Anda di halaman 1dari 44

BUKU REFERENSI MATERI EVALUASI

MATA KULIAH ADM PUSKESMAS DAN KEBIJAKAN KESEHATAN

VINA NOVELA,SKM.M.KES

NIDN: 1024098502

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIV.FDK


ILMU PENGETAHUAN DAN EVALUASI

A. Ilmu pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan bahan mentah dari ilmu pengetahuan.
Ilmupengetahuan adalahpengetahuan yang dikelompokkan dan disusun
secara sistematis sebab dan akibatnya. Ilmu pengetahuan merupakan
kumpulan pengetahuan yang memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan
tersebut antara lain mempunyai : objek, teori, metode penelitian, lembaga
pendidikan khusus, lembaga penelitian dan pengembangan, dan profesi.
a. Objek ialah segala sesuatu yandibahas, diteliti, dikembangkan dan
ditetapkan oleh ilmu pengetahuan.
b. Teori adalah generalisasi mengenaihubungan antara variabel-variabel,
konsep atau konstruk-konstruk dalam fenomena pengetahuan.
c. Metode penelitian adalah metode saintifik atau riset untuk melakukan
penelitian, mengembangkan dan menerapkan ilmupengetahuan.
d. Lembaga pendidikan khusus di tingkat perguruan tinggi. Lembaga
pendidikan merupakan sarana untuk mendidik ilmuwan dan
professional untuk mengembangkan dan menerapkan
ilmupengetahuan.
e. Lembaga penelitian dan pengembangan yaitu lembaga untuk
melakukan pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan.
f. Profesi berfungsi menerapkan ilmupengetahuan untuk melayani
kebutuhan kehidupan manusia.
2. Metode ilmu pengetahuan
Ilmupengetahuan mempunyai metode untuk melakukan penelitian,
pengembangan dan penerapan dalam melaksanakan profesi yang disebut
metode saintifik atau riset.
a. Riset murni
Riset murni adalah riset yang tujuaannya hanya untuk pengembangan
ilmu pengetahuan dengan melakukan penelitian untuk menciptakan
teori-teori ilmu pengetahuan baru.
b. Riset terapan
Riset terapan adalah riset yang bertujuan untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh masyarakat atau organisasi. Ada beberapa
jenis riset terapan antara lain evaluasi, riset tindakan, dan riset operasi.
1) Evaluasi
Salah satu jenis riset terapan adalah evaluasi. Ada sejumlah
istilah yang dipergunakan untuk evaluasi yaitu evaluation research
(riset evaluasi) atau evaluative research (reset evaluatif),
evaluation (evaluasi) dan evaluation science atau sains evaluasi.
Istilah riset evaluasi di populerkan oleh F.G Caro (1971) dalam
bukunya yang berjudul Readings in evaluation research.
Blaine R. Worthen & James R. Sanders (1987) berpendapat
bahwa istilah evaluasi dan riset evaluasi tidak sama karea
keduanya berbeda tujuan bahkan jika keduanya mempergunakan
metode dan teknik yang sama.
Memang salah satu tujuan evaluasi adalah mengukur nilai dan
manfaat dari objek evaluasi. Untuk mengukur nilai dan manfaat
objek evaluasi harus digunakan kaidah-kaidah ilmu penelitian.
Misalnya, evaluasi mempergunakan metode kuantitatif termasuk
eksperimen-metode kualitatif dan metode campuran (mixed-
method).
2) Riset Tindakan
Jenis riset terapan lainnya adalah riset tindakan atau action
research. dewasa ini action research telah di adopsi oleh semua
cabang ilmu misalnya, industry (quality circle), pendidikan,
kedokteran dan keperawatan. Misalnya dalam dunia industry untuk
mengembangkan produk secara terus-menerus, desain riset
tindakan dalam bentuk siklus plan, do, check dan action seperti di
lukiskan. Gambar 1.

Plan

Action Do

Check

Gambar 1: Desain Riset Tindakan Quality Circle

konsep pemberdayaan

Ppelatihan pemberdayaan pegawai


Perubahan perilaku pegawai

Gambar 2: siklus Tindakan dalam Riset Tindakan Manajemen

3) Riset Operasi
Riset operasi (operation research) sering juga disebut sains
manajemen (management science) adalah penerapan metode dan
teknik saintifik untuk pengemilan keputusan. Pengembalin
keputusan adalah proses mengidentifikasi problem dan sejumlah
alternative serta memilih salah satu alternative yang paling tepat
untuk menyelesaikan problem.

3. Jenis Ilmu Pengetahuan


Ilmu pengetahuan dalam di kelompokkan menurut objek yang
diteliti, dikembangkan dan diterapkan. Berdasarkan objeknya, ilmu
pengetahuan dapat diklasifikasikanmenjadi filsafat, matematika, fisika,
biologi, pendidikan dan sebagainya.
Riset evaluasi atau evaluasi merupakan jenis ilmu yang tidak matang.
Sebagai bagian dari ilmu riset, evaluasi dipengaruhi oleh asumsi dan tolok
ukur atau standar yang dipergunakan untuk mengevaluasi objek evaluasi.

B. Ilmu Evaluasi
1. Sejarah
Sejarah evaluasi dimulai di Tiongkok (Cina) pada tahun 2.000
sebelum masehi. Evaluasi dipergunakan untuk mengevaluasi para pegawai
kerajaan. Pada awal tahun 1930an Ralph Winfred Tyler-yang kemudian
disebut sebagai bapak evaluasi-menciptakan istiliah educational
evaluation atau evaluasi pendidikan.
Ilmu evaluasi mulai berkembang menjadi suatu cabang ilmu yang
mandiri di Amerika Serikat degan dikembangkannya teori evaluasi
pertama oleh Ralph Tyler. Dinegeri ini kemudian berkembang berbagai
teori mengenai evaluasi dan evaluasi merupakan keharusan untuk
mengembangkan pendidikan dan layana publik.
Di Indonesi aktivitas evaluasi sudah dlakukan oleh Vereenigde
Ooostindische Compagnie (VOC), perusahaan multinasional pertama di
dunia yang menjelajah Indonesia. Dalam dunia pendidikan ada dua jenis
evaluasi yaitu evaluasi hasil belajar dan evauasi program pendidikan.
Evaluasi hail belajar bertujuan mengukur apakah pembelajaran berbagai
bidang ilmu menvcapai tujuan yang ditentukan oleh kurikulum
pembelajaran ilmu tersebut. Evaluasi program pendidikan untuk
mengevaluasi berbagai aspek pendidikan misalnya, kurikulum, proses dan
metode pembelajaran dan mata pelajaran, layanan pendidikan, tenaga
pendididik dan sebagainya.

2. Pengetian
Buku ini mendefenisikan riset evaluasi atau evaluasi sebagai riset
untuk mengumpulkan, menganilisis dan menyajikan informasi yang
bermanfaat mengenai objek evaluasi, menilainya dengan
membandingkannya dengan indicator evaluasi dan hasilnya dipergunakan
untuk mengambil keputusan mengenai nilai dan manfaat objek evaluasi.
a. Riset. Seperti telah dijelaskan di atas, evaluasi merupakan salah satu
jenis riset terapan. Teknik penarikan sampel, instrument dan data
analisisnya sesuai dengan teknik penelitian.
b. Objek evaluasi. Objek evaluasi adalah apa yang akan dievaluasi-
Michael Scriven,Steward I. Donaldson dan Mark W. Lipsey (2006),
dan Michael M. Provus (1972) mengguakan istilah evaluand dan
evaluee jika objeknya orang-adalah apa yang diteliti dalam evaluasi.
Karena evaluasi dilakukan semua sektor kehidupan, setiap sector
mepunyai objek evaluasi yang unik.
c. Informasi. Tujuan evaluasi adalah mengumpulkan dan menyajikan
informasi yang bermanfaat mengenai objek evaluasi. Informasi
tersebut kemudian dibandingkan atau dinilai dengan indicator objek
wisata.
d. Menilai. Evaluasi melakukan penilaian kualitas (merit)-baik buruknya
atau tinggi atau rendahnya kualitas atau kinerja program yang
dievaluasi dan penilaian manfaat (Worth)-bermanfaat tinggi atau
rendahnya program-dalam kaitan dengan suatu tujuan atau standar
tertentu.
e. Membuat keputusan mengenai objek yang dievaluasi. Informasi
mengenai objek evaluasi dipergunakan untuk membuat keputusan
mengenai objek evaluasi. Misalnya, jika program pembelajaran
Bahasa Inggris tidak memenuhi tolok ukur keberhasilannya, maka
perlu dilakukan perubahan atau pengembangan kurikulumnya,
gurunya, proses pembelajaran atau pengembangan iklim akademiknya.
Sebaliknya jika hasil evaluasi menystakan program berhasil, program
tersebut akan diteruskan atau dilaksanakan didaerah lain.

3. Evaluasi dan Pembuatan Keputusan


Seperti telah dikemukakan di atas, salah satu manfaat dari evaluasi
adalah menyediakan informasi yang bermanafaat untuk membuat
keputusan.
a. Mengidentifikasi dan menganalisis problem
Untuk mengidentifikasi apakah organisasi mengahadapi problem atau
tidak di perlukan informasi mengenai apa yang seharusnya dan apa
yang terjadi.
b. Mengidentifikasi alternatif-alternatif
Untuk mengidentifikasi alternative-alternatif solusi memerlukan
informasi mengenai alternatif-alternatif yang ada.
c. Mengevaluasi alternative-alternatif yang terbaik
Setiap alternatif-alternatif solusi yang teridentifikasi dievaluasi
dibobot dan diurutkan nilai dan manfaatnya dari yang terbaik sampai
yang terburuk.
d. Membuat keputusan
Dalam fase ini pembuat keputusan memilih salah satu alternative yang
terbaik-nilai dan manfaatnya tertinggi untuk solusi problem.
e. Alternative yang terbaik dilaksanakan
Untuk melaksankaan diperlukan sumber daya-man, money, material,
methods.
f. Mengevaluasi hasil pelaksanaan keputusan
Dievaluasi secara formatif dan normatif. Jika terjadi penyimpangan
dikoeksi dan disesuaikan dengan golnya.

4. Perbedaan Riset dan Evaluasi


Walaupun evaluasi atau riset evaluasi merupakan bagian dari riset
terapan (applied research) terdapat sejumlah perbedaan antara evaluasi
dan riset, khususnya riset murni.
a. Tujuan
Tujuan evaluasi adalah mengumpulkan informasi untuk menetukan
nilai dan manfaat objek evaluasi, mengontrol, memperbaiki dan
mengambil keputusan mengenai objek tersebut. Sedangkan tujuan riset
adalah untuk membuktikan adanya atau kebenaran santifik dan
menciptakan teori mengenai kebenaran fenomena ilmu pengetahuan.
b. Motivasi peneliti
Riset dan evaluasi dilakukan dengan alas an yang berbeda. Riset
dilakukan untuk mencapai kepuasan keingintahuan penelitiannya
sedangkan evaluasi ditujukn untuk memberikan kontribusi kepada
solusi suatu problem tertentu.
c. Hukum-hukum versus deskripsi
Riset murni berorientasi kepada kesimpulan bersifat nomotetik
(nomothetic) atau memberikan hukum (law giving), sedangkan
evaluasi bersifat ideografik (idiographic) atau mendeskripsikan
aktivitas khusus.
d. Peran dari penjelasan
Baik riset maupun evaluasi berkaitan dengan penjelasan mengenai
fenomena yang diteliti. Penjelasan riset memerlukan mengaitkannya
dengan hukum, teori atau dalil sedangkan evaluasi tidak.
e. Otonomi penelitian
Penelitian memformulasikan problem secara independen atau bebas
dari pengaruh luar (otonomi) sedangkan evaluator merumuskan
problem penelitiannya berdasarkan pesanan klien atau penyandang
dana. Dalam kaitan ini peneliti murni lebih independen atau otonom
daripada evaluator.
f. Properti dari fenomena yang diakses
Evaluasi berupaya mengakses nilai intrinsic sesuatu (merit) dan
manfaat dari sesuatu (worth) sedangkan penelitian berupaya
mengakses kebenaran santifik. Evaluasi mencari secara langsung
utilitas sosial sedangkan riset dapat menghasilkan utilitas sosial alan
tetapi secara tidak langsung.
g. Metode penelitian
Pada prinsipnya semua metode yang dipergunakan oleh penelitian
dapat dipergunakan dalam evaluasi. Akan tetapi, evaluasi umumnya
harus dilakukan dalam waktu tertentu, karena jika melebihi waktu
tersebut informasi yang diperoleh menjadi tidak bermanfaat bagi
pengambilan keputusan mengenai program.
h. Model-model evaluasi
Perbedaan lainnya, evaluasi sering menggunakan juga model-model
evaluasi disamping metode penelitian.
i. Penilain
Riset sering dianggap sebagai penelitian bebas nilai, terutama
eksperimen, sedangkan evaluasi selalu berkaitan dengan penilaian
berdasarkan kriteri yang telah ditentukan sebelumnya.akhir dari
evaluasi adalah melakukan penilaian dari (merit) dan peneliaian
manfaat (worth) suatu objek.
j. Generalisasi fenomena yang diteliti
Perbedaan yang jelas antara riset murni dengan evaluasi adalah
generalisasi fenomena yang diteliti. Feneralisasi adalah penarikan
kesimpulan dari hasil penelitian yang berdasarkan sampel ke populasi
penelitian.
k. Kompetensi peneliti
Seorang peneliti murni harus mempunyai latar belakang pendidikan
bidang ilmunya. Dengan kata lain, evaluator harus mempunyai latar
belakang multi disipli ilmu pengetahuan.

5. Evaluasi Sebagai Ilmu Antar Cabang Ilmu


Michael Scriven (2008) futurist evaluation merupakan teoritisi
evaluasi yang pertama yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan ilmu
antar cabang (transdisciplinsry) ilmu pengetahuan. Ia mengemukakan
pengertian ilmu antar cabang ilmu pengetahuan sebagai berikut:
a. Transdiscipline berarti suatu teori, sudut pandang atau perspektif yang
mempunyai sejumlah aplikasi ada sejumlah cabang ilmu (discipline).
b. Transdicipline berarti suatu disiplin yang mempunyai status mandiri
(standalone) sebagai disiplin akan tetapi juga dipakai sebagai suatu
alalt metodologi dan analisis di sejumlah disiplin lain.

6. Evaluasi dan Pengembangan Produk


Hasil penelitian dapat dipergunakan untuk mengembangkan produk-
barabg dan jasa yang diperlukan oleh kehidupan manusia. Misalnya,
penelitian dasar atau penelitian terapan kimia dapat dipergunakan untuk
mengembangkan makanan, obat dan bahan kecantikan baru.
Proses penciptaan produk baru melalui 5 fase yaitu: inovasi, uji
produk, produksi masal dan difusi produk.
a. Ketika hasil penelitian dan evaluasi dipergunakan untuk
mengembangkan produk terjadi inovasi produk baru, muncul barang
dan jasa baru.
b. Sebelum dipergunakan produk baru harus diuji coba untuk mengukur
nilai dan tingkat manfaat, kelemahan, pengaruh positif dan negatidnya
jika dipakaio leh manusia.
c. Jika hail uji produk positif, produk kemudian diproduksi secara`masa
agar dapat dipergunakan oleh masyarakat secara meluas.
d. Agar masyarakat diberbagai tempat dapat mengetahui adanya produk
baru dilakukan difusi.
e. Produk didifusikan ke masyarakat.
f. Penggunaan produk baru oleh para anggota masyarakat secara masa
akan mensejahterakan kehidupan masyarakat.
Teori, Model Metodologi, Standar, Aplikasi dan Profesi

Riset

Riset Murni Riset Terapan

Evaluasi
Hasil Penelitian

Difusi Produk
Dipergunakan untuk pengembangan
produk baru (barang dan jasa):  Memperkenalkan
adanya produk
 Inovasi produk baru
 Manfaat produk
 Uji produk
 Cara menggunakan
 Produksi massal
produk
 Difusi produk baru
 Di mana dapat diperoleh

Pemakaian Manusia
produk baru lebih
Gambar 3: Penelitian, Evaluasi dan Kesejahteraan Manusia

7. Istilah Evaluasi dan Istilah Lainnya


a. Evaluasi program dan evaluasi hasil belajar
Dalam ilmu pendidikan evaluasi program adalah evaluasi dengan
objeknya program pendidikan yaitu aktivitas yng dilaksanakan untuk
waktu yang tidak terbatas. Misalnya, evaluasi pembelajaran pelajaran
matematika merupakan evaluasi program.
b. Asesmen (Assessment)
Adalah aktivvitas menentukan kedudukan suatu objek pada sejumlah
variabel yang menjadi focus, misalnya mengetes para siswa dan
melaporkan skornya.
c. Pengukuran atau measuremenrt
Pengukuran merupakan aktivitas penempatan nilai numerika atau
angka terhadap suatu objek dengan menggunakan instrument, seperti
mister, timbangan, tes, stopwatches dan sebagainya.

8. Evaluasi dan Kebijakan Publik


Menurut Vendung evaluasi melihat kebelakang agar dapat menyetir
kedepan. Evaluasi merupakan mekanisme untuk memonitor,
mensistematikan dan meningkatkan aktivitas pemerintah dan hasil-
hasilnya sehingga pejabat publik dalam pekerjaannya di masa akan dating
dapat bertindak,bertanggung jawab, kreatif dan seefisien mungkin.
Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh lembaga publik akan tetapi juga
dilakukan oleh perusahaan dan lembaga swadaya masyarakat. Perusahaan
besar yang sudah mapan membangun unit kerja. Peneletian dan
pengembangan (Research and Development).

C. Jenis Evaluasi
1. Menurut Objeknya
a. Evaluasi Kebijakan
pemerintah Republik Indonesia melakukan intervensi siosial (social
interventation) dalam bentuk kebijakan, program dan proyek.

Fungsi dan tugas Kebijakan: Program:


eksekutif:
Rencana induk Untuk melaksanakan
 Presiden untuk memberikan kebijkan disusun dan
 Menteri layanan kepada dilaksanakan di
 Gubernur masyarakat berbagai program
 Bupati yang dilaksankana
 Walikota untuk waktu yang
tidak terbatas
Melayani warga
negara

Proyek:

Untuk mendukung pelaksanaan


program disusun diberbagai
proyek yang dilaksanakan untuk
waktu tertentu. Dapat setahun, 6
bulan, sebulan atau
seminggubahkan sehari.
Gambar 4: kebijakan, program dan proyek

Kebijakan adalah rencana indukyang disusun oleh pemerintah


dalam melayan kebutuhan anggota masyarakat. Kebijakan
dioperasionalkan dalam bentuk Undang-Undang Dasar, Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan Peraturan
Menteri. Suatu kebijakan berlangsung untuk jangka waktu yang tidak
terbatas sampai kebijakan tersebut dicabut atau diganti dengan
kebijakan lainnya

b. Evaluasi Program
Program adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk
melaksanakan kebijakan dan dilaksanakan untuk waktu yang tidak
terbatas.
Evaluasi program adalah metode sistematik untuk
mengumpulkan, menganalisis dan memakai informasi hasilnya untku
menjawab pertanyaan dasar mengenai program. Evaluasi program
dapat dikelompokkan menjadi evaluasi masukan (input evaluation),
evaluasi proses (process evaluation), evaluasi manfaat (outcome
evaluation) dan evaluasi akibat (impact evaluation).
c. Evaluasi Proyek
Proyek adalah kegiatan atau aktivitas yang dilaksanakan untuk
jangka waktu tertentu untuk mendukung pelaksanaan program.
d. Evaluasi Material
Untuk melaksakan kebijakan, program atau proyek diperlukan
sejumlah material atau produk-produk tertentu. Misalnya, untuk
melaksanakan program pembelajaran matematika diperukan buku teks
matematika.
e. Evaluasi Sumber Daya Manusia
Evaluasi sumber daya manusia, evaluasi personalia atau
evaluasi kinerja (performance appraisal). Unruk mengembangkan
kompetensi dan kinerja sumber daya manusia dilakukan program
pengembangan sumber daya manuia atau human resources
development.

2. Menurut Fokusnya
a. Asesmen Kebutuhan
Asesmen kebutuhan (need assessment) adalah mengidentifikasi dan
mengukur level kebutuhan yang diperlukan yang diinginkan oleh
organisasi atau masyarakat.
Ada 6 (enam) teknik pendekatan dalam asesmen kebutuhan, yaitu:
1) Mengumpulkan data statistik sekunder yang sudah ada
2) Pendekatan survei
3) Forum masyarakat
4) Wawancara kelompok fokus (focus grup)
5) Pendekatan informan kunci (key informan)
6) Analisis isi (content analysis)

Kebutuhan data dikelompokkan menjadi:

1) Kebutuhan jangka pendek (short-term needs)


2) Kebutuhan jangka panjang (long-term needs)
3) Kebutuhan potensial (potential needs)
b. Evaluasi Program
Evaluasi proses dimulai ketika program mulai dilaksanakan.
Faktor-faktor yang dinilai antara lain layanan dari program:
pelaksanaan layanan, pemangku kepentingan (stakeholder), yang
dilayani, sumber-sumber yang dipergunakan, pelaksanaan program
dibandingkan dengan yang diharapkan dalam rencana dan kinerja
pelaksanaan program.
Salah satu cakupannya adalah mengukur apakah terjadi
penyimpangna dalam pelaksanaan program jika terjadi penyimpangan
dar iyang direncanakan, diputuskan apa yang harus dilakukan untuk
mengontrol kettimpangan dan mengembalikan pelaksanaan program
ke treknya dalam pengertian: kinerja yang diharapkan, penggunaan
man, money, material, machine dan method yang dipergunakan untuk
melaksanakan program.
c. Evaluasi Keluaran
Hasil keluaran (outcome) merupakan evaluasi sumatif
(summative evaluation) yaitu mengukur dan menilai keluaran dan
akibat atau pengaruh dari program. Data yang di jarring antara lain:
1) Hasil atau keluaran program apakah sesuai dengan yang
direncanakan.
2) Jumlah dan jenis orang yang dilayani apakah sesuai dengan
yang direncanakan.
3) Pengaruh atau akibat dari program terhadap orang yang
mendapatkan layanan: apakah terjadi perubahan atau
perbedaan dari sebelum dan sesudah mendapatkan layanan
program.
4) Evaluasi keluaran juga mengidentifikasi apa yang harus
dilakukan agar pengaruh program dapat berlangsung terus-
menerus.
d. Evaluasi Efesiensi
Suatu kebijakan, program atau proyek hanaya dapat
dilaksanakan dengan baik jika didukung oleh biaya atau anggaran
(cost) tertentu.
Evaluasi mengenai biaya program ada dua jenis yaitu: cost-
benefit evaluation (evaluasi benefit biaya) dan cost-effectiveness
evaluation (evaluasi efektivitas biaya). Cost-benefit evaluation
mengukur masukan dan keluaran dalam pengertian keuangan. Cost-
efektiveness evaluation mengukur input program dalam pengertian
keuangan dan keluaran dalam pengertian nonkeuangan

3. Tujuan Evaluasi
Tujuan melaksanakan evaluasi antara lain:
a. Mengukur pengaruh program terhadap masyarakat.
b. Menilai apakah program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana.
c. Mengukur apakah pelaksanaan program sesuai dengan standar.
d. Evaluasi program dapat mengidentifikasi dan menemukan mana
dimensi program yang jalan, mana yang tidak berjalan.
e. Pengembangan staf program.
f. Memenuhi ketentuan undang-undang
g. Akreditasi program
h. Mengukur cost effectiveness dan cost-efficiency
i. Mengambil keputusan mengenai program.
j. Accountabilitas
k. Memberikan umpan balik kepada pimpinan dan staf program.

Evaluasi
 Kebutuhan Program
Masyarakat
lokal
 Lembaga
pemerintah
 Kelompok
professional Rencana Program Hasil Layanan
 Kelompok dan layana
interes komitmen sosial
khusus finansial
Gambar 5: Posisi Evaluasi Sebagai Loop Balikan Untuk Program Sosial
(Posavac & Carey, 1997)

TEORI EVALUASI

A. Pengertia dan Fungsi Evaluasi


1. Pengertian Teori
Salah satu persyaratan suatu cabang ilmu pengetahuan adalah
mempunyai teori. Tak ada ilmu pengetahuan tanpa mempunyai teori
karena inti dari ilmu pengetahuan adalah teori. Fred N. Kerlinger (1986)
mendefenisikan teori ilmu pengetahuan sebagai berikut: “A theory is a set
of interrelated constructs (concepts), definitions and propositions that
present a systematic view of phenomena by specifying retions among
variables, with the purpose of explaining and predicting the fenomena”.
Defenisi ini mengemukakan tiga hal mengenai teori:
a. Teori merupakan suatu set dalil yang terdiri dari konstruk-konstruk
yang mempunyai definisi dan saling terkait.
b. Teori mengemukakan saling terkaitnya suatu set variabel-variabel
(konstruk-konstruk) dan dalam melakukan itu, mengemukakan suatu
pandangan sistematik mengenai fenomena yang dilukiskan ooleh
variabel-variabel.
c. Teori menjelaskan fenomena.

2. Fungsi Teori
Tujuan akhir dari ilmu pengetahuan adalah terciptanya teori-teori
ilmu pengetahuan. Teori ilmu pengetahuan mempunyai lima fungsi, yaitu:
a. Menjelaskan terjadinya fenomena
b. Memprediksi fenomena yang akan terjadi
c. Membimbing praktik profesi
d. Mengembangkan ilmu pengetahuan
e. Krhidupan berlandaskan teori ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ilmu pengetahuan dipergunakan untuk


memproduksi barabg dan jasa yang mereka butuhkan untuk kesejahteraan
hidup manusia.

Untuk
melakukan
Dipergunakan untuk
penelitian
memproduksi barang
murni
dan jasa melalui 3 fase:
Teori ilmu Hasil
pengetahuan Untuk penelitian  Inovasi
melakukan  Uji coba produk
penelitian  Produksi massa
terapan

Untuk
melakukan
evaluasi

Difusi barabg dan jasa: Produksi


dikonsumsi
 Sosialisasi dan dipakai
 Fasilitasi manusia
 Distribusi
 Layanan purna
jual
Hidup
Gambar 6: hubungan antara teori ilmu pengetahuan dan kesejahteraan hidup
manusia

B. Teori Evaluasi
1. Pengertian
Evaluasi, riset evaluasi atau sains evaluasi merupakan ilmu antar
cabang ilmu pengetahuan. Evaluasi merupakan alat dari berbagai cabang
ilmu pengetahuan untuk menganalisis dan menilai fenomena ilmu
pengetahuan dan aplikasi ilmu pengetahuan dalam penerapan ilmu
pengetahuan dalam praktik profesi.
2. Pendapat-Pendapat Mengenai Teori Evaluasi
a. Peran teori evaluasi
1. Evaluasi sangat membutuhkan teori.
Teori evaluasi dan teori ilmu sosisal mempunyai pengaruh penting
terhadap evaluais program modern.
2. Evaluasi tidak terlalu membutuhkan teori.
Suatu pendapat yang menarik dalam kaitan pendapat ini adalah
pendapat Michael Scriven. Seperti yang dikemukakan oleh
William R. Shadish (1998) Scriven menyatakan sebagai ilmu
pengetahuan, evaluasi memerlukan teori.

Anna Madison mengutip pendapat Sadish, Cook dan Leviton mengenai lima
komponen teori dan evaluasi sebagai berikut :
1. Ilmu pengetahuan mengemukakan pernyataan.
Ilmu pengetahuan harus mengarah kepada konstruksi ilmu pengetahuan yang
otoritatif berdasarkan berbagai metode. Teori ilmu pengetahuan juga
membantu melihat koneksi antara asumsi-asumsi epistemologis dan metode
yang dipakai para evaluator dan mengakses nilai berbagai metode untuk
mengkonstruksi jenis ilmu pengetahuan tertentu.
2. Teori nilai yang menimbulkan pertanyaan.
Anna Madison mengutip pendapat Beauchamp yang mengemukakan
elemendari teori menilai meliputi:
a. Methatheory(teorimeta). Bagaimana dan mengapa pernyataan nilai
dibentuk? Jawabannya adalah studi mengenai sifat dan justifikasi
penilaian.
b. Prescriptive theory (teori prescriptive). Nilai mana yang akan dipakai?
Jawabannya adalah teori membela nilai-nilai tertentu.
c. Decriptive theory (teori deskriptif). Apakah pemangku kepentingan
(takeholder)? Jaawabannya adalah teori yang melukiskan nilai-nilai tanpa
membela salah satu sebagai yang terbaik. Merupakan kriteria dasar
evaluator untuk mengevaluasi nilai-nilai dari pemangku kepantingan.
3. Teori pemakaian (use theory) menimbulkan pertanyaan.
Teori pemakaian menyediakan deskripsi sebagai jenis pemakaian, dan
melakukan kerangka waktu dimana pemakaian terjadi. Teori ini menyediakan
penjelasan apa yang dapat dilakukan oleh evaluator untuk memfasilitasi
pemakaian. Jenis-jenis pemakaian terdiri dari:
a. Pemakaian instrumental yang mengarahkan pengambilan keputusan
mengenai program/proyek.
b. Pemakaian konseptual mmembantu mengklarifikasi yang diharapkan
mengubah berfikir mengenai program.
c. Pemakaian persuasif mengarah kepada suatu perubahan dalam posisi
terutama pada level kebijakan.
4. Teori program sosial menimbulkan pertanyaan
Elemen dasar teori program sosial adalah :
a. Bagaimana program distrukturkan secara internal, fungsi apa yang
dilakukan program, dan bagaimana program broperasi?
b. Bagaiman konteks eksternal membentuk dan menghambat program?
c. Bagaimana peubahan sosial terjadi, bagaimana program berubah dan
bagaimana perubahan program memberikan kontribusi terhadap
perubahan sosial?
5. Teori praktik evaluasi menimbulkan pertanyaan.
Elemen teori praktik evaluasi menjawab pertanyaan sebagai berikut:
a. Apakah evalusi harus dilakukan atau tidak?
b. Apakah tujuan evaluasi yang seharusnya?
c. Peran apa yang dilakukan evaluator?
d. Pertanyaan apa yang harus dilakukan?
e. Desain evaluasi yang harus dipakai?
f. Aktivitas apa yang harus dilakasanakan untuk memfasilitasi pemakaian?
a. Teori praktik evaluasi
Teori yang mencerminkan apa yang seharusnya dialakukan evaluator berdasarkan
teori evaluasi, sedangkan praktik evaluasi mencerinkan apa yang terjadi ketika
evaluator melaksanakan tugasnya.
b. Teori Evaluasi Konstruktivitis, Evaluasi Objektivis dan Evaluasi Subjektivis
1. Teori Evaluasi Konstruktivitis
a. Pengertian
Egon G. Guba dan Yvona S. Lincoln (1981, 1985, 2001)
mengemukakan teori evaluasi konstruktivitis. Evaluasi konstruktivitis
adalah evaluasi berdasarkan dalil atau asumsi-asumsi untuk
mendukung paradigma konstruktivitis. Konstruktivitis berdasarkan
tiga asumsi-asumsi fundamental yang umumnya diistilahkan:
1) Asumsi ontologis konstruktivitis adalhan relatifisme yaitu
bahea manusia pembuat rasa yang mengorganisir
pengalaman yang membaktikannya kepada komprehensif,
dapat dipahami dan dijelaskan merupakan tindakan realitas
konstruktivitis, independen dan fundamental.
2) Asumsi epistemologis dari konstruktivitis adalah
subjektivitisme yaitu bahwa pernyataan yang tegas mengenai
realitas dan kebenaran tergantung semata-mata pada makana
informasi dan derajat pengalaman dalam hal-hal duniawi
yang tersedia bagi individu dan audiensterait pembentukan
pernyataan tersebut.
3) Asumsi dasar metodologis konstruktivitis yaitu proses yang
dilakukan sesuai dengan teori yang pertama dibuka dan
disalurkan untuk makna kemudian dikonfrontir,
dibandingkan dan dikontraskan dengan situasi yang ditemui.
b. Fase evalasi konstruktivitis
Terdiri dari 2 fase :
1) Fase diskoveri yaitu melukiskan upaya evaluasi berupa apa
yang terjadi disana menjadi evaluand dan konteksnya.
2) Fase asimilasi merupakan upaya evaluasi untuk menyatukan
penemuan-penemuan baru ke dalam konstruksi yang ada.
c. Proses dan tanggung jawab evaluator konstruktivitis
Evaluasi konstruktivitis adalah proses untuk melakukan evaluasi
memenuhi duua kondisi : diorganisasi oleh klaim, memerhatikan dan
isu-isu pemangku kepentingan para audiens dan meutilitasasikan
metodologi paradigma konstruktivitis.
d. Melaksanakan evaluasi konstruktivitis
Sebelas langkah dalam evaluasi konstruktivitis
1) Mengorganisasievaluasi
2) Mengidentifikasi pemangku kepentingan
3) Mengembangkan konstruksi-konstruksi kelompok para
pemangku kepentingan.
4) Memperluas konstruksi-konstruksi kelompok pemangku
kepentinagn intrastakeholder.
5) Memilih konstruksi-konstruksi, klaim dan perhatian-
perhatian
6) Memprioritaskan poin yang tidak dselesaikan melalui
negosiasi.
7) Mengumpulkan tambahan informasi
8) Menyiapkan agenda negosiasi
9) Mengembangkan konstruksi-konstruksi antar kelompok
10) Melaporkan mengenai hasil-hasil untuk langkah 9
11) Resikel keseluruhan proses
e. Laporan-laporan evaluasi konstruktivitis
Merupakan produk akhir dari evaluasi konstruktivitis. Laporan kasus
berisi suatu lampiran yng melukiskan secara rinci sehingga dapat
menilai seberapa tinggi kriteria kualitas terpenuhi.
f. Kriteria untuk menilai evaluasi konstruktivitis dan laporannya
1) Kriteria paralel yaitu berupa kredibilitas, dapat di transfer,
dapat dipercaya, dapat di konfirmasi.
2) Kriteria autensitas yaitu berupa keadilan, autensitas
autologikal, autensitas edukatif, autensitas katalitik,
autensitas taktis.
g. Ringkasan
Evaluasi konstruktivitis merupakan model yang sulit untuk diadopsi,
dapat dilakukan secara berulang ulang dan memerlukan rekapitulasi
secara terus menerus.
2. Teori evaluasi objektivitis
a. Pengertian
Evaluasi objektivitis ditujukan untuk mengarahkan kepada kesimpulan
yang benar atau tidak benar relatif terhadap posisi orang atau sudut
pandang tertentu.
Tabel
Perbandingan Teori Evaluasi Konstruktivis dan Teori Evaluasi
Objektivitis

Teori Evaluasi Konstruktivis Teori Evaluasi Objektivitis

Defenisi : evaluasi yang berdasarkan Defenisi : evaluasi adalah penelitian


dalil, asumsi dasar dan paradigma sistematik mengenai merit dan worth
konstruktivis objek evaluasi

Tokoh : Egon Gotthod Guba, Yvonna S. Tokoh : Daniel L. Stufflebeam, Michael


Lincoln

Menggunakan paradigma konstruktivis Menggunakan paradigma objektivis

Asumsi ontological relativisme Anti subjektivisme


Asumsi epistemologi transaksional Objektivisme Ayn Rand
subjektivis

Asumsi metodologi hermeneutika- Saintifik


dialektika

Dua fase evaluasi discoveri dan asimilasi Menolah evaluasi bebas nilai

Kriteria kualitas evalusi paralel Kriteria kualitas evaluasi berdasarkan:


 Kredibilitas  Standar-standar evaluasi
 Transferabilitas  Penilaian nilai dan manfaat
 Dependabilitas objek evaluasi
 Konfirmabilitas  Moralitas
Kriteria kualitas evaluasi konfirmabilitas  Prinsip-prinsip etis
 Mengontrol bias dan prejudis
 Keadilan
 Kejujura dan kebenaran dalam
 Autensitas Autologikal
menjaring data dan laporan
 Autensitas Edukatif
hasil evaluasi
 Autensitas Katalistik
 Menghindari bias
 Autensitas Taktikal

Proses untuk mendapatkan hasil evaluasi objektivis yaitu


dengan cara dinilai oleh evaluator berdasarkan kriteria dan standar
evaluasi, ilu pengetahuan dan teknologi.
b. Evaluasi objektivitas menolak evaluasi bebas nilai
Untuk mencapai suatu kesimpulan evaluasi yang baik terlalu sulit dan
penting untuk diberika kepada para evaluator (Stufflebeam, 1994).
Para evaluator hanya menyajikan data yang baik dan membeikannya
kepada para pemangku kepentingan untuk menginterpretasikan
temuan dan mengambil keputusan. Jika para evaluator hanya
menyampaikan dan tidak menginterpretasikan informasi, mereka
esensialnya membatalkan tanggung jawabnya untuk membantu para
pemangku kepentingan untuk mencapai pemahaman sepenuhnya.
c. Prinsip menghargai otoritas dan tanggung jawab
Tanggung jawab utamo evaluator dalam kaitan pembuatan keputusan
program adalah :
1) Memberikan informasi yang valid dan persuasif mengenai
temuan yang ada dan penilaian dan mempengaruhi keputusan
yang telah ada.
2) Mengeluarkan laporan publik yang dapat membantu untuk
menilai manfaat dan opsi lainnya berupa kebijakan agar
dapat dipertimbangkan temuan evaluasi tersebut.
d. Masukan evaluasi
Evaluator harus menyediakan informasi yang valid dan memiliki
penilaian agar dapat dipertimbangkan oleh kelompok lain untuk
dipertimbangkan dalam mengambil sebuah keputusan dan kebijakan
dan dapat memberikan masukan terhadap kelompok tersebut.
e. Rekomendasi untuk melaksanakan evaluasi objektivis
Suffelebeam(1994) mengemukakan 15 rekomendasi yaitu sebagai
berikut :
1) Memastikan rencana evaluasi, proses dan laporan dengan 4
persyaratan : proprietas, utilitas, feasibilitas, dan keakuratan
2) Meneliti layanan program
3) Menilai nilai(merit) dan manfaat
4) Rujukan evaluasi dari institusi lain
5) Nilai seberapa jau program berjalan dengan baik
6) Menyediakan arah untuk malakukan perbaikan
7) Melakukan evaluasi formatif untuk meningkat layanan
program atau masih dalam pengembangan
8) Melakukan promosi dan arah evaluasi referansi
9) Melakukan evaluasi konteks
10) Melaksanakan evaluasi masukan
11) Melakukan evaluasi proses
12) Melakukan evaluasi produk
13) Melihat kembali dasar evaluasi-evaluasi dalam komunikasi
fungsional
14) Gunakan ukuran perspektif multipel, keluaran multipel, baik
dengan metode kualitatif maupun kuantitatif
15) Nilai evaluasi-evaluasi dengan evaluasimeta formatif dan
sumatif.
3. Teori evaluasi subjektivis
a. Pengertian
Evaluasi subjektivis adalah evaluasi yang sepenuhnya ditentukan oleh
penilaian atau judgement evaluator terhadap objek evaluasi.
b. Perbandingan evaluasi subjektivis dan objektivis
Untuk mendapatkan hasil evaluasi, dalam teori evaluasi subjektivis
dilakukan dengan objek evaluasi dinilai oleh evaluator berdasarkan
subjektivitas evaluator .
Tabel
Paradigma subjektivis dan objektivis

Subjektivis objektivis

 Kualitatif  Kuantitatif
 Fenomenologis  Positivis
 Humanistik  Saintifik
 Interpretivis  Positivis
 Ideografik  Nomotetik
 Nominalisme  Realisme
c. Evaluation tree
Pohon evaluasi menjelaskan alur perkembangan teori evaluasi yang dibangun
dengan dua batang fondasi yaitu pertanggungjawaban dan kontrol serta penelitian.
1) Teoritis evaluasi kelompok metode
Thomas Dixon Cook menunjukkan bahwa eksperimen murni merupakan salah
satu metode sainfik untuk menjawab pertanyaan evaluasi. Desain penelitian
tersebut tidak mungkin disatukan dalam evaluasi program pendidikan dan
program sosial, karena faktor-faktor kontektual yang berada di dalam kontrol
evaluator.
2) Teoritis evaluasi kelompok menilai
Menurut Michael Scriven dalam teori evaluasi adalah peran evaluator dalam
membuat keputusan nilai(value judgement). Dalam melakukan penialaian
evaluator harus memenuhi perannya dalam melayani kepentingan publik.
Adapun batasan evaluator hanya dalam tanggungjawab hanya sekedar pada
klien, para pemakai hasil evaluasi atau yang memiliki kepentingan, dan juga
kepada semua konsumen potensial.
3) Teoritis evaluasi kelompok pemakaian
Menurut Daniel Stufflebeam evaluasi harus memiliki standar evaluasi agar
dapat dilaksanakan secara profesional. Standar tersebut terdiri dari empat
domain yaitu :
a. Utility standards ditujukan untuk menyediakan kebutuhan informasi
pemakai yang diharapkan
b. Feasibility standards untuk memastikan bahwa suatu evaluasi akan
realistik, pruden, diplomatik dan hemat
c. Property standards memastikan evaluasi dilakukan secara legal, etis
dan menghormati kesejahteraan orang yang ikut serta dalam evaluasi
dan orang yang dipengaruhi oleh hasil evaluasi
d. Accucary standards ditujukan untuk memastikan evaluasi akan
mengungkapkan dan membawa informasi teknikal yang mencukupi
mengenai ciri-ciri yang menentukan nilai dan manfaat rogram yang
dievaluasi.

C. TEORI ILMU SOSIAL DAN TEORI PROGRAM

1. Teori Ilmu social

Disamping perlu memahami teori evaluasi,para evaluator dalam


melaksanakan tugasnya juga perlu memahami teori-teori ilmu social. Seperti yang
telah diuraikan,salah satu fungsi teori ilmu pengetahuan adalah menjelaskan apa yang
telah dan sedang terjadi. Funsi teori lainnya adalah untuk meramalkan apa yang akan
terjadi. Kebijakan program dan proyek merupakan intervensi social untuk memenuhi
kebutuhan atau menyelesaikan masalah social yang dihadapi oleh anggota
masyarakat. Teori ilmu social sangat berguna untuk membantu evaluatordalam
membuat instrument untuk mengukur nilai dan manfaat suatu program dalam
menginterpretasikan temuan evaluasi. Seperti dalam penelitian umumnya ,informasi
yang dijaring dalam evaluasi adalah mengenai variabel-variabel tertentu.

2. Theory-driven evaluation

a. Sejarah Theory-driven evaluation

Konsep evaluasi berbasis teori (Theory-driven evaluation) dipelopori oleh


teoritisi dan pakar evaluasi Huey-Tysh Chen, Peter Rossi, C.Weiss dan steward I
Donaldson. Dalam artikel yang berjudul theory-driven approanch to
evaluation,mereka mengatakan bahwa konsep teory driven evaluatin menyamai
model evaluasi bebas tujuan (goal-free evaluation model) yang dikembangkan oleh
Michael Scriven. Kedua teoritisi tersebut mempergunakan pendekatan meliputi
mendefinisikan suatu set keluaran-keluaran sebagi pengaruh potensial suatu program
dan pengaruh lainnya dari pengetahuan dan teori ilmu social mengenai masalah yang
dipertanyakan dalam evaluasi.

Huey-Tysh Chen dan Peter Rossi menyimpulkan makna bahwa Theory-driven


evaluation mempergunakan multigol adalah evaluasi harus menyediakan informasi
mengenai apa yang dapat dilakukan program dan apa yang tidak bisa dilakukan
program. Keuntungan penerapan multigol, pendekatan Theory-driven evaluation
terhadap evaluasi program sebagai berikut :

1. Multigol Theory-driven approanch menyediakan peluang lebih besar untuk


melihat sejumlah pengaruh non-zero program.
2. Pendekatan Multigol Theory-driven menyediakan lebih banyak informasi bagi
para administrator program atau para pembuatan keputusan untuk membuat
keputusan lebih baik.
3. Pendekatan Multigol Theory-driven dapat berkontribusi kepada pengembangan
teori ilmu social
4. Pendekatan Multigol Theory-driven dalam jangka panjang akan mengarahkan
kepada efisiensi yang lebih baik dalam pemakaian sumber-sumber untuk
reformasi social.
5. Resisten para administrator kepada evaluasi mungkin lebih kecil pada
pendekatan multigoal, theory driven evaluation. Salah satu sumber resistan
para administrator pada evaluasi adalah takut para evaluator gagal untuk
mengukur aktivitas sepenuhnya ketakutan tersebut tidak berdasar.

B. Konsep teori program

Agar dapat melaksanakan evaluasi dengan baik,para evaluator perlu


memahami program yang akan dievaluasinya secara rinci,juga perlu mempelajari
program dalam menyusun teori program yang sering disebut juga model logika
program,evaluasi berdasarkan teori, teori perubahan ,logika intervensi, analisa jalur
pengaruh atau sains evaluasi berbasis teori. Konsep teori program mempunyai dua
dimensi yaitu dimensi preskkriptif dan dimensi deskriptif.Dimensi deskripif
memfokuskan pada penjelasan program yaitu apa sesungguhnya terjadi sepanjang
program berfungsi termasuk sumber-sumber program, aktivitas program, pengaruh-
pengaruh program, akibat program dan spesipfikasi rantai asumsi yang
menghubungkan asumsi sebab dan akibat,pengaruh yang segera akan terjadi dan
tujuan akhir program.

C. Logika program

Rencana organisasi dan layanan membentuk teori proses program dan


pengaruh dari komponen program yang disebut sebagai logika program ( program
logic). Logika program adalah suatu cara sistematik dan visual untuk melukiskan dan
berbagi pemahaman hubungan diantara sumber –sumber untuk mengoperasikan
program, aktivitas yang direncanakan akan dilakukan dan perubahan atau hasil yang
diharapkan akan dicapai.

EVALUASI :

Teori,model,metodologi,standar,aplikasi

Social. Dalam jangka pendek,pendekatan kami mungkin lebih mahaal dari


pendekatan konvensional.karena memerlukan pengetesan lebih banyak,akan tetapi
dalam jangka panjang efensiensi mungkin lebih besar.
5) Resisten para administrator kepada evaluasi mungkin lebih kecil pada
pendekatan multigonal ,theory driven evaluation.salah satu sumber resisten para
administrator pada avaluasi adalah takut para avaluator gagal untuk mengukur
aktivitas sepenuhnya ketakutan tersebut tidak berdasar.

B. konsep teori program

Agar dapat malaksanakan evaluasi dengan baik,para evaluator perlu


memahami program yang akan di efaluasinya secara rincin. Mereka perlu
mempelajari program dan menyusun teori program (program theory) yang sering di
sebut juga sebagai model loging program (program logic model) evaluasi berdasarkan
teori (theory based evaluation)teori perubahan (theory of change), logika intervensi
(intervention logic) analisis jalur pengamat (impact pathway analysis) atau sains
evaluasi barbasis teori.semua istilah tersebut menunjukkan kepada teori bagaimana
intervensi social program bekerja dalam bentuk diagram yang di pakai untuk
mengembangkan model logika program yang dipakai dalam evaluasi.

Konsep teori program mempunyai dua dimensi yaitu dimensi preskriptif dan
dimensi deskriptif. Dimensi deskriptif memfokuskan pada penjelasan program yang
sesungguhnya terjadi sepanjang program berfungsi termasuk sumber-sumber
program, aktivitas-aktivitas program,pengaruh-pengaruh (outcomes) program, akibat
(ipact) program dan spesifikasi rantai asumsi-asumsi yang menghubungkan asumsi
sebab dan akibat, pengaruh yang segera akan terjadi dan tujuan akhir program.

Menurut Rossi, Lipsey dan Freeman (2004) teori program terdiri dari tiga komponen:

1) Rencana organisasi, Berkaitan dengan bagaimana menyimpan,


mangkonfigurasi dan membagi sumber-sumber,dan mengorganisir aktivitas
program sehingga penyajian system layanan yang ingin dicapai
dikembangkan dan sipertahanka.
2) Rencana program dan pemenfaatan layanan. Berhubungan dengan bagaimana
populasi target yang dituju menerima jumlah layanan yang diharapkan dari
intervensi yang direncanakan melalui interaksi dengan system penyajian
layanan program.
3) Pengaruh dari teori. Komponen ini mengemungkakan bagaimana intervensi
yang di tuju untuk populasi target menghasilkan benefit social yang
diinginkan.

C. Logika Program

Rencana organisasi dan layanan membentuk teori proses program dan


pengaruh dari komponen-komponen program yang disebut sebagai program
(program logic).logika program adalah suatu cara sistematik dan visual untuk
melukiskan dan berbagi pemahaman hubungan di antara sumber-sumber
untuk mengoperasikan program,aktifitas yang direncanakan akan dilakukan,
dan perubahan atau hasil yang di harapkan akan dicapai.

Tujuan dari penyusunan model logika program adalah:


1) Mengidientifikasi pengaruh (outcome) jangka pendek, jangka menengah
dan jangka panjang program.
2) Menghubungakan pengaruh-pengaruh satu sama lain dengan aktivitas dn
masukan-masukan dengan mempergunakan logika uang teridentifikasi,
teori atau model untuk program,misalnya melukiskan sebab akibat yang
dihipotesiskan.
3) Melukiskan keluaran-keluaran jangka sedang dan pengaruh-pengaruh
yang harus terjadi sebelum pengaruh jangka penjang terjadi.
4) Membuat teori program implicit menjadi aksplisit.

Teori program memainkan peranan besar dalam evaluasi. Suatu teori


program yang dikembangkan dengan baik dan diartikulasi sepenuhnya sangat
bermanfaat untuk merancang pertanyaan-pertanyaan evaluasi kunci dan
mendesain evaluasi yang sensitive dan responsive terhadap para pemangku
kepentingan. Dengan mengindikasikan apa yang diasumsikan dan di harapka
suatu program, teori program membantu efaluator dan para pemangku
kepentingan program mengidentifikasi informan yang tepat, dan sejumlah
konsepsi dan aspek procedural dari rencana evaluasi. Dalam banyak hal teori
program yang diartikulasi yang menghubungkan dasain evaluasi dengan
perhatian dan pemahaman para pemangku kepentingan,menyediakan
representasi umum dari program yang semua pihak dapat menunjuk ketika
evaluasi direncanakan.dilaksanakan dan hasilnya diinterpretasikan.

Huey-Tsch Chen (1990) mengemukakan pengertian teori program


sebagai berikut:

”program theory is defined in this book as a specification of what must be


done to achive the desired goals,what other impornt impacts may also be
anticipated,and how these goals and impact would be generated,”(menurut
Huey-Tsych teori program merupakan spesifikasi apa yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan,pengaruh tersebut akan
ditimbulkan)

d. Model Perubahan

Menurut Huey-Tsych model perubahan menjukkan prose sebab dan akibat


yang ditimbulkan oleh program. Model perubahan terdiri dari tiga komponen:

1) Intervensi,yang manunjukkan satu set aktivitas-aktivitas program yang


memfokuskan pada perubahan determinan dan perubahan.
2) Determinan,yang menunjukkan pengungkitan atau mekanisme yang
menengahi atau intervensi dan pengaruh
3) Pengaruh uang menunjukkan pengaruh yang diatisipasi dari program

e. Model Tindakan

Menurut Huey-Tsych Chen model tindakan melikiskan rencana sistematik


untuk mengukur staf,sumber-sumber altar dan dukungan organisasi agar dapat
mencapai pada target dan menyediakan layanan-layanan intevensi.model
diandakan terdiri dari komponen.

Gambar 15 : kerangka komsepsual teori program (bentuk komprehensif)

1) Organisasi pelaksana. Organisasin pelaksana bertanggung jawab atas


mengorganisasi staf,mengalokasikan sumber-sumber dan
mengkoordinasikan aktivitas untuk melaksanakan suatu program.
2) Pelaksanaan program,para pelaksana program adalah orang-orang yang
bertanggung jawab untuk menuajikan layanan kepada para klien seperti
para manejer kasus,para pekerja pencpai klien,guru sekolah,konselor
kesehatan dan pekerja social.
3) Mitra organisasi dan mitra masyarakat. Program sering benefit dari atau
memerlukan kerja sama atau kolaborasi antara organisasi pelaksana dan
mitara organisasi dan mitra masyarakat.
4) Konteks ekologikal. Konteks ekologikal adalah bagian dari lingkungan
yang secara langsung berinteraksi dengan program. Program dapat
memerlukan dukungan di lingkungan seperti dukungan social dan moral
untuk memfasilitasi kesuksesan.
5) Protocol intervensi dan delibveri layanan-layanan. Suatu protocol
intervensi merupakan suatu kurikulum atau prospectus yang menyatakan
sifat yang tepat,isi,dan aktivitas dari intervensi.
6) Populasi target. Target populasi adalah kelompok orang yang akan
dilayani program kesuksesan suatu program dipengaruhi oleh factor-faktor
berikut: adalah criteria mengenai mereka yang berhak,kemungkinan
mencapai orang yang berhak dan secara efektif melayani mereka,dan
kemauan klien potensial berkomitme atau kooperatif dengan program.

Komponen ketiga,theory-driven evaluation harus menggunakan American


Evaluation,Association (AEA) Guiding Principles (2004)

Sebagai seorang profional, evaluator harus menjadi anggota asosiasi profesi,


organisasi rujukan bagi profesi dan professional evaluator.Gulding principles yang
harus dipatuhi oleh para anggotanya dalam melaksanakan tugasnya.

a) Penelitian sisitematik, Evaluator melakukan penelitian sestematik, dan


menciptakan pangkalan data.
b) Kopetensi ,para evaluator menyediakan kinerja kompoten kepada para
pemangku kepentingan.
c) Integritas dan kejujuran, Evaluator menunjukkan kejujuran dan integritas
dalam perilaku mereka dan berupa memastikan kejujuran dan integritas ada
dalam keseluruhan proses evaluasi.
d) Menghormati orang. Para evaluator menghormati keamanan,harga diri, dan
nilai diri para responden,partisipan,klien dan para pemangku kepentingan lain.
e) Tanggung jawap kepada kesejatraan umum dan pablik.

Tiga definisi teori program sebagai berikut:

 Konstruksi model yang masuk akal dan sensible mengenai suatu program
harus bekerja.
 Satu set dalil mengenai apa yang terjadi dalam kotak hitam sepanjang
transform masukan menjadi keluaran,yaitu bagaimana situasi buruk
ditransformasi menjasi situasi yang lebih baik melalui perlakuan masukan.
 Proses melalui apa komponen-komponen program siasumsikan memegang
pengaruh dan kondisi di bawah apa proses tersebut dipercaya akan beroperasi
F. Model Pengaruh langsung

Pada masa lalu standar komseptualisasi teori program dikenal sebagai pengaruh
langsung. Program dikonsepsikan untuk menimbulkan pengaruh atau sejumlah
pengaruh focus para pengembang program adalah memasukkan sebagai mungkin
aktivitas dan upaya meningkatkan pengaruh program.

G. Model Pengaruh Melalui Mediasi

Pada model ini Donaldson menambah satu variable mediator kepada komponen
program pada konseptualisasi pengaruh langsung untuk menciptakan pengaruh
maksimal. Dengan menggunakan variable mediator setiap komponen program akan
menciptakan pengaruh yang maksimal pada pengaruh program

moderator

program mediator pengaruh

Gambar : hubungan moderator,mediator dan pengaruh

D. MODEL MODEL EVALUASI

1. PERBEDAAN DESAIN EVALUASI DAN PENELITIAN

Salah satu perbedaan antara evaluasi dan penelitian biasa adalah desainnya.
Desain evaluasi terdiri dari model evaluasi ( evaluation model) dan metode penelitian
program
( research method)

Metode penelitian:

Memilih salah satu


metode
kuatitatif ,metode
kualitatif dan
Model evaluasi:

Memilih salah
satu model
evaluasi

2. pengertian dan penggunaan

Kata model,berarti pola,renacana, contoh dari sesuatu yang akan dibuat atau
dilakukan atau dihasilkan,dalam merancang dan mendesain evaluasi ,evaluator harus
menentukan model evaluasi apa yang akan dipergunakan. Kemudian menentukan
metode penelitian kuantitatif,kualitatif atau campuran yang akan dipergunakan.

3. jenis model evaluasi

a. Model evaluasi berbasis tujuan

Model evaluasi berbasis tujuan secara umum mengukur apakah tujuan yang
ditetapkan oleh kebijakan,program atau proyek dpat dicapai atau tidak.

Proses evaluasi berbasis tujuan :

1. Mengidentifikasi tujuan
2. Merumuskan tujuan menjadi indikator indikator
3. Mengembangkan metode dan instrument untuk menjaring data
4. Memastikan program telah berakhir dalam pencapaian tujuan
5. Menjaring dan menganalisa data /informasi mengenai indikator program
6. Kesimpulan
7. Mengambil keputusan mengenai program
b. Model Evaluasi Bebas Tujuan
Model evaluasi bebas tujuan (Goal Free Evaluation Model) dikembangkan
oleh Michael Scriven (1973). Model evaluasi bebas tujuan merupakan model
evaluasi dimana evaluator melakukan evaluasi tanpa mempunyai pengetahuan
atau referensi dari golongan dan objektif serta pengaruh yang diharapkan oleh
perancangan program. Goal free evaluation model berupaya mengukur keluaran
dan pengaruh yang sesungguhnya tanpa dipengaruhi oleh tujuan dan pengaruh
yang diharapkan dalam rencana program.
Suatu program dapat mempunyai tiga jenis pengaruh yaitu :
1. Pengaruh sampingan yang negatif
Yaitu pengaruh sampingan yang tidak dikehendaki oleh program.
Misalnya wanita yang diobati kanker payudara dengan menggunakan
X ray dapat berakibat rambutnya rontok
2. Pengaruh positif yang ditetapkan oleh tujuan program
Tujuan program merupakan apa yang akan dicapai atau perubahan
atau pengaruh yang diharapkan dengan layanan atau perlakuan
program
3. Pengaruh positif sesuai dengan tujuan program
Yaitu pengaruh positif yang diharapkan oleh perancang program.
Misalnya para politisi merancang suatu program pengentasan
kemiskinan. Dalam program dinyatakan bahwa tujuan program adalah
untuk mengangkat warga negara yang miskin menjadi tidak miskin.
Akan tetapi tujuan yang sesungguhnya dari politisi tersebut agar dapat
dipilih lagi dalam pemilihan umum yang akan datang.
Menurut Michael Scriven jika menggunakan model evaluasi bebas tujuan,
ketiga jenis pengaruh program harus dievaluasi untuk menemukan tujuan dan
pengaruh program yang sesungguhnya.
1. Mengidentifikasi pengaruh sampingan negative yang mungkin muncul
jika program dilaksanakan
2. Mengidentifikasi pengaruh positif dari program yang diharapkan
3. Mengidentifikasi pengaruh sampingan positif yang tidak termasuk
tujuan program.
Brandon W Youker mengemukakan 4 langkah untuk menemukan goal dan
pengaruh – pengaruh program yang sesungguhnya dalam goal free evaluation
model sebagai berikut :
1. Meneliti dan mengidentifikasi pengaruh program yang relevan tanpa
merujuk gol dan objektif yang ada di rencana program
2. Mengidentifikasi apa yang terjadi tanpa referensi kepada golongan dan
objektif program
3. Menentukan pengaruh apa yang muncul yang secara logis disebabkan
oleh program dan intervensi program
4. Menentukan derajat pengaruh positif, negative, atau netral dari
program
c. Model Evaluasi Formatif dan Sumatif
b. Evaluasi formatif
Istilah evaluasi formatif dan evaluasi sumatif diperkenalkan oleh Michael Scriven
pada tahun 1967. Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang didesain dan dipakai
untuk memperbaiki suatu objek, terutama ketika objek tersebut sedang
dikembangkan. Evaluasi formatif dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengukur hasil pelaksanaan program secara periodik
2. Untuk mengukur apakah klien atau partisipan bergerak ke arah tujuan
yang direncanakan
3. Untuk mengukur apakah sumber – sumber telah dipergunakan sesuai
dengan rencana
4. Untuk menentukan koreksi apa yang harus dilakukan jika terjadi
penyimpangan
5. Untuk menentukan koreksi apa yang harus dilakukan jika terjadi
penyimpangan. Penyimpangan ada beberapa bentuk :
a) Penyimpangan positif
Penyimpangan positif terjadi jika target terlampaui artinya
program dilaksanakan lebih cepat dari yang direncanakan
b) Penyimpangan negatif
Jika terjadi penyimpangan negative harus dilakukan koreksi
misalnya dengan mempercepat kegiatan termin berikutnya
6. Memberikan balikan

c. Evalusi Sumatif
Evaluasi sumatif dilaksanakan pada akhir pelaksanaan program. Evaluasi ini
mengukur kinerja akhir objek evaluasi. Tujuan evaluasi sumatif adalah untuk :
1. Menentukan kesuksesan keseluruhan program
2. Menentukan apakah atau tidak golongan spesifik dan objektif yang
telah dicapai
3. Menentukan apakah memperoleh keuntungan dari program dan
bagaimana
4. Menentukan komponen mana paling efektif dan komponen mana yang
kurang efektif
5. Menentukan apakah ada keluaran yang tidak diantisipasi
6. Menentukan cost benefit program
7. Mengkomunikasikan temuan evaluasi kepada para pemangku
kepentingan program.

Evaluasi sumatif berupaya untuk mengukur indikator – indikator sebagai


berikut :
1. Hasil dan pengaruh layanan atau intervensi program
2. Mengukur persepsi klien mengenai layanan dan intervensi program
3. Menentukan cost effectiveness, cost efficiency dan cost benefit

Program evaluasi sumatif dilakukan dengan tujuan untuk :


1. Menentukan sukses keseluruhan pelaksanaan program
2. Menentukan apakah tujuan umum dan tujuan khusus program telah
tercapai
3. Menentukan apakah klien mendapatkan manfaat dari program
4. Menentukan komponen yang mana yang paling efektif dalam program
5. Menentukan keluaran yang tidak diantisipasi dari program
6. Menentukan cost dan benefit program
7. Mengkomunikasikan temuan evaluasi kepada para pemangku
kepentingan
8. Mengambil keputusan apakah program harus dihentikam,
dikembangkan, dihentikan atau dilaksanakan di tempat lain

d. Model Evaluasi Responsif


Model evaluasi responsif dikembangkan pada rahun 1975 oleh Robert Stake.
Menurut Stake evaluasi disebut respondif jika memenuhi 3 kriteria :
1. Lebih berorientasi secara langsung kepada aktivitas program daripada
tujuan program
2. Merespons kepada persyaratan kebutuhan informasi dari audiens
3. Perspektif nilai – nilai yang berbeda dari orang – orang yang dilayani
dilaporkan dalam kesuksesan dan kegagalan dari program

Proses pelaksanaan model evaluasi responsive meliputi langkah – langkah sebagai


berikut :

1. Evaluator mengidentifikasi jenis dan jumlah setiap pemangku


kepentingan (responden).
2. Melakukan dengar pendapat dengan pemangku kepentingan
3. Menyusun proposal evaluasi
4. Melaksanakan evaluasi
5. Membahas hasil evaluasi dengan para pemangku kepentingan
6. Pemanfaatan hasil evaluasi

e. Model Evaluasi Context, Input, Process, Product (CIPP)


Model evaluasi CIPP mulai dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam pada tahun
1966. Stufflebeam menyatakan model evaluasi CIPP merupakan kerangka yang
komprehensif untuk mengarahkan pelaksanaan evaluasi formatif dan sumatif terhadap
objek program, proyek, personalia, produk, institusi dan sistem.
Model CIPP terdiri dari 4 jenis evaluasi yaitu :
1. Evaluasi konteks
2. Evaluasi masukan
3. Evaluasi proses
4. Evaluasi produk

Dalam evaluasi formatif CIPP berupaya mencari jawaban atas pertanyaan :

1. Apa yang perlu dilakukan ?


2. Bagaimana melakukanya ?
3. Apakah hal tersebut sedang dilakukan ?
4. Apakah berhasil ?

Daniel Stufflebeam mengembangkan 10 checklist sebagai panduan bagi evaluator,


klien dan pemangku kepentingan lainnya diantaranya :

1. Kesepakatan kontrak
2. Evaluasi konteks
3. Evaluasi masukan
4. Evaluasi proses
5. Evaluasi pengaruh
6. Evaluasi efektifitas
7. Evaluasi keberlanjutan
8. Evaluasi transfortabilitas
9. Evaluasimeta
10. Sintesis laporan final

f. Model Evaluasi Adversari


Tujuan utama dari Model Evaluasi Adversari adalah untuk mengurangi potensi bias
dengan membentuk 2 evaluator yang berbeda. Model evaluasi ini memerlukan waktu
dan biaya yang mahal karena ada dua proses evaluasi. Secara umum model evaluasi
adversary yaitu :
1. Membentuk dua atau lebih tim evaluastor yang independen
2. Melakukan evaluasi
3. Merumuskan hasil evaluasi
4. Dengar pendapat
5. Keputusan mengenai program

g. Model Evaluasi Ketimpangan


Menurut model ini, evaluasi memerlukan enam langkah untuk melaksanakannya :
1. Mengembangkan suatu desain dan standar – standar yang menspesifikasi
karakteristik – karakateristik implementasi ideal dari objek evaluasi
2. Merencanakan evaluasi menggunakan model evaluasi diskrepansi
3. Menjaring kinerja objek evaluasi
4. Mengidentifikasi ketimpangan – ketimpangan antara standar dengan
pelaksanaan dengan hasil – hasil pelaksanaan objek
5. Menentukan penyebab ketimpangan
6. Menghilangkan ketimpangan dengan membuat perubahan – perubahan

h. Model Evaluasi Sistem Analis


Model evaluasi sistem analis terdapat 4 jenis evaluasi yaitu :
1. Evaluasi masukan
2. Evaluasi proses
3. Evaluasi keluaran
4. Evaluasi akibat
5. Evaluasi pengaruh
i. Model Evaluasi Bechmarking
Brenchmarking merupakan proses mengevaluasi dan membandingkan objek
brenchmarking (produk, biaya, produktivitas, dll) dengan organisasi lainya yang
dianggap sebagai suatu standar industri. Jenis – jenis evaluasi bechmarking
diantaranya :
1. Proses benchmarking
Organisasi memfokuskan brenchmarking pada proses kegiatanya
2. Financial brenchmarking
Melakukan analisis financial terhadap keuangan organisasi
3. Product brenchmarking
Menganalisis produk organisasi kemudian membandingkanya dengan
produk brenchmarking
4. Functional brenchmarking
Organisasi memfokuskan brenchmarking pada salah satu fungsi manajemen
5. Performance brenchmarking
Organisasi mengevaluasi kinerja organisasi

j. Model Evaluasi Kotak Hitam


Model evaluasi ini menolong monsumen dalam membeli produk karena konsumen
telah memiliki informasi untuk mengambil keputusan mengenai barang dan jasa
sebelum membeli barang dan jasa tersebut.

k. Model Evaluasi Konosersip dan Kritikisme


Proses evaluasi ini adalah sebagai berikut :
1. Tim evaluator memilih sampel pakar
2. Tim evaluator melakukan penelitian
3. Hasil penelitian diserahkan kepada para pakar
4. Tim evaluatoe berupaya mendapatkan kesepakatan para pakar

Anda mungkin juga menyukai