MAKALAH
Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Qowaid Fiqqiyah
Yang diampu oleh Bapak Choirul Imam A, S.S.I., M.H.I.
Disusun oleh:
Yadik
NIMKO : 2229222018
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita atas kehadiran allas SWT. Yang telah memberikan
rahmat serta hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Qowaid
Fiqqiyah yang membahas Perkawinan Beda Agama di Indonesia.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu saya dalam penyusunan makalah ini. Besar harapan saya bahwa
makalah ini dapat bernilai baik, dan dapat bermanfaat untuk masyarakat terutama
para mahasiswa kampus.
Saya menyadari bahwa makalah yang saya susun ini belumlah sempurna.
Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan
pembuatan makalah selanjutnya. Sesudah dan sebelumnya saya ucapkan terima
kasih.
penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan Masalah..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Pengertian Ekonomi Makro.......................................................................2
B. Pengertian Ekonomi Mikro........................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkawinan beda agama, dahulu diatur dalam sebuah peraturan yang
dikeluarkan pemerintah Hindia Belanda, yaitu Penetapan Raja tanggal 29
Desember 1896 No. (Stb. 1898 No. 158) yang dikenal dengan peraturan
tentang Perkawinan Campuran (Regeling op de Gemengde Huwelijken) yang
kemudian disebut GHR. Dalam GHR ini, jika dua orang yang berbeda agama
hendak melangsungkan perkawinan, Kantor Cacatan Sipil yang akan mencatat
perkawinannya. Namun, setelah berlakunya Undang-Undang nomor 1 tahun
1974 tentang Perkawinan (selanjutnya disebut dengan UU Perkawinan),
terutama setelah tahun 1983, pelaksanaan perkawinan beda agama menjadi
sulit pelaksanaannya.
Dalam Pasal 2 UU Perkawinan, dinyatakan bahwa perkawinan adalah
sah apabila dilakukan berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing.
Dari pasal ini, di lapangan sering kali dimaknai bahwa orang Islam
melaksanakan perkawinan dengan orang Islam, dengan berdasarkan agama
Islam; orang Katolik melaksanakan perkawinan dengan orang Katolik dengan
berdasarkan agama Katolik, dan seterusnya sehingga perkawinan dua orang
yang berbeda agama relatif sulit untuk dilaksanakan.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Ekonomi Makro?
2. Pengertian Ekonomi Mikro?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian ekonomi makro
2. Untuk mengetahui pengertian ekonomi mikro
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ekonomi Makro
1. Pengertian Ekonomi Makro
Ekonomi makro (makroekonomi) adalah salah satu teori dasar dalam
bidang ekonomi. Teori ini adalah teori kedua setelah teori ekonomi mikro
(mikroekonomi). Institusi organisasi atau pemerintahan dapat memecahkan
masalah manajemen organisasi dan keputusan tata kelola dengan
menerapkan teori ekonomi perangkat ilmu keputusan. Teori ekonomi
mengacu pada teori manajemen dan lainnya. Teori makroekonomi adalah
ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi secara individual sebagai unit
pengambilan keputusan, seperti konsumen individu, pemilik sumber daya
dan perusahaan bisnis, dalam sistem perdagangan bebas. Teori ekonomi
mikro menganalisis kegiatan ekonomi dengan memperhatikan struktur kecil
dari kegiatan ekonomi secara keseluruhan.
1
Abdul Rahman Suleman, dkk. “Ekonomi Makro”, (Yayasan Kita Menulis, 2020), hal.17
2
3
Ekonomi makro dapat membantu memahami dan menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan ekonomi dan juga sebagai alat untuk menentukan arah kebijakan
yang akan diambil untuk saat ini dan di masa depan.
Berikut ini adalah tujuan mempelajari ekonomi makro:
a. Mempelajari cara meningkatkan pendapatan nasional.
b. Memahami konsep untuk meningkatkan peluang kerja kepada
masyarakat dan meningkatkan kapasitas produksi.
c. Mempelajari cara mengontrol tingkat inflasi di suatu negara dan
menjaga kestabilan perekonomian.
2
Ibid., hal.19
4
B. Ekonomi Mikro
1. Pengertian Ekonomi Mikro
Pengertian Ekonomi Mikro Teori mikro ekonomi atau ekonomi mikro
boleh diartikan sebagai ilmu ekonomi kecil. Menerangkan arti teori mikro
ekonomi dengan menterjemahkan masing-masing perkataan dalam istilah tersebut
tidak akan memberikan penerangan yang tepat mengenai arti dari mikro ekonomi.
Arti yang sebenarnya hanya akan dapat dilihat dari corak ruang lingkup analisis
yang terdapat dalam teori tersebut.berdasarkan kepada pola dan ruang lingkup
analisisnya, teori mikro ekonomi dapat didefinisikan sebagai satu bidang dalam
ilmu ekonomi yang menganalisis mengenai bagian-bagian kecil dari keseluruhan
kegiatan perekonomian.Ekonomi mikro mempelajari perilaku konsumen dan
perusahaan serta penentuan harga-harga pasar dan kuantitas faktor input, barang,
dan jasa yang diperjual belikan. Ekonomi mikro meneliti bagaimana berbagai
keputusan dan jasa, yang akan menentukan harga, dan bagaimana harga, pada
gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa selanjutnya.
Individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi secara optimal,
bersama-sama individu lainnya di pasar, akan membentuk suatu keseimbangan
dalam skala makro dengan asumsi bahwa semua hal lain tetap sama (ceteris
paribus)
3
Jurnal Rumpun Ekonomi Syariah Volume 4, Nomor 2, Desember 2021
6
12
Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita karena keadaan
tertentu: a. karena wanita yang bersangkutan masih terikat satu perkawinan dengan pria lain; b.
seorang wanita yang masih berada dalam masa iddah dengan pria lain; c. seorang wanita yang
tidak beragama Islam.
13
Seorang wanita Islam dilarang melangsungkan perkawinan dengan seorang pria yang tidak
beragama Islam.
14
9 M.Quraish Shihab, M. Quraish…,Op. Cit,hlm: 595.
15
Imam al-Qodhi, Op.Cit, hlm.36
16
M.Quraish Shihab, M. Quraish …,Op.Cit, hlm. 597.
7
Penetapan Raja tanggal 29 Desember 1896 No. (Stb. 1898 No. 158) yang
merupakan peraturan tentang Perkawinan Campuran (Regeling op de
Gemengde Huwelijken).Dalam menentukan hukum mana yang berlaku bagi
orang-orang yang melakukan perkawinan campuran, GHR menyatakan
bahwa dalam hal seorang perempuan melakukan perkawinan campuran,
maka selama perkawinannya itu belum putus, tunduk kepada hukum yang
berlaku bagi suaminya, baik di lapangan hukum publik maupun hukum sipil
(Pasal 2). Pada Pasal 7 ayat (2) GHR dinyatakan bahwa dalam perkawinan
campuran ini, perbedaan agama, bangsa, atau asal sama sekali tidak menjadi
halangan untuk melangsungkan perkawinan.
4. Status Hukum Perkawinan Beda Agama Setelah Adanya UU
Perkawinan
UU Perkawinan memberikan peranan yang sangat menentukan
sah/tidaknya suatu perkawinan kepada hukum agama dan kepercayaan
masing-masing calon mempelai. Keadaan tersebut nampak jelas dalam Pasal
2 UU Perkawinan, yaitu “Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut
agama dan kepercayaannya masing-masing.” Dalam penjelasan Pasal 2 ayat
(1) dinyatakan bahwa tidak ada perkawinan di luar hukum agamanya dan
kepercayaannya itu.Umat Islam ―sebagai mayoritas penduduk Indonesia
ini―, sangat mensyukuri Pasal 2 (1) tersebut, karena dengan pasal ini
tertutuplah kemungkinan untuk melakukan perkawinan secara „sekuler‟ dan
juga tertutuplah kemungkinan bagi seorang muslim untuk menikah dengan
lakilaki atau perempuan musyrik, karena pernikahan ini dilarang (tidak sah)
menurut hukum Islam (fiqh). Bagi umat Islam, adanya larangan untuk
melangsungkan perkawinan beda agama tersebut, merupakan masalah
penting karena dalam peraturan perkawinan peninggalan Belanda berupa
GHR, penduduk Indonesia diizinkan melakukan perkawianan beda agama.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan diatas, dapat saya simpulkan bahwa perkawinan beda
agama setelah berlakunya UU Perkawinan di Indonesia, relatif sulit dilakukan.
Dengan tidak diaturnya secara jelas perkawinan beda agama dalam UU
perkawinan, maka terdapat polemik dalam pemahaman dan pelaksanaannya.
Berdasarkan Pasal 2 UU Perkawinan, ada yang menyatakan bahwa perkawinan
beda agama tidak boleh. Akan tetapi, berdasarkan Pasal 66 UU Perkawinan,
terdapat ahli hukum yang menyatakan adanya kekosongan hukum sehingga
peraturan GHR dapat diberlakukan. Dengan demikian, perkawinan beda agama
dapat dilaksanakan dengan pencacatan di Kantor Catatan Sipil. Terlepas dari
polemik tersebut, saat ini realitas masyarakat masih menghendaki berlakunya
legalitas perkawinan beda agama. Banyaknya praktek perkawinan beda agama
di masyarakat, yang relatif sulit dilaksanakan, menjadi permasalahan hukum
yang perlu mendapatkan penyelesaian.
Sedangkan dalam Islam, pernikahan beda agama pada dasarnya
dilarang. Akan tetapi terdapat pengecualian apabila pasangan laki-laki adalah
seorang mukmin dan pasangan perempuan adalah ahli kitab, pada pasangan
semacam inilah para ulama‟ berbeda pendapat dalam menghukumi. Kaidah
ushul fiqh “ idza ijtama‟a baina al halal wal haram ghuliba al haram” bisa
dijadikan solusi dalam pengambilan hukum sebagai bentuk ihtiyaat atau kehati-
hatian dalam pelaksanaan syariah Islam.
B. Saran
Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan, membantu, dan
memudahkan kita dalam memahami pernikahan beda agama yang ada di
Indonesia yang sebenarnya. Untuk itu kami menghimbau untuk memahami isi
makalah ini sebaik-baik mungkin sehingga dapat mengimplementasikan dalam
kehidupan.
8
DAFTAR PUSTAKA