Anda di halaman 1dari 15

TUGAS PENGANTAR DEMOGRAFI

INDIKATOR MORTALITAS

PROVINSI DKI JAKARTA

DOSEN PEMBIMBING : SETIO NUGROHO, M.A.

DISUSUN OLEH :

ALFINA NURPIANA (211810142)

POLITEKNIK STATISTIKA STIS

JAKARTA

2018
INDIKATOR MORTALITAS
PROVINSI DKI JAKARTA

1. ANGKA KEMATIAN KASAR / CRUDE DEATH RATE (CDR)

CDR adalah jumlah kematian per 1000 penduduk pada tahun tertentu. Secara
matematis, rumus menghitung CDR adalah sebagai berikut.

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒎𝒂𝒕𝒊𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒕𝒆𝒓𝒕𝒆𝒏𝒕𝒖


𝑪𝑫𝑹 = 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒖𝒅𝒖𝒌 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒕𝒆𝒏𝒈𝒂𝒉𝒂𝒏 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝒕𝒆𝒓𝒕𝒆𝒏𝒕𝒖

Angka ini berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan


kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang bersangkutan. Apabila
dikurangkan dari Angka Kelahiran Kasar akan menjadi dasar perhitungan
pertumbuhan penduduk alamiah.

TABEL 1.1

ANGKA KEMATIAN KASAR PROVINSI DKI JAKARTA


TAHUN 2010, 2015, 2020, 2025, 2030, DAN 2035

TAHUN
INDIKATOR
2010 2015 2020 2025 2030 2035
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
CDR 4,2 4,4 4,9 5,7 6,8 8,1

Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035


GRAFIK 1.1

ANGKA KEMATIAN KASAR PROVINSI


DKI JAKARTA TAHUN 2010, 2015,
2020, 2025, 2030, DAN 2035
10

8.1
8
ANGKA KEMATIAN

6.8
6 5.7
4.9
4 4.2 4.4

0
2010 2015 2020 2025 2030 2035
TAHUN

Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035

INTERPRETASI

Pada tahun 2010, angka kematian kasar Provinsi DKI Jakarta adalah 4,2.
Artinya terdapat 4 atau 5 kematian untuk tiap 1000 penduduk. Pada tahun
2015, angka kematian kasar Provinsi DKI Jakarta adalah 4,4. Artinya terdapat
4 atau 5 kematian untuk tiap 1000 penduduk. Angka kematian kasar Provinsi
DKI Jakarta terus meningkat dalam tren 5 tahunan ini. Kenaikan yang terjadi
juga meningkat, terlihat dari selisih angka kematian kasar tahun 2015 dan
2020 sebesar 0,4. Kemudian selisih angka kematian kasar tahun 2020 dan
2025 sebesar 0,6. Begitu pula selisih tahun 2025 dan 2030 sebesar 1,1. Pada
tahun 2030 dan 2035, selisihnya menurun yaitu sebesar 1,3.

Angka kematian kasar merupakan jumlah kematian secara keseluruhan,


yaitu semua dihitung tanpa memperhatikan komposisi umur. Sehingga sulit
untuk dianalisis penyebabnya, karena akann banyak sekali faktor yang
mempengaruhi. Bisa dilihat dari faktor sosial, ekonomi, pendidikan,
kesehatan, dan lainnya. CDR di Provinsi DKI Jakarta termasuk rendah.
2. ANGKA KEMATIAN BAYI / INFANT MORTALITY RATE (IMR)

IMR adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun
dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga
sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun
(dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup).

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑦𝑖 𝑑𝑖 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛


𝐼𝑀𝑅 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑔𝑖𝑑𝑢𝑝 𝑥 1000

Angka kematian bayi merupakan indikator yang penting untyk mencerminkan


keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir
sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal
dan sangat erat kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi. Kemajuan
yang dicapai dalam bidang pencegahan dan pemberantasan berbagai penyakit
penyebab kematian akan tercermin secara jelas dengan menurunnya tingkat
AKB. Dengan demikian angka kematian bayi merupakan tolok ukur yang
sensitif dari semua upaya intervensi yang dilakukan oleh pemerintah
khususnya di bidang kesehatan.

TABEL 2.1

ANGKA KEMATIAN BAYI PROVINSI DKI JAKARTA


TAHUN 2010, 2015, 2020, 2025, 2030, DAN 2035

TAHUN
INDIKATOR
2010 2015 2020 2025 2030 2035
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
IMR Laki-laki 25,6 22,4 20,0 18,3 17,1 16,1
IMR Perempuan 15,2 13,7 12,5 11,7 11,2 10,7
IMR Total 20,5 18,1 16,3 15,1 14,2 13,5

Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035


GRAFIK 2.1

ANGKA KEMATIAN BAYI PROVINSI


DKI JAKARTA TAHUN 2010, 2015,
2020, 2025, 2030, DAN 2035
AHH Laki-laki AHH Perempuan AHH Total

250
200
ANGKA KEMATIAN

150
100
50
0

20101 20152 20203 2025


4 2030
5 2035
TAHUN

Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035

INTERPRETASI

Angka kematian bayi di Provinsi DKI Jakarta dalam tren lima tahunan
terus menurun. IMR taki-laki, IMR perempuan, dan IMR total ketiganya
mengalami penurunan. Pada tahun 2010, besar IMR total adalah 20,5. Artinya
pada tahun 2010, terdapat 20,5 kematian bayi berusia di bawah 1 tahun per
1.000 kelahiran hidup.

AKB laki-laki lebih kecil dibanding AKB perempuan, hal ini dikarenakan
pada bayi perempuan terdapat genetik yang membuat ia lebih kuat (lebih
kebal terhadap serangan infeksi) dibanding bayi laki-laki.

AKB terus menurun dikarenakan salah satunya meningkatnya sarana


kesehatan. Seperti bertambahnya jumlah puskesmas, jumlah rumah sakit, dan
produksi serta distribusi obat-obatan dan alat kesehatan. Selain itu juga karena
bertambahnya jumlah dan meningkatnya kualitas tenaga kesehatan seperti
dokter, bidan, dan lainnya.
TABEL 2.2

JUMLAH KEMATIAN BAYI PROVINSI DKI JAKARTA


TAHUN 2012, 2014, 2015, 2016, DAN 2017

WILAYAH 2012 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


D K I Jakarta 7,5 6,8 3,1 4,1 4,5

Sumber : Profil Sudinkes dan Laporan Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta

GRAFIK 2.2

ANGKA KEMATIAN BAYI PROVINSI


DKI JAKARTA TAHUN 2014 - 2017
8
7
6
ANGKA KEMATIAN

5
4
3
2
1
0

2014 2015 2016 2017


TAHUN

Sumber : Profil Sudinkes dan Laporan Seksi Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta

INTERPRETASI

AKB tahun 2012 adalah 7,5. Artinya pada tahun 2012 di Provinsi DKI Jakarta
terdapat 7,5 kematian bayi berusia di bawah 1 tahun per 1.000 kelahiran
hidup. AKB tahun 2014 adalah 6,8. Artinya pada tahun 2014 di Provinsi DKI
Jakarta terdapat 6,8 kematian bayi berusia di bawah 1 tahun per 1.000
kelahiran hidup. AKB tahun 2015 adalah 3,1. Artinya pada tahun 2015 di
Provinsi DKI Jakarta terdapat 3,1 kematian bayi berusia di bawah 1 tahun per
1.000 kelahiran hidup. AKB tahun 2016 adalah 4,1. Artinya pada tahun 2016
di Provinsi DKI Jakarta terdapat 4,1 kematian bayi berusia di bawah 1 tahun
per 1.000 kelahiran hidup. AKB tahun 2017 adalah 4,5. Artinya pada tahun
2017 di Provinsi DKI Jakarta terdapat 4,5 kematian bayi berusia di bawah 1
tahun per 1.000 kelahiran hidup.

AKB di Provinsi DKI Jakarta pada 2014 adalah 6,8. Kemudian mengalami
penurunan yang cukup besar menjadi 3,1. Hal ini menunjukkan bahwa
kualitas pelayanan masyarakat di DKI Jakarta mengalami peningkatan, yang
mana peningkatan ini berdampak pada sejahteranya kehidupan masyarakat.
Sedangkan dari tahun 2015 sampai 2017 terus mengalami kenaikkan.

AKB Provinsi DKI Jakarta diperoleh dari Profil Sudinkes terdapat perbedaan
dari yang dihasilkan oleh BPS. Hal ini dikarenakan data hasil registrasi yang
kurang baik.

3. ANGKA KEMATIAN MATERNAL / MATERNAL MORTALITY


RATE (MMR)

AKI adalah banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42
hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan,
yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena
sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Yang dimaksud dengan
Kematian Ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian
dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang
lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan
karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab
lain seperti kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985).

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑡𝑖𝑎𝑛 𝑖𝑏𝑢


𝐴𝐾𝐼 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎ℎ𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑥 100.000
ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝
Informasi mengenai tingginya MMR akan bermanfaat untuk pengembangan
program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan
dan membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi (making pregnancy
safer), program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga
kesehatan, penyiapan sistem rujukan dalam penanganan komplikasi
kehamilan, penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong
kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi Angka Kematian Ibu
dan meningkatkan derajat kesehatan reproduksi.

TABEL 3.1

JUMLAH KEMATIAN IBU PROVINSI DKI JAKARTA


TAHUN 2012, 2014, 2015, 2016, DAN 2017

TAHUN
INDIKATOR
2012 2014 2015 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
MMR 65,1 42 38 53 44

Sumber: Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Departemen Kesehatan RI

GRAFIK 3.1

ANGKA KEMATIAN IBU PROVINSI


DKI JAKARTA TAHUN 2014 - 2017
60
53
50
ANGKA KEMATIAN

42 44
40 38
30

20

10

0 2014 2015 2016 2017


TAHUN

Sumber: Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Departemen Kesehatan RI


INTERPRETASI

AKI di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012 adalah sebesar 65,1. Artinya
terdapat 65,1 kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan, persalinan
sampai 42 hari setelah melahirkan pada periode tersebut per 100.000
kelahiran hidup. AKI di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2014 adalah sebesar
42. Artinya terdapat 42 kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan,
persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan pada periode tersebut per
100.000 kelahiran hidup. AKI di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2015
adalah sebesar 38. Artinya terdapat 38 kematian ibu yang disebabkan karena
kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan pada periode
tersebut per 100.000 kelahiran hidup. AKI di Provinsi DKI Jakarta pada
tahun 2016 adalah sebesar 53. Artinya terdapat 53 kematian ibu yang
disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan
pada periode tersebut per 100.000 kelahiran hidup. AKI di Provinsi DKI
Jakarta pada tahun 2017 adalah sebesar 44. Artinya terdapat 44. kematian ibu
yang disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah
melahirkan pada periode tersebut per 100.000 kelahiran hidup.

AKI pada tahun 2012 ke 2014 mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan
meningkatnya fasilitas kesahatan. Masyarakat makin menyadari pentingnya
untuk menangani kelahiran di tempat-tempat yang semestinya, seperti di
bidan atau rumah sakit. Hal ini menunjukan berkurangnya kepercayaan
masyarakat terhadap dukun beranak. Kemudian dari tahun 2014 ke 2015,
AKB juga mengalami penurunan, yaitu dari 42 ke 38. Selanjutnya mengalami
kenaikan di tahun 2015, sebesar 15. Kemudian kembali mengalami
penurunan di tahun 2017 yaitu dari 53 menjadi 44.
4. ANGKA HARAPAN HIDUP / LIFE EXPECTANCY (AHH)

AHH adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang
yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi
mortalitas yang berlaku di lingkngan masyarakatnya.

Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah


dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan
meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang
rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan,
dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi
dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan.

TABEL 1.1

ANGKA HARAPAN HIDUP PROVINSI DKI JAKARTA


TAHUN 2010, 2015, 2020, 2025, 2030, 2035

TAHUN
INDIKATOR
2010 2015 2020 2025 2030 2035
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
AHH Laki-laki 69,6 70,4 71,1 71,6 72,0 72,4
AHH Perempuan 73,4 74,2 74,8 75,3 75,7 76,0
AHH Total 71,4 72,2 72,9 73,4 73,8 74,2

Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035


GRAFIK 4.1

ANGKA HARAPAN HIDUP PROVINSI


DKI JAKARTA TAHUN 2010, 2015,
2020, 2025, 2030, DAN 2035
AHH Laki-laki AHH Perempuan AHH Total

250
200
ANGKA HARAPAN

150
100
50
0

20101 20152 20203 2025


4 2030
5 2035
TAHUN

Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035

INTERPRETASI

Menurut tren 5 tahunan, AHH terus mengalami kenaikan. AHH perempuan


lebih besar dibanding AHH laki-laki. Hal ini mungkin dikarenakan laki-laki
adalah sebagai pencari mata pencaharian.

Pada tahun 2010, AHH di Provinsi DKI Jakarta adalah 71,4. Artinya bayi-
bayi yang dilahirkan menjelang tahun 2010 akan dapat hidup sampai 71 atau
72 tahun.
Pada tahun 2015, AHH di Provinsi DKI Jakarta adalah 72,2. Artinya bayi-
bayi yang dilahirkan menjelang tahun 2015 akan dapat hidup sampai 72 atau
73 tahun.
Pada tahun 2020, AHH di Provinsi DKI Jakarta adalah 72,9. Artinya bayi-
bayi yang dilahirkan menjelang tahun 2020 akan dapat hidup sampai 72 atau
73 tahun.
Pada tahun 2025, AHH di Provinsi DKI Jakarta adalah 73,4. Artinya bayi-
bayi yang dilahirkan menjelang tahun 2025 akan dapat hidup sampai 73 atau
74 tahun.
Pada tahun 2030, AHH di Provinsi DKI Jakarta adalah 73,8. Artinya bayi-
bayi yang dilahirkan menjelang tahun 2030 akan dapat hidup sampai 73 atau
74 tahun.
Pada tahun 2035, AHH di Provinsi DKI Jakarta adalah 74,2. Artinya bayi-
bayi yang dilahirkan menjelang tahun 2035 akan dapat hidup sampai 74 atau
75 tahun.

Angka harapan hidup menurut tren 5 tahunan (proyeksi) terus meningkat


mungkin dikarenakan meningkatnya kesehatan dan pendidikan juga. Fasilitas
kesehatan di provinsi DKI Jakarta meningkat, jumlah rumah sakit dan
puskesmas semakin banyak, dan kesadaran masyarakat akan pentingnya
penanganan sesuai dengan prosedur. Selain itu, angka harapan hidup juga
dipengaruhi oleh pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan maka
semakin tinggi pula angka harapan hidup. Hal ini berarti semakin tinggi
jenjang pendidikan yang ditamatkan oleh masyarakat di Provinsi DKI
Jakarta.

TABEL 4.2

ANGKA HARAPAN HIDUP PROVINSI DKI JAKARTA


TAHUN 2013 - 2017

Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun


Wilayah
2013 2014 2015 2016 2017
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
D K I Jakarta 72.19 72.27 72.43 72.49 72.55
Kep. Seribu 67.16 67.22 67.72 67.88 68.04
Kota Jakarta Selatan 73.8 73.81 73.81 73.83 73.84
Kota Jakarta Timur 73.98 74 74.1 74.14 74.18
Kota Jakarta Pusat 73.58 73.6 73.7 73.76 73.83
Kota Jakarta Barat 73.22 73.22 73.32 73.34 73.37
Kota Jakarta Utara 72.8 72.81 72.91 72.95 72.99

Sumber : Badan Pusat Statistik


GRAFIK 4.2

ANGKA HARAPAN HIDUP PROVINSI DKI


JAKARTA & KABUPATEN TAHUN 2013 - 2017

75
70
65
ANGKA HARAPAN

60
Tahun 2013Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016Tahun 2017
TAHUN

D K I Jakarta Kep. Seribu Kota Jakarta Selatan


Kota Jakarta TimurKota Jakarta PusatKota Jakarta Barat
Kota Jakarta Utara

Sumber : Badan Pusat Statistik

ANGKA HARAPAN HIDUP PROVINSI


DKI JAKARTA TAHUN 2013 - 2017
72.6
72.5
72.4
ANGKA HARAPAN

72.3
72.2
72.1
72

2013 2014 2015 2016 2017


TAHUN

D K I Jakarta

Sumber : Badan Pusat Statistik

INTERPRETASI

Pada tahun 2013, AHH di Provinsi DKI Jakarta adalah 72,19. Artinya bayi-
bayi yang dilahirkan menjelang tahun 2013 akan dapat hidup sampai 72 atau
73 tahun.
Pada tahun 2014, AHH di Provinsi DKI Jakarta adalah 72,27. Artinya bayi-
bayi yang dilahirkan menjelang tahun 2014 akan dapat hidup sampai 72 atau
73 tahun.
Pada tahun 2015, AHH di Provinsi DKI Jakarta adalah 72,43. Artinya bayi-
bayi yang dilahirkan menjelang tahun 2015 akan dapat hidup sampai 72 atau
73 tahun.
Pada tahun 2016, AHH di Provinsi DKI Jakarta adalah 72,49. Artinya bayi-
bayi yang dilahirkan menjelang tahun 2016 akan dapat hidup sampai 72 atau
73 tahun.
Pada tahun 2017, AHH di Provinsi DKI Jakarta adalah 72,55. Artinya bayi-
bayi yang dilahirkan menjelang tahun 2013akan dapat hidup sampai 72 atau
73 tahun.

Pada 5 tahun berturut-turut ini, dimulai dari tahun 2013, AHH di DKI Jakarta
tidak terlalu mengalami kenaikan yang signifikan. Walaupun angkanya tetap
naik, berarti menandakan meningkatnya kesejahteraan masyarakat di DKI
Jakarta. Indikatornya yaitu kesehatan dan pendidikan yang meningkat.

AHH paling tinggi menurut kabupaten/kota di DKI Jakarta adalah di Kota


Jakarta Timur, yaitu selalu yang paling tinggi di setiap tahun di antara
kabupaten/kota lainnya. Sedangkan yang paling rendah AHH nya adalah
Kepulauan Seribu.
SUMBER

bps.go.id
sirusa.bps.go.id
ipm.bps.go.id
depkes.go.id
dinkes.jakarta.go.id
data.jakarta.go.id

Anda mungkin juga menyukai