Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

KESEHATAN LINGKUNGAN DI

PERUMDA TIRTA PAKUAN

KOTA BOGOR

18 November 2021 – 1 Desember 2021

Di susun Oleh :

Astri Bretya Yustitia 201812002

Jatnika Bayu Adhi 201812009

Yulita Darmawati 201812015

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIJAYA HUSADA BOGOR

JalanLetjend Ibrahim Adjie No. 180 SindangBarang Kota Bogor

(0251) 8327396 email :wijayahusada@gmail.com

Tahun 2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Kesehatan
Lingkungan.

Terima kasih saya ucapkan kepada para Pembimbing lahan yang telah


membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga kami
ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa laporan Kesehatan Lingkungan yang kami buat


ini masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis
bias menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga laporan Kesehatan Lingkungan ini bisa menambah wawasan para


pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.

Bogor, 01 Desember 2021

Penulis

2
BAB I.......................................................................................................................5
PENDAHULUAN...................................................................................................5
A. Latar Belakang............................................................................................5
B. Tujuan.........................................................................................................6
a. Tujuan Umum..........................................................................................6
b. Tujuan Khusus........................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................7
A. Definisi Air...................................................................................................7
B. Definisi Air Baku.........................................................................................7
C. Karakteristik Air Baku..............................................................................7
D. Standar Air Baku........................................................................................8
E. Definisi Limbah.........................................................................................10
F. Lumpur PDAM.........................................................................................11
G. Karakteristik Lumpur..............................................................................11
H. Sludge Drying Bed (SDB).........................................................................11
I. Sanitasi Area Kerja dan Higiene Perorangan........................................12
J. Tahap-Tahap Pengolahan Air.................................................................14
1. Unit Penampungan Awal (Intake)...........................................................15
2. Unit Pengolahan (Water Treatment)........................................................15
a. Tahap Koagulasi (Coagulation)...........................................................15
b. Tahap Flokulasi (Flocculation)............................................................15
c. Tahap Pengendapan (Sedimentation)..................................................16
d. Aerasi......................................................................................................16
e. Tahap Penyaringan (Filtration)...........................................................16
3. Unit Penampung Akhir (Reservoir).........................................................18
K. Back Wash.................................................................................................18
BAB III..................................................................................................................19
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN.............................................................19
A. Sejarah PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor.............................................19
B. Visi, Misi, Moto, Janji Layanan dan Kebijakan Mutu..........................22

3
BAB IV..................................................................................................................24
LAPORAN KEGIATAN.....................................................................................24
A. Instruksi Kerja Pencucian Filter (Back Wash) Ipa Dekeng.................24
B. Instruksi Kerja Pembuangan Lumpur Sedimentasi Ipa Dekeng.........24
C. Instruksi Kerja Analisa Bakteri Total Coli............................................25
BAB V....................................................................................................................28
PENUTUP.............................................................................................................28
A. Kesimpulan................................................................................................28
B. Saran..........................................................................................................29
Daftar Pustaka

Lampiran

4
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, ketentuan pelayanan
publik diatur dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang mengatur bahwa pelayanan
publik adalah kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Yang dimaksud dengan pelayanan publik dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik tersebut meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik.
Dalam hal pelayanan air minum, PDAM termasuk dalam kategori
pelayanan barang dan jasa publik yaitu pengadaan dan penyaluran
barang dan jasa publik yang dilakukan oleh suatu badan usaha yang
modal pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan
negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan.
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik tidak dapat dihindari
adanya gagalnya kualitas kebutuhan barang atau jasa sehingga
menimbulkan ketidakpuasan konsumen terhadap barang atau jasa yang
diproduksi oleh pelaku usaha tersebut. Pelaku usaha dunia modern
memproduksi barang atau jasa secara modern dengan menggunakan
teknologi canggih karena adanya permintaan masyarakat secara
massal. Dengan adanya pemenuhan kebutuhan barang dan jasa secara
massal tersebut, mengakibatkan konsumen dan produsen sulit untuk
bertatap muka secara langsung dan pemenuhan kebutuhan barang atau
jasa secara massal akan menimbulkan resiko adanya kualitas barang
atau jasa yang tidak sesuai. Kualitas yang kurang baik atas barang dan

5
jasa tersebut mengakibatkan ketidakpuasan konsumen sehingga
konsumen merasa bahwa haknya terhadap kebutuhan suatu barang atau
jasa tidak terpenuhi dengan baik oleh pelaku usaha/produsen.
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik tidak dapat dihindari
adanya gagalnya kualitas kebutuhan barang atau jasa sehingga
menimbulkan ketidakpuasan konsumen terhadap barang atau jasa yang
diproduksi oleh pelaku usaha tersebut. Pelaku usaha dunia modern
memproduksi barang atau jasa secara modern dengan menggunakan
teknologi canggih karena adanya permintaan masyarakat secara
massal. Dengan adanya pemenuhan kebutuhan barang dan jasa secara
massal tersebut, mengakibatkan konsumen dan produsen sulit untuk
bertatap muka secara langsung dan pemenuhan kebutuhan barang atau
jasa secara massal akan menimbulkan resiko adanya kualitas barang
atau jasa yang tidak sesuai. Kualitas yang kurang baik atas barang dan
jasa tersebut mengakibatkan ketidakpuasan konsumen sehingga
konsumen merasa bahwa haknya terhadap kebutuhan suatu barang atau
jasa tidak terpenuhi dengan baik oleh pelaku usaha/produsen.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui proses pengolahan air di PDAM Tirta Pakuan
Kota Bogor dan untuk melakukan pengujian kualitas air yang akan di
salurkan ke pelanggan.
b. Tujuan Khusus
 Mampu memahami pengolahan air sungai menjadi air siap pakai
 Melakukan pemantauan pembuatan bahan kimia (PAC) dengan
air
 Melakukan kegiatan Back Wash (pencucian)
 Melakukan proses pembuangan lumpur
 Melakukan pemantauan sanitasi dan hygiene area kerja

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Air
Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena
tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat
pencemaran adapapun berbagai jenis pencemar air berasal dari:
a. Sumber domestik (rumah tangga, perkampungan, kota, pasar, jalan dan
sebagainya)
b. Sumber non domestik (pabrik, industry, pertanian, peternakan,
perikanan, serta sumber lainnya)

Semua bahan pencemar diatas secara langsung ataupun tidak


langsung akan mempengaruhi kualitas air. Berbagai usaha telah banyak
dilakukan agar pencemaran terhadap air dapat dihindari atau setidaknya
diminimalkan

B. Definisi Air Baku


Sumber air baku memegang peranan yang sangat penting dalam
industri air minum. Air baku atau Raw Water merupakan awal dari suatu
proses dalam penyediaan dan pengolahan air bersih.
Berdasarkan SNI 6773:2008 tentang Spesifikasi unit paket Instalasi
pengolahan air dan SNI 6774:2008 tentang Tata cara perencanaan unit
paket instalasi pengolahan air pada bagian Istilah dan Definisi yang
disebut dengan Air Baku adalah : “Air yang berasal dari sumber air
pemukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan yang memenuhi
ketentuan baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum” Sumber
air baku bisa berasal dari sungai, danau, sumur air dalam, mata air dan bisa
juga dibuat dengan cara membendung air buangan atau air laut.
C. Karakteristik Air Baku
Penyediaan air bersih, selain kuantitasnya, kualitasnya pun harus
memenuhi standar yang berlaku. Standar kualitas air adalah baku mutu

7
yang ditetapkan berdasarkan sifat-sifat fisik, kimia, radioaktif maupun
bakteriologis yang menunjukkan persyaratan kualitas airtersebut.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 81 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air kegunaannya
digolongkan menjadi :
 Kelas I : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum atau peruntukan lain yang sama dengan kegunaan tersebut.
 Kelas II : Air yang peruntukannya digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk
mengairi tanaman atau peruntukan lain yang sama dengan kegunaan
tersebut.
 Kelas III : Air yang peruntukannya digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman atau peruntukan
lain yang sama dengan kegunaan tersebut.
D. Standar Air Baku
Dalam standar air baku menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 20 Tahun 1990 tentang Pengelompokan Kualitas Air,
terdapat persyaratan yang perlu diketahui untuk memenuhi air baku yang
bersih dan layak digunakan oleh masyarakat. Persyaratan standar air baku
tersebut yaitu persyaratan fisika, kimia, dan biologi.
1. Persyaratan Fisika
 Kekeruhan
Kualitas air yang baik adalah jernih (bening) dan tidak keruh.
Kekeruhan air disebabkan oleh partikel - partikel yang tersuspensi
di dalam air yang menyebabkan air terlihat keruh, kotor, bahkan
berlumpur.
 Tidak Berbau dan Rasanya Tawar Air yang kualitasnya baik tidak
berbau dan memiliki rasa tawar. Bau dan rasa air merupakan dua
hal yang mempengaruhi kualitas air. Bau dan rasa dapat dirasakan
langsung oleh indra penciuman dan pengecap.
 Jumlah padatan terapung

8
Air yang baik dan layak untuk diminum tidak mengandung padatan
terapung dalam jumlah yang melebihi batas maksimal yang
diperbolehkan (1000 mg/L). Padatan yang terlarut di dalam air
berupa bahan-bahan kimia anorganik dan gas–gas yang terlarut.
 Suhu
Suhu air yang baik mempunyai temperatur normal, 8º dari suhu
kamar (27ºC). Suhu air yang melebihi batas normal menunjukkan
indikasi terdapat bahan kimia yang terlarut dalam jumlah yang
cukup besar (misalnya, fenol atau belerang) atau sedang terjadi
dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme.
 Warna
Warna pada air disebabkan oleh adanya bahan kimia atau
mikroorganik (plankton) yang terlarut di dalam air.
2. Persyaratan Kimia
 Derajat Keasaman (pH)
pH menunjukkan derajat keasaman suatu larutan. Air yang baik
adalah air yang bersifat netral (pH = 7). Air dengan pH kurang dari
7 dikatakan air bersifat asam, sedangkan air dengan pH di atas 7
bersifat basa.
 Kandungan Bahan Kimia Organik Air yang baik memiliki
kandungan bahan kimia organik dalam jumlahyang tidak melebihi
batas yang ditetapkan. Namun, apabila jumlah bahan kimia organik
yang terkandung melebihi batas dapat menimbulkan gangguan
pada tubuh. Hal itu terjadi karena bahan kimia organik yang
melebihi batas ambang dapat terurai jadi racun berbahaya Bahan
Kimia Anorganik
 Kandungan bahan kimia anorganik pada air layak minum tidak
melebihi jumlah yang telah ditentukan. Bahan - bahan kimia yang
termasuk bahan kimia anorganik antara lain garam dan ion - ion
logam.
3. Persyaratan Biologi
 Tidak mengandung organisme patogen.

9
Organisme patogen berbahaya bagi kesehatan manusia. Beberapa
mikroorganisme patogen yang terdapat pada air berasal dari
golongan bakteri, protozoa, dan virus penyebab penyakit.
 Tidak mengandung mikroorganisme nonpatogen
Mikroorganisme nonpatogen yaitu jenis mikroorganisme yang
tidak berbahaya bagi kesehatan tubuh. Namun, dapat menimbulkan
bau dan rasa yang tidak enak, lender, dan kerak pada pipa.
E. Definisi Limbah
Pada dasarnya limbah merupakan bahan yang terbuang atau
dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses
alam (Murtadho dan Said, 1987). Dilihat dari wujudnya limbah dapat
digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu limbah padat, limbah cair, dan
limbah gas (Sugiharto, 1987). Dilihat dari fisiknya lumpur merupakan
salah satu jenis limbah padat. Limbah padat merupakan limbah yang
berasal seperti dari limbah pertanian, limbah industri, sisa pertambangan,
sampah kota, lumpur endapan hasil limbah industri, atau bahan buangan
lainnya termasuk padat, semi padat, yang merupakan hasil pembuangan
dari industri, pertambangan, operasi pertanian, serta dari kegiatan
masyarakat. Limbah padat organik yaitu limbah yang berasal dari
pertanian, peternakan, dan perikanan sedangkan limbah anorganik berasal
dari perusahaan dan industri yang sebagian besar dari bahan-bahan kimia.
Pengolahan dan penanganan limbah dapat dilakukan dengan berbagai cara
sesuai dengan karakteristik dari limbah tersebut (Anas, 1989).
Kegiatan produksi selain menghasilkan produk yang mempunyai
nilai ekonomi juga menghasilkan limbah, berupa limbah padat, cair
maupun gas. Limbah-limbah tersebut akan menyebabkan pencemaran
lingkungan meliputi pencemaran air, pencemaran udara, dan pencemaran
tanah. Pencemaran tanah dapat terjadi akibat penggunaan pupuk secara
berlebihan, penggunaan pestisida dan pembuangan limbah yang tidak
dapat terurai (Tejoyuwono, 2006).

10
F. Lumpur PDAM
Lumpur adalah campuran cair atau semi cair antara air dan tanah.
Lumpur terjadi saat tanah basah. Secara geologis, lumpur ialah campuran
air dan partikel endapan lumpur dan tanah liat. Jumlah lumpur dapat
diketahui berdasarkan jumlah pemakaian bahan kimia untuk proses
flokulasi (flocculation), kekeruhan (turbidity), dan jumlah air baku.
Produksi lumpur meningkat pada musim hujan Lumpur adalah campuran
cair atau semi cair antara air dan tanah. Lumpur terjadi saat tanah basah.
Secara geologis, lumpur ialah campuran air dan partikel endapan lumpur
dan tanah liat. Jumlah lumpur dapat diketahui berdasarkan jumlah
pemakaian bahan kimia untuk proses flokulasi (flocculation), kekeruhan
(turbidity), dan jumlah air baku. Produksi lumpur meningkat pada musim
hujan akibat peningkatan kekeruhan yang disebabkan oleh erosi, hal
tersebut merupakan salah satu ciri air permukaan.
G. Karakteristik Lumpur
Lumpur yang dihasilkan dari proses pengolahan air di PDAM Tirta
Pakuan Bogor berasal dari unit filtrasi. Lumpur yang dihasilkan umumnya
berwarna cokelat pekat dan lumpur tersebut sifatnya diskrit maupun flok.
diskrit yaitu lumpur yang butir-butirannya terpisah tanpa koagulan,
mayoritas lumpur ini mengandung pasir, grit, dan pecahan kerikil
berukuran kecil. Sebaliknya, lumpur yang berupa flok, yaitu kimflok
(chemiflocc) sangat besar volumenya terutama di PDAM besar air
bakunya sangat keruh, didominasi oleh koloid. Lumpur dari filtrasi ini
memanfaatkan Sludge Drying Bed kemudian dibuang ke tanah-tanah yang
cekung sebagai bahan urugan (Muhammad, 2010).
H. Sludge Drying Bed (SDB)
Unit SDB berfungsi untuk menampung endapan lumpur dari unit
pengolahan biologis. Lumpur diangkat dan diletakkan di atas lapisan pasir
sehingga cairan akan turun ke pasir dibawahnya. Pasir berfungsi sebagai
media penyaring untuk memisahkan cairan dan padatan pada lumpur.
Supernatan (cairan yang telah terpisah dari padatan) hasil proses
pengeringan lumpur ditampung pada saluran drainase yang berada di

11
bawah bak pengering untuk diresirkulasi menuju ke unit pengolahan
biologis sebagai bahan pengencer (Putri, 2011). Menurut Pileggi et al.
(2012), SDB dapat digunakan untuk pengeringan lumpur dari proses
anaerobik atau aerobik. Lapisan atas pada SDB terdapat pasir yang
dangkal, kemudian dibawahnya terdapat kerikil. Dimana lumpur basah
akan dialirkan melewati media pasir dan kerikil, sedangkan lumpur yang
terhambat akan dikeringkan dengan bantuan sinar matahari.
Unit ini biasanya berbentuk persegi panjang, yang terdiri dari
lapisan pasir, kerikil, dan pipa drain untuk mengalirkan air dari lumpur
yang dikeringkan. Waktu pengeringan tergantung dari cuaca, terutama
sinar matahari (Metcalf dan Eddy, 2003). SDB dilengkapi dengan filter
cloth dan lapisan pasir sehingga air yang terkandung dalam lumpur akan
meresap melewati filter dan pasir. Sedangkan partikel padatan akan
tertahan di permukaan lapisan pasir dan akan mengalami proses
pengeringan (Hamonangan et al., 2017).
I. Sanitasi Area Kerja dan Higiene Perorangan
a. Sanitasi area kerja
Berdasarkan pengertiannya, sanitasi adalah suatu upaya
pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatannya pada usaha-
usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. Kesehatan lingkungan
atau sanitasi area kerja diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan atau area kerja yang sehat’melalui peningkatan sanitasi
lingkungan atau area kerja, baik yang menyangkut tempat maupun
bentuk atau wujud substantifnya berupa fisik, kimia, atau biologis
termasuk perubahan perilaku. Kualitas lingkungan atau area kerja yang
sehat adalah keadaan lingkungan atau area kerja yang bebas dari risiko
membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia.
b. Higiene Perorangan (Personal Hygiene)
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, yaitu personal yang
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang
adalah suatutindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

12
Pemeliharaan higiene perorangan berarti tindakan memelihara
kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan Hsik dan
psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki higiene perorangan baik
apabila orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang
meliputi kebersihan kulit, gigi, mulut, rambut, mata, hidung, telinga,
kuku, tangan, kaki, genitalia, serta kebersihan dan kerapian
pakaiannya. Macam-Macam Higiene Perorangan :
 Kesehatan Kulit
Kulit merupakan pelindung bagi tubuh dan jaringan di bawahnya.
Perlindungan kulit terhadap segala rangsangan dari luar dan
perlindungan tubuh dari bahaya kuman penyakit. Kulitpun sebagai
pelindung cairan-cairan tubuh sehingga tubuh tidak kekeringan
dari cairan. Melalui kulitlah rasa panas, dingin, dan nyeri dapat
dirasakan. Guna kulit yang lain adalah sebagai alat pengeluaran zat
sisa metabolisme melalui keringat yang keluar lewat pori-pori.
Kulit yang baik akan dapat menjalankan fungsinya dengan baik
sehingga perlu dirawat. 
 Memelihara Tangan
Tangan harus selalu dicuci agar bersih dan terhindar dari berbagai
jenis kuman. Adapun cara memelihara tangan dengan mencuci
tangan setiap sebelum mulai kerja, setelah istirahat, setelah ke
toilet, dan setelah memegang barang yang terkena tanah atau debu.
Untuk membersihkan tangan dan keringat gunakanlah sabun dan
air hangat.
 Memlihara Kaki
Dalam bekerja guhakanlah sepatu yang nyaman dan tidak membuat
kaki tergelincirserta menutupi seluruh kaki agar aman dari barang
yang terjatuh. Selain itu, cucilah kaki setiap hari, potong kukunya,
dan ganti kaos kaki setiap hari.
Selain hal-hal di atas, higiene perorangan yang perlu diperhatikan
adalah pemakaian pakaian yang rapi, bersih, dan licin sehingga dapat
memberikan kesan yang baik, enak dipakai, praktis, dan nyaman. Pemakaian

13
rias wajah pun harus sederhana dan lembut. Pemakaian perhiasan juga
sebaiknya tidak dipakai untuk menghindari aksesoris atau perhiasan yang
dapat menyangkut ke peralatan pada saat bekerja.

c. Pengaruh Sanitasi Area Kerja dan Higiene Perorangan terhadap


Keselamatan Kerja
Sanitasi area kerja dan higiene perorangan sangat berpengaruh
terhadap keselamatan keria sehingga para pekeria diharapkan
mempelajari tentang sanitasi area kerja dan higiene perorangan.
Adapun pengaruh sanitasi area kerja dan higiene perorangan terhadap
keselamatan kerja adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengantisipasi keberadaan faktor penyebab bahaya dan
dapat melakukan pencegahan sebelumnya.
2. Dapat memahami jenis-ienis bahaya yang ada di tempat_kerja.
3. Mengevaluasi tingkat bahaya di tempat keria.
4. Dapat mengendalikan terjadinya bahaya atau komplikasi.
Dengan demikian, para pekerja dapat terlindungi kesehatannya
dari penyakit, dapat meningkatkan efisiensi kerja, dan dapat
mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Para pekerja dapat melakukan
pencegahan penyakit (preventif) dengan menjaga beberapa hal berikut
ini :
1. Kebersihan lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan
yang sehat.
2. Kesehatan perorangan atau manusia beserta lingkungan tempat
orang tersebut berada, bebas dari pencemaran yang diakibatkan
oleh bakteri, serangga, atau hewan lain.
3. Keselamatan diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya pada saat
bekerja atau membantu orang lain bekerja.
Dengan melakukan kebiasaan tersebut, diharapkan para
pekerja hidup bersih dan sehat serta semangat kerja pun meningkat.
J. Tahap-Tahap Pengolahan Air
Perusahaan daerah air minum Tirta Pakuan Bogor memperoleh air
baku yang berasal dari Sungai Cisadane. Proses perusahaan tersebut untuk

14
menghasilkan air bersih dengan menggunakan sistem gravitasi. Sistem
pengelolaan air ini dikenal dengan istilah Water Treatment. Ada beberapa
tahap pengelolaan air yang harus dilakukan sehingga air tersebut bisa
dikatakan layak untuk dipakai. Secara umum proses pengolahan air dibagi
dalam 3 unit, yaitu :
1. Unit Penampungan Awal (Intake)
Unit ini dikenal dengan istilah unit Sadap Air (Intake). Unit ini
berfungsi sebagai tempat penampungan air dari sumber airnya. Selain
itu unit ini dilengkapi dengan Bar Sceen yang berfungsi sebagai
penyaring awal dari benda-benda yang ikut tergenang dalam air seperti
sampah daun, kayu dan benda2 lainnya.
2. Unit Pengolahan (Water Treatment)
Pada unit ini, air dari unit penampungan awal diproses melalui
beberapa tahapan :

a. Tahap Koagulasi (Coagulation)


Pada tahap ini, air yang berasal dari penampungan awal
diproses dengan menambahkan zat kimia PAC (Poly Alumunium
Cholride), campuran antara PAC murni 20% dan Air 80%. Setelah
itu melakukan sistem pengadukan cepat (Rapid Mixing). Air yang
kotor atau keruh umumnya karena mengandung berbagai partikel
koloid yang tidak terpengaruh gaya gravitasi sehingga tidak bisa
mengendap dengan sendirinya. Tujuan dari tahap ini adalah untuk
menghancurkan partikel koloid (yang menyebabkan air keruh) tadi
sehingga terbentuk partikel-partikel kecil namun masih sulit untuk
mengendap dengan sendirinya.
b. Tahap Flokulasi (Flocculation)
Proses Flokulasi adalah proses penyisihan kekeruhan air
dengan cara penggumpalan partikel untuk dijadikan partikel yang
lebih besar (partikel Flok). Pada tahap ini, partikel-partikel kecil
yang terkandung dalam air digumpalkan menjadi partikel-partikel
yang berukuran lebih besar (Flok) sehingga dapat mengendap
dengan sendirinya (karena gravitasi) pada proses berikutnya. Di

15
proses Flokulasi ini dilakukan dengan cara pengadukan lambat
(Slow Mixing).
c. Tahap Pengendapan (Sedimentation)
Pada tahap ini partikel-patikel flok tersebut mengendap secara
alami di dasar penampungan karena massa jenisnya lebih besar dari
unsur air. Kemudian air di alirkan masuk ke tahap penyaringan di
Unit Filtrasi. Jika hasil Ntu ≤ 5 maka bisa dilanjutkan ke proses
selanjutnya, jika Ntu ≥ 5 maka harus mengulang pendosisan
koagulan (koagulasi).
d. Aerasi
Pada tahap ini, aliran air yang berasal dari sedimentasi
mengalir dengan sistem gravitasi yang mengakibatkan
bercampurnya dengan O2 (oksigen).
Aerasi merupakan suatu sistem oksigenasi melalui
penangkapan O2 dari udara pada air olahan yang akan di proses.
Pemasukkan oksigen ini bertujuan agar O2 di udara dapat bereaksi
dengan kation yang ada di dalam air olahan. Reaksi kation dan
oksigen menghasilkan oksidasi logam yang sukar larut dalam air
sehingga dapat mengendap.
e. Tahap Penyaringan (Filtration)
Pada tahap ini air disaring melewati media penyaring yang
disusun dari bahan-bahan yang berupa pasir, koral dan ijuk. Proses
ini ditujukan untuk menghilangkan bahan-bahan terlarut dan tak
terlarut. Apabila Ntu ≤ 2 maka dapat melakukan proses selanjutnya
dan jika Ntu ≥ 2 maka olahan air tersebut harus di buang / di olah
kembali. Secara umum setelah melalui proses penyaringan ini air
langsung masuk ke unit Penampungan Akhir. Namun untuk
meningkatkan kualitas air kadang diperlukan proses tambahan,
seperti :
 Proses Laboratorium
Pada tahap ini lab melakukan BPC (Break Point
Chlorination), yaitu untuk melakukan pengecekan air agar

16
pemberian disinfektan sSyang berupa gas chlor sesuai dengan
yang dibutuhkan sampai ke reservoir yang terjauh dengan sisa
gas chlor, sesusai dengan standar yang telah di tetapkan.
Berdasarkan hasil percobaan Break Point Chlorinaion
(BPC) air bersih hasil pengolahan WTP Cipaku, Dekeng,
Cikeretek, Palasari, dan Katulampa yang diambil di bak contact
basin pada tanggal 24 Oktober 2021 dapat dilihat sebagai
berikut :
Percobaan dosis Khlor dengan menggunakan kaporit
(kandungan 57.25% Cl₂)
Dosis Khlor / Cl₂ Pembubuhan Kaporit
(mg/lt) (mg/lt)
0.1 0.17
0.2 0.35
0.3 0.52
0.4 0.70
0.5 0.87
0.6 1.05
0.7 1.22
0.8 1.40
0.9 1.57
1.0 1.75
1.1 1.92
1.2 2.10

Titik retak (BPC) yang terjadi pada dosis 0.50mg/lt Cl₂


untuk WTP Cipaku, 0.7mg/lt Cl₂ untuk WTP Dekeng dan WTP
Cikeretek, dan 0.6 mg/lt Cl₂ untuk WTP Katulampa sedangkan
untuk WTP Palasari pada dosis 0.8 mg/lt Cl₂. Proses desinfeksi
di WTP Cipaku dosis pembubuhan Gas Khlor 1.0 – 1.5 mg/lt
dan Dekeng 1.2 – 1.7 mg/lt sedangkan untuk WTP Katulampa
1.1 – 1.6 mg/lt dan WTP Palasari sebesar 1.3 – 1.8 mg/lt.

17
 Proses Disinfeksi (Disinfection)
Disinfeksi adalah pembunuhan terhadap semua mikroba
yang membahayakan. Zat-zat yang dipergunakan untuk usaha
disinfeksi ini dinamakan disinfektan (Surbakti., 1987).
Disinfeksi merupakan salah satu proses dari pengolahan air,
yang mana proses disinfeksi adalah suatu proses atau usaha agar
kuman pathogen yang ada dalam air punah atau hilang. Bahan
disinfeksi yang dipakai tidak boleh membahayakan, dapat
diterima masyarakat pemakai, serta mempunyai efek disinfeksi
untuk waktu yang cukup lama.
Pada tahap ini, sebelum masuk ke unit Penampungan akhir,
air melalui Proses Disinfeksi dahulu. Yaitu proses pembubuhan
bahan kimia Gas Chlorine yang bertujuan untuk membunuh
bakteri atau mikroorganisme berbahaya yang terkandung di
dalam air tersebut.
3. Unit Penampung Akhir (Reservoir)
Setelah masuk ke tahap ini berarti air sudah siap untuk
didistribusikan ke masyarakat.
K. Back Wash
Backwash adalah pencucian yang dilakukan untuk menghilangkan
kotoran yang terakumulasi di atas media dengan metode aliran terbalik
(dari bawah ke atas/kebalikan system running). Air hasil backwash
langsung di buang melalui drain. Pelaksanaan back wash dilakukan tiap 8
jam/kolam.

18
BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor

Tahun 1988, PDAM Kota Bogor mulai menerapkan managemen


dengan sistem informasi, ditunjang dengan komputerisasi, jaringan
terpadu yang mampu melaksanakan pemantauan disemua bagian dan
otomatisasi semua data administrasi dan penagihan pelanggan secara cepat
dan tepat. Pada tahun ini juga PDAM berhasil menambah kapasitas
produksi 120 l/dt dengan membangun instalasi pengolahan air dengan air
baku dari sungai Cisadane. Biaya pembangunan sebesar Rp. 1,2 milyar
(tidak termasuk pembebasan tanah) dibiayai sendiri dari uang tabungan
yang berhasil disisihkan dari pembayaran rekening air minum pelanggan
selama kurun waktu 10 tahun.
Tahun 1990, bengkel meter air, laboratorium dan pusat informasi
dibangun PDAM pada lokasi komplek reservoir Cipaku Bogor.
Pembangunan bengkel meter air berfungsi untuk meningkatkan keandalan
pelayanan perusahaan dalam hal perbaikan, pengetasan dan pemeliharaan
meter air dan merupakan tempat latihan bagi para petugas bengkel meter
PDAM-PDAM lain. Perlengkapan bengkel meter air tersebut berasal dari
hibah NV.PWN bernilai US $ 100,000. Pembagunan pusat informasi
merupakan pusat informasi data PDAM Kota Bogor, baik yang
menyangkut informasi data teknik maupun non teknik.
Pada tahun 1994, dibangun tambahan kapasitas produksi sebesar
60 l/dt dengan memanfaatkan sungai Cisadane dengan biaya sendiri
sebesar Rp. 904 juta.
Pada tahun 1997 telah dioperasikan tambhan asset untuk
memenuhi kebutuhan air minum akibat adanya pertambahan penduduk,
PDAM Kota Bogor menambah kapasitas berikut penambahan jaringan dan

19
sarana penunjang lainnya melalui Proyek P3KT (Proyek Pengembangan
Prasarana Terpadu) yang dibiayai melalui pinjaman dari ADB (Asian
Development Bank) ekuivalen sebesar 30,5 milyar dan sebesar 11,5 milyar
dari dana pendamping dengan alokasi proyek berupa Bangunan Penangkap
Air (Intake) disiapkan dengan kasitas 2000 l/dt, Bangunan Pengolahan Air
(WTP) dengan kapasitas maksimal 600 l/dt, Bangunan Reservoir dan
Jaringan Transmisi dan Distribusi. Selain itu PDAM Kota Bogor berupaya
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sejalan dengan misi yang
diembannya maka diambil langkah langkah khususnya dalam alih
teknologi dan profesionalisme pengelolaan perusahaan.
Pada tahun 2009, dibangun WTP Palasari elevasi 364,19 meter,
kondisi terpasang 20 liter/detik memanfaatkan air sungai Cikondang dan
mata air dengan kapasitas produksi 30 liter/detik untuk melayani
pelanggan zona 5 (wilayah Pamoyanan, Rangga Mekar dan Palasari)
dengan sumber pendanaan program SPAM IKK Satker Jawa Barat senilai
5,2 Milyar.
Pada tahun 2011 dibangun reservoir dengan kapasitas 2000 m3 di
Kota Batu dengan nilai 4,8 Milyar untuk menampung air pada saat
overflow. Selain itu, dibangun pula 2 unit filter di WTP Dekeng I senilai
3,6 Milyar untuk meringankan beban filter yang sudah ada di instalasi
pengolahan tersebut. Kedua kegiatan tersebut bersumber dana dari
pinjaman lunak (soft loan) World Bank dan dana penyertaan modal
Pemda.
Pada tahun 2012, dibangun WTP Dekeng 2 dengan kapasitas 400
liter/detik dengan sumber dana dari pinjaman lunak (soft loan) World
Bank dan dana penyertaan modal Pemda senilai 43,8 Milyar serta
pembangunan recycle back wash senilai 5,4 Milyar dengan tujuan
memanfaatkan lumpur sisa dari instalasi pengolahan. Pada tahun 2012,
dikerjakan perluasan pipa jaringan distribusi paket 1 senilai 5,2 miliar di
lokasi Kecamatan Bogor Timur, Tanah Sareal, Bogor Barat dan Bogor
Utara dan paket 2 senilai 6,8 Milyar untuk lokasi Kecamatan Bogor

20
Selatan dan Bogor Barat, serta pekerjaan penurunan kehilangan air di
Kecamatan Bogor Tengah dengan nilai 7,3 Milyar.
Pada tahun 2013 dilaksanakan perluasan pipa distribusi paket 3
senilai 10,8 miliar di lokasi kecamatan Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor
Selatan, Bogor Utara dan Tanah Sareal dengan sumber dana dari pinjaman
lunak (soft loan) World Bank dan dana penyertaan modal Pemda.
Pada tahun 2014 dilaksanakan pekerjaan dilaksanakan penurunan
kehilangan air paket 2 senilai, 5,7 miliar di lokasi Kecamatan Bogor
Selatan, Bogor Utara dan Bogor Tengah. Pada tahun yang sama juga
dilaksanakan penurunan kehilangan air paket 3 senilai 3,7 miliar di lokasi
Kecamatan Bogor Tengah dan dilaksanakan penurunan kehilangan air
paket 4 senilai 3,4 miliar di lokasi Kecamatan Bogor Barat, Bogor Selatan
dan Tanah Sareal. Pada tahun 2014 juga dilaksanakan uprating system IPA
Baja kapasitas 20 L/d menjadi 40 l/d dan pembangunan Intake Cikreteg
dilokasi kelurahan Bitung Sari kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor.
Pada tahun 2015, dibangun WTP Cikreteg dengan kapasitas
terpasang 40 liter/detik memanfaatkan sungai Cikreteg untuk menambah
pasokan pelayanan Zona 1 ( Ciawi, Harjasari, Sindangrasa, Sindangsari,
Rancamaya, Muarasari, Bojongkerta, Kertamaya, Tajur, Pakuan,
Baranangsiang, Katulampa, Cipaku, Genteng dan Lawang Gintung).
Pada Tahun 2016, di WTP Dekeng 1 dan WTP Dekeng 2
dilakukan uprating dan untuk menambah kapasitas produksi sebesar 60
dan 100 liter/detik.
Pada Tahun 2017, di intake Cipaku dilakukan upgrade kapasitas
produksi menjadi 200 liter/detik untuk menambah pasokan air baku dari
sungai Cisadane ke pelanggan Zona 3 (Baranangsiang, Sukasari,
Mulyaharja, Katulampa, Lawanggintung, Batu Tulis, Babakan Pasar,
Gudang, Paledang, Panaragan, Bondongan, Empang, Pasir Jaya dan tanah
Baru) dengan sumber dana berasal dari PDAM senilai 892 Juta Rupiah.
Pada tahun 2017 dibangun pula SPAM Katulampa berkapasitas
sebesar 600 liter/detik memanfaatkan air sungai Ciliwung, dan
pembangunan intake kapasitas 600 liter/detik senilai 6 Milyar dan

21
pemasangan pipa transmisi air baku ukuran 700mm sepanjang 670 meter
senilai 5 Milyar dengan sumber dana dari hibah SDA APBN.
Pembangunan Instalasi Pengolahan Air (Water Treatment Plant)
Katulampa dengan kapasitas 1 x 300 liter/detik dengan nilai sebesar 62
Milyar. Pembangunan Reservoir kapasitas 5000 m3 sumber dana dari
penyertaan modal Pemda Kota Bogor tahun 2017 sebesar 11 Milyar.
Pemasangan pipa Distribusi Jaringan Utama (DJU) sumber dana dari DAK
APBN sebesar 34 Milyar dengan jenis pipa HDPE sepanjang 4 km dengan
ukuran diameter 1000mm, 800mm dan 400mm.
Saat ini kapasitas dalam keadaan normal, PDAM Tirta Pakuan
Kota Bogor memiliki kapasitas produksi terpasang sebesar 2.180
liter/detik dengan kapasitas produksi sebesar 2.047 liter/detik. Sehingga
mempunyai sisa kapasitas sebesar 133,3 liter/detik. Total kapasitas
produksi tersebut berasal dari :

 Kota Batu : 70,7 liter/detik


 Bantarkambing : 135 liter/detik
 Tangkil : 120,04 liter/detik
 Palasari : 14,42 liter/detik
 IPA Cipaku : 280 liter/detik
 IPA Dekeng 1 : 1000 liter/detik
 IPA Dekeng 2 : 500 liter/detik
 IPA Cikreteg : 40 liter/detik
 IPA Palasari : 20 liter/detik
B. Visi, Misi, Moto, Janji Layanan dan Kebijakan Mutu
Visi
“ PERUMDA sehat melalui Tata Kelola yang baik (Good
Corporate Governance) dalam mewujudkan pelayanan prima kepada
pelanggan.”
Misi

22
 Meningkatkan cakupan pelayanan dengan terpenuhinya kualitas,
kuantitas dan kontinuitas untuk mencapai masyarakat sehat.
 Meningkatkan kinerja melalui pengelolaan yang efektif, efisien dan
berwawasan lingkungan dengan SDM yang berkualitas.
Moto
Handal Dalam Pekerjaan Prima Dalam Pelayanan
Janji Layanan
Cepat Mudah Ramah
Kebijakan Mutu
Mengutamakan kepuasan pelanggan, dengan standar mutu terbaik
melalui pelaksanaan moto perusahaan "Handal Dalam Pekerjaan Prima
Dalam Pelayanan" dan melakukan pengembangan yang
berkesinambungan.

23
BAB IV

LAPORAN KEGIATAN

A. Instruksi Kerja Pencucian Filter (Back Wash) Ipa Dekeng


Alat-Alat :
1. Formulir Laporan Perumda TP-QR-PRD-PI/01-06
2. Auto
3. Manual
4. Stop watch
Cara Kerja :
1. Lihat rencana jadwal pemeliharaan dan pengurasan sarana IPA pada
laporan Perumda TP-QR-PRD-PI/01-06
2. Unit, no.filter dan waktu serta sesuaikan dengan kondisi filter yang
akan di Back Wash. Standar waktu 8 Jam
3. Tekan tombol close inlet filter, kondisi valve tertutup rapat
4. Tekan tombol open outlet filter, kondisi valve terbuka penuh
5. Tekan tombol open blower, kondisi valve terbuka penuh
6. Hidupkan pompa blower selama 2 menit lalu dimatikan
7. Tekan tombol close air bersih sampai pintu air bersih tertutup penuh
8. Amati curahan air yang keluar dari medium filter
9. Proses backwash selesai tekan tombol close, kondisi valve tertutup
rapat

24
10. Tekan tombol close outlet flter, kondisi valve tertutup penuh
11. Tekan tombol close inlet filter, kondisi valve terbuka
12. Lakukan pencatatan pada formulir Laporan Laporan Perumda TP-QR-
PRD-PI/01-06 dan Buku Berita Acara
B. Instruksi Kerja Pembuangan Lumpur Sedimentasi Ipa Dekeng
Alat-Alat :
1. Formulir Laporan Perumda TP-QR-PRD-PI/01-04
2. Auto
3. Stop watch
Cara Kerja :
1. Lihat tabel penentuan periode pembuangan lumpur di bak sedimentasi
IPA Dekeng pada Laporan Perumda TP-QR-PRD-PI/01-06
2. Lakukan proses pembuangan lumpur diawali dengan membuka value
drain pada unit sedimentasi yang dituju. Kondisi valve terbuka penuh
3. Amati lumpur sesuai batas waktu yang sudah ditentukan. Pengamatan
dilakukan selama 2 menit
4. Valve drain ditutup. Kondisi tertutup rapat
5. Lakukan pencatatan pada laporan harian
6. Lakukan pencatatan pada Laporan Perumda TP-QR-PRD-PI/01-06
C. Instruksi Kerja Analisa Bakteri Total Coli
1. Tujuan : analisa total coli suatu sampel untuk menentukan dan
memperkirakan jumlah golongan coli pada air, merupakan cara efektif
untuk mengetahui adanya bakteri patogen ( mikroorganisme penyebab
penyakit )
2. Metode : Membran dan Filter
3. Prinsip : dengan melewatkan sejumlah volume air kedalam membrane
filter yang mempunyai pori-pori 0.45µ dan diameter 47mm, bakteri
golongan coli akan tumbuh membentuk koloni yang berwarna biru dan
memberikan lapisan metalik pada permukaannya pada media Petrifilm.
4. Alat :
 Incubator

25
 Unit penyaring (corong, filter holder, cup sampel, botol
penampung)
 Vacuum pump / pompa hisap
 Membran filter / kertas saring
 Media Petrifilm
 Pinset
 Coloni counter / penghitung koloni
 Lampu spirtus
 Lampu Bunsen
5. Media dan Bahan Penunjang :
 Media pembiakan
 Alcohol 90%
6. Cara kerja :
a. Analisa Total Coli :
 Disiapkan alat vacuum filter holder yang telah disterilisasi
 Letakan kertas saring diatas holder dengan memakai pinset
 Masukan contoh air sebanyak 100ml kedalam corong stainless
yang sebelumnya telah disterilisasi
 Saring contoh dengan menggunakan vacuum
 Angkat kertas saring dengan memakai pinset steril dan masukan
ke dalam media Petrifilm
 Inkubasi pada suhu 37 ± 0.5°C selama 24 jam
 Hitung bakteri yang tumbuh
b. Pemusnahan Media Bekas Uji :
 Keluarkan media yang telah terpakai dari petridish, kemudian
tamping dalam piala gelas 1000ml
 Tambahkan sabun / detergen secukupnya dan tambahkan air
 Panaskan hingga larutan mendidih ( 15 – 30 menit dari mendidih )
 Dinginkan hingga media membeku
 Media di buang ke dalam tanah (dikubur)

26
Catatan : waktu pemusnahan media dilakukan setiap 1x seminggu atau
jika media bekas uji sudah banyak.
7. Pembacaan Hasil
a. Setelah proses inkubasi selesai, keluarkan petridish dari dalam
incubator
b. Buka petridish dan periksa / perlihatkan adanya koloni yang
tumbuh pada membrane filter
c. Media pembiakkan yang dipake Petrifilm : maka koloni yang
timbul warna biru, itu menandakan adanya bakteri golongan
koliform
d. Hitung warna koloni dengan golongan koliform yang timbul pada
membrane filter dengan memakai Kaca Pembesar / Magnifying
atau Colony Counter yang tersedia
e. Cara menghitung adalah :
 Jika pertumbuhan koloni bakteri menutup seluruh area kertas
saring membrane filter dengan tidak ada satupun koloni yang
terpisah dilaporkan sebagai pertumbuhan yang menyatu
 Jika pertumbuhan koloni bakteri melebihi 200 koloni dilaporkan
sebagai pertumbuhan yang terlalu banyak
 Untuk sampel yang kedapatan bakterinya tinggi maka perlu
dilakukan pengenceran
8. Perhitungan

Jumlah koloni bakteri / 100 ml = jumlah bakteri teramati X 100


Volume sampel yang disaring

27
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena
tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air Baku adalah : “Air yang
berasal dari sumber air pemukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan
yang memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air
minum” Sumber air baku bisa berasal dari sungai, danau, sumur air dalam,
mata air dan bisa juga dibuat dengan cara membendung air buangan atau
air laut. Standar kualitas air adalah baku mutu yang ditetapkan berdasarkan
sifat-sifat fisik, kimia, radioaktif maupun bakteri ologis yang menunjukkan
persyaratan kualitas air tersebut.
Kualitas air yang baik adalah jernih (bening) dan tidak keruh,
Tidak Berbau dan Rasanya Tawar , Air yang baik dan layak untuk
diminum tidak mengandung padatan terapung dalam jumlah yang melebihi
batas maksimal yang diperbolehkan (1000 mg/L), Suhu air yang baik
mempunyai temperatur normal, 8º Air yang baik adalah air yang bersifat
netral (pH = 7). Air yang baik memiliki kandungan bahan kimia organik
dalam jumlahyang tidak melebihi batas yang ditetapkan. Kandungan

28
bahan kimia anorganik pada air layak minum tidak melebihi jumlah yang
telah ditentukan Tidak mengandung organisme pathogen, Tidak
mengandung mikroorganisme nonpatogen.
Kualitas lingkungan atau area kerja yang sehat adalah keadaan
lingkungan atau area kerja yang bebas dari risiko membahayakan
kesehatan dan keselamatan hidup manusia. Kebersihan seseorang adalah
suatutindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang
untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Seseorang dikatakan memiliki
higiene perorangan baik apabila orang tersebut dapat menjaga kebersihan
tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi, mulut, rambut, mata,
hidung, telinga, kuku, tangan, kaki, genitalia, serta kebersihan dan
kerapian pakaiannya.
Perusahaan daerah air minum Tirta Pakuan Bogor memperoleh air
baku yang berasal dari Sungai Cisadane. Proses perusahaan tersebut untuk
menghasilkan air bersih dengan menggunakan sistem gravitasi. Sistem
pengelolaan air ini dikenal dengan istilah Water Treatment. Proses
pengolahan air dibagi dalam 3, yaitu : Unit Penampungan Awal (Intake)
Unit Pengolahan (Water Treatment) Unit Penampung Akhir (Reservoir)
Backwash adalah pencucian yang dilakukan untuk menghilangkan
kotoran yang terakumulasi di atas media dengan metode aliran terbalik
(dari bawah ke atas/kebalikan system running). Air hasil backwash
langsung di buang melalui drain. Pelaksanaan back wash dilakukan tiap 8
jam/kolam.
Lumpur adalah campuran cair atau semi cair antara air dan tanah.
Lumpur terjadi saat tanah basah. Secara geologis, lumpur ialah campuran
air dan partikel endapan lumpur dan tanah liat. Jumlah lumpur dapat
diketahui berdasarkan jumlah pemakaian bahan kimia untuk proses
flokulasi (flocculation), kekeruhan (turbidity), dan jumlah air baku.
Produksi lumpur meningkat pada musim hujan Lumpur adalah campuran
cair atau semi cair antara air dan tanah. Lumpur terjadi saat tanah basah.
Unit SDB berfungsi untuk menampung endapan lumpur dari unit
pengolahan biologis. Lumpur diangkat dan diletakkan di atas lapisan pasir

29
sehingga cairan akan turun ke pasir dibawahnya. Pasir berfungsi sebagai
media penyaring untuk memisahkan cairan dan padatan pada lumpur.
Supernatan (cairan yang telah terpisah dari padatan) hasil proses
pengeringan lumpur ditampung pada saluran drainase yang berada di
bawah bak pengering untuk diresirkulasi menuju ke unit pengolahan
biologis sebagai bahan pengencer (Putri, 2011).
B. Saran
Berdasarkan pengalaman saat kami melaksanakan kegiatan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) di PDAM Tirta Pakuan Bogor ada beberapa saran yang
dapat kami sampaikan :
Saran kami untuk Perusahaan ini adalah
1. Untuk para pegawai operator, khususnya yang di Dekeng harus lebih
memperhatikan sanitasi kerjanya. Disaat melakukan pekerjaan
sebaiknya menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sudah
tersedia. Dikarenakan jika tidak memakai APD, dapat menimbulkan
Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan Kerja.
2. Menurut kami air setelah proses Back Wash sebaiknya tidak langsung
dibuang, sebaiknya menambah alat pompa air di bagian SBD, untuk
pengolahan kembali air yang dibuang tersebut
3. Menurut kami sebaiknya dilakukan kegiatan secara berkala untuk
pembersihan sisa lumpur dibagian SBD, apabila dibiarkan terlalu
lama dapat menimbulkan vektor ( nyamuk ) karena terdapat genangan
air pada lumpur tersebut.
4. Menurut kami sebaiknya limbah lumpur tersebut dapat diolah kembali
menjadi bahan dasar pembuatan bata, genteng, dan dapat
dimanfaatkan sebagai bahan campuran pupuk karena lumpur PDAM
mengandung unsur-unsur hara, namun lumpur mengandung logam
berat Cd maka sebelum dimanfaatkan atau dibuang perlu dilakukan
beberapa pengolahan lanjutan misalnya dengan menurunkan kadar
logamnya.

30
31

Anda mungkin juga menyukai