuat merupakan tujuan dari tahap

99
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

penilaian. Secara umum, evaluasi pengembangan dilihat dari


tiga aspek, yaitu kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan [6].
Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang
berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses
pembelajaran. Keefektifan dapat diukur salah satunya melalui
respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran [6]. Jika siswa
tidak merespon positif untuk mempelajari sesuatu, maka
tidak dapat diharapkan siswa akan berhasil dengan baik
dalam mempelajari materi. Sebaliknya, jika siswa merespon
baik dalam belajar, maka dapat diharapkan hasilnya akan
lebih baik. Selain itu, pembelajaran dikatakan efektif jika
[10], [11]: 1) berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan-
tujuan pembelajaran; 2) memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan siswa secara aktif; 3) memiliki sarana-saranan yang
menunjang proses belajar mengajar. Keabsahan, kepraktisan,
dan keefektifan perangkat pembelajaran humanis yang
dihasilkan perlu diperhatikan.
Pembelajaran Online

Konsep Pembelajaran Online


Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
sangat pesat, dan begitu juga pemanfatannya sangat banyak
termasuk dalam pendidikan khusunya pembelajaran online.
Pembelajaran online juga disebut pembelajaran dalam jaringan
(daring) atau sama artinya dengan e-learning. Pembelajaran
online ini diperkenalkan oleh Universitas Illionis melalui
sistem pembelajaran berbasis komputer [3]. Pada masa itu,
pembelajaran online dianggap sebagai sistem pembelajaran
yang mampu memfasilitasi siswa untuk belajar lebih banyak,
lebih luas, dan tentu lebih bervariasi. Karena pada dasarnya,
sistem pembelajaran ini menyediakan fasilitas agar siswa
dapat belajar kapanpun, di manapun, dan bersama siapa pun
tanpa dibatasi oleh jarak, ruang dan waktu.

100
Masa Pandemi Covid-19

Pembelajaran online melibatkan banyak komputer yang


saling terhubung satu sama lain dan memiliki kemampuan
untuk mengirimkan data, baik berupa teks, pesan, grafis,
maupun suara. Pembelajaran online lebih menekankan pada
ketelitian dan kejelian siswa dalam menerima dan mengolah
informasi yang disajikan secara online. Atas dasar inilah maka
pembelajaran online dapat diartikan sebagai suatu jaringan
komputer yang saling terkoneksi dengan jaringan komputer
lainnya ke seluruh penjuru dunia [11].
Secara konsep dan filosofi, pembelajaran online sangat
berbeda dengan pembelajaran tatap muka atau biasa juga
disebut pembelajaran luar jaringan (luring). Pembelajaran
online memerlukan interaksi komunikasi antar siswa, guru,
dan media dengan memanfaatkan media misalnya internet,
telepon, fax, whatsApl, telegram, youtube, atau media sosial
lainya. Pemanfaatan media ini bergantung pada struktur
materi ajar, siswa yang terlibat dalam pembelajaran, dan
tipe komunikasi yang diperlukan. Transkrip percakapan,
informasi, materi, contoh, dan dokumen-dokumen penting
akan tersimpan dan terhubung melalui Web. Interaksi dan
komunikasi lebih banyak secara visual atau meeting virtual
atau konferensi video.
Pembelajaran online semakin lama semakin dibutuhkan
apalagi saat pandemi covid-19, bahkan pembelajaran ini
sangat cocok dengan segala keunggulannya. Harus disadari
bahwa pembelajaran online memang cendrung statis. Untuk
mengurangi tingkat kebosanan maka perlu adanya sentuhan
inovasi dan kreativitas dalam menyajikan materi, proses
pembelajaran, dan alat evaluasinya.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi jika akan meng-
gunakan pembelajaran full online. Dilihat dari sisi siswa, maka
syarat tersebut adalah siswa: 1) menguasai ICT; 2) mempunyai
motivasi belajar yang tinggi, mampu dan terbiasa melajar
mandiri (indevedency learning) mulai dari memanfaatkan

101
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

fasilitas, materi, mengerjakan quiz, dan menguasai kompetensi


tanpa di bimbing oleh guru; 3) mempunyai kreatifitas
dan berpikir kritis. Fasilitas dan sumber belajar dalam
pembelajaran online sangat beragam dan banyak, siswa dapat
memanfaatkan berbagai tools yang tersedia seperti browsing,
chatting, groups discussion, video conferencing, group meeting,
quiz online, drill online dan lainnya, hal ini menuntut adanya
kreativitas dan berpikir kritis siswa untuk memanfaatkannya
sebagai pendukung suksesnya belajar online.
Ciri Pembelajaran Online
Harus dipahami bahwa pembelajaran online berbeda
dengan pembelajaran tatap muka di kelas. Perbedaan ini
akan membawa pada ciri-ciri kedua pembelajaran tersebut
juga berbeda. Seperti telah disinggung di atas, maka ciri-ciri
pembelajaran oline dapat dikelompokan menjadi empat yaitu
[16]: personal, terstruktur, aktif, dan konektif.
Pembelajaran online memang sangat personal atau
individual. Hal ini dikarenakan dimulai dari sendiri,
termasuk memulai sendiri untuk belajar, memotivasi sendiri,
menciptakan suasana belajar sendiri, mempelajari materi,
melakukan quis dan lain sebagainya secara mandiri tanpa
bantuan orang lain. Terkait pembelajaran online yang sangat
personal ini, maka keberhasilan siswa sangat ditentukan oleh
faktor internal dan eksternal siswa sendiri. Faktor internal ini
misalnya kecerdasan, rasa ingin tahu yang tinggi, motivasi,
kepribadian, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor eksternal
mencakup aplikasi yang digunakan, lingkungan, kuota termasuk
kecepatan akses internet dan sejenisnya. Dalam pembelajaran
online, siswa perlu kehadiran sosok guru, agar dirinya merasa
diawasi, sehingga proses pembelajarannya sesuai dengan
yang diprogramkan.
Struktur pembelajaran online sama dengan pembelajaran
konvensional atau tatap muka. Sebelum diadakan pembelajaran
online, guru wajib menyiapkan silabus, materi pelajaran,

102
Masa Pandemi Covid-19

metode, media, dan sumber belajar. Semua kegiatan tersebut


dilakukan secara terstruktur. Selain teknis tersebut, materi
perlajarannya juga harus diorganisasikan berdasarkan
kebutuhan dan tingkatan kemampuan supaya tidak terjadi
overlap dan overload dalam implementasinya. Melalui
pendekatan spiral, materi yang lebih mudah diberikan
lebih dahulu, sehingga lama-kelamaan meningkat tingkat
kesulitannya. Tentu saja materi yang sulit diberi penjelasan
yang detil dan contoh.
Proses pembelajaran terjadi karena ada komunikasi
aktif antar siswa dan juga dengan guru. Aktifitas ini sangat
diperlukan baik dalam pembelajaran konvensional atau tatap
muka maupun pembelajaran online. Dalam pembelajaran
online, teknologi akan mampu meningkatkan keaktifan siswa.
Teknologi yang akan digunakan harus dipilih, karena dapat
memfasilitasi dan menyediakan berbagai hal yang dapat
mengaktifkan siswa. Dengan menggunakan teknologi, guru
dapat merancang beberapa akifitas yang dapat membuat siswa
aktif, baik dalam aktif berpikir, aktif bersosialisasi maupun
aktif dalam hal lainnya.
Salah satu karakteristik pembelajaran online adalah
konektifitas. Koneksi yang mnghubungkan antar siswa dan
siswa dengan guru. Pembelajaran konektif didasarkan pada
pembelajaran sosial dan teori pembelajaran konstruktivis
George Siemens [23]. Belajar tidak hanya sebagai suatu
peristiwa, tetapi sebuah proses yang melibatkan memori,
kognisi, emosi, keyakinan, dan persepsi. Selain itu belajar dapat
dilakukan dengan berbagai cara, misalnya melalui e-mail,
blog, vicon, dan lain sebagainya. Pembelajaran online sering
disebut dengan pembelajaran dunia maya, pembelajaran ini
memungkinkah siswa lebih banyak menemukan banyak
sumber belajar yang tidak terbatas. Dalam pembelajaran
online tidak adanya batasan ruang dan waktu sehingga siswa
dapat belajar secara terkoneksi.

103
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Mobile Learning sebagai Pilihan Implementasi

Konsep Mobile Learning


Pandemi Covid-19 mampu merubah tatanan yang hampir
baku dalam pembelajaran tatap muka di sekolah (fixed place
learning). Memang benar bahwa pembelajaran tatap muka
berbeda dengan pembelajaran online atau dalam jaringan
(daring), itu dulu sebelum covid-19. Sekarang pendapat
tersebut harus diredefinisi, demi keberlangsungan pendidikan
generasi muda maka wajib dan tidak ada pilihan lain selain
pembelajaran online, untungnya teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) saat ini sangat canggih. Revolusi TIK
ini diharapkan mampu membawa siswa dalam proses
pembelajaran yang semestinya. Oleh karena itu, belajar jarak
jauh (dLearning), pembelajaran elektronik (eLearning), atau mobile
learning (mLearning) harus mampu memenuhi permintaan
tentang kebutuhan belajar termasuk self-service learning [9].
Persoalan klasik seperti signal, kemampuan membeli kuota
internet, ketersedian listrik, dan sejenisnya merupakan faktor
penghambat utama dalam pembelajaran online. Oleh karena
itu perlu ada pilihan dalam pembelajaran ini, yaitu komunikasi
online yang sifatnya langsung (synchronous) dan komunikasi
online tak langsung (asynchronous). Berdasarkan hal ini maka
mLearning merupakan model yang dapat digunakan karena
kontennya dapat diakses dan dipelajari kapan saja, di mana
saja, dan oleh siapa saja [16], [21]. mLearning memberikan
peluang dalam pelaksanaan pembelajaran yang bersifat
mobile (seperti handpone, laptop, dan sejenisnya). Fokus
mLearning adalah pada mobilitas pembelajar dan interaksinya
dengan teknologi mobile, sehingga implementasi mLearning
akan memberikan lebih banyak waktu dan kebebasan dalam
melakukan kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan jangkauan
dan cakupan, maka mLearning merupakan bagian dari
eLearning, dan dengan sendirinya juga bagian dari dLearning
[18].

104
Masa Pandemi Covid-19

dLearning

eLearning

mLearning

Gambar 1: Lingkup dLearning, eLearning, dan mLearning

Walaupun konsep mLearning berfokus pada pembelajaran


kelas maya, tetapi harus ada fasilitas yang memungkinkan
adanya interaksi antara guru dan siswa melalui penyediaan
bahan ajar, ruang diskusi, pemberian tugas, informasi-
informasi yang bersifat interaktif. Selain itu harus
dipertimbangkan tentang penggunaan teknologi yang
kurang efektif secara pedagogi, misalnya yang menyangkut
pemerataan kesempatan, dan kesiapan.
Memenuhi Permintaan Siswa
Pembelajaran tatap muka (luring) di kelas memudahkan
guru dalam memenuhi permintaan atau kebutuhan siswa
dan sering bisa dipenuhi saat itu. Tidak hanya memenuhi
permintaan, tetapi dalam pembelajaran di kelas juga dapat
melakukan diagnosa kebutuhan siswa, sehingga guru mampu
membuat perencanaan yang lebih baik, dan hampir semua
kebutuhan dapat terpehuni. Hal ini dikarenakan kondisi
siswa relatif homogin karena berada pada situasi dan tempat
yang sama. Tetapi guru akan merasa kesulitan memenuhi
kebutuhan siswa jika pembelajaran bersifat online.
Untuk menjawab bagaimana memenuhi permintaan siswa
dalam mLearning tidaklah mudah, karena harus membahas
lebih jauh keterkaitan antara kebutuhan pembelajar, proses

105
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

pembelajaran, dan kompetensi pembelajar. Walaupun


kompetensi yang dituju sama, tetapi kemampuan awal dan
faktor tempat tinggal siswa akan mempengaruhi proses
pembelajaran. Selain itu, pembahasan filosofi dan desain
harus dikaitkan dengan penyediaan solusi tepat waktu (just-
in-time) berbasis costumer [9]. Paling tidak ada 8 (delapan) hal
yang harus dipertimbangkan jika kita mengadakan mLearning,
yaitu:
1. Ada pertentangan antara paradigma belajar dengan imple-
mentasi pembelajaran menggunakan mLearning. Media
pembelajaran hanya mengoptimalkan siswa tertentu untuk
belajar, tetapi banyak siswa tidak dapat belajar sendiri (self-
directed learning).
2. mLearning haruslah memberi banyak kemudahan tanpa
klaim.
3. Solusi yang diciptakan, ditawarkan, atau digunakan
haruslah dapat diakses, efektif walaupun relatif mahal.
4. Kurikulum dibuat dengan prinsip setiap siswa memulai
belajar dengan bahan yang sama. Sehingga aksesbilitas
belajar harus didesain sehingga mampu memberikan solusi
belajar.
5. mLearning hendaknya menyediakan banyak waktu dan
peluang untuk melakukan feedback bagi siswa. Hal ini untuk
mencegah kegagalan belajar.
6. Hal penting adalah memberikan seluas-luasnya kepada
siswa untuk mempraktikan pengetahuan yang dimiliki atau
ketrampilan yang dinginkan.
7. Konten di-break down menjadi bagian-bagian kecil, sehingga
memudahkan dalam membuat pembelajaran atau modul.
8. Memberikan pelayanan akses bagi siswa dengan segera.
Ada beberapa pertimbangan dalam menggunakan techno-
logy-based learning, yaitu mempertimbangkan beberapa hal;
1) end-goal dalam mendapatkan solusi berbasis teknologi, 2)

106
Masa Pandemi Covid-19

ketersediaan infrastruktur, 3) bagaimana cara mengembangkan


solusi, 4) siapa yang kompeten yang dapat mengembangkan,
bagaimana merawat dan memeliharanya, dan sebagainya.
Hal ini bukanlah sesuatu yang mudah, karena membutuhkan
perencanaan yang tidak gampang, memerlukan ketaatan
dan kepatuhan dalam menjalankan rencana, terutama dalam
implementasinya.
Pembelajaran Terintegrasi
Untuk mengatasi kelemahan dan persoalan destruktif
(merusak) yang muncul dalam mLearning, maka pembelajaran
ini harus diintegrasikan dengan pembelajaran konvensional,
yaitu pembelajaran tatap muka di kelas, atau blended learning.
Dengan demikian, kelemahan mLearning dapat diperbaiki
melalui pembelajaran di kelas, dan sebaliknya, keterbatasan-
keterbatasan pembelajaran di kelas dapat diisi oleh mLearning.
Dalam model pembelajaran terpadu antara mLeaning
dengan pembelajaran tatap muka di kelas tidak menutup
kemungkinan akan terjadi 2 hal, yaitu: 1) overlap atau
overload konsep dan materi ajar, 2) tidak fokus pada urutan
penyampaian materi/konsep. Sehingga tampak dan cendrung
pembelajarannya berjalan sendiri-sendidi, terkesan tidak
terencana, dan tidak punya tujuan yang jelas apa yang ingin
dicapai, oleh karena itu perlu integrasi kurikulum. Beane
mengatakan bahwa integrasi kurikulum sering digunakan
dalam merancang dan merencanakan pembelajaran [2]. Lebih
lanjut Beane menjelaskan bahwa dalam integrasi kurikulum
mencakup 4 (empat) aspek, yaitu: 1) integrasi pengalaman,
2) integrasi social, 3) integrasi pengetahuan, dan 4) integreasi
sebagai desain kurikulum.
Dalam lingkup sistim pendidikan di sekolah, awalnya
mLearning merupakan pendukung dan pengayaan pemahaman
terhadap materi dan latihan yang dalam pembelajaran di
kelas tidak cukup ruang dan waktu untuk melaksanakannya.
Sehingga peran dan potensi TIK dapat dimanfaatkan

107
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

dalam pendidikan dan pembelajaran. Di masa pandemic


covid-19 yang memaksa pembelajaran online, maka perlu
pengembangan mLearning sehingga mampu menjangkau
tujuan pembelajaran tatap muka. Menurut Resnick [20] ada
3 (tiga) hal penting yang harus dipikirkan terkait dengan
penggunaan atau pemanfaatanTIK dalam modernisasi
pendidikan dan pembelajaran, yaitu: a) bagaimana orang
belajar (how people learn?), b) apa yang dipelajari orang
(what people learn?), dan 3) di mana dan kapan orang belajar
(where and when people learn?). Berdasarkan uraian tersebut
memperjelas peran mLearning dalam system pendidikan di
sekolah.

How People Learn ? What People Learn ?

Where and When People Learn ?

TEKNOLOGI INFORMASI

Gambar 3: Intervensi TIK dalam Pendidikan

Pengembangan Silabus
Dalam setiap kegiatan tentu ada pedoman untuk mencapai
tujuan yang ditentukan, dalam pendidikan dan pembelajaran
disebut dengan silabus. Pengembangan model silabus mLearning
dalam sistem pendidikan di sekolaha tidaklah mudah. Ada 3
(tiga) hal yang tampaknya menjadi fokus pengembangan yaitu
[7]: 1) penyesuaian konsep dengan teori pembelajaran umum,
2) perancangan yang berorientasi pada desain yang memberi
kemudahan, dan 3) pengembangan konten yang sesuai.
Walaupun demikian, penyusunan silabus tetap mengacu
pada prinsip-prinsip pengembangan silabus.
108
Masa Pandemi Covid-19

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/


atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus
merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi
dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian.
Dalam Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan, pengem-
bangan silabus harus memperhatikan prinsip-prinsip:
ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, memadai, aktual dan
kontekstual, fleksibel, dan menyeluruh. Sedangkan langkah-
langkah penyusunan silabus adalah: 1) Menentukan standar
kompetensi lulusan (SKL) berdasarkan profil lulusan
dan menjabarkannya menjadi kompetensi dasar (KD), 2)
mengidentifikasi materi pembelajaran, 3) mengembangkan
kegiatan pembelajaran, 4) menentukan alokasi waktu, 5)
menentukan sumber belajar, dan 6) menentukan jenis penilaian.
Dalam mendesain pembelajaran mLearning yang terintegrasi
dengan pembelajaran di kelas, maka model konseptual silabus
pada Tabel 1 di atas harus didesain sehingga komponen-
komponen pembelajaran mampu bersinergi dan terintegrasi.
Untuk keperluan tersebut, paling tidak terdapat 4 hal yang
perlu diperhatikan, yaitu: analisis, desain dan pengembangan,
implementasi, dan evaluasi. Sedangkan komponen-komponen
desainnya adalah: mapping program, desain pembelajaran,
dan materi pembelajaran [1].

109
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Tabel 1: Model Konseptual Silbus

Nama Sekolah : ……………………………..……


Mata Pelajaran : …………………………………..
Kelas/Smt : ………………………………….
Standar Kompetensi : ………………………………….
Pengalaman Alokasi Waktu Sumber
KD Indikator Materi Penilaian
Belajar TM SC ASC Belajar

Alokasi Waktu : ………………………………….


Keterangan:
TM = Tatap Muka
SC = Synchronous
ASC = Asynchronous
Desain instruksional merupakan suatu proses sistimatis
untuk memahami masalah belajar, mengembangkan solusi
alternatif yang inovatif, mendesain dan menilai sistem
instruksional baru. Mapping program merupakan proses
menterjemahkan prinsip-prinsip umum pembelajaran dan
pengajaran ke dalam rencana bahan ajar dan pembelajaran.
Mapping program ini meliputi menentukan: 1) metode yang
memungkinkan siswa mencapai tujuan belajar, 2) materi atau
objek pembelajaran, 3) aktivitas pembelajaran dalam urutan
kontek dan lingkungan belajar tertentu. Materi pembelajaran
meliputi: 1) klasifikasi unsur pembelajaran atau objek
pembelajaran, dan 2) menggabungkan unsur pembelajaran;
hirarki, kelompok, prosedural, dan kombinasi. Sedangkan
desain pembelajaran membahas masalah metode, aktivitas
pembelajaran, dan lingkungan belajar.

110
Masa Pandemi Covid-19

Gambar 4: Desain Instruksional

Berdasarkan uraian di atas, maka model konseptual


silabus pada Tabel 1 dapat dikembangkan menjadi silabus
mLearning dengan desain sebagai berikut:

111
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Tabel 2: Desain Pengembangan Silbus mLearning

Mata Pelajaran : ………………………


Deskripsi : ………………………
Peserta : ………………………
Tujuan Pembelajaran : ………………………
Vid- URL Glo-
Ases- jad-
No Tahap Teks Gbr eo/ Ad- sari- Metode
men wal
Audio dresses um

Keterangan:
1. Nomor : Nomor urut sesuai jumlah pertemuan dalam semester.
2. Tahap : Tahapan/urutan materi.
3. Teks : Uraian materi sesuai urutan.
4. Gbr : Gambar-gambar (tak bergerak) atau visualisasi materi
untuk memahamkan materi yang disampaikan.
5. Video/audio : Gambar bergerak beserta audionya (jika perlu).
6. Asesmen : Berisi latihan soal, tugas, dan quiz untuk melihat kemajuan
belajar.
7. Jadwal : Jadwal berupa tanggal penyampaian.
8. URL : Uniform Resources Located (URL) merupakan alamat
Addresses webside yang direkomendasi untuk mempelajari materi
(pokok atau tambahan) yang disampaikan.
9. Glosarium : Kumpulan kata-kata penting yang perlu diperhatikan.
10. Metode : Metode yang digunakan, misalnya reading, surfing, games,
diskusi, tugas kelompok, quiz dst.

Uraian di atas hanya terbatas pada bagaimana mendesain


pengembangan silabus mLearning yang terintegrasi dengan
pembelajaran di kelas. Sedangkan bagaimana menampilkan
materi ajar dalam mLearning masih memerlukan pengetahuan
dan ketrampilan tersendiri. Untuk itu guru bisa bekerja sama
dengan pihak lain untuk menampilkan materi ajar dalam
mLearning, atau sekolah memberikan pelatihan pada guru
untuk kepentingan tersebut.
Penutup
Pendidikan dan pembelajaran seharusnya bersifat flesibel
dan sesuai kebutuhan. Pandemi covid-19 membuktikan
tentang sifat ini, bahwa pembelajaran tidak bisa dilakukan
secara tatap muka, dengan perlakuan yang sama, tetapi

112
Masa Pandemi Covid-19

melalui online dengan kondisi yang berbeda. Dengan berbagai


kendala teknik dalam pembelajaran online, maka pembelajaran
bisa berbentuk blended, atau online dengan synchronous
dan asynchronous. Lembaga pendidikan atau guru harus
menyediakan berbagai materi yang dibutuhkan dan berbagai
alternative cara yang bersifat personal atau mandiri untuk
mencapai tujuan. Ini merupakan contoh pembelajaran yang
fleksibel dan sesuai kebutuhan atau bisa juga disebut dengan
pembelajaran humanis.
Pembelajaran online yang bercirikan personal atau mandiri,
maka metode yang harus dikembangkan adalah active learning.
Kegiatan pembelajaran mengharuskan siswa aktif beraktifitas
mulai dari memahami suatu gagasan, memecahkan masalah
dan menerapkan yang mereka pelajari. Model pembelajaran
ini juga dapat meningkatkan keterampilan dan interaksi sosial
siswa. Siswa diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan
tugasnya dengan kelompok diskusi masing-masing. Siswa
diberi kesempatan mempresentasikan hasil diskusi dengan
kelompok. Hal ini mampu meningkatkan pemahaman siswa
dan melatih keterampilan berkomunikasi siswa di depan
kelas.
Untuk mendukung pembelajaran online yang bersifat
personal dan mandiri, maka harus ada aplikasi yang mampu
menyediakan materi ajar yang bisa dipelajari kapan saja,
di mana saja, bersama siapa saja. Selain itu juga perlu ada
pilihan cara dalam pembelajaran ini, yaitu komunikasi online
yang sifatnya synchronous dan asynchronous. Mobile Learning
merupakan model yang dapat digunakan karena kontennya
dapat diakses dan dipelajari kapan saja, di mana saja, dan
oleh siapa saja. Mobile Learning memberikan peluang dalam
pelaksanaan pembelajaran yang bersifat mobile, sehingga
implementasi aplikasi ini memberikan lebih banyak waktu
dan kebebasan dalam melakukan kegiatan belajar mengajar.

113
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Rujukan
[1] Alatas A, dan Pannen P. (2004). Instructional Design and
Program Mapping. Makalah disampaikan pada pelatihan
PJJ-PGSD, di Jakarta.
[2] Beane, J.A. (1997). Curriculum Integration, New York and
London; Teacher College, Columbia University.
[3] Bonk, C.J. (2002). Online Training in an Online World. Growth
Lakeland. Retrieved from http://publicationshare.com
[4] Budhiman, Arie. (2017). Gerakan Penguatan Pendidikan
Karakter. Kemendikbud RI
[5] C. Dewey, S. Hingle, E. Goelz, and M. Linzer, “Supporting
Clinicians During the COVID-19 Pandemic,” Ann. Intern.
Med., 2020.
[6] Effendi, Moh. Mahfud. (2018). Analysis of Relevance of
VHS Mathematics Curriculum Development: Journal
Advances in Social Science, Education and Humanities
Research. ISBN: 978-94-6252-4941. ISSN: 2352-5398;
DOI:10.2991/incomed-17.2018.1
[7] Fathurrohman, M. (2008). Tren Pembelajaran Masa Depan.
Tersedia: http://www.radarbanten.com.
[8] Giritli Nygren and A. Olofsson, “Managing the
Covid-19 pandemic through individual responsibility:
the consequences of a world risk society and enhanced
ethopolitics,” J. Risk Res., 2020.
[9] Hartley, DE. (2000). On-Demand Learning. Canada: HRD
Press.
[10] Hilmi. (2012). Pendekatan Humanistik Dalam Belajar.
Kompeten, 6, 1-11.
[11] Kitao, Kenji. S. Kathleen Kitao. (1998) Selecting and
developing Teaching/Learning materials. The Internet TESL
Journal, Vol. IV.
[12] Lawton, “The new normal,” New Sci., vol. 241, no. 3213,
2019.
[13] Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun
2017 Tentang Penguatan Pendidikan Karakter

114
Masa Pandemi Covid-19

[14] Rahma, A. (2017). Pendekatan Humanis Paulo Freire


dalam Perspektif Pendidikan Islam. Retrieved from http://
www.albayan.ae
[15] S. J. Daniel, “Education and the COVID-19 pandemic,”
Prospects, 2020.
[16] Siraj, S. (2009). Pembelajaran Mobile dalam Kurikulum Masa
Depan. Tersedia: http://www.myais.fsktm.um.edu.m95093111.
pdf.
[17] Siswono, TYE., (2007). Pembelajaran Matematika
Humanistik Yang Mengembangkan Kreativitas Siswa.
Jurnal Matematika, 1(1), 1-16
[18] Tamimuddin. (2007). Mengenal Mobile Learning. Tersedia:
http://mtamim.files.wordpress.com.pfd.
[19] Tim PPK. (2017). Modul Pelatihan PPK Bagi Guru. Pusat
Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kemendikbud.
Jakarta.
[20] Wahid, F. (2005). Pendidikan Teknologi Informasi dalam
Modernisasi Pendidikan Bangsa. Tersedia: www.geocities.com.
[21] Wijaya, SW. (2009). Mobil Learning Sebagai Model
Pembelajaran Alternatif Bagi Pemulihan Pendidikan Di Daerah
Bencana Alam Gempa Bumi Yogyakarta. Tersedia: http://usd.
ac.id0publ.pdf.
[21] Z. Zaharah and G. I. Kirilova, “Impact of Corona Virus
Outbreak Towards Teaching and Learning Activities in
Indonesia,” SALAM J. Sos. dan Budaya Syar-i, vol. 7, no. 3,
2020
[22] Widyanto. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika Humanistik berbasis Konstruktivisme
berbantuan CD Pembelajaran Materi Sudur dalam Ruang
kelas X, 1(1).

115
Problematika Pembelajaran Matematika Secara Daring
Menggunakan Google Classroom Pada Masa Pandemi Covid-19
Nor Misyulina1

Pengantar
Pandemi Covid-19 telah merubah system kehidupan
manusia di dunia. Covid-19 ditemukan di Wuhan, China
pada tahun 2019 dan telah menyebar luas ke belahan bumi
lainnya, termasuk Indonesia pada awal Maret 2020 [1][2].
Penyebaran covid-19 itu sendiri di antisipasi pemerintah
dengan melakukan Social Distancing sampai physical
distancing dengan cara menerapkan kebijakan pembatasan
social berskala besar (PSBB) agar pandemic ini tidak tersebar
luas [3][4]. Kebijakan yang diterapkan pemerintah ini sesuai
dengan edaran (SE) yang mengakibatkan segala kegiatan baik
di dalam maupun di luar ruangan di tunda terlebih dahulu
sehingga menyebabkan perubahan dalam berbagai bidang,
termasuk bidang Pendidikan [5]. Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan Surat Edaran
No.4 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa
Darurat Penyebaran Corona Virus Disease yang mewajibkan
seluruh kegiatan pembelajaran di semua tingkat Pendidikan
baik tingkat sekolah maupun perguruan tinggi dilakukan
secara daring di rumah masing-masing (study from home) [2]
[5][6][7]. Pembelajaran secara daring menjadi kewajiban dunia
pendidikan pada masa pandemic ini. Kegiatan pembelajaran
yang awalnya dilakukan secara tatap muka menjadi kegiatan
pembelajaran daring yang mengharuskan siswa dan guru
1
Nor Misyulina, Program Studi Pendidikan Matematika Universitas
Muhammadiyah Malang

116
Masa Pandemi Covid-19

memanfaatkan teknologi dan jaringan internet dalam proses


belajar mengajar [4][5]
Seiring berkembang kemajuan informasi teknologi, pada
masa pandemic seperti ini, siswa dan guru dituntut untuk
memahami dan menggunakan teknologi digital [2] [8].
Pemahaman teknologi digital pada masa pandemic bermanfaat
untuk memudahkan siswa memahami pembelajaran dan
tercapainya tujuan pembelajaran meskipun dilakukan secara
online. Teknologi digital digunakan sebagai pengganti
pembelajaran tatap muka yang diharapkan mampu membuat
hasil belajar siswa lebih bagus di tengah maraknya covid-19
[6]. Penggunaan teknologi digital pada masa pandemic ini
mengharuskan guru dapat memilih aplikasi pembelajaran
yang benar agar tercapainya tujuan pembelajaran [2].
Teknologi digital yang bisa digunakan pada pembelajaran
daring ini berupa zoom, meet, google classroom, whats app, dll,
sehingga guru dan siswa menjadi lebih dekat dengan siswa
meski tidak bertatap muka secara langsung [7] [6] [3]. Aplikasi
pembantu pembelajaran daring yang akan dibahas disini
adalah google classroom.
Google classroom merupakan layanan yang disediakan
oleh google yang bisa diakses melalui internet sebagai
sebuah system e-learning [6]. Pada aplikasi google classroom,
guru dimudahkan untuk memberikan materi, evaluasi,
dan nilai secara langsung dalam proses pembelajaran [2].
Google classroom dapat diakses melalui computer dan
telepon genggam, selain itu google classroom juga bisa di
unduh melalui playstore di android dan app store di iOS,
sehingga siswa dan guru tidak perlu kesusahan untuk
membukanya lewat laptop [6][9]. Manfaat google classroom
itu sendiri adalah guru dapat mengelola tugas menjadi lebih
mudah, meningkatkan komunikasi, dapat membuat kelas,
memberikan tugas, memberikan saran, serta melihat seluruh
proses kegiatan pembelajaran dengan cepat dan mudah.

117
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Selain itu, guru juga dapat menggunakan aplikasi ini tanpa


biaya dan waktunya dapat disesuaikan dengan guru sehingga
guru dapat focus dalam mengajar [2].
Proses pembelajaran daring secara online akibat
dampak dari covid 19 ini bagi kebanyakan guru adalah
hal yang baru sehingga Sebagian besar guru belum mahir
menggunakannnya dan membuat banyak guru tidak siap
dalam proses pembelajaran [3]. Selain itu, pembelajaran
secara daring menjadi tantangan bagi guru untuk membuat
pembelajaran dapat optimal, menyenangkan dan sesuai
dengan keadaan siswa, serta tidak mengurangi esensi pada
saat melakukan pembelajaran secara tatap muka, dan dapat
membuat pembelajaran lebih menyenangkan serta tidak
membuat siswa bosan meskipun dilakukan di rumah masing
masing sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai [4][3].
Tantangan bagi guru ini sangat besar apalagi untuk guru
yang kesusahan dalam menggunakan teknologi karena akibat
dari covid-19 ini, semua orang dipaksa untuk melek teknologi
[4]. Selain itu, pada pembelajaran daring, semua barang yang
digunakan guru hanya bisa ditampilkan dan dilihat secara
visual. Hal ini membuat pembelajaran daring terasa sangat
berbeda dengan pembelajaran secara tatap muka [4]
Penggunaan aplikasi google classroom sudah banyak
digunakan oleh guru maupun dosen dalam menunjang
proses pembelajaran. Tetapi, masih banyak hambatan yang
terjadi pada proses pembelajaran secara daring. Sehingga
menyebabkan banyak siswa yang tidak paham terhadap materi
pembelajaran dan berakibat gagalnya proses pembelajaran
serta tidak tercapainya tujuan pembelajaran. Berdasarkan
uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
problematika pembelajaran online menggunakan google
classroom pada masa pandemic covid-19.

118
Masa Pandemi Covid-19

Pembahasan
Pembelajaran Matematika

Matematika adalah salah satu peranan yang berperan


penting dalam kehidupan manusia yang berbentuk ilmu
pengetahuan. Matematika membahasaa pembahasan yang
sederhana sampai yang kompleks, untuk pemecahan masalah
dalam semua bidang dibahas dari yang abstrak sampai
yang konkrit [10]. Sedangkan pembelajaran matematika
adalah kumpulan kegiatan yang diberikan kepada siswa
untuk mendapatkan pengetahuan dan pembelajaran
tentang matematika yang dipelajari secara cerdas, terampil,
dan mampu dipahami siswa dengan baik yang bertujuan
untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa [10].
Keberhasilan pembelajaran ditunjukkan oleh siswa yang
menguasai materi pembelajaran yang dipengaruhi oleh fakor
kemampuan guru dalam Menyusun dan melaksanakan
pembelajaran [10].
Pembelajaran Daring

Proses pembelajaran adalah aktivitas komunikasi yang


dilakukan oleh guru dan siswa atau kegiatan guru menjadikan
siswa dalam keadaan belajar [11][12]. Proses pembelajaran
melibatkan aktivitas belajar dan mengajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat
dilakukan di mana saja dan kapan saja. Pada keadaan tertentu,
proses pembelajaran bisa dilaksanakan secara langsung
(tatap muka) atau secara daring (visual). Proses pembelajaran
daring itu sendiri adalah pembelajaran yang dilakukan oleh
guru dan siswa dengan memanfaatkan jaringan internet
untuk melakukan komunikasi pembelajaran [4][5][13][14].
Menurut Imania pada [4], pembelajaran daring merupakan
salah satu penyampaian pembelajaran secara konvesional
yang dilakukan menggunakan internet pada format digital.
Pembelajaran daring memiliki manfaat yaitu guru dan siswa
memiliki keleluasaan waktu belajar dan dapat melakukan

119
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

proses pembelajaran di mana saja dan kapan saja [5]. Pada


proses pembelajaran daring, guru dan siswa memerlukan
perangkat-perangkat mobile seperti smartphone, laptop,
computer, tablet yang berfungsi sebagai alat yang digunakan
untuk berkomunikasi yang kemudian di dukung menggunakan
beberapa aplikasi penunjang yaitu seperti aplikasi zoom,
google meet, Edmodo, google classroom, whatsapp group, dll
[7] [6] [3].
Pada proses pembelajaran daring, ada banyak tantangan
dan kendala yang harus dihadapi guru maupun siswa.
Kendala yang dihadapi beberapa siswa adalah tidak
mempunyai alat penunjang pembelajaran yaitu smartphone
[11][15]. Sehingga siswa sangat kesusahan dalam mengikuti
pembelajaran terutama untuk keluarga siswa dari kalangan
ekonomi kebawah yang tidak memiliki biaya untuk membeli
smartphone dalam penunjang kegiatan belajar mengajar
secara daring. Hal ini menjadi kendala terberat yang terjadi
pada pembelajaran daring, yang menyebabkan banyak
siswa yang tidak mengerti, orang tua yang kebingungan dan
banyak guru yang kesulitan dalam menyampaikan pelajaran
di tengah tuntutan pembelajaran daring ini. Kendala yang
sering terjadi selanjutnya adalah layanan internet [13][11][16].
Bukan hanya untuk siswa yang tempat tinggalnya berada
di daerah pedesaan terpencil dan tertinggal, tetapi juga
siswa yang tinggal di perkotaan harus menghadapi jaringan
yang tidak stabil [4]. Hal ini menjadi tantangan tersendiri
dalam penerapan pembelajaran daring yang sering terjadi di
sekolah-sekolah yang di mana pembelajaran daring menjadi
kurang dipahami oleh siswa dan tidak efektif karena memiliki
layanan internet yang lemah sehingga penjelasan guru jadi
kurang jelas [13][15].
Tantangan lainnya yang sering dihadapi siswa di tengah
krisis perekenomian adalah biaya yang dihabiskan dalam
proses pembelajaran daring melebihi pembelajaran tatap muka,

120
Masa Pandemi Covid-19

apalagi untuk masyarakat menengah kebawah yang di mana


untuk hidup sehari-hari saja sudah susah ditambah dengan
tuntutan kouta internet (pulsa) anak mereka [15][16]. Anggaran
yang harus disediakan orang tua dalam seminggu siswa
bisa menghabiskan Rp.100.000 sampai dengan Rp.200.000,
apalagi jika dalam proses pembelajaran menggunakan zoom
meeting, google meet, dll yang membutuhkan banyak biaya
[13]. Tantangan lainnya lagi adalah kurang siapnya guru dan
siswa dalam proses pembelajaran daring karena perpindahan
system belajar yang awalnya dilakukan secara tatap muka
ke pembelajaran yang dilakukan secara daring secara tiba-
tiba [15]. Sehingga banyak guru yang kesulitan dalam
melaksanakan proses pembelajaran daring, apalagi untuk
guru yang kurang bisa dalam menggunakan teknologi digital
[15]
Google Classroom

Teknologi dan pendidikan adalah suatu kesatuan yang


tidak dapat dipisahkan apalagi dalam kondisi Sekarang
ini, yang mengharuskan semua orang paham teknologi
terutama dalam kegiatan belajar mengajar secara daring [6]
[2]. Penggunaan teknologi dalam Pendidikan dapat membuat
kegiatan pembelajaran secara daring lebih menarik, aktif, dan
kreatif sehingga pembelajaran menjadi efektif dan efisien [6].
Teknologi yang dimaksud adalah teknologi digital, jaringan
internet dan juga aplikasi penunjang proses pembelajaran
secara daring. Aplikasi penunjang proses pembelajaran itu
sendiri ada banyak macam nya dan guru bebas memilih
aplikasi pembelajaran yang tepat sebagai alat pembantu dalam
proses belajar mengajar secara daring [2]. Salah satu aplikasi
yang dapat membantu guru dan siswa dalam melakukan proses
pembelajaran secara daring adalah aplikasi Google Classroom.
Google Classroom adalah aplikasi yang disediakan oleh
google yang di mana aplikasi ini berbasis internet dengan
system e-learning yang tidak terikat dengan pertemuan secara

121
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

langsung sehingga dosen bisa langsung memberikan materi,


tugas, serta nilai di dalamnya [2][6]. Aplikasi google classroom
memiliki banyak fitur yang dapat memudahkan guru dalam
menggunakannya dan aman untuk digunakan , Selain itu,
google classroom sangat muda untuk digunakan, karena
dapat di download menggunakan playstore di android dan
Appstore di iPhone [6][9]. Sehingga guru dan siswa tidak perlu
kesusahan untuk melakukan proses pembelajaran. Google
Classroom juga dapat membantu guru dalam melihat seluruh
aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran, Adapun
kelebihan dari google classroom adalah guru dapat mengelola
tugas menjadi lebih mudah, meningkatkan komunikasi, dapat
membuat kelas, memberikan tugas, memberikan saran, serta
melihat seluruh proses kegiatan pembelajaran dengan cepat
dan mudah. Selain itu, guru juga dapat menggunakan aplikasi
ini tanpa biaya dan waktunya dapat disesuaikan dengan guru
sehingga guru dapat focus dalam mengajar [2]. Sedangkan
kelemahan dari google classroom adalah tidak ada layanan
eksternal seperti bank soal dan tidak ada obrolan secara pribadi
antara guru untuk mendiskusikan materi pembelajaran dan
umpan balik dari guru [9].
Pada proses pembelajaran menggunakan google classroom
secara daring, ada beberapa kendala yang harus dihadapi siswa
dan guru yaitu ada beberapa guru yang masih kesusahan dalam
menggunakan google classroom, hal ini disebabkan oleh guru
yang kurang paham dalam menggunakan teknologi sehingga
pada penggunaan google classroom, guru juga kesusahan
dalam memahami dan menggunakannya [15]. Masalah lain
yang sering terjadi adalah sangat tidak pahamnya siswa
dengan materi yang diberikan oleh guru, karena kebanyakan
guru hanya memberikan materi lewat google classroom
kemudian langsung memberikan tugas tanpa dijelaskan. Hal
ini berakibat pada banyaknya siswa yang tidak memahami
materi pembelajaran bahkan banyak siswa yang memilih
untuk tidak mengikuti pembelajaran.

122
Masa Pandemi Covid-19

Kendala lainnya yang sering terjadi pada pembelajaran


daring menggunakan google classroom adalah banyaknya
guru yang hanya memberikan tugas saja tetapi tidak
memberikan umpan balik terhadap tugas yang telah diberikan,
yang membuat siswa tidak mengetahui jawaban yang
benar dari apa yang telah mereka kerjakan. Kendala lainnya
adalah, guru biasanya hanya memberikan materi dan soal
saja tanpa memberikan ruang diskusi untuk siswa bertanya
dan mengeluarkan pendapat yang membuat siswatidak
paham yang berakibat pada tidak tercapainya tujuan
pembelajaran. Dari kendala kendala yang terjadi pada siswa
tersebut, harusnya guru bisa lebih optimal dalam mengajar
secara daring, mengingat ada banyak tantangan yang harus
dilewati. Usaha yang bisa dikerjakan oleh guru dalam proses
pembelajaran secara daring menggunakan google classroom
adalah memberikan video pembelajaran yang berisi penjelasan
materi pelajaran atau memberikan ruang diskusi secara online
di google classroom, agar Ketika siswa tidak paham bisa
langsung bertanya pada guru dan guru selalu siap siaga dalam
memantau proses diskusi.
Pandemic Covid-19

Coronavirus Diseases 2019 atau lebih dikenal dengan


Covid-19 adalah penyakit tidak pernah di identifikasi
sebelumnya, penyakit ini adalah virus jenis baru yang
menyebar di dunia [5]. Gejala umum gangguan pernafasan
seperti demam, batuk, dan sesak nafas adalah gejala umum
yang menjadi tanda apabila seseorang terinfeksi covid-19
[5]. Covid-19 itu sendiri pertama kali di temukan di wuhan,
China dan mulai menyebar keseluruh penjuru dunia
termasuk Indonesia pada bulan Maret 2020 dengan adanya
2 kasus positif covid-19 pertama yang ada di Indonesia [1]
[2][5]. Virus covid-19 yang hadir di Indonesia menghasilkan
banyak dampak di seluruh bidang seperti social, ekonomi,
pariwisata dan Pendidikan [5]. Sesuai dengan surat edaran
yang dikelarkan pemerintah yang menyatakan bahwa seluruh

123
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

kegiatan yang melibatkan banyak orang harus dibatasi


terlebih dahulu dan dilakukan secara online agar mengurangi
penyebaran covid-19 [5]. Penyebaran covid-19 itu sendiri di
antisipasi pemerintah dengan melakukan Social Distancing
sampai physical distancing dengan cara menerapkan kebijakan
pembatasan social berskala besar (PSBB) agar pandemic ini
tidak tersebar luas [3][4].
Dampak yang terjadi akibat adanya virus covid-19 di
bidang Pendidikan adalah dengan dikeluarkannya Surat
Edaran No.4 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan
dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease yang
mewajibkan seluruh kegiatan pembelajaran di semua tingkat
Pendidikan baik tingkat sekolah maupun perguruan tinggi
dilakukan secara daring di rumah masing-masing (study from
home) [2][5][6][7]. Hal ini mengakibatkan perubahan system
Pendidikan yang awalnya dilaksanakan secara tatap muka
menjadi pembelajaran berbasis teknologi secara daring.
Problematika Pembelajaran Matematika secara Daring Menggunakan Google
Classroom Pada Masa Pandemi Covid-19

Sesuai dengan paparan di atas, ada banyak tantangan,


kendala, dan problematika yang terjadi dalam proses pem-
belajaran matematika secara daring menggunakan google
classroom di masa pandemic covid-19. Problematika tersebut
akan di uraikan sebagai berikut:
1. Siswa yang tidak mempunyai alat penunjang dalam proses
pembelajaran yaitu smartphone yang membuat siswa
kesusahan dalam melaksanakan pembelajaran apalagi
untuk siswa dari keluarga kalangan ekonomi kebawah yang
tidak memiliki biaya untuk membeli smartphone dalam
penunjang kegiatan belajar mengajar. Sehingga membuat
siswa tersebut tidak dapat mengikuti pembelajaran bahkan
ada kasus keluarga siswa yang harus mencuri smartphone
agar anaknya dapat melaksanakan pembelajaran secara online

124
Masa Pandemi Covid-19

2. Ketiadaan kouta internet dalam penunjang proses


pembelajaran secara daring. Ada banyak siswa di Indonesia
yang kesusahan dalam membeli kouta internet, apalagi di
masa pandemic seperti ini, banyak orang tua dari keluarga
siswa kalangan bawah yang kesusahan untuk mencari
pekerjaan bahkan ada banyak keluarga siswa yang orang
tuanya terkena PHK, sehingga sangat sulit bagi mereka
untuk memenuhi pembiayaan selama proses pembelajaran
secara daring yang bisa mengahbiskan Rp.100.000 sampai
dengan Rp.200.000 seminggu apabila menggunakan
aplikasi pembelajaran seperti zoom, meet, dan aplikasi
video lainnya.
3. Kesusahan jaringan/sinyal internet. Sebagian siswa
menggunakan layanan internet wifi dan Sebagian lagi
menggunakan layanan internet jaringan seluler, yang di
mana jaringan seluler ini tidak selalu lancar bahkan ada
beberapa siswa yang kesulitan melaksanakan pembelajaran
daring karena jaringan internet yang lemah. Apalagi untuk
siswa yang tempat tinggalnya berada di daerah pedesaan
terpencil dan tertinggal, maka itu menjadi tantangan
terberat dalam proses pembelajaran daring karena harus
menghadapi jaringan yang tidak stabil
4. Ketidaksiapan guru dan siswa dalam proses pembelajaran
daring karena perpindahan system belajar yang awalnya
dilakukan secara tatap muka ke pembelajaran yang
dilakukan secara daring secara tiba-tiba [15]. Sehingga
banyak guru yang kesulitan dalam melaksanakan proses
pembelajaran daring, apalagi untuk guru yang kurang bisa
dalam menggunakan teknologi digital. Hal ini berakibat
pada banyaknya siswa yang tidak paham dan tidak
tercapainya tujuan pembelajaran
5. Ketidakpahaman siswa dengan materi yang diberikan oleh
guru, karena kebanyakan guru hanya memberikan materi
lewat google classroom kemudian langsung memberikan
tugas tanpa dijelaskan. Hal ini berakibat pada banyaknya

125
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

siswa yang tidak memahami materi pembelajaran bahkan


banyak siswa yang memilih untuk tidak mengikuti
pembelajaran, dan beberapa siswa lainnya lagi menyuruh
orang tua mereka untuk menjawab pelajaran
6. Kehadiran siswa yang tidak jelas. Ada banyak siswa
yang melakukan absen kelas tetapi Ketika pembelajaran
berlangsung, siswa memiliki untuk melakukan aktivitas
lain seperti tidur, mandi, bermain game, jalan-jalan, dll.
7. Pada proses pembelajaran daring menggunakan google
classroom, ada banyak guru yang hanya memberikan tugas
saja tetapi tidak memberikan umpan balik terhadap tugas
yang telah diberikan, yang membuat siswa tidak mengetahui
jawaban yang benar dari apa yang telah mereka kerjakan.
Selain itu, tidak adanya ruang diskusi untuk siswa bertanya
dan mengeluarkan pendapat yang membuat siswa merasa
tidak paham dalam proses pembelajaran yang berakibat
pada tidak tercapainya tujuan pembelajaran
Itulah beberapa problematika yang sering terjadi pada
saat melakukan pembelajaran daring pada masa pandemic
covid-19
Penutup
Perubahan pembelajaran dari tatap muka menjadi
pembelajaran secara daring akibat covid-19 memunculkan
banyak tantangan dan problematika yang dihadapi guru,
orangtua, dan siswa dalam proses belajar mengajar yang
menyebabkan kurang efektifnya pembelajaran. problematika
yang dihadapi guru serta siswa adalah seperti tidak adanya
alat penunjang pembelajaran seperti handphone, lemahnya
jaringan internet, kurang pahamnya terhadap teknologi,
penggunaan aplikasi pembelajaran yang kurang maksimal,
dan pengolaan pembelajaran yang tidak efektif.

126
Masa Pandemi Covid-19

Rujukan
[1] M. F. Annur, “Analisis kesulitan mahasiswa pendidikan
matematika,” J. kajian, Pnelitian dan Pengemb. Kependidikan,
vol. 6356, pp. 195–201, 2020.
[2] T. Rohaeti and Sumliyah, “Respon Mahasiswa Pendidikan
Matematika Dalam Penggunaan Google Classroom Di Era
Covid-19,” Integral, vol. 11, no. 1, pp. 60–68, 2020.
[3] B. Indiani, “Mengoptimalkan Proses Pembelajaran
Dengan Media Daring Pada Masa Pandemi COVID-19,” J.
Sipatokkong Bpsdm Sulsel, vol. 1, no. 3, pp. 227–232, 2020.
[4] H. A. Rigianti, “KENDALA PEMBELAJARAN
DARING GURU SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN
BANJARNEGARA,” Pendidik. dan Pembelajaran ke-SD-an,
vol. 7, no. 2, pp. 297–302, 2020, doi: 10.1155/2010/706872.
[5] W. A. F. Dewi, “Dampak COVID-19 terhadap Implementasi
Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar,” Edukatif J. Ilmu
Pendidik., vol. 2, no. 1, pp. 55–61, 2020, doi: 10.31004/
edukatif.v2i1.89.
[6] N. I. Nurani, D. A. Uswatun, and L. H. Maula, “Analisis
Proses Pembelajaran Matematika Berbasis Daring
Menggunakan Aplikasi Google Classroom Pada Masa
Pandemi Covid-19,” J. PGSD, vol. 6, no. 1, pp. 50–56, 2020.
[7] K. B. Dinata, “Problematika Pembelajaran Daring Mata
Kuliah Geometri Transformasi si Masa Pandemi Covid-19,”
Open J. Syst. Eksponen, vol. 10, no. 2, pp. 1–58, 2020.
[8] M. F. Akbar and F. D. Anggaraeni, “Technology in
Education: Digital Literation and Self-Directed Learning in
Students Students,” J. Indig., vol. 2, no. 1, pp. 28–38, 2017.
[9] V. D. Wicaksono and P. Rachmadyanti, “Pembelajaran
Blended Learning melalui Google Classroom di Sekolah
Dasar,” Semin. Nas. Pendidik. PGSD UMS HDPGSDI Wil.
Timur, pp. 513–521, 2016.
[10] A. Amir, “Pembelajaran Matematika SD dengan
Menggunakan Media Manipulatif,” Forum Paedagog., vol.
VI, no. 01, pp. 72–89, 2014.
[11] H. Putria, L. H. Maula, and D. A. Uswatun, “Analisis Proses
Pembelajaran Dalam Jaringan (DARING) Masa Pandemi

127
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

COVID-19 pada Guru Sekolah Dasar,” J. basicedu, vol. 4,


no. 4, pp. 861–872, 2020, doi: 10.31004/basicedu.v4i4.460.
[12] H. O. Sutarman, “Hakikat Pembelajaran,” J. Pendidik. dan
Budaya, vol. 4, no. 2, pp. 1–12, 2007.
[13] A. Sadikin and A. Hamidah, “Pembelajaran Daring di
Tengah Wabah Covid-19,” J. Ilm. Pendidik. Biol., vol. 6, no.
2, pp. 214–224, 2020, doi: 10.17509/t.v6i2.20887.
[14] N. H. Zhafira, Y. Ertika, and Chairiyaton, “Persepsi
Mahasiswa Terhadap Perkuliahan Daring Sebagai Sarana
Pembelajaran Selama Masa Karantina Covid-19,” J. Bisnis
dan Kaji. Strateg. Manaj., vol. 4, no. 1, pp. 37–45, 2020.
[15] A. Asmuni, “Problematika Pembelajaran Daring di Masa
Pandemi Covid-19 dan Solusi Pemecahannya,” J. Paedagogy,
vol. 7, no. 4, p. 281, 2020, doi: 10.33394/jp.v7i4.2941.
[16] A. Widodo and Nursaptini, “PROBLEMATIKA
PEMBELAJARAN DARING DALAM PERSPEKTIF
MAHASISWA,” Elem. Sch. Educ. Journal), vol. 4, no. 2, pp.
100–115, 2020.

128
Kemampuan Penyelesaian Masalah Siswa di Tengah Covid-19
Melalui Pembelajaran Online Group Investigation (GI)
Nurazizah1

Pengantar
Pandemi Covid-19 telah banyak merubah system
kehidupan manusia di seluruh dunia, termasuk Indonesia
pada awal Maret [1][2]. Pandemi ini pertama kali muncul di
kota wuhan Provinsi Hubei China, Menurut Gao Fu, Kepala
pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China, bahwa
Virus Corona bukan berasal dari pasar Wuhan. Penyebaran
Covid-19 itu sendiri diantisipasi oleh pemerintahan dengan
melalukan Social Distancing sampai physical distancing
dengan menerapkan kebijakan pembatasan sosial berskala
besar (PSBB) di daerah-daerah yang teprapar covid-19 yang
cukup menghawatirkan dengan harapan agar pandemic
ini tidak tersebar semakin luas [3]. Kebijakan yang diambil
pemerintah sudah sesuai dengan edaran (SE) yang
mengakibatkan segala kegiatan baik di dalam maupun di luar
lingkungan harus tertunda dahulu sehinggan menyebabkan
perubahan besar dalam berbagai bidang , termasuk bidang
Pendidikan [4].
Perkembangan zaman tidak terlepas dari kemajuan
teknologi. Bahkan dalam kehidupan modern semua aspek
kehidupan mengarah pada kemajuan teknologi[5]. Pada masa
pandemic seperti ini , guru dan siswa dituntut untuk memahami
dan menggunakan tekonologi digital[6]. Pemahaman teknologi
digital pada masa pandemic saat ini sangat bermanfaat
untuk memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran
1
Nurazizah, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Maatematika Universitas
Muhammadiyah Malang

129
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

agar tercapainya tujuan pembelajaran mesukipun dilakukan


secara online. Teknologi digital digunakan sebagai pengganti
pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka yang
diharapkan mampu membuat hasil belajar siswa lebih bagus
ditengah maraknya covid-19. Penggunakan teknologi digital
pada masa pandemic mengharuskan guru mengajar online
dengan menggunakan berbagai aplikasi dengan harapan
agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik. Tekonologi
digital yang bisa digunakan pada proses pembelajaran daring
ini berupa zoom, whats app, meet, google classroom, telegram, dll,
sehingga guru dan siswa menjadi lebih dekat meskipun tidak
bertatap muka secara langsung . Teknologi digital mengubah
proses berpikir secara praktis dan efesien pada masa pandemic
ini.
Proses pembelajaran online di masa covid-19 ini
mengakibatkan bagi kebanyakan guru harus mampu
menguasai teknologi digital yang diperlukan dalam proses
pembelajaran ,sehingga Sebagian besar guru yang belum
mahir menggunakan tekonologi membuat para guru tidak
siap dalam proses pembelajaran[7]. Selain itu, pembelajaran
secara daring menjadi tantangan bagi guru untuk membuat
pembelajaran dapat optimal, menyenangkan dan sesuai
dengan keadaan siswa, serta tidak mengurangi esensi
pada saat melakukan pembelajaran secara tatap muka, dan
dapat membuat pembelajaran lebih menyenangkan serta
tidak membuat siswa bosan meskipun dilakukan di rumah
masing masing sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai
meskipun pembelajaran dilakukan secara daring Tantangan
bagi guru ini sangat besar apalagi untuk guru yang kesusahan
dalam menggunakan teknologi karena akibat dari covid-19 ini,
semua orang dipaksa untuk menguasai teknologi Selain itu,
pada pembelajaran daring, semua bahan pembelajaran yang
digunakan guru hanya bisa ditampilkan dan dilihat secara
visual. Hal ini membuat pembelajaran daring terasa sangat
berbeda dengan pembelajaran secara tatap muka

130
Masa Pandemi Covid-19

Pemecahan masalah matematis dijadikan sebagai proses


utama dalam pelaksanaan pembelajaran dimasa pandemic
seperti saat ini. Mampu memecahkan masalah merupakan
salah satu tujuan dari pembelajaran , di mana pada masa
pandemic siswa harus mampu berpikir kritis,kreatif dan
mampu mengembangkan kecakapan matematis lainnya. Pada
masa proses pembelajaran yang dilakukan secara online baik
guru maupun siswa memiliki keuntungan masing-masing
terutama pada siswa karena pada saat proses pembelajaran
siswa bisa memecahkan soal dengan cepat karena banyak
solusi dengan memanfaatkan teknologi digital yang semakin
berkembang. Jadi, jelas bahwa kememapuan pemecahan
masalah merupakan salah satu kemampuan dasar yng
harus dikuasai oleh siswa dan menjadi salah satu tujuan
pembelajaran matematika [8].
Pembahasan
Kemamampuan Pemecahan Masalah

Masalah matematika merupakan persoalan yang dalam


penyelesainnya dibutuhkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan [9] bahwa
masalah matematika adalah suatu persoalan yang siswa
sendiri mampu menyelesaikannya tanpa menggunakan cara
atau algoritme yang rutin. Masalah matematika dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu masalah rutin dan nonrutin. Masalah
rutin adalah masalah yang pemecahannya sudah bisa
dilakukan, sedangkan pada masalah nonrutin diperlukan
kreativitas cara untuk menyelesaikannya.
Kemampuan pemecahan masalah merupakan bagian
dari kurikulum matematika yang sangat penting atau
dapat dikatakan bahwa kemampuan memecahkan masalah
merupakan hasil utama dari suatu proses pembelajaran.Pada
saat siswa menemukan masalah, maka telah terjadi perbedaan
keseimbangan dengan keadaan awal. Suatu masalah
dapat mengarahkan siswa untuk melakukan investigasi,

131
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

mengekplorasi pola-pola dan berpikir secara kritis ([10].


Pada saat siswa mengalami konflik kognitif ia akan berusaha
untuk mencapai keseimbangan baru yaitu solusi atas masalah
yang dihadapi. Apabila siswa mampu menemukan konflik
dan mampu menyelesaikannya maka sebenarnya tahap
kognitifnya telah meningkat.
Pemecahan masalah dipandang sebagai aktivitas yang
bersifat mekanistis, sistematis, dan sering diasosiaskan
dengan suatu konsep yang abstrak. Dalam konteks ini
masalah yang diselesaikan adalah masalah yang mempunyai
jawab tunggal yang diperoleh melalui proses yang melibatkan
cara atau metode yang tunggal pula (penalaran konvegen).
Sejalan dengan berkembangnya teori belajar kognitif,
pemecahan masalah dipandang sebagai aktivitas mental
yang melibatkan keterampilan kognitif kompleks. pemecahan
masalah mempunyai berbagai peran, yaitu (1) pemecahan
masalah sebagai konteks (problem solving as a context for
doing mathematics), yakni memfungsikan masalah untuk
memotivasi siswa belajar matematika, (2) pemecahan masalah
sebagai keterampilan (problem solving as a skill) yang merujuk
pada kemampuan kognitif siswa dalam menyelesaikan
suatu masalah, dan (3) pemecahan masalah sebagai seni
(problem solving as a art), yakni memandang pemecahan
masalah sebagai seni menemukan (art of discovery). Tujuan
pembelajaran pemecahan masalah matematika dalam hal ini
adalah untuk mengembangkan kemampuan untuk menjadi
cakap (skillful) dan antusias (enthusiastic) dalam memcahkan
masalah, menjadi pemikir yang independen yang mampu
menyelesaikan masalah terbuka (open ended problem).
Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang


menggunakan jaringan internet dengan aksesibilitas, konektivitas,
fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai
jenis interaksi pembelajaran. Pada tataran pelaksanaanya

132
Masa Pandemi Covid-19

pembelajaran daring memerlukan dukungan perangkat


mobile seperti smarphone atau telepon adroid, laptop,
komputer, tablet, dan iphone yang dapat dipergunakan
untuk mengakses informasi kapan saja dan di mana saja.
Pembelajaran secara daring telah menjadi tuntutan dunia
pendidikan sejak beberapa tahun terakhir , Pembelajaran
daring dibutuhkan dalam pembelajaran di era revolusi industri
4.0. Penggunaan teknologi mobile mempunyai sumbangan
besar dalam lembaga pendidikan, termasuk di dalamnya
adalah pencapaian tujuan pembelajaran jarak jauh. Berbagai
media juga dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan
pembelajaran secara daring. Misalnya kelas-kelas virtual
menggunakan layanan Google Classroom, zoom, dan applikasi
pesan instan seperti WhatsApp .Pembelajaran secara daring
bahkan dapat dilakukan melalui media social seperti Facebook
dan Instagram. Pembelajaran daring menghubungkan peserta
didik dengan sumber belajarnya (database, pakar/instruktur,
perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan
berjauhan namun dapat saling berkomunikasi, berinteraksi
atau berkolaborasi (secara langsung/synchronous dan secara
tidak langsung/asynchronous). Pembelajaran daring adalah
bentuk pembelajaran jarak jauh yang memanfaatkan teknologi
telekomunikasi dan informasi, misalnya internet, CD-ROOM,
dll.
Mengamati pengalaman pada pelaksanaan magang 3
kemarin di mana guru juga harus siap menggunakan teknologi
sesuai dengan perkembangan zaman. Guru harus mampu
membuat model dan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan karakter siswa di sekolahnya. Penggunaan beberapa
aplikasi pada pembelajaran daring sangat membantu guru
dalam proses pembelajaran ini. Guru harus terbiasa mengajar
dengan memanfaatkan media daring kompleks yang harus
dikemas dengan efektif, mudah diakses, dan dipahami oleh
siswa. Dengan demikian guru dituntut mampu merancang
dan mendesain pembelajaran daring yang ringan dan efektif,

133
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

dengan memanfaatkan perangkat atau media daring yang


tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Walaupun
dengan pembelajaran daring akan memberikan kesempatan
lebih luas dalam mengeksplorasi materi yang akan diajarkan,
namun guru harus mampu memilih dan membatasi sejauh
mana cakupan materinya dan aplikasi yang cocok pada materi
dan metode belajar yang digunakan.
Hal yang paling sederhana dapat dilakukan oleh guru
bisa dengan memanfaatkan WhatsApp Group. Aplikasi
WhatsApp cocok digunakan bagi pelajar daring pemula,
karena pengoperasiannya sangat simpel dan mudah diakses
siswa. Sedangkan bagi pengajar online yang mempunyai
semangat yang lebih, bisa menngkatkan kemampuannya
dengan menggunakan berbagai aplikasi pembelajaran daring.
Namun sekali lagi, pilihlah aplikasi yang sesuai dengan
kebutuhan guru dansiswa itu sendiri. Tidak semua aplikasi
pembelajaran daring bisa dipakai begitu saja. Namun harus
dipertimbangkan sesuai kebutuhan guru dan siswa, kesesuaian
terhadap materi, keterbatasan infrastrukur perangkat seperti
jaringan. Sangat tidak efektif jika guru mengajar dengan
menggunakan aplikasi zoom metting namun jaringan atau
signal di wilayah siswa tersebut tinggal tidaklah bagus.
Keberhasilan guru dalam melakukan pembelajaran daring
pada situasi pandemi Covid-19 ini adalah kemampuan guru
dalam berinovasi merancang, dan meramu materi, metode
pembelajaran, dan aplikasi apa yang sesuai dengan materi
dan metode. Kreatifitas merupakan kunci sukses dari seorang
guru untuk dapat memotivasi siswanya tetap semangat dalam
belajar secara daring (online) dan tidak menjadi beban psikis.
Kesuksesan pembelajaran daring selama masa Covid-19
ini tergantung pada kedisiplinan semua pihak. Oleh karena
itu, pihak sekolah/madrasah di sini perlu membuat skema
dengan menyusun manajemen yang baik dalam mengatur
sistem pembelajaran daring. Hal ini dilakukan dengan

134
Masa Pandemi Covid-19

membuat jadwal yang sistematis, terstruktur dan simpel untuk


memudahkan komunikasi orangtua dengan sekolah agar
putra-putrinya yang belajar di rumah dapat terpantau secara
efektif. Dengan demikian, pembelajaran daring sebagai solusi
yang efektif dalam pembelajaran di rumah guna memutus
mata rantai penyebaran Covid-19, physical distancing
(menjaga jarak aman) juga menjadi pertimbangan dipilihnya
pembelajaran tersebut. Kerjasama yang baik antara guru,
siswa, orangtua siswa dan pihak sekolah/madrasah menjadi
faktor penentu agar pembelajaran daring lebih efektif.
Pembelajaran Group Investigation

Model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation)


merupakan salah satu bentuk model pembelajaran matematika
yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk
mencari informasi pelajaran yang dipelajari melalui bahan-
bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau internet
[11]. Investigasi adalah upaya penelitian untuk mengetahui
kebenaran atau kesalahan sebuah masalah dan biasanya
dalam pembelajaran seperti melatih siswa menumbuhkan
kemampuan berpikir mandiri, menyelesaikan masalah dan
lainya. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari
tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran[12].
Pembelajaran group investigation adalah model pembe-
lajaran kooperatif yang melibatkan siswa secara maksimal
dalam kegiatan pembelajaran yang menekankan partisipasi
dan aktivitas siswa untuk mencari informasi pelajaran
yang dipelajari dan disertai melakukan percobaan untuk
menemukan suatu prinsip atau konsep. selanjutnya [13]
memaparkan beberapa karakteristik group investigation sebagai
pendekatan pembelajaran yaitu:
1. Tujuan kognitif untuk menginformasikan akademik tinggi
dan keterampilan inkuiri.
2. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4
atau 5 siswa yang heterogen dan dapat dibentuk berdasarkan

135
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

pertimbangan keakraban persahabatan atau minat yang


sama dalam topic tertentu.
3. Siswa terlibat langsung sejak perencanaan pembelajaran
(menentukan topik dan cara investigasi) hingga akhir
pembelajaran (penyajian laporan).
4. Diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa.
5. Adanya sifat demokrasi dalam kooperatif (keputusan-
keputusan yang dikembangkan atau diperkuat oleh
pengalaman kelompok dalam konteks masalah yang
diselidiki).
6. Guru dan murid memiliki status yang sama dalam mengatasi
masalah dengan peranan yang berbeda.
Pelaksanaan kegiatan model pembelajaran group investigation
terdiri dari beberapa langkah yang berurutan. Langkah –
langkah tersebut dikemukakan [14] di antaranyanya sebagai
berikut: (1) mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke
dalam kelompok, (2) merencanakan tugas yang akan dipelajari,
(3) melaksanakan investigasi, (4) menyiapkan laporan akhir,
(5) mempresentasikan laporan akhir, dan (6) evaluasi. Enam
Tahapan Kemajuan Siswa di dalam Pembelajaran Kooperatif
dengan Metode Group Investigation.

136
Masa Pandemi Covid-19

Tabel 1.1 Langkah-langkah Pembelajaran


Mengindentifikasi Guru memberikan kesempatan bagi siswa
Tahap topik dan membagi untuk memberi kontribusi apa yang
I siswa ke dalam akan mereka selidiki kelompok dibentuk
kelompok berdasarkan heterogeritas.
Kelompok akan membagi sub topik kepada
seluruh anggota. Kemudian membuat
Tahap Merencanakan
perencanaan dari masalah yang akan
II tugas
diteliti, bagaimana proses dan sumber apa
yang akan dipakai.
Siswa mengumpukan , menganalaisis,
dan mengevaluasi informasi, membuat
Tahap Membuat
kesimpulan dan mengaplikasikan bagian
III penyelidikan
mereka kedalam pengetahuan baru dalam
mencapai solusi masalah kelompok.
Setiap kelompok mempersiapkan tugas
Tahap Mempersiapkan
akhir yang akan dipresentasikan didepan
IV tugas akhir
kelas.
Tahap Mempresentasikan Siswa mempresentasikan hasil kerjanya.
V tugas akhir Kelompok lain tetap mengikuti.
Tahap Soal ulangan mencakup seluruh topik yang
Evaluasi
VI telah diselidiki dan dipresentasikan.

Setiap model atau metode pembelajaran pasti mempunyai


ciri khas tersendiri, mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing dalam proses penerapannya. Menurut [15]
beberapa kelebihan dan kekurangan dari model Group
Investigation (GI) adalah sebagai berikut.
Kelebihan:

Pembelajaran kooperatif ini terbukti lebih unggul dalam


meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model-
model pembelajaran individual yang digunakan selama ini
[16]. Keunggulan itu dapat dilihat pada kenyataan berikut:
1. Peningkatan belajar terjadi tidak tergantung pada usia
siswa, mata pelajaran, dan aktivitas belajar.
2. Pembelajaran kooperatif dapat menyebabkan unsur-unsur
psikologis siswa menjadi terangsang dan lebih aktif. Hal ini
disebabkan oleh adanya rasa kebersamaan dalam kelompok,
sehingga mereka dengan mudah dapat berkomunikasi
dengan bahasa yang lebih sederhana.

137
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

3. Pada saat berdiskusi fungsi ingatan dari siswa menjadi


lebih aktif, lebih bersemangat dan berani mengemukakan
pendapat.
4. Pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan kerja
keras siswa, lebih giat dan lebih termotivasi.
5. Penerapan pembelajaran kooperatif dapa membantu siswa
mengaktifkan kemampuan latar belakang mereka dan
belajar dari pengetahuan latar belakang teman sekelas
mereka [17]
6. Siswa dapat belajar dalam kelompok dan menerapkannya
dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks, serta dapat
meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok
dalam memecahkan masalah, meningkatkan komitmen,
dapat menghilangkan prasangka buruk terhadap teman
sebayanya dan siswa yang berprestasi dalam pembelajaran
kooperatif ternyata lebih mementingkan orang lain, tidak
bersifat kompetitif, dan tidak memiliki rasa dendam [18].
Dapat menimbulkan motivasi siswa karena adanya tuntutan
untuk menyelesaikan tugas.
Kekurangan:
1. Pembelajaran dengan model kooperatif tipe GI hanya sesuai
untuk diterapkan di kelas tinggi, hal ini disebabkan karena
tipe GI memerlukan tingkatan kognitif yang lebih tinggi.
2. Kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang
dan siswa yang memiliki prestasi tinggi akan mengarah
pada kekecewaan, hal ini disebabkan oleh peran anggota
kelompok yang pandai lebih dominan.
3. Adanya pertentangan antar kelompok yang memiliki nilai
yang lebih tinggi dengan kelompok yang memiliki nilai
rendah.
4. Untuk menyelesaikan materi pelajaran dengan pembelajaran
kooperatif akan memakan waktu yang lebih lama
dibandingkan pembelajaran yang konvensional, bahkan

138
Masa Pandemi Covid-19

dapat menyebabkan materi tidak dapat disesuaikan dengan


kurikulum yang ada apabila guru belum berpengalaman.
5. Guru membutuhkan persiapan yang matang dan peng-
alaman yang lama untuk dapat menerapkan belajar
kooperatif tipe GI dengan baik.
Penutup
Berdasarkan dalam artikel ini dapat disimpulkan bahwa
kemampuan pemecaham masalah matematis merupakan
salah satu kunci utama dalam pembelajaran matematika.
Melihat pentingnya kemampuan pemecahan masalah
matematis sebagai upaya untuk menumbuhkan serta
meningkatkan kemampuan dasar. Kemampuan dasar tersebut
berupa kemampuan bernalar, kemampuan pemecahan
masalah, kemampuan pemahaman matematis, koneksi,
dan kemampuan representasi komunikasi matematis. Oleh
sebab itu perlu dikembangkan dan ditumbuhkan baik oleh
guru, praktisi maupun peneliti. Banyak peneliti-peneliti yang
telah mengembangkan dan melakukan research mengenai
pemecahan masalah pada pembelajaran online dan tidak
menutup kemungkinan bahwa akan selalu dikembangkan
lebih lanjut. Melihat bahwa manusia bukan hanya sebagai
individu melainkan juga sosial yang mempunyai keyakinan,
emosi, dan prinsip yang mempengaruhi perkembangan
sebagai peserta didik.
Pembelajaran yang dilakukan secara online tetap menuntut
peserta didik untuk selalu aktif, sehingga guru harus
memberikan kesempatan peserta didik untuk mengekpresikan
ide atau gagasannya tidak hanya secara tertulis tetapi secara
lisan. Oleh sebab itu untuk menunjang pembelajaran secara
daring harus menggunakan aplikasi pembelajaran. Selain
itu penerapan model atau startegi pembelajaran untuk
memberikan variasi dalam kegiatan dikelas. Harapannya
pembelajaran secara online tidak mengurangi semangat dan
makna dari pembelajaran itu sendiri dan pembelajaran daring

139
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

sebagai solusi yang efektif dalam pembelajaran di rumah


guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19, physical
distancing (menjaga jarak aman) juga menjadi pertimbangan
dipilihnya pembelajaran tersebut. Kerjasama yang baik antara
guru, siswa, orangtua siswa dan pihak sekolah/madrasah
menjadi faktor penentu agar pembelajaran daring lebih efektif.
Rujukan:
[1] J. J. Ramsden, “Covid-19,” Nanotechnology Perceptions. 2020,
doi: 10.4024/N03RA20E.ntp.16.01.
[2] WHO, “COVID-19 COVID-19,” WHO J. covid 19, Reg.
Situational Updat. Africa, 2020.
[3] H. A. Rothan and S. N. Byrareddy, “The epidemiology
and pathogenesis of coronavirus disease (COVID-19)
outbreak,” Journal of Autoimmunity. 2020, doi: 10.1016/j.
jaut.2020.102433.
[4] H. Budiman, “Peran Teknologi Informasi Dan Komunikasi
Dalam Pendidikan,” Al-Tadzkiyyah J. Pendidik. Islam, 2017,
doi: 10.24042/atjpi.v8i1.2095.
[5] H. Hodiyanto, “KEMAMPUAN KOMUNIKASI
MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN MATE-
MATIKA,” AdMathEdu J. Ilm. Pendidik. Mat. Ilmu Mat. dan
Mat. Terap., 2017, doi: 10.12928/admathedu.v7i1.7397.
[6] Munir, Pembelajaran Digital. 2017.
[7] F. Firman and S. Rahayu, “Pembelajaran Online di Tengah
Pandemi Covid-19,” Indones. J. Educ. Sci., 2020, doi:
10.31605/ijes.v2i2.659.
[8] O. Nash, “Problem solving,” in Basic Concepts in Family
Therapy: An Introductory Text, Second Edition, 2014.
[9] D. Brown, “Cooperative learning,” in Delving into Diversity:
An International Exploration of Issues of Diversity in Education,
2013.
[10] U. F. Alan and E. A. Afriansyah, “KEMAMPUAN
PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALY
REPETITION DAN PROBLEM BASED LEARNING,” J.
Pendidik. Mat., 2017, doi: 10.22342/jpm.11.1.3890.67-78.

140
Masa Pandemi Covid-19

[11] K. Gaibulloev, “Terrorist group location decision: An


empirical investigation,” Oxf. Econ. Pap., 2015, doi: 10.1093/
oep/gpu035.
[12] D. O. Cleirigh and J. Greaney, “Mindfulness and Group
Performance: An Exploratory Investigation into the
Effects of Brief Mindfulness Intervention on Group Task
Performance,” Mindfulness (N. Y)., 2015, doi: 10.1007/
s12671-014-0295-1.
[13] A. R. Persada, “PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM
POSING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI
MATEMATIKA SISWA KELAS VII,” Eduma Math. Educ.
Learn. Teach., 2014, doi: 10.24235/eduma.v3i1.2.
[14] S. B. Sheldon and J. L. Epstein, “Involvement Counts:
Family and Community Partnerships and Mathematics
Achievement,” J. Educ. Res., 2005, doi: 10.3200/
JOER.98.4.196-207.
[15] K. A. Harras, “Hakikat dan Proses Membaca,” Hakikat dan
Proses Membaca, 2014.
[16] K. Y. Kholid Yusuf, “PENERAPAN MODEL
DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN HOTS DAN PRESTASI BELAJAR IPA
SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 GARUNG SEMESTER
1 TAHUN PELAJARAN 2017/2018,” SPEKTRA J. Kaji.
Pendidik. Sains, 2018, doi: 10.32699/spektra.v4i1.44.
[17] L. . Anggraini and K. M. Amin Fauzi, “IMPLEMENTATION
OF GROUP INVESTIGATION LEARNING MODEL TO
IMPROVE PROBLEM SOLVING ABILITY IN CLASS VIII
SMP NEGERI 11 MEDAN,” INSPIRATIF J. Pendidik. Mat.,
2017, doi: 10.24114/jpmi.v3i3.8978.
[18] R. Rahmatullah, H. Sahidu, and S. Ayub, “PENGARUH
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP
INVESTIGATION (GI) DENGAN TEKNIK OPEN-
ENDED PROBLEM TERHADAP AKTIVITAS DAN
HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMAN 3 MATARAM,” J.
Pendidik. Fis. dan Teknol., 2017, doi: 10.29303/jpft.v3i2.356.

141
Pembelajaran Lembar Kerja Siswa Berbantuan Geogebra
untuk Memotivasi Siswa dalam Belajar Matematika
Nurmalasari1

Pendahuluan

Perkembangan teknologi yang semakin pesat menuntut


dunia pendidikan untuk selalu menyesuaikan perkembangan
tersebut sebagai usaha untuk meningkatkannya mutu
pendidikan. Adanya tuntutan tersebut menjadikan dunia
pendidikan perlu adanya inovasi dan kreativitas dari
seorang guru dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
mengembangkan sistem pembelajaran yang berbasis teknologi,
berorientasi pada siswa dengan menfasilitasi kebutuhan
siswa. Fakta di SMA Muhammadiyah 3 Batu menunjukan
bahwa kurang optimalnya hasil belajar siswa, sehingga perlu
adanya perkembangan teknologi yang dapat dimanfaatkan
sebagai media dalam proses pembelajaran matematika.
Proses pembelajaraan tidak akan lepas dari yang namanya
tujuan pembelajaran, karena tujuan pembelajaran adalah dasar
arah gerak yang tersusun secara rinci hal hal yang yang harus
dicapai siswa sebagai akhibat dari hasil proses pembelajaran.
Matematika sendiri merupakan salah satu pelajaran
wajib yang sampai saat ini menjadi mata pelajaran yang
dianggap sulit oleh sebagian siswa. Anggapan tersebut yang
menyebabkan siswa takut sekaligus malas mempelajariya,
sehingga siswa merasa tidak termotivasi dalam pembelajaran
di kelas dan akibatnya siswa tidak memahami materi. Fakta
yang diperoleh pada pengalaman program magang 2 di SMA
1
Nurmalasari, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas
Muhammadiyah Malang

142
Masa Pandemi Covid-19

Muhammadiyah 3 Batu juga menunjukan bahwa di mana


pembelajaran masih terkesan menggunakan sistem guru
center, artinya peran guru masih menjadi pusat dan siswa-
siswanya terkesan menggantungkan semua kepada guru,
tanpa ada kemandirian dalam pembelajaran. Hal yang paling
terlihat sewaktu saya observasi dan pratik mengajar adalah
kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
dikelas, karena sudah terbiasanya guru di sekolah tersebut
menggunakan metode guru menjadi center. Akibatnya,
terjadi tidak terwujudnya tujuan dari pembelajaran yang
kami terapkan, siswa-siwa masih susah untuk diajak mandiri,
mencari dan bergantung dengan kami.
Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,keaktifan
belajar hingga memberikan arah kegiatan proses pembelajar
hingga tujuan dari pembelajaran tercapai [2]. Sehingga
motivasi belajar siswa mempengaruhi berlangsungnya
proses belajar, jika siswa motivasinya rendah maka proses
pembelajaran berlangsung tidak maksimal, begitupun
sebaliknya. Akibatnya akan membawa dampak pada prestasi
siswa, karena salah satu faktor yang mempengarhui prestasi
siswa adalah motivasi siswa, dengan adanya motivasi siswa
akan belajar lebih keras, ulet, tekun dan memiliki konsentrasi
penuh dalam pembelajaran berlangsung.
Usaha yang dilakukan untuk memotivasi siswa
dalam pembelajar matematika adalah guru harus dapat
merancang dan mengembangkan strategi atau metode dalam
pembelajaran. Usaha guru dalam mengatur dan menggunakan
berbagai variabel pengajaran adalah hal penting dalam
menentukan keberhasilan siswa untuk mencapai tujuan
yang direncanakan. Tujuan pembelajaran akan tercapai jika
guru sudah memahami setiap SI dan SKL mata pelajaran
matematika serta penggunaan strategi dan metode yang
sesuai dengan kondisi siswa. Oleh karena itu strategi dan

143
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

metode yang sesuai dengan kondisi siswa di sekolah SMA


Muhammadiyah 3 Batu sangat diperlukan untuk mengatasi
masalah yang ada, agar proses pembelajaran berjalan sesuai
yang pada tujuan pembelajaran.
Media yang mendukung kegiatan belajar dapat
memotivasi siswa dalam memahami materi, sehingga
tujuan dalam pembalajaran tercapai [4]. Salah satu media
pembelajaran yang mampu membantu tugas guru dalam
menanamkan konsep yaitu Software GeoGebra. Geogebra
adalah sebuah software sistem geometri dinamis sehingga
dapat mengkonstruksikan titik, vektor, ruasgaris, garis, irisan
kerucut, bahkan fungsi dan mengubahnya secara dinamis.
Software GeoGebra sebagai sebuah aplikasi online yang dapat
diakses secara bebas untuk belajar geometri, aljabar, dan
kalkulus pada tingkat pembelajaran dan kelas yang berbeda.
GeoGebra dirancang untuk memenuhi kaidah-kaidah
pembelajaran matematika yang berkualitas dan melalui
geogebra diharapkan pembelajaran berlangsung interaktif
dan dapat menimbulkan motivasi belajar pada siswa.Sehingga
untuk menerapkan geogebra perlu dikembangkan perangkat
pembelajaran matematika yang berupa Lembar Kerja Siswa
(LKS).
LKS adalah salah satu alat bantu pengajar yang
dimaksudkan untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar
dan memudahkan memberikan pemahaman konsep-konsep
pembelajaran, LKS tersebut berisi sejumlah pertanyaan dan
beberapa persiapan serta kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa dengan LKS siswa dapat mengembangkan keterampilan
proses yang diharapkan mampu membangun sendiri struktur
pengetahuannya dari data-data yang diperoleh melalui
pengalam dalam mengamati.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ingin mempaparkan
perangkat pembelajaran yang berupa LKS berbantuan
GeoGebra untuk memotivasi siswa dalam belajar matematika.

144
Masa Pandemi Covid-19

Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus di SMA
Muhammadiyah 3 Batu, yang mempunyai masalah dalam
motivasi belajar siswa dalam pembelajaran. Hal ini penulis
lihat dari kegiatan magang 2 disekolah tersebut. Penelitian ini
termasuk penelitian kualitatif, di mana penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang manggambarkan menyeluruh
dari fenomena yang terjadi melalui adanya instruman [7].
Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat motivasi siswa
menggunakan pengembangan lks berbantuan geogebra dalam
materi sistem pertidaksamaan linier dua variabel. Populasi
dalam sebuah penelitian merupakan wilayah atau tempat
yang ingin ditelitih oleh peneliti. Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri dari obyek/ subyek yang memiliki
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan [7]. Sampel
atau sasaran pada penelitian ini adalah Siswa Kelas X SMA
Muhammadiyah 3 Batu.
Tabel 1: Tahapan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan di antaranyanya

Tahapan Kegiatan Pelaksanan


Pembacaan Lapangan
Magang 2
Pertama Membaca Literatur
Januari
Merumuskan Masalah
Menyusun Angket
Kedua Validasi Angket Januari
Mengumpulkan data
Menganalisis Hasil
Ketiga Januari
Menyimpulkan hasil

Cara untuk pengumpulan data dalam penelitian ini


dilakukan dengan observasi secara langsung, dokumen
sekolah (RPP) dan angket. Observasi adalah mengumpulkan
data atau keterangan yang harus dilakukan oleh peneliti
dengan melakukan usaha-usaha pengamatan secara langsung
ke tempat yang akan diteliti [7]. Angket merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan
kumpulan pertanyaan/ pernyataan tertulis pada responden

145
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

untuk dijawab. Angket dapat berupa pertanyaan terbuka atau


tertutup. Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah
angket tertutup. Angket tertutup merupakan kumpulan
pertanyaan dengan jawaban yang sudah disediakan sehingga
responde tinggal memilih [7]. Sedangkan RPP digunakan
untuk menelaah pembelajaran yang guru lakukan mulai dari
metode dan pendekatan sampai penilaian.
Pada sebuah penelitian diperlukan adanya alat ukur yang
dinamakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah
suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati [7]Instrumen yang
digunakan untuk memperoleh data mengenai motivasi belajar
siswa adalah berupa angket. Angket yang digunakan adalah
berupa pertanyaan dalam bentuk pilihan yang meminta
responden untuk memilih satu jawaban. Untuk alternatif
jawaban dalam sebuah angket ini ditetapkan skor yang
diberikan untuk masing-masing pilihan dengan berdasarkan
skala likert.
Dengan demikian dalam penelitian ini responden dapat
memilih jawaban dari pertanyaan dengan ada 5 kategori di
antaranyanya selalu (SL), sering (S), kadang-kadang (KK),
pernah (P), dan tidak pernah (TP). Dari kategori tersebut
memiliki bobot skor dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 2. Bobot Skor
Pertanyaan Skor
Selalu 5
Sering 4
Kadang-kadang 3
Pernah 2
Tidak Pernah 1

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini


adalah teknik analisis data kuantitatif. Tahapan teknis analisis
ini antaranya: (1) pengumpulan data ,(2) Reduksi Data , (3)
Penyajian Data dan (4) Penarikan Kesimpulan. Sedangkan
Untuk menyimpulkan penelitian ini, penulis mendeskripsikan

146
Masa Pandemi Covid-19

data hasil dari angket dan observasi ketika pembelajaran


dikelas, adanya uji kelayakan terhadap pengembangan lks
yang telah dibuat, serta dokumen dari sekolah yang berupa
RPP.
Tabel 3. Kriteria kelayakan media

No Skor dalam persen (%) Kategori Kelayakan


1 Sangat Tidak Layak
2 Tidak Layak
3 Cukup Layak
4 Layak
5 Sangat Layak

Data dari Penelitian ini diperoleh hasil pengisian


seperangkat instrumen berupa lembar angket untuk siswa
dan lembar validasi media untuk guru. Pemberian lembar
instrumen ini berlangsung secara online yaitu melalui google
form, yang sebelum pemberian atau pengisian instrumen,
guru dan siswa terlebih dahulu dijelaskan maksud dari
peneliti serta menerima penjelasan melalui video. Hasil dari
uji validasi yang dilakukan oleh guru matematika di SMA
Muhammadiyah 3 Batu, menghasilkan sebagaimana Tabel 4
Dari tabel 4 menunjukan bahwa dari aspek isi yang
disajikan mendapatkan point sebanyak 17 point, dari
aspek bahasa mendpatkan poin 15, serta dari aspek media
mendapatkan 11 poin. Sehingga apabila ditotal secara
keseluruan total dari semua aspek adalah 43 poin dengan skor
maksimum 52 poin. Adapun total presentasi dari keseluruhan
aspek yang diperoleh yaitu: 82%. Berdasarkan tabel 3 tentang
kriteria kelayakan media, dapat disumpulkan bahwa media
lks berbatuan geogebra dikategorikan sangat layak untuk
digunakan.

147
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Tabel 4.Hasil Uji Kelayakan Media

Aspek Total
Isi yang disajikan 17
Bahasa 15
Media 11
Total 43
Skor Maksimum 52
Hasil (%) 82,69230769

Menurut hasil observasi kepada guru SMA Muhammadiyah


3 Batu, penggunaan media memang diperlukan untuk siswa
di sekolah tersebut yang cenderung pasif dan memerlukan
suatu media untuk bisa membuat mereka tertarik perhatian
pada saat pembelajaran berlangsung.
Sedangkan dari hasil angket tentang Motivasi belajar siswa.
Populasi yang diambil adalah kelas X SMA Muhammadiyah
3 Batu yang dipilih sebagai sampel 2 siswa kelompok tinggi,
2 siswa kelompok sedang dan 2 siswa kelompok rendah.
Pembagian beberapa kelompok tersebut didapatkan dari hasil
nilai siswa yang sudah dikelompokan oleh guru.

Gambar 1: Motivaasi Belajar Siswa

Dari tabel dan grafik di atas, diperoleh hasil Gambar.1


Tentang kriteria pengelompokan motivasi belajar, hasil
penelitiaan tingkat motivasi memperoleh kategori tinggi
dengan nilai . Hasil ini menyimpulkan bahwa ke-
enam siswa yang berasal dari kelas tinggi, sedang dan sedang
setelah di uji melalui angket motivasi, semua siswa dalam

148
Masa Pandemi Covid-19

beberapa kelas itu memiliki motivasi yang tinggi. Hal ini


berarti juga media LKS berbantuan aplikasi Geogebra ini bisa
memotivasi belajar siswa dengan kategori tinggi baik siswa
kelompok tinggi, sedang dan kecil.
Penutup
Pengembangan LKS berbantuan Geogebra pada materi
pertidaksamaan linier dua variabel berdasarkan angket
mendapatkan kategori dapat memotivasi dengan tingkat
tinggi serta memiliki nilai , dengan masing-
masing siswa memiliki poin lebih besar dari pada jumlah nilai
rata-rata semua dan standart deviasi. Sedangkan hasil validasi
oleg guru SMA Muhammadiyah 3 Batu mendapatkan 82%
dengan predikat sangat layak untuk digunakan pada sekolah
tersebut.
Rujukan
[1] D. Isi, A. H. Belajar, B. H. Pembelajaran, S. Pembelajaran,
and C. L. P. P. Pembelajaran, “Kata Pengantar,” pp. 1–212.
[2] Sardiman A.M (2011: 92-95), “Mengungkapkan Ada
Beberapa Bentuk Dan Cara Untuk Menumbuhkan Motivasi
Dalam Kegiatan Belajar Di Sekolah,” pp. 9–32, 2015.
[3] B. Siswa, K. X. Sma, and N. Piyungan, “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Motivasi Pada Mata Pelajaran Ekonomi
Tahun Ajaran,” Skripsi, 2016.
[4] Intisari, “Persepsi Siswa Terhadap Mata Pelajaran
Matematika,” J. Pendidik. Pascasarj. Magister PAI, vol. 1, no.
1, pp. 62–71, 2017.
[5] L. Akhir, J. P. Matematika, F. Matematika, D. A. N. Ilmu,
P. Alam, and U. P. Ganesha, “PROGRAM P2M DlPA
UNDIKSHA Pelatihan Pemanfaatan Software Geogebra
untuk Menunjang Pencapaian Standar Kompetensi
Guru Matematika SMP di Kecamatan Abang Kabupaten
Karangasem Oleh,” 2013.
[6] V. Gustikasari, P. Sejarah, and D. Kota, “Vanny Gustikasari,
2013 Hubungan Penggunaan LKS (Lembar Kerja Siswa)
Dengan Hasil Belajar Siswa Sma Pada Mata Pelajaran

149
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Sejarah Di Kota Cimahi Universitas Pendidikan Indonesia


| repository.upi.edu,” pp. 1–11, 2013.
[7] B. A. B. Iii, “11520066_Bab_3,” pp. 38–50, 2013.
[8] M. M. Dr. Juliansyah Noor, S.E., “Metodologi Peneletian,”
p. 108, 2012.

150
Pembelajaran Pemecahan Masalah dalam Masa Pandemi
Pangestu Titan Prayudho1

Pengantar
Covid-19 atau virus corona merupakan virus yang
melanda belahan dunia. WHO mengatakan wabah ini sebagai
pandemik. Virus Covid-19 saat ini telah ditetapkan oleh World
Health Organization (WHO) sebagai pandemi sejak tanggal
11 Maret 2020 . Banyak bidang yang mengalami ketimpangan
akibat wabah ini, salah satu adalah di bidang pendidikan.
Mengantisipasi penyebaran virus tersebut, banyak upaya
yang dilakukan oleh pemerintah, seperti pemberlakuan
PSBB , social distancing yang mewajibkan beberapa instansi
pendidikan ditutup. [1] Masalah tersebut bukan perihal yang
mudah, mengingat peran guru dan orang tua menjadi sangat
penting dikala pembelajaran daring ini. Coronavirus Diseases
2019 (COVID-19) merupakan penyakit jenis baru. Penyakit ini
belum pernah terdeteksi pada manusia. Adapun tanda dan
gelaja umum infeksi COVID-19, munculnya gejala gangguan
pernapasan akut seperti demam, batuk, dan sesak napas. Masa
inkubasi rata-rata 5- 6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14
hari. .[3] Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan
sebagai kedaruratan kepada masyarakat tentang kesehatan
yang meresahkan dunia. Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia
melaporkan kasus konfirmasi COVID-19 sebanyak 2 kasus.
[2] Sampai dengan tanggal 16 Maret 2020 ada 10 orang yang
dinyatakan positif corona. [4] Berdasarkan data terbaru, kasus
covid-19 per tanggal 17 Oktober 2020 hampir melampaui
China.
1
Pangestu Titan Prayudho, Program Studi Pendidikan Matematika Universitas
Muhammadiyah Malang

151
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Adapun putusan pemerintah terkait Keputusan Presiden


Nomor 11 Tahun 2020 yang isinya tentang Penetapan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat. Kasus covid-19 dipandang
sebagai kedaruratan kesehatan pada masyarakat. Sebagai
bentuk penanggulangan, adapun rangka penanggulangan
atau cara yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu dengan
cara melakukan karantina kesehatan sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan.
Penyelenggaran karantina merupakan tanggung jawab penuh
penerintah pusat dan pemerintah daerah. Penyelenggara
karantina merupakan suatu bentuk upaya untuk memutus
rantai penularan Covid-19. [5] Salah satu bentuk pencegahan
penularan adalah dengan melakukan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) di berbagai daerah, terutama pada kota-
kota yang menunjukkan kasus positif Covid-19 yang tinggi.
Angka kematian yang terus bertambah menjadikan keputusan
menerapkan PSBB merupakan keputusan yang sangat tepat.
Adanya keputusan PSBB ini merupakan keputusan
yang sangat tepat. Banyak instansi-instansi lain yang juga
memilih jalan lain untuk memutus penyebaran covid-19.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim
memutuskan untuk melakukan kegiatan belajar mengajar
melalui daring. [6] Berdasarkan data dari Kemendikbud
Tahun 2020 bahwa banyaknya siswa yang terdampak covid
19 Sehingga mengharuskan mereka belajar di rumah yaitu
sebanyak, Sekolah Dasar dan Sederajat sebanyak: 28, 6 Juta,
Sekolah Menengah Pertama dan Sederajat sebanyak: 13, 1 Juta,
Sekolah Menengah Atas dan Sederajat sebanyak: 11,3 Juta, dan
Pendidikan Tinggi sebanyak: 6,3 Juta (Kemendikbud, 2020).
Upaya mencegah penyebaran semakin meluas mendapat
respon cepat dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
dengan mengeluarkan Surat Edaran No 3 tahun 2020. Surat
Edaran Sekjen Kemendikbud No 36603/A.A5/OT/2020 pada
15 Maret 2020.

152
Masa Pandemi Covid-19

Pada saat masa pandemi covid-19 ini, terdapat banyak


dampak yang sangat besar bagi perkembangan kehidupan
manusia. Semua aspek kehidupan sangat terpengaruh dengan
adanya wabah ini. Terutama pada bidang Pendidikan. Bidang
Pendidikan merupakan salah satu yang merasakan dampak
yang besar. Kegiatan belajar mengajar yang semula dilakukan
di dalam kelas yang selama ini biasa dilaksanakan dengan
kondisi normal, harus mengalami perubahan seiring dengan
adanya kebijakan pemerintah untuk bekerja, belajar, dan
beribadah di rumah. Kegiatan yang dilakukan dengan belajar
dari rumah, artinya menuntut para guru untuk memastikan
kegiatan belajar mengajar tetap berjalan. Meskipun banyak
kendala, guru harus memastikan peserta didik belajar dari
rumah masing-masing dengan pembelajaran yang menarik.
guru pastinya juga dituntut untuk melakukan berbagai
macam inovasi dengan memanfaatkan media pembelajaran.
Terkait dengan adanya kondisi pandemi Covid-19 ini, terdapat
perubahan dalam pemanfaatan media. Media menjadi salah
satu kunci utama kesuksesan belajar di rumah masing-
masing. Dalam hal ini, pemanfaatan media pembelajaran
harus bertransformasi sehingga dapat beradaptasi dengan
kondisi pandemi Covid-19 untuk tetap terlaksananya proses
pembelajaran walaupun siswa belajar berada di rumah.
Kegiatan pembelajaran diharuskan dilaksanakan secara
daring baik dari jenjang manapun. Keputusan ini diambil
berdasarkan pemikiran yang matang. Pembelajaran akan
dilakukan secara daring dengan menggunakan aplikasi yang
sudah ada. Pembelajaran secara daring ini akan dimodifikasi
oleh guru mata pelajaran masing-masing. Salah satu yang
menjadi fokus utama dalam tulisan ini adalah pembelajaran
matematika. [7] Matematika dapat melatih kemampuan
berpikir tingkat tinggi dalam menyelesaikan masalah.
Matematika pada dasarnya diajarkan untuk bertujuan
membantu melatih pola pikir siswa agar dapat memecahkan
masalah dengan kreatif, kritis, logis dan tepat. Oleh karena itu,

153
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

matematika sangat penting dan dipelajari pada tiap jenjang


pendidikan.
[8] Adapun beberapa hal terpenting bagi siswa untuk bekal
pengetahuannya yaitu memiliki tujuan untuk membentuk
sikap dan pola pikirnya yakni matematika yang seperti yang
dipelajari melalui pendidikan formal. Pemecahan masalah
(Problem Solving) mendapat perhatian khusus di pengembangan
Kurikulum 2013 di Indonesia. Meskipun dalam masa pandemi
pembelajaran sedikit mengalami perubahan, pembelajaran
pemecahan masalah tetap ada. Namun ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pembelajaran pemecahan masalah
dalam masa pandemi ini. Guru dan orang tua memiliki peran
penting dalam tercapainya pembelajaran pemecahan masalah
ini. Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan dibahas langkah
apa saja yang pantas untuk digunakan dalam pembelajaran
pemecahan masalah dalam pembelajaran daring saat ini.
Pembahasan
Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring telah ditetapkan oleh Menteri


Pendidikan dan Kebudayaan setelah covid-19 sudah memasuki
dan menyerang warga Indonesia. Demi kenyamanan dan
keselamatan semua orang terutama kepada siswa dan
mahasiswa. [9] Salah satu kebijakan melalui surat edaran
tersebut adalah belajar dari rumah melalui pembelajaran
daring/jarak jauh. Kebijakan ini diharapkan pemerintah bisa
mengurangi mobilitas pelajar dan mahasiswa, sehingga dapat
menekan penyebaran Covid-19. Dengan adanya kebijakan
belajar dari rumah, guru mempunyai beberapa cara dalam
menyampaikan materi dan memberi tugas yaitu dengan
melalui aplikasi belajar online dan media pembelajaran.
Media pembelajaran yang bisa digunakan peserta didik untuk
belajar di rumah salah satunya yaitu video pembelajaran.
Video pembelajaran adalah salah satu contoh dari media
audio-visual yang terdapat urutan gambar diam, suara dan

154
Masa Pandemi Covid-19

berisi materi yang akan disampaikan saat pembelajaran.


Selain itu, penggunaan media yang lain juga diperlukan oleh
guru. Kreativitas guru akan diuji ketika mampu menyediakan
media pembelajaran yang menarik.
Selain itu, pembelajaran daring juga menuntut kemandirian
siswa. Kemandirian belajar (Self Regulated Learning) dibutuhkan
oleh siswa untuk membangun konsep dan prinsip pelajaran
yang dipelajarinya. Kemandirian belajar merupakan suatu
kesadaran diri untuk belajar dengan cara tidak bergantung
kepada orang lain dan merasa bertanggung jawab dalam
mencapai sesuatu tujuan yang diinginkan [10]. Kemandirian
belajar merupakan salah satu faktor penting dalam suatu
pembelajaran. [11] Pada saat proses pembelajaran, aspek
kemandirian kurang diberikan penekanan yang dapat
mengindikasi bahwa kemandirian belajar belum dianggap
penting terutama dalam hal memengaruhi terhadap hasil
belajar siswa. Padahal terdapat kecenderungan di mana
semakin tinggi tingkat pendidikan, maka kemandirian belajar
yang dituntut semakin tinggi. Oleh karena itu, penekanan
pada kemandirian belajar dapat dilatih sejak dini.
Pemecahan Masalah

Dalam dunia pendidikan, kemampuan siswa diasah


melalui masalah. Hal ini dilakukan agar siswa mampu
meningkatkan berbagai kompetensi yang dimilikinya.
[12] Dahar yang menyatakan bahwa kemampuan untuk
memecahkan masalah pada dasarnya merupakan tujuan utama
proses pendidikan. [13] Jika dilihat dari aspek kurikulum yang
ada , kemampuan pemecahan masalah menjadi salah satu
tujuan dan hal terpenting dalam pembelajaran matematika
di sekolah. Hal ini dapat melatih cara berpikir dan bernalar
dalam menarik kesimpulan, mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah, serta mengembangkan kemampuan
menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-
ide melalui lisan, tulisan, gambar, grafik, peta, diagram, dan

155
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

sebagainya . Sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika


yang terdapat dalam KTSP (dalam Depdiknas 2006), peserta
didik harus memiliki kemampuan memecahkan masalah
yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
[14] Kemampuan pemecahan masalah sangat penting
dimiliki oleh setiap siswa. Hal ini dikarenakan pemecahan
masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika,
pemecahan masalah yang meliputi metode, prosedur dan
strategi yang merupakan proses inti dan utama dalam
kurikulum matematika, dan pemecahan masalah merupakan
kemampuan dasar dalam belajar matematika. Kemampuan
dasar ini yang kemudian akan membantu siswa memiliki
pemikiran yang kreatif, kritis, dan memiliki sikap yang
mandiri. [15] Ruseffendi mengatakan bahwa kemampuan
pemecahan masalah sangat penting dalam matematika. Hal
ini bukan saja penting bagi mereka yang dikemudian hari akan
mendalami atau mempelajari matematika, melainkan juga
bagi mereka yang akan menerapkannya dalam bidang studi
lain dan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan seseorang
dalam pemecahan masalah akan dinilai ketika dalam dunia
pekerjaan. Oleh karena itu, penting mengembangkan nalar
tentang pemecahan masalah pada siswa dalam pembelajaran
matematika. Pemecahan masalah akan membantu membuka
jalan pemikiran kreatif siswa ketika sedang menyelesaikan
tugas secara individu maupun secara berkelompok. Memiliki
pemikiran kreatif dan inovatif akan dimiliki seorang siswa
apabila dalam pembelajaran pemecahan masalah dilakukan
dengan sungguh-sungguh.
Pembelajaran Pemecahan Masalah di Masa Pandemi

Kebijakan belajar dari rumah telah mengubah pola belajar


siswa. Hal ini tentu memiliki dampak positif dan dampak
negative. [16] Husamah menyebutkan bahwa secara umum,

156
Masa Pandemi Covid-19

pembelajaran tatap muka memiliki berbagai kelebihan


terhadap guru dan siswa, antara lain: 1. Disiplin formal yang
diterapkan pada pembelajaran tatap muka dapat membentuk
disiplin mental; 2. Memudahkan pemberian penguatan
(reinforcement) dengan segera; 3. Memudahkan proses
penilaian oleh pengajar; 4. Menjadi wahana belajar berinteraksi
terhadap siswa. Adapun kelebihan lainnya yaitu kemampuan
sosialisasi antara guru/siswa, maupun antar sesama teman.
Tidak hanya itu saja, guru dapat mengamati secara langsung
sikap dan tingkah laku siswa pada saat menerima materi dari
guru.
Walaupun terdapat berbagai banyak kelebihan, namun
adanya pandemic covid-19 ini memaksa semua guru
melakukan pembelajaran secara daring. Pembelajaran
daring ini sendiri membutuhkan kreativitas dan inovasi
dari para guru, sehingga pembinaan, transfer pengetahuan
dan keterampilan dapat berjalan dengan baik. Semua guru
harus menguasai IT agar mampu menjalin komunikasi
dengan para siswanya. Pembelajaran melalui daring juga
perlu membutuhkan pengetahuan tentang penggunaan
komunikasi melalui jaringan internet. Dengan munculnya
pandemik COVID-19 kegiatan belajar mengajar yang semula
dilaksanakan di sekolah kini menjadi belajar di rumah melalui
daring. Pembelajaran daring dilakukan dengan disesuaikan
kemampuan masing-maisng sekolah. Belajar daring (online)
dapat menggunakan teknologi digital seperti google
classroom, rumah belajar, zoom, video converence, telepon
atau live chat dan lainnya. Namun yang pasti harus dilakukan
adalah pemberian tugas melalui pemantauan pendampingan
oleh guru melalui whatsapp grup. Hal ini dilakukan agar
guru dapat memantau siswa dalam mengerjakan tugas
yang diberikan sehingga siswa betul-betul dapat dikatakan
sedang belajar. Kemudian guru-guru juga bekerja dari
rumah dengan berkoordinasi dengan orang tua. [17] Hal ini
biasanya dilakukan dengan cara melalui video call maupun

157
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

foto kegiatan belajar anak dirumah untuk memastikan adanya


interaksi antara guru dengan orang tua.
[18] Syarifudin mengatakan bahwa pembelajaaran
daring dapat dijadikan solusi pembelajaran jarak jauh ketika
terjadi bencana alam. Seperti yang terjadi ketika pemerintah
menetapkan kebijakan social distancing sejak wabah covid-19
masuk ke Indonesia. Social distancing diterapkan oleh
pemerintah guna membatasi interaksi antar manusia dan
menghindarkan masyarakat dari kerumunan. Hal ini dilakukan
agar terhindar dari penyebaran virus covid-19. Kebijakan ini
menjadikan kegiatan belajar mengajar dalam konteks tatap
muka diberhentikan sementara. Pemerintah memberikan
solusi dengan cara mengganti pembelajaran dengan sistem
pembelajaran daring melalui aplikasi pembelajaran daring.
Dengan adanya kebijakan ini, dapat menjadikan pembelajaran
daring yang sebelumnya sudah ada namun hanya beberapa
yang menggunakannya dengan tidak maksimal diterapkan
menjadi satu-satunya pilihan bentuk pembelajaran.
Penggunaan media aplikasi daring dapat digunakan
menjadi salah satu alat dalam pembelajaran daring sementara
ini. Dengan adanya aplikasi ini, guru dapat tetap melakukan
kegiatan belajar mengajarnya. Dalam pengajaran matematika,
guru dituntut untuk menyediakan media pembelajaran daring
yang lebih menarik, terutama dalam pembelajaran pemecahan
masalah. Dalam pembelajaran luring, guru akan lebih
mudah mengidektifikasi siswa dalam memecahkan masalah
ketika proses pembelajaran. Namun karena kondisi yang
tidak memungkinkan, guru diharuskan tetap mengetahui
bahwa siswa mampu menyelesaikan masalah dengan cara
mempersiapkan pembelajaran dengan sebaik-baiknya.
Metode menyelesaikan masalah ini dapat mengajarkan
penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan
pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar [19].
Pembelajar dapat diberikan soal lalu diminta untuk mencari

158
Masa Pandemi Covid-19

penyelesaiannya. Metode ini melatih pembelajar untuk


berpikir kritis, mandiri dan kreatif.
Kemampuan berpikir kritis,mandiri, serta kreatif siswa
akan mendorong rasa percaya diri dalam mengungkapkan
pendapatnya. Pemecahan masalah dapat menjadi wadah
belajar berpikir kritis siswa dalam masa pandemi. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara selalu mengawasi cara belajar siswa.
Peran orang tua dalam ikut serta pembelajaran pemecahan
masalah ini sangat diperlukan. Guru akan meminta orang
tua untuk melaporkan kegiatan siswa selama pembelajaran
pemecahan masalah ketika sedang berada di rumah. Hasil
laporan tersebut kemudian akan direview oleh guru terkait
pencapaian siswa dalam pembelajaran pemecahan masalah
tersebut.
Selain memperhatikan penggunaan media dan peran
orang tua siswa,guru juga perlu meninjau kesiapan siswa
sebelum memulai pembelajarn berbasis pemecahan masalah.
Hal ini dilakukan agar siswa dapat menyiapkan dirinya
terlebih dahulu. Perlu diperhatikan juga bagi para guru, bahwa
pembelajaran daring dan luring sangat berbeda jauh. Meninjau
kesiapan siswa dapat dilakukan beberapa hari sebelum
pembelajaran dimulai. Apabila semua aspek terpenuhi,
pembelajaran akan berjalan dengan baik dan mencapai tujuan
kompetensi pembelajaran yang sudah ditentukan oleh guru.
Penutup
Pandemi covid-19 telah melanda berbagai negara di
belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Adanya pandemi ini
menjadikan situasi yang semula normal menjadi terstruktur
demi menjaga tertularnya virus. Adapun kebijakan pemerintah
tentang penerapan pembelajaran daring. Hal ini dilakukan
guna memutus penyebaran virus dilingkungan sekolah.
Adanya kebijakan pembelajaran di rumah ini diterapkan
setelah WHO menyatakan secara resmi bahwa virus covid-19
dinyatakan sebagai wabah virus yang berbahaya.

159
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Pembelajaran pemecahan masalah diciptakan guru


guna meningkatkan kreativitas, keaktifan, dan kemandirian
siswa terutama pada masa pandemi. Pembelajaran berbasis
pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika sangat
penting diterapkan, terutama dalam masa pandemi seperti
ini. Namun karena pembelajaran daring dan luring sangat
berbeda, guru harus memperhatikan beberapa hal sebelum
memulai kegiatan belajar mengajar antara lain mencari tahu
kesiapan siswa, menyiapkan media yang tepat atau sesuai,
dan menjalin komunikasi dengan orang tua siswa. Selain itu,
pentingnya pembelajaran pemecahan masalah yakni dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Memiliki
pemikiran yang kritis dan kreatif dapat dimanfaatkan pada saat
di dunia pekerjaan. Oleh karena itu, pembelajaran pemecahan
masalah sangat penting diterapkan dalam pembelajaran
matematika.
Rujukan
[1] https://tirto.id/pandemi-covid-19-menunjukkan-
ketimpangan-pendidikan-di-indonesia-f34d
[2] Yurianto, Ahmad, Bambang Wibowo, K. P. (2020).
PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19) (M. I. Listiana
[3] https://www.edukatif.org/index.php/edukatif/article/
view/89/pdf [4] B. Yanti, H. Priyanto, and T.
Zulfikar, “Sosialisasi Waspada Infeksi Corona Viru Pada
Lansia di Panti Jompo Rumoh Seujahtra,” vol. 3, pp. 67–72,
2020.
[4] https://tekno.tempo.co/read/1363303/peta-penularan-
covid-19-dunia-jumlah-kasus-indonesia-dekati-cina
[5] https://www.kompas.com/tren/
read/2020/04/06/104600665/bagaimana-kriteria-
penetapan-psbb-untuk-suatu-daerah-?page=all
[6] Kemendikbud. (2020). Dampak Covid-19 Bagi Pendidikan.
Jakarta: Kemendikbud

160
Masa Pandemi Covid-19

[7] Ulfa, M. (2019). Strategi Preview, Question, Read,


Reflect, Recite, Review (PQ4R) pada Pemahaman
Konsep Matematika. Mathema JournalPendidikan
Matematika.1(1), 48-55
[8] Suherman, E. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika
Kotemporer. JICA-IMSTEP Universitas Pendidikan Indonesia.
[9] https://jurnal.uhn.ac.id/index.php/sepren/article/
view/364
[10] Hamka, D. & Vilmala, B.K. (2019). Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Blended Learning Melalui Aplikasi Google
Classroom Untuk Peningkatan Kemandirian Belajar
Mahasiswa. Journal of Education Informatic Technology
and Science (JeITS), 1(2), 145-154.
[11] Ranti, M.G, et.al. (2017). Pengaruh Kemandirian Belajar (Self
Regulated Learning) terhadap Hasil Belajar Mahasiswa
pada Mata Kuliah Struktur Aljabar. Math Didactic: Jurnal
Pendidikan Matematika, 3(1), 75-83
[12] Dahar, R. W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Erlangga.
[13] Depdiknas. (2006). Kurikulum Standar Kompetensi
Matematika Sekolah Menengah Atas dan Madrasah aliyah.
Jakarta: Depdiknas.
[14] Branca, N.A. (1980). Problem Solving as Goal, Process and
Basic Skills. in S Krulik and R.E. Reys (Eds). Problem
Solving in School Mathematics. Washington DC: NCTM.
[15 ] Ruseffendi, E.T. (1991). Pengajaran Matematika Modern
dan Masa Kini. Tarsito: Bandung
[16] Husamah. (2015). Pembelajaran Bauran (Blended Learning).
Jakarta: PrestasiPustaka
[17] Dewi, W. A. F. (2020). Dampak COVID-19 terhadap
Implementasi Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar.
EDUKATIF: JURNAL ILMU PENDIDIKAN, 2(1), 55-61.
[18] Syarifudin, A. S. (2020). Impelementasi Pembelajaran Daring
Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Sebagai Dampak
Diterapkannya Social Distancing. Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Metalingua, 5(1), 31-34.
[19] Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. PT. Grasindo.

161
Ketermuatan TPACK dan Permasalahan HOTS melalui
Polysynchronous Learning Berbantuan LMS Canvas
Siti Khoiruli Ummah1

Pengantar
Wabah Virus COVID-19 mulai melanda Negara Indonesia
pada Bulan Februari Tahun 2020. Kondisi pandemi akibat
wabah virus tersebut mengakibatkan kondisi kesehatan,
perekonomian, pendidikan, dan sector lainnya menjadi
terganggu [1]–[3]. Negara Indonesia membentuk Satgas
COVID-19 untuk menganalisis secara statistik pengembangan
pasien terpapar virus. Data sebaran COVID-19 Bulan
Desember Tahun 2020 dari www.covid19.go.id menyatakan
bahwa masyarakat yang terinfeksi positif virus COVID-19
sebanyak 611631 dan korban meninggal akibat virus ini
sebanyak 18553 jiwa. Kota Malang mengalami peningkatan
dalam kurun waktu lima hari di Bulan Desember [4]. Data
yang diperoleh dari www.malangkota.go.id menunjukkan
bahwa Tanggal 5 Desember 2020 masyarakat yang positif
terpapar virus COVID-19 sebanyak 5 orang namun pada
Tanggal 12 Desember 2020 mengalami kenaikan sebanyak
108 jiwa [5]. Hal ini mengakibatkan Pemerintah Kota Malang
yang awalnya mengagendakan kegiatan luring di sektor
pendidikan menjadi tertunda. Universitas Muhammadiyah
Malang (UMM) pada Bulan November 2020 mengeluarkan
edaran tentang perkuliahan onsite bertahap dan terbatas di
mana setelah UTS, dosen wajib melaksanakan perkuliahan
daring di ruang kelas masing-masing sesuai jadwal. Namun,
kondisi meningkatnya wabah COVID-19 di Kota Malang
1
Siti Khoiruli Ummah, Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Universitas
Muhammadiyah Malang

162
Masa Pandemi Covid-19

mengakibatkan UMM menerapkan kembali work from home


(WFH) bagi dosen yang mengalami gangguan kesehatan.
UMM telah menerapkan blended learning di mana
perkuliahan dilaksanakan secara daring dan luring
berdasarkan Surat Keputusan Rektor Nomor 1 Tahun
2019 tentang Blended Learning. Penerapan blended learning
menggunakan platform Canvas Instructure yang telah
dikembangkan sehingga berdomain di umm.ac.id. Tahun
2020, dengan adanya kondisi pandemi, UMM membentuk
Tim Instruktur Polysynchronous Learning untuk menerapkan
pembelajaran daring menggunakan Learning Management
System (LMS) berbasis Canvas Instructure yaitu www.elmu.
umm.ac.id. Polysynchronous Learning yang dikembangkan
dari blended learning merupakan inovasi pembelajaran
online yang merupakan perpaduan antara synchronous dan
asynchronous learning [6]–[8]. Pembelajaran online sebelumnya
menggunakan platform Rain Classroom, www.ketangpai.
com, classroom.google.com, kahoot.com, www.icourse163.org,
Youtube, Zoom Meeting, Google Meet, RemedialTutor [9],
[10]. Desain LMS berbasis Canvas Instructure yang di UMM
berbeda dengan platform pembelajaran online pada penelitian
sebelumnya di mana www.elmu.umm.ac.id mengintegrasikan
aplikasi online yang disematkan melalui URL pada module,
discussion, maupun assignment. Elmu juga mempunyai fasilitas
web of conference menggunakan aplikasi BigBlueButton untuk
mengimplementasikan asynchronous learning.
Implementasi polysynchronous learning harus memenuhi
karakteristik pembelajaran Abad-21 yang diterapkan oleh
Pemerintah Indonesia. Melalui Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Tahun 2018, pemerintah menetapkan adanya
integrasi penguatan pendidikan karakter dan pembelajaran
berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi atau
High Order Thinking Skill (HOTS) [11]. Pembelajaran Abad-21
juga menekankan karakteristik technological pedagogical content

163
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

knowledge (TPACK) di mana teknologi mempunyai peranan


penting selama pembelajaran berlangsung [12]–[14]. Integrasi
teknologi selama implementasi polysynchronous learning sangat
bergantung pada layanan internet yang cepat dan dapat
diakses oleh mahasiswa maupun dosen selama perkuliahan
online berlangsung. Namun, kondisi wilayah Negara Indonesia
yang sangat luas dan berkepulauan mengakibatkan minimnya
jaringan internet di beberapa wilayah. Hal ini penting untuk
dianalisis perspektif mahasiswa UMM yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia selama penerapan polysynchronous
learning dan kelengkapan unsur TPACK dan HOTS sehingga
sesuai dengan pembelajaran Abad-21.
Pembahasan selanjutnya difokuskan pada ketermuatan
TPACK dan HOTS melalui implementasi polysysnchronous
learning berbantuan LMS Canvas dan perspektif mahasiswa
dan dosen selama perkuliahan. Manfaat yang diharapkan dari
keseluruhan pembahasan ini yaitu memberikan wawasan bagi
pembaca untuk dapat memahami karakteristik TPACK dan
HOTS melalui polysynchronous learning. Selain itu, pembahasan
ini diharapkan dapat memberikan rencana tindak lanjut dosen
maupun civitas akademika untuk mengembangkan platform
yang memuat TPACK dan HOTS serta sesuai dengan kondisi
mahasiswa dan didasarkan dari perspektif mahasiswa dan
dosen.
Pembahasan
Polysynchronous Learning

Pengembangan model blended learning didasarkan pada


metode pembelajarannya dibedakan menjadi synchronous
learning dan asynchronous learning. Pembelajaran yang
menggunakan synchronous learning berarti menekankan
adanya pembelajaran tatap muka secara online menggunakan
aplikasi berbasis webmeeting [6]–[8]. Aplikasi yang biasa
digunakan pada saat webmeeting antara lain Adobe® Connect,
Google Meet, Zoom, Apple Classroom, Skype, Speech-

164
Masa Pandemi Covid-19

to-Text Recognition (STR), and BigBlueButton [15]–[18].


Synchronous learning dapat didesain dengan cara memberikan
siswa penugasan secara online kemudian mendiskusikan
penyelesaian melalui web meeting. Guru memberikan review
secara langsung melalui web meeting
E-Learning secara verbal terhadap penugasan siswa [17].
Desain lainnya dilakukan dengan cara diskusi kelompok di
mana salah satu anggota kelompok mempresentasikan hasil
diskusi kelompok untuk kemudian ditanggapi oleh anggota
kelompok lainnya. Bower juga menyarankan presentasi
dilakukan dengan cara menayangkan rekaman video
presentasi dan jalannya diskusi kelompok sehingga guru dapat
memantai dan memberikan umpan balik kepada kelompok
[19]. Selain pembahasan soal, guru dapat menjelaskan materi
melalui tayangan power point melalui aplikasi Zoom yang
dapat disimak dan ditanggapi secara langsung oleh siswa [20].
Kelebihan pelaksanaan synchronous learning yaitu siswa
dapat berpartisipasi aktif untuk menanggapi hasil diskusi
kelas maupun penjelasan guru [20]. Selain itu, pembelajaran
dapat dilaksanakan secara fleksibel dari segi tempat dan
waktu [21]. Desain pembelajaran mandiri yang ditawarkan
synchronous learning membuat siswa tertarik, termotivasi,
senang, dan meningkatkan kreativitas penyelesaian masalah
[22]. Dengan demikian, desain synchronous learning pada
dasarnya menekankan adanya interaksi siswa dengan guru
secara virtual di mana guru dapat memberikan penjelasan
secara verbal atau memfasilitasi diskusi kelas tentang materi
yang dipelajari. Pembelajaran synchronous learning yang mudah
untuk diakses siswa meski terhalang jarak dengan guru sesuai
dengan kondisi pandemi yang melarang pembelajaran secara
luring.

165
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Tabel 1 Desain Polysynchronous Learning Berbantuan LMS Canvas

Aktivitas Siswa
Kegiatan Kelas Kalkulus Menu pada
Pembela- untuk Teknik Kelas Analisis Variabel Kompleks LMS Canvas
jaran Informatika (3 sks)
(2 sks)
Menyimak Instruksi
Dosen melalui Menyimak Instruksi Dosen melalui
Whatsapp
Announcement pada Announcement pada LMS Canvas atau
Group
LMS Canvas atau Whatsapp Group
Pendahu-
Whatsapp Group
luan
(10 menit) Pembentukan
Kelompok melalui Pembentukan Kelompok melalui
Whatsapp
Whatsapp Group Whatsapp Group dipimpin oleh ketua
Group
dipimpin oleh ketua kelas
kelas
Belajar Mandiri
melalui e-modul Belajar Mandiri melalui e-modul berupa
Inti berupa PPT dengan PPT dengan rekaman penjelasan dosen LMS-Home
rekaman penjelasan (45 menit)
dosen (30 menit)

166
Masa Pandemi Covid-19

Mengakses
Zoom Meeting
untuk menyimak
Mengakses Zoom Meeting untuk
paparan dosen
menyimak paparan dosen dan
dan melakukan Zoom
melakukan tanya-jawab tentang materi
tanya-jawab Meeting
pada e-modul (15 menit) - Synchronous
tentang materi pada
Learning
e-modul (15 menit)
- Synchronous
Learning

Diskusi kelompok
melalui Zoom
Meeting dengan Diskusi kelompok melalui Zoom
Zoom
fasilitas Breakout Meeting dengan fasilitas Breakout Room
Meeting
Room (30 menit) (50 menit) - Synchronous Learning
- Synchronous
Learning

Persiapan
perekaman
presentasi oleh
masing-masing
kelompok Persiapan perekaman presentasi
menggunakan akun oleh masing-masing kelompok
Zoom/Google Meet menggunakan akun Zoom/Google
Zoom
masing-masing Meet masing-masing kelompok dan
Meeting
kelompok dan dikonversi menjadi bentuk mp4 dan
dikonversi menjadi diupload pada Youtube/Google Drive -
bentuk mp4 dan Synchronous Learning
diupload pada
Youtube/Google
Drive - Synchronous
Learning

Upload video
presentasi URL
Youtube/Google
Drive pada LMS
Canvas sedangkan Upload video presentasi URL Youtube/
kelompok lain Google Drive pada LMS Canvas
menyimak serta sedangkan kelompok lain menyimak LMS-
memberikan serta memberikan komentar terhadap Discussion
komentar terhadap paparan materi setiap kelompok (30
paparan materi menit) - Asynchronous Learning
setiap kelompok
(15 menit) -
Asynchronous
Learning

Mengakses LMS
Canvas untuk
mendownload
penugasan Mengakses LMS Canvas untuk
terstruktur mendownload penugasan terstruktur LMS-
Penutup
yang disubmit yang disubmit dalam jangka waktu Assignment
dalam jangka tertentu - Asynchronous Learning
waktu tertentu
- Asynchronous
Learning

167
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Desain asynchronous learning lebih banyak diimplemen-


tasikan dalam bentuk diskusi online menggunakan [23]aplikasi
atau LMS. Diskusi online lebih menekankan pengiriman
pesan seperti chatting di mana guru telah memberikan materi
sebelumnya kemudian mendiskusikan melalui chatting
dengan siswa untuk menyimpulkan materi [24], [25]. Desain
asynchronous learning dapat dilakukan dengan cara guru
menyiapkan materi dalam bentuk power point yang disisipkan
video atau audio penjelasan materi kepada siswa kemudian
dikonversi dalam bentuk mp4 untuk diupload ke Youtube
[26], [27]. Kelebihan dari pelaksanaan asynchronous learning
yaitu siswa dapat terlibat aktif dalam diskusi, mengelola
aplikasi komputer, mengulang materi, dan menggunakan
fitur-fitur untuk merepresentasikan konsep matematika, guru
dapat secara kreatif mengembangkan media pembelajaran
yang mudah diakses oleh siswa, pembelajaran juga menjadi
adaptif, berbasis kasus, lebih terstruktur dalam meningkatkan
kemampuan penyelesaian masalah siswa [24], [27], [28].
Dengan demikian, asynchronous learning pada dasarnya
membuat siswa secara fleksibel menyimak penjelasan materi
oleh guru secara berulang untuk kemudian digunakan
menjawab pertanyaan berbasis kasus melalui diskusi online.
Implementasi polysynchronous learning yang memadukan
synchronous learning dan asynchronous learning di UMM
menggunakan bantuan LMS Canvas. Karakteristik yang
dimiliki polysynchronous learning antara lain 1) pemaparan
materi oleh instruktur, 2) diskusi kelompok, 3) diskusi dan
presentasi kelompok, dan 4) penugasan terstruktur [7], [8].
Desain polysynchronous learning di UMM khususnya kelas
Analisis Variabel Kompleks dan Kalkulus untuk Teknik
Informatika dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat kegiatan synchronous
learning dan asynchronous learning dalam satu kali pertemuan.
Kegiatan synchronous learning dilakukan melalui aplikasi

168
Masa Pandemi Covid-19

Zoom Meeting di mana dosen memberikan kesempatan


tanya-jawab kepada mahasiswa tentang materi yang dipelajari
melalui e-modul. Selanjutnya, dosen melakukan breakout room
untuk mengirim mahasiswa sesuai kelompoknya. Melalui
breakout room, mahasiswa berdiskusi dan dosen mengunjungi
kelompok secara bergantian untuk memonitoring jalannya
diskusi serta memfasilitasi tanya-jawab.
Kegiatan asynchronous dilakukan melalui diskusi online
menggunakan LMS Canvas-Discussion untuk memfasilitasi
setiap mahasiswa menyimak paparan presentasi oleh
kelompok lain. Selanjutnya, mahasiswa diminta mengomentari
atau bertanya-jawab melalui forum diskusi dengan cara me-
reply postingan kelompok lainnya.
Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK)

TPACK merupakan karakteristik utama pada pem-


belajaran Abad-21. Penelitian terdahulu mengintegrasikan
bentuk pengetahuan atau pedagogical, content, knowledge
(PCK) technological, content, knowledge (TCK), technological,
pedagogical, knowledge (TPK), dan technological pedagogical
content knowledge (TPACK) [14]. Hal ini dapat dilihat bahwa
teknologi merupakan fokus utama pada TPACK yang nantinya
akan diintegrasikan dengan strategi pedagogik guru dan
pengetahuan siswa. Tuntutan siswa yaitu mampu mengelola
aplikasi berbasis komputer, terlibat aktif dalam kegiatan
yang berbasis teknologi, melakukan presentasi dan asesmen
dengan memanfaatkan teknologi, serta melakukan proses
inkuiri dalam pembelajaran dengan melibatkan teknologi.
Hal mendasar yang dapat diidentifikasi dair ketermuatan
TPACK dalam pembelajaran antara lain adanya pembelajaran
kolaboratif, partisipasi aktif siswa, dan desain perangkat
pembelajaran yang mendukung keterlibatan teknologi selama
pembelajaran berlangsung [29]. Kelebihan pembelajaran yang
memuat TPACK di antaranyanya, 1) siswa dapat memahami
lebih dalam tentang materi secara inkuiri [14], siswa lebih

169
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

percaya diri dan merasa tertantang untuk mengoperasikan


aplikasi berbasis komputer, semakin terampil dalam
mengoperasikan aplikasi komputer [30], dan peningkatan
prestasi siswa dengan cara aktivitas yang melibatkan teknologi
secara koolaboratif [31]. Dengan demikian, ketermuatan
TPACK dapat diidentifikasi dari adanya partispasi aktif siswa
melalui aktivitas inkuiri secara kolaboratif dengan melibatkan
teknologi. Tujuan dimuatnya TPACK dalam pembelajaran
yaitu dapat menambah keterampilan siswa dan guru dalam
memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran melalui media
aktivitas pembelajaran inkuiri, aplikasi untuk memfasilitasi
diskusi online, dan asesmen.
Implementasi polysynchronous learning berbantuan LMS
Canvas sudah dapat diidentifikasi adanya integrasi teknologi
dalam pembelajaran. Teknologi yang digunakan berbentuk
LMS yang penggunaannya melibatkan gadget. LMS Canvas
mendukung TPACK dengan adanya menu Discussion di mana
dapat mewadahi mahasiswa dalam memberikan komentar,
tanya-jawab dengan kelompok lain atau dosen, dan aktivitas
diskusi online melalui aplikasi Zoom Meeting di mana URL
dari Zoom disematkan pada kolom diskusi yang dibuat oleh
dosen. Media pembelajaran yang dikembangkan dosen juga
melibatkan teknologi dalam pembuatannya. Dosen membuat
materi pada Power Point melalui aplikasi Office 2019 yang
dapat disematkan rekaman audio atau video ketika mahasiswa
melakukan slideshow. Selain itu, dosen meminta mahasiswa
mengakses aplikasi pembuatan grafik yaitu Graphmatica dan
Desmos untuk menemukan konsep turunan melalui aplikasi
turunan pada gradien dari garis singgung kurva. Mahasiswa
juga diminta untuk memanfaatkan teknologi dalma bentuk
aplikasi editing video untuk membuat presentasinya menjadi
menarik dan mudah dipahami. Asesmen yang dilakukan
dosen juga memanfaatkan teknologi di mana melalui LMS
Canvas, dosen dapat memberikan grade pada aktivitas
diskusi mahasiswa maupun pengumpulan tugas pada fitur

170
Masa Pandemi Covid-19

Assignment. Grade dapat diekspor dalam bentuk Excel untuk


memudahkan dosen dalam mengelola skor atau hasil capaian
pembelajaran mahasiswa. Dengan demikian, ketermuatan
TPACK pada polysynchronous learning dapat dengan jelas
diidentifikasi melalui forum diskusi online dan webmeeting
serta perangkat pembelajaran yang digunakan.
High Order Thinking Skill (HOTS)

Esensi dari HOTS pada pembelajaran yaitu adanya


aktivitas penyelesaian masalah, keterampilan menanya,
keterampilan bernalar, dan keterampilan berkomunikasi[32].
Perkembangan teknologi dalam bentuk aplikasi komputer
mengubah paradigma pembelajaran matematika tidak hanya
pada kontennya melainkan juga pada proses pembelajaran
matematika yang memuat HOTS [32]. HOTS mempunyai
karakteristik yang memuat kata kerja operasional menurut
Taksonomi Bloom pada dimensi kognitif Analisis (C4),
Evaluasi (C5), dan Mencipta (C6). Hal ini dapat diidentifikasi
dari adanya permasalahan matematis yang diselesaikan oleh
mahasiswa tidak hanya menuntut siswa untuk mengingat
kembali namun siswa diminta untuk berpikir secara kritis
dan kreatif [33]. Ketermuatan HOTS dalam permasalahan
matematis juga menuntut siswa tidak hanya memberikan
jawaban sederhana tetapi jawaban yang dipaparkan harus
melibatkan konsep yang kuat dari materi yang dipelajari
[34]. Kelebihan ketermuatan HOTS dalam pembelajaran
yaitu dapat memberikan pengalaman kepada siswa tentang
penyelesaian masalah yang menuntut berpikir tingkat tinggi
[34], meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif
siswa melalui aktivitas penalaran [32] dan meningkatkan
prestasi akademik siswa [35]. Dengan demikian, ketermuatan
HOTS dapat diidentifikasi dari permasalahan yang disajikan
secara individu maupun kelompok di mana permasalahan
tersebut menuntut mahasiswa untuk menyelesaikan
permasalahan dengan melibatkan konsep materi secara

171
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

mendalam. Permasalahan matematis yang diselesaikan


mahasiswa memuat kata kerja operasional yang berada pada
dimensi Taksonomi Bloom yaitu Analisis (C4), Evaluasi (C5),
dan Mencipta (C6).
Permasalahan matematis yang dikategorikan sebagai
HOTS dan termuat pada polysynchronous learning berbantuan
LMS Canvas dapat diidentifikasi pada forum diskusi maupun
Assignment. Bahan diskusi yang telah disiapkan oleh dosen
memuat aktivitas inkuiri yang melibatkan aplikasi komputer
yaitu Graphmatica untuk menyelesaikannya. Materi turunan
mempunyai aktivitas diskusi di mana mahasiswa diminta
untuk menganalisis turunan pada interval tertentu dari
kurva yang diketahui. Setelah diminta merepresentasikan
dalam bentuk grafik, mahasiswa diminta mengidentifikasi
dan menjelaskan kapan turunan dari suatu fungsi itu tidka
ada melalui grafik yang disajikan. Kegiatan ini menggunakan
kata kerja operasional yaitu representasikan, sketsalah,
identifikasi, analisis, dan buatlah grafik. Hal ini berarti bahwa
kata kerja operasional yang digunakan sudah termasuk pada
dimensi kognitif Taksonomi Bloom dan mencirikan kategori
HOTS. Selanjutnya, pada materi analisis variable kompleks,
mahasiswa diminta untuk membuktikan operasi dasar
bilangan kompleks dan Teorema Cauchy-Riemann. Selain itu,
secara berkelompok, mahasiswa diminta untuk menganalisis
topologi daerah dalam bilangan kompleks melalui grafik
fungsi dengan variable kompleks. Kata kerja operasional
yang termasuk pada dimensi kognitif kategori HOTS antara
lain buktikan, analisis, jelaskan, sketsalah, dan buatlah grafik
fungsi dengan variable kompleks. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa melalui polysynchronous learning, HOTS
dapat termuat dalam bentuk permasalahan matematika baik
secara individu maupun kelompok.

172
Masa Pandemi Covid-19

Perspektif Mahasiswa terhadap Ketermuatan TPACK dan HOTS melalui


Polysynchronous Learning Berbantuan LMS Canvas

Implementasi polysynchronous learning yang diterapkan di


UMM mempunyai beragam perspektif mahasiswa dari aspek
efektivitas LMS, respon mahasiswa terhadap TPACK dan
HOTS selama perkuliahan. Berikut disajikan responden untuk
mengidentifikasi perpektif mahasiswa pada perkuliahan yang
menerapkan polysynchronous learning
Tabel 2 Data Responden

Aspek Jumlah Mahasiswa


Jumlah Responden 168
Laki-laki 69
Perempuan 99
Kelas
Analisis Variabel Kompleks 88
Kalkulus untuk Teknik Informatika 80
Angkatan
2016 3
2017 84
2020 81
Alumni
SMA IPA 130
SMA IPS 6
SMK 32

Tabel 2 menunjukkan bahwa 168 responden diambil


dari kelas Analisis Variabel Kompleks yang diampu oleh
mahasiswa tahun keempat Prodi Pendidikan Matematika
UMM dan Kalkulus untuk Teknik Informatika yang diampu
oleh mahasiswa tahun pertama Prodi Teknik Informatika.
Perbandingan mahasiswa dengan gender laki-laki dan
perempuan yaitu 4:5. Responden merupakan lulusan dari
SMA IPA sebanyak 66,1%, sebanyak 3.6% dari SMA IPS dan
sisanya adalah SMK Teknik maupun nonteknik. Hal ini berarti,
responden yang berasal dari mahasiswa sangat beragam dari
aspek gender, tahun masuk kuliah, dan lulusan.
Efektivitas keterlaksanaan polysynchronous learning diukur
dari penyebaran kuisioner melalui Google Form dan ditinjau
dari aspek kualitas internet, fleksibilitas dalam mengakses

173
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

internet, kecemasan mahasiswa, kesiapan mahasiswa sebelum


perkuliahan dimulai, dan respon mahasiswa terhadap media
pembelajaran yang digunakan oleh dosen. Berikut disajikan
persentase domisili mahasiswa untuk melihat kualitas jaringan
internet.
Sulawesi
2% DOMISILI MAHASISWA
Nusa Tenggara
Papua Kepulauan Riau
Timur
2% 1%
Nusa Tenggara Barat 2%
3%

Kalimantan
12%

Sumatera
2%

Jawa
76%

Gambar 1 Diagram dari Persentase Domisili Mahasiswa

Persentase jumlah mahasiswa berdasar domisili yang


ditunjukkan oleh Gambar 1 menggambarkan mayoritas
mahasiswa berasal dari Pulau Jawa yaitu sebanyak 76%.
Gambar 1 juga menunjukkan bahwa mahasiswa berdomisili
dari berbagai pulau di seluruh Indonesia. Selanjutnya,
akan diidentifikasi kualitas jaringan internet yang dimiliki
mahasiswa berdasar domisilinya seperti pada Gambar 2
berikut.

174
Masa Pandemi Covid-19

Gambar 2 Grafik Kualitas Jaringan Internet Mahasiswa

Gambar 2 menunjukkan bahwa sebanyak 40.2% mahasiswa


mempunyai kualitas jaringan internet yang baik. Namun,
terdapat 17 mahasiswa yang berdomisili di luar Pulau Jawa
yang merespon kualitas jaringan internet yang kurang baik.
Hal ini berarti, mahasiswa tidak sepenuhnya terkendala
jaringan internet ketika perkuliahan online berlangsung.
Mahasiswa menyatakan bahwa selama perkuliahan online
berlangsung, mahasiswa mengakses LMS Canvas dari rumah
dengan fasilitas Wi-Fi. Orang tua mahasiswa mengaku tidak
keberatan apabila harus memasang Wi-Fi untuk perkuliahan
anaknya. Secara grafis, dapat dilihat bahwa polysynchronous
learning tidak sepenuhnya membebani mahasiswa dalam
hal kualitas jaringan internet maupun sumber internet yang
digunakan.
Persiapan pelaksanaan polysynchronous learning juga
direspon mahasiswa dengan positif. Hal ini dapat dilihat
dari kuisioner yang dibagikan, sebanyak 64.5% mahasiswa
mengaku semnagat dan antusias sebelum perkuliahan
berlangsung. Sebanyak 35.5% mahasiswa mengaku cemas dan
gelisah sebelum perkuliahan dimulai diakibatkan dari tingkat
kesulitan materi yang semakin bertambah dan banyaknya
penugasan yang akan diberikan. Namun, kecemasan ini
diatasi oleh mahasiswa dengan cara mempelajari materi sesuai
kontrak perkuliahan yang diberikan di awal perkuliahan
melalui Youtube. Kesiapan mahasiswa menunjukkan kurang

175
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

responsifnya mahasiswa pada saat perkuliahan daring


berlangsung. Hal ini ditunjukkan dari hasil kuisioner yaitu
sebanyak 50.9% mahasiswa menunggu dosen memberikan
pengarahan perkuliahan yang akan berlangsung. Hanya 39.6%
mahasiswa yang membuka elmu.umm.ac.id-home untuk
membaca kontrak perkuliahan dan hanya 9.5% mahasiswa
yang membaca kontrak perkuliahan yang telah didownload
sebelumnya. Hal ini berarti, mahasiswa belum terlalu siap
dalam perkuliahan karena tidak mempunyai inisiatif dalam
menyiapkan bahan perkuliahan secara mandiri melainkan
masih menunggu instruksi dari dosen.
Respon mahasiswa selama penerapan polysynchronous
learning berbantuan Canvas sangat baik karena mahasiswa
mengaku spontan dalam mengakses LMS yaitu elmu.umm.
ac.id setelah mendapat instruksi dosen. Mahasiswa mengaku
senang dengan kegiatan perkuliahan yang terstruktur dan
menunjukkan durasi dari setiap aktivitas perkuliahan.
Selain itu, mahasiswa menyatakan bahwa perkuliahan
mampu meningkatkan keterampilan dalam mengelola
aplikasi komputer, menggunakan, serta mempresentasikan
hasil diskusi. Hal ini sesuai dengan konsistensi hasil
penelitian sebelumnya di mana polysynchronous learning
mengintegrasikan TPACK melalui aplikasi komputer dan
menambah keterampilan komputasi mahasiswa [6], [7],
[17], [31]. Selain itu, mahasiswa merasa percaya diri dalam
melakukan presentasi, tanya-jawab dengan dosen maupun
teman, dan lebih aktif berpartisipasi dalam perkuliahan.
Hal ini juga selaras dengan penelitian sebelumnya di mana
melalui polysynchronous learning, siswa dapat meningkatkan
kepercayaan diri dan keterlibatan dalam diskusi kelompok
[6], [7], [17]. Ketermuatan soal HOTS dirasakan mahasiswa di
mana permasalahan pada diskusi kelompok menuntut aktivitas
inkuiri untuk menemukan konsep materi yang dipelajari dan
penugasan yang membuat mahasiswa memahami aplikasi
materi dalam kehidupan sehari-hari. Berdasar hasil kuisioner,

176
Masa Pandemi Covid-19

sebanyak 72.1% mahasiswa terampil dalam memahami


definisi, membuat grafik, menginterpretasikan grafik, dan
menyimpulkan aktivitas inkuiri melalui konsep utama yang
diperoleh. Ditinjau dari kata kerja operasional yang termuat
pada LMS Canvas-Assignment tersebut, permasalahan
matematika yang diselesaikan mahasiswa sudah sesuai
dengan karakteristik HOTS dan skor UTS mahasiswa lebih
baik daripada skor Kuis yang belum mengimplementasikan
permasalahan bertipe HOTS [34]–[36].
Penutup
Implementasi polysynchronous learning di masa pandemi
sangat layak untuk diterapkan. Hal ini dikarenakan,
polysynchronous learning melalui LMS Canvas dapat
dengan mudah diakses mahasiswa dan dapat secara efektif
mengembangkan keterampilan HOTS pada mahasiswa.
LMS Canvas yang merupakan aplikasi berbasis website
merupakan wujud nyata adanya muatan TPACK selama
perkuliahan berlangsung. Pelaksanaan polysynchronous
leanrning di UMM tidak mengalami kendala yang berat karena
kualitas jaringan internet sudah baik baik dari mahasiswa
maupun dosen. Selain itu, polysynchronous learning juga tidak
meninggalkan karakteristik Abad-21 yaitu adanya TPACK
melalui aplikasi komputer yang digunakan dan permasalahan
yang mendukung keterampilan HOTS. Dengan demikian,
pelaksanaan polysynchronous learning dapat dikatakan efektif
ditinjau dari kemudahan penggunaan LMS Canvas dan
termuatnya karakteristik pembelajaran Abad-21 yaitu TPACK
dan HOTS.
Rujukan
[1] A. R. Rusmiati et al., “The perceptions of primary school
teachers of online learning during the COVID-19 pandemic
period : A Case study in Indonesia,” J. Ethn. Cult. Stud.,
vol. 7, no. 2, pp. 90–109, 2020.

177
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

[2] N. S. P. Suni, “Kesiapsiagaan Indonesia Menghadapi


Potensi Penyebaran Corona,” Pus. PenelitianBadan Keahlian
DPR RI, vol. XII, no. 3, pp. 13–18, 2020.
[3] T. Jowsey, G. Foster, P. Cooper-Ioelu, and S. Jacobs,
“Blended learning via distance in pre-registration nursing
education: A scoping review,” Nurse Education in Practice.
2020, doi: 10.1016/j.nepr.2020.102775.
[4] K. P. C.-19 dan P. E. Nasional, “Data COVID-19,” www.
covid19.go.id, 2020. www.covid19.go.id.
[5] Pemerintah Kota Malang, “Peta Persebaran COVID-19
di Kota Malang,” www.malangkota.go.id, 2020. www.
malangkota.go.id.
[6] B. Dalgarno, “Polysynchronous learning: A model for
student interaction and engagement,” 2014.
[7] F. Ouyang, “Applying the Polysynchronous Learning
to Foster the Student-centered Learning in the Higher
Education Context,” Int. J. Online Pedagog. Course Des., vol.
6, no. 3, 2016, doi: 10.4018/ijopcd.2016070105.
[8] G. Mayer and D. Sekayi, “Pedagogical Practices of Teaching
Assistants in Polysynchronous Classrooms: The Role of
Professional Autonomy,” InSight A J. Sch. Teach., vol. 13,
2018, doi: 10.46504/14201807ma.
[9] B. W. Gao, J. Jiang, and Y. Tang, “The effect of blended
learning platform and engagement on students’
satisfaction—— the case from the tourism management
teaching,” J. Hosp. Leis. Sport Tour. Educ., vol. 27, 2020, doi:
10.1016/j.jhlste.2020.100272.
[10] D. R. Ch and S. K. Saha, “RemedialTutor: A blended
learning platform for weak students and study its efficiency
in social science learning of middle school students in
India,” Educ. Inf. Technol., vol. 24, no. 3, 2019, doi: 10.1007/
s10639-018-9813-4.
[11] W. Setiawati, O. Asmira, Y. Ariyana, and R. Bestary, Buku
Penilaian Berorientasi Higher Order Thinking Skills: Program
Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi. Jakarta:
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018.

178
Masa Pandemi Covid-19

[12] I. F. Rahmadi, “Technological Pedagogical Content


Knowledge (TPACK): Kerangka Pengetahuan Guru Abad
21,” J. Pendidik. Kewarganegaraan, vol. 6, no. 1, p. 65, 2019,
doi: 10.32493/jpkn.v6i1.y2019.p65-74.
[13] E. Baran, S. Canbazoglu Bilici, A. Albayrak Sari, and J.
Tondeur, “Investigating the impact of teacher education
strategies on preservice teachers’ TPACK,” Br. J. Educ.
Technol., vol. 50, no. 1, 2019, doi: 10.1111/bjet.12565.
[14] A. Tanak, “Designing tpack-based course for preparing
student teachers to teach science with technological
pedagogical content knowledge,” Kasetsart J. Soc. Sci., vol.
41, no. 1, 2020, doi: 10.1016/j.kjss.2018.07.012.
[15] C. C. Bates, “Virtual literacy coaching,” Lit. Res. Pract. Eval.,
vol. 5, 2015, doi: 10.1108/S2048-045820150000005022.
[16] S. S. Fernández and M. I. Pozzo, “Intercultural competence
in synchronous communication between native & non-
native speakers of Spanish,” Lang. Learn. High. Educ., vol.
7, no. 1, 2017, doi: 10.1515/cercles-2017-0003.
[17] G. Drennan and I. Moll, “A conceptual understanding
of how educational technology coaches help teachers
integrate iPad affordances into their teaching,” Electron. J.
e-Learning, vol. 16, no. 2, 2018.
[18] W. Y. Hwang, R. Shadiev, T. C. T. Kuo, and N. S. Chen,
“Effects of speech-to-text recognition application on
learning performance in synchronous cyber classrooms,”
Educ. Technol. Soc., vol. 15, no. 1, 2012.
[19] M. Bower, B. Dalgarno, G. E. Kennedy, M. J. W. Lee, and
J. Kenney, “Design and implementation factors in blended
synchronous learning environments: Outcomes from a
cross-case analysis,” Comput. Educ., vol. 86, 2015, doi:
10.1016/j.compedu.2015.03.006.
[20] Q. Wang, C. L. Quek, and X. Hu, “Designing and improving
a blended synchronous learning environment: An
educational design research,” Int. Rev. Res. Open Distance
Learn., vol. 18, no. 3, 2017, doi: 10.19173/irrodl.v18i3.3034.
[21] J. M. Zydney, Z. Warner, and L. Angelone, “Learning
through experience: Using design based research to

179
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

redesign protocols for blended synchronous learning


environments,” Comput. Educ., vol. 143, 2020, doi: 10.1016/j.
compedu.2019.103678.
[22] A. Shukri, L. Nordin, F. I. M. Salleh, S. N. M. Raidzwan, and
R. Ahmad, “UniKL students’ perception on synchronous
learning using ICT as learning tools to learn english,” J.
Crit. Rev., vol. 7, no. 8, 2020, doi: 10.31838/jcr.07.08.170.
[23] M. Batsila, C. Tsihouridis, and D. Vavougios, “Entering
the web-2 edmodo world to support learning: Tracing
teachers’ opinion after using it in their classes,” Int. J.
Emerg. Technol. Learn., vol. 9, no. 1, pp. 53–60, 2014, doi:
10.3991/ijet.v9i1.3018.
[24] R. Wegerif, “The Social Dimension of Asynchronous
Learning Networks,” Online Learn., vol. 2, no. 1, 2019, doi:
10.24059/olj.v2i1.1928.
[25] Á. Hernández-García, I. González-González, A. I. Jiménez-
Zarco, and J. Chaparro-Peláez, “Applying social learning
analytics to message boards in online distance learning:
A case study,” Comput. Human Behav., vol. 47, pp. 68–80,
2015, doi: 10.1016/j.chb.2014.10.038.
[26] S. J. Daniel, “Education and the COVID-19 pandemic,”
Prospects, 2020, doi: 10.1007/s11125-020-09464-3.
[27] K. C. Spadaro and D. F. Hunker, “Exploring The effects
Of An online asynchronous mindfulness meditation
intervention with nursing students On Stress, mood, And
Cognition: A descriptive study,” Nurse Educ. Today, vol. 39,
pp. 163–169, Apr. 2016, doi: 10.1016/j.nedt.2016.02.006.
[28] C. Dziuban, P. Moskal, J. Brophy, and P. Shea, “STUDENT
SATISFACTION WITH ASYNCHRONOUS LEARNING,”
Online Learn., vol. 11, no. 1, 2019, doi: 10.24059/olj.
v11i1.1739.
[29] J. R. Moreno, M. A. Montoro, and A. M. O. Colón, “Changes
in teacher training within the TPACK model framework: A
systematic review,” Sustainability (Switzerland), vol. 11, no.
7. 2019, doi: 10.3390/su11071870.
[30] T. Valtonen, U. Leppänen, M. Hyypiä, E. Sointu, A. Smits,
and J. Tondeur, “Fresh perspectives on TPACK: pre-service

180
Masa Pandemi Covid-19

teachers’ own appraisal of their challenging and confident


TPACK areas,” Educ. Inf. Technol., vol. 25, no. 4, 2020, doi:
10.1007/s10639-019-10092-4.
[31] H. Atun and E. Usta, “The effects of programming
education planned with TPACK framework on learning
outcomes,” Particip. Educ. Res., vol. 6, no. 2, 2019, doi:
10.17275/per.19.10.6.2.
[32] A. Madu, “Higher Order Tingking Skills (Hots) In Math
Learning,” IOSR J. Math., vol. 13, no. 5, 2017.
[33] Ernawati and S. Sutiarso, “Analysis of difficulties in
solving mathematical problems categorized higher order
thinking skills (HOTS) on the subject of rank and shape of
the root according to polya stages,” in Journal of Physics:
Conference Series, 2020, vol. 1563, no. 1, doi: 10.1088/1742-
6596/1563/1/012041.
[34] C. M. S. Sumantri and D. B. Widjajanti, “Increasing
HOTS and student belief towards mathematics through
learning with a roleplaying method,” in Journal of Physics:
Conference Series, 2019, vol. 1320, no. 1, doi: 10.1088/1742-
6596/1320/1/012049.
[35] B. Tanujaya, J. Mumu, and G. Margono, “The Relationship
between Higher Order Thinking Skills and Academic
Performance of Student in Mathematics Instruction,” Int.
Educ. Stud., vol. 10, no. 11, p. 78, 2017, doi: 10.5539/ies.
v10n11p78.
[36] M. D. Kusuma, U. Rosidin, A. Abdurrahman, and A.
Suyatna, “The Development of Higher Order Thinking
Skill (Hots) Instrument Assessment In Physics Study,”
IOSR J. Res. Method Educ., vol. 07, no. 01, pp. 26–32, 2017,
doi: 10.9790/7388-0701052632.

181
Pengaruh Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Kecerdasan
Emosional Melalui Pendekatan Saintifik Siswa SMP
St. Rubiatul Adhawiyah Yusuf1

Pengantar
Pendidikan adalah unsur terpenting dalam kehidupan
sehari-hari karena pendidikan merupakan salah satu
cara untuk meningkatkan sumber daya manusia karena
pendidikan merupakan peranan penting untuk kehidupan
suatu bangsa dan negara [1]. Tujuan Pendidikan Nasional
abad ke-21 melaksanakan cita - cita bangsa Indonesia, yakni
rakyat Indonesia makmur, mempunyai derajat yang mulia
setara seperti bangsa lain, untuk mewujudkannya rakyat
diharapkan dapat menjadi rakyat yang berkualitas, seperti
menjadi individu yang merdeka, berkemauan dan mampu
berjuang mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia (BSNP,
2010). Dari tujuan yang telah dijelaskan, diharapkan peserta
didik mendapat hasil belajar yang baik setelah melewati
proses pembelajaran sehingga mampu mengembangkan
kemampuan yang ada pada dirinya [2].
Pembelajaran matematika merupakan ilmu dasar yang
dijadikan sebagai alat untuk mengembangkan cara berpikir
dan berargumentasi sehingga dapat memberikan kontribusi
dalam penyelesaian masalah sehari-hari [3]. Oleh karena itu,
matematika dipelajari pada setiap jenjang pendidikan mulai
dari tingkat dasar sampai tingkat tertinggi dan setiap tingkat
harus mampu mengembangkan potensinya peserta didik
sehingga mampu memahami matematika dengan benar yang
1
St. Rubiatul Adhawiyah Yusuf, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Muhammadiyah Malang

182
Masa Pandemi Covid-19

sangat berguna hadapi kehidupan di masa depan (Permadi


et al., 2013). Setelah proses pembelajaran dilaksanakan akan
menunjukkan suatu perubahan positif dengan hasil akhir
akan ada perkembangan keterampilan, pengetahuan peserta
didik selama mengikuti proses pembelajaran [5]. Proses
pembelajaran matematika yang telah dilaksanakan pendidik
dapat melihat perubahan yang didapat oleh peserta didik
dengan penilaian hasil belajar [6].
Saat ini hasil belajar matematika bukan hanya dilihat dari
beberapa ujian berstandar saja tetapi ada teori kecerdasan baru
yang telah digunakan oleh beberapa peneliti untuk melihat
hasil belajar matematika [7]. Oleh karena itu, tidak hanya
kapasitas penalarannya yang perlu ditingkatkan, tetapi juga
kreativitas, emosi dan keterampilan interpersonal atau yang
lebih dikenal kecerdasan emosional (EI) teori yang dimaksud
yakni teori kecerdasan emosional. Kecerdasan Emosional
atau dapat disebut keterampilan untuk menganalisis,
memahami dan mengelola emosi dari setiap individu atau
kelompok. Kecerdasan Emosional (EI) merupakan bagian
dari kemampuan non-kognitif, kompetensi dan keterampilan
yang mempengaruhi keterampilan individu dapat berhasil
mengatasi suatu masalah lingkungan dan tekanan [8].Konsep
kecerdasan emosional yang relatif baru mendapat perhatian
dari para peneliti dan psikolog [9]. Kecerdasan Emosional
(EI) adalah salah satu kecerdasan penting untuk instruktur
dan pelopor perintis untuk memahami kondisi peserta didik
dalam hal pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran,
sentimen tentang investigasi dan prestasi peserta didik dalam
ujian sekolah, ujian berstandar lainnya dan kehidupan maka
dari itu teori ini juga dapat mempengaruhi hasil belajar
matematika [10]
Hasil belajar akan menunjukkan kemampuan siswa
yang sudah menjalankan proses pembelajaran dari pendidik
[5]. Peserta didik setelah melewati proses pembelajaran

183
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

matematika mendapat hasil belajar yang bukan sekadar


nilai-nilai absolut, tetapi bisa juga peningkatan perubahan
dalam sikap, kebiasaan, pemahaman, kegigihan, pemikiran,
disiplin, dan lainnya yang mengarah pada perubahan yang
baik [5]. Berhasil tidaknya anak dalam pendidikan tergantung
pada proses pembelajaran yang dialami anak tersebut.
Proses pembelajaran yang dilakukan akan bermakna, dapat
dipengaruhi salah satunya oleh metode pembelajaran yang
diterapkan secara tepat dapat menambah keinginan semangat
belajar peserta didik, sehingga peserta didik bisa mengerti
substansi materi yang telah dijelaskan oleh pendidik, kemudian
peserta didik mendapat hasil belajar yang diharapkan [11].
Pendekatan pembelajaran yang dimaksud yaitu
pendekatan saintifik yang diterapkan oleh pendidik.
Pendekatan merupakan suatu konsep dasar yang melatari
pemikiran dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas.
Pendekatan saintifik atau biasa dikenal pendekatan ilmiah
(Scientific Approach) merupakan pendekatan yang mentitik
beratkan kepada perubahan tingkah laku yang lebih baik,
keterampilan peserta didik. Ketiga aspek pengembangan
pada pendekatan saintifik sesuai dengan tuntutan pada
Kurikulum 2013 [12]. Menurut Musfiqon, N, S., (2015) dengan
pendekatan saintifik dapat menciptakan kondisi pembelajaran
yang lebih baik agar peserta didik memahami belajar adalah
suatu kebutuhan dalam kehidupan agar dapat mengajarkan
peserta didik dalam menyelesaikan suatu permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari dengan cara yang baru dan
bermakna, mengembangkan karakter peserta didik, dan
juga meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam hal ini
kecerdasan emosional peserta didik. Penelitian-penelitian
yang sudah dilakukan, kecerdasan emosional sangat penting
untuk pembelajaran peserta didik.
Kecerdasan emosional memungkinkan individu untuk
berkomunikasi, memimpin dan bernegosiasi dengan orang

184
Masa Pandemi Covid-19

lain [13]. Untuk hasil belajar peserta didik dengan kecerdasan


emosi yang lebih tinggi biasanya mendapatkan nilai lebih
tinggi [14]. Heidari menyatakan bahwa seseorang yang
mempunyai IQ tinggi tetapi EQ rendah merupakan orang bijak
yang kuat terkait kecerdasan tetapi lemah dalam kehidupan
pribadinya. Memiliki kecerdasan emosi berarti menjadi cerdas
karena ketika seseorang memahami emosi dalam membuat
keputusan ini dapat mempengaruhi prestasi belajar [15].
Kegelisahan mata pelajaran matematika di kelas menyebabkan
emosi negatif yang tinggi dan dapat memberi efek prestasi
belajar, perkembangan kognitif, dan pembelajaran peserta
didik [9]. Ketika kecemasan dan kegelisahan memuncak pada
peserta didik maka peserta didik tersebut akan berusaha
lebih, tetapi keterampilan mereka justru semakin memburuk
yang mengakibatkan kecemasan peserta didik akan semakin
memuncak [3].
Perasaan takut berlebihan terhadap mata pelajaran
matematika datang lebih awal dalam proses pendidikan, jika
hal ini tidak ditanggapi dengan baik akan berdampak negatif
bagi peserta didik (Nor et al., 2016). Berdasarkan hasil penelitian
[3] bahwa dalam mengurangi kecemasan peserta didik dalam
belajar matematika, peserta didik harus selalu diarahkan
oleh pendidik jika menemukan suatu permasalahan hingga
menemukan pemecahan masalahnya. Seorang pendidik
dalam mengarahkan peserta didik pada proses pembelajaran
matematika perlu menerapkan suatu pendekatan yang dapat
digunakan dalam mengatasi kegelisan peserta didik saat
belajar mandiri dan meningkatkan rasa ingin tahu peserta
didik dalam menemukan maupun memecahkan masalah,
pendekatan tersebut yaitu pendekatan saintifik.[3]
Pembahasan
Kecerdasan Emosional

Beberapa ahli psikologi menyebutkan IQ hanya mem-


punyai peran sekitar 20% dalam menentukan keberhasilan

185
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

hidup, sedangkan 80% sisanya ditentukan oleh faktor-faktor


lain. Adapun faktor yang terpenting dalam keebrhasilan
hidup yakni kecerdasan emosional [16]. Pertama kali
kecerdasan emosi dikenalkan oleh psikolog Peter Salovery
dari Harvard Universitas dan John Mayer dari Universitas
New Hampshirepada tahun 1990 dengan jelas terlihat kualitas
emosional yang terlihat penting untuk kesuksesan Kecerdasan
emotional (EI) adalah bentuk kecerdasan yang melibatkan
kemampuan untuk memonitor sendiri perasaan dan emosi
individu lain, untuk menjadi pembeda di antara individu
lainnya dan memakai hal ini untuk memperbaiki pandangan
dan tindakan seseorang atau diri sendiri (Baloch et al., 2015).
[13]. Definisi kecerdasan emosional dalam literatur seperti
Cambridge Advanced LearnersDictionary mendefinisikan
kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu
dapat mengerti dan bereaksi keadaan orang lain dan diri
sendiri sesuai dengan keadaan untuk menyelesaikan suatu
persoalan[17]
Kecerdasan rnenghadapi emosional adalah kemampuan
individu untuk memberikan semangat pada diri , dan bertahan
mengimbangi frustasi; mengontrol keinginan hati dan tidak
berlebihan bahagia; mengontrol keadaan hati dan rnelindungi
agar beban tersebut tidak akan melumpuhkan kemampuan
berpikir, berernpati dn berdoa (Goleman, 201 I ). Besar kecil
tingkat kecerdasan seseorang dapat mernpengaruhi cepat
atau lambatnya penerimaan informasi, penyelesaian suatu
permasalahan. Selain itu, kecerdasan peserta didik dapat
menjadi pertimbangan pendidik untuk menyimpulkan apakah
peserta didik itu marnpu memahami pelajaran yang diberikan
serta untuk memprediksi hasil belajar peserta didik setelah
melewati proses pembelajaran, walaupun tidak terlepas dari
faktor lainnya [18]. Guru harus mampu mengenali emosi
peserta didik sebagai sebuah kemampuan dan juga harus
mampu menyadari bahwa kemampuan ini dapat dipengaruhi
oleh kemampuan lainnya [2]

186
Masa Pandemi Covid-19

Karakteristik dari kecerdasan emosional yakni (1)


komponen interpersonal: sebuah kesadaran diri emosional
yang mencakup harga diri, aktualisasi diri, ketegasan,
kemerdekaan. (2) komponen interpersonal: sebuah empati
yang mencakup tanggung jawab sosial dan hubungan
interpersonal. (3) manajemen stres sebuah toleransi stress dan
kontrol impuls. (4) kemampuan beradaptasi sebuah pengujian
realitas, fleksibilitas, dan masalah. (5) suasana hati umum:
sebuah kebahagiaan optimis [8].
Aspek kecerdasan emosional menurut [19] terdiri atas
lima bagian yakni:
1. Mengenali emosi diri
Kemampuan individu untuk mengetahui perasaan
sewaktu perasaan itu dirasa. Kemampuan ini adalah
kemampuan mendasar yaitu kepekaan individu akan
emosinya. Kesadaran diri merupakan suatu persiapan
terhadap keadaan hati atau pikiran tentang emosi, bila
tidak dipersiapkan, individu dapat dengan cepat larut saat
dikuasai oleh emosinya sendiri. Kesadaran diri merupakan
suatu prasyarat untuk mengendalikan emosi yang membuat
individu mudah menguasai emosi.
2. Menguasai emosi
Kemampuan individu untuk menangani perasaan agar
terungkap dengan tepat, sehingga tercapai keseimbangan
dalam diri.Emosi yang berlebihan, dalam jangka waktu cukup
lama mengakibatkan individu tidak tenang.Kemampuan ini
untuk menghibur diri sendiri, melampiaskan kecemasan,
kemurungan atau ketersinggungan, dan akibat-akibat yang
ditimbulkan oleh emosi.
3. Memotivasi diri sendiri
Hasil belajar akan dipengaruhi juga oleh motivasi dalam
diri individu, yang berarti memiliki kesungguhan untuk
menahan diri pada kepuasan dan mengontrol keinginan

187
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

hati, serta memiliki perasaan menyemangati diri secara


positif seperti antusiasme, optimis, dan keyakinan diri.
4. Mengenali emosi orang lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain atau empati.
lndividu yang kapabilitas ernpati lebih, akan dengan cepat
mengerti kejadian atau permasalahan sosial yang ada dan
lebih mampu menerima pendapat orang lain, peka terhadap
perasaan orang lain, dan lebih mampu untuk menghargai
orang lain
5. Membina hubungan
Kemampuan dalam mernbina hubungan adalah
keterampilan yang akan menumbuhkan jiwa kepemimpinan,
reputasi dan keberhasilan antar pribadi. Keterampilan
dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam
keberhasilan menjalin suatu hubungan. Orang- orang yang
pintar dalam keterampilan menjalin hubungan ini akan
sukses dalam bidang apa pun dalam pergaulan, menjadi
teman yang menyenangkan, populer dalam lingkungannya
karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang
lain
Setiap individu pasti akan mengalami sebuah perkem-
bangan dari proses perbedaan sikap dan pertumbuhan.
Pertumbuhan yang didasarkan perkembangan, perkembangan
berhubungan dengan fungsi-fungsi jiwa dan tubuh, kemudian
terjadi suatu perbedaan (Muh & Nim, 2016). Pada tahap
ini, peserta didik kelas VII SMP termasuk pada bagian
perkembangan kecerdasan emotional konkret. Menurut
(Wintre dan Vallance dalam Stantrock, 2013) mengatakan ada
empat perkembangan kecerdasan emosional pada peserta
didik yakni: 1) mempunyai kemampuan untuk mengerti
emosi diri secara kornpleks; 2) memiliki pertirnbangan pada
kejadian-kejadian yang dapat menimbulkan ernosi tertentu; 3)
memiliki kemampuan untuk meredam ernosi negative, dan 4)
memiliki kemampuan untuk dapat mengelola emosi

188
Masa Pandemi Covid-19

Ketika peserta didik telah sampai pada tahap pertengahan,


peserta didik akan menjadi lebih introspektif dan strategik
dalam mengatasi ernosinya, akan menunjukkan empati yang
tulus dan dapat mengontrol emosi lebi baik dibandingkan
tahap sebelumnya [20]
Kecerdasan emosional mempunyai faktor – faktor dapat
mempengaruhi [19] mengatakan bahwa ada dua faktor yang
mempengaruhi kecerdasan emosional, yakni faktor internal
dan faktor eksternal, yaitu:
1. Faktor internal
Faktor in erasal dari dalam diri yang telah dipengaruhi oleh
kondisi otak einosioanl seseorang dan hal-hal lain yang
berada pada otak emotional
2. Faktor eksternal
Faktor ini berasal dari luar diri seseorang dan mengajak
seseorang untuk merubah tingkah laku. faktor eksternal
dapat secara perorangan ataupun kelompok.
Berdasarkan uraian di atas penulis mengembangkan
instrumen kecerdasan emosional dari lima kemampuan utama
kecerdasan emosional yakni mengenali emosi diri, mengelola
emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain,
dan membina hubungan.
Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa


setelah melalu kegiatan belajar [21]. Menurut [22] belajar
adalah proses yang dilakukan individu untuk mendapatkan
perubahan sikap yang baru secara keseluruhan, menjadi
hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya. Menurut peneliti belajar adalah suatu
perbedaan sikap menjadi lebih baik dari sebelumnya pada
setiap individu yang didapatkan setelah melalui proses
interaksi dengan lingkungan.

189
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil tertinggi


yang dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran tertentu. Hasil belajar dapat membuktikan
kemampuan sebenarnya siswa yang sudah mengalami
proses mentransfer ilmu pengetahuam dari pendidik. Jadi
dengan hasil belajar, dapat dilihat seberapa besar perubahan
peserta didik dalam menegrti substansi dari materi yang telah
diajarkan [5]. Hasil belajar matematika merupakan akhir
dari proses dalam rangka mengerti satu atau lebih pelajaran
matematika dengan memahamkan diri sendiri konsep
dari materi sebelum, karena dalam memahami pelajaran
matematika memerlukan tahapan-tahapan yaitu memahami
hal – hal yang mudahm kemudian memahami hal – hal yang
sulit, agar peserta didik dapat dengan mudah memahami
konsep dari pelajaran matematika yang diajarkan [23].
Setelah mengikuti pembelajaran peserta didik dianggap
memahami pelajaran atau materi tersebut dinilai dari adanya
perubahan dalam dirinya, seperti perubahan kemampuan
berpikir dan keterampilan terhadap penyelesaian masalah
matematika, yang mana pada Taksonomy Bloom dikelompokkan
dalam tiga ranah (domain), yakni (1) Domain Kognitif atau
kemampuan berpikir (2) Domain afektif atau sikap. (3) Domain
psikomotor atau ketrampilan [24]
Interaksi antara peserta didik dan beberapa faktor juga
akan mempengaruhi hasil yang dicapai (Hamdani., 2011)
yaitu:
Faktor internal: 1) kecerdasan adalah faktor yang penting
dalam proses belajar; 2) jasmani atau fisiologis (penglihatan,
pendengaran dll); 3) sikap positif untuk mengarahkan siswa
belajar; 4) minat belajar siswa, dan 5) bakat dan motivasi.
Sedangkan faktor eksternal: 1) keluarga; 2) sekolah, dan 3)
lingkungan masyarakat

190
Masa Pandemi Covid-19

Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik atau lebih dikenal dengan sebutan


pendekatan ilmiah adalah salah satu pendekatan dalam
kurikulum 2013. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
kurikulum 2013 dijelaskan sasaran pembelajaran mencakup
pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang dikolaborasi untuk setiap satuan pendidikan[25]. Proses
pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik merupakan
suatu pembelajaran yang sudah dirancaang dengan
harapan peserta didik dapat secara aktif mengkonstruk
konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan
mengamati, menyelesaikan masalah, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, menganalisis, membuat kesimpulan
dan mengomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang
ditemukan. [26] Maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan
saintifik merupakan pendekatan yang berpusat kepada
peserta didik itu sendiri.
Proses pembelajran saintifik berakaitan dengan tiga ranah
pembelajaran yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan [25].
Proses dari ketiga ranah terebut dapat digambarkan sebagai
berikut: Berikut merupakan ranah pembelajaran saintifik yang
dikutip dari [27]

Sikap

(Tahu Mengapa)

Produktif

Inovatif
Keterampilan Kreatif Pengetahua
n
(Tahu Bagaimana) Afektif

Gambar 1: Ranah Pembelajaran Saintifik

191
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik


merupakan proses pembelajaran yang memfokuskan berbagi
pengalaman secara langsung, yang dapat dilaksanakn dengan
observasi, eksperimen ataupun cara lain, sehingga informasi
yang didapat valid dan dapat dipertanggung jawabkan [22].
Rangkaian tahap pembelajaran yang telah diatur diharapkan
peserta didik dapat secara aktif mengkonstruk konsep, prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi
atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan
atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan
dan mengomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang
ditemukan. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam
pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati,
menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring. [28].
Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Saintifik,
yakni (1) Siswa menjadi pusat keterampilan proses dalam
mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip (3) melibatkan
proses kognitif untuk mengasah perkembangan intelek,
khususnya keterampilan berpikir tinggi peserta didik (4)
membentuk karakter peserta didik [28].
Langkah-langkah pendekatan saintifik dalam pembelajaran
antara lain mengamati, menanya, mencoba, mengolah dan
mengkomunikasikan atau dapat disajikan pada gambar 2.
langkah pendekatan saintifik [27]:

192
Masa Pandemi Covid-19

Mengamati

Mempertanyakan

Mencoba

Mengolah
Informasi

Mengkomunikasik
an

Gambar 2: Langkah Pendekatan Saintifik

Penutup
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan emosional juga menjadi salah satu faktor penting
pengaruh hasil belajar matematika peserta didik, begitupun
dengan pendekatan pembelajaran yang diterapkan oleh
pendidik saat proses pembelajaran. Peserta didik pada tahap
ini akan mengalami perubahan emosi yang tidak stabil
sehingga dapat berpengaruh pada proses pembelajaran
sehingga mengakibatkan hasil belajar matematika yang
didapat kurang memuaskan, untuk itu pendidik diminta
untuk menilai hasil belajar matematika tidak hanya dilihat
dari ujian berstandar saja tetapi dari beberapa faktor yang
mempengaruhi lainnya seperti kecerdasan emosional peserta
didik agar kedepannya pendidik diharapkan juga dapat
membantu peserta didik mengatasi perubahan emosi yang
terjadi agar tidak berpengaruh pada hasil belajar matematika.

193
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Rujukan
[1] A. Wiyono, M. Anggo, and K. Kadir, “Pengaruh Kecerdasan
Emosional Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas
VIII MTs Negeri 1 Kendari,” J. Penelit. Pendidik. Mat., vol. 6,
no. 2, p. 113, 2018, doi: 10.36709/jppm.v6i2.9121.
[2] F. W. Rahma, “Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 4 Metro
Pusat,” J. Tools, J. Manaj., vol. 7, no. 1, pp. 45–56, 2017.
[3] D. Ramadan, “Kecemasan Siswa Dalam Belajar
Matematika,” no. May, 2019.
[4] A. A. Permadi, E. A, Cholily M.Y, Putri, “Cooperative
Models Practice Type Teams Games Tournaments (TGT)
With a Saintific Approach on Material Opportunity,” MEJ
(Mathematics Educ. Journal), vol. 53, no. 9, pp. 1689–1699,
2013, doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
[5] W. Asry, I. Jaya, and L. Lubis, “The Influence of Emotional
Intelligence and Achievement Motivation to Learning
Achievement of Akidah Akhlak Subject at Madrasah
Aliyah Negeri 1 Medan,” vol. 22, no. 8, pp. 62–69, 2017,
doi: 10.9790/0837-2208046269.
[6] I. Sahidin, “The Correlation Between Student’s Emotional
Intelligence And Their Achievment In Reading
Comprehension (A Study at the Tenth Grade Science
Students of SMA NU,”, no. 1, p. 43, 2018, doi: 10.1017/
CBO9781107415324.004.
[7] J. Tyavbee and S. A. O, “Emotional Intelligence and
Achievement of Students in Mathematics : A Case Study,”
vol. 8, no. 5, pp. 1907–1913, 2018.
[8] B. Y. . Banat and O. . Rimawi, “An Impact of Emotional
Intelligence On Academic Achievement: A Case Study Of
Al-Quds University Students,” Int. Humanit. Stud., vol. 1,
no. 12, pp. 12–39, 2017.
[9] N. A. K. M. Nor, Z. Ismail, and Y. M. Yusof, “The
Relationship Between Emotional Intelligence And
Mathematical Competency Among Secondary School
Students,” J. Math. Educ., vol. 7, no. 2, pp. 91–100, 2016, doi:
10.22342/jme.7.2.3534.91-100.

194
Masa Pandemi Covid-19

[10] P. K. Pandey, N. Gupta, P. K. Pandey, and P. Giri, “The


Impression Of Emotional Intelligence On University
Students’ Academic Performance,” Int. J. Recent Technol.
Eng., vol. 8, no. 3, pp. 2171–2178, 2019, doi: 10.35940/ijrte.
C4583.098319.
[11] M. Fakhri, M. Taufik, and A. D. Ismail, “Improvement
of Mathematics Learning Outcomes by Applying The
Missouri Mathematics Project Learning Model And Dienes
Game Theory,” MEJ (Mathematics Educ. Journal), vol. 4, no.
1, pp. 95–101, 2020.
[12] N. Musfiqon, Pendekatan Pembelajaran Saintifik. 2015.
[13] B. Q. Baloch, M. Saleem, G. Zaman, and A. Fida, “The
Impact Of Emotional Intelligence On Employees’
Performance,” J. Manag. Sci., vol. 8, no. 2, pp. 208–227,
2015, doi: 10.1177/026142940702300203.
[14] C. MacCann, Y. Jiang, L. E. R. Brown, K. S. Double, M.
Bucich, and A. Minbashian, “Emotional Intelligence
Predicts Academic Performance: A Meta-Analysis,”
Psychol. Bull., vol. 0000219, pp. 1–98, 2019, doi: 10.1037/
bul0000219.
[15] M. A. Muhsinin, “Pengaruh Kecerdasan Emosional
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Di SDN Sregat
III Kabupaten Blitar,” 2016.
[16] A. Widya, “Pengaruh Kecerdasan Emosional Siswa
Terhadap Hasil Belajar Tematik Integratif di Kelas V-B MI
Mambaul Ulum Sepanjang Malang,” 2018.
[17] G. Akduman, “A Research about Emotional Intelligence
on Generations,” vol. 3, no. 4, 2015.
[18] C. Wibowo, “Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe
TGT Dan Peer Teaching Dalam Permainan Bola Besar
Terhadap Pengembangan Kecerdasan Emosional Siswa
Universitas Pendidikan Indonesia,” repository.upi.edu, pp.
1–20, 2014.
[19] D. Goleman, The Brain and Emotional Intelligence: New
Insights. More Than Sound, 2011.
[20] R. Muslikhah, “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional
dan Aktivitas Belajar Dengan Hasil Belajar Peserta Didik

195
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Melalui Poject Based Learding Kelas IV SD Negeri 5 Metro


Pusat,” Eur. Environ. Agency, vol. 53, no. 9, pp. 1689–1699,
2018, doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.
[21] A. P. Kusuma and M. Maskuroh, “The Differences of
Mathematics Learning Outcomes between Think Pair
Share (TPS) and Number Heads Together (NHT),” Al-Jabar
J. Pendidik. Mat., vol. 9, no. 1, p. 19, 2018, doi: 10.24042/
ajpm.v9i1.2246.
[22] W. Arfiani, “Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas x di SMAN 1 Waway
Karya Pada Pokok Bahasab Alat-Alat Optik,” Pendidik. Fis.,
2017.
[23] R. B. Sembiring and . M., “Strategi Pembelajaran Dan Minat
Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika,” J. Teknol.
Pendidik., vol. 6, no. 2, pp. 34–44, 2013, doi: 10.24114/jtp.
v6i2.4996.
[24] Zulyadaini, “Perbandingan Hasil Belajar Matematika
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Coop-coop dengan
Konvensional,” J. Ilm. Univ. Batanghari Jambi, vol. 16, no. 1,
pp. 153–158, 2016.
[25] D. Setiawan, “Pendekatan Saintifik Dan Penilaian Autentik
Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam,” AL-ASASIYYA J. Basic Educ., vol. 1, no. 2,
pp. 34–46, 2017, doi: 10.24269/ajbe.v1i2.683.
[26] S. Mutmainah and U. Rosyidah, “Analisis Kemampuan
Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Ditinjau dari
Kecerdasan Emosional,” JTAM | J. Teor. dan Apl. Mat., vol.
1, no. 1, p. 70, 2017, doi: 10.31764/jtam.v1i1.385.
[27] I. Kurniasih and B. Sani, “Implementasi Kurikulum 2013
Konsep dan Penerapan,” Kementrian Pendidik. dan Kebud.,
pp. 1–162, 2014.
[28] W. Surasmi Asrining, “Penerapan Pendekatan Saintifik
Dalam Proses Pembelajaran Kurikulum 2013,” J. Sep. Sci.
Eng., vol. 5, no. 1, pp. 11–21, 2013.

196
Kemampuan Komunikasi Matematis pada Pembelajaran
Daring
Tutmai Handayani1

Pengantar
Pengetahuan matematika mempunyai peranan penting
dalam perkembangan dan kemajuan sosial serta merupakan
gerbang profesi yang baik bagi masyarakat [1]. Melihat
bahwa manusia tidak bisa hidup secara individu, maka
mengakibatkan manusia senantiasa mampu beriteraksi
dan berkomunikasi. Melihat hal ini bahwa kemampuan
berkomunikasi dan bersosial sangat penting kedudukannya.
Peserta didik pastinya harus dibekali hal-hal yang bermanfaat
dalam kehidupan khususnya dalam bersosial. Salah satu yang
diperlukan peserta didik adalah mampu mengungkapkan
pemikirannya baik secara tulisan maupun ucapan. Matematika
mempunyai pengaruh terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi, oleh karena itu perlu dibimbing melalui proses
pembelajaran [2].
Perkembangan pembelajaran matematika yang berkembang
pada saat ini, peserta didik menjadi pemeran utama dan
aktif dalam membangun serta mengkontruksikan ide-ide
secara mandiri [3]. Pembelajaran seperti ini mendidik dan
merangsang peserta didik untuk aktif dan tidak hanya
mempunyai keterampilan berhitung atau pengetahuan tetapi
keterampilan berupa perbuatan [4]. Keterampilan tersebut
berupa bertanya, berdiskusi, memecahkan masalah, memberi
pendapat maupun saran. Pentingnya peserta didik memiliki
1
Tutmai Handayani, Mahaasiswa Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Muhammadiyah Malang

197
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

kemampuan berkomunikasi khususnya dalam ruang lingkup


pembelajaran matematika yaitu komunikasi matematis [5].
Peserta didik selalu memiliki kebutuhan untuk berkomunikasi
dengan guru, dan peserta didik lain untuk menyelesaikan
masalah dalam matematika dan memberikan ide matematika
[6], [7].
Sesuai kurikulum saat ini bahwa tujuan dari pembelajaran
adalah peserta didik memiliki kemampuan komunikasi.
Menurut The National Council of Teachers of Mathematics
menekankan pentingnya komunikasi. Pentingnya meng-
komunikasi ide matematika untuk mengembangkan pemikiran
dan pemahaman peserta didik [8]. Komunikasi dalam
pembelajaran matematika membuat peserta didik dapat
mengembangkan serta mengekspresikan ide atau membangun
pengetahuannya serta mampu menjelaskan [9]. Salah satu
tujuan pembelajaran matematika agar peserta didik memiliki
kemampuan mengkomunikasikan gagasan baik itu dengan
tabel, simbol, diagram, atau yang lain untuk memperjelas
pemahaman atau permasalahan. Sehingga jelas bahwa
kemampuan komunikasi penting dimiliki oleh peserta didik.
Saat ini terlebih lagi dengan pembelajaran menggunakan
sistem daring atau online mengakibatkan tidak maksimal
dalam komunikasi dan pada pembelajaran terjadi beberapa
kendala. Bahkan tidak sedikit peserta didik yang mampu
mengkomunikasi ide-ide matematika secara benar dan tepat.
Pada kegiatan pembelajaran daring peserta didik kesulitan
dalam mengkomunikasi ide matematika baik itu konsep,
rumus, simbol, penulisan dalam matematika maupun
pemecahan masalah. Hal itu terjadi karena peserta didik
hanya sekadar mengikuti pembelajaran tanpa mengetahui
maksud dan tujuan dari kegiatan pembelajaran tersebut. Oleh
sebab itu mengembangkan dan menumbuhkan keterampilan
komunikasi matematis pada peserta didik harus dilakukan.
Hal itu dimaksudkan agar pembelajaran lebih bermakna

198
Masa Pandemi Covid-19

walaupun proses kegiatan pembelajaran tidak dilakukan


secara langsung.
Melihat pernyataan di atas bahwa pentingnya
kemampuan komunikasi matematis tersebut, guru diharapkan
memahami komunikasi matematis serta mengetahui aspek
dari komunikasi matematis. Hal itu dimaksud agar dalam
pelaksanaan pembelajaran dapat dirancang dengan baik
dengan tujuan untuk mengembangkan komunikasi matematis
dapat tercapai. Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan
dari penulisan artikel ini adalah: (1) mengetahui pengertian
komunikasi matematis, (2) memaparkan indikator dalam
mengukur komunikasi matematis, (3) bentuk contoh soal
yang dipakai mengukur kemamuan komunikasi matematis,
(4) mengetahui model, strategi, dan pendekatan yang bisa
diterapkan untuk mengembangkan komunikasi matematis.
Pembahasan
Kemampuan komunikasi matematis membentuk suatu
keterampilan penyampaian informasi melalui adanya
disukusi maupun tanya jawab atau interaksi sehingga timbul
transformasi pesan [10]. Pesan yang disampaikan memuat
materi matematika terdiri dari konsep, rumus atau strategi
dalam menyelesaikan masalah. Yaeger menuturkan bahwa
kemampuan komunikasi matematis yaitu keterampilan dalam
mengkomunikasikan matematika secara lisan dan tulisan yang
menggunakan kosakata yang tepat dan kaidah matematis
yang sesuai [11]. Berbagai sumber telah memaparkan
bahwa pentingnya komunikasi dalam matematika [8], [12]–
[14]. Komunikasi matematika menjadi fokus utama dalam
pembelajaran khususnya pada pembelajaran matematika,
karena kegiatan komunikasi peserta didik mampu
mengorganisasi dan mengkonsolidasi berpikir matematis.
Sehingga dengan kegiatan tersebut peserta didik mampu
mengungkapkan ide atau gagasan secara matematis.

199
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Pentingnya memperhatikan kemampuan komunikasi


peserta didik perlu ditumbuhkan, melihat bahwa salah
satu fungsi pembelajaran matematika adalah cara meng-
komunikasikan ide secara praktis, sistematis serta efisien
[8]. Komunikasi matematis menjadi perhatian utama dalam
pembelajaran matematika karena selain matematika menjadi
alat bantu berpikir, menemukan pola, dan menyelesaikan
masalah juga menjadi alat untuk mengkomunikasikan ide
dengan jelas, tepat, dan ringkas [15]. Alasan lain, juga sebagai
aktivitas sosial, berupa interaksi yang mana komunikasi antara
guru dan peserta didik serta sesama peserta didik berguna
untuk mengasah potensi peserta didik tersebut. Hakikatnya
komunikasi dianggap menjadi cara guru dan peserta didik
untuk berbagi pemahaman, proses, dan pemecahan masalah
dalam matematika.
Aktivitas pembelajaran di kelas berupa komunikasi
matematis dapat berlangsung antara peserta didik dan guru
serta sesama peserta didik. Kegiatan komunikasi gagasan
mengenai matematika dilakukan dengan cara tertentu,
pembelajaran menjadi efektif apabila dalam kegiatannya
terjalin komunikasi. Penyampaian pesan disesuaikan dengan
kemampuan peserta didik, sehingga cara penyampian pesan
menyesuaikan dengan sistem representasi yang mampu
digunakan peserta didik [16]. Secara penyampaiannya
komunikasi matematis terdiri dari komunikasi lisan dan
komunisai tulisan. Komunikasi lisan berupa kegiatan diskusi,
tanya jawab, menjelaskan melalui presentasi, dan memberi
tanggapan. Komunikasi tulisan berupa mengungkapkan ide
matematika berupa gambar, grafik, tabel, dan pemecahan
masalah. Penggunaan bahasa informal dalam ruang lingkup
matematika lebih memudahkan pemahaman [17]. Bahasa
formal yang ada dibuku terkadang menghambat pemahaman
peserta didik. Bahkan dalam diskusi kelompok matematika
peserta didik menggunakan bahasa informal [18]. Maka

200
Masa Pandemi Covid-19

diskusi merupakan cara alternatif peserta didik berkomunikasi


dengan bahasa yang disukai dan mudah dipahami.
Peran guru dalam menumbuhkan serta menciptakan
komunikasi matematis sangat penting keadaanya. Guru
sebagai pengajar harus proporsional dalam artian bahwa guru
sebagai fasilitator, partisipan dan sebagai sahabat di kelas [19].
Guru berperan mensupport pembelajaran agar efektif dengan
cara membangun komuniktas di kelas sehingga peserta didik
mendapat kesempatan dalam mengekpresikan pemikirannya.
Melihat keterampilan komunikasi matematis peserta didik,
guru juga melihat indikator-indikator yang digunakan untuk
mengukur komunikasi matematis. Indikator kemampuan
peserta didik dalam komunikasi matematis pada pembelajaran
matematika yaitu: (1) mempresentasikan pernyataan
matematika secara lisan dan tulisan; (2) menjelaskan,
menganalisis dan mengevaluasi ide dan strategi penyelesaian
masalah matematika secara lisan dan tulisan; (3) penggunaan
bahasa matematika dan simbol untuk menyatakan ide-ide
matematika dengan tepat; (4) kemampuan mendengarkan,
menulis dalam bahasa matematika; (5) menyatakan uraian
atau pemikirannya dengan bahasa sendiri [20].
The National Council of Teachers of Mathematics telah
menetapkan standar komunikasi yang berguna agar
pembelajaran matematika dapat mengembangkan kemampuan
peserta didik, antara lain: (1) menyusun pemikiran matematika
dengan komunikasi; (2) mengkomunikasin matematika
secara logis dan terurut; (3) mengevaluasi dan menganalisis
pemikiran dari peserta didik lain; (4) menggunakan bahasa
matematika yang tepat dan sesuai untuk mengekspresikan
ide matematika [21]. Mengekspresikan keterampilan peserta
didik dalam aspek komunikasi, dapat dilihat dengan peserta
didik dalam merumuskan serta menyelesaikan permasalahan
masalah ketika diskusi, tanya jawab, menjelaskan melalui
presentasi, dan mengkungkapkan atau menggunakan ekpresi

201
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

matematika secara tulis baik menggunakan gambar, simbol,


model matematika atau dengan menggunakan bahasa sendiri
[16]. Kemampuan komunikasi yang muncul dari peserta
didik harus didorong dengan menjawab pertanyaan dengan
memberikan alasan yang relevan dan mampu mengomentari
pernyataan yang diungkapkan peserta didik lain. Hal
ini dalam kegiatan pembelajaran peserta didik mampu
memahami konsep-konsep matematika dan argumennya
menjadi bermakna.
Melihat kemampuan komunikasi matematis pada pem-
belajaran selain memberikan pertanyaan pancingan untuk
peserta didik juga dapat diberikan dengan soal yang berupa
uraian. Soal uraian yang dimaksud berupa soal yang mampu
mengungkapkan kemampuan komunikasi matematis. Soal
uraian yang dapat digunakan yaitu soal uraian transfer,
elaboratif, aplikatif serta eksploratif. Soal yang digunakan
contohnya materi persamaan linier yang berupa soal cerita,
pada bentuk soal ini peserta didik dapat menentukan model
matematika terkait permasalahan serta memberikan cara-cara
penyelesaian masalah yang sistematis dan tepat. Pertanyaan
soal seperti ini dapat digunakan untuk mengukur komunikasi
matematis. Keterampilan peserta didik dalam melesaiakan
permasalahan dengan menentukan model matematika,
menggambarkan aspek ekpresi matematika. Kemampuan
peserta didik dalam menggunakan bahasa sendiri dalam
penyelesaian tersebut adalah gambaran dari aspek menulis.
Pada masa pembelajaran secara daring kemampuan
komunikasi diharap dapat berjalan. Kemampuan komunikasi
matematis sangat penting dimilik peserta didik dan walaupun
pembelajaran secara online peserta didik dituntut untuk selalu
aktif. Salah satu alternatif agar komunikasi dan keaktifan
muncul dalam pembelajaran matematika yaitu dengan
menggunakan platform yang mendukung pembelajaran seperti
jika tatap muka menggunakan Zoom, Google Meet, Webex dan
masih banyak lagi, atau menggunakan Google Clasroom, Edmodo,

202
Masa Pandemi Covid-19

Wa dan aplikasi online lainnya. Guru diharapkan mampu


memilih momen di mana kapan memakai aplikasi tatap
muka atau tidak, khususnya dalam pembelajaran matematika
tidak cukup hanya menggunakan aplikasi non tatap muka
saja. Walaupun peserta didik dituntut untuk belajar mandiri
tetapi juga perlu penjelasan secara langsung oleh guru mana
materi-materi yang dirasa belum paham. Pada pembelajaran
online, komunikasi matematis secara tertulis pastilah dapat
berjalan namun komunikasi secara lisan sedikit terhambat.
Menumbuhkan komunikasi lisan guru dapat menggunakan
aplikasi online tatap muka seperti Zoom, Google Meet, Webex dll.
Kegiatannya dapat berupa tanya jawab, diskusi dan peserta
didik diminta untuk mengekpresikan dan menjelaskan ide
maupun permasalahan terkait materi. Sehingga komunikasi
matematis baik lisan maupun tertulis dapat berjalan.
Pembelajaran secara online juga dapat menggunakan
berbagai model dan startegi pembelajaran. Upaya menciptakan
kemampuan komunikasi matematis yang tumbuh dari
keterampilan peserta didik dapat dilakukan dengan berbagai
aktivitas antara lain: pemberian tugas yang bersifat open enden
task, dengan cooperative learning, menggunakan metode proyek,
pemberian masalah, menerapkan startegi think talk write,
menerapkan strategi explain build go beyond [15]. Upaya dalam
membangun masalah ini dengan melakukan startegi explain
build go beyond yang dipaparkan oleh Sherin yaitu strategi
yang dibuat untuk peserta didik yang tidak hanya berbicara
mengenai matematika tetapi kegiatan percakapan yang
produktif mengenai matematika. Masalah dari srtategi tersebut
adalah bagaimana peserta didik mampu memperoleh jawab
dari suatu permasalahan yang selanjutnya dikomunikasikan
baik lisan maupun tulisan, kemudian bagaimana peserta
didik mengembangkan pemahaman berdasarkan saran dari
peserta didik lain yang selanjutnya peserta didik mampu
mengembangkan jawaban seputar permasalahn yang lebih
kompleks.

203
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Startegi lainnya yang dipaparkan oleh Laughin


dan Huinker yaitu think talk write bahwa menekankan
pentingnya komunikasi, yaitu pentingnya peserta didik
mengkomunikasikan hasil pemikiran yang berkaitan dengan
matematika [22], [23]. Penerapannya dalam pembelajaran
online dengan menggunakan model ini yaitu dengan
memberikan materi atau video bersuara maupun video tutorial
pembelajaran yang mana kegiatan ini merupakan kegiatan
dari berpikir. Selanjutnya dari kegiatan tersebut peserta didik
akan mendapat kendala atau permasalahan terkait materi
atau apa yang belum dipahami. Peserta didik mempunyai
kesempatan untuk bertanya baik dapat menulis dikolom
pertanyaan atau pada sesi tatap muka. Kemudian peserta
didik melakukan kegiatan menulis berupa memecahkan
permasalahan matematika.
Dari pemaparan di atas dicermati bahwa pendapat
Sherin, Laughin dan Huinker merupakan pemikiran yang
bermaksud untuk mengembangkan kemampuan komunikasi
khususnya dalam ruang lingkup pembelajaran matematika.
Melatih kemampuan komunikasi matematis dengan tepat,
cermat, sistematis serta efisen, diharapkan akan menjadi
suatu kebiasaan yang dimiliki peserta didik. Hal ini mampu
menjadi sumbangan penting berkomunikasi matematis oleh
peserta didik. Berdasarkan uraian di atas diharapkan guru
untuk mengembangkan dan menumbuhkan kemampuan
komunikasi matematis peserta didik.
Penutup
Berdasarkan dalam artikel ini dapat disimpulkan bahwa
kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu
kunci utama dalam pembelajaran matematika. Melihat
pentingnya komunikasi matematis sebagai upaya untuk
menumbuhkan serta meningkatkan kemampuan dasar.
Kemampuan dasar tersebut berupa kemampuan bernalar,
kemampuan pemecahan masalah, kemampuan pemahaman

204
Masa Pandemi Covid-19

matematis, koneksi, dan kemampuan representasi komunikasi


matematis. Oleh sebab itu perlu dikembangkan dan
ditumbuhkan baik oleh guru, praktisi maupun peneliti. Banyak
peneliti-peneliti yang telah mengembangkan dan melakukan
research mengenai komunikasi matematis, dan tidak menutup
kemungkinan bahwa akan selalu dikembangkan lebih lanjut.
Melihat bahwa manusia bukan hanya sebagai individu
melainkan juga sosial yang mempunyai keyakinan, emosi, dan
prinsip yang mempengaruhi perkembangan sebagai peserta
didik.
Pembelajaran yang dilakukan secara online tetap menuntut
peserta didik untuk selalu aktif, sehingga guru harus
memberikan kesempatan peserta didik untuk mengekpresikan
ide atau gagasannya tidak hanya secara tertulis tetapi secara
lisan. Oleh sebab itu untuk menunjang pembelajaran secara
daring harus menggunakan aplikasi pembelajaran. Selain
itu penerapan model atau startegi pembelajaran untuk
memberikan variasi dalam kegiatan dikelas. Harapannya
pembelajaran secara online tidak mengurangi semangat dan
makna dari pembelajaran itu sendiri.
Rujukan
[1] S. Suratno, N. Komaria, Y. Yushardi, D. Dafik, and I.
Wicaksono, “The Effect of Using Synectics Model on
Creative Thinking and Metacognition Skills of Junior High
School Students,” 2019.
[2] K. N. Harahap and E. Surya, “Kemampuan komunikasi
matematika siswa dalam pembelajaran matematika,” no.
December, 2017.
[3] L. Darling-Hammond, L. Flook, C. Cook-Harvey, B. Barron,
and D. Osher, “Implications for educational practice of the
science of learning and development,” Appl. Dev. Sci., pp.
1–44, 2019.
[4] R. A. Kutuev, N. A. Mashkin, O. G. Yevgrafova, A. V
Morozov, A. N. Zakharova, and V. T. Parkhaev, “Practical
Recommendations on the Organization of Pedagogical

205
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Monitoring in Institutions of Vocational Education,” Int.


Electron. J. Math. Educ., vol. 12, no. 1, pp. 3–13, 2016.
[5] D. Kaya and H. Aydın, “Elementary Mathematics Teachers’
Perceptions and Lived Experiences on Mathematical
Communication.,” Eurasia J. Math. Sci. Technol. Educ., vol.
12, no. 6, 2016.
[6] I. Vale and A. Barbosa, “The importance of seeing in
mathematics communication,” J. Eur. Teach. Educ. Netw.,
vol. 12, pp. 49–63, 2017.
[7] B. Freeman, K. N. Higgins, and M. Horney, “How Students
Communicate Mathematical Ideas: An Examination
of Multimodal Writing Using Digital Technologies.,”
Contemp. Educ. Technol., vol. 7, no. 4, pp. 281–313, 2016.
[8] A. Bicer, C. Perihan, and Y. Lee, “The Impact of Writing
Practices on Students ’ Mathematical Attainment,”
internasioanl Electron. J. Math. Educ., vol. 13, no. 3, pp. 305–
313, 2018.
[9] A. M. Hussien, “The Impact of Combining Communicative
Traits of Writing with Cooperative Learning on Trainee
Teachers’ Pedagogical Knowledge and Attitudes.,” Int. J.
Instr., vol. 13, no. 1, 2020.
[10] A. A. Rizqi, “Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
melalui Blended Learning Berbasis Pemecahan Masalah,”
in PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 2016,
pp. 191–202.
[11] A. T. Ananda, M. Makmuri, and L. Ambarwati, “Penerapan
Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Think
Talk Write (TTW) untuk Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswapada Materi Pythagoras
Kelas VIII-E SMP Negeri 115 Jakarta,” J. Ris. Pembelajaran
Mat. Sekol., vol. 1, no. 1, pp. 76–85, 2017.
[12] D. Pimm, Routledge Revivals: Speaking Mathematically (1987):
Communication in Mathematics Clasrooms, vol. 4. Routledge,
2019.
[13] A. Fiss, Performing Math: A History of Communication and
Anxiety in the American Mathematics Classroom. Rutgers
University Press, 2020.

206
Masa Pandemi Covid-19

[14] K. Kostos and E. Shin, “Using math journals to enhance


second graders’ communication of mathematical thinking,”
Early Child. Educ. J., vol. 38, no. 3, pp. 223–231, 2010.
[15] C. Lorena and M. Sadiku, “The Importance of Four Skills
Reading , Speaking , Writing , Listening in a Lesson Hour,”
Eur. J. Lang. Literacture Stud., vol. 1, no. 1, pp. 29–31, 2015.
[16] P. Ramelan, “Kemampuan Komunikasi Matematis dan
Pembelajaran Interaktif,” J. Pendidik. Mat., vol. 1, no. 1,
2012.
[17] A. Jansen, D. Berk, and E. Meikle, “Investigating alignment
between elementary mathematics teacher education
and graduates’ teaching of mathematics for conceptual
understanding,” Harv. Educ. Rev., vol. 87, no. 2, pp. 225–
250, 2017.
[18] S. Hallam, A. Creech, and H. McQueen, “What impact
does teaching music informally in the classroom have on
teachers, and their pedagogy?,” Music Educ. Res., vol. 19,
no. 1, pp. 42–59, 2017.
[19] M. Roqib and N. Nurfuadi, Kepribadian Guru. CV. Cinta
Buku, 2020.
[20] H. E. Pansa, “PENGEMBANGAN LKPD DENGAN
MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI
MATEMATIS SISWA,” in Prosiding Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan Matematika, 2017, vol. 1, no. 1,
pp. 229–238.
[21] A. Bicer, C. Perihan, and Y. Lee, “The impact of writing
practices on students’ mathematical attainment,” Int.
Electron. J. Math. Educ., vol. 13, no. 3, pp. 305–313, 2018.
[22] M. Simanjuntak, “Model Pembelajaran Kooperatif Think-
Talk-Write (TTW) dan Software Autograph dalam
Mempersiapkan Pendidik Matematika menghadapi
Masyarakat Ekonomi Asean (Mea),” J. Din. Pendidik., vol.
9, no. 2, pp. 71–80, 2016.
[23] S. I. R. Syasri, H. Hasanuddin, and N. Noviarni,
“Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis:
Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Model

207
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write untuk


Siswa Sekolah Menengah Pertama,” JURING (Journal Res.
Math. Learn., vol. 1, no. 1, pp. 43–54, 2018.

208
Problematika Siswa Pada Pembelajaran Daring Matematika
Melalui Google Classroom Pada Masa Pandemi Covid-19
Vina Oktavia Candra Dewi1

Pengantar
Covid-19 atau sering disebut dengan virus corona ini adalah
penyakit yang sudah tersebar di seluruh dunia. Di Indonesia
sendiri kasus covid-19 dikonfirmasi muncul pada 2 Maret 2020
[1][2]. Semakin tingginya angka positif orang yang terinfeksi
virus corona, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang
tepat dan cepat sasaran guna untuk pencegahan penyebaran
virus. Kebijakan tersebut berisikan tentang pembatasan sosial
berskala besar (PSBB), di mana segala kegiatan yang melibatkan
banyak orang di tutup untuk sementara. Akibatnya kegiatan
di lakukan di rumah mulai dari bekerja dari rumah, ibadah di
rumah, dan belajar di rumah [3].
Belajar di rumah ini artinya siswa melakukan kegiatan
pembelajaran di rumah dengan menerapkan pembelajaran
daring (dalam jaringan). Kebijakan ini sejalan dengan surat
edaran dari Menteri Pendidikan yang menyatakan bahwa
pembelajaran dilakukan melalui video conference, digital
documents, dan sarana daring lainnya [4]. Pembelajaran daring
ini dapat memudahkan siswa dan guru dalam melakukan
pembelajaran dapat dilakukan di manapun dan kapanpun
[5], [6]. Pembelajaran daring ini dapat diakses menggunakan
handphone atau telepon genggam, pc yang tersambung
dengan jaringan internet. Di Indonesia sudah tersedia banyak
aplikasi pendukung pembelajaran daring di antaranyanya
1
Vina Oktavia Candra Dewi, Program Studi Pendidikan Matematika Universitas
Muhammadiyah Malang

209
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

google classroom, edmodo, LMS, dan lain-lain. Sedangkan untuk


video conference bisa menggunakan zoom, google meet, dan lain-
lain [1]. Aplikasi yang sering digunakan oleh guru dalam
pembelajaran daring yaitu google classroom.
Google Classroom adalah aplikasi yang dibuat oleh Google
yang bertujuan dapat mempermudah guru atau pengajar
dalam membuat dan mendistribusikan tugas secara online [7],
[8]. Dalam penggunaannya Google classroom dapat membantu
pengajar menghemat waktu, mengatur kelas, meningkatkan
komunikasi dengan siswa. selain itu aplikasi ini tersedia di
semua system operasi mulai dari windows, mac OS, iOS, dan
android. Siapa pun yang memiliki akun google classroom dapat
menggunakan seperangkat aplikasi pendukung lainnya
seperti Gmail, Google Drive dan Google Document [7]. Google
Classroom dapat digunakan sebagai media pembelajaran tak
terkecuali pada mata pelajaran matematika [9].
Matematika memiliki peran penting dalam berbagai
aspek kehidupan. Keberadaannya merupakan bagian dari
kehidupan sehari-hari, bahkan diperlukan dalam sebagian
besar karir [10]. Tanpa disadari matematika digunakan disetiap
aspek kehidupan. Matematika diperlukan dalam pengelolaan
uang, perhitungan luas bidang, perhitungan berat benda,
dan masih banyak lagi. Banyaknya kegunaan matematika
ini, tetapi banyak siswa yang tidak menyukai matematika
[11]. Matematika banyak tidak disukai siswa, karena siswa
menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang
sulit [12]. Untuk itu guru dituntut untuk lebih kreatif dalam
menentukan media dalam pembelajaran daring.
Pada proses pembelajaran daring, pembelajaran tidak
selalu berjalan mulus [13]. Terdapat beberapa kendala yang
dialami pada saat pembelajaran daring berlangsung. Kendala
pada guru di antaranyanya yaitu guru sulit memantau
perkembangan siswa, guru memerlukan banyak waktu
dalam mempersiapkan materi dan media, tidak semua guru

210
Masa Pandemi Covid-19

memahami IT, dan lain sebagainya. Sedangkan kendala bagi


siswa yaitu materi yang sulit dipahami, tidak semua siswa
memiliki fasilitas daring, kurangnya kesadaran siswa dalam
mengikuti pembelajaran daring dan lain sebagainya. Selain itu
kendala juga didapat dari orang tua yang kurang perhatian dan
berkontribusi dalam proses pembelajaran daring, baik karena
waktu maupun karena ekonomi yang tidak memungkinkan
untuk membeli kuota data terlebih handphone. Kendala
lainnya yaitu tempat tinggal siswa yang tidak terjangkau
dengan internet sehingga tidak dapat terkoneksi dengan baik.
[13].
Pembahasan
Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sangat


penting untuk dipelajari oleh manusia, yang didalamnya
terdiri atas aturan-aturan yang tersusun secara terstruktur dan
ketat [14]. Selain itu, matematika juga diartikan sebagai ilmu
yang diberikan kepada siswa di semua jenjang pendidikan,
yang diharapkan mampu memberikan bagian dalam rangka
meningkatkan kemampuan berpikir secara kritis, kreatif,
logis, sistematis, serta mampu bekerja sama secara efektif.
Cara berpikir serta sikap tersebut dapat dikembangkan
melalui pembelajaran matematika [15]. Pembelajaran
matematika sendiri diharapkan mampu membekali siswa
dalam memecahkan masalah, serta dengan matematika
siswa mendapatkan pengalaman yaitu matematika dapat
digunakan sebagai alat untuk memahami dan menyampaikan
informasi melalui persamaan-persamaan atau table dalam
model matematika yang merupakan bentuk sederhana dari
soal cerita maupun soal uraian lainnya.
Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring merupakan suatu pembelajaran


yang dilakukan dalam jarak jauh, yang dalam pelaksanaannya

211
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

memerlukan bantuan media berupa internet dan alat untuk


mengakses internet yaitu computer atau telepon seluler [16].
Media pembelajaran daring yang dapat digunakan yaitu di
antaranyanya adalah, aplikasi zoom, google classroom, TVRI,
whatsapp grop, google meet, LMS, dan lain sebagainya.
Kemendikubud juga memiliki portal belajar sendiri yang
dapat diakses secara gratis yaitu Rumah Belajar [4]. Tujuan
dari pembelajaran daring sendiri ialah memberikan layanan
pembelajaran yang bermutu dalam jaringan yang terbuka,
serta dapat menjangkau peminat dengan ruang belajar yang
lebih banyak dan lebih luas [6]. Kelebihan dari pembelajaran
daring di antaranyanya yaitu, meningkatkan hubungan antara
siswa dengan guru, pembelajaran tidak terbatas ruang dan
waktu, artinya pembelajaran dapat dilakukan kapanpun dan
di manapun, menjangkau siswa dalam cakupan yang luas dan
mempermudah dalam menyimpan materi pembelajaran [17]
[18].
Keuntungan dalam penerapan pembelajaran daring
yaitu, pembelajaran bersifat mandiri dan tingkat interaktif
yang tinggi, meningkatkan tingkat ingatan, memberikan
pengalaman yang lebih banyak dan baru kepada siswa dengan
adanya teks, audio, video, serta animasi dalam menyampaikan
materi, dan juga memberi kemudahan dalam menyampaikan,
memperbarui isi, mengunduh, berdiskusi, serta untuk
berkomunikasi secara langsung melalui video conference [18].
Selain itu, pada era revolusi industri 4.0 ini pembelajaran
daring juga dibutuhkan [19][20].
Pada masa pandemic saat ini, pembelajaran daring
merupakan satu-satunya media yang dapat menghubungkan
guru dan siswa dalam pembelajaran tanpa tatap muka. Pada
pelaksanaanya pembelajaran ini pasti memunculkan kendala
dalam pembelajaran, karena perubahan yang sangat cepat
tanpa adanya pembekalan yaitu dari pembelajaran tatap
muka beralih ke pembelajaran daring. Pada pembelajaran

212
Masa Pandemi Covid-19

tatap muka, guru menggunakan media yang ada di sekitar


lingkungan, serta guru juga sebagai media penyampai
informasi. Berbeda dengan pembelajaran daring, disini guru
dituntut untuk mempersiapkan media yang berupa visual,
yaitu berupa dokumen, gambar, video, audio yang dapat
menunjang siswa dalam melaksanakan pembelajaran daring
[21].
Pada proses pembelajaran, pembelajaran daring ini pasti
membutuhkan perangkat pendukung yaitu telpon seluler atau
komputer. Pada kenyataannya, sebagian orang tua maupun
siswa sendiri tidak memilikinya. Selain itu, pembelajaran
daring juga mengharuskan adanya internet yang mana hal itu
membutuhkan pulsa atau kuota yang biayanya tidak murah,
hal ini juga merupakan permasalahan bagi orangtua siswa
yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah,
bahkan tidak memiliki anggaran dalam menyediakannya.
Untuk itu, tak jarang banyak orang tua yang menyuruh siswa
untuk membantu orang tuanya dalam mencari uang, bahkan
siswa mengesampingkan pembelajarannya dengan alasan
tersebut. Kurangnya kesadaran siswa terhadap pentingnya
pembelajaran daring pada masa seperti ini juga merupakan
kendala keberlangsungan proses pembelajaran. Tidak hanya
itu, orang tua juga harus memperhatikan dan mengingatkan
siswa untuk mengikuti pembelajaran daring. Terlebih lagi
ketersediaan jaringan internet yang terbatas karena tempat
tinggal siswa yang berada di tempat terpencil, bahkan
tertinggal. Sehingga meskipun ada jaringan itu tidak stabil.
Google Classroom

Google classroom merupakan salah satu aplikasi yang


dibuat oleh google yang dimanfaatkan oleh guru dalam
pembelajaran sehingga siswa dapat menggunakannya dengan
mudah setiap kali diperlukan [8][22][23]. Google classroom di
desain sebagai aplikasi pembantu guru dalam membuat dan
membagi tugas kepada siswanya secara paperless [7][8]. Adapun

213
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

fitur-fitur di google classroom yang dapat dimanfaatkan yaitu


seperti assignment, grading, communication, time-cost, archive
course, mobile application, serta privacy [22]. Banyaknya fitur
yang dimiliki oleh google classroom, aplikasi ini juga mudah
didapatkan oleh siapa saja yaitu dengan mendownload melalui
Play Store pada android, AppStore pada iOS , maupun bisa
diakses melalui situs https://classroom.google.com [24].
Kemudahan google classroom untuk diakses oleh siswa
maupun guru, sehingga menyebabkan siswa lebih tertarik
dan senang untuk belajar. Selain itu, pengumuman mengenai
pemberian materi, pemberian tugas, pengumpulan tugas,
bahkan nilai dari tugas yang dikumpulkan bisa langsung
diakses oleh siswa secara langsung sehingga lebih cepat dan
efektif. Pengumuman tersebut bisa langsung dikirim melalui
gmail yang ditautkan dengan akun google classrooom pada
awal pendaftarannuya [25]. Pada pelaksanaannya google
classroom memerlukan akun google atau gmail untuk
mengaksesnya, selain itu guru harus membuat kelas pada
google classroom terlebih dahulu. Kemudian, siswa akan
diundang untuk memasuki ruang kelas tersebut melalui kode
atau dapat dibagikan melalui email pribadi kepada para siswa
[26].
Pandemi Covid-19

Covid-19 merupakan singkatan dari Corona Virus Disease


2019 ialah penyakit jenis baru yang disebabkan oleh virus
corona (SARS-CoV-2) yang diketahui awal kemunculannya di
Wuhan, Tiongkok pada akhir Desember 2019. [27]. Covid-19
dapat menular dari manusia ke manusia. Penularan virus
ini karena beberapa hal, di antaranyanya yaitu tidak sengaja
menghirup droplet yang keluar saat penderita Covid-19 batuk
ataupun bersin, kontak langsung dengan penderita, memegang
mulut/hidung tanpa mencuci tangan setelah menyentuh benda
yang terkena cipratan ludah [28]. Orang yang terinfeksi virus
Covid-19 ini biasanya mengalami gejala utama yaitu demam

214
Masa Pandemi Covid-19

dengan suhu >38°C, batuk kering (sebagian kecil berdahak),


serta mengalami sesak atau sulit bernafas[27]. Virus ini sudah
tersebar dengan cepat hingga saat ini lebih dari 65 negara yang
terinfeksi [27]. Untuk mengurangi laju penyebaran virus ini,
sehingga perlu adanya pencegahan yaitu dengan membatasi
aktifitas diluar rumah, meningkatkan daya tahan tubuh,
melakukan olahraga, istirahat cukup, menggunakan masker,
sering cuci tangan serta makan makanan yang dimasak hingga
matang [28].
Penutup
Berdasarkan hal-hal yang dipaparkan dalam artikel ini
dapat disimpulkan bahwa problematika pembelajaran daring
matematika melalui google classroom pada masa pandemic
ini di antaranyanya yaitu:
1. Guru memerlukan pemahaman yang lebih mengenai
teknologi, serta perlu adanya persiapan yang lebih dalam
melakukan pembelajaran daring. Mulai dari penyiapan
media, yaitu baik berupa dokumen, gambar, video, animasi,
maupun audio guna untuk menunjang pelaksanaan
pembelajaran daring.
2. Orang tua perlu mempersiapkan perangkat pendukung yaitu
berupa telepon seluler atau computer untuk melaksanakan
pembelajaran daring. Selain itu, orang tua juga haru
mempersiapkan biaya tambahan untuk mengakses internet
yaitu berupa kuota atau pulsa. Bahkan karena kurangnya
biaya dalam memenuhi kebutuhan pembelajaran, tak
jarang siswa disuruh untuk membantu orang tuanya untuk
melakukan pekerjannya. Tidak hanya itu, orang tua juga
harus memperhatikan dan mengingatkan siswa untuk
mengikuti pembelajaran daring.
3. Kurangnya kesadaran siswa akan pentingnya pembelajaran
daring pada masa pandemic saat ini.

215
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

4. Akses internet yang terbatas karena tempat tinggal siswa


yang terpencil, bahkan terplosok. Sehingga meskipun ada
jaringan itu tidak stabil.
Adanya problematika yang menghambat pelaksanaan
pembelajaran secara daring dibandingkan pembelajaran
luring. Sehingga, perlu adanya kesadaran yang lebih kepada
semua orang guna memutus laju penyebaran virus covid-19
ini, dengan selalu menggunakan masker jika berada di luar
rumah, sering cuci tangan, meningkatkan daya tahan tubuh,
istirahat yang cukup, serta makan-makanan yang dimasak
hingga matang. Dengan melakukan hal tersebut, bisa jadi
kemungkinan bahwa jika semua orang mematuhi protocol
kesehatan, dan angka kematian semakin menurun. Maka
pembelajaran akan segera dilakukan secara luring dan
pembelajaran akan berjalan sesuai dengan semestinya.
Rujukan
[1] M. Irfan, B. Kusumaningrum, Y. Yulia, and S. A. Widodo,
“Challenges During the Pandemic: Use of E-Learning in
Mathematics Learning in Higher Education,” Infin. J., vol.
9, no. 2, p. 147, 2020, doi: 10.22460/infinity.v9i2.p147-158.
[2] A. I. Almuttaqi, “Kekacauan Respons terhadap COVID-19
di Indonesia,” Thc Insigjts, vol. 1, no. 13, pp. 1–7, 2020.
[3] N. Kurniawati, “REFLEKSI PEMBELAJARAN JARAK
JAUH ONLINE DI MASA NEW NORMAL,” Jul. 2020.
[4] D. Prestiadi, “Efektivitas Penggunaan Media Belajar
Dengan Sistem Daring Ditengah Pandemi Covid-19,”
AdMathEdu J. Ilm. Pendidik. Mat. Ilmu Mat. dan Mat. Terap.,
vol. 4, no. January, p. 25, 2020.
[5] R. A. Firyal, “Pembelajaran Daring dan Kebijakan New
Normal Pemerintah,” LawArXiv Pap., pp. 1–7, 2020.
[6] O. I. Handarini and S. S. Wulandari, “Pembelajaran Daring
Sebagai Upaya Study From Home (SFH) Selama Pandemi
Covid 19,” J. Pendidik. Adm. Perkantoran, vol. 8, no. 3, pp.
496–503, 2020.

216
Masa Pandemi Covid-19

[7] H. Hikmatiar, D. Sulisworo, and M. E. Wahyuni,


“Pemanfaatan Learning Manegement System Berbasis
Google Classroom Dalam Pembelajaran,” J. Pendidik. Fis.,
vol. 8, no. 1, pp. 78–86, 2020, doi: 10.26618/jpf.v8i1.3019.
[8] A. B. Hakim, “Efektifitas Penggunaan E-Learning Moodle
, Google Classroom Dan Edmodo,” vol. 2, pp. 1–6, 2016.
[9] M. B. Menyelesaikan, D. M. Putri, M. Subhan, and M.
P. Dewi, “Student of Mathematics Department State
University of Padang, Indonesia Lecturers of Mathematics
Department State University of Padang, Indonesia 1,” vol.
3, pp. 4–7.
[10] A. Cordova, M. E. E. Chavez, and S. B. Gasca, “Mathematics
really generates anxiety? Empirical Study in middle school
students,” Int. Electron. J. Math. Educ., vol. 12, no. 1, pp.
88–97, 2016.
[11] A. Kurukkan, “Why High School Students Feel Mathematics
Difficult? An Exploration of Affective Beliefs.,” Online
Submiss., no. August, 2015.
[12] M. Paul and H. Ngirande, “The Influence of Students`
Perceptions on Mathematics Performance. A Case of a
Selected High School in South Africa,” Mediterr. J. Soc. Sci.,
vol. 5, Mar. 2014, doi: 10.5901/mjss.2014.v5n3p431.
[13] S. Bulan and H. S. Zainiyati, “PEMBELAJARAN ONLINE
BERBASIS MEDIA GOOGLE FORMULIR DALAM
TANGGAP WORK FROM HOME MASA PANDEMI
COVID-19 DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN)
1 PASER,” Pendidik. agama Islam, vol. 8, no. 1, 2020.
[14] D. W. Berutu, “MENGELOLA KECEMASAN SISWA
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI MTS
ISLAMIYAH MEDAN,” pp. 1–135, 2019.
[15] P. C. Crismono, “Pengaruh Outdoor Learning Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa The
Influence Of Outdoor Learning On The Mathematical
Critical Thinking Skills Of Students,” Junal Pendidik. Mat.
dan Sains, vol. 4, no. 2, pp. 106–113, 2017.
[16] H. Putria, L. H. Maula, and D. A. Uswatun, “Analisis Proses
pembelajaran Dalam Jaringan (DARING) Masa Pandemi

217
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

COVID-19 pada Guru Sekolah Dasar,” J. basicedu, vol. 4,


no. 4, pp. 861–872, 2020, doi: 10.31004/basicedu.v4i4.460.
[17] E. Windhiyana, “Dampak Covid-19 Terhadap Kegiatan
Pembelajaran Online Di Perguruan Tinggi Kristen Di
Indonesia,” Perspekt. Ilmu Pendidik., vol. 34, no. 1, pp. 1–8,
2020, doi: 10.21009/pip.341.1.
[18] E. S. Rosali, J. Pendidikan, and G. Universitas, “Aktifitas
Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi Covid-19
Di Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Siliwangi
Tasikmalaya,” Geogr. Sci. Educ. J. (GEOSEE, vol. 1, no. 1,
pp. 21–30, 2020.
[19] A. Sadikin and H. Afreni, “Pembelajaran Daring di Tengah
Wabah Covid-19,” J. Ilm. Pendidik. Biol., vol. 6, no. 2, pp. 214–
224, 2020, doi: https://doi.org/10.22437/bio.v6i2.9759.
[20] Pangondian R. A., P. I. Santosa, and E. Nugroho, “Faktor
- Faktor Yang Mempengaruhi Kesuksesan Pembelajaran
Daring Dalam Revolusi Industri 4.0,” Semin. Nas. Teknol.
Komput. Sains, vol. 1, no. 1, pp. 56–60, 2019.
[21] H. A. Rigianti, “KENDALA PEMBELAJARAN
DARING GURU SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN
BANJARNEGARA,” Elem. Sch., vol. 7, no. 2, pp. 297–302,
2020.
[22] Sabran and E. Sabara, “Keefektifan Google Classroom
sebagai media pembelajaran,” Pros. Semin. Nas. Lemb.
Penelit. Univ. NEGERI Makasar, pp. 122–125, 2019.
[23] I. N. M. Shaharanee, J. M. Jamil, and A. S. S. M. Rodzi, “The
application of Google Classroom as a tool for teaching and
learning,” J. Telecommun. Electron. Comput. Eng., vol. 8, no.
10, pp. 5–8, 2016.
[24] A. Widiatsih, R. Wulandari, and S. Muarif, “Pemanfaatan
Google Classroom dalam Penilaian Autentik Studi Kasus
SD Negeri Sidomulyo 05 Silo Kabupaten Jember,” Rekayasa,
vol. 13, no. 2, pp. 187–196, 2020, doi: 10.21107/rekayasa.
v13i2.5904.
[25] R. Utami, “Analisis Respon Mahasiswa terhadap
Penggunaan Google Classroom pada Mata Kuliah
Psikologi Pembelajaran Matematika,” Prism. Pros. Semin.

218
Masa Pandemi Covid-19

Nas. Mat., vol. 2, pp. 498–502, 2019.


[26] S. Sukmawati, “Implementasi Pemanfaatan Google
Classroom Dalam Proses Pembelajaran Online di Era
Industri 4 . 0,” J. Kreat. Online, vol. 8, no. 1, pp. 39–46, 2020.
[27] Yuliana, “Corona virus diseases (Covid-19); sebuah
tinjauan literatur,” wellness Heal. Mag., vol. 2, no. February,
pp. 187–192, 2020, doi: 10.2307/j.ctvzxxb18.12.
[28] D. Handayani, D. R. Hadi, F. Isbaniah, E. Burhan, and
H. Agustin, “Penyakit Virus Corona 2019,” J. respirologi
Indones., vol. 40, no. 2, pp. 119–129, Oct. 2020, doi: 10.1007/
s13312-017-1152-9.

219
Biodata Penulis
Aldofa Bagus Tivani, Lahir di Banyuwangi, 29 April 1999.
Aldofa atau Dofa adalah panggilan akarabnya oleh keluarga
maupun teman-teman. Aldofa adalah seorang yang terlahir dari
darah kesenian. Saat ini Aldofa menjadi mahasiswa Program
Studi Pendidikan Matematika dan Komputasi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Malang angkatan 2017. Selain menjadi mahasiswa, Aldofa
juga berkecimbung di dunia organisasi, salah satunya yaitu
HMJ Matriks Universitas Muhammadiyah Malang dalam
bidang BAKMI (Bakat dan Minat). Salah satu prestasi yang
sudah diraih yaitu juara 1 Rector Cup FKIP dalam lomba solo
dangdut di Universitas Muhammadiyah Malang.

Diella Aprilani Luthfia Amany, Lahir di Serang, 5 April


1999. Dila atau Fia adalah panggilan akarabnya oleh keluarga
maupun teman-teman . Dila saat ini sedang menjalani
pendidikan tingkat strata satu di Program Studi Pendidikan
Matematika dan Komputasi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang angkatan
2017. Selain menjadi mahasiswa, Dila juga mempunyai
pengalaman di dunia organisasi, salah satunya yaitu HMJ
Matriks Universitas Muhammadiyah Malang dalam bidang
MIKI(Media dan Komunikasi).

Ikhtiar Nur Insyafrudin atau biasa dipanggil Tiar oleh orang-


orang disekitarnya memiliki hobi olahraga terutama sepak
takraw, sepakbola maupun futsal. Ia lahir di kota Cilacap
pada tanggal 15 April 1998 dari pasangan Winardi dan
Uswatun Khasanah. Tiar menjadi sosok kakak dari kedua
adiknya Khaerul Anam dan Muhammad Ilham Alfarisi. Ia
pertama kali masuk sekolah pada tahun 2004-2010 di SDN
Pasanggrahan II. Di SD ia pernah mengikuti perlombaan
matematika dan cerdas cermat untuk mewakili sekolah dan
gugus. Kemudian setelah lulus melanjutkannya ke Pondok

220
Masa Pandemi Covid-19

Pesantren Daar El-Qolam dari tahun 2010-2016. Di Pesantren


ia mengikuti kegiatan ekstrakulikuler olahraga (sepak
takraw), Neos Del Sport, Jami’atul Qura (JMQ), dan Exact.
Kemudian melanjutkan ke jenjang Pendidikan yang lebih
tinggi di Universitas Muhammadiyah Malang dengan jurusan
Pendidikan Matematika. Pemuda berwajah tampan ini adalah
anggota tim sepak takraw Daar El-Qolam (ISTADA) dan
beberapa kali menjuarai kejuaraan antar sekolah maupun
umum. Di antaranyanya: Juara I PORDA 2015-2016 Tangerang
cabang Sepak takraw, Juara II PORPROV Banten 2015 cabang
sepak takraw, juara III POPDA Banten 2014 cabang sepak
takraw, juara III KEJURDA Banten 2014 cabang sepak takraw.

Isrotun Solikah, Lahir di Lamongan, tanggal 29 Oktober


1999. Isro panggilan akrab sejak SMA hinnga saat ini. Ia
menyelesaikan pendidikan di MIM Mojorejo pada tahun
2010, SMP 10 Modo pada tahun 2013, SMA Muhammadiyah 1
Babat pada tahun 2016, dan mulai menempuh pendidikan di
perguruan tinggi pada tahun 2017. Ia mahasisiwi dari jurusan
Pendidikan Matematika dan komputasi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan di Universitas Muhammadiyah malang.
Selain menjadi mahasiswi ia juga berkecimpung dalam
organisasi seperti HMJ (Himpunan Mahasisiwa Jurusan).
Selain itu baginya kegiatan diluar lapangan sangatlah
menyenangkan karena itu ia memilih mengikuti organisasi
yang bernama HW (Hizbul Wathan) dan sejak tahun 2019
menjadi Pembina HW di salah satu sekolah SMK di Malang.

Januar Prawitasari merupakan mahasiswi program studi


pendidikan matematika fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan(FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang.
Lahir di Pare, Kediri 30 Januari 1999. Wita adalah nama
panggilan akrabnya di kalangan teman-temannya. Wita
memulai pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang
pada tahun 2017, masuk melalui jalur undangan dan wita
merupakan siswi pendaftar pertama dan mendapatkan
Nomor induk Mahasiswa (NIM) pertama atau 001 di program
studi matematika Universitas Muhammadiyah Malang.
Selain sebagai mahasiswa, wita juga mengisi hari-harinya
dengan berbisnis online yang sudah dimulainya sejak duduk

221
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

dibangku SMA. Saat wita bersekolah di SMA yaitu SMA


Negeri 2 Pare, prestasi yang diperoleh saat SMA salah satunya
yaitu semifinalis olimpiade kedokteran hewan di Universitas
Airlangga Surabaya(VENOL) pada tahun 2016.

Lailaturrodziyah Alfi Syah, Lahir di Kota Gresik tepatnya 28


Februari 1999. Alfisyah adalah nama sapaan akrabnya. Gresik
merupakan salah satu kota yang ada di Jawa Timur. Saat
ini Alfisyah menjadi salah satu mahasiswi di program studi
Pendidikan Matematika dan Komputasi Fakultas keguruan
dan ilmu Pendidikan(FKIP) Universitas Muhammadiyah
Malang. Awal mulainya masuk pendidikan di Universitas
Muhammadiyah Malang pada tahun 2017 dengan melalui
jalur reguler gelombang 3. Adapun pendidikan formal yang
telah ditempuh yakni tahun 2011 lulus dari MI Nurul Huda,
Balongbendo, tahun 2014 lulus dari MTs. Al-Mushtofa Jetis
Mojokerto, dan pada tahun 2017 lulus dari MA Al-Musthofa
Jetis Mojokerto. Kemudian melanjutkan kuliah di Universitas
Muhammadiyah Malang. Prestasi yang pernah saya raih
yakni menjadi salah satu vokalis album madrasah yang ke
Vol.3. Aktivitas yang saat ini adalah menyelesaikan tugas
akhir yaitu skripsi dan juga fokus di usaha kecil-kecilan yang
dikerjakan bersama orang tua

Lalang Janastra atau biasa dipanggil Lalang oleh teman


dan orang-orang disekitarnya, memiliki hobi olahraga dan
bermain game. Ia lahir di kota Blitar pada tanggal 11 januari
1999. Lalang sekarang sedang menempuh pendidikan di
Universitas Muhammadiyah Malang pada jurusan Pendidikan
Matematika semester 7. Adapun Pendidikan formal yang telah
ditempuh yaitu pada tahun 2011 lulus dari SDN Pakunden II
Blitar. Tahun 2014 lulus dari SMPN 3 Blitar. Tahun 2017 lulus
dari SMAN 2 Blitar. Lalang adalah anggota paskibraka kota
blitar tahun 2015 dan beberapa kali menjuarai lomba baris –
berbaris yaitu: juara 1 pada tahun 2015 tingkat Jawa Timur,
juara 3 pada tahun 2016 tingkat Jawa Timur open dan juara 1
tahun 2017 se-jawa

Mareeya Adam, Lahir di Phatara-Thonburi Pathum Thani


Thailand tepatnya 17 April 1999, Mareeya atau Icha adalah

222
Masa Pandemi Covid-19

panggilan akrabnya oleh keluarga dan teman-teman. Mareeya


saat ini dapat beasiswa dari Thailand menjadi mahasiswa
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Matematika di
universitas Muhammadiyah Malang pada angkatan 2017.
Saat duduk dibangku SMP tepatnya di SMP Khlong Nung
Keawnimit School Pathum Thani, prestasi yang diperoleh saat
SMP yaitu juara 2 Qoriah Surat Waqiah pada tahun 2011 dan
Juara 3 Qoriah Surat Waqiah tahun 2013, dan SMA tepatnya
Tha-It Suksa School Nontaburi prestasi juara 1 Speech English
Money Just The Paper Award tahun 2014 dan juara 1 Speech
King or President For Thailand tahun 2015.

Moh. Mahfud Effendi, adalah dosen pada Program Studi


Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Program Magister Pendidikan Matematika, dan
Program Magister Pedagogi Universitas Muhammadiyah
Malang. Pendidikan dasar dan menengah diselesaikan di
tanah kelahirannya, yaitu di Probolinggo. S1 Pendidikan
Matematika di Universitas Muhammadiyah Malang
diselesaikan pada tahun 1991, S2 Manajemen di Universitas
Muhammadiyah Malang diselesaikan pada tahun 1997, dan
S3 Pengembangan Kurikulum di Universitas Pendidikan
Indonesia Bandung diselesaikan pada tahun 2013. Kegiatan di
bidang pendidikan, pengabdian, dan penelitian lebih banyak
dan focus pada pengembangan pembelajaran dan kurikulum.
Beberapa tulisan di jurnal nasional dan internasional banyak
menyoroti masalah-masalah pengembangan pembelajaran
dan kurikulum terintegrasi dan humanis khususnya di SMK.

Nor Misyulina, lebih akrab di sapa lina oleh teman teman di


Malang sedangkan di kota kelahirannya, orang orang lebih
sering menyapa dengan sapaan culin yang di dapatkannya
sewaktu masih kecil dan bertahan hingga detik ini. Lina lahir di
barabai pada 24 Mei 1999. Lina tengah menempuh Pendidikan
di Universitas Muhammadiyah Malang pada jurusan
Pendidikan Matematika semester 7. Adapun Pendidikan
formal yang telah ditempuh yaitu pada tahun 2011 lulus dari
MIN Barabai Utara. Tahun 2014 lulus dari MTsN Barabai.
Tahun 2017 lulus dari MAN 1 Hulu Sungai Tengah dan
kemudian melanjutkan kuliah ke Universitas Muhammadiyah

223
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

Malang sampai sekarang. Aktivitas yang dilakukannya akhir


akhir ini adalah menyelesaikan tugas akhir yaitu skripsi sambil
mencari hiburan dengan mendengarkan music dari boyband
favoritenya yang juga memotivasinya hingga sampai di titik
ini yaitu BTS

Nurazizah, Lahir di Kotawaringin Barat tepatnya 4 Juli 1999,


Azizah, sapaan akrabnya oleh keluarga dan teman-teman.
Kotawaringin Barat merupakan salah satu kabupaten yang
ada di Kalimantan Tengah. Saat ini Azizah menjadi salah
satu mahasiswi program studi Pendidikan Matematika dan
Komputasi Fakultas keguruan dan ilmu Pendidikan(FKIP)
Universitas Muhammadiyah Malang. Azizah memulai
Pendidikan di universitas Muhammadiyah malang pada akhir
tahun 2017, masuk melalui jalur regular gelombang pertama
dan mendapatkan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) seratus
empat puluh enam atau 146 dengan program studi Pendidikan
matematika dan komputasi. Selain sebagai seorang mahasiswa,
Azizah juga seseorang yang sangat menyukai kesenian daerah
dan traveling. Saat duduk dibangku SMA tepatnya di SMA
Negeri 1 Kotawaringin Lama , prestasi yang diperoleh saat
SMA yaitu Semifinalis Olimpiade SAINS tingkat Provinsi
Kalimantan Tengah tahun 2016 dan Semifinalis penyanyi solo
lagu daerah terbaik tingkat kabupaten pada tahun 2015.

Nurmalasari, Lahir di Tarakan, 21 Maret 1998. Mala adalah


panggilan akrabnya oleh keluarga dan Nurma adalah
panggilan akrabnya oleh temannya. Mala sekarang sudah
memiliki keluarga dan dikaruniai seorang putra yang
bernama ADIPATI AL-GHIFARI dan Mala tengah menempuh
Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang pada
jurusan Matematika semester 9. Adapun pendidikan formal
yang telah ditempuh yakni pada tahun 2016 lulus dari SMAN
2 Tarakan. Tahun 2013 lulus dari SMPN 10 Tarakan. Kemudian
melanjutkan kuliah di Universitas Muhammadiyah Malang
hingga sampai sekarang. Untuk sekarang aktivitas yang
didominasi yakni mengurus Rumah Tangga dan juga fokus
untuk menyelesaikan tugas akhir kuliah yakni SKRIPSI

Pangestu Titan Prayudho. Lahir di Jakarta, 10 Agustus 1997.

224
Masa Pandemi Covid-19

Titan, panggilan akrabnya kini tengah mengampu studinya di


perguruan tinggi swasta. Ia merupakan mahasiswa jurusan
Pendidikan Matematika di Universitas Muhammadiyah
Malang sejak tahun 2017. Saat ini ia sedang memiliki kesibukan
menyelesaikan tugas akhir skripsi. Di sela-sela waktunya, ia
juga menghabiskannya dengan berdiskusi bersama teman-
teman dari jurusan yang sama maupun yang berbeda. Alamat
email yang bisa dihubungi: pangestutitan@gmail.com

Siti Khoiruli Ummah terlahir di Jombang pada Tanggal 10


Januari 1989. Studi yang pernah ditempuh yaitu S1 Pendidikan
Matematika pada Tahun 2011 di Universitas Negeri Malang. Tak
Lelah untuk belajar, studi dilanjutkan di universitas yang sama
untuk Program Magister Pendidikan Matematika dan lulus
pada Tahun 2014. Pada Tahun 2015, karir awal yang ditempuh
yaitu menjadi dosen di Universitas Muhammadiyah Malang
sampai sekarang. Banyak pengalaman selama berkarir menjadi
dosen yaitu mengajar, meneliti, dan melakukan pengabdian
kepada masyarakat. Fokus penelitian yang dilakukan sejak
masa kuliah yaitu pengembangan pembelajaran di tingkat
sekolah menengah dan universitas. Hal ini membuahkan hasil
positif di mana publikasi penelitiannya terindeks Scopus pada
Tahun 2019 dengan judul Creating Manipulatives: Improving
Students' Creativity through Project-Based Learning. Tidak hanya
di bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat, fokus karir juga tertuju pada pengembangan
softskill mahasiswa. Hal ini juga membuahkan hasil yaitu
beberapa mahasiswa memenangkan lomba karya tulis tingkat
nasional dan mendampingi mahasiswa hingga lolos di ajang
PIMNAS Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) selama dua
tahun berturut-turut

St. Rubiatul Adhawiyah Yusuf, lahir di Kupang, 27 Juli 1998.


Ruby atau Bia adalah nama panggilan akrabnya. Ruby memulai
pendidikan formal tahun 2003, dilanjut tahun 2004 pada SDN
Angkasa, tahun 2013 lulus dari SMPN 5, tahun 2016 lulus
dari SMAN 1, setelah lulus ruby melanjutkan pendidikannya
pada tahun 2017 di Universitas Muhammadiyah Malang,
Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan
Matematika dan Komputasi.Selain menjadi mahasiswa ruby

225
Pembelajaran Matematika dan Problematikanya

juga berkecimbung di dunia organisasi yaitu tahun 2017


Anggota IMM Raushan Fikr dan UKM MBC UMM, 2018/2019
Kadept Keilmuan HMJ Matriks UMM dan Anggota Bidor
IMM Raushan Fikr, 2019/2020 Sekretaris BEM FKIP UMM,
2019/2020 Kabid IMANILLAH Malang dan 2019/2021
Sekretaris 1 IMAKIPSI Wilayah II. Kegiatan yang dilakukan
saat ini mengerjakan laporan akhir kuliah (Skripsi) dan
program kerja organisasi.

Tutmai Handayani, sosok yang akrab dipanggil Tutmai ini


lahir di Malang pada tanggal 23 Mei 1998 dari pasangan Dwi
Santosa dan Yuriah. Saat ini sedang menempuh pendidikan
S1 mengambil jurusan pendidikan matematika di Universitas
Muhammadiyah Malang. Pendidikan formal yang telah
ditempuh yaitu, pada tahun 2011 lulus dari SDN Mojorejo
1. Tahun 2014 lulus dari SMPN 1 Batu dan pada tahun 2017
lulus dari MAN Batu. Sejak SMP Tutmai sudah mulai tertarik
dalam dunia menulis, mulai SMP ia mencoba menulis
beberapa artikel sederhana dan mengikuti berbagai lomba
lomba menulis naskah dan pernah mendapat juara 1 PKM
tingkat Jawa Timur saat duduk di bangku MA. Kegiatan yang
dilakukan saat ini menjadi pengajar di Lentera Ceria dan anak-
anak disekitar rumah serta sedang menulis laporan akhir atau
skripsi.

Vina Oktavia Candra Dewi adalah anak perempuan dari


pasangan Lutfianto dan Rohmawati yang lahir di Malang,
tepatnya pada tanggal 06 Oktober 1998. Vina adalah nama yang
akrab dikalangan teman-temannya. Pendidikan formal yang
telah ditempuh yaitu, pada tahun 2011 lulus dari SDN Pujon Lor
3. Tahun 2014 lulus dari SMP Negeri 1 Pujon. Tahun 2017 lulus
dari MAN Kota Batu dengan mengambil jurusan IPA dan saat
ini Vina menjadi mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika
dan Komputasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di
Universitas Muhammadiyah Malang. Disela kesibukannya Vina
saat ini tengah mengerjakan tugas akhir skripsinya, selain itu ia
juga aktif di karang taruna di lingkungannya.

226

Anda mungkin juga menyukai