sinkronik sendiri adalah sebuah analisis pada sebuah peristiwa yang terjadi waktu
tertentu. Kata sinkronik berasal dari bahasa Yunani, yaitu syn yang berarti dengan dan
chronoss yang berarti waktu. Kajian sejarah secara sinkronik artinya mempelajari peristiwa
sejarah dengan segala aspeknya pada masa atau waktu tertentu dengan lebih mendalam.
Adapun definisi sinkronik menurut para ahli, antara lain:
1. Culler (1990)
Sinkronik dapat didefinisikan sebagai suatu studi mengenai sistem bahasa pada kondisi
tertentu yang tidak mengindahkan atau mengabaikan waktu.
2. Ratna Hapsari dan M Adil (2016)
Konsep sinkronik dalam sejarah merupakan cara untuk mempelajari atau mengkaji, pola-
pola, gejala, dan karakter dari sebuah peristiwa sejarah pada masa tertentu
3. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Sinkronik dapat didefinisikan sebagai hal yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi
dalam suatu masa yang terbatas.
Secara etimologis kronologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu chronoss yang artinya
waktu dan logos yang artinya ilmu. Jadi, kronologi adalah ilmu tentang waktu yang
membantu untuk menyususn peristiwa atau kejadian – kejadian sejarah sesuai urutan waktu
terjadinya. Cara berpikir kronologis dapat memprmudah kita dalam melakukan rekonstruksi
terhadap semua peristiwa masa lalu dengan tepat. kronologis adalah sebuah cara analisis
dengan mengurutkan waktu kejadian dari awal hingga akhir.
Adapun definisi sinkronik menurut para ahli, antara lain:
1. Pengertian Kronologi Menurut Hendrayana
Kronologi sejarah berkaitan dengan periodesasi sejarah. Kronologi sejarah diperlukan
karena dalam peristiwa-peristiwa sejarah terdiri berbagai jenis dan bentuk yang
berbeda. Setiap peristiwa perlu diklasifikasi berdasarkan jenis dan bentuk
peristiwanya.
Interpretasi (Penafsiran) itu dua macam, yaitu analisis dan sintesis (Kuntowijoyo, 1995: 105):
1. Analisis : Analisis berarti menguraikan. Kadang-kadang sebuah sumber mengandung beberapa
kemungkinan.
2. Sintesis : Sintesis berarti menyatukan. Dalam interpetasi-baik analisis maupun sintesis-orang bisa
berbeda pendapat. Perbedaan interpretasi itu sah, meskipun datanya sama.
Historiografi : Penulisan adalah puncak segala-galanya karena apa yang dituliskan itulah sejarah-
yaitu histoirerecite, sejarah sebagaimana terjadinya. Suatu penelitian tanpa penulisan, kurang
memiliki arti, sebaliknya suatu penulisan tanpa penelitian, tak lebih dari rekonstruksi tanpa
pembuktian. Maka kedua-duanya merupakan hal yang sama penting (Abdullah, et.al., eds., 1985:
xiii). Hasil penulisan sejarah inilah yang disebut historiografi.
3. Mengidentifikasi beragam sumber sejarah
Sumber-Sumber Sejarah terdiri dari 3 :
1. Sumber lisan : keterangan langsung dari orang-orang yang mengalami peristiwa sejarah
tersebut. Selain diperoleh dari orang-orang yang mengalami langsung peristiwa tersebut,
sumber lisan juga bisa diperoleh dari kerabat atau orang lain yang mengetahui peristiwa
tersebut secara rinci.
2. Sumber tertulis (Tekstual) : yang merupakan keterangan tertulis berupa catatan yang berasal
dari suatu peristiwa sejarah, misalnya prasasti, dokumen, piagam, naskah, surat kabar, dan
laporan.
3. Sumber benda : benda-benda yang berasal dari suatu zaman atau peristiwa tertentu, misalnya
bangunan, senjata, perkakas dari batu, patung, perhiasan, dan candi.
Sumber sejarah tidak dapat melukiskan sejarah serba objek seluruhnya. Sumber sejarah hanyalah
mengandung sebagian kecil kenyataan sejarah. Atau tidak dapat merekan peristiwa secara
keseluruhan (Ali, 2005:16). Sumber sejarah atau dapat juga disebut data sejarah (Kuntowijoyo,
1995:94) yang dikumpulkan harus sesuai dengan jenis sejarah yang akan ditulis.
Menurut jenisnya: Pertama, sumber tertulis (tekstual), yaitu keterangan tertulis yang berkaitan
dengan peristiwa sejarah. Sumber tertulis ada 3 macam, yaitu: a. Sumber tertulis sezaman dan
setempat. Maksudnya sumber tertulis itu ditulis pada waktu terjadinya peristiwa sejarah dan
berasal dari lokasi terjadinya peristiwa sejarah. Contoh: Prasasti Yupa tentang Kerajaan Kutai (Abad
ke-4 Masehi). Prasasti ini ditulis atas perintah Raja Mulawarman (sezaman dengan Kerajaan Kutai)
dan ditemukan di sungai Muarakaman Kutai (setempat dengan kerajaan Kutai). b. Sumber tertulis
sezaman tetapi tidak setempat. Maksudnya sumber tertulis itu ditulis pada waktu terjadinya
peristiwa sejarah tetapi bukan berasal dari daerah terjadinya peristiwa sejarah. Contoh: Kitab Ling
Wai Taita karya Chou Ku Fei tahun 1178 tentang Kerajaan Kediri. Sumber ini sezaman dengan
Kerajaan Kediri (Abad 10-12) tetapi berasal dari Cina (tidak setempat). c. Sumber tertulis setempat
tetapi tidak sezaman. Maksudnya sumber tertulis itu berasal dari daerah/lokasi terjadinya
peristiwa sejarah tetapi ditulis jauh sesudah terjadinya peristiwa sejarah. Contoh: Kitab Babad
Tanah Jawi yang ditulis pada zaman Kerajaan Mataram Islam tetapi isinya tentang akhir Kerajaan
Majapahit, Kerajaan Demak dan Kerajaan Pajang yang tidak sezaman dengan masa Kerajaan
Mataram Islam.
Kedua, Sumber lisan (oral): keterangan langsung dari pelaku atau saksi sejarah dari peristiwa yang
terjadi pada masa lampau. 3. Sumber benda(korporal): sumber sejarah yang diperoleh dari
peninggalan benda-benda kebudayaan. Misalnya: fosil, senjata, candi. 4. Sumber rekaman yang
berbentuk foto dan kaset video. Misalnya: foto peristiwa proklamasi kemerdekaan.
Menurut tingkat pemerolehan: Sumber primer (pertama): peninggalan asli sejarah yang berasal dari
zamannya. Misalnya: prasasti, candi, masjid. 2. Sumber sekunder (kedua): benda-benda tiruan dari
benda aslinya, seperti prasasti tiruan, terjemahan kitab-kitab kuna. 3. Sumber tersier (ketiga):
berupa buku-buku sejarah yang disusun berdasarkan hasil penelitian ahli sejarah tanpa melakukan
penelitian langsung
4. Menganalisis ciri-ciri dari historiografi tradisional, kolonial, dan modern
Contoh historiografi masa Islam adalah Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Aceh,
Babad Demak, Babad Tanah Jawi, dan Babad Giyanti.
Masa ini dimulai dengan munculnya studi sejarah kritis, yang menggunakan prinsip-
prinsip metode penelitian sejarah.
Contoh historiografi modern adalah Pemberontakan Petani Banten 1888 karya Sartono
Kartodirdjo dan Revolusi Pemuda karya Benedict Anderson.
1. Sejarah sebagai ilmu. Sejarah adalah suatu ilmu yang terbuka untuk mengetahui kehidupan
di masa lampau. Sebagai sebuah ilmu, maka dalam melakukan penulisan sejarah harus
digunakan prinsip-prinsip umum yang diakui kebenarannya secara universal. Sebagai ilmu,
sejarah dapat dikembangkan dengan berbagai cara, yaitu:
2. Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau Bersama dengan mitos, sejarah adalah
cara untuk mengetahui masa lampau. Bangsa yang belum mengenal lisan mengandalkan
mitos dan yang sudah mengenal tulisan mengandalkan sejarah.
Ada dua sikap terhadap sejarah setelah orang mengetahui masa lampaunya, yaitu:
a. Melestarikan masa lampau, karena menganggap masa lampau itu penuh makna.
3. Sejarah sebagai pernyataan pendapat Banyak penulis sejarah yang menggunakan ilmunya
untuk menyatakan pendapat. Di sini terdapat dua aliran, yaitu:
a. Konsensus, karena mereka berpendapat bahwa dalam masyarakat selalu ada konsensus
dan para sejarawan bersikap konformistis.
Manfaat sejarah secara ekstrinsik. Sejarah dapat digunakan sebagai liberal education untuk
mempersiapkan seseorang. Supaya mereka siap secara filosofis, tidak hanya untuk
pendidikan semata. Secara umum sejarah memiliki manfaat pendidikan yang terbagi menjadi
delapan, yaitu:
Sejarah yang diajarkan melalui pelajaran pada masyarakat memiliki maksud agar Pancasila
menjadi tolok ukur benar dan salah, baik dan buruk, berhak dan tidak, merdeka dan terjajah,
serta cinta dan benci. Pendidikan mental yang dimaksud seperti berani dan takut. Pergerakan
Nasional yang terjadi di Indonesia memberi contoh tentang benar dan salah, baik dan buruk,
cinta dan benci, serta merdeka dan terjajah.
Seseorang yang belajar sejarah tidak akan berpikir monokausal, pikiran yang menyatakan
bahwa sebab terjadinya peristiwa hanya satu. Menjadi sejaran juga memaksa orang menjadi
penyabar. Peristiwa sejarah itu tidaka dapat dipaksakan atau ditolak, semuanya harus sabar
menunggu.
3. Sejarah sebagai pendidikan politik
Melalui candi, tarian, nyanyian, tempat ibadah, dan bangunan keraton dapat dipahami nilai-
nilai estetika (keindahan). Baca juga: Candi Borobudur, Bangunan Indonesia asli yang Berupa
Punden Berundak Misalnya, kita akan berimajinasi mengenai Keraton Surakarta yang masih
lengkap dengan singgasana, gamelan, dan sebagainya dengan melakukan kunjungan wisata
ke museum.
Dengan sejarah kita dapat belajar untuk semakin baik di masa depan, terutama membaca dari
sejarah-sejarah negara lain. Misalnya, sebagai negara yang mengalami industrialisasi
belakangan, Indopnesia memiliki keuntungan karena dapat belakar dari negara-negara
industrial dan pascaindustrial lainnya.
Bagi ilmu-ilmu seperti sosiologi, politik, hukum, dan lainnya, sejarah dapat digunakan sebagai
ilmu bantu untuk memahami disiplin ilmu yang bersangkutan.
Sejarah membuktikan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia bukanlah manusia pemalas.
Mereka terus berusaha tiada henti untuk menghadapi tantangan perubahan. Dengan perahu
yang sederhana, nenek moyang bangsa Indonesia mengarungi lautan luas bahkan berhasil
mencapao benua lain.
Pada masa kehidupan Neolitik didalam bidang ekonomi dari manusia yang hidup di
zaman ini sudah sangat berkembang pesat, hal tersebut dapat dibuktikan sistem perdagangan
barter (barang ditukar dengan barang).
Bahkan mereka juga sudah mulai menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme,
dimana dewa sudah dianggap sebagai tuhan mereka. Tidak hanya itu saja mereka juga
menggunakan sistem berburu dengan menggunakan peralatan yang mereka hasilkan.
Sistem Food Producing, berternak, dan juga memiliki hunian menetap sudah ikut
diterapkan didalam kehidupan manusia di dalam zaman ini. Dan yang lebih hebat lagi,
mereka sudah menerapkan peraturan di dalam kelompok mereka.
1. Dolmen, merupakan sebuah meja yang terbuat dari batu dan biasanya digunakan sebagai
tempat meletakkan sesaji upacara adat atau ritual-ritual keagamaan.
2. Menhir, adalah tugu besar yang terbuat dari batu dan biasanya digunakan sebgai kaki dolmen
atau tugu yang digunakan untuk menyembah para arwah.
3. Sarkofagus, adalah salah satu peninggalan dari masa neolitik yang digunakan sebagai
keranda mayat.
4. Peti Kubur Batu, adalah pecahan-pecahan batu yang disusun seperti peti jenazah untuk
proses pemakaman jenazah.
5. Waruga, sama seperti peti kubur batu hanya saja bentuknya yang berbeda, waruga memiliki
bentuk yang bulat ataupun kubus.
6. Punden Berundak, berupa bangunan yang terbuat dari batu yang memiliki bentuk seperti
limas yang dipakai untuk meletakkan sesaji.
3. Mata Panah
4. Gerabah
1. MEGANTHROPUS PALEOJAVANICUS
Artinya Manusia Jawa Tertua yang Bertubuh Besar, yang hidup di Jawa sekitar 2-1 juta
tahun silam. Manusia ini mempunyai ciri biologis berbadan besar, kening menonjol, tulang
pipi tebal, rahang besar dan kuat makanan utamanya adalah tumbuhan dan buah-buahan,
hidup dengan cara food gathering (mengumpulkan makanan). Ralph von
koenigswald menemukan fosil dari rahang bawah manusia jenis ini di Sangiran (lembah
bengawan solo ) pada 1941.
2. PITHECANTHROPUS
Diartikan dengan manusia kera, fosilnya paling banyak di temukan di Indonesia. mereka
hidup dengan cara food gathering dan berburu. pitechanthropus terbagi kedalam beberapa
jenis yaitu :
3. HOMO
Homo : Artinya manusia. Merupakan jenis manusia purba yang paling maju dibandingkan
yang lain. Ciri :
1. Homo Soloensis, fosilnya ditemukan antara 1931 -1934 oleh Von Koenigswald, Ter
Haar dan Oppennorth di sepanjang lembah Bengawan Solo. Homo Soloensis
diperkirakan hidup antara 900-200 ribu tahun lalu. Ciri biologis diantaranya bentuk
tubuh tegak, kening tidak menonjol. menurut Koenigswald, jenis ini lebih tinggi
tingkatannya dari pitechanthropus erectus.
2. Homo wajakensis, fosilnya ditemukan oleh Rietschoten dan Dubois antara tahun
1888-1889 di desa Wajak (tulung agung ). Ciri biologisnya : tinggi mencapai 130-210
cm, berat badan sekitar 30-150 kg, volume otak sampai dengan 1300cc. Mereka hidup
dengan makanan yang telah di masak walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana .
Jenis homo sapiens di dunia terdiri dari subspesies yang menurunkan berbagai manusia :
• Ras Mongoloid : Berciri kulit kuning, mata sipit, rambut lurus. Menyebar ke Asia
Timur (Jepang, Cina, Korea, dan Asia Tenggara)
• Ras Kaukasoid : Berkulit putih, tinggi, rambut lurus, dan hidung mancung.
Penyebarannya ke Eropa, India utara, Yahudi, Arab, Turki, Asia Barat lainnya
• Ras Negroid : Ciri berkulit hitam, rambut keriting, bibir tebal. Penyebarannya ke
Australia, Papua, dan ke Afrika
• Sinanthropus Pekinensis
Manusia purba jenis ini hidup bersamaan dengan manusia purba yang ada di Indonesia yakni
Pithecanthropus. Dikarenakan hidup bersamaan dengan Pithecanthropus sehingga manusia
purba Sinanthropus Pekinensis sudah mengenal api layaknya Manusia Pithecnthropus.
Ciri-ciri :
• Shanidar Fosil
Manusia purba jenis ini ditemukan ditemukan sesuai dengan namanya yakni di Gua Shanidar
yang merupakan sebuah situs Arkeologi yang berada di Gunung Bradost, Zagros Gunung di
Arbil Governorate Wilayah Kurdistan, Negara Irak. Situs ini terletak di Lembah Besar Zab.
Manusia Shanidar Fosil ditemukan dan diteliti oleh Ralph Solecki dari Universitas Columbia
yang hidup kurang lebih 60 – 80.000 tahun.
• Manusia Neanderthal
Ditemukan oleh Rudolf Virchow dan Dr. Fulfrott di lembah sungai Neander tahun 1956.
Manusia purba ini tersebar di Asia Barat, Tengah dan Eropa.
Ciri-Ciri :
Zaman pra sejarah ini adalah zaman yang paling sulit di temukan bukti sejarahnya. Karena
tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah. Keterangan mengenai zaman ini
diperoleh melalui bidang-bidang ilmu seperti Paleontologi, Astronomi, Biologi, Geologi,
Antropologi, Arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti pra-sejarah didapat dari artefak-artefak
yang ditemukan di daerah penggalian situs pra-sejarah.
Kamu tentu pernah mendengar istilah atau kata yang berhubungan dengan Mesopotamia,
kan? Jadi, secara etimologis, kata “mesopotamia” berasal dari bahasa Yunani, yang memiliki
arti “di antara sungai-sungai”. Memang betul, secara geografis, peradaban Mesopotamia
berkembang di sebuah tanah pertanian subur di antara dua aliran sungai.
Kedua sungai tersebut adalah sungai Eufrat dan sungai Tigris yang berada di wilayah Asia
Barat, yang saat ini menjadi wilayah Republik Irak. Kondisi tanah Mesopotamia yang subur
menjadi alasan utama mengapa daerah ini menjadi salah satu asal-muasal awal peradaban
dunia. Dalam sejarahnya, Mesopotamia pernah dikuasai beberapa bangsa, yaitu:
Bangsa Sumeria
Bangsa Sumeria dikenal sebagai bangsa perintis pada peradaban awal dunia di Mesopotamia.
Selama bangsa Sumeria menguasai Mesopotamia, mereka menjalankan tiga periode, yaitu
periode Ubaid, Uruk, dan Jemdet Nasr. Ketiga periodisasi tersebut kemudian digunakan
sebagai nama kota dan menjadi situs lokasi ditemukannya hasil budaya bangsa Sumeria di
Irak.
Bangsa Sumeria menempati wilayah Ubaid pada tahun 5.300 hingga 4.000 SM, sehingga
rentang tahun tersebut dinamai sebagai periode Ubaid. Pada periode Ubaid, Bangsa Sumeria
menempati pemukiman besar dan membangun peradaban di Mesopotamia. Salah satu
penemuan penting bangsa Sumeria pada periode Ubaid adalah penemuan roda yang dibuat
dari tanah liat.
Periode selanjutnya, periode Uruk, ditandai dengan munculnya kehidupan kota atau urban di
Mesopotamia. Pada periode tersebut banyak terbentuk negara kota dan organisasi
pemerintahan. Dua di antara penemuan penting bagi manusia dari periode Uruk ini adalah
mangkuk dari tanah liat dan bentuk awal huruf kuneiform (huruf paku).
Periode terakhir, periode Jemdet Nasr, berlangsung kurang lebih pada tahun 3.100 hingga
2.900 SM. Dalam periode ini, perkembangan peradaban di Mesopotamia ditandai dengan
semakin berkembangnya huruf-huruf kuneiform yang sudah muncul pada periode Uruk. Pada
periode Jemdet Nasr, huruf-huruf kuneiform berkembang menjadi lebih praktis, dari yang
awalnya berupa tulisan berupa gambar (piktograf) menjadi lambang huruf yang didesain
lebih sederhana dan abstrak.
Pada periode ini berbagai sarana penopang kehidupan negara kota juga sudah mulai muncul,
seperti irigasi dan sarana-sarana pengolah sumber makanan, sehingga penduduk
Mesopotamia pada masa itu mengalami swasembada pangan atau surplus pangan. Penemuan
lain pada periode ini adalah berdirinya bangunan-bangunan besar di Mesopotamia.
Bangsa Akkadia
Pada abad ke-26 SM, bangsa Akkadia menaklukkan bangsa Sumeria dan menguasai
Meopotamia di bawah kepemimpinan Raja Sargon. Bangsa Akkadia ini berasal dari rumpun
bangsa semit yang berasal dari daerah padang pasir di sebelah utara Mesopotamia. Saat
Mesopotamia dikuasai bangsa Akkadia, budaya Sumeria dan Akkadia berakulturasi sehingga
era bangsa Akkadia ini sering juga disebut sebagai era Sumeria-Akkadia.
Semasa era Sumeria-Akkadia ini, bahasa Sumeria yang mulanya menjadi bahasa utama di
Mesopotamia, perlahan digantikan oleh bahasa Akkadia. Meski begitu, masyarakat
Mesopotamia pada masa ini tetap menggunakan tulisan kuneiform. Kerajaan Akkadia pada
masa ini menciptakan sistem pos pertama di dunia dan barang-barang yang akan dikirimkan
dibungkus dengan amplop dari lempengan-lempengan tanah liat.
Pada tahun 2.300 SM, bangsa Sumeria berusaha bangkit dan melawan kerajaan Akkadia di
bawah kepemimpinan Raja Shirar. Perjuangan mereka berhasil dan Raja Shirar
memproklamirkan dirinya sebagai Raja Sumeria-Akkadia. Namun, kemenangan dan
kekuasaan Raja Shirar terhadap Mesopotamia ini tidak berlangsung lama karena pada akhir
milenium ketiga, bangsa Sumeria-Akkadia berhasil ditaklukkan oleh bangsa Semit lainnya,
yaitu bangsa Syiria.
Bangsa Babilonia Lama
Raja Hammurabi merupakan raja yang terkenal karena ia merupakan penguasa terbesar
pertama di dunia yang membuat hukum-hukum serta aturan-aturan konkrit sebagai kode
hukum tertua yang pernah ada di dunia. Hukum-hukum dan aturan-aturan Raja Hammurabi
tersebut dipahat di atas tiang batu.
Beberapa contoh dari hukum yang dibuat oleh Raja Hammurabi adalah hukuman sejenis
dengan prinsip “mata dibalas mata” dan hukuman potong jari bila ada anak yang memukul
atau menyakiti orang tuanya (yang juga berlaku bagi para koruptor). Sekalipun rata-rata kode
hukum buatan Raja Hammurabi ditujukan bagi dunia laki-laki, tetapi status perempuan dalam
masa kepemimpinan Raja Hammurabi termasuk cukup dijunjung tinggi. Selain hukum dan
aturan, Raja Hammurabi juga mengembangkan prosedur bisnis dengan menggunakan
dokumen-dokumen.
Babilonia Lama kemudian mengalami masa kemunduran atau masa transisi di kawasan
Mesopotamia setelah tahun 1.800 SM. Pada masa itu terjadi disintegrasi yang ditandai
dengan berdirinya banyak dinasti kecil. Masa disintegrasi tersebut berlangsung selama enam
abad.
Babilonia Lama pada akhirnya runtuh karena serangan emperium Hittite, kelompok semi
independen dengan pemerintahan otokrasi, dari arah Barat. Emperium Hittite pada masa
pemerintahannya menghasilkan kode Hittite, yaitu kode hukum yang bersifat kosmopolit.
Kode Hittite ini memiliki kemiripan dengan kode-kode hukum Asia Timur.
Bangsa Assyiria
Bangsa Assyiria merupakan bangsa yang tinggal di hulu sungai Eufrat dan sungai Tigris.
Mereka berusaha menguasai daerah Mesopotamia dengan memerangi bangsa Akkadia dan
Sumeria selama bertahun-tahun. Bangsa Assyiria kemudian berhasil memenangkan
peperangan tersebut dan menguasai daerah Mesopotamia. Bangsa Assyiria juga berupaya
menguasai laut dengan tujuan melindungi perdagangan mereka. Upaya mereka baru
membuahkan hasil sekitar tahun 750 SM.
Bangsa Khaldea
Puncak kejayaan Babilonia Baru ini berlangsung kurang lebih antara tahun 604 sampai 561
SM. Kekuasaan Babilonia Baru ini mencakup seluruh wilayah Mesopotamia, termasuk
wilayah Mesopotamia Utara yang merupakan wilayah kekuasaan Asyur.
Di bawah kepemimpinan Cyrus Agung, bangsa Persia membagi wilayah kerajaan mereka
dalam bentuk satrapi (provinsi). Cyrus Agung kemudian digantikan oleh Darius (521–486
SM), yang melakukan banyak perubahan dan perbaikan dalam pemerintahannya. Darius
sempat berperang dengan Yunani dan mengalami kekalahan pada tahun 490 SM di Marathon,
Yunani.
Babilonia kemudian runtuh di bawah pemerintahan Darius III (336–330 SM). Persia
kemudian takluk melawan Yunani dalam tiga pertempuran yang dipimpin oleh Alexander
Agug dari kerajaan Makedonia. Kekalahan ini mengakibatkan seluruh wilayah kekuasaan
Persia dikuasai oleh Yunani.
Alexander Agung kemudian membangun sebuah kota baru yang dinamai Seleukia. Alexander
Agung membuat kebijakan Helenisasi di seluruh wilayah yang taklukannya. Helenisasi
sendiri adalah penyebaran dan penanaman kebudayaan Yunani dalam berbagai bidang,
seperti arsitektur, bahasa, seni, gaya hidup, dan pandangan hidup. Selain itu Alexander
Agung juga berambisi memasukkan unsur-unsur kebudayaan Yunani ke dalam budaya
Persia.
Alexander Agung kemudian wafat pada usia 32 tahun di Itana Nabukadnezar II. Kerajaannya
kemudian terpecah menjadi empat kerajaan, yaitu Seleukia di Persia, Makedonia di Yunani,
Pergamon di Asia Kecil, dan Dinasti Ptolemeus di Mesir. Sebelum kerajaan-kerajaan tersebut
dikuasai oleh bangsa Romawi, semua kerajaan tersebut saling berebut kekuasaan.
Peradaban Sungai Indus (Shindu)
Para ahli memperkirakan ada dua ibukota penting dalam peradaban Sungai Indus, yaitu kota
Mohenjo-Daro yang menjadi ibu kota daerah lembah Sungai Indus selatan, dan kota Harappa
yang menjadi ibu kota lembah Sungai Indus Utara. Pembangunan kedua kota tersebut
berdasarkan perencanaan tata kota yang baik dan teratur.
Wilayah kedua kota tersebut dibagi menjadi beberapa blok, yang masing-masing bagiannya
atau bloknya berbentuk bujur sangkar. Di setiap blok tersebut penduduk kota membangun
tempat tinggal dengan memperhatikan faktor kesehatan dan kebersihan lingkungan.
Saluran limbah perumahan tersebut sudah disambungkan ke saluran umum yang mereka
bangun di bawah jalan, yang kemudian akan mengalir langsung menuju sungai. Sistem
sanitasi dari kedua kota ini diperkirakan menjadi sistem sanitasi pertama yang ada di dunia.
Seperti peradaban awal dunia lainnya, sungai atau air menjadi faktor penting dari peradaban
Sungai Indus. Wilayah-wilayah yang berada di sepanjang lembah Sungai Indus memiliki
tanah yang subur, sehingga para penduduk di wilayah-wilayah tersebut menjadikan pertanian
sebagai sumber mata pencaharian mereka.
Oleh karena itu beberapa bukti kebudayaan mereka adalah peralatan rumah tangga, perkakas
pertanian, emas, senjata, serta bangunan-bangunan. Beberapa hasil pertanian masyarakat
Sungai Indus pada masa itu adalah padi, jelai, gandum, gula, teh, dan kapas.
Masyarakat Sungai Indus juga mengembangkan sektor peternakan, mereka terkenal ahli
dalam beternak kerbau, sapi, dan babi. Kota Sutkagedon memiliki peranan penting bagi
masyarakat Sungai Indus dan Bangsa Sumeria pada masa itu. Kota tersebut menjadi pusat
perdagangan yang dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui laut dan jalur darat.
Dalam peradaban Sungai Indus terdapat kerajaan penting, yaitu Kerajaan Maurya (322–185
SM) yang dipimpin oleh Raja Chandragupta Maurya. Sejak didirikan, Kerajaan Maurya
menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, daerah kekuasaan kerajaan ini diperluas ke
arah Timur dan bagian Utara India. Daerah Kashmir di Barat dan lembah Sungai Gangga di
Timur pun menjadi bagian dari kekuasaan Kerajaan Maurya.
Kerajaan Maurya mencapai masa gemilangnya di bawah kepemimpinan Raja Ashoka (268–
232 SM), yang berhasil menguasai Kali Gangga dan Dekkan. Namun, setelah Raja Ashoka
melihat peperangan di Kali Gangga memakan begitu banyak korban, ia sudah tidak
menginginkan peperangan lagi dan lebih menginginkan perdamaian.
Saat Raja Ashoka wafat, Kerajaan Maurya mengalami goncangan. Kerajaan tersebut menjadi
terpecah belah dan membentuk kerajaan-kerajaan kecil yang saling berebut kekuasaan.
Peperangan terus terjadi hingga muncul Raja Candragupta I yang berhasil mempersatukan
semua kerajaan tersebut dan mendirikan Kerajaan Gupta.
Dalam sistem kepercayaan dan religi, masyarakat lembah Sungai Indus memuja dewa yang
dilambangkan menyerupai makhluk bertanduk besar, dan sosok dewa perempuan yang
melambangkan kemakmuran. Mereka juga memuja hewan seperti gajah dan buaya, serta
pohon besar seperti beringin.
Pada masa Kerajaan Maurya, terdapat tiga agama yang dihormati, yaitu agama Jain yang
dianut oleh Raja Chandragupta dan Raja Samprati, agama Buddha yang dianut Raja Ashoka,
dan agama Hindu.
Beberapa penemuan dari hasil penggalian di kota Harappa adalah arca dan dua buah torso
dari arca yang hilang kepalanya. Sementara di kota Mohenjo-Daro, ditemukan arca pendeta
berjanggut dan arca perunggu gadis penari. Arca-arca tersebut merupakan peninggalan
masyarakat lembah Sungai Indus.
Peradaban Tiongkok (Cina)
Secara geografis, negeri Tiongkok Cina terdiri dari pegunungan dengan Sungai Hoang Ho
atau Sungai Kuning yang mengalir di sebelah Utara, dan Sungai Yangtse Kiang yang
mengalir di sebelah Selatan. Peradaban Cina Kuno berkembang di lembah Sungai Hoang Ho.
Orang-orang Tiongkok Kuno menganggap negeri mereka berada di tengah-tengah dunia, oleh
karena itulah nama Tiongkok berasal dari kata Chung Kuo, yang memiliki arti “negeri
tengah”. Penduduk Cina sendiri disebut Chung Hua, yang berarti “penduduk negeri tengah”.
Seiring berjalannya waktu, kata Chung Kuo berubah menjadi Tiongkok dan kata Chung Ha
berganti menjadi Tionghoa.
Kebesaran sejarah peradaban Cina dibangun melalui beberapa dinasti. Dinasti pertama yang
ada di Cina adalah Dinasti Xia. Sementara beberapa dinasti yang menjadi tonggak penting
dalam peradaban Cina adalah Dinasti Shang, Dinasti Qin, dan Dinasti Han. Masa Dinasti
Shang berlangsung sejak tahun 1.600 sampai 1.045 SM dengan Raja Tang sebagai raja
pertamanya dan Raja Zhou sebagai raja terakhirnya.
Sepanjang sejarahnya, Dinasti Shang memiliki 31 raja. Dinasti Shang memiliki pemerintahan
yang bersifat feodal, yang kemudian berlanjut ke dinasti-dinasti selanjutnya. Dalam sistem
pemerintahan ini, raja bukan hanya dianggap sebagai pemimpin, tetapi juga sebagai wakil
para dewa, sehingga kekuasaannya menjadi mutlak karena perintah raja dianggap sama
seperti perintah dewa.
Peninggalan artefak dari Dinasti Shang adalah radio karbon yang terdapat pada cangkang
kura-kura, sistem tulisan yang rumit, artefak perunggu berupa gusi dan artefak perunggu
bagian dari kereta perang serta senjata.
Dinasti selanjutnya adalah Dinasti Qin yang memerintah selama tahun 221 sampai 205 SM.
Dinasti Qin dimulai dengan pengangkatan diri sendiri Zhao Zhang sebagai kaisar pertama
dinasti ini dengan gelar Shi Huang Ti. Zhao Zhang mengangkat dirinya sendiri sebagai kaisar
setelah ia berhasil mempersatukan berbagai bangsa di Tiongkok.
Peninggalan Dinasti Qin yang terkenal sampai saat ini adalah pembangunan Tembok Besar
Tiongkok. Pada masa Dinasti Qin, kaisar mengangkat menteri untuk membantunya dalam
menjalankan roda pemerintahan. Menteri bertugas memberikan pandangan dan kebijakan,
tetapi keputusan akhir tetap berada pada kaisar.
Kaisar Zhao Zhang akhirnya wafat pada tahun 205 SM dan tahta kekaisaran pun turun ke
puteranya yang bernama Qin Er Shi. Sayangnya, Dinasti Qin di bawah pemerintahan Kaisar
Qin Er Shin dianggap lemah, sehingga terjadi banyak pemberontakan yang pada akhirnya
membuat Dinasti Qin runtuh.
Dinasti selanjutnya yang menguasai Cina adalah Dinasti Han. Dinasti ini berlangsung sejak
tahun 206 hingga 220 M. Dinasti Han dibagi menjadi dua periode, yatu periode Han Barat
yang memerintah sejak tahun 206 SM hingga 9 M dan periode Han Timur pada tahun 25
hingga 220 M.
Pada mulanya Kaisar Gao (Liu Bang), membagi kekuasaannya menjadi beberapa negara
feodal untuk memuaskan para pemimpin, tetapi pada akhirnya ia berhasil memusatkan
kekuasaan sepenuhnya di tampuk kepemimpinannya sendiri. Kebijakan dari dinasti
sebelumnya masih dilanjutkan oleh Kaisar Gao.
Pada masa dinasti ini, wilayah kekuasaan Tiongkok semakin luas dan hubungan perdagangan
dengan negara Barat seperti Romawi pun mulai dilakukan. Tiongkok semakin berjaya saat
dalam pemerintahan Kaisar Han Wu Di. Namun, kekaisaran Tiongkok ini kemudian runtuh
saat terjadi revolusi di Tiongkok yang mengubah sistem feodal menjadi sistem komunis.
Dengan runtuhnya masa kekaisaran Tiongkok, Tiongkok pun berubah menjadi Republik
Rakyat Cina.
Dalam sistem kepercayaan dan religi, masyarakat Tiongkok mulanya menganut kepercayaan
kepada para dewa. Para dewa tersebut adalah Dewa Feng Fa yang dianggap sebagai penguasa
angin, Dewa Lei Shih yang dianggap sebagai penguasa angin topan, dan Dewa T’Sai San
yang dipercaya sebagai penguasa bukit dunia.
Masyarakat Tiongkok juga mempercayai adanya kehidupan di alam baka, yang dibuktikan
dengan temuan makam perempuan bernama Fu Hao di Situs Anyang. Di dalam makam
tersebut terdapat berbagai perhiasan, kain sutera, dan makanan yang diawetkan, serta jenazah
laki-laki yang diperkirakan dimakamkan bersama Fu Hao untuk menjaganya di alam baka.
Peradaban Cina Kuno juga terkenal akan filsafat dan teknologinya. Dalam bidang filsafat,
terdapat tiga filsuf terkenal, yaitu Lao Tse, Kong Hu Chu, dan Meng Tse. Ajaran filsafat ini
mulai berkembang sejak Dinasti Han berkuasa. Sementara di bidang teknologi, peradaban
Cina Kuno memberikan banyak kontribusi karena hasil peradaban tersebut dibawa menyebar
keluar dari daratan Tiongkok di negeri-negeri lain.
Tak jarang hasil peradaban Cina Kuno tersebut mengalami modifikasi dan pengembangan
sehingga hasil peradaban tersebut semakin berkembang pesat. Beberapa hasil kebudayaan
peradaban Cina Kuno yang membawa pengaruh besar bagi dunia adalah penggunaan kertas,
tinta, dan mesin cetak yang berkembang pada masa kepemimpinan Kaisar Han Wu dari
Dinasti Han. Selain itu, dari masa Zhao Zhang terdapat seni lukis, keramik Tiongkok, dan
kain sutera.
Peradaban Mesopotamia, Mesir, Cina dan India Kuno merupakan peradaban awal dunia.
Terdapat kesamaan dari peradaban tersebut, yakni secara geografis terletak di sekitar lembah
sungai.
11. Menganalisis latar belakang perbedaan teori masuknya Hindu- Budha di Nusantara
A. Sumber Dari India Bukti adanya hubungan dagang tersebut dapat diketahui dari kitab
Jataka dan kitab Ramayana tetapi tidak menyebutkan kapan India mengenal Indonesia.
Kitab sastra india yang dapat dipercaya adalah Kitab Mahaniddesa yang memberi petunjuk
bahwa masyarakat india telah mengenal beberapa tempat di Indonesia pada abad ke-3
Masehi. Dalam kitab Geograpihike yang ditulis pada abad ke-2 juga disebutkan telah ada
hubungan dagang antara india dan Indonesia. Dari kedua keterangan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa secara intensif terjadinya hubungan dagang antara Indonesia dan india
mulai abad-abad tersebut (abad ke 2-3 Masehi).
b. Sumber Dari Cina Hubungan Indonesia dengan cina diperkirakan telah berkembang pada
abad ke-5. Bukti-bukti yang memperkuat hubungan itu di antaranya adalah perjalanan
seorang pendeta budha, fahien. Pada sekitar tahun 413 M, Fa Hien melakukan perjalanan
dari india ke YE-PO-TI (tarumanegara) dan kembali ke cina melalui jalur laut. Selanjutnya,
kaisar Cina, Wen Ti mengirim utusan ke She-Po (Pulau Jawa).
c. Sumber Dari Yunani Hubungan dagang antara Indonesia dengan india, dan cina dapat
diketahui dari Claudius Ptolomeus, seorang ahli ilmu bumi Yunani. Dalam kitabnya yang
berjudul Geographike yang ditulis pada abad ke 2. Ptolomeus menyebutkan nama Labadio
yang artinya pulau jelai. Mungkin kata itu ucapan Yunani untuk menyebut Yawadwipa,
yang artinya juga pulau jelai. Dengan demikian, seperti yang disebutkan dalam kitab
Ramayana bahwa Yawadwipa yang dimaksud ialah pula jawa.
d. Prasasti-Prasasti tertua di Indonesia yang menunjukkan hubungan Indonesia dengan India,
misalnya prasati Mulawarman di Kalimantan timur yang berbentuk Yupa. Semua prasasati
ditulis dalam bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa.
e. Kitab-kitab kuno yang ada di Indonesia biasanya ditulis pada daun lontar yang ditulis
dengan menggunakan bahasa dan tulisan jawa kuno yang juga merupakan pengaruh dari bahasa
Sanskerta dan tulisan Pallawa.
f. Bangunan-bangunan kuno yang bercorak hindu ataupun budha terdiri atas candi, stupa,
relief, dan arca. Agama Hindu yang berkembang di Indonesia berbeda dengan agama Hindu
yang berkembang di India. Agama dan kebudayaan Hindu disesuaikan dengan kebudayaan dan
kepercayaan asli Indonesia yang berintikan pemujaan roh leluhur (animism dan dinamisme).
Dalam bidang sastrapun terjadi penyesuaian, misalnya huruf Pallawa berubah menjadi huruf
kawi dan huruf jawa kuno. Demikian pula dalam seni bangunan, bentuk candi di Indonesia lain
dengan yang ada di India.
a. Teori Brahmana
Van Leur mengajukan keberatan baik terhadap teori ksatria atau pun teori Waisya.
Keberatan pertama adalah mengenai kolonisasi. Suatu kolonisasi yang melibatkan
penaklukan oleh golongan ksatria tentunya akan dicatat sebagai suatu kemenangan. Namun,
catatan itu tidak ditemukan dalam sumber-sumber tertulis di India. Di Indonesia pun tidak
ditemukan prasasti-prasasti sebagai bukti adanya penaklukan. Selain itu, suatu kolonisasi
selalu disertai oleh pemindahan segala unsur masyarakat dari tanah asal. Misalnya, sistem
kasta, kerajinan, bentuk rumah, tata kota, bahasa, pergaulan, dan sebagainya. Dalam
kenyataannya apa yang terdapat di Indonesia berbeda dengan yang terdapat di India.
Kalaupun ada pedagang-pedagang India yang menetap, mereka bertempat tinggal di
perkampungan-perkampungan khusus. Sampai sekarang masih ditemukan Kampung Keling
di beberapa tempat di Indonesia barat.
Mereka yang menetap di perkampungan khusus itu kedudukannya tidak berbeda
dengan rakyat biasa di tempat itu. Hubungan mereka dengan penguasa hanyalah dalam
bidang perdagangan, sehingga tidak dapat diharapkan adanya pengaruh budaya yang
membawa perubahan-perubahan dalam bidang tata negara dan agama. Hal ini menjadi lebih
jelas, karena sebagian besar pedagang itu adalah pedagang keliling yang berasal dari
kalangan masyarakat biasa. Mengingat unsur-unsur budaya India yang terdapat dalam
budaya Indonesia, van Leur cenderung untuk memberikan peranan penyebaran budaya India
pada golongan brahmana. Para brahmana datang atas undangan para penguasa Indonesia,
sehingga budaya yang mereka perkenalkan adalah budaya golongan brahmana. Sayangnya
dari teori brahmana Van Leur itu masih belum jelas pada yang mendorong terjadinya proses
tersebut. Ia berpendapat bahwa dorongan itu adalah akibat kontak dengan India melalui
perdagangan. Bukan hanya melalui orang-orang India yang datang, tetapi mungkin juga
karena orang-orang Indonesia melihat sendiri kondisi di India.
Terdorong oleh keinginan untuk dapat bersanding dengan orang-orang India dengan
taraf yang sama dan terdorong pula untuk meningkatkan kemakmuran negerinya, mereka
pun mengundang Brahmana. Para brahmana ini kemudian melakukan upacara vratyastoma,
yakni upacara inisiasi yang dilakukan oleh para kepala suku agar menjadi golongan ksatria.
Pandangan ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Paul Wheatly bahwa para
penguasa lokal di Asia Tenggara sangat berkepentingan dengan kebudayaan India guna
mengangkat status sosial mereka.
b. Teori Ksatria
R.C. Majundar berpendapat bahwa munculnya kerajaan Hindu di Indonesia disebabkan
oleh peranan kaum ksatria atau prajurit India. Para prajurit India diduga mendirikan koloni-
koloni di kepulauan Indonesia dan Asia Tenggara pada umumnya. Namun, teori ksatria yang
dikemukakan oleh R.C. Majundar tidak didukung oleh data yang memadai. Selama ini
belum ada bukti arkeologis yang menunjukkan adanya ekspansi prajurit India ke Indonesia.
c. Teori Waisya
Pendapat lain yang masih berpegang pada anggapan adanya kolonisasi, memberikan
peranan utama pada golongan lain. Teori yang pada awalnya diajukan oleh Krom ini
memberikan peranan utama kepada golongan pedagang (Waisya). Krom tidak sependapat
bahwa golongan ksatria merupakan golongan terbesar di antara orangorang India yang
datang ke Indonesia. Hal ini karena orang-orang itu datang untuk berdagang maka golongan
terbesar tentulah golongan pedagang. Mereka menetap di Indonesia dan kemudian
memegang peranan dalam penyebaran pengaruh budaya India melalui hubungan mereka
dengan penguasapenguasa Indonesia. Krom mengisyaratkan kemungkinan adanya
perkawinan antara pedangang-pedagang tersebut dengan wanita Indonesia. Perkawinan
merupakan salah satu saluran penyebaran pengaruh kebudayaan yang penting. Selain
memberikan peranan pada golongan yang berbeda, teori Krom mempunyai perbedaan lain
jika dibanding dengan teori ksatria.
Berdasarkan pengamatan berbagai aspek budaya Indonesia-Hindu, Krom berpendapat
bahwa unsur Indonesia dalam budaya tersebut masih sangat jelas. Ia menyimpulkan bahwa
peranan budaya Indonesia dalam proses pembentukan budaya India di Indonesia sangat
penting. Hal itu tidak mungkin dapat terjadi jika bangsa Indonesia hidup di bawah tekanan
seperti yang digambarkan oleh teori ksatria. Teori Krom mendapatkan banyak penganut di
kalangan peneliti. Akan tetapi dengan adanya kemajuan-kemajuan dalam penelitian,
tumbuh pula pendapat yang beranggapan bahwa teori ini masih kurang memberikan peranan
pada bangsa Indonesia. Walaupun Krom telah melihat adanya peranan yang penting dari
budaya Indonesia, tetapi masih terdapat kesan bahwa proses itu tidak sepenuhnya ditentukan
oleh bangsa Indonesia. d. Teori Sudra Teori Sudra dikemukakan oleh van Faber. Menurut
teori ini, di India banyak terjadi perang. Dengan demikian, banyak pula tawanan perang.
Indonesia dijadikan sebagai tempat pembuangan bagi tawanan-tawanan perang. Para
tawanan perang itulah yang menyebarkan kebudayaan Hindu di Indonesia.
e. Teori Arus Balik
Bosch sesuai pendirian dengan van Leur. Bertolak dari sifat unsur-unsur budaya India
yang diamatinya dalam budaya Indonesia. Ia juga berpendapat bahwa proses indianisasi di
Indonesia dilakukan oleh kelompok cendekiawan dalam masyarakat yaitu para
administrator atau clerk.
Untuk mengamati proses yang terjadi antara budaya Indonesia dan India, Bosch
menggunakan istilah penyuburan. Ia melihat dua jenis proses penyuburan. Penyuburan
pertama dan kemungkinan telah terjadi lebih dahulu adalah proses melalui pendeta agama
Buddha. Awal hubungan dagang antara Indonesia dan India bertepatan pula dengan
perkembangan pesat dari agama Buddha. Biksu-biksu agama tersebut menyebar ke seluruh
penjuru dunia melalui jalur-jalur perdagangan tanpa menghiraukan kesulitan-kesulitannya.
Mereka mendaki pegunungan Himalaya untuk menyebarkan agamanya di Tibet. Dari Tibet
kemudian melanjutkan dakwahnya ke utara hingga akhirnya sampai ke Cina.
Kedatangan mereka biasanya telah diberitakan terlebih dahulu. Setelah mereka tiba di
tempat tujuan biasanya mereka berhasil bertemu dengan kalangan bangsawan istana.
Dengan penuh ketekunan para biksu itu mengajarkan agama mereka. Selanjutnya
dibentuklah sebuah sanggha dengan biksu-biksunya. Melalui biksu ini timbul suatu ikatan
dengan India, tanah suci agama Buddha. Kedatangan biksu-biksu India di berbagai negeri
ternyata mengundang arus balik biksu dari negeri-negeri itu ke India. Para biksu kemudian
kembali dengan membawa kitab-kitab suci, relik dan kesan-kesan. Bosch menyebut gejala
sejarah ini sebagai gejala arus balik. Aliran agama lain dari India yang meninggalkan
pengaruh di Indonesia adalah agama Hindu. Berbeda dengan agama Buddha, para brahmana
agama Hindu tidak dibebani kewajiban untuk menyebarkan agama Hindu. Hal ini karena
pada dasarnya seseorang tidak dapat menjadi Hindu, tetapi seseorang itu lahir sebagai
Hindu.
Dengan konsep seperti, proses hinduisasi di Indonesia menjadi semakin menarik,
karena tidak dapat dipungkiri orang-orang Indonesia pasti awalnya tidak dilahirkan sebagai
Hindu, tetapi dapat beragama Hindu. Untuk dapat menjelaskan fenomena ini harus dilihat
terlebih dahulu watak khas agama Hindu. Agama Hindu pada dasarnya bukanlah agama
untuk umum dalam arti bahwa pendalaman agama tersebut hanya mungkin dilakukan oleh
golongan brahmana. Beranjak dari kenyataan ini, terdapat berbagai tingkat keketatan
pelaksanaan prinsip tersebut. Hal itu tergantung dari aliran sekte yang bersangkutan.
Adapun sekte agama Hindu yang terbesar pengaruhnya di Jawa dan Bali adalah sekte Siwa-
Siddhanta. Aliran Siwa-Siddhanta sangat esoteris.
Seseorang yang dicalonkan untuk menjadi seorang brahmana guru harus mempelajari
kitab-kitab agama selama bertahun-tahun dan setealh diuji baru dizinkan menerima inti
ajarannya langsung dari seorang brahmana guru. Brahmana inilah yang selanjutnya
membimbingnya hingga ia siap untuk ditasbihkan menjadi brahmana guru. Setelah
ditasbihkan, ia dianggap telah disucikan oleh Siqa dan dapat menerima kehadirannya dalam
tubuhnya pada upacara-upacara tertentu. Dalam keadaan demikian ia dianggap dapat
merubah air menjadi amrta. Brahmana itu lantas diundang ke Indonesia. Mereka melakukan
upacara khusus dapat menghindukan seseorang (vratsyastoma). Pada dasarnya kemampuan
mereka inilah yang menyebabkan raja-raja Indonesia mengundang para brahmana ini.
Mereka mendapat kedudukan yang terhormat di kraton-kraton dan menjadi inti golongan
brahaman Indonesia yang kemudian berkembang. Penguasaan yang luas dan mendalam
mengenai kitab-kitab suci menempatkan mereka sebagai purohita yang memberi nasehat
kepada raja, bukan hanya di bidang keagamaan tetapi juga pemerintahan, peradilan,
perundang-undangan dan sebagainya
12. Menganalisis kedudukan kerajaan Hindu-Budha Nusantara dalam berita Cina
A. Tarumanegara
sesuai dengan catatan sejarah Cina, bahwa negeri Ho-lotan (Aruteun) di She-po (Jawa) telah
mengirimkan utusan ke Cina pada tahun 430, 437, dan 452 masehi. Setelah mendapat pengaruh
budaya India, nama Aruteun diubah menjadi Taruma. Nama Taruma ini diambil dari nama daerah
di India Selatan. Perubahan nama ini diperkirakan terjadi pada akhir abad ke-5 masehi. Sejak abad
ke-6 masehi, nama Ho-lotan (Aruteun) tidak disebut-sebut lagi. Sebagai gantinya muncul nama To-
lo-mo (Taruma) yang pernah mengirimkan utusan ke Cina pada tahun 528, 535, 630, dan 669
masehi. Sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara ternyata juga didapat dari berita musafir China
yang bernama Fa-Hien. Musafir yang datang di Jawa pada tahun 414 M membuat catatan tentang
adanya Kerajaan To-lo-mo. atau Taruma.
Istilah To-lo-mo ini tentu dimaksudkan pada kerajaan Tarumanegara. Sumber sejarah dari luar
negeri didapatkan dari berita musafir China yang bernama Fa-Hien. Fa-Hien datang ke tanah Jawa
pada tahun 414 M untuk membuat catatan mengenai keberadaan kerajaan To-lo-mo. Kerajaan
yang di maksud ternyata mengarah pada kerajaan Tarumanegara. Dalam catatan Fa-Hien dikatakan
bahwa dalam perjalanannya menuju India, ia singgah di Yo-p’o-ti dan berdiam di sana selama 5
bulan, di sana sedikit sekali pemeluk Budha. Sementara itu, dalam kronik dinasti Tang (618-906)
diungkapkan bahwa antara tahun 528-539 dan 666-669 telah datang di Cina utusan dari Kerajaan
To-lo-mo (Tarumanegara). Catatan Fa-Hien,seoarang musafir Cina,masyarakat Tarumanegara
sudah melakukan kegiatan berdagang. Barang yg diperdagangkan antara lain beras dan kayu jati.
B. Sriwijaya
Dari berita Cina, dapat diketahui bahwa pedagang-pedagang Kerajaan Sriwijaya telah menjalin
hubungan perdagangan dengan pedagang-pedagang Cina. Para pedagang Cina sering singgah di
Kerajaan Sriwijaya untuk selanjutnya meneruskan perjalanannya ke India maupun Romawi. Dalam
perjalanannya mereka kerap membuat catatan catatan, diantaranya: • Dalam catatan Dinasti T’ang
disebutkan, bahwa Sriwijaya telah beberapa kali mengirim utusannya ke negeri Cina, sekitar tahun
917M, 972M, 974M, dan 975M, juga tahun 980M dan 983M. Ketika hendak pulang, utusan itu
tertahan di Kanton karena negerinya sedang berperang melawan raja Jawa. • Dalam catatan I-Tsing
disebutkan, bahwa ketika hendak berziarah ke India ia singgah dulu di Sriwijaya selama enam bulan.
Ia juga singgah di Melayu selama dua bulan, baru kemudian ke India. Ia berada di India selama 10
tahun. Dalam perjalanan pulang singgah lagi di Sriwijaya selama hampir kurang lebih lima tahun, untuk
menerjemahkan kitab agama Budha ke dalam bahasa Cina. Dalam catatan itu dikatakan juga bahwa
di India terdapat seorang pendeta besar yaitu Sakyakirti atau Dharmakirti.
C. Kediri
Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaanna di masa pemerintahan Raja Sri Jayabaya , hingga
kerajaan Kediri daerahnya terus meluas. Yang awalnya berasal dari Jawa Tengah, kemudian terus
meluas ke hampir seluruh daerah Pulau Jawa berhasil dikuasai. Sejarah tentang masa-masa kejayaan
yang pernah digapai oleh kerajaan Kediri, semakin kuat dengan adanya berita atau catatan dari kronik
Cina, yaitu Liung-wa-tai-a, sebuah karya dari Chou Ku-fei pada tahun 1178 masehi. Isinya yaitu pada
Negeri paling kaya (di masa kerajaan Kediri dipimpin Raja Sri Jayabaya) selain Cina secara berurutan
yaitu Arab, Jawa, dan Sumatra. Saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, di Jawa adalah
Kerajaan Panjalu (Kediri), sedangkan Sumatra dikuasai Kerajaan Sriwijaya.
14. Menjelaskan makna dari isi prasasti kerajaan kerajaan Hindu-Budha di Indonesia
1. Prasasti Kutai (Kalimantan Timur)
Prasasti Kutai dikenal juga dengan nama Prasasti
Mulawarman adalah peninggalan sejarah dari
Kerajaan Kutai. Ada tujuh buah yupa yang berisi
prasasti, akan tetapi baru empat buah yang berhasil
dibaca dan diterjemahkan. Prasasti ini ditulis
menggunakan huruf Pallawa pra-nagari dan bahasa
Sansekerta.
Diperkirakan bentuk dan jenisnya berasal dari masa kurang lebih sekitar 400 M, yang ditulis
dalam bentuk puisi anustub. Isi prasasti ini menceritakan mengenai Raja Mulawarman yang
menyumbang banyak sapi kepada kaum Brahmana.
Disini juga disebutkan bahwa Mulawarman adalah cucu dari Kudungga dan anak
Aswawarman. Prasasti Hindu ini adalah yang tertua dari kerajaan Hindu di Indonesia dan
ditemukan di Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur tepatnya di hulu sungai Mahakam.
2. Prasasti Ciaruteun (Bogor)
Prasasti Ciampea atau Ciaruteun ditemukan di tepi
sungai Ciaruteun, dekat muara sungai Cisadane,
Bogor, Jawa Barat. Prasasti Hindu ini adalah
peninggalan kerajaan Tarumanegara.
Sekarang wilayah penemuan prasasti ini masuk ke dalam wilayaj Kecamatan Cibungbulang.
Prasasti ini ditulis menggunakan aksara Pallawa dan bentuk seloka bahasa Sansekerta,
menggunakan metrum anustubh yang terdiri dari tiga baris dan terdapat pahatan gambar ubi
serta sulur – suluran atau pilin, sepasang telapak kaki dan gambar laba – laba .
Pada masa Belanda wilayah ini menjadi bagian dari perkebunan karet
Sadeng – Djamboe, sekarang dikenal dengan PT. Perkebunan XI Cikasungka, Cigudeg,
Bogor. Penemunya adalah Jonathan Rigg pada 1854 dan dilaporkan kepada Dinas Purbakala
tahun 1947, dan pertama kali diteliti pada tahun 1954.
Isinya adalah dua baris aksara Pallawa, berbentuk seloka Sansekerta dan metrum Sragdhara.
Menyebutkan nama Raja Purnawarman yang memerintah di negara Taruma, tanpa angka
tahun namun diperkirakan berasal dari abad ke 5 M berdasarkan analisis palaeographis.
Kemudian prasasti Pasir Muara atau prasasti Kebonkopi II merupakan prasasti tertua yang
menyebutkan angka tahun pada 854 Saka (932 M), menjadi sejarah kerajaan Pajajaran di
tanah Sunda.
7. Prasasti Cidanghiang (Pandeglang)
Salah satu prasasti Hindu yang berasal dari kerajaan
Tarumanegara lagi. Letaknya di tepi sungai Ci
Danghiyang di Desa Lebak, Kecamatan Munjul,
Kabupaten Pandeglang. Toebagus Roesjan pertama kali
melaporkannya kepada Dinas Purbakala pada 1947.
Sekarang lokasi ini menjadi Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.
Prasasti ini adalah prasasti terpanjang dalam peninggalan Tarumanegara dan sebagaimana
peninggalan Tarumanegara lainnya tidak memiliki angka tahun yang pasti. Melalui analisis
Palaeographis, prasasti diperkirakan berasal dari abad 5 M.
Kebanyakan prasasti Hindu ditemukan memang berasal dari Kerajaan Tarumanegara yang
pernah berkuasa di barat pulau Jawa pada abad ke empat hingga tujuh Masehi. Sebagai salah
satu kerajaan tertua di Nusantara, Tarumanegara banyak meninggalkan catatan sejarah yang
menunjukkan bahwa aliran kerajaan tersebut adalah Hindu Wisnu melalui peninggalan benda
bersejarah di Indonesia berupa prasasti.
Di masa Islam, kerajaan disebut dengan kesultanan, sehingga pemimpinnya disebut dengan
sultan (raja dalam Bahasa Arab). Ia merupakan pemipin tertinggi. Selain sultan, sebutan lain
untuk seorang pemimpin adalah maulana, susuhan, dan panembahan.
Pengkultusan dewa yang dimiliki seorang raja tidak lagi terdapat di masa Islam. Di masa Islam,
seorang sultan memperkuat
kedudukannya dengan mengaitkan
dirinya melalui garis keturunan pada
Nabi Muhammad SAW. Selain itu, di
dalam Islam tidak ada sistem kasta,
sehingga seorang sultan bukanlah
seseorang yang harus ditaati, dan sultan
juga bukan titisan dari Allah. Sultan
hanyalah manusia biasa yang diberikan
kelebihan-kelebihan, sehingga pantas
untuk memimpin suatu kerajaan.
Ketika mengambil suatu keputusan, baik itu yang berkaitan dengan agama dan pemerintahan,
sultan biasanya berkonsultasi terlebih dahulu dengan para ulama, agar keputusan-keputusan
tersebut dapat diterima oleh rakyat dengan penuh rahmat. Salah satu kelompok ulama yang
terkenal di Nusantara adalah Wali Songo (Wali Sanga atau Sembilan Wali). Anggota Wali
Songo banyak yang menjadi penasihat bagi Kerajaan Demak.
Sistem sosial
Kamu tahu nggak, Squad kenapa Islam saat itu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara?
Salah satu alasannya karena dalam Islam tidak ada sistem kasta. Hal ini menyebabkan aturan
kasta sudah tidak berlaku di kehidupan masyarakat di masa kerajaan Islam.
Selain kasta, masyarakat juga telah menggunakan nama-nama Arab seperti Muhammad,
Abdullah, Umar, Ali, Ibrahim, Hasan, Hamzah, Musa, dan lainnya. Kosakata Bahasa Arab juga
banyak diserap dan digunakan ke bahasa pada masa itu.
Sistem Ekonomi
Pada masa Islam, kehidupan perekonomian bergantung pada perdagangan. Kalau kamu
perhatikan, Squad, banyak kerajaan Islam yang terletak di dekat pantai. Lokasi yang strategis
ini menjadikannya mudah menjadi tempat persinggahan pedagang yang saat itu menggunakan
kapal laut.
Sistem kebudayaan
Pada masa perkembangan Islam di nusatara, terjadi kemajuan dari segi budaya. Ditemukannya
naskah-naskah Islam ataupun sastra-sastra Islam yang bisa menjadi salah satu sumber sejarah
perkembangan Islam di Indonesia serta menambah khazanah budaya Islam pada masa itu
adalah fakta pendukungnya. Karya-karya sastra ini semakin menyebar setelah masa Majapahit,
karena pusat kebudayaan tersebar ke seluruh nusantara yang merupakan perpaduan budaya
Indonesia asli, Hindu-Buddha, dan Islam.
Selain itu, ada beberapa ajaran yang memengaruhi kehidupan masyarakat Nusantara,
khususnya Jawa adanya ajaran Tasawuf. Ajaran tasawuf ini salah satunya diajarkan oleh Sunan
Bonang, yang juga telah menulis ”Suluk”. Beliau menghasilkan buku karya Sunan Bonang atau
Hade Book van Bonang.
Walaupun Islam hanya mempunyai dampak yang sangat terbatas terhadap falsafah Jawa, tetapi
agama ini telah menyebabkan terjadinya pergeseran budaya dalam kehidupan masyarakat
Jawa. Coba, di antara kalian yang laki-laki, siapa yang belum khitan? Pasti kebanyakan dari
kalian sudah khitan sejak kecil. Nah, khitanan ini merupakan salah satu ajaran Islam yang
akhirnya menyatu dengan kebudayaan masyarakat Nusantara. Selain itu, masyarakat
melakukan penguburan, sebagai pengganti pembakaran mayat.
Selain itu, muncul banyak bangunan keraton/istana yang dijadikan sebagai tempat tinggal bagi
sultan bersama sanak keluarganya. Bangunan ini umumnya memadukan antara kebudayaan
lokal dengan kebudayaan Islam. Keraton-keraton ini masih banyak yang bisa kamu lihat lho,
Squad. Di antaranya adalah Keraton Kasunanan dan Hadiningrat di Surakarta (Solo), Keraton
Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan di Cirebon, Keraton Yogyakarta, Istana Maimun di
Medan, atau kompleks istana di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau.
1. Samudra Pasai
Pulau Sabang ada di Aceh, lokasi kerajaan Islam pertama di Nusantara. Nama kerajaannya
Samudra Pasai. Berdiri sejak tahun 1128 dan terletak di
pantai timur Sumatra, Samudra Pasai berkembang sebagai
kerajaan maritim karena didukung kawasan Selat
Malaka yang strategis. Nggak heran, hal ini membuat
Samudra Pasai banyak dijadikan tempat singgah dan
menetap oleh banyak pedagang.
Perdagangan merupakan bagian dari kehidupan ekonomi Samudra Pasai yang cemerlang.
Untuk mendukung perekonomian, masyarakat Samudra Pasai
menggunakan alat tukar berupa koin dinar emas dan keueh dari timah.
Nilai 1 dinar sama dengan 1.600 keueh.
2. Aceh Darussalam
Selain Samudra Pasai, di wilayah Aceh juga berdiri kerajaan lainnya. Namanya Aceh
Darussalam dan didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada abad ke-16. Pusat
kerajaannya berada di ujung utara Sumatra yang kini merupakan Kabupaten Aceh Besar.
Kerajaan Aceh berkembang menjadi kerajaan besar sejak Portugis menguasai Malaka dan
banyak pedagang Muslim berpindah ke Aceh. Merasa akan dikalahkan, Portugis kemudian
berusaha menaklukan Aceh. Usaha mereka gagal pada tahun 1521 karena dikalahkan oleh
Sultan Ali Mughayat Syah. Pada tahun 1524 pun, pasukan Aceh berhasil menguasai Samudra
Pasai.
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh Darussalam mencapai kejayaan.
Wilayah kekuasaan Aceh mencapai wilayah-wilayah yang saat ini
berada di Sumatera Utara, Riau, hingga Jambi. Kekuatan angkatan laut
Aceh yang tangguh ketika masa Sultan Iskandar Muda
mengkhawatirkan Belanda dan Inggris yang ingin menguasai Selat
Malaka.
3. Demak
Portugis yang menguasai Malaka sejak tahun 1511 menjadi ancaman bagi perkembangan
Demak. Demak kemudian melakukan ekspansi ke Selat Malaka yang dipimpin Adipati Unus
(Pangeran Sabrang Lor) pada tahun 1512-1513. Sayangnya, ekspansi tersebut belum berhasil
karena dikalahkan Portugis yang memiliki armada lebih kuat, dan kurangnya perbekalan
pasukan Demak.
Demak di masa Sultan Trenggana memperluas kekuasaannya hingga ke seluruh Jawa Tengah
dan Jawa Timur, serta memantapkan penguasaan pesisir Jawa. Hampir seluruh Jawa berada di
bawah kekuasaan Demak, lho. Kerajaan Demak juga mengirim Fatahillah untuk menyerang
Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon pada 1522. Serangan tersebut bertujuan untuk memutuskan
pengaruh Portugis di Pajajaran.
Pada tahun 1527, pasukan Demak berhasil merebut Sunda Kelapa setelah mengalahkan
kekuatan Portugis. Fatahillah kemudian mengubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta.
Ini dia asal-usul nama Jakarta, Squad.
4. Banten
Di ujung barat Pulau Jawa, Kerajaan Banten berdiri sekitar tahun 1552. Wilayah
kekuasaannya meliputi bagian barat Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, dan Kalimantan
Barat. Kemunculan kerajaan ini berhubungan dengan pengaruh Demak.
Squad masih ingat dengan Sultan Trenggana dari Demak? Beliau memberi hadiah berupa
wilayah kerajaan kepada Maulana Hasanuddin (putra Fatahillah). Banten kemudian
menjadi kerajaan yang mandiri seiring melemahnya Demak. Lokasi Banten strategis karena di
sekitar Selat Sunda dan Laut Jawa, sehingga memungkinkan munculnya pelabuhan-pelabuhan
besar untuk perdagangan. Banten menjadi kerajaan maritim yang terbuka, dengan kedatangan
para pedagang asing dari Arab, Turki, Tiongkok, India, Melayu, Portugis, dan Belanda.
5. Ternate
Pernah lihat Pattimura di uang kertas seribu rupiah, Squad? Coba kamu lihat gambar di
baliknya. Itu dia Pulau Ternate dan Tidore. Ternate terletak di barat Halmahera dan di
utara Tidore. Saat menjadi kerajaan Islam di wilayah Ambon Utara, Ternate
merupakan pemasok cengkeh untuk para pedagang dari Jawa, Banten, Melayu, Makassar, dan
Bugis.
6. Gowa-Tallo (Makassar)
Kemajuan perdagangan bebas Makassar mengancam VOC yang sedang berusaha memonopoli
rempah-rempah Nusantara. VOC tidak mau Makassar menandingi perdagangan VOC di
Ambon dan Batavia, sehingga menyebabkan Perang Makassar (1666-1669). Perang ini
akhirnya meruntuhkan politik dan ekonomi Kerajaan Gowa-Tallo.
19. Menganalisis latar belakang munculnya pelayaran samudera bangsa Barat ke dunia
timur
Latar Belakang Kedatangan Bangsa Barat ke Indonesia
Daya tarik Bangsa Barat terhadap Indonesia pada saat itu memunculkan ambisi
yang menjadi latar belakangnya ke tanah Indonesia. Ambisi tersebut dikenal dengan
konsep 3G yaitu:
1. Gold (keinginan untuk memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya),
2. Glory (ambisi memperoleh kejayaan), dan
3. Gospel (keinginan untuk menyebarkan agama nasrani di Nusantara).
Adapun latar belakang kedatangan Bangsa Barat ke Indonesia adalah:
b. Pengertian Renaissance Sebelum menjelaskan pengertian Renaissance, kita harus mengerti istilah
Renaissance.istilah ini berasal dari bahasa latin yaitu renaitre yang berarti hidup kembali atau
kelahiran kembali. Secara umum pengertian Renaissance adalah kelahiran atau hidupnya kembali
kebudayaan klalik Yunani dan Romawi dalam kehidupan masyarakat Eropa atau Barat.
Renaissance merupakan suatu masa atau periode yang berlangsung kira-kira abad ke--14 sampai
abad ke-17, yang dimulai dari Italia dan kemudian menyebar ke seluruh Benua Eropa. Gerakan ini
secara bersamaan dan persebaran gerakan ini ditandai dengan pemakaian kertas dan penemuan
barang metal. Jules Michelet (1798-1874) merupakan seorang sejarawan yang pertama kali
mendefinisikan dan memperkenalkan istilah Renaissance dalam karyanya yang berjudul Histoire
de France. Jules Michelet adalah seorang sejarawan Prancis. Ia dilahirkan di Paris dari keluarga
dengan tradisi Huguenot. Ia lahir pada tanggal 21 Agustus 1798, Paris, Perancis dan meninggal: 9
Februari 1874, Hyëres, Perancis Pasangan: Athénaïs Michelet (m. 1849–1874).
Titik awal dari peradaban modern Eropa adalah peristiwa Renaissance. Dengan munculnya periode
Renaissance, perspektif manusia di Barat mulai berubah. Sebelum adanya Renaissance,
pandangan masyarakat hanya mementingkan kehidupan akhirat. Setelah itu pandangan
masyakat berubah menjadi juga memikirkan hidupnya di dunia ini. Periode atau zaman
Renaissance juga disebut zaman humanisme. Mengapa disebut demikian? Sebelum menjelaskan
tentang pemikiran para tokoh masa Renaissance kita akan membahas tentang apa itu
humanisme? Humanisme adalah sebuah pemikiran filsafat yang mengedepankan nilai dan
kedudukan manusia serta menjadikannnya sebagai kriteria dalam segala hal. Humanisme telah
menjadi sejenis doktrin beretika yang cakupannya diperluas hingga mencapai seluruh etnisitas
manusia. (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Humanisme) Humanisme menghendaki ukuran
haruslah dari manusia. Karena manusia mempunyai kemampuan berpikir, maka humanisme
menggapa manusia mampu mengatur dirinya dan dunia. Kemuliaan manusia terletak dalam
kebebasannya untuk menentukan pilihan sendiri dan dalam posisinya sebagai penguasa atas
alam (Pico Della Mirandorla). (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Humanisme) Secara garis besar ciri
utama dari Renaissance adalah humanisme (memanusiakan manusia), empirisme (kebebasan
pengembangan ilmu pengetahuan) dan rasionalisme (kebebasan dalam mengembangkan fikiran).
Untuk memudahkan pembelajaran, maka tokoh-rokoh Renaissance dibagi berdasarkan bidang
keahliannya yaitu bidang seni dan budaya, bidang penjelajahan samudera, dan bidang ilmu
pengetahuan. 1. Bidang seni dan budaya - Albrect Duhrer (1471-1528) - Desiderius Erasmus
(1466-1536) - Donatello - Ghirlandaio - Hans Holbein (1465-1506) - Hans Memling (1430-1495) -
Hieronymus Bosch (1450-1516) - Josquin De Pres (1445-1521) - Leonardo Da Vinci (1452-1519) -
Dan Lain-lain 2. Bidang penjelajahan samudera : Renaissance menyebabkan kemajuan dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang menghasilkan temuantemuan baru, misalnya
temuan Nicolaus Copernicus bahwa bumi itu bulat. dan ditemukanya teknologi kompas.Hal ini
mendorong pelaut-pelaut dari Spanyol, Portugis dan negaranegara Eropa lainnya untuk berlayar
menjelajahi samudera mencari daerah baru. - Christopher Colombus (1451-1506) - Ferdinand
Magellan (1480-1521) 3. Bidang ilmu pengetahuan - Nicolaus Copernicus (1478-1543) Niklas
Koppernigk adalah seorang astronom, matematikawan, dan ekonom berkebangsaan Polandia,
yang mengembangkan teori heliosentrisme Tata Surya dalam bentuk yang terperinci, sehingga
teori tersebut bermanfaat bagi sains. Ia juga seorang kanon gereja, gubernur dan administrator,
hakim, astrolog, dan tabib. - Johan Gutenberg (1400-1468) - Andreas Vesalius (1514-1564) -
William Gilbert (1540-1603) - Galileo Galilei (1546-1642) - Johannes Kepler (1571-1642) - Dan
lain-lain
21. Menganalisis proses masuk dan perkembangan penjajahan bangsa Barat (Portugis,
Belanda, Inggris) di Indonesia.
Portugis
Portugis pun semakin gigih dalam mencari sumber rempah-rempah. Untuk itu,
Portugis melanjutkan ekspedisi ke timur yang dipimpin Alfonso
d’Albuquerque untuk menguasai Malaka. Ia berhasil menguasai Malaka sebagai
pusat perdagangan rempah-rempah di Asia Tenggara pada 10 Agustus 1511.
Spanyol
Belanda
Keberadaan VOC tidak hanya sebagai kongsi dagang, namun juga menjadi
kekuatan politik. VOC memiliki hak octrooi, yaitu monopoli perdagangan,
mencetak mata uang sendiri, mengadakan perjanjian, menyatakan perang
dengan negara lain, menjalankan kekuasaan kehakiman, memungut pajak,
memiliki angkatan perang, dan mendirikan benteng. VOC pun memiliki beberapa
kebijakan, yaitu:
2. Verplichte leverantie: penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yang telah
ditentukan VOC. Kebijakan ini berlaku di daerah jajahan yang tidak secara
langsung dikuasai VOC, misalnya Kesultanan Mataram.
Pada tahun 1799, VOC bangkrut karena pegawai VOC banyak yang melakukan
korupsi, menanggung utang akibat perang, dan kemerosotan moral para
pegawai. Dengan dibubarkannya VOC, maka kekuasaannya di Indonesia
kemudian diambil alih oleh pemerintah kerajaan Belanda yang saat itu dikuasai
Prancis.
Indonesia mengalami penderitaan penjajahan dari bangsa Eropa cukup lama. Hal
ini dirasakan mulai dari pemerintahan belanda, inggris, jepang, dan lainnya.
Berikut adalah penjelasan terkait topik di atas:
Oleh sebab itu, Van den Bosch memberlakukan sistem tanam paksa (cultuur
stelsel) pada tahun 1830. Kebijakannya ini sangat memberatkan rakyat, karena
rakyat harus membayar pajak atas tanah yang ditanami, pemberlakuan kerja rodi
bagi rakyat yang tidak memiliki tanah, penanaman yang melebihi usia tanam,
serta hasil panen yang harus dijual ke pemerintah. Inilah yang menyebabkan
rakyat mengalami kesengsaraan karena adanya sistem tanam paksa yang
diberlakukan oleh pemerintah Belanda.
Akibat penjajahan tersebut cukup lama dirasakan oleh rakyat Indonesia. Bukan
hanya dalam bidang politik saja, namun segala aspek kehidupan. Berikut adalah
rincian akibat dari masa kolonialisme di Indonesia:
2.Golongan Pribumi (Bumi putra).menurut pasal 163 ayat (3) I.S yang termasuk golongan
bumi putra adalah :
• Mereka yang termasuk penganut pribumi (Indonesia asli) yang tidak pindah ke
lain golongan.
• Mereka yang tadinya termasuk golongan lain,tetapi yang telah meleburkan diri ke
dalam golongan pribumi.
Menurut pasal 163 ayat (4) I.S yang termasuk golongan timur asing adalah mereka yang tidak
termasuk golongan eropa dan tidak termasuk golongan pribumi (Bumi putra) misalnya :
orang cina,mesir,sudan,arab,pakistan,bangladesh.
Pembagian golongan penduduk Hindia Belanda berdasarkan pasal 163 I.S dimaksudkan
untuk menentukan sistem hukum yang berlaku bagi masing-masing golongan penduduk
seperti yang diatur dalam pasal 131 I.S.
Hukum perdata (B.W dan W.v.K) yang diberlakukan terhadap tiap-tiap golongan penduduk
tersebut adalah :
1. Menurut pasal 131 ayat (2) sub.a I.S,hukum perdata dan dagang yang berlaku
untuk golongan eropa adalah Burgerlijk Wetboek (B.W) dan Wetboek van
Koophandel (W.v.K) tanpa kecuali termasuk Undang-undang diluar kedua kitab
Undang-undang tersebut,misalnya Undang-undang Octrooi (Undang-undang hak
cipta dalam industri dan perdagangan),Undang-undang autheur (Undang-undang
yang mengatur hak cipta dalam bidang kesusastraan),juga hukum pidana material
dan hukum acara (Pidana dan perdata).
2. Menurut pasal 131 ayat (2) sub.b I.S,maka hukum perdata yang berlaku terhadap
golongan bumi putra (pribumi) adalah hukum perdata adat (hukum yang tidak
tertulis) yang berlaku bagi penduduk pribumi.
3. Menurut pasal 131 ayat (2) sub.b I.S,hukum perdata yang berlaku terhadap
golongan timur asing,adalah sejajar atau sama dengan golongan pribumi yakni
hukum perdata adat.
Hukum perdata adat disini bukanlah yang berlaku bagi golongan pribumi,tetapi hukum
perdata adat yang berlaku bagi golongan timur asing (menurut hukum adatnya) sendiri.
Berdasarkan pasal 131 ayat (2) sub.b I.S jo.Stb.1917-129 jo.Stb 1924-557 mulai berlaku
pada tanggal 1 Maret 1925,maka seluruh hukum perdata eropa (B.W dan W.v.K) dan peraturan
kepailitan berlaku bagi golongan timur asing tionghoa,kecuali mengenai adopsi dan kongsi.
Adopsi adalah pengambilan atau pemungutan anak yang berlaku bagi golongan timur asing
tionghoa,yaitu mengangkat anak laki-laki orang lain sebagai anak laki-lakinya. Adopsi tidak
dikenal dalam lapangan hukum perdata barat,tetapi diperuntukkan bagi golongan timur asing
tionghoa yang masih memerlukan menurut hukum adatnya,oleh karena itu ketentuan adopsi
diatur dalam Stb.1917-129 bab II.
Pada mulanya menurut pasal 75 ayat (4) R.R. lama yang kemudian diubah menjadi
pasal 131 ayat (4) I.S. menyatakan bahwa “Bagi orang Indonesia asli (pribumi/bumi putra) dan
timur asing sepanjang mereka belum ditempatkan dibawah suatu peraturan bersama dengan
bangsa eropa,diperbolehkan menundukkan diri pada hukum yang berlaku untuk eropa”
(peraturan penundukan diri diatur dalam Stb.1917-12 jo 528). Berdasarkan pasal 131 I.S. ayat
(4) maka dibuatlah peraturan tentang penundukan sukarela ke dalam hukum perdata eropa yang
diatur dalam Stb. 1917-12 jo 528. Stb.1917-12 ini pada mulanya akan diperuntukkan untuk
golongan bukan eropa yaitu untuk golongan pribumi (bumi putra) dan timur asing. setelah
dikeluarkannya Stb.1917-129 dan Stb.1924 Nomor 556 dan 557 yang memberlakukan seluruh
hukum perdata eropa untuk golongan timur asing tionghoa dan bukan tionghoa dengan
pengecualian hukum adat yang tertentu. Stb.1912-12 hanya berlaku terhadap golongan
pribumi,yang mana saat itu golongan pribumi masih berlaku hukum adatnya.
Stb.1917-12 menentukan adanya 4 macam cara penundukan sukarela kedalam hukum perdata
eropa yaitu :
1. Penundukan untuk seluruhnya kepada hukum perdata eropa. ini berarti seluruh
hukum perdata eropa berlaku baginya ( pasal 1 sampai 17) untuk selama-lamanya,
tetapi tidak berarti ia pindah golongan dari golongan pribumi ke golongan eropa.ia
tetap golongan Pribumi.
2. Penundukan dengan sukarela untuk sebagian dari hukum perdata eropa.artinya
orang yang melakukan tindakan ini ,kemudian hari berlaku baginya sebagian hukum
perdata eropa.menurut pasal 18 s/d pasal 25,penundukan sebagian ini seperti yang
berlaku bagi golongan timur asing bukan tionghoa (Stb.1924-556) misalnya hukum
kekayaan/harta benda dan hukum waris testamenten,tidak termasuk hukum keluarga
dan hukum waris tanpa wasiat.
3. Penundukan dengan sukarela kepada hukum perdata eropa mengenai suatu tindakan
hukum tertentu. tindakan penundukan hukum tertentu ini merupakan penundukan
asli,artinya adalah penundukan kedalam hukum perdata eropa yang pertama-tama
dibuka bagi mereka yang baginya tidak berlaku hukum perdata eropa.bagi yang
melakukan penundukan tertentu ini yang bersangkutan menyadari bahwa tindakan
yang dilakukan dan akibat hukum yang terjadi dikemudian hari dikuasai oleh hukum
eropa misalnya hukum yang berhubungan dengan kekayaan,jual beli,sewa
menyewa.
4. Penundukan anggapan atau penundukan diam-diam.penundukan diri tidak dengan
sengaja pada hukum perdata eropa,misalnya menandatangani surat-surat
dagang,wesel atau cek,promes,mengasuransikan jiwa pada suatu perusahaan
asuransi,menjadi anggota perseroan yang tunduk pada hukum perdata eropa.
B. Tokoh-Tokoh Merkantilisme
Tokoh-tokoh yang mengembangkan pemikirannya tentang merkantilisme antara lain:
Menurut Mun, cara untuk meningkatkan kekayaan negara adalah dengan meningkatkan
perdagangan. Ia menjelaskan bahwa perdagangan luar negeri akan memperkaya negara
jika menghasilkan surplus dalam bentuk emas dan perak. Untuk itu nilai ekspor keluar
negeri harus lebih besar dibandingkan dengan yang di impor oleh negara itu.
Politik kolonial pada suatu negeri jajahan sangat bergantung pada kondisi negara
induknya. Semangat merkantilisme Belanda ini berpengaruh terhadap politik kolonial
Belanda di Indonesia. Tanah jajahan Belanda harus mengisi kekosongan kas negara yang
kosong dan dianggap sebagai penghasil barang-barang ekspor yang dibutuhkan untuk
perdagangannya.
Penerapan merkantilisme pada masa modern sekarang ini lebih mengarah pada istilah
“pasar bebas”. Pasar bebas merupakan pasar terbuka tanpa adanya pajak dan
deskriminasi serta memberlakukan peraturan yang transparan dan objektif.
25. Menganalisis program penanaman paksa komiditi pertanian di masa Tanam Paksa
Secara teori, Tanam Paksa (atau Cultuurstelsel) adalah sebuah kebijakan yang diterapkan
oleh Pemerintahan Kolonial Belanda dimana rakyat Hindia Belanda harus menyerahkan
seperlima hasil tanaman ekspor mereka sejak tahun 1830.
Mungkin sekilas seperlima hasil pertanian terdengar memungkinkan untuk dipenuhi, namun
kenyataannya rakyat sangat menderita karena pada implementasinya peraturan ini sangat
menyimpang dan memberi dampak buruk terhadap ekonomi dan kesejahteraan sosial rakyat
Indonesia saat itu. Mekanisme pelaksanaan sistem ini akan dibahas lebih lanjut nanti.
Sekarang kita cari tahu dulu yuk, siapa sih yang punya ide buat bikin sistem tanam paksa?
Kalo ngebicarain tokoh yang berperan besar dalam implementasi sistem ini, tentu saja kita
harus singgung pencetus sistem tanam paksa yaitu Gubernur Johannes van den Bosch.
Kalo lo penasaran, ini nih fotonya.
Oke, sekarang lo udah tau siapa pelaku di balik kebijakan ini. Lalu buat apa dong
pemberlakuan sistem seperti ini?
Untuk mengetahui tujuan pemerintah kolonial belanda melaksanakan sistem tanam paksa, lo
harus tahu dulu kondisi keuangan pemerintah Belanda saat itu. Kalo kita ngintip ke masa-
masa sebelum pemberlakuan sistem ini, kondisi kas pemerintah Belanda itu sedang berada di
ujung tanduk alias mau bangkrut. Kok bisa gitu?
Singkatnya sih beberapa dekade sebelumnya, Belanda terus menerus merasakan kehilangan
dana entah karena korupsi maupun perang. Sebelumnya mungkin lo udah pernah dengar kalo
VOC, salah satu kompeni yang dulunya kebanggaan Belanda, harus dibubarkan karena
pegawainya pada korup banget dan menggunakan dana yang terkumpul untuk kehidupan
mewah dan berfoya-foya. Bahkan, VOC meninggalkan utang sebesar 136,7 juta gulden
ketika dibubarkan pada 31 Desember 1799.
Selain masalah kompeni, Kerajaan Belanda juga harus menghadapi hutang yang mereka
dapatkan setelah berperang. Contohnya dari Perang Napoleon, Perang Belgia, dan Perang
Diponegoro. Dari Perang Diponegoro, Belanda diperkirakan harus mengeluarkan dana
sebesar 25 juta gulden. Sedangkan dari kekalahan Perang Napoleon, Belanda harus
mengganti seluruh pengeluaran perang kedua pihak. Gimana nggak bengkak utangnya?
Karena itulah Johannes van den Bosch diangkat menjadi gubernur jenderal dengan harapan
bisa mengolah daerah jajahan Belanda agar menghasilkan pundi-pundi uang untuk menutup
utang tersebut dan mengisi kas Belanda.
Penduduk (petani) diwajibkan untuk Lahan yang terpakai untuk tanaman penghasil
menyediakan 20% lahan pertanian komoditi ekspor jauh di atas 20%. Kalo ada kelebihan
ditanami tanaman ekspor yang sudah panen pun nggak dibalikin ke petani. Gara-gara ini
ditentukan pemerintah Hindia petani jadi nggak bisa menanam tumbuhan lokal untuk
Belanda. kebutuhan pangan mereka sendiri.
Para petani yang menggarap lahan Para bupati dan pejabat desa yang bertugas mengawasi
pertanian tanam paksa berada di pelaksanaan Tanam Paksa justru ikut korup demi
pengawasan penguasa pribumi. keuntungan, cape deh.
Gimana dari sisi Belanda? Kerajaan Belanda akhirnya bisa bernafas lega setelah meraup
keuntungan yang diperkirakan mencapai keuntungan 967 juta gulden dan bisa melunasi
utang-utang mereka. Pencetus “Cultuurstelsel”, Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch
pun diberi penghargaan oleh Kerajaan Belanda.
Sebenarnya awalnya tanam paksa diimplementasikan di tanah Pulau Jawa. Namun seiring
berjalannya waktu, tanam paksa juga diimplementasikan di daerah lain yang juga memiliki
tanah yang subur. Kira-kira inilah gambaran persebaran area tanam paksa di Nusantara.
Di Pulau Jawa, daerah tanam paksa meliputi Cirebon, Pekalongan, Tegal, Semarang Jepara,
Surabaya, dan Pasuruan. Sedangkan di Sumatera daerah tanam paksa meliputi Sumatera
Barat, Minahasa, Minangkabau, Lampung, Palembang, Ambon, dan Banda.
Diterapkannya sistem penanaman secara paksa tentu memberikan berbagai dampak terhadap
di Indonesia. Bahkan, terdapat dampak-dampak yang mungkin mempengaruhi keadaan
Indonesia sekarang. Kira-kira apa saja ya dampak tanam paksa terhadap kehidupan rakyat
Indonesia saat itu?
• Indonesia jadi kenal sama tanaman yang laku diperdagangkan secara
internasional, atau dengan kata lain jadi punya komoditas ekspor yang laku
seperti kopi, teh, tarum, dan lain sebagainya.
• Rakyat Indonesia kelaparan karena tidak bisa menanam padi maupun jagung
untuk dimakan. Korban jiwa pun tidak dapat dihindari.
• Rakyat Indonesia harus mengalami kemiskinan karena harga diatur oleh pihak
Belanda. Mereka juga masih harus membayar pajak.
• Penerapan sistem yang tidak manusiawi ini mendapatkan banyak kritik dari
pejuang Indonesia serta aktivis HAM di Belanda. Pada akhirnya sistem ini
dihentikan pada tahun 1970. Untuk “membalas budi” terhadap rakyat Hindia
Belanda (Indonesia), Belanda menerapkan sistem Politik Balas Budi atau
yang juga dikenal sebagai Politik Etis.
Dampak yang ditimbulkan amat sangat menyengsarakan rakyat. Tujuan dan Tokoh Politik
Etis Mulai muncul kritikan dan kecaman atas pelaksanaan tanam paksa, bahkan dari kalangan
orang Belanda sendiri. Akibatnya, dikutip dari artikel bertajuk “Politik Etis Sebagai Awal
Lahirnya Tokoh-tokoh Pergerakan Nasional” dalam website Kemendikbud, sistem tanam
paksa akhirnya dihentikan pada 1863. Meskipun begitu, tanam paksa terlanjur menimbulkan
kerugian besar bagi rakyat Indonesia. Maka, beberapa aktivis dari Belanda seperti Pieter
Brooshooft dan C. Th. van Deventer memprakarsai digagasnya Politik Etis sebagai bentuk
balas budi kepada rakyat Indonesia. Van Deventer pertama kali mengungkapkan perihal Politik
Etis melalui majalah De Gids pada 1899. Ternyata, desakan terkait ini diiterima oleh
pemerintah kolonial Hindia Belanda. Sejak 17 September 1901, Politik Etis pun resmi
diberlakukan. Isi Politik Etis Politik Etis berfokus kepada desentralisasi politik, kesejahteraan
rakyat, dan efisiensi.
Terkait isinya, terdapat tiga program utama, yakni irigasi, edukasi, dan emigrasi.
2. Edukasi Melalui program edukasi, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
dan upaya mengurangi angka buta huruf masyarakat dilakukan. Selain itu, mulai dilaksanakan
pengadaan sekolah-sekolah untuk rakyat. Akan tetapi, berdasarkan penjelasan Suhartono
dalam Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908-1945 (2001:7),
hanya laki-laki saja yang boleh mengenyam pendidikan kolonial kala itu, sedangkan
perempuan belajar di rumah. Baca juga: Sejarah Gerakan 3A: Propaganda Jepang Demi Simpati
Rakyat Indonesia Sejarah Kejayaan Kesultanan Mataram Islam Masa Sultan Agung Sejarah
Koperasi di Indonesia dan Ketahui Jenis-Jenisnya
Dampak Negatif Dalam program irigasi, upaya pengairan yang ditujukan untuk aktivitas
pertanian tidak berjalan mulus. Air yang disalurkan ternyata hanya untuk orang-orang
Belanda, sedangkan kaum pribumi seakan dipersulit sehingga menghambat kegiatan
pertaniannya. Berikutnya, dalam program edukasi, pemerintah kolonial Hindia Belanda
ternyata punya niatan buruk. Mereka ingin memperoleh tenaga kerja dengan kualitas SDM
tinggi namun dengan upah rendah. Program edukasi yang awalnya ditujukan untuk semua
golongan, pada kenyataannya didominasi oleh orang-orang kaya atau dari kalangan
bangsawan saja sehingga terjadi diskriminasi dalam hal pendidikan.
Politik Etis setidaknya juga menghadirkan beberapa dampak positif bagi bangsa
Indonesia. Diterapkannya Politik Etis memicu lahirnya berbagai organisasi pergerakan dan
perhimpunan yang bersifat daerah maupun nasional di Indonesia. Beberapa di antaranya
adalah Boedi Oetomo, Sarekat Islam, Indische Partij, dan lain-lain. Program edukasi yang
diberikan dalam Politik Etis melahirkan kaum terpelajar dari kalangan pribumi. Mereka inilah
yang kemudian mengawali era pergerakan nasional dengan mendirikan berbagai organisasi
yang berjuang melalui pemikiran, pengetahuan, hingga politik.
Nantinya, berbagai organisasi pergerakan ini berganti wujud menjadi partai politik yang
memperjuangkan kesetaraan atau merintis upaya kemerdekaan bagi Indonesia. Politik Etis
berakhir ketika Belanda menyerah dari Jepang tahun 1942 dalam Perang Asia Timur Raya atau
Perang Dunia Kedua. Tahun 1945, giliran Jepang yang kalah di Perang Dunia Kedua sehingga
membuka peluang bagi bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaan pada 17 Agustus
1945.
27. Menganalisis dampak politik pintu terbuka terhadap perkembangan sosio-ekonomi
di Hindia Belanda
Pengertian Politik Pintu Terbuka
Pengertian dari politik pintu terbuka adalah kebijakan politik dimana perekonomian
Indonesia dibuka kepada pihak swasta untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan kesejahteraan.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, politik ini membuat Indonesia hanya bisa menjadi
pengawas saja tanpa memiliki keterlibatan lebih lanjut dengan sistem politik dan
pembangunan ekonomi yang dilaksanakan.
Hal ini terjadi di Indonesia sekitar tahun 1860 dimana jenis politik batig slot atau pencarian
keuntungan secara besar-besaran ditentang oleh beberapa pihak.
Pihak yang paling vokal dalam menolak adalah golongan liberalis dan humanitaris. Karena
kejadian tersebut, golongan liberal kapital yang saat itu banyak mengisi di parlemen
memperoleh kemenangan yang besar.
Hal tersebut bukan tanpa alasan, penggunaan politik pintu terbuka hampir serupa dengan
sistem ekonomi liberal yang diajukan oleh Inggris.
Pemerintah Inggris ingin agar pengusaha asing bisa menanamkan modal dengan mudah di
Hindia Belanda. Selain itu, Inggris juga ingin menyebarkan ideologi kapitalisme dan
liberalismenya ke seluruh dunia.
Daerah Jawa yang menjadi pusat perekonomian Nusantra pada saat itu akan lebih mudah
untuk ditanami modal oleh pihak swasta Inggris.
Hal ini tentu saja menguntungkan, mengingat bahwa Indonesia merupakan sumber rempah-
rempah dunia. Kolonialisme Inggris yang didorong oleh Gold, Glory, dan Gospel tentu saja
menginginkan rempah nusantara.
Mengetahui hal tersebut pihak kolonial Belanda tidak mudah tertipu, pemerintah memang
memberikan kebebasan kepada pengusaha untuk menyewa tanah, tapi tidak memperbolehkan
untuk membelinya.
Dengan begitu, tanah tidak akan mudah jatuh ke tangan orang asing, apalagi Inggris yang saat
itu menjadi musuh utama Belanda dalam hal kolonialisme dan juga perdagangan
internasional.
Penggunaan tanah sewaan tersebut dimaksudkan agar setiap produksi yang dihasilkan bisa
langsung diekspor ke Eropa.
Agar kalian lebih paham ciri-ciri diatas, kita akan membahas secara lebih lanjut dibawah ini
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa pihak swasta dan perusahaan asing mempunyai
kuasa penuh terhadap berbagai aktivitas ekonomi yang terjadi.
Aktivitas tersebut tidak hanya jual beli, melainkan juga pengontrolan dan penjalanan aktivitas
ekonomi secara keseluruhan pada suatu negara. Pemerintah tidak boleh ikut melakukan
campur tangan pada proyek pembangunan yang hendak atau sedang dijalankan.
Selain tidak boleh ikut campur, mereka juga tidak boleh mempengaruhi pelaku ekonomi yang
menjalankan politik pintu terbuka.
Pelaku ekonomi yang paling diuntungkan adalah pihak swasta karena setiap keinginan
mereka harus dipenuhi oleh pemerintah. Ini adalah cikal bakal dari globalisasi di Indonesia.
Rakyat yang Menderita
Ciri selanjutnya adalah rakyat yang semakin menderita karena politik jenis ini memberikan
dampak buruk pada rakyat.
Awalnya politik ini memang dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan
cara menumbuhkan ekonomi. Namun, lambat laut malah memiliki tujuan yang berbeda, yaitu
untuk memperkaya pebisnis.
Rakyat yang memiliki tanah dipaksa untuk menyewakan lahan yang dimiliki, terutama
kepada pihak swasta.
Biaya sewa yang diberikan oleh pihak swasta kepada pemilik tanah atau rakyat juga rendah,
sehingga pemilik tanah tidak mendapat keuntungan yang besar.
Dengan adanya sistem politik pintu terbuka ini, pendapatan yang dimiliki oleh rakyat malah
tidak begitu besar.
Dari tujuan awal untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, berbalik memeras mereka hingga
mereka jatuh miskin. Akhirnya, yang diuntungkan adalah pemilik modal dan juga penguasa
tanah.
Apalagi mereka juga dapat mengendalikan perekonomian di suatu wilayah dalam cakup yang
luas. Dampaknya tentu kekayaan pihak swasta terus meningkat dari hasil perkebunan rakyat
dan eksploitasi sumber daya alam Indonesia.
Keuntungan tersebut semakin meningkat dengan makin intensnya produksi yang dilakukan
oleh rakyat pada saat itu.
Tentunya ditambah dengan permintaan barang yang tinggi di luar negeri dan aktivitas ekspor
yang dilakukan. Hal ini menguntungkan segelintir orang yang menguasai perdagangan laut di
Nusantara.
Belanda otomatis menjadi pusat perdagangan dengan adanya politik pintu terbuka ini.
Sedangkan pemerintahan Indonesia hanya bisa terus menyumbangkan keuntungan dan hasil
perkebunan kepada kolonial karena merekalah yang menguasai arus ekonomi pada saat itu.
Kebanyakan penduduk lebih memilih bekerja di pabrik atau perusahaan swasta kolonial,
dibandingkan dengan mengolah usaha sendiri. Hal ini terjadi karena pihak swasta menguasai
arus ekonomi, sehingga sangat sulit untuk membangun bisnis pada masa-masa ini sebagai
seorang pribumi.
Kekayaan yang dimiliki oleh rakyat pun secara perlahan meredup dan mati, karena usaha-
usaha mereka tidak berkembang.
Karena politik tersebut diterapkan secara sepihak, banyak masyarakat lokal yang akhirnya
harus terkena dampak kerugiannya. Kebijakan ini justru memiskinkan masyarakat Indonesia.
Dalam politik pintu terbuka, terdapat 2 Undang-Undang yang membantu membentuk dan
mengatur sistem politik yang berlaku pada saat itu. Kedua undang-undang ini antara lain
adalah UU Agraria dan juga UU Gula suiker wet
Hukum ini akan menjadi dasar dari penataan ruang dan kepemilikan lahan di Indonesia
hingga saat ini.
• Masyarakat lokal diberikan hak atas tanah yang mereka tempati dan dapat
menyewakannya kepada pengusaha swasta.
• Pengusaha bisa membeli hak pengelolaan tanah dari gubernur atau pemilik tanah
lokal dalam waktu sewa 75 tahun.
Isi ini terdengar baik dan menguntungkan, namun, dalam keberjalanannya banyak
penyimpangan. Bahkan, ada pemaksaan-pemaksaan pula kepada para pribumi untuk
menyewakan lahannya kepada pihak kolonial.
• Memberi kesempatan dan jaminan pada pihak swasta dalam membuka usaha dalam
bidang perkebunan di Indonesia.
• Melindungi hak atas tanah penduduk agar tidak dibeli dan dimonopoli oleh pihak
asing
• Mensejahterakan masyarakat karena mendapatkan pembayaran sewa untuk lahannya
yang digunakan
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, tujuan dari undang-undang ini sungguh mulia. Namun,
dalam pelaksanaannya tidak seideal yang diharapkan
Harapannya, undang-undang ini dapat membuka pasar produksi dan pengolahan gula agar
tidak terjadi monopoli dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Hal ini terjadi karena saat itu, hampir semua perusahaan gula yang ada di Indonesia dikuasai
oleh pemerintah Belanda, sehingga sangat sulit bagi pengusaha untuk berkompetisi disini.
Meskipun memiliki tujuan yang mulia, politik pintu terbuka ini memiliki dampak dampak
yang relatif buruk terhadap masyarakat Indonesia. Meskipun begitu, kebijakan ini sangat
menguntungkan bagi para pengusaha asing pada saat itu.
Berikut ini adalah dampak-dampak dari diberlakukannya politik pintu terbuka terhadap
masyarakat Indonesia, pemerintahan kolonial belanda serta pihak swasta
a. Rakyat mengenal sistem upah dan juga penggunaan uang, mengetahui barang yang
perlu di ekspor karena minat yang besar di luar negeri, serta mengetahui barang impor
yang dibuat di luar wilayah mereka.
b. Munculnya pedagang perantara, sehingga mereka bisa menjual hasil bumi yang
dimiliki oleh rakyat Indonesia kepada penjual atau pengepul swasta. Tidak jarang
perantara ini masuk ke daerah pedalaman guna mendapatkan hasil tani dengan harga
yang terjangkau kemudian dengan harga yang tinggi pada grosir.
c. Mematikan industri milik rakyat Indonesia, sebab seluruh pekerjanya masuk ke
dalam pabrik dan perkebunan yang dikelola oleh orang Eropa dan kolonial swasta.
d. Rakyat semakin sengsara karena penjajahan, makin sengsara karena eksploitasi
besar-besaran yang dilakukan oleh penjajah. Sumber pertanian dan perkebunan yang
menjadi andalan mereka terpaksa dijual, begitu pula dengan tenaga mereka.
e. Semakin kaya pihak swasta karena mereka dapat menguasai perekonomian
Indonesia dan mereka dapat melakukannya dengan lebih efisien dibandingkan dengan
pemerintah. Selain itu, pihak swasta juga memiliki modal yang lebih besar untuk
mengolah sumber daya alam yang ada di Indonesia
f. Berpindahnya monopoli ekonomi dari pemerintah ke pihak swasta. Dahulu
perekonomian hanya dikontrol oleh pemerintah Belanda, sekarang pihak swasta
perlahan lahan bisa masuk dan mulai menggantikan monopoli pemerintahan menjadi
monopoli korporasi.
a. Absolutisme di Perancis Kekuatan absolut atau mutlak di Perancis mulai dijalankan pada masa
pemerintahan Louis XIII (1610-1643). Louis XIII didukung oleh Perdana Menteri Kardinal
Richellieu, yang diteruskan oleh Perdana Menteri Mazarin. Puncak absolutisme Perancis terjadi
pada saat berkembangnya merkantilisme yang dipelopori oleh Colbert. Pada masa puncak
absolutisme ini, Pemerintahan Perancis dipegang oleh Louis XIV, yang memegang kendali
pemerintahan dengan kondisi negara sebagai berikut:
b. Munculnya Para Pemikir Kekuasaan absolut raja-raja di Eropa pada abad ke-17 dan 18
mendapat tantangan dari beberapa tokoh pemikir demokrasi. Mereka menentang kekuasaan
negara yang dipegang raja tanpa batas dan sekehendak hatinya. Beberapa tokoh yang melahirkan
pemikiran mengenai prinsip demokrasi adalah:
1) John Locke John Locke berasal dari Inggris, yang memperkenalkan sistem monarchi
parlementer. John Locke mengemukakan, agar tidak terjadi kekuasaan mutlak, kekuasaan negara
dibagi atas 3 bagian, yakni kekuasaan membuat Undang-Undang (legislatif), pelaksana
UndangUndang (eksekutif), dan kekuasaan hubungan internasional (federatif). John Locke
menghendaki bentuk monarchi yang dibatasi UndangUndang.
2) Jean Jaques Rosseau J. J. Rosseau berasal dari Perancis. Rosseau mengemukakan gagasan
bahwa setiap manusia dilahirkan sama dan merdeka. Gagasan lainnya adalah negara terbentuk
oleh adanya perjanjian rakyat. Pemerintahan harus berasal dari rakyat, dijalankan atas
pengawasan rakyat dan dilaksanakan untuk kesejahteraan rakyat. Gagasan Rosseau tertuang
dalam buku “Du Contract Social” (Perjanjian Masyarakat)
4) Voltaire Voltaire mengkritik absolutisme raja dengan menulis buku tentang adat dan semangat
bangsa-bangsa c. Struktur Masyarakat Perancis yang berpihak pada Golongan Atas Sebelum
meletusnya Revolusi, masyarakat Perancis dibagi menjad 4 golongan, yakni:
1) Golongan Raja dan Bangsawan (Golongan I) Golongan yang berkuasa dan mendapat hak-
hak istimewa, seperti hak milik tanah, hak atas 1/10 hasil bumi rakyat, dan bebas pajak
2) Golongan Pendeta (Golongan II) Golongan rohaniwan yang juga memiliki hak istimewa
seperti hak memungut pajak yang bermacam-macam bentuknya
3) Golongan Borjuis (Golongan III) Golongan kaya, kelas menengah ke atas, yang terdiri dari
para pedagang dan pengusaha. Mereka dibebani pajak yang tinggi, sehingga menolak
absolutisme raja.
4) Golongan Proletar (Golongan IV) Golongan fakir miskin yang paling menderita dan
sengsara. Selain berpenghasilan rendah, mereka masih menanggung pajak yang besar. Perbedaan
struktur sosial tersebut menimbulkan kesenjangan dan kecemburuan sosial, teritama golongan
borjuis (Golongan III). Didukung oleh para cendekiawan, mereka akhirnya berusaha
menggulingkan kekuasaan raja.
d. Kondisi Keuangan yang Buruk Louis XIV dengan permaisurinya yang sangat glamour dan boros,
Maria Antoinnette, hidup dalam kemewahan yang berlebihan dan menghamburkan uang negara.
Ditambah lagi dengan bantuan Perancis dalam perang kemerdekaan Amerika, menyebabkan
Perancis tertekan hutang. Untuk mengatasinya, Perancis berusaha memungut pajak lebiih besar
dari rakyat, yang menyebabkan golongan tingkat bawah menderita dan memberontak e. Vacuum
of Power Louis XVI adalah raja yang lemah, yang tidak memiliki kewibawaan baik terhadap
bangsawan maupun rakyat. Berbeda dengan Louis XIV dan XV yang ditakuti rakyat, Louis XVI tidak
memiliki kekuatan untuk memerintah secara lalim. Akibatnya, kondisi yang demikian
dimanfaatkan oleh rakyat untuk memberontak. Itulah alasannya, mengapa kondisi pemerintahan
Louis XVI disebut Vacuum of Power
f. Pengaruh Perang Kemerdekaan Amerika Perancis pernah mengalami kekalahan dalam perang 7
tahun melawan Inggris, ketika memperebutkan wilayah jajahan di Amerika. Pada saat rakyat
Amerika berjuang untuk melepaskan diri dari kekuasaan Inggris, Perancis mendukung perjuangan
Amerika dengan mengirim bantuan berupa uang dan tentara, yang dipimpin Jendral Laffayette
dan anak buahnya belajar banyak dari kondisi rakyat Amerika, terutama tentang kebebasan dan
hak azazi manusia.Pengalaman tersebut menjadi oleh-oleh Laffayette ketika pulang ke Perancis,
yang disambut suka cita oleh rakyat Perancis dengan menggerakkan nurani mereka untuk
menuntut hak-hak mereka yang selama ini hilang
2. Meletusnya Revolusi Perancis Masalah keuangan yang buruk dibarengi pemerintahan Louis
XVI yang lemah, menjadi pemicu meletusnya Revolusi Perancis. Masalah keuangan Perancis telah
dirasakan sejak Louis XIV. Keuangan negara yang dihamburhamburkan, membuat keuangan
negara buruk. Perancis juga memiliki banyak hutang. Louis XIV berusaha mengatasinya dengan
memungut pajak, termasuk kaum bangsawan yang semula bebas dari pajak. Golongan
bangsawan menolak peraturan tersebut, sehingga timbul krisis. Golongan Bangsawan
menghendaki agar pajak baru yang dikenakan harus mendapatkan persetujuan dari Etats
Generoux (Dewan Legislatif). Estatis General merupakan badan perwakilan dari golongan borjuis
dan rakyat. Louis XVI menyetujui permintaan ini, karena tidak memiliki kewibawaan untuk
menolak. Masalah di Dewan Legislatif muncul ketika akan diadakan voting, karena terjadi
perbedaan pendapat mengenai cara mengadakan voting.
Golongan bangsawan dan pendeta menghendaki voting dilakukan secara kelompok, sementara
rakyat menghendaki voting dilakukan secara peroarangan. Perdebatan mengenai prosedur voting
tidak mendapatkan penyelesaian, bahkan Louis XVI mengusir golongan III dari ruang sidang.
Pengusiran dari ruang sidang dijawab golongan III dengan mengadakan sidang sendiri di lapangan
tenis tertutup, dan berhasil membentuk Dewan Nasional (National Assembly) pada bulan Mei
1789. Dewan Nasional mendapatkan dukungan dari golongan bangsawan yang berpemikiran
maju dan golongan pendeta miskin. Mereka bersumpah tidak akan bubar sebelum ada konstitusi
baru bagi Perancis. Keadaan ini dibalas Louis XVI dengan mengirimkan 20.000 tentara untuk
membubarkan sidang. Tindakan Louis XVI inilah yang menyulut kemarahan rakyat sehingga
mereka angkat senjata untuk mempertahankan Dewan Nasional. Puncak kemarahan rakyat
terlihat pada saat penyerbuan Penjara Bastile pada 14 Juli 1789. Mereka membebaskan tahanan
perang dan memenangkan pertarungan. Sisi penting yang berkaitan dengan Revolusi Perancis
setelah penyerbuan Penjara Bastile adalah peristiwa yang terjadi pada 4 Agustus 1789. Pada saat
tersebut golongan bangsawan dan pendeta sepakat menghapus hak-hak istimewa di bidang
politik dan perpajakan. Artinya, feodalisme dihancurkan. Selain itu, pada 26 Agustus 1789,
dikeluarkan hak-hak azasi manusia tentang warga negara (Declarations des Droit de l’home et
duCitoyen). Melalui deklarasi tersebut, rakyat Perancis memiliki hak-hak antara lain:
e. Hak mendapat persamaan di depan umum (equality) Dalam konstitusi baru di Perancis,
tertuang semboyan Liberty, Equality dan Natural Law. Semboyan Revolusi Perancis “Liberty,
Egality, Fraternity” tergambar dalam bendera Perancis. Dengan Revolusi Perancis, negara
Perancis yang semula berbentuk Monarkhi absolut berubah menjadi Monarkhi Konstitusi yang
kemudian berkembang menjadi Republik
3. Akibat Revolusi Perancis Revolusi Perancis memiliki akibat di semua sendi kehidupan, yakni:
a. Bidang Politik
b. Bidang Sosial
2) Penghapusan feodalisme
c. Bidang Ekonomi
4) Timbul industri besar Akibat-akibat tersebut semula dirasakan oleh rakyat Perancis, Pada saat
pemerintahan Napoleon Bonaparte, ide-ide dan hasil revolusi turut tersebar ke Eropa daratan,
sehingga mempengaruhi kehidupan masyarakat Eropa.
4. Pengaruh Revolusi Perancis bagi Indonesia Meskipun Perancis tidak pernah secara langsung
menjajah Indonesia, namun semangat revolusi Perancis terasakan sampai ke Indonesia. Pengaruh
tersebut dipelajari para mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri, khususnya negeri
Belanda.
b. Munculnya Paham Demokrasi Pengaruh paham demokrasi di Indonesia nampak pada tuntutan
terbentuknya Voksraad dan Indonesia Berparlemen. Tuntutan Indonesia berparlemen
dikemukakan melalui “Petisi Sutarjo” REVOLUSI AMERIKA Sebelum tahun1492,Benua Amerika
adalah sebuah wilayah luas yang dihuni oleh kelompok penduduk berkulit merah,berambut hitam
lurus dan berperawakan tega,yang dikenal sebagai Suku Indian.Mereka hidup dalam kelompok
suku,dan beberapa diantaranya telah menghasilkan peradaban tingkat tinggi,misalnya Suku
Maya,Suku Astec,Suku Inca,dan Suku Cibcha. Setelah Collombus menginjakkan kakinya pertama
kali di Kepulauan Bahama,Cuba dan Santo Domingo pada tahun 1492,wajah Amerika
berubah.Amerika menjadi sasaran penjajahan bangsa-bangsa Eropa seperti Portugal, Spanyol,
Inggris, Belanda, Jerman, Perancis dan Italia. Portugal dan Spanyolbanyak melakukan aneksasi
wilayah di Amerika selatan (Amerika Latin). Sedangkan Inggris, Perancis, Jerman dan Belanda
berubutan wilayah Amerika Tengah. Inggris yang pada akhirnya menjadi penguasa di wilayah
Amerika Tengah bagian utara, pada awalnya berseteru dengan Belanda dan Perancis.Tahun 1674,
Inggris berhasil merebut Nieu Amsterdam, daerah yang semula milik Belanda di Amerika Utara,
dan mengganti namanya menjadi New York. Tahun 1763-1763, Inggris terlibat perang 7 tahun
dengan Perancis. Pada bagian akhir perang, Inggris memenangkan pertempuran dan memaksa
Perancis keluar dari Amerika. Jadilah Inggris berkuasa di Amerika.
Latar Belakang Revolusi Amerika Pada dasarnya, sebagian besar rakyat Amerika berasal dari
wilayah Inggris. Mereka merasa menjadi bagian dari Kerajaan Inggris Raya di seberang lautan
(kolonial Inggris). Namun dalam perkembanganya, sering timbul bentrokan antara penduduk
koloni dengan Inggris, yang bahkan mengarah pada terjadinya perang. Penduduk di daerah koloni
merasa”dianak-tirikan” oleh pemerintah Inggris.
a. Paham Kebebasan Politik Salah satu pemicu kedatangan imigran Inggris ke Amerika adalah
karena pertentangan masalah agama. Sejak diperintah Henry VII Tudor, Inggris menyatakan diri
sebagai Negara penganut Anglikan. Sebagai akibat dari kebijakan tersebut, pemerintah banyak
melakukan pengejaran terhadap penganut agama diluar Anglikan. Perlakuan yang dianggap tidak
adil tersebut menyebabkan banyak penganut Puritan dan Presbyterian pergi ke benua baru untuk
mendapatkan kebebasan beragama. Disamping masalah agama, para imigran yang datang ke
Amerika pada umumnya juga mendapat tekanan social,ekonomi dan politik.
c. Pajak yang Menekan Rakyat Perang 7 tahun antara Inggris-Perancis (1756-1763) memakan
biaya yang cukup besar, disamping tenaga yang tidak sedikit jumlahnya. Akibat perang tersebut,
Inggris menderita banyak kerugian. Guna menutup kerugian tersebut Inggris memberlakukan
pajak yang berat,yang ketentuannya dituangkan dalam Revenue Act dan Billeting Act 1764.
Kebijakan Inggris tersebut ditentang oleh rakyat koloni dibawah pimpinan Samuel adam. Mereka
memiliki semboyan”No Taxation Without Represention”. Tidak ada pajak tanpa ada perwakilan.
Artinya rakyat koloni ingin diakui sebagai yang ikut menentukan kebijakan di perlemen. 2.
a. The Boston Tea Party Kasus belli yang memicu pertentangan Inggris-Amerika adalah peristiwa
Boston Tea party.Pada awalnya,Inggris mengirim teh ke Amerika dan menurut penduduk
membayar pajak. Hal tersebut ditentang rakyat koloni, karena dianggap bertentangan dengan
semangat kebebasan dalam perdagangan. Masyarakat koloni menyamar sebagai suku Indian
Mohawk dan melemparkan teh tersebut ke laut, ketika kapal Inggris berlabuh di Teluk Boston
pada tahun 1773. Peristiwa ini menyulut kemarahan Inggris sehingga terjadi pengejaran dan
penyerangan penduduk Boston. Inggris bertekad untuk menundukkan Messachusetts. Namun 12
negara bagian yang lain menyatakan mendukung Messachusetts. Ketiga belas koloni tersebut
kemudian mengadakan Konggres Kontinental untuk menghadapi Inggris. Dalam Konggres
tersebut diputuskan untuk mengadakan tuntutan kebijakan agar terjadi pemulihan hubungan
baik antara pihak koloni dengan negeri induk. Permintaan tersebut ditolak Inggris. Hal tersebut
meyakinkan pihak koloni bahwa jalan damai untuk menuntut haknya sebagai orang Inggris tidak
mungkin akan tercapai. Tahun 1775, diadakan Konggres Kontinental II di Philadhepia, yang
menghasilkan keputusan kesepakatan 13 Negara bagian sepakat memerdekakan diri.
b. Revolusi Berkobar Pada awalnya,perang yang dilakukan rakyat koloni hanyalah merupakan
upaya untuk mementang kebijakan Inggris yang semena-mena. Namun pada perkembanganya,
mereka tergerak untuk mendapatkan kebebasan dan kemerdekaan. Melalui tulisan yang berjudul
Common Sense(Pikiran Sehat) tahun 1776, Thomas Paine berusaha menyadarkan rakyat Amerika
untuk berjuang melawan Inggris untuk mencapai kemerdekaan. Tulisan Thomas Paine
menyadarkan rakyat Amerika untuk menuntut kebebasan sebagai orang Amerika. Tanggal 4 juli
1776, dicanangkanlah Declaration of Independence, sebagai upaya memisahkan diri dari negeri
induk, Inggris. Naskah pernyataan kemerdekaan Amerika serikat disusun 5 orang yakni: Thomas
Jefferson, Benjamin Franklin, Robert livingstone dan John Adam, 13 negara bagian
menandatangani deklarasi tersebut.
Hari penandatanganan tersebut menjadi tonggak kemerdekaan Amerika. Setelah itu Konggres
menyepakati adanya Article of Confideretion, sehingga terbentuklah United States of America
(USA/Amerika Serikat). Dikeluarkanya pernyataan kemerdekaan Amerika,bukan berarti
perjuangan Amerika usai. Revolusi masih terus berkobar. Perjuangan rakyat Amerika terhadap
Inggris ditempuh melalui 12 jalur , jalur konfrontasi dan diplomasi. Jalur konfrontasi dipimpin
oleh George Washington. Tahun 1783, Inggris dipimpin Cornwallis menyerah kepada George
Washington dan Laffayette di York Town. Jalur diplomasi dipimpin oleh Benjamin
Franklin.Franklin dikirim ke Eropa untuk meyakinkan kemerdekaan Amerika. Diplomasi tersebut
menuai hasil. Tahun 1778, Perancis mengakui kemerdekaan Amerika. Inggris akhirnya mengakui
kemerdekaan Amerika Serikat pada tahun 1783. Revolusi Amerika berpengaruh besar terhadap
Revolusi Perancis dan pergolakan lain di Amerika Latin.
1) Nilai penghargaan hak azasi manusia Dalam Declaration of Independence disebutkan bahwa
semua orang diciptakan sama, dan Tuhan telah menganugerahkan hak yang tidak dapat
dipisahkan, diantaranya hak hidup, kebebasan dan hak meraih kebahagiaan.
2) Human Right yang dimasukkan dalam UUD tahun 1778 menjadi Bill of Right Human Right ini
mempengaruhi revolusi Perancis melalui pernyataan dewan nasional mengenai pernyataan Hak
Asasi Manusia dan warga (Declaration des Droits de I’home et du Citoyen)
3. Pengaruh Revolusi Amerika bagi Indonesia Pengaruh Revolusi Amerika terekspor ke Eropa dan
mempengaruhi Revolusi Perancis.Pada akhirnya pengaruh tersebut sampai ke Indonesia dan
mempengaruhi strategi perjuangan kemerdekaan Indonesia.Penjajahan Belanda yang telah
ratusan tahun menyebabkan penderitaan panjang bagi Bangsa Indonesia.Munculnya kaum
terpelajar menyadarkan Para pejuang akan harga diri bangsa.Kaum terpelajar berkeyakinan
bahwa harkat martabat
REVOLUSI RUSIA
1. Latar Belakang Revolusi Rusia Revolusi yang berlangsung di Rusia dipicu oleh faktor politik,
sosial dan ekonomi.
d. Adanya perbedaan kehidupan yang mencolok antara Tsar dan para bangsawan dengan rakyat
e. Kaum pengusaha dan intelektual tidak puas dengan situasi pemerintah Tsar Nicolas II Sebelum
meletusnya Revolusi ,Rusia merupakan sebuah Negara monarkhi yang dipimpin oleh Tsar Nicolas
II.Di satu sisi,Tsar berusaha memajukan pertanian dan industri di Rusia untuk meningkatkan
perekonomian,namun dari sisi lain Tsar tidak mengekang kehidupan politik rakyat.Keadaan ini
menyebabkan kaum buruh(proletar) berusaha berjuang untuk mendapatkan hak-hak
politiknya.Salah satu tokoh yang memperjuangkan hak-hak politik kaum buruh adalah George
Plekhanov.Tahun 1893,Plekhanov mendirikan Partai Sosialis Demokrat dengan serangkaian
progam yang ingin dicapai melalui diplomasi politik.
b. Kemerdekaan pers
d. Perbaikan nasib buruh dan tani Dalam perkembanganya,dalam tubuh Partai Sosialis Demokrat
terdapat perbedaan pandangan mengenai car-cara mencapai tujuan partai,sehingga partai
tersebut terpecah menjadi 2 bagian, garis keras dan moderat.Kelompok garis keras menghendaki
adanya pemogokan untuk mencapai tujuan,sementara kelompok moderat menghendaki cara
diplomasi politik. Akibat perbedaan pandangan tersebut,Partai Sosialis Demokrat terpecah
menjadi 2 bagian,yakni: a. Partai Mensyewik Partai ini berhaluan sosialis,dengan sifat gerakan
socialdemokrat.Tokoh dari Partai ini George Plekhanov yang menjadi pemimpin partai.Plekhanov
kemudian digantikan oleh Karensky. b. Partai Bolsevik Partai ini berhaluan komunis,dengan sifat
gerakan radikal revolusioner.Tokoh dari partai ini dari partai ini Vladimir Ulyanov yang di kenal
dengan nama Lenin.Lenin kemudian digantikan oleh Josef Dschugaschvili yang di kenal dengan
nama Stalin.
Pada tanggal 22 Januari 1905,terjadi demontrasi ribuan pekerja di depan istana Tsar.Peristiwa
demo ini disambut dengan penembakan Tsar kepada para pendemo,sehingga jatuh korban
sekitar 1000 orang dan melukai sekitar 2000 orang.Perisiwa yang dikenal dengan”Peristiwa
Minggu Berdarah” ini menyebutkan kemarahan rakyat.Akibatnya terjadi pemogokan umum di
petrograt.Kaum buruh(soviet) di petrograt membentuk Dewan Buruh yang kemudian diikuti di
seluruh negeri. Bulan Agustus 1905,Kaisar menyetujui pembentukan Duma(Parlemen),namun
oleh Tsar Duma hanya dimaksudkan sebagai Dewan Penasihat.Duma dipilih oleh rakyat,namun
tidak semua rakyat memiliki hak pilih.Pemimpin agama,tentara,mahasiswa,pendatang,tidak
memiliki hak pilih.Sedangkan kaum buruh tidak memiliki wakil di Duma.Sementara itu,pada bulan
Oktober,demo kembali bergolak dan melumpuhkan jaringan-jaringan Vital seperti perusahaan
kereta api,pos,penutupan sekolah dll.Pemogokan gelombang ke-3 terjadi bulan
November.Meskipun Tsar sudah melunakkan sikap,namun kemarahan rakyat belum
mereda.Dalam aksi demonya,para pekerja menuntut penurunan jam kerja menjadi 8 jam. Pada
tanggal 3 Desemeber 1905,Soviet di petrograt di bubarkan.Soviet di Moskow mengadakan
pemberontakan namun berhasil digagalkan.
2. Meletusnya Revolusi Revolusi di Rusia di awali dengan munculnya aliran-aliran yang
menentang Tsar Nicolas II,yakni:
b. Kaum Sosialis yang menghendaki susunan masyarakat yang sosialis ,pemerintah yang modern
dan demokratis.
a. Revolusi Februari 1917 Revolusi Februari 1917 diawali dengan terjadinya demonstrasi di
Petrograt yang menuntut bahan makanan.Demo tersebut kemudian diikuti dengan pemogokan di
perusahaan-perusahaan.Penggerak revolusi ini adalah Kaum kadet,Mensyewik,dan
Bolsyevik.Revolusi ini berhasil menggulingkan Tsar Nicolas II.Setelah Tsar berhasil
digulingkan,pemerintahan diambil alih oleh Kaum Kadet.Namun Kadet tidak segera mengadakan
perubahan-perubahan seperti yang diingkan rakyat.Akibatnya Mensyewik mengambil alih
pemerintah.Progam Partai Mensyewik adalah menjujung kembali kehormatan Rusia di mata
Internasiaonal.Namun partai ini kehilangan kepercayaan rakyat,setelah serangan Rusia terhadap
Jerman dalm perang dunia I mengalami kegagalan.Kesempatan ini dimanfaatkan kaum Bolsyweik
untuk menyusun kekuatan dan mengambil alih pemerintah.
2) Rusia menjadi negara serikat yang berbentuk republik dengan nama USSR(Uni Soviet Socialis
Republic)dengan Moskow sebagai ibukotanya
3. Pengaruh Revolusi Rusia terhadap Pergerakan Nasional Indonesia Pengaruh revolusi Rusia
bagi pergerakan kemerdekaan Indonesia Nampak dalam ideology pergerakan nasional yang
dianut partai-partai berhaluan sosialis komunis,seperti ISDV dan PKI.Tokoh yang
memperkenalkan ideologi sosialis komunis di Indonesia adalah Snevliet yang mendirikan ISDV
dibubarkan,muncul Partai Komunis Indonesia dengan tokoh-tokoh seperti
Muso,Semaun,Darsono,dan Abdul Muis.
29. Menganalisis perbedaan perjuangan melawan kolonialisme sebelum dan sesudah
abad ke-20
Sebelum tahun 1908
Berikut ini ciri-ciri perjuangan bangsa Indonesia sebelum tahun 1908.
1. Sifat perjuangan yang diutamakan sebelum tahun 1908 adalah kedaerahan
2. Menggunakan senjata tradisional seperti bambu runcing, golok, dan senjata tradisional
lainnya
3. Perjuangan bangsa Indonesia sebelum tahun 1908 dipimpin oleh orang-orang yang
dianggap berpengaruh, seperti tokoh agama atau bangsawan
4. Masih bersifat sporadis atau musiman Bentuk perlawanan masih menggunakan fisik
atau peperangan saja, belum lewat diplomasi
5. Bertujuan mengusir penjajah bukan untuk memerdekakan Indonesia
6. Bentuk perlawanan tersebut masih belum memberikan hasil yang baik. Bahkan, karena
kualitas pendidikan dan kesehatan rakyat Indonesia masih terbilang rendah, mereka jadi
mudah dikelabui oleh penjajah.
Menjelang akhir abad ke-19, kehidupan rakyat pribumi justru semakin menderita,
terutama setelah Belanda menerapkan kebijakan sistem tanam paksa. Sesudah tahun 1908
Pada 1908, mulai muncul berbagai organisasi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Oleh
sebab itu, masa ini dikenal sebagai masa pergerakan nasional. Rakyat Indonesia tidak lagi
melawan penjajah menggunakan cara tradisional, melainkan lewat organisasi yang sudah
jauh lebih modern. Belajar dari kegagalan sebelumnya, bentuk perjuangan akhirnya
diubah lewat organisasi dan diplomasi. Perbedaan sifat pergerakan sebelum dan sesudah
1908 adalah, apabila sebelum abad ke-20, perlawanan masih bersifat kedaerahan.
Sedangkan setelah abad ke-20, perjuangan bersifat nasional, lebih terarah, terorganisir,
dan modern.
Berikut ini ciri-ciri perjuangan Indonesia setelah tahun 1908.
1. Organisasi bersifat modern Perjuangan lebih terarah dan terorganisir
2. Bersifat nasional Dipelopori oleh para kaum terpelajar
3. Perlawanan bersifat lanjut, artinya meskipun pemimpin tertangkap penjajah, rakyat
Indonesia masih melanjutkan perjuangan
4. Mulai menerapkan cara diplomasi untuk memerdekakan Indonesia Tujuannya tidak lagi
hanya untuk mengusir penjajah, melainkan untuk mencapai kemerdekaan
5. Pada masa pergerakan nasional ini, perjuangan Indonesia sudah jauh lebih teratur. Hal
ini karena kualitas pendidikan sudah jauh lebih baik.
Berbagai paham juga bermunculan, seperti nasionalisme dan patriotisme. Paham-paham
ini kemudian melahirkan beragam organisasi nasional, yakni: Budi Utomo (1908) Sarekat
Islam (1905) Indische Partij (1912) Perhimpunan Indonesia (1925) Indische Social
Democratische Vereeniging (ISDV) (1914) Partai Nasional Indonesia (1927)
30. Mengevaluasi kegagalan perlawanan bangsa pribumi terhadap kolonialis sebelum
abad ke-20
Faktor kegagalan Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud),
sebelum abad ke-20 perjuaangan dan perlawanan bangsa Indonesia masih mengalami
kegagalan dalam mengusir penjajahan. Ada beberapa beberapa faktor yang menyebabkan
kegagalan, yakni:
1. Perjuangan bersifat lokal atau kedaerahan tidak secara serentak.
2. Secara fisik menggunakan senjata tradisional, seperti bambu runcing, golok, atau
senjata tradisional lainnya. Sehingga kalah dalam persenjataan.
3. Dipimpin oleh tokoh-tokoh karismatik, seperti tokoh agama, atau bangsawan.
4. Bersifat sporadis atau musiman.
5. Efektifnya politik adu domba (devide et impera).
Perlawanan tersebut tidak menampakan hasilnya. Bahkan selalu gagal dan dapat diberantas
oleh penjajah. Pada waktu itu mereka berjuang bukan untuk Indonesia merdeka. Tapi
bagaimana cara untuk mengusir penjajah dari daerahnya. Sehingga mereka dengan mudah
bisa diadu domba oleh penjajah. Korban pun banyak berjatuhan di pihak Indonesia. Baca
juga: Gaya Militer Turki Utsmani dalam Perang Pangeran Diponegoro Menjelang akhir
abad ke-19, kehidupan rakyat Indonesia tidak membaik. Sistem tanam paksa masih terus
berjalan dan rakyat semakin menderita. Negara penjajah Dalam buku Sejarah Indonesia
Modern 1200-2008 (2008) karya Merle Calvin Ricklefs, Portugis merupakan negara
pertama yang datang ke Indonesia. Sebelum masuk Indonesia, Portugis mampu menaklukan
dan menguasai Malaka pada 1509. Dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque Portugis dapat
menguasai Malaka pada 10 Agustus 1511. Setelah berhasil menguasai Malaka, portugis
mulai bergerak dari Madura sampai ke Ternate. Tujuan kedatangan bangsa Eropa ke
kepulauan Maluku adalah untuk menguasai perdagangan rempah-rempah secara monopoli.
Setelah Portugis, kemudian Spanyol (1521), Inggris (1579), Belanda (1596), dan Jepang
(1942).
31. Menganalisis faktor-faktor munculnya Pergerakan Nasional di Indonesia.
Pada 1908 menjadi awal pergerakan nasional, karena pada masa tersebut perjuangan yang
dilakukan oleh rakyat masuk ke dalam kategori visi nasional. Istilah pergerakan nasional
juga digunakan untuk menggambarkan proses perjuangan bangsa Indonesia dalam masa
mempertahankan kemerdekaan. Salah satu faktor yang melatarbelakangi munculnya
kebangkitan nasional di indonesia adalah munculnya kaum terpelajar di Indonesia akibat
Politik Etis yang diterapkan. Penyebab terjadinya pergerakan nasional sendiri dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu:
Faktor Internal (dalam negeri) Faktor Eksternal (luar negeri)
Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya pergerakan nasional yang bersumber
dari dalam negeri adalah:
1. Adanya tekanan dan penderitaan yang berkelanjutan.
2. Rakyat Indonesia harus melawan penjajah.
3. Adanya rasa senasib yang hidup dalam cengkraman penjajah dan timbul semangat
bersatu membentuk negara.
4. Adanya rasa kedasaran nasional dan harga diri, menyebabkan kehendak untuk memiliki
tanah air serta hak menentukan nasib sendiri.
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dar luar bangsa Indonesia. Faktor
eksternal yang mendorong terjadinya pergerakan nasional adalah:
1. Masuknya paham liberalisme dan human rights.
2. Diterapkannya pendidikan sistem barat dalam pelaksanaan Politik Etis pada 1902,
sehingga menimbulkan wawasan yang luas bagi pelajar Indonesia.
3. Kemenangan Jepang terhadap Rusia tahun 1905 yang membangkitkan rasa percaya diri
bagi rakyat Asia-Afrika dan bangkit melawan penjajah.
4. Gerakan Turki Muda pada 1896-1918 yang bertujuan untuk menanamkan dan
mengembangkan nasionalisme Turki.
5. Gerakan Pan-Islamisme yang ditumbuhkan oleh Djamaluddin al-Afgani yang
mematahkan dan melenyapkan imperialisme barat.
6. Pergerakan nasional di Asia, seperti gerakan nasionalisme di India, Tiongkok, dan
Filipina.
Pada masa pergerakan nasional di Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi-
organisasi pergerakan nasional. Masa pergerakan nasional ini dibagi menjadi tiga tahapan,
yaitu: Masa Pembentukan (1908-1920) Pada masa ini berdiri organisasi: Budi Utomo
Sarekat Islam Indische Partij Masa Radikal atau Non Kooperasi (1920-1931) Pada masa
ini berdiri organisasi: Perhimpunan Indonesia Partai Komunis Indonesia Partai Nasional
Indonesia Partindo, PNI-Baru, dan Gerindo
32. Menganalisis latar belakang munculnya nasionalisme Eropa dan Asia
PENGERTIAN
Nasionalisme memiliki beberapa pengertian menurut beberapa ahli. Hans Kohn mengatakan
nasionalisme adalah suatu paham yang menempatkan kesetiaan tertinggi individu kepada
negara dan bangsa. Nasionalisme secara fundamental timbul dari adanya kesadaran nasional
berbangsa dan bernegara sendiri. Sedangkan Joseph Ernest Renan mendefinisikan
nasionalisme sebagai sekelompok manusia yang berkeinginan untuk bersatu. Berbeda lagi
dengan Otto Bauer yang mengatakan nasionalisme merupakan suatu persatuan karakter yang
timbul karena persamaan nasib.
Kalau berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, nasionalisme memiliki dua arti nih.
Pertama adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri; sifat kenasionalan.
Pengertian kedua adalah kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau
aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas,
kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu atau bisa juga diartikan dengan semangat kebangsaan.
LATAR BELAKANG
Squad masih ingat Revolusi Perancis dan Revolusi Industri? Kedua peristiwa itu memicu
munculnya nasionalisme. Kok bisa? Soalnya, saat kedua peristiwa itu, masih banyak negara
yang dijajah oleh bangsa lainnya. Saat itu banyak negara penjajah melakukan penindasan pada
negara yang dijajah. Negara yang dijajah ini kemudian sadar akan persamaan nasib dan harga
dirinya sebagai suatu bangsa. Hingga akhirnya hal ini memunculkan nasionalisme di Eropa
pada abad ke-18. Paham ini kemudian cepat menyebar ke seluruh dunia terutama negara
jajahan bangsa Eropa, termasuk negara-negara Asia dan Afrika.
NASIONALISME DI INDONESIA
Strategi perjuangan radikal non kooperatif merupakan perjuangan dengan menggunakan cara yang
keras dalam menentang kebijakan pemerintah kolonial Belanda. Non kooperatif berarti tidak mau
bekerjasama dengan pemerintah kolonial Belanda. Taktik non kooperatif menekankan bahwa
kemerdekaan harus diusakan sendiri. Berbagai organisasi radikal di Indonesia antara lain Indische
Partij, Sarekat Islam, Perhimpinan Indonesia, Partai Komunis Indonesia, Partai Nasional Indonesia
dan PNI Baru. Strategi non-kooperatif dipilih oleh organisasi pergerakan nasonal karena
mendapatkan inspirasi dari pergerakan nasional di Asia seperti gerakan satyagraha yang
dikemukakan oleh Mahatma Gandhi dan hartal yaitu melakukan mogok masal.
Selain itu, gerakan non-kooperasi juga mendapatkan pengaruh dari ideologi komunisme yang
menentang pemerintah colonial Belanda karena dianggap sebagai kaum imperialis dan kapitalis.
Pandangan ini menganggap kaum terjajah harus melawan kaum penjajah melalui revolusi dan
tidak bekerjasama dengan pemerintah kolonial.
Faktor yang mempengaruhi organisasi pergerakan nasional bersifat radikal antara lain:
1) Timbulnya krisis ekonomi tahun 1921 yang merupakan dampak dari Perang Dunia I yakni terjadi
hiperinflasi di negara negara Eropa.
2) Pergantian kepala pemerintahan yang lebih bersifat reaksioner. Pada tahun 1921, terjadi
pergantian pemerintahan di Hindia Belanda. Dirk Fock menjadi gubernur jenderal Hindia Belanda
menggantikan Van Limburg Stirum. Dirk Fock lebih reaksioner dengan membuat beberapa
kebijakan yakni mempersulit hak untuk berserikat, memperkuat dinas intelejen Hindia Belanda,
menerapkan pasal penyebaran kebencian, melakukan penghematan besar besaran yang
menyebabkan banyak PHK.
Organisasi yang bersifat radikal terhadap pemerintah kolonial Belanda melakukan kegiatan
perjuangan berupa
(1) menggembleng semangat kebangsaan dan persatuan di masyarakat melalui Gambar Ir. Sukarno
setelah mengikuti pengadilan di Bandung atas tuduhan mengganggu ketertiban umum dan
melawan pemerintah kolonial Belanda. Dalam peradilan tersebut, Sukarno membacakan pidato
pembelaan yang berjudul “Indonesia Menggugat” rapat umum, surat kabar,
(2) menuntut pemerintah kolonial agar memberikan kebebasan bergerak kepada partai partai,
(4) melakukan aksi pemogokan. Salah satu organisasi pergerakan nasional yang bersifat radikal
adalah Partai Komunis Indonesia. PKI pada awalnya bernama ISDV yang kemudian merubah
namanya menjadi Partai Komunis Indonesia pada 23 Mei 1920. Beberapa cara yang dilakukuan
oleh PKI dalam menentang pemerintah kolonial Belanda yakni mengkritik kebijakan pemerintahn
kolonial Belanda melalui surat kabar Suara Rakyat dan Sinar Hindia, melakukan pemogokan kerja,
menangkap dan memenjarakan tokoh tokoh PKI. Pemberontakan PKI tahun 1926- 1927
mengalami kegagalan. Banyak tokohnya yang kemudian ditangkap dan dibuang ke Boven Digul.
Adanya pemberontakan PKI menyebabkan pemerintah kolonial belanda melakukan pengawasan
yang lebih ketat terhadap organisasi organisasi pergerakan nasional. Indische Partij adalah partai
politik pertama di Indonesia pada masa colonial Belanda. Partai ini didirikan oleh tiga serangkai
yaitu Suwardi Suryaningrat, Cipto Mangunkusumo dan Ernest Douwes Dekker. Partai ini juga
mengambil jalur non-kooperatif terhadap pemerintah colonial Belanda, ketiga tokoh tersebut
kerap melontarkan kritik terhadap pemerintah colonial. Seperti dalam tulisan Suwardi
Suryaningrat yang berjudul als ikh een neerlander was. Karena berbagai kritikan yang kerap
dilontarkan dalam bergai Koran saat itu, dan dianggap berbahaya oleh pemerintah colonial
akhirnya ketiga tokoh tersebut dibuang ke Belanda dengan maksud agar tidak mempengaruhi
masyarakat Indonesia saat itu untuk turut mengkritik pemerintah colonial Belanda. Hukuman
dibuang oleh pemerintah colonial Belanda juga dialami oleh Moh. Hatta. Ia berikukuh untuk
menolak bekerjasama dan kerap melontarkan kritik pemerintah colonial Belanda. Ia berkeinginan
untuk mendidik masyarakat Indonesia melalui surat kabar dan kursus-kursus kepemimpinan
untuk mentransfer semangat kemerdekaan.
Pemerintah colonial Belanda tidak diam dan menganggap usaha Moh. Hatta sebagai ancaman. Oleh
karenanya kemudian Ia dipenjara dan dibuang ke Boven Digul, Papua. Sebuah daerah terpencil,
pelosok, dan tempat segala macam penyakit. Kemudian secara berturut-turut dipindahkan ke
Banda Neira (Maluku) dan Sukabumi.
Strategi bersifat moderat dengan taktik kooperatif merupakan kebalikan dari strategi bersifat radikal
dengan taktik non kooperatif. Perjuangan yang dilakukan dengan cara bekerjasama dengan
pemerintah kolonial Belanda untuk menghindari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh
pemerintah kolonial Belanda. Upaya yang dilakukan dengan taktik kooperatif antara lain
mengirimkan wakilnya ke Volksraad (dewan rakyat) tujuannya adalah dapat memperjuangkan
kepentingan rakyat. Beberapa tokoh Indonesia yang menjadi anggota Volksraad antara lain:
1) H.O.S Cokroaminoto
2) Agus Salim
3) Abdul Moeis
5) Otto Iskandardinata
6) Radjiman Wediodiningrat
Di dalam Volksraad kemudian dibentuk Fraksi Nasional yang diusulkan oleh Muhammad Husni
Thamrin pada tanggal 27 Januari 1930. Tujuan Fraksi Nasional dalam Volksraad antara lain
(2) mengusahakan penghapusan perbedaan politik, ekonomi dan intelektual dengan cara yang tidak
melanggar hukum. Tokoh pergerakan moderat memiliki prinsip bahwa kemerdekaan ekonomi
harus tercapai lebih dahulu.
Adapun faktor yang mempengaruhi kelangan pergerakan bersifat moderat antara lain:
1) Krisis ekonomi dunia tahun 1929 atau dikenal dengan nama Krisis Malaise
2) Pembatasan berserikat yang dilakukan oleh belanda terhadap organisasi pegerakan nasional
3) Banyak tokoh pegerakan nasional yang ditangkap oleh Belanda antara lain tokoh dari Partai
Nasional Indonesia yaitu Soekarno, Gatot Mangkupraja, Soepridinata dan Maskun Sumadiredja.
Gambar sidang Volksraad. Volksraad adalah dewan rakyat yang anggotanya terdiri dari seluruh
elemen dari masyarakat di Hindia Belanda Organisasi nasional Indonesia yang bersifat moderat
dengan taktik kooperatif antara lain Gerindo, Parindra, dan GAPI. Perbedaan perjuangan
organisasi pergerakan nasional dengan strategi radikal dan strategi moderat memiliki perbedaan
antara lain: cara perjuangan yang dilakukan kalau radikal tidak mau bekerjasama dengan
Belanda, sedangkan kooperatif mau bekerjasama dengan Belanda. Organisasi bersifat radikal
menginginkan langsung kemerdekaan politik, sedangkan moderat menginginkan kemerdekaan
ekonomi terlebih dahulu baru kemudian kemerdekaan politik.
Sedangkan untuk persamaan antara perjuangan dengan strategi radikal dan strategi moderat antara
lain:
a. Budi Utomo (BU) Organisasi Budi Utomo (BU) didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh para
mahasiswa STOVIA di Batavia dengan Sutomo sebagai ketuanya. Terbentuknya organisasi
tersebut atas ide dr. Wahidin Sudirohusodo yang sebelumnya telah berkeliling Jawa untuk
menawarkan idenya membentuk Studiefounds. Gagasan Studiesfounds (beasiswa) bertujuan
untuk menghimpun dana guna memberikan beasiswa bagi pelajar yang berprestasi, namun tidak
mampu melanjutnya studinya. Gagasan itu tidak terwujud, tetapi gagasan itu melahirkan BU.
Tujuan BU adalah memajukan pengajaran dan kebudayaan.
1) Memajukan pengajaran;
Dilihat dari tujuannya, BU bukan merupakan organisasi politik melainkan merupakan organisasi
pelajar dengan pelajar STOVIA sebagai intinya. Sampai menjelang kongresnya yang pertama di
Yogyakarta telah berdiri tujuh cabang BU, yakni di Batavia, Bogor, Bandung, Magelang,
Yogyakarta, Surabaya, dan Ponorogo. Untuk mengonsolidasi diri (dengan dihadiri 7 cabangnya),
BU mengadakan kongres yang pertama di Yogyakarta pada tanggal 3-5 Oktober 1908.
5) Yogyakarta ditetapkan sebagai pusat organisasi. Sampai dengan akhir tahun 1909, telah berdiri 40
cabang BU dengan jumlah anggota mencapai 10.000 orang. Akan tetapi, dengan adanya kongres
tersebut tampaknya terjadi pergeseran pimpinan dari generasi muda ke generasi tua. Banyak
anggota muda yang Gambar Tokoh-tokoh Budi Utomo. Amati pakaiannya ! Berdasarkan gaya
berpakaiannya, Termasuk dalam kelompok sosial mana tokoh-tokoh tersebut ? menyingkir dari
barisan depan, dan anggota BU kebanyakan dari golongan priayi dan pegawai negeri. Dengan
demikian, sifat protonasionalisme dari para pemimpin yang tampak pada awal berdirinya BU
terdesak ke belakang. Strategi perjuangan BU pada dasarnya bersifat kooperatif. Mulai tahun
1912 dengan tampilnya Notodirjo sebagai ketua menggantikan R.T. Notokusumo, BU ingin
mengejar ketinggalannya. Akan tetapi, hasilnya tidak begitu besar karena pada saat itu telah
muncul organisasi-organisasi nasional lainnya, seperti Sarekat Islam (SI) dan Indiche Partij (IP).
Namun demikian, BU tetap mempunyai andil dan jasa yang besar dalam sejarah pergerakan
nasional, yakni telah membuka jalan dan memelopori gerakan kebangsaan Indonesia. Itulah
sebabnya tanggal 20 Mei ditetapkan sebagai hari Kebangkitan Nasional yang kita peringati setiap
tahun hingga sekarang.
b. Sarekat Islam . Tiga tahun setelah berdirinya BU, yakni tahun 1911 berdirilah Sarekat Dagang
Islam (SDI) di Solo oleh H. Samanhudi, seorang pedagang batik dari Laweyan Solo. Organisasi SDI
berdasar pada dua hal berikut ini. 1) Agama Islam. 2) Ekonomi, yakni untuk mem perkuat diri dari
pedagang Cina yang berperan sebagai leveransir (seperti kain putih, malam, dan sebagainya).
Atas prakarsa H.O.S. Cokroaminoto, nama SDI kemudian diubah menjadi Sarekat Islam ( SI ),
dengan tujuan untuk memperluas anggota sehingga tidak hanya terbatas pada pedagang saja.
Berdasarkan Akte Notaris pada tanggal 10 September 1912, ditetapkan tujuan SI sebagai berikut:
1) Memajukan perdagangan;
2) Membantu para anggotanya yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha (permodalan);
Melihat tujuannya tidak tampak adanya kegiatan politik. Akan tetapi, SI dengan gigih selalu
memperjuangkan keadilan dan kebenaran terhadap penin dasan dan pemerasan oleh
pemerintah kolonial. Dengan demikian, di samping tujuan ekonomi juga ditekankan adanya saling
membantu di antara anggota. Itulah sebabnya dalam waktu singkat, SI berkembang menjadi
anggota massa yang Gambar Lambang sarekat Islam dan HOS. Cokroaminoto (kiri) dan H.
Samanhudi (kanan) pertama di Indonesia. SI merupakan gerakan nasionalis, demokratis dan
ekonomis, serta berasaskan Islam dengan haluan kooperatif. Mengingat perkembangan SI yang
begitu pesat maka timbullah kekhawatiran dari pihak Gubernur Jenderal Indenberg sehingga
permohonan SI sebagai organisasi nasional yang berbadan hukum ditolak dan hanya
diperbolehkan berdiri secara lokal. Pada tahun 1914 telah berdiri 56 SI local yang diakui sebagai
badan hukum. Pada tahun 1915 berdirilah Central Sarekat Islam (CSI) yang berkedudukan di
Surabaya. Tugasnya ialah membantu menuju kemajuan dan kerja sama antar SI lokal. Pada
tanggal 17–24 Juni 1916 diadakan Kongres SI Nasional Pertama di Bandung yang dihadiri oleh 80
SI lokal dengan anggota 360.000 orang anggota. Dalam kongres tersebut telah disepakati istilah
"nasional", dimaksudkan bahwa SI menghendaki persatuan dari seluruh lapisan masyarakat
Indonesia menjadi satu bangsa. Sifat SI yang demokratis dan berani serta berjuang terhadap
kapitalisme untuk kepentingan rakyat kecil sangat menarik perhatian kaum sosialis kiri yang
tergabung dalam Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) pimpinan Sneevliet (Belanda),
Semaun, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin (Indonesia). Itulah sebabnya dalam perkembangannya
SI pecah menjadi dua kelompok berikut ini.
1) Kelompok nasionalis religius ( nasionalis keagamaan) yang dikenal dengan SI Putih dengan asas
perjuangan Islam di bawah pimpinan H.O.S. Cokroaminoto.
2) Kelompok ekonomi dogmatis yang dikenal dengan nama SI Merah dengan haluan sosialis kiri di
bawah pimpinan Semaun dan Darsono.
c. Indische Partij (IP) Indische Partij (IP) didirikan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 oleh
Tiga Serangkai, yakni Douwes Dekker (Setyabudi Danudirjo), dr. Cipto Mangunkusumo, dan
Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Organisasi ini mempunyai citacita untuk menyatukan
semua golongan yang ada di Indonesia, baik golongan Indonesia asli maupun golongan Indo, Cina,
Arab, dan sebagainya. Mereka akan dipadukan dalam kesatuan bangsa dengan membutuhkan
semangat nasionalisme Indonesia.
Cita-cita IP banyak disebar luaskan melalui surat kabar De Expres. Di samping itu juga disusun
program kerja sebagai berikut:
3) memberantas usaha-usaha yang membangkitkan kebencian antara agama yang satu dengan yang
lain.
6) dalam hal pengajaran, kegunaannya harus ditujukan untuk kepentingan ekonomi Hindia dan
memperkuat mereka yang ekonominya lemah. Melihat tujuan dan cara-cara mencapai tujuan
seperti tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa IP berdiri di atas nasionalisme yang luas
menuju Indonesia merdeka. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa IP merupakan partai
politik pertama di Indonesia dengan haluan kooperasi. Dalam waktu yang singkat telah
mempunyai 30 cabang dengan anggota lebih kurang 7.000 orang yang kebanyakan orang Indo.
Oleh karena sifatnya yang progresif menyatakan diri sebagai partai politik dengan tujuan yang
tegas, yakni Indonesia merdeka sehingga pemerintah menolak untuk memberikan badan hukum
dengan alasan IP bersifat politik dan hendak mengancam ketertiban umum. Walaupun demikian,
para pemimpin IP masih terus mengadakan propaganda untuk menyebarkan gagasan-
gagasannya.
Satu hal yang sangat menusuk perasaan pemerintah Hindia Belanda adalah tulisan Suwardi
Suryaningrat yang berjudul Als ik een Nederlander was (seandainya saya seorang Belanda) yang
isinya berupa sindiran terhadap ketidakadilan di daerah jajahan. Oleh karena kegiatannya sangat
mencemaskan pemerintah Belanda maka pada bulan Agustus 1913 ketiga pemimpin IP dijatuhi
hukuman pengasingan dan mereka memilih Negeri Belanda sebagai tempat pengasingannya.
Dengan diasingkannya ketiga pemimpin IP maka kegiatan IP makin menurun. Selanjutnya, IP
berganti nama menjadi Partai Insulinde dan pada tahun 1919 berubah lagi menjadi National
Indische Partij (NIP). NIP tidak pernah mempunyai pengaruh yang besar di kalangan rakyat dan
akhirnya hanya merupakan perkumpulan orang-orang terpelajar.
d. Muhammadiyah didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 18 November
1912. Asas perjuangannya ialah Islam dan kebangsaan Indonesia, sifatnya nonpolitik.
Muhammadiyah bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, dan sosial menuju kepada
tercapainya kebahagiaan lahir batin.
ASPEK SOSIAL
Pemerintahan Jepang saat itu mencetuskan kebijakan tenaga kerja romusha. Mungkin kamu
sudah sering dengar kalau romusha adalah sistem kerja yang paling kejam selama bangsa
Indonesia ini dijajah. Tetapi, pada awalnya pembentukan romusha ini mendapat sambutan
baik lho dari rakyat Indonesia, justru banyak yang bersedia untuk jadi sukarelawan. Namun
semua itu berubah ketika kebutuhan Jepang untuk berperang meningkat.
Pengerahan romusha menjadi sebuah keharusan, bahkan paksaan. Hal tersebut membuat rakyat
kita menjadi sengsara. Kamu bayangin aja, rakyat kita dipaksa membangun semua sarana
perang yang ada di Indonesia. Selain di Indonesia, rakyat kita juga dikerjapaksakan sampai ke
luar negeri. Ada yang dikirim ke Vietnam, Burma (sekarang Myanmar), Muangthai (Thailand),
dan Malaysia. Semua dipaksa bekerja sepanjang hari, tanpa diimbangi upah dan fasilitas hidup
yang layak. Akibatnya, banyak dari mereka yang tidak kembali lagi ke kampung halaman
karena sudah meninggal dunia.
ASPEK BUDAYA
Pemerintahan Jepang pernah mencoba menerapkan kebudayaan memberi hormat ke arah
matahari terbit kepada rakyat Indonesia lho! Dalam masyarakat Jepang, kaisar memiliki tempat
tertinggi, karena diyakini sebagai keturunan Dewa Matahari. Nah, Jepang berusaha
menerapkan nilai-nilai kebudayaannya kepada bangsa Indonesia. Tetapi langsung mendapat
pertentangan dan perlawanan dari masyarakat di Indonesia. Bangsa kita ini hanya menyembah
Sang Pencipta, yaitu Tuhan Yang Maha Esa mana mungkin setuju memberi hormat dengan
membungkukkan punggung dalam-dalam (seikerei) ke arah matahari terbit.
ASPEK PENDIDIKAN
Sistem pendidikan Indonesia pada masa pendudukan Jepang berbeda dengan masa
pemerintahan kolonial Hindia-Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, semua kalangan dapat
mengakses pendidikan, sedangkan masa Hindia-Belanda, hanya kalangan atas (bangsawan)
saja yang dapat mengakses. Akan tetapi, sistem pendidikan yang dibangun oleh Jepang itu
memfokuskan pada kebutuhan perang. Meskipun akhirnya pendidikan dapat diakses oleh
semua kalangan, tetapi secara jumlah sekolahnya menurun sangat drastis, dari semulanya
21.500 menjadi 13.500.
ASPEK EKONOMI
Pada masa pendudukan Jepang, pemerintah Jepang selalu mengajak bekerja sama golongan-
golongan nasionalis. Hal ini jelas berbeda dibandingkan pada masa pemerintahan Hindia-
Belanda. Saat itu golongan nasionalis selalu dicurigai. Golongan nasionalis mau bekerja sama
dengan pemerintahan Jepang karena Jepang banyak membebaskan pemimpin nasional
Indonesia dari penjara, seperti Soekarno, Hatta, dan juga Sjahrir.
Kenapa Jepang mengajak kerja sama golongan nasionalis Indonesia? Karena Jepang
menganggap bahwa golongan nasionalis ini memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat
Indonesia. Saat itu, Wakil Kepala Staf Tentara Keenam Belas, Jenderal Harada Yosyikazu,
bertemu dengan Hatta untuk menyatakan bahwa Jepang tidak ingin menjajah Indonesia,
melainkan ingin membebaskan bangsa Asia. Karena itulah Hatta mererima ajakan kerja sama
Jepang. Akan tetapi, Sjahrir dan dr. Tjipto Mangunkusumo tidak mererima tawaran kerja sama
Jepang.
Namun, kemudian Jepang
mengeluarkan undang-undang yang
terkait pada bidang politik yang justru
banyak merugikan bangsa Indonesia.
Beberapa di antaranya:
3. Membagi tugas kepada mahasiswa, pelajar, dan pemuda di seluruh Jakarta untuk
merebut kekuasaan dari Jepang.
Sesuai keputusan tersebut, pada 22.00 WIB Wikana dan yang lain menemui Soekarno di
Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, yang merupakan kediaman Soekarno. Ketika
Wikana menyampaikan bahwa proklamasi harus dilaksanakan pada 16 Agustus 1945,
Soekarno menolak.
Alasannya, ia tidak dapat melepas tanggung jawab sebagai ketua PPKI dan akan
menanyakan hal tersebut pada wakil-wakil PPKI di keesokan harinya. Dari sinilah
peristiwa Rengasdengklok dimulai.
Terhadap penolakan tersebut, golongan muda tidak berputus asa. Mereka kembali
bertemu di Asrama Baperpi di Jalan Cikini Nomor 71 Jakarta pada pukul 24.00 WIB.
Sebagaimana rencana, tanggal 16 Agustus 1945 pada pukul 04.00 WIB, Soekarno-Hatta
dibawa para pemuda yang dipimpin oleh Slodanco Singgih ke Rengasdengklok. Para
pemuda menyampaikan alasan pada kedua tokoh tersebut bahwa semangat rakyat
menyongsong kemerdekaan yang meluap dapat mengancam keduanya jika masih
berada di Jakarta.
Soekarno berangkat ke Rengasdengklok bersama Ibu Fatmawati dan Guntur yang kala
itu masih bayi. Sementara Moh. Hatta dan pengawalnya ada di mobil lain.
Demi tidak dicurigai Jepang, Soekarno-Hatta dan para pengawal mereka memakai
seragam Peta dan menuju rumah Jiu Kie Song di Rengasdengklok.
Soekarno setuju melakukannya dengan catatan, akan dilakukan jika sudah kembali ke
Jakarta. Sehingga, para pemuda segera berencana kembali ke Jakarta.
Pada waktu yang bersamaan, diadakan juga pertemuan di Jakarta antara golongan tua
yang diwakili Ahmad Soebarjo dan golongan muda yang diwakili Wikana. Keduanya
bersepakat bahwa proklamasi harus dilakukan di Jakarta.
Rombongan tersebut tiba di Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945 pukul 17.30 WIB.
Ketika itu, Ahmad Soebarjo menjamin dengan nyawanya bahwa proklamasi akan
dilaksanakan pada 17 Agustus 1945. Dengan jaminan itu, para pemuda bersedia
melepaskan Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta.
42. Menganalisis perbedaan dan persamaan Perang Dunia I dan II bagi umat manusia
Perang Dunia 1 terjadi antara 1914 dan 1918. Perang Dunia 1 terjadi selama 4 tahun.
Pembunuhan Archduke Francis Ferdinand dari Austria pada bulan Juni 1914 diyakini telah
memicu Perang Dunia 1. Perang Dunia 1 terjadi antar negara terutama dengan tujuan
untuk memperoleh koloni atau wilayah dan tentu saja sumber daya. Menarik untuk dicatat
bahwa Perang Dunia 1 dikenal dengan nama lain seperti Perang Kaiser, Perang Besar dan
Perang Bangsa-Bangsa. Kedua pihak yang terlibat dikenal sebagai Kekuatan Sentral dan
Kekuatan Sekutu. Itu Kekuatan pusat adalah Jerman, Austria, Hongaria dan Turki dan
Kekuatan SekutuAda Inggris, Rusia, Prancis, Italia, Jepang, dan AS dalam Perang Dunia
1. Metode peperangan yang digunakan dalam Perang Dunia 1 adalah fokus kami
berikutnya. Perang Dunia 1 terjadi dari garis parit dan didukung dengan cakap oleh artileri
dan senapan mesin. Ada juga penggunaan gas beracun dan pesawat terbang awal. Hasil
dari Perang Dunia 1 adalah kekalahan kekaisaran Jerman, Rusia, dan Austria-Hongaria.
Lebih dari 100 juta orang diyakini tewas dan lebih dari 21 juta terluka dalam Perang Dunia
1. Kematian ini termasuk kematian sipil dan militer.
Perang Dunia 2 atau Perang Dunia Kedua terjadi antara tahun 1939 dan 1945. Perang Dunia 2
berlangsung selama 6 tahun. Ketidakstabilan politik dan ekonomi di Jerman dipahami
sebagai penyebab utama dimulainya Perang Dunia 2. Hal ini membuat Jerman bertindak
sangat tidak rasional. Perang Dunia 2 digambarkan oleh para ahli perang sebagai perang
ideologi. Fasisme dan Komunisme adalah dua ideologi utama di balik dimulainya Perang
Dunia 2. Kemudian Nazisme ikut bermain juga. Pihak yang terlibat dalam Perang Dunia 2
dikenal sebagai Kekuatan Poros dan Kekuatan Sekutu. Jerman, Jepang, dan Italia
Kekuatan Poros dalam Perang Dunia 2 dan Kekuatan sekutu adalah Inggris, Prancis, AS,
Cina, dan Uni Soviet.
Dalam hal metode peperangan, misil banyak digunakan dalam Perang Dunia 2. Tenaga
nuklir, kapal selam, dan tank digunakan secara berlebihan dalam operasi. Hasil dari
Perang Dunia 2 adalah kemenangan Sekutu atas Jerman dan Jepang pada tahun 1945.
Lebih dari 55 juta orang diyakini telah bertemu dengan kematian dalam Perang Dunia 2.
Kematian ini termasuk kematian sipil dan militer.
Perbedaan antara PD1 dan PD 2 :
• Perang Dunia 1 terjadi antara 1914 dan 1918 sedangkan Perang Dunia 2 terjadi antara 1939
dan 1945.
• Perang Dunia 1 berlangsung selama 4 tahun sedangkan Perang Dunia 2 berlangsung selama
6 tahun.
• Pembunuhan Archduke Francis Ferdinand dari Austria pada Juni 1914 diyakini telah
memicu Perang Dunia 1. Di sisi lain, ketidakstabilan politik dan ekonomi di Jerman
dipahami sebagai penyebab utama dimulainya Perang Dunia 2.
• Perang Dunia 1 terjadi antar negara terutama dengan tujuan memperoleh koloni atau
wilayah dan tentu saja sumber daya.
• Perang Dunia 2 terjadi sebagai perang ideologi. Fasisme, Komunisme dan Nazisme
dipandang sebagai ideologi selama periode ini.
• Lebih dari 100 juta orang diyakini tewas dan lebih dari 21 juta terluka dalam Perang Dunia
1. Lebih dari 55 juta orang diyakini telah bertemu dengan kematian dalam Perang Dunia 2.
Kematian ini termasuk kematian sipil dan militer.
• Ada beberapa perbedaan dalam metode peperangan yang digunakan dalam dua Perang
Dunia juga.
• Dalam Perang Dunia 1, ada dua pihak: Kekuatan Sentral - Jerman, Austria, Hongaria, dan
Turki; Kekuatan Sekutu - Inggris, Rusia, Prancis, Italia, Jepang, dan A.S.
• Dua pihak yang terlibat dalam Perang Dunia 2 adalah Kekuatan Poros - Jerman, Jepang dan
Italia; Kekuatan Sekutu adalah Inggris, Prancis, AS, Cina, dan Uni Soviet.
• Hasil Perang Dunia 1 adalah kekalahan kekaisaran Jerman, Rusia, dan Austria-Hongaria
sedangkan hasil Perang Dunia 2 adalah kemenangan Sekutu atas Jerman dan Jepang pada
tahun 1945.
Perihal Perang Dunia I Perang Dunia II
Sebab Umum • Politik balas dendam Prancis terhadap • Pertentangan antara paham
Jerman liberalisme dan totaliterisme.
Liberalisme memberikan
• Persaingan Jerman vs
kebebasan bagi warga
Inggris dalam memperebutkan daerah
negaranya sedangkan
jajahan yg banyak sumber bahan
totaliterisme mengekang
bakunya
kebebasan warga negara.
• Persaingan Jerman dan
• Persekutuan mencari kawan
Rusia memperebutkan laut tengah
(politik air hangat ) • Semangat untuk membalas
dendam (revanche idea)
• Perlombaan persenjataan
karena kekalahan dalam PD I
• Politik Aliansi / persekutuan yaitu:
• Perlombaan senjata
• Triple entente (prancis, Inggris, Rusia) antarnegara.
vs Triple Aliance (Jerman, Italia,
Austria). Inilah yang menjadi cikal bakal • Pertentangan antarnegara
PD 1 imperialis untuk
memperebutkan daerah
jajahan.
Sebab Khusus • Perang ini dimulai setelah Pangeran • Di kawasan Asia Pasifik,
Franz Ferdinand dari Austria-Hongaria penyerbuan Jepang terhadap
(sekarang Austria) dibunuh anggota pangkalan Angkatan Laut
kelompok teroris Serbia, Gavrilo Princip AmerikaSerikat di Pearl
di Sarajevo tahun 1914 Harbour tanggal 7 Desember
1941.
Tokoh • David Lloyd George dari Britania Raya • Adolf Hittler dari Jerman
Negara • Triple entente (prancis, Inggris, Rusia) • Blok Sentral yaitu Jerman,
Italia, Jepang, Austria,
• Triple Aliance (Jerman, Italia, Austria)
Rumania, dan Finlandia.
persamaan PD 1 . dan PD 2
- menggunakan pasukan bersenjata
- menimbulkan kerusakan dan kerugian
- menimbulkan permusuhan dan persengketaan pada ngr2 yang berperang
- menelan banyak korban jiwa
- menghabiskan dana serta merugikan keuangan negra2 yg berperang.
43. Menganalisis dinamika usaha bangsa Indonesia dalam mempertahankan
kemerdekaan dari kekuasaan Belanda di daerah
Setelah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebar ke seluruh penjuru dunia, muncul
berbagai respon dari negara-negara internasional. Belanda merespon hal tersebut dengan
datang kembali ke Indonesia untuk merebut kekuasaan dari pemerintah Indonesia
pimpinan Soekarno-Hatta. Belanda datang ke Indonesia dengan menumpang kapal tentara
Sekutu (AFNEI) yang sedang bertugas untuk melucuti dan memulangkan tentara Jepang di
Indonesia. Pada 15 September 1945, Pasukan Belanda tiba di Jakarta dan berupaya untuk
menaklukan beberapa wilayah Indonesia. Rakyat Indonesia merespon kedatangan Belanda
dengan melakukan perlawanan di beberapa daerah, di antaranya:
1. Pertempuran 10 November di Surabaya Dalam buku 10 November 1945: Gelora
Kepahlawanan Indonesia (1992) karya Berlan Setiadijaya, pertempuran di Surabaya dipicu
oleh Insiden perobekan bendera di hotel Yamato dan tewasnya Mallaby (perwira Inggris).
Pada 10 November 1945, Sekutu memberikan ultimatum kepada rakyat Surabaya untuk
menyerah dan memberikan persenjataan mereka kepada AFNEI. Ultimatum tersebut
diacuhkan oleh rakyat Surabaya dan mereka memilih bertempur mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Kolonel Sungkono dan Bung Tomo membakar semangat
bertempur rakyat melalui Radio Perjuangan. Diperkirakan ribuan rakyat Surabaya
meninggal dalam pertempuran ini. Untuk mengenang keberanian rakyat Surabaya, tanggal
10 November dijadikan sebagai hari pahlawan.
2. Pertempuran Ambarawa Pertempuran Ambarawa berlangsung pada 26 Oktober – 15
Desember 1945. Latar belakang pertempuran ini adalah keinginan Sekutu untuk
mengambil alih kota Ambarawa. Baca juga: Perlawanan Raden Mas Said dan Pangeran
Mangkubumi Terhadap VOC Hal tersebut ditentang oleh Tentara Keamanan Rakyat
(TKR), mereka melakukan perlawanan terhadap pasukan Sekutu hingga mampu menahan
beberapa tentara Sekutu. Pertempuran terus berlanjut demi mengusir pasukan sekutu dari
Ambarawa. Pada 15 Desember, TKR berhasil memukul mundur pasukan Sekutu hingga ke
Semarang.
3. Pertempuran Medan Area Dilansir dari buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (2005)
karya M.C Ricklefs, pertempuran Medan Area berlangsung dari 10 Desember 1945 – 10
Desember 1946. Latar belakang terjadinya pertempuran ini adalah perampasan dan
penginjakan lencana merah putih oleh pasukan Sekutu. Selain itu, pasukan Sekutu juga
mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Medan agar menyerah dan memberikan
persenjataan kepada Sekutu. Namun, ultimatum tersebut tidak diindahkan oleh rakyat
Medan sehingga Sekutu melancarkan aksi militer pada 10 Desember 1945. Rakyat Medan
merespon tindakan tentara Sekutu dengan melakukan perlawanan. Rakyat Medan yang
tergabung dalam Barisan Pemuda Indonesia dan Komando Resimen Laskar Rakyat
mengalami beberpa kesulitan dalam pertempuran sehingga mengharuskan mereka mundur
ke arah Pematang Siantar. Pertempuran antara rakyat Medan dan Sekutu teus berlanjut
hingga 10 Desember 1946 setelah NICA mengajukan gencatan Senjata.
4. Bandung Lautan Api Peristiwa Bandung Lautan Api berlangsung pada 24 Maret 1946.
Latar belakang terjadinya peristiwa ini adalah ultimatum tentara Sekutu yang
memerintahkan pengosongan kota Bandung pada 24 November 1945. Tentara Keamanan
Rakyat (TKR) menolak ultimatum tersebut dan bersiap untuk melakukan perlawanan di
kawasan Bandung Utara. A.H Nasution sebagai pemimpin pasukan tentara merundingkan
rencana opsi perlawanan dengan Sutan Sjahrir selaku perdana menteri pada masa itu. Baca
juga: Perlawanan Riau terhadap VOC Sutan Sjahrir menolak opsi perlawanan dan
memerintahkan tentara dan rakyat Bandung untuk mengungsi ke arah Bandung Selatan
pada 24 Maret 1946. Sebelum melakukan pengosongan kota, tentara dan rakyat Bandung
melakukan pembakaran terhadap gedung-gedung penting agar tidak dapat digunakan oleh
tentara Sekutu. Peristiwa pembakaran tersebut dikenal dengan Bandung Lautan Api.
Belanda datang dengan membonceng pasukan sekutu yang menang Perang Dunia II. Kali ini,
Belanda datang dengan bendera baru. Bukan lah VOC, melainkan NICA (Netherlands Indies
Civiele Administration) atau Pemerintahan Sipil Hindia Belanda.
NICA mendarat di Sabang, Aceh dan sampai di Jakarta pada 15 September 1945. Tentara
NICA dipimpin oleh Letnan Gubernur Jenderal Hubertus van Mook.
Agresi militer Belanda I adalah operasi militer yang digencarkan Belanda pasca kemerdekaan
Indonesia untuk menguasai sumber daya alam Indonesia. (Foto: Nationaal Museum van
Wereldculturen/C.J. Taillie via Wikimedia Commons (CC BY-SA 3.0)
Van Mook datang menyampaikan pidato Ratu Wilhelmina yang menyebutkan Indonesia dan
Belanda membentuk sebuah persemakmuran. Dengan kata lain, Indonesia berada di bawah
naungan Kerajaan Belanda.
Namun, masyarakat dan pemerintah Indonesia yang sudah merdeka tak menerima pidato
tersebut. Mereka bertekad memukul mundur para penjajah. Situasi pun mulai memanas.
Pada 15 Juli 1947, van Mook mengeluarkan ultimatum atau peringatan keras meminta
Indonesia menarik mundur pasukannya sejauh 10 km dari garis demarkasi atau garis
gencatan senjata. Ultimatum tersebut ditolak mentah-mentah.
Lima hari kemudian, pada 21 Juli, van Mook melalui siaran radio secara gamblang
menyatakan bahwa Belanda tidak lagi terikat pada hasil Perjanjian Linggarjati.
Perundingan Linggarjati itu alah satunya pengakuan belanda secara de facto pada Negara
Republik Indonesia.
Agresi Militer Belanda I memiliki tujuan menguasai sumber daya alam Indonesia yang berada
di Sumatera dan Jawa. Di pulau Jawa, Belanda bergerak ke Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Jawa Timur. Mereka hendak menguasai perkebunan, pabrik, dan pelabuhan.
Dewan Keamanan PBB terus mendesak Belanda menghentikan agresi militer. Belanda pun
menerima resolusi itu dan menyetop pertempuran pada 5 Agustus 1947.
Latar Belakang Agresi Militer Belanda II Mengutip dari skripsi “Agresi Militer Belanda I dan II
(Periode 1947 – 1949) dalam Sudut Pandang Hukum Internasional”, yang berjudul
diterangkan bahwa setelah Perjanjian Renville, Belanda kemudian mendirikan beberapa
negara bagian di wilayah bekas Hindia Belanda. Wilayah tersebut berhasil dikuasai Belanda
melalui Agresi Militer 1.
Perjanjian Renville sulit dilaksanakan kedua belah pihak. Keduanya bahkan saling menuduh
terjadi pelanggaran. Belanda menuduh Indonesia melakukan penyusupan, penyerangan, dan
penjarahan di wilayah dikuasai Belanda. Mereka menuduh pihak Indonesia tidak bisa
mengurasi tentara rakyat. Sementara itu, Indonesia menganggap Belanda tidak menghormati
isi perjanjian yang sudah disepakati bersama. Indonesia menganggap Belanda tetap
melakukan politik adu domba seperti pembentukan Negara Federal dan konferensi Federal
Bandung. Belanda juga dituduh sering melanggar garis demarkasi militer yang sudah
disetujui.
Dari latar belakang tersebut menyebabkan Belanda akhirnya melakukan operasi militer yang
dikenal sebagai Agresi Militer Belanda II. Setidaknya ada tiga tujuan Agresi Militer Belanda 2,
yaitu: Menghancurkan status Indonesia sebagai negara kesatuan. Menguasai Yogyakarta
yang pada saat itu ibu kota negara. Menangkap pemimpin Indonesia.
Kronologi Agresi Militer Belanda 2 Agerasi Militer Belanda terjadi pada tanggal 19 – 20
Desember 1948 yaitu saat Belanda menyerang Yogyakarta. Operasi tersebut dirancang oleh
Letnan Jenderal Simon Spoor yang menerapkan strategi serangan seperti yang dilakukan
Jepang saat menyerang Amerika Serikat. How to Break Free From 'Doom-Scrolling' Kekuatan
militer Belanda yang cukup besar membuat perlawanan Indonesia tidak berarti. Hanya dalam
hitungan jam, Belanda berhasil menduduki Yogyakarta. Bahkan Belanda berhasil menawan
pimpinan sipil seperti Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Sjahrir, dan
beberapa tolih lain. Belanda mengasingkan tokoh tersebut ke Sumatra.
Sementara itu, pimpinan militer Indonesia memutuskan untuk melakukan Pering Gerilya.
Jatuhnya Yogyakarta ke tangan Belanda menyebabkan terbentuknya Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia di Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara. Pasukan
Belanda segera melakukan operasi pembersihan pihak Indonesia dengan menangkap dan
menawan ratusan orang yang dicurigai. Belanda mencoba membenarkan aksi militernya
dengan beberapa alasan, antara lain: Terdapat infiltrasi yang dilakukan pasukan Indonesia ke
daerah yang diduduki Belanda. Pemerintah Indonesia tidak berdaya untuk mengendalikan
TNI yang merusak keamanan dan ketentraman Selain itu, pemerintah Indonesia dianggap
tidal bisa memenuhi janji karena tidak berkuasa atas beberapa golongan di daerahnya.
Pemerintah Indonesia tidak dapat menekan bahaya komunis.
Beberapa saat setelah serangan militer Belanda ke Yogyakarta, Dr. Beel sekali Wakil Mahkota
Agoeng di Batavia melakukan siara pers. Siaran tersebut berisi pernyataan bahwa Belanda
tidak mau terikat lagi dengan perjanjian gencatan senjata dengan Indonesia lewat Perjanjian
Renville. Belanda menganggap bahwa pihak Indonesia tidak bersedia menghormati gencatan
senjata dan sering melakukan pelanggaran ke wilayah yang diduduki Belanda. Di lain sisi
pihak Indonesia tidak pernah menyerah. Walaupun Soekarno dan Hatta sudah tertangkap,
namun TNI masih gigih melakukan perlawan terhadap Belanda.
Tanggal 1 Maret 1949, TNI melakukan serangan besar ke Yogyakarta. Serangan balik tersebut
dicanangkan oleh petinggi militer berdasarkan instruksi Panglima Besar Soedirman dengan
mengikutsertakan beberapa pimpinan sipil setempat. Kecerdasan Panglima Besar Soedirman
menjadikannya sebagai salah satu tokoh Agresi Militer Belanda II yang disegani hingga saat
ini. Serangan balik Indonesia dilakukan untuk membuktikan eksistensi TNI dan menunjukan
bahwa Indonesia masih ada. Serangan tersebut sukses membuat moral Belanda menurun
dan membuat posisi Indonesia semakin baik dalam perundingan di Dewan Keamanan PBB.
Dukungan Dunia Internasional Terhadap Indonesia saat Agresi Militer Belanda 2 Kejadian Agresi
Militer Belanda 2 menuai banyak kecaman dari negara-negara di Asia. Atas inisiatif dari
Burma, Perdana Menteri India, Jawaharlal Pandit Nehru, mengadakan Konferensi Asia di
India yang dihadiri oleh 19 Negara (empat sebagai peninjau yaitu: China, Thailand, Nepal dan
Selandia Baru; dan 15 sebagai peserta penuh yaitu: Afganistan, Australia, Burma, Sri Lanka,
Mesir, Ethiopia, India, Iran, Irak, Libanon, Pakistan, Filipina, Arab Saudi, Siria, dan Yaman).
Konferensi tersebut diselenggarakan dengan tujuan untuk memberi dukungan politik dan
moril bagi perjuangan rakyat Indonesia yang sedang memperjuangkan kemerdekaannya.
Tindakan Belanda juga dianggap menggangu perdamaian. Dalam konferensi tersebut
menghasilkan tiga butir resolusi untuk mengatasi perang yang sedang terjadi di Indonesia.
Hasil konferensi tersebut disampaikan kepada Dewan Keamanan PBB untuk
dipertimbangkan dan ditindak lanjuti.
Dampak Agresi Militer Belanda 2 Peristiwa Agresi Militer Belanda 2 ternyata memberikan
dampak bagi kedua belah pihak baik Indonesia atau Belanda. Terbentuk Pemerintahan
Darurat Republik Indonesia. Banyak korban tewas dari kelompok TNI. Beberapa bangunan di
Yogyakarta hancur akibat serangan Belanda. Dampak untuk Belanda Pasukan Belanda tidak
merasakan kemenangan sepenuhnya karena TNI berhasil melakukan serangan balik.
Pasukan Belanda kewalahan menghadapi serangan balik TNI. Propraganda Belanda yang
menyebutkan bahwa pemerintahan Indonesia sudah tidak ada tidak terbukti. Sebab TNI bisa
melakukan serangan balik dan Indonesia berhasil membuat pemerintahan darurat.
KMB dihadiri oleh Perwakilan Republik Indonesia, Belanda, dan BFO (Bijeenkomst voor
Federaal Overleg), yang mewakili beberapa negara yang diciptakan oleh Belanda di
Indonesia, seperti dikutip dari modul Sejarah Paket C Setara SMA/MA Kelas XII terbitan
Kemendikbud yang ditulis oleh Aminullah, S.Pd., dkk.
Baca juga:
Sejarah Terbentuknya Republik Indonesia Serikat
Hasil dari Konferensi Meja Bundar
Mengutip modul PKN SMP/MTs Kelas IX terbitan Kemendikbud oleh Ai Tin Sumartini dan
Asep Sutisna Putra berikut merupakan hasil dari Konferensi Meja Bundar:
-Belanda mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS), sebagai negara yang merdeka dan
berdaulat.
-Pembentukan Uni Belanda - RIS secara simbolis yang dipimpin oleh Ratu Belanda.
-Ir. Soekarno dan Moh. Hatta akan menjabat sebagai Presiden dan Wakil Presiden RIS
untuk periode 1949-1950, serta Moh. Hatta sebagai perdana menteri.
-Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik, dan beberapa korvet akan diserahkan ke RIS.
-Tentara KNIL dibubarkan, dan tentara Belanda ditarik mundur dengan catatan para
anggota yang diperlukan dimasukkan dalam kesatuan TNI.
-Masalah Irian Barat yang tidak dimasukkan ke dalam RIS, karena masih dikuasai oleh
Belanda hingga sampai dilakukannya perundingan lebih lanjut.
-Pemerintah Indonesia harus menanggung utang Hindia Belanda 4,3 miliar gulden.
Pada 23 Desember 1949, Indonesia yang diwakili Moh. Hatta berangkat ke Belanda.
Penyerahan kedaulatan Indonesia di Belanda terjadi di ruang takhta Amsterdam, Belanda
diwakili oleh Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Dress, dan Mr. A.M.J. A. Sassen.
KMB dapat diartikan sebagai perjuangan bangsa Indonesia melalui perundingan. Hal
tersebut mencerminkan budaya bangsa dalam ideologi pancasila, yang mengutamakan
persatuan dan kesatuan. Musyawarah mufakat dalam Konferensi Meja Bundar juga
sekaligus membuktikan bahwa Indonesia adalah negeri yang cinta damai.
a. Pinjaman Nasional
Kekosongan kas negara menjadi salah satu pemicu besarnya inflasi di Indonesia pada awal
kemerdekaan. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia berupaya mengatasinya dengan
melakukan pinjaman nasional.
Pinjaman nasional merupakan kebijakan yang dicetuskan oleh Menteri Keuangan Ir.
Surachman dan dilaksanakan atas persetujuan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia
Pusat (BP-KNIP). Untuk mendukung program tersebut, pemerintah membentuk Bank
Tabungan Pos yang berguna menyalurkan pinjaman.
Banyak rakyat Indonesia yang mendukung kebijakan ini. Rakyat dengan sukarela pergi ke
Bank Tabungan Pos dan rumah-rumah pegadaian untuk mengumpulkan uang dan
dipinjamkan kepada negara. Pada tahap pertama, pinjaman nasional berhasil
mengumpulkan uang sejumlah Rp. 500.000.000.00.
Mata uang ORI digunakan sebagai alat pembayaran yang sah sekaligus sebagai mata uang
pengganti mata uang Jepang dengan kurs satu per seribu. Setiap seribu mata uang Jepang
bernilai satu Rupiah ORI. Pemerintah juga membatasi bahwa setiap keluarga hanya boleh
memilik Rp. 300.00 dan bagi yang tidak berkeluarga Rp. 100.00. Sejak saat itu, mata uang
Belanda dan Jepang yang beredar dinyatakan tidak berlaku lagi.
Peredaran uang ORI mulai mengalami permasalahan sejak Agresi Militer I dan Agresi Militer
II Belanda. Dalam agresi militer tersebut setiap daerah di Indonesia mengeluarkan banyak
biaya untuk perang. Sementara itu, hubungan antara pemerintah pusat dan daerah mulai
mengalami kesulitan sejak intensifnya serangan Belanda. Oleh karena itu, muncul inisiatif
dari setiap pemimpin daerah untuk menerbitkan Oeang Repoeblik Indonesia Daerah
(ORIDA).
Tindakan tersebut disetujui oleh pemerintah pusar dan dilakukan dengan tujuan mengatasi
masalah kekurangan pasokan uang tunai karena sulitnya hubungan pemerintah pusat
dengan daerah. Tindakan mencetak uang daerah tersebut salah satunya dilakukan oleh
Teuku Moh. Hassan, Gubernur Sumatra yang mengeluarkan Oeang Repoeblik Indonesia
Provinsi Soematra (OERIPS) pada tanggal 12 Desember 1947.
Pendirian BNI berawal dari Yayasan Pusat Bank yang didirikan oleh Margono
Djojohadikusumo pada bulan Juli 1946. Bank Negara Indonesia (BNI 46) dikelola oleh
pemerintah Indonesia dibawah menteri keuangan Syafruddin Prawiranegara. Sebagai
direktur diangkat Margono Djojohadikusumo dan wakil direktur Sabaroedin. Bank Negara
Indonesia dibentuk untuk melaksanakan koordinasi dalam pengurusan bidang ekonomi
dan keuangan. Selain itu, BNI juga bertugas mengatur nilai tukar ORI terhadap valuta
asing.
Dengan adanya blokade ekonomi ini, Belanda berharap keadaan sosial dan ekonomi bangsa
Indonesia memburuk sehingga rakyat tidak percaya terhadap pemerintah Indonesia. Dalam
keadaan demikian, Belanda akan mudah mengembalikan kekuasaannya di Indonesia.
Pemerintah Indonesia berusaha menembus blokade ekonomi yang dilakukan oleh Belanda
dengan berbagai usaha. Adapun usaha yang dilakukan pemerintah Indonesia sebagai
berikut.
BTC berperan sebagai agen perusahaan pemerintah untuk mengawasi seluruh kegiatan
perdagangan ke luar atau masuk daerah Republik Indonesia. BTC juga berperan
melakukan kegiatan ekspor impor. Hasil-hasil bumi indonesia dibeli BTC dari rakyat.
Selanjutnya, barang-barang tersebut diperjualbelikan ke luar negeri dengan sistem barter.
Dari sistem tersebut, pemerintah Indonesia memperoleh alat-alat keperluan kantor, alat-
alat industri, obat-obat, dan perlengkapan militer.
Hubungan dagang yang dilakukan pemerintah Indonesia mulai meluas seiring dengan
perkembangan BTC. Melalui BTC, pemerintah Indonesia berhasil melakukan hubungan
dagang dengan salah satu perusahaan Amerika Serikat yaitu Isbrantsen Inc. Perusahaan
Amerika Serikat tersebut akhirnya mengirim kapal Martin Behrmann untuk mengangkut
barang dari pelabuhan Cirebon. Pada tanggal 7 Februari 1947, kapal Martin Behrmann
berangkat dengan muatan hasil bumi Indonesia menuju New York. Mengetahui hal
tersebut, Belanda mengerahkan angkatan lautnya dan menghentikan kapal Martin
Behrmann di pelabuhan Tanjung Priok.
Indonesia Office (Indoff) dipimpin oleh Mr. Oetojo Ramelan dan dibantu Soerjono
Darusman, Mr. Zairin Zain, Thaharudin Ahmad, dan Dr. Soeroso. Indoff bertujuan untuk
memperjuangkan kepentingan politik di luar negeri Indonesia. Selain itu, Indoff secara
rahasia berfungsi sebagai pengendali upaya menembus blokadi Belanda serta melakukan
perdagangan barter dengan bantuan Angkatan Laut Republik Indonesia dan pemerintah
daerah penghasil barang ekspor. Salah satu upaya Indoff adalah mengirim karet secara
diam-diam dari pelabuhan Belawan, Medan menuju Singapura.
3. Konferensi Ekonomi
Pada awal kemerdekaan, pemerintah masih berkonsentrasi pada pemulihan dampak
pendudukan Jepang dan mengatasi kedatangan Belanda beserta sekutu. Oleh karena itu,
pada bulan Februari 1946 pemerintah mengadakan Konferensi Ekonomi yang dipimpin
oleh Menteri Kemakmuran Darmawan Mangunkusumo. Konferensi Ekonomi
dilaksanakan dengan agenda menyamakan persepsi dan meraih kesepakatan dalam
menanggulangi masalah perekonomian.
Konferensi Ekonomi tersebut dihadiri oleh para cendekiawan, gubernur, dan pejabat. Dalam
konferensi Ekonomi tersebut dihasilkan keputusan mengenai perubahan sistem ekonomi
perang Jepang yang bersifat desentralisasi menjadi sentralisasi. Selanjutnya, perubahan
organisasi Pengawasan Makanan Rakyat menjadi Badan Persediaan dan Pembagian
Makanan (BPPM) yang dipimpin oleh dr. Sudarsono. Organisasi tersebut merupakan awal
berdirinya Badan Urusan Logistik (Bulog).
4. Planning Board
Pemerintah Indonesia membentuk Planning Board (Badan Perancang Ekonomi). Planning
Board dibentuk atas usul Menteri Kemakmuran A.K. Gani. Lembaga yang terbentuk pada
tanggal 19 Januari 1947 ini bertugas membuat rencana pembangunan ekonomi untuk
jangka waktu tertentu. Pada awalnya dihasilkan keputusan mengenai rencana
pembangunan jangka waktu 2-3 tahun. Dalam perkembangannya disepakati Rencana
Pembangunan Sepuluh Tahun.
Sesudah badan perancang ini bersidang. Menteri Kemakmuran A.K. Gani mengumumkan
kebijakan pemerintah tentang Rencana Pembangunan Sepuluh Tahun. Langkah awal
untuk merealisasikan rencana tersebut sebagai berikut.
a. Pemerintah Indonesia mengambil alih semua bangunan umum, perkebunan, dan industri
yang sebelum perang menjadi milik Belanda.
b. Bangunan vital milik asing akan dinasionalisasikan dengan pembayaran ganti rugi.
c. Perusahaan milik Jepang akan disita sebagai ganti rugi terhadap pemerintah Indonesia.
d. Perusahaan modal asing lainnya akan dikembalikan kepada yang berhak sesudah diadakan
perjanjian Indonesia-Belanda.
Pada bulan April 1947 Badan Perancang Ekonomi ini berubah menjadi Panitia Pemikir Siasat
Ekonomi (PPSE) yang bertugas mempelajari, mengumpulkan data, dan memberikan saran
kepada pemerintah dalam merencanakan pembangunan ekonomi. Rencana Pembangunan
Sepuluh Tahun yang disepakati memiliki beberapa prioritas seperti bangunan-bangunan
umum l, perkebunan, dan industri yang telah ada sebelum perang menjadi milik negara.
Akan tetapi, pelaksanaan rencana tersebut baru terealisasi pada tahun 1957.
5. Plan Kasimo
Indonesia merupakan negara agraris. Sebagian besar penduduk Indonesia bermata
pencaharian sebagai petani. Melihat kondisi tersebut, Menteri Persediaan Makanan Rakyat
I.J. Kasimo mencetuskan kebijakan yang disebut Plan Kasimo. Plan Kasimo merupakan
kebijakan yang bertujuan meningkatkan produksi pangan dan mencapai swasembada
pangan. Plan Kasimo akhirnya terlaksana melalui Rencana Produksi Tiga Tahun (1948-
1950). Adapun pokok-pokok Plan Kasimo meliputi beberapa aspek sebagai berikut.
a. Perluasan kebun bibit dan padi unggul.
b. Pencegahan penyembelihan hewan pertanian.
c. Penanaman kembali tanah kosong.
d. Pemindahan penduduk (transmigrasi) 20 juta jiwa dari Jawa ke Sumatra dalam jangka
waktu 10-15 tahun.
Namun kemudian terjadi sebuah kesalah pahaman atas Maklumat tersebut sehingga
diberlangsungkan sebuah perubahan dalam sistem pemerintahan yang mana pada awalnya
sistem presidensial hingga kemudian dirubah kedalam sistem parlementer yang masih
merupakan cikal bakal dari munculnya demokrasi ini.
Kemudian selama kurun waktu sekitar 1945 sampai1949, dimana pada saat itu pemerintahan
Indonesia disibukkan dengan adanya intervensi dari Belanda. Sehingga bentuk dari
pemerintahan itupun kerap berubah-ubah.
Bahkan adanya hal tersebut merubah bentuk negara juga. Yang mana pada mulanya bentuk
dari negara Indonesia ialah berupa republik kesatuan.
Akan tetapi dengan adanya hal tersebut menjadi berubah pada saat berlangsunya
sebuah konflik dengan Belanda, sehingga bentuk negara Indonesia sebelumnya sempat
berbentuk federasi.
Pada awalnya sebelum diterapkannya demokrasi ini, dimana pada saat itu konstitusi yang
dipakai di Indonesia ialah UUD-1945 yang kemudian dirubaha menjadi konstitusi UUD RIS
dan merupakan sebuah konstitusi dimana pada saat Indonesia masih berbentuk negara
perserikatan.
Sistem parlementer Indonesia masih berpedoman sistem parlementer Barat, yang dibentuk
setelah dibubarkannya pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1950.
Perubahan bentuk pemerintahan mengakibatkan perubahan pula pada undang-undang
dasarnya, dari konstitusi RIS menjadi UUD sementara 1950.
Nama lain demokrasi liberal adalah demokrasi parlemanter. Dinamakan parlementer,
karena pada masanya para kebinet memiliki tanggung jawab dan peran penting sebagai
parlemen (DPR) di pemerintahan. Dalam sistem demokrasi liberal pemerintahan dipimpin
oleh perdana menteri, dan presiden hanya sebagai kepala negara.
Pada era demokrasi liberal juga, Indonesia mengadakan pemilihan umum pertama pada
tahun 1955. Pemilu pertama dilaksanakan bertujuan untuk memilih para anggota parlemen
dan anggota konstituante. Konstituante ditugaskan untuk membentuk UUD baru, sehingga
mampu menggantikan UUD sementara.
Pada masa ini, telah terjadi pergantian kabinet di mana partai-partai politik terkuat yang
mengambil alih kekuasaan. Partai terkuat dalam parlemen saat itu adalah PNI dan
Masyumi.
Terjadi tujuh kali pergantian kabinet dalam masa demokrasi liberal. Susunan kabinet pada
masa demokrasi liberal adalah sebagai berikut:
Masa kabinet kebanyakan hanya bertahan kurang lebih satu tahun. Mengapa pada era ini
sering kali terjadi pergantian kabinet? Alasan utamanya disebabkan karena adanya
perbedaan kepentingan antar partai yang ada. Sayangnya, perbedaan di antara partai-partai
tersebut tidaklah pernah dapat terselesaikan dengan baik.
Kekacauan politik yang ada pada masa demokrasi liberal membuat, kabinet telah
mengalami jatuh bangun, karena munculnya mosi tidak percaya dari partai relawan.
Sehingga banyak terjadi perdebatan dalam konstituante, yang sering menimbulkan suatu
konflik berkepanjangan, yang menghambat upaya pembangunan.
Penetapan dasar negara merupakan masalah utama yang dihadapi konstituante. Atas
kondisi tersebut, kemudian pada 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah
dekrit.
Dekrit Presiden yang dilekuarkan pada 5 Juli 1959, mengungkapkan bahwa tidak
diberlakukannya lagi UUDS tahun 1950, maka secara otomatis sistem pemerintahan
demokrasi liberal berakhir di Indonesia.
Berakhirnya masa ini merupakan awal mula sistem Presidensil, dengan demokrasi
terpimpin ala Soekarno. Diberlakukannya pemerintahan demokrasi terpimpin bertujuan
untuk menata kembali kehidupan politik di Indonesia, setelah keadaan pemerintahan yang
tidak stabil pada saat demokrasi liberal.
1. Kabinet Natsir (September 1950-Maret 1951) Kabinet ini berupaya sekuat tenaga melibatkan
semua partai yang ada di parlemen. Namun, Mohamad Natsir selaku perdana menteri
ternyata kesulitan memberikan posisi kepada partai politik yang berseberangan. Natsir
adalah tokoh Masyumi, partai Islam yang amat kuat saat itu. Usahanya untuk merangkul
Partai Nasional Indonesia (PNI) selalu saja kandas. Remy Madinier dalam Islam and Politics
in Indonesia: The Masyumi Party Between Democracy and Integralism (2015) menyebutkan,
PNI memang kerap berseberangan pandangan dengan Masyumi. PNI bahkan melakukan
tuntutan terhadap Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1950 yang dilkeluarkan Natsir.
Sebagian besar parlemen berpihak kepada PNI sehingga akhirnya Natsir mengundurkan diri
dari jabatannya. Baca juga: Tugas TNI: Sejarah, Peran, & Fungsinya sebagai Alat Pertahanan
RI Beda Isi Piagam Jakarta dengan Pancasila dan Sejarah Perubahannya Karakteristik
Partisipasi Politik: Ciri-ciri, Penerapan, & Contoh
2. Kabinet Sukiman (April 1951-Februari 1952) PNI mendapatkan posisinya dalam kabinet ini.
Namun, sama seperti sebelumnya masih terdapat masalah. Sama seperti Natsir, Sukiman
Wiryosanjoyo sang perdana menteri adalah orang Masyumi. Beberapa kebijakan Sukiman
ditentang oleh PNI, bahkan kabinetnya mendapatkan mosi tidak percaya dari partai politik
yang dibentuk oleh Sukarno tersebut. Kabinet Sukiman berakhir pada 23 Februari 1952.
3. Kabinet Wilopo (April 1952-Juni 1953) Pada masanya, Wilopo selaku perdana menteri
berhasil mendapatkan mayoritas suara parlemen. Tugas pokok Wilopo ketika itu
menjalankan Pemilu untuk memilih anggota parlemen dan konstituante. Akan tetapi,
sebelum Pemilu dilaksanakan, Kabinet Wilopo gulung tikar. Baca juga: Macam Teori
Kekuasaan Negara Menurut John Locke & Montesquieu Pengamalan Pancasila Sila ke-1 di
Lingkungan Tempat Bermain Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945
4. Kabinet Ali Sastroamidjojo I (Juli 1953-Juli 1955) Ali Sastroamidjojo melanjutkan tugas
kabinet sebelumnya untuk melaksanakan Pemilu. Pada 31 Mei 1954, dibentuk Panitia
Pemilihan Umum Pusat dan Daerah. Rencananya kala itu, Pemilu akan diadakan pada 29
September (DPR) dan 15 Desember (Konstituante) 1955. Akan tetapi, lagi-lagi seperti yang
dialami Kabinet Wilopo, Kabinet Ali Sastroamidjojo bubar pada Juli 1955 dan digantikan
dengan Kabinet Burhanuddin Harahap di bulan berikutnya.
5. Kabinet Burhanuddin Harahap (Agustus 1955- Maret 1956) Burhanuddin Harahap dengan
kabinetnya berhasil melaksanakan Pemilu yang sudah direncanakan tanpa mengubah waktu
pelaksanaan. Pemilu 1955 berjalan relatif lancar dan disebut-sebut sebagai pemilu paling
demokratis. Kendati begitu, masalah ternyata terjadi pula. Sukarno ingin melibatkan PKI
dalam kabinet kendati tidak disetujui oleh koalisi partai lainnya. Alhasil, Kabinet
Burhanuddin Harahap bubar pada Maret 1956. Baca juga: Sejarah Operasi Trikora: Latar
Belakang, Isi, Tujuan, dan Tokoh Sejarah Konferensi Meja Bundar (KMB): Latar Belakang,
Tokoh, Hasil Sejarah Pengakuan Kedaulatan Indonesia oleh Belanda
6. Kabinet Ali Sastoamidjojo II (Maret 1956-Maret 1957) Berbagai masalah juga dialami Kabinet
Ali Sastoamidjojo untuk kali kedua ini, dari persoalan Irian Barat , otonomi daerah, nasib
buruh, keuangan negara, dan lainnya. Ali Sastroamidjojo pada periode yang keduanya ini
tidak berhasil memaksa Belanda untuk menyerahkan Irian Barat. Kabinet ini pun mulai
menuia kritik dan akhirnya bubar dalam setahun.
7. Kabinet Djuanda (Maret 1957-Juli 1959) Terdapat 5 program kerja utama yang dijalankan
Djuanda Kartawijaya, yakni membentuk dewan, normalisasi keadaan Indonesia,
membatalkan pelaksanaan KMB, memperjuangkan Irian Barat, dan melaksanakan
pembangunan. Salah satu permasalahan ketika itu muncul ketika Deklarasi Djuanda
diterapkan. Kebijakan ini ternyata membuat negara-negara lain keberatan sehingga
Indonesia harus melakukan perundingan terkait penyelesaiannya.
54. Menganalisis motivasi Konferensi Asia Afrika (KAA) bagi bangsa Indonesia dan
bangsa Asia-Afrika
Dampak Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 di Bandung adalah munculnya Bandung Spirit,
menggalang solidaritas, persatuan dan kerja sama antara negara-negara Asia dan Afrika
serta melahirkan paham Dunia Ketiga (Non-Aligned). Dampak KAA Mengutip Sumber
Belajar Kemdikbud RI, Konferensi Asia Afrika diadakan di Bandung pada 18-24 April
1955, digagas oleh lima negara peserta Konferensi Kolombo dan dihadiri sebanyak 24
negara di Asia dan Afrika. Lima negara penggagas KAA 1955 adalah: Indonesia diwakili
oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo Ceylon (Srilanka) diwakili oleh Sir John
Kotelawala Burma (Myanmar) diwakili oleh Perdana Menteri U Nu Pakistan diwakili oleh
Perdana Menteri Mohammed Ali India diwakili oleh Perdana Menteri Jawaharlal Nehru
Peran Indonesia sebagai negara pemrakarsa, tempat Konferensi Panca Negara di Bogor
1954 sebagai pendahuluan KAA 1955, dan tempat penyelenggaraan KAA 1955 di
Bandung. Tujuan KAA adalah untuk mepererat solidaritas antara negara-negara di Asia
dan Afrika terutama negara-negara yang baru merdeka dan menentang kolonialisme
(penjajahan). Baca juga: Latar Belakang Konferensi Asia Afrika 1955 Konferensi Asia
Afrika 1955 di Bandung menimbulkan beberapa dampak, yaitu: Menggalang persatuan
dan kerja sama negara-negara Asia dan Afrika Munculnya Bandung Spirit Menumbuhkan
solidaritas negara-negara Asia dan Afrika Melahirkan paham Dunia Ketiga (Non-Aligned)
Konferensi Asia Afrika di Bandung telah berhasil menggalang persatuan dan kerja sama di
antara negara-negara Asia dan Eropa, baik dalam menghadapi masalah internasional
maupun masalah regional. Konferensi serupa bagi kalangan tertentu di Asia dan Afrika
beberapa kali diadakan pula. Seperti Konferensi Wartawan Asia Afrika, Konferensi Islam
Asia Afrika, Konferensi Pengarang Asia Afrika, dan Konferensi Mahasiswa Asia Afrika.
Konferensi Asia Afrika telah membakar semangat dan menambah kekuatan moral para
pejuang bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Pada masa itu, beberapa negara di Asia dan
Afrika sedang memperjuangkan kemerdekaan tanah airnya, sehingga kemudian lahirlah
sejumlah negara merdeka di benua Asia dan Afrika. Baca juga: Konferensi Asia Afrika
1955 Semua itu menandakan bahwa cita-cita dan semangat Dasasila Bandung semakin
merasuk ke dalam bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Bandung Spirit dengan Dasasila
Bandung telah mengubah pandangan dunia tentang hubungan internasional. KAA 1955 di
Bandung telah melahirkan paham Dunia Ketiga atau Non-aligned terhadap dunia
pertamanya Washington dan Dunia Keduanya Moscow. Dengan diselenggarakannya KAA
di Bandung pada 1955, kota Bandung menjadi terkenal di seluruh dunia. Semangat
perdamaian yang dicetuskan di kota Bandung dijuluki Semangat Bandung atau Bandung
Spirit. Untuk mengabadikan peristiwa sejarah penting tersebut, jalan protokol di Bandung
yang terbentang di depan Gedung Merdeka diberi nama Jalan Asia Afrika. Melansir
Museum of The Asian-African Conference, Spirit Bandung juga menimbulkan perubahan
struktur badan internasional Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB). Sehingga forum PBB
tidak lagi menjadi forum eksklusif Barat atau Timur saja.
55. Menganalisis pengaruh demokrasi Eropa pada kehidupan bangsa Indonesia
pascakemerdekaan RI
Demokrasi kita adalah demokrasi Indonesia yang dijiwai dan diinteraksikan dengan sila-sila yang
terkandung pada Pancasila sebagai dasar negara. Hal ini berarti bahwa hak-hak demokrasi
haruslah selalu disertai dengan rasa tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, haruslah
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan harkat dan martabat manusia haruslah
menjamin dan mempersatukan bangsa dan dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan keadilan
sosial. Demokrasi kita adalah demokrasi Indonesia yang membawa corak kepribadian bangsa
Indonesia, tidak perlu “identik” sama dengan demokrasi yang dijalankan oleh bangsa-bangsa
lain.Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa periodesasi antara
lain : a) Perkembangan demokrasi masa revolusi kemerdekaan Implementasi demokrasi pada
masa pemerintahan revolusi kemerdekaan baru terbatas pada interaksi politik di parlemen dan
berfungsinya pers yang mendukung revolusi kemerdekaan. Meskipun tidak banyak catatan
sejarah yang menyangkut perkembangan demokrasi pada periode ini, akan tetapi pada periode
tersebut telah diletakkan hal-hal mendasar. Pertama, pemberian hak-hak politik secara
menyeluruh. Kedua, presiden yang secara konstitusional ada kemungkinan untuk menjadi
diktator. Ketiga, dengan maklumat Wakil Presiden, maka dimungkinkan terbentuknya sejumlah
partai politik yang kemudian menjadi peletak dasar bagi sistem kepartaian di Indonesia untuk
masa-masa selanjutnya dalam sejarah kehidupan politik kita. b) Perkembangan demokrasi
parlementer (1945-1959) Periode kedua pemerintahan negara Indonesia adalah tahun 1950
sampai 1959, dengan menggunakan UUD Sementara (UUDS) sebagai landasan konstitusional.
Pada masa ini adalah masa kejayaan demokrasi di Indonesia, karena hampir semua elemen
demokrasi dapat ditemukan dalam perwujudan kehidupan politik di Indonesia. Lembaga
perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang sangat tinggi dalam proses politik
yang berjalan. Perwujudan kekuasaan parlemen ini diperlihatkan dengan adanya sejumlah mosi
tidak percaya kepada pihak pemerintah yang mengakibatkan kabinet harus meletakkan
jabatannya. Sejumlah kasus jatuhnya kabinet dalam periode ini merupakan contoh konkret dari
tingginya akuntabilitas pemegang jabatan dan politisi. Ada hampir 40 partai yang terbentuk
dengan tingkat otonomi yang tinggi dalam proses rekruitmen baik pengurus, atau pimpinan
partainya maupun para pendukungnya. Demokrasi parlementer gagal karena (1) dominannya
politik aliran, sehingga membawa konsekuensi terhadap pengelolaan konflik; (2) basis social
ekonomi yang masih sangat lemah; (3) persamaan kepentingan antara presiden Soekarno dengan
kalangan Angkatan Darat, yang sama-sama tidak senang dengan proses politik yang berjalan. c)
Perkembangan demokrasi terpimpin (1959-1965) Sejak berakhirnya pemilihan umum 1955,
presiden Soekarno sudah menunjukkan gelaja ketidaksenangannya kepada partai-partai politik.
Hal itu terjadi karena partai politik sangat orientasi pada kepentingan ideologinya sendiri dan
kurang memperhatikan kepentingan politik nasional secara menyeluruh. Disamping itu, Soekarno
melontarkan gagasan bahwa demokrasi parlementer tidak sesuai dengan kepribadian bangsa
Indonesia yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan dan gotong royong.Politik pada masa ini
diwarnai oleh tolak ukur yang sangat kuat antara ketiga kekuatan politik yang utama pada waktu
itu, yaitu : presiden Soekarno, Partai Komunis Indonesia, dan Angkatan Darat. Karakteristik yang
utama dari demokrasi terpimpin adalah menggabungkan sistem kepartaian dengan terbentuknya
DPR-GR peranan lembaga legislatif dalam sistem politik nasional menjadi sedemikian lemah,
Basic Human Rightmenjadi sangat lemah, masa demokrasi terpimpin adalah masa puncak dari
semangat anti kebebasan pers, sentralisasi kekuasaan semakin dominan dalam proses hubungan
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Pandangan A. Syafi’i Ma’arif, demokrasi
terpimpin sebenarnya ingin menempatkan Soekarno sebagai “Ayah” dalam famili besar yang
bernama Indonesia dengan kekuasaan terpusat berada di tangannya. Dengan demikian,
kekeliruan yang besar dalam demokrasi terpimpin Soekarno adalah adanya pengingkaran
terhadap nilai-nilai demokrasi yaitu absolutisme dan terpusatnya kekuasaan hanya pada diri
pemimpin. Selai itu, tidak ada ruang kontrol sosial dan check and balance dari legislatif terhadap
eksekutif (Sunarso, dkk., 2008). d) Perkembagan demokrasi dalam pemerintahan orde baru
Wajah demokrasi mengalami pasang surut sejalan dengan perkembangan tingkat ekonomi,
politik, dan ideologi sesaat atau temporer. Tahun-tahun awal pemerintahan orde baru ditandai
oleh adanya kebebasan politik yang besar. Presiden Soeharto yang menggantikan Ir. Soekarno
sebagai Presiden ke-2 RI dan menerapkan model demokrasi yang berbeda lagi, yaitu dinamakan
demokrasi Pancasila (orba), untuk menegaskan klaim bahwasanya model demokrasi inilah yang
sesungguhnya sesuai dengan ideologi negara Pancasila. Dalam masa yang tidak lebih dari tiga
tahun ini, kekuasaan seolah-olah akan didistribusikan kepada kekuatan masyarakat. Oleh karena
itu, pada kalangan elit perkotaan dan organisasi sosial politik yang siap menyambut pemilu 1971,
tumbuh gairah besar untuk berpartisipasi mendukung program-program pembaruan
pemerintahan baru Perkembangan yang terlihat adalah semakin lebarnya kesenjangan antara
kekuasaan negara dengan masyarakat. Negara orde baru mewujudkan dirinya sebagai kekuatan
yang kuat dan relatif otonom dan sementara masyarakat semakin terealisasi dari lingkungan
kekuasaan dan proses formulasi kebijakan. Keadaan ini adalah dampak dari (1) kemenangan
mutlak dari kemenangan Golkar dalam pemilu yang memberi legitimasi politik yang kuat kepada
negara; (2) dijalankannya regulasiregulasi politik semacam birokratisasi, depolitisasi, dan
institusionalisasi; (3) dipakai pendekatan keamanan; (4) intervensi negara terhadap
perekonomian dan pasar yang memberikan keleluasaan kepada negara untu mengakumulasikan
modal dan kekuatan ekonomi; (5) tersedianya sumber biaya pembangunan, baik dari eksploitasi
minyak bumi dan gas serta dari komoditas non migas dan pajak domestik, maupun yang berasal
dari bantuan luar negeri, dan akhirnya (6) sukses negara orde baru dalam menjalankan kebijakan
pemenuhan kebutuhan pokok rakyat sehingga menyumbat gejolak masyarakat yang potensinya
muncul karena sebab struktural. Pemberontakan G-30-S/PKI merupakan titik kulminasi dari
pertarungan atau tarik tambang politik antara Soekarno, Angkatan Darat, dan Partai Komunis
Indonesia. Ciri-ciri demokrasi pada periode orde lama antara lain presiden sangat mendominasi
pemerintahan terbatasnya peran partai politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan
meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Menurut M. Rusli Karim, rezim orde baru
ditandai oleh dominannya peranan ABRI, birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan
politik, pembatasan peran dan fungsi partai politik, campur tangan pemerintah dalam persoalan
partai politik dan publik, masa mengambang, monolitisasi ideologi negara, dan inkorporasi
lembaga non pemerintah. Beberapa karakteristik pada masa orde baru antara lain : Pertama,
rotasi kekuasaan eksekutif boleh dikatakan hampir tidak pernah terjadi. Kedua, rekruitmen politik
bersifat tertutup. Ketiga, pemiliham umum. Keempat, pelaksanaan hak warga negara (Rukiyati,
dkk., 2008). e) Perkembangan demokrasi pada masa reformasi (1998 sampai dengan sekarang)
Sejak runtuhnya orde baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya Presiden Soeharto
maka NKRI memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang baru, sebagai hasil dari kebijkan
reformasi yang dijalankan terhadap hampir semua aspek kehidupan masyarakat dan negara yang
berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini berpuncak dengan di amandemennya UUD 1945
(bagian batang tubuhnya) karena dianggap sebagai sumber utama kegagalan tatanan kehidupan
kenegaraan di era orde baru.Amandemen UUD 1945, terutama yang berkaitan dengan
kelembagaan negara, khusunya laginya perubahan terhadap aspek pembagian kekuasaan dan
aspek sifat hubungan antar lembaga-lembaga negaranya, dengan sendirinya mengakibatkan
terjadinya perubahan terhadap model demokrasi yang dilaksanakan dibandingkan dengan model
demokrasi Pancasila di era orde baru. Dalam masa pemerintahan Habibie inilah muncul beberapa
indikator kedemokrasian di Indonesia. Pertama, diberikannya ruang kebebasan pers sebagai
ruang publik untuk berpartisipasi dalam kebangsaan dan kenegaraan. Kedua, diberlakunya sistem
multi partai dalam pemilu tahun 1999 Demokrasi yang diterapkan negara kita pada era reformasi
ini adalah demokrasi Pancasila, tentu saja dengan karakteristik yang berbeda dengan ordebaru
dan sedikit mirip dengan demokrasi parlementer tahun 1950-1959. Pertama, Pemilu yang
dilaksanakan (1999-2004) jauh lebih demokratis dari yang sebelumnya. Kedua, rotasi kekuasaan
dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampai pada tingkat desa. Ketiga, pola rekruitmen
politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara terbuka. Keempat, sebagian besar besar
hak dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan pendapat. 3. Penerapan
Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Bangsa Indonesia Akhir milenium kedua
ditandai dengan perubahan besar di Indonesia. Rezim Orde Baru yang telah berkuasa selama 32
tahun yang dipimpin oleh Soeharto akhirnya tumbang. Demokrasi Pancasila versi Orde Baru mulai
digantikan dengan demokrasi dalam arti sesungguhnya. Hanya saja tidak mudah mewujudkan hal
ini, karena setelah Soeharto tumbang tidak ada kekuatan yang mampu mengarahkan perubahan
secara damai, bertahap dan progresif. Yang ada justru muncul berbagai konflik serta terjadi
perubahan genetika sosial masyarakat Indonesia. Hal ini tak lepas dari pengaruh krisis moneter
yang menjalar kepada krisis keuangan sehingga pengaruh depresiasi rupiah berpengaruh
signifikan terhadap kehidupan ekonomi rakyat Indonesia. Inflasi yang dipicu kenaikan harga
bahan bakar minyak (BBM) sangat berpengaruh kepada kualitas kehidupan masyarakat. Rakyat
Indonesia sebagian besar masuk ke dalam sebuah era demokrasi sesungguhnya dimana pada saat
yang sama tingkat kehidupan ekonomi mereka justru tidak lebih baik dibandingkan ketika masa
Orde Baru Indonesia setidaknya telah melalui empat masa demokrasi dengan berbagai versi.
Pertama adalah demokrasi liberal dimasa kemerdekaan. Kedua adalah demokrasi terpimpin,
ketika Presiden Soekarno membubarkan konstituante dan mendeklarasikan demokrasi terpimpin.
Ketiga adalah demokrasi Pancasila yang dimulai sejak pemerintahan Presiden Soeharto. Keempat
adalah demokrasi yang saat ini masih dalam masa transisi. Kelebihan dan kekurangan pada
masing-masing masa demokrasi tersebut pada dasarnya bisa memberikan pelajaran berharga
bagi kehidupan kita. Demokrasi liberal ternyata pada saat itu belum bisa memberikan perubahan
yang berarti bagi Indonesia. Namun demikian,berbagai kabinet yang jatuhbangun pada masa itu
telah memperlihatkan berbagai ragam pribadi beserta pemikiran mereka yang cemerlang dalam
memimpin namun mudah dijatuhkan oleh parlemen dengan mosi tidak percaya. Sementara
demokrasi terpimpin yang dideklarasikan oleh Soekarno (setelah melihat terlalu lamanya
konstituante mengeluarkan undangundang dasar baru) telah memperkuat posisi Soekarno secara
absolut. Di satu sisi, hal ini berdampak pada kewibawaan Indonesia di forum Internasional yang
diperlihatkan oleh berbagai manuver yang dilakukan Soekarno serta munculnya Indonesia
sebagai salah satu kekuatan militer yang patut diperhitungkan di Asia. Namun pada sisi lain segi
ekonomi rakyat kurang terperhatikan akibat berbagai kebijakan politik pada masa itu. Lain pula
dengan masa demokrasi Pancasila pada kepemimpinan Soeharto. Stabilitas keamanan sangat
dijaga sehingga terjadi pemasungan kebebasan berbicara. Namun tingkat kehidupan ekonomi
rakyat relatif baik. Hal ini juga tidak terlepas dari sistem nilai tukar dan alokasi subsidi BBM
sehingga harga-harga barang dan jasa berada pada titik keterjangkauan masyarakat secara
umum. Namun demikian penyakit korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) semakin parah
menjangkiti pemerintahan. Lembaga pemerintahan yang ada di legislatif, eksekutif dan yudikatif
terkena virus KKN ini. Selain itu, pemasungan kebebasan berbicara ternyata menjadi bola salju
yang semakin membesar yang siap meledak. Bom waktu ini telah terakumulasi sekian lama dan
ledakannya terjadi pada bulan Mei 1998. Selepas kejatuhan Soeharto, selain terjadinya kenaikan
harga barang dan jasa beberapa kali dalam kurun waktu 8 tahun terakhir, instabilitas keamanan
dan politik serta KKN bersamaan terjadi sehingga yang paling terkena dampaknya adalah rakyat
kecil yang jumlahnya mayoritas dan menyebabkan posisi tawar Indonesia sangat lemah di mata
internasional akibat tidak adanya kepemimpinan yang kuat. Namun demikian, demokratisasi yang
sedang berjalan di Indonesia memperlihatkan beberapa kemajuan dibandingkan masa-masa
sebelumnya. Pemilihan umum dengan diikuti banyak partai adalah sebuah kemajuan yang harus
dicatat. Disamping itu pemilihan presiden secara langsung yang juga diikuti oleh pemilihan kepala
daerah secara langsung adalah kemajuan lain dalam tahapan demokratisasi di Indonesia. Diluar
hal tersebut, kebebasan mengeluarkan pendapat dan menyampaikan aspirasi di masyarakat juga
semakin meningkat. Para kaum tertindas mampu menyuarakan keluhan mereka di depan publik
sehingga masalahmasalah yang selama ini terpendam dapat diketahui oleh publik. Pemerintah
pun sangat mudah dikritik bila terlihat melakukan penyimpangan dan bisa diajukan ke pengadilan
bila terbukti melakukan kesalahan dalam mengambil suatu kebijakan publik. Jika diasumsikan
bahwa pemilihan langsung akan menghasilkan pemimpin yang mampu membawa masyarakat
kepada kehidupan yang lebih baik, maka seharusnya dalam beberapa tahun ke depan Indonesia
akan mengalami peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat. Namun sayangnya hal ini belum
terjadi secara signifikan. Hal ini sebagai akibat masih terlalu kuatnya kelompok yang pro-KKN
maupun anti perbaikan Demokrasi di Indonesia masih berada pada masa transisi dimana berbagai
prestasi sudah muncul dan diiringi ”prestasi” yang lain. Sebagai contoh, munculnya Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dirasakan mampu menimbulkan efek jera para koruptor dengan
dipenjarakannya beberapa koruptor. Namun di sisi lain, para pengemplang dana bantuan
likuiditas bank Indonesia (BLBI) mendapat pengampunan yang tidak sepadan dengan ”dosa-dosa”
mereka terhadap perekonomian. Namun demikian, masih ada sisi positif yang bisa dilihat seperti
lahirnya undang-undang sistem pendidikan nasional yang mengamanatkan anggaran pendidikan
sebesar 20 persen. Demikian pula rancangan undang-undang anti pornografi dan pornoaksi yang
masih dibahas di parlemen. Rancangan undang-undang ini telah mendapat masukan dan
dukungan dari ratusan organisasi Islam yang ada di tanah air. Hal ini juga memperlihatkan adanya
partisipasi umat Islam yang meningkat dalam perkembangan demokrasi di Indonesia. Sementara
undang-undang sistem pendidikan nasional yang telah disahkan parlemen juga pada masa
pembahasannya mendapat dukungan yang kuat dari berbagai organisasi Islam. Sementara itu,
ekonomi di era demokrasi ternyata mendapat pengaruh besar dari kapitalisme internasional. Hal
ini menyebabkan dilema. Bahkan di tingkat pemerintah, ada kesan mereka tunduk dibawah
tekanan kapitalis internasional yang tidak diperlihatkan secara kasat mata kepada publik namun
bisa dirasakan.
Sebagai “negara baru”, Indonesia masih harus banyak belajar dalam berbagai hal agar
negaranya semakin kuat. Salah satunya adalah dalam bidang ekonomi. Di masa demokrasi
liberal, sering terjadi perubahan kabinet yang ternyata berdampak pada kehidupan ekonomi
Indonesia saat itu. Untuk memperbaiki kondisi tersebut, ada beberapa kebijakan yang
dilakukan antara lain:
Gunting Syafruddin
Kalau kamu pikir program ini adalah menggunting uang kertas, salah. Salah banget. Kebijakan
ini merupakan pemotongan nilai uang. Caranya dengan memotong uang yang bernilai
Rp2,50 ke atas hingga nilainya menjadi setengah. Kebijakan ini dikeluarkan pada tanggal 20
Maret 1950 oleh Menteri Keuangan saat itu, Syafruddin Prawiranegara.
Kebijakan ini dilakukan dengan cara menggunting uang kertas menjadi dua bagian, bagian
kanan dan bagian kiri. Guntingan uang kertas bagian kiri tetap merupakan alat pembayaran
yang sah dengan nilai separuh dari nilai nominal yang tertera, sedangkan guntingan uang kertas
bagian kanan ditukarkan dengan surat obligasi pemerintah yang dapat dicairkan beberapa tahun
kemudian. Kebijakan ini dilakukan pemerintah guna mengurangi jumlah uang beredar di
masyarakat dan menambah kas negara.
Eh, tapi kalau saat ini, kamu jangan coba-coba gunting uang kamu
ya, Squad. Bisa-bisa kamu kena denda atau bahkan dipenjara karena
melanggar undang-undang. Please, jangan sampe...
Gerakan Benteng
Salah lagi, Squad! Sistem ekonomi gerakan benteng bukan seperti benteng yang di atas,
ya, catet! Sistem ekonomi gerakan benteng bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi
kolonial menjadi struktur ekonomi nasional. Program ini dicetuskan oleh Dr. Sumitro
Djojohadikusumo, seorang ahli ekonomi Indonesia, yang dituangkan dalam program
kerja Kabinet Natsir.
Pada masa pemerintahan Kabinet Burhanudin Harahap dikirim seorang delegasi ke Jenewa,
Swiss untuk merundingkan masalah finansial-ekonomi antara pihak Indonesia dengan Belanda.
Misi ini dipimpin oleh Anak Agung Gde Agung tanggal 7 Januari 1956, adapun kesepakatan
yang pada Finek adalah:
Gerakan Asaat
Gerakan Asaat yang digagas oleh Mr. Asaat bertujuan melindungi perekonomian warga
Indonesia asli dari persaingan dagang dengan pengusaha asing khususnya Tionghoa. Pada
Oktober 1956, pemerintah menyatakan akan membuat lisensi khusus untuk para pengusaha
pribumi.
Pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo II terjadi ketegangan antara pusat dan daerah. Masalah
tersebut untuk sementara waktu dapat teratasi dengan Musyawarah Nasional Pembangunan
(Munap). Tujuan diadakan Munap adalah untuk mengubah rencana pembangunan agar
dapat dihasilkan rencana pembangunan yang menyeluruh untuk jangka
panjang. Rencana tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena:
Beberapa perusahaan asing yang dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia di antaranya adalah
Bank Nederlandsche Indische Escompto Maatschappij (Bank Dagang Negara), Bank De
Nationale Handelsbank N. V (Bank Umum Negara), N.V Nederlandsche Handels
Maatschappij (Bank Exim), Koninklijke Nederlands Indische Luchtvaart
Maatschappij/KNILM (Garuda Indonesia), dll.
Squad pernah jalan-jalan ke Kota Tua Jakarta lalu pergi ke Museum BI (Bank Indonesia)?
Bangunan tersebut punya sejarah yang panjang sebagai saksi kehidupan ekonomi bangsa.
Dulunya gedung itu milik Belanda, tepatnya milik de Javasche Bank.
Pada tanggal 19 Juni 1951, Kabinet Sukiman membentuk Panitia Nasionalisasi de Javasche
Bank yang berdasarkan pada keputusan Pemerintah RI No. 122 dan 123. Pemerintah
memberhentikan Dr. Houwing sebagai Presiden de Javasche Bank dan mengangkat Mr.
Syafruddin Prawiranegara sebagai Presiden de Javasche Bank yang baru. Pada tanggal 15
Desember 1951 diumumkan Undang-Undang No. 24 tahun 1951 tentang Nasionalisasi de
Javasche Bank menjadi Bank Sentral kemudian pada tanggal 1 Juli 1953, de Javasche Bank
berganti menjadi Bank Indonesia.
Demokrasi Terpimpin diartikan sebagai Demokrasi yang dipimpin oleh kebijakan dalam
permusyawaratan dan perwakilan. Pada pelaksanaannya pengertian Demokrasi Terpimpin
lebih cenderung kepada Demokrasi yang dipimpin oleh Presiden sebagai panglima besar
revolusi.
Di awali dari Deklarasi Dr. H. Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden waktu itu. Dimana
dalam Deklarasi tersebut menganjurkan perlunya pembentukan partai-partai. Yang ternyata
mendapat sambutan luas hingga pada waktu itu kurang lebih 40 partai telah lahir di
indonesia.
Presiden Soekarno mengamati Demokrasi tidak semakin mendorong bangsa Indonesi untuk
mendekati tujuan revolusi yang dicita-citakan. Tapi malah sebaliknya dari tujuan yang sudah
dicita-citakan bangsa Indonesia. Sehingga Presiden Soekarno mencetuskan sistem Demokrasi
Terpimpin dengan alasan sebagai berikut :
• Dari segi keamanan nasional, banyaknya gerakan separatis pada masa Demokrasi
Liberal, menyebabkan ketidakstabilan negara.
• Dari segi perekonomian, sering terjadinya pergantian kabinet pada masa Demokrasi
Liberal. Menyebabkan program-program yang dirancang oleh kabinet tidak dapat
dijalankan secara utuh, sehingga pembangunan ekonomi tersendat.
• Dari segi politik, Konstituante gagal dalam merumuskan UUD baru untuk
menggantikan UUDS 1950.
Masa Demokrasi Terpimpin yang telah dicetuskan oleh Presiden Soekarno. Diawali dengan
anjuran Soekarno agar Undang-undang yang digunakan untuk menggantikan UUDS 1950
yakni UUD 1945. Namun usulan itu menimbulkan pro dan kontra dikalangan anggota
Konstituante.
Sebagai tindak lanjut usulannya diadakan pemungutan suara, yang diikuti oleh seluruh
anggota Konstituante. Pemungutan suara ini dilakukan dalam rangka mengatasi konflik yang
timbul dari pro dan kontra usulan Presiden Soekarno tersebut.
1. Mengembalikan keadaan politik negara yang tidak stabil sebagai warisan masa
Demokrasi Parlementer atau Liberal menjadi lebih stabil
2. Demokrasi Terpimpin meerupakan reaksi terhadap Demokrasi Parlementer atau
Liberal. Hal ini disebabkan karena pada masa Demokrasi Parlementer kekuasaan
presiden hanya sebatas sebagai kepala negara. Sedangkan kekuasaan pemerintah
dilaksanakan oleh partai.
1.Kekuasaan Presiden
Dalam sistem Demokrasi Terpimpin mempercayai asas Presidensil. Asas yang
mengedepankan Presiden sebagai pemilik kekuasaan tertinggi. Dengan diberlakukannya
Demokrasi Terpimpin sejak Dekrit 5 Juli 1959, secara otomatis negara Indonesia berada di
bawah perintah Presiden Soekarno pada masa itu.
Hal itu dapat memicu munculnya kesenjangan peran dari wakil rakyat dan memengaruhi
sistem kerja Kabinet. Presiden lah yang memimpin segala pergerakan pemerintahan.
Sehingga dapat dengan mudah menggeser peran- peran yang dianggap tidak sesuai dengan
kehendaknya, terutama dalam bidang politik.
• Hak sebagai warga negara Indonesia tidak dianggap dan tidak ada jaminan yang kuat
didalamnya.
• Kebebasan berpendapat terutama oleh pers kian dibatasi sehingga banyak media
massa yang tidak berani menerbitkan pemikirannya.
• Sistem kepartaian tidak jelas kemana arahnya.
• Peran partai politik melemah seiring dengan kepentingan yang tidak sejalan.
• Adanya sentralisasi kekuasaan oleh pusat dan daerah.
• Pusat berkuasa sepenuhnya dalam sistem pemerintahansehingga muncul kesenjangan
Dukungan ketika MPRS melantik Soekarno sebagai Presiden seumur hidup pun diberikan
oleh PKI. Dengan hubungan baik tersebut tidak kagum apabila paham komunis menjadi
berkembang di lingkungan masyarakat Indonesia.
Kebijakan itu menyebabkan sebagian besar media yang biasanya memberitakan segala hal
dengan terbuka mulai menjadi menutup diri. Bahkan sampai beberapa surat kabar tidak
berani mengedarkan beritanya di masyarakat karena takut dicekal.
Setelah Soekarno mengeluarkan Dekrit pada tanggal 5 Juli 1959 maka Indonesia memasuki
babak baru dalam sejarah. Dekrit Presiden menandai berdirinya rezim demokrasi terpimpin
atau orde lama.
Dalam pelaksanaan demokrasi terpimpin ini banyak menimbulkan dampak-dampak. dibawah
ini dampak-dampak yang terjadi ketika masa demokrasi terpimpin.
• Memberikan kekuasaan besar kepada kepala negara atau Presiden, MPR dan lembaga
tinggi negara lainnya.
• Memberi peluang terhadap militer untuk ikut terjun ke dalam dunia politik.
Pada Demokrasi Terpimpin masa pemerintahan Presiden Soekarno kekuasaan mutlak terletak
pada Presiden. Presiden memiliki kekuasaan yang sangat besar dalam pengambilan keputusan
dan kebijakan, sedangkan aktivitas partai sendiri dibatasi.
Hal ini membawa pengaruh yang besar terhadap bangsa Indonesia diantaranya
pendapatan ekspor Indonesia yang menurun, infasi yang terus merangkak naik dan juga
mewabahnya korupsi oleh kaum birokrat dan militer.
58. Menganalisis kebijakan politik dalam negeri Soekarno pada masa Demokrasi
Terpimpin
Demokrasi Terpimpin muncul setelah terjadinya carut marut pada bidang pemerintahan pada
masa Demokrasi Liberal. Demokrasi Terpimpin setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli
1959. Dekrit ini sebenarnya muncul dari gagasan ABRI yang ingin kembali diterapkannya UUD
1945. Harapannya dengan dikeluarkannya dekrit, pemerintahan Indonesia akan menjadi lebih
stabil dan integrasi Indonesia dapat terjaga. Konsepsi mengenai Demokrasi Terpimpin dicetuskan
oleh Presiden Soekarno. Beberapa kebijakan yang ditempuh oleh Presiden Soekarno antara lain:
Pembentukan MPRS
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dibentuk berdasarkan Penpres No. 2 Tahun
1959. Para anggota MPRS ditunjuk dan diangkat oleh presiden dengan sejumlah persyaratan :
setuju kembali kepada UUD 1945, setia kepada perjuangan RI, dan setuju pada manifesto politik.
Keanggotaan MPRS terdiri atas 61 orang anggota DPR, dan 200 wakil golongan. Pada saat itu,
ABRI mulai terjun kedunia politik. Hal ini sesuai dengan ide Dwifungsi ABRI yang dicetuskan oleh
A.H Nasution. Tugas MPRS terbatas pada menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara.
Beberapa keputusan yang dibuat oleh MPRS:
59. Menganalisis politik luar negeri Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin
Politik luar negeri pada masa Demokrasi Terpimpin ditandai dengan usaha keras Presiden
Soekarno membuat Indonesia semakin dikenal di dunia internasional melalui beragam konferensi
internasional yang diadakan maupun diikuti Indonesia. Tujuan awal dari dikenalnya Indonesia
adalah mencari dukungan atas usaha dan perjuangan Indonesia merebut dan mempertahankan
Irian Barat. Namun seiring berjalannya waktu, status dan prestis menjadi faktor-faktor pendorong
semakin gencarnya Soekarno melaksanakan aktivitas politik luar negeri ini. Efek samping dari
kerasnya usaha ke luar Soekarno ini adalah ditinggalkannya masalah-masalah domestik seperti
masalah ekonomi. Politik luar negeri Indonesia pada masa ini juga bersifat revolusioner.
Presiden Soekarno dalam era ini berusaha sekuat tenaga untuk mempromosikan Indonesia ke
dunia internasional melalui slogan revolusi nasionalnya yakni Nasakom (nasionalis, agama dan
komunis) dimana elemen-elemen ini diharapkan dapat beraliansi untuk mengalahkan Nekolim
(Neo Kolonialisme dan Imperialisme). Dari sini dapat dilihat adanya pergeseran arah politik luar
negeri Indonesia yakni condong ke Blok komunis, baik secara domestik maupun internasional.
Dibentuknya Poros Jakarta Peking. Faktor dibentuknya poros ini antara lain, pertama, karena
konfrontasi dengan Malaysia menyebabkan Indonesia membutuhkan bantuan militer dan logistik,
mengingat Malaysia mendapat dukungan penuh dari Inggris, Indonesia pun harus mencari kawan
negara besar yang mau mendukungnya dan bukan sekutu Inggris, salah satunya adalah China.
Kedua, Indonesia perlu untuk mencari negara yang mau membantunya dalam masalah dana
dengan persyaratan yang mudah, yakni negara China dan Uni Soviet.
1. Pembangunan komplek Istora yang terdiri dari Stadion Gelora Bung Karno, Stadion
Renang, Stadion Madya, Stadion Tenis dan Gedung Basket
2. Hotel Indonesia
3. Memperluas jalan Thamrin, jalan Jenderal Sudirman, dan Jalan Grogol
4. Pembangunan jembatan Semanggi
5. Pembuatan Televisi Republik Indonesia (TVRI) untuk menayangkan pertandingan
Asian Games
Berbagai proyek tersebut salah satu dananya merupakan bantuan dari Uni Soviet. Pelaksanaan
Asian Games berlangsung dari 24 Agustus – 4 September 1962. Negara yang mengikuti berjumlah
16 negara. Muncul controversial dimana Indonesia tidak mengundang Israel dan Taiwan. Hal ini
menyalahi undang-undang Asian Games Foundation oleh karena itu kemudian Indonesia diskors
dalam mengikuti Olimpiade musim panas 1964 di Tokyo. Lima besar negara peroleh medali dalam
Asian Games ke-4 yaitu Jepang, Indonesia, India, Filipina dan Korea.
Ganefo dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 10-23 November 1963 yang diikuti oleh 53 negara.
Penyelenggaraan Ganefo diboikot oleh negara-negara Barat. Meski demikian Ganefo tetap
berlangsung. Motto dari Ganefo adalah “Maju Terus Jangan Mundur”. Lima besar perolehan
medali pada Ganefo yaitu: Cina, Uni Soviet, Indonesia, Republik Arab Bersatu, dan Korea Utara.
1. Presiden Soekarno menganggap bahwa markas PBB (New York) tidak netral.
Seharusnya diluar blok Amerika dan blok Uni Soviet
2. PBB dianggap lamban dalam menyikapi konflik antara negara
3. Adanya hak veto yang dimiliki oleh lima negara yakni Amerika Serikat, Inggris, Uni
Soviet (Rusia) Perancis dan Cina mencerminkan dominasi negara tertentu
4. Banyak kebijakan yang menguntungkan negara-negara Barat.
* Cara mengatasi : Pemberontakan Daud Beureuh ini dilakukan dengan suatu " Musyawarah
Kerukunan Rakyat Aceh" pada bulan Desember 1962 atas prakarsa Panglima Kodam
I/Iskandar Muda, Kolonel Jendral Makarawong.
4.Di Sulawesi Selatan
*Terjadi pada tanggal : 17 Agustus 1951
* Tokoh : KaharMuzakar
* Sebab : Pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar menuntut kepada pemerintah agar pasukannya
yang tergabung dalam Komando Gerilya Sulawesi Selatan dimasukkan ke dalam Angkatan Perang
Republik Indonesia Serikat ( APRIS ). Tuntutan ini ditolak karena harus melalui penyaringan.
* Cara mengatasi :
1. Operasi Militer
2. Pada bulan Februari 1965 Kahar Muzakar berhasil ditangkap dan ditembak mati sehingga
pemberontakan DI/TII di Sulawesi dapat dipadamkan.
5. Di Kalimantan Selatan
* Terjadi pada Bulan oktober 1950
* Tokoh : Ibnu Hajar
* Sebab : Ketidakpuasan terhadap kebijakan mengenai TNI
* Cara mengatasi :
Dalam menghadapi gerombolan DI/TII tersebut pemerintah pada mulanya melakukan pendekatan
kepada Ibnu Hadjar dengan diberi kesempatan untuk menyerah, dan akan diterima menjadi anggota
ABRI. Ibnu Hadjar sempat menyerah, akan tetapi setelah menyerah dia kembali melarikan diri dan
melakukan pemberontakan lagi sehingga pemerintah akhirnya menugaskan pasukan ABRI (TNI-
POLRI) untuk menangkap ibnu Hadjar. Pada akhir tahun 1959 Ibnu Hadjar beserta seluruh anggota
gerombolannya tertangkap dan dihukum mati.
E. PRRI/PERMESTA :
* Awal peristiwa :
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (biasa disingkat dengan PRRI) merupakan salah
satu gerakan pertentangan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat (Jakarta) yang
dideklarasikan pada tanggal 15 Februari 1958.
*Tokoh : Dengan keluarnya ultimatum dari Dewan Perjuangan yang dipimpin oleh Letnan Kolonel
Ahmad Husein di Padang, Sumatera Barat, Indonesia.
* Sebab :
Konflik yang terjadi ini sangat dipengaruhi oleh tuntutan keinginan akan adanya otonomi daerah yang
lebih luas. Selain itu ultimatum yang dideklarasikan itu bukan tuntutan pembentukan negara baru
maupun pemberontakan, tetapi lebih kepada konstitusi dijalankan. Pada masa bersamaan kondisi
pemerintahan di Indonesia masih belum stabil pasca agresi Belanda. Hal ini juga mempengaruhi
hubungan pemerintah pusat dengan daerah serta menimbulkan berbagai ketimpangan dalam
pembangunan, terutama pada daerah-daerah di luar pulau Jawa. Dan sebelumnya bibit-bibit konflik
tersebut dapat dilihat dengan dikeluarkannya Perda No. 50 tahun 1950 tentang pembentukan wilayah
otonom oleh provinsi Sumatera Tengah waktu itu yang mencakup wilayah provinsi Sumatera Barat,
Riau, Kepulauan Riau, dan Jambi.
62. Menganalisis dampak politik peristiwa G-30-S /PKI terhadap kehidupan politik
bangsa Indonesia
Sebab-sebab Munculnya G30S/PKI
• N. Aidit terpilih menjadi ketua PKItahun 1951, ia dengan cepat membangun kembali
PKI yang porak-poranda akibat kegagalan pada tahun 1948.
• PKI membentuk biro khusus yang secara rahasia bertugas mempersiapkan kader-kader
di berbgai organisasi politik.
• Mempengaruhi Presiden Soekarno.
• Pimpinan TNI AD membentuk Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta terhadap
presiden Soekarno pada saat peringatan HUT ABRI tanggal 5 Oktober 1965.
Gerakan G30S/PKI
1. Mayjen Soeharto ditugaskan untuk pemulihan keamanan dan ketertiban yang terkait
dengan G30S/PKI.
2. Kebijakan Presiden Soekarno mengenai penyelesaian G30S/PKI dinyatakan dalam
sidang paripurna Kabinet Dwikora tanggal 6 Oktober 1965 di Istana Bogor.
Presiden Soekarno menyalahkan orang – orang yang terlibat dalam perbuatan keji yang
berakhir dengan gugurnya Pahlawan Revolusi serta korban – korban lainnya yang tidak
berdosa. Namun Presiden Soekarno menyatakan gerakan semacam G30S/PKI dapat saja terajdi
dalam suatu revolusi. Sikap Soekarno ini diartikan lain oleh masyarakat, mereka menganggap
Soekarno membela PKI. Akibatnya, popularitas dan kewibawaan Presiden menurun di mata
Rakyat Indonesia. Demonstrasi besar – besaran terjadi pada tanggal 10 januari 1966. Para
demonstran ini mengajukan tiga tuntutan yang terkenal dengan sebutan TRITURA ( Tri
Tuntutan Rakyat ), meliputi sebagai berikut :
1. Pembubaran PKI.
2. Pembersihan Kabinet Dwikora dari unsur – unsur OKI.
3. Penurunan harga – harga ( Perbaikan Ekonomi ).
Dampak Politik
• Mengadakan devaluasi rupiah lama menjadi rupiah baru yaitu Rp 1000 menjadi Rp 100.
• Menaikkan harga bahan bakar menjadi empat kali lipat tetapi kebijakan ini
menyebabkan kenaikan harga barang yang sulit untuk dikendalikan.
• Dampak Positif
1. kita dapat lebih waspadai terhadap serangan yang mnyerang NKRI baik dari dalam
maupun luar
2. kita dapat bersatu dan dapat bertahan /menyadari bawah pancasila adalah jati diri
bangsa kita
3. dengan adanya g30s pki kedudukan pancasila dalam negara menjadi lebih kuat
Kekacauan besar ini lebih kita kenal dengan sebutan G30S/PKI. Untuk menyelesaikan segala
permasalahan yang muncul akibat peristiwa ini, Ir. Soekarno (Presiden Indonesia) kemudian
mengeluarkan surat perintah kepada Soeharto agar segera memulihkan dan mengamankan
ketertiban, dan stabilitas negara. Surat perintah ini dikeluarkan pada tanggal 11 Maret, populer
dengan julukan Supersemar. Lebih lengkapnya, berikut penjelasan terkait dengan latar
belakang lahirnya orde baru (ORBA).
Kronologi peristiwa ini terjadi pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, 6 Jenderal Senior dan
beberapa orang lainnya dibunuh dibawah pasukan pimpinan Letnan Kolonel Untung. Enam
pejabat tinggi yang dibunuh meliputi : Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani, Mayjen Mas
Tirtodarmo Haryono, Mayjen Raden Suprapto, Mayjen Siswondo Parman, Brigjen Donald
Isaac Panjaitan dan Brigjen Sutoyo Siswomohardjo.
Sasaran utama dalam pembunuhan tersebut adalah Jenderal TNI Abdul Harris Nasution, namun
beliau berhasil kabur dan selamat dari peristiwa tersebut. Tapi sangat disayangkan, putri beliau
dan ajudannya menjadi korban dalam pembunuhan tersebut. Gerakan ini mengakibatkan
kondisi stabilitas Indonesia menjadi kacau.
Untuk mengatasi kekacauan, Presiden Soekarno kemudian mengeluarkan Supersemar (surat
perintah 11 Maret) yang diserahkan kepada Soeharto. Penyerahan surat tersebut membuat
integrasi Soeharto semakin kuat, dan pada perkembangan selanjutnya ia menjadi presiden
menggantikan Soekarno.
Memburuknya kondisi ekonomi Indonesia pada masa orde lama merupakan salah satu latar
belakang lahirnya orde baru. Lesunya bidang ekonomi ditandai dengan :
Semakin parahnya kondisi ekonomi dan politik Indonesia pasca peristiwa G30S/PKI
mengakibatkan mulai bermunculan aksi-aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa yang
tergabung dalam Front Pancasila, terdiri dari KAMI (kesatuan aksi mahasiswa Indonesia),
KAPPI (kesatuan pemuda pelajar), KABI (kesatuan buruh), KAWI (kesatuan wanita), KASI
(kesatuan sarjana) dan KAGI (kesatuan guru). Kesatuan-kesatuan ini didukung sepenuhnya
oleh TNI (Tentara Nasional Indonesia). Pada perkembangan selanjutnya, FP (Front Pancasila)
merupakan pihak yang menandatangani Tritura.
Adanya peristiwa besar pembunuhan petinggi TNI pada tanggal 30 September dibarengi
dengan tindakan keji yang dilakukan oleh PKI kepada rakyat. Oleh sebab itu, rakyat menuntut
agar PKI di bubarkan dan para petingginya diberi hukuman yang setimpal. Tuntutan rakyat ini
kemudian tertuang dalam Tritura (tiga tuntutan rakyat). Isinya terdiri dari :
Wibawa dan kekuasaan Presiden Soekarno semakin melemah, disebabkan karena kecurigaan
pihak TNI AD dan rakyat atas peristiwa G30S/PKI. Soekarno tidak mau membubarkan PKI,
ia beranggapan PKI tidak bersalah, tapi pemimpinnya yang keblinger. Sebab lainnya adalah
adanya dualisme kepemimpinan setelah dikeluarkannya Supersemar. Soekarno sebagai
presiden, sementara Soeharto sebagai pelaksanaan pemerintahan.
Kondisi ini kemudian membuat Soeharto semakin dikenal, puncaknya pada sidang MPRS
No.XXXIII/1967 isinya pencabutan jabatan Presiden Soekarno, kemudian pengangkatan
Soeharto menjadi Presiden. Secara resmi, Soeharto kemudian diangkat menjadi presiden RI
pada tanggal 12 Maret 1967. Maka berakhirlah masa orde lama, dan digantikan dengan orde
baru.
64. Menganalisis kebijakan sosial, ekonomi dan politik pemerintahan Orde Baru
Masa pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia mulai mencapai penurunan ketika pada
pertengahan tahun 1960an kondisi ekonomi negara terpuruk. Perhatian besar pada bidang
politik membuat kondisi ekonomi mengalami imbas dari kebijakan – kebijakan politik
Soekarno pada saat itu. Salah satunya adalah kebijakan untuk memutuskan hubungan dengan
negara – negara barat yang mempengaruhi tiadanya bantuan asing yang dibutuhkan. Selain
itu juga terjadi hiperinflasi dan defisit keuangan negara. Semua itu ditambah dengan
terjadinya peristiwa G30S PKI dengan para Tokoh G30S PKI yang menyulut kemarahan
rakyat sehingga menuntut Soekarno untuk mundur sebagai pemimpin negara.
Melalui Surat Perintah Sebelas Maret tahun 1966 (Supersemar) yang memberi makna orde
baru , akhirnya Presiden Soekarno menyerahkan mandat kepemimpinan negara kepada
Jendral Soeharto. Sejak itulah era pemerintahan yang dikenal dengan nama Orde Baru
dimulai. Melalui tangan Presiden Soeharto, berbagai kebijakan orde baru dibuat untuk
memulihkan kondisi negara dalam berbagai bidang yang saat itu kacau balau. Untuk
mencapai tujuan Orde Baru, ada beberapa kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
khususnya Presiden Soeharto dalam berbagai bidang, antara lain:
Kebijakan Bidang Politik
Beberapa kebijakan politik pada masa orde baru yang ditetapkan oleh pemerintah orba dan
Presiden Soeharto yaitu:
1. Dibubarkannya Partai Komunis Indonesia dan semua organisasi – organisasi
pendukungnya yang berbasis di masyarakat dan di dalam kabinet pemerintahan yang
diperkuat melalui surat Keputusan Presiden/Pangti ABRI/Mandataris MPRS no.
1/3/1966 tertanggal 12 Maret 1966 sebagai realisasi dari Tiga Tuntutan Rakyat atau
Tritura.
2. Memperbaharui kabinet Dwikora dengan mengamankan 15 orang menteri yang
dinilai terkait dengan gerakan 30 September 1965 melalui Keputusan Presiden no.5
tanggal 18 Maret 1966. Juga membersihkan lembaga legislatif termasuk MPRS dan
DPRGR dari para tersangka G30S PKI.
3. Mengembalikan peran dan kedudukan MPRS yaitu diatas Presiden agar sesuai dengan
UUD 1945. Soeharto juga melakukan kebijakan orde baru dengan memisahkan
jabatan pimpinan DPRGR dengan jabatan eksekutif sehingga pimpinan DPRGR tidak
diberi kedudukan sebagai menteri lagi.
4. Pelaksanaan pemilihan umum yang lebih sederhana pertama kali pada masa orde baru
di tahun 1971 dengan penyederhanaan partai politik dari sejumlah 10 partai menjadi
tiga partai saja berdasarkan kesamaan program partai. Partai politik pada masa orde
baru yaitu Golongan Karya (Golkar), Partai Demokrasi Indonesia (PDI) terdiri dari
partai – partai nasionalis dan Kristen, lalu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang
terdiri dari partai – partai Islam. Ketiga partai ini sangat dibatasi aktivitas politiknya
termasuk pada masa kampanye singkat di masa pemilu.
5. Militer diberikan hak secara resmi untuk ikut berperan dalam pemerintahan dengan
istilah Dwifungsi ABRI.
6. Diwajibkannya pendidikan dan penataran P4 atau Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila untuk seluruh lapisan masyarakat dan memberlakukan Asas
Tunggal Pancasila untuk partai – partai politik dan organisasi kemasyarakatan.
7. Irian Barat dan Timor Timur bergabung dalam wilayah kesatuan Republik Indonesia
walaupun tidak dengan usaha yang mulus.
8. Indonesia menjadi pelopor dalam pendirian ASEAN dan juga melakukan beberapa
kebijakan politik luar negeri seperti mengakui negara Singapura, memperbaiki
hubungan dengan Malaysia, kembali menjadi anggota PBB pada tahun 1967.
Kebijakan Bidang Sosial
Untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat pada waktu itu yang berada dalam keadaan
terpuruk, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan pada orde baru yang menjadi ciri
pokok orde baru seperti Gerakan Orang Tua Asuh, Program Keluarga Berencana dengan
slogan “Dua Anak Cukup”, transmigrasi, dan gerakan wajib belajar 9 tahun.
Kebijakan Bidang Ekonomi
Beberapa hal yang menjadi bagian dari kebijakan ekonomi pada masa pemerintahan orde
baru yaitu:
1. Repelita
Repelita atau Rencana Pembangunan Lima Tahun adalah kebijakan orde baru dalam bidang
ekonomi yang dimulai pada tahun 1969 sampai tahun 1994. Upaya pemerintah orde baru
untuk meningkatkan ekonomi secara nasional berhasil dengan menggunakan Repelita,
diantaranya terwujudnya swasembada pangan nasional pada tahun 1984. Repelita dibagi
menjadi beberapa tahap Pelita (Pembangunan Lima Tahun) seperti berikut ini:
▪ Pelita I yang dimulai pada 1 April 1969 – 31 Maret 1974 untuk meningkatkan taraf
hidup rakyat dan menekankan pembangunan pada bidang pertanian.
▪ Pelita II dimulai pada 1 April 1974 – 31 Maret 1979 yang dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi sebanyak rata – rata 7 persen setahun.
▪ Pelita III sejak 1 April 1979 – 31 Maret 1984 yang menekankan tujuan Trilogi
Pembangunan.
▪ Pelita IV sejak 1 April 1984 – 31 Maret 1989 berhasil melaksanakan keluarga
berencana dan swasembada pangan serta perumahan.
▪ Pelita V dimulai pada 1 April 1989 – 31 Maret 1994 menyasar sektor pertanian dan
industri untuk ekspor.
▪ Pelita VI yang bertujuan untuk membangun sektor pertanian dan industri ekspor.
2. Trilogi Pembangunan
Selain itu juga adanya wacana pembangunan nasional dalam istilah Trilogi Pembangunan
yang dijadikan landasan penentuan kebijakan politik, ekonomi dan sosial dalam pelaksanaan
pembangunan negara. Ada tiga aspek dalam trilogi pembangunan yaitu:
Tujuan dasar dari kebijakan orde baru adalah pembangunan ekonomi negara dengan
bergabung kembali ke dalam jajaran ekonomi dunia yaitu menjadi anggota IMF
(International Monetary Fund), menjadi anggota PBB kembali dan anggota Bank Dunia pada
kurun waktu akhir tahun 1960an. Langkah ini akhirnya memulai aliran bantuan keuangan dan
bantuan asing dari negara Barat dan juga Jepang ke Indonesia. Kemudian untuk mengatasi
hiperinflasi, Soeharto mengandalkan para teknokrat ekonomi yang sebagian besar dididik di
Amerika Serikat untuk membuat rencana guna memulihkan ekonomi.
Pada akhir 1960an penciptaan stabilitas harga dilakukan melalui kebijakan yang melarang
pendanaan domestik dalam bentuk hutang atau pencetakan uang. Juga membebaskan kontrol
pasar untuk memulihkan mekanisme pasar bebas, menerapkan UU Penanaman Modal Asing
pada 1967 dan UU Penanaman Modal Dalam Negeri pada 1968. Penetapan kedua UU ini
mengundang investor sehingga pertumbuhan ekonomi mencapai lebih dari 10% di tahun
1968.
Kebijakan orde baru tetap menjaga pertumbuhan ekonomi tahunan yang cepat diatas angka
5%. Indonesia saat itu juga mendapat keuntungan secara signifikan dari perdagangan minyak
di tahun 1970an sehingga sektor publik mampu berperan besar dalam perekonomian dengan
berinvestasi dalam pembangunan daerah, sosial, infrastruktur dan mendirikan industri dalam
skala besar. Namun sebagai akibat dari rakyat yang merasa diabaikan dari keuntungan ini
terjadi sejarah peristiwa Malari pada tahun 1974, yang berawal dari protes terhadap
banyaknya pemodal asing di Indonesia. Sejak itu aturan mengenai investasi asing diperketat
dan diganti dengan kebijakan memberi perlakuan khusus terhadap pribumi.
5. Ekspor dan Deregulasi sejak 1983 – 1996
Hutang luar negeri bertambah dengan jatuhnya harga minyak sejak awal 1980an dan reposisi
mata uang pada tahun 1985 sehingga pemerintah harus melakukan berbagai kebijakan orde
baru untuk memulihkan kondisi makroekonomi. Berbagai tindakan untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi didorong oleh ekspor, seperti pembebasan bea cukai termasuk impor
dan pengulangan devaluasi rupiah. Selain itu pemerintah juga mengizinkan berbagai
pendirian bank swasta baru, kebebasan bank asing beroperasi di luar Jakarta, yang kemudian
justru menjadi masalah yang menambah krisis di Indonesia pada akhir 1990an, selain dari
berbagai penyimpangan pada masa orde baru yang juga menjadi faktor penyebab runtuhnya
orde baru dan akhir masa pemerintahan Orde Baru.
65. Menganalisis tumbangnya rezim Orde Baru
Pada tahun 1997, krisis ekonomi yang melanda Thailand, mulai berdampak pada perekonomian
Indonesia. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mulai merosot hingga Rp 15.000/dollar.
Harga-harga kemudian melambung tinggi, jumlah utang luar negeri mencapai 163 miliar dollar
AS lebih, pengangguran dan kemiskinan penduduk meningkat tajam, banyaknya bank
bermasalah, pertumbuhan ekonomi minus 20% – 30%, dan KKN dikalangan para pejabat
Pemerintah menyebabkan krisis kepercayaan dari masyarakat. Kondisi krisis ekonomi dan
krisis kepercayaan rakyat terhadap pemerintah ini kemudian mendorong ribuan mahasiswa
turun ke jalan untuk berdemonstrasi. Tuntutan para mahasiswa adalah sebagai berikut.
Pada 12 Mei 1998, terjadi Tragedi Trisakti, empat mahasiswa Universitas Trisakti tewas
tertembak oleh aparat keamanan saat berdemonstrasi yang kemudian dikenal sebagai pahlawan
reformasi. Keempat mahasiswa itu sebagai berikut:
Untuk mengetahui profil pahwalan reformasi, mari kita klik tombol kuning pada masing –
masing gambar pahlawan reformasi di bawah ini.
Profil pahlawan reformasi
Tahukah kamu apa yang terjadi setelah penembakan keempat mahasiswa tersebut?apakah
masiswa menjadi takut? peristiwa tersebut tidak membuat mahasiswa menjadi takut, malah
sebaliknya membuat ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dari seluruh Indonesia
berdemonstrasi di berbagai kampus di Jakarta. Puncaknya dari demonstrasi mahasiswa terjadi
pada tanggal 19–21 Mei 1998 di depan Gedung DPR/MPR Jakarta. sampai tanggal 21 Mei
1998 di Istanah Merdeka Presiden Soeharto mundur dari jabatannya dan sekaligus pengambilan
sumpah jabatan oleh BJ. Habibie sebagai presiden ke 3 Indonesia.
Kerusuhan besar pada 14 Mei 1998 tidak hanya terjadi di Jakarta tetapi merembet ke kota-kota
yang lain, seperti Solo, Surabaya, Medan, Makassar dan Padang. Mahasiswa bersama-sama
rakyat yang berdemonstrasi di jalan-jalan semakin gencar menuntut Presiden Soeharto untuk
mundur dari jabatannya. Bahkan, gedung DPR/ MPR pun diduduki oleh ribuan mahasiswa.
Coba bayangkan bagaimana mencengkamnya saat itu! Semoga peristiwa tersebut menjadi
pelajaran begi segenap masyarakat Indonesia dan dikemudian peristiwa serupa tidak pernah
terulang lagi di negri Indonesia yang tercinta ini. Taukah kamu Peristiwa Reformasi mengutkan
teori revulusi yang mengatakan bahwa perubahan cepat akan menimbulkan disintegrasi
(kekaucauan) dalam masyarakat.
66. Menganalisis dampak Perang Dingin bagi kehidupan politik bangsa Indonesia masa
Pemerintahan Sukarno
Secara singkat, Perang Dingin merupakan perang politik, ideologi, dan militer yang terjadi
antara Amerika Serikat (blok barat) dan Uni Soviet (blok timur) setelah perang dunia ke II
sampai tahun 1991. Bagi Indonesia sendiri, dampak dari adanya Perang Dingin ini mencakup
ke dalam beberapa aspek antara lain :
• Penerapan demokrasi terpimpin pada tahun 1960 pada saat itu pemerintah
mengarahkan pandangan politiknya ke negara yang berhaluan komunis.
• Pendirian Poros Jakarta Hanoi Pyong Yang Phnom Penh yang terbentuk akibat
kedekatan Indonesia dengan Negara Blok Timur.
• Kebijakan ekonomi Indonesia cenderung terlihat mengarah pada Kolonialisme dan
Imperialisme.
• Perubahan arah politik Indonesia yang terjadi pada tahun 1965 sebagai dampak dari
gerakan 30 SPKI yang dianggap didalangi oleh PKI.
• Berawal dari terjadinya krisis minyak dunia yang memberikan dampak positif bagi
bangsa Indonesia, hal ini menyebabkan perkembangan modal asing dalam negeri ini.
• Berakhirnya pemerintahan orde baru lalu terjadi krisis moneter di Indonesia pada
tahun 1997.
Disamping itu, ada dampak lain yang ditimbulkan oleh Perang Dingin bagi Indonesia adalah
terjadinya krisis moneter karena ketergantungan Indonesia terhadap modal asing sangat
tinggi, selain itu Indonesia juga terlalu banyak bergantung pada barang impor. Di sisi lain,
krisis moneter juga mengakibatkan Indonesia tidak mampu memenuhi keperluan sehari-hari.
Krisis ekonomi ini tercermin dengan terjadinya inflasi yang tinggi, tingginya utang luar
negeri dan pemerintah yang bersifat sentralis. Munculnya krisis politik ditandai dengan
terjadinya demokrasi rekayasa pada pemerintahan orde baru yang menimbulkan krisis
kepercayaan di mata rakyat Indonesia. Dampak selanjutnya adalah munculnya reformasi
yang dilatarbelakangi oleh krisis multidimensional seperti ekonomi, politik, sosial.
Selain bagi Indonesia tentunya Perang Dingin juga memberikan dampak bagi dunia
internasional yaitu dalam bidang politik, ekonomi, dan militer. Dimana, dalam bidang politik
yaitu pecahnya negara-negara seperti terjadinya perang sekunder yang menimbulkan
perpecahan diantaranya Vietnam barat dengan Vietnam timur, Korea Utara dengan Korea
Selatang, Jerman Barat dan Jerman Timur.
Dalam bidang ekonomi munculnya negara superpower karena dunia dikuasai oleh para
pemegang investor yang berlomba-lomba mencari laba yang kemudian menginvestasikan ke
negara berkembang, selain Amerika. Sedangkan dalam bidang militer, terdapat munculnya
Nato dari Amerika Serikat dan juga Pakta Warsawa dari Unisoviet dalam bidang ini kedua
negara ini juga berlomba-lomba dalam perang nuklir.
Baca juga:
Sejarah Konflik Rusia Vs Ukraina yang Kian Memanas
Bubarnya Uni Soviet ini kemudian menimbulkan berbagai dampak yang turut
mempengaruhi iklim politik dan ekonomi negara-negara besar ataupun negara bekas Uni
Soviet. Apa saja dampak runtuhnya Uni Soviet? berikut ini rangkumannya dikutip dari
laman Norwich University.
3. Tembok Berlin jatuh pada tanggal 9 November 1989, menyebabkan Jerman Timur dan
Barat secara resmi bersatu kembali dalam waktu satu tahun, mengakhiri Perang Dingin.
6. Pada akhir tahun 1989, delapan dari sembilan republik yang tersisa telah
mendeklarasikan kemerdekaan dari Moskow, dan Uni Soviet yang kuat akhirnya runtuh.
7. Pada musim panas tahun 1990, semua pejabat Eropa Timur yang sebelumnya
komunis telah digantikan oleh pemerintah yang dipilih secara demokratis, menyiapkan
panggung untuk reintegrasi kawasan itu ke dalam bidang ekonomi dan politik Barat.
Baca juga:
Sejarah Perkembangan Islam di Rusia, Ada Jejak Leluhur Sunan Ampel
9. Mendorong banyak perubahan budaya dan pergolakan sosial di negara-negara bekas
Soviet dan negara-negara komunis tetangga yang lebih kecil.
Tak hanya itu, runtuhnya Uni Soviet juga kemudian mempengaruhi negara-negara yang
lain. Misalnya sejak akhir Perang Dingin, China telah berkembang menjadi negara besar
dan Uni Eropa telah memperluas pengaruhnya ke wilayah-wilayah yang pernah dikuasai
Moskow.
68. Menganalisis peran Indonesia dalam upaya penyelesaian konflik dunia sebagai
implementasi dari alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945
Dalam buku Pengetahuan Sosial Sejarah oleh Drs. Tugiyono, disebutkan peran Indonesia
dalam perdamaian dunia:
2. Peran Indonesia dalam perdamaian dunia lainnya yakni bersama negara Mesir, India,
Yugoslavia, dan Ghana, menjadi pelopor berdirinya Gerakan Non Blok (GNB)
Gerakan Non Blok berusaha meredakan ketegangan dunia dan menciptakan perdamaian
dunia yang ketika itu (1960-an) terancam akibat terjadinya perang dingin antara Blok
Barat dan Blok Timur.
4. Hubungan Internasional
Dalam buku 'Pasti Bisa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/MA
Kelas XI oleh Tim Ganesha Operation, disebutkan, peran Indonesia dalam perdamaian
dunia yakni melalui hubungan internasional.
Uni Soviet menjadi negara pertama yang berhasil meluncurkan satelit bernama Sputnik
1 pada 4 Oktober 1957. Pada November 1957 Uni Soviet meluncurkan satelit Sputnik
II dengan menyertakan seekor anjing bernama Laika. Kemajuan Uni Soviet mulai disaingi oleh
Amerika Serikat dengan meluncurkan satelit Explorer 1 pada 31 Januari 1958. Seolah tidak
mau kalah, Uni Soviet “membalasnya” dengan mengirimkan Sputnik III pada 15 Mei 1958.
Pada 4 Oktober 1959 Uni Soviet berhasil mengorbitkan satelit Lunik III yang dapat
mengelilingi bumi dan bulan.
Momen terpenting dalam perkembangan teknologi ini terjadi ketika manusia berhasil
melakukan perjalanan ke luar angkasa. Yuri Gagarin, kosmonot dari Uni Soviet, berhasil
menjadi manusia pertama yang melakukan perjalanan ini pada 12 April 1961 dengan
menggunakan pesawat Vostok 1 selama 108 menit. Disusul dengan John Glenn, manusia
pertama yang mengorbit Bumi pada tanggal 20 Februari 1962 dengan pesawat Friendship
7 milik Amerika Serikat, dan Neil Amstrong sebagai manusia pertama yang mendarat di bulan
pada tanggal 20 Juli 1969 dengan Apollo 11 milik Amerika Serikat.
Perkembangan teknologi luar angkasa ini tentunya juga membawa dampak bagi Indonesia.
Pada 9 Juli 1976, diluncurkan satelit Palapa A1 yang berguna untuk mengatur Sistem
Komunikasi Satelit Domestik (SKSD). SKSD
bermanfaat untuk mempermudah komunikasi
antar daerah dan antar negara,
menyambungkan komunikasi telepon,
televisi, radio dan faksimili, serta
menghubungkan jaringan internet.
Selanjutnya Indonesia juga punya satelit
Palapa B1 yang diluncurkan pada 16 Juni
1983.
Meski begitu, kita harus menggunakan kemajuan teknologi dan informasi ini secara bijak,
karena perkembangan ini tetap memiliki dampak negatif. Adapun dampak negatif yang dapat
ditimbulkan seperti memudarnya nilai tradisional dalam masyarakat, semakin banyaknya
pembajakan hasil karya, ataupun menguatnya sikap individualisme. Kira-kira, kamu bisa
menyebutkan lagi nggak dampak positif dan negatifnya?
Kalau di infografis kamu sudah tahu tentang sejarah perkembangan transportasi di dunia, akan
berbeda dengan perkembangan transportasi di Indonesia, Squad. Pertama untuk transportasi
darat, di Indonesia sedang dibangun jalan-jalan besar untuk menghubungkan daerah-daerah
terpencil. Salah satu jalan yang dibangun adalah jalan tol (jalan bebas hambatan).
Jalan tol (singkatan dari tax on location) pertama di Indonesia dibangun pada 1973 adalah Jalan
Tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi). Tol ini mulai digunakan tahun 1978 hingga sekarang dan
membentang sepanjang kurang lebih 50 km. Pembuatan jalan tol kemudian berkembang di
daerah lain di Pulau Jawa dan Sumatra. Dilanjutkan dengan tol Jakarta – Tangerang sepanjang
33 km (beroperasi November 1984), Surabaya – Gempol (49 km dan beroperasi Juli 1986).
Pembangunan sempat terhenti pada Maret 1993 setelah membangun jalan tol Surabaya –
Gresik sepanjang 20,7 km dan dilanjutkan dengan pembangunan Cikampek – Purwakarta –
Padalarang (Cipularang) pada April 2005.
Perusahaan kapal pertama di Indonesia bernama N.V. Nederlandsch Indische Industrie dan
mulai dirintis pada 1823 oleh Gubernur Jenderal Van der Capellen. Untuk mendukung
perusahaan tersebut, dibangun bengkel reparasi kapal pada
1849 di Surabaya. Hingga pada 1939 perusahaan tersebut
diubah namanya menjadi Marine Establishment (ME).
Pasca Perang Dunia II, setelah sempat dikuasai Jepang, Belanda kembali menguasai ME.
Setelah merdeka, pada 27 Desember 1949, ME dikembalikan ke pemerintah Indonesia dan
diubah namanya menjadi Penataran Angkatan Laut (PAL).
Perkembangan transportasi udara Indonesia dimulai pada masa awal kemerdekaan. Saat itu
pesawat yang digunakan masih hasil modifikasi Pesawat Cureng/Nishikoren peninggalan
Jepang. Pesawat itu dirancang dan dites oleh Agustinus Adisucipto pada Oktober 1945 di atas
kota Tasikmalaya. Atas ide Wiweko Soepono dan Nurtanio Pringgoadisuryo dibukalah
bengkel pesawat di bekas gudang kapuk di Magetan dekat Madiun. Pesawat NWG-1 menjadi
jenis pesawat hasil buatan bengkel tersebut.
Perkembangan pesawat terbang sempat terhambat karena pemberontakan Madiun 1948 dan
Agresi Militer Belanda. Dunia penerbangan Indonesia kemudian berkembang lagi pasca
peristiwa tersebut. Bandung dipilih menjadi tempat pengembangan pesawat terbang,
khususnya di lapangan terbang Andir (Husein Sastranegara). Pada 1 Agustus 1954, Indonesia
berhasil menerbangkan prototype Si Kumbang dan selanjutnya diluncurkan pesawat latih
dasar Belalang 89 dan pesawat olahraga Kunang 25.