Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

KEPERAWATAN JIWA I

NAMA : HERLIN LABOBAR

NPM : 12114201200095

KELAS : D

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

PRODI KEPERAWATAN

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Secara umum Model konseptual merupakan rancangan terstruktur yang berisi konsep-
konsep yang saling terkait dan saling terorganisasi guna melihat hubungan dan pengaruh logis
antar konsep. Model konseptual juga memberikan keteraturan untuk berfikir, mengamati apa
yang dilihat dan memberikan arah riset untuk mengetahui sebuah pertanyaan untuk
menanyakan tentang kejadian serta menunjukkan suatu pemecahan masalah (Potter&perry, P
270, 2005).
Model konseptual keperawatan jiwa merupakan suatu kerangka rancangan terstruktur
untuk melakukan praktik pada setiap tenaga kesehatan mental. Hal ini merupakan upaya yang
dilakukan baik oleh tenaga kesehatan mental maupun perawat untuk menolong seseorang
dalam mempertahankan kesehatan jiwanya melalui mekanisme penyelesaian masalah yang
positif untuk mengatasi stresor atau cemas yang dialaminya. Perawat psikiatri dapat bekerja
lebih efektif bila tindakan yang dilakukan didasarkan pada suatu model yang mengenali
keberadaan sehat atau sakit sebagai suatu hasil dari berbagai karakteristik individu yang
berinteraksi dengan sejumlah faktor di lingkungan (Videbeck, 2008).
Model konseptual keperawatan jiwa khususnya model komunikasi merupakan suatu
hubungan interaksi manusia sebagai proses interpersonal. Model komunikasi ini memprediksi
perilaku dalam hal pengetahuan tentang manfaat dan ancaman bagi kesehatan dan jiwanya.
Untuk memotivasi seseorang dalam pengambilan keputusan untuk mempertahankan
kesehatannya diperlukanlah sebuah komunikasi (Fitzpatrick, 1989).

1.2 Tujuan
Menjelaskan :
a.Model Konseptual Betty Neuman
b.Model konseptual Leininger
c.Model konseptual Roy
d.Model konseptual Watson
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 a. Model Konseptual Betty Neuman


menurut Betty Neuman (1972). manusia secara utuh merupakan gabungan dari
konsep holistik dan pendekatan sistem terbuka (Marriner&Tomey, 1994 dikutip dalam
Potter& Perry, 1999). Manusia merupakan makhluk dengan kombinasi kompleks yang
dinamis dari fisiologis, sosiokultural dan variabel perkembangan yang berfungsi
sebagai sistem terbuka. Sebagai sistem terbuka, manusia berinteraksi, beradaptasi
dengan dan disesuaikan oleh lingkungan, yang digambarkan sebagai stresor baik
internal maupun eksternal. Lingkungan internal terdiri dari segala suatu yang
mempengaruhi (interpersonal) yang berasal dari dalam diri klien Lingkungan eksternal
terdiri dari segala sesuatu pengaruh yang berasal dari luar diri klien.
b.Model konseptual Leininger
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan
asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari
terbit (Sunrise Model). Geisser (1991). menyatakan bahwa proses keperawatan ini
digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap
masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan
dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien. Pengkajian
dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :
a. Faktorteknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu
mengkaji: persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah
kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan
alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk
mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis
bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk
menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri.
Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status
pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan
kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor social dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala
keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah
suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya
terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah: posisi dan jabatan yang dipegang
oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang
dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari
dan kebiasaan membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew
and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan
yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh
menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus
dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan,
tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi,
penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga
g. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien
biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga
tidak terulang kembali.

c.Model konseptual Roy


Model adaptasi Roy merupakan salah satu teori yang berfokus pada kemampuan
adaptasi klien terhadap stresor yang dialaminya. Dalam penerapannya model konsep Roy
menegaskan bahwa individu sebagai mahluk biopsikososial yang merupakan satu kesatuan
yang utuh yang memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan.

d.Model konsepsual Watson

1. Faktor Carative Dalam Caring (Jean WatsonTheory)

Watson memberikan rekomendasi agar perawat memberikan asuhan keperawatan


kepada klien melalui sepuluh faktor carativeyaitu yang berhubungan dengan sifat dan
karakter perawat yang menjelaskan bagaimana perilaku caringdimanifestasikan. Sepuluh
faktor carativedan bagaimana perilaku caringdimanifestasikan perawat dapat dijelaskan
sebagai berikut :

a. Formation of a humanistic–altruistic system of values. Perawat menumbuhkan rasa


puas karena mampu memberikan sesuatu kepadaklien. Selain itu, perawat juga
memperlihatkan kemampuan diri dengan memberikan pendidikan kesehatan pada
klien.
b. Instillation of faith–hope. Memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan yang
holistik. Di samping itu, perawat meningkatkan perilaku klien dalam mencari
pertolongan kesehatan.
c. Cultivation of sensitivity to one’s self and to others. Perawat belajar menghargai
kesensitifan dan perasaan klien, sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni,
dan bersikap wajar pada orang lain.
d. Development of a helping–trusting, human caring relationship. Perawat memberikan
informasi dengan jujur, dan memperlihatkan sikap empati yaitu turut merasakan apa
yang dialami klien. Sehingga karakter yang diperlukan dalam faktor ini antara lain
adalah kongruen, empati, dan kehangatan.
e. Promotion and acceptance of the expres-sion of positive and negative feelings.. Perawat
memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan perasaan klien.
f. Systematic use of a creative problem-solving caring process. Perawat menggunakan
metoda proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada klien.
g. Promotion of transpersonal teaching–learning. Memberikan asuhan mandiri,
menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan
personal klien.
h. Provision for a supportive, protective, and/or corrective mental, physical, societal, and
spiritual environment. Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan
eksternal klien terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien.
i. Assistance with gratification of human needs. Perawat perlu mengenali kebutuhan
komprehensif diri dan klien. Pemenuhan kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum
beralih ke tingkat selanjutnya.
j. Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomenologis agar pertumbuhandiri dan
kematangan jiwa klien dapat dicapai. Kadang-kadang seorang klien perlu dihadapkan
pada pengalaman/pemikiran yang bersifat profokatif. Tujuannya adalah agar dapat
meningkatkan pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri.

2. Proses Caring Dalam Keperawatan

Menurut Watson (2007), terdapat empat langkah dalam proses caring, yaitu pengkajian,
perencanaan, pengimplementasian dan proses evaluasi. Adapun penjelasan langkah-
langkah proses caring adalah sebagai berikut:

1. Pengkajian. Proses caring pada tahap ini meliputi pengamatan/observasi,


mengidentifikasi, melakukan review masalah, menggunakan pengetahuan dan
konseptual dari berbagai literatur yang dapat untuk diterapkan, membentuk
konseptualisasi kerangka kerja yang digunakan untuk mengkaji masalah dan
pengkajian juga meliputi pendefinisian variabel yang akan diteliti dalam menyelesaikan
masalah.
2. Perencanaan. Perencanaan dapat membantu menentukan bagaimana variabel-variabel
akan diteliti dan diukur, meliputi pendekatan konsep atau design untuk menyelesaikan
masalah yang mengacu pada asuhan keperawatan dan meliputi penentuan data yang
akan dikumpulkan pada siapa dan bagaimana data tersebut dikumpulkan.
3. Implementasi. Implementasi adalah tindakan yang dilakukan berdasarkan dari rencana
yang telah disusun berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan.
4. Evaluasi. evaluasi adalah metode, proses analisa, serta efek dari tindakan yang telah
dilakukan berdasarkan data yang meliputi intervensi hasil, tingkat dimana suatu tujuan
tercapai atau tidak, dana apakah hasil yang didapat dapat digeneralisasikan

BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Model konsepsional memiliki fungsi sebagai rancangan penyelesaian masalah
solusi. Rancangan tentunya adalah rencana kerja yang bekerja sebagai gambaran
perawat untuk menyelesaikan masalah.

Model konseptual keperawan jiwa yang digunakan sebagai senjata dasar dalam
menyelesaikan masalah gangguan kesehatan jiwa. Model Konsep Konsep yang
menggambarakan bagaimana seseorang dapat menyelesaikan masalah yang memiliki
kerangka konsep yang profesional.

3.2 SARAN

Untuk masyarakat umum adalah jangan menganggap bahwa penderita


Gangguan jiwa itu berbahaya dan harus dijauhi atau bahkan dikucilkan, tetapi justru
Mereka (penderita gangguan jiwa) sangat membutuhkan kepedulian dan dukungan
Lingkungan sekitarnya terutama keluarga.

Anda mungkin juga menyukai