Minggu 6-7
Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa darah
meningkat tetapi belum mencapai parameter untuk didiagnosis sebagai DM. Menurut ADA
tujuan terapi DM adalah normalisasi kadar glukosa atau kendali DM. Kendali DM optimal
dapat mencegah atau menunda terjadinya komplikasi makroangiopati terutama penyakit
kardiovaskuler dan mikroangiopati DM (neuropati, retinopati, nefropati dan aterosklerosis).
Tes Laboratorium Dm
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes pemantauan terapi dan tes
untuk mendeteksi komplikasi.
TES SARING
GDP
GDS
Tes Glukosa Urin:
TES DIAGNOSTIK
Tes-tes diagnostik pada DM adalah:1
GDP
GDS
GD2PP (Glukosa Darah 2 Jam Post Prandial)
Glukosa jam ke-2 TTGO
Mikroalbuminuria : urin
Ureum, Kreatinin, Asam Urat
Kolesterol total : plasma vena (puasa)
Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
Trigliserida : plasma vena (puasa)
Catatan: Untuk satuan SI Unit dalam mmol/L, satuan dalam mg/dl dikali dengan faktor 0, 05551.
GDS Plasma vena < 110 < 6,1 110– 6,1–11,0 > 200 > 11,1
Darah kapiler < 90 < 5,0 199 5,0–11,0 > 200 > 11,1
90–199
GDP Plasma vena < 110 < 6,1 110– 6,1–7,0 > 126 > 7,0
Darah kapiler < 90 < 5,0 125 5,0–6,1 > 110 > 6,1
90–109
GD2PP Plasma vena < 140 < 7,8 140– 7,8–11,1 > 200 > 11,1
Darah kapiler < 120 < 6,7 200 6,7–11,1 > 200 > 11,1
120–
200
GDP
Kriteria
0 jam 2 jam
GDPT > 110 serta < 126 6,1 > serta < 7,0 < 140 < 7,8
TGT < 126 < 7,0 > 140 serta < 200 7,8 > serta < 11,1
DM > 126 > 7,0 > 200 > 11,1
Hijau kekuningan dan keruh Positif + (1+): sesuai dengan 0,5–1 % glukosa
Jingga / warna lumpur keruh Positif +++ (3+): sesuai dengan 2–3,5 % glukosa
Positif + (1+) : sesuai dengan 250 – < 500 mg/100ml glukosa
Positif ++ (2+) : sesuai dengan 500 – < 1000 mg/100ml glukosa
Positif +++ (3+) : sesuai dengan 1000 – < 2000 mg/100ml glukosa
Sedang 6,5 – 8
Buruk > 8
Interpretasi Tes Albuminuria: 3
Kolesterol LDL
< 100 100 – 129 ³ 130
(mg/dl)
Kolesterol HDL
> 45
(mg/dl)
30–300
< 30 > 300
mg/24jam
Mikroalbuminuria mg/24jam (< mg/24jam
(> 200
20 mg/menit) (20–200
mg/menit)
mg/menit)
Tujuan:1
Untuk mendeteksi kasus DM sedini mungkin, sehingga dapat dicegah kemungkinan terjadinya
komplikasi kronik akibat penyakit ini.
Indikasi:3
Untuk memastikan diagnosis DM pada individu dengan keluhan klinis khas DM atau mereka
yang terjaring pada tes saring.
Indikasi:1
Ada keluhan klinis khas DM: poliuria, polidipsi, polifagia, lemah, penurunan berat
badan yang tidak jelas penyebabnya.
Tes saring (lihat juga indikasi pada tes saring) menunjukkan hasil:
Atau
Atau
A. Keluhan klinis tidak ada, dan pada tes diagnostik pertama:
Setelah diulang :
(lihat algoritme)
1. DM Gestasi
TES MONITORING TERAPI: GDP, GD2PP, A1c dan TES UNTUK MENDETEKSI
KOMPLIKASI DM: Tes Mikroalbuminuria (MAU), Ureum, Kreatinin, Asam Urat dan
Tes Fraksi Lipid.
Tujuan:1
Indikasi:1
Individu yang didiagnosis DM, Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), atau GDPT (Glukosa
Darah Puasa Terganggu) pada tes saring.
PRAANALITIK.
GDP :
– Pasien dipuasakan 8 – 12 jam sebelum tes.
– Semua obat dihentikan dulu, bila ada obat yang harus diberikan ditulis pada formulir
permintaan tes.
GD2PP:
– Pasien diberikan makanan yang mengandung 100 gram karbohidrat sebelum tes dilakukan.
– Tiga (3) hari sebelum tes makan seperti biasa (karbohidrat cukup).
– Puasa minimal 8 jam dimulai malam hari sebelum tes dilakukan, minum air
Putih diperbolehkan.
PRAANALITIK.
Persiapan Pasien:1
Sama dengan persiapan pasien pada tes glukosa darah puasa dan tes glukosa darah post
prandial.
Nilai Rujukan: 1
Glukosa Negatif: bukan DM bila hasil tes urin berwarna biru, sesuai dengan < 0,5 % glukosa.
PASCAANALITIK.
Interpretasi:1
Jingga / warna lumpur keruh Positif +++ (3+): sesuai dengan 2–3,5 % glukosa
PRAANALITIK.
PASCAANALITIK.
Interpretasi:1
Positif + (1+) : sesuai dengan 250 – < 500 mg/100ml glukosa
Positif ++ (2+) : sesuai dengan 500 – < 1000 mg/100ml glukosa
Positif +++ (3+) : sesuai dengan 1000 – < 2000 mg/100ml glukosa
TES a1c
Hemoglobin pada orang dewasa terdiri dari hba (95 – 100 %), hba2 2 – 3 %) dan hbf (< 1 %).
Hba terdiri dari hbao dan hba1. Hbao merupakan fraksi hba yang tidak mengalami glikosilasi (92
– 94,5 %) sedangkan hba1 adalah fraksi hba yang mengalami glikosilasi (5,5 – 8,0 %).1
Hb terglikosilasi (Glycosilated Hemoglobin) adalah hemoglobin yang terikat dengan glukosa dan
atau karbohidrat lainnya terhadap gugus amino. Hba1 adalah serangkaian hba yang terglikosilasi
dimana karbohidrat berikatan secara spesifik pada N terminal valin dari rantai b.1
Hba1 terdiri dari tiga varian yaitu hba1a, hba1b dan hba1c. Hba1c menunjukkan presentase
terbesar (80 %) dari hba1 total dalam eritrosit, oleh karena itu maka tes hba1c yang paling sering
dilakukan.1
Hb A1c (Hemoglobin Adult 1c) atau A1c adalah hba1 yang terikat secara spesifik dengan
glukosa pada N-terminal valin dari rantai b membentuk pre-hba1c yang tidak stabil (basa schiff)
dan selanjutnya melalui penyusunan kembali dengan reaksi ‘Amadori’ membentuk SA1c
(ketoamin) yang stabil.1
Tes Hb A1c atau tes A1c merupakan pedoman untuk memonitor terapi DM karena dengan tes
A1c dapat diperoleh informasi rata-rata kadar glukosa darah selama 40 – 60 hari terakhir, sesuai
dengan waktu paruh eritrosit dan untuk mengetahui kualitas pengendalian glukosa darah pada
pasien DM dalam kurun waktu tersebut. Pada tes A1c kadar glukosa tidak dipengaruhi oleh
fluktuasi glukosa harian.1
Frekuensi tes A1c disesuaikan dengan kebutuhan pasien secara individual diantaranya:1
– DM dengan terapi intensif; DM yang mendapat terapi insulin dengan MSI dan CSII
(Continue Subcutaneus Insulin Infus).
PRAANALITIK.
Nilai Rujukan:1
Interpretasi:3
Kriteria Pengendalian Kriteria A1c (%)
Sedang 6,5 – 8
Buruk > 8
– Komplikasi DM 12 %
Penanganan dini dan pengendalian penyakit metabolik dapat mencegah penyakit jantung
koroner.1
Berbagai kasus yang menyebabkan penurunan kualitas hidup eritrosit dapat menurunkan
persentase kadar A1c seperti anemi hemolitik atau penyebab hemolitik lain , kehamilan,
perdarahan akut dan kronik, dll.
Nilai A1c tidak akurat bila ada varian Hb antara lain hbf (>10 %), dapat menurunkan
kadar a1c. Hbs dan hbc dapat meningkatkan hasil tes kadar a1c. Kadang-kadang varian N-
terminal rantai B juga dapat mempengaruhi.
Tes A1c dapat mendiagnosis DM tapi tidak menggantikan kedudukan tes glukosa harian
darah dan urin.
TES MIKROALBUMINURIA
Deteksi dini Nefropati DM dapat dilakukan dengan tes mikroalbuminuria. Menurut Ad Hoc
Comittee of the Council on Diabetes Mellitus of the National Kidney Foundation di AS indikasi
tes mikroalbuminuria sebagai berikut:1
– Untuk pasien DM tipe 1 (pada masa remaja/pubertas atau setelah 5 tahun didiagnosis
sebagai DM), tanpa adanya proteinuria, frekuensi tes sekali setahun.
– Untuk pasien DM tipe 2 (setahun setelah didiagnosis sebagai DM), frekuensi tes sekali
setahun.
PRAANALITIK.
Persiapan pasien:
Tidak ada persiapan khusus, dan tidak ada variasi diurnal pada mikroalbuminuria DM.1
Nilai rujukan:1
PASCAANALITIK.
Interpretasi: