Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum Mikrobiologi

Muhammad Ihsan | 1162060066 | V/B


Judul Praktikum : Pengujian Zat Desinfektan dengan Kertas Cakram
Tanggal Praktikum : 13 Desember 2018
Tujuan Praktikum :
1. Mampu membuat pertanyaan penelitian (rumusan masalah) mengenai Perbedaan
penggunaan berbagai larutan Alkohol terhadap zona hambat bakteri.
2. Mampu menjawab pertanyaan penelitian (hipotesis) mengenai Perbedaan penggunaan
berbagai larutan Alkohol terhadap zona hambat bakteri.
3. Mampu menentukan variabel bebas dan variabel terikat mengenai berbagai larutan
Alkohol terhadap zona hambat bakteri.
4. Mampu melakukan Pengujian berbagai larutan alkohol.
5. Mampu mengkomunikasikan dalam bentuk gambar cara-cara Pengujian berbagai larutan
Alkohol dan hasil praktikum dengan tabel pengamatan.
6. Mampu mengukur zona hambat bakteri menggunakan kertas hambat dan
mengkomunikasikan dalam bentuk diagram.
7. Mampu mencari dua persamaan dan dua perbedaan berdasarkan cara-cara kerja
pengujian berbagai larutan alkohol dan hasil pengamatan.
8. Mampu menginterpretasi (membuat kesimpulan) dari data pengamatan.

A. Dasar Teori
Desinfektan adalah senyawa kimia yang dapat membunuh mikroba pada alat-alat atau
benda-benda mati. Sedangkan antiseptik merupakan pembunuh mikroba yang mempunyai
daya bunuh yang rendah dan biasanya digunakan pula pada jaringan hidup (Volk, 2005: 43).
Disinfektan mempunyai daya kerja terhadap vegetatif dari mikroorganisme, tetapi belum
tentu mematikan sporanya, sedangkan antiseptik merupakan proses yang mencakup
inaktivasi atau mematikan mikroorganisme dengan cara kimiawi. Antiseptik dapat bersifat
bakterisidal atau bakteri kostaktik. Hanya menghentikan pertumbuhan bakteri. Istilah
disinfektan dan antiseptis secara umum sulit dibedakan, sehingga penggunaannya boleh
dikatakan sinonim (Lay, 1990: 247).
Zona Hambat merupakan tempat di mana bakteri terhambat pertumbuhannya akibat
antibakteri atau anti mikroba. Zona hambat adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada media agar oleh antibiotik. Contohnya: tetracycline, erytromycin, dan
streptomycin. Tetracycline merupakan antibiotik yang memiliki spektrum yang luas
sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara luas (Pelczar, 1986 : 54).
Desinfeksi berarti mematikan atau menyingkirkan organisme yang dapat menyebabkan
infeksi. Meskipun dengan melakukan desinfeksi dapat tercapai keadaan steril, namun tidak
seharusnya terkandung arti sterilisasi. Desinfeksi biasanya dilaksanakan dengan
menggunakan zat-zat kimia seperti fenol, formadehide, klor, iodium dan sublimat. Pada
umumnya desinfeksi dimaksudkan untuk mematikan sel-sel yang lebih sensitif tetapi bukan
spora-spora yang tahan panas. Desinfektan adalah bahan yang digunakan untuk
melaksanakan desinfeksi. Sering kali sebagai sinonim digunakan istilah antiseptik, tetapi
pengertian desinfeksi dan desinfektan biasanya ditujukan terhadap benda-benda mati,
seperti lantai, piring dan pakaian (Irianto 2007 : 75-76).
Laporan Praktikum Mikrobiologi
Muhammad Ihsan | 1162060066 | V/B
Komponen-komponen desinfektan terdiri dari garam atau basa yang kuat dengan
komponen-komponen amonium yang terdiri dari empat bagian, adanya unsur radikal dalam
garam atau basa tersebut, radikal merupakan golongan alifat dan asam sulfat. Bakteri yang
lebih muda kurang daya tahannya terhadap disinfektan jika dibandingkan bakteri yang luar
yang memberikan hasil zona hambat yang terbentuk. Hal ini juga sesuai dengan sifat dari
dinding sel dari bakteri (Dwidjoseputro, 2008 : 183).

B. Alat dan Bahan

No. Alat Jumlah No. Bahan Jumlah


Masing-
Inokulasi E.Coli dan
1 Pipet 1 1 masing 1
Bacillus sp.
Tabung
Larutan Alkohol 30%,
2 Pinset 1 2 Secukupnya
50%, 70%, dan 90%
3 Cawan 1 3 Kertas Cakram Secukupnya

C. Langkah Kerja

Diinokulasi E.Coli Kertas cakram steril kertas cakram


dan Bacillus sp. dicelupkan ke dalam diletakkan di
pada NA cawan berbagai larutan permukaan agar
dengan streak alkohol, sisa larutan dengan pinset, tekan
kontinyu berlebih di ulas pada agar cakram
dinding wadah menempel

Diukur diamter zona


hambat yang Diinkubasi
terbentuk, selama 48 jam
bandingkan daya pada suhu 37ºC
kerja berbagai
Desinfektan

Pengujian Zat Desinfektan


Laporan Praktikum Mikrobiologi
Muhammad Ihsan | 1162060066 | V/B
D. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan pada Zona Hambat Bakteri
Hasil
Kelompok Jenis Desinfektan
24 jam Luas Zona Hambat 48 jam Luas Zona Hambat
Sunlight :- Sunlight :-
Alkohol :- Alkohol :-

1 Sunlight
Alkohol

Sunlight :- Sunlight :-
Madu :- Madu : 5 mm
2 Sunlight
Madu

Sunlight : 5 mm Sunlight : 5 mm
Madu :- Madu :-
Sunlight
3
Madu
Laporan Praktikum Mikrobiologi
Muhammad Ihsan | 1162060066 | V/B
Sunlight : 6 mm Sunlight : 7 mm
Alkohol 70% : 3 mm Alkohol 70% : 2 mm

4 Sunlight
Alkohol 70%

Nuvo :- Nuvo : 5 mm
Madu : 1 mm Madu : 4 mm
Nuvo Alkohol 70% : 2 mm Alkohol 70% : 2 mm
5 Madu Sunlight :- Sunlight :-
Alkohol 70%
Sunlight

Nuvo : 4 mm Nuvo : 5 mm
Madu :- Madu :-

6 Nuvo
Madu

Sunlight : 5 mm Sunlight : 7 mm
Madu : 10 mm Madu : 20 mm
7 Sunlight
Madu
Laporan Praktikum Mikrobiologi
Muhammad Ihsan | 1162060066 | V/B
Nuvo :- Nuvo :-
Madu :- Madu :-
Nuvo Alkohol 70% :- Alkohol 70% :-
8 Madu Sunlight : 12 mm Sunlight : 18 mm
Alkohol 70%
Sunlight

Nuvo :- Nuvo : 10 mm
Sunlight : 13 mm Sunlight : 20 mm

9 Nuvo
Sunlight

Nuvo : 12 mm Nuvo : 12 mm
Madu : 8 mm Madu : 8 mm
10 Nuvo
Madu
Laporan Praktikum Mikrobiologi
Muhammad Ihsan | 1162060066 | V/B
Tabel 2. Hasil Pengamatan Bakteri Antagonis
Tabel Hasil Pengamatan Kelompok 1
Nama Jamur Waktu Luas Dokumentasi
Aspergillus niger 24 jam 0 cm2

Kontaminan A 48 jam 0 cm2

Aspergillus niger 24 jam 0 cm2

Kontaminan A 48 jam 0 cm2


Tabel Hasil Pengamatan Kelompok 5
Nama Jamur Waktu Luas Dokumentasi

Menyebar seluruh
permukaan
Aspergillus niger 24 jam
5,5 cm

Menyebar seluruh
permukaan
Kontaminan 48 jam
5,5 cm
Laporan Praktikum Mikrobiologi
Muhammad Ihsan | 1162060066 | V/B

Menyebar seluruh
permukaan
Fungi X 24 jam
5,5 cm

Tabel Hasil Pengamatan Kelompok 10


Nama Jamur Waktu Luas Dokumentasi

Aspergillus niger 24 jam 0,5 cm

Fungi X 24 jam 1,5 cm

Aspergillus niger 48 jam 0,8 cm

Fungi X 48 jam 2,7 cm


Laporan Praktikum Mikrobiologi
Muhammad Ihsan | 1162060066 | V/B
Pembahasan Zona Hambat Bakteri
Pada praktikum kali ini, dilakukan pengujian terhadap zat-zat desinfektan untuk melihat
sejauh mana zat tersebut dapat membunuh bakteri dalam jangka waktu tertentu. Sesuai
dengan pendapat dari Badriyah dan Ubaidillah (2013) bahwa Desinfektan adalah preparat
kimia yang digunakan untuk desinfeksi kandang dan peralatan, guna membasmi
mikroorganisme, khususnya mikroorganisme yang membahayakan. Preparat ini tersedia
secara komersial yang masing-masing memiliki karakteristik kimiawi, toksisitas, biaya dan
penggunaan tertentu. Desinfektan merupakan bahan kimia yang dapat mematikan
mikroorganisme yang sedang dalam keadaan tidak aktif, sehingga hanya mematikan
bentuk vegetatif dari mikroorganisme, tetapi tidak efektif terhadap spora. Desinfektan
dapat mencegah infeksi dengan jalan penghancuran atau pelarutan jasad renik yang
patogen.
Dalam pengujian yang dilakukan, digunakan beberapa jenis Desinfektan yakni: Alkohol
70%, Nuvo (Sabun), Madu, dan Sunlight (Sabun). Pada percobaan ini medium yang
digunakan adalah medium NA (Nutrient Agar), Menurut Irianto (2007) karena medium ini
dispesifikasikan untuk pembiakan bakteri. Pada metode ini kertas cakram dengan diameter
tertentu dibasahi dengan desinfektan lalu dilekatkan dalam lempengan agar yang telah
diinokulasikan selama 48 jam. Jika desinfektan menghambat pertumbuhan bakteri, maka
akan terlihat daerah jernih atau zona bening di sekitar kertas cakram. Untuk melihat kinerja
dari desinfektan, maka dilakukan pengukuran pada waktu 24 jam dan 48 jam untuk melihat
zona bening yang terbentuk. Adapun bakteri yang digunakan adalah hasil dari Kontaminan
pada media NA, sehingga tidak diketahui jenis bakteri apa yang terdapat pada wadah yang
diberi desinfektan.
Untuk desinfektan yang pertama adalah Alkohol, alkohol yang digunakan pada
praktikum adalah 70%. Dari hasil pengamatan yang terlihat, zona bening yang dibentuk oleh
Desinfektan alkohol tidak terlalu luas, hal tersebut terlihat dari data awal 24 jam kemudian
48 jam yang tidak berubah dari 2 mm pada 24 jam dan masih 2 mm pada 48 jam. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat keefektifan alkohol dalam membunuh bakteri kurang, selain
itu Konsentrasi alkohol juga berpengaruh terhadap luas zona bening yang terbentuk,
semakin tinggi konsentrasi alkohol maka semakin luas zona bening yang terbentuk. Kurang
efektifnya alkohol dalam membunuh bakteri juga sejalan dengan pendapat dari Pelczar
(1996) bahwa alkohol mempunyai fungsi untuk mendenaturasi protein, membran sel,
merusak struktur lemak, dan membran protein mikroba, sehingga mikroba mengalami
dehidrasi. Dari pendapat tersebut jelas bahwa alkohol hanya membuat mikroba dehidrasi
dan tidak sepenuhnya mati.
Zat Desinfektan yang kedua adalah Nuvo, yang merupakan salah satu sabun yang biasa
digunakan untuk mandi. Zat yang digunakan ini berbentuk cair, dan memiliki tekstur yang
sedikit kental. Sabun jenis ini dibuat dari minyak kelapa jernih dan penggunaan alkali yang
berbeda yaitu kalium hidroksida. Bentuknya cair dan tidak mengental pada suhu kamar.
Selain itu, Mengandung bahan aktif antibakteri, seperti triclosan, triclocarban
/trichlorocarbamide, yang berguna untuk membantu membunuh bakteri dan mikroba,
namun tidak efektif untuk menonaktifkan virus. Adapun untuk komposisi dari sabun Nuvo
itu sendiri antara lain Air, TCC, Triclosan, Minyak kelapa, Minyak palem, Kausitik soda,
parfum, Gliserin, Titanuim dioksida, Cl 42051, dan Pelembab. Dari hasil praktikum yang
Laporan Praktikum Mikrobiologi
Muhammad Ihsan | 1162060066 | V/B
terlihat, cukup mengalami perkembangan yang signifikan dari 24 jam ke 48 jam. Misalnya
pada salah satu kelompok yang pada 24 jam zona beningnya 0 mm kemudian pada 48 jam
luas zona bening yang terbentuk sebesar 20 mm. Hal ini menunjukkan keefektifan Nuvo
sebagai zat desinfektan, dari beberapa komposisi yang terkandung di dalamnya, Senyawa
kimia yang paling ampuh membunuh bakteri adalah Triclosan yang memiliki mekanisme
kerja menghambat pertumbuhan bakteri. Menurut Adawiah dkk. (2016) bahwa Triclosan
membunuh bakteri dengan menghambat enzim yang berfungsi dalam sintesis asam lemak
sehingga mikroba kehilangan kekuatan dan fungsinya untuk berkembang biak. Triclosan
merupakan bahan aromatik terklorinasi yang memiliki kelompok fungsional berupa eter dan
fenol. Triclosan membunuh bakteri dengan cara menghancurkan dinding sel bakteri dengan
menghambat biosintesis lipid sehingga membran mikroba kehilangan kekuatan dan
fungsinya.
Selanjutnya pada Zat Desinfektan ketiga adalah Madu. Madu yang digunakan adalah
Madu hutan yang dijual bebas di pasaran. Menurut Habibah dkk. (2014) Madu memiliki
sifat antimikroba yang akan menghambat pertumbuhan atau keberadaan mikroorganisme,
Kandungan gizi dalam madu yang terdiri dari asam amino, karbohidrat, protein, serta
berbagai jenis vitamin dan mineral adalah zat gizi yang mudah diserap oleh sel-sel tubuh.
Asam amino bebas dalam madu mampu membantu penyembuhan penyakit. Madu juga
mengandung antibiotik yang berguna untuk mengalahkan kuman pathogen dan pH madu
yang berkisar 3,2–4,5 cukup rendah untuk menghambat pertumbuhan bakteri secara umum.
Dari data yang di dapatkan, Terlihat dari hasil pengamatan salah satu kelompok
menunjukkan 24 jam dengan luas zona bening 10 mm, kemudian menjadi 20 mm pada 48
jam, dari hal tersebut dapat dikatakan Madu memiliki tingkat keefektifan yang cukup baik
dalam membunuh bakteri.
Sesuai dengan literatur dari Mahgaidren (2018) yang menjelaskan bahwa Madu hutan
juga memiliki senyawa yang bersifat sebagai antibakteri, yaitu flavonoid. Flavonoid dalam
madu merupakan turunan dari senyawa fenol. Senyawa flavonoid yang merupakan senyawa
golongan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorpsi yang melibatkan
ikatan hidrogen. Pada kadar rendah terbentuk kompleks protein fenol dengan ikatan yang
lemah dan segera mengalami penguraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel dan
menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein. Pada kadar tinggi, fenol menyebabkan
koagulasi protein dan sel membran sitoplasma mengalami lisis.Mekanisme kerja fenol
sebagai desinfektan yaitu dalam kadar 0,01%-1% fenol bersifat bakteriostatik. Larutan 1,6%
bersifat bakterisid, yang dapat mengadakan koagulasi protein. Peranan flavonoid, sebagai
antibakteri, merupakan kelompok fenol yang mempunyai kecenderungan menghambat
aktivitas enzim mikroba, pada akhirnya mengganggu proses metabolisme.
Dan zat desinfektan yang terakhir adalah Sunlight, yang merupakan sabun cuci umum
digunakan untuk membersihkan pada peralatan makan dan masak. Bahan aktif yang
terkandung di dalamnya adalah 15% (natrium alkil benzena sulfonat, natrium lauril eter
sulfat), Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai
ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi
menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel
pada permukaan bahan. Kemudian Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi
pencuci dari surfaktan dengan cara menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air. Dan
Laporan Praktikum Mikrobiologi
Muhammad Ihsan | 1162060066 | V/B
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan detergen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas. contoh Sodium sulfat. Dan Aditif,
adalah bahan suplemen 3 tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya
pewangi, pelarut, pemutih, dan pewarna.
Dari data yang didapatkan, Zat desinfektan Sunlight merupakan yang paling efektif
dalam membunuh bakteri. Hal tersebut dapat terlihat dari luas zona bening yang terbentuk,
misalnya pada data 13 mm untuk 24 jam, kemudian menjadi 20 mm pada 48 jam. Pada data
lain, dari 12 mm menjadi 18 mm. Dari beberapa komposisi yang ada di dalam Sunlight,
senyawa kimia yang efektif dalam membunuh bakteri adalah Surfaktan yang dapat
mengganggu metabolisme sel bakteri. Menurut Sopiah dan Chaerunisah (2006) Surfaktan
Dapat menghambat metabolisme sel karena mengurangi ketersediaan karbon dan nitrogen.
Hal ini memicu terjadinya interaksi antara dinding sel bakteri dengan surfaktan yang tidak
dapat di degradasi oleh bakteri, sehingga mengganggu permeabilitas membran sel bakteri,
dan mengganggu metabolisme sel pada bakteri pula.
Menurut Volk (2005), penggunaan disinfektan keefektifannya bergantung pada waktu
kontak. Reaksi-reaksi kimia atau fisika yang akan terjadi memerlukan waktu yang cukup
untuk bergabung dan waktu yang diperlukan ini bergantung pada sifat disinfektan,
konsentrasi, pH, suhu, dan sifat organisme yang dihadapi dan perlu diperhatikan bahwa sel-
sel dalam populasi bakteri memiliki kesensitifan yang berbeda-beda terhadap disinfektan.

Grafik Zona Hambat Bakteri


1. 24 Jam

Pengaruh Desinfektan Terhadap


Pertumbuhan Mikroba
14

Zona Bening 24 Jam 1


12
Zona Bening 24 Jam 2
10
Dalam mm

Zona Bening 24 Jam 3


Zona Bening 24 Jam 4
8
Zona Bening 24 Jam 5
6 Zona Bening 24 Jam 6
Zona Bening 24 Jam 7
4
Zona Bening 24 Jam 8
2 Zona Bening 24 Jam 9
Zona Bening 24 Jam 10
0
Sunlight Alkohol 70% Sabun Nuvo Madu
Laporan Praktikum Mikrobiologi
Muhammad Ihsan | 1162060066 | V/B

2. 48 Jam

Pengaruh Desinfektan Terhadap


Pertumbuhan Mikroba
25
Zona Bening 48 Jam 1

20 Zona Bening 48 Jam 2


Zona Bening 48 Jam 3
Dalam mm

15 Zona Bening 48 Jam 4


Zona Bening 48 Jam 5
10 Zona Bening 48 Jam 6
Zona Bening 48 Jam 7
5 Zona Bening 48 Jam 8
Zona Bening 48 Jam 9
0 Zona Bening 48 Jam 10
Sunlight Alkohol 70% Sabun Nuvo Madu

Pembahasan Zona Antagonis Bakteri


Pada praktikum yang dilakukan, menggunakan mikroorganisme berupa Fungi
Aspergillus niger dengan Kontaminan yang ada pada media. Pada percobaan kali ini untuk
melihat bahwa kedua jenis mikroba dapat terjadi peristiwa Sinergis dan Antagonis. Apabila
Sinergis, maka tidak akan ada zona hambatan yang terbentuk di antara kedua sisi dari posisi
penggoresan mikroba. Dan apabila Antagonis, maka akan terbentuk zona hambatan di
antara sisi keduanya. Hal tersebut terjadi karena salah satu mikroba mengeluarkan zat
antimikroba yang dimilikinya untuk membunuh bakteri yang lainnya.
Menurut Djatmiko dkk. (2007) Adanya zona hambatan menunjukkan bahwa antagonis
tersebut mempunyai mekanisme penekanan secara antibiosis. antagonis hanya berhadapan
dengan patogen dan ada dalam lingkungan kaya nutrisi, sehingga mampu memunculkan
kemampuannya dalam menghambat patogen.
Dari hasil yang didapatkan, terlihat bahwa seluruh mikroba pada media yang digunakan
dalam percobaan mengalami kondisi Sinergis, hal tersebut karena tidak terlihatnya zona
hambatan pada kedua sisi penggoresan mikroba, melainkan tertutup sepenuhnya oleh
mikroba tersebut. Data hasil pengamatan menunjukkan, pada 24 jam awal untuk mikroba
Aspergillus niger luas zona adalah 0,5 cm dan pada 48 jam selanjutnya adalah 0,8 cm.
Sedangkan pada kontaminan X 24 jam adalah 1,5 cm dan 48 jam adalah 2,7 cm. Hal ini
menandakan bahwa kedua mikroba yakni Aspergillus niger dan kontaminan melakukan
proses Sinergitas.
Laporan Praktikum Mikrobiologi
Muhammad Ihsan | 1162060066 | V/B
Adapun faktor yang menjadi penyebab terjadinya sinergis pada mikroba tersebut,
menurut Asri dan Zulaika (2016) Mekanisme sinergisme antar isolat dalam konsorsium
masih belum diketahui dengan pasti, namun beberapa penelitian menduga disebabkan
karena beberapa faktor antara lain: (1) salah satu anggota genus mampu menyediakan satu
atau lebih faktor nutrisi yang tidak dapat disintesis oleh anggota genus yang lain, (2) salah
satu anggota genus yang tidak mampu mendegradasi bahan organik tertentu akan
bergantung pada anggota genus yang mampu menyediakan hasil degradasi bahan organik
tersebut, (3) salah satu anggota genus melindungi anggota genus lain yang sensitif terhadap
bahan organik tertentu dengan menurunkan konsentrasi bahan organik yang bersifat toksik
dengan cara memproduksi faktor protektif yang spesifik maupun non spesifik

E. Pertanyaan
1. Berdasarkan hasil pengamatan, perubahan apakah yang terjadi pada sekitar kertas
cakram? Jelaskan!
Jawab:
Hal yang terjadi pada kertas cakram adalah tampaknya zona bening yang tidak ditumbuhi
oleh mikroorganisme, hal tersebut karena pada kertas cakram terdapat zat anti mikroba
yang dapat membunuh mikroba yang dengan daya efektivitas masing-masing, sehingga
tampak zona bening.

2. Menurut Saudara, Apakah yang dimaksud dengan desinfektan?


Jawab:
Desinfektan adalah suatu zat yang mengandung senyawa kimia yang dapat mematikan
bagi mikroorganisme dengan mekanisme baik itu menghambat pertumbuhan dari
mikroorganisme, maupun menghancurkan bagian dari tubuh mikroorganisme tersebut.

3. Berdasarkan hasil pengamatan dan gambar diagram, beberapa larutan alkohol yang
digunakan dalam penelitian tersebut manakah yang paling baik kemampuan daya
desinfektannya? Apakah indikator variabelnya? Jelaskan!
Jawab:
Larutan yang memiliki daya desinfektan paling baik kemampuan daya desinfektannya
adalah Sunlight yang merupakan sabun cuci. Hal tersebut karena luas zona bening yang
ditunjukkan paling tinggi ketika di ukur diameternya, selain itu peningkatan luas zona
dari 24 jam ke 48 jam juga signifikan.

4. Berikan dua persamaan dan dua perbedaan berdasarkan cara-cara kerja pengujian
desinfektan dan hasil pengamatan?
Jawab:
Persamaan:
- Menggunakan Kontaminan yang tidak diketahui jenis Mikroba di dalamnya
- Waktu yang digunakan adalah 24 jam dan 48 jam.
Laporan Praktikum Mikrobiologi
Muhammad Ihsan | 1162060066 | V/B
Perbedaan:
- Zat desinfektan yang digunakan
- Zona Hambat yang ditimbulkan masing-masing Zat Desinfektan

F. Kesimpulan
Dari data dan hasil yang didapatkan, dapat disimpulkan bahwa pada zat desinfektan yang
diujikan beberapa memiliki tingkat efektivitas desinfektan masing-masing dalam
membunuh bakteri. Dari data yang didapatkan menunjukkan yang dominan dan memiliki
daya desinfektan tertinggi adalah Sunlight dengan kandungan Surfaktan sebagai zat
antimikroba.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh berbagai larutan Alkohol yakni
zat desinfektan yang lain (Sunlight) terhadap zona hambat bakteri. Selain itu, pada
percobaan Antagonis, terlihat bahwa umumnya hasilnya menunjukkan Sinergis. Artinya
kedua mikroba yang ada pada media tersebut dapat melakukan kerja sama dan tidak
mengeluarkan zat antimikroba yang dimiliki.

G. Daftar Pustaka
Adawiah, Syarifah R. Dkk. 2016. Kristal Hemoglobin pada Bercak Darah yang Terpapar
dengan Beberapa Sabun Antiseptik Cair Menggunakan Tes Teichmann dan Tes
Takayama. Jurnal Jom FK 3(1): 1-11 ISSN 2355-6889.
Asri, Anindya C. Dan Anny Zulaika. 2016. Sinergisme Antar Isolat Azotobacter yang
Dikonsorsiumkan. Jurnal Sains dan Seni ITS 5(2): 57-59 ISSN 2337-3520.
Badiyah, Nuril dan M. Ubaidillah. 2013. Pengaruh Frekuensi Penyemprotan Desinfektan
pada Kandang Terhadap Jumlah Kematian Ayam Broiler. Jurnal Ternak 4(2): 22-26 ISSN
2086-5201.
Djatmiko, Heru A. Dkk. 2007. Potensi Tiga Genus Bakteri dari Tiga Rizosfer Tanaman
Sebagai Agensia Pengendali Hayati Penyakit Lincat. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian
Indonesia 9(1): 40-47 ISSN 1411-0067.
Dwidjoseputro. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Surabaya: Djambatan.
Habibah, Siti S. Dkk. 2014. Pengaruh Larutan Madu Dengan Konsentrasi 15% terhadap
Penurunan Skor Gingivitis Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Martapura.
Jurnal Skala Kesehatan 5(2): 1-3.
Irianto, K. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Bandung: Yrama Widya.
Lay, B.W. 1990. Mikrobiologi. Jakarta: Rajawali Press.
Mahgaidren, Raviasan. 2018. Efektivitas Berkumur Larutan Madu Hutan 15% dan Larutan
Povidone Iodine 1% Terhadap Penurunan Jumlah Bakteri Rongga Mulut Pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Medan: Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Pelczar, M.J. 1996. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
Sopiah, R. Nida dan Chaerunisah. 2006. Laju Degradasi Surfaktan Linear Alkil Benzena
Sulfonat (LAS) pada Limbah Detergen Secara Anaerob pada Reaktor Lekat Diam
Bermedia Sarang Tawon. Jurnal Teknik Lingkungan 7(3): 243-250 ISSN 1441-318X.
Volk, W. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai