Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH EKONOMI MAKRO

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Mata KuliahEkonomi Makro

“Pengantar Ilmu Ekonomi Makro”

OLEH KELOMPOK 1 :

Arma Yulita 3320253

Rindu Ayunda Febrian 3320257

Kenia Chairun Nisak 3320267

DOSEN PENGAMPU :

Diana Kartika Dewi, S.E., M.Si

JURUSAN S-1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

2022
KATA PENGANTAR

Dengan Rahmat Allah SWT yang Maha Kuasa, penulis dapat menyelesaikan makalah ini
untuk melengkapi tugas makalah yang diberi judul “Pengantar Ilmu Ekonomi Makro” yang
diberikan oleh Dosen Pengampuh mata kuliahEkonomi Makroyang mana makalah ini
bermanfaat dalam pembelajaran di bangku perkuliahan S1 Perbankan Syariah.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh anggota kelompok yang telah
bekerja sama demi menyelesaikan makalah ini. Penulis juga menyempaikan ucapan terimakasih
kepada keluarga yang telah memberikan dukungan secara moril untuk mendukung lancarnya
pembuatan makalah ini. Dan terkhusus penulis menyampaikan terimakasih kepada Dosen
Pengampuh mata kuliah, yakni IbukDiana Kartika Dewi, S.E., M.Siyang telah memberikan
masukan-masukan serta arahan-arahan demi terwujudnya makalah ini.

Demikianlah, makalah ini dibuat sebagaimana mestinya. Makalah ini dibuat dengan
berbagai keterbatasan dan kekurangan ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun, demi menyempurnakan
penulisan selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Amin, sekianlah, penulis mengucapkan terima kasih.

Kamang, 25Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekonomi Makro..................................................................................................3


B. Perkembangan Ekonomi Makro............................................................................................4
C. Fokus Pembahasan dalam Ekonomi Makro..........................................................................5
D. Bentuk-Bentuk Kebijakan Ekonomi Makro.........................................................................8
E. Tujuan dari Kebijakan Ekonomi Makro..............................................................................10
F. Masalah Utama dalam Ekonomi Makro..............................................................................12
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................................................16
B. Saran....................................................................................................................................17

DAFTAR KEPUSTAKAAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ekonomi merupakan aspek terpenting di dalam suatu Negara. Ekonomi


menjadikan suatu Negara mampu untuk memenuhi kebutuhannya dengan memanfaatkan
sumber daya yang terbatas. Dari sumber daya yang terbatas itulah muncul masalah
ekonomi yang disebabkan oleh kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Masalah ekonomi
adalah masalah What, How, dan For Whom yang meliputi masalah produksi, distribusi,
dan konsumsi.
Pemecahan masalah dapat dilakukan oleh suatu Negara dengan melihat sistem
ekonomi yang diterapkannya. Jika Negara bisa memecahkan masalahnya, maka rakyat
akan hidup ssejahtera. Suatu Negara dipandang berhasil atau tidak dalam memecahkan
permasalahan ekonomi Negaranya sendiri dapat dilihat dari ekonomi makro dan mikro
Negara tersebut.
Ekonomi makro adalah studi tentang ekonomi secara keseluruhan. Makro
ekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak rumah tangga
(household), perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis
cara terbaik untuk mempengaruhi target-target kebijaksanaan seperti pertumbuhan
ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neraca yang
berkesinambungan.
Ilmu ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara agregat
(keseluruhan) variabel-variabel tersebut antara lain : pendapatan nasional, kesempatan
kerja, dan atau pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi,
maupun neraca pembayaran internasional.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penulisan makalah kali ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Ekonomi Makro?
2. Bagaimana Perkembangan Ekonomi Makro?

1
3. Apa saja yang dibahas dalam Ekonomi Makro?
4. Bagaimana Bentuk-bentuk Kebijakan Ekonomi Makro?
5. Apa saja Tujuan dari Kebijakan Ekonomi Makro?
6. Apa saja yang menjadi Masalah Utama dalam Ekonomi Makro?

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, maka penulis dapat mengekemukakan tujuan
penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Ingin mengetahui apa yang dimaksud dengan Ekonomi Makro
2. Ingin mengetahui bagaimana Perkembangan Ekonomi Makro
3. Ingin mengatahui apa saja yang dibahas dalam Ekonomi Makro
4. Ingin mengetahui bagaimana Bentuk-bentuk Kebijakan Ekonomi Makro
5. Ingin mengetahui apa saja Tujuan dari Kebijakan Ekonomi Makro
6. Ingin mengetahui apa saja yang menjadi Masalah Utama dalam Ekonomi Makro

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekonomi Makro


Makroekonomi merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mengkhususkan
mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian sebagai suatu keseluruhan.
Hubungan-hubungan kasual yang dipelajari dalam ilmu ekonomi makro pada pokoknya
adalah hubungan-hubungan antara variable-variabel ekonomi agregatif.
Dornbusch, R., Fischer, S., dan Startz menyebutkan, makroekonomi adalah
cabang ilmu ekonomi yang berurusan dengan berbagai masalah makroekonomi yang
penting (major macroeconomic issues) dan sekaligus merupakan persoalan yang dihadapi
di dalam kehidupan sehari-hari. Ekonomi makro adalah ilmu ekonomi yang mempelajari
kegiatan ekonomi secara menyeluruh. Pembahasan di dalam makroekonomi bukan lagi
bagian-bagian dalam suatu perekonomian atau hanya perusahaan saja, namun sudah
mempelajari variabel-variabel ekonomi secara agregat (menyeluruh) dalam
perekonomian. Antara lain : pendapatan nasional, kesempatan kerja, dan atau
pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun neraca
pembayaran internasional.1
Beberapa pakar ilmu ekonomi telah menjelaskan pengertian ekonomi makro,
diantaranya adalah :
1. Sadono Sukirno (2000)
Sadono Sukirno mendefinisikan ekonomi makro (macroeconomics) adalah sebuah
cabang ilmu ekonomi yang mempelajari tentang kegiatan utama perekonomian secara
komprehensif atau menyeluruh terhadap berbagai masalah pertumbuhan ekonomi.
Masalah-masalah yang dimaksud adalah :
a. Kegiatan ekonomi yang tidak stabil
b. Tingkat pengangguran
c. Neraca perdagangan serta pembayaran
2. Budiono (2001)

1
Imelda Sari, Pengantar Ekonomi Makro (Jakarta : Universitas Bina Sarana Informatika, 2020) hlm, 1

3
Prof. DR Budiono, mendefinisikan ekonomi makro adalah sebagai ilmu yang
mempelajari tentang pokok-pokok ekonomi, baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang yang meliputi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi suatu Negara.
3. Adam Smith
Adam Smith mendefinisikan ekonomi makro adalah bentuk analisa tentang
keadaan atau penyebab kekayaan Negara dengan menggunakan penelitian yang di
pandang secara menyeluruh dari kegiatan ekonomi.
4. Robert S. Pindyck dan Daniel L. Rubinfeld (2009)
Robert S. Pindyck dan Daniel L. Rubinfeld menuliskan bahwa definisi ekonomi
makro adalah sebuah ilmu ekonomi yang menangani variable agregat ekonomi,
seperti :
a. Tingkat dan rata-rata pertumbuhan produksi nasional
b. Angka pengangguran
c. Suku bunga
d. Inflasi

B. Perkembangan Ekonomi Makro


Ilmu ekonomi makro lahir dari usaha untuk menjelaskan Depresiasi Besar pada
tahun 1930-an di Amerika Serikat. Sejak saat itu disiplin ilmu ekonomi makro
berkembang, yang mengisi dirinya dengan masalah baru karena terjadinya perkembangan
dan perubahan atas masalah-masalah ekonomi. Di akhir tahun 1960-an, pemerintah
Amerika Serikat dipercaya dapat “menyetel perekonomian dengan baik”, tapi di tahun
1970-an kinerja perekonomian Amerika Serikat memburuk dan menunjukkan bahwa
penyetelan yang baik tidak selalu berjalan.
Sebelum adanya Depresiasi Besar, para ekonom menerapkan model ekonomi
mikro terkadang disebut market cleaning atau model klasik pada model yang luas.
Market cleaningdapat diartikan bahwa jumlah yang ditawarkan sama dengan jumlah yang
diminta, dan model klasik sendiri selalu menekankan bahwa harga dan upah senantiasa
menyesuaikan diri hingga seimbang. Sedangkan kata ilmu ekonomi makro baru
ditemukan sesudah Perang Dunia II.

4
Salah satu contoh analisa ekonomi klasik yaitu dengan penerapan analisis
penawaran dan permintaan klasik. Semisal penawaran tenaga kerja yang berlebih akan
menyebabkan turunnya upah hingga tingkat equilibriumyang baru serta mengurangi
adanya pengangguran. Dengan kata lain, para ekonom percaya bahwa resesi akan
memperbaiki dirinya sendiri. Tapi hampir selama 10 tahun terjadinya Depresiasi Besar,
tingkat pengangguran saat itu masih tinggi. Karena market cleaning atau model klasik
tersebut menjadi cikal bakal perkembangan ilmu ekonomi makro.
Setelah kegagalan dari model klasik muncullah Revolusi Keynes. Dimana
sebagian besar ilmu ekonomi makro berpijak pada pendapat Keynes. Menurut Keynes
bukan harga dan upah yang menentukan tingkat pekuang kerja, seperti model klasik,
melainkan permintaan agregat akan barang dan jasa. Keynes pun beranggapan bahwa
pemerintah dapat campur tangan dalam perekonomian untuk mempengaruhi tingkat
output dan peluang kerja serta merangsang permintaan agregat sementara permintaan
swasta rendah, sehingga dapat mengangkat perekonomian keluar dari resesi.
Sekitar tahun 1950-an setelah Perang Dunia II, karya Keynes mulai membawa
pengaruh baik terhadap kebijakan pemerintah. Campur tangan pemerintah dalam
perekonomian dengan mengunakan kekuasaannya untuk mencapai sasaran peluang kerja
dan output ke tingkat tertentu, dengan tujuan eksplisit untuk mengontrol naik turunnya
perekonomian.2

C. Fokus Pembahasan dalam Ekonomi Makro


Perhatian utama dari ilmu ekonomi makro ada tiga, yaitu inflasi, pertumbuhan
output dan pengangguran. Seorang pembuat kebijakan pemerintah pasti menginginkan
inflasi rendah, pertumbuhan output tinggi, dan penggangguran rendah. Tapi dalam
perekonomian makro tidak semua dapat berjalan baik. Bila kita memperbaiki satu sisi
maka kita akan memperburuk sisi yang lain. Sehingga dalam perekonomian makro penuh
dengan saling meniadakan (trade-off).
1. Inflasi
Inflasi merupakan kenaikan harga secara keseluruhan. Sejak lama, pengurangan
inflasi merupakan tujuan dari kebijakan pemerintah. Inflasi sendiri ada tiga macam,
2
Sugiyanto dan Anggun Putri Romadhina, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro dan Makro (Banten : Yayasan
Pendidikan dan Sosial Indonesia Maju (YPSIM), 2020) hlm, 73-75

5
yaitu creeping inflation, galloping inflation, dan hyper inflation. Creeping inflation
merupakan inflasi yang sifatnya rendah ataupun ringan berkisar 0-10%. Galloping
inflation merupakan inflasi yang sifatnya sedang atau di ambang batas, bila tidak
diatasi akan menciptakan ketidakstabilan ekonomi. Sedangkan inflasi yang paling
ditakuti adalah Hyper inflation, dimana inflasi ini sifatnya sudah tidak dapat
dikendalikan karna melambungnya harga-harga dan rendahnya daya beli masyarakat.
Kebanyakan orang tidak sadar tentang kehidupan di bawah inflasi yang sangat
tinggi. Dibeberapa Negara di dunia masyarakatnya sudah terbiasa dengan kenaikan
harga setiap hari, setiap jam, bahkan setiap menit sekalipun. Salah satu Negara yang
mengalami Hyper inflation adalah Bolivia. Pada tahun 1984 dan 1985, harga 1 butir
telur meningkat dari 3000 peso menjadi 10.000 peso dalam waktu seminggu saja. Dan
pada tahun 1985, 3 botol aspirin dijual dengan harga yang serupa dengan sebuah
mobil mewah pada tahun 1982. Dengan adanya harga-harga yang meroket dengan
cepat itu, tingkat inflasi di Bolivia mendekati 2000% per tahun, maka perekonomian
dan organisasi secara keseluruhan di Negara tersebut akan hancur.
2. Pertumbuhan Output
Perekonomian mengalami pertumbuhan tidaklah mendatar pada tingkat tertentu
sepanjang waktu, melainkan mengalami kecenderungan bergelombang naik turun
pada kinerja jangka pendek. Kecenderungan gelombang naik turun pada kinerja
jangka pendek tersebut secara teknis disebut daur (siklus) bisnis.
Kinerja perekonomian memiliki ukuran utama yaitu output agregat, jumlah total
barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian selama satu periode tertentu.
Bila output agregat mengalami penurunan, maka barang dan jasa akan berkurang
sehingga standar hisup rata-rata menurun. Periode menurunnya output agregat disebut
resesi apabila terjadi penurunan output agregat selama dua triwulan berturut-turut.
Dengan mengetahui penyebab dan meramalkan siklus bisnisnya, maka ilmu
ekonomi makro dapat digunakan sebagai upaya untuk mengemukakan mengapa
perekonomian berfluktuasi begitu dahsyat dan mengapa terkadang fluktuasi timbul
bukan karna kekuatan sederhana dari penawaran dan permintaan?
Ukuran tingkat pertumbuhan output selama periode panjang dan anggaplah lebih
panjang dari pada siklus bisnis yang biasa menjadi perhatian para ahli ekonomi makro

6
dan pembuat kebijakan pemerintah. Karna jika tingkat pertumbuhan output lebih
besar daripada tingkat pertumbuhan penduduk, ada peningkatan barang dan jasa yang
diproduksi tiap orang, sehingga secara rata-rata orang menjadi lebih makmur. Oleh
karena itu, pembuat kebijakan tidak hanya tertarik dengan fluktuasi pada output yang
mulus selama ada di siklus bisnis melainkan juga pada kebijakan yang mungkin
menaikkan tingkat pertumbuhan jangka panjang.
Sedangkan penawaran dan permintaan dalam ilmu ekonomi makro tidak berbeda
terlalu jauh dengan ilmu ekonomi mikro yang membedakannya hanya lingkup yang
dipelajari. Dalam mikro yang dianalisis adalah rumah tangga dan perusahaan
sedangkan dalam makro secara keseluruhan baik permintaan maupun penawaran serta
tidak semudah permintaan, penawaran dan keseimbangan di mikro. Permintaan dan
penawaran di makro disebut permintaan agregat dan penawaran agregat. Permintaan
agregat adalah permintaan total akan barang dan jasa dan penawaran agregat adalah
penawaran total barang dan jasa.
3. Pengangguran
Pengangguran merupakan masalah yang sering kita dengar dalam beberapa berita
dan kita baca di surat kabar yang selalu disiarkan tiap bulannya. Tingkat
pengangguran merupakan persentase angkatan kerja yang tidak mendapatkan
pekerjaan.
Para ahli ekonomi makro selalu berminat terhadap tingkat pengangguran yang
naik atau turun pada periode tertentu, tapi mereka juga berusaha menjawab mengapa
selalu ada pengangguran dan jangan berharap tingkat penganguran nol. Karena kapan
saja ada beberapa perusahaan dapat bangkrut disebabkan bersaing dengan rivalnya,
manajemen yang kurang baik, atau bernasib buruk. Dari perusahaan yang bangkrut
tersebut, pada karyawannya umumnya susah mendapatkan pekerjaan yang baru, dan
sementara merekab mencari pekerjaan, mereka menjadi pengangguran.
Bila menggunakan analisis penawaran dan permintaan, kita akan mengharapkan
kondisi berubah untuk menanggapi adanya pekerja yang menganggur tersebut. Dalam
ilmu ekonomi mikro maka tanggapan atas berlebihnya penawaran tenaga kerja adalah
dengan menurunkan upah sehingga keseimbangan akan tercapai lagi. Sedangkan

7
adanya pengangguran tampaknya mengimplikasikan bahwa pasar tenaga kerja
agregat tidak berada dalam keseimbangan.3

D. Bentuk-Bentuk Kebijakan Ekonomi Makro


Ilmu ekonomi makro selalu menaruh perhatian yang begitu besar terhadap
peranan pemerintah dalam menangani masalah-masalah yang ada pada Negara mereka
masing-masing. Adapun kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi perekonomian
makro. Kebijakan tersebut ada tiga jenis, yaitu kebijakan fiskal, kebijakan moneter, dan
kebijakan pertumbuhan.4
1. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal meliputi langkah-langkah pemerintah membuat perubahan dalam
bidang perpajakan dan pengeluaran pemerintah dengan maksud untuk mempengaruhi
pengeluaran agregat dalam perekonomian. Menurut pandangan Keynes, kebijakan
fiskal adalah sangat penting untuk mengatasi pengangguran yang relatif serius.
Melalui kebijakan fiskal, pengeluaran agregat dapat ditambah dan langkah ini akan
menaikkan pendapatan nasional dan tingkat pengangguran tenaga kerja.
Dibidang perpajakan, langkah yang perlu dilaksanakn adalah mengurangi pajak
pendapatan. Pengurangan pajak ini akan menambah kemampuan masyarakat untuk
membeli barang dan jasa dan akan meningkatkan pengeluaran agregat. Seterusnya
pengeluaran agregat dapat ditingkatkan lagi dengan cara menaikkan pengeluaran
pemerintah untuk membeli barang dan jasa yang diperlukannya untuk menambah
investasi pemerintah.
Dalam masa inflasi atau pada ketika kegiatan ekonomi telah mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh dan kenaikkan harga-harga sudah semakin pesat,
langkah sebaliknya harus dijalankan, yaitu pajak dinaikkan dan pengeluaran
pemerintah dikurangi. Langkah ini akan menurunkan pengeluaran agregat dan
tenakan inflasi dapat dikurangi.
Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) berawal di Wuhan, Tiongkok dan dengan
cepat menjadi permasalahan global, mendorong WHO menyatakan status pandemi
pada 11 maret 2020. Pemerintah Indonesia sendiri telah mengambil berbagai langkah
3
Ibid, hlm 75-80
4
Ibid, hlm 80

8
luar biasa atau (extraordinary) untuk melindungi masyarakat dan perekonomian di
tengah wabah Covid-19. Kebijakan fiskal menjadi salah satu instrumen kebijakan
utama pemerintah untuk menghadapi pandemi. Presiden RI telah menginstruksikan
agar prioritas kebijakan APBN di tahun 2020 fokus pada tiga hal, yakni menjaga
kesehatan masyarakat, melindungi daya beli khususnya msyarakat golongan tidak
mampu melalui penguatan dan perluasan jarring pengaman sosial, serta melindungi
dunia usaha dari kebangkrutan.
2. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter meliputi langkah-langkah pemerintah yang dilaksanakan oleh
Bank Sentral di Indonesia Bank Sentral adalah Bank Indonesia untuk mempengaruhi
(mengubah) penawaran uang dalam perekonomian atau mengubah suku bunga,
dengan maksud untuk mempengaruhi pengeluaran agregat. Salah satu komponen dari
pengeluaran agregat adalah penanaman modal (investasi) oleh perusahaan-
perusahaan. Suku bunga yang tinggi akan mengurangi penanaman modal dan apabila
suku bunga rendah lebih banyak penawaran modal akan dilakukan.
Dengan demikian salah satu cara yang dapat dijalankan pemerintah untuk
mempengaruhi pengeluaran agregat ialah dengan mempengaruhi penanaman modal.
Apabila pengangguran berlaku dalam perekonomian, pengeluaran agregat perlu
ditambah untuk mengurangi pengangguran. Menurunkan suku bunga untuk
menggalakkan pertambahan penanaman modal adalah salah satu cara untuk mencapai
tujuan tersebut. Tujuan ini dapat dicapai pemerintah dengan menjalankan keijakan
moneter.
Menurut pandangan Keynes, suku bunga ditentukan oleh permintaan dan
penawaran uang. Bank Sentral dapat mempengaruhi penawaran uang. Melalui alat-
alat dalam kebijakan moneter pemerintah dapat menambah penawaran uang. Ceteris
Paribus, pertambahan ini akan menurunkan suku bunga. Dengan penurunan suku
bunga tersebut, diharapkan penanaman modal akan bertambah dan ini akan
meningkatkan pengeluaran agregat. Sebagai implikasi dari perubahan ini, kegiatan
ekonomi akan meningkat dan pengangguran menurun. Dalam masa inflasi, langkah
sebaliknya perlu dilakukan, yaitu penawaran uang dikurangi untuk menaikkan suku

9
bunga. Diharapkan langkah ini akan menurunkan investasi dan seterusnya
pengeluaran agregat akan menurun. Hal ini akan mengurangi tekanan inflasi.5
3. Kebijakan Pertumbuhan
Banyak ahli ekonomi tidak percaya akan kemampuan pemerintah untuk mengatur
siklus bisnis secara akurat dengan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Menurut
mereka seharusnya kebijakan pemerintah fokus terhadap bagaimana merangsang
penawaran agregat sehingga dapat merangsang pertumbuhan potensial, output yang
potensial, dan pendapatan agregat.
Kekhawatiran para ahli ekonomi makro adalah kebijakan pemerintah untuk
membiayai pengeluaran yang lebih tinggi atau deficit dari pengumpulan pajak,
sebenarnya menguras seluruh simpnan (tabungan) yang seharusnya mengalir ke dunia
bisnis untuk digunakan sebagai investasi modal. Sedangkan kebijakan pemerintah
yang dmendukung pertumbuhan adalah dengan menurunkan dari pajak, sehingga
mendorong masyarakat untuk bekerja, menabung, dan melakukan investasi.6

E. Tujuan dari Kebijakan Ekonomi Makro


Setiap kebijakan ekonomi bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi
yang dihadapi. Berdasarkan masalah-masalah makroekonomi, Sukirno, menyebutkan
tujuan-tujuan kebijakan makroekonomi dibedakan lima aspek, yaitu :
1. Tujuan menstabilkan ekonomi
Berarti pula keinginan untuk menghindari fluktuasi yang tajam dalam kegiatan
ekonomi dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat dapat
menimbulkan inflasi. Apabila inflasi tidak dapat dikendalikan, kemerosotan ekonomi
yang serius dapat berlaku pada masa berikutnya. Fluktuasi yang tidak dikendalikan,
tidak akan menjamin pengangguran yang rendah, kestabilan harga-harga dan
kestabilan neraca pembayaran.
2. Mencapai Tingkat Penggunaan Tenaga Kerja (Kesempatan Kerja) Penuh Tanpa
Inflasi
Pada umumnya berbagai negara tidak dapat terus menerus mencapai penggunaan
tenaga kerja penuh. Apabila suatu masyarakat dapat selalu mencapai tujuan ini,
5
Imelda Sari, Op.Cit, hlm 8-11
6
Sugiyanto dan Anggun Putri Romadhina, Op.Cit, hlm 81-82

10
dengan sendirinya tujuan-tujuan lainnya, yaitu mencapai kestabilan ekonomi dan
pertumbuhan ekonomi yang teguh akan tercapai.
3. Menghindari Masalah Inflasi
Inflasi menimbulkan beberapa akibat buruk atas kesejahteraan masyarakat dan
kegiatan perekonomian. Adakalanya inflasi berlaku sebagai akibat ketidakstabilan
politik dan ekonomi suatu negara. Dalam keadaan seperti ini biasanya tingkat inflasi
tinggi dan sukar dikendalikan. Tetapi sering kali, inflasi berlaku sebagai akibat
permintaan masyarakat yang berlebihan, pertambahan penawaran uang yang
berlebihan dan kenaikan dalam biaya produksi. Kebijakan pemerintah diperlukan
untuk mengatasi masalah inflasi seperti itu.
4. Menciptakan Pertumbuhan Ekonomi yang Teguh
Ada dua alasan yang menyebabkan suatu negara harus berusaha mencapai
pertumbuhan ekonomi yang teguh dalam jangka panjang, menyediakan kesempatan
kerja kepada tenaga kerja yang terus menerus bertambah dan untuk menaikkan
tingkat kemakmuran masyarakat. Kedua alasan ini merupakan pendorong utama
pemerintah dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang teguh.
5. Mewujudkan Kekukuhan Neraca Pembayaran dan Kurs Valuta Asing.
Krisis moneter yang dialami Indonesia dan beberapa negara Asia lain pada tahun
1997-1999 merupakan pengalaman pahit, yang menunjukkan bagaimana sektor luar
negeri dapat menimbulkan efek buruk terhadap kegiatan ekonomi dalam negeri.
Neraca pembayaran yang tidak kukuh akan mengurangi kemampuan suatu negara
dalam menghadapi masalah pengaliran dana ke luar negeri yang melebihi dari
keadaan yang biasanya berlaku. Sebagai akibatnya, cadangan mata uang asing akan
merosot dan kurs mata uang asing meningkat. Hal ini akan menimbulkan beberapa
efek buruk ke atas kegiatan ekonomi di dalam negeri seperti inflasi berlaku, biaya
produksi meningkat dan kondisi sebaliknya daya beli riil masyarakat merosot.
Berbagai perubahan ini akan mengurangi kegiatan ekonomi di dalam negeri dan lebih
banyak pengangguran akan berlaku. Pengalaman ini menunjukkan bahwa kebijakan-
kebijakan ekonomi harus memperhatikan kedudukan neraca pembayaran dan kurs
valuta asing selalu tetap teguh keadaannya.

11
F. Masalah Utama dalam Ekonomi Makro
Menurut Sukirno, ada lima masalah utama di setiap negara dalam makroekonomi
yaitu :
1. Masalah pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan tolok ukur keberhasilan
pembangunan. Pertumbuhan ekonomi nasional dapat diukur dari tingkat pertumbuhan
Produk Domestik Bruto (PDB) dan untuk lingkup wilayah diukur dengan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB). Selain dipengaruhi faktor internal,
pertumbuhan ekonomi di suatu negara dapat juga dipengaruhi oleh faktor eksternal,
terutama setelah era ekonomi yang semakin mengglobal. Secara internal, menurut
Kalsum (2017:87) ada tiga komponen utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi
tersebut adalah pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam
masyarakat bertambah. Faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian Indonesia
tidak terlepas dari permasalahan kesenjangan dalam pengelolaan perekonomian,
dimana para pemilik modal besar selalu mendapatkan kesempatan yang lebih luas
dibandingkan dengan para pengusaha kecil dan menengah yang kekurangan modal.
Setiap negara mempunyai kesempatan untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi
dan meningkatkan pendapatan nasional, karena faktor-faktor produksi yang ada di
negaranya akan bertambah dari satu periode ke periode lainnya. Akan tetapi, belum
tentu ekonomi terus meningkat seperti yang diharapkan, karena adanya masalah
ekonomi seperti pengangguran dan inflasi. Masalah ekonomi ini bila tidak
diperhatikan oleh pemerintah, dalam jangka panjang mampu memperlambat
pertumbuhan ekonomi suatu negara.
2. Masalah ketidakstabilan kegiatan ekonomi.
Dalam sistem ekonomi bebas atau sistem ekonomi pasar, kegiatan ekonomi sering
mengalami pasang surut. Adakalanya pada suatu periode pertumbuhan ekonomi maju
pesat sehingga menimbulkan kenaikan harga-harga. Pada periode lainnya,
perekonomian berjalan lambat, bahkan kadang-kadang merosot, berada di tingkat
yang lebih rendah dari periode sebelumnya. Pergerakan naik turun kegiatan

12
perusahaan-perusahaan di dalam jangka panjang disebut Konjungtor atau siklus
kegiatan perusahaan (business cycle).
Siklus dalam suatu periode konjungtor berbeda dengan keadaan konjungtor pada
periode lain. Tetapi sifat-sifat dasar setiap siklus sama. Kurva konjungtur ekonomi
terdiri dari masa pertumbuhan, masa puncak kemakmuran (peak of wealth), masa
kemunduran, masa keterpurukan (peak of crises). Setelah krisis dapat teratasi,
akan terjadi masa pemulihan (recovery), pertumbuhan, dan seterusnya.
3. Masalah pengangguran.
Pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam
angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.
Seseorang yang tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak
tergolong sebagai penganggur. Sebagai contoh, ibu rumah tangga yang tidak ingin
bekerja karena ingin mengurus keluarganya tidak tergolong sebagai penganggur.
Terdapat hubungan yang erat di antara tingkat pendapatan nasional yang dicapai
dengan penggunaan tenaga kerja yang dilakukan, semakin tinggi pendapatan nasional,
semakin banyak penggunaan tenaga kerja dalam perekonomian. Para pengusaha
memproduksi barang dan jasa dengan maksud untuk mencari keuntungan.
Keuntungan tersebut hanya akan dapat diperoleh apabila para pengusaha dapat
menjual barang yang mereka produksikan. Semakin besar permintaan, semakin
banyak barang dan jasa yang akan mereka wujudkan. Kenaikan produksi yang
dilakukan akan menambah penggunaan tenaga kerja.
Salah satu faktor penting yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah
tingkat pendapatannya. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh dapat diwujudkan. Pengangguran mengurangi
pendapatan masyarakat, dan ini mengurangi tingkat kemakmuran yang dicapai.
Ditinjau dari sudut individu, pengangguran menimbulkan berbagai masalah
ekonomi dan sosial untuk yang mengalami. Ketiadaan pendapatan menyebabkan para
penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya. Di samping itu, dapat
mengganggu taraf kesehatan keluarga. Pengangguran yang berkepanjangan
menimbulkan efek psikologis yang buruk ke atas diri penganggur dan keluarganya.

13
Apabila keadaan pengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan politik
dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk pada kesejahteraan
masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang. Karena itu,
masalah pengangguran adalah masalah yang sangat buruk efeknya untuk
perekonomian dan masyarakat, dan harus secara terus-menerus dilakukan usaha dari
pemerintah untuk mengatasinya.
4. Masalah kenaikan harga (inflasi).
Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang
berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi (persentasi pertambahan kenaikan
harga) berbeda dari satu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara
ke negara lain. Adakalanya tingkat inflasi adalah rendah-yaitu mencapai di bawah 2
atau 3 persen. Tingkat inflasi yang moderat mencapai 4-10 persen. Inflasi yang sangat
serius dapat mencapai tingkat beberapa puluh atau beberapa ratus dalam setahun.
Akibat buruk inflasi yaitu menurunkan taraf kemakmuran segolongan besar
masyarakat. Sebagian besar pelaku-pelaku kegiatan ekonomi terdiri dari pekerja-
pekerja yang bergaji tetap. Inflasi biasanya berlaku lebih cepat dari kenaikan upah
para pekerja. Oleh sebab itu, upah riil para pekerja akan merosot disebabkan oleh
inflasi dan keadaan ini berarti tingkat kemakmuran segolongan besar masyarakat
mengalami kemerosotan.
Prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi semakin memburuk
apabila inflasi tidak dapat dikendalikan. Inflasi cenderung akan menjadi bertambah
cepat apabila tidak diatasi. Inflasi yang bertambah serius tersebut cenderung untuk
mengurangi investasi yang produktif, mengurangi ekspor dan menaikkan impor.
Kecenderungan ini akan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
5. Masalah neraca perdagangan dan neraca pembayaran.
Dua neraca penting dalam suatu neraca pembayaran adalah neraca perdagangan
dan neraca keseluruhan. Neraca perdagangan menunjukkan perimbangan di antara
ekspor dan impor. Sedangkan neraca keseluruhan menunjukkan perimbangan di
antara keseluruhan aliran pembayaran ke luar negeri dan keseluruhan aliran
penerimaan dari luar negeri.

14
Defisit neraca pembayaran berarti pembayaran ke luar negeri melebihi
penerimaan dari luar negeri. Salah satu faktor penting yang menimbulkan masalah ini
adalah impor melebihi ekspor. Pengaliran modal yang terlalu banyak ke luar negeri
adalah faktor lain yang menimbulkan defisit tersebut.
Defisit dalam neraca pembayaran menimbulkan beberapa efek buruk terhadap
kegiatan dan kestabilan ekonomi negara. Defisit sebagai akibat impor yang berlebihan
akan mengakibatkan penurunan dalam kegiatan ekonomi dalam negeri karena
konsumen menggantikan barang dalam negeri dengan barang impor. Harga valuta
asing akan meningkat dan menyebabkan harga-harga barang impor bertambah mahal.
Kegiatan ekonomi dalam negeri yang menurun mengurangi kegairahan pengusaha-
pengusaha untuk melakukan penanaman modal dan membangun kegiatan usaha yang
baru.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Makroekonomi adalah cabang ilmu ekonomi yang berurusan dengan berbagai
masalah makroekonomi yang penting (major macroeconomic issues) dan sekaligus
merupakan persoalan yang dihadapi di dalam kehidupan sehari-hari. Ekonomi makro
adalah ilmu ekonomi yang mempelajari kegiatan ekonomi secara menyeluruh. Ilmu
ekonomi makro lahir dari usaha untuk menjelaskan Depresiasi Besar pada tahun 1930-an
di Amerika Serikat. Sejak saat itu disiplin ilmu ekonomi makro berkembang, yang
mengisi dirinya dengan masalah baru karena terjadinya perkembangan dan perubahan
atas masalah-masalah ekonomi. ilmu ekonomi makro baru ditemukan sesudah Perang
Dunia II.
Perhatian utama dari ilmu ekonomi makro ada tiga, yaitu inflasi, pertumbuhan
output dan pengangguran. Ilmu ekonomi makro selalu menaruh perhatian yang begitu
besar terhadap peranan pemerintah dalam menangani masalah-masalah yang ada pada
Negara mereka masing-masing. Adapun kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi
perekonomian makro. Kebijakan tersebut ada tiga jenis, yaitu kebijakan fiskal, kebijakan
moneter, dan kebijakan pertumbuhan.
Setiap kebijakan ekonomi bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi
yang dihadapi. Berdasarkan masalah-masalah makroekonomi, Sukirno, menyebutkan
tujuan-tujuan kebijakan makroekonomi dibedakan lima aspek, yaitu :
1. Tujuan menstabilkan ekonomi
2. Mencapai Tingkat Penggunaan Tenaga Kerja (Kesempatan Kerja) Penuh Tanpa
Inflasi
3. Menghindari Masalah Inflasi
4. Menciptakan Pertumbuhan Ekonomi yang Teguh
5. Mewujudkan Kekukuhan Neraca Pembayaran dan Kurs Valuta Asing.
Menurut Sukirno, ada lima masalah utama di setiap negara dalam makroekonomi
yaitu :
1. Masalah pertumbuhan ekonomi.
2. Masalah ketidakstabilan kegiatan ekonomi.

16
3. Masalah pengangguran.
4. Masalah kenaikan harga (inflasi).
5. Masalah neraca perdagangan dan neraca pembayaran.

B. Saran
Demikian makalah sederhana ini kami susun, terima kasih atas antusiasme dari
pembaca yang sudi menelaah isi makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi
yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap pembaca yang budiman sudi memberikan kritik
konstruktif kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulis makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya, semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

17
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Sari, Imelda Sari. 2020. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta : Universitas Bina Sarana
Informatika.
Sugiyanto dan Anggun Putri Romadhina. 2020. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro dan
Makro.Banten : Yayasan Pendidikan dan Sosial Indonesia Maju (YPSIM).
Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta : Rajawali Press.

Anda mungkin juga menyukai