Anda di halaman 1dari 173

KISI KISI SEJARAH PPG 2022

1. Membandingkan pendekatan kronologis dan sinkronis dalam penerapan untuk


penelitian sejarah

sinkronik sendiri adalah sebuah analisis pada sebuah peristiwa yang terjadi waktu
tertentu. Kata sinkronik berasal dari bahasa Yunani, yaitu syn yang berarti dengan dan
chronoss yang berarti waktu. Kajian sejarah secara sinkronik artinya mempelajari peristiwa
sejarah dengan segala aspeknya pada masa atau waktu tertentu dengan lebih mendalam.
Adapun definisi sinkronik menurut para ahli, antara lain:

1. Culler (1990)
Sinkronik dapat didefinisikan sebagai suatu studi mengenai sistem bahasa pada kondisi
tertentu yang tidak mengindahkan atau mengabaikan waktu.
2. Ratna Hapsari dan M Adil (2016)
Konsep sinkronik dalam sejarah merupakan cara untuk mempelajari atau mengkaji, pola-
pola, gejala, dan karakter dari sebuah peristiwa sejarah pada masa tertentu
3. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Sinkronik dapat didefinisikan sebagai hal yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi
dalam suatu masa yang terbatas.

Secara etimologis kronologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu chronoss yang artinya
waktu dan logos yang artinya ilmu. Jadi, kronologi adalah ilmu tentang waktu yang
membantu untuk menyususn peristiwa atau kejadian – kejadian sejarah sesuai urutan waktu
terjadinya. Cara berpikir kronologis dapat memprmudah kita dalam melakukan rekonstruksi
terhadap semua peristiwa masa lalu dengan tepat. kronologis adalah sebuah cara analisis
dengan mengurutkan waktu kejadian dari awal hingga akhir.
Adapun definisi sinkronik menurut para ahli, antara lain:
1. Pengertian Kronologi Menurut Hendrayana
Kronologi sejarah berkaitan dengan periodesasi sejarah. Kronologi sejarah diperlukan
karena dalam peristiwa-peristiwa sejarah terdiri berbagai jenis dan bentuk yang
berbeda. Setiap peristiwa perlu diklasifikasi berdasarkan jenis dan bentuk
peristiwanya.

Ciri-ciri berfikir kronologis


1. Bersifat vertikal
2. Penekanan dalam proses analisis ditekankan pada durasi atau waktu kejadian yang saling
berhubungan
3. Cakupan yang didapatkan dari analisis dengan pendekatan kronologis adalah lebih luas
dibandingkan dengan pendekatan sinkronik.
4. Analisis pada satu peristiwa dapat diuraikan dengan lebih jelas
5. Melakukan kajian pada satu peristiwa ke kejadian lain. Tentunya setiap peristiwa tersebut
memiliki hubungan
6. Adanya suatu konsep perbandingan
Ciri-ciri berifkir sinkronik
1. Bersifat horizontal
2. Berbeda dengan berfikir kronologis, berfikir singkronik tidak memiliki sebuah perbandingan
di dalamnya
3. Kajian yang dilakukan hanya pada peristiwa yang terjadi pada pada waktu tertentu
4. cakupan yang ada di dalam pendekatan berfikir sinkronik lebih sempit dibandingkan dengan
pendekatan berpikir kronologis
5. Kajian yang dihasilkan akan lebih terstruktur
6. Selain terstruktur, pendekatan berpikir sinkronik pada suatu analisis peristiwa yang terjadi
di masa lalu juga lebih sistematis
7. Kajian yang dilakukan bisa dibilang lebih mendalam dan serius
2. Mengidentifikasi metode sejarah terkait penerapan langkah-langkah dalam
penelitian sejarah
Langkah-langkah penelitian sejarah meliputi lima tahap (Kuntowijoyo,1995:91), yaitu:
1. Pemilihan masalah penelitian dan penentuan topik;
2. Pengumpulan sumber (heuristik);
3. Verifikasi (Kritik sumber);
4. Interpretasi: analisis dan sintesis;
5. Penulisan (Historiografi).

Setelah topik ditentukan langkah selanjutnya membuat rancangan penelitian.


1. Kedekatan Emosional
2. Kedekatan Intelektual
3. Jarak Penelitian

Sumber dalam Langkah Heuristik :


1. . Dokumen Tertulis
2. Artefak
3. Sumber Lisan

Verifikasi (Kritik Sumber) terdiri dari dua macam :


1. Otentisitas (Kritik Ekstern)
2. Kredibilitas (Kritik Intern)

Interpretasi (Penafsiran) itu dua macam, yaitu analisis dan sintesis (Kuntowijoyo, 1995: 105):
1. Analisis : Analisis berarti menguraikan. Kadang-kadang sebuah sumber mengandung beberapa
kemungkinan.
2. Sintesis : Sintesis berarti menyatukan. Dalam interpetasi-baik analisis maupun sintesis-orang bisa
berbeda pendapat. Perbedaan interpretasi itu sah, meskipun datanya sama.

Historiografi : Penulisan adalah puncak segala-galanya karena apa yang dituliskan itulah sejarah-
yaitu histoirerecite, sejarah sebagaimana terjadinya. Suatu penelitian tanpa penulisan, kurang
memiliki arti, sebaliknya suatu penulisan tanpa penelitian, tak lebih dari rekonstruksi tanpa
pembuktian. Maka kedua-duanya merupakan hal yang sama penting (Abdullah, et.al., eds., 1985:
xiii). Hasil penulisan sejarah inilah yang disebut historiografi.
3. Mengidentifikasi beragam sumber sejarah
Sumber-Sumber Sejarah terdiri dari 3 :
1. Sumber lisan : keterangan langsung dari orang-orang yang mengalami peristiwa sejarah
tersebut. Selain diperoleh dari orang-orang yang mengalami langsung peristiwa tersebut,
sumber lisan juga bisa diperoleh dari kerabat atau orang lain yang mengetahui peristiwa
tersebut secara rinci.

2. Sumber tertulis (Tekstual) : yang merupakan keterangan tertulis berupa catatan yang berasal
dari suatu peristiwa sejarah, misalnya prasasti, dokumen, piagam, naskah, surat kabar, dan
laporan.

3. Sumber benda : benda-benda yang berasal dari suatu zaman atau peristiwa tertentu, misalnya
bangunan, senjata, perkakas dari batu, patung, perhiasan, dan candi.

Sumber sejarah tidak dapat melukiskan sejarah serba objek seluruhnya. Sumber sejarah hanyalah
mengandung sebagian kecil kenyataan sejarah. Atau tidak dapat merekan peristiwa secara
keseluruhan (Ali, 2005:16). Sumber sejarah atau dapat juga disebut data sejarah (Kuntowijoyo,
1995:94) yang dikumpulkan harus sesuai dengan jenis sejarah yang akan ditulis.

Menurut jenisnya: Pertama, sumber tertulis (tekstual), yaitu keterangan tertulis yang berkaitan
dengan peristiwa sejarah. Sumber tertulis ada 3 macam, yaitu: a. Sumber tertulis sezaman dan
setempat. Maksudnya sumber tertulis itu ditulis pada waktu terjadinya peristiwa sejarah dan
berasal dari lokasi terjadinya peristiwa sejarah. Contoh: Prasasti Yupa tentang Kerajaan Kutai (Abad
ke-4 Masehi). Prasasti ini ditulis atas perintah Raja Mulawarman (sezaman dengan Kerajaan Kutai)
dan ditemukan di sungai Muarakaman Kutai (setempat dengan kerajaan Kutai). b. Sumber tertulis
sezaman tetapi tidak setempat. Maksudnya sumber tertulis itu ditulis pada waktu terjadinya
peristiwa sejarah tetapi bukan berasal dari daerah terjadinya peristiwa sejarah. Contoh: Kitab Ling
Wai Taita karya Chou Ku Fei tahun 1178 tentang Kerajaan Kediri. Sumber ini sezaman dengan
Kerajaan Kediri (Abad 10-12) tetapi berasal dari Cina (tidak setempat). c. Sumber tertulis setempat
tetapi tidak sezaman. Maksudnya sumber tertulis itu berasal dari daerah/lokasi terjadinya
peristiwa sejarah tetapi ditulis jauh sesudah terjadinya peristiwa sejarah. Contoh: Kitab Babad
Tanah Jawi yang ditulis pada zaman Kerajaan Mataram Islam tetapi isinya tentang akhir Kerajaan
Majapahit, Kerajaan Demak dan Kerajaan Pajang yang tidak sezaman dengan masa Kerajaan
Mataram Islam.

Kedua, Sumber lisan (oral): keterangan langsung dari pelaku atau saksi sejarah dari peristiwa yang
terjadi pada masa lampau. 3. Sumber benda(korporal): sumber sejarah yang diperoleh dari
peninggalan benda-benda kebudayaan. Misalnya: fosil, senjata, candi. 4. Sumber rekaman yang
berbentuk foto dan kaset video. Misalnya: foto peristiwa proklamasi kemerdekaan.

Menurut tingkat pemerolehan: Sumber primer (pertama): peninggalan asli sejarah yang berasal dari
zamannya. Misalnya: prasasti, candi, masjid. 2. Sumber sekunder (kedua): benda-benda tiruan dari
benda aslinya, seperti prasasti tiruan, terjemahan kitab-kitab kuna. 3. Sumber tersier (ketiga):
berupa buku-buku sejarah yang disusun berdasarkan hasil penelitian ahli sejarah tanpa melakukan
penelitian langsung
4. Menganalisis ciri-ciri dari historiografi tradisional, kolonial, dan modern

Historiografi Tradisional berkembang sejak masa Kerajaan Hindu dan Buddha


sekitar abad ke-14 M hingga masa Kerajaan Islam pada awal abad ke-20 M.

Ciri-ciri historiografi tradisional


• Sudut pandang penulisannya berbentuk Istanasentris
• Tujuan penulisannya sebagai alat legitimasi raja
• Terdapat rasa anakronis atau ketidakpastian keterangan waktu
• Banyak mengandung unsur mitos
• Bersifat Regio-sentris atau kaya akan unsur kedaerahan

Historiografi Tradisional berkembang sejak masa Kerajaan Hindu dan Buddha


sekitar abad ke-14 M hingga masa Kerajaan Islam pada awal abad ke-20 M.

Historiografi tradisional masa Hindu dan Buddha


• Karya yang dihasilkan berupa terjemahan dari naskah-naskah dari India.
• Bersifat religio magis.
• Bersifat istanasentris.

Contoh historiografi masa Islam adalah Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Aceh,
Babad Demak, Babad Tanah Jawi, dan Babad Giyanti.

Historiografi Kolonial adalah penulisan sejarah yang berkembang pada masa


Kolonial Belanda sejak abad ke-17 M hingga Pemerintahan Hindia Belanda pada abad
ke-20 M.

Fokus utama historiografi kolonial adalah kehidupan warga Belanda (Eropa) di


Hindia Belanda karena ditulis oleh orang-orang Belanda atau Eropa.

Tujuan penulisannya untuk memperkuat kedudukan mereka di Indonesia. Ciri -ciri


historiografi masa kolonial adalah:
• Sudut pandang penulisannya adalah Neerdelandosentris atau Eropasentris
• Tulisannya bersifat subjektif pemerintah kolonial
• Dalam penyusunannya cenderung mengabaikan sumber lokal
• Mengisahkan sejarah dari orang-orang besar, misalnya Daendels dan Raffles
• Tulisannya bersifat diskriminatif terhadap rakyat Hindia Belanda

Karakteristik historiografi kolonial berfokus pada kajian penguasaan Belanda atau


Eropa di Hindia Belanda, sedangkan kondisi rakyat Hindia Belanda (Indonesia) yang
terjajah tidak mendapat perhatian.
historiografi nasional, yaitu penulisan sejarah dengan bangsa Indonesia sebagai
subjek utama. Model historiografi ini mulai marak setelah bangsa ini merdeka pada
agustus 1945

Penulisannya bersifat Indonesiasentris, dengan tujuan untuk kepentingan menanamka n


rasa nasionalisme kepada seluruh rakyat Indonesia. Sedangkan ciri dari historiografi
nasional antara lain menggunakan perspektif nasionalisme Indonesia.
• Dari karakteristiknya, penulisan sejarah memiliki tujuan untuk kepentingan
bangsa Indonesia. Tulisan sejarah sengaja dibuat berdasarkan perspektif
bangsa Indonesia.Contohnya : 6000 Tahun Sang Merah Putih karya
Muhammad Yamin
• Gadjah Mada: Pahlawan Persatuan Nusantara Karya Muhammad Yamin
• Atjeh Sepintas Lalu Karya SM Amin

Historiografi modern muncul akibat tuntutan ketepatan teknik untuk mendapatkan


fakta-fakta sejarah. Fakta sejarah didapat melalui penetapan metode penelitian,
memakai ilmu-ilmu bantu, adanya teknik pengarsipan, dan rekonstruksi melalui
sejarah lisan.

Masa ini dimulai dengan munculnya studi sejarah kritis, yang menggunakan prinsip-
prinsip metode penelitian sejarah.

Contoh historiografi modern adalah Pemberontakan Petani Banten 1888 karya Sartono
Kartodirdjo dan Revolusi Pemuda karya Benedict Anderson.

Historiografi modern tentunya berkembang sesuai dengan zaman. Historiografi masa


kini sudah semakin objektif dan kritis terhadap satu peristiwa sejarah.

Ciri-ciri historiografi modern


• Bersifat metodologis: sejarawan diwajibkan menggunakan kaidah -kaidah
ilmiah.
• Bersifat kritis historis: artinya dalam penelitian sejarah menggunakan
pendekatan multidimensional.
• Sebagai kritik terhadap historiografi nasional: lahir sebagai kritik terhadap
historiografi nasional yang dianggap memiliki kecenderungan menghilangkan
unsur asing dalam proses pembentukan keindonesiaan.
• Munculnya peran-peran rakyat kecil.

5. Menganalisis guna sejarah dalam kehidupan berkelanjutan


Dalam buku Pengantar Ilmu Sejarah (2005) kartya Kuntowijoyo, manfaat sejarah dapat dibagi
menjadi dua, yaitu secara intrinsik dan ekstrinsik.
Manfaat sejarah secara intrinsik Secara intrinsik, sejarah berguna sebagai pengetahuan. Ada
empat manfaat sejarah secara intrinsik, sebagai berikut:

1. Sejarah sebagai ilmu. Sejarah adalah suatu ilmu yang terbuka untuk mengetahui kehidupan
di masa lampau. Sebagai sebuah ilmu, maka dalam melakukan penulisan sejarah harus
digunakan prinsip-prinsip umum yang diakui kebenarannya secara universal. Sebagai ilmu,
sejarah dapat dikembangkan dengan berbagai cara, yaitu:

1.Perkembangan secara filsafat

2. Perkembangan dalam teori sejarah

3. Perkembangan dalam ilmu lain

4. Perkembangan dalam metode sejarah

2. Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau Bersama dengan mitos, sejarah adalah
cara untuk mengetahui masa lampau. Bangsa yang belum mengenal lisan mengandalkan
mitos dan yang sudah mengenal tulisan mengandalkan sejarah.

Ada dua sikap terhadap sejarah setelah orang mengetahui masa lampaunya, yaitu:

a. Melestarikan masa lampau, karena menganggap masa lampau itu penuh makna.

b. Menolak masa lampau

3. Sejarah sebagai pernyataan pendapat Banyak penulis sejarah yang menggunakan ilmunya
untuk menyatakan pendapat. Di sini terdapat dua aliran, yaitu:

a. Konsensus, karena mereka berpendapat bahwa dalam masyarakat selalu ada konsensus
dan para sejarawan bersikap konformistis.

b. Konflik, karenamenekankan seolah-olah dalam masyarakat selalu terjadi pertentangan dan


menganjurkan supaya irang bersikap kritis dalam berpikir tentang sejarah.

4. Sejarah sebagai profesi


Tidak semua lulusan sejarah dapat tertampung dalamprofesi kesejarahan. Namun, semua
tempat tentu saja memerlukanorang yang dapat menulis sejarah

Manfaat sejarah secara ekstrinsik. Sejarah dapat digunakan sebagai liberal education untuk
mempersiapkan seseorang. Supaya mereka siap secara filosofis, tidak hanya untuk
pendidikan semata. Secara umum sejarah memiliki manfaat pendidikan yang terbagi menjadi
delapan, yaitu:

1. Sejarah sebagai pendidikan moral

Sejarah yang diajarkan melalui pelajaran pada masyarakat memiliki maksud agar Pancasila
menjadi tolok ukur benar dan salah, baik dan buruk, berhak dan tidak, merdeka dan terjajah,
serta cinta dan benci. Pendidikan mental yang dimaksud seperti berani dan takut. Pergerakan
Nasional yang terjadi di Indonesia memberi contoh tentang benar dan salah, baik dan buruk,
cinta dan benci, serta merdeka dan terjajah.

2. Sejarah sebagai pendidikan penalaran

Seseorang yang belajar sejarah tidak akan berpikir monokausal, pikiran yang menyatakan
bahwa sebab terjadinya peristiwa hanya satu. Menjadi sejaran juga memaksa orang menjadi
penyabar. Peristiwa sejarah itu tidaka dapat dipaksakan atau ditolak, semuanya harus sabar
menunggu.
3. Sejarah sebagai pendidikan politik

Setiap pemerintah selalu melakukan pendidikan kewarganegaraan untuk warga negaranya.


Hal tersebut tentu untuk mengenalkan ideologi negara serta hak dan kewajiban warga negara.
Berbagai pergantian kekuasaan di masa lalu menjadi pelajaran menarik bagi pendidikan
politik. Berbagai kelemahan dan kelebihan sistem politik yang dilakukan para pendahulu,
memberikan referensi untuk menentukan sistem politik yang lebih tepat bagi bangsa dan
negara.

4. Sejarah sebagai pendidikan kebijakan

Sejarah membuat orang bijaksana, pengalaman kegagalan dankeberhasilan memberikan


referensi bagi manusia masa sekarang untuk membuat kebijakan yang bijak. Manusia
hendaknya mengkaji setiap akibat dari perbuatannya.

5. Sejarah sebagai pendidikan keindahan

Melalui candi, tarian, nyanyian, tempat ibadah, dan bangunan keraton dapat dipahami nilai-
nilai estetika (keindahan). Baca juga: Candi Borobudur, Bangunan Indonesia asli yang Berupa
Punden Berundak Misalnya, kita akan berimajinasi mengenai Keraton Surakarta yang masih
lengkap dengan singgasana, gamelan, dan sebagainya dengan melakukan kunjungan wisata
ke museum.

6. Sejarah sebagai pendidikan masa depan

Dengan sejarah kita dapat belajar untuk semakin baik di masa depan, terutama membaca dari
sejarah-sejarah negara lain. Misalnya, sebagai negara yang mengalami industrialisasi
belakangan, Indopnesia memiliki keuntungan karena dapat belakar dari negara-negara
industrial dan pascaindustrial lainnya.

7. Sejarah sebagai ilmu bantu

Bagi ilmu-ilmu seperti sosiologi, politik, hukum, dan lainnya, sejarah dapat digunakan sebagai
ilmu bantu untuk memahami disiplin ilmu yang bersangkutan.

8. Sejarah sebagai bukti

Sejarah membuktikan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia bukanlah manusia pemalas.
Mereka terus berusaha tiada henti untuk menghadapi tantangan perubahan. Dengan perahu
yang sederhana, nenek moyang bangsa Indonesia mengarungi lautan luas bahkan berhasil
mencapao benua lain.

6. Menerangkan corak kehidupan masyarakat praaksara pada masa neolitikum


Peralihan zaman Mesolithikum ke Neolithikum menandakan adanya revolusi kebudayaan dari
food gathering menuju food producing dengan Homo Sapien sebagai pendukungnya. Kegiatan
bercocok tanam dilakukan ketika mereka mulai bertempat tinggal, walaupun masih bersifat
sementara. Mulanya, mereka melihat biji-bijian sisa makanan yang tumbuh di tanah setelah tersiram
air hujan. Hal itulah yang kemudian mendorong manusia purba untuk bercocok tanam.
Bukti yang didapat dari masa neolitik terutama berupa berbagai jenis batu yang telah
dipersiapkan dengan baik. Kemahiran mengupam alat batu telah melahirkan jenis alat seperti beliung
persegi, kapak lonjong, alat obsidian, mata panah, pemukul kulit kayu, gerabah, serta perhiasan
berupa gelang dari batu dan kerang.
1. Beliung persegi mempunyai bentuk yang bervariasi dan persebaran yang luas terutama di
Indonesia bagian barat. Beliung tersebut terbuat dari batu rijang, kalsedon, agat, dan jaspis.
2. kapak lonjong tersebar di Indonesia bagian timur dan diduga lebih tua dari beliung persegi
(Heekeren 1972).
3. Gerabah yang merupakan unsur paling banyak ditemukan pada situssitus neolitik memerlihatkan
pembuatan teknik tatap Bentuk gerabah antara lain berupa periuk dan cawan yang memiliki slip
merah dengan hias gores dan tera bermotifkan garis lurus dan tumpal.
4. alat pemukul kulit kayu banyak ditemukan di Sulawesi dan Kalimantan.
5. Mata panah yang sering dihubungkan dengan budaya neolitik, terutama ditemukan di Jawa
Timur dan Sulawesi.
Kebudayaan Neolitik yang berupa kapak persegi dan kapak lonjong yang tersebar ke
Indonesia tidak datang/menyebar dengan sendirinya, tetapi terdapat manusia pendukungnya yang
berperan aktif dalam rangka penyebaran kebudayaan tersebut. Manusia pendukung yang berperan
aktif dalam rangka penyebaran kebudayaan itulah merupakan suatu bangsa yang melakukan
perpindahan/imigrasi dari daratan Asia ke Kepulauan Indonesia bahkan masuk ke pulau-pulau yang
tersebar di Lautan Pasifik. Manusia masa neolitik sudah tidak lagi menggantungkan hidupnya pada
alam, tetapi sudah menguasai alam lingkungan sekitarnya serta aktif membuat perubahan.
Masyarakat mulai mengembangkan penghidupan baru berupa kegiatan bercocok tanam
sederhana dengan sistem slash and burn, atau terjadi perubahan dari food gathering ke food
producing. Berbagai macam tumbuhan dan hewan mulai dijinakkan dan dipelihara untuk memenuhi
kebutuhan protein hewani, kegiatan berburu, dan menangkap ikan masih terus dilakukan.
Masyarakat masa neolitik mulai menunjukkan tanda-tanda cara hidup menetap di suatu tempat,
berkelompok membentuk perkampunganperkampungan kecil.
Di masa ini kelompok manusia sudah lebih besar, karena pertanian dan peternakan dapat
memberi makan penduduk dalam jumlah yang lebih besar. Pada masa ini diperkirakan telah muncul
bentuk perdagangan yang bersifat barter. Barang yang dipertukarkan adalah hasil pertanian ataupun
kerajinan tangan. Adanya penemuan-penemuan baru ini menyebabkan masa ini oleh v. Gordon
Childe (1958) sering disebut sebagai masa Revolusi Neolitik, karena kegiatan ini menunjukkan
kepada kita adanya perubahan cara hidup yang kemudian mempengaruhi perkembangan sosial,
ekonomi, dan budaya manusia.
Pengembangan konsep kepercayaan pada masa neolitik mulai memainkan peranan penting.
Konsep kepercayaan ini kemudian diabadikan dengan mendirikan bangunan batu besar. Kegiatan
kepercayaan seperti ini dikenal dengan nama tradisi megalitik. R. Von Heine Geldern (1945)
menggolongkan tradisi megalitik dalam 2 tradisi, yaitu megalitik tua yang berkembang pada masa
neolitik (2500-1500 SM) dan megalitik muda yang berkembang dalam masa paleometalik (1000 SM
– abad I M). Megalitik tua menghasilkan bangunan yang disusun dari batu besar seperti menhir,
dolmen, undak batu, limas berundak, pelinggih, patung simbolik, tembok batu, dan jalan batu.

Ciri – Ciri Kehidupan Di Zaman Neolitikum


Terdapat beberapa kriteria yang menggambarkan perkembangan di masa Neolitik yang dapat
membedakannya dengan zaman yang sebelumnya, diantarannya adalah :

• Sudah memiliki hunian yang sifatnya permanen.


• Sistem Food Gathering berubah menjadi Food Producing.
• Melakukan kegiatan bercocok tanam serta memelihara hewan ternak.
• Sudah menggunakan pakaian yang dibuat dari kulit kayu dan juga hewan.
• Sudah adanya kepercayaan Animisme dan Dinamisme.
• Berbagai macam peralatan yang digunakan sudah mulai di haluskan dengan cara
diasah, seperti kapak persegi dan lonjong.
• Adanya perhiasan yang dihasilkan dari sampah kulit kerang, terrakota dan juga batu.
• Masih dilaksanakannya kegiatan berburu hewan liar.

Pada masa kehidupan Neolitik didalam bidang ekonomi dari manusia yang hidup di
zaman ini sudah sangat berkembang pesat, hal tersebut dapat dibuktikan sistem perdagangan
barter (barang ditukar dengan barang).

Bahkan mereka juga sudah mulai menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme,
dimana dewa sudah dianggap sebagai tuhan mereka. Tidak hanya itu saja mereka juga
menggunakan sistem berburu dengan menggunakan peralatan yang mereka hasilkan.

Sistem Food Producing, berternak, dan juga memiliki hunian menetap sudah ikut
diterapkan didalam kehidupan manusia di dalam zaman ini. Dan yang lebih hebat lagi,
mereka sudah menerapkan peraturan di dalam kelompok mereka.

Peninggalan – Peninggalan Dari Kebudayaan Neolitik


Terdapat beberapa peninggalan dari masa kehidupan manusia di dalam zaman neolitik, yaitu
diantaranya adalah :

1. Dolmen, merupakan sebuah meja yang terbuat dari batu dan biasanya digunakan sebagai
tempat meletakkan sesaji upacara adat atau ritual-ritual keagamaan.
2. Menhir, adalah tugu besar yang terbuat dari batu dan biasanya digunakan sebgai kaki dolmen
atau tugu yang digunakan untuk menyembah para arwah.
3. Sarkofagus, adalah salah satu peninggalan dari masa neolitik yang digunakan sebagai
keranda mayat.
4. Peti Kubur Batu, adalah pecahan-pecahan batu yang disusun seperti peti jenazah untuk
proses pemakaman jenazah.
5. Waruga, sama seperti peti kubur batu hanya saja bentuknya yang berbeda, waruga memiliki
bentuk yang bulat ataupun kubus.
6. Punden Berundak, berupa bangunan yang terbuat dari batu yang memiliki bentuk seperti
limas yang dipakai untuk meletakkan sesaji.

Macam-Macam Peninggalan Zaman Neolitikum


1. Kapak Persegi

Kapak persegi (Sumber: ruangguru.com)


Peninggalan Zaman Neolitikum yang pertama adalah kapak persegi. Bentuk kapak
yang sebelumnya hanya berbentuk setengah lingkaran, mulai berkembang menjadi persegi.
Kapak persegi dibuat dari batu persegi. Kapak ini dipergunakan untuk mengerjakan kayu,
menggarap tanah, dan melaksanakan upacara. Di Indonesia, kapak persegi juga disebut
beliung persegi. Beliung persegi banyak ditemukan di Jawa, Kalimantan Selatan, Sulawesi,
dan Nusa Tenggara.
2. Kapak Lonjong

Kapak lonjong (Sumber: jurnalponsel.com)


Kapak ini disebut kapak lonjong karena penampangnya berbentuk lonjong. Ukurannya ada
yang besar ada yang kecil. Alat ini digunakan sebagai cangkul untuk menggarap tanah dan
memotong kayu atau pohon. Jenis kapak lonjong ditemukan di Maluku, Papua, dan Sulawesi
Utara.
Advertisement

3. Mata Panah

Mata panah (Sumber: peninggalanprasejarah.blogspot.com)


Manusia praaksara di zaman Neolitikum sudah mengalami kemajuan dalam hal berburu
binatang. Mereka mulai mengembangkan mata panah. Mata panah terbuat dari batu yang
diasah secara halus. Fungsi utama mata panah adalah untuk berburu. Penemuan mata panah
terbanyak di Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

4. Gerabah

Gerabah (Sumber: brainly.co.id)


Peninggalan zaman Neolitikum lainnya ditunjukkan dengan penemuan gerabah. Manusia
purba zaman praaksara membuat gerabah dari tanah liat. Gerabah berfungsi untuk
menyimpan makanan, tempat makan, dan berbagai keperluan lainnya.
5. Perhiasan
Perhiasan (Sumber: akamaized.net)
Masyarakat praaksara telah mengenal perhiasan walau bentuknya masih sangat
sederhana. Perhiasan dibuat dari batuan, kayu, tulang binatang, gigi binatang, dan lain-lain.
Perhiasan yang dibuat oleh manusia purba di zaman Neolitikum di antaranya berupa gelang,
kalung, dan anting-anting. Perhiasan sebagai peninggalan zaman Neolitikum banyak
ditemukan di Jawa Barat dan Jawa Tengah.

6. Alat Pemukul Kulit Kayu


Alat pemukul kulit kayu fungsinya untuk memukul kulit kayu yang akan digunakan
sebagai bahan pakaian. Kulit kayu dipukul menggunakan alat pemukul kulit kayu untuk
kemudian dibentuk menjadi pakaian. Alat pemukul berbentuk persegi panjang dan terdiri dari
bagian pegangan dan bagian pemukul. Adanya alat ini, membuktikan bahwa pada Zaman
Neolitikum manusia praaksara sudah mengenal pakaian. Alat ini ditemukan di Kalimantan
bagian tenggara dan Sulawesi Tengah.
Itulah berbagai macam peninggalan zaman Neolitikum yang bisa memberikan gambaran
tentang kehidupan manusia praaksara.

7. Membandingkan manusia purba Indonesia dengan manusia purba di Asia


5. Manusia Purba Di Indonesia
Berikut ini terdapat beberapa manusia purba di indonesia, terdiri atas:

1. MEGANTHROPUS PALEOJAVANICUS

Artinya Manusia Jawa Tertua yang Bertubuh Besar, yang hidup di Jawa sekitar 2-1 juta
tahun silam. Manusia ini mempunyai ciri biologis berbadan besar, kening menonjol, tulang
pipi tebal, rahang besar dan kuat makanan utamanya adalah tumbuhan dan buah-buahan,
hidup dengan cara food gathering (mengumpulkan makanan). Ralph von
koenigswald menemukan fosil dari rahang bawah manusia jenis ini di Sangiran (lembah
bengawan solo ) pada 1941.

2. PITHECANTHROPUS
Diartikan dengan manusia kera, fosilnya paling banyak di temukan di Indonesia. mereka
hidup dengan cara food gathering dan berburu. pitechanthropus terbagi kedalam beberapa
jenis yaitu :

• Pitechanthropus mojokertensis fosilnya ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun


1936, dalam bentuk tengkorak anak-anak berusia 5 tahunan di Mojokerto (lembah
bengawan solo ). Hidup sekitar 2,5-2,25 juta tahun lalu. Ciri-ciri biologisnya antara
lain : muka menonjol kedepan , kening tebal dan tulang pipi yang kuat
• Pitechanthropus robustus , fosilnya di temukan oleh wiedenreich dan Koenigswald di
Trinil (ngawi jatim) 1939. ciri biologisnya hampir sama dengan Pitechathropus
Mojokertensis, bahkan Koenigswald menganggapnya masih dari jenis yang sama .
• Pitechanthropus erectus (manusia kera berjalan tegak ), fosilnya ditemukan
oleh Eugene Dubois di Trinil (ngawi jatim) pada 1890. Mereka hidup sekitar 1 juta
sampai 600 ribu tahun yang lalu. Ciri biologisnya bertubuh agak kecil, badan tegap,
pengunyah yang kuat, volume otak 900 cc, kemampuan berfikir masih rendah, menurut
pendapat Teuku Jacob , manusia ini telah bisa bertutur.

3. HOMO

Homo : Artinya manusia. Merupakan jenis manusia purba yang paling maju dibandingkan
yang lain. Ciri :

• Berat badan kira-kira 30-150 kg


• Volume otaknya lebih dari 1350 cc
• Alatnya dari batu dan tulang
• Berjalan tegak
• Muka & hidung lebar
• Mulut masih menonjol
Manusia Jenis Homo yang ditemukan di Indonesia antara lain :

1. Homo Soloensis, fosilnya ditemukan antara 1931 -1934 oleh Von Koenigswald, Ter
Haar dan Oppennorth di sepanjang lembah Bengawan Solo. Homo Soloensis
diperkirakan hidup antara 900-200 ribu tahun lalu. Ciri biologis diantaranya bentuk
tubuh tegak, kening tidak menonjol. menurut Koenigswald, jenis ini lebih tinggi
tingkatannya dari pitechanthropus erectus.
2. Homo wajakensis, fosilnya ditemukan oleh Rietschoten dan Dubois antara tahun
1888-1889 di desa Wajak (tulung agung ). Ciri biologisnya : tinggi mencapai 130-210
cm, berat badan sekitar 30-150 kg, volume otak sampai dengan 1300cc. Mereka hidup
dengan makanan yang telah di masak walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana .

Jenis homo sapiens di dunia terdiri dari subspesies yang menurunkan berbagai manusia :

• Ras Mongoloid : Berciri kulit kuning, mata sipit, rambut lurus. Menyebar ke Asia
Timur (Jepang, Cina, Korea, dan Asia Tenggara)
• Ras Kaukasoid : Berkulit putih, tinggi, rambut lurus, dan hidung mancung.
Penyebarannya ke Eropa, India utara, Yahudi, Arab, Turki, Asia Barat lainnya
• Ras Negroid : Ciri berkulit hitam, rambut keriting, bibir tebal. Penyebarannya ke
Australia, Papua, dan ke Afrika

2. Manusia Purba Di Asia


Berikut ini terdapat beberapa manusia purba asia, terdiri atas:

• Sinanthropus Pekinensis

Manusia purba jenis ini hidup bersamaan dengan manusia purba yang ada di Indonesia yakni
Pithecanthropus. Dikarenakan hidup bersamaan dengan Pithecanthropus sehingga manusia
purba Sinanthropus Pekinensis sudah mengenal api layaknya Manusia Pithecnthropus.
Ciri-ciri :

1. Kapasitas tulang tengkorak sekitar 1000 cm3.


2. Memiliki tengkorak yang pipih pada wajah.
3. Memiliki dahi kecil
4. Sebuah lunas dekat atas kepala sebagai pelengkap otot
5. Tinggi badan sekita 165 – 180 cm
6. Bagian belakang tampak menonjol
7. Langit – langit mulut besar
8. Gigi Modern (taring dan gigi besar)

• Shanidar Fosil

Manusia purba jenis ini ditemukan ditemukan sesuai dengan namanya yakni di Gua Shanidar
yang merupakan sebuah situs Arkeologi yang berada di Gunung Bradost, Zagros Gunung di
Arbil Governorate Wilayah Kurdistan, Negara Irak. Situs ini terletak di Lembah Besar Zab.

Manusia Shanidar Fosil ditemukan dan diteliti oleh Ralph Solecki dari Universitas Columbia
yang hidup kurang lebih 60 – 80.000 tahun.

• Manusia Neanderthal

Ditemukan oleh Rudolf Virchow dan Dr. Fulfrott di lembah sungai Neander tahun 1956.
Manusia purba ini tersebar di Asia Barat, Tengah dan Eropa.
Ciri-Ciri :

1. Dahi Rendah dengan oksipital sanggul memproyaksikan pertengahan muka.


2. Manusia ini relatif pendek, tulang belikat membungkuk
3. Pembesaran tulang rusuk, dengan berdada tegap.

8. Menganalisis peristiwa sejarah, yang menunjukkan berakhirnya masa praaksara di


Indonesia
Berakhirnya zaman pra-sejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk
setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut.
Contohnya, Bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah
mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, Bangsa Mesir sudah memasuki
zaman sejarah. Berbeda dengan zaman pra-sejarah di Indonesia diperkirakan
berakhir pada masa berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5 Masehi. Hal ini dibuktikan dengan
adanya prasasti berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru
memasuki era sejarah.

Zaman pra sejarah ini adalah zaman yang paling sulit di temukan bukti sejarahnya. Karena
tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah. Keterangan mengenai zaman ini
diperoleh melalui bidang-bidang ilmu seperti Paleontologi, Astronomi, Biologi, Geologi,
Antropologi, Arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti pra-sejarah didapat dari artefak-artefak
yang ditemukan di daerah penggalian situs pra-sejarah.

9. Mengidentifikasi teknologi pertanian pada masa praksara


Zaman praaksara dibagi menjadi dua, yaitu zaman Batu dan zaman Logam.
Zaman Batu dibagi menjadi empat periodisasi, yaitu:
A. Zaman Batu Tua (Paleolitikum)
Zaman Batu Tua atau yang biasa disebut juga sebagai zaman Paleolitikum merupakan
zaman saat manusia purba menggunakan peralatan dari batu dan tulang yang masih
dikerjakan dengan kasar dan sederhana. Manusia purba pada zaman ini masih hidup
nomaden dalam kelompok kecil. Manusia purba pada masa ini hidup di sekitar tepian sungai
karena sumber makanan pada masa itu biasanya terdapat di sekitar sungai.
Mereka menggantungkan hidup mereka kepada alam dengan berburu hewan di sekitar
tempat tinggal mereka dan mengumpulkan makanan seperti buah dan umbi-umbian.
Manusia purba yang hidup pada zaman Paleolitikum ini adalah Pithecanthropus Erectus,
Meganthropus Palaeojavanicus, Homo Erectus, Homo Soloensis, dan Homo Wajakensis.
Manusia purba zaman Paleolitikum berburu dengan kapak genggam, kapak pendek, dan
kapak perimbas, kemudian memastikan hewan buruan tersebut sudah mati dengan pisau dari
tulang. Setelah itu, mereka akan menguliti hewan buruan mereka dengan alat serpih atau
flakes. Karena pada masa ini belum ditemukan api, mereka memakan mentah-mentah
daging hewan buruan mereka. Mereka tinggal di dalam gua untuk menghindari serangan
hewan buas.
Pada zaman Paleolitikum ini ada dua kebudayaan, yaitu kebudayaan Pacitan dan
kebudayaan Ngandong. Kebudayaan Pacitan ditemukan pada tahun 1935 oleh Von
Koeningswald. Perkakas yang ditemukan dari kebudayaan ini adalah kapak genggam, alat
serpih, dan kapak perimbas.
Perkakas tersebut ditemukan di Pacitan, Progo, Gombong, Sukabumi, dan Lahat. Para
ahli memperkirakan kapak genggam merupakan hasil dari kebudayaan Meganthropus,
sementara kapak perimbas diperkirakan merupakan hasil dari kebudayaan Pithecanthropus.
dari kebudayaan Ngandong, perkakas yang ditemukan di Ngandong, Ngawi, jawa Timur,
adalah peralatan yang dibuat manusia purba dari tulang dan tanduk rusa. Para ahli
memperkirakan kalau tulang dan tanduk rusa tersebut digunakan sebagai alat penusuk, mata
tombak, atau belati.
Alat dari tulang atau tanduk rusa tersebut digunakan untuk mengorek ubi dan keladi
dari dalam tanah atau untuk menangkap ikan. Sementara flakes atau alat kecil yang terbuat
dari batu chalcedon digunakan untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan
buah-buahan, serta untuk mengupas makanan.
2. Zaman Batu Tengah (Mesolitikum)
Zaman Batu Tengah atau yang biasa disebut Mesolitikum merupakan masa peralihan
dari zaman Paleolitikum dan zaman Neolitikum. Pada zaman ini manusia purba masih hidup
nomaden dan mengumpulkan makanan. Pembagian peran dalam kelompok dilakukan
dengan cara laki-laki berburu, sementara perempuan tinggal di gua mereka untuk memasak
dan merawat anak. Perkakas yang digunakan manusia purba pada zaman ini nyaris sama
dengan perkakas manusia purba pada zaman Paleolitikum, yaitu berupa perkakas dari batu-
batu kasar. Pendukung kebudayaan zaman Mesolitikum ini adalah bangsa Papua-
Melanosoid.
Kebudayaan pada zaman Mesolitikum ini dibagi menjadi dua, yaitu Kjokkenmoddinger
dan Abris Sous Roche. Secara etimologis, kata “kjokkenmoddinger” berasal dari bahasa
Denmark, yaitu “kjokken” yang memiliki arti dapur dan modding yang memiliki arti
“sampah”. Jadi, kjokkenmoddinger memiliki arti sampah dapur.
Sampah-sampah dapur pada zaman Mesolitikum ini adalah sampah-sampah berupa
tumpukan cangkang kerang. Sampah-sampah dapur ini ditemukan di sepanjang pantai timur
Sumatera. Perkakas yang dihasilkan dari zaman Mesolitikum adalah kapak genggam, kapak
pendek, kapak-kapak dari batu kali yang dibelah, dan pipisan yang digunakan untuk
menggiling makanan dan menghaluskan cat merah dari tanah merah. Cat merah dari zaman
ini diperkirakan digunakan untuk kepentingan religius dan magis. Sementara kebudayaan
Abris Sous Roche adalah kebiasaan manusia purba untuk tinggal di gua-gua yang ada di
tebing pantai. Dalam gua-gua tersebut ditemukan perkakas batu yang sudah diasah dan
peralatan dari tulang dan tanduk. Perkakas tersebut banyak ditemukan di gua Lawa,
Sampung, Ponorogo, Jawa Timur, sehingga dinamakan Sampung Bone Culture. Selain itu,
Abris Sous Roche juga ditemukan di Besuki, Bojonegoro, dan Sulawesi Selatan.
Selain itu, dari Abris Sous Roche juga ditemukan lukisan berupa cap tangan di dinding
gua yang diyakini para ahli berkaitan dengan ritual agama yang dilakukan manusia purba
pada zaman ini. Cap tangan berwarna merah diperkirakan para ahli menjadi simbol kekuatan
dari roh-roh jahat, sementara cap tangan yang jumlah jarinya tidak lengkap dianggap
sebagai bentuk ungkapan dukacita. Lukisan cap tangan ini banyak ditemukan di gua Leang-
Leang, Sulawesi Selatan.
3. Zaman Batu Muda (Neolitikum)
Pada zaman Batu Muda atau yang biasa disebut Neolitikum, manusia purba mulai hidup
menetap dan sudah mulai mengenal bercocok tanam dan menghasilkan makanan sendiri.
Manusia purba pendukung kebudayaan dari zaman Neolitikum ini adalah Austronesia
(Austria) dan Austro-Asia (Khamer Indocina). Ciri khas kebudayaan manusia purba pada
zaman Neolitikum ini adalah perkakas yang mereka gunakan sudah mulai diasah dan
dipoles, sehingga hasilnya lebih sempurna dan lebih halus. Perkakas yang muncul pada
zaman ini digunakan untuk pertanian dan perkebunan. Peninggalan perkakas dari zaman
Neolitikum adalah sebagai berikut:
Kapak persegi seperti beliung, torah dan pacul yang digunakan untuk kegiatan
bersawah. Kapak ini banyak ditemukan di Jawa, Bali, Sumatera, Nusa Tenggara, Sulawesi,
Kalimantan, dan Maluku. Kapak lonjong yang digunakan untuk menebang pohon, yang
banyak ditemukan di Indonesia bagian timur, seperti di Papua dan Minahasa. Perhiasan
berupa gelang dan kalung yang terbuat dari batu indah, yang ditemukan di Jawa. Pakaian
dari kulit kayu. Mata tombak dan mata panah yang digunakan untuk berburu, yang banyak
ditemukan di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Alat pemukul kulit kayu. Tembikar
berupa periuk belaga yang ditemukan di Jawa, Melolo (Sunda), dan Sumatera.
4. Zaman Batu Besar (Megalitikum)
Manusia purba pada zaman Batu Besar atau Megalitikum sudah semakin maju, nih,
Pahamifren. Pada zaman ini, manusia purba sudah bisa menghasilkan bangunan-bangunan
dari batu besar, yang digunakan untuk kepentingan upacara keagamaan dan penguburan
jenazah. Manusia purba pendukung kebudayaan pada zaman Megalitikum ini adalah Homo
Sapiens. menurut Von Heine Geldern, kebudayaan Megalitikum ini menyebar di Nusantara
melalui dua gelombang, yaitu gelombang Megalitikum Tua dan gelombang Megalitikum
Muda. Gelombang Megalitikum Tua terjadi sepanjang 2.500 sampai 1.500 SM, yang
dibawa oleh manusia purba yang mendukung Kebudayaan Kapak Persegi, yaitu Proto
Melayu. Hasil bangunan kebudayaan dari gelombang Megalitikum Tua ini adalah punden
berundak-undak, menhir, dan arca-arca statis.
Sementara gelombang Megalitikum Muda terjadi sepanjang 1.000 sampai 10 SM, pada
zaman perunggu, oleh pendukung Kebudayaan Dongson, yaitu Deutro Melayu. Nah, kalau
hasil bangunan kebudayaan dari gelombang Megalitikum Muda ini adalah dolmen, waruga,
peti kubur batu, sarkofagus, dan arca-arca dinamis. Para ahli memperkirakan kebudayan
zaman Megalitikum berkebang dari zaman Neolitikum hingga zaman perunggu.
5. Zaman Logam
Zaman Logam seringkali disebut juga sebagai zaman Perundagian karena pada masa
itu muncul golongan undagi yang mahir dalam melakukan perkerjaan tangan. Manusia
purba pada zaman Logam mulai mengenal teknologi dan pertukangan dari logam dengan
menggunakan dua teknik, yaitu teknik cetakan batu (bivalve) dan teknik cetakan tanah liat
serta lilin (a cire perdue). Zaman logam dibagi menjadi tiga, yaitu:
A. Zaman Tembaga
Tembaga merupakan bahan logam pertama yang digunakan manusia purba sebagai
bahan dasar membuat perkakas sehari-hari. Namun, masa praaksara Nusantara tidak
mengenal dan tidak terpengaruh zaman Tembaga. Makanya peninggalan perkakas dari
zaman Tembaga ini tidak ditemukan di Indonesia.
B. Zaman Perunggu
kalau peninggalan dari zaman Perunggu, baru banyak ditemukan di Indonesia. Sesuai
dengan namanya, manusia purba pada masa ini menggunakan perunggu untuk membuat
perkakas sehari-hari mereka. Peninggalan perkakas yang ditemukan di Nusantara dari
zaman Perunggu ini adalah sebagai berikut:
Kapak corong berupa kapak sepatu, yang digunakan sebagai alat kebesaran dalam
upacara adat. Kapak corong ini banyak ditemukan di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
dan Bali. Bejana perunggu yang berupa seperti periuk, tetapi gepeng dan langsing. Bejana
perunggu ini banyak ditemukan di Madura dan tepian Danau Kerinci, Sumatera. Dua bejana
yang ditemukan di Indonesia sama-sama memiliki hiasan yang sangat indah berbentuk
gambar. Candrasa yang serupa senjata. Para ahli memperkirakan candrasa ini digunakan
manusia purba untuk keperluan upacara dan banyak ditemukan di Bandung.
Nekara yang berbentuk genderang besar atau tambur menyerupai dandang terbalik,
yang digunakan untuk ritual seperti ritual memanggil hujan dan sebagai pengiring ritual
kematian. Nekara ini juga digunakan sebagai genderang perang, loh. Nekara banyak
ditemukan di wilayah Jawa, Bali, Sumbawa, Sumatera, Pulau Roti, Kepulauan Kei, dan
Selayar. Nekara terbesar yang ditemukan di Indonesia adalah nekara “The Moon of Pejeng”.
Nekara tersebut berada di Bali. Moko, yang merupakan sejenis nekara berukuran lebih
kecil. Nekara ini digunakan oleh manusia purba sebagai benda pusaka kepala suku, yang
kemudian akan diwariskan kepada anak laki-laki kepala suku atau sebagai alat mas kawin.
Moko ini banyak ditemukan di Manggarai (Pulau Flores) dan Pulau Alor.
Arca perunggu yang dapat berbentuk manusia atau binatang. Arca perunggu ini
biasanya berbentuk kecil dan memiliki cincin pada bagian atasnya. Cincin tersebut berfungsi
untuk menggantungkan arca karena arca perunggu juga digunakan sebagai liontin. Arca
perunggu ini banyak ditemukan di Palembang (Sulawesi Selatan), Limbangan (Bogor), dan
Bangkinang (Riau).
C. Zaman Besi
Pada zaman Besi, manusia purba sudah mampu membuat peralatan yang lebih
sempurna dengan menggunakan bahan baku bijih besi yang dileburkan dan dituangkan ke
dalam cetakan. Peninggalan manusia purba dari zaman Besi ini adalah mata pisau, mata
sabit, mata kapak, mata pedang, cangkul, dan lain sebagainya. Perkakas tersebut banyak
ditemukan di Bogor, Gunung Kidul (Yogyakarata), Besuki, dan Punug (Jawa Timur).
10. Menganalisis persamaan peradaban awal dunia (Yunani, Romawi, Mesir, Lembah
Hoang Ho) dengan peradaban awal Indonesia
Peradaban Mesopotamia

Kamu tentu pernah mendengar istilah atau kata yang berhubungan dengan Mesopotamia,
kan? Jadi, secara etimologis, kata “mesopotamia” berasal dari bahasa Yunani, yang memiliki
arti “di antara sungai-sungai”. Memang betul, secara geografis, peradaban Mesopotamia
berkembang di sebuah tanah pertanian subur di antara dua aliran sungai.

Kedua sungai tersebut adalah sungai Eufrat dan sungai Tigris yang berada di wilayah Asia
Barat, yang saat ini menjadi wilayah Republik Irak. Kondisi tanah Mesopotamia yang subur
menjadi alasan utama mengapa daerah ini menjadi salah satu asal-muasal awal peradaban
dunia. Dalam sejarahnya, Mesopotamia pernah dikuasai beberapa bangsa, yaitu:
Bangsa Sumeria

Bangsa Sumeria dikenal sebagai bangsa perintis pada peradaban awal dunia di Mesopotamia.
Selama bangsa Sumeria menguasai Mesopotamia, mereka menjalankan tiga periode, yaitu
periode Ubaid, Uruk, dan Jemdet Nasr. Ketiga periodisasi tersebut kemudian digunakan
sebagai nama kota dan menjadi situs lokasi ditemukannya hasil budaya bangsa Sumeria di
Irak.

Bangsa Sumeria menempati wilayah Ubaid pada tahun 5.300 hingga 4.000 SM, sehingga
rentang tahun tersebut dinamai sebagai periode Ubaid. Pada periode Ubaid, Bangsa Sumeria
menempati pemukiman besar dan membangun peradaban di Mesopotamia. Salah satu
penemuan penting bangsa Sumeria pada periode Ubaid adalah penemuan roda yang dibuat
dari tanah liat.

Periode selanjutnya, periode Uruk, ditandai dengan munculnya kehidupan kota atau urban di
Mesopotamia. Pada periode tersebut banyak terbentuk negara kota dan organisasi
pemerintahan. Dua di antara penemuan penting bagi manusia dari periode Uruk ini adalah
mangkuk dari tanah liat dan bentuk awal huruf kuneiform (huruf paku).

Periode terakhir, periode Jemdet Nasr, berlangsung kurang lebih pada tahun 3.100 hingga
2.900 SM. Dalam periode ini, perkembangan peradaban di Mesopotamia ditandai dengan
semakin berkembangnya huruf-huruf kuneiform yang sudah muncul pada periode Uruk. Pada
periode Jemdet Nasr, huruf-huruf kuneiform berkembang menjadi lebih praktis, dari yang
awalnya berupa tulisan berupa gambar (piktograf) menjadi lambang huruf yang didesain
lebih sederhana dan abstrak.

Pada periode ini berbagai sarana penopang kehidupan negara kota juga sudah mulai muncul,
seperti irigasi dan sarana-sarana pengolah sumber makanan, sehingga penduduk
Mesopotamia pada masa itu mengalami swasembada pangan atau surplus pangan. Penemuan
lain pada periode ini adalah berdirinya bangunan-bangunan besar di Mesopotamia.
Bangsa Akkadia

Pada abad ke-26 SM, bangsa Akkadia menaklukkan bangsa Sumeria dan menguasai
Meopotamia di bawah kepemimpinan Raja Sargon. Bangsa Akkadia ini berasal dari rumpun
bangsa semit yang berasal dari daerah padang pasir di sebelah utara Mesopotamia. Saat
Mesopotamia dikuasai bangsa Akkadia, budaya Sumeria dan Akkadia berakulturasi sehingga
era bangsa Akkadia ini sering juga disebut sebagai era Sumeria-Akkadia.

Semasa era Sumeria-Akkadia ini, bahasa Sumeria yang mulanya menjadi bahasa utama di
Mesopotamia, perlahan digantikan oleh bahasa Akkadia. Meski begitu, masyarakat
Mesopotamia pada masa ini tetap menggunakan tulisan kuneiform. Kerajaan Akkadia pada
masa ini menciptakan sistem pos pertama di dunia dan barang-barang yang akan dikirimkan
dibungkus dengan amplop dari lempengan-lempengan tanah liat.

Pada tahun 2.300 SM, bangsa Sumeria berusaha bangkit dan melawan kerajaan Akkadia di
bawah kepemimpinan Raja Shirar. Perjuangan mereka berhasil dan Raja Shirar
memproklamirkan dirinya sebagai Raja Sumeria-Akkadia. Namun, kemenangan dan
kekuasaan Raja Shirar terhadap Mesopotamia ini tidak berlangsung lama karena pada akhir
milenium ketiga, bangsa Sumeria-Akkadia berhasil ditaklukkan oleh bangsa Semit lainnya,
yaitu bangsa Syiria.
Bangsa Babilonia Lama

Di bawah kepemimpinan Raja Hammurabi (1943–1905), bangsa Syiria memperluas


kekuasaannya sampai ke kawasan Assyiria dan menjadikan Babilon sebagai ibu kota
kerajaannya. Saat emperium bangsa Semit kedua di Mesopotamia ini, bangsa Sumeria tidak
pernah muncul lagi dalam sejarah politik Mesopotamia. Namun, peradaban yang sudah
dibangun oleh bangsa Sumeria sebelumnya sudah memberikan pondasi yang kuat bagi
peradaban bangsa-bangsa yang menaklukkan lembah Tigris dan Eufrat.

Raja Hammurabi merupakan raja yang terkenal karena ia merupakan penguasa terbesar
pertama di dunia yang membuat hukum-hukum serta aturan-aturan konkrit sebagai kode
hukum tertua yang pernah ada di dunia. Hukum-hukum dan aturan-aturan Raja Hammurabi
tersebut dipahat di atas tiang batu.

Beberapa contoh dari hukum yang dibuat oleh Raja Hammurabi adalah hukuman sejenis
dengan prinsip “mata dibalas mata” dan hukuman potong jari bila ada anak yang memukul
atau menyakiti orang tuanya (yang juga berlaku bagi para koruptor). Sekalipun rata-rata kode
hukum buatan Raja Hammurabi ditujukan bagi dunia laki-laki, tetapi status perempuan dalam
masa kepemimpinan Raja Hammurabi termasuk cukup dijunjung tinggi. Selain hukum dan
aturan, Raja Hammurabi juga mengembangkan prosedur bisnis dengan menggunakan
dokumen-dokumen.

Babilonia Lama kemudian mengalami masa kemunduran atau masa transisi di kawasan
Mesopotamia setelah tahun 1.800 SM. Pada masa itu terjadi disintegrasi yang ditandai
dengan berdirinya banyak dinasti kecil. Masa disintegrasi tersebut berlangsung selama enam
abad.

Babilonia Lama pada akhirnya runtuh karena serangan emperium Hittite, kelompok semi
independen dengan pemerintahan otokrasi, dari arah Barat. Emperium Hittite pada masa
pemerintahannya menghasilkan kode Hittite, yaitu kode hukum yang bersifat kosmopolit.
Kode Hittite ini memiliki kemiripan dengan kode-kode hukum Asia Timur.
Bangsa Assyiria

Bangsa Assyiria merupakan bangsa yang tinggal di hulu sungai Eufrat dan sungai Tigris.
Mereka berusaha menguasai daerah Mesopotamia dengan memerangi bangsa Akkadia dan
Sumeria selama bertahun-tahun. Bangsa Assyiria kemudian berhasil memenangkan
peperangan tersebut dan menguasai daerah Mesopotamia. Bangsa Assyiria juga berupaya
menguasai laut dengan tujuan melindungi perdagangan mereka. Upaya mereka baru
membuahkan hasil sekitar tahun 750 SM.

Namun, lama-kelamaan Kerajaan Assyiria mengalami kemunduran dan melemah. Kondisi


Kerajaan Assyiria yang makin melemah ini diketahui oleh bangsa Khaldea yang berkembang
di wilayah Mesopotamia Selatan. Bangsa Khaldea pun akhirnya menyerang Kerajaan
Assyiria dan berhasil menguasai ibu kota Niniveh pada tahun 612 SM. Penguasaan ibu kota
Niniveh tersebut turut menandai runtuhnya Kerajaan Assyiria.

Bangsa Khaldea

Saat bangsa Khaldea menguasai Mesopotamia, mereka membangun kembali Kerajaan


Babilonia dengan nama Babilonia Baru. Bangsa Khaldea mengalami puncak kejayaan di
bawah kepemimpinan Raja Nabukadnezar I atau yang biasa dikenal sebagai Nabukadnezar
Agung.

Puncak kejayaan Babilonia Baru ini berlangsung kurang lebih antara tahun 604 sampai 561
SM. Kekuasaan Babilonia Baru ini mencakup seluruh wilayah Mesopotamia, termasuk
wilayah Mesopotamia Utara yang merupakan wilayah kekuasaan Asyur.

Nebukadnezar Agung terkenal karena memimpin ekspedisi militer Babilonia Baru ke


berbagai wilayah, termasuk Suriah dan Phoenicia, serta memaksa kota Damaskus, kota
Tyrus, dan kota Sidon tunduk di bawah kekuasaannya. Nebukadnezar Agung juga pernah
terlibat perang melawan Mesir pada tahun 601 SM.

Pasca peperangan tersebut, Nebukadnezar Agung fokus mempertahankan wilayah-wilayah


kekuasaannya dan memulai berbagai proyek pembangunan di Babilonia Baru. Di bawah
kepemimpinannya, Babilonia Baru menjadi kota yang megah, dengan luas mencapai tiga mil
persegi.

Saat Nebukadnezar Agung berhasil menaklukkan Yerusalem, ia membangun Gerbang Ishtar


dan Bait Allah pertama bangsa Yahudi. Namun, pada tahun 539 SM, Kerajaan Babilonia
Baru terpaksa takluk kepada Cyrus Agung, raja dari Persia. Seiring dengan runtuhnya
Kerajaan Babilonia Baru, orang Yahudi ingin kembali ke tempat asal mereka, yaitu di Yudea
Israel.
Bangsa Persia

Di bawah kepemimpinan Cyrus Agung, bangsa Persia membagi wilayah kerajaan mereka
dalam bentuk satrapi (provinsi). Cyrus Agung kemudian digantikan oleh Darius (521–486
SM), yang melakukan banyak perubahan dan perbaikan dalam pemerintahannya. Darius
sempat berperang dengan Yunani dan mengalami kekalahan pada tahun 490 SM di Marathon,
Yunani.

Babilonia kemudian runtuh di bawah pemerintahan Darius III (336–330 SM). Persia
kemudian takluk melawan Yunani dalam tiga pertempuran yang dipimpin oleh Alexander
Agug dari kerajaan Makedonia. Kekalahan ini mengakibatkan seluruh wilayah kekuasaan
Persia dikuasai oleh Yunani.

Alexander Agung kemudian membangun sebuah kota baru yang dinamai Seleukia. Alexander
Agung membuat kebijakan Helenisasi di seluruh wilayah yang taklukannya. Helenisasi
sendiri adalah penyebaran dan penanaman kebudayaan Yunani dalam berbagai bidang,
seperti arsitektur, bahasa, seni, gaya hidup, dan pandangan hidup. Selain itu Alexander
Agung juga berambisi memasukkan unsur-unsur kebudayaan Yunani ke dalam budaya
Persia.

Alexander Agung kemudian wafat pada usia 32 tahun di Itana Nabukadnezar II. Kerajaannya
kemudian terpecah menjadi empat kerajaan, yaitu Seleukia di Persia, Makedonia di Yunani,
Pergamon di Asia Kecil, dan Dinasti Ptolemeus di Mesir. Sebelum kerajaan-kerajaan tersebut
dikuasai oleh bangsa Romawi, semua kerajaan tersebut saling berebut kekuasaan.
Peradaban Sungai Indus (Shindu)

Para ahli memperkirakan ada dua ibukota penting dalam peradaban Sungai Indus, yaitu kota
Mohenjo-Daro yang menjadi ibu kota daerah lembah Sungai Indus selatan, dan kota Harappa
yang menjadi ibu kota lembah Sungai Indus Utara. Pembangunan kedua kota tersebut
berdasarkan perencanaan tata kota yang baik dan teratur.

Wilayah kedua kota tersebut dibagi menjadi beberapa blok, yang masing-masing bagiannya
atau bloknya berbentuk bujur sangkar. Di setiap blok tersebut penduduk kota membangun
tempat tinggal dengan memperhatikan faktor kesehatan dan kebersihan lingkungan.

Saluran limbah perumahan tersebut sudah disambungkan ke saluran umum yang mereka
bangun di bawah jalan, yang kemudian akan mengalir langsung menuju sungai. Sistem
sanitasi dari kedua kota ini diperkirakan menjadi sistem sanitasi pertama yang ada di dunia.

Seperti peradaban awal dunia lainnya, sungai atau air menjadi faktor penting dari peradaban
Sungai Indus. Wilayah-wilayah yang berada di sepanjang lembah Sungai Indus memiliki
tanah yang subur, sehingga para penduduk di wilayah-wilayah tersebut menjadikan pertanian
sebagai sumber mata pencaharian mereka.
Oleh karena itu beberapa bukti kebudayaan mereka adalah peralatan rumah tangga, perkakas
pertanian, emas, senjata, serta bangunan-bangunan. Beberapa hasil pertanian masyarakat
Sungai Indus pada masa itu adalah padi, jelai, gandum, gula, teh, dan kapas.

Masyarakat Sungai Indus juga mengembangkan sektor peternakan, mereka terkenal ahli
dalam beternak kerbau, sapi, dan babi. Kota Sutkagedon memiliki peranan penting bagi
masyarakat Sungai Indus dan Bangsa Sumeria pada masa itu. Kota tersebut menjadi pusat
perdagangan yang dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui laut dan jalur darat.

Dalam peradaban Sungai Indus terdapat kerajaan penting, yaitu Kerajaan Maurya (322–185
SM) yang dipimpin oleh Raja Chandragupta Maurya. Sejak didirikan, Kerajaan Maurya
menunjukkan perkembangan yang sangat pesat, daerah kekuasaan kerajaan ini diperluas ke
arah Timur dan bagian Utara India. Daerah Kashmir di Barat dan lembah Sungai Gangga di
Timur pun menjadi bagian dari kekuasaan Kerajaan Maurya.

Kerajaan Maurya mencapai masa gemilangnya di bawah kepemimpinan Raja Ashoka (268–
232 SM), yang berhasil menguasai Kali Gangga dan Dekkan. Namun, setelah Raja Ashoka
melihat peperangan di Kali Gangga memakan begitu banyak korban, ia sudah tidak
menginginkan peperangan lagi dan lebih menginginkan perdamaian.

Saat Raja Ashoka wafat, Kerajaan Maurya mengalami goncangan. Kerajaan tersebut menjadi
terpecah belah dan membentuk kerajaan-kerajaan kecil yang saling berebut kekuasaan.
Peperangan terus terjadi hingga muncul Raja Candragupta I yang berhasil mempersatukan
semua kerajaan tersebut dan mendirikan Kerajaan Gupta.

Dalam sistem kepercayaan dan religi, masyarakat lembah Sungai Indus memuja dewa yang
dilambangkan menyerupai makhluk bertanduk besar, dan sosok dewa perempuan yang
melambangkan kemakmuran. Mereka juga memuja hewan seperti gajah dan buaya, serta
pohon besar seperti beringin.

Pada masa Kerajaan Maurya, terdapat tiga agama yang dihormati, yaitu agama Jain yang
dianut oleh Raja Chandragupta dan Raja Samprati, agama Buddha yang dianut Raja Ashoka,
dan agama Hindu.

Beberapa penemuan dari hasil penggalian di kota Harappa adalah arca dan dua buah torso
dari arca yang hilang kepalanya. Sementara di kota Mohenjo-Daro, ditemukan arca pendeta
berjanggut dan arca perunggu gadis penari. Arca-arca tersebut merupakan peninggalan
masyarakat lembah Sungai Indus.
Peradaban Tiongkok (Cina)

Secara geografis, negeri Tiongkok Cina terdiri dari pegunungan dengan Sungai Hoang Ho
atau Sungai Kuning yang mengalir di sebelah Utara, dan Sungai Yangtse Kiang yang
mengalir di sebelah Selatan. Peradaban Cina Kuno berkembang di lembah Sungai Hoang Ho.
Orang-orang Tiongkok Kuno menganggap negeri mereka berada di tengah-tengah dunia, oleh
karena itulah nama Tiongkok berasal dari kata Chung Kuo, yang memiliki arti “negeri
tengah”. Penduduk Cina sendiri disebut Chung Hua, yang berarti “penduduk negeri tengah”.
Seiring berjalannya waktu, kata Chung Kuo berubah menjadi Tiongkok dan kata Chung Ha
berganti menjadi Tionghoa.

Kebesaran sejarah peradaban Cina dibangun melalui beberapa dinasti. Dinasti pertama yang
ada di Cina adalah Dinasti Xia. Sementara beberapa dinasti yang menjadi tonggak penting
dalam peradaban Cina adalah Dinasti Shang, Dinasti Qin, dan Dinasti Han. Masa Dinasti
Shang berlangsung sejak tahun 1.600 sampai 1.045 SM dengan Raja Tang sebagai raja
pertamanya dan Raja Zhou sebagai raja terakhirnya.

Sepanjang sejarahnya, Dinasti Shang memiliki 31 raja. Dinasti Shang memiliki pemerintahan
yang bersifat feodal, yang kemudian berlanjut ke dinasti-dinasti selanjutnya. Dalam sistem
pemerintahan ini, raja bukan hanya dianggap sebagai pemimpin, tetapi juga sebagai wakil
para dewa, sehingga kekuasaannya menjadi mutlak karena perintah raja dianggap sama
seperti perintah dewa.

Peninggalan artefak dari Dinasti Shang adalah radio karbon yang terdapat pada cangkang
kura-kura, sistem tulisan yang rumit, artefak perunggu berupa gusi dan artefak perunggu
bagian dari kereta perang serta senjata.

Dinasti selanjutnya adalah Dinasti Qin yang memerintah selama tahun 221 sampai 205 SM.
Dinasti Qin dimulai dengan pengangkatan diri sendiri Zhao Zhang sebagai kaisar pertama
dinasti ini dengan gelar Shi Huang Ti. Zhao Zhang mengangkat dirinya sendiri sebagai kaisar
setelah ia berhasil mempersatukan berbagai bangsa di Tiongkok.

Peninggalan Dinasti Qin yang terkenal sampai saat ini adalah pembangunan Tembok Besar
Tiongkok. Pada masa Dinasti Qin, kaisar mengangkat menteri untuk membantunya dalam
menjalankan roda pemerintahan. Menteri bertugas memberikan pandangan dan kebijakan,
tetapi keputusan akhir tetap berada pada kaisar.

Kaisar Zhao Zhang akhirnya wafat pada tahun 205 SM dan tahta kekaisaran pun turun ke
puteranya yang bernama Qin Er Shi. Sayangnya, Dinasti Qin di bawah pemerintahan Kaisar
Qin Er Shin dianggap lemah, sehingga terjadi banyak pemberontakan yang pada akhirnya
membuat Dinasti Qin runtuh.

Dinasti selanjutnya yang menguasai Cina adalah Dinasti Han. Dinasti ini berlangsung sejak
tahun 206 hingga 220 M. Dinasti Han dibagi menjadi dua periode, yatu periode Han Barat
yang memerintah sejak tahun 206 SM hingga 9 M dan periode Han Timur pada tahun 25
hingga 220 M.

Pada mulanya Kaisar Gao (Liu Bang), membagi kekuasaannya menjadi beberapa negara
feodal untuk memuaskan para pemimpin, tetapi pada akhirnya ia berhasil memusatkan
kekuasaan sepenuhnya di tampuk kepemimpinannya sendiri. Kebijakan dari dinasti
sebelumnya masih dilanjutkan oleh Kaisar Gao.
Pada masa dinasti ini, wilayah kekuasaan Tiongkok semakin luas dan hubungan perdagangan
dengan negara Barat seperti Romawi pun mulai dilakukan. Tiongkok semakin berjaya saat
dalam pemerintahan Kaisar Han Wu Di. Namun, kekaisaran Tiongkok ini kemudian runtuh
saat terjadi revolusi di Tiongkok yang mengubah sistem feodal menjadi sistem komunis.
Dengan runtuhnya masa kekaisaran Tiongkok, Tiongkok pun berubah menjadi Republik
Rakyat Cina.

Dalam sistem kepercayaan dan religi, masyarakat Tiongkok mulanya menganut kepercayaan
kepada para dewa. Para dewa tersebut adalah Dewa Feng Fa yang dianggap sebagai penguasa
angin, Dewa Lei Shih yang dianggap sebagai penguasa angin topan, dan Dewa T’Sai San
yang dipercaya sebagai penguasa bukit dunia.

Masyarakat Tiongkok juga mempercayai adanya kehidupan di alam baka, yang dibuktikan
dengan temuan makam perempuan bernama Fu Hao di Situs Anyang. Di dalam makam
tersebut terdapat berbagai perhiasan, kain sutera, dan makanan yang diawetkan, serta jenazah
laki-laki yang diperkirakan dimakamkan bersama Fu Hao untuk menjaganya di alam baka.

Peradaban Cina Kuno juga terkenal akan filsafat dan teknologinya. Dalam bidang filsafat,
terdapat tiga filsuf terkenal, yaitu Lao Tse, Kong Hu Chu, dan Meng Tse. Ajaran filsafat ini
mulai berkembang sejak Dinasti Han berkuasa. Sementara di bidang teknologi, peradaban
Cina Kuno memberikan banyak kontribusi karena hasil peradaban tersebut dibawa menyebar
keluar dari daratan Tiongkok di negeri-negeri lain.

Tak jarang hasil peradaban Cina Kuno tersebut mengalami modifikasi dan pengembangan
sehingga hasil peradaban tersebut semakin berkembang pesat. Beberapa hasil kebudayaan
peradaban Cina Kuno yang membawa pengaruh besar bagi dunia adalah penggunaan kertas,
tinta, dan mesin cetak yang berkembang pada masa kepemimpinan Kaisar Han Wu dari
Dinasti Han. Selain itu, dari masa Zhao Zhang terdapat seni lukis, keramik Tiongkok, dan
kain sutera.

Peradaban Mesopotamia, Mesir, Cina dan India Kuno merupakan peradaban awal dunia.
Terdapat kesamaan dari peradaban tersebut, yakni secara geografis terletak di sekitar lembah
sungai.

▪ peradaban Mesopotamia terletak di tepi Sungai Eufrat dan Sungai Tigris,


▪ peradaban Mesir terletak di tepi Sungai Nil,
▪ peradaban Cina terletak di tepi Sungai Huang Ho
▪ peradaban India Kuno terletak di tepi Sungai Indus

11. Menganalisis latar belakang perbedaan teori masuknya Hindu- Budha di Nusantara
A. Sumber Dari India Bukti adanya hubungan dagang tersebut dapat diketahui dari kitab
Jataka dan kitab Ramayana tetapi tidak menyebutkan kapan India mengenal Indonesia.
Kitab sastra india yang dapat dipercaya adalah Kitab Mahaniddesa yang memberi petunjuk
bahwa masyarakat india telah mengenal beberapa tempat di Indonesia pada abad ke-3
Masehi. Dalam kitab Geograpihike yang ditulis pada abad ke-2 juga disebutkan telah ada
hubungan dagang antara india dan Indonesia. Dari kedua keterangan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa secara intensif terjadinya hubungan dagang antara Indonesia dan india
mulai abad-abad tersebut (abad ke 2-3 Masehi).
b. Sumber Dari Cina Hubungan Indonesia dengan cina diperkirakan telah berkembang pada
abad ke-5. Bukti-bukti yang memperkuat hubungan itu di antaranya adalah perjalanan
seorang pendeta budha, fahien. Pada sekitar tahun 413 M, Fa Hien melakukan perjalanan
dari india ke YE-PO-TI (tarumanegara) dan kembali ke cina melalui jalur laut. Selanjutnya,
kaisar Cina, Wen Ti mengirim utusan ke She-Po (Pulau Jawa).
c. Sumber Dari Yunani Hubungan dagang antara Indonesia dengan india, dan cina dapat
diketahui dari Claudius Ptolomeus, seorang ahli ilmu bumi Yunani. Dalam kitabnya yang
berjudul Geographike yang ditulis pada abad ke 2. Ptolomeus menyebutkan nama Labadio
yang artinya pulau jelai. Mungkin kata itu ucapan Yunani untuk menyebut Yawadwipa,
yang artinya juga pulau jelai. Dengan demikian, seperti yang disebutkan dalam kitab
Ramayana bahwa Yawadwipa yang dimaksud ialah pula jawa.
d. Prasasti-Prasasti tertua di Indonesia yang menunjukkan hubungan Indonesia dengan India,
misalnya prasati Mulawarman di Kalimantan timur yang berbentuk Yupa. Semua prasasati
ditulis dalam bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa.
e. Kitab-kitab kuno yang ada di Indonesia biasanya ditulis pada daun lontar yang ditulis
dengan menggunakan bahasa dan tulisan jawa kuno yang juga merupakan pengaruh dari bahasa
Sanskerta dan tulisan Pallawa.
f. Bangunan-bangunan kuno yang bercorak hindu ataupun budha terdiri atas candi, stupa,
relief, dan arca. Agama Hindu yang berkembang di Indonesia berbeda dengan agama Hindu
yang berkembang di India. Agama dan kebudayaan Hindu disesuaikan dengan kebudayaan dan
kepercayaan asli Indonesia yang berintikan pemujaan roh leluhur (animism dan dinamisme).
Dalam bidang sastrapun terjadi penyesuaian, misalnya huruf Pallawa berubah menjadi huruf
kawi dan huruf jawa kuno. Demikian pula dalam seni bangunan, bentuk candi di Indonesia lain
dengan yang ada di India.
a. Teori Brahmana
Van Leur mengajukan keberatan baik terhadap teori ksatria atau pun teori Waisya.
Keberatan pertama adalah mengenai kolonisasi. Suatu kolonisasi yang melibatkan
penaklukan oleh golongan ksatria tentunya akan dicatat sebagai suatu kemenangan. Namun,
catatan itu tidak ditemukan dalam sumber-sumber tertulis di India. Di Indonesia pun tidak
ditemukan prasasti-prasasti sebagai bukti adanya penaklukan. Selain itu, suatu kolonisasi
selalu disertai oleh pemindahan segala unsur masyarakat dari tanah asal. Misalnya, sistem
kasta, kerajinan, bentuk rumah, tata kota, bahasa, pergaulan, dan sebagainya. Dalam
kenyataannya apa yang terdapat di Indonesia berbeda dengan yang terdapat di India.
Kalaupun ada pedagang-pedagang India yang menetap, mereka bertempat tinggal di
perkampungan-perkampungan khusus. Sampai sekarang masih ditemukan Kampung Keling
di beberapa tempat di Indonesia barat.
Mereka yang menetap di perkampungan khusus itu kedudukannya tidak berbeda
dengan rakyat biasa di tempat itu. Hubungan mereka dengan penguasa hanyalah dalam
bidang perdagangan, sehingga tidak dapat diharapkan adanya pengaruh budaya yang
membawa perubahan-perubahan dalam bidang tata negara dan agama. Hal ini menjadi lebih
jelas, karena sebagian besar pedagang itu adalah pedagang keliling yang berasal dari
kalangan masyarakat biasa. Mengingat unsur-unsur budaya India yang terdapat dalam
budaya Indonesia, van Leur cenderung untuk memberikan peranan penyebaran budaya India
pada golongan brahmana. Para brahmana datang atas undangan para penguasa Indonesia,
sehingga budaya yang mereka perkenalkan adalah budaya golongan brahmana. Sayangnya
dari teori brahmana Van Leur itu masih belum jelas pada yang mendorong terjadinya proses
tersebut. Ia berpendapat bahwa dorongan itu adalah akibat kontak dengan India melalui
perdagangan. Bukan hanya melalui orang-orang India yang datang, tetapi mungkin juga
karena orang-orang Indonesia melihat sendiri kondisi di India.
Terdorong oleh keinginan untuk dapat bersanding dengan orang-orang India dengan
taraf yang sama dan terdorong pula untuk meningkatkan kemakmuran negerinya, mereka
pun mengundang Brahmana. Para brahmana ini kemudian melakukan upacara vratyastoma,
yakni upacara inisiasi yang dilakukan oleh para kepala suku agar menjadi golongan ksatria.
Pandangan ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Paul Wheatly bahwa para
penguasa lokal di Asia Tenggara sangat berkepentingan dengan kebudayaan India guna
mengangkat status sosial mereka.
b. Teori Ksatria
R.C. Majundar berpendapat bahwa munculnya kerajaan Hindu di Indonesia disebabkan
oleh peranan kaum ksatria atau prajurit India. Para prajurit India diduga mendirikan koloni-
koloni di kepulauan Indonesia dan Asia Tenggara pada umumnya. Namun, teori ksatria yang
dikemukakan oleh R.C. Majundar tidak didukung oleh data yang memadai. Selama ini
belum ada bukti arkeologis yang menunjukkan adanya ekspansi prajurit India ke Indonesia.
c. Teori Waisya
Pendapat lain yang masih berpegang pada anggapan adanya kolonisasi, memberikan
peranan utama pada golongan lain. Teori yang pada awalnya diajukan oleh Krom ini
memberikan peranan utama kepada golongan pedagang (Waisya). Krom tidak sependapat
bahwa golongan ksatria merupakan golongan terbesar di antara orangorang India yang
datang ke Indonesia. Hal ini karena orang-orang itu datang untuk berdagang maka golongan
terbesar tentulah golongan pedagang. Mereka menetap di Indonesia dan kemudian
memegang peranan dalam penyebaran pengaruh budaya India melalui hubungan mereka
dengan penguasapenguasa Indonesia. Krom mengisyaratkan kemungkinan adanya
perkawinan antara pedangang-pedagang tersebut dengan wanita Indonesia. Perkawinan
merupakan salah satu saluran penyebaran pengaruh kebudayaan yang penting. Selain
memberikan peranan pada golongan yang berbeda, teori Krom mempunyai perbedaan lain
jika dibanding dengan teori ksatria.
Berdasarkan pengamatan berbagai aspek budaya Indonesia-Hindu, Krom berpendapat
bahwa unsur Indonesia dalam budaya tersebut masih sangat jelas. Ia menyimpulkan bahwa
peranan budaya Indonesia dalam proses pembentukan budaya India di Indonesia sangat
penting. Hal itu tidak mungkin dapat terjadi jika bangsa Indonesia hidup di bawah tekanan
seperti yang digambarkan oleh teori ksatria. Teori Krom mendapatkan banyak penganut di
kalangan peneliti. Akan tetapi dengan adanya kemajuan-kemajuan dalam penelitian,
tumbuh pula pendapat yang beranggapan bahwa teori ini masih kurang memberikan peranan
pada bangsa Indonesia. Walaupun Krom telah melihat adanya peranan yang penting dari
budaya Indonesia, tetapi masih terdapat kesan bahwa proses itu tidak sepenuhnya ditentukan
oleh bangsa Indonesia. d. Teori Sudra Teori Sudra dikemukakan oleh van Faber. Menurut
teori ini, di India banyak terjadi perang. Dengan demikian, banyak pula tawanan perang.
Indonesia dijadikan sebagai tempat pembuangan bagi tawanan-tawanan perang. Para
tawanan perang itulah yang menyebarkan kebudayaan Hindu di Indonesia.
e. Teori Arus Balik
Bosch sesuai pendirian dengan van Leur. Bertolak dari sifat unsur-unsur budaya India
yang diamatinya dalam budaya Indonesia. Ia juga berpendapat bahwa proses indianisasi di
Indonesia dilakukan oleh kelompok cendekiawan dalam masyarakat yaitu para
administrator atau clerk.
Untuk mengamati proses yang terjadi antara budaya Indonesia dan India, Bosch
menggunakan istilah penyuburan. Ia melihat dua jenis proses penyuburan. Penyuburan
pertama dan kemungkinan telah terjadi lebih dahulu adalah proses melalui pendeta agama
Buddha. Awal hubungan dagang antara Indonesia dan India bertepatan pula dengan
perkembangan pesat dari agama Buddha. Biksu-biksu agama tersebut menyebar ke seluruh
penjuru dunia melalui jalur-jalur perdagangan tanpa menghiraukan kesulitan-kesulitannya.
Mereka mendaki pegunungan Himalaya untuk menyebarkan agamanya di Tibet. Dari Tibet
kemudian melanjutkan dakwahnya ke utara hingga akhirnya sampai ke Cina.
Kedatangan mereka biasanya telah diberitakan terlebih dahulu. Setelah mereka tiba di
tempat tujuan biasanya mereka berhasil bertemu dengan kalangan bangsawan istana.
Dengan penuh ketekunan para biksu itu mengajarkan agama mereka. Selanjutnya
dibentuklah sebuah sanggha dengan biksu-biksunya. Melalui biksu ini timbul suatu ikatan
dengan India, tanah suci agama Buddha. Kedatangan biksu-biksu India di berbagai negeri
ternyata mengundang arus balik biksu dari negeri-negeri itu ke India. Para biksu kemudian
kembali dengan membawa kitab-kitab suci, relik dan kesan-kesan. Bosch menyebut gejala
sejarah ini sebagai gejala arus balik. Aliran agama lain dari India yang meninggalkan
pengaruh di Indonesia adalah agama Hindu. Berbeda dengan agama Buddha, para brahmana
agama Hindu tidak dibebani kewajiban untuk menyebarkan agama Hindu. Hal ini karena
pada dasarnya seseorang tidak dapat menjadi Hindu, tetapi seseorang itu lahir sebagai
Hindu.
Dengan konsep seperti, proses hinduisasi di Indonesia menjadi semakin menarik,
karena tidak dapat dipungkiri orang-orang Indonesia pasti awalnya tidak dilahirkan sebagai
Hindu, tetapi dapat beragama Hindu. Untuk dapat menjelaskan fenomena ini harus dilihat
terlebih dahulu watak khas agama Hindu. Agama Hindu pada dasarnya bukanlah agama
untuk umum dalam arti bahwa pendalaman agama tersebut hanya mungkin dilakukan oleh
golongan brahmana. Beranjak dari kenyataan ini, terdapat berbagai tingkat keketatan
pelaksanaan prinsip tersebut. Hal itu tergantung dari aliran sekte yang bersangkutan.
Adapun sekte agama Hindu yang terbesar pengaruhnya di Jawa dan Bali adalah sekte Siwa-
Siddhanta. Aliran Siwa-Siddhanta sangat esoteris.
Seseorang yang dicalonkan untuk menjadi seorang brahmana guru harus mempelajari
kitab-kitab agama selama bertahun-tahun dan setealh diuji baru dizinkan menerima inti
ajarannya langsung dari seorang brahmana guru. Brahmana inilah yang selanjutnya
membimbingnya hingga ia siap untuk ditasbihkan menjadi brahmana guru. Setelah
ditasbihkan, ia dianggap telah disucikan oleh Siqa dan dapat menerima kehadirannya dalam
tubuhnya pada upacara-upacara tertentu. Dalam keadaan demikian ia dianggap dapat
merubah air menjadi amrta. Brahmana itu lantas diundang ke Indonesia. Mereka melakukan
upacara khusus dapat menghindukan seseorang (vratsyastoma). Pada dasarnya kemampuan
mereka inilah yang menyebabkan raja-raja Indonesia mengundang para brahmana ini.
Mereka mendapat kedudukan yang terhormat di kraton-kraton dan menjadi inti golongan
brahaman Indonesia yang kemudian berkembang. Penguasaan yang luas dan mendalam
mengenai kitab-kitab suci menempatkan mereka sebagai purohita yang memberi nasehat
kepada raja, bukan hanya di bidang keagamaan tetapi juga pemerintahan, peradilan,
perundang-undangan dan sebagainya
12. Menganalisis kedudukan kerajaan Hindu-Budha Nusantara dalam berita Cina
A. Tarumanegara
sesuai dengan catatan sejarah Cina, bahwa negeri Ho-lotan (Aruteun) di She-po (Jawa) telah
mengirimkan utusan ke Cina pada tahun 430, 437, dan 452 masehi. Setelah mendapat pengaruh
budaya India, nama Aruteun diubah menjadi Taruma. Nama Taruma ini diambil dari nama daerah
di India Selatan. Perubahan nama ini diperkirakan terjadi pada akhir abad ke-5 masehi. Sejak abad
ke-6 masehi, nama Ho-lotan (Aruteun) tidak disebut-sebut lagi. Sebagai gantinya muncul nama To-
lo-mo (Taruma) yang pernah mengirimkan utusan ke Cina pada tahun 528, 535, 630, dan 669
masehi. Sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara ternyata juga didapat dari berita musafir China
yang bernama Fa-Hien. Musafir yang datang di Jawa pada tahun 414 M membuat catatan tentang
adanya Kerajaan To-lo-mo. atau Taruma.

Istilah To-lo-mo ini tentu dimaksudkan pada kerajaan Tarumanegara. Sumber sejarah dari luar
negeri didapatkan dari berita musafir China yang bernama Fa-Hien. Fa-Hien datang ke tanah Jawa
pada tahun 414 M untuk membuat catatan mengenai keberadaan kerajaan To-lo-mo. Kerajaan
yang di maksud ternyata mengarah pada kerajaan Tarumanegara. Dalam catatan Fa-Hien dikatakan
bahwa dalam perjalanannya menuju India, ia singgah di Yo-p’o-ti dan berdiam di sana selama 5
bulan, di sana sedikit sekali pemeluk Budha. Sementara itu, dalam kronik dinasti Tang (618-906)
diungkapkan bahwa antara tahun 528-539 dan 666-669 telah datang di Cina utusan dari Kerajaan
To-lo-mo (Tarumanegara). Catatan Fa-Hien,seoarang musafir Cina,masyarakat Tarumanegara
sudah melakukan kegiatan berdagang. Barang yg diperdagangkan antara lain beras dan kayu jati.

B. Sriwijaya

Dari berita Cina, dapat diketahui bahwa pedagang-pedagang Kerajaan Sriwijaya telah menjalin
hubungan perdagangan dengan pedagang-pedagang Cina. Para pedagang Cina sering singgah di
Kerajaan Sriwijaya untuk selanjutnya meneruskan perjalanannya ke India maupun Romawi. Dalam
perjalanannya mereka kerap membuat catatan catatan, diantaranya: • Dalam catatan Dinasti T’ang
disebutkan, bahwa Sriwijaya telah beberapa kali mengirim utusannya ke negeri Cina, sekitar tahun
917M, 972M, 974M, dan 975M, juga tahun 980M dan 983M. Ketika hendak pulang, utusan itu
tertahan di Kanton karena negerinya sedang berperang melawan raja Jawa. • Dalam catatan I-Tsing
disebutkan, bahwa ketika hendak berziarah ke India ia singgah dulu di Sriwijaya selama enam bulan.
Ia juga singgah di Melayu selama dua bulan, baru kemudian ke India. Ia berada di India selama 10
tahun. Dalam perjalanan pulang singgah lagi di Sriwijaya selama hampir kurang lebih lima tahun, untuk
menerjemahkan kitab agama Budha ke dalam bahasa Cina. Dalam catatan itu dikatakan juga bahwa
di India terdapat seorang pendeta besar yaitu Sakyakirti atau Dharmakirti.

C. Kediri
Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaanna di masa pemerintahan Raja Sri Jayabaya , hingga
kerajaan Kediri daerahnya terus meluas. Yang awalnya berasal dari Jawa Tengah, kemudian terus
meluas ke hampir seluruh daerah Pulau Jawa berhasil dikuasai. Sejarah tentang masa-masa kejayaan
yang pernah digapai oleh kerajaan Kediri, semakin kuat dengan adanya berita atau catatan dari kronik
Cina, yaitu Liung-wa-tai-a, sebuah karya dari Chou Ku-fei pada tahun 1178 masehi. Isinya yaitu pada
Negeri paling kaya (di masa kerajaan Kediri dipimpin Raja Sri Jayabaya) selain Cina secara berurutan
yaitu Arab, Jawa, dan Sumatra. Saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, di Jawa adalah
Kerajaan Panjalu (Kediri), sedangkan Sumatra dikuasai Kerajaan Sriwijaya.

13. Menganalisis fungsi perairan/laut/sungai sebagai ruang hidup bangsa Indonesia


masa Hindu-Budha
Budaya maritim menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, khususnya yang
terkait dengan maritim dan kelautan. Para nelayan dan masyarakat pesisir, misalnya, memiliki
kearifan lokal dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya laut, sehingga keberlanjutan
sumber kehidupan mereka tetap terjamin hingga ke anak cucu. Salah satu bukti warisan budaya
sebagai bangsa pelaut yang hingga kini masih ada adalah Kapal Pinisi. Laut, pesisir, dan sungai
merupakan urat nadi yang menjadi kekuatan bangsa ini sejak dulu. Di tiga wilayah ini pelabuhan-
pelabuhan besar dibangun yang diramaikan dengan aktivitas pedagang dari berbagai pulau di
Nusantara dan dari belahan dunia. Hal itu membuat perekonomian dan peradaban maju dan
berkembang. Kemampuan mengelola maritim itu disadari oleh Belanda, karena itu Belanda
mendesak pribumi menjauhi laut menuju daratan hingga pegunungan. Sejak itu pertanian
daratan menjadi berkembang.

fungsi perairan/laut/sungai sebagai ruang hidup bangsa Indonesia masa Hindu-Budha


adalah karena air sumber kehidupan dapat mengairi irigasi sehingga tanah dan tanaman
tumbuh subur. Air dipercaya erat dalam agama hindu-Buddha akan membawa kebaikan.
Laut/Sungai merupakan tempat bertemunya para pedagang dan juga untuk menyebarkan
agama.

14. Menjelaskan makna dari isi prasasti kerajaan kerajaan Hindu-Budha di Indonesia
1. Prasasti Kutai (Kalimantan Timur)
Prasasti Kutai dikenal juga dengan nama Prasasti
Mulawarman adalah peninggalan sejarah dari
Kerajaan Kutai. Ada tujuh buah yupa yang berisi
prasasti, akan tetapi baru empat buah yang berhasil
dibaca dan diterjemahkan. Prasasti ini ditulis
menggunakan huruf Pallawa pra-nagari dan bahasa
Sansekerta.

Diperkirakan bentuk dan jenisnya berasal dari masa kurang lebih sekitar 400 M, yang ditulis
dalam bentuk puisi anustub. Isi prasasti ini menceritakan mengenai Raja Mulawarman yang
menyumbang banyak sapi kepada kaum Brahmana.

Disini juga disebutkan bahwa Mulawarman adalah cucu dari Kudungga dan anak
Aswawarman. Prasasti Hindu ini adalah yang tertua dari kerajaan Hindu di Indonesia dan
ditemukan di Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur tepatnya di hulu sungai Mahakam.
2. Prasasti Ciaruteun (Bogor)
Prasasti Ciampea atau Ciaruteun ditemukan di tepi
sungai Ciaruteun, dekat muara sungai Cisadane,
Bogor, Jawa Barat. Prasasti Hindu ini adalah
peninggalan kerajaan Tarumanegara.

Lokasi penemuan prasasti adalah sebuah bukit


yang dalam bahasa Sunda disebut pasir, dimana
bukit tersebut diapit oleh tiga sungai yaitu
Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Tempat ini
hingga abad ke 19 masih termasuk wilayah Ciampea dan masih disebut Pasir Muara.

Sekarang wilayah penemuan prasasti ini masuk ke dalam wilayaj Kecamatan Cibungbulang.
Prasasti ini ditulis menggunakan aksara Pallawa dan bentuk seloka bahasa Sansekerta,
menggunakan metrum anustubh yang terdiri dari tiga baris dan terdapat pahatan gambar ubi
serta sulur – suluran atau pilin, sepasang telapak kaki dan gambar laba – laba .

3. Prasasti Canggal (Magelang)


Prasasti Hindu ini disebut juga sebagai Prasasti Gunung Wukir atau
Prasasti Sanjaya, berbentuk candra sengkala dengan angka tahun 654
saka atau 732 M. Ditemukan di halaman candi Gunung Wukir di desa
Kadiluwih, Kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah dan ditulis
pada stela batu. Isi prasasti ini diperkirakan sebagai pernyataan diri
Raja Sanjaya pada tahun 732 sebagai penguasa universal dari
Mataram Kuno.

4. Prasasti Dinoyo (Malang)


Penemuan prasasti Hindu ini terjadi di Desa Dinoyo, bagian barat
laut Kota Malang. Dengan angka tahun 760 M, prasasti ini
bertuliskan huruf Kawi dan bahasa Sansekerta. Isinya
menceritakan bahwa pada abad ke 8 ada suatu kerajaan yang
berpusat di Kanjuruhan atau sekarang Desa Kejuron, dan rajanya
bernama Dewasimha.

Dewasimha memiliki putra bernama Limwa yang mengganti


namanya menjadi Gajayana setelah menggantikan ayahnya sebagai raja. Gajayana
mendirikan tempat pemujaan untuk Dewa Agastya. Arca yang melukiskan Agastya diganti
dengan arca batu berwarna hitam.

5. Prasasti Jambu (Bogor)


Ditemukan di daerah perkebunan sekitar 30 km sebelah barat Bogor,
prasasti Jambu atau Pasir Kolengkak berasal dari Kerajaan
Tarumanegara. Persisnya di wilayah kampung Pasir Gintung, desa
Parakanmuncang, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor.

Pada masa Belanda wilayah ini menjadi bagian dari perkebunan karet
Sadeng – Djamboe, sekarang dikenal dengan PT. Perkebunan XI Cikasungka, Cigudeg,
Bogor. Penemunya adalah Jonathan Rigg pada 1854 dan dilaporkan kepada Dinas Purbakala
tahun 1947, dan pertama kali diteliti pada tahun 1954.
Isinya adalah dua baris aksara Pallawa, berbentuk seloka Sansekerta dan metrum Sragdhara.
Menyebutkan nama Raja Purnawarman yang memerintah di negara Taruma, tanpa angka
tahun namun diperkirakan berasal dari abad ke 5 M berdasarkan analisis palaeographis.

6. Prasasti Kebon Kopi (Bogor)


Prasasti Tapak Gajah atau Kebonkopi I juga peninggalan
kerajaan Tarumanegara. Pada prasasti ini terdapat ukiran tapak
kaki gajah yang diperkirakan sebagai tunggangan raja
Purnawarman. Gajah itu disamakan dengan Airawata,
tunggangan Dewa Indra.

Letak prasasti Hindu ini adalah di Kampung Muara, Desa


Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor. Ditemukan pada abad ke 19 ketika penebangan hutan
dilakukan untuk lahan perkebunan kopi.

Kemudian prasasti Pasir Muara atau prasasti Kebonkopi II merupakan prasasti tertua yang
menyebutkan angka tahun pada 854 Saka (932 M), menjadi sejarah kerajaan Pajajaran di
tanah Sunda.
7. Prasasti Cidanghiang (Pandeglang)
Salah satu prasasti Hindu yang berasal dari kerajaan
Tarumanegara lagi. Letaknya di tepi sungai Ci
Danghiyang di Desa Lebak, Kecamatan Munjul,
Kabupaten Pandeglang. Toebagus Roesjan pertama kali
melaporkannya kepada Dinas Purbakala pada 1947.

Isinya ditulis dalam bahasa Sansekerta menggunakan


aksara Pallawa dan metrum anustubh yang menggambarkan keagungan Raja Purnawarman.
Dari prasasti ini bisa diketahui bahwa Banten dulunya pernah menjadi wilayah kekuasaan
Tarumanegara yang beragama Hindu Wisnu.

8. Prasasti Pasir Awi


Satu lagi prasasti Hindu peninggalan bersejarah di
Indonesia dari kerajaan Tarumanegara adalah prasasti Pasir
Awi atau Prasasti Cemperai. Lokasi ditemukannya ada di
lereng selatan bukit pasir awi, di kawasan hutan perbukitan
Cipamingkis, desa Sukamakmur, kecamatan Sukamakmur,
kab. Bogor.
Peninggalan bersejarah di Jawa Barat ini ditemukan pada 1864 oleh N.W. Hoopermans dan
berisi gambar pahatan telapak kaki menghadap ke utara dan timur. Isinya belum bisa dibaca
karena menggunakan huruf ikal.

9. Prasasti Tugu (Cilincing)


Prasasti Tugu juga berasal dari Kerajaan
Tarumanegara. Isinya menerangkan mengenai
penggalian sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru
dan penggalian sungai Gomati oleh Purnawarman di
tahun ke 22 pemerintahannya untuk membuat saluran
di kedua sungai tersebut.

Penggalian dilakukan untuk menghindari bencana


alam seperti banjir yang sering terjadi di masa
pemerintahan Purnawarman, juga menghindari kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
Lokasi ditemukannya berada di Kampung Batutumbuh, Desa Tugu.

Sekarang lokasi ini menjadi Kelurahan Tugu Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara.
Prasasti ini adalah prasasti terpanjang dalam peninggalan Tarumanegara dan sebagaimana
peninggalan Tarumanegara lainnya tidak memiliki angka tahun yang pasti. Melalui analisis
Palaeographis, prasasti diperkirakan berasal dari abad 5 M.

Kebanyakan prasasti Hindu ditemukan memang berasal dari Kerajaan Tarumanegara yang
pernah berkuasa di barat pulau Jawa pada abad ke empat hingga tujuh Masehi. Sebagai salah
satu kerajaan tertua di Nusantara, Tarumanegara banyak meninggalkan catatan sejarah yang
menunjukkan bahwa aliran kerajaan tersebut adalah Hindu Wisnu melalui peninggalan benda
bersejarah di Indonesia berupa prasasti.

15. Menganalisis latar belakang perbedaan teori masuknya Islam ke Nusantara


1. Teori Persia
Salah satu teori menyebutkan bahwa Islam masuk Indonesia dibawa oleh orang-orang dari
Persia, termasuk pengikut Syiah, pada awalnya. Teori ini dinamakan Teori Persia. Mengutip
Modul Sejarah Indonesia Kelas X terbitan dari Kemdikbud, pencetus dan pendukung Teori
Persia adalah Umar Amir Husen dan Hoesein Djajadiningrat. Keduanya meyakini orang-
orang Persia sudah masuk Indonesia di abad 7 masehi. Bukti pendukung sebagai penguat
teori ini adalah: Adanya tradisi peringatan 10 Muharam atau Hari Asyura di sejumlah
daerah. Di Sumatera Barat peringatan ini dinamakan Tabuik (Tabut)m dan di Jawa ada
pembuatan bubur Syuro. Memiliki kesamaan ajaran sufi Pemakaian istilah persia dalam
mengeja huruf arab Adanya kesamaan pada seni kaligrafi di beberapa batu nisan Islam aliran
Syiah khas Iran marak di awal masuknya Islam di Indonesia Terdapat perkampungan Leren
(Leran) di Giri, daerah Gresik, Jawa Timur. Pada mulanya, Teori Persia diterima sebagian
ahli sejarah. Namun, teori ini mempunyai kelemahan yaitu di abad 7 masehi, kekuasaan
Islam di Timur Tengah masih dipegang Dinasti Umayyah yang menguasai Damaskus,
Baghdad, dan Jazirah Arab. Fakta tersebut menyanggah bahwa tidak mungkin pemuka
Persia bisa menyokong dakwah Islam ke Nusantara secara besar-besaran.
2. Teori Gujarat Teori Gujarat
menyatakan masuknya Islam ke nusantara berasal dari kedatangan kaum saudagar dari Gujarat
(India) lewat Selat Malaka. Mereka melakukan kontak dengan masyarakat lokal di bagian
barat Nusantara yang kemudian memunculkan Kesultanan Samudera Pasai sebagai kerajaan
Islam pertama di Nusantara. Bukti yang ditemukan salah satunya makam Malik As-Saleh
(marah Situ) dengan angka 1297. Dia adalah pendiri Kesultanan Samudera Pasai di Aceh.
Ada kemiripan antara nisan makam itu dengan corak batu nisan di Gujarat. Bukti lain
dengan alasan serupa yaitu ditemukan pada nisan milik pendakwah Walisongo, Maulana
Malik Ibrahim (wafat 1419), dan nisan di pesisir utara Sumatera bertulis 17 Dzulhijjah 831
H atau 27 September 1428. Para tokoh pendukung teori Gujarat adalah G.W.J Drewes yang
dikembangkan Snouck Hurgronje, J. Pijnapel, W.F. Stutterheim, J.P. Moquette, dan Sucipto
Wirjosuparto.
3. Teori Cina Menurut Teori Cina, Islam masuk nusantara bersamaan dengan migrasi orang-
orang Cina menuju Asia Tenggara pada abad 9 masehi. Mereka banyak yang masuk ke
wilayah Sumatera, terutama bagian selatan Palembang, di tahun 879. Sementara itu, Islam
di Cina sudah berkembang sejak masa Dinasti Tang (618-905 masehi) yang dirintis oleh
Saad bin Abi Waqqash pada masa Kekhalifahan Utsman bin Affan. Karena itu, ketika terjadi
migrasi penduduk dari Cina ke Asia Tenggara pada Abad 9, banyak muslim dari daratan itu
turut bermukim di nusantara dan menyebarkan agama Islam. Bukti pendukungnya antara
lain banyak orang Islam keturunan Cina yang memiliki pengaruh besar di Kesultanan
Demak. Bukti lainnya, Raden Patah, pendiri kesultanan tersebut, merupakan putra dari
seorang muslimah asli Cina. Raden Patah memiliki nama Cina, Jin Bun. Selain itu, ada
masjid tua beraksitektur China di Jawa. Teori China ini didukung oleh sejumlah ahli, di
antaranya Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby.
4. Teori Arab Pendukung Teori Arab adalah J.C. van Leur, Anthony H. Johns, T.W. Arnold,
hingga Abdul Malik Karim Amrullah atau Buya Hamka. Dalam teori ini dikemukakan
bahwa Islam masuk Nusantara dibawa orang-orang Timur Tengah. Penyebarannya sudah
terjadi sejak abad 7 Masehi. Bukti pendukung teori Arab yang dijelaskan Buya Hamka
dalam buku Sejarah Umat Islam (1997) yaitu, ditemukannya naskah kuno yang menyebut
bang Arab telah bermukim di sekitar Pantai Barat Sumatera pada tahun 625 M. Selain itu,
ditemukan pula nisan kuno bertuliskan Syekh Rukunuddin di tempat itu bertahun 672 M.
Sementara itu, T.W. Arnold memberi dukungan atas bukti dari Buya Hamka. Arnold
mengatakan jika kaum saudagar Arab cukup dominan untuk melakukan perdagangan di
Nusantara.
5. Teori India
Teori ini dikemukakan oleh Thomas W. Arnold dan Marrison yang menemukan bukti bahwa
Islam pertama kali masuk Indonesia melalui Coromandel dan Malabar (India). Teori ini
muncul untuk membantah anggapan bahwa Gujarat menjadi sumber penyebaran Islam ke
nusantara. Alasannya, Gujarat belum menjadi pusat perdagangan yang menghubungkan
wilayah Timur Tengah dengan kepulauan Nusantara. Marrison berpendapat bahwa
meskipun batu-batu nisan yang ditemukan di tempat-tempat tertentu di Nusantara boleh jadi
berasal dari Gujarat atau Bengal, itu tidak lantas berarti Islam juga datang berasal dari
tempat batu nisan itu diproduksi. Dia mencatat, saat sultan pertama Samudera Pasai wafat
tahun 1297 M, Gujarat masih merupakan kerajaan Hindu. Baru setahun kemudian
(699/1298) Cambay, Gujarat dikuasai penguasa muslim. Maka, dia mendukung teori bahwa
Islam di Nusantara tidak dari Gujarat, melainkan dibawa oleh pendakwah Muslim dari
pantai Coromandel pada akhir abad ke-13.
6. Teori Bangladesh
Dikenal pula dengan teori Benggali, teori Bangladesh dikemukakan oleh S. Q. Fatimi. Teori
tersebut menunjukkan sejumlah bukti bahwa Islam masuk ke Nusantara dari Benggali.
Alasannya, banyak tokoh terkemuka di Samudera Pasai adalah orang-orang keturunan
Benggali. Di teori ini, Islam diyakini mulau berkembang di Nusantara sejak abad ke-11 M.
Fatimi menilai anggapat yang mengaitkan seluruh batu nisan di Pasai, termasuk makam
Maulana Malik al-Saleh, dengan Gujarat adalah keliru. Penelitiannya menyimpulkan bahwa
bentuk dan gaya batu nisan Malik al-Saleh berbeda sepenuhnya dengan batu nisan di Gujarat
maupun daerah lain di Indonesia. Batu-batu nisan itu justru lebih mirip dengan batu nisan
di kawasan Benggali. Namun, teori ini mengabaikan fakta bahwa ada perbedaan mazhab
fikih yang dianut kaum muslim Nusantara (Syafi’i) dan umat Islam di Bengal (Hanafi).

16. Menghubungkan sistem jaringan perdagangan Nusantara dengan penyebaran Islam


di Nusantara
Jaringan Perdagangan di Indonesia Interaksi antara masyarakat kepulauan Indonesia
memiliki tujuan utama untuk berdagang. Aktifitas perdagangan yang terjalin antara pulau satu
dengan pulau-pulau lain menimbulkan terbentuknya jaringan perdagangan nasional antarpulau
di Indonesia. Baca juga: Samudera Pasai, Kerajaan Islam Pertama di Nusantara Selain itu,
wilayah laut Indonesia yang memiliki letak strategis menjadikannya sebagai jalur perdagangan
Internasional. Wilayah laut Indonesia menghubungkan jalur perdagangan internasional antara
kawasan Asia Timur, Asia Tenggara, Asia Selatan dan Timur Tengah. Kejayaan perdagangan
wilayah laut Indonesia juga tidak terlepas dari komoditas rempah-rempah yang melimpah.
Pedagang-pedagang dari Arab,India dan Cina datang ke Indonesia untuk menjual komoditas
dari wilayah mereka sekaligus mencari rempah-rempah untuk dijual kembali. Aktivitas
perdagangan internasional di kawasan Indonesia berdampak pada timbulnya interaksi antar
suku, etnis dan bangsa-bangsa di dunia dalam bidang sosial, budaya dan agama. Lihat Foto
Ilustrasi Masuknya Islam di Nusantara(Kemendikbud RI) Masuknya Islam di Indonesia Dalam
buku Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia (2012) karya
Daliman, Islam di Indonesia masuk dan berkembang melalui perdagangan dan mengikuti jalur-
jalur pelayaran. Baca juga: Kerajaan Demak, Kerajaan Islam Pertama dan Terbesar di Utara
Jawa Interaksi budaya antara pedagang Arab, Persia dan Gujarat dengan masyarakat
Indonesia menyebabkan meluasnya pengaruh agama Islam di Indonesia. Kawasan pesisir Jawa,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku menjadi pusat penyebaran agama di Indonesia.
Pemukiman Islam mulai muncul di kota-kota bandar pelabuhan besar seperti Malaka, Aceh,
Demak, Makassar, Banjarmasin, Ternate dan Tidore. Pada sekitar abad 12 pemukiman Islam
tersebut terus berkembang dan mulai mempengaruhi kehidupan kerajaan-kerajaan Nusantara.
Jaringan perdagangan dan posisi Indonesia Diambil dari buku The Silk Roads: Highways of
Culture and Commerce (2000) karya Vadime Elisseeff, sejak abad ke-5 Indonesia sudah dilintasi
jalur perdagangan laut antara India dan China. Jalur perniagaan dan pelayaran yang melalui laut,
dimulai dari China menuju Kalkuta, India. Di mana jalur tersebut melalui Laut China Selatan
kemudian Selat Malaka. Setelah sampai India, kemudian berlanjut ke Teluk Persia melalui Suriah.
Baca juga: Perdagangan Internasional: Pengertian dan Manfaatnya Jalur perdagangan berlanjut
ke Laut Tengah melalui Laut Merah sampai ke Mesir menuju Laut Tengah. Indonesia, melalui Selat
Malaka terlibat perdagangan dalam hal rempah-rempah. Posisi Indonesia cukup strategis dan
memiliki sumber daya alam yang berlimpah. Sehingga Indonesia menjadi salah satu pusat
perdagangan yang penting pada jalur perdagangan Timur Tengah dan semenanjung Arab dengan
Selat Malaka. Kepentingan ekonomi Pusat-pusat integrasi Nusantara berawal dari penguasaan
laut. Sehingga terjadi beberapa hal, yaitu: Pertumbuhan jalur perdagangan yang melewati lokasi
strategis di pinggir pantai. Muncul pengendalian politik dan militer para raja-raja dalam menguasai
jalur utama dan pusat perdagangan di Indonesia. Jalur perdagangan yang berkembang di
Nusantara ditentukan oleh kepentingan ekonomi. Perkembangan rute perdagangan juga berbeda-
beda, yang ditentukan pada masa sebagai berikut: Masa prakarsa hegemoni, pada masa tersebut
budaya yang datang dari Austronesia di Asia Tenggara Daratan. Masa perkembangan Hindu-
Buddha di Nusantara, China di bagian utara dan India di bagian barat daya menjadi dua negara
super power. Adanya peralihan rute membawa dampak positif bagi Nusantara. Secara langsung
Indonesia terhubung ke dalam jaringan perdagangan dunia saat itu. Baca juga: Kabupaten Natuna,
Jalur Pelayaran Internasional Selat Malaka menjadi pintu gerbang yang menghubungan pedagang-
pedagang China dan India. Jalur Sutra Sebagai pintu gerbang, Selat Malaka merupakan kawasan
yang cukup penting bagi pelayaran dan perdagangan, terlebih bandar-bandar di sekitar Samudera
Indonesia dan Teluk Persia. Selat Malaka menghubungkan Arab dan India di sebelah barat laut
Nusantara, dengan China di sebelah timur laut Nusantara. Jalur tersebut diberi nama "jalur sutra"
sejak abad pertama Masehi hingga abad ke-16 Masehi. Penamaan jalur tersebut karena China
membawa komoditas sutera cukup banyak untuk dijual di wilayah lain. Ramainya rute pelayaran
mendorong timbulnya bandar-bandar penting di sekitar jalur Selat Malaka, yaitu Samudra Pasai,
Malaka, dan Sumatera Utara (dulunya Kota China). Kondisi masyarakat di sepanjang Selat Malaka
mulai sejahtera dan terbuka dalam berbagai hal, di antaranya sosial ekonomi dan pengaruh
budaya luar. Kekuatan politik di Nusantara Jaringan Nusantara juga terpengaruh dari kekuatan
politik saat itu. Baca juga: Jalur Penangkapan Ikan Wilayah Indonesia dan Alat yang Digunakan
Selama masa Hindu-Buddha, jaringan perdagangan dan budaya antar bangsa dan penduduk di
pulau Indonesia juga tumbuh pesat. Hal ini karena terhubung oleh jaringan Laut Jawa hingga
Kepulauan Maluku. Secara tidak langsung integrasi juga terjadi dengan jaringan ekonomi dunia.
Komoditas penting yang menjadi barang dagang pada saat itu adalah kayu manis, cengkeh, dan
pala. Pertumbuhan jaringan dagang internasional dan antar pulau melahirkan kekuatan politik di
Nusantara. Kekuatan politik tersebut berada di: Pantai timur melayu yang sekarang menjadi Jambi
di muara Sungai Batanghari. Di Pulau Jawa yang terkenal dengan Kerajaan Sriwijaya. Terdapat
tiga kerajaan besar, yaitu Tarumanegara (Jawa bagian barat), Kalingga (Jawa bagian tengah), dan
Singasari serta Majapahit (Jawa bagian timur). Kerajaan besar Nusantara yang memiliki kekuatan
terhubung secara politik. Artinya kerajaan yang besar dan kuat akan menguasai wilayah-wilayah
yang luas di Nusantara. Kemudian mampu mengontrol politik wilayah sekitarnya. Baca juga: Bursa
Perdagangan Aset Kripto Upbit Resmi Terdaftar di Bappebti Hubungan kerajaan adigdaya di
Nusantara dengan kerajaan dibawahnya hanya berlangsung dalam bentuk hubungan hak dan
kewajiban yang saling menguntungkan. Keuntungan yang diperoleh dari kerajaan besar antara lain
berupa pengakuan simbolik seperti kesetiaan dan pembayaran upeti berupa barang yang
digunakan kerajaan dan untuk diperdagangkan skala internasional. Keuntungan kerajaan kecil
adalah perlindungan dan rasa aman, sekaligus kebanggaan atas hubungan tersebut. Jika kerajaan
besar sudah tidak bisa memberikan rasa aman, kebanyakan kerajaan kecil akan melakukan
pembangkangan dan berpindah ke kerajaan yang lainnya. Hubungan tersebut semakin
mengukuhkan Nusantara sebagai negara kepulauan yang dipersatukan oleh kekuatan politi dan
dagang.

17. Menganalisis sistem pemerintahan kerajaan Islam di Nusantara

Sistem pemerintahan masa Islam

Di masa Islam, kerajaan disebut dengan kesultanan, sehingga pemimpinnya disebut dengan
sultan (raja dalam Bahasa Arab). Ia merupakan pemipin tertinggi. Selain sultan, sebutan lain
untuk seorang pemimpin adalah maulana, susuhan, dan panembahan.
Pengkultusan dewa yang dimiliki seorang raja tidak lagi terdapat di masa Islam. Di masa Islam,
seorang sultan memperkuat
kedudukannya dengan mengaitkan
dirinya melalui garis keturunan pada
Nabi Muhammad SAW. Selain itu, di
dalam Islam tidak ada sistem kasta,
sehingga seorang sultan bukanlah
seseorang yang harus ditaati, dan sultan
juga bukan titisan dari Allah. Sultan
hanyalah manusia biasa yang diberikan
kelebihan-kelebihan, sehingga pantas
untuk memimpin suatu kerajaan.

Ketika mengambil suatu keputusan, baik itu yang berkaitan dengan agama dan pemerintahan,
sultan biasanya berkonsultasi terlebih dahulu dengan para ulama, agar keputusan-keputusan
tersebut dapat diterima oleh rakyat dengan penuh rahmat. Salah satu kelompok ulama yang
terkenal di Nusantara adalah Wali Songo (Wali Sanga atau Sembilan Wali). Anggota Wali
Songo banyak yang menjadi penasihat bagi Kerajaan Demak.

Dalam hal pengangkatan raja di masa Islam,


terdapat kesamaan dengan pengangkatan raja
di dalam sistem pemerintahan agama Hindu
Buddha. Sultan diangkat berdasarkan garis
keturunan. Jika dilihat mampu dan berwibawa
untuk memimpin, maka anak sultan akan
mendapatkan takhta untuk memimpin
kerajaan.

Sistem sosial

Kamu tahu nggak, Squad kenapa Islam saat itu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara?
Salah satu alasannya karena dalam Islam tidak ada sistem kasta. Hal ini menyebabkan aturan
kasta sudah tidak berlaku di kehidupan masyarakat di masa kerajaan Islam.
Selain kasta, masyarakat juga telah menggunakan nama-nama Arab seperti Muhammad,
Abdullah, Umar, Ali, Ibrahim, Hasan, Hamzah, Musa, dan lainnya. Kosakata Bahasa Arab juga
banyak diserap dan digunakan ke bahasa pada masa itu.

Alasan lain mengapa Islam mudah diterima adalah:

• ajarannya cenderung lebih sederhana.


• Syarat untuk masuk ke dalam Islam mudah.
• Tidak mengenal sistem kasta.
• Upacara-upacara keagamaan yang ada lebih sederhana.
• Disebarkan melalui jalan damai (berbeda dengan Katolik dan Kristen yang disebarkan
oleh bangsa asing yang menjajah).

Sistem Ekonomi

Pada masa Islam, kehidupan perekonomian bergantung pada perdagangan. Kalau kamu
perhatikan, Squad, banyak kerajaan Islam yang terletak di dekat pantai. Lokasi yang strategis
ini menjadikannya mudah menjadi tempat persinggahan pedagang yang saat itu menggunakan
kapal laut.

Hal ini juga memicu berdirinya bandar-bandar atau


pelabuhan tempat transaksi perdagangan terjadi. Tempat
tersebut tidak hanya disinggahi oleh pedagang pribumi,
tapi juga oleh pedagang dari mancanegara. Pedagang dari
mancanegara umumnya berasal dari Arab, Persia,
Tiongkok, bahkan Eropa.

Komoditas yang dijual saat itu terdiri dari rempah-rempah,


perhiasan, ataupun keramik. Uniknya, pedagang dari arab
seringkali membentuk komunitas Arab yang dikenal
dengan
nama

Kampung Arab. Sering dijumpai kampung ini


terletak di daerah pesisir. Meski begitu, tak
jarang kampung ini juga dibentuk di daerah
yang jauh dari garis pantai dan cenderung
dekat dengan pusat kota yang ramai. Coba, kamu bisa nggak sebut salah satu Kampung Arab
di Indonesia?

Salah satu Kampung Arab di Indonesia yang terletak di Palembang.

Sistem kebudayaan

Pada masa perkembangan Islam di nusatara, terjadi kemajuan dari segi budaya. Ditemukannya
naskah-naskah Islam ataupun sastra-sastra Islam yang bisa menjadi salah satu sumber sejarah
perkembangan Islam di Indonesia serta menambah khazanah budaya Islam pada masa itu
adalah fakta pendukungnya. Karya-karya sastra ini semakin menyebar setelah masa Majapahit,
karena pusat kebudayaan tersebar ke seluruh nusantara yang merupakan perpaduan budaya
Indonesia asli, Hindu-Buddha, dan Islam.

Selain itu, ada beberapa ajaran yang memengaruhi kehidupan masyarakat Nusantara,
khususnya Jawa adanya ajaran Tasawuf. Ajaran tasawuf ini salah satunya diajarkan oleh Sunan
Bonang, yang juga telah menulis ”Suluk”. Beliau menghasilkan buku karya Sunan Bonang atau
Hade Book van Bonang.

Walaupun Islam hanya mempunyai dampak yang sangat terbatas terhadap falsafah Jawa, tetapi
agama ini telah menyebabkan terjadinya pergeseran budaya dalam kehidupan masyarakat
Jawa. Coba, di antara kalian yang laki-laki, siapa yang belum khitan? Pasti kebanyakan dari
kalian sudah khitan sejak kecil. Nah, khitanan ini merupakan salah satu ajaran Islam yang
akhirnya menyatu dengan kebudayaan masyarakat Nusantara. Selain itu, masyarakat
melakukan penguburan, sebagai pengganti pembakaran mayat.

Selain itu, muncul banyak bangunan keraton/istana yang dijadikan sebagai tempat tinggal bagi
sultan bersama sanak keluarganya. Bangunan ini umumnya memadukan antara kebudayaan
lokal dengan kebudayaan Islam. Keraton-keraton ini masih banyak yang bisa kamu lihat lho,
Squad. Di antaranya adalah Keraton Kasunanan dan Hadiningrat di Surakarta (Solo), Keraton
Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan di Cirebon, Keraton Yogyakarta, Istana Maimun di
Medan, atau kompleks istana di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau.

18. Menganalisis sistem perekonomian kerajaan Islam bercorak maritim di Nusantara

1. Samudra Pasai
Pulau Sabang ada di Aceh, lokasi kerajaan Islam pertama di Nusantara. Nama kerajaannya
Samudra Pasai. Berdiri sejak tahun 1128 dan terletak di
pantai timur Sumatra, Samudra Pasai berkembang sebagai
kerajaan maritim karena didukung kawasan Selat
Malaka yang strategis. Nggak heran, hal ini membuat
Samudra Pasai banyak dijadikan tempat singgah dan
menetap oleh banyak pedagang.

Ternyata Squad, bukan hanya Sriwijaya saja yang jadi


pusat belajar agama Buddha. Samudra Pasai juga menjadi pusat studi Islam di Asia Tenggara
ada awal abad ke-14 Para elite kerajaan menjadikan lingkungan kerajaan sebagai tempat
diskusi ulama dengan elite atau antarulama.

Perdagangan merupakan bagian dari kehidupan ekonomi Samudra Pasai yang cemerlang.
Untuk mendukung perekonomian, masyarakat Samudra Pasai
menggunakan alat tukar berupa koin dinar emas dan keueh dari timah.
Nilai 1 dinar sama dengan 1.600 keueh.

Meski berjaya, peran Samudra Pasai sebagai pusat dagang di Selat


Malaka mulai digantikan oleh pelabuhan-pelabuhan baru di
Semenanjung Malaya. Hal ini menyebabkan kemunduran ekonomi
Samudra Pasai, ditambah kedatangan Portugis yang menguasai dan
memonopoli Malaka.

2. Aceh Darussalam

Selain Samudra Pasai, di wilayah Aceh juga berdiri kerajaan lainnya. Namanya Aceh
Darussalam dan didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada abad ke-16. Pusat
kerajaannya berada di ujung utara Sumatra yang kini merupakan Kabupaten Aceh Besar.
Kerajaan Aceh berkembang menjadi kerajaan besar sejak Portugis menguasai Malaka dan
banyak pedagang Muslim berpindah ke Aceh. Merasa akan dikalahkan, Portugis kemudian
berusaha menaklukan Aceh. Usaha mereka gagal pada tahun 1521 karena dikalahkan oleh
Sultan Ali Mughayat Syah. Pada tahun 1524 pun, pasukan Aceh berhasil menguasai Samudra
Pasai.
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh Darussalam mencapai kejayaan.
Wilayah kekuasaan Aceh mencapai wilayah-wilayah yang saat ini
berada di Sumatera Utara, Riau, hingga Jambi. Kekuatan angkatan laut
Aceh yang tangguh ketika masa Sultan Iskandar Muda
mengkhawatirkan Belanda dan Inggris yang ingin menguasai Selat
Malaka.

Bagai kehilangan induknya, Aceh


mengalami kemunduran setelah
Sultan Iskandar Muda wafat. Pengaruh Belanda dan
Inggris mulai mengusik Aceh, dengan menguasai
wilayah-wilayah kerajaan Aceh. Pada tahun 1873
Belanda menyatakan perang terhadap Aceh. Kegigihan
rakyat Aceh mampu menahan serangan Belanda hingga
awal abad ke-20. Belanda akhirnya berhasil mengurangi
kekuatan Aceh dan pada tahun 1903, Sultan
Muhammad Daud Syah menyerah.

3. Demak

Tahukah kamu kalau Demak merupakan kerajaan maritim


Islam pertama di Jawa? Demak berdiri di abad ke-16 dan
menguasai seluruh pantai utara Jawa. Demak
memanfaatkan kemunduran Majapahit untuk membuat
daerah-daerah pesisir melepaskan diri dari Majapahit dan
bergabung dengan Demak.

Portugis yang menguasai Malaka sejak tahun 1511 menjadi ancaman bagi perkembangan
Demak. Demak kemudian melakukan ekspansi ke Selat Malaka yang dipimpin Adipati Unus
(Pangeran Sabrang Lor) pada tahun 1512-1513. Sayangnya, ekspansi tersebut belum berhasil
karena dikalahkan Portugis yang memiliki armada lebih kuat, dan kurangnya perbekalan
pasukan Demak.

Demak di masa Sultan Trenggana memperluas kekuasaannya hingga ke seluruh Jawa Tengah
dan Jawa Timur, serta memantapkan penguasaan pesisir Jawa. Hampir seluruh Jawa berada di
bawah kekuasaan Demak, lho. Kerajaan Demak juga mengirim Fatahillah untuk menyerang
Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon pada 1522. Serangan tersebut bertujuan untuk memutuskan
pengaruh Portugis di Pajajaran.

Pada tahun 1527, pasukan Demak berhasil merebut Sunda Kelapa setelah mengalahkan
kekuatan Portugis. Fatahillah kemudian mengubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta.
Ini dia asal-usul nama Jakarta, Squad.
4. Banten

Di ujung barat Pulau Jawa, Kerajaan Banten berdiri sekitar tahun 1552. Wilayah
kekuasaannya meliputi bagian barat Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, dan Kalimantan
Barat. Kemunculan kerajaan ini berhubungan dengan pengaruh Demak.

Squad masih ingat dengan Sultan Trenggana dari Demak? Beliau memberi hadiah berupa
wilayah kerajaan kepada Maulana Hasanuddin (putra Fatahillah). Banten kemudian
menjadi kerajaan yang mandiri seiring melemahnya Demak. Lokasi Banten strategis karena di
sekitar Selat Sunda dan Laut Jawa, sehingga memungkinkan munculnya pelabuhan-pelabuhan
besar untuk perdagangan. Banten menjadi kerajaan maritim yang terbuka, dengan kedatangan
para pedagang asing dari Arab, Turki, Tiongkok, India, Melayu, Portugis, dan Belanda.

Komoditas penting yang diperdagangkan di kerajaan Banten


adalah lada. Lada banyak dihasilkan di Lampung dan Sumatra
Selatan yang merupakan vassal kerajaan Banten. Adapun
Kalimantan Barat merupakan penghasil berlian. Pada masa Sultan
Ageng Tirtayasa, Banten mencapai puncak kejayaan. Kejayaan
Banten juga dapat menandingi VOC dalam perdagangan di Selat
Sunda dan Laut Jawa.

5. Ternate

Pernah lihat Pattimura di uang kertas seribu rupiah, Squad? Coba kamu lihat gambar di
baliknya. Itu dia Pulau Ternate dan Tidore. Ternate terletak di barat Halmahera dan di
utara Tidore. Saat menjadi kerajaan Islam di wilayah Ambon Utara, Ternate
merupakan pemasok cengkeh untuk para pedagang dari Jawa, Banten, Melayu, Makassar, dan
Bugis.

Di Ternate, pernah terjadi pertempuran dengan Kesultanan Tidore. Ternate


memimpin Uli Lima untuk bersaing dengan Tidore yang memimpin Uli Siwa. Persaingan itu
semakin buruk ketika Portugis dan Spanyol datang berebut rempah-rempah di Maluku.
Portugis semakin ingin menguasai Ternate setelah Spanyol pergi dari Maluku akibat Perjanjian
Saragosa.

Sultan Baabullah berhasil membuat Ternate berjaya. Kora-


kora sebagai kapal armada perangnya berhasil memperluas
kekuasaan Ternate. Wilayah kekuasaan Ternate meliputi
Maluku Utara, Pulau Buru, Seram, Sulawesi Utara, dan
sekitar Teluk Tomini.
Pembagian wilayah Uli Lima dan Uli Siwa.
(Sumber: id.wikipedia.org).

6. Gowa-Tallo (Makassar)

Kerajaan Gowa berawal dari


penyatuan sembilan distrik
yang disebut bate
salapang oleh Pancalaya (ketua dewan adat), kemudian didirikan
kerajaan dengan raja pertama bernama Tumanurung. Islam masuk
ke Gowa pada masa Raja Gowa X, Karaeng Tunipallangga Ulaweng.
Adapun Raja Gowa XIV I Mangarangi Daeng Manrabia (Sultan
Alauddin) merupakan raja pertama yang beragama Islam.

Peran orang Makassar dalam pelayaran di Nusantara berlangsung sejak


abad ke-16. Gowa dengan Somba Opu sebagai pelabuhannya adalah
kerajaan dagang yang kuat. Kerajaan ini memperdagangkan rempah-
rempah untuk ditukarkan dengan komoditas dari Jawa dan Malaka,
seperti beras, tekstil, sutra, dan porselen.

Kemajuan perdagangan bebas Makassar mengancam VOC yang sedang berusaha memonopoli
rempah-rempah Nusantara. VOC tidak mau Makassar menandingi perdagangan VOC di
Ambon dan Batavia, sehingga menyebabkan Perang Makassar (1666-1669). Perang ini
akhirnya meruntuhkan politik dan ekonomi Kerajaan Gowa-Tallo.

19. Menganalisis latar belakang munculnya pelayaran samudera bangsa Barat ke dunia
timur
Latar Belakang Kedatangan Bangsa Barat ke Indonesia
Daya tarik Bangsa Barat terhadap Indonesia pada saat itu memunculkan ambisi
yang menjadi latar belakangnya ke tanah Indonesia. Ambisi tersebut dikenal dengan
konsep 3G yaitu:
1. Gold (keinginan untuk memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya),
2. Glory (ambisi memperoleh kejayaan), dan
3. Gospel (keinginan untuk menyebarkan agama nasrani di Nusantara).
Adapun latar belakang kedatangan Bangsa Barat ke Indonesia adalah:

1 Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan kekaisaran Turki Usmani


Konstantinopel merupakan wilayah yang sempat menjadi gerbang masuknya
rempah-rempah ke Eropa.
Jatuhnya Konstantinopel yang sebelumnya merupakan wilayah kekuasaan Romawi
ke tangan Turki Usmani mengakibatkan sulitnya akses rempah-rempah ke Eropa
sehingga mereka mencari rempah-rempah langsung dari sumbernya.
2. Revolusi industri
Berkembangnya revolusi yang diawali dengan penemuan mesin uap dan teknologi
baru di Eropa sangat memudahkan Bangsa Barat dalam mencapai tujuannya.
Penemuan-penemuan dalam bidang transportasi baik darat maupun laut tentu saja
sangat memudahkan mereka dalam melakukan pelayaran dan perjalanan ke
Indonesia.

3. Runtuhnya kekaisaran Romawi


Setelah runtuhnya kekaisaran Romawi pada tahun 476 M, bangsa Eropa ikut
mengalami kemunduran yang dikenal dengan istilah Zaman Kegelapan (Dark Ages)
yang membuat bangsa tersebut kacau balau.
Bangsa Barat yang Datang ke Indonesia
Apakah Anda tahu ada lebih dari 1 bangsa yang (pernah) datang ke Indonesia?
Setelah kedatangan bangsa Portugis, secara berangsur-angsur datang bangsa
Spanyol, Belanda, dan Inggris.
a. Portugis
Pada tahun 1486 portugis melakukan ekspedisi pertamanya yang dipimpin oleh
Bartholomeus Diaz namun terhenti dan tewas di pantai Barat Afrika. Kemudian
ditunjuk Alfonso de Albuquerque untuk melanjutkan pelayaran hingga sampai ke
Malaka pada tahun 1511 dan berhasil menjalin hubungan dagang di Maluku pada
tahun 1512.
b. Spanyol
Spanyol sampai di Maluku pada tahun 1522 yang pada saat itu sedang dikuasai
Portugis. Spanyol menjalin hubungan dagang dengan Tidore sehingga
mengakibatkan pertempuran antara Portugis dan Spanyol yang diakhiri dengan
perjanjian Saragosa
c. Belanda
Belanda pertama kali singgah di pelabuhan Banten pada tahun 1596 dipimpin oleh
Cornelis de Houtman untuk melakukan perdagangan. Namun tujuan tersebut beralih
menjadi untuk menguasai Nusantara dengan mendirikan serikat dagang Belanda
atau dikenal dengan VOC pada tahun 1602.
d. Inggris
Sebelum sampai ke Indonesia, pedagang dari Inggris telah mendirikan kongsi
dagangnya di India bernama East India Company (EIC) yang kemudian wilayahnya
disebarluaskan hingga ke Indonesia pada tahun 1579.

20. Menganalisis pemikiran-pemikiran yang menginspirasi munculnya Renaissance di


Eropa
a. Latar belakang terjadinya Renaissance Untuk menjelaskan latar belakang terjadinya Renaissance,
kita harus tahu bagaimana keadaan Eropa pada periode Dark Age atau abad kegelapan. Mengapa
disebut abad kegelapan? Hal ini disebabkan pada masa ini berkembang anggapan bahwa ilmu
pengetahuan harus dilandasi oleh agama. Oleh sebab itu munculah pembatasan-pembatasan
dalam mengembangkan pemikiran maupun ilmu pengetahuan. Anggapan ini menyebabkan
gereja mendominasi seluruh aspek kehidupan seperti bidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan
dan sosial budaya. Gereja mempengaruhi berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
sehingga raja tidak memiliki kekuasaan dalam kegiatan pemerintahan. Seluruh kegiatan
masyarakat atau rakyat dilakukan untuk kepentingan gereja. Kegiatan tersebut akan berjalan baik
jika sesuai dengan kehendak gereja. Jika ada hal yang dianggap merugikan kepentingan gereja,
maka akan mendapat balasan yang setimpal dengan apa yang diperbuat. Sebagai contoh:
pemberian hukuman kepada Nicolaus Copernicus (1473-1543) yang menyebutkan matahari
adalah pusat tata surya, hal ini bertentangan dengan ajaran gereja sehingga Copernicus dijatuhi
hukuman mati. Doktrinasi dan dominasi gereja di Eropa pada abad pertengahan dianggap
merugikan sehingga kemudian muncullah suatu gerakan yang ingin mempelajari ilmu
pengetahuan dan terbebas dari belenggu kekuasaan gereja. Gerakan inilah yang disebut
Renaissance. Disamping latar belakang diatas, juga ada latar belakang ekonomi, dimana sebelum
Renaissance di Eropa berlaku sistem ekonomi tertutup. Sistem ekonomi yang mana penguasa
perekonomian hanya golongan penguasa. Kondisi ini menyebabkan kehidupan masyarakat
terkungkung dan tidak memiliki harga diri yang layak sebagai manusia.

b. Pengertian Renaissance Sebelum menjelaskan pengertian Renaissance, kita harus mengerti istilah
Renaissance.istilah ini berasal dari bahasa latin yaitu renaitre yang berarti hidup kembali atau
kelahiran kembali. Secara umum pengertian Renaissance adalah kelahiran atau hidupnya kembali
kebudayaan klalik Yunani dan Romawi dalam kehidupan masyarakat Eropa atau Barat.
Renaissance merupakan suatu masa atau periode yang berlangsung kira-kira abad ke--14 sampai
abad ke-17, yang dimulai dari Italia dan kemudian menyebar ke seluruh Benua Eropa. Gerakan ini
secara bersamaan dan persebaran gerakan ini ditandai dengan pemakaian kertas dan penemuan
barang metal. Jules Michelet (1798-1874) merupakan seorang sejarawan yang pertama kali
mendefinisikan dan memperkenalkan istilah Renaissance dalam karyanya yang berjudul Histoire
de France. Jules Michelet adalah seorang sejarawan Prancis. Ia dilahirkan di Paris dari keluarga
dengan tradisi Huguenot. Ia lahir pada tanggal 21 Agustus 1798, Paris, Perancis dan meninggal: 9
Februari 1874, Hyëres, Perancis Pasangan: Athénaïs Michelet (m. 1849–1874).

c. Tokoh-Tokoh Renaissance dan pemikirannya

Titik awal dari peradaban modern Eropa adalah peristiwa Renaissance. Dengan munculnya periode
Renaissance, perspektif manusia di Barat mulai berubah. Sebelum adanya Renaissance,
pandangan masyarakat hanya mementingkan kehidupan akhirat. Setelah itu pandangan
masyakat berubah menjadi juga memikirkan hidupnya di dunia ini. Periode atau zaman
Renaissance juga disebut zaman humanisme. Mengapa disebut demikian? Sebelum menjelaskan
tentang pemikiran para tokoh masa Renaissance kita akan membahas tentang apa itu
humanisme? Humanisme adalah sebuah pemikiran filsafat yang mengedepankan nilai dan
kedudukan manusia serta menjadikannnya sebagai kriteria dalam segala hal. Humanisme telah
menjadi sejenis doktrin beretika yang cakupannya diperluas hingga mencapai seluruh etnisitas
manusia. (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Humanisme) Humanisme menghendaki ukuran
haruslah dari manusia. Karena manusia mempunyai kemampuan berpikir, maka humanisme
menggapa manusia mampu mengatur dirinya dan dunia. Kemuliaan manusia terletak dalam
kebebasannya untuk menentukan pilihan sendiri dan dalam posisinya sebagai penguasa atas
alam (Pico Della Mirandorla). (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Humanisme) Secara garis besar ciri
utama dari Renaissance adalah humanisme (memanusiakan manusia), empirisme (kebebasan
pengembangan ilmu pengetahuan) dan rasionalisme (kebebasan dalam mengembangkan fikiran).
Untuk memudahkan pembelajaran, maka tokoh-rokoh Renaissance dibagi berdasarkan bidang
keahliannya yaitu bidang seni dan budaya, bidang penjelajahan samudera, dan bidang ilmu
pengetahuan. 1. Bidang seni dan budaya - Albrect Duhrer (1471-1528) - Desiderius Erasmus
(1466-1536) - Donatello - Ghirlandaio - Hans Holbein (1465-1506) - Hans Memling (1430-1495) -
Hieronymus Bosch (1450-1516) - Josquin De Pres (1445-1521) - Leonardo Da Vinci (1452-1519) -
Dan Lain-lain 2. Bidang penjelajahan samudera : Renaissance menyebabkan kemajuan dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang menghasilkan temuantemuan baru, misalnya
temuan Nicolaus Copernicus bahwa bumi itu bulat. dan ditemukanya teknologi kompas.Hal ini
mendorong pelaut-pelaut dari Spanyol, Portugis dan negaranegara Eropa lainnya untuk berlayar
menjelajahi samudera mencari daerah baru. - Christopher Colombus (1451-1506) - Ferdinand
Magellan (1480-1521) 3. Bidang ilmu pengetahuan - Nicolaus Copernicus (1478-1543) Niklas
Koppernigk adalah seorang astronom, matematikawan, dan ekonom berkebangsaan Polandia,
yang mengembangkan teori heliosentrisme Tata Surya dalam bentuk yang terperinci, sehingga
teori tersebut bermanfaat bagi sains. Ia juga seorang kanon gereja, gubernur dan administrator,
hakim, astrolog, dan tabib. - Johan Gutenberg (1400-1468) - Andreas Vesalius (1514-1564) -
William Gilbert (1540-1603) - Galileo Galilei (1546-1642) - Johannes Kepler (1571-1642) - Dan
lain-lain

21. Menganalisis proses masuk dan perkembangan penjajahan bangsa Barat (Portugis,
Belanda, Inggris) di Indonesia.
Portugis

Bartholomeus Diaz melakukan penjelajahan samudra dan sampai di Tanjung


Harapan, Afrika Selatan, pada 1488. Penjelajahan lalu diteruskan Vasco da Gama
yang sampai di Gowa (India) pada 1498, lalu pulang ke Lisboa, Portugal, dengan
membawa rempah-rempah.

Portugis pun semakin gigih dalam mencari sumber rempah-rempah. Untuk itu,
Portugis melanjutkan ekspedisi ke timur yang dipimpin Alfonso
d’Albuquerque untuk menguasai Malaka. Ia berhasil menguasai Malaka sebagai
pusat perdagangan rempah-rempah di Asia Tenggara pada 10 Agustus 1511.
Spanyol

Orang Spanyol yang pertama kali melakukan penjelajahan samudra adalah


Christopher Columbus. Pada 1492, ia berlayar ke arah barat melewati Samudra
Atlantik, hingga akhirnya tiba di benua Amerika. Saat itu, Columbus berpikir
kalau dia telah sampai di daerah yang ditujunya, yaitu India. Karena itulah
Columbus lalu menamakan penduduk lokal yang ia temui sebagai warga Indian.

Penjelajahan berikutnya dilakukan Magelhaens dari Spanyol ke barat daya.


Melintasi Samudra Atlantik sampai di ujung selatan Amerika, kemudian melewati
Samudra Pasifik dan mendarat di Filipina pada tahun 1521. Pelayaran
Magelhaens berpengaruh bagi dunia ilmu pengetahuan karena dirinya berhasil
membuktikan bahwa bumi itu bulat. Penjelajahan Magelhaens kemudian
dilanjutkan Sebastian del Cano. Pada 1521, Sebastian del Cano berhasil
berlabuh di Tidore, namun kedatangan mereka dianggap melanggar Perjanjian
Tordesillas. Untuk menyelesaikan permasalahan keduanya, Portugis dan
Spanyol melakukan Perjanjian Saragosa pada 1529.

Belanda

Pada 1596, Cornelis de Houtman berhasil mendarat di Banten. Sikap Belanda


yang kurang ramah dan berusaha memonopoli perdagangan di Banten membuat
Sultan Banten saat itu marah. Akibatnya, ekspedisi ini terbilang gagal. Sekitar
1598-1600, pedagang Belanda mulai berdatangan kembali. Kedatangannya kali
ini dipimpin Jacob van Neck. Ia berhasil mendarat di Maluku dan membawa
rempah-rempah. Keberhasilan van Neck menyebabkan semakin banyak
pedagang Belanda datang ke Indonesia.
Inggris

Masuknya bangsa Inggris ke Indonesia juga bertujuan mencari rempah-rempah.


Tokoh penjelajahnya adalah Sir Henry Middleton dan James Cook. Henry
Middleton mulai menjelajah di tahun 1604 dari Inggris menyusuri perairan Cabo
da Roca (Portugal) dan Pulau Canary. Henry Middleton lanjut menuju perairan
Afrika Selatan hingga Samudra Hindia. Ia sampai di Sumatra, lalu menuju Banten
di akhir 1604. Ia berlayar ke Ambon (1605), lalu ke Ternate, serta Tidore, dan
mendapat rempah-rempah, seperti lada dan cengkeh. Sedangkan James
Cook sampai ke Batavia tahun 1770, setelah dari Australia.

Perkembangan Kekuasaan Bangsa Eropa di Indonesia

Di antara bangsa-bangsa tersebut, Belanda merupakan negara yang cukup lama


berada di Indonesia. Hingga akhirnya mereka membuat perusahaan dagang di
Indonesia. Meski telah bangkrut, sampai sekarang, perusahaan ini tercatat
sebagai salah satu perusahaan terkaya di dunia, lho! Ada yang bisa menebak
nama perusahaannya?

Vereenigde Oostindische Compagnie atau lebih dikenal


dengan VOC merupakan perusahaan dagang tersebut. VOC didirikan pada 20
Maret 1602 oleh Johan van Oldenbarnevelt. Kepemimpinannya dipegang oleh
17 orang pemegang saham (Heeren Zeventien) yang berkedudukan di
Amsterdam. Tujuan pembentukannya adalah:

1) Menghindari persaingan sesama pedagang Belanda.


2) Memperkuat Belanda dalam persaingan dengan Bangsa Eropa lain.

3) Memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia.

Keberadaan VOC tidak hanya sebagai kongsi dagang, namun juga menjadi
kekuatan politik. VOC memiliki hak octrooi, yaitu monopoli perdagangan,
mencetak mata uang sendiri, mengadakan perjanjian, menyatakan perang
dengan negara lain, menjalankan kekuasaan kehakiman, memungut pajak,
memiliki angkatan perang, dan mendirikan benteng. VOC pun memiliki beberapa
kebijakan, yaitu:

1. Contingenten: pajak wajib berupa hasil bumi yang langsung dibayarkan ke


VOC.

2. Verplichte leverantie: penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yang telah
ditentukan VOC. Kebijakan ini berlaku di daerah jajahan yang tidak secara
langsung dikuasai VOC, misalnya Kesultanan Mataram.

3. Ekstirpasi: menebang kelebihan jumlah tanaman agar produksinya tidak


berlebihan, sehingga harga dapat dipertahankan.

4. Pelayaran Hongi: Pelayaran dengan perahu kora-kora untuk memantau


penanaman dan perdagangan rempah-rempah oleh petani.

Pada tahun 1799, VOC bangkrut karena pegawai VOC banyak yang melakukan
korupsi, menanggung utang akibat perang, dan kemerosotan moral para
pegawai. Dengan dibubarkannya VOC, maka kekuasaannya di Indonesia
kemudian diambil alih oleh pemerintah kerajaan Belanda yang saat itu dikuasai
Prancis.

Perebutan Politik Hegemoni Bangsa Eropa di Indonesia


1. Masa Pemerintahan Republik Bataaf

Kerajaan Belanda dipimpin Louis Napoleon, yang merupakan adik Napoleon


Bonaparte, mengangkat Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada
tahun 1808 untuk mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris. Tugas
lainnya adalah memperbaiki nasib rakyat selaras dengan cita-cita Revolusi
Prancis. Adapun kebijakan Daendels adalah:
Sisi negatif pemerintahan Daendels adalah membiarkan terus praktik
perbudakan serta hubungan
dengan raja-raja di Jawa yang
buruk, sehingga menimbulkan
banyak perlawanan. Daendels
ditarik ke Eropa, lalu
digantikan Gubernur Jenderal
Janssens pada tahun 1811. Masa
pemerintahannya tidak lama,
karena pasukan Inggris datang
menyerang. Janssens dan
pasukannya menyerah dengan ditandatanganinya Perjanjian Tuntang, sehingga
selanjutnya Nusantara berada di bawah kekuasaan Inggris.
2. Masa Pemerintahan Inggris

Pada 1811, pimpinan Inggris di India, Lord Minto, memerintahkan Thomas


Stamford Raffles yang berada di Penang untuk menguasai Pulau Jawa.
Penjajahan bangsa Inggris tidak berlangsung lama. Sejak 1816, Inggris
menyerahkan kembali kekuasaannya kepada Belanda. Indonesia kembali
berada di bawah kekuasaan Belanda.

3. Masa Pemerintahan Belanda

Van der Capellen ditunjuk sebagai


Gubernur Jenderal, menerapkan
kebijakan dalam menghapuskan peran
penguasa tradisional, menerapkan pajak
yang memberatkan rakyat, sehingga
muncul banyak perlawanan dari rakyat.
Belanda juga mengutus Johannes van
den Bosch untuk meningkatkan
penerimaan negara Belanda yang
kosong akibat perang dengan masyarakat Nusantara dan bangsa Eropa lainnya.
Van den Bosch memberlakukan sistem tanam paksa (cultuur stelsel) sejak tahun
1830. Penerapan cultuur stelsel banyak
mengalami penyimpangan, seperti
waktu tanam yang melebihi usia tanam
padi, tanah yang seharusnya bebas
pajak tetap kena pajak, hingga rakyat
harus menyediakan sampai setengah
tanahnya. Meski begitu, Tanam Paksa
juga berdampak positif karena rakyat
Indonesia mengetahui jenis-jenis
tanaman baru dan mengetahui cara
tanam yang baik.

Pada tahun 1870, Tanam Paksa dihapus dan diganti Politik


Pintu Terbuka yang tertuang dalam UU Agraria 1870 yang
mengatur tentang kepemilikan tanah pribumi dan
pemerintah. Di sini, mulai diberlakukan politik pintu
terbuka, investor asing mulai muncul, terjadi
pengembangan usaha perkebunan di luar Jawa, dan
sistem kerja paksa diganti dengan sistem kerja bebas.

Indonesia mengalami penderitaan penjajahan dari bangsa Eropa cukup lama. Hal
ini dirasakan mulai dari pemerintahan belanda, inggris, jepang, dan lainnya.
Berikut adalah penjelasan terkait topik di atas:

1. Masa Pemerintahan Republik Bataaf


Indonesia mengalami penjajahan oleh Kerajaan Belanda pada kepemimpinan
Louis Napoleon. Ia merupakan adik kandung Napoleon Bonaparte. Pada tahun
1808, Louis Napoleon mengangkat seorang gubernur untuk mempertahankan
serta memimpin Pulau Jawa. Tokoh tersebut adalah Gubernur Jenderal Herman
Willem Daendels, dengan tujuan memperbaiki nasib rakyat sesuai revolusi
Perancis.

Pada masa kepemimpinan Daendels, banyak kebijakan yang dilakukan untuk


mengatur kehidupan rakyat Indonesia. Misalnya seperti pembangunan jalan
Anyer-Panarukan, mengeluarkan uang kertas, penerapan preangerstelsel,
mengangkat bupati menjadi pegawai pemerintah, serta membagi Pulau Jawa
menjadi 9 prefektur. Namun, terdapat pula sisi negatif pemerintahan Daendels,
yaitu maraknya praktik perbudakan serta hubungan yang kurang baik dengan
kerajaan-kerajaan di Indonesia pada masa itu.

Hal itu menyebabkan pemerintahan Daendels mendapat banyak perlawanan dari


rakyat Indonesia. Kemudian masa pemerintahannya selesai, sekaligus digantikan
dengan gubernur baru yaitu Janssens pada tahun 1811. Sayangnya masa
pemerintahan Janssens tidak selama Daendels, karena pasukan Inggris datang
menyerang sehingga membuatnya mundur dan menandatangani Perjanjian
Tuntang.

2. Masa Pemerintahan Inggris


Setelah berhasil menguasai Indonesia pada tahun 1811, pimpinan Inggris yang
berada di India yaitu Lord Minto memerintahankan Thomas Stamford Raffles
untuk menguasai Pulau Jawa. Banyak kebijakan yang dibuat oleh Raffles.
Misalnya pada bidang pemerintahan, Raffles membagi Pulau Jawa dalam 16
wilayah dan melarang adanya kerja paksa sekaligus perbudakan.

Sedangkan pada bidang ekonomi, Raffles mewajibkan para petani untuk


membayar pajak atas pemakaian tanah (land rent). Kemudian pada bidang ilmu
pengetahuan, Raffles berupaya dalam mendirikan Kebun Raya Bogor, selain itu ia
juga menulis buku yang berjudul “History of Java” serta menemukan bunga
endemik di Indonesia yaitu, Rafflesia Arnoldi. Namun pada tahun 1816,
pemerintahan Raffles berakhir, sehingga Inggris menyerahkan kembali
pemerintahan atas Indonesia ke tangan Belanda.

3. Masa Pemerintahan Belanda


Berakhirnya masa pemerintahan Inggris, membuat Indonesia mengalami
penderitaan yang cukup panjang atas pemerintahan Belanda. Seorang gubernur
jenderal yang ditunjuk untuk memerintah di Indonesia adalah Van der Capellen. Ia
membuat kebijakan seperti penghapusan peran penguasa tradisional (kerajaan),
menerapkan pajak yang membuat rakyat menderita, sekaligus sistem
perbudakan kembali dilakukan.

Namun karena pada masa pemerintahan Capellen, Belanda merasa ekonominya


mulai menurun akibat peperangan dengan bangsa Eropa maupun rakyat
Indonesia. Hal ini menyebabkan ditunjuklah gubernur baru yang bernama Van
den Bosch. Misi utamanya adalah meningkatkan penerimaan negara Belanda.

Oleh sebab itu, Van den Bosch memberlakukan sistem tanam paksa (cultuur
stelsel) pada tahun 1830. Kebijakannya ini sangat memberatkan rakyat, karena
rakyat harus membayar pajak atas tanah yang ditanami, pemberlakuan kerja rodi
bagi rakyat yang tidak memiliki tanah, penanaman yang melebihi usia tanam,
serta hasil panen yang harus dijual ke pemerintah. Inilah yang menyebabkan
rakyat mengalami kesengsaraan karena adanya sistem tanam paksa yang
diberlakukan oleh pemerintah Belanda.

Sma-Ma/Smk-Mak Kl.Xii Sejarah Indonesia Jl.3 K/13 Rev


Akibat Dari Kolonialisme

Olanda, Sankuru, Democratic Republic of the Congo


Original edition from my own archive
Source : Tour du monde 1877
Drawing : D. Maillart
Grameds, pernahkah kalian membayangkan bagaimana kehidupan rakyat
Indonesia pada masa kolonialisme? Pastinya sangat menderita ya, Grameds.
Hidup dalam bayang-bayang penjajahan serta mengalami siksaan baik fisik
maupun mental tiap harinya.

Akibat penjajahan tersebut cukup lama dirasakan oleh rakyat Indonesia. Bukan
hanya dalam bidang politik saja, namun segala aspek kehidupan. Berikut adalah
rincian akibat dari masa kolonialisme di Indonesia:

1. Dalam Bidang Politik


1. Adanya penerapan pemerintah tidak langsung, dimana kekuasaan dipimpin
oleh bupati atau gubernur atas nama kolonial.
2. Munculnya berbagai perlawanan rakyat Indonesia atas kebijakan pemerintah
kolonial yang tidak adil.
3. Kekuasaan kerajaan diambil alih dan bergantung pada pemerintahan
kolonial. Oleh sebab itu, rakyat banyak melakukan pemberontakan dan
terpecah belah.
4. Jawa menjadi pusat pemerintahan dan dibagi atas beberapa wilayah
perfektuf.
5. Hukum adat diubah menjadi hukum modern oleh bangsa barat.
2. Dalam Bidang Ekonomi
1. Terjadi monopoli perdagangan oleh penjajah terhadap rakyat Indonesia.
2. Bidang pertanian sebagai sumber ekonomi utama rakyat bergeser pada
bidang industri perkebunan.
3. Praktik monopoli perdagangan oleh VOC membuat perdagangan di
nusantara mengalami kemunduran di kancah internasional.
4. Adanya sistem pajak bumi dan penyerahan hasil bumi kepada pemerintah
kolonial.
5. Penerapan sistem tanam paksa yang membuat rakyat mengalami kerugian
dan penderitaan.
6. Munculnya uang sebagai alat pembayaran baru pada masa pemerintahan
kolonial.
3. Dalam Bidang Sosial
1. Terjadi perubahan lapisan sosial di masyarakat.
2. Banyaknya mobilitas sosial yang terjadi akibat pemerintahan kolonial yang
membutuhkan tenaga di wilayah lain.
3. Munculnya golongan buruh yang terdiri dari pribumi dan golongan majikan
yaitu para kolonial.
4. Munculnya elit terdidik atas tuntutan pemerintah kolonial untuk memenuhi
kebutuhan pemerintahan.
5. Pembentukan status sosial yang cenderung menjatuhkan pribumi.
6. Adanya tindakan kekerasan dan pemerasan yang kejam terhadap rakyat
Indonesia.
7. Daerah Indonesia yang terisolasi dan membuat rakyatnya mengalami
ketertinggalan.
4. Dalam Bidang Budaya
1. Terdapat banyak bahasa serapan berasal dari bangsa kolonial yang dipakai
oleh rakyat Indonesia sampai sekarang.
2. Masuknya bangsa kolonial membuat bertambahnya wawasan terhadap alat
musik serta tarian internasional.
3. Terdapat bangunan peninggalan dengan ciri khas kolonial serta arsitektur
barat di Indonesia.
4. Terdapat benda-benda bersejarah peninggalan kolonial yang dapat menjadi
bukti atas kondisi di masa lalu.
5. Dalam Bidang Pendidikan
1. Munculnya golongan-golongan terpelajar yang memiliki wawasan tinggi di
Indonesia.
2. Semakin banyak rakyat Indonesia yang bisa membaca dan menulis untuk
dipekerjakan pada pemerintahan kolonial. Namun menjadi nilai yang
berharga pada kemerdekaan Indonesia kelak.
3. Rakyat indonesia menjadi memiliki pengetahuan serta terbuka terhadap
perkembangan dunia luar.
4. Rakyat Indonesia menjadi termotivasi untuk meraih kemerdekaan negaranya
setelah mendapatkan wawasan serta pendidikan.
5. Rakyat Indonesia pada akhirnya mengetahui mana yang benar dan salah
pada kondisi yang terjadi waktu itu.

22. Menganalisis struktur sosial masyarakat Indonesia masa Hindia Belanda


Menurut pasal 163 Indische Staatsregeling, penduduk Indonesia dibagi kedalam 3 (tiga)
golongan besar, yaitu: 1.Golongan Eropa 2. Golongan Timur Asing - Tionghoa - Bukan
Tionghoa 3.Golongan Bumi Putera Sebagai konsekuensinya, peraturan dalam bidang
catatan sipil yang berlaku bagi masing-masing golongan penduduk itu tidak sama. Atau
dengan kata lain masing-masing golongan penduduk memiliki peraturan catatan sipil
sendiri-sendiri.
Selanjutnya dalam pasal 163 ayat (2) I.S penduduk Hindia belanda dibagi dalam 3 golongan
penduduk yaitu:

1.Golongan eropa,berdasarkan pasal 163 ayat (2) I.S terdiri dari :

• Semua orang belanda


• Semua orang yang berasal dari eropa yang tidak termasuk orang-orang Belanda.
• Semua orang jepang
• Semua orang yang berasal dari tempat lain yang tidak termasuk apa yang disebut
dalam (1) dan (2),yang dinegaranya mempunyai hukum keluarga yang azasnya
sama dengan hukum Belanda.
• Anak dari mereka yang disebut dalam (2) dan (3) yang dilahirkan di Indonesia
secara sah atau menurut Undang-undang diakui,dan turunan mereka selanjutnya.

2.Golongan Pribumi (Bumi putra).menurut pasal 163 ayat (3) I.S yang termasuk golongan
bumi putra adalah :

• Mereka yang termasuk penganut pribumi (Indonesia asli) yang tidak pindah ke
lain golongan.
• Mereka yang tadinya termasuk golongan lain,tetapi yang telah meleburkan diri ke
dalam golongan pribumi.

3.Golongan timur asing.

Menurut pasal 163 ayat (4) I.S yang termasuk golongan timur asing adalah mereka yang tidak
termasuk golongan eropa dan tidak termasuk golongan pribumi (Bumi putra) misalnya :
orang cina,mesir,sudan,arab,pakistan,bangladesh.

Pembagian golongan penduduk Hindia Belanda berdasarkan pasal 163 I.S dimaksudkan
untuk menentukan sistem hukum yang berlaku bagi masing-masing golongan penduduk
seperti yang diatur dalam pasal 131 I.S.

Hukum perdata (B.W dan W.v.K) yang diberlakukan terhadap tiap-tiap golongan penduduk
tersebut adalah :

1. Menurut pasal 131 ayat (2) sub.a I.S,hukum perdata dan dagang yang berlaku
untuk golongan eropa adalah Burgerlijk Wetboek (B.W) dan Wetboek van
Koophandel (W.v.K) tanpa kecuali termasuk Undang-undang diluar kedua kitab
Undang-undang tersebut,misalnya Undang-undang Octrooi (Undang-undang hak
cipta dalam industri dan perdagangan),Undang-undang autheur (Undang-undang
yang mengatur hak cipta dalam bidang kesusastraan),juga hukum pidana material
dan hukum acara (Pidana dan perdata).
2. Menurut pasal 131 ayat (2) sub.b I.S,maka hukum perdata yang berlaku terhadap
golongan bumi putra (pribumi) adalah hukum perdata adat (hukum yang tidak
tertulis) yang berlaku bagi penduduk pribumi.
3. Menurut pasal 131 ayat (2) sub.b I.S,hukum perdata yang berlaku terhadap
golongan timur asing,adalah sejajar atau sama dengan golongan pribumi yakni
hukum perdata adat.

Hukum perdata adat disini bukanlah yang berlaku bagi golongan pribumi,tetapi hukum
perdata adat yang berlaku bagi golongan timur asing (menurut hukum adatnya) sendiri.

setelah dikeluarkannya Stb.1917-129,golongan timur asing dibedakan dalam dua golongan


(mulai berlaku tanggal 1 Mei 1919 (Stb.1919-81) yaitu :

1. Golongan timur asing tionghoa


2. Golongan timur asing bukan tionghoa

Berdasarkan pasal 131 ayat (2) sub.b I.S jo.Stb.1917-129 jo.Stb 1924-557 mulai berlaku
pada tanggal 1 Maret 1925,maka seluruh hukum perdata eropa (B.W dan W.v.K) dan peraturan
kepailitan berlaku bagi golongan timur asing tionghoa,kecuali mengenai adopsi dan kongsi.
Adopsi adalah pengambilan atau pemungutan anak yang berlaku bagi golongan timur asing
tionghoa,yaitu mengangkat anak laki-laki orang lain sebagai anak laki-lakinya. Adopsi tidak
dikenal dalam lapangan hukum perdata barat,tetapi diperuntukkan bagi golongan timur asing
tionghoa yang masih memerlukan menurut hukum adatnya,oleh karena itu ketentuan adopsi
diatur dalam Stb.1917-129 bab II.

Kongsi menurut hukum adat tionghoa adalah suatu perdagangan berbentuk


perusahaan,yang merupakan badan hukum dan mirip dengan suatu perseroan menurut hukum
perdata eropa.setelah sepuluh tahun mulai berlakunya Stb.1917-129,kongsi tidak lagi diakui
sebagai badan hukum. Bagi golongan timur asing bukan tionghoa,menurut pasal 131 ayat (2)
sub.b I.S. jo Stb.1917-129 jo Stb.1924-556 hukum perdata yang berlaku bagi golongan timur
asing bukan tionghoa adalah seluruh hukum perdata dan hukum dagang eropa (B.W. dan
W.v.K),kecuali hukum keluarga dan hukum waris tanpa wasiat (hukum waris menurut
Undang-undang) masih berlaku menurut hukum adat mereka masing-masing.

PENUNDUKAN PADA HUKUM PERDATA EROPA

Pada mulanya menurut pasal 75 ayat (4) R.R. lama yang kemudian diubah menjadi
pasal 131 ayat (4) I.S. menyatakan bahwa “Bagi orang Indonesia asli (pribumi/bumi putra) dan
timur asing sepanjang mereka belum ditempatkan dibawah suatu peraturan bersama dengan
bangsa eropa,diperbolehkan menundukkan diri pada hukum yang berlaku untuk eropa”
(peraturan penundukan diri diatur dalam Stb.1917-12 jo 528). Berdasarkan pasal 131 I.S. ayat
(4) maka dibuatlah peraturan tentang penundukan sukarela ke dalam hukum perdata eropa yang
diatur dalam Stb. 1917-12 jo 528. Stb.1917-12 ini pada mulanya akan diperuntukkan untuk
golongan bukan eropa yaitu untuk golongan pribumi (bumi putra) dan timur asing. setelah
dikeluarkannya Stb.1917-129 dan Stb.1924 Nomor 556 dan 557 yang memberlakukan seluruh
hukum perdata eropa untuk golongan timur asing tionghoa dan bukan tionghoa dengan
pengecualian hukum adat yang tertentu. Stb.1912-12 hanya berlaku terhadap golongan
pribumi,yang mana saat itu golongan pribumi masih berlaku hukum adatnya.

Stb.1917-12 menentukan adanya 4 macam cara penundukan sukarela kedalam hukum perdata
eropa yaitu :

1. Penundukan untuk seluruhnya kepada hukum perdata eropa. ini berarti seluruh
hukum perdata eropa berlaku baginya ( pasal 1 sampai 17) untuk selama-lamanya,
tetapi tidak berarti ia pindah golongan dari golongan pribumi ke golongan eropa.ia
tetap golongan Pribumi.
2. Penundukan dengan sukarela untuk sebagian dari hukum perdata eropa.artinya
orang yang melakukan tindakan ini ,kemudian hari berlaku baginya sebagian hukum
perdata eropa.menurut pasal 18 s/d pasal 25,penundukan sebagian ini seperti yang
berlaku bagi golongan timur asing bukan tionghoa (Stb.1924-556) misalnya hukum
kekayaan/harta benda dan hukum waris testamenten,tidak termasuk hukum keluarga
dan hukum waris tanpa wasiat.
3. Penundukan dengan sukarela kepada hukum perdata eropa mengenai suatu tindakan
hukum tertentu. tindakan penundukan hukum tertentu ini merupakan penundukan
asli,artinya adalah penundukan kedalam hukum perdata eropa yang pertama-tama
dibuka bagi mereka yang baginya tidak berlaku hukum perdata eropa.bagi yang
melakukan penundukan tertentu ini yang bersangkutan menyadari bahwa tindakan
yang dilakukan dan akibat hukum yang terjadi dikemudian hari dikuasai oleh hukum
eropa misalnya hukum yang berhubungan dengan kekayaan,jual beli,sewa
menyewa.
4. Penundukan anggapan atau penundukan diam-diam.penundukan diri tidak dengan
sengaja pada hukum perdata eropa,misalnya menandatangani surat-surat
dagang,wesel atau cek,promes,mengasuransikan jiwa pada suatu perusahaan
asuransi,menjadi anggota perseroan yang tunduk pada hukum perdata eropa.

23. Menganalisis latar belakang pemikiran-pemikiran yang melahirkan Revolusi


Industri di Eropa
Latar Belakang Revolusi Industri dimulai pada akhir abad ke-18. Saat itu, terjadi peralihan
dalam penggunaan tenaga kerja di Inggris. Peralihan tersebut yaitu dari yang sebelumnya
menggunakan tenaga hewan dan manusia, diganti dengan tenaga mesin yang berbasis
manufaktur. Istilah Revolusi Industri sendiri diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan
Louis Auguste Blanqui, seorang pemimpin pabrik tekstil. Revolusi Industri dimulai dari
Britania Raya yang kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang,
sampai ke seluruh dunia. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan munculnya Revolusi
Industri, yaitu:
1. Pemerintah Britania Raya/Inggris sejak abad ke-18 menjamin keamanan seluruh
warganya untuk menjalankan aktivitas perekonomian tanpa rasa takut.
2. Kegiatan usaha dan manufaktur di Inggris dan Eropa pada umumnya mulai mengalami
perkembangan menuju modernisasi dari pola sebelumnya seperti sistem barter.
3. Para pekerja, misalnya, mulai bekerja di tempat khusus (seperti pabrik) untuk
memproduksi barang. Inggris memiliki kekayaan alam yang melimpah, terutama batu bara
dan bijih besi. Ketekunan dan kemauan orang Inggris membuat potensi ini bisa
dikembangkan menjadi proses produksi. Inggris punya banyak daerah jajahan atau
wilayah koloni di berbagai belahan dunia. Terjadinya Revolusi Agraria yang
perubahannya amat dirasakan oleh masyarakat Inggris dan menjadi salah satu pemicu
hadirnya Revolusi Industri di kemudian hari. Mulai lahirnya paham ekonomi yang bersifat
liberal atau menuju perdagangan bebas di era globalisasi. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang cukup pesat di Inggris.

24. Menganalisis pengaruh paham Merkantilisme dalam kehidupan masyarakat


Indonesia
A. Pengertian dan Latar Belakang Lahirnya Merkantilisme
Paham merkantilisme adalah sistem ekonomi untuk menyatukan dan meningkatkan
kekayaan keuangan suatu bangsa dengan pengaturan seluruh ekonomi nasional oleh
pemerintah. Pada akhir Abad Pertengahan (Middle Age) di Eropa muncul negara-negara
nasional seperti Spanyol, Portugis, Prancis, Belanda dan Inggris.

Pembentukan negara-negara nasional tersebut didasarkan pada kesamaan bahasa dan


kebudayaan. Dalam Negara-negara nasional tersebut, kekuasaan raja tidak hanya dalam
bidang politik, tetapi juga dalam bidang ekonomi. Hal ini bertujuan agar negaranya
menjadi Negara yang besar dengan didukun ekonomi yang kuat. Keadaan ini yang
kemudian mendorong munculnya merkantilisme.

Faktor yang melatarbelakangi muncul dan berkembangnya merkantilisme antara lain :

1. Munculnya negara-negara merdeka di Eropa (Inggris, Perancis, Jerman, Italia, dan


Belanda)
2. Negara tersebut ingin mempertahankan kedaulatan, kebebasan, dan
kesejahteraan rakyatnya.
3. Kondisi perekonomian yang kuat diperlukan agar tetap mampu bertahan.
4. Ditetapkannya logam mulia sebagai standar ukuran kekayaan suatu negara.
5. Dibukanya jaringan perdagangan, diadakan pelayaran serta eksplorasi ke wilayah-
wilayah baru.

B. Tokoh-Tokoh Merkantilisme
Tokoh-tokoh yang mengembangkan pemikirannya tentang merkantilisme antara lain:

- Thomas Mun (1571-1641)


Thomas Mun adalah seorang saudagar kaya dari Inggris. Ia menulis buku yang terkenal
berjudul “England Treasure by Foreign Trade”. Dalam buku tersebut Thomas Mun menulis
tentang manfaat perdagangan luar negeri.

Menurut Mun, cara untuk meningkatkan kekayaan negara adalah dengan meningkatkan
perdagangan. Ia menjelaskan bahwa perdagangan luar negeri akan memperkaya negara
jika menghasilkan surplus dalam bentuk emas dan perak. Untuk itu nilai ekspor keluar
negeri harus lebih besar dibandingkan dengan yang di impor oleh negara itu.

- Jean Bodin (1530-1596)


Jean Bodin adlah seorang Ilmuwan Prancis, yang merupakan orang pertama yang secara
sistematis menyajikan teori tentang uang dan harga. Dalam bukunya yang berjudul
Reponse Aux Paradoxes de Malestroit (1568), dikemukakan oleh Bodin, naiknya harga-
harga barang secara umum disebabkan oleh 5 faktor, yakni sebagai berikut.

1. Bertambahnya logam mulia seperti perak dan emas.


2. Praktek monopoli yang dilakukan oleh penguasa swasta maupun pemerintah
3. Jumlah barang di dalam negeri menjadi langka karena banyak hasil produksi yang
diekspor.
4. Pola hidup mewah kalangan bangsawan dan raja-raja.
5. Nilai mata uang logam mudah dipermainkan karena isi karat yang terkandung.

- Jean Babtis Colbert (1619-1683)


Jean Babtis Colbert adalah menteri utama di bidang ekonomi dan keuangan Prancis pada
pemerintahan Raja Louis XVI. Pada masa ini perdagangan dianggap sumber utama
kemakmuran. Sehingga kedudukan kaum saudagar semakin penting, maka terjadilah
aliansi antara saudagar dan penguasa.

C. Pengaruh Politik Ekonomi Merkantilisme di Eropa


Gerakan merkantilisme mendorong lahirnya imperialism kuno, yaitu ambisi untuk mencari
daerah jajahan dengan tujuan menguasai perdagangan. Dalam perkembangan
selanjutnya banyak negara di Eropa yang membentuk persekutuan dagang seperti VOC
oleh Belanda, EIC oleh Inggris, dan Kompeni Dagang Hindia Belanda oleh Prancis.

Keberhasilan Colbert dalam mencanangkan merkantilisme pada akhirnya mendorong


negara-negara Eropa lain untuk mempraktikkan merkantilisme di negaranya., seperti
Italia, Inggris, Prancis, Spanyol, Belanda, Jerman.

D. Pengaruh Politik Ekonomi Merkantilisme di Indonesia


Pengaruh merkantilisme bagi Indonesia Nampak pada hubungan perdagangan dengan
bangsa lain seperti Portugis, Spanyol, Belanda, maupun Inggris. Praktik merkantilisme
mendorong bangsa Eropa untuk mencari pemasok barang-barang perdagangan dengan
harga yang murah termasuk rempah-rempah yang didapatkan dari Nusantara.

Politik kolonial pada suatu negeri jajahan sangat bergantung pada kondisi negara
induknya. Semangat merkantilisme Belanda ini berpengaruh terhadap politik kolonial
Belanda di Indonesia. Tanah jajahan Belanda harus mengisi kekosongan kas negara yang
kosong dan dianggap sebagai penghasil barang-barang ekspor yang dibutuhkan untuk
perdagangannya.

Penerapan merkantilisme pada masa modern sekarang ini lebih mengarah pada istilah
“pasar bebas”. Pasar bebas merupakan pasar terbuka tanpa adanya pajak dan
deskriminasi serta memberlakukan peraturan yang transparan dan objektif.

25. Menganalisis program penanaman paksa komiditi pertanian di masa Tanam Paksa
Secara teori, Tanam Paksa (atau Cultuurstelsel) adalah sebuah kebijakan yang diterapkan
oleh Pemerintahan Kolonial Belanda dimana rakyat Hindia Belanda harus menyerahkan
seperlima hasil tanaman ekspor mereka sejak tahun 1830.

Mungkin sekilas seperlima hasil pertanian terdengar memungkinkan untuk dipenuhi, namun
kenyataannya rakyat sangat menderita karena pada implementasinya peraturan ini sangat
menyimpang dan memberi dampak buruk terhadap ekonomi dan kesejahteraan sosial rakyat
Indonesia saat itu. Mekanisme pelaksanaan sistem ini akan dibahas lebih lanjut nanti.
Sekarang kita cari tahu dulu yuk, siapa sih yang punya ide buat bikin sistem tanam paksa?

Siapakah yang menerapkan tanam paksa?

Kalo ngebicarain tokoh yang berperan besar dalam implementasi sistem ini, tentu saja kita
harus singgung pencetus sistem tanam paksa yaitu Gubernur Johannes van den Bosch.
Kalo lo penasaran, ini nih fotonya.

Dok: Gubernur Johannes van den Bosch (1780-1844) | Free


Copyright (edited)
Johannes van den Bosch adalah orang berkebangsaan Belanda yang menjabat sebagai
Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang ke-43 pada tahun 1830-1834.

Latar belakang sistem tanam paksa

Oke, sekarang lo udah tau siapa pelaku di balik kebijakan ini. Lalu buat apa dong
pemberlakuan sistem seperti ini?

“Mengapa pemerintahan hindia belanda melaksanakan tanam paksa?”

Untuk mengetahui tujuan pemerintah kolonial belanda melaksanakan sistem tanam paksa, lo
harus tahu dulu kondisi keuangan pemerintah Belanda saat itu. Kalo kita ngintip ke masa-
masa sebelum pemberlakuan sistem ini, kondisi kas pemerintah Belanda itu sedang berada di
ujung tanduk alias mau bangkrut. Kok bisa gitu?
Singkatnya sih beberapa dekade sebelumnya, Belanda terus menerus merasakan kehilangan
dana entah karena korupsi maupun perang. Sebelumnya mungkin lo udah pernah dengar kalo
VOC, salah satu kompeni yang dulunya kebanggaan Belanda, harus dibubarkan karena
pegawainya pada korup banget dan menggunakan dana yang terkumpul untuk kehidupan
mewah dan berfoya-foya. Bahkan, VOC meninggalkan utang sebesar 136,7 juta gulden
ketika dibubarkan pada 31 Desember 1799.

Selain masalah kompeni, Kerajaan Belanda juga harus menghadapi hutang yang mereka
dapatkan setelah berperang. Contohnya dari Perang Napoleon, Perang Belgia, dan Perang
Diponegoro. Dari Perang Diponegoro, Belanda diperkirakan harus mengeluarkan dana
sebesar 25 juta gulden. Sedangkan dari kekalahan Perang Napoleon, Belanda harus
mengganti seluruh pengeluaran perang kedua pihak. Gimana nggak bengkak utangnya?

Karena itulah Johannes van den Bosch diangkat menjadi gubernur jenderal dengan harapan
bisa mengolah daerah jajahan Belanda agar menghasilkan pundi-pundi uang untuk menutup
utang tersebut dan mengisi kas Belanda.

Bagaimana tanam paksa dilaksanakan?

Dok: Negatief. Sortering van krossok (=gedroogde


tabaksbladeren), Java (Sebelum 1939) / CC BY-SA 3.0
Untuk memahami teknis pelaksanaan sistem tanam paksa, kita bisa lihat beberapa kebijakan
yang tertuang di dalam Lembaran Negara (Staatsblad) tahun 1834 no. 22. Supaya lebih
gampang membandingkan kebijakan secara teori dan praktiknya, kita jadikan tabel saja ya
seperti ini.

Kebijakan Tertulis Praktik Nyata

Penduduk (petani) diwajibkan untuk Lahan yang terpakai untuk tanaman penghasil
menyediakan 20% lahan pertanian komoditi ekspor jauh di atas 20%. Kalo ada kelebihan
ditanami tanaman ekspor yang sudah panen pun nggak dibalikin ke petani. Gara-gara ini
ditentukan pemerintah Hindia petani jadi nggak bisa menanam tumbuhan lokal untuk
Belanda. kebutuhan pangan mereka sendiri.

Lahan pertanian yang digunakan


Sudah diminta hasil tanamannya, para petani juga
untuk tanam paksa tidak dikenakan
ternyata tetap harus bayar pajak.
pajak.

Nilai jual hasil pertanian petani


Harga jual tanaman dimonopoli sehingga nilainya
diatur dan ditentukan oleh pihak
rendah dan rakyat pun miskin.
Belanda.

Bila petani mengalami gagal panen


maka pemerintah hindia belanda Petani sendiri yang tanggung jawab.
akan bertanggung jawab.

Para petani yang menggarap lahan Para bupati dan pejabat desa yang bertugas mengawasi
pertanian tanam paksa berada di pelaksanaan Tanam Paksa justru ikut korup demi
pengawasan penguasa pribumi. keuntungan, cape deh.

Penduduk yang bukan bekerja


sebagai petani, wajib bekerja di Nyatanya mereka yang tidak punya tanah harus
perkebunan dan pabrik yang dimiliki bekerja lebih dari 66 hari, bahkan ada yang
pihak Belanda selama 66 hari dalam mengatakan setahun penuh.
setahun.

Gimana dari sisi Belanda? Kerajaan Belanda akhirnya bisa bernafas lega setelah meraup
keuntungan yang diperkirakan mencapai keuntungan 967 juta gulden dan bisa melunasi
utang-utang mereka. Pencetus “Cultuurstelsel”, Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch
pun diberi penghargaan oleh Kerajaan Belanda.

Di mana tanam paksa dilaksanakan?

Sebenarnya awalnya tanam paksa diimplementasikan di tanah Pulau Jawa. Namun seiring
berjalannya waktu, tanam paksa juga diimplementasikan di daerah lain yang juga memiliki
tanah yang subur. Kira-kira inilah gambaran persebaran area tanam paksa di Nusantara.

Di Pulau Jawa, daerah tanam paksa meliputi Cirebon, Pekalongan, Tegal, Semarang Jepara,
Surabaya, dan Pasuruan. Sedangkan di Sumatera daerah tanam paksa meliputi Sumatera
Barat, Minahasa, Minangkabau, Lampung, Palembang, Ambon, dan Banda.

Apa jenis tanaman yang menjadi fokus sistem tanam paksa?

Tentunya jenis tanaman yang ditanam pada masa


tanam paksa ya tanaman yang laku dijual di Eropa
karena memang tujuan utamanya untuk
mengekspor hasil pertanian. Oleh karena itu, jenis
tanaman yang menjadi fokus sistem tanam paksa
adalah kopi, tebu, teh, indigo (disebut juga
tarum/nila), dan juga rempah-rempah (pala,
cengkih, dan lada) yang memang merupakan komoditi favorit orang Eropa. Nah, karena jenis
tanaman yang ditanam sudah ditentukan dan memakan sebagian besar lahan dan waktu,
orang Indonesia saat itu kesulitan menanam tumbuhan lokal seperti padi maupun jagung
untuk bahan pangan.

Dampak tanam paksa terhadap Indonesia

Diterapkannya sistem penanaman secara paksa tentu memberikan berbagai dampak terhadap
di Indonesia. Bahkan, terdapat dampak-dampak yang mungkin mempengaruhi keadaan
Indonesia sekarang. Kira-kira apa saja ya dampak tanam paksa terhadap kehidupan rakyat
Indonesia saat itu?
• Indonesia jadi kenal sama tanaman yang laku diperdagangkan secara
internasional, atau dengan kata lain jadi punya komoditas ekspor yang laku
seperti kopi, teh, tarum, dan lain sebagainya.

• Tenaga buruh menjadi murah dan masyarakat pedesaan mengenal sistem


permodalan sehingga terjadi perubahan pola transaksi dari pola transaksi
tradisional ke arah pengembangan ekonomi moneter.

• Rakyat Indonesia kelaparan karena tidak bisa menanam padi maupun jagung
untuk dimakan. Korban jiwa pun tidak dapat dihindari.

• Rakyat Indonesia harus mengalami kemiskinan karena harga diatur oleh pihak
Belanda. Mereka juga masih harus membayar pajak.

• Infrastruktur Indonesia dibangun demi memperlancar distribusi hasil tanam


paksa. Contohnya jembatan, jalan raya, pelabuhan, dan rel kereta
api dikembangkan untuk mengangkut hasil tanam paksa. Untuk bacaan lebih
lanjut, coba deh cek sejarah kereta api di Indonesia.

• Penerapan sistem yang tidak manusiawi ini mendapatkan banyak kritik dari
pejuang Indonesia serta aktivis HAM di Belanda. Pada akhirnya sistem ini
dihentikan pada tahun 1970. Untuk “membalas budi” terhadap rakyat Hindia
Belanda (Indonesia), Belanda menerapkan sistem Politik Balas Budi atau
yang juga dikenal sebagai Politik Etis.

26. Menganalisis dampak politik ethis terhadap perkembangan sosio-ekonomi di Hindia


Belanda
Politik Etis adalah kebijakan yang dikeluarkan pemerintah kolonial Hindia Belanda sejak
17 September 1901. Politik Etis disebut pula sebagai Politik Balas Budi. Politik Etis mengawali
sejarah dimulainya era pergerakan nasional di Indonesia pada zaman penjajahan Belanda.
Politik Etis bermula dari kebijakan tanam paksa. Tahun 1830, Johannes van den Bosch yang
merupakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda kala itu, menetapkan kebijakan tanam paksa
atau cultuurstelsel. Ketika aturan ini berlaku, masyarakat Indonesia dipaksa menanam
komoditas ekspor demi kepentingan Belanda. Akan tetapi, banyak penyimpangan yang terjadi
dalam pelaksanaan cultuurstelsel ini.

Dampak yang ditimbulkan amat sangat menyengsarakan rakyat. Tujuan dan Tokoh Politik
Etis Mulai muncul kritikan dan kecaman atas pelaksanaan tanam paksa, bahkan dari kalangan
orang Belanda sendiri. Akibatnya, dikutip dari artikel bertajuk “Politik Etis Sebagai Awal
Lahirnya Tokoh-tokoh Pergerakan Nasional” dalam website Kemendikbud, sistem tanam
paksa akhirnya dihentikan pada 1863. Meskipun begitu, tanam paksa terlanjur menimbulkan
kerugian besar bagi rakyat Indonesia. Maka, beberapa aktivis dari Belanda seperti Pieter
Brooshooft dan C. Th. van Deventer memprakarsai digagasnya Politik Etis sebagai bentuk
balas budi kepada rakyat Indonesia. Van Deventer pertama kali mengungkapkan perihal Politik
Etis melalui majalah De Gids pada 1899. Ternyata, desakan terkait ini diiterima oleh
pemerintah kolonial Hindia Belanda. Sejak 17 September 1901, Politik Etis pun resmi
diberlakukan. Isi Politik Etis Politik Etis berfokus kepada desentralisasi politik, kesejahteraan
rakyat, dan efisiensi.
Terkait isinya, terdapat tiga program utama, yakni irigasi, edukasi, dan emigrasi.

1. Irigasi Dalam program ini, pemerintah Hindia Belanda melakukan pembangunan


fasilitas untuk menunjang kesejahteraan rakyat. Sarana dan prasarana untuk menyokong
aktivitas pertanian serta perkebunan diberikan, meliputi pembuatan waduk, perbaikan
sanitasi, jalur transportasi pengangkut hasil tani, dan lainnya.

2. Edukasi Melalui program edukasi, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
dan upaya mengurangi angka buta huruf masyarakat dilakukan. Selain itu, mulai dilaksanakan
pengadaan sekolah-sekolah untuk rakyat. Akan tetapi, berdasarkan penjelasan Suhartono
dalam Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi 1908-1945 (2001:7),
hanya laki-laki saja yang boleh mengenyam pendidikan kolonial kala itu, sedangkan
perempuan belajar di rumah. Baca juga: Sejarah Gerakan 3A: Propaganda Jepang Demi Simpati
Rakyat Indonesia Sejarah Kejayaan Kesultanan Mataram Islam Masa Sultan Agung Sejarah
Koperasi di Indonesia dan Ketahui Jenis-Jenisnya

3. Emigrasi Program emigrasi diterapkan dalam rangka meratakan kepadatan penduduk


di Hindia Belanda atau Indonesia. Pada 1900 saja, Jawa dan Madura telah dihuni oleh 14 juta
jiwa. Melalui kebijakan yang aktif mulai 1901 ini, didirikan pemukiman-pemukiman baru di
Sumatera yang disediakan untuk tempat perpindahan rakyat dari wilayah padat penduduk.
Dampak Politik Balas Budi Awalnya, kebijakan Politik Etis memang terlihat menguntungkan
rakyat Indonesia. Akan tetapi, dalam perjalanannya terjadi penyimpangan Politik Balas Budi
yang dilakukan oleh orang-orang Belanda.

Dampak Negatif Dalam program irigasi, upaya pengairan yang ditujukan untuk aktivitas
pertanian tidak berjalan mulus. Air yang disalurkan ternyata hanya untuk orang-orang
Belanda, sedangkan kaum pribumi seakan dipersulit sehingga menghambat kegiatan
pertaniannya. Berikutnya, dalam program edukasi, pemerintah kolonial Hindia Belanda
ternyata punya niatan buruk. Mereka ingin memperoleh tenaga kerja dengan kualitas SDM
tinggi namun dengan upah rendah. Program edukasi yang awalnya ditujukan untuk semua
golongan, pada kenyataannya didominasi oleh orang-orang kaya atau dari kalangan
bangsawan saja sehingga terjadi diskriminasi dalam hal pendidikan.

Politik Etis setidaknya juga menghadirkan beberapa dampak positif bagi bangsa
Indonesia. Diterapkannya Politik Etis memicu lahirnya berbagai organisasi pergerakan dan
perhimpunan yang bersifat daerah maupun nasional di Indonesia. Beberapa di antaranya
adalah Boedi Oetomo, Sarekat Islam, Indische Partij, dan lain-lain. Program edukasi yang
diberikan dalam Politik Etis melahirkan kaum terpelajar dari kalangan pribumi. Mereka inilah
yang kemudian mengawali era pergerakan nasional dengan mendirikan berbagai organisasi
yang berjuang melalui pemikiran, pengetahuan, hingga politik.

Nantinya, berbagai organisasi pergerakan ini berganti wujud menjadi partai politik yang
memperjuangkan kesetaraan atau merintis upaya kemerdekaan bagi Indonesia. Politik Etis
berakhir ketika Belanda menyerah dari Jepang tahun 1942 dalam Perang Asia Timur Raya atau
Perang Dunia Kedua. Tahun 1945, giliran Jepang yang kalah di Perang Dunia Kedua sehingga
membuka peluang bagi bangsa Indonesia untuk menyatakan kemerdekaan pada 17 Agustus
1945.
27. Menganalisis dampak politik pintu terbuka terhadap perkembangan sosio-ekonomi
di Hindia Belanda
Pengertian Politik Pintu Terbuka
Pengertian dari politik pintu terbuka adalah kebijakan politik dimana perekonomian
Indonesia dibuka kepada pihak swasta untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan kesejahteraan.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, politik ini membuat Indonesia hanya bisa menjadi
pengawas saja tanpa memiliki keterlibatan lebih lanjut dengan sistem politik dan
pembangunan ekonomi yang dilaksanakan.

Hal ini terjadi di Indonesia sekitar tahun 1860 dimana jenis politik batig slot atau pencarian
keuntungan secara besar-besaran ditentang oleh beberapa pihak.

Pihak yang paling vokal dalam menolak adalah golongan liberalis dan humanitaris. Karena
kejadian tersebut, golongan liberal kapital yang saat itu banyak mengisi di parlemen
memperoleh kemenangan yang besar.

Latar Belakang Politik Pintu Terbuka

Awal dari terbentuknya sistem politik ini adalah


traktat Sumatera yang dilakukan pada tahun 1871,
dengan perjanjian tersebut pihak Belanda bisa
memperluas kekuasaan sampai wilayah Aceh.

Inggris yang juga termasuk dalam pihak yang berada


dalam lingkup perjanjian tersebut meminta
pembayaran dari Belanda, yakni dengan menerapkan
sistem ekonomi liberal di wilayah Hindia Belanda,
yang saat itu meliputi wilayah Indonesia.

Hal tersebut bukan tanpa alasan, penggunaan politik pintu terbuka hampir serupa dengan
sistem ekonomi liberal yang diajukan oleh Inggris.

Pemerintah Inggris ingin agar pengusaha asing bisa menanamkan modal dengan mudah di
Hindia Belanda. Selain itu, Inggris juga ingin menyebarkan ideologi kapitalisme dan
liberalismenya ke seluruh dunia.

Daerah Jawa yang menjadi pusat perekonomian Nusantra pada saat itu akan lebih mudah
untuk ditanami modal oleh pihak swasta Inggris.

Hal ini tentu saja menguntungkan, mengingat bahwa Indonesia merupakan sumber rempah-
rempah dunia. Kolonialisme Inggris yang didorong oleh Gold, Glory, dan Gospel tentu saja
menginginkan rempah nusantara.

Saking hebatnya produksi rempah-rempah Indonesia, Belanda harus menggunakan pelayaran


hongi untuk mengontrol produksinya agar dapat tetap dimonopoli.
Dengan adanya kesepakatan dalam politik terbuka ini, pengusaha yang hendak menanamkan
modal menjadi lebih terjamin keamanan modal dan usahanya.

Mengetahui hal tersebut pihak kolonial Belanda tidak mudah tertipu, pemerintah memang
memberikan kebebasan kepada pengusaha untuk menyewa tanah, tapi tidak memperbolehkan
untuk membelinya.

Dengan begitu, tanah tidak akan mudah jatuh ke tangan orang asing, apalagi Inggris yang saat
itu menjadi musuh utama Belanda dalam hal kolonialisme dan juga perdagangan
internasional.

Penggunaan tanah sewaan tersebut dimaksudkan agar setiap produksi yang dihasilkan bisa
langsung diekspor ke Eropa.

Ciri-Ciri dari Politik Pintu Terbuka

Berikut ini adalah ciri-ciri dari politik pintu terbuka


yang diterapkan oleh Belanda dan juga Inggris di
Indonesia pada masa penjajahan

• Indonesia menjadi pengawas


• Rakyat menjadi menderita
• Swasta menjadi kaya
• Matinya industri kerakyatan dan pengusaha
dalam negri

Agar kalian lebih paham ciri-ciri diatas, kita akan membahas secara lebih lanjut dibawah ini

Indonesia Hanya Menjadi Pengawas


Indonesia, yang saat itu masih berstatus sebagai Hindia Belanda hanya menjadi pengawas
saja dalam kursi pemerintahan.

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa pihak swasta dan perusahaan asing mempunyai
kuasa penuh terhadap berbagai aktivitas ekonomi yang terjadi.

Aktivitas tersebut tidak hanya jual beli, melainkan juga pengontrolan dan penjalanan aktivitas
ekonomi secara keseluruhan pada suatu negara. Pemerintah tidak boleh ikut melakukan
campur tangan pada proyek pembangunan yang hendak atau sedang dijalankan.

Selain tidak boleh ikut campur, mereka juga tidak boleh mempengaruhi pelaku ekonomi yang
menjalankan politik pintu terbuka.

Pelaku ekonomi yang paling diuntungkan adalah pihak swasta karena setiap keinginan
mereka harus dipenuhi oleh pemerintah. Ini adalah cikal bakal dari globalisasi di Indonesia.
Rakyat yang Menderita
Ciri selanjutnya adalah rakyat yang semakin menderita karena politik jenis ini memberikan
dampak buruk pada rakyat.

Awalnya politik ini memang dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan
cara menumbuhkan ekonomi. Namun, lambat laut malah memiliki tujuan yang berbeda, yaitu
untuk memperkaya pebisnis.

Rakyat yang memiliki tanah dipaksa untuk menyewakan lahan yang dimiliki, terutama
kepada pihak swasta.

Biaya sewa yang diberikan oleh pihak swasta kepada pemilik tanah atau rakyat juga rendah,
sehingga pemilik tanah tidak mendapat keuntungan yang besar.

Dengan adanya sistem politik pintu terbuka ini, pendapatan yang dimiliki oleh rakyat malah
tidak begitu besar.

Dari tujuan awal untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, berbalik memeras mereka hingga
mereka jatuh miskin. Akhirnya, yang diuntungkan adalah pemilik modal dan juga penguasa
tanah.

Keuntungan Melimpah di Tangan Swasta


Pihak swasta yang sejak awal diuntungkan dengan adanya perjanjian ini tentunya
mendapatkan keuntungan yang besar.

Apalagi mereka juga dapat mengendalikan perekonomian di suatu wilayah dalam cakup yang
luas. Dampaknya tentu kekayaan pihak swasta terus meningkat dari hasil perkebunan rakyat
dan eksploitasi sumber daya alam Indonesia.

Keuntungan tersebut semakin meningkat dengan makin intensnya produksi yang dilakukan
oleh rakyat pada saat itu.

Tentunya ditambah dengan permintaan barang yang tinggi di luar negeri dan aktivitas ekspor
yang dilakukan. Hal ini menguntungkan segelintir orang yang menguasai perdagangan laut di
Nusantara.

Belanda otomatis menjadi pusat perdagangan dengan adanya politik pintu terbuka ini.

Sedangkan pemerintahan Indonesia hanya bisa terus menyumbangkan keuntungan dan hasil
perkebunan kepada kolonial karena merekalah yang menguasai arus ekonomi pada saat itu.

Industri Kerakyatan Mati


Ciri lain dari politik liberal ini yang terlihat adalah adanya kematian pada industri-industri
kecil yang dimiliki oleh masyarakat kecil.

Kebanyakan penduduk lebih memilih bekerja di pabrik atau perusahaan swasta kolonial,
dibandingkan dengan mengolah usaha sendiri. Hal ini terjadi karena pihak swasta menguasai
arus ekonomi, sehingga sangat sulit untuk membangun bisnis pada masa-masa ini sebagai
seorang pribumi.

Kekayaan yang dimiliki oleh rakyat pun secara perlahan meredup dan mati, karena usaha-
usaha mereka tidak berkembang.

Karena politik tersebut diterapkan secara sepihak, banyak masyarakat lokal yang akhirnya
harus terkena dampak kerugiannya. Kebijakan ini justru memiskinkan masyarakat Indonesia.

Undang-Undang yang ada Pada Politik Terbuka

Dalam politik pintu terbuka, terdapat 2 Undang-Undang yang membantu membentuk dan
mengatur sistem politik yang berlaku pada saat itu. Kedua undang-undang ini antara lain
adalah UU Agraria dan juga UU Gula suiker wet

Undang Undang Agraria 1870


Setelah memenangkan parlemen, kaum liberal di Belanda berupaya untuk memperbaiki taraf
hidup masyarakat Indonesia. Namun, mereka tetap ingin Indonesia menjadi tanah jajahan
Belanda.

Keinginan ini dicapai dengan mengeluarkan undang-undang yang mengatur perekonomian


dan tata lahan yaitu Undang-Undang Agraria tahun 1870.

Hukum ini akan menjadi dasar dari penataan ruang dan kepemilikan lahan di Indonesia
hingga saat ini.

Isi UU Agraria 1870


Undang Undang Agraria 1870 memiliki beberapa pokok isi yang antara lain adalah

• Masyarakat lokal diberikan hak atas tanah yang mereka tempati dan dapat
menyewakannya kepada pengusaha swasta.
• Pengusaha bisa membeli hak pengelolaan tanah dari gubernur atau pemilik tanah
lokal dalam waktu sewa 75 tahun.

Isi ini terdengar baik dan menguntungkan, namun, dalam keberjalanannya banyak
penyimpangan. Bahkan, ada pemaksaan-pemaksaan pula kepada para pribumi untuk
menyewakan lahannya kepada pihak kolonial.

Tujuan UU Agraria 1870


Hukum agraria ini bertujuan untuk mendukung kebijakan pintu terbuka yang diprakarsai oleh
Belanda. Secara lebih spesifik, UU ini memiliki tujuan sebagai berikut

• Memberi kesempatan dan jaminan pada pihak swasta dalam membuka usaha dalam
bidang perkebunan di Indonesia.
• Melindungi hak atas tanah penduduk agar tidak dibeli dan dimonopoli oleh pihak
asing
• Mensejahterakan masyarakat karena mendapatkan pembayaran sewa untuk lahannya
yang digunakan

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, tujuan dari undang-undang ini sungguh mulia. Namun,
dalam pelaksanaannya tidak seideal yang diharapkan

Undang Undang Gula Suiker Wet


Untuk mendukung keberjalanan UU Agraria dan kebijakan politik terbuka, pemerintah
belanda juga melansir undang-undang baru yaitu UU Gula atau pada saat itu lebih dikenal
sebagai Suiker Wet.

Isi UU Gula Suiker Wet


Undang-undang gula ini memiliki beberapa isi pokok yang antara lain adalah

• Perusahaan gula milik pemerintah akan dihapus secara bertahap untuk


membuka monopoli pada gula
• Pada tahun 1891 semua perusahaan gula milik pemerintah harus sudah dibubarkan
atau diambil alih oleh swasta.

Harapannya, undang-undang ini dapat membuka pasar produksi dan pengolahan gula agar
tidak terjadi monopoli dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Tujuan UU Gula Suiker Wet


Tujuan dari dibentuknya UU Gula ini adalah untuk memberikan kesempatan sebesar-
besarnya kepada pengusaha dan juga masyarakat pribumi untuk mengembangkan usahanya.

Hal ini terjadi karena saat itu, hampir semua perusahaan gula yang ada di Indonesia dikuasai
oleh pemerintah Belanda, sehingga sangat sulit bagi pengusaha untuk berkompetisi disini.

Dampak Politik Terbuka

Meskipun memiliki tujuan yang mulia, politik pintu terbuka ini memiliki dampak dampak
yang relatif buruk terhadap masyarakat Indonesia. Meskipun begitu, kebijakan ini sangat
menguntungkan bagi para pengusaha asing pada saat itu.

Berikut ini adalah dampak-dampak dari diberlakukannya politik pintu terbuka terhadap
masyarakat Indonesia, pemerintahan kolonial belanda serta pihak swasta

a. Rakyat mengenal sistem upah dan juga penggunaan uang, mengetahui barang yang
perlu di ekspor karena minat yang besar di luar negeri, serta mengetahui barang impor
yang dibuat di luar wilayah mereka.
b. Munculnya pedagang perantara, sehingga mereka bisa menjual hasil bumi yang
dimiliki oleh rakyat Indonesia kepada penjual atau pengepul swasta. Tidak jarang
perantara ini masuk ke daerah pedalaman guna mendapatkan hasil tani dengan harga
yang terjangkau kemudian dengan harga yang tinggi pada grosir.
c. Mematikan industri milik rakyat Indonesia, sebab seluruh pekerjanya masuk ke
dalam pabrik dan perkebunan yang dikelola oleh orang Eropa dan kolonial swasta.
d. Rakyat semakin sengsara karena penjajahan, makin sengsara karena eksploitasi
besar-besaran yang dilakukan oleh penjajah. Sumber pertanian dan perkebunan yang
menjadi andalan mereka terpaksa dijual, begitu pula dengan tenaga mereka.
e. Semakin kaya pihak swasta karena mereka dapat menguasai perekonomian
Indonesia dan mereka dapat melakukannya dengan lebih efisien dibandingkan dengan
pemerintah. Selain itu, pihak swasta juga memiliki modal yang lebih besar untuk
mengolah sumber daya alam yang ada di Indonesia
f. Berpindahnya monopoli ekonomi dari pemerintah ke pihak swasta. Dahulu
perekonomian hanya dikontrol oleh pemerintah Belanda, sekarang pihak swasta
perlahan lahan bisa masuk dan mulai menggantikan monopoli pemerintahan menjadi
monopoli korporasi.

28. Menganalisis pengaruh revolusi besar (Amerika, Perancis, Rusia) terhadap


perkembangan paham kebangsaan di Hindia Belanda
REVOLUSI PERANCIS

1. Latar Belakang Revolusi Perancis Meletusnya Revolusi Perancis “dipersiapkan” oleh


serangkaian kondisi yang muncul dan berkembang di Eropa pada abad ke-17. Pemikiran Nicolo
Machiavelli yang tertuang dalam bukunya I’ll Principe (The Prince) cukup banyak mempengaruhi
feodalisme yang berkembang di Eropa pada waktu itu, termasuk di Perancis. Dalam karyanya
tersebut Machiavelli mengemukakan 80 bahwa kekuasaan raja berlaku absolut atau mutlak. Raja
berkuasa bukan atas kehendak rakyat, tetapi berdasarkan kehendak dan keinginan raja sendiri.

a. Absolutisme di Perancis Kekuatan absolut atau mutlak di Perancis mulai dijalankan pada masa
pemerintahan Louis XIII (1610-1643). Louis XIII didukung oleh Perdana Menteri Kardinal
Richellieu, yang diteruskan oleh Perdana Menteri Mazarin. Puncak absolutisme Perancis terjadi
pada saat berkembangnya merkantilisme yang dipelopori oleh Colbert. Pada masa puncak
absolutisme ini, Pemerintahan Perancis dipegang oleh Louis XIV, yang memegang kendali
pemerintahan dengan kondisi negara sebagai berikut:

1) Kekuasaan tidak berdasarkan Undang-Undang

2) Anggaran negara tidak disusun secara jelas

3) Tidak ada kepastian hukum dan dewan legislatif

4) Kekuasaan dijalankan tanpa batas

b. Munculnya Para Pemikir Kekuasaan absolut raja-raja di Eropa pada abad ke-17 dan 18
mendapat tantangan dari beberapa tokoh pemikir demokrasi. Mereka menentang kekuasaan
negara yang dipegang raja tanpa batas dan sekehendak hatinya. Beberapa tokoh yang melahirkan
pemikiran mengenai prinsip demokrasi adalah:
1) John Locke John Locke berasal dari Inggris, yang memperkenalkan sistem monarchi
parlementer. John Locke mengemukakan, agar tidak terjadi kekuasaan mutlak, kekuasaan negara
dibagi atas 3 bagian, yakni kekuasaan membuat Undang-Undang (legislatif), pelaksana
UndangUndang (eksekutif), dan kekuasaan hubungan internasional (federatif). John Locke
menghendaki bentuk monarchi yang dibatasi UndangUndang.

2) Jean Jaques Rosseau J. J. Rosseau berasal dari Perancis. Rosseau mengemukakan gagasan
bahwa setiap manusia dilahirkan sama dan merdeka. Gagasan lainnya adalah negara terbentuk
oleh adanya perjanjian rakyat. Pemerintahan harus berasal dari rakyat, dijalankan atas
pengawasan rakyat dan dilaksanakan untuk kesejahteraan rakyat. Gagasan Rosseau tertuang
dalam buku “Du Contract Social” (Perjanjian Masyarakat)

3) Montesquieu Montesquieu berasal dari Perancis. Menurut pendapatnya, kekuasaan dibagi


menjadi 3 bagian, yakni kekuasaan legislatif (pembuat UndangUndang), eksekutif (pelaksana
Undang-Undang) dan Yudikatif (pengawas pelaksanaan Undang-Undang)

4) Voltaire Voltaire mengkritik absolutisme raja dengan menulis buku tentang adat dan semangat
bangsa-bangsa c. Struktur Masyarakat Perancis yang berpihak pada Golongan Atas Sebelum
meletusnya Revolusi, masyarakat Perancis dibagi menjad 4 golongan, yakni:

1) Golongan Raja dan Bangsawan (Golongan I) Golongan yang berkuasa dan mendapat hak-
hak istimewa, seperti hak milik tanah, hak atas 1/10 hasil bumi rakyat, dan bebas pajak

2) Golongan Pendeta (Golongan II) Golongan rohaniwan yang juga memiliki hak istimewa
seperti hak memungut pajak yang bermacam-macam bentuknya

3) Golongan Borjuis (Golongan III) Golongan kaya, kelas menengah ke atas, yang terdiri dari
para pedagang dan pengusaha. Mereka dibebani pajak yang tinggi, sehingga menolak
absolutisme raja.

4) Golongan Proletar (Golongan IV) Golongan fakir miskin yang paling menderita dan
sengsara. Selain berpenghasilan rendah, mereka masih menanggung pajak yang besar. Perbedaan
struktur sosial tersebut menimbulkan kesenjangan dan kecemburuan sosial, teritama golongan
borjuis (Golongan III). Didukung oleh para cendekiawan, mereka akhirnya berusaha
menggulingkan kekuasaan raja.

d. Kondisi Keuangan yang Buruk Louis XIV dengan permaisurinya yang sangat glamour dan boros,
Maria Antoinnette, hidup dalam kemewahan yang berlebihan dan menghamburkan uang negara.
Ditambah lagi dengan bantuan Perancis dalam perang kemerdekaan Amerika, menyebabkan
Perancis tertekan hutang. Untuk mengatasinya, Perancis berusaha memungut pajak lebiih besar
dari rakyat, yang menyebabkan golongan tingkat bawah menderita dan memberontak e. Vacuum
of Power Louis XVI adalah raja yang lemah, yang tidak memiliki kewibawaan baik terhadap
bangsawan maupun rakyat. Berbeda dengan Louis XIV dan XV yang ditakuti rakyat, Louis XVI tidak
memiliki kekuatan untuk memerintah secara lalim. Akibatnya, kondisi yang demikian
dimanfaatkan oleh rakyat untuk memberontak. Itulah alasannya, mengapa kondisi pemerintahan
Louis XVI disebut Vacuum of Power

f. Pengaruh Perang Kemerdekaan Amerika Perancis pernah mengalami kekalahan dalam perang 7
tahun melawan Inggris, ketika memperebutkan wilayah jajahan di Amerika. Pada saat rakyat
Amerika berjuang untuk melepaskan diri dari kekuasaan Inggris, Perancis mendukung perjuangan
Amerika dengan mengirim bantuan berupa uang dan tentara, yang dipimpin Jendral Laffayette
dan anak buahnya belajar banyak dari kondisi rakyat Amerika, terutama tentang kebebasan dan
hak azazi manusia.Pengalaman tersebut menjadi oleh-oleh Laffayette ketika pulang ke Perancis,
yang disambut suka cita oleh rakyat Perancis dengan menggerakkan nurani mereka untuk
menuntut hak-hak mereka yang selama ini hilang

2. Meletusnya Revolusi Perancis Masalah keuangan yang buruk dibarengi pemerintahan Louis
XVI yang lemah, menjadi pemicu meletusnya Revolusi Perancis. Masalah keuangan Perancis telah
dirasakan sejak Louis XIV. Keuangan negara yang dihamburhamburkan, membuat keuangan
negara buruk. Perancis juga memiliki banyak hutang. Louis XIV berusaha mengatasinya dengan
memungut pajak, termasuk kaum bangsawan yang semula bebas dari pajak. Golongan
bangsawan menolak peraturan tersebut, sehingga timbul krisis. Golongan Bangsawan
menghendaki agar pajak baru yang dikenakan harus mendapatkan persetujuan dari Etats
Generoux (Dewan Legislatif). Estatis General merupakan badan perwakilan dari golongan borjuis
dan rakyat. Louis XVI menyetujui permintaan ini, karena tidak memiliki kewibawaan untuk
menolak. Masalah di Dewan Legislatif muncul ketika akan diadakan voting, karena terjadi
perbedaan pendapat mengenai cara mengadakan voting.

Golongan bangsawan dan pendeta menghendaki voting dilakukan secara kelompok, sementara
rakyat menghendaki voting dilakukan secara peroarangan. Perdebatan mengenai prosedur voting
tidak mendapatkan penyelesaian, bahkan Louis XVI mengusir golongan III dari ruang sidang.
Pengusiran dari ruang sidang dijawab golongan III dengan mengadakan sidang sendiri di lapangan
tenis tertutup, dan berhasil membentuk Dewan Nasional (National Assembly) pada bulan Mei
1789. Dewan Nasional mendapatkan dukungan dari golongan bangsawan yang berpemikiran
maju dan golongan pendeta miskin. Mereka bersumpah tidak akan bubar sebelum ada konstitusi
baru bagi Perancis. Keadaan ini dibalas Louis XVI dengan mengirimkan 20.000 tentara untuk
membubarkan sidang. Tindakan Louis XVI inilah yang menyulut kemarahan rakyat sehingga
mereka angkat senjata untuk mempertahankan Dewan Nasional. Puncak kemarahan rakyat
terlihat pada saat penyerbuan Penjara Bastile pada 14 Juli 1789. Mereka membebaskan tahanan
perang dan memenangkan pertarungan. Sisi penting yang berkaitan dengan Revolusi Perancis
setelah penyerbuan Penjara Bastile adalah peristiwa yang terjadi pada 4 Agustus 1789. Pada saat
tersebut golongan bangsawan dan pendeta sepakat menghapus hak-hak istimewa di bidang
politik dan perpajakan. Artinya, feodalisme dihancurkan. Selain itu, pada 26 Agustus 1789,
dikeluarkan hak-hak azasi manusia tentang warga negara (Declarations des Droit de l’home et
duCitoyen). Melalui deklarasi tersebut, rakyat Perancis memiliki hak-hak antara lain:

a. Hak milik (property)

b. Hak kemerdekaan (liberty)

c. Hak keamanan (security)

d. Hak perlindungan dari kekerasan (resistence to oppresision)

e. Hak mendapat persamaan di depan umum (equality) Dalam konstitusi baru di Perancis,
tertuang semboyan Liberty, Equality dan Natural Law. Semboyan Revolusi Perancis “Liberty,
Egality, Fraternity” tergambar dalam bendera Perancis. Dengan Revolusi Perancis, negara
Perancis yang semula berbentuk Monarkhi absolut berubah menjadi Monarkhi Konstitusi yang
kemudian berkembang menjadi Republik

3. Akibat Revolusi Perancis Revolusi Perancis memiliki akibat di semua sendi kehidupan, yakni:
a. Bidang Politik

1) Berkembangnya paham liberalisme


2) Lahirnya konsep demokrasi dan republik

3) Berkembangnya paham nasionalisme

4) Monarkhi absolut diganti monarkhi konstitusi

5) Timbul aksi revolusioner untuk menggulingkan kekuasaan raja

b. Bidang Sosial

1) Sistem kelas diganti menjadi masyarakat tanpa kelas

2) Penghapusan feodalisme

3) Pendidikan dan pengajaran berkembang di seluruh lapisan masyarakat

4) Berkembang perjuangan menyatukan hak azasi manusia

c. Bidang Ekonomi

1) Petani menjadi pemilik tanah

2) Penghapusan pajak feodal

3) Sistem gilda diganti sistem ekonomis

4) Timbul industri besar Akibat-akibat tersebut semula dirasakan oleh rakyat Perancis, Pada saat
pemerintahan Napoleon Bonaparte, ide-ide dan hasil revolusi turut tersebar ke Eropa daratan,
sehingga mempengaruhi kehidupan masyarakat Eropa.

4. Pengaruh Revolusi Perancis bagi Indonesia Meskipun Perancis tidak pernah secara langsung
menjajah Indonesia, namun semangat revolusi Perancis terasakan sampai ke Indonesia. Pengaruh
tersebut dipelajari para mahasiswa Indonesia yang belajar di luar negeri, khususnya negeri
Belanda.

Beberapa pengaruh Revolusi Perancis yang mempengaruhi perjuangan pergerakan kemerdekaan


Indonesia adalah:
a. Munculnya Paham Nasionalisme Nasionalisme di Asia Afrika tumbuh akibat kolonialisme dan
imperialisme. Perasaan nasionalisme tersebut mendorong terbentuknya organisasi pergerakan.
Pada awalnya pergerakan masih bersifat lunak. Dalam perkembangannya, organisasi pergerakan
semakin tegas dan terbuka untuk mengemukakan tujuan utamanya, yakni Indonesia merdeka.
Sikapsikap ini ditunjukkan organisasi pergerakan seperti Indische Partij, PNI, Partindo, Parindra
dan organisasi pergerakan lainnya.

b. Munculnya Paham Demokrasi Pengaruh paham demokrasi di Indonesia nampak pada tuntutan
terbentuknya Voksraad dan Indonesia Berparlemen. Tuntutan Indonesia berparlemen
dikemukakan melalui “Petisi Sutarjo” REVOLUSI AMERIKA Sebelum tahun1492,Benua Amerika
adalah sebuah wilayah luas yang dihuni oleh kelompok penduduk berkulit merah,berambut hitam
lurus dan berperawakan tega,yang dikenal sebagai Suku Indian.Mereka hidup dalam kelompok
suku,dan beberapa diantaranya telah menghasilkan peradaban tingkat tinggi,misalnya Suku
Maya,Suku Astec,Suku Inca,dan Suku Cibcha. Setelah Collombus menginjakkan kakinya pertama
kali di Kepulauan Bahama,Cuba dan Santo Domingo pada tahun 1492,wajah Amerika
berubah.Amerika menjadi sasaran penjajahan bangsa-bangsa Eropa seperti Portugal, Spanyol,
Inggris, Belanda, Jerman, Perancis dan Italia. Portugal dan Spanyolbanyak melakukan aneksasi
wilayah di Amerika selatan (Amerika Latin). Sedangkan Inggris, Perancis, Jerman dan Belanda
berubutan wilayah Amerika Tengah. Inggris yang pada akhirnya menjadi penguasa di wilayah
Amerika Tengah bagian utara, pada awalnya berseteru dengan Belanda dan Perancis.Tahun 1674,
Inggris berhasil merebut Nieu Amsterdam, daerah yang semula milik Belanda di Amerika Utara,
dan mengganti namanya menjadi New York. Tahun 1763-1763, Inggris terlibat perang 7 tahun
dengan Perancis. Pada bagian akhir perang, Inggris memenangkan pertempuran dan memaksa
Perancis keluar dari Amerika. Jadilah Inggris berkuasa di Amerika.

Latar Belakang Revolusi Amerika Pada dasarnya, sebagian besar rakyat Amerika berasal dari
wilayah Inggris. Mereka merasa menjadi bagian dari Kerajaan Inggris Raya di seberang lautan
(kolonial Inggris). Namun dalam perkembanganya, sering timbul bentrokan antara penduduk
koloni dengan Inggris, yang bahkan mengarah pada terjadinya perang. Penduduk di daerah koloni
merasa”dianak-tirikan” oleh pemerintah Inggris.

a. Paham Kebebasan Politik Salah satu pemicu kedatangan imigran Inggris ke Amerika adalah
karena pertentangan masalah agama. Sejak diperintah Henry VII Tudor, Inggris menyatakan diri
sebagai Negara penganut Anglikan. Sebagai akibat dari kebijakan tersebut, pemerintah banyak
melakukan pengejaran terhadap penganut agama diluar Anglikan. Perlakuan yang dianggap tidak
adil tersebut menyebabkan banyak penganut Puritan dan Presbyterian pergi ke benua baru untuk
mendapatkan kebebasan beragama. Disamping masalah agama, para imigran yang datang ke
Amerika pada umumnya juga mendapat tekanan social,ekonomi dan politik.

b. Paham kebebasan Perdagangan Pemerintah mengeluarkan kebijakan terhadap orang-orang


koloni, bahwa mereka hanya boleh membeli barang dagangan dari Inggris dan menjual hasil
perkebunannya kepada Inggris. Jiwa bebas rakyat koloni memberontak. Sekalipun nenek moyang
mereka adalah orang Inggris, namun dalam hal perdagangan mereka menginginkan kebebasan.

c. Pajak yang Menekan Rakyat Perang 7 tahun antara Inggris-Perancis (1756-1763) memakan
biaya yang cukup besar, disamping tenaga yang tidak sedikit jumlahnya. Akibat perang tersebut,
Inggris menderita banyak kerugian. Guna menutup kerugian tersebut Inggris memberlakukan
pajak yang berat,yang ketentuannya dituangkan dalam Revenue Act dan Billeting Act 1764.
Kebijakan Inggris tersebut ditentang oleh rakyat koloni dibawah pimpinan Samuel adam. Mereka
memiliki semboyan”No Taxation Without Represention”. Tidak ada pajak tanpa ada perwakilan.
Artinya rakyat koloni ingin diakui sebagai yang ikut menentukan kebijakan di perlemen. 2.

Meletusnya Revolusi Amerika

a. The Boston Tea Party Kasus belli yang memicu pertentangan Inggris-Amerika adalah peristiwa
Boston Tea party.Pada awalnya,Inggris mengirim teh ke Amerika dan menurut penduduk
membayar pajak. Hal tersebut ditentang rakyat koloni, karena dianggap bertentangan dengan
semangat kebebasan dalam perdagangan. Masyarakat koloni menyamar sebagai suku Indian
Mohawk dan melemparkan teh tersebut ke laut, ketika kapal Inggris berlabuh di Teluk Boston
pada tahun 1773. Peristiwa ini menyulut kemarahan Inggris sehingga terjadi pengejaran dan
penyerangan penduduk Boston. Inggris bertekad untuk menundukkan Messachusetts. Namun 12
negara bagian yang lain menyatakan mendukung Messachusetts. Ketiga belas koloni tersebut
kemudian mengadakan Konggres Kontinental untuk menghadapi Inggris. Dalam Konggres
tersebut diputuskan untuk mengadakan tuntutan kebijakan agar terjadi pemulihan hubungan
baik antara pihak koloni dengan negeri induk. Permintaan tersebut ditolak Inggris. Hal tersebut
meyakinkan pihak koloni bahwa jalan damai untuk menuntut haknya sebagai orang Inggris tidak
mungkin akan tercapai. Tahun 1775, diadakan Konggres Kontinental II di Philadhepia, yang
menghasilkan keputusan kesepakatan 13 Negara bagian sepakat memerdekakan diri.

b. Revolusi Berkobar Pada awalnya,perang yang dilakukan rakyat koloni hanyalah merupakan
upaya untuk mementang kebijakan Inggris yang semena-mena. Namun pada perkembanganya,
mereka tergerak untuk mendapatkan kebebasan dan kemerdekaan. Melalui tulisan yang berjudul
Common Sense(Pikiran Sehat) tahun 1776, Thomas Paine berusaha menyadarkan rakyat Amerika
untuk berjuang melawan Inggris untuk mencapai kemerdekaan. Tulisan Thomas Paine
menyadarkan rakyat Amerika untuk menuntut kebebasan sebagai orang Amerika. Tanggal 4 juli
1776, dicanangkanlah Declaration of Independence, sebagai upaya memisahkan diri dari negeri
induk, Inggris. Naskah pernyataan kemerdekaan Amerika serikat disusun 5 orang yakni: Thomas
Jefferson, Benjamin Franklin, Robert livingstone dan John Adam, 13 negara bagian
menandatangani deklarasi tersebut.

Hari penandatanganan tersebut menjadi tonggak kemerdekaan Amerika. Setelah itu Konggres
menyepakati adanya Article of Confideretion, sehingga terbentuklah United States of America
(USA/Amerika Serikat). Dikeluarkanya pernyataan kemerdekaan Amerika,bukan berarti
perjuangan Amerika usai. Revolusi masih terus berkobar. Perjuangan rakyat Amerika terhadap
Inggris ditempuh melalui 12 jalur , jalur konfrontasi dan diplomasi. Jalur konfrontasi dipimpin
oleh George Washington. Tahun 1783, Inggris dipimpin Cornwallis menyerah kepada George
Washington dan Laffayette di York Town. Jalur diplomasi dipimpin oleh Benjamin
Franklin.Franklin dikirim ke Eropa untuk meyakinkan kemerdekaan Amerika. Diplomasi tersebut
menuai hasil. Tahun 1778, Perancis mengakui kemerdekaan Amerika. Inggris akhirnya mengakui
kemerdekaan Amerika Serikat pada tahun 1783. Revolusi Amerika berpengaruh besar terhadap
Revolusi Perancis dan pergolakan lain di Amerika Latin.

Nilai-nilai Revolusi yang mempengaruhi revolusi ditempat lain antara lain:

1) Nilai penghargaan hak azasi manusia Dalam Declaration of Independence disebutkan bahwa
semua orang diciptakan sama, dan Tuhan telah menganugerahkan hak yang tidak dapat
dipisahkan, diantaranya hak hidup, kebebasan dan hak meraih kebahagiaan.

2) Human Right yang dimasukkan dalam UUD tahun 1778 menjadi Bill of Right Human Right ini
mempengaruhi revolusi Perancis melalui pernyataan dewan nasional mengenai pernyataan Hak
Asasi Manusia dan warga (Declaration des Droits de I’home et du Citoyen)

3. Pengaruh Revolusi Amerika bagi Indonesia Pengaruh Revolusi Amerika terekspor ke Eropa dan
mempengaruhi Revolusi Perancis.Pada akhirnya pengaruh tersebut sampai ke Indonesia dan
mempengaruhi strategi perjuangan kemerdekaan Indonesia.Penjajahan Belanda yang telah
ratusan tahun menyebabkan penderitaan panjang bagi Bangsa Indonesia.Munculnya kaum
terpelajar menyadarkan Para pejuang akan harga diri bangsa.Kaum terpelajar berkeyakinan
bahwa harkat martabat

REVOLUSI RUSIA

1. Latar Belakang Revolusi Rusia Revolusi yang berlangsung di Rusia dipicu oleh faktor politik,
sosial dan ekonomi.

a. Pemerintah Tsar belum memberikan hak-hak politik rakyat


b. Duma(parlemen) tidak menampakan dasar-dasar yang demokratis
c. Penghargaan tuan tanah terhadap buruh sangat rendah

d. Adanya perbedaan kehidupan yang mencolok antara Tsar dan para bangsawan dengan rakyat
e. Kaum pengusaha dan intelektual tidak puas dengan situasi pemerintah Tsar Nicolas II Sebelum
meletusnya Revolusi ,Rusia merupakan sebuah Negara monarkhi yang dipimpin oleh Tsar Nicolas
II.Di satu sisi,Tsar berusaha memajukan pertanian dan industri di Rusia untuk meningkatkan
perekonomian,namun dari sisi lain Tsar tidak mengekang kehidupan politik rakyat.Keadaan ini
menyebabkan kaum buruh(proletar) berusaha berjuang untuk mendapatkan hak-hak
politiknya.Salah satu tokoh yang memperjuangkan hak-hak politik kaum buruh adalah George
Plekhanov.Tahun 1893,Plekhanov mendirikan Partai Sosialis Demokrat dengan serangkaian
progam yang ingin dicapai melalui diplomasi politik.

Progam tersebut adalah sebagai berikut:

a. Persamaan dalam hukum

b. Kemerdekaan pers

c. Kemerdekaan berbicara dan berkumpul

d. Perbaikan nasib buruh dan tani Dalam perkembanganya,dalam tubuh Partai Sosialis Demokrat
terdapat perbedaan pandangan mengenai car-cara mencapai tujuan partai,sehingga partai
tersebut terpecah menjadi 2 bagian, garis keras dan moderat.Kelompok garis keras menghendaki
adanya pemogokan untuk mencapai tujuan,sementara kelompok moderat menghendaki cara
diplomasi politik. Akibat perbedaan pandangan tersebut,Partai Sosialis Demokrat terpecah
menjadi 2 bagian,yakni: a. Partai Mensyewik Partai ini berhaluan sosialis,dengan sifat gerakan
socialdemokrat.Tokoh dari Partai ini George Plekhanov yang menjadi pemimpin partai.Plekhanov
kemudian digantikan oleh Karensky. b. Partai Bolsevik Partai ini berhaluan komunis,dengan sifat
gerakan radikal revolusioner.Tokoh dari partai ini dari partai ini Vladimir Ulyanov yang di kenal
dengan nama Lenin.Lenin kemudian digantikan oleh Josef Dschugaschvili yang di kenal dengan
nama Stalin.

Pada tanggal 22 Januari 1905,terjadi demontrasi ribuan pekerja di depan istana Tsar.Peristiwa
demo ini disambut dengan penembakan Tsar kepada para pendemo,sehingga jatuh korban
sekitar 1000 orang dan melukai sekitar 2000 orang.Perisiwa yang dikenal dengan”Peristiwa
Minggu Berdarah” ini menyebutkan kemarahan rakyat.Akibatnya terjadi pemogokan umum di
petrograt.Kaum buruh(soviet) di petrograt membentuk Dewan Buruh yang kemudian diikuti di
seluruh negeri. Bulan Agustus 1905,Kaisar menyetujui pembentukan Duma(Parlemen),namun
oleh Tsar Duma hanya dimaksudkan sebagai Dewan Penasihat.Duma dipilih oleh rakyat,namun
tidak semua rakyat memiliki hak pilih.Pemimpin agama,tentara,mahasiswa,pendatang,tidak
memiliki hak pilih.Sedangkan kaum buruh tidak memiliki wakil di Duma.Sementara itu,pada bulan
Oktober,demo kembali bergolak dan melumpuhkan jaringan-jaringan Vital seperti perusahaan
kereta api,pos,penutupan sekolah dll.Pemogokan gelombang ke-3 terjadi bulan
November.Meskipun Tsar sudah melunakkan sikap,namun kemarahan rakyat belum
mereda.Dalam aksi demonya,para pekerja menuntut penurunan jam kerja menjadi 8 jam. Pada
tanggal 3 Desemeber 1905,Soviet di petrograt di bubarkan.Soviet di Moskow mengadakan
pemberontakan namun berhasil digagalkan.
2. Meletusnya Revolusi Revolusi di Rusia di awali dengan munculnya aliran-aliran yang
menentang Tsar Nicolas II,yakni:

a. Kaum Liberal(Kaum Kadet)yang menghendaki monarkhi konstitusional

b. Kaum Sosialis yang menghendaki susunan masyarakat yang sosialis ,pemerintah yang modern
dan demokratis.

Revolusi di Rusia dapat dibagi menjadi 2 tahap,yakni:

a. Revolusi Februari 1917 Revolusi Februari 1917 diawali dengan terjadinya demonstrasi di
Petrograt yang menuntut bahan makanan.Demo tersebut kemudian diikuti dengan pemogokan di
perusahaan-perusahaan.Penggerak revolusi ini adalah Kaum kadet,Mensyewik,dan
Bolsyevik.Revolusi ini berhasil menggulingkan Tsar Nicolas II.Setelah Tsar berhasil
digulingkan,pemerintahan diambil alih oleh Kaum Kadet.Namun Kadet tidak segera mengadakan
perubahan-perubahan seperti yang diingkan rakyat.Akibatnya Mensyewik mengambil alih
pemerintah.Progam Partai Mensyewik adalah menjujung kembali kehormatan Rusia di mata
Internasiaonal.Namun partai ini kehilangan kepercayaan rakyat,setelah serangan Rusia terhadap
Jerman dalm perang dunia I mengalami kegagalan.Kesempatan ini dimanfaatkan kaum Bolsyweik
untuk menyusun kekuatan dan mengambil alih pemerintah.

b. Revolusi Oktober 1917 Ketika Kaum Mensyewik kehilangan kepercayaan rakyat,Bolsyweik


berusaha menyusun kekuatan dan mengambil alih pemerintah.Cara yang ditempuh adalah
dengan menjanjikan kemerdekaan dan membagikan tanah.Cara ini menarik simpati
rakyat.Kemudian Bolsyweik mengadakan wajib militer untuk menyusun kekuatan. Revolusi ini
dimulai di Petrograt dan dipimpin oleh Lenin pada tan ggal 5 Oktober 1917.Lenin menyerukan
pembentukan Republik Rusia dengan dukungan Angkatan Darat dan Angkatan Laut,pemerintah
Mensyweik berhasil digulingkan . Dengan keberhasilan Lenin menggulingkan pemerintah
Mensyweik,berarti Rusia mengalami babak baru dalam pemeritah.Revolusi Oktober membawa
pengaruh bagi Rusia dan dunia,yakni:

1) Pemerintah Tsar Nicolas II yang reaksioner dihapuskan

2) Rusia menjadi negara serikat yang berbentuk republik dengan nama USSR(Uni Soviet Socialis
Republic)dengan Moskow sebagai ibukotanya

3) Terjadi nasionalisasi pertanian,industry,kantor,pabrik,dan jalan kereta api

4) Paham komunis menyebar ke seluruh dunia

3. Pengaruh Revolusi Rusia terhadap Pergerakan Nasional Indonesia Pengaruh revolusi Rusia
bagi pergerakan kemerdekaan Indonesia Nampak dalam ideology pergerakan nasional yang
dianut partai-partai berhaluan sosialis komunis,seperti ISDV dan PKI.Tokoh yang
memperkenalkan ideologi sosialis komunis di Indonesia adalah Snevliet yang mendirikan ISDV
dibubarkan,muncul Partai Komunis Indonesia dengan tokoh-tokoh seperti
Muso,Semaun,Darsono,dan Abdul Muis.
29. Menganalisis perbedaan perjuangan melawan kolonialisme sebelum dan sesudah
abad ke-20
Sebelum tahun 1908
Berikut ini ciri-ciri perjuangan bangsa Indonesia sebelum tahun 1908.
1. Sifat perjuangan yang diutamakan sebelum tahun 1908 adalah kedaerahan
2. Menggunakan senjata tradisional seperti bambu runcing, golok, dan senjata tradisional
lainnya
3. Perjuangan bangsa Indonesia sebelum tahun 1908 dipimpin oleh orang-orang yang
dianggap berpengaruh, seperti tokoh agama atau bangsawan
4. Masih bersifat sporadis atau musiman Bentuk perlawanan masih menggunakan fisik
atau peperangan saja, belum lewat diplomasi
5. Bertujuan mengusir penjajah bukan untuk memerdekakan Indonesia
6. Bentuk perlawanan tersebut masih belum memberikan hasil yang baik. Bahkan, karena
kualitas pendidikan dan kesehatan rakyat Indonesia masih terbilang rendah, mereka jadi
mudah dikelabui oleh penjajah.
Menjelang akhir abad ke-19, kehidupan rakyat pribumi justru semakin menderita,
terutama setelah Belanda menerapkan kebijakan sistem tanam paksa. Sesudah tahun 1908
Pada 1908, mulai muncul berbagai organisasi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Oleh
sebab itu, masa ini dikenal sebagai masa pergerakan nasional. Rakyat Indonesia tidak lagi
melawan penjajah menggunakan cara tradisional, melainkan lewat organisasi yang sudah
jauh lebih modern. Belajar dari kegagalan sebelumnya, bentuk perjuangan akhirnya
diubah lewat organisasi dan diplomasi. Perbedaan sifat pergerakan sebelum dan sesudah
1908 adalah, apabila sebelum abad ke-20, perlawanan masih bersifat kedaerahan.
Sedangkan setelah abad ke-20, perjuangan bersifat nasional, lebih terarah, terorganisir,
dan modern.
Berikut ini ciri-ciri perjuangan Indonesia setelah tahun 1908.
1. Organisasi bersifat modern Perjuangan lebih terarah dan terorganisir
2. Bersifat nasional Dipelopori oleh para kaum terpelajar
3. Perlawanan bersifat lanjut, artinya meskipun pemimpin tertangkap penjajah, rakyat
Indonesia masih melanjutkan perjuangan
4. Mulai menerapkan cara diplomasi untuk memerdekakan Indonesia Tujuannya tidak lagi
hanya untuk mengusir penjajah, melainkan untuk mencapai kemerdekaan
5. Pada masa pergerakan nasional ini, perjuangan Indonesia sudah jauh lebih teratur. Hal
ini karena kualitas pendidikan sudah jauh lebih baik.
Berbagai paham juga bermunculan, seperti nasionalisme dan patriotisme. Paham-paham
ini kemudian melahirkan beragam organisasi nasional, yakni: Budi Utomo (1908) Sarekat
Islam (1905) Indische Partij (1912) Perhimpunan Indonesia (1925) Indische Social
Democratische Vereeniging (ISDV) (1914) Partai Nasional Indonesia (1927)
30. Mengevaluasi kegagalan perlawanan bangsa pribumi terhadap kolonialis sebelum
abad ke-20
Faktor kegagalan Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud),
sebelum abad ke-20 perjuaangan dan perlawanan bangsa Indonesia masih mengalami
kegagalan dalam mengusir penjajahan. Ada beberapa beberapa faktor yang menyebabkan
kegagalan, yakni:
1. Perjuangan bersifat lokal atau kedaerahan tidak secara serentak.
2. Secara fisik menggunakan senjata tradisional, seperti bambu runcing, golok, atau
senjata tradisional lainnya. Sehingga kalah dalam persenjataan.
3. Dipimpin oleh tokoh-tokoh karismatik, seperti tokoh agama, atau bangsawan.
4. Bersifat sporadis atau musiman.
5. Efektifnya politik adu domba (devide et impera).
Perlawanan tersebut tidak menampakan hasilnya. Bahkan selalu gagal dan dapat diberantas
oleh penjajah. Pada waktu itu mereka berjuang bukan untuk Indonesia merdeka. Tapi
bagaimana cara untuk mengusir penjajah dari daerahnya. Sehingga mereka dengan mudah
bisa diadu domba oleh penjajah. Korban pun banyak berjatuhan di pihak Indonesia. Baca
juga: Gaya Militer Turki Utsmani dalam Perang Pangeran Diponegoro Menjelang akhir
abad ke-19, kehidupan rakyat Indonesia tidak membaik. Sistem tanam paksa masih terus
berjalan dan rakyat semakin menderita. Negara penjajah Dalam buku Sejarah Indonesia
Modern 1200-2008 (2008) karya Merle Calvin Ricklefs, Portugis merupakan negara
pertama yang datang ke Indonesia. Sebelum masuk Indonesia, Portugis mampu menaklukan
dan menguasai Malaka pada 1509. Dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque Portugis dapat
menguasai Malaka pada 10 Agustus 1511. Setelah berhasil menguasai Malaka, portugis
mulai bergerak dari Madura sampai ke Ternate. Tujuan kedatangan bangsa Eropa ke
kepulauan Maluku adalah untuk menguasai perdagangan rempah-rempah secara monopoli.
Setelah Portugis, kemudian Spanyol (1521), Inggris (1579), Belanda (1596), dan Jepang
(1942).
31. Menganalisis faktor-faktor munculnya Pergerakan Nasional di Indonesia.
Pada 1908 menjadi awal pergerakan nasional, karena pada masa tersebut perjuangan yang
dilakukan oleh rakyat masuk ke dalam kategori visi nasional. Istilah pergerakan nasional
juga digunakan untuk menggambarkan proses perjuangan bangsa Indonesia dalam masa
mempertahankan kemerdekaan. Salah satu faktor yang melatarbelakangi munculnya
kebangkitan nasional di indonesia adalah munculnya kaum terpelajar di Indonesia akibat
Politik Etis yang diterapkan. Penyebab terjadinya pergerakan nasional sendiri dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu:
Faktor Internal (dalam negeri) Faktor Eksternal (luar negeri)
Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya pergerakan nasional yang bersumber
dari dalam negeri adalah:
1. Adanya tekanan dan penderitaan yang berkelanjutan.
2. Rakyat Indonesia harus melawan penjajah.
3. Adanya rasa senasib yang hidup dalam cengkraman penjajah dan timbul semangat
bersatu membentuk negara.
4. Adanya rasa kedasaran nasional dan harga diri, menyebabkan kehendak untuk memiliki
tanah air serta hak menentukan nasib sendiri.
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dar luar bangsa Indonesia. Faktor
eksternal yang mendorong terjadinya pergerakan nasional adalah:
1. Masuknya paham liberalisme dan human rights.
2. Diterapkannya pendidikan sistem barat dalam pelaksanaan Politik Etis pada 1902,
sehingga menimbulkan wawasan yang luas bagi pelajar Indonesia.
3. Kemenangan Jepang terhadap Rusia tahun 1905 yang membangkitkan rasa percaya diri
bagi rakyat Asia-Afrika dan bangkit melawan penjajah.
4. Gerakan Turki Muda pada 1896-1918 yang bertujuan untuk menanamkan dan
mengembangkan nasionalisme Turki.
5. Gerakan Pan-Islamisme yang ditumbuhkan oleh Djamaluddin al-Afgani yang
mematahkan dan melenyapkan imperialisme barat.
6. Pergerakan nasional di Asia, seperti gerakan nasionalisme di India, Tiongkok, dan
Filipina.
Pada masa pergerakan nasional di Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi-
organisasi pergerakan nasional. Masa pergerakan nasional ini dibagi menjadi tiga tahapan,
yaitu: Masa Pembentukan (1908-1920) Pada masa ini berdiri organisasi: Budi Utomo
Sarekat Islam Indische Partij Masa Radikal atau Non Kooperasi (1920-1931) Pada masa
ini berdiri organisasi: Perhimpunan Indonesia Partai Komunis Indonesia Partai Nasional
Indonesia Partindo, PNI-Baru, dan Gerindo
32. Menganalisis latar belakang munculnya nasionalisme Eropa dan Asia

PENGERTIAN

Nasionalisme memiliki beberapa pengertian menurut beberapa ahli. Hans Kohn mengatakan
nasionalisme adalah suatu paham yang menempatkan kesetiaan tertinggi individu kepada
negara dan bangsa. Nasionalisme secara fundamental timbul dari adanya kesadaran nasional
berbangsa dan bernegara sendiri. Sedangkan Joseph Ernest Renan mendefinisikan
nasionalisme sebagai sekelompok manusia yang berkeinginan untuk bersatu. Berbeda lagi
dengan Otto Bauer yang mengatakan nasionalisme merupakan suatu persatuan karakter yang
timbul karena persamaan nasib.
Kalau berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, nasionalisme memiliki dua arti nih.
Pertama adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri; sifat kenasionalan.
Pengertian kedua adalah kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau
aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas,
kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu atau bisa juga diartikan dengan semangat kebangsaan.

LATAR BELAKANG

Squad masih ingat Revolusi Perancis dan Revolusi Industri? Kedua peristiwa itu memicu
munculnya nasionalisme. Kok bisa? Soalnya, saat kedua peristiwa itu, masih banyak negara
yang dijajah oleh bangsa lainnya. Saat itu banyak negara penjajah melakukan penindasan pada
negara yang dijajah. Negara yang dijajah ini kemudian sadar akan persamaan nasib dan harga
dirinya sebagai suatu bangsa. Hingga akhirnya hal ini memunculkan nasionalisme di Eropa
pada abad ke-18. Paham ini kemudian cepat menyebar ke seluruh dunia terutama negara
jajahan bangsa Eropa, termasuk negara-negara Asia dan Afrika.

NASIONALISME DI INDONESIA

Nasionalisme di Indonesia diawali dengan dibentuknya


Syarikat Islam/SI (sebelumnya Syarikat Dagang Islam/SDI).
Peran SDI dalam nasionalisme bermula ketika H. O. S.
Tjokroaminoto mengubah SDI menjadi Syarikat Islam, tidak
hanya berkutat di soal perdagangan. Jika sebelumnya SDI
berhubungan dengan ekonomi dan sosial, Tjokoraminoto
menjadikan SI juga menyinggung tentang politik dan agama.
Hal ini tampak dalam kegiatan SI yang menaruh perhatian besar terhadap unsur-unsur politik
dan menentang ketidakadilan serta penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial
33. Mengidentifikasi ideologi/paham perjuangan organisasi-organisasi pribumi Masa
Pergerakan Nasional
a) Stretegi bersifat radikal dengan taktik non kooperatif

Strategi perjuangan radikal non kooperatif merupakan perjuangan dengan menggunakan cara yang
keras dalam menentang kebijakan pemerintah kolonial Belanda. Non kooperatif berarti tidak mau
bekerjasama dengan pemerintah kolonial Belanda. Taktik non kooperatif menekankan bahwa
kemerdekaan harus diusakan sendiri. Berbagai organisasi radikal di Indonesia antara lain Indische
Partij, Sarekat Islam, Perhimpinan Indonesia, Partai Komunis Indonesia, Partai Nasional Indonesia
dan PNI Baru. Strategi non-kooperatif dipilih oleh organisasi pergerakan nasonal karena
mendapatkan inspirasi dari pergerakan nasional di Asia seperti gerakan satyagraha yang
dikemukakan oleh Mahatma Gandhi dan hartal yaitu melakukan mogok masal.

Selain itu, gerakan non-kooperasi juga mendapatkan pengaruh dari ideologi komunisme yang
menentang pemerintah colonial Belanda karena dianggap sebagai kaum imperialis dan kapitalis.
Pandangan ini menganggap kaum terjajah harus melawan kaum penjajah melalui revolusi dan
tidak bekerjasama dengan pemerintah kolonial.

Faktor yang mempengaruhi organisasi pergerakan nasional bersifat radikal antara lain:

1) Timbulnya krisis ekonomi tahun 1921 yang merupakan dampak dari Perang Dunia I yakni terjadi
hiperinflasi di negara negara Eropa.

2) Pergantian kepala pemerintahan yang lebih bersifat reaksioner. Pada tahun 1921, terjadi
pergantian pemerintahan di Hindia Belanda. Dirk Fock menjadi gubernur jenderal Hindia Belanda
menggantikan Van Limburg Stirum. Dirk Fock lebih reaksioner dengan membuat beberapa
kebijakan yakni mempersulit hak untuk berserikat, memperkuat dinas intelejen Hindia Belanda,
menerapkan pasal penyebaran kebencian, melakukan penghematan besar besaran yang
menyebabkan banyak PHK.

Organisasi yang bersifat radikal terhadap pemerintah kolonial Belanda melakukan kegiatan
perjuangan berupa

(1) menggembleng semangat kebangsaan dan persatuan di masyarakat melalui Gambar Ir. Sukarno
setelah mengikuti pengadilan di Bandung atas tuduhan mengganggu ketertiban umum dan
melawan pemerintah kolonial Belanda. Dalam peradilan tersebut, Sukarno membacakan pidato
pembelaan yang berjudul “Indonesia Menggugat” rapat umum, surat kabar,

(2) menuntut pemerintah kolonial agar memberikan kebebasan bergerak kepada partai partai,

(3) mengecam pemerintah kolonial yang melakukan tindakan sewenang wenang

(4) melakukan aksi pemogokan. Salah satu organisasi pergerakan nasional yang bersifat radikal
adalah Partai Komunis Indonesia. PKI pada awalnya bernama ISDV yang kemudian merubah
namanya menjadi Partai Komunis Indonesia pada 23 Mei 1920. Beberapa cara yang dilakukuan
oleh PKI dalam menentang pemerintah kolonial Belanda yakni mengkritik kebijakan pemerintahn
kolonial Belanda melalui surat kabar Suara Rakyat dan Sinar Hindia, melakukan pemogokan kerja,
menangkap dan memenjarakan tokoh tokoh PKI. Pemberontakan PKI tahun 1926- 1927
mengalami kegagalan. Banyak tokohnya yang kemudian ditangkap dan dibuang ke Boven Digul.
Adanya pemberontakan PKI menyebabkan pemerintah kolonial belanda melakukan pengawasan
yang lebih ketat terhadap organisasi organisasi pergerakan nasional. Indische Partij adalah partai
politik pertama di Indonesia pada masa colonial Belanda. Partai ini didirikan oleh tiga serangkai
yaitu Suwardi Suryaningrat, Cipto Mangunkusumo dan Ernest Douwes Dekker. Partai ini juga
mengambil jalur non-kooperatif terhadap pemerintah colonial Belanda, ketiga tokoh tersebut
kerap melontarkan kritik terhadap pemerintah colonial. Seperti dalam tulisan Suwardi
Suryaningrat yang berjudul als ikh een neerlander was. Karena berbagai kritikan yang kerap
dilontarkan dalam bergai Koran saat itu, dan dianggap berbahaya oleh pemerintah colonial
akhirnya ketiga tokoh tersebut dibuang ke Belanda dengan maksud agar tidak mempengaruhi
masyarakat Indonesia saat itu untuk turut mengkritik pemerintah colonial Belanda. Hukuman
dibuang oleh pemerintah colonial Belanda juga dialami oleh Moh. Hatta. Ia berikukuh untuk
menolak bekerjasama dan kerap melontarkan kritik pemerintah colonial Belanda. Ia berkeinginan
untuk mendidik masyarakat Indonesia melalui surat kabar dan kursus-kursus kepemimpinan
untuk mentransfer semangat kemerdekaan.

Pemerintah colonial Belanda tidak diam dan menganggap usaha Moh. Hatta sebagai ancaman. Oleh
karenanya kemudian Ia dipenjara dan dibuang ke Boven Digul, Papua. Sebuah daerah terpencil,
pelosok, dan tempat segala macam penyakit. Kemudian secara berturut-turut dipindahkan ke
Banda Neira (Maluku) dan Sukabumi.

b) Strategi bersifat moderat dengan taktik kooperatif

Strategi bersifat moderat dengan taktik kooperatif merupakan kebalikan dari strategi bersifat radikal
dengan taktik non kooperatif. Perjuangan yang dilakukan dengan cara bekerjasama dengan
pemerintah kolonial Belanda untuk menghindari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh
pemerintah kolonial Belanda. Upaya yang dilakukan dengan taktik kooperatif antara lain
mengirimkan wakilnya ke Volksraad (dewan rakyat) tujuannya adalah dapat memperjuangkan
kepentingan rakyat. Beberapa tokoh Indonesia yang menjadi anggota Volksraad antara lain:

1) H.O.S Cokroaminoto

2) Agus Salim

3) Abdul Moeis

4) Muhammad Husni Thamrin

5) Otto Iskandardinata

6) Radjiman Wediodiningrat

Di dalam Volksraad kemudian dibentuk Fraksi Nasional yang diusulkan oleh Muhammad Husni
Thamrin pada tanggal 27 Januari 1930. Tujuan Fraksi Nasional dalam Volksraad antara lain

(1) mengusahakan perubahan perubahan ketatanegaraan,

(2) mengusahakan penghapusan perbedaan politik, ekonomi dan intelektual dengan cara yang tidak
melanggar hukum. Tokoh pergerakan moderat memiliki prinsip bahwa kemerdekaan ekonomi
harus tercapai lebih dahulu.

Adapun faktor yang mempengaruhi kelangan pergerakan bersifat moderat antara lain:

1) Krisis ekonomi dunia tahun 1929 atau dikenal dengan nama Krisis Malaise

2) Pembatasan berserikat yang dilakukan oleh belanda terhadap organisasi pegerakan nasional

3) Banyak tokoh pegerakan nasional yang ditangkap oleh Belanda antara lain tokoh dari Partai
Nasional Indonesia yaitu Soekarno, Gatot Mangkupraja, Soepridinata dan Maskun Sumadiredja.
Gambar sidang Volksraad. Volksraad adalah dewan rakyat yang anggotanya terdiri dari seluruh
elemen dari masyarakat di Hindia Belanda Organisasi nasional Indonesia yang bersifat moderat
dengan taktik kooperatif antara lain Gerindo, Parindra, dan GAPI. Perbedaan perjuangan
organisasi pergerakan nasional dengan strategi radikal dan strategi moderat memiliki perbedaan
antara lain: cara perjuangan yang dilakukan kalau radikal tidak mau bekerjasama dengan
Belanda, sedangkan kooperatif mau bekerjasama dengan Belanda. Organisasi bersifat radikal
menginginkan langsung kemerdekaan politik, sedangkan moderat menginginkan kemerdekaan
ekonomi terlebih dahulu baru kemudian kemerdekaan politik.

Sedangkan untuk persamaan antara perjuangan dengan strategi radikal dan strategi moderat antara
lain:

1) Menggunakan organisasi modern sebagai alat perjuangan

2) Perjuangan bersifat nasional

3) Tidak menggunakan kekerasan senjata

4) Dipimpin oleh kaum terpelajar

5) Ingin mendapatkan kemerdekaan

Berikut ini adalah organisasi-organiasi pergerakan tersebut

a. Budi Utomo (BU) Organisasi Budi Utomo (BU) didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh para
mahasiswa STOVIA di Batavia dengan Sutomo sebagai ketuanya. Terbentuknya organisasi
tersebut atas ide dr. Wahidin Sudirohusodo yang sebelumnya telah berkeliling Jawa untuk
menawarkan idenya membentuk Studiefounds. Gagasan Studiesfounds (beasiswa) bertujuan
untuk menghimpun dana guna memberikan beasiswa bagi pelajar yang berprestasi, namun tidak
mampu melanjutnya studinya. Gagasan itu tidak terwujud, tetapi gagasan itu melahirkan BU.
Tujuan BU adalah memajukan pengajaran dan kebudayaan.

Tujuan tersebut ingin dicapai dengan usaha-usaha sebagai berikut:

1) Memajukan pengajaran;

2) Memajukan pertanian, peternakan dan perdagangan;

3) Memajukan teknik dan industri

4) Menghidupkan kembali kebudayaan.

Dilihat dari tujuannya, BU bukan merupakan organisasi politik melainkan merupakan organisasi
pelajar dengan pelajar STOVIA sebagai intinya. Sampai menjelang kongresnya yang pertama di
Yogyakarta telah berdiri tujuh cabang BU, yakni di Batavia, Bogor, Bandung, Magelang,
Yogyakarta, Surabaya, dan Ponorogo. Untuk mengonsolidasi diri (dengan dihadiri 7 cabangnya),
BU mengadakan kongres yang pertama di Yogyakarta pada tanggal 3-5 Oktober 1908.

Kongres memutuskan hal-hal sebagai berikut.

1) BU tidak ikut dalam mengadakan kegiatan politik.

2) Kegiatan BU terutama ditujukan pada bidang pendidikan dan kebudayaan.

3) Ruang gerak BU terbatas pada daerah Jawa dan Madura.


4) Memilih R.T. Tirtokusumo, Bupati Karanganyar sebagai ketua.

5) Yogyakarta ditetapkan sebagai pusat organisasi. Sampai dengan akhir tahun 1909, telah berdiri 40
cabang BU dengan jumlah anggota mencapai 10.000 orang. Akan tetapi, dengan adanya kongres
tersebut tampaknya terjadi pergeseran pimpinan dari generasi muda ke generasi tua. Banyak
anggota muda yang Gambar Tokoh-tokoh Budi Utomo. Amati pakaiannya ! Berdasarkan gaya
berpakaiannya, Termasuk dalam kelompok sosial mana tokoh-tokoh tersebut ? menyingkir dari
barisan depan, dan anggota BU kebanyakan dari golongan priayi dan pegawai negeri. Dengan
demikian, sifat protonasionalisme dari para pemimpin yang tampak pada awal berdirinya BU
terdesak ke belakang. Strategi perjuangan BU pada dasarnya bersifat kooperatif. Mulai tahun
1912 dengan tampilnya Notodirjo sebagai ketua menggantikan R.T. Notokusumo, BU ingin
mengejar ketinggalannya. Akan tetapi, hasilnya tidak begitu besar karena pada saat itu telah
muncul organisasi-organisasi nasional lainnya, seperti Sarekat Islam (SI) dan Indiche Partij (IP).

Namun demikian, BU tetap mempunyai andil dan jasa yang besar dalam sejarah pergerakan
nasional, yakni telah membuka jalan dan memelopori gerakan kebangsaan Indonesia. Itulah
sebabnya tanggal 20 Mei ditetapkan sebagai hari Kebangkitan Nasional yang kita peringati setiap
tahun hingga sekarang.

b. Sarekat Islam . Tiga tahun setelah berdirinya BU, yakni tahun 1911 berdirilah Sarekat Dagang
Islam (SDI) di Solo oleh H. Samanhudi, seorang pedagang batik dari Laweyan Solo. Organisasi SDI
berdasar pada dua hal berikut ini. 1) Agama Islam. 2) Ekonomi, yakni untuk mem perkuat diri dari
pedagang Cina yang berperan sebagai leveransir (seperti kain putih, malam, dan sebagainya).
Atas prakarsa H.O.S. Cokroaminoto, nama SDI kemudian diubah menjadi Sarekat Islam ( SI ),
dengan tujuan untuk memperluas anggota sehingga tidak hanya terbatas pada pedagang saja.

Berdasarkan Akte Notaris pada tanggal 10 September 1912, ditetapkan tujuan SI sebagai berikut:

1) Memajukan perdagangan;

2) Membantu para anggotanya yang mengalami kesulitan dalam bidang usaha (permodalan);

3) Memajukan kepentingan rohani dan jasmani penduduk asli;

4) Memajukan kehidupan agama Islam.

Melihat tujuannya tidak tampak adanya kegiatan politik. Akan tetapi, SI dengan gigih selalu
memperjuangkan keadilan dan kebenaran terhadap penin dasan dan pemerasan oleh
pemerintah kolonial. Dengan demikian, di samping tujuan ekonomi juga ditekankan adanya saling
membantu di antara anggota. Itulah sebabnya dalam waktu singkat, SI berkembang menjadi
anggota massa yang Gambar Lambang sarekat Islam dan HOS. Cokroaminoto (kiri) dan H.
Samanhudi (kanan) pertama di Indonesia. SI merupakan gerakan nasionalis, demokratis dan
ekonomis, serta berasaskan Islam dengan haluan kooperatif. Mengingat perkembangan SI yang
begitu pesat maka timbullah kekhawatiran dari pihak Gubernur Jenderal Indenberg sehingga
permohonan SI sebagai organisasi nasional yang berbadan hukum ditolak dan hanya
diperbolehkan berdiri secara lokal. Pada tahun 1914 telah berdiri 56 SI local yang diakui sebagai
badan hukum. Pada tahun 1915 berdirilah Central Sarekat Islam (CSI) yang berkedudukan di
Surabaya. Tugasnya ialah membantu menuju kemajuan dan kerja sama antar SI lokal. Pada
tanggal 17–24 Juni 1916 diadakan Kongres SI Nasional Pertama di Bandung yang dihadiri oleh 80
SI lokal dengan anggota 360.000 orang anggota. Dalam kongres tersebut telah disepakati istilah
"nasional", dimaksudkan bahwa SI menghendaki persatuan dari seluruh lapisan masyarakat
Indonesia menjadi satu bangsa. Sifat SI yang demokratis dan berani serta berjuang terhadap
kapitalisme untuk kepentingan rakyat kecil sangat menarik perhatian kaum sosialis kiri yang
tergabung dalam Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) pimpinan Sneevliet (Belanda),
Semaun, Darsono, Tan Malaka, dan Alimin (Indonesia). Itulah sebabnya dalam perkembangannya
SI pecah menjadi dua kelompok berikut ini.

1) Kelompok nasionalis religius ( nasionalis keagamaan) yang dikenal dengan SI Putih dengan asas
perjuangan Islam di bawah pimpinan H.O.S. Cokroaminoto.

2) Kelompok ekonomi dogmatis yang dikenal dengan nama SI Merah dengan haluan sosialis kiri di
bawah pimpinan Semaun dan Darsono.

c. Indische Partij (IP) Indische Partij (IP) didirikan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 oleh
Tiga Serangkai, yakni Douwes Dekker (Setyabudi Danudirjo), dr. Cipto Mangunkusumo, dan
Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Organisasi ini mempunyai citacita untuk menyatukan
semua golongan yang ada di Indonesia, baik golongan Indonesia asli maupun golongan Indo, Cina,
Arab, dan sebagainya. Mereka akan dipadukan dalam kesatuan bangsa dengan membutuhkan
semangat nasionalisme Indonesia.

Cita-cita IP banyak disebar luaskan melalui surat kabar De Expres. Di samping itu juga disusun
program kerja sebagai berikut:

1) meresapkan cita-cita nasional Hindia (Indonesia).

2) memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, baik di bidang pemerintahan, maupun


kemasyarakatan.

3) memberantas usaha-usaha yang membangkitkan kebencian antara agama yang satu dengan yang
lain.

4) memperbesar pengaruh pro-Hindia di lapangan pemerintahan.

5) berusaha untuk mendapatkan persamaan hak bagi semua orang Hindia.

6) dalam hal pengajaran, kegunaannya harus ditujukan untuk kepentingan ekonomi Hindia dan
memperkuat mereka yang ekonominya lemah. Melihat tujuan dan cara-cara mencapai tujuan
seperti tersebut di atas maka dapat diketahui bahwa IP berdiri di atas nasionalisme yang luas
menuju Indonesia merdeka. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa IP merupakan partai
politik pertama di Indonesia dengan haluan kooperasi. Dalam waktu yang singkat telah
mempunyai 30 cabang dengan anggota lebih kurang 7.000 orang yang kebanyakan orang Indo.
Oleh karena sifatnya yang progresif menyatakan diri sebagai partai politik dengan tujuan yang
tegas, yakni Indonesia merdeka sehingga pemerintah menolak untuk memberikan badan hukum
dengan alasan IP bersifat politik dan hendak mengancam ketertiban umum. Walaupun demikian,
para pemimpin IP masih terus mengadakan propaganda untuk menyebarkan gagasan-
gagasannya.

Satu hal yang sangat menusuk perasaan pemerintah Hindia Belanda adalah tulisan Suwardi
Suryaningrat yang berjudul Als ik een Nederlander was (seandainya saya seorang Belanda) yang
isinya berupa sindiran terhadap ketidakadilan di daerah jajahan. Oleh karena kegiatannya sangat
mencemaskan pemerintah Belanda maka pada bulan Agustus 1913 ketiga pemimpin IP dijatuhi
hukuman pengasingan dan mereka memilih Negeri Belanda sebagai tempat pengasingannya.
Dengan diasingkannya ketiga pemimpin IP maka kegiatan IP makin menurun. Selanjutnya, IP
berganti nama menjadi Partai Insulinde dan pada tahun 1919 berubah lagi menjadi National
Indische Partij (NIP). NIP tidak pernah mempunyai pengaruh yang besar di kalangan rakyat dan
akhirnya hanya merupakan perkumpulan orang-orang terpelajar.

d. Muhammadiyah didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 18 November
1912. Asas perjuangannya ialah Islam dan kebangsaan Indonesia, sifatnya nonpolitik.
Muhammadiyah bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, dan sosial menuju kepada
tercapainya kebahagiaan lahir batin.

Tujuan Muhammadiyah ialah sebagai berikut. 1) Memajukan pendidikan dan pengajaran


berdasarkan agama Islam; 2) Mengembangkan pengetahuan ilmu agama dan cara-cara hidup
menurut agama Islam. Untuk mencapai tujuan tersebut, usaha yang dilakukan oleh Muhamma
diyah adalah sebagai berikut: 1) Mendirikan sekolah-sekolah yang berdasarkan agama Islam ( dari
TK sampai dengan perguruan tinggi); 2) Mendirikan poliklinik-poliklinik, rumah sakit, rumah
yatim, dan masjid; 3) Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan. Muhammadiyah
berusaha untuk mengembalikan ajaran Islam sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadis. Itulah sebabnya
penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran agama Islam secara modern dan memperteguh
keyakinan tentang agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenarnya. Kegiatan
Muhammadiyah juga telah memperhatikan pendidikan wanita yang dinamakan Aisyiah,
sedangkan untuk kepanduan disebut Hizbut Wathon ( HW ). Sejak berdiri di Yogyakarta (1912)
Muhammadiyah terus mengalami per kembangan yang pesat. Sampai tahun 1913,
Muhammadiyah telah memiliki 267 cabang yang tersebar di Pulau Jawa. Pada tahun 1935,
Muhammadiyah sudah mempunyai 710 cabang yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatra,
Kalimantan dan Sulawesi. e. Taman Siswa Sekembalinya dari tanah pengasingannya di Negeri
Belanda (1919), Suwardi Suryaningrat menfokuskan perjuangannya dalam bidang pendidikan.
Pada tanggal 3 Juli 1922 Suwardi Suryaningrat (lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara)
berhasil mendirikan perguruan Taman Siswa di Yogyakarta. Dengan berdirinya Taman Siswa,
Suwardi Suryaningrat memulai gerakan baru bukan lagi dalam bidang politik melainkan bidang
pendidikan, yakni mendidik angkatan muda dengan jiwa kebangsaan Indonesia berdasarkan akar
budaya bangsa. Gambar Lambang Muhammadiyah Sekolah Taman Siswa dijadikan sarana untuk
menyampaikan ideologi nasionalisme kebudayaan, perkembangan politik, dan juga digunakan
untuk mendidik calon-calon pemimpin bangsa yang akan datang. Dalam hal ini, sekolah
merupakan wahana untuk meningkatkan derajat bangsa melalui pengajaran itu sendiri. Selain
pengajaran bahasa (baik bahasa asing maupun bahasa Indonesia), pendidikan Taman Siswa juga
memberikan pelajaran sejarah, seni, sastra (terutama sastra Jawa dan wayang), agama,
pendidikan jasmani, dan keterampilan (pekerjaan tangan) merupakan kegiatan utama perguruan
Taman Siswa. Penididikan Taman Siswa dilakukan dengan sistem "among" dengan pola belajar
"asah, asih dan asuh". Dalam hal ini diwajibkan bagi para guru untuk bersikap dan berlaku
"sebagai pemimpin" yakni di depan memberi contoh, di tengah dapat memberikan motivasi, dan
di belakang dapat memberikan pengawasan yang berpengaruh. Prinsip pengajaran inilah yang
kemudian dikenal dengan pola kepemimpinan "Ing ngarsa sung tulodho, ing madya mangun
karsa, tut wuri handayani ". Pola kepemimpinan ini sampai sekarang masih menjadi ciri
kepemimpinan nasional. f. Partai Komunis Indonesia (PKI) Benih-benih paham Marxis dibawa
masuk ke Indonesia oleh seorang Belanda yang bernama H.J.F.M. Sneevliet. Atas dasar Marxisme
inilah kemudian pada tanggal 9 Mei 1914 di Semarang, Sneevliet bersama-sama dengan J.A.
Brandsteder, H.W. Dekker, dan P. Bersgma berhasil mendirikan Indische Sociaal Democratische
Vereeniging (ISDV). Ternyata ISDV tidak dapat berkembang sehingga Sneevliet melakukan
infiltrasi (penyusupan) kader-kadernya ke dalam tubuh SI dengan menjadikan anggota-anggota
ISDV sebagai anggota SI, dan sebaliknya anggota-anggota SI menjadi anggota ISDV. Dengan cara
itu Sneevliet dan kawan-kawannya telah mempunyai pengaruh yang kuat di kalangan SI, lebih-
lebih setelah berhasil mengambil alih beberapa pemimpin SI, seperti Semaun dan Darsono.
Mereka inilah yang dididik secara khusus untuk menjadi tokoh-tokoh Marxisme tulen. Akibatnya
SI Cabang Semarang yang sudah berada di bawah pengaruh Gambar para guru dan pimpinan
Taman Siswa ISDV semakin jelas warna Marxisnya dan selanjutnya terjadilah perpecahan dalam
tubuh SI. Pada tanggal 23 Mei 1923 ISDV diubah menjadi Partai Komunis Hindia dan selanjutnya
pada bulan Desember 1920 menjadi Partai Komunis Indonesia. (PKI). Susunan pengurus PKI ,
antara lain Semaun (ketua), Darsono (wakil ketua), Bersgma (sekretaris), dan Dekker (bendahara).
PKI semakin aktif dalam percaturan politik dan untuk menarik massa maka dalam propagandanya
PKI menghalalkan secara cara. Sampai-sampai tidak segan-segan untuk mempergunakan
kepercayaan rakyat kepada ayat-ayat Al -Qur'an dan Hadis bahkan juga Ramalan Jayabaya dan
Ratu Adil. Kemajuan yang diperolehnya ternyata membuat PKI lupa diri sehingga merencanakan
suatu petualangan politik. Pada tanggal 13 November 1926 PKI melancarkan pemberontakan di
Batavia dan disusul di daerah-daerah lain, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Di
Sumatra Barat pemberontakan PKI dilancarkan pada tanggal 1 Januari 1927. Dalam waktu yang
singkat semua pemberontakan PKI tersebut berhasil ditumpas. Akhirnya, ribuan rakyat ditangkap,
dipenjara, dan dibuang ke Tanah Merah dan Digul Atas (Papua). g. Partai Nasional Indonesia (PNI)
Algemene Studie Club di Bandung yang didirikan oleh Ir. Soekarno pada tahun 1925 telah
mendorong para pemimpin lainnya untuk mendirikan partai politik, yakni Partai Nasional
Indonesia ( PNI). PNI didirikan di Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 oleh 8 pemimpin, yakni dr.
Cipto Mangunkusumo, Ir.Anwari, Mr. Sartono, Mr. Iskak, Mr. Sunaryo, Mr. Budiarto, Dr. Samsi,
dan Ir.Soekarno sebagai ketuanya. Kebanyakan dari mereka adalah mantan anggota
Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda yang baru kembali ke tanah air. Keradikalan PNI telah
tampak sejak awal berdirinya. Hal ini terlihat dari anggaran dasarnya bahwa tujuan PNI adalah
Indonesia merdeka dengan strategi perjuangannya nonkooperasi. Untuk mencapai tujuan
tersebut maka PNI berasaskan pada self help, yakni prinsip menolong diri sendiri, artinya
memperbaiki keadaan politik, ekonomi, dan sosial budaya yang telah rusak oleh penjajah dengan
kekuatan sendiri; nonkooperatif, yakni tidak mengadakan kerja sama dengan pemerintah
Belanda; Marhaenisme, yakni mengentaskan massa dari kemiskinan dan kesengsaraan. Gambar
Lambang PNI Untuk mencapai tujuan tersebut, PNI telah menetapkan program kerja
sebagaimana dijelaskan dalam kongresnya yang pertama di Surabaya pada tahun 1928, seperti
berikut. 1) Usaha politik, yakni memperkuat rasa kebangsaan (nasionalisme) dan kesadaran atas
persatuan bangsa Indonesia, memajukan pengetahuan sejarah kebangsaan, mempererat kerja
sama dengan bangsa-bangsa Asia, dan menumpas segala rintangan bagi kemerdekaan diri dan
kehidupan politik. 2) Usaha ekonomi, yakni memajukan perdagangan pribumi, kerajinan, serta
mendirikan bank-bank dan koperasi. 3) Usaha sosial, yaitu memajukan pengajaran yang bersifat
nasional, meningkatkan derajat kaum wanita, memerangi pengangguran, memajukan
transmigrasi, memajukan kesehatan rakyat, antara lain dengan mendirikan poliklinik. Untuk
menyebarluaskan gagasannya, PNI melakukan propagandapropaganda, baik lewat surat kabar,
seperti Banteng Priangan di Bandung dan Persatuan Indonesia di Batavia, maupun lewat para
pemimpin khususnya Ir. Soekarno sendiri. Dalam waktu singkat, PNI telah berkembang pesat
sehingga menimbulkan kekhaw-tiran di pihak pemerintah Belanda. Pemerintah kemudian
memberikan peringatan kepada pemimpin PNI agar menahan diri dalam ucapan, propaganda,
dan tindakannya. Dengan munculnya isu bahwa PNI pada awal tahun 1930 akan mengadakan
pemberontakan maka pada tanggal 29 Desember 1929, pemerintah Hindia Belanda mengadakan
penggeledahan secara besarbesaran dan menangkap empat pemimpinnya, yaitu Ir. Soerkarno,
Maskun, Gatot Mangunprojo dan Supriadinata. Mereka kemudian diajukan ke pengadilan di
Bandung.Dalam sidang pengadilan, Ir. Soerkarno mengadakan pembelaan dalam judul Indonesia
Menggugat. Atas dasar tindakan melanggar Pasal "karet" 153 bis dan Pasal 169 KUHP, para
pemimopin PNI dianggap mengganggu ketertiban umum dan menentang kekuasaan Belanda
sehingga dijatuhi hukuman penjara di Penjara Sukamiskin Bandung. Sementara itu, pimpinan PNI
untuk sementara dipegang oleh Mr. Sartono dan dengan pertimbangan demi keselamatan maka
pada tahun 1931 oleh pengurus besarnya PNI dibubarkan. Hal ini menimbulkan pro- dan kontra.
Mereka yang pro-pembubaran, mendirikan partai baru dengan nama Partai Indonesia (Partindo)
di bawah pimpinan Mr. Sartono. Kelompok yang kontra, ingin tetap melestarikan nama PNI
dengan mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-Baru) di bawah pimpinan Drs. Moh. Hatta
dan Sutan Syahrir. Perihimpunan Indonesia Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan penjilmaan
dari Indische Vereeniging yang didirikan oleh mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang sedang
belajar di Negeri Belanda pada tahun 1908. Mereka itu, antara lain Sutan Kesayangan, R.N.
Notokusumo, R.P. Sastrokartono, R. Husein Jayadiningrat, dan Notodiningrat. h) Perhimpunan
Indonesia Pada mulanya hanya bersifat organisasi sosial yang berjuang untuk mengurus
kepentingan bersama orang-orang Indonesia yang berada di Negeri Belanda. Kedatangan tiga
tokoh Indische Partij di Negeri Belanda tahun 1913 (sebagai orang pengasingan), unsur politik
mulai masuk dalam tubuh Indische Vereeniging. Setelah Perang Dunia I, jumlah mahasiswa
Indonesia yang belajar ke Negeri Belanda makin banyak. Hal ini semakin mempengaruhi
perkembangan Indische Vereeniging, semangat nasionalisme semakin kuat sehingga sifat
organisasi social beralih ke organisasi politik. Mereka tidak hanya sekadar menuntut ilmu, tetapi
juga berjuang memikirkan nasib bangsanya. Pada tahun 1922, nama Indische Vereeniging diubah
menjadi Indonesische Vereeniging, dan pada tahun 1925 menjadi Perhimpunan Indonesia.
Majalah mereka yang terbit sejak tahun 1916 dengan nama Hindia Putra berubah nama menjadi
Indonesia Merdeka (1924). Dengan perubahan itu maka terjadi pula perubahan dasar pemikiran
dan orientasi pergerakan mereka. Gerakan mereka menjadi radikal dan dengan tegas
menginginkan Indonesia merdeka. Untuk mempertegas dasar perjuangannya, pada tahun 1925 PI
mengeluarkan anggaran dasarnya sebagai berikut. 1) PI akan berjuang untuk memperoleh suatu
pemerintahan untuk Indonesia yang hanya bertanggung jawab kepada rakyat Indonesia. 2)
Kemerdekaan penuh bagi Indonesia akan dicapai dengan aksi bersama dan serentak oleh rakyat
Indonesia. 3) Untuk itu sangat diperlukan persatuan nasional yang murni di antara seluruh rakyat
Indonesia dalam menentang penjajahan Belanda yang telah merusak kehidupan bangsa
Indonesia. Gambar para tokoh Perhimpunan Indonesia. Bediri kedua dari kiri ialah Moh. Hatta
Sejak itu tindakannya meningkat, di samping bersifat nasional-demokratis juga menjadi
antikolonial. Untuk itu dasar perjuangannya disebarluaskan dan dipropagandakan, yakni
mengadakan hubungan dengan pergerakan nasional yang ada di Indoensia, baik langsung
maupun tidak langsung. Selain itu, mengadakan hubungan dengan organisasi internasional. Itulah
sebabnya PI juga bekerja sama dengan perhimpunan-perhimpunan dan tokoh-tokoh pemuda
serta mahasiswa yang berasal dari negara-negara jajahan di Asia dan Afrika yang mempunyai cita-
cita yang sama dengan Indonesia. Untuk mendapatkan perhatian dunia dan mencari dukungan
perjuangan Indonesia maka PI ikut serta dalam organisasi internasional, seperti Liga Demokrasi
Internasional di Paris (1926), Liga Penentang Imperialis dan Kolonialisme di Brusel (1927),
Kongres Wanita Internasional di Swiss (1927), dan Liga Komintern di Berlin (1927). Aktivitas PI di
Eropa dan pengaruhnya yang makin kuat di Indonesia mulai dicurigai oleh pemerintah kolonial
Belanda. Atas tuduhan menghasut untuk memberontak terhadap pemerintah maka pada pada
tanggal 10 September 1927 ke empat tokoh PI, yaitu Moh. Hatta, Nasir Datuk Pamuncak,
Abdulmajid Joyodiningrat, dan Ali Sastroamijoyo ditangkap dan diadili. Di dalam pemeriksaan
sidang pengadilan di Den Haag pada bulan Maret 1928, mereka terbukti tidak bersalah sehingga
dibebaskan. Namun, gerakan PI terus diawasi dengan ketat. Di tanah air pengaruh PI sangat kuat,
dan berdasarkan ilham dari perjuangan PI maka berdirilah Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia
(PPPI) tahun 1926, Partai Nasional Indonesia (PNI) tahun 1927, dan Jong Indonesia (Pemuda
Indonesia) tahun 1928. i) Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia
(PPPKI) Kesadaran akan pentingnya persatuan dan kesatuan untuk mencapai kemerdekaan, mulai
oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional. Atas prakarsa Ir.Soekarno (PNI) dan dr. Sukiman (SI) yang
tergabung dalam Komite Persatuan Indonesia maka pada tanggal 17 Desember 1927 lahirlah
Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia ( PPPKI) di Bandung.
PPPKI merupakan federasi (gabungan) dari berbagai macam organisasi. Organisasi yang
tergabung dalam PPPKI, antara lain PNI, SI, BU, Pasundan, Sumatramen Bond, Kaum Betawi,
Indonesische Studie Club, dan Algemene Studie Club. Tujuan PPPKI adalah sebagai berikut. 1)
Untuk menyamakan arah aksi kebangsaan dari berbagai organisasi atau perkumpulan. 2)
Menghindari perselisihan antaranggota yang hanya akan melemahkan dan merugikan
perjuangan. 3) Memperkuat dan memperbaiki organisasi serta melakukan kerja sama dalam
perjuangan. Pada tahun 1933 Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan
Indonesia diubah namanya menjadi Persatuan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kemerdekaan
Indonesia. Dengan terbentuknya PPPKI ini diharapkan akan terjadi interaksi ke arah persatuan
antaranggota berbagai jenis organisasi dengan ideologi, asas, atau dasar, tujuan, haluan dan sikap
yang berbeda. Itulah sebabnya perselisihan-perselisihan tidak dapat dihindarkan. PPPKI kemudian
tidak mempunyai kekuasaan sehingga banyak organisasi yang keluar dan akhirnya bubar ( 1935).
j) Kongres Pemuda Usaha untuk menuju persatuan dan kesatuan antarorganisasi pemuda
ditempuh dengan cara melaksanakan kongres yang kemudian dikenal dengan Kongres Pemuda
Indonesia. Kongres Pemuda I dilaksanakan di Batavia pada tanggal 30 April–2 Mei 1926 oleh
sebuah komite dengan susunan kepanitiaan sebagai berikut. Ketua : M. Tabrani Wakil Ketua :
Sumarto Sekretaris : Jamaludin Bendahara : Suwarso Pembantu : Bahder Johan, Sumarto, Yan
Toule Soulehuwiy, dan Paul Pinontuan, Hamami, dan Sanusi Pane Tujuan kongres adalah untuk
menanamkan semangat kerja sama antarperkumpulan pemuda untuk menjadi dasar persatuan
Indonesia dalam arti yang lebih luas. Usaha menggalang persatuan dan kesatuan dalam Kongres
Pemuda I ini belum terwujud karena rasa kedaerahan masih kuat. Sementara itu, para pelajar di
Batavia dan Bandung melihat adanya dua kepentingan yang Gambar Para Pemuda saat Kongres
Pemuda II bertentangan dalam penjajahan yang mereka sebut sebagai antitese colonial dan
sangat merugikan pihak Indonesia. Antitese ini akan hapus apabila penjajahan sudah lenyap.
Untuk itu, para pelajar dari berbagai daerah pada bulan September 1926 mendirikan
Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) di Batavia. PPPI bertujuan memperjuangkan
Indonesia merdeka. Pada tahun 1928 alam politik di Indonesia sudah dipenuhi oleh jiwa
persatuan. Rasa kebangsaan dan cita-cita Indonesia merdeka telah menggema di jiwa para
pemuda Indonesia. Atas inisiatif PPPI maka diadakan Kongres Pemuda II di Jakarta yang dihadiri
oleh utusan organisasi-organisasi pemuda dan berhasil diikrarkan sumpah yang dikenal dengan
nama Sumpah Pemuda. Kongres Pemuda II diselenggarakan pada tanggal 27–28 Oktober 1928
dengan susunan panitia sebagai berikut. Ketua : Sugondo Joyopuspito ( dari PPPI). Wakil Ketua :
Joko Mursid (dari Jong Java). Sekretaris : Muh. Yamin (dari Jong Sumatranen Bond) Bendahara :
Amir Syarifuddin (dari Jong Batak Bond) Anggota : Johan Mohammad (dari Jong Islamieten Bond),
Senduk (dari Jong Selebes), J. Leimena (dari Jong Ambon), Rohyani (dari Pemuda Kaum Betawi).
Maksud dan tujuan Kongres Pemuda II ialah sebagai berikut. 1) Hendak melahirkan cita-cita
perkumpulan Pemuda Indonesia. 2) Membicarakan masalah pergerakan Pemuda Indonesia. 3)
Memperkuat perasaan kebangsaan dan memperteguh persatuan Indonesia. Isi Sumpah Pemuda
ialah: Pertama : Kami putra dan putri Indonesia bertumpah darah satu, Tanah Indonesia. Kedua :
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia. Ketiga : Kami
putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Pada kongres
tersebut dikumandangkan lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman, dan dikibarkan
bendera Merah Putih yang dipandang sebagai bendera pusaka bangsa Indonesia. UNJUK KERJA k)
Petisi Sutardjo Gagasan dari petisi ini dicetuskan oleh Sutardjo Kartohadikusumo, Ketua
Persatuan Pegawai Bestuur (pamong praja) Bumiputera (PPBB). Usulan ini didasarkan pada pasal
1 UUD Kerajaan Belanda yang berbunyi bahwa Kerajaan Nederland (Belanda) meliputi wilayah
Nederland, Hindia Belanda, Suriname Curasao. Menurut pendapat Sutardjo keempat wilayah itu
di dalam kerajaan Nederland mempunyai derajat yang sama. Usulan ini mendapat dukungan oleh
Sam Ratulangi (Sulawesi/Kristen), Datuk Tumenggung (Sumatra/Islam), Alatas (Arab/Islam), I.J.
Kasimo (Jawa/Katolik), dan Ko Kwat Tiong (Cina/Budha). Dukungan ini menurut Sutardjo
mencerminkan keinginannya bahwa usul petisi ini didukung oleh berbagai golongan dan agama
yang ada di Indonesia. Usul yang kemudian dikenal dengan nama Petisi Sutardjo diajukan pada
tanggal 15 Juli 1936 kepada pemerintah Belanda. Isi petisi ialah permohonan supaya
diselenggarakan suatu musyawarah antara wakil-wakil Indonesia dan Belanda di mana anggota-
anggotanya mempunyai hak yang sama. Tujuannya ialah untuk menyusun suatu rencana yang
isinya adalah pemberian kepada Indonesia suatu pemerintahan yang berdiri sendiri dalam batas
Pasal 1 UUD Kerajaan Belanda. Berdasarkan keputusan Kerajaan Belanda No. 40 tanggal 16
Nopember 1938, Petisi Sutardjo yang diajukan atas nama Volksraad ditolak oleh Ratu Belanda.
Alasan Ucapkan sumpah pemuda dengan semangat yang tinggi dan penuh penjiwaan dan rekam
video atau suara kalian dalam handphone atau alat rekam lainnya, kemudian upload di classroom
! penolakannya "bahwa Indonesia belum matang untuk memikul tanggung jawab memerintah
diri sendiri ". Penolakan ini sangat mengecewakan para pemimpin pergerakan nasional. l)
Gabungan Politik Indonesia Suatu gagasan untuk membina kerja sama di antara partai-partai
politik dalam bentuk federasi muncul lagi pada tahun 1939 tepatnya pada tanggal 21 Mei 1939,
yakni dengan terbentuknya Gabungan Politik Indonsia (GAPI) oleh Muh. Husni Thamrin. GAPI
merupakan gabungan dari Parindra, Gerindo, PSII, Persatuan Partai Katolik, Persatuan Minahasa,
Pasundan dan Partai Islam Indonesia (PII). Alasan yang mendorong dan mempercepat
terbentuknya federasi adalah sebagai berikut. a) Kegagalan Petisi Sutardjo. b) Sikap pemerintah
kolonial yang kurang memerhatikan kepentingan bangsa Indonesia. c) Semakin gawatnya situasi
internasional sebagai akibat perkembangan fasisme. Dalam GAPI ditegaskan bahwa setiap partai
tetap mempunyai kemerdekaan penuh terhadap program kerjanya masing-masing dan apabila
timbul perselisihan antarpartai maka GAPI bertindak sebagai penengah. Di dalam konferensi yang
pertama pada tanggal 4 Juli 1939 dicanangkan tuntutan GAPI "Indonesia berparlemen".
Maksudnya menuntut adanya suatu Dewan Perwakilan Rakyat yang berdasarkan sendi-sendi
demokratis. Sementara itu, pada saat yang sama di Eropa telah meletus Perang Dunia II. GAPI
mengingatkan adanya bahaya besar yang akan mengancam pemerintah Hindia Belanda dan
masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, GAPI mengeluarkan suatu pernyataan yang dikenal
dengan nama Manifesto GAPI ( 20 September 1939). Isinya mengajak kerja sama rakyat Indonesia
dan Belanda untuk menghadapi bahaya fasisme. Hal ini dapat terlaksana apabila Belanda
memberikan hak-hak baru dalam pemerintahan kepada bangsa Indonesia berdasarkan hakekat
demokrasi. Untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan, GAPI menyelenggarakan Kongres Rakyat
Indonesia yang pertama di Batavia pada tanggal 25 Desember 1939. Kongres mengambil
keputusan, antara lain sebagai berikut. 1) Kongres Rakyat Indonesia menjadi badan tetap. 2) Aksi
Indonesia berparlemen dilanjutkan melalui panitia-panitia setempat yang telah dibentuk di
seluruh daerah di bawah pimpinan GAPI. 3) Menetapkan bendera Merah Putih dan lagu
Indonesia Raya sebagai bendera dan lagu persatuan Indonesia serta peningkatan bahasa
Indonesia bagi rakyat Indonesia. Pada bulan Agustus 1940, N egeri Belanda dikuasai oleh Jerman
dan Indonesia dinyatakan dalam keadaan darurat perang. GAPI kembali mengeluarkan resolusi
menuntut adanya perubahan ketatanegaraan. Isi resolusi, yaitu mengganti Volksraad dengan
parlemen sejati yang anggotanya dipilih oleh rakyat dan mengubah fungsi kepala-kepala
departemen menjadi menteri yang bertanggung jawab kepada parlemen tersebut. Untuk
menanggapi resolusi GAPI, pada tanggal 14 September 1940 dibentuk Komisi Visman. Hasilnya
sia-sia sebab Komisi Visman tidak melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. Sementara itu,
situasi semakin gawat dan rakyat akhirnya termakan oleh propaganda Jepang yang bersemboyan
"pembebasan bangsa-bangsa Asia dari penjajahan bangsa-bangsa Barat". Demikianlah situasi
hubungan antara nasionalisme Indonesia dengan kolonialisme Belanda ketika tentara Jepang
memasuki Indonesia.

34. Menganalisis kebijakan pemerintah Hindia Belanda dalam menekan Pergerakan


Nasional di Indonesia

35. Menganalisis peran pers terhadap penyebaran pemikiran kebebasan dan


persamaan hak
Dalam buku Munculnya Elit Modern Indonesia (1984) karya Van Niel, faktor yang
mendorong timbulnya gerakan nasionalisme di Indonesia adalah :
1. Kebijakan Politik Etis di Hindia Belanda telah membentuk terbentuknya golongan elite
modern atau priyayi cendekiawan.
2. Persamaan rasa dan nasib sebagai bangsa terjajah membentuk sebuah komunitas yang
mengarah pada integrasi kebangsaan.
3. Berkembangnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika seperti Liberalisme, Demokrasi
dan Komunisme. Keberhasilan revolusi dan perlawanan terhadap kolonialisme di seluruh
penjuru dunia. Gagasan dan gerakan nasionalisme di Indonesia tidak bisa dipisahkan
dengan perkembangan pers di Indonesia. \Dalam sejarahnya, pers menjadi salah satu
media utama yang digunakan oleh golongan elit modern Indonesia dalam menyampaikan
perlawanan, kritik terhadap kebijakan Belanda serta mobilisasi massa. Perkembangan pers
bumiputra di Indonesia berkaitan erat dengan pengaruh perkembangan pers yang dikelola
Belanda dan etnis Tionghoa. Orang Belanda dan Tionghoa telah memanfaatkan pers untuk
membela kepentingan sosial dan politik mereka.
Tirto Adhi Soerjo adalah salah satu bumiputra yang sadar akan pentingnya pers dalam
membela kepentingan sosial dan politik. Pada tahun 1906, Tirto Adhi Soerjo mendirikan
Sarekat Priyayi dan menerbitkan surat kabar Medan Prijaji di Bandung pada 1907. Selain
itu, Tirto juga menerbitkan Poetri Hindia sebagai majalah perempuan pertama di Indonesia
tahun 1908. Kritik terhadap kebijakan Belanda dan perkembangan gagasan kebangsaan
semakin ramai diberitakan pers bumiputra Nusantara menjelang 1920. Di kawasan
Sumatera, keberadaan surat kabar Oetoesan Melajoe (1913) dan Soeara Perempuan (1918)
menjadi wadah untuk melawan kolonialisme di Indonesia bagian barat dengan semboyan
kemerdekaan. Dilansir dari Perhimpunan Indonesia dan Pergerakan Nasional (1993) karya
John Ingleson, kritik dan perlawanan priyayi melalui pers mendapat tindakan represif dari
Belanda sekitar dasawarsa kedua abad ke-20.
Pada tahun-tahun tersebut, banyak terjadi pemberedelan surat kabar dan penahanan tokoh
pergerakan nasional seperti Ki Hadjar Dewantara, Ciptomangunkusumo, Abdul Moeis,
Semaoen, Tirto Adhi Soerjo dll. Tirto Adhi Soerjo pada 1912 diasingkan oleh Belanda ke
Maluku karena kritik dan tulisan yang ia muat dalam surat kabar miliknya. Baca juga:
Pergerakan Nasional di Indonesia, Diawali Organisasi Budi Utomo Selain itu, Ki Hadjar
Dewantara juga ditangkap pada 1913 karena kritik tajamnya yang dimuat di surat kabar
De Express yang berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya saya seorang
Belanda). Semaoen juga menerima nasib serupa, ia mengkritik kebijakan kolonial dengan
haatzaai artikelen dan membuatnya dipenjara oleh pemerintah Belanda.
36. Menganalisis kehidupan bangsa Indonesia di bidang sosial, ekonomi, budaya,
militer, dan Pendidikan pada zaman pendudukan Jepang

ASPEK SOSIAL

Pemerintahan Jepang saat itu mencetuskan kebijakan tenaga kerja romusha. Mungkin kamu
sudah sering dengar kalau romusha adalah sistem kerja yang paling kejam selama bangsa
Indonesia ini dijajah. Tetapi, pada awalnya pembentukan romusha ini mendapat sambutan
baik lho dari rakyat Indonesia, justru banyak yang bersedia untuk jadi sukarelawan. Namun
semua itu berubah ketika kebutuhan Jepang untuk berperang meningkat.

Pengerahan romusha menjadi sebuah keharusan, bahkan paksaan. Hal tersebut membuat rakyat
kita menjadi sengsara. Kamu bayangin aja, rakyat kita dipaksa membangun semua sarana
perang yang ada di Indonesia. Selain di Indonesia, rakyat kita juga dikerjapaksakan sampai ke
luar negeri. Ada yang dikirim ke Vietnam, Burma (sekarang Myanmar), Muangthai (Thailand),
dan Malaysia. Semua dipaksa bekerja sepanjang hari, tanpa diimbangi upah dan fasilitas hidup
yang layak. Akibatnya, banyak dari mereka yang tidak kembali lagi ke kampung halaman
karena sudah meninggal dunia.

Kerja paksa Romusha di Indonesia


(Sumber: www.omucu.com)

Selain romusha, Jepang juga membentuk Jugun


Ianfu. Jugun Ianfu adalah tenaga kerja perempuan
yang direkrut dari berbagai Negara Asia seperti Indonesia, Cina, dan korea. Perempuan-
perempuan ini dijadikan perempuan penghibur bagi tentara Jepang. Sekitar 200.000 perempuan
Asia dipaksa menjadi Jugun Ianfu.

ASPEK BUDAYA
Pemerintahan Jepang pernah mencoba menerapkan kebudayaan memberi hormat ke arah
matahari terbit kepada rakyat Indonesia lho! Dalam masyarakat Jepang, kaisar memiliki tempat
tertinggi, karena diyakini sebagai keturunan Dewa Matahari. Nah, Jepang berusaha
menerapkan nilai-nilai kebudayaannya kepada bangsa Indonesia. Tetapi langsung mendapat
pertentangan dan perlawanan dari masyarakat di Indonesia. Bangsa kita ini hanya menyembah
Sang Pencipta, yaitu Tuhan Yang Maha Esa mana mungkin setuju memberi hormat dengan
membungkukkan punggung dalam-dalam (seikerei) ke arah matahari terbit.

Potongan gambar pada film Sang Kiyai,


menggambarkan kondisi saat tentara Jepang
menangkap ulama-ulama yang menolak
'Seikerei' (Sumber: berdikarionline.com)

Dahulu, para seniman dan media pers kita tidak sebebas


sekarang. Pemerintahan Jepang mendirikan pusat
kebudayaan yang diberi nama Keimin Bunkei Shidoso.
Lembaga ini yang kemudian digunakan Jepang untuk mengawasi dan mengarahkan kegiatan
para seniman agar karya-karyanya tidak menyimpang dari kepentingan Jepang. Bahkan media
pers pun berada di bawah pengawasan pemerintahan Jepang.

ASPEK PENDIDIKAN

Sistem pendidikan Indonesia pada masa pendudukan Jepang berbeda dengan masa
pemerintahan kolonial Hindia-Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, semua kalangan dapat
mengakses pendidikan, sedangkan masa Hindia-Belanda, hanya kalangan atas (bangsawan)
saja yang dapat mengakses. Akan tetapi, sistem pendidikan yang dibangun oleh Jepang itu
memfokuskan pada kebutuhan perang. Meskipun akhirnya pendidikan dapat diakses oleh
semua kalangan, tetapi secara jumlah sekolahnya menurun sangat drastis, dari semulanya
21.500 menjadi 13.500.

ASPEK EKONOMI

Sewaktu Indonesia masih di bawah


penjajahan Jepang, sistem ekonomi yang
diterapkan adalah sistem ekonomi
perang. Saat itu Jepang merasa penting untuk menguasai sumber-sumber bahan mentah dari
berbagai wilayah Indonesia. Tujuan Jepang melakukan itu, untuk menghadapi Perang Asia
Timur Raya, Squad. Nah, wilayah-wilayah
ekonomi yang sanggup memenuhi
kebutuhannya sendiri atau yang diberi nama
Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia
Timur Raya, merupakan wilayah yang masuk
ke dalam struktur ekonomi yang direncanakan
oleh Jepang.

Kalau di bidang moneter, pemerintah Jepang


berusaha untuk mempertahankan nilai gulden
Belanda. Hal itu dilakukan agar harga barang-
barang dapat dipertahankan sebelum perang.

ASPEK POLITIK dan MILITER

Pada masa pendudukan Jepang, pemerintah Jepang selalu mengajak bekerja sama golongan-
golongan nasionalis. Hal ini jelas berbeda dibandingkan pada masa pemerintahan Hindia-
Belanda. Saat itu golongan nasionalis selalu dicurigai. Golongan nasionalis mau bekerja sama
dengan pemerintahan Jepang karena Jepang banyak membebaskan pemimpin nasional
Indonesia dari penjara, seperti Soekarno, Hatta, dan juga Sjahrir.

Kenapa Jepang mengajak kerja sama golongan nasionalis Indonesia? Karena Jepang
menganggap bahwa golongan nasionalis ini memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat
Indonesia. Saat itu, Wakil Kepala Staf Tentara Keenam Belas, Jenderal Harada Yosyikazu,
bertemu dengan Hatta untuk menyatakan bahwa Jepang tidak ingin menjajah Indonesia,
melainkan ingin membebaskan bangsa Asia. Karena itulah Hatta mererima ajakan kerja sama
Jepang. Akan tetapi, Sjahrir dan dr. Tjipto Mangunkusumo tidak mererima tawaran kerja sama
Jepang.
Namun, kemudian Jepang
mengeluarkan undang-undang yang
terkait pada bidang politik yang justru
banyak merugikan bangsa Indonesia.
Beberapa di antaranya:

37. Menerangkan model pemerintahan militer Pendudukan Jepang di Indonesia


Ketika Jepang mulai menduduki Tanah Air, salah satu hal yang pertama dilakukan adalah
membentuk sistem pemerintahan. Dikutip dari Masa Pendudukan Jepang di Indonesia
(2019), ada dua dokumen yang mencatatat penyelenggaraan pemerintahan militer Jepang
di Indonesia dari 1942-1945.
Dokumen pertama adalah Nampo Senryochi Gyosei Jisshi Yoryo atau Asas-asas Mengenai
Pemerintahan di Wilayah-wilayah Selatan yang Diduduki. Pasukan Indonesia Bentukan
Jepang Dokumen itu memuat empat rencana pokok pemerintah Jepang setelah militer
menguasai negara-negara di Asia Tenggara/Asia Selatan: Sasaran pemerintah militer
adalah memulihkan ketertiban umum, mempercepat penguasaan sumber-sumber yang vital
bagi pertahanan nasional, dan menjamin berdikari di bidang ekonomi bagi personel
militer. Status terakhir wilayah-wilayah yang diduduki dan pengaturannya pada masa
depan akan ditentukan terpisah. Dalam pelaksanaan pemerintahan militer, organisasi-
organisasi pemerintahan yang ada akan dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan
menghormati struktur organisasi tradisional dan kebiasaan-kebiasaan setempat.
Penduduk setempat akan dibina sedemikian rupa sehingga mempunyai kepercayaan kepada
pasukan-pasukan Jepang. Dengan demikian, gerakan-gerakan kemerdekaan pendudukan
setempat dapat dicegah. Baca juga: Heiho dan PETA, Organisasi Militer Bentukan Jepang
Dokumen kedua adalah Nampo Senryochi Gyosei Jisshi ni Kansuru riku-kaigun Chuuoo
Kyotei atau Persetujuan Pokok antara Angkatan Darat dan Angkatan Laut mengenai
Pemerintahan Militer di Wilayah-wilayah yang Diduduki. Dokumen itu menyebutkan
wilayah Indonesia akan menjadi wewenang Angkatan Darat dan Angkatan Laut Jepang.
Pulau Sumatera, Jawa, dan Bali dipegang Angkatan Darat. Sementara Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua berada di bawah Angkatan Laut.
Mengacu pada kedua dokumen itu, sejak kapitulasi atau penyerahaan kekuasaan Hindia
Belanda kepada Jepang lewat Perjanjian Kalijati pada 8 Maret 1942, berdirilah tiga
pemerintahan militer Jepang di Indonesia.
Berikut pembagiannya:
1. Pulau Sumatera diperintah oleh Tentara ke-25 Angkatan Darat Jepang (Tomi Shudan).
Markas besarnya di Bukittinggi.
2. Pulau Jawa dan Bali dipegang Tentara ke-16 Angkatan Darat Jepang (Asamu Shudan).
Markas besarnya di Batavia.
3. Pulau Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua dikuasai Angkatan Laut.
Pimpinannya adalah Armada ke-3 Angkatan Laut Jepang. Markas besarnya di Makassar.
Di antara tiga pembagian itu, Tentara ke-16 paling dominan. Ini karena Jawa adalah pusat
pemerintahan dan politik sejak zaman Hindia Belanda. Baca juga: Pemerintahan Sipil
Jepang di Indonesia Pemerintahan sementara langsung kemudian diberlakukan sesuai
dengan Osamu Seirei (Undang-Undang yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara Ke-16).
Ketentuan dalam undang-undang tersebut sebagai berikut:
1. Jabatan Gubernur Jenderal pada masa Hindia Belanda dihapuskan. Kekuasaannya diambil
alih oleh panglima tentara Jepang di Jawa.
2. Para pejabat pemerintah sipil beserta pegawainya di masa Hindia
3. Belanda tetap diakui kedudukannya, asalkan setia terhadap tentara pendudukan Jepang.
4. Badan-badan pemerintah dan undang-undang di masa Belanda tetap diakui secara sah
untuk sementara waktu. Asalkan tidak bertentangan dengan aturan pemerintahan militer
Jepang.
Adapun susunan pemerintah militer Jepang sebagai berikut: Gunshirekan (panglima tentara)
Gunseikan (kepala pemerintahan militer) Gunseibu (koordinator pemerintahan) Berikut
penjelasannya:
1. Gunshirekan (panglima tentara) yang kemudian disebut dengan Seiko Shikikan (panglima
tertinggi) sebagai pucuk pimpinan. Panglima tentara yang pertama dijabat oleh Jenderal
Hitoshi Imamura.
2. Gunseikan (kepala pemerintahan militer) dirangkap oleh kepala staf. Kepala staf yang
pertama adalah Mayor Jenderal Seizaburo Okasaki. Kantor pusat pemerintahan militer ini
disebut Gunseikan bu. Ada sepuluh bu atau departemen yang dipimpin seorang direktur.
Berikut pembagiannya:
1. Departemen Urusan Umum (Somubu)
2. Departemen Dalam Negeri (Naimubu)
3. Departemen Perusahaan, Industri, dan Kerajinan Tangan (Sangyobu)
4. Departemen Keuangan (Zaimubu)
5. Departemen Kehakiman (Shihobu)
6. Departemen Kepolisian (Keimubu)
7. Departemen Lalu Lintas (Kotsubu)
8. Departemen Propaganda (Sendenbu)
9. Departemen Kesejahteraan Sosial
10. Departemen Meteorologi
3. Gunseibu kira-kira semacam gubernur. Tugasnya memulihkan ketertiban dan keamanan.
Pembagiannya meliputi:
1. Jawa Barat berpusat di Bandung Jawa Tengah berpusat di Semarang
2. Jawa Timur berpusat di Surabaya Daerah istimewa (Kochi)
3. di Yogyakarta Daerah istimewa (Kochi) di Surakarta
38. Menjelaskan dinamika organisasi-organisasi sosialpolitik dan semi militer pada
masa Pendudukan Jepang
Untuk memenangkan Perang Pasifik melawan negara-negara Barat, Jepang membutuhkan
sumber daya Indonesia. Selama menduduki Indonesia, Jepang membentuk sejumlah
organisasi militer dan semimiliter untuk mempersiapkan kaum muda menjaga pertahanan
Jepang. Organisasi semimiliter yang dibentuk yakni: Barisan Pemuda Asia Raya San A
Seinen Kutensho Korps Pemuda (Seinendan) Korps Kewaspadaan (Keibodan) Barisan
Pelopor (Suishintai) Hizbullah (Kaikyo Seinen Teishinti) Barisan Berani Mati (Jibakutai)
Baca juga: PETA, Pasukan Indonesia Bentukan Jepang Berikut penjelasan organisasi
semimiliter bentukan Jepang seperti dikutip dari buku Masa Pendudukan Jepang di
Indonesia (2019): Barisan Pemuda Asia Raya Sebelum membentuk organisasi semimiliter,
Jepang telah membentuk organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan. Organisasi-
organisasi itu diisi anak muda. Anak muda dilatih prinsip dan tradisi bangsa Jepang yakni
kedisiplinan dan semangat juang. Selain itu, mereka juga mendapat pelatihan fisik khusus.
Salah satunya lewat Barisan Pemuda Asia Raya yang merupakan sayap dari Gerakan Tiga
A. Baca juga: Heiho dan PETA, Organisasi Militer Bentukan Jepang Barisan Pemuda Asia
Raya diresmikan pada tanggal 11 Juni 1942. Barisan ini diketuai dr. Slamet Sudibyo dan
SA Saleh. BPAR diadakan dari tingkat pusat di Jakarta. Kemudian di daerah-daerah
dibentuk Komite Penginsafan Pemuda. Anggotanya terdiri atas unsur kepanduan. Komite
ini menyesuaikan dengan situasi daerah masing-masing. BPAR mengadakan program
latihan dalam jangka waktu tiga bulan. Jumlah peserta tidak dibatasi. Semua pemuda boleh
masuk mengikuti latihan. Latihan BPAR menekankan pentingnya semangat dan keyakinan.
Para pemuda digembleng untuk memimpin pemuda lainnya. Baca juga: Gerakan Tiga A dan
Propaganda Jepang San A Seinen Kutensho Selain BPAR, di bawah Gerakan Tiga A,
Jepang juga membentuk San A Seinen Kutensho. San A Seinen Kutensho dibentuk oleh H
Shimuzu dan Wakabayashi. Pelatihan San A Seinen Kutensho diadakan selama 1,5 bulan.
Latihan ini terbuka bagi mereka yang pernah aktif di organisasi, misalnya kepanduan. Selain
pelatihan kedisiplinan, San A Seinen Kutensho juga diajari keterampilan sehari-hari. Ada
memasak, membersihkan rumah, dan berkebun. Para pesertanya juga diajari bahasa Jepang.
Total, ada 250 orang yang terlah dilatih. Baca juga: Kedatangan Jepang di Indonesia,
Mengapa Disambut Gembira? Seinendan Seinendan dibentuk pada 29 April 1943.
Tujuannya, mendidik dan melatih pemuda pribumi agar dapat menjaga pertahanan. Jepang
sebenarnya membutuhkan para pemuda terlatih ini untuk jadi prajurit perangnya.
Rencananya, Seinendan akan ditempatkan sebagai barisan cadangan yang akan
mempertahankan garis belakang. Pembinaan Seinendan dilakukan oleh Menteri Dalam
Negeri Bagian Pengajaran, Olah Raga, dan Seinendan atau korps pemuda. Pemuda yang
direkrut yang berusia 14-22 tahun. Tidak hanya pemuda di desa dan sekolah, Jepang juga
merekrut hingga ke pabrik dan perumahan. Baca juga: Pemerintahan Sipil Jepang di
Indonesia Ada bagian khusus putri yakni Josyi Seinendan yang dibentuk pada 1944. Untuk
menyukseskan Seinendan, Jepang juga memperluas Seinen Kunrensyo atau Lemaga
Pelatihan-pelatihan Pemuda. Seinen Kunrensyo kemudian diubah menjadi Cuo Seinen
Kunrensyo atau Lembaga Pusat Pelatihan Pemuda. Para peserta diajarkan latihan dasar
kemiliteran tanpa menggunakan senjata. Hingga akhir pendudukan Jepang, jumlah anggota
Seinendan mencapai dua juta. Tokoh-tokoh Indonesia yang pernah menjadi anggota
Seinendan antara lain, Sukarni dan Latief Hendraningrat. Baca juga: Putera, Organisasi
Propaganda Jepang Pimpinan Empat Serangkai Keibodan Jepang juga membentuk
Keibodan, yang berfungsi sebagai pembantu polisi. Keibodan bertugas menjaga lalu lintas
dan menjaga keamanan di desa. Awalnya, mereka yang direkrut Keibodan adalah yang
berusia 20-35 tahun. Belakangan, diubah menjadi 25-25 tahun. Untuk menjadi anggota
harus berbadan sehat dan berkelakuan baik. Pembina keibodan adalah Departemen
Kepolisian (Keimubu). Di daerah (syu), dibina oleh Bagian Kepolisian (Keisatsubu).
Pelatihan digelar di Sukabumi yang kelak menjadi Sekolah Kepolisian. Lama waktu
pelatihan satu bulan. Baca juga: Jawa Hokokai, Organisasi Pergerakan pada Masa
Pendudukan Jepang Anggota Keibodan sengaja dijauhkan agar tidak terpengaruh golongan
nasional. Sebagian mereka terpaksa bergabung Keibodan karena takut pada Jepang yang
mengumpulkan massa secara paksa. Organisasi ini besar di Jawa hingga ke tingkat desa.
Namun di Sumatera dan di daerah yang dikuasai Angkatan Laut, ada organisasi serupa
namanya Bogodan. Sementara di Kalimantan namanya Borneo Konan Hokokudan. Adapun
di kalangan keturunan Tionghoa, namanya Kakyo Keibotai. Jumlah anggota Keibodan
mencapai satu juta. Barisan Pelopor Pada pertengahan 1944, Jepang mengadakan rapat
Chuo-Sangi-In (Dewan Pertimbangan Pusat). Baca juga: Chuo Sangi-in: Latar Belakang,
Tujuan, Tugas, dan Tokohnya Salah satu yang jadi bahasan rapat itu adalah bagaimana
menumbuhkan kesadaran di kalangan rakyat untuk membangun persaudaraan segenap
rakyat. Hal itu dibutuhkan dalam rangka mempertahankan tanah air dari serangan musuh.
Keinginan itu diwujudkan dengan membentuk Shuisintai atau Barisan Pelopor pada 1
November 1944. Barisan Pelopor berada di bawah naungan Jawa Hokokai. Barisan ini
dipimpin langsung oleh Soekarno. Soekarno juga dibantu oleh RP Suroso, Otto
Iskandardinata, dan Buntaran Martoatmojo. Anggotanya direkrut dari berbagai kelompok
dan latar belakang. Ada yang berpendidikan dan ada yang tak pernah mengenyam
pendidikan. Organisasi ini mengadakan pelatuhan militer. Senjata yang disediakan
sederhana, seperti senapan kayu dan bambu runcing. Baca juga: Kerja Rodi dan Romusha,
Kerja Paksa Zaman Penjajahan Mereka juga diperdengarkan pidato dari para nasionalis
untuk kemudian disebarkan ke rekan-rekannya. Selain itu, anggota Barisan Pelopor juga
dilatih menggerakkan massa dan membangun pertahanan. Dibentuk pula Barisan Pelopor
Istimewa. Anggotanya dipilih dari asrama-asrama pemuda yang terkenal, berjumlah 100
orang. Di antaranya ada Supeno, DN Aidit, Johar Nur, dan Asmara Hadi. Ketuanya adalah
Sudiro. Barisan Pelopor berkembang pesat, terutama di perkotaan karena dipimpin oleh
golongan nasionalis. Jumlah anggotanya mencapai 60.000 orang. Baca juga: Seputar G30S/
PKI (4): Misteri Dewan Jenderal dan Ujung Perjalanan DN Aidit di Sumur Tua Hizbullah
Pada 7 September 1944, Perdana Menteri Jepang Kaiso menjanjikan kemerdekaan
Indonesia. Saat itu, Jepang mulai terimpit di Perang Pasifik melawan negara-negara Barat.
Jepang membutuhkan tambahan pasukan. Rencananya, ada 40.000 orang lagi yang direkrut.
Rencana ini disambut antusias oleh tokoh-tokoh Islam yang tergabung di Masyumi. Bagi
mereka, ikut perang membela Jepang sama dengan mengupayakan kemerdekaan yang
dijanjikan Jepang. Sementara bagi Jepang, pasukan ini akan memperkuat pasukan yang
berperang. Apalagi, Islam saat itu menjadi agama mayoritas rakyat. Maka dengan dukungan
Masyumi, pada 15 Desember 1944, didirikanlah Kaikyo Seinen Teishinti atau Hizbullah.
Baca juga: Sejarah BPUPKI dan Perjalanannya Dikutip dari Islam dan politik: Teori Belah
Bambu, Masa Demokrasi Terpimpin, 1959-1965 (1996), Hizbullah adalah kesatuan militer
bagi pemida muslim. Hizbullah yang artinya tentara Allah, diisi oleh pemuda-pemuda
muslim. Ketua Pengurusnya adalah KH Zainul Arifin, dan wakilnya adalah Moh Roem.
Anggota pengurusnya antara lain Prawoto Mangunsasmito, Kiai Zarkasih, dan Anwar
Cokroaminoto. Pada tahap pertama pendaftaran digelar lewat Syumubu (kantor Agama).
Setiap keresidenan diminta mengirim 25 orang pemuda muslim. Mereka rata-rata berusia
17-25 tahun. Terkumpullah 500 orang pemuda muslim. Mereka kemudian dilatih militer di
Cibarusah, Bogor, Jawa Barat selama 35 bulan. Baca juga: Terbentuknya PPKI dan Detik-
detik Proklamasi Pada tanggal 28 Februari 1945, latihan secara resmi dibuka oleh pimpinan
tentara Jepang. Pembukaan latihan ini dihadiri oleh pengurus Masyumi, seperti KH Hasyim
Asyari, KH Wahid Hasyim, dan Moh Natsir. Dalam pidato pembukaannya, pimpinan
tentara Jepang menegaskan bahwa para pemuda dilatih agar dapat mengatasi kesukaran
perang dengan hati tabah dan iman yang teguh. Para pelatihnya berasal dari komandan-
komandan Peta dan di bawah pengawasan perwira Jepang, Kapten Yanagawa Moichiro.
Kapten Moichiro adalah pemeluk Islam yang kemudian menikah dengan seorang putri dari
Tasik. Baca juga: Perjanjian Linggarjati: Latar Belakang, Isi, dan Dampaknya Tak hanya
latihan fisik kemiliteran, anggota Hizbullah juga mendapat pendidikan mental rohaniah.
Ada bidang kekebalan yang dilatih oleh KH Mustafa Kamil, bidang tauhid oleh KH
Mawardi. Kemudian bidang politik dilatih oleh KH Abdul Halim, dan bidang sejarah oleh
Kiai Tohir Basuki (bidang sejarah). Ketua asramanya adalah KH Zainul Arifin. Setelah
selesai pelatihan, anggota kembali ke daerah masing-masing untuk membentuk cabang-
cabang Hizbullah beserta program pelatihannya. Dengan demikian, berkembanglah
kekuatan Hizbullah di berbagai daerah. Namun kekuatan utama ada di Jawa sebagai pusat
pemerintahan. Baca juga: TNI, Sejarah dan Fungsinya Barisan Berani Mati Dikutip Tukang
Becak Jadi Mayor TNI: Kisah Mayor Abdullah, Pahlawan 10 November yang Terlupakan
(2015), Jibakutai dibentuk Jepang pada 8 Desember 1944. Saat itu Jepang sudah terdesak
dalam Perang Pasifik. Kelompok ini terinspirasi dari para pilot Kamikaze. Kamikaze adalah
unit khusus di militer Jepang yang mengorbankan nyawa dengan menabrakkan pesawatnya
ke kapal perang musuh. Barisan ini memang dipersiapkan untuk membantu Jepang
menghadapi musuh. Namun pemuda anggotanya dilatih menghadapi musuh dari pihak
mana pun yang mengancam Indonesia.
39. Menganalisis pembentukan dan hasil kerja BPUPKI dan PPKI sebagai persiapan
kemerdekaan RI
Sebelum punya pemerintahan dan wakil rakyat seperti sekarang, Indonesia punya Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). BPUPKI dibentuk lebih dahulu oleh Jepang
pada 29 April 1945. Menjelang kemerdekaan, BPUPKI dibubarkan dan diganti dengan
PPKI yang dibentuk pada 7 Agustus 1945. Berikut proses pembentukan BPUPKI dan PPKI,
serta tugas dan tokohnya: Baca juga: Sejarah BPUPKI dan Perjalanannya Tujuan BPUPKI
Dilansir dari Sejarah Nasional Indonesia: Masa Prasejarah Sampai Masa Proklamasi (2011)
BPUPKI juga disebut Dokuritsu Junbi Cosakai. Tanggal berdirinya bertepatan dengan hari
ulang taun Kaisar Hirohito. Jepang membentuk BPUPKI karena semakin terdesak dalam
perang dan ingin mempertahankan sisa-sisa kekuatannya dengan meraih dukungan rakyat
Indonesia. Karena Jepang tahu rakyat Indonesia ingin merdeka, maka Jepang menjanjikan
kemerdekaan itu dan membentuk BPUPKI sebagai upaya melaksanakan janjinya. BPUPKI
beranggotakan 67 orang yang terdiri dari 60 orang Indonesia dan tujuh orang Jepang yang
bertugas mengawasi. Baca juga: Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan
Hidup Ketuanya Radjiman Wedyodiningrat dan wakil ketua Hibangase Yosio (Jepang) serta
Soeroso. Tugas BPUPKI BPUPKI memiliki tugas utama yaitu mempelajari dan menyelidiki
hal penting yang berhubungan dengan berbagai hal yang menyangkut pembentukan Negara
Indonesia. Berdasarkan sidang, BPUPKI juga punya tugas lainnya, yaitu: Bertugas
membahas mengenai Dasar Negara Sesudah sidang pertama, BPUPKI membentuk reses
selama satu bulan. Bertugas membentuk Panitia Kecil (panitia delapan) Yang bertugas
menampung saran-saran dan konsepsi dari para anggota. Bertugas untuk membantu panita
sembilan bersama panita kecil. Panita sembilan menghasilkan Jakarta Charter atau Piagam
Jakarta Baca juga: Makna Bersikap Sesuai Nilai Pancasila Sidang BPUPKI Sidang pertama
tersebut dilaksanakan di Gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6, Jakarta yang Sekarang
menjadi Gedung Pancasila. Sidang diawali pada 29 Mei 1945 dengan tema Dasar Negara.
Pada hari itu Mohammad Yamin menyampaikan lima asas, yaitu: Peri Kebangsaan Peri
Kemanusiaan Peri Ketuhanan Peri Kerakyatan Kesejahteraan Rakyat (keadilan sosial)
Kemudian tanggal 31 Mei 1945, Soepomo memberikan usulan lima asas sebagai berikut:
Persatuan Kekeluargaan Keseimbangan lahir batin Musyawarah Keadilan rakyat Baca juga:
Arti Penting Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Soekarno juga
mengusulkan lima asas yang saat ini disebut Pancasila pada 1 Juni 1945, yaitu: Kebangsaan
Indonesia Internasionalisme atau Perikemanusiaan Mufakat atau Demokrasi Kesejahteraan
Sosial Ketuhanan yang Maha Esa Kelima asas dari Soekarno disebut Pancasila yang
menurut beliau dapat diperas menjadi Trisila atau Tiga Sila yaitu: Sosionasionalisme
Sosiodemokrasi Ketuhanan dan Kebudayaan Baca juga: Biografi Soepomo, Perumus
Pancasila dan UUD 1945 Pembentukan PPKI Bom atom yang dijatuhkan sekutu di
Hiroshima pada 6 Agustus 1945 makin menyudutkan Jepang dalam perang. Mengetahui
posisi Jepang yang melemah dan nasib Indonesia yang tidak jelas, para tokoh nasional terus
mendesak kemerdekaan. Untuk melunasi janji kemerdekaannya, perwira tinggi AD Jepang
di Saigon, Hisaichi Terauchi menyetujui pembentukan Dokuritsu Junbi Iinkai atau PPKI.
Tugas PPKI adalah melanjutkan tugas BPUPKI dan mempersiapkan kemerdekaan
Indonesia. PPKI diketuai Soekarno dengan wakilnya, Mohammad Hatta. Sementara
anggotanya berjumlah 21 orang. Baca juga: PPKI: Pembentukan, Tokoh, Sidang, dan
Tugasnya Anggotanya terdiri dari 12 wakil dari Jawa, tiga dari Sumatera, dua dari Sulawesi,
serta masing-masing satu dari Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku, dan satu perwakilan
etnis Tionghoa. Sidang PPKI Dikutip dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
dalam perjalanannya, PPKI melakukan tiga kali sidang. Sidang ini baru digelar setelah
proklamasi kemerdekaan. Sidang pertama, digelar pada tanggal 18 Agustus 1945 dengan
putusan: mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945, memilih Soekarno sebagai Presiden
dan Mohammad Hatta sebagai wakil, membentuk komite nasional untuk membantu tugas
Presiden sementara sebelum dibentuknya MPR dan DPR. Sidang kedua pada tanggal 19
Agustus 1945 yang menghasilkan: Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: PPKI Mulai Bekerja
Siapkan Kemerdekaan RI pembagian wilayah Indonesia yang terdiri atas 8 provinsi,
membentuk Komite Nasional (daerah), menetapkan 12 departemen dengan menterinya yang
mengepalai departemen dan 4 menteri agama. Sidang ketiga pada 22 Agustus 1945
menghasilkan keputusan: pembentukan Komite Nasional, pembentukan Partai Nasional
Indonesia, pembentukan Badan Keamanan Rakyat atau Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Akhirnya, pada 29 Agustus 1945 PPKI dibubarkan bersamaan dengan pelantikan anggota
Komite Nasional Indonesia Pusat.
40. Menjelaskan proses dan materi perumusan dasar negara Indonesia
Secara garis besar, tugas BPUPKI adalah menyelidiki dan menyusun rencana mengenai
persiapan kemerdekaan Indonesia. Maklumat yang sama memaparkan tugas BPUPKI:
mempelajari semua hal penting terkait politik, ekonomi, tata usaha pemerintahan,
kehakiman, pembelaan negara, lalu lintas, dan bidang-bidang lain yang dibutuhkan dalam
usaha pembentukan negara Indonesia (Asia Raya, 29 April 1945). BPUPKI mengadakan
sidang sebanyak dua kali sidang resmi dan satu kali sidang tidak resmi. Sidang resmi
pertama dilaksanakan tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 yang membahas tentang
dasar negara. Pada sidang tidak resmi, BPUPKI membahas perancangan Undang-Undang
Dasar 1945 yang dipimpin Soekarno dan dihadiri oleh hanya 38 orang. Proses perumusan
Pancasila sebagai dasar negara: Sidang BPUPKI I (29 Mei-1 Juni 1945) Mengutip "Sejarah
Perumusan Pancasila dalam Hubungannya dengan Proklamasi" oleh Darsita, dalam sidang
yang pertama, hari pertama, 29 Mei 1945 bahwa Indonesia membutuhkan dasar negara. Para
tokoh-tokoh pendiri negara mulai mengusulkan rumusan dasar negara yang isinya berbeda-
beda namun tetap memiliki persamaan yaitu didasari oleh gagasan besar bangsa Indonesia
dan kepribadian bangsa Indonesia. Salah satu tokoh yang mengemukakan pendapatnya
adalah Mohammad Yamin. Disini, ia mengemukakan bahwa dasar negara terdiri dari 5 asas
yaitu: Peri Kebangsaan Peri Kemanusiaan Peri Ketuhanan Peri Kerakyatan Kesejahteraan
Rakyat. Kemudian, pada hari ketiga sidang pertama, 31 Mei 1945, Soepomo mengemukakan
pendapat dalam pidatonya yang menyatakan bahwa negara Indonesia merdeka adalah
dengan mengatasi segala golongan dan pemahaman untuk mempersatukan lapisan
masyarakat Indonesia. Hal ini, dirumuskan dalam 5 poin yaitu: Persatuan Kekeluargaan
Keseimbangan lahir dan batin Musyawarah Keadilan rakyat Dikutip dari penelitian Darsita
bertajuk "Sejarah Perumusan Pancasila dalam Hubungannya dengan Proklamasi", istilah
Pancasila mengemuka dalam sidang pertama BPUPKI hari ketiga, yakni tanggal 1 Juni 1945.
Ir. Sukarno menyampaikan gagasan tentang dasar negara Indonesia yang ia sebut Pancasila.
Tanggal 1 Juni inilah yang lantas ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila. “Sekarang,
banyaknya prinsip kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan,
lima bilangannya,” ucap Bung Karno dikutip dari Risalah BPUPKI (1995) terbitan Sekretariat
Negara RI. “Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk
seorang teman kita ahli bahasa, namanya ialah Pancasila. Sila artinya asas atau dasar, dan di
atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal, dan abadi,” lanjut sosok
yang nantinya menjadi Presiden RI pertama ini. Pada hari terakhir dari sidang pertama, 1
Juni 1945 ini, Soekarno turut mengemukakan pendapatnya dalam sebuah pidato yang diberi
nama Pancasila atas usulan dari seorang teman, ahli bahasa. Rumusan dasar negara dalam 5
sila tersebut, yaitu: Kebangsaan Indonesia Internasionalisme atau peri kemanusiaan Mufakat
atau demokrasi Kesejahteraan sosial Ketuhanan yang berkebudayaan Proses perumusan
Pancasila sebagai dasar negara: Sidang BPUPKI II (10-16 Juni 1945) Setelah sidang pertama
selesai, Indonesia belum mencapai kesepakatan akhir. Karena hal itu, BPUPKI membentuk
panitia kecil yang beranggotakan 9 orang, di bawah pimpinan Soekarno, dengan anggota
terdiri atas Ki Bagoes Hadikoesoemo, Wachid Hasjim, Muhammad Yamin, Abdulkahar
Muzakir, Sutardjo Kartohadikoesoemo, A.A Maramis, Otto Iskandardinata dan Mohammad
Hatta. Dalam buku "Aku Warga Negara Indonesia untuk SD/MI Kelas VI" karya Ika Kartika
Sari dan Elly Malihah Setiadi disebutkan, panitia yang diberi nama Panitia Sembilan ini,
dibentuk dengan tujuan merumuskan rumusan-rumusan yang telah dibicarakan agar
menjadi kesepakatan yang lebih jelas. Untuk mewujudkan hal tersebut, diadakan sidang
kedua pada 10 Juni sampai dengan 16 Juni 1945. Setelah melewati pelbagai pertimbangan
dan diskusi, pada 22 Juni 1945 berhasil merumuskan dasar negara untuk Indonesia merdeka
yang diberi nama Piagam Jakarta oleh M. Yamin yang didalamnya berbunyi: Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syari‟at Islam bagi para pemeluk-pemeluknya Kemanusiaan
yang adil dan beradab Persatuan indonesia Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia Walaupun sudah dirumuskan, bukan berarti rumusan Pancasila mendapatkan
kesepakatan final. Karena, belum adanya perwakilan yang representatif yang mewakili dari
berbagai unsur. Berakhirnya kerja BPUPKI pada 7 Agustus 1945, dibentuklah Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada 9 Agustus 1945. Diketuai Soekarno dan
wakilnya Moh. Hatta, PPKI bertujuan untuk mempercepat persiapan kemerdekaan Indonesia.
Panitia ini beranggotakan 21 orang yang semua anggotanya terdiri 12 orang Jawa, 3 orang
Sumatera, 2 orang Sulawesi, 1 orang Kalimantan, 1 orang Nusa Tenggara, 1 orang Maluku,
dan 1 orang peranakan Tionghoa. Namun tanpa sepengetahuan Jepang, Soekarno
menambah 6 orang lagi, sehingga total ada 27 anggota. Setelah Jepang menyerah terhadap
Sekutu, disitulah Indonesia mengambil kesempatan untuk mendeklarasikan kemerdekaan
yang sebelumnya dijanjikan oleh Jepang pada 24 Agustus 1945. Dengan merdekanya
Indonesia pada 17 Agustus 1945, PPKI berhasil merumuskan dan mengesahkan dasar negara
Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada 18 Agustus 1945,
bunyinya: Ketuhanan Yang Maha Esa Kemanusiaan yang adil dan beradab Persatuan
Indonesia Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaran/perwakilan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

41. Menjelaskan peristiwa Rengasdengklok menjelang kemerdekaan RI


Pertemuan ini terjadi pada 15 Agustus 1945 pada pukul 20.00 WIB. Dari agenda tersebut,
didapatkan beberapa keputusan, yaitu:

1. Mendesak Soekarno-Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan hari itu juga.

2. Menunjuk Tikana, Darwis, dan Subadio untuk menemui Soekarno-Hatta dan


menyampaikan keputusan rapat. Namun dengan catatan, kemerdekaan tidak
diproklamasikan melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)

3. Membagi tugas kepada mahasiswa, pelajar, dan pemuda di seluruh Jakarta untuk
merebut kekuasaan dari Jepang.

Sesuai keputusan tersebut, pada 22.00 WIB Wikana dan yang lain menemui Soekarno di
Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, yang merupakan kediaman Soekarno. Ketika
Wikana menyampaikan bahwa proklamasi harus dilaksanakan pada 16 Agustus 1945,
Soekarno menolak.

Alasannya, ia tidak dapat melepas tanggung jawab sebagai ketua PPKI dan akan
menanyakan hal tersebut pada wakil-wakil PPKI di keesokan harinya. Dari sinilah
peristiwa Rengasdengklok dimulai.

Bagaimana peristiwa Rengasdengklok terjadi?

Terhadap penolakan tersebut, golongan muda tidak berputus asa. Mereka kembali
bertemu di Asrama Baperpi di Jalan Cikini Nomor 71 Jakarta pada pukul 24.00 WIB.

Dari pertemuan tersebut, mereka memutuskan untuk membawa Soekarno-Hatta ke


Rengasdengklok. Tujuannya, adalah menjauhkan kedua tokoh tersebut dari tekanan atau
pengaruh Jepang.

Sebagaimana rencana, tanggal 16 Agustus 1945 pada pukul 04.00 WIB, Soekarno-Hatta
dibawa para pemuda yang dipimpin oleh Slodanco Singgih ke Rengasdengklok. Para
pemuda menyampaikan alasan pada kedua tokoh tersebut bahwa semangat rakyat
menyongsong kemerdekaan yang meluap dapat mengancam keduanya jika masih
berada di Jakarta.

Setelah berdebat, Soekarno-Hatta akhirnya menerima alasan para pemuda.

Soekarno berangkat ke Rengasdengklok bersama Ibu Fatmawati dan Guntur yang kala
itu masih bayi. Sementara Moh. Hatta dan pengawalnya ada di mobil lain.

Demi tidak dicurigai Jepang, Soekarno-Hatta dan para pengawal mereka memakai
seragam Peta dan menuju rumah Jiu Kie Song di Rengasdengklok.

Ketika berada di Rengasdengklok, para pemuda mendesak Soekarno-Hatta untuk


melaksanakan proklamasi yang terlepas dari pengrauh Jepang. Namun, kehendak
tersebut tidak terlaksana dan para pemuda segan untuk terus mendesak.

Akhirnya, Syodanco Singgih berusaha berbicara kembali dengan Soekarno hingga ia


setuju bahwa proklamasi akan diadakan tanpa campur tangan Jepang.

Soekarno setuju melakukannya dengan catatan, akan dilakukan jika sudah kembali ke
Jakarta. Sehingga, para pemuda segera berencana kembali ke Jakarta.

Pada waktu yang bersamaan, diadakan juga pertemuan di Jakarta antara golongan tua
yang diwakili Ahmad Soebarjo dan golongan muda yang diwakili Wikana. Keduanya
bersepakat bahwa proklamasi harus dilakukan di Jakarta.

Kemudian, Ahmad Soebarjo menjemput Soekarno dari Rengasdengklok. Rombongan ini


diantar Yusuf Kunto dari golongan pemuda dan Sudiro yang merupakan sekretarisnya.

Rombongan tersebut tiba di Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945 pukul 17.30 WIB.
Ketika itu, Ahmad Soebarjo menjamin dengan nyawanya bahwa proklamasi akan
dilaksanakan pada 17 Agustus 1945. Dengan jaminan itu, para pemuda bersedia
melepaskan Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta.
42. Menganalisis perbedaan dan persamaan Perang Dunia I dan II bagi umat manusia
Perang Dunia 1 terjadi antara 1914 dan 1918. Perang Dunia 1 terjadi selama 4 tahun.
Pembunuhan Archduke Francis Ferdinand dari Austria pada bulan Juni 1914 diyakini telah
memicu Perang Dunia 1. Perang Dunia 1 terjadi antar negara terutama dengan tujuan
untuk memperoleh koloni atau wilayah dan tentu saja sumber daya. Menarik untuk dicatat
bahwa Perang Dunia 1 dikenal dengan nama lain seperti Perang Kaiser, Perang Besar dan
Perang Bangsa-Bangsa. Kedua pihak yang terlibat dikenal sebagai Kekuatan Sentral dan
Kekuatan Sekutu. Itu Kekuatan pusat adalah Jerman, Austria, Hongaria dan Turki dan
Kekuatan SekutuAda Inggris, Rusia, Prancis, Italia, Jepang, dan AS dalam Perang Dunia
1. Metode peperangan yang digunakan dalam Perang Dunia 1 adalah fokus kami
berikutnya. Perang Dunia 1 terjadi dari garis parit dan didukung dengan cakap oleh artileri
dan senapan mesin. Ada juga penggunaan gas beracun dan pesawat terbang awal. Hasil
dari Perang Dunia 1 adalah kekalahan kekaisaran Jerman, Rusia, dan Austria-Hongaria.
Lebih dari 100 juta orang diyakini tewas dan lebih dari 21 juta terluka dalam Perang Dunia
1. Kematian ini termasuk kematian sipil dan militer.
Perang Dunia 2 atau Perang Dunia Kedua terjadi antara tahun 1939 dan 1945. Perang Dunia 2
berlangsung selama 6 tahun. Ketidakstabilan politik dan ekonomi di Jerman dipahami
sebagai penyebab utama dimulainya Perang Dunia 2. Hal ini membuat Jerman bertindak
sangat tidak rasional. Perang Dunia 2 digambarkan oleh para ahli perang sebagai perang
ideologi. Fasisme dan Komunisme adalah dua ideologi utama di balik dimulainya Perang
Dunia 2. Kemudian Nazisme ikut bermain juga. Pihak yang terlibat dalam Perang Dunia 2
dikenal sebagai Kekuatan Poros dan Kekuatan Sekutu. Jerman, Jepang, dan Italia
Kekuatan Poros dalam Perang Dunia 2 dan Kekuatan sekutu adalah Inggris, Prancis, AS,
Cina, dan Uni Soviet.
Dalam hal metode peperangan, misil banyak digunakan dalam Perang Dunia 2. Tenaga
nuklir, kapal selam, dan tank digunakan secara berlebihan dalam operasi. Hasil dari
Perang Dunia 2 adalah kemenangan Sekutu atas Jerman dan Jepang pada tahun 1945.
Lebih dari 55 juta orang diyakini telah bertemu dengan kematian dalam Perang Dunia 2.
Kematian ini termasuk kematian sipil dan militer.
Perbedaan antara PD1 dan PD 2 :
• Perang Dunia 1 terjadi antara 1914 dan 1918 sedangkan Perang Dunia 2 terjadi antara 1939
dan 1945.
• Perang Dunia 1 berlangsung selama 4 tahun sedangkan Perang Dunia 2 berlangsung selama
6 tahun.

• Pembunuhan Archduke Francis Ferdinand dari Austria pada Juni 1914 diyakini telah
memicu Perang Dunia 1. Di sisi lain, ketidakstabilan politik dan ekonomi di Jerman
dipahami sebagai penyebab utama dimulainya Perang Dunia 2.
• Perang Dunia 1 terjadi antar negara terutama dengan tujuan memperoleh koloni atau
wilayah dan tentu saja sumber daya.

• Perang Dunia 2 terjadi sebagai perang ideologi. Fasisme, Komunisme dan Nazisme
dipandang sebagai ideologi selama periode ini.

• Lebih dari 100 juta orang diyakini tewas dan lebih dari 21 juta terluka dalam Perang Dunia
1. Lebih dari 55 juta orang diyakini telah bertemu dengan kematian dalam Perang Dunia 2.
Kematian ini termasuk kematian sipil dan militer.
• Ada beberapa perbedaan dalam metode peperangan yang digunakan dalam dua Perang
Dunia juga.

• Dalam Perang Dunia 1, ada dua pihak: Kekuatan Sentral - Jerman, Austria, Hongaria, dan
Turki; Kekuatan Sekutu - Inggris, Rusia, Prancis, Italia, Jepang, dan A.S.

• Dua pihak yang terlibat dalam Perang Dunia 2 adalah Kekuatan Poros - Jerman, Jepang dan
Italia; Kekuatan Sekutu adalah Inggris, Prancis, AS, Cina, dan Uni Soviet.

• Hasil Perang Dunia 1 adalah kekalahan kekaisaran Jerman, Rusia, dan Austria-Hongaria
sedangkan hasil Perang Dunia 2 adalah kemenangan Sekutu atas Jerman dan Jepang pada
tahun 1945.
Perihal Perang Dunia I Perang Dunia II

Waktu Tahun 1914 – 1918 Tahun 1939-1945

Sebab Umum • Politik balas dendam Prancis terhadap • Pertentangan antara paham
Jerman liberalisme dan totaliterisme.
Liberalisme memberikan
• Persaingan Jerman vs
kebebasan bagi warga
Inggris dalam memperebutkan daerah
negaranya sedangkan
jajahan yg banyak sumber bahan
totaliterisme mengekang
bakunya
kebebasan warga negara.
• Persaingan Jerman dan
• Persekutuan mencari kawan
Rusia memperebutkan laut tengah
(politik air hangat ) • Semangat untuk membalas
dendam (revanche idea)
• Perlombaan persenjataan
karena kekalahan dalam PD I
• Politik Aliansi / persekutuan yaitu:
• Perlombaan senjata
• Triple entente (prancis, Inggris, Rusia) antarnegara.
vs Triple Aliance (Jerman, Italia,
Austria). Inilah yang menjadi cikal bakal • Pertentangan antarnegara
PD 1 imperialis untuk
memperebutkan daerah
jajahan.

• Kegagalan Liga Bangsa-Bangsa


dalam mewujudkan
perdamaian dunia.

Sebab Khusus • Perang ini dimulai setelah Pangeran • Di kawasan Asia Pasifik,
Franz Ferdinand dari Austria-Hongaria penyerbuan Jepang terhadap
(sekarang Austria) dibunuh anggota pangkalan Angkatan Laut
kelompok teroris Serbia, Gavrilo Princip AmerikaSerikat di Pearl
di Sarajevo tahun 1914 Harbour tanggal 7 Desember
1941.

• Di kawasan Eropa, serangan


kilat (blitzkrieg) yang
dilakukan Jerman atas
Polandia ke kota Danzig

• pada tanggal 1 September


1939.

Tokoh • David Lloyd George dari Britania Raya • Adolf Hittler dari Jerman

• Georges Clemenceau dari Perancis • Benito Mussolini dari Italia

• ittorio Orlando dari Italia • Kaisar Hirohi dari Jepang

• Woodrow Wilson dari Amerika Serikat • Wiston Churchill dari inggris

• Josef Stalin dari Uni Soviet

• Franklin Delano Rooselvet dari


Amerika Serikat

Negara • Triple entente (prancis, Inggris, Rusia) • Blok Sentral yaitu Jerman,
Italia, Jepang, Austria,
• Triple Aliance (Jerman, Italia, Austria)
Rumania, dan Finlandia.

• Blok Sekutu yaitu Inggris,


Prancis, Rusia, RRC, Amerika
Serikat, Austria, dan Polandia.

Perjanjian • Perjanjian Versailles : • Konferensi Potsdam ( 2


Agustus 1945 ) antara Jerman
1. Jerman menyerahkan Elzas-Lotharingen
dengan sekutu. Jerman Timur
kepada Prancis
diserahkan kepada Rusia dan
2. Danzig dengan wilayah muara sungai Jerman Barat kepada Amerika
Wisla pada Laut Baltik dijadikan Freie Serikat, Inggris, dan Perancis
Stadt Danzig (Kota Bebas Danzig) di sedangkan kota Danzig kepada
bawah Polandia

Pengawasan liga Bangsa – bangsa • Perjanjian anatara Jepang dan


Sekutu (2 september 1945), di
3. Jerman kehilangan wilayah seperti
atas kapal Missiouri di Teluk
Prusia Barat, Hlučínsko Hulczyn, dll
Tokyo.
4. Jerman membayar kerugian perang (132
• Perjanjian sekutu dan Austria
juta DM emas
(1945) di Austria
5. Demiliterisasi Jerman artinya Angkatan
• Perjanjian Sekutu dan Italia
Darat Jerman dibatasi menjadi 100.000
(Februari 1947) di Paris
tentara serta dilarang memiliki tank
atau artileri berat dan tidak boleh ada
Staf Jenderal Jerman. Angkatan Laut
Jerman anggotanya dibatasi menjadi
15.000 dan dilarang memiliki kapal
selam, sementara itu armadanya hanya
diperbolehkan memiliki enam kapal
perang.

Akibat • Dalam Bidang Politik : • Dalam Bidang Politik :

1. Tenggelamnya 4 kekaisaran besar di 1. Munculnya Negara


eropa menjadi Negara-negara Republik, Amerika Serikat dan Uni soviet
yaitu Jerman, Austria – Hongaria, Rusia sebagai Negara adi kuasa
dan Turki (Super Power). Keduanya
bersaing dalam perang
2. Lahirnya Negara - negara baru
“dingin”
seperti Polandia, Finlandia, Hongaria,
Cekoslavia, Yugoslavia, dan Rumania 2. Timbulnya Negara –
Negara baru seperti Indonesia
3. Lahirnya Liga Bangsa – Bangsa
(17 Agustus 1945, Filipina (4
• Dalam Bidang Ekonomi : Juli 1946)

1. Hancurnya sarana Fisik dan nonfisik 3. Munculnya politik alinsi


yang di bentuk berdasarkan
2. Rusaknya daerah pertanian yang kepentingan bersama seperti
mengakibatkan timbul kelaparan yang NATO, SEATO, DAN METO
hebat
4. Munculnya politik
3. Terjadinya krisis Malaise pada memecah belah Negara
tahun 1929 yakni krisis dunia yang seperti Jerman yang dibagi
diawali oleh hancurnya sector – sector menjadi dua Negara yaitu
ekonomi Amerika Serikat Jerman barat & Jerman timur
• Dalam Bidang Sosial : serta India terbagi menjadi
India dan Pakistan
1. PD1 yang berlangsung selama 4
tahun, telah menelan banyak korban, • Dalam Bidang Ekonomi :
baik yang tewas, luka – luka, ditahan 1. Di bidang ekonomi
bahkan hilang membuat perekonomian
dunia hancur. Hal
2. Negara – Negara eropa banyak
ini disebabkan akibat Perang,
kehilangan Pemuda
hanya Negara Amerika
3. Peranan perempuan meningkat Serikat yang memiliki
menggantikan generasi muda yang perekonomian stabil saat itu
gugur dalam perang

persamaan PD 1 . dan PD 2
- menggunakan pasukan bersenjata
- menimbulkan kerusakan dan kerugian
- menimbulkan permusuhan dan persengketaan pada ngr2 yang berperang
- menelan banyak korban jiwa
- menghabiskan dana serta merugikan keuangan negra2 yg berperang.
43. Menganalisis dinamika usaha bangsa Indonesia dalam mempertahankan
kemerdekaan dari kekuasaan Belanda di daerah
Setelah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebar ke seluruh penjuru dunia, muncul
berbagai respon dari negara-negara internasional. Belanda merespon hal tersebut dengan
datang kembali ke Indonesia untuk merebut kekuasaan dari pemerintah Indonesia
pimpinan Soekarno-Hatta. Belanda datang ke Indonesia dengan menumpang kapal tentara
Sekutu (AFNEI) yang sedang bertugas untuk melucuti dan memulangkan tentara Jepang di
Indonesia. Pada 15 September 1945, Pasukan Belanda tiba di Jakarta dan berupaya untuk
menaklukan beberapa wilayah Indonesia. Rakyat Indonesia merespon kedatangan Belanda
dengan melakukan perlawanan di beberapa daerah, di antaranya:
1. Pertempuran 10 November di Surabaya Dalam buku 10 November 1945: Gelora
Kepahlawanan Indonesia (1992) karya Berlan Setiadijaya, pertempuran di Surabaya dipicu
oleh Insiden perobekan bendera di hotel Yamato dan tewasnya Mallaby (perwira Inggris).
Pada 10 November 1945, Sekutu memberikan ultimatum kepada rakyat Surabaya untuk
menyerah dan memberikan persenjataan mereka kepada AFNEI. Ultimatum tersebut
diacuhkan oleh rakyat Surabaya dan mereka memilih bertempur mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Kolonel Sungkono dan Bung Tomo membakar semangat
bertempur rakyat melalui Radio Perjuangan. Diperkirakan ribuan rakyat Surabaya
meninggal dalam pertempuran ini. Untuk mengenang keberanian rakyat Surabaya, tanggal
10 November dijadikan sebagai hari pahlawan.
2. Pertempuran Ambarawa Pertempuran Ambarawa berlangsung pada 26 Oktober – 15
Desember 1945. Latar belakang pertempuran ini adalah keinginan Sekutu untuk
mengambil alih kota Ambarawa. Baca juga: Perlawanan Raden Mas Said dan Pangeran
Mangkubumi Terhadap VOC Hal tersebut ditentang oleh Tentara Keamanan Rakyat
(TKR), mereka melakukan perlawanan terhadap pasukan Sekutu hingga mampu menahan
beberapa tentara Sekutu. Pertempuran terus berlanjut demi mengusir pasukan sekutu dari
Ambarawa. Pada 15 Desember, TKR berhasil memukul mundur pasukan Sekutu hingga ke
Semarang.
3. Pertempuran Medan Area Dilansir dari buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (2005)
karya M.C Ricklefs, pertempuran Medan Area berlangsung dari 10 Desember 1945 – 10
Desember 1946. Latar belakang terjadinya pertempuran ini adalah perampasan dan
penginjakan lencana merah putih oleh pasukan Sekutu. Selain itu, pasukan Sekutu juga
mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Medan agar menyerah dan memberikan
persenjataan kepada Sekutu. Namun, ultimatum tersebut tidak diindahkan oleh rakyat
Medan sehingga Sekutu melancarkan aksi militer pada 10 Desember 1945. Rakyat Medan
merespon tindakan tentara Sekutu dengan melakukan perlawanan. Rakyat Medan yang
tergabung dalam Barisan Pemuda Indonesia dan Komando Resimen Laskar Rakyat
mengalami beberpa kesulitan dalam pertempuran sehingga mengharuskan mereka mundur
ke arah Pematang Siantar. Pertempuran antara rakyat Medan dan Sekutu teus berlanjut
hingga 10 Desember 1946 setelah NICA mengajukan gencatan Senjata.
4. Bandung Lautan Api Peristiwa Bandung Lautan Api berlangsung pada 24 Maret 1946.
Latar belakang terjadinya peristiwa ini adalah ultimatum tentara Sekutu yang
memerintahkan pengosongan kota Bandung pada 24 November 1945. Tentara Keamanan
Rakyat (TKR) menolak ultimatum tersebut dan bersiap untuk melakukan perlawanan di
kawasan Bandung Utara. A.H Nasution sebagai pemimpin pasukan tentara merundingkan
rencana opsi perlawanan dengan Sutan Sjahrir selaku perdana menteri pada masa itu. Baca
juga: Perlawanan Riau terhadap VOC Sutan Sjahrir menolak opsi perlawanan dan
memerintahkan tentara dan rakyat Bandung untuk mengungsi ke arah Bandung Selatan
pada 24 Maret 1946. Sebelum melakukan pengosongan kota, tentara dan rakyat Bandung
melakukan pembakaran terhadap gedung-gedung penting agar tidak dapat digunakan oleh
tentara Sekutu. Peristiwa pembakaran tersebut dikenal dengan Bandung Lautan Api.

44. Menjelaskan makna Maklumat Pemerintah di tahun 1945 bagi sistem


ketatanegaraan RI
Setelah memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia masih meraba-
raba sistem pemerintahan seperti apa yang terbaik bagi negara. Pada saat itu, Presiden dan
Wakil Presiden belum memiliki lembaga yang membantunya seperti MPR dan DPR.
Dilansir dari situs resmi Dewan Perwakilan Rakyat, dibentuklah Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) untuk membantu Presiden dalam pembangunan negara sebagai
badan legislatif.
Pada masa tersebut, Indonesia memiliki sistem pemerintahan Presidensial di mana Presiden
bertindak sebagai kepala negara dan pemerintahan. Hingga pada 11 November 1945 BP-
KNIP (Badan Pengurus Komite Nasional Indonesia Pusat) mengungkapkan veto tidak
percaya pada kabinet dengan mengusulkan adanya pertanggungjawaban menteri kepada
KNIP selaku parlemen. Usulan tersebut diterima baik oleh Presiden Soekarno dengan
dikeluarkannya Maklumat 14 November 1949.
Isi Maklumat 14 November 1945 Isi dari Maklumat 14 November 1945, sebagai berikut:
"Pemerintah Republik Indonesia setelah mengalami ujian-ujian yang hebat dengan
selamat, dari tingkatan yang pertama dari usahanya menegakan diri, merasa bahwa saat
sekarang sudah tepat untuk menjalankan macam-macam tindakan darurat guna
menyempurnakan tata usaha negara kepada susunan demokrasi. Yang terpenting dalam
perubahan-perubahan susunan kabinet baru itu ialah, bahwa tanggung jawab adalah di
tangan menteri "
Tujuan Maklumat 14 November 1945 Dari isi maklumat disebutkan bahwa menteri yang
awalnya bertanggung jawab pada Presiden, sekarang bertanggung jawab kepada parlemen.
Baca juga: Demokrasi Indonesia Periode Parlementer (1949-1959) Dari sini diketahui
tujuan Maklumat 14 November 1945, yakni perubahan sistem pemerintahan Indonesia dari
presidensial ke parlementer.
Sistem parlementer memosisikan Presiden sebagai kepala negara. Sementara parlemen
diketuai Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan. Eddy Sarwanto dalam jurnal Dasar
Hukum Dan Kedudukan Maklumat Wakil Presiden (1986) menjelaskan, pergantian sistem
pemerintahan dari presidensial ke parlementer berarti bergesernya pemerintahan dari
presiden ke perdana menteri. Selain itu sistem parlementer bertujuan meningkatkan
kebebasan demokrasi dibandingkan sistem presidensial, di mana presiden memiliki
kedudukan mutlak. Pada masa itu, kedudukan perdana menteri dijabat oleh Sutan Sjahir
sehingga kabinetnya disebut dengan Kabinet Sjahir I. Kabinet Sjahir menduduki
pemerintahan 14 November 1945 hingga 12 Maret 1946.
etelah kemerdekaan Republik Indonesia, pemerintah mengeluarkan maklumat yang berisi
tentang himbauan untuk mendirikan partai politik. Maklumat pemerintah tersebut
dikeluarkan dan ditandatangani oleh Wakil Presiden, Mohammad Hatta pada 3 November
1945 di Jakarta. Maklumat dikeluarkan sebagai tanggapan atas usul Badan Pekerja Komite
Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP) kepada pemerintah untuk mendirikan partai politik
sebanyak-banyaknya. Dalam buku Kekuatan-Kekuatan Politik Indonesia (2016) karya
Syaifruddin Jurdi, dalam maklumat pemerintah tersebut, Mohammad Hatta mengatakan:
1. Pemerintah menyukai timbulnya partai partai politik karena dengan adanya partai partai
itulah dapat dipimpin kejalan yang teratur segala aliran paham yang ada dalam
masyarakat.
2. Pemerintah berharap supaya partai partai politik itu telah tersusun, sebelumnya
dilangsungkan pemilihan anggota badan badan perwakilan rakyat pada bulan Januari
1946.
Pada akhir 1945, sejumlah partai politik dalam waktu relatif berdekata terbentuk. Partai
politik itu seperti, Partai Komunis Indonesia (PKI) yang berdiri pada 7 November 1945.
Lalu pada 8 November 1945 berdiri Partai Buruh Indonesia (PIB) dan Partai Rakyat Jelata
(PRJ). Pada 10 November 1945 berdiri Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan Partai
Sosialis Indonesia (PSI). Partai politik yang lahir tersebut memiliki ideologi yang berbeda.
Ada tiga falsafah yang dianut oleh kekuatan politik yang terbentuk berdasarkan maklumat
pemerintah. Ketiga falsafah tersebut adalah, Islam, Sosialis (yang kaitan langsung falsafah
Marxis), dan nasionalis. Maklumat Pemerintah 3 November 1945 disebut juga sebagai
tonggak awal demokrasi ndonesia. Maklumat dikeluarkan untuk persiapan rencana
penyelenggaraan pemilu pada Januari 1946. Meski dikeluarkannya maklumat sudah
direspon dengan antusias oleh berbagai kekuatan politik.
Perkembangan kehidupan multipartai pada saat diwarnai konflik antar partai. Dalan buku
Presidensialisme setengah hati: Dari Dilema ke Kompromi (2010) karya Hanta Yuda,
adanya konflik antar partai menimbulkan dampak negatif terhadap stabilitas jalannya
pemerintahan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kelembagaan sistem multipartai saat itu
masih rendah. Ketidakstabilan politik masa itu terlihat dari jatuh bangunnya kabinet.
Kabinet sering kali mendapat mosi tidak percaya dari kelompok oposisi.
Pergantian kabinet parlementer selam itu tidak kurang dari 25 kabinet. Pasca pemilu pertama
pada 1955, pemerintah dengan struktur politik multipartai belum menunjukkan stabilitas
politik. Hal ini terlihat masih pendeknya usia yang tidak mencapai lebih dari dua setengah
tahun. Kabinet Ali Sastroamidjojo II hanya berlangsung 1 tahun, 24 Maret 1956 hingga 8
April 1957. Kabinet Djuanda bahkan hanya berlangsung 3 bulan, dari 19 April hingga
berakhirnya sistem parlementer dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

45. Menganalisis dinamika pembentukan Badan Keamanan Rakyat


Badan Keamanan Rakyat (BKR) dibentuk dengan tujuan menjamin kententraman umum.
Awalnya merupakan bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang yang didirikan di
Jakarta. BKR adalah badan yang bertugas untuk melakukan pemeliharaan keamanan bersama
rakyat dan badan negara yang baru terbentuk setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Dalam buku Perlindungan Penduduk Sipil Dalam Perlawanan Rakyat Semesta dan Hukum
Internasional (1992) karya F Sugeng Istanto, BKR dibentuk pada 22 Agustus 1945 dalam
sidang PPKI dan diumumkan secara resmi oleh Sukarno pada 23 Agustus 1945. BKR
kemudian berkembang menjadi Tentara Nasional Indonesia hingga saat ini.
Latar belakang Pada tanggal 19 Agustus 1945, pimpinan koordinasi golongan pemuda
mengusulkan rancangan dekrit pembentukan tentara Indonesia sebagai kelengkapan negara
yang diproklamasikan. Selain itu, rancangan tersebut juga untuk menghadapi penguasa Jepang
yang masih memiliki persenjataan lengkap. Rancangan dekrit tersebut ternyata diketahui oleh
Jepang dan menganggap hal itu untuk melawan Jepang. Jepang kemudian cepat-cepat melucuti
dan membubarkan Peta dan Heiho. Peklucutan ini bertujuan untuk memuaskan Sekutu dan
melindungi dirinya sendiri dari serangan rakyat Indonesia.
Di lain pihak, pimpinan nasional Indonesia kembali ke politik diplomasinya dengan
mengubah rancangan dekrit pembentukan tentara menjadi maklumat pembentukan BKR.
Kemudian pada sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945 ditetapkan: Membentuk Komite
Nasional Indonesia Komite Nasional Indonesia Pusat Membentuk Partai Nasional Indonesia
sebagai Partai Negara Membentuk Badan Keamanan Rakyat . Setelah BKR diresmikan oleh
Sukarno, para pemuda dan mantan anggota PETA, Kaprawi, Sutaklasana, Latief
Hendraningrat, Arifin Abdurrachman, Machmud dan Zulkifli Lubis, berhassil merumuskan
struktur BKR sesuai dengan teritorial pendudukan Jepang.
BKR di luar Jakarta dipelopori oleh Arudji Kartawinata (Jawa Barat), Drg. Mustopo (Jawa
Timur), dan Sudirman (Jawa Tengah). Selain BKR Darar, dibentuk juga BKR Laut oleh Mas
Pardi, Adam, RE Martadinata, dan R Suryadi yang merupakan bekas murid dan guru dari
Sekolah Pelayaran Tinggi. Meski dipelopori oleh pemyuda, ternyata anak sebagian pemuda
yang tidak setuju dengan BKR dan mereka membentuk badan-badan perjuangan sendiri.
Misalnya Persatuan Pemuda Pelajar Indonesia di Bandung, Angkatan Muda Indonesia di
Surabaya, Balai Penerangan Pemuda Indonesia di Padang, dan masih banyak lainnya.
46. Menganalisis Peristiwa 3 Juli 1946 di Solo
Perdana Menteri Sjahrir diculik pada 26 Juni 1946 di Solo. Sang Perdana Menteri dianggap
lebih doyan berdiplomasi, dan secara peyoratif ia disebut kalangan oposisi sebagai
pemimpin yang 'suka mengalah' pada Belanda. Kelompok yang berseberangan ini adalah
orang-orang yang ingin "merdeka 100%" dari Belanda, yakni para pengikut Tan Malaka.
Robert Elson dalam Soeharto: Sebuah Biografi Politik (2005) mencatat: ada restu
Soedirman (yang kala itu satu kubu dengan Tan Malaka) dalam aksi penculikan tersebut.
Pemerintah kemudian berusaha menangkap dalang penculikan yakni Jenderal Mayor
Sudarsono—yang memerintahkan Komandan batalyon penjaga kota A.K. Yusuf menculik
Sjahrir. Untuk menangkap Sudarsono, perintah jatuh kepada Letnan Kolonel Soeharto.
Sekitar 2 Juli 1946, “di tengah-tengah suasana yang sedemikian tegang, di Markas Resimen
[di] Wiyoro, saya kedatangan ketua Pemuda Pathuk, Sundjojo namanya. Sundjojo menjadi
utusan Istana membawa pesan dari Presiden untuk saya,” aku Soeharto di buku Soeharto:
Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya (1989). Sundjojo bicara panjang lebar soal keadaan
negara termasuk soal keterlibatan Sudarsono, lalu ia memerintahkan Soeharto untuk
menangkapnya. Setelah Sundjojo, utusan lain pun datang. Kali ini sang utusan membawa
Surat Perintah Presiden. Isi perintahnya pun sama. Sebagai bawahan langsung dari Jenderal
Mayor Sudarsono, Soeharto merasa heran dengan perintah itu. “Di mana ada seorang
bawahan harus menangkap atasannya sendiri secara langsung, apalagi tidak ada bukti
tertulis?” batin Soeharto.
Soeharto pun memutuskan untuk mengembalikan surat perintah dan minta agar perintah
untuknya diberikan melalui Panglima Besar Jenderal Soedirman. “Bersamaan dengan itu
saya memberi jaminan, segera Resimen III mengadakan siaga penuh untuk menjaga
keselamatan negara dan kepala negara Republik Indonesia,” aku Soeharto. Dari
"pembangkangan" itu, Sukarno punya cap khusus pada Soeharto yang keras kepala dan
enggan menjalankan perintah Presiden. Sang panglima tertinggi lantas menyebut letkol
sebagai "ofsir koppig" (perwira keras kepala). Tak heran jika setelah Ahmad Yani
meninggal, bukan Soeharto-lah yang dijadikan caretaker Menteri Panglima Angkatan Darat
(KSAD). Setelah pasukan disiagakan, Soeharto menghadap Jenderal Mayor Sudarsono,
tertuduh kudeta yang merupakan panglima divisinya. Dia tidak memberitahu pada
Sudarsono ihwal perintah untuk menangkapnya. Apa yang Soeharto laporkan ialah "adanya
informasi yang belum jelas, yang akan menculik Jenderal Mayor Sudarsono.” Soeharto
bahkan menyarankan kepada atasannya yang sedang berada dalam bahaya itu untuk
mengamankan diri di Markas Resimen III di Wiyoro.
Sudarsono mengikuti saran bawahannya. Jelang Magrib, mobil Sudarsono tiba di markas
resimen tanpa pengawal. Keluar dari mobil, Soeharto diperlihatkan telegram yang isinya
memerintahkan Sudarsono untuk menghadap. Soeharto pun menyertakan pasukan pengawal
untuk menjaga Sudarsono. Jelang waktu salat Isya, Soedirman menelpon Soeharto untuk
memberitahu agar Sudarsono tetap di Markas Resimen III saja. Namun, Sudarsono sudah
pergi dan baru muncul tengah malam di markas resimen. Sudarsono tak datang sendiri kali
ini. Soeharto mengenali orang-orang yang ikut bersama-sama Sudarsono, yakni pemimpin-
pemimpin politik yang baru saja dikeluarkan dari Rumah Tahanan Wirogunan. Sudarsono
berkata kepada Soeharto bahwa dirinya diberi kuasa Panglima Soedirman untuk menghadap
presiden esok hari di Istana. “Wah keterlaluan Panglima saya ini, dikira saya tak mengetahui
persoalannya. Saya mau diapusi (dibohongi). Tak ada jalan lain selain balas ngapusi dia,”
batin Soeharto. Malam itu juga, tentu tanpa sepengetahuan Sudarsono, pihak istana dilapori
soal rencana Jenderal Mayor Sudarsono itu.
Pada 3 Juli 1946, tepat hari ini 73 tahun lalu,
Jenderal Mayor Sudarsono beserta pemimpin
politik yang bebas dari Wirogunan itu menuju
istana di pagi hari, dalam kawalan pasukan
pimpinan Sersan Gudel. Setibanya di depan
Istana Negara Gedung Agung, pasukan
pengawal istana dan presiden melucuti mereka.
Haram hukumnya seorang tentara, bahkan
jenderal sekalipun, membawa senjata apapun
ketika hendak menemui presiden. Pagi itu, Hatta
sedang mengobrol dengan Mr. Abdulmadjid,
kawan Hatta di Perhimpoenan Indonesia. Tiba-
tiba seorang pengawal menghampiri Hatta dan
Hatta diminta datang oleh Presiden Sukarno.
Sukarno sedang bersama Sudarsono. Begitu
Hatta tiba, Sukarno menunjukkan sebuah surat
yang isinya meminta agar Kabinet Sjahrir
dibubarkan dan dibentuk kabinet baru. Surat itu,
menurut Sudarsono, berasal dari Jenderal
Soedirman. “Aku tidak percaya. Sebab itu aku
pergi ke kamar sebelah, menelpon kepada
Jenderal Oerip Soemohardjo, menanyakan di
mana pada waktu itu Panglima Soedirman.
Sekaligus aku ceritakan isi surat yang dibawakan oleh Jenderal Sudarsono. Jenderal Oerip
menjawab, bahwa Panglima Besar Soedirman mustahil membuat surat semacam itu kepada
Presiden,” tulis Hatta. Sementara itu, Sudarsono ngotot. Ia mengatakan beberapa orang
pemimpin politik sipil yang ikut bersamanya bisa bersaksi bahwa surat itu benar-benar dari
Soedirman. Sukarno dan Hatta sepakat bahwa yang dilakukan Sudarsono dan kawan-kawan
politikus sipilnya adalah sebuah kudeta. Sejarah mengenangnya sebagai Kudeta 3 Juli 1946,
kudeta pertama dalam sejarah Republik Indonesia. Menurut Elson, apa yang dipaparkan
Soeharto dalam buku Soeharto: Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya (1989) yang ditulis
Ramadhan K.H. adalah upaya Soeharto memposisikan diri sebagai orang netral.
Mengenai pemimpin-pemimpin politik yang ikut Sudarsono, Soeharto tak menyebut secara
jelas nama-nama mereka. Begitu juga dalam memoar Hatta, Mohammad Hatta Memoir
(1979). Namun, dalam memoar Mangil Martowidjojo berjudul Kesaksian Tentang Bung
Karno 1945-1967, ajudan kepercayaan Sukarno ini mencatat beberapa nama, yakni:
“Jenderal Mayor Sudarsono Panglima Divisi III; Mr. Achmad Subardjo; Mr. Iwa
Kusumasumantri; Sukarni; Chaerul Saleh; Sajuti Melik, dan istri (SK Trimurti); dr.
Buntaran; Mr. Mohammad Yamin, dan Tan Malaka sebagai pemimpinnya.” Di antara nama-
nama yang disebut itu, belakangan ada yang masih bisa menjadi menteri, bahkan digelari
Pahlawan Nasional Republik Indonesia. Dari segi perlakuan terhadap pelaku kudeta, kudeta
ini adalah kudeta yang penuh ampunan.

47. Menjelaskan konflik Indonesia-Belanda dalam Agresi Militer I dan II


Agresi Militer 1
Setelah memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia tidak serta merta
bebas dari penjajah. Belanda masih terus berupaya merebut kemerdekaan Indonesia melalui
sejumlah serangan, salah satunya Agresi Militer Belanda I atau Operatie Product.
Agresi Militer Belanda I adalah operasi militer yang digencarkan Belanda di Pulau Jawa dan
Sumatera pada 21 Juli - 5 Agustus 1947. Berikut sebab dan kronologi serangan Agresi Militer
Belanda I. Sebab Agresi Militer Belanda I adalah kekalahan Belanda dalam
peperangan.Kekalahan itu membuat ekonomi Belanda lesu.
Belanda pun ingin membangkitkan perekonomian negaranya dengan kembali menguasai
kekayaan alam Indonesia. Sejumlah tentara Belanda pun dikirim kembali ke Indonesia.

Belanda datang dengan membonceng pasukan sekutu yang menang Perang Dunia II. Kali ini,
Belanda datang dengan bendera baru. Bukan lah VOC, melainkan NICA (Netherlands Indies
Civiele Administration) atau Pemerintahan Sipil Hindia Belanda.

NICA mendarat di Sabang, Aceh dan sampai di Jakarta pada 15 September 1945. Tentara
NICA dipimpin oleh Letnan Gubernur Jenderal Hubertus van Mook.

Agresi militer Belanda I adalah operasi militer yang digencarkan Belanda pasca kemerdekaan
Indonesia untuk menguasai sumber daya alam Indonesia. (Foto: Nationaal Museum van
Wereldculturen/C.J. Taillie via Wikimedia Commons (CC BY-SA 3.0)
Van Mook datang menyampaikan pidato Ratu Wilhelmina yang menyebutkan Indonesia dan
Belanda membentuk sebuah persemakmuran. Dengan kata lain, Indonesia berada di bawah
naungan Kerajaan Belanda.

Namun, masyarakat dan pemerintah Indonesia yang sudah merdeka tak menerima pidato
tersebut. Mereka bertekad memukul mundur para penjajah. Situasi pun mulai memanas.

Pada 15 Juli 1947, van Mook mengeluarkan ultimatum atau peringatan keras meminta
Indonesia menarik mundur pasukannya sejauh 10 km dari garis demarkasi atau garis
gencatan senjata. Ultimatum tersebut ditolak mentah-mentah.

Lima hari kemudian, pada 21 Juli, van Mook melalui siaran radio secara gamblang
menyatakan bahwa Belanda tidak lagi terikat pada hasil Perjanjian Linggarjati.

Perundingan Linggarjati itu alah satunya pengakuan belanda secara de facto pada Negara
Republik Indonesia.

Baca juga:Sejarah Perjanjian Linggarjati: Isi dan Hasil Perundingan


Setelah pengumuman itu, dalam waktu kurang dari 24 jam Agresi Militer Belanda I dimulai.

Agresi Militer Belanda I memiliki tujuan menguasai sumber daya alam Indonesia yang berada
di Sumatera dan Jawa. Di pulau Jawa, Belanda bergerak ke Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
Jawa Timur. Mereka hendak menguasai perkebunan, pabrik, dan pelabuhan.

Sementara di Sumatera, Belanda bertujuan menguasai perkebunan dan pertambangan


khususnya minyak dan batu bara. Kekayaan alam ini akan menjadi modal ekonomi Kerajaan
Belanda.

Belanda melancarkan serangan yang menyebabkan banyak orang meninggal dunia.

Pemerintah Indonesia melaporkan agresi militer ini kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa


(PBB). PBB lantas mengeluarkan resolusi pada 1 Agustus 1947.

Dewan Keamanan PBB terus mendesak Belanda menghentikan agresi militer. Belanda pun
menerima resolusi itu dan menyetop pertempuran pada 5 Agustus 1947.

Latar Belakang Agresi Militer Belanda II Mengutip dari skripsi “Agresi Militer Belanda I dan II
(Periode 1947 – 1949) dalam Sudut Pandang Hukum Internasional”, yang berjudul
diterangkan bahwa setelah Perjanjian Renville, Belanda kemudian mendirikan beberapa
negara bagian di wilayah bekas Hindia Belanda. Wilayah tersebut berhasil dikuasai Belanda
melalui Agresi Militer 1.
Perjanjian Renville sulit dilaksanakan kedua belah pihak. Keduanya bahkan saling menuduh
terjadi pelanggaran. Belanda menuduh Indonesia melakukan penyusupan, penyerangan, dan
penjarahan di wilayah dikuasai Belanda. Mereka menuduh pihak Indonesia tidak bisa
mengurasi tentara rakyat. Sementara itu, Indonesia menganggap Belanda tidak menghormati
isi perjanjian yang sudah disepakati bersama. Indonesia menganggap Belanda tetap
melakukan politik adu domba seperti pembentukan Negara Federal dan konferensi Federal
Bandung. Belanda juga dituduh sering melanggar garis demarkasi militer yang sudah
disetujui.

Dari latar belakang tersebut menyebabkan Belanda akhirnya melakukan operasi militer yang
dikenal sebagai Agresi Militer Belanda II. Setidaknya ada tiga tujuan Agresi Militer Belanda 2,
yaitu: Menghancurkan status Indonesia sebagai negara kesatuan. Menguasai Yogyakarta
yang pada saat itu ibu kota negara. Menangkap pemimpin Indonesia.
Kronologi Agresi Militer Belanda 2 Agerasi Militer Belanda terjadi pada tanggal 19 – 20
Desember 1948 yaitu saat Belanda menyerang Yogyakarta. Operasi tersebut dirancang oleh
Letnan Jenderal Simon Spoor yang menerapkan strategi serangan seperti yang dilakukan
Jepang saat menyerang Amerika Serikat. How to Break Free From 'Doom-Scrolling' Kekuatan
militer Belanda yang cukup besar membuat perlawanan Indonesia tidak berarti. Hanya dalam
hitungan jam, Belanda berhasil menduduki Yogyakarta. Bahkan Belanda berhasil menawan
pimpinan sipil seperti Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Sjahrir, dan
beberapa tolih lain. Belanda mengasingkan tokoh tersebut ke Sumatra.
Sementara itu, pimpinan militer Indonesia memutuskan untuk melakukan Pering Gerilya.
Jatuhnya Yogyakarta ke tangan Belanda menyebabkan terbentuknya Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia di Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara. Pasukan
Belanda segera melakukan operasi pembersihan pihak Indonesia dengan menangkap dan
menawan ratusan orang yang dicurigai. Belanda mencoba membenarkan aksi militernya
dengan beberapa alasan, antara lain: Terdapat infiltrasi yang dilakukan pasukan Indonesia ke
daerah yang diduduki Belanda. Pemerintah Indonesia tidak berdaya untuk mengendalikan
TNI yang merusak keamanan dan ketentraman Selain itu, pemerintah Indonesia dianggap
tidal bisa memenuhi janji karena tidak berkuasa atas beberapa golongan di daerahnya.
Pemerintah Indonesia tidak dapat menekan bahaya komunis.
Beberapa saat setelah serangan militer Belanda ke Yogyakarta, Dr. Beel sekali Wakil Mahkota
Agoeng di Batavia melakukan siara pers. Siaran tersebut berisi pernyataan bahwa Belanda
tidak mau terikat lagi dengan perjanjian gencatan senjata dengan Indonesia lewat Perjanjian
Renville. Belanda menganggap bahwa pihak Indonesia tidak bersedia menghormati gencatan
senjata dan sering melakukan pelanggaran ke wilayah yang diduduki Belanda. Di lain sisi
pihak Indonesia tidak pernah menyerah. Walaupun Soekarno dan Hatta sudah tertangkap,
namun TNI masih gigih melakukan perlawan terhadap Belanda.

Tanggal 1 Maret 1949, TNI melakukan serangan besar ke Yogyakarta. Serangan balik tersebut
dicanangkan oleh petinggi militer berdasarkan instruksi Panglima Besar Soedirman dengan
mengikutsertakan beberapa pimpinan sipil setempat. Kecerdasan Panglima Besar Soedirman
menjadikannya sebagai salah satu tokoh Agresi Militer Belanda II yang disegani hingga saat
ini. Serangan balik Indonesia dilakukan untuk membuktikan eksistensi TNI dan menunjukan
bahwa Indonesia masih ada. Serangan tersebut sukses membuat moral Belanda menurun
dan membuat posisi Indonesia semakin baik dalam perundingan di Dewan Keamanan PBB.
Dukungan Dunia Internasional Terhadap Indonesia saat Agresi Militer Belanda 2 Kejadian Agresi
Militer Belanda 2 menuai banyak kecaman dari negara-negara di Asia. Atas inisiatif dari
Burma, Perdana Menteri India, Jawaharlal Pandit Nehru, mengadakan Konferensi Asia di
India yang dihadiri oleh 19 Negara (empat sebagai peninjau yaitu: China, Thailand, Nepal dan
Selandia Baru; dan 15 sebagai peserta penuh yaitu: Afganistan, Australia, Burma, Sri Lanka,
Mesir, Ethiopia, India, Iran, Irak, Libanon, Pakistan, Filipina, Arab Saudi, Siria, dan Yaman).
Konferensi tersebut diselenggarakan dengan tujuan untuk memberi dukungan politik dan
moril bagi perjuangan rakyat Indonesia yang sedang memperjuangkan kemerdekaannya.
Tindakan Belanda juga dianggap menggangu perdamaian. Dalam konferensi tersebut
menghasilkan tiga butir resolusi untuk mengatasi perang yang sedang terjadi di Indonesia.
Hasil konferensi tersebut disampaikan kepada Dewan Keamanan PBB untuk
dipertimbangkan dan ditindak lanjuti.
Dampak Agresi Militer Belanda 2 Peristiwa Agresi Militer Belanda 2 ternyata memberikan
dampak bagi kedua belah pihak baik Indonesia atau Belanda. Terbentuk Pemerintahan
Darurat Republik Indonesia. Banyak korban tewas dari kelompok TNI. Beberapa bangunan di
Yogyakarta hancur akibat serangan Belanda. Dampak untuk Belanda Pasukan Belanda tidak
merasakan kemenangan sepenuhnya karena TNI berhasil melakukan serangan balik.
Pasukan Belanda kewalahan menghadapi serangan balik TNI. Propraganda Belanda yang
menyebutkan bahwa pemerintahan Indonesia sudah tidak ada tidak terbukti. Sebab TNI bisa
melakukan serangan balik dan Indonesia berhasil membuat pemerintahan darurat.

48. Menganalisis upaya diplomasi Indonesia-Belanda pascakemerdekaan RI


Indonesia dinyatakan merdeka melalui sebuah proklamasi yang dikumandangkan oleh
Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1945. Namun, perjuangan Indonesia masih belum
berakhir lantaran selama kurun waktu tahun 1945 sampai 1949, Belanda masih terus
menolak untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. Indonesia lantas melakukan berbagai
cara untuk bisa mempertahankan status kemerdekaannya. Bentuk perjuangan diplomatik
yang dilakukan Indonesia dalam upaya mempertahankan kemerdekaan adalah: Baca juga:
Bank Indonesia: Sejarah, Fungsi, dan Tugasnya Perjanjian Linggarjati Perjanjian
Linggarjati dimulai di Jawa Barat pada 11 - 15 November 1946. Melalui perundingan ini,
Indonesia dan Belanda membahas soal status kemerdekaan Indonesia. Perjanjian
Linggarjati ini terjadi lantaran waktu itu Jepang berusaha menetapkan status quo di
Indonesia yang menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dengan Belanda.
Kemudian, Indonesia dan Belanda pun diundang untuk melakukan perundingan di Hooge
Veluwe oleh pemerintah Inggris. Dalam perundingan tersebut, Indonesia meminta
Belanda untuk mengakui kedaulatan atas Pulau Jawa, Sumatera, dan Madura. Namun,
Belanda hanya menerima untuk mengakui Indonesia atas Pulau Jawa dan Madura saja.
Alhasil perundingan tersebut gagal dilakukan. Kemudian pada 25 Maret 1947, di Istana
Rijswijk (sekarang Istana Merdeka), Perjanjian Linggarjati terbentuk dan ditandangani
oleh kedua belah pihak. Isi dari Perjanjian Linggarjati yakni: Belanda mengakui secara de
facto atas eksistensi Negara Republik Indonesia yang meliputi Sumatera, Jawa, dan
Madura. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam bentuk membentuk
negara Serikat, yang salah satu negaranya adalah Republik Indonesia. Republik Indonesia
Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia - Belanda dengan Ratu Belanda
sebagai ketuanya. Baca juga: Asas-Asas Perjanjian Internasional Perjanjian Renville
Perundingan Renville terjadi pada tanggal 1 Agustus 1947, di mana Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan resolusi sebuah gencatan senjata antara
Belanda-Indonesia. Jenderal Van Mook dari Belanda memerintahkan pasukannya
melakukan gencatan senjata pada 5 Agustus. 20 hari kemudian, 25 Agustus, Dewan
Keamanan berusaha untuk menyelesaikan konflik antara Indonesia dengan Belanda
melalui saran dari Amerika Serikat. Agar konflik dapat mereda dengan damai, dibentuklah
Komisi Tiga Negara yang telah disetujui kedua belah pihak, yaitu Amerika Serikat,
Australia, dan Belgia. Pemerintah RI dan Belanda pada 17 Agustus 1947 sudah lebih dulu
sepakat untuk melakukan gencatan senjata sampai Perjanjian Renville disetujui, tetapi
perang terus berlanjut. Sampai akhirnya Perjanjian Renville ditandatangani pada 17
Januari 1948 antara Indonesia dengan Belanda di atas geladak kapal perang Amerika
Serikat yang berlabuh di Jakarta. Isi dari Perjanjian Renville: Belanda hanya mengakui
Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sumatera sebagai bagian wilayah Republik Indonesia.
Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan daerah
pendudukan Belanda. TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di
wilayah pendudukan di Jawa Barat dan Jawa Timur. Baca juga: Mengapa Perjanjian
Linggarjati Merugikan Indonesia? Perjanjian Roem-Royen Perjanjian Roem Royen
dibentuk oleh Indonesia dan Belanda untuk menyelesaikan konflik di awal kemerdekaan.
Perjanjian tersebut kemudian ditandatangani pada 7 Mei 1949. Isi dari perjanjian Roem-
Royen sebenarnya untuk mempertegas kesediaan berdamai antara kedua belah pihak,
Indonesia dan Belanda. Memiliki proses yang sangat alot, pertemuan ini pun perlu
dihadiri oleh Mohammad Hatta juga Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Dalam perjanjian
ini, pihak delegasi Republik Indonesia menyatakan bersedia untuk: Mengeluarkan perintah
kepada pengikut Republik yang bersenjata untuk menghentikan Perang Gerilya.
Bekerjasama mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban dan keamanan. Turut
serta dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) untuk mempercepat "penyerahan" kedaulatan
yang sungguh lengkap kepada Negara Indonesia Serikat dengan tidak bersyarat.
Perjanjian Roem-Royen untuk Belanda yaitu: Belanda menyetujui kembalinya pemerintah
RI ke Yogyakarta. Menjamin penghentian gerakan-gerakan militer dan membebaskan
semua tahanan politik. Tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang ada di
daerah yang dikuasai oleh RI sebelum tanggal 19 Desember 1948 dan tidak akan
meluaskan negara atau daerah dengan merugikan Republik. Menyetujui adanya Republik
Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat. Berusaha dengan sesungguh-
sungguhnya supaya KMB segera diadakan setelah pemerintah Republik kembali ke
Yogyakarta. Baca juga: Perjanjian Internasional: Pengertian Para Ahli, Klasifikasi,
Tahapan, dan Contohnya Konferensi Inter Indonesia I Pada 19 Juli 1949, diselenggarakan
Konferensi Inter Indonesia I yang dipimpin oleh Drs. Mohammad Hatta. Konferensi
tersebut masih terkait dengan Perjanjian Roem Royen yang ditandatangani pada 7 Mei
1949. Salah satu isi dari perjanjian tersebut berbunyi "RI akan turut serta dalam KMB
dengan maksud mempercepat penyerahan kedaulatan tidak bersyarat". Oleh karena itu,
sebelum KMB diselenggarakan, perlu terlebih dulu diadakan pendekatan antara RI dengan
BFO (Bijeenkomst Voor Federal Overleg atau Pertemuan Musyawarah Federal). Untuk
itu, pada 19 sampai 22 Juli 1949, diadakan Konferensi Inter Indonesia I (KII) yang
diselenggarakan di Hotel Toegoe, Yogyakarta. KII pertama ini membahas tentang
pembentukan RIS (Republik Indonesia Serikat) terutama mengenai susunan dan hak-hak
negara bagian atau otonom. Dari perundingan KII pertama didapatkan hasil: Negara
Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS) berdasarkan
demokrasi dan federalisme. RIS akan dikepalai seorang presiden konstitusional dibantu
oleh menteri-menteri yang bertanggungjawab kepada DPR. Akan dibentuk dua badan
perwakilan, yaitu sebuah DPR dan sebuah Dewan Perwakilan Negara Bagian (Senat).
Pertama kali dibentuk DPR sementara. Pemerintah Federal Sementara akan menerima
kedaulatan bukan saja dari pihak Negara Belanda, melainkan pada saat yang sama juga
dari Republik Indonesia. Baca juga: Rumania dan Yunani akan Buat Perjanjian Skema
Perjalanan, Buka untuk Wisatawan Pertengahan April Konferensi Inter Indonesia II
Konferensi Inter Indonesia II terjadi di Jakarta pada 31 Juli sampai 3 Agustus 1949.
Konferensi kedua ini masih dipimpin oleh Moh. Hatta untuk membahas masalah pokok
yang telah disetujui di Konferensi Inter Indonesia I. RI dan BFO (Bijeenkomst Voor
Federal Overleg atau Pertemuan Musyawarah Federal) setuju untuk membentuk Panitia
Persiapan Nasional guna menyelenggarakan suasana tertib sebelum dan sesudah KMB
(Konferensi Meja Bundar). Setelah masalah internal ini disepakati, maka bangsa
Indonesia telah menjadi satu kesatuan dan siap menghadapi KMB. Pada tanggal 4
Agustus 1949 delegasi RI pun diangkat untuk dirundingkan di KMB di bawah pimpinan
Drs. Mohammad Hatta. Sedangkan untuk delegasi BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II
dari Pontianak. Baca juga: Jelang Referendum Perjanjian Dagang Indonesia-Swiss,
Begini Tanggapan Dubes RI Konferensi Meja Bundar Konferensi Meja Bundar (KMB)
merupakan sebuah pertemuan yang terjadi di Den Haag, Belanda dari 23 Agustus sampai
2 November 1949. KMB dihadiri oleh perwakilan Republik Indonesia, Belanda, dan
BFO. Tujuan diadakannya KMB ini adalah untuk mengakhiri perselisihan yang terjadi
antara Indonesia dengan Belanda. Sebelumnya, Indonesia telah lebih dulu melakukan
berbagai macam perjanjian, seperti Linggarjati, Renville, dan Roem Royen, untuk
membuat Belanda bersedia menyerahkan kedaulatan pada Republik Indonesia Serikat.
Setelah melalui berbagai macam pembahasan, pada 2 November 1949, Konferensi Meja
Bundar menghasilkan keputusan: Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik
Indonesia Serikat pada akhir Desember 1949. Akan dibentuk Uni Indonesia-Belanda.
Dalam uni tersebut, Indonesia dan Belanda akan bekerja sama. Indonesia dan Belanda
memiliki kedudukan yang sederajat. Indonesia akan mengembalikan semua milik Belanda
dan membayar utang-utang Hindia Belanda sebelum tahun 1949. Masalah Irian Barat
akan dibahas satu tahun kemudian.
49. Menganalisis hasil KMB dan dampaknya bagi kehidupan sosial politik di Indonesia
Konferensi Meja Bundar (KMB) dilaksanakan di Gedung Parlemen di Den Haag, Belanda
pada tanggal 23 Agustus 1949 - 2 November 1949.
Tujuan dari Konferensi Meja Bundar adalah untuk menyelesaikan sengketa antara
Indonesia-Belanda, sekaligus memperoleh pengakuan kedaulatan Indonesia yang
merdeka dan berdaulat.

Pada 4 Agustus 1949, pemerintah RI menyusun dan membentuk delegasi untuk


menghadiri KMB. Perwakilan Indonesia pada KMB diketuai oleh Moh. Hatta, dengan
beberapa anggotanya seperti Mr. Moh. Roem, Prof. Dr. Soepomo, dr. J. Leimina, Mr. Ali.
S, Mr. Suyono Hadinoto, Dr. Sumitro Djojohadikusumo, Mr. Abdul Karim, Kolonel T.B.
Simatupang, dan Dr. Muwardi.

KMB dihadiri oleh Perwakilan Republik Indonesia, Belanda, dan BFO (Bijeenkomst voor
Federaal Overleg), yang mewakili beberapa negara yang diciptakan oleh Belanda di
Indonesia, seperti dikutip dari modul Sejarah Paket C Setara SMA/MA Kelas XII terbitan
Kemendikbud yang ditulis oleh Aminullah, S.Pd., dkk.

Peserta yang menghadiri KMB antara lain:


-Indonesia (Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem, Prof. Dr. Soepomo)
-BFO (Sultan Hamid II)
-Belanda (Mr. Van Marseveen)
-UNCI (Chritcley)

Baca juga:
Sejarah Terbentuknya Republik Indonesia Serikat
Hasil dari Konferensi Meja Bundar
Mengutip modul PKN SMP/MTs Kelas IX terbitan Kemendikbud oleh Ai Tin Sumartini dan
Asep Sutisna Putra berikut merupakan hasil dari Konferensi Meja Bundar:

-Belanda mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS), sebagai negara yang merdeka dan
berdaulat.
-Pembentukan Uni Belanda - RIS secara simbolis yang dipimpin oleh Ratu Belanda.
-Ir. Soekarno dan Moh. Hatta akan menjabat sebagai Presiden dan Wakil Presiden RIS
untuk periode 1949-1950, serta Moh. Hatta sebagai perdana menteri.
-Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik, dan beberapa korvet akan diserahkan ke RIS.
-Tentara KNIL dibubarkan, dan tentara Belanda ditarik mundur dengan catatan para
anggota yang diperlukan dimasukkan dalam kesatuan TNI.
-Masalah Irian Barat yang tidak dimasukkan ke dalam RIS, karena masih dikuasai oleh
Belanda hingga sampai dilakukannya perundingan lebih lanjut.
-Pemerintah Indonesia harus menanggung utang Hindia Belanda 4,3 miliar gulden.

Penyerahan kedaulatan RI setelah KMB dari Belanda kepada Indonesia dilakukan di 2


tempat yakni di Jakarta (Indonesia) dan Amsterdam (Belanda) pada 27 Desember 1949.

Pada 23 Desember 1949, Indonesia yang diwakili Moh. Hatta berangkat ke Belanda.
Penyerahan kedaulatan Indonesia di Belanda terjadi di ruang takhta Amsterdam, Belanda
diwakili oleh Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Dress, dan Mr. A.M.J. A. Sassen.

Di Jakarta, naskah penyerahan kedaulatan diwakili oleh Sultan Hamengkubuwono IX


sebagai wakil Indonesia dan A.H.J Lovink sebagai wakil dari Belanda.
Kesepakatan yang dihasilkan dalam KMB ternyata masih belum bisa menyelesaikan
permasalahan bagi Indonesia. RIS dianggap sebagai produk rekayasa van Mook, yang
suatu saat bisa saja dijadikan strategi untuk merebut kembali Indonesia melalui politik
devide et impera.

Setelah melalui perjuangan diplomasi, deklarasi Juanda (deklarasi untuk mewujudkan


batas wilayah laut sekitar NKRI yang bersatu dan berdaulat) dapat ditetapkan dalam
Konvensi laut PBB ke III, pada 1982 (United Nations Convention on The Law of The Sea
(UNCLOS).

KMB dapat diartikan sebagai perjuangan bangsa Indonesia melalui perundingan. Hal
tersebut mencerminkan budaya bangsa dalam ideologi pancasila, yang mengutamakan
persatuan dan kesatuan. Musyawarah mufakat dalam Konferensi Meja Bundar juga
sekaligus membuktikan bahwa Indonesia adalah negeri yang cinta damai.

50. Menganalisis respon dunia internasional terhadap kemerdekaan Indonesia


Pada 17 Agustus 1945 Indonesi memproklamasikan kemerdekaan mereka dan berdirilah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terbentuknya suatu negara ini sendiri
dipengaruhi oleh dua unsur, salah satunya adalah unsur deklaratif. Dalam unsur deklaratif
ini kemerdekaan suatu negara perlu untuk mendapat pengakuan dari negara lain agar tidak
diasingkan dalam hubungan internasional. Beberapa negara yang mengakui kemerdekaan
RI adalah: Mesir India Australia Suriah Lebanon Arab Saudi Palestina Yaman Belanda
Vatikan Baca juga: Kasman Singodimedjo: Peran, Perjuangan, dan Kiprah Mesir Dukungan
Mesir terhadap Indonesia yaitu pada saat Muhammad Abdul Mu'im, Konsul Jenderal Mesir,
datang ke Yogyakarta pada 13 sampai 16 Maret 1947. Tujuan kedatangannya adalah untuk
menyampaikan pesan dari Liga Arab yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Liga Arab
adalah organisasi yang terdiri dari negara-negara Arab. Peran Mesir sangatlah besar dalam
pengakuan kemerdekaan Indonesia. Mesir menjadi negara yang sering mengeluarkan
anjuran agar negara-negara anggota Liga Arab mengakui kemerdekaan Indonesia. Bahkan,
Mesir berhasil meyakinkan Suriah, Qatar, Irak, dan Arab Saudi untuk turut mendukung
kemerdekaan Indonesia. Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan
Indonesia. India Pada 1946, Indonesia melakukan diplomasi beras ke India. Indonesia
mengirim bantuan sebesar 500.000 ton beras kepada India yang kala itu mengalami krisis
pangan akibat penjajahan Inggris. Diplomasi dari Indonesia ini lantas membuat India
gencar menyuarakan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Australia Australia adalah negara
yang berbatasan laut dengan Indonesia. Kondisi ini yang kemudian membuat Australia ikut
terlibat dalam menyuarakan dukungan kemerdekaan Indonesia. Bentuk dukungan Australia
terhadap kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia melalui Black Armada. Black Armada
terjadi pada 24 September 1945. Suriah Meskipun Indonesia sudah memproklamasikan
kemerdekaan, Belanda masih terus melakukan agresi militer. Suriah pun menjadi salah satu
negara Liga Arab yang turut memperjuangkan persoalan yang dihadapi oleh Indonesia
untuk dibahas dalam PBB tahun 1947. Sampai akhirnya, Agresi Militer Belanda di
Indonesia berhasil diberhentikan dengan cara damai. Pada 2 Juli 1947, Agus Salim,
perwakilan diplomat Indonesia mengadakan perjanjian persahabatan dengan Suriah di
Damaskus. Melalui penandatanganan perjanjian tersebut, Indonesia secara resmi telah
diakui sebagai negara yang berdaulat oleh pemerintah Suriah. Baca juga: I Gusti Ngurah
Made Agung: Kepemimpinan, Karya, dan Perjuangannya Lebanon Pada 21 Juli 1947, misi
diplomatik Indonesia berlanjut ke Lebanon. Dalam kunjungan ini, Agus Salim berunding
dengan Perdana Menteri Lebanon, Riadh al Solh. Perundingan keduanya berjalan dengan
lancar. Hasil perundingan tersebut adalah pemerintah Lebanon secara resmi memberikan
pengakuan kemerdekaan kepada Indonesia pada 29 Juli 1947. Baca juga: Negara-negara
yang Mendukung Kemerdekaan Indonesia Arab Saudi Setelah diakui kemerdekaanya oleh
Lebanon, misi Indonesia berlanjut ke Arab Saudi. Dalam kunjungan ke Arab Saudi ini Agus
Salim digantikan oleh Mohammad Rasjidi sebagai ketua diplomat karena Agus Salim harus
menghadiri Sidang Dewan Keamanan New York. Rasjidi pun melakukan perundingan
bersama Raja Abdul Aziz al Saud. Perundingan antara keduanya pun menghasilkan
pengakuan kemerdekaan terhadap Indonesia pada 21 November 1947. Baca juga: ASEAN:
Latar Belakang Berdirinya, Tujuan, dan Negara Anggota Yaman Negara Yaman resmi
mengakui kemerdekaan RI pada 20 November 1947. Pengakuan kedaulatan ini
disampaikan melalui perwakilan Yaman di Liga Arab. Yaman sendiri menjadi negara Arab
terakhir yang mengakui kedaulatan Indonesia pada masa Revolusi Indonesia. Palestina
Palestina secara de facto mengakui RI sebagai negara yang merdeka setahun sebelum
kemerdekaan RI yang sebenarnya, yaitu pada 6 September 1944. Pengakuan ini
disebarluaskan ke seluruh dunia Islam oleh seorang mufti besar Palestina, Syekh
Muhammad Amin Al-Husaini. Baca juga: Komisi Tiga Negara: Latar Belakang, Anggota,
dan Tugas Vatikan Vatikan merupakan negara Eropa yang resmi memberi pengakuan
kemerdekaan Indonesia pada 6 Juli 1947. Pengakuan Vatikan atas kemerdekaan Indonesia
ini ditandai dengan dibentuknya Apostolic Delegate atau kedutaan besar Vatikan di Jakarta.
Pengakua kemerdekaan Indonesia oleh Vatikan ini dilatarbelakangi dengan persamaan
prinsip antara keduanya, sebagai berikut: Mendukung terciptanya perdamaian dunia
Menolak pandangan ateisme di dunia Mendukung terciptanya kerukunan antar umat
beragama di dunia Menciptakan keadilan sosial bagi seluruh umat manusia Memelihara
kesejahteraan seluruh umat manusia Baca juga: Konferensi Meja Bundar: Latar Belakang,
Tujuan, Hasil, dan Dampaknya Belanda Pengakuan kedaulatan Indonesia oleh pihak
Belanda terjadi setelah melaksanakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag,
Belanda, 23 Agustus 1949 sampai 2 November 1949. Indonesia mengirimkan tim delegasi
yang dipimpin oleh Mohammad Hatta. Dalam KMB, Belanda bersedia mengakui
kedaulatan RI secara penuh. Kemudian Indonesia juga sepakat untuk membentuk sebuah
Uni Personal dengan kerajaan Belanda. Setelah melalui berbagai persoalan, akhirnya
Indonesia berhasil memperoleh pengakuan kedaulatan dari dunia internasional. Belanda
juga menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia.
Negara Belanda baru mengakui kemerdekaan Indonesia setelah beberapa tahun kemudian.
tepatnya pada 27 Desember 1945. Kemerdekaan Indonesia kemudian diakui secara resmi
sesuai dengan hukum (de jure) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 28
September 1950.

51. Menganalisis kebijakan pembangunan ekonomi pemerintah RI di awal


kemerdekaan
Salah satu sektor yang diperbaiki oleh pemerintah Republik Indonesia saat itu adalah sektor
perekonomian. Perekonomian merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Ketika Republik Indonesia terbentuk, kondisi perekonomian
Indonesia masih kacau. Berbagai permasalahan seperti hiperinflasi, blokade ekonomi, dan
kekosongan kas negara.

1. Kebijakan untuk Mengatasi Hiperinflasi


Salah satu permasalahan yang menyebabkan kacaunya perekonomian Indonesia pada awal
kemerdekaan adalah hiperinflasi. Hiperinflasi adalah keadaan menurunnya nilai mata uang
secara berlebihan. Kondisi tersebut disebabkan peredaran mata uang Jepang secara besar-
besaran dalam masyarakat. Dengan kondisi tersebut dibutuhkan uang dalam jumlah
banyak untuk membeli barang. Sementara itu, pemerintah Indonesia belum dapat
menghentikan peredaran mata uang Jepang karena belum memiliki mata uang pengganti.
Oleh karena itu, pemerintah Indonesia melakukan beberapa kebijakan untuk mengatasi
masalah tersebut.

a. Pinjaman Nasional
Kekosongan kas negara menjadi salah satu pemicu besarnya inflasi di Indonesia pada awal
kemerdekaan. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia berupaya mengatasinya dengan
melakukan pinjaman nasional.

Pinjaman nasional merupakan kebijakan yang dicetuskan oleh Menteri Keuangan Ir.
Surachman dan dilaksanakan atas persetujuan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia
Pusat (BP-KNIP). Untuk mendukung program tersebut, pemerintah membentuk Bank
Tabungan Pos yang berguna menyalurkan pinjaman.

Banyak rakyat Indonesia yang mendukung kebijakan ini. Rakyat dengan sukarela pergi ke
Bank Tabungan Pos dan rumah-rumah pegadaian untuk mengumpulkan uang dan
dipinjamkan kepada negara. Pada tahap pertama, pinjaman nasional berhasil
mengumpulkan uang sejumlah Rp. 500.000.000.00.

b. Mengeluarkan Oeang Republik Indonesia (ORI)


Ketika Indonesia merdeka, Indonesia belum memiliki mata uang sendiri. Akhirnya, pada
tanggal 30 Oktober 1946 pemerintah Indonesia mengeluarkan uang kertas pertama yang
dikenal dengan nama Oeang Repoeblik Indonesia(ORI).

Mata uang ORI digunakan sebagai alat pembayaran yang sah sekaligus sebagai mata uang
pengganti mata uang Jepang dengan kurs satu per seribu. Setiap seribu mata uang Jepang
bernilai satu Rupiah ORI. Pemerintah juga membatasi bahwa setiap keluarga hanya boleh
memilik Rp. 300.00 dan bagi yang tidak berkeluarga Rp. 100.00. Sejak saat itu, mata uang
Belanda dan Jepang yang beredar dinyatakan tidak berlaku lagi.

Peredaran uang ORI mulai mengalami permasalahan sejak Agresi Militer I dan Agresi Militer
II Belanda. Dalam agresi militer tersebut setiap daerah di Indonesia mengeluarkan banyak
biaya untuk perang. Sementara itu, hubungan antara pemerintah pusat dan daerah mulai
mengalami kesulitan sejak intensifnya serangan Belanda. Oleh karena itu, muncul inisiatif
dari setiap pemimpin daerah untuk menerbitkan Oeang Repoeblik Indonesia Daerah
(ORIDA).

Tindakan tersebut disetujui oleh pemerintah pusar dan dilakukan dengan tujuan mengatasi
masalah kekurangan pasokan uang tunai karena sulitnya hubungan pemerintah pusat
dengan daerah. Tindakan mencetak uang daerah tersebut salah satunya dilakukan oleh
Teuku Moh. Hassan, Gubernur Sumatra yang mengeluarkan Oeang Repoeblik Indonesia
Provinsi Soematra (OERIPS) pada tanggal 12 Desember 1947.

c. Membentuk Bank Negara Indonesia


Keluarnya ORI ternyata menimbulkan masalah baru dalam perekonomian Indonesia. Masalah
tersebut disebabkan peredaran ORI dalam masyarakat yang tidak terkendali. Oleh karena
itu, pemerintah merasa perlu mengatur percetakan dan peredaran ORI dalam satu sistem
perbankan Republik Indonesia. Selanjutnya, pemerintah Indonesia meresmikan
pembentukan Bank Negara Indonesia 46 (BNI 46) sebagai bank induk pada tanggal 1
November 1946.

Pendirian BNI berawal dari Yayasan Pusat Bank yang didirikan oleh Margono
Djojohadikusumo pada bulan Juli 1946. Bank Negara Indonesia (BNI 46) dikelola oleh
pemerintah Indonesia dibawah menteri keuangan Syafruddin Prawiranegara. Sebagai
direktur diangkat Margono Djojohadikusumo dan wakil direktur Sabaroedin. Bank Negara
Indonesia dibentuk untuk melaksanakan koordinasi dalam pengurusan bidang ekonomi
dan keuangan. Selain itu, BNI juga bertugas mengatur nilai tukar ORI terhadap valuta
asing.

2. Menembus Blokade Ekonomi Belanda


Setelah kemerdekaan Indonesia, Belanda berambisi ingin menguasai kembali wilayah
Indonesia. Keinginan untuk menguasai Indonesia terlihat jelas ketika Belanda melakukan
blokade ekonomi sejak bulan November 1945. Dalam pelaksanaannya, Belanda
memusatkan blokade di jalur perdagangan laut. Tujuan Belanda untuk melakukan blokade
ekonomi sebagai berikut.
a. Mencegah masuknya senjata dan peralatan militer ke Indonesia.
b. Mencegah keluarnya hasil-hasil perkebunan milik Belanda dan milik asing lainnya.
c. Melindungi bangsa Indonesia dari tindakan dan perbuatan yang dilakukan oleh bangsa
asing.

Dengan adanya blokade ekonomi ini, Belanda berharap keadaan sosial dan ekonomi bangsa
Indonesia memburuk sehingga rakyat tidak percaya terhadap pemerintah Indonesia. Dalam
keadaan demikian, Belanda akan mudah mengembalikan kekuasaannya di Indonesia.
Pemerintah Indonesia berusaha menembus blokade ekonomi yang dilakukan oleh Belanda
dengan berbagai usaha. Adapun usaha yang dilakukan pemerintah Indonesia sebagai
berikut.

a. Melaksanakan Diplomasi Beras


Pemerintah Indonesia berusaha menembus blokade ekonomi Belanda dengan melaksanakan
diplomasi beras ke India. Tindakan tersebut dilakukan atas inisiatif Perdana Menteri
Sultan Sjahrir. Pada tahun 1946 pemerintah Indonesia mendengar bahwa rakyat India
dilanda bencana kelaparan. Pada saat yang sama, pemerintah Indonesia mengalami surplus
beras sekitar 200.000-400.000 ton. Akhirnya, pemerintah Indonesia memutuskan
mengirim bantuan beras 500.000 ton kepada India. Bagi Indonesia, bantuan beras ke India
tersebut mengandung muatan politis. Sebagai negara yang baru merdeka, Indonesia
membutuhkan rekan yang mengakui keberadaannya. Bantuan yang diberikan Indonesia
kepada India membuat India menjadi negara Asia yang paling aktif membantu perjuangan
diplomasi Republik Indonesia dalam forum internasional.

b. Membentuk Lembaga Banking and Trading Company (BTC)


Usaha menembus blokade ekonomi juga dilakukan dengan mengadakan hubungan dagang
langsung dengan luar negeri. Usaha tersebut dilakukan dengan Banking and Trading
Company (BTC) yang dikenal dengan sebutan Badan Pusat Jual Beli. Organisasi tersebut
diketuai oleh Dr. Soemitro Djojohadikusumo yang merupakan putra dari Margono
Djojohadikusumo dan diwakili Dr. Ong Eng Die yang merupakan ahli hukum asal
Manado.

BTC berperan sebagai agen perusahaan pemerintah untuk mengawasi seluruh kegiatan
perdagangan ke luar atau masuk daerah Republik Indonesia. BTC juga berperan
melakukan kegiatan ekspor impor. Hasil-hasil bumi indonesia dibeli BTC dari rakyat.
Selanjutnya, barang-barang tersebut diperjualbelikan ke luar negeri dengan sistem barter.
Dari sistem tersebut, pemerintah Indonesia memperoleh alat-alat keperluan kantor, alat-
alat industri, obat-obat, dan perlengkapan militer.

Hubungan dagang yang dilakukan pemerintah Indonesia mulai meluas seiring dengan
perkembangan BTC. Melalui BTC, pemerintah Indonesia berhasil melakukan hubungan
dagang dengan salah satu perusahaan Amerika Serikat yaitu Isbrantsen Inc. Perusahaan
Amerika Serikat tersebut akhirnya mengirim kapal Martin Behrmann untuk mengangkut
barang dari pelabuhan Cirebon. Pada tanggal 7 Februari 1947, kapal Martin Behrmann
berangkat dengan muatan hasil bumi Indonesia menuju New York. Mengetahui hal
tersebut, Belanda mengerahkan angkatan lautnya dan menghentikan kapal Martin
Behrmann di pelabuhan Tanjung Priok.

c. Membentuk Indonesia Office (Indoff)


Pemerintah Indonesia membentuk Indonesia Office (Indoff) di Singapura pada tahun 1947.
Pembentukan Indoff ini dikarenakan Indonesia ingin menjadikan Sumatra sebagai pintu
gerbang perdagangan internasional. Sumatra dipilih karena Sumatra merupakan daerah
yang sejak dahulu menjadi daerah lalu lintas perdagangan internasional. Hasil-hasil bumi
Sumatra merupakan komoditas perdagangan yang laku di pasar internasional. Wilayah
perairan Sumatra yang luas juga menyulitkan Belanda melakukan pengawasan secara
ketat.

Indonesia Office (Indoff) dipimpin oleh Mr. Oetojo Ramelan dan dibantu Soerjono
Darusman, Mr. Zairin Zain, Thaharudin Ahmad, dan Dr. Soeroso. Indoff bertujuan untuk
memperjuangkan kepentingan politik di luar negeri Indonesia. Selain itu, Indoff secara
rahasia berfungsi sebagai pengendali upaya menembus blokadi Belanda serta melakukan
perdagangan barter dengan bantuan Angkatan Laut Republik Indonesia dan pemerintah
daerah penghasil barang ekspor. Salah satu upaya Indoff adalah mengirim karet secara
diam-diam dari pelabuhan Belawan, Medan menuju Singapura.

d. Membentuk Kementerian Pertahanan Usaha Luar Negeri (KPULN)


Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan membentuk perwakilannya di luar
negeri dengan nama Kementerian Pertahanan Usaha Luar Negeri (KPULN) yang dipimpin
oleh Ali Jayengprawiro. Kementerian Pertahanan Usaha Luar Negeri bertugas membeli
senjata dan perlengkapan perang. Tokoh-tokoh yang tergabung dalam organisasi tersebut
antara lain John Lie, O.P. Koesno, Ibrahim Saleh, dan Chris Tampenawas. Tokoh-tokoh
tersebut berperan besar dalam upaya menembus blokade laut yang dilakukan Belanda.

3. Konferensi Ekonomi
Pada awal kemerdekaan, pemerintah masih berkonsentrasi pada pemulihan dampak
pendudukan Jepang dan mengatasi kedatangan Belanda beserta sekutu. Oleh karena itu,
pada bulan Februari 1946 pemerintah mengadakan Konferensi Ekonomi yang dipimpin
oleh Menteri Kemakmuran Darmawan Mangunkusumo. Konferensi Ekonomi
dilaksanakan dengan agenda menyamakan persepsi dan meraih kesepakatan dalam
menanggulangi masalah perekonomian.

Konferensi Ekonomi tersebut dihadiri oleh para cendekiawan, gubernur, dan pejabat. Dalam
konferensi Ekonomi tersebut dihasilkan keputusan mengenai perubahan sistem ekonomi
perang Jepang yang bersifat desentralisasi menjadi sentralisasi. Selanjutnya, perubahan
organisasi Pengawasan Makanan Rakyat menjadi Badan Persediaan dan Pembagian
Makanan (BPPM) yang dipimpin oleh dr. Sudarsono. Organisasi tersebut merupakan awal
berdirinya Badan Urusan Logistik (Bulog).

Keberhasilan penyelenggaraan Konferensi Ekonomi berlanjut hingga Konferensi Ekonomi


kedua di Solo pada tanggal 6 Mei 1946. Agenda Konferensi Ekonomi kedua membahas
masalah program ekonomi pemerintah, masalah keuangan negara, pengendalian harga,
distribusi, dan alokasi tenaga manusia. Dalam Konferensi Ekonomi kedua tersebut Wakil
Presiden Moh. Hatta mengusulkan adanya rehabilitasi pabrik gula karena gula merupakan
komoditas ekspor penting yang harus dikuasai oleh negara. Untuk merealisasikan gagasan
tersebut pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 1946 tanggal 21
Mei 1946 tentang pembentukan Badan Penyelenggara Perusahaan Gula Negara (BPPGN)
dengan status perusahaan Negara di bawah pimpinan Notosudirjo. Selanjutnya, muncul
Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1946 tanggal 6 Juni 1946 mengenai pembentukan
Perusahaan Perkebunan Negara (PPN).

4. Planning Board
Pemerintah Indonesia membentuk Planning Board (Badan Perancang Ekonomi). Planning
Board dibentuk atas usul Menteri Kemakmuran A.K. Gani. Lembaga yang terbentuk pada
tanggal 19 Januari 1947 ini bertugas membuat rencana pembangunan ekonomi untuk
jangka waktu tertentu. Pada awalnya dihasilkan keputusan mengenai rencana
pembangunan jangka waktu 2-3 tahun. Dalam perkembangannya disepakati Rencana
Pembangunan Sepuluh Tahun.

Sesudah badan perancang ini bersidang. Menteri Kemakmuran A.K. Gani mengumumkan
kebijakan pemerintah tentang Rencana Pembangunan Sepuluh Tahun. Langkah awal
untuk merealisasikan rencana tersebut sebagai berikut.
a. Pemerintah Indonesia mengambil alih semua bangunan umum, perkebunan, dan industri
yang sebelum perang menjadi milik Belanda.
b. Bangunan vital milik asing akan dinasionalisasikan dengan pembayaran ganti rugi.
c. Perusahaan milik Jepang akan disita sebagai ganti rugi terhadap pemerintah Indonesia.
d. Perusahaan modal asing lainnya akan dikembalikan kepada yang berhak sesudah diadakan
perjanjian Indonesia-Belanda.

Pada bulan April 1947 Badan Perancang Ekonomi ini berubah menjadi Panitia Pemikir Siasat
Ekonomi (PPSE) yang bertugas mempelajari, mengumpulkan data, dan memberikan saran
kepada pemerintah dalam merencanakan pembangunan ekonomi. Rencana Pembangunan
Sepuluh Tahun yang disepakati memiliki beberapa prioritas seperti bangunan-bangunan
umum l, perkebunan, dan industri yang telah ada sebelum perang menjadi milik negara.
Akan tetapi, pelaksanaan rencana tersebut baru terealisasi pada tahun 1957.

5. Plan Kasimo
Indonesia merupakan negara agraris. Sebagian besar penduduk Indonesia bermata
pencaharian sebagai petani. Melihat kondisi tersebut, Menteri Persediaan Makanan Rakyat
I.J. Kasimo mencetuskan kebijakan yang disebut Plan Kasimo. Plan Kasimo merupakan
kebijakan yang bertujuan meningkatkan produksi pangan dan mencapai swasembada
pangan. Plan Kasimo akhirnya terlaksana melalui Rencana Produksi Tiga Tahun (1948-
1950). Adapun pokok-pokok Plan Kasimo meliputi beberapa aspek sebagai berikut.
a. Perluasan kebun bibit dan padi unggul.
b. Pencegahan penyembelihan hewan pertanian.
c. Penanaman kembali tanah kosong.
d. Pemindahan penduduk (transmigrasi) 20 juta jiwa dari Jawa ke Sumatra dalam jangka
waktu 10-15 tahun.

6. Persatuan Tenaga Ekonomi


Beberapa bulan sebelum kekalahan Jepang hingga Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, para
pemimpin bangsa Indonesia mengadakan beberapa kali rapat membahas perekonomian
bangsa. Dalam pertemuan di Bandung pada tanggal 6-8 April 1945, Moh. Hatta
mencetuskan ide mengenai ekonomi kerakyatan sebagai dasar pembangunan ekonomi
Indonesia. Ekonomi kerakyatan dapat diartikan sebagai ekonomi koperasi. Dari gagasan
ekonomi kerakyatan pula muncul gagasan mengenai pembentukan Persatuan Tenaga
Ekonomi.
Persatuan Tenaga Ekonomi terbentuk pada bulan September 1945 di Jakarta dengan ketua
Basyaruddin Rahman Motik. Tujuan pembentukan Persatuan Tenaga Ekonomi yaitu
menggiatkan kembali partisipasi pengusaha swasta untuk memperkuat persatuan dan
mengembangkan perekonomian nasional. Selain itu, Persatuan Tenaga Ekonomi berupaya
melenyapkan individualisme di kalangan organisasi pedagang untuk memperkukuh
ketahanan ekonomi bangsa Indonesia. Beberapa organisasi pedagang yang tergabung
dalam Persatuan Tenaga Ekonomi antara lain Gabungan Perusahaan Perindustrian, Pusat
Perusahaan Tembakau dan Gabungan Saudagar Indonesia daerah Aceh (Gasida).

52. Menganalisis latar belakang pelaksanaan Demokrasi Liberal di Indonesia


Ketika masuk masa kemerdekaan, dimana sistem pemerintahan Indonesia masih
menggunakan sebuah sistem presidensial.

Akan tetapi, pada sekitar tanggal-13 November-1945, akhirnya pemerintah Indonesia


mengeluarkan suatu maklumat politik yang mempunyai tujuan dalam pengakuan kedaulatan
RI serta dengan tumbuhnya partai politik di Indonesia.

Namun kemudian terjadi sebuah kesalah pahaman atas Maklumat tersebut sehingga
diberlangsungkan sebuah perubahan dalam sistem pemerintahan yang mana pada awalnya
sistem presidensial hingga kemudian dirubah kedalam sistem parlementer yang masih
merupakan cikal bakal dari munculnya demokrasi ini.

Kemudian selama kurun waktu sekitar 1945 sampai1949, dimana pada saat itu pemerintahan
Indonesia disibukkan dengan adanya intervensi dari Belanda. Sehingga bentuk dari
pemerintahan itupun kerap berubah-ubah.

Bahkan adanya hal tersebut merubah bentuk negara juga. Yang mana pada mulanya bentuk
dari negara Indonesia ialah berupa republik kesatuan.

Akan tetapi dengan adanya hal tersebut menjadi berubah pada saat berlangsunya
sebuah konflik dengan Belanda, sehingga bentuk negara Indonesia sebelumnya sempat
berbentuk federasi.

Pada awalnya sebelum diterapkannya demokrasi ini, dimana pada saat itu konstitusi yang
dipakai di Indonesia ialah UUD-1945 yang kemudian dirubaha menjadi konstitusi UUD RIS
dan merupakan sebuah konstitusi dimana pada saat Indonesia masih berbentuk negara
perserikatan.

Sejarah Demokrasi Liberal


Pelaksanaan pemerintahan pada masa demokrasi liberal Indonesia berlangsung pada tahun
1950 hingga 1959. Setelah kembali menjadi negara kesatuan, keadaan politik Indonesia
menganut sistem demokrasi liberal, dengan pemerintahan parlementer.

Sistem parlementer Indonesia masih berpedoman sistem parlementer Barat, yang dibentuk
setelah dibubarkannya pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1950.
Perubahan bentuk pemerintahan mengakibatkan perubahan pula pada undang-undang
dasarnya, dari konstitusi RIS menjadi UUD sementara 1950.
Nama lain demokrasi liberal adalah demokrasi parlemanter. Dinamakan parlementer,
karena pada masanya para kebinet memiliki tanggung jawab dan peran penting sebagai
parlemen (DPR) di pemerintahan. Dalam sistem demokrasi liberal pemerintahan dipimpin
oleh perdana menteri, dan presiden hanya sebagai kepala negara.

Perkembangan Demokrasi Liberal


Demokrasi liberal sangat mengedepankan kebebasan. Ciri khas kekuasaan demokrasi ini
adalah pemerintahnya dibatasi oleh konstitusi. Artinya, kekuasaan pemerintahannya
terbatas, sehingga pemerintah tidak diperkenankan untuk bertindak sewenang-wenang
terhadap rakyatnya.

Pada era demokrasi liberal juga, Indonesia mengadakan pemilihan umum pertama pada
tahun 1955. Pemilu pertama dilaksanakan bertujuan untuk memilih para anggota parlemen
dan anggota konstituante. Konstituante ditugaskan untuk membentuk UUD baru, sehingga
mampu menggantikan UUD sementara.

Sistem politik masa demokrasi liberal banyak mendorong berkembangnya partai-partai


politik, karena demokrasi liberal menganut sistem multi partai. Keberadaan partai-partai
politik pada pemerintahan Indonesia sedang menduduki masa panas-panasnya. Partai
besar pada masa demokrasi liber antara lain Partai Nasional Indonesia (PNI), Nahdlatul
Ulama (NU), Masyumi, dan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Pada masa ini, telah terjadi pergantian kabinet di mana partai-partai politik terkuat yang
mengambil alih kekuasaan. Partai terkuat dalam parlemen saat itu adalah PNI dan
Masyumi.

Terjadi tujuh kali pergantian kabinet dalam masa demokrasi liberal. Susunan kabinet pada
masa demokrasi liberal adalah sebagai berikut:

1. Kabinet Natsir (6 September 1950 - 21 Maret 1951)


2. Kabinet Sukiman (27 April 1951 - 3 April 1952)
3. Kabinet Wilopo (3 April 1952 3 - Juni 1953)
4. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953 - 12 Agustus 1955)
5. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 - 3 Maret 1956)
6. Kabinet Ali Sastramojoyo II (20 Maret 1956 - 4 Maret 1957)
7. Kabinet Djuanda (9 April 1957 - 5 Juli 1959)

Masa kabinet kebanyakan hanya bertahan kurang lebih satu tahun. Mengapa pada era ini
sering kali terjadi pergantian kabinet? Alasan utamanya disebabkan karena adanya
perbedaan kepentingan antar partai yang ada. Sayangnya, perbedaan di antara partai-partai
tersebut tidaklah pernah dapat terselesaikan dengan baik.

Akhir Masa dan Kegagalan Demokrasi Liberal

Kekacauan politik yang ada pada masa demokrasi liberal membuat, kabinet telah
mengalami jatuh bangun, karena munculnya mosi tidak percaya dari partai relawan.
Sehingga banyak terjadi perdebatan dalam konstituante, yang sering menimbulkan suatu
konflik berkepanjangan, yang menghambat upaya pembangunan.

Penetapan dasar negara merupakan masalah utama yang dihadapi konstituante. Atas
kondisi tersebut, kemudian pada 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah
dekrit.

Dekrit Presiden yang dilekuarkan pada 5 Juli 1959, mengungkapkan bahwa tidak
diberlakukannya lagi UUDS tahun 1950, maka secara otomatis sistem pemerintahan
demokrasi liberal berakhir di Indonesia.

Berakhirnya masa ini merupakan awal mula sistem Presidensil, dengan demokrasi
terpimpin ala Soekarno. Diberlakukannya pemerintahan demokrasi terpimpin bertujuan
untuk menata kembali kehidupan politik di Indonesia, setelah keadaan pemerintahan yang
tidak stabil pada saat demokrasi liberal.

53. Menganalisis kebijakan kabinet-kabinet di Indonesia pada masa Demokrasi Liberal


Tanggal 17 Agustus 1950, Republik Indonesia Serikat (RIS), yang merupakan bentuk negara
hasil kesepakatan Konferensi Meja Bundar (KMB) dan pengakuan kedaulatan dengan
Belanda, resmi dibubarkan. Abdurakhman dan kawan-kawan dalam Sejarah Indonesia Kelas
12 (2015:48) menyebutkan bahwa RIS kemudian diganti dengan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Seiring dengan itu, sistem pemerintahannya pun berubah menjadi
Demokrasi Parlementer dan berdasarkan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950.
Menurut tulisan Ahmad Muslih dan kawan-kawan dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (2015:96),
pada masa Demokrasi Parlementer, muncul partai-partai politik baru yang bebas
berpendapat serta mengkritisi pemerintahan. Kendati awal kelahiran semua partai ini
merupakan semangat revolusi, namun akhirnya mengakibatkan persaingan tidak sehat.
Bahkan, bisa dikatakan ketika masa itu Indonesia mengalami ketidakstabilan pemerintahan.

Masa Demokrasi Parlementer (1950-1959) Secara garis besar, kabinet-kabinet di Indonesia


terbagi menjadi tujuh era di bawah pimpinan perdana menteri. Setiap periodenya pasti
memiliki permasalahannya masing-masing. Berikut ini ketujuh masa tersebut: \

1. Kabinet Natsir (September 1950-Maret 1951) Kabinet ini berupaya sekuat tenaga melibatkan
semua partai yang ada di parlemen. Namun, Mohamad Natsir selaku perdana menteri
ternyata kesulitan memberikan posisi kepada partai politik yang berseberangan. Natsir
adalah tokoh Masyumi, partai Islam yang amat kuat saat itu. Usahanya untuk merangkul
Partai Nasional Indonesia (PNI) selalu saja kandas. Remy Madinier dalam Islam and Politics
in Indonesia: The Masyumi Party Between Democracy and Integralism (2015) menyebutkan,
PNI memang kerap berseberangan pandangan dengan Masyumi. PNI bahkan melakukan
tuntutan terhadap Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1950 yang dilkeluarkan Natsir.
Sebagian besar parlemen berpihak kepada PNI sehingga akhirnya Natsir mengundurkan diri
dari jabatannya. Baca juga: Tugas TNI: Sejarah, Peran, & Fungsinya sebagai Alat Pertahanan
RI Beda Isi Piagam Jakarta dengan Pancasila dan Sejarah Perubahannya Karakteristik
Partisipasi Politik: Ciri-ciri, Penerapan, & Contoh

2. Kabinet Sukiman (April 1951-Februari 1952) PNI mendapatkan posisinya dalam kabinet ini.
Namun, sama seperti sebelumnya masih terdapat masalah. Sama seperti Natsir, Sukiman
Wiryosanjoyo sang perdana menteri adalah orang Masyumi. Beberapa kebijakan Sukiman
ditentang oleh PNI, bahkan kabinetnya mendapatkan mosi tidak percaya dari partai politik
yang dibentuk oleh Sukarno tersebut. Kabinet Sukiman berakhir pada 23 Februari 1952.

3. Kabinet Wilopo (April 1952-Juni 1953) Pada masanya, Wilopo selaku perdana menteri
berhasil mendapatkan mayoritas suara parlemen. Tugas pokok Wilopo ketika itu
menjalankan Pemilu untuk memilih anggota parlemen dan konstituante. Akan tetapi,
sebelum Pemilu dilaksanakan, Kabinet Wilopo gulung tikar. Baca juga: Macam Teori
Kekuasaan Negara Menurut John Locke & Montesquieu Pengamalan Pancasila Sila ke-1 di
Lingkungan Tempat Bermain Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945

4. Kabinet Ali Sastroamidjojo I (Juli 1953-Juli 1955) Ali Sastroamidjojo melanjutkan tugas
kabinet sebelumnya untuk melaksanakan Pemilu. Pada 31 Mei 1954, dibentuk Panitia
Pemilihan Umum Pusat dan Daerah. Rencananya kala itu, Pemilu akan diadakan pada 29
September (DPR) dan 15 Desember (Konstituante) 1955. Akan tetapi, lagi-lagi seperti yang
dialami Kabinet Wilopo, Kabinet Ali Sastroamidjojo bubar pada Juli 1955 dan digantikan
dengan Kabinet Burhanuddin Harahap di bulan berikutnya.

5. Kabinet Burhanuddin Harahap (Agustus 1955- Maret 1956) Burhanuddin Harahap dengan
kabinetnya berhasil melaksanakan Pemilu yang sudah direncanakan tanpa mengubah waktu
pelaksanaan. Pemilu 1955 berjalan relatif lancar dan disebut-sebut sebagai pemilu paling
demokratis. Kendati begitu, masalah ternyata terjadi pula. Sukarno ingin melibatkan PKI
dalam kabinet kendati tidak disetujui oleh koalisi partai lainnya. Alhasil, Kabinet
Burhanuddin Harahap bubar pada Maret 1956. Baca juga: Sejarah Operasi Trikora: Latar
Belakang, Isi, Tujuan, dan Tokoh Sejarah Konferensi Meja Bundar (KMB): Latar Belakang,
Tokoh, Hasil Sejarah Pengakuan Kedaulatan Indonesia oleh Belanda

6. Kabinet Ali Sastoamidjojo II (Maret 1956-Maret 1957) Berbagai masalah juga dialami Kabinet
Ali Sastoamidjojo untuk kali kedua ini, dari persoalan Irian Barat , otonomi daerah, nasib
buruh, keuangan negara, dan lainnya. Ali Sastroamidjojo pada periode yang keduanya ini
tidak berhasil memaksa Belanda untuk menyerahkan Irian Barat. Kabinet ini pun mulai
menuia kritik dan akhirnya bubar dalam setahun.

7. Kabinet Djuanda (Maret 1957-Juli 1959) Terdapat 5 program kerja utama yang dijalankan
Djuanda Kartawijaya, yakni membentuk dewan, normalisasi keadaan Indonesia,
membatalkan pelaksanaan KMB, memperjuangkan Irian Barat, dan melaksanakan
pembangunan. Salah satu permasalahan ketika itu muncul ketika Deklarasi Djuanda
diterapkan. Kebijakan ini ternyata membuat negara-negara lain keberatan sehingga
Indonesia harus melakukan perundingan terkait penyelesaiannya.

Akhir Demokrasi Parlementer Singkatnya waktu periode pemerintahan kabinet-kabinet


membuat keadaan politik Indonesia tidak stabil, bahkan hal ini ditakutkan berimbas pada
segala aspek lain negara. Hal tersebut akhirnya terselesaikan setelah Presiden Sukarno
mengeluarkan Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959. Di dalamnya, termuat bahwa Dewan
Konstituante dibubarkan dan Indonesia kembali ke UUD 1945 alias meninggalkan UUDS
1950. Selain itu, dibentuk juga Majelis Permusyaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan Dewan
Pertimbangan Agung Sementara (DPAS). Demokrasi Liberal yang sebelumnya sudah
membawa kekacauan terhadap stabilitas pemerintahan akhirnya digantikan dengan sistem
Demokrasi Terpimpin yang berlaku sejak 1959 hingga 1965.

54. Menganalisis motivasi Konferensi Asia Afrika (KAA) bagi bangsa Indonesia dan
bangsa Asia-Afrika
Dampak Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 di Bandung adalah munculnya Bandung Spirit,
menggalang solidaritas, persatuan dan kerja sama antara negara-negara Asia dan Afrika
serta melahirkan paham Dunia Ketiga (Non-Aligned). Dampak KAA Mengutip Sumber
Belajar Kemdikbud RI, Konferensi Asia Afrika diadakan di Bandung pada 18-24 April
1955, digagas oleh lima negara peserta Konferensi Kolombo dan dihadiri sebanyak 24
negara di Asia dan Afrika. Lima negara penggagas KAA 1955 adalah: Indonesia diwakili
oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo Ceylon (Srilanka) diwakili oleh Sir John
Kotelawala Burma (Myanmar) diwakili oleh Perdana Menteri U Nu Pakistan diwakili oleh
Perdana Menteri Mohammed Ali India diwakili oleh Perdana Menteri Jawaharlal Nehru
Peran Indonesia sebagai negara pemrakarsa, tempat Konferensi Panca Negara di Bogor
1954 sebagai pendahuluan KAA 1955, dan tempat penyelenggaraan KAA 1955 di
Bandung. Tujuan KAA adalah untuk mepererat solidaritas antara negara-negara di Asia
dan Afrika terutama negara-negara yang baru merdeka dan menentang kolonialisme
(penjajahan). Baca juga: Latar Belakang Konferensi Asia Afrika 1955 Konferensi Asia
Afrika 1955 di Bandung menimbulkan beberapa dampak, yaitu: Menggalang persatuan
dan kerja sama negara-negara Asia dan Afrika Munculnya Bandung Spirit Menumbuhkan
solidaritas negara-negara Asia dan Afrika Melahirkan paham Dunia Ketiga (Non-Aligned)
Konferensi Asia Afrika di Bandung telah berhasil menggalang persatuan dan kerja sama di
antara negara-negara Asia dan Eropa, baik dalam menghadapi masalah internasional
maupun masalah regional. Konferensi serupa bagi kalangan tertentu di Asia dan Afrika
beberapa kali diadakan pula. Seperti Konferensi Wartawan Asia Afrika, Konferensi Islam
Asia Afrika, Konferensi Pengarang Asia Afrika, dan Konferensi Mahasiswa Asia Afrika.
Konferensi Asia Afrika telah membakar semangat dan menambah kekuatan moral para
pejuang bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Pada masa itu, beberapa negara di Asia dan
Afrika sedang memperjuangkan kemerdekaan tanah airnya, sehingga kemudian lahirlah
sejumlah negara merdeka di benua Asia dan Afrika. Baca juga: Konferensi Asia Afrika
1955 Semua itu menandakan bahwa cita-cita dan semangat Dasasila Bandung semakin
merasuk ke dalam bangsa-bangsa Asia dan Afrika. Bandung Spirit dengan Dasasila
Bandung telah mengubah pandangan dunia tentang hubungan internasional. KAA 1955 di
Bandung telah melahirkan paham Dunia Ketiga atau Non-aligned terhadap dunia
pertamanya Washington dan Dunia Keduanya Moscow. Dengan diselenggarakannya KAA
di Bandung pada 1955, kota Bandung menjadi terkenal di seluruh dunia. Semangat
perdamaian yang dicetuskan di kota Bandung dijuluki Semangat Bandung atau Bandung
Spirit. Untuk mengabadikan peristiwa sejarah penting tersebut, jalan protokol di Bandung
yang terbentang di depan Gedung Merdeka diberi nama Jalan Asia Afrika. Melansir
Museum of The Asian-African Conference, Spirit Bandung juga menimbulkan perubahan
struktur badan internasional Perserikatan Bangsa-bangsa atau PBB). Sehingga forum PBB
tidak lagi menjadi forum eksklusif Barat atau Timur saja.
55. Menganalisis pengaruh demokrasi Eropa pada kehidupan bangsa Indonesia
pascakemerdekaan RI
Demokrasi kita adalah demokrasi Indonesia yang dijiwai dan diinteraksikan dengan sila-sila yang
terkandung pada Pancasila sebagai dasar negara. Hal ini berarti bahwa hak-hak demokrasi
haruslah selalu disertai dengan rasa tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, haruslah
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan harkat dan martabat manusia haruslah
menjamin dan mempersatukan bangsa dan dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan keadilan
sosial. Demokrasi kita adalah demokrasi Indonesia yang membawa corak kepribadian bangsa
Indonesia, tidak perlu “identik” sama dengan demokrasi yang dijalankan oleh bangsa-bangsa
lain.Perkembangan demokrasi di Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa periodesasi antara
lain : a) Perkembangan demokrasi masa revolusi kemerdekaan Implementasi demokrasi pada
masa pemerintahan revolusi kemerdekaan baru terbatas pada interaksi politik di parlemen dan
berfungsinya pers yang mendukung revolusi kemerdekaan. Meskipun tidak banyak catatan
sejarah yang menyangkut perkembangan demokrasi pada periode ini, akan tetapi pada periode
tersebut telah diletakkan hal-hal mendasar. Pertama, pemberian hak-hak politik secara
menyeluruh. Kedua, presiden yang secara konstitusional ada kemungkinan untuk menjadi
diktator. Ketiga, dengan maklumat Wakil Presiden, maka dimungkinkan terbentuknya sejumlah
partai politik yang kemudian menjadi peletak dasar bagi sistem kepartaian di Indonesia untuk
masa-masa selanjutnya dalam sejarah kehidupan politik kita. b) Perkembangan demokrasi
parlementer (1945-1959) Periode kedua pemerintahan negara Indonesia adalah tahun 1950
sampai 1959, dengan menggunakan UUD Sementara (UUDS) sebagai landasan konstitusional.
Pada masa ini adalah masa kejayaan demokrasi di Indonesia, karena hampir semua elemen
demokrasi dapat ditemukan dalam perwujudan kehidupan politik di Indonesia. Lembaga
perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang sangat tinggi dalam proses politik
yang berjalan. Perwujudan kekuasaan parlemen ini diperlihatkan dengan adanya sejumlah mosi
tidak percaya kepada pihak pemerintah yang mengakibatkan kabinet harus meletakkan
jabatannya. Sejumlah kasus jatuhnya kabinet dalam periode ini merupakan contoh konkret dari
tingginya akuntabilitas pemegang jabatan dan politisi. Ada hampir 40 partai yang terbentuk
dengan tingkat otonomi yang tinggi dalam proses rekruitmen baik pengurus, atau pimpinan
partainya maupun para pendukungnya. Demokrasi parlementer gagal karena (1) dominannya
politik aliran, sehingga membawa konsekuensi terhadap pengelolaan konflik; (2) basis social
ekonomi yang masih sangat lemah; (3) persamaan kepentingan antara presiden Soekarno dengan
kalangan Angkatan Darat, yang sama-sama tidak senang dengan proses politik yang berjalan. c)
Perkembangan demokrasi terpimpin (1959-1965) Sejak berakhirnya pemilihan umum 1955,
presiden Soekarno sudah menunjukkan gelaja ketidaksenangannya kepada partai-partai politik.
Hal itu terjadi karena partai politik sangat orientasi pada kepentingan ideologinya sendiri dan
kurang memperhatikan kepentingan politik nasional secara menyeluruh. Disamping itu, Soekarno
melontarkan gagasan bahwa demokrasi parlementer tidak sesuai dengan kepribadian bangsa
Indonesia yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan dan gotong royong.Politik pada masa ini
diwarnai oleh tolak ukur yang sangat kuat antara ketiga kekuatan politik yang utama pada waktu
itu, yaitu : presiden Soekarno, Partai Komunis Indonesia, dan Angkatan Darat. Karakteristik yang
utama dari demokrasi terpimpin adalah menggabungkan sistem kepartaian dengan terbentuknya
DPR-GR peranan lembaga legislatif dalam sistem politik nasional menjadi sedemikian lemah,
Basic Human Rightmenjadi sangat lemah, masa demokrasi terpimpin adalah masa puncak dari
semangat anti kebebasan pers, sentralisasi kekuasaan semakin dominan dalam proses hubungan
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Pandangan A. Syafi’i Ma’arif, demokrasi
terpimpin sebenarnya ingin menempatkan Soekarno sebagai “Ayah” dalam famili besar yang
bernama Indonesia dengan kekuasaan terpusat berada di tangannya. Dengan demikian,
kekeliruan yang besar dalam demokrasi terpimpin Soekarno adalah adanya pengingkaran
terhadap nilai-nilai demokrasi yaitu absolutisme dan terpusatnya kekuasaan hanya pada diri
pemimpin. Selai itu, tidak ada ruang kontrol sosial dan check and balance dari legislatif terhadap
eksekutif (Sunarso, dkk., 2008). d) Perkembagan demokrasi dalam pemerintahan orde baru
Wajah demokrasi mengalami pasang surut sejalan dengan perkembangan tingkat ekonomi,
politik, dan ideologi sesaat atau temporer. Tahun-tahun awal pemerintahan orde baru ditandai
oleh adanya kebebasan politik yang besar. Presiden Soeharto yang menggantikan Ir. Soekarno
sebagai Presiden ke-2 RI dan menerapkan model demokrasi yang berbeda lagi, yaitu dinamakan
demokrasi Pancasila (orba), untuk menegaskan klaim bahwasanya model demokrasi inilah yang
sesungguhnya sesuai dengan ideologi negara Pancasila. Dalam masa yang tidak lebih dari tiga
tahun ini, kekuasaan seolah-olah akan didistribusikan kepada kekuatan masyarakat. Oleh karena
itu, pada kalangan elit perkotaan dan organisasi sosial politik yang siap menyambut pemilu 1971,
tumbuh gairah besar untuk berpartisipasi mendukung program-program pembaruan
pemerintahan baru Perkembangan yang terlihat adalah semakin lebarnya kesenjangan antara
kekuasaan negara dengan masyarakat. Negara orde baru mewujudkan dirinya sebagai kekuatan
yang kuat dan relatif otonom dan sementara masyarakat semakin terealisasi dari lingkungan
kekuasaan dan proses formulasi kebijakan. Keadaan ini adalah dampak dari (1) kemenangan
mutlak dari kemenangan Golkar dalam pemilu yang memberi legitimasi politik yang kuat kepada
negara; (2) dijalankannya regulasiregulasi politik semacam birokratisasi, depolitisasi, dan
institusionalisasi; (3) dipakai pendekatan keamanan; (4) intervensi negara terhadap
perekonomian dan pasar yang memberikan keleluasaan kepada negara untu mengakumulasikan
modal dan kekuatan ekonomi; (5) tersedianya sumber biaya pembangunan, baik dari eksploitasi
minyak bumi dan gas serta dari komoditas non migas dan pajak domestik, maupun yang berasal
dari bantuan luar negeri, dan akhirnya (6) sukses negara orde baru dalam menjalankan kebijakan
pemenuhan kebutuhan pokok rakyat sehingga menyumbat gejolak masyarakat yang potensinya
muncul karena sebab struktural. Pemberontakan G-30-S/PKI merupakan titik kulminasi dari
pertarungan atau tarik tambang politik antara Soekarno, Angkatan Darat, dan Partai Komunis
Indonesia. Ciri-ciri demokrasi pada periode orde lama antara lain presiden sangat mendominasi
pemerintahan terbatasnya peran partai politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan
meluasnya peranan ABRI sebagai unsur sosial politik. Menurut M. Rusli Karim, rezim orde baru
ditandai oleh dominannya peranan ABRI, birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan
politik, pembatasan peran dan fungsi partai politik, campur tangan pemerintah dalam persoalan
partai politik dan publik, masa mengambang, monolitisasi ideologi negara, dan inkorporasi
lembaga non pemerintah. Beberapa karakteristik pada masa orde baru antara lain : Pertama,
rotasi kekuasaan eksekutif boleh dikatakan hampir tidak pernah terjadi. Kedua, rekruitmen politik
bersifat tertutup. Ketiga, pemiliham umum. Keempat, pelaksanaan hak warga negara (Rukiyati,
dkk., 2008). e) Perkembangan demokrasi pada masa reformasi (1998 sampai dengan sekarang)
Sejak runtuhnya orde baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya Presiden Soeharto
maka NKRI memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang baru, sebagai hasil dari kebijkan
reformasi yang dijalankan terhadap hampir semua aspek kehidupan masyarakat dan negara yang
berlaku sebelumnya. Kebijakan reformasi ini berpuncak dengan di amandemennya UUD 1945
(bagian batang tubuhnya) karena dianggap sebagai sumber utama kegagalan tatanan kehidupan
kenegaraan di era orde baru.Amandemen UUD 1945, terutama yang berkaitan dengan
kelembagaan negara, khusunya laginya perubahan terhadap aspek pembagian kekuasaan dan
aspek sifat hubungan antar lembaga-lembaga negaranya, dengan sendirinya mengakibatkan
terjadinya perubahan terhadap model demokrasi yang dilaksanakan dibandingkan dengan model
demokrasi Pancasila di era orde baru. Dalam masa pemerintahan Habibie inilah muncul beberapa
indikator kedemokrasian di Indonesia. Pertama, diberikannya ruang kebebasan pers sebagai
ruang publik untuk berpartisipasi dalam kebangsaan dan kenegaraan. Kedua, diberlakunya sistem
multi partai dalam pemilu tahun 1999 Demokrasi yang diterapkan negara kita pada era reformasi
ini adalah demokrasi Pancasila, tentu saja dengan karakteristik yang berbeda dengan ordebaru
dan sedikit mirip dengan demokrasi parlementer tahun 1950-1959. Pertama, Pemilu yang
dilaksanakan (1999-2004) jauh lebih demokratis dari yang sebelumnya. Kedua, rotasi kekuasaan
dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampai pada tingkat desa. Ketiga, pola rekruitmen
politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara terbuka. Keempat, sebagian besar besar
hak dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan pendapat. 3. Penerapan
Demokrasi dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Bangsa Indonesia Akhir milenium kedua
ditandai dengan perubahan besar di Indonesia. Rezim Orde Baru yang telah berkuasa selama 32
tahun yang dipimpin oleh Soeharto akhirnya tumbang. Demokrasi Pancasila versi Orde Baru mulai
digantikan dengan demokrasi dalam arti sesungguhnya. Hanya saja tidak mudah mewujudkan hal
ini, karena setelah Soeharto tumbang tidak ada kekuatan yang mampu mengarahkan perubahan
secara damai, bertahap dan progresif. Yang ada justru muncul berbagai konflik serta terjadi
perubahan genetika sosial masyarakat Indonesia. Hal ini tak lepas dari pengaruh krisis moneter
yang menjalar kepada krisis keuangan sehingga pengaruh depresiasi rupiah berpengaruh
signifikan terhadap kehidupan ekonomi rakyat Indonesia. Inflasi yang dipicu kenaikan harga
bahan bakar minyak (BBM) sangat berpengaruh kepada kualitas kehidupan masyarakat. Rakyat
Indonesia sebagian besar masuk ke dalam sebuah era demokrasi sesungguhnya dimana pada saat
yang sama tingkat kehidupan ekonomi mereka justru tidak lebih baik dibandingkan ketika masa
Orde Baru Indonesia setidaknya telah melalui empat masa demokrasi dengan berbagai versi.
Pertama adalah demokrasi liberal dimasa kemerdekaan. Kedua adalah demokrasi terpimpin,
ketika Presiden Soekarno membubarkan konstituante dan mendeklarasikan demokrasi terpimpin.
Ketiga adalah demokrasi Pancasila yang dimulai sejak pemerintahan Presiden Soeharto. Keempat
adalah demokrasi yang saat ini masih dalam masa transisi. Kelebihan dan kekurangan pada
masing-masing masa demokrasi tersebut pada dasarnya bisa memberikan pelajaran berharga
bagi kehidupan kita. Demokrasi liberal ternyata pada saat itu belum bisa memberikan perubahan
yang berarti bagi Indonesia. Namun demikian,berbagai kabinet yang jatuhbangun pada masa itu
telah memperlihatkan berbagai ragam pribadi beserta pemikiran mereka yang cemerlang dalam
memimpin namun mudah dijatuhkan oleh parlemen dengan mosi tidak percaya. Sementara
demokrasi terpimpin yang dideklarasikan oleh Soekarno (setelah melihat terlalu lamanya
konstituante mengeluarkan undangundang dasar baru) telah memperkuat posisi Soekarno secara
absolut. Di satu sisi, hal ini berdampak pada kewibawaan Indonesia di forum Internasional yang
diperlihatkan oleh berbagai manuver yang dilakukan Soekarno serta munculnya Indonesia
sebagai salah satu kekuatan militer yang patut diperhitungkan di Asia. Namun pada sisi lain segi
ekonomi rakyat kurang terperhatikan akibat berbagai kebijakan politik pada masa itu. Lain pula
dengan masa demokrasi Pancasila pada kepemimpinan Soeharto. Stabilitas keamanan sangat
dijaga sehingga terjadi pemasungan kebebasan berbicara. Namun tingkat kehidupan ekonomi
rakyat relatif baik. Hal ini juga tidak terlepas dari sistem nilai tukar dan alokasi subsidi BBM
sehingga harga-harga barang dan jasa berada pada titik keterjangkauan masyarakat secara
umum. Namun demikian penyakit korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) semakin parah
menjangkiti pemerintahan. Lembaga pemerintahan yang ada di legislatif, eksekutif dan yudikatif
terkena virus KKN ini. Selain itu, pemasungan kebebasan berbicara ternyata menjadi bola salju
yang semakin membesar yang siap meledak. Bom waktu ini telah terakumulasi sekian lama dan
ledakannya terjadi pada bulan Mei 1998. Selepas kejatuhan Soeharto, selain terjadinya kenaikan
harga barang dan jasa beberapa kali dalam kurun waktu 8 tahun terakhir, instabilitas keamanan
dan politik serta KKN bersamaan terjadi sehingga yang paling terkena dampaknya adalah rakyat
kecil yang jumlahnya mayoritas dan menyebabkan posisi tawar Indonesia sangat lemah di mata
internasional akibat tidak adanya kepemimpinan yang kuat. Namun demikian, demokratisasi yang
sedang berjalan di Indonesia memperlihatkan beberapa kemajuan dibandingkan masa-masa
sebelumnya. Pemilihan umum dengan diikuti banyak partai adalah sebuah kemajuan yang harus
dicatat. Disamping itu pemilihan presiden secara langsung yang juga diikuti oleh pemilihan kepala
daerah secara langsung adalah kemajuan lain dalam tahapan demokratisasi di Indonesia. Diluar
hal tersebut, kebebasan mengeluarkan pendapat dan menyampaikan aspirasi di masyarakat juga
semakin meningkat. Para kaum tertindas mampu menyuarakan keluhan mereka di depan publik
sehingga masalahmasalah yang selama ini terpendam dapat diketahui oleh publik. Pemerintah
pun sangat mudah dikritik bila terlihat melakukan penyimpangan dan bisa diajukan ke pengadilan
bila terbukti melakukan kesalahan dalam mengambil suatu kebijakan publik. Jika diasumsikan
bahwa pemilihan langsung akan menghasilkan pemimpin yang mampu membawa masyarakat
kepada kehidupan yang lebih baik, maka seharusnya dalam beberapa tahun ke depan Indonesia
akan mengalami peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat. Namun sayangnya hal ini belum
terjadi secara signifikan. Hal ini sebagai akibat masih terlalu kuatnya kelompok yang pro-KKN
maupun anti perbaikan Demokrasi di Indonesia masih berada pada masa transisi dimana berbagai
prestasi sudah muncul dan diiringi ”prestasi” yang lain. Sebagai contoh, munculnya Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) dirasakan mampu menimbulkan efek jera para koruptor dengan
dipenjarakannya beberapa koruptor. Namun di sisi lain, para pengemplang dana bantuan
likuiditas bank Indonesia (BLBI) mendapat pengampunan yang tidak sepadan dengan ”dosa-dosa”
mereka terhadap perekonomian. Namun demikian, masih ada sisi positif yang bisa dilihat seperti
lahirnya undang-undang sistem pendidikan nasional yang mengamanatkan anggaran pendidikan
sebesar 20 persen. Demikian pula rancangan undang-undang anti pornografi dan pornoaksi yang
masih dibahas di parlemen. Rancangan undang-undang ini telah mendapat masukan dan
dukungan dari ratusan organisasi Islam yang ada di tanah air. Hal ini juga memperlihatkan adanya
partisipasi umat Islam yang meningkat dalam perkembangan demokrasi di Indonesia. Sementara
undang-undang sistem pendidikan nasional yang telah disahkan parlemen juga pada masa
pembahasannya mendapat dukungan yang kuat dari berbagai organisasi Islam. Sementara itu,
ekonomi di era demokrasi ternyata mendapat pengaruh besar dari kapitalisme internasional. Hal
ini menyebabkan dilema. Bahkan di tingkat pemerintah, ada kesan mereka tunduk dibawah
tekanan kapitalis internasional yang tidak diperlihatkan secara kasat mata kepada publik namun
bisa dirasakan.

56. Menganalisis Perkembangan Perekonomian pada Masa Demokrasi Liberal

Sebagai “negara baru”, Indonesia masih harus banyak belajar dalam berbagai hal agar
negaranya semakin kuat. Salah satunya adalah dalam bidang ekonomi. Di masa demokrasi
liberal, sering terjadi perubahan kabinet yang ternyata berdampak pada kehidupan ekonomi
Indonesia saat itu. Untuk memperbaiki kondisi tersebut, ada beberapa kebijakan yang
dilakukan antara lain:

Gunting Syafruddin

Kalau kamu pikir program ini adalah menggunting uang kertas, salah. Salah banget. Kebijakan
ini merupakan pemotongan nilai uang. Caranya dengan memotong uang yang bernilai
Rp2,50 ke atas hingga nilainya menjadi setengah. Kebijakan ini dikeluarkan pada tanggal 20
Maret 1950 oleh Menteri Keuangan saat itu, Syafruddin Prawiranegara.

Kebijakan ini dilakukan dengan cara menggunting uang kertas menjadi dua bagian, bagian
kanan dan bagian kiri. Guntingan uang kertas bagian kiri tetap merupakan alat pembayaran
yang sah dengan nilai separuh dari nilai nominal yang tertera, sedangkan guntingan uang kertas
bagian kanan ditukarkan dengan surat obligasi pemerintah yang dapat dicairkan beberapa tahun
kemudian. Kebijakan ini dilakukan pemerintah guna mengurangi jumlah uang beredar di
masyarakat dan menambah kas negara.

Eh, tapi kalau saat ini, kamu jangan coba-coba gunting uang kamu
ya, Squad. Bisa-bisa kamu kena denda atau bahkan dipenjara karena
melanggar undang-undang. Please, jangan sampe...

Gerakan Benteng

Salah lagi, Squad! Sistem ekonomi gerakan benteng bukan seperti benteng yang di atas,
ya, catet! Sistem ekonomi gerakan benteng bertujuan untuk mengubah struktur ekonomi
kolonial menjadi struktur ekonomi nasional. Program ini dicetuskan oleh Dr. Sumitro
Djojohadikusumo, seorang ahli ekonomi Indonesia, yang dituangkan dalam program
kerja Kabinet Natsir.

Pada dasarnya sistem ekonomi ini bertujuan


untuk melindungi para pengusaha dalam
negeri dengan cara memberikan bantuan
berupa kredit dan bimbingan konkret.
Sekitar 700 pengusaha dalam negeri telah
mendapat bantuan kredit dari pemerintah.
Namun, program ini tidak berjalan dengan baik
karena kebiasaan konsumtif yang dimiliki oleh
pengusaha dalam negeri. Banyak yang
menggunakan dana kredit tersebut untuk
memenuhi kepentingan pribadinya.

Sumitro Djojohadikusumo. (Sumber: kompasiana.com).

Sistem Ekonomi Ali Baba


Sistem ekonomi Ali Baba diprakarsai oleh Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo menteri ekonomi
pada masa Kabinet Ali I. Kabinet ini fokus pada kebijakan
Indonesia dan mengutamakan kaum pribumi. Kata “Ali”
mewakili pengusaha pribumi dan “Baba” mewakili pengusaha
Tionghoa. Program ini berisi pemberian kredit dan lisensi
pemerintah untuk pengusaha swasta nasional pribumi agar
dapat bersaing dengan pengusaha nonpribumi. Namun,
program ini gagal karena pengusaha pribumi masih miskin
dibandingkan pengusaha nonpribumi.

Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo. (Sumber: wikiwand.com).

Persetujuan Finansial Ekonomi (Finek)

Pada masa pemerintahan Kabinet Burhanudin Harahap dikirim seorang delegasi ke Jenewa,
Swiss untuk merundingkan masalah finansial-ekonomi antara pihak Indonesia dengan Belanda.
Misi ini dipimpin oleh Anak Agung Gde Agung tanggal 7 Januari 1956, adapun kesepakatan
yang pada Finek adalah:

1. hasil KMB dibubarkan.


2. Hubungan Finek Indonesia-Belanda didasarkan atas hubungan bilateral
3. Hubungan Finek didasarkan pada Undang-undang Nasional

Hasilnya pemerintah Belanda tidak mau menandatangani sehingga Indonesia mengambil


langkah secara sepihak. Pada tanggal 13 Februari 1956, Kabinet Burhanudin Harahap
melakukan pembubaran Uni-Indonesia dan akhirnya tanggal 3 Mei 1956 Presiden Soekarno
menandatangani pembatalan KMB.

Gerakan Asaat

Gerakan Asaat yang digagas oleh Mr. Asaat bertujuan melindungi perekonomian warga
Indonesia asli dari persaingan dagang dengan pengusaha asing khususnya Tionghoa. Pada
Oktober 1956, pemerintah menyatakan akan membuat lisensi khusus untuk para pengusaha
pribumi.

Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)

Ketidakstabilan politik dan ekonomi menyebabkan merosotnya ekonomi, inflasi, dan


lambatnya pelaksanaan pembangunan. Pada awalnya kabinet menekankan pada program
pembangunan ekonomi jangka pendek kemudian dibentuk Badan Perancang Pembangunan
Nasional yang disebut Biro Perancang Negara. Pada bulan Mei 1956 biro ini menyusun RPLT.
Kalau di saat ini, mungkin sebutan yang sering digunakan adalah Renstra (Rencana Strategis)
mungkin, yaa...

Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap)

Pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo II terjadi ketegangan antara pusat dan daerah. Masalah
tersebut untuk sementara waktu dapat teratasi dengan Musyawarah Nasional Pembangunan
(Munap). Tujuan diadakan Munap adalah untuk mengubah rencana pembangunan agar
dapat dihasilkan rencana pembangunan yang menyeluruh untuk jangka
panjang. Rencana tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena:

1. adanya kesulitan dalam menentukan prioritas.


2. Terjadi ketegangan politik.
3. Timbul pemberontakan PRRI/ Permesta.

Nasionalisasi Perusahaan Asing

Selain kebijakan-kebijakan yang diberlakukan pada warga negara Indonesia, perkembangan


kehidupan ekonomi Bangsa Indonesia di masa demokrasi liberal juga tidak lepas dari
kehadiran perusahaan-perusahaan asing yang dijadikan menjadi milik pemerintah
Indonesia atau lebih dikenal dengan nasionalisasi. Tahap ini dimulai sejak Desember 1958
dengan dikeluarkannya undang-undang tentang nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik
Belanda.

Beberapa perusahaan asing yang dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia di antaranya adalah
Bank Nederlandsche Indische Escompto Maatschappij (Bank Dagang Negara), Bank De
Nationale Handelsbank N. V (Bank Umum Negara), N.V Nederlandsche Handels
Maatschappij (Bank Exim), Koninklijke Nederlands Indische Luchtvaart
Maatschappij/KNILM (Garuda Indonesia), dll.

Nasionalisasi de Javasche Bank

Squad pernah jalan-jalan ke Kota Tua Jakarta lalu pergi ke Museum BI (Bank Indonesia)?
Bangunan tersebut punya sejarah yang panjang sebagai saksi kehidupan ekonomi bangsa.
Dulunya gedung itu milik Belanda, tepatnya milik de Javasche Bank.

Pada tanggal 19 Juni 1951, Kabinet Sukiman membentuk Panitia Nasionalisasi de Javasche
Bank yang berdasarkan pada keputusan Pemerintah RI No. 122 dan 123. Pemerintah
memberhentikan Dr. Houwing sebagai Presiden de Javasche Bank dan mengangkat Mr.
Syafruddin Prawiranegara sebagai Presiden de Javasche Bank yang baru. Pada tanggal 15
Desember 1951 diumumkan Undang-Undang No. 24 tahun 1951 tentang Nasionalisasi de
Javasche Bank menjadi Bank Sentral kemudian pada tanggal 1 Juli 1953, de Javasche Bank
berganti menjadi Bank Indonesia.

57. Menjelaskan latar belakang munculnya Demokrasi Terpimpin


Pelaksanakan demokrasi terpimpin
Pelaksanakan Demokrasi Terpimpin di Indonesia dimulai dengan dikeluarkannya Dekrit
presiden Pada tanggal 5 Juli 1959 oleh presiden soekarno. Dekrit pada tanggal 5 juli 1959
menandakan masa baru .Yang mana Indonesia meninggalkan Demokrasi Liberal berganti
dengan Demokrasi Terpimpin.

Demokrasi Terpimpin diartikan sebagai Demokrasi yang dipimpin oleh kebijakan dalam
permusyawaratan dan perwakilan. Pada pelaksanaannya pengertian Demokrasi Terpimpin
lebih cenderung kepada Demokrasi yang dipimpin oleh Presiden sebagai panglima besar
revolusi.

Latar belakang demokrasi terpimpin

Di awali dari Deklarasi Dr. H. Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden waktu itu. Dimana
dalam Deklarasi tersebut menganjurkan perlunya pembentukan partai-partai. Yang ternyata
mendapat sambutan luas hingga pada waktu itu kurang lebih 40 partai telah lahir di
indonesia.

Tetapi pada faktanya dalam kondisi yang


seperti itu, bukannya menambah
majunya sistem Demokrasi di Indonesia.
kenyataannya Kabinet-kabinet yang ada
pada waktu itu tidak pernah bertahan
sampai 2 tahun penuh . Dan terjadi
pergantian-pergantian dengan kabinet
yang baru.

Bahkan menurut penilaian dari Presiden


Soekarno banyaknya partai hanya
menambah masalah dan hanya menjadi
penyebab gotok- gotokan. Penyebab
perpecahannya, dalam pidatonya
Presiden Soekarno menilai partai itu adalah semacam pertunjukan adu domba. Yang tidak
bakalan berpengaruh baik bagi Bangsa dan Negara Indonesia.

Presiden Soekarno mengamati Demokrasi tidak semakin mendorong bangsa Indonesi untuk
mendekati tujuan revolusi yang dicita-citakan. Tapi malah sebaliknya dari tujuan yang sudah
dicita-citakan bangsa Indonesia. Sehingga Presiden Soekarno mencetuskan sistem Demokrasi
Terpimpin dengan alasan sebagai berikut :

• Dari segi keamanan nasional, banyaknya gerakan separatis pada masa Demokrasi
Liberal, menyebabkan ketidakstabilan negara.
• Dari segi perekonomian, sering terjadinya pergantian kabinet pada masa Demokrasi
Liberal. Menyebabkan program-program yang dirancang oleh kabinet tidak dapat
dijalankan secara utuh, sehingga pembangunan ekonomi tersendat.
• Dari segi politik, Konstituante gagal dalam merumuskan UUD baru untuk
menggantikan UUDS 1950.
Masa Demokrasi Terpimpin yang telah dicetuskan oleh Presiden Soekarno. Diawali dengan
anjuran Soekarno agar Undang-undang yang digunakan untuk menggantikan UUDS 1950
yakni UUD 1945. Namun usulan itu menimbulkan pro dan kontra dikalangan anggota
Konstituante.

Sebagai tindak lanjut usulannya diadakan pemungutan suara, yang diikuti oleh seluruh
anggota Konstituante. Pemungutan suara ini dilakukan dalam rangka mengatasi konflik yang
timbul dari pro dan kontra usulan Presiden Soekarno tersebut.

.Tujuan demokrasi terpimpin

1. Mengembalikan keadaan politik negara yang tidak stabil sebagai warisan masa
Demokrasi Parlementer atau Liberal menjadi lebih stabil
2. Demokrasi Terpimpin meerupakan reaksi terhadap Demokrasi Parlementer atau
Liberal. Hal ini disebabkan karena pada masa Demokrasi Parlementer kekuasaan
presiden hanya sebatas sebagai kepala negara. Sedangkan kekuasaan pemerintah
dilaksanakan oleh partai.

1.Kekuasaan Presiden
Dalam sistem Demokrasi Terpimpin mempercayai asas Presidensil. Asas yang
mengedepankan Presiden sebagai pemilik kekuasaan tertinggi. Dengan diberlakukannya
Demokrasi Terpimpin sejak Dekrit 5 Juli 1959, secara otomatis negara Indonesia berada di
bawah perintah Presiden Soekarno pada masa itu.

Hal itu dapat memicu munculnya kesenjangan peran dari wakil rakyat dan memengaruhi
sistem kerja Kabinet. Presiden lah yang memimpin segala pergerakan pemerintahan.
Sehingga dapat dengan mudah menggeser peran- peran yang dianggap tidak sesuai dengan
kehendaknya, terutama dalam bidang politik.

2.Partai Politik Dibatasi


Terpecahnya sistem partai politik bagi Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin,
mengakibatkan pecahnya peran partai politik waktu itu. Kehadiran partai politik bahkan tidak
dilaksanakan untuk mengisi kedudukan di pemerintahan. Melainkan untuk menjadi
pendukung dari segala kebijakan Presiden.

3.Peran Militer Semakin Kuat

Perkembangan militer di Indonesia dimanfaatkan sebagai bendung pertahanan yang sekalian


menjadi dwifungsi peran pemerintahan. Kekuatan Angkatan Bersenjata pada masa ini sangat
memiliki kekuasaaan yang tinggi. Bahkan lembaga pemerintahan berada di bawah komando
kemiliteran. Militer telah banyak terlibat dalam kekacauan politik domestik karena adanya
dwifungsi.
4.Berkembangnya Paham Komunisme
Partai Komunis Indonesia mengalami peralihan kekuasaan pada masa demokrasi terpimpin.
Karena adanya hubungan timbal balik antara Presiden Soekarno dengan Partai Komunis
Indonesia (PKI). Hubungan tersebut terjadi karena ketenaran Soekarno, yang sedang naik
dimanfaatkan oleh PKI sebagai daya tarik untuk memeroleh massa.

5.Sentralisasi Pihak Pusat


Pelaksanaan Demokrasi terpimpin juga mengalami penyimpangan dalam perkembangannya
sehingga menimbulkan gesekan situasi politik di Indonesia. Penyimpangan tersebut antara
lain :

• Hak sebagai warga negara Indonesia tidak dianggap dan tidak ada jaminan yang kuat
didalamnya.
• Kebebasan berpendapat terutama oleh pers kian dibatasi sehingga banyak media
massa yang tidak berani menerbitkan pemikirannya.
• Sistem kepartaian tidak jelas kemana arahnya.
• Peran partai politik melemah seiring dengan kepentingan yang tidak sejalan.
• Adanya sentralisasi kekuasaan oleh pusat dan daerah.
• Pusat berkuasa sepenuhnya dalam sistem pemerintahansehingga muncul kesenjangan

Dukungan ketika MPRS melantik Soekarno sebagai Presiden seumur hidup pun diberikan
oleh PKI. Dengan hubungan baik tersebut tidak kagum apabila paham komunis menjadi
berkembang di lingkungan masyarakat Indonesia.

6.Anti Kebebasan Pers


Pers berperan penting dalam sebuah negara sebagai penyalur suara masyarakat untuk sistem
politik yang lebih baik.Tapi, pada masa demokrasi terpimpin kebebasan mengajukan
pendapat bagi individu pers mulai dibatasi oleh oknum- oknum pendukung pemerintah dalam
hal ini presiden yang berkuasa.

Kebijakan itu menyebabkan sebagian besar media yang biasanya memberitakan segala hal
dengan terbuka mulai menjadi menutup diri. Bahkan sampai beberapa surat kabar tidak
berani mengedarkan beritanya di masyarakat karena takut dicekal.

Penyimpangan yang terjadi pada saat pelaksanaan demokrasi terpimpin mengakibatkan


adanya kesenjangan antara PKI dan kaum borjuis Indonesia. Mereka itu berpengaruh besar
dalam mendesak pergerakan kaum buruh dan petani. Serta mengakibatkan peristiwa politik
semakin membara. Pendapatan ekspor menurun serupa dengan cadangan devisa yang
membuat inflasi semakin tinggi, sehingga menimbulkan banyaknya demonstrasi.

Dampak-dampak masa demokrasi terpimpin

Setelah Soekarno mengeluarkan Dekrit pada tanggal 5 Juli 1959 maka Indonesia memasuki
babak baru dalam sejarah. Dekrit Presiden menandai berdirinya rezim demokrasi terpimpin
atau orde lama.
Dalam pelaksanaan demokrasi terpimpin ini banyak menimbulkan dampak-dampak. dibawah
ini dampak-dampak yang terjadi ketika masa demokrasi terpimpin.

Dampak Positif Demokrasi Terpimpin

• Menyelamatkan negara dari perpecahan dan krisis yang berkepanjangan.


• Memberikan pedoman yang jelas yakni UUD 1945.
• Merintis pembentukan Lembaga Tinggi Negara yakni MPRS dan DPAS.

dampak Negatif Demokrasi Terpimpin

• Memberikan kekuasaan besar kepada kepala negara atau Presiden, MPR dan lembaga
tinggi negara lainnya.
• Memberi peluang terhadap militer untuk ikut terjun ke dalam dunia politik.

Pada Demokrasi Terpimpin masa pemerintahan Presiden Soekarno kekuasaan mutlak terletak
pada Presiden. Presiden memiliki kekuasaan yang sangat besar dalam pengambilan keputusan
dan kebijakan, sedangkan aktivitas partai sendiri dibatasi.

Dampak Demokrasi Terpimpin Terhadap Situasi Politik


Demokrasi Terpimpin membawa dampak besar bagi Pemerintahan Indonesia waktu itu.
Sebab Demokrasi Terpimpin juga diwarnai oleh kepemimpinan PKI dan kaum Borjunis
Nasional.

Hal ini membawa pengaruh yang besar terhadap bangsa Indonesia diantaranya
pendapatan ekspor Indonesia yang menurun, infasi yang terus merangkak naik dan juga
mewabahnya korupsi oleh kaum birokrat dan militer.

58. Menganalisis kebijakan politik dalam negeri Soekarno pada masa Demokrasi
Terpimpin
Demokrasi Terpimpin muncul setelah terjadinya carut marut pada bidang pemerintahan pada
masa Demokrasi Liberal. Demokrasi Terpimpin setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli
1959. Dekrit ini sebenarnya muncul dari gagasan ABRI yang ingin kembali diterapkannya UUD
1945. Harapannya dengan dikeluarkannya dekrit, pemerintahan Indonesia akan menjadi lebih
stabil dan integrasi Indonesia dapat terjaga. Konsepsi mengenai Demokrasi Terpimpin dicetuskan
oleh Presiden Soekarno. Beberapa kebijakan yang ditempuh oleh Presiden Soekarno antara lain:
Pembentukan MPRS
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dibentuk berdasarkan Penpres No. 2 Tahun
1959. Para anggota MPRS ditunjuk dan diangkat oleh presiden dengan sejumlah persyaratan :
setuju kembali kepada UUD 1945, setia kepada perjuangan RI, dan setuju pada manifesto politik.
Keanggotaan MPRS terdiri atas 61 orang anggota DPR, dan 200 wakil golongan. Pada saat itu,
ABRI mulai terjun kedunia politik. Hal ini sesuai dengan ide Dwifungsi ABRI yang dicetuskan oleh
A.H Nasution. Tugas MPRS terbatas pada menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara.
Beberapa keputusan yang dibuat oleh MPRS:

1. Melaksanakan Manifesto politik


2. Pengangkatan Ir. Soekarno sebagai presiden seumur hidup
3. Pidato presiden yang berjudul Berdiiri di atas Kaki Sendiri sebagai pedoman revolusi
dan politik luar negeri.
Pembentukan DPR-GR
Pembubaran DPR hasil Pemiu 1955 disebabkan oleh penolakan DPR terhadap RAPBN tahun
1960 yang diajukan oleh pemerintah. Presiden kemudian mengeluarkan Penpres yang
menyatakan DPR dibubarkan. Sebagai gantinya presiden membentuk Dewan Perwakilan Rakyat
gotong-Royong (DPR-GR) yang anggotanya ditunjuk oleh presiden. Tugas DPR-GR adalah:
melaksanakan manifesto politik, mewujudkan amanat penderitaan rakyat, melaksanakan
demokrasi terpimpin. Pembubaran DPR dan pembentukan DPR GR merupakan salah satu
bukti penyimpangan Demokrasi Terpimpin.
Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung
Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) dibentuk berdasakan Penpres No. 3 Tahun
1959. Lembaga tinggi Negara diketuai oleh presiden dan wakilnya adalah Ruslan Abdulgani.
Tugas DPAS adalah memberi jawaban atas pertanyaan presiden dan mengajukan usul kepada
pemerintah.

Pemasyarakatan Ajaran Nasakom


Nasakom merupakan kependekan dari nasionalis, agama dan komunis. Ide ini muncul dari
presiden Soekarno untuk menyatukan kekuatan membangun Indonesia. Presiden Soekarno
menggagas adanya sebuah Demokrasi Terpimpin dengan dibentuknya kabinet gotong royong
alias kabinet kaki empat yang komposisinya terdiri dari golongan nasionalis yang diwakili oleh PNI,
kelompok agama yang diwakili oleh Partai Masyumi dan NU, serta komunis yang diwakili oleh PKI.
Setiap lembaga atau instansi tertentu harus menerapkan ide nasakom tersebut. menurut presiden
Soekarno, Nasakom adalah cerminan paham-paham yang berkembang dalam masyarakat
Indonesia pada saat itu.

Pembentukan Kabinet Kerja


Pada tanggal 9 Juli 1959, presiden membentuk cabinet kerja. Karena tidak ada wakil presiden,
maka presiden mengadakan jabatan menteri pertama. Ir. Juanda ditunjuk untuk memegang
jabatan itu. Program kabinet kerja yang terkenal dengan nama Triprogram. Triprogram meliputi

1. mencukupi kebutuhan sandang pangan


2. menciptakan keamanan Negara
3. mengembalikan Irian Barat.
Pembentukan Front Nasional
Front Nasional dibentuk berdasarkan Penpres No. 13 tahun 1959. Tujuan dari Front nasional
adalah menyatukan segala bentuk potensi nasional menjadi suatu kekuatan menyukseskan
pembangunan. Front Nasional dipimpin oleh Prsiden. Tugas dari Front Nasional adalah:

1. Menyelesaikan revolusi nasional


2. Melaksankan pembangunan
3. Mengambalikan Irian Barat
Pembentukan Dewan Perancang Nasional (Depernas)
Depernas dipimpin oleh Mohammad Yamin dan beranggotakan 50 orang. Tugas Depernas adalah
menyiapkan rancangan undang-undang pembangunan nasional sekaligus menilai
pelaksanaannya. Pada tahun 1963, Depernas berganti naman menjadi Badan Perancang
Pembangunan Nasional (Beppenas). Ketua badan ini diambil alih oleh presiden. Tugas Beppenas
adalah:

1. Menyusun rencana pembangunan jangka panjang dan jangka pendek


2. Mengawasi pelaksanaan pembangunan
3. Menilai hasil kerja mendataris MPRS
Pembubaran Masyumi dan PSI
Pada tanggal 17 Agustus 1960, pemerintah membubarkan Partai Masyumi dan PSI. Pertimbangan
pembubaran dua partai tersebut adalah dikarenakan pemimpin-pemimpinnya turut serta
memberikan bantuan terhadap pemberontakan PRRI dan Permesta. Pembubaran partai politik
merupakan gagasan dari Presiden Soekarno, hal ini mengacu keberadaan partai politik pada
Demokrasi Liberal yang memunculkan ketidakstabilan dalam pemerintahan. Ide tentang
pembubaran partai politik ini mendapatkan tentangan dari berbagai pihak, salah satunya dari
Hatta. Oleh karena itu, Hatta kemudian mengundurkan diri dari jabatannya sebagai wakil presiden
Indonesia pada tanggal 1 Desember 1956.

59. Menganalisis politik luar negeri Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin
Politik luar negeri pada masa Demokrasi Terpimpin ditandai dengan usaha keras Presiden
Soekarno membuat Indonesia semakin dikenal di dunia internasional melalui beragam konferensi
internasional yang diadakan maupun diikuti Indonesia. Tujuan awal dari dikenalnya Indonesia
adalah mencari dukungan atas usaha dan perjuangan Indonesia merebut dan mempertahankan
Irian Barat. Namun seiring berjalannya waktu, status dan prestis menjadi faktor-faktor pendorong
semakin gencarnya Soekarno melaksanakan aktivitas politik luar negeri ini. Efek samping dari
kerasnya usaha ke luar Soekarno ini adalah ditinggalkannya masalah-masalah domestik seperti
masalah ekonomi. Politik luar negeri Indonesia pada masa ini juga bersifat revolusioner.
Presiden Soekarno dalam era ini berusaha sekuat tenaga untuk mempromosikan Indonesia ke
dunia internasional melalui slogan revolusi nasionalnya yakni Nasakom (nasionalis, agama dan
komunis) dimana elemen-elemen ini diharapkan dapat beraliansi untuk mengalahkan Nekolim
(Neo Kolonialisme dan Imperialisme). Dari sini dapat dilihat adanya pergeseran arah politik luar
negeri Indonesia yakni condong ke Blok komunis, baik secara domestik maupun internasional.

Condong ke Blok Komunis


Hal ini dilihat dengan adanya kolaborasi politik antara Indonesia dengan China dan bagaimana
Presiden Soekarno mengijinkan berkembangnya Partai Komunis Indonesia (PKI) di Indonesia.
Alasan Soekarno mengijinkan perluasan PKI itu sendiri adalah agar komunis mampu berasimilasi
dengan revolusi Indonesia dan tidak merasa dianggap sebagai kelompok luar.

Dibentuknya Poros Jakarta Peking. Faktor dibentuknya poros ini antara lain, pertama, karena
konfrontasi dengan Malaysia menyebabkan Indonesia membutuhkan bantuan militer dan logistik,
mengingat Malaysia mendapat dukungan penuh dari Inggris, Indonesia pun harus mencari kawan
negara besar yang mau mendukungnya dan bukan sekutu Inggris, salah satunya adalah China.
Kedua, Indonesia perlu untuk mencari negara yang mau membantunya dalam masalah dana
dengan persyaratan yang mudah, yakni negara China dan Uni Soviet.

Merebut Irian Barat


Dalam rangka persiapan kekuatan militer untuk merebut kembali Irian Barat, pemerintah RI
mencari bantuan senjata ke luar negeri. Pada awalnya usaha ini dilakukan kepada negara-negara
Blok Barat, khususnya Amerika Serikat, namun tidak membawa hasil yang memuaskan. Kemudian
upaya ini dialihkan ke negara-negara Blok Timur (komunis), terutama ke Uni Soviet. Pada akhirnya
dikirimkanya misi yang dipimpin oleh A.H Nasution untuk membeli senjata ke Uni Soviet.

ASIAN Games Jakarta 1962.


Presiden Soekarno berusaha menjadikan ajang kejuaraan olahraga untuk menunjukan nama
Indonesia di dunia internasional.

1. Pembangunan komplek Istora yang terdiri dari Stadion Gelora Bung Karno, Stadion
Renang, Stadion Madya, Stadion Tenis dan Gedung Basket
2. Hotel Indonesia
3. Memperluas jalan Thamrin, jalan Jenderal Sudirman, dan Jalan Grogol
4. Pembangunan jembatan Semanggi
5. Pembuatan Televisi Republik Indonesia (TVRI) untuk menayangkan pertandingan
Asian Games
Berbagai proyek tersebut salah satu dananya merupakan bantuan dari Uni Soviet. Pelaksanaan
Asian Games berlangsung dari 24 Agustus – 4 September 1962. Negara yang mengikuti berjumlah
16 negara. Muncul controversial dimana Indonesia tidak mengundang Israel dan Taiwan. Hal ini
menyalahi undang-undang Asian Games Foundation oleh karena itu kemudian Indonesia diskors
dalam mengikuti Olimpiade musim panas 1964 di Tokyo. Lima besar negara peroleh medali dalam
Asian Games ke-4 yaitu Jepang, Indonesia, India, Filipina dan Korea.

OLDEFO dan NEFO


Mundurnya Indonesia dari PBB berujung pada terhambatnya pembangunan dan modernisasi
Indonesia karena menjauhnya Indonesia dari pergaulan Internasional. Presiden Soekarno
memperkenalkan doktrin politik baru berkaitan dengan sikap konfrontasi penuhnya terhadap
imperialisme dan kolonialisme. Doktrin itu mengatakan bahwa dunia terbagi dalam dua blok, yaitu

1. Old Established Forces (Oldefo) adalah negara-negara imperialis/kolonialis/kapitalis


dan negara negara sedang berkembang yang cenderung pada
imperialisme/kolonialis.
2. New Emerging Forces (Nefo) yaitu kelompok negara-negara sedang berkembang yang
anti imperialis/kolonialis dan sosialis serta komunis. Indonesia temasuk dalam Nefo.
PelaksanaanGames of The New Emerging Forces (GANEFO)
Ganefo merupakan pesta olahraga untuk negara-negara yang termasuk Nefo. Ganefo diadakan
atas prakarsa Presiden Soekarno sebagai tandingan dari Olimpiade. Hal ini dilatarbelakangi oleh
peristitwa sebelumnya yang mana Indonesia diskors oleh komite Olimpade dikarenakan pada saat
Asian Games tahun 1962 di Jakarta, negara Israel dan Taiwan tidak boleh mengikuti pertandingan
olahraga tersebut.

Ganefo dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 10-23 November 1963 yang diikuti oleh 53 negara.
Penyelenggaraan Ganefo diboikot oleh negara-negara Barat. Meski demikian Ganefo tetap
berlangsung. Motto dari Ganefo adalah “Maju Terus Jangan Mundur”. Lima besar perolehan
medali pada Ganefo yaitu: Cina, Uni Soviet, Indonesia, Republik Arab Bersatu, dan Korea Utara.

Pelaksanaan Conference of The New Emerging Forces (CONEFO)


Pelaksanaan Conference of The New Emerging Forces (CONEFO) merupakan gagasan Presiden
Soekarno untuk membentuk suatu kekuatan blok baru yang beranggotakan negara-negara
berkembang untuk menyaingi blok barat dan blok timur. Conefo merupakan tandingan terhada
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada saat itu, Presiden Soekarno menentang PBB
dikarenakan PBB justru dikuasai oleh negara adidaya.
Sebagai realisasi dari adanya Conefo, maka Presiden Soekarno melakukan pembangunan
gedung Conefo yang diharapkan akan lebih megah dibandingkan dengan markas PBB di New
York. Rencananya Conefo akan dilaksanakan pada tahun 1966. Akan tetapi gagal dilaksanakan
karena kondisi politik Indonesia tidak menentu pasca adanya peristiwa G 30/S PKI.

Konfrontasi dengan Malaysia


Pembentukan federasi Malaysia oleh Inggris dianggap membahayakan Indonesia. Pemerintah
Indonesia pada saat itu menentang karena menurut Presiden Soekarno pembentukan Federasi
Malaysia merupakan sebagian dari rencana Inggris untuk mengamankan kekuasaanya di Asia
Tenggara. Pembentukan Federasi Malaysia dianggap sebagai proyek Neokolonialisme Inggris
yang membahayakan revolusi Indonesia. Oleh karena itu, berdirinya negara federasi Malaysia
ditentang oleh pemerintah Indonesia. Pada 3 Mei 1964 Presiden Soekarno mengucapkan Dwi
Komando Rakyat (Dwi Kora) yang isinya:

1. Perhebat ketahanan revolusi Indonesia


2. Bantu perjuangan revolusioner rakyat-rakyat Manila, Singapura, Sabah, Serawak dan
Brunai untuk membubarkan negara boneka Malaysia
Untuk menjalankan konfrontasi Dwikora, Presiden Soekarno membentuk Komando Siaga dengan
Marsekal Madya Oemar Dani sebagai Panglimanya. Puncak ketegangan terjadi ketika Malaysia
ditetapkan sebagai Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB.

Indonesia Keluar dari PBB


Ditetapkannya Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, menyulut
kemarahan Indonesia. Hingga akhirnya pada 15 September 1965 Indonesia keluar dari PBB
karena Soekarno beranggapan bahwa PBB berpihak pada Blok Barat. Berikut ini merupakan
alasan Indonesia keluar dari PBB:

1. Presiden Soekarno menganggap bahwa markas PBB (New York) tidak netral.
Seharusnya diluar blok Amerika dan blok Uni Soviet
2. PBB dianggap lamban dalam menyikapi konflik antara negara
3. Adanya hak veto yang dimiliki oleh lima negara yakni Amerika Serikat, Inggris, Uni
Soviet (Rusia) Perancis dan Cina mencerminkan dominasi negara tertentu
4. Banyak kebijakan yang menguntungkan negara-negara Barat.

60. Menjelaskankan kebijakan Sukarno dalam merebut kedaulatan kembali Irian


Barat
Isi Trikora atau Tri Komando Rakyat merupakan upaya Indonesia demi tujuan membebaskan
Irian Barat (Papua) dari Belanda. Sukarno, salah satu tokoh dalam sejarah Trikora,
mengumumkan seruan operasi ini tanggal 19 Desember 1961 di Yogyakarta. Masalah Papua
Barat ini bermula dari Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda, pada 2
November 1949 terkait rencana pengakuan kedaulatan terhadap Indonesia oleh Kerajaan
Belanda. Masih terdapat satu persoalan penting yang belum disepakati, yakni mengenai
status Papua Barat. Baik Indonesia maupun Belanda merasa lebih atas wilayah di bagian
timur Kepulauan Nusantara itu. Lantaran tidak dicapai titik temu, tulis Amarulla Octavian
dalam Militer dan Globalisasi (2012), KMB memutuskan bahwa masalah Papua Barat akan
diselesaikan dalam waktu setahun ke depan. Namun, hingga 12 tahun berselang, persoalan
itu belum juga dibahas lagi. Latar Belakang Trikora dan Tokohnya Belanda ternyata ingin
menjadikan Papua Barat sebagai negara boneka. Petrik Matanasi dalam “Sejarah Pidato
Trikora dan Ambisi Sukarno Kuasai Papua” terungkap bahwa pada Februari 1961, Belanda
mulai membentuk parlemen. Lalu, pada 19 Oktober 1961, dibentuk Komite Nasional Papua.
Kekuatan militer Papua juga turut dibangun. Departemen Penerangan RI merilis buku Irian
Barat Daerah Kita (1962) yang di dalamnya terdapat bukti bahwa Belanda pernah melakukan
“Pameran Bendera” (Vlagertoon) yang ternyata disertai kapal-kapal perang pada 4 April
1960. Baca juga: Sejarah Agresi Militer Belanda II: Latar Belakang & Dampaknya Sejarah
Pengakuan Kedaulatan Indonesia oleh Belanda Sejarah Konferensi Meja Bundar (KMB): Latar
Belakang, Tokoh, Hasil Melihat hal ini, Sukarno dan para pejabat tinggi Indonesia tidak
tinggal diam. Pada 6 Maret 1961, dibentuk Korps Tentara Kora-1. Sebagai panglima
komandonya adalah Mayor Jenderal Soeharto. Nama kesatuan ini beberapa kali mengalami
perubahan, dari Tjadangan Umum Angkatan Darat (Tjaduad) hingga menjadi Komando
Tjadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Tanggal 11 Desember 1961, pemerintah
Indonesia juga membentuk Dewan Pertahanan Nasional (Depertan). Menurut buku Sejarah
TNI-AD, 1945-1973: Peranan TNI-AD dalam Mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (1979), tiga hari setelah itu dilaksanakan sidang yang melahirkan Komando
Operasi Tertinggi (KOTI) yang dipimpin langsung oleh Presiden Sukarno. Tanggal 19
Desember 1961, Presiden Sukarno mengutarakan maksud Trikora melalui pidatonya yang
diserukan di Yogyakarta. Baca juga: Pemberontakan DI-TII Kahar Muzakkar: Sejarah
Penumpasan Sejarah Pemberontakan RMS dan Aksi Para Tokohnya Penyebab Sejarah
Pemberontakan DI-TII Daud Beureueh di Aceh Isi Trikora dan Tujuannya Mangil
Martowidjojo melalui buku Kesaksian Tentang Bung Karno (1999:322) menggambarkan
situasi ketika Bung Karno berpidato pada 19 Desember 1961 itu: “Rapat raksasa ini
dikunjungi ratusan ribu rakyat dari daerah Yogyakarta dan luar daerah Yogyakarta, sehingga
Alun-Alun Utara di Yogyakarta menjadi lautan manusia.” Pagi hari pukul 09.00 WIB, Sukarno
menyampaikan tujuan Trikora untuk menggagalkan pembentukan negara boneka oleh
belanda di Papua Barat. Baca juga: Sejarah Pemberontakan DI-TII Kartosoewirjo di Jawa
Barat Sejarah Pemberontakan DI/TII Amir Fatah di Jawa Tengah Pemberontakan Andi Azis:
Penyebab, Tujuan dan Dampaknya Bung Karno juga menegaskan bahwa bendera Merah
Putih harus berkibar di Irian Barat serta digelar mobilisasi umum untuk mengambil kembali
Irian Barat dari kuasa Belanda. Adapun isi Trikora seperti yang diserukan oleh Bung Karno
adalah sebagai berikut: Gagalkan negara boneka Papua Kibarkan bendera Sang Saka Merah
Putih di Papua Siapkan diri untuk mobilisasi umum Pada 2 Januari 1962, Presiden Sukarno
membentuk Komando Mandala dan menunjuk Mayor Jenderal Soeharto sebagai panglima.
Tugas kesatuan ini adalah untuk merencanakan, mempersiapkan, dan menggelar operasi
militer untuk menggabungkan Irian Barat dengan Indonesia. Sejarah Peristiwa PKI Madiun
1948: Latar Belakang & Tujuan Musso Akhir Operasi Trikora Dalam melancarkan aksi Trikora
salah satu yang dikenal adalah kapal penjelajah KRI Irian 201. Kapal ini didapatkan
Indonesia dari Rusia pada 5 Oktober 1961. Menurut Achmad Taufiqoerahman dalam
Kepemimpinan Maritim (2019:258), Kapal KRI Irian 201 dilengkapi berbagai fasilitas tempur,
seperti rudal, torpedo, hingga bom jarak jauh. Buku Laksmana Kent Menjaga Laut Indonesia
(2014:38) yang disusun oleh Bernard Kent Sondakh dan kawan-kawan menjelaskan, ketika
itu Indonesia setidaknya punya 12 fregat, 12 kapal selam, 22 kapal cepat bertorpedo dan
berpeluru kendali, serta 4 kapal penyapu ranjau. Atas saran Amerika Serikat, Indonesia
diminta mengedepankan jalan diplomasi untuk mengambil-alih Papua Barat dari Belanda.
Amerika Serikat bersedia menjadi "penengah" danmenyediakan tempat “netral” untuk
membicarakan masalah tersebut. Indonesia dan Belanda, atas desakan AS, bertemu kembali
di satu meja pada 15 Agustus 1962. Delegasi RI dipimpin Adam Malik, sedangkan Belanda
mengutus Dr. Jan Herman van Roijen. Diplomat AS, Ellsworth Bunke, bertindak sebagai
penengah. Baca juga: Perjanjian New York: Ambisi AS di Balik "Pembebasan" Irian Barat
Perundingan Roem-Royen: Latar Belakang, Isi, Tokoh Delegasi Sejarah Perundingan Renville:
Latar Belakang, Isi, Tokoh, & Dampak Dikutip dari Constructing Papuan Nationalism
(2005:30) karya Richard Chauvel, inti perundingan yang dikenal dengan nama Perjanjian
New York ini adalah bahwa Belanda harus menyerahkan Papua Barat kepada Indonesia
selambat-lambatnya tanggal 1 Mei 1963 Selama proses pengalihan, wilayah Papua Barat
akan dipegang sementara oleh United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA) yang
dibentuk Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Selain itu, Belanda juga harus menarik
pasukannya dari Irian Barat. Sementara pasukan Indonesia diperbolehkan bertahan namun di
bawah koordinasi UNTEA. Hingga akhirnya, tanggal 1 Oktober 1962., Belanda menyerahkan
otoritas administrasi Papua kepada UNTEA. Berikutnya, tanggal 31 Desember 1962, bendera
Belanda resmi diturunkan dan digantikan dengan bendera Merah Putih sebagai tanda
dimulainya kekuasaan de jure Indonesia atas tanah Papua di bawah pengawasan PBB.

61. Mengklasifikasi latar belakang ideologi(keagamaan, politik, ekonomi) dalam


pemberontakan dan Gerakan disintegrasi bangsa di Indonesia
A. PKI MADIUN 18, SEPTEMBER 1948
* Terjadi pada tanggal : 18 September 1948
* Tokoh : Muso dan Amir Syarifuddin
* Sebab- sebab :
1. Pada awal pemerintahannya Amir Syarifuddin berniat mendirikan negara komunis.Hal ini dibuktikan
dengan adanya pendidikan politik bagi TNI.
2. Ketidakpuasan terhadap hasil Renville, dimana pada saat itu kabinetnya adalah kabinet Hatta.
3. Amir Syarifuddin kemudian melakukan oposisi,dan membentuk FDR ( Front Demokrasi Rakyat ).
Muso bergabung dengan FDR membuat beberapa kebijakan yang pada intinya mendukung ide- ide
komunis diterapkan di Indonesia.Puncaknya dengan diumumkannya Republik Soviet Indonesia.
TUJUAN
: Meruntuhkan RI yang merupakan hasil Proklamasi 17 Agustus 1945 yang berdasarkan Pancasila
dan diganti dengan komunis.
*Cara mengatasi :
1. Soekarnno- Hatta melalui pidatonya memberikan pilihan kepada rakyat untuk memilih antara
Soekarno-Hatta atau PKI-Muso.
2. Panglima Besar Jendral Soedirman memerintahkan kolonel Gatot Soebroto dan Sungkono
mengerahkan pasukan TNI.Madiun berhasil direbut pada tanggal 30 September 1948.

B.DARUL ISLAM/TENTARA ISLAM INDONESIA ( DI/TII )


1.Di Jawa Barat
*Terjadi pada tanggal : 7 Agustus 1949
*Tokoh : Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo
* Sebab : Penolakan Kartosuwiryo terhadap perjanjian Renville yang mengharuskan TNI di daerah
kantong hijrah ke Yogyakarta.Pada waktu itu Kartosuwiryo berada di Jawa Barat,dan
memproklamasikan berdirinya negara Islam Indonesia (NII).
* Cara mengatasi :
Operasi militer tanggal 27 Agustus 1949
Operasi Bharatayudha
2. Di Jawa Tengah
* Terjadi pada tanggal : 23 Agustus 1949
* Tokoh : Amir Fatah dan Kiai Sumolangu
* Sebab :
1. Adanya persamaan ideologi antara Amir Fatah dengan S.M. Kartosuwirjo, yaitu keduanya menjadi
pendukung setia Ideologi Islam.
2. Amir Fatah dan para pendukungnya menganggap bahwa aparatur Pemerintah RI dan TNI yang
bertugas di daerah Tegal-Brebes telah terpengaruh oleh "orang-orang Kiri", dan
mengganggu perjuangan umat Islam.
3. Adanya pengaruh "orang-orang Kiri" tersebut, Pemerintah RI dan TNI tidak menghargai
perjuangan Amir Fatah dan para pendukungnya selama itu di daerah Tegal-Brebes. Bahkan
kekuasaan yang telah dibinanya sebelum Agresi Militer II, harus diserahkan kepada TNI di bawah
Wongsoatmojo.
4. Adanya perintah penangkapan dirinya oleh Mayor Wongsoatmodjo
* Cara mengatasi : Tahun 1957 ditumpas melalui operasi gerakan Banteng Nasional dari divisi
Diponegoro.
3. Di Aceh
* Terjadi pada tanggal : Pemberontakan DI/TII di Aceh dimulai dengan "Proklamasi" Daud
Beureueh bahwa Aceh merupakan bagian "Negara Islam Indonesia" di bawah pimpinan
Imam Kartosuwirjo pada tanggal 20
September 1953.
* Tokoh : Daud Beureuh
* Sebab :
1. Persoalan otonomi daerah
2. Pertentangan antar golongan
3. Tidak lancarnya rehabilitasi dan modernisasi daerah

* Cara mengatasi : Pemberontakan Daud Beureuh ini dilakukan dengan suatu " Musyawarah
Kerukunan Rakyat Aceh" pada bulan Desember 1962 atas prakarsa Panglima Kodam
I/Iskandar Muda, Kolonel Jendral Makarawong.
4.Di Sulawesi Selatan
*Terjadi pada tanggal : 17 Agustus 1951
* Tokoh : KaharMuzakar
* Sebab : Pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar menuntut kepada pemerintah agar pasukannya
yang tergabung dalam Komando Gerilya Sulawesi Selatan dimasukkan ke dalam Angkatan Perang
Republik Indonesia Serikat ( APRIS ). Tuntutan ini ditolak karena harus melalui penyaringan.
* Cara mengatasi :
1. Operasi Militer
2. Pada bulan Februari 1965 Kahar Muzakar berhasil ditangkap dan ditembak mati sehingga
pemberontakan DI/TII di Sulawesi dapat dipadamkan.
5. Di Kalimantan Selatan
* Terjadi pada Bulan oktober 1950
* Tokoh : Ibnu Hajar
* Sebab : Ketidakpuasan terhadap kebijakan mengenai TNI
* Cara mengatasi :
Dalam menghadapi gerombolan DI/TII tersebut pemerintah pada mulanya melakukan pendekatan
kepada Ibnu Hadjar dengan diberi kesempatan untuk menyerah, dan akan diterima menjadi anggota
ABRI. Ibnu Hadjar sempat menyerah, akan tetapi setelah menyerah dia kembali melarikan diri dan
melakukan pemberontakan lagi sehingga pemerintah akhirnya menugaskan pasukan ABRI (TNI-
POLRI) untuk menangkap ibnu Hadjar. Pada akhir tahun 1959 Ibnu Hadjar beserta seluruh anggota
gerombolannya tertangkap dan dihukum mati.

C. Pemberontakan Andi Azis


* Terjadi pada : 5 April 1950
* Tokoh : Andi Azis
* Sebab :
1. Menuntut agar pasukan bekas KNIL saja yang bertanggung jawab atas keamanan di Negara
Indonesia Timur.
2. Menentang masuknya pasukan APRIS dari TNI
3. Mempertahankan tetap berdirinya Negara Indonesia Timur.
* Cara mengatasi :
1. Pada tanggal 8 April 1950 dikeluarkan ultimatum bahwa dalam waktu 4 x 24 jam Andi Azis harus
melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, pasukannya harus
dikonsinyasi, senjata-senjata dikembalikan, dan semua tawanan harus dilepaskan.
2. Kedatangan pasukan pimpinan Worang kemudian disusul oleh pasukan ekspedisi yang dipimpin oleh
Kolonel A.E Kawilarang pada tanggal 26 April 1950 dengan kekuatan dua brigade dan satu batalion
di antaranya adalah Brigade Mataram yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Suharto. Kapten Andi Azis
dihadapkan ke Pengadilan Militer di Yogyakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dan
dijatuhi hukuman.

D. REPUBLIK MALUKU SELATAN(RMS)


* Terjadi pada : tanggal 25 April 1950
* Tokoh : Soumokil, J.H. Manuhutu, Frans Tutuhatunewa
* Sebab : Mendirikan negara sendiri
* Cara mengatasi : Menggunakan pasukan ekspedisi yang dipimpin oleh Kolonel A.E Kawilarang

E. PRRI/PERMESTA :
* Awal peristiwa :
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (biasa disingkat dengan PRRI) merupakan salah
satu gerakan pertentangan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat (Jakarta) yang
dideklarasikan pada tanggal 15 Februari 1958.
*Tokoh : Dengan keluarnya ultimatum dari Dewan Perjuangan yang dipimpin oleh Letnan Kolonel
Ahmad Husein di Padang, Sumatera Barat, Indonesia.
* Sebab :
Konflik yang terjadi ini sangat dipengaruhi oleh tuntutan keinginan akan adanya otonomi daerah yang
lebih luas. Selain itu ultimatum yang dideklarasikan itu bukan tuntutan pembentukan negara baru
maupun pemberontakan, tetapi lebih kepada konstitusi dijalankan. Pada masa bersamaan kondisi
pemerintahan di Indonesia masih belum stabil pasca agresi Belanda. Hal ini juga mempengaruhi
hubungan pemerintah pusat dengan daerah serta menimbulkan berbagai ketimpangan dalam
pembangunan, terutama pada daerah-daerah di luar pulau Jawa. Dan sebelumnya bibit-bibit konflik
tersebut dapat dilihat dengan dikeluarkannya Perda No. 50 tahun 1950 tentang pembentukan wilayah
otonom oleh provinsi Sumatera Tengah waktu itu yang mencakup wilayah provinsi Sumatera Barat,
Riau, Kepulauan Riau, dan Jambi.

62. Menganalisis dampak politik peristiwa G-30-S /PKI terhadap kehidupan politik
bangsa Indonesia
Sebab-sebab Munculnya G30S/PKI

• N. Aidit terpilih menjadi ketua PKItahun 1951, ia dengan cepat membangun kembali
PKI yang porak-poranda akibat kegagalan pada tahun 1948.
• PKI membentuk biro khusus yang secara rahasia bertugas mempersiapkan kader-kader
di berbgai organisasi politik.
• Mempengaruhi Presiden Soekarno.
• Pimpinan TNI AD membentuk Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta terhadap
presiden Soekarno pada saat peringatan HUT ABRI tanggal 5 Oktober 1965.

Gerakan G30S/PKI

• Kesehatan Presiden semakin menurun.


• Kamaruzaman yang diangkat sebagai ketua Biro khusus PKI menghubungi kadernya
di kalangan ABRI, seperti Brigjen Supardjo, Letkol Untung, Cakrabirawa, Kolonel
Sunardi, Maersekal Madya Omar Dani, Kolonel Anwar.
• Letkol Untung memerintahkan kepada seluruh anggota gerakan untuk siap dan mulai
bergerak pada dini hari 1 Oktober 1965 untuk melakukan serangkaian penculikan dan
pembunuhan terhadap 6 perwira tinggi dan seorang perwira pertama dari AD.
• Para korban dibawa ke Lubang Buaya. Mereka dimasukkan ke dalam sumur tua dan
ditimbun dengan tanah dan sampah. Ketujuh korban dari TNI AD adalah :
1. Letjen Ahmad Yani (panglima AD)
2. Mayjen R. Soeprapto (Deputy II Pangad)
3. Mayjen Haryono M. T. (Deputy III Pangad)
4. Mayjen S. Parman (Asisten I Pangad)
5. Brigjen D. I. Panjaitan (Asisten IV Pangad)
6. Brigjen Soetojo Siswomiharjo
7. Letnan Satu Pierre Tendean (Ajudan Jend A. H. Nasution)
• Jenderal A. H. Nasution berhasil menyelamatkan diri, tapi putrinya yang bernama Ade
Irma Suryani menjadi korban sasaran tembak dari kaum penculik dan kemudian gugur.
• Pada waktu yang bersamaan, PKI melakukan aksi tersebut di Yogyakarta, Solo,
Wonogiri dan Semarang.
• Dewan Revolusi di daerah Yogyakarta yang diketuai oleh Mayor Mulyono telah
melakukan penculikan terhadap Kolonel Katamso dan Letkol Sugiono.
Penumpasan G30S/PKI

1. Menetralisipasi pasukan yang berada di sekitar Medan Merdeka yang dimanfaatkan


oleh kaum G30S/PKI.
2. Operasi militer tentang penumpasan G30S/PKI mulai dilakukan sore hari.
3. Pasukan RPKAD berhasil menduduki kembali gedung RRI pusat, gedung
telekomunikasi dan mengamankan seluruh wilayah Medan Merdeka tanpa terjadi
bentrokan senjata.
4. Pasukan Batalyon 238 Kujang/Siliwangi berhasil menguasai lapangan banteng dan
mengamankan markas Kodam V/Jaya dan sekitarnya.
5. Presiden Soekarno meninggalkan Halim Perdana Kusuma menuju Istana Bogor.
Pasukan RPKAD bergerak menuju sasaran dipimpin oleh Kolonel Subiantoro.
6. Dalam gerakan pembersihan ke kampung-kampung di sekitar lubang buaya, Ajun
Brigadir Polisi Sukitman yang sempat ditawan oleh regu penculik berhasil meloloskan
diri.
7. Pada tanggal 3 Oktober 1965 berhasil ditemukan jenazah para perwira tinggi AD yang
telah dikuburkan dalam sumur tua.
8. Keesokan harinya bertepatan dengan HUT ABRI tanggal 5 Oktober jenazah mereka
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Mereka dianugerahi gelar pahlawan
Revolusi.

Pemulihan Keamanan dan Ketertiban

1. Mayjen Soeharto ditugaskan untuk pemulihan keamanan dan ketertiban yang terkait
dengan G30S/PKI.
2. Kebijakan Presiden Soekarno mengenai penyelesaian G30S/PKI dinyatakan dalam
sidang paripurna Kabinet Dwikora tanggal 6 Oktober 1965 di Istana Bogor.

Penumpasan G30S/PKI di Jawa Tengah dan Yogyakarta

1. Brigjen Surjosumpeno segera memanggil para perwira untuk melakukan taklimat.


2. Pangdam memerintahkan kepada para pejabat supaya tetap tenang dan berusaha untuk
menenangkan rakyat karena situasi yang sebenarnya belum diketahui. Berangkat ke
Magelang untuk menyusun kekuatan.
3. Tanggal 2 Oktober membebaskan kota Semarang dengan kekuatan 2 pleton BTR.
4. Kota demi kota yang pernah dikuasai oleh pihak G30S/PKI itu berhasil direbut kembali.
5. Dibentuk Komando Operasi Merapi yang dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edi Wibowo.
6. Kolonel Sahirman, Kolonel Maryono, dan Kapten Sukarno berhasil ditembak mati.
7. Di Blitar dengan nama Operasi Trisula.
8. Di luar Jakarta dan Jawa Tengah cukup dilakukan dengan Gerakan Operasi Territorial.
Didalam memuluskan tujuannya mereka melakukan apa saja termasuk dengan membunuh para
TNI AD dan merenggut banyak nyawa serta melakukan berbagai pemberontakan di berbagai
wilayah di Indonesia tetapi hal tersebut dapat ditumpas dan PKI di hanguskan. Dalam hal itu
PKI membawa berbagai dampak Negatif dalam kehidupan sosial dan politik seperti berikut ini.

Dampak Peristiwa G30 S/PKI 1965


Terjadinya peristiwa G30 S/PKI 1965 di Indonesia telah memberikan dampak negatif dalam
kehidupan sosial dan politik masyarakat Indonesia yaitu :

Dampak Sosial-Politik Peristiwa G30S/PKI Terhadap Masyarakat Indonesia


Setelah peristiwa G30S/PKI berakhir, kondisi politik Indonesia masih belum stabil. Situasi
Nasional sangat menyedihkan, kehidupan ideologi nasional belum mapan. Sementara itu,
kondisi politik juga belum stabil karena sering terjadi konflik antar partai politik. Demokrasi
Terpimpin justru mengarah ke sistem pemerintahan diktator.
Kehidupan ekonomi lebih suram, sehingga kemelaratan dan kekurangan makanan mterjadi
dimana – mana.

Presiden Soekarno menyalahkan orang – orang yang terlibat dalam perbuatan keji yang
berakhir dengan gugurnya Pahlawan Revolusi serta korban – korban lainnya yang tidak
berdosa. Namun Presiden Soekarno menyatakan gerakan semacam G30S/PKI dapat saja terajdi
dalam suatu revolusi. Sikap Soekarno ini diartikan lain oleh masyarakat, mereka menganggap
Soekarno membela PKI. Akibatnya, popularitas dan kewibawaan Presiden menurun di mata
Rakyat Indonesia. Demonstrasi besar – besaran terjadi pada tanggal 10 januari 1966. Para
demonstran ini mengajukan tiga tuntutan yang terkenal dengan sebutan TRITURA ( Tri
Tuntutan Rakyat ), meliputi sebagai berikut :

1. Pembubaran PKI.
2. Pembersihan Kabinet Dwikora dari unsur – unsur OKI.
3. Penurunan harga – harga ( Perbaikan Ekonomi ).

Tindakan Pemerintah lainnya adalah mengadakan reshuffle ( perombakan ) Kabinet Dwikora.


Pembaharuan Kabinet Dwikora terjadi tanggal 21 Februari 1966 dan kemudian disebut dengan
Kabinet Dwikora Yang Disempurnakan. Mengingat jumlah anggota mencapai hampir seratus
orang, maka kabinet itu sering disebut dengan Kabinet Seratus Menteri. Menjelang pelantikan
Kabinet Seratus Menteri pada tanggal 24 Februari 1966, KAMI melakukan aksi serentak.
Dalam demonstrasi itu gugur seorang mahasiswa Universitas Indonesia, Arief Rahman Hakim.

• Peristiwa itu berpengaruh besar terhadap maraknya gelombang aksi


demonstrasi.
Di Istana Bogor ketiga perwira tinggi itu mengadakan pembicaraan langsung dengan Presiden
yang didampingi oleh Dr. Subandrio, Dr. J. Leimena dan Dr. Chaerul Saleh. Sesuai dengan
kesimpulan pembicaraan, maka ketuga perwira TNI – AD itu bersama dengan Komandan
Resimen Cakrabirawa, Brigjen Sabur diperintahkan membuat konsep surat perintah kepada
Letjen Soeharto yang kemudian Surat Perintah itu lebih dikenal dengan sebutan Surat Perintah
11 Maret ( Supersemar ). Isi pokoknya adalah memerintahkan kepada Letjen Soeharto atas
nama Presiden untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan
dan ketertiban serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya revolusi serta menjamin
keselamatan pribadi dan kewibawaan presiden

Dampak Politik

• Presiden Soekarno kehilangan kewibawaannya di mata rakyat Indonesia.


• Kondisi politik Indonesia semakin tidak stabil sebab muncul pertentangan dalam
lembaga tinggi negara.
• Sikap pemerintah yang belum dapat mengambil keputusan untuk membubarkan PKI
sehingga menimbulkan kemarahan rakyat.
• Munculnya aksi demonstrasi secara besar-besaran yang dilakukan rakyat beserta
mahasiswa yang tergabung dalam KAMI, KAPPI dan KAPI menuntut pembubaran
terhadap PKI beserta ormas-ormasnya. Tuntutan mereka dikenal dengan istilah Tritura
atau Tiga Tuntutan Rakyat yaitu :
1. Pembubaran PKI.
2. Pembersihan Kabinet Dwikora dan Unsur-unsur PKI.
3. Penurunan harga-harga barang.
• Pemerintah mengadakan reshuffle ( pembaharuan ) terhadap Kabinet Dwikora menjadi
Kabinet Dwikora yang disempurnakan dengan ditunjuknya kabinet yang anggotanya
seratus menteri sehingga dikenal dengan Kabinet Seratus Menteri. Akan tetapi
pembentukan kabinet tersebut ditentang oleh KAMI dan rakyat banyak sebab dalam
kabinet tersebut masih dijumpai menteri-menteri yang pro-PKI atau mendukung PKI
Sehingga mereka melakukan aksi ke jalan dengan mengenpeskan ban-ban mobil para
calon menteri yang akan dilantik. Aksi tersebut menewaskan seorang mahasiswa yang
bernama Arif Rahman Hakim, Kematian Arif Rahman Hakim tersebut memengaruhi
munculnya aksi demonstrasi yang lebih besar yang dilakukan mahasiswa dan para
pemuda Indonesia di Jakarta maupun di daerah-daerah lainnya.
• Pada tanggal 25 Februari 1966, Presiden Soekarno membubarkan KAMI sebab
dianggap telah menjadi pemicu munculnya aksi demonstrasi dan turun ke jalan yang
dilakukan oleh para pemuda Indonesia dan mahasiswa Indonesia.
• Pada tanggal 11 Maret 1966 diselenggarakan sidang kabinet yang ingin membahas
kemelut politik nasional. Namun sidang ini tidak dapat diselesaikan dengan baik karena
adanya pasukan tak dikenal yang ada di luar gedung yang dianggap membahayakan
keselamatan Presiden Soekarno.
• Pada tanggal 11 Maret 1966, Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah Sebelas
Maret atau yang dikenal dengan istilah Supersemar yang isinya Presiden Soekarno
memberi perintah kepada Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang
dianggap penting dan perlu agar terjamin keamanan dan ketertiban, jalannya
pemerintahan dan jalannya revolusi serta menjamin keselamatan pribadi dan
kewibawaan Presiden.
Dampak Ekonomi
Untuk dibidang Ekonomi, terjadinya Peristiwa G30 S/PKI telah menyebabkan akibat yang
berupa inflasi yang tinggi yang diikuti oleh kenaikan harga barang, bahkan melebihi 600 persen
setahun untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah mengeluarkan dua kebijakan ekonomi
yaitu :

• Mengadakan devaluasi rupiah lama menjadi rupiah baru yaitu Rp 1000 menjadi Rp 100.
• Menaikkan harga bahan bakar menjadi empat kali lipat tetapi kebijakan ini
menyebabkan kenaikan harga barang yang sulit untuk dikendalikan.

Dampak Negatif dan Positif G 30 S-PKI


• Dampak Negatif

1. banyak pahlawan kita banyak yang gugur


2. hubungan diplomatik dengan negara komunias menjadi renggang
3. terjadi penodaan terhadap ideologi dan kedaulatan negara kita

• Dampak Positif

1. kita dapat lebih waspadai terhadap serangan yang mnyerang NKRI baik dari dalam
maupun luar
2. kita dapat bersatu dan dapat bertahan /menyadari bawah pancasila adalah jati diri
bangsa kita
3. dengan adanya g30s pki kedudukan pancasila dalam negara menjadi lebih kuat

63. Menjelaskan latar belakang lahirnya Orde baru


Latar Belakang Lahirnya Orde Baru merupakan fokus utama topik pembahasan artikel kali
ini, setelah sebelumnya kita ulas tentang sejarah orde baru mulai dari tujuan, kebijakan
ekonomi, sistem pemerintahan yang dianut, trilogi pembangunan dan revolusi hijau yang
menjadikan Indonesia swasembada beras. Latar belakang lahirnya (munculnya) orde baru
bermula ketika terjadi peristiwa besar dalam sejarah Indonesia, yaitu peristiwa pada tanggal 30
September 1965, di mana terjadi pembunuhan terhadap enam perwira tinggi militer RI.

Kekacauan besar ini lebih kita kenal dengan sebutan G30S/PKI. Untuk menyelesaikan segala
permasalahan yang muncul akibat peristiwa ini, Ir. Soekarno (Presiden Indonesia) kemudian
mengeluarkan surat perintah kepada Soeharto agar segera memulihkan dan mengamankan
ketertiban, dan stabilitas negara. Surat perintah ini dikeluarkan pada tanggal 11 Maret, populer
dengan julukan Supersemar. Lebih lengkapnya, berikut penjelasan terkait dengan latar
belakang lahirnya orde baru (ORBA).

Latar Belakang Lahirnya Orde Baru


1. Terjadinya Peristiwa G30S/PKI

Kronologi peristiwa ini terjadi pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, 6 Jenderal Senior dan
beberapa orang lainnya dibunuh dibawah pasukan pimpinan Letnan Kolonel Untung. Enam
pejabat tinggi yang dibunuh meliputi : Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani, Mayjen Mas
Tirtodarmo Haryono, Mayjen Raden Suprapto, Mayjen Siswondo Parman, Brigjen Donald
Isaac Panjaitan dan Brigjen Sutoyo Siswomohardjo.
Sasaran utama dalam pembunuhan tersebut adalah Jenderal TNI Abdul Harris Nasution, namun
beliau berhasil kabur dan selamat dari peristiwa tersebut. Tapi sangat disayangkan, putri beliau
dan ajudannya menjadi korban dalam pembunuhan tersebut. Gerakan ini mengakibatkan
kondisi stabilitas Indonesia menjadi kacau.
Untuk mengatasi kekacauan, Presiden Soekarno kemudian mengeluarkan Supersemar (surat
perintah 11 Maret) yang diserahkan kepada Soeharto. Penyerahan surat tersebut membuat
integrasi Soeharto semakin kuat, dan pada perkembangan selanjutnya ia menjadi presiden
menggantikan Soekarno.

2. Kondisi Ekonomi Indonesia Semakin Memburuk

Memburuknya kondisi ekonomi Indonesia pada masa orde lama merupakan salah satu latar
belakang lahirnya orde baru. Lesunya bidang ekonomi ditandai dengan :

• Inflasi tinggi, mencapai 650%.


• Persaingan komoditas ekspor kopi dan karet dengan negara lain.
• Tingkat Investasi rendah.
• Pendapatan rata-rata masyarakat/penduduk rendah.
• Kurangnya tenaga ahli bidang industri.
• PDB (Produk Domestik Bruto) sangat rendah.

3. Pembentukan Front Pancasila

Semakin parahnya kondisi ekonomi dan politik Indonesia pasca peristiwa G30S/PKI
mengakibatkan mulai bermunculan aksi-aksi demonstrasi yang dilakukan mahasiswa yang
tergabung dalam Front Pancasila, terdiri dari KAMI (kesatuan aksi mahasiswa Indonesia),
KAPPI (kesatuan pemuda pelajar), KABI (kesatuan buruh), KAWI (kesatuan wanita), KASI
(kesatuan sarjana) dan KAGI (kesatuan guru). Kesatuan-kesatuan ini didukung sepenuhnya
oleh TNI (Tentara Nasional Indonesia). Pada perkembangan selanjutnya, FP (Front Pancasila)
merupakan pihak yang menandatangani Tritura.

4. Kemarahan Rakyat Terhadap Gerakan G30S/PKI

Adanya peristiwa besar pembunuhan petinggi TNI pada tanggal 30 September dibarengi
dengan tindakan keji yang dilakukan oleh PKI kepada rakyat. Oleh sebab itu, rakyat menuntut
agar PKI di bubarkan dan para petingginya diberi hukuman yang setimpal. Tuntutan rakyat ini
kemudian tertuang dalam Tritura (tiga tuntutan rakyat). Isinya terdiri dari :

1. Pembubaran Organisasi PKI (Partai Komunis Indonesia).


2. Penurunan Harga Barang yang diperjual belikan setiap hari.
3. Pembersihan kabinet Dwikora dari antek-antek PKI.
5. Merosotnya Wibawa Soekarno Kemudian Keputusan TAP MPRS No.XXXIII/1967

Wibawa dan kekuasaan Presiden Soekarno semakin melemah, disebabkan karena kecurigaan
pihak TNI AD dan rakyat atas peristiwa G30S/PKI. Soekarno tidak mau membubarkan PKI,
ia beranggapan PKI tidak bersalah, tapi pemimpinnya yang keblinger. Sebab lainnya adalah
adanya dualisme kepemimpinan setelah dikeluarkannya Supersemar. Soekarno sebagai
presiden, sementara Soeharto sebagai pelaksanaan pemerintahan.

Kondisi ini kemudian membuat Soeharto semakin dikenal, puncaknya pada sidang MPRS
No.XXXIII/1967 isinya pencabutan jabatan Presiden Soekarno, kemudian pengangkatan
Soeharto menjadi Presiden. Secara resmi, Soeharto kemudian diangkat menjadi presiden RI
pada tanggal 12 Maret 1967. Maka berakhirlah masa orde lama, dan digantikan dengan orde
baru.

64. Menganalisis kebijakan sosial, ekonomi dan politik pemerintahan Orde Baru
Masa pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia mulai mencapai penurunan ketika pada
pertengahan tahun 1960an kondisi ekonomi negara terpuruk. Perhatian besar pada bidang
politik membuat kondisi ekonomi mengalami imbas dari kebijakan – kebijakan politik
Soekarno pada saat itu. Salah satunya adalah kebijakan untuk memutuskan hubungan dengan
negara – negara barat yang mempengaruhi tiadanya bantuan asing yang dibutuhkan. Selain
itu juga terjadi hiperinflasi dan defisit keuangan negara. Semua itu ditambah dengan
terjadinya peristiwa G30S PKI dengan para Tokoh G30S PKI yang menyulut kemarahan
rakyat sehingga menuntut Soekarno untuk mundur sebagai pemimpin negara.
Melalui Surat Perintah Sebelas Maret tahun 1966 (Supersemar) yang memberi makna orde
baru , akhirnya Presiden Soekarno menyerahkan mandat kepemimpinan negara kepada
Jendral Soeharto. Sejak itulah era pemerintahan yang dikenal dengan nama Orde Baru
dimulai. Melalui tangan Presiden Soeharto, berbagai kebijakan orde baru dibuat untuk
memulihkan kondisi negara dalam berbagai bidang yang saat itu kacau balau. Untuk
mencapai tujuan Orde Baru, ada beberapa kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
khususnya Presiden Soeharto dalam berbagai bidang, antara lain:
Kebijakan Bidang Politik

Beberapa kebijakan politik pada masa orde baru yang ditetapkan oleh pemerintah orba dan
Presiden Soeharto yaitu:
1. Dibubarkannya Partai Komunis Indonesia dan semua organisasi – organisasi
pendukungnya yang berbasis di masyarakat dan di dalam kabinet pemerintahan yang
diperkuat melalui surat Keputusan Presiden/Pangti ABRI/Mandataris MPRS no.
1/3/1966 tertanggal 12 Maret 1966 sebagai realisasi dari Tiga Tuntutan Rakyat atau
Tritura.
2. Memperbaharui kabinet Dwikora dengan mengamankan 15 orang menteri yang
dinilai terkait dengan gerakan 30 September 1965 melalui Keputusan Presiden no.5
tanggal 18 Maret 1966. Juga membersihkan lembaga legislatif termasuk MPRS dan
DPRGR dari para tersangka G30S PKI.
3. Mengembalikan peran dan kedudukan MPRS yaitu diatas Presiden agar sesuai dengan
UUD 1945. Soeharto juga melakukan kebijakan orde baru dengan memisahkan
jabatan pimpinan DPRGR dengan jabatan eksekutif sehingga pimpinan DPRGR tidak
diberi kedudukan sebagai menteri lagi.
4. Pelaksanaan pemilihan umum yang lebih sederhana pertama kali pada masa orde baru
di tahun 1971 dengan penyederhanaan partai politik dari sejumlah 10 partai menjadi
tiga partai saja berdasarkan kesamaan program partai. Partai politik pada masa orde
baru yaitu Golongan Karya (Golkar), Partai Demokrasi Indonesia (PDI) terdiri dari
partai – partai nasionalis dan Kristen, lalu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang
terdiri dari partai – partai Islam. Ketiga partai ini sangat dibatasi aktivitas politiknya
termasuk pada masa kampanye singkat di masa pemilu.
5. Militer diberikan hak secara resmi untuk ikut berperan dalam pemerintahan dengan
istilah Dwifungsi ABRI.
6. Diwajibkannya pendidikan dan penataran P4 atau Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila untuk seluruh lapisan masyarakat dan memberlakukan Asas
Tunggal Pancasila untuk partai – partai politik dan organisasi kemasyarakatan.
7. Irian Barat dan Timor Timur bergabung dalam wilayah kesatuan Republik Indonesia
walaupun tidak dengan usaha yang mulus.
8. Indonesia menjadi pelopor dalam pendirian ASEAN dan juga melakukan beberapa
kebijakan politik luar negeri seperti mengakui negara Singapura, memperbaiki
hubungan dengan Malaysia, kembali menjadi anggota PBB pada tahun 1967.
Kebijakan Bidang Sosial

Untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat pada waktu itu yang berada dalam keadaan
terpuruk, pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan pada orde baru yang menjadi ciri
pokok orde baru seperti Gerakan Orang Tua Asuh, Program Keluarga Berencana dengan
slogan “Dua Anak Cukup”, transmigrasi, dan gerakan wajib belajar 9 tahun.
Kebijakan Bidang Ekonomi

Beberapa hal yang menjadi bagian dari kebijakan ekonomi pada masa pemerintahan orde
baru yaitu:

1. Repelita

Repelita atau Rencana Pembangunan Lima Tahun adalah kebijakan orde baru dalam bidang
ekonomi yang dimulai pada tahun 1969 sampai tahun 1994. Upaya pemerintah orde baru
untuk meningkatkan ekonomi secara nasional berhasil dengan menggunakan Repelita,
diantaranya terwujudnya swasembada pangan nasional pada tahun 1984. Repelita dibagi
menjadi beberapa tahap Pelita (Pembangunan Lima Tahun) seperti berikut ini:

▪ Pelita I yang dimulai pada 1 April 1969 – 31 Maret 1974 untuk meningkatkan taraf
hidup rakyat dan menekankan pembangunan pada bidang pertanian.
▪ Pelita II dimulai pada 1 April 1974 – 31 Maret 1979 yang dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi sebanyak rata – rata 7 persen setahun.
▪ Pelita III sejak 1 April 1979 – 31 Maret 1984 yang menekankan tujuan Trilogi
Pembangunan.
▪ Pelita IV sejak 1 April 1984 – 31 Maret 1989 berhasil melaksanakan keluarga
berencana dan swasembada pangan serta perumahan.
▪ Pelita V dimulai pada 1 April 1989 – 31 Maret 1994 menyasar sektor pertanian dan
industri untuk ekspor.
▪ Pelita VI yang bertujuan untuk membangun sektor pertanian dan industri ekspor.
2. Trilogi Pembangunan

Selain itu juga adanya wacana pembangunan nasional dalam istilah Trilogi Pembangunan
yang dijadikan landasan penentuan kebijakan politik, ekonomi dan sosial dalam pelaksanaan
pembangunan negara. Ada tiga aspek dalam trilogi pembangunan yaitu:

▪ Stabilitas ekonomi nasional yang sehat dan dinamis


▪ Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
▪ Pemerataan pembangunan serta hasil – hasilnya yang menuju terciptanya keadilan
sosial bagi seluruh rakyat di Indonesia.
3. Pemulihan di Bidang Ekonomi Mulai 1966 – 1973

Tujuan dasar dari kebijakan orde baru adalah pembangunan ekonomi negara dengan
bergabung kembali ke dalam jajaran ekonomi dunia yaitu menjadi anggota IMF
(International Monetary Fund), menjadi anggota PBB kembali dan anggota Bank Dunia pada
kurun waktu akhir tahun 1960an. Langkah ini akhirnya memulai aliran bantuan keuangan dan
bantuan asing dari negara Barat dan juga Jepang ke Indonesia. Kemudian untuk mengatasi
hiperinflasi, Soeharto mengandalkan para teknokrat ekonomi yang sebagian besar dididik di
Amerika Serikat untuk membuat rencana guna memulihkan ekonomi.

Pada akhir 1960an penciptaan stabilitas harga dilakukan melalui kebijakan yang melarang
pendanaan domestik dalam bentuk hutang atau pencetakan uang. Juga membebaskan kontrol
pasar untuk memulihkan mekanisme pasar bebas, menerapkan UU Penanaman Modal Asing
pada 1967 dan UU Penanaman Modal Dalam Negeri pada 1968. Penetapan kedua UU ini
mengundang investor sehingga pertumbuhan ekonomi mencapai lebih dari 10% di tahun
1968.

4. Pertumbuhan Ekonomi dan Intevensi Pemerintah (1974 – 1982)

Kebijakan orde baru tetap menjaga pertumbuhan ekonomi tahunan yang cepat diatas angka
5%. Indonesia saat itu juga mendapat keuntungan secara signifikan dari perdagangan minyak
di tahun 1970an sehingga sektor publik mampu berperan besar dalam perekonomian dengan
berinvestasi dalam pembangunan daerah, sosial, infrastruktur dan mendirikan industri dalam
skala besar. Namun sebagai akibat dari rakyat yang merasa diabaikan dari keuntungan ini
terjadi sejarah peristiwa Malari pada tahun 1974, yang berawal dari protes terhadap
banyaknya pemodal asing di Indonesia. Sejak itu aturan mengenai investasi asing diperketat
dan diganti dengan kebijakan memberi perlakuan khusus terhadap pribumi.
5. Ekspor dan Deregulasi sejak 1983 – 1996

Hutang luar negeri bertambah dengan jatuhnya harga minyak sejak awal 1980an dan reposisi
mata uang pada tahun 1985 sehingga pemerintah harus melakukan berbagai kebijakan orde
baru untuk memulihkan kondisi makroekonomi. Berbagai tindakan untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi didorong oleh ekspor, seperti pembebasan bea cukai termasuk impor
dan pengulangan devaluasi rupiah. Selain itu pemerintah juga mengizinkan berbagai
pendirian bank swasta baru, kebebasan bank asing beroperasi di luar Jakarta, yang kemudian
justru menjadi masalah yang menambah krisis di Indonesia pada akhir 1990an, selain dari
berbagai penyimpangan pada masa orde baru yang juga menjadi faktor penyebab runtuhnya
orde baru dan akhir masa pemerintahan Orde Baru.
65. Menganalisis tumbangnya rezim Orde Baru
Pada tahun 1997, krisis ekonomi yang melanda Thailand, mulai berdampak pada perekonomian
Indonesia. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mulai merosot hingga Rp 15.000/dollar.
Harga-harga kemudian melambung tinggi, jumlah utang luar negeri mencapai 163 miliar dollar
AS lebih, pengangguran dan kemiskinan penduduk meningkat tajam, banyaknya bank
bermasalah, pertumbuhan ekonomi minus 20% – 30%, dan KKN dikalangan para pejabat
Pemerintah menyebabkan krisis kepercayaan dari masyarakat. Kondisi krisis ekonomi dan
krisis kepercayaan rakyat terhadap pemerintah ini kemudian mendorong ribuan mahasiswa
turun ke jalan untuk berdemonstrasi. Tuntutan para mahasiswa adalah sebagai berikut.

1. Pemerintah segera mengatasi krisis ekonomi.


2. Menuntut dilaksanakannya reformasi di segala bidang.
3. Menuntut dilaksanakannya sidang istimewa MPR.
4. Meminta pertanggungjawaban presiden.

Pada 12 Mei 1998, terjadi Tragedi Trisakti, empat mahasiswa Universitas Trisakti tewas
tertembak oleh aparat keamanan saat berdemonstrasi yang kemudian dikenal sebagai pahlawan
reformasi. Keempat mahasiswa itu sebagai berikut:

Untuk mengetahui profil pahwalan reformasi, mari kita klik tombol kuning pada masing –
masing gambar pahlawan reformasi di bawah ini.
Profil pahlawan reformasi
Tahukah kamu apa yang terjadi setelah penembakan keempat mahasiswa tersebut?apakah
masiswa menjadi takut? peristiwa tersebut tidak membuat mahasiswa menjadi takut, malah
sebaliknya membuat ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dari seluruh Indonesia
berdemonstrasi di berbagai kampus di Jakarta. Puncaknya dari demonstrasi mahasiswa terjadi
pada tanggal 19–21 Mei 1998 di depan Gedung DPR/MPR Jakarta. sampai tanggal 21 Mei
1998 di Istanah Merdeka Presiden Soeharto mundur dari jabatannya dan sekaligus pengambilan
sumpah jabatan oleh BJ. Habibie sebagai presiden ke 3 Indonesia.
Kerusuhan besar pada 14 Mei 1998 tidak hanya terjadi di Jakarta tetapi merembet ke kota-kota
yang lain, seperti Solo, Surabaya, Medan, Makassar dan Padang. Mahasiswa bersama-sama
rakyat yang berdemonstrasi di jalan-jalan semakin gencar menuntut Presiden Soeharto untuk
mundur dari jabatannya. Bahkan, gedung DPR/ MPR pun diduduki oleh ribuan mahasiswa.
Coba bayangkan bagaimana mencengkamnya saat itu! Semoga peristiwa tersebut menjadi
pelajaran begi segenap masyarakat Indonesia dan dikemudian peristiwa serupa tidak pernah
terulang lagi di negri Indonesia yang tercinta ini. Taukah kamu Peristiwa Reformasi mengutkan
teori revulusi yang mengatakan bahwa perubahan cepat akan menimbulkan disintegrasi
(kekaucauan) dalam masyarakat.
66. Menganalisis dampak Perang Dingin bagi kehidupan politik bangsa Indonesia masa
Pemerintahan Sukarno

Secara singkat, Perang Dingin merupakan perang politik, ideologi, dan militer yang terjadi
antara Amerika Serikat (blok barat) dan Uni Soviet (blok timur) setelah perang dunia ke II
sampai tahun 1991. Bagi Indonesia sendiri, dampak dari adanya Perang Dingin ini mencakup
ke dalam beberapa aspek antara lain :
• Penerapan demokrasi terpimpin pada tahun 1960 pada saat itu pemerintah
mengarahkan pandangan politiknya ke negara yang berhaluan komunis.
• Pendirian Poros Jakarta Hanoi Pyong Yang Phnom Penh yang terbentuk akibat
kedekatan Indonesia dengan Negara Blok Timur.
• Kebijakan ekonomi Indonesia cenderung terlihat mengarah pada Kolonialisme dan
Imperialisme.
• Perubahan arah politik Indonesia yang terjadi pada tahun 1965 sebagai dampak dari
gerakan 30 SPKI yang dianggap didalangi oleh PKI.
• Berawal dari terjadinya krisis minyak dunia yang memberikan dampak positif bagi
bangsa Indonesia, hal ini menyebabkan perkembangan modal asing dalam negeri ini.
• Berakhirnya pemerintahan orde baru lalu terjadi krisis moneter di Indonesia pada
tahun 1997.

Disamping itu, ada dampak lain yang ditimbulkan oleh Perang Dingin bagi Indonesia adalah
terjadinya krisis moneter karena ketergantungan Indonesia terhadap modal asing sangat
tinggi, selain itu Indonesia juga terlalu banyak bergantung pada barang impor. Di sisi lain,
krisis moneter juga mengakibatkan Indonesia tidak mampu memenuhi keperluan sehari-hari.

(Baca juga: Peran Indonesia dalam Perang Dingin)

Krisis ekonomi ini tercermin dengan terjadinya inflasi yang tinggi, tingginya utang luar
negeri dan pemerintah yang bersifat sentralis. Munculnya krisis politik ditandai dengan
terjadinya demokrasi rekayasa pada pemerintahan orde baru yang menimbulkan krisis
kepercayaan di mata rakyat Indonesia. Dampak selanjutnya adalah munculnya reformasi
yang dilatarbelakangi oleh krisis multidimensional seperti ekonomi, politik, sosial.

Dampak Bagi Internasional

Selain bagi Indonesia tentunya Perang Dingin juga memberikan dampak bagi dunia
internasional yaitu dalam bidang politik, ekonomi, dan militer. Dimana, dalam bidang politik
yaitu pecahnya negara-negara seperti terjadinya perang sekunder yang menimbulkan
perpecahan diantaranya Vietnam barat dengan Vietnam timur, Korea Utara dengan Korea
Selatang, Jerman Barat dan Jerman Timur.

Dalam bidang ekonomi munculnya negara superpower karena dunia dikuasai oleh para
pemegang investor yang berlomba-lomba mencari laba yang kemudian menginvestasikan ke
negara berkembang, selain Amerika. Sedangkan dalam bidang militer, terdapat munculnya
Nato dari Amerika Serikat dan juga Pakta Warsawa dari Unisoviet dalam bidang ini kedua
negara ini juga berlomba-lomba dalam perang nuklir.

67. Menganalisis dampak runtuhnya komunis Uni Sovyet terhadap perimbangan


politik dunia
Uni Soviet adalah negara adikuasa yang menjadi pemimpin Blok Timur saat Perang Dingin
setelah Perang Dunia II. Perang Dingin dengan Amerika Serikat tersebut dimulai sejak
1947 hingga tahun 1991, tepat saat Uni Soviet runtuh.
Keruntuhan Uni Soviet diumumkan langsung oleh Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev
saat pengunduran dirinya pada hari Natal 25 Desember 1991. Penyebabnya keruntuhan
ini antara lain karena insiden nuklir Chernobyl, kebijakan Perestroika dan Glasnost,
kebijakan ekonomi, hingga masuknya paham barat.

Baca juga:
Sejarah Konflik Rusia Vs Ukraina yang Kian Memanas
Bubarnya Uni Soviet ini kemudian menimbulkan berbagai dampak yang turut
mempengaruhi iklim politik dan ekonomi negara-negara besar ataupun negara bekas Uni
Soviet. Apa saja dampak runtuhnya Uni Soviet? berikut ini rangkumannya dikutip dari
laman Norwich University.

10 Dampak Runtuhnya Uni Soviet:


1. Aliansi Eropa Timur mulai runtuh

2. Negara-negara seperti Estonia, Lithuania dan Latvia untuk mendeklarasikan


kemerdekaan mereka.

3. Tembok Berlin jatuh pada tanggal 9 November 1989, menyebabkan Jerman Timur dan
Barat secara resmi bersatu kembali dalam waktu satu tahun, mengakhiri Perang Dingin.

4. Setelah Tembok Berlin runtuh, warga di negara-negara Eropa Timur seperti


Cekoslowakia, Bulgaria dan Rumania melakukan protes terhadap pemerintah pro-Soviet
untuk mempercepat runtuhnya rezim komunis di bekas blok Soviet.

5. Negara-negara lain seperti Republik Belarus, Federasi Rusia, dan Ukraina


menciptakan Persemakmuran Negara-Negara Merdeka.

6. Pada akhir tahun 1989, delapan dari sembilan republik yang tersisa telah
mendeklarasikan kemerdekaan dari Moskow, dan Uni Soviet yang kuat akhirnya runtuh.

7. Pada musim panas tahun 1990, semua pejabat Eropa Timur yang sebelumnya
komunis telah digantikan oleh pemerintah yang dipilih secara demokratis, menyiapkan
panggung untuk reintegrasi kawasan itu ke dalam bidang ekonomi dan politik Barat.

8. Meningkatkan pengaruh Amerika Serikat sebagai kekuatan global dan menciptakan


peluang bagi korupsi dan kejahatan di Rusia.

Baca juga:
Sejarah Perkembangan Islam di Rusia, Ada Jejak Leluhur Sunan Ampel
9. Mendorong banyak perubahan budaya dan pergolakan sosial di negara-negara bekas
Soviet dan negara-negara komunis tetangga yang lebih kecil.

10. Produk nasional bruto di negara-negara Soviet turun sebesar 20 persen,


mengantarkan pada periode kehancuran ekonomi total.

Tak hanya itu, runtuhnya Uni Soviet juga kemudian mempengaruhi negara-negara yang
lain. Misalnya sejak akhir Perang Dingin, China telah berkembang menjadi negara besar
dan Uni Eropa telah memperluas pengaruhnya ke wilayah-wilayah yang pernah dikuasai
Moskow.

68. Menganalisis peran Indonesia dalam upaya penyelesaian konflik dunia sebagai
implementasi dari alinea ke-4 Pembukaan UUD 1945
Dalam buku Pengetahuan Sosial Sejarah oleh Drs. Tugiyono, disebutkan peran Indonesia
dalam perdamaian dunia:

1. Mengirim kontingen Garuda Indonesia


Mengirim kontingen Garuda merupakan peran Indonesia dalam PBB untuk ikut serta
menciptakan perdamaian dunia.
Kontingen Garuda ada yang dikirim ke Timur Tengah (Arah, Israel, Mesir), Kongo,
Kamboja, Yugoslavia, dan beberapa negara lain yang sedang mengalami konflik.

2. Peran Indonesia dalam perdamaian dunia lainnya yakni bersama negara Mesir, India,
Yugoslavia, dan Ghana, menjadi pelopor berdirinya Gerakan Non Blok (GNB)
Gerakan Non Blok berusaha meredakan ketegangan dunia dan menciptakan perdamaian
dunia yang ketika itu (1960-an) terancam akibat terjadinya perang dingin antara Blok
Barat dan Blok Timur.

3. Ikut secara aktif membantu menyelesaikan konflik di Kamboja dengan mensponsori


penyelenggaraan Jakarta Informal Meeting (JIM I) bulan Juli 1988
Kegiatan tersebut berhasil menemukan masalah yang penting dalam menyelesaikan
konflik di Kamboja, yaitu penarikan pasukan Vietnam dari Kamboja dan upaya mencegah
kembalinya rezim Pol Pot yang banyak melakukan pembantaian rakyat Kamboja.

4. Hubungan Internasional
Dalam buku 'Pasti Bisa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/MA
Kelas XI oleh Tim Ganesha Operation, disebutkan, peran Indonesia dalam perdamaian
dunia yakni melalui hubungan internasional.

Bentuk peran Indonesia dalam hubungan internasional sebagai berikut:


a. Mengirimkan duta besar ke beberapa negara atau menerima duta besar negara lain
yang menjalin kerja sama dengan Indonesia.

b. Mendukung gerakan zona bebas nuklir di kawasan negara-negara anggota


Association of South East Asian Nations (ASEAN).

c. Mendukung terselenggaranya ASEAN Free Trade Area (AFTA) di kawasan negara


anggota ASEAN.

d. Peran Indonesia lainnya dalam perdamaian dunia dalam bentuk hubungan


internasional yakni turut berpatisipasi dalam kegiatan pertukaran pelajar dan mahasiswa
dari dan ke luar Indonesia.
69. Menganalisis upaya bangsa Indonesia menggunakan IPTEK untuk kelangsungan
bangsa dan negara Indonesia

Uni Soviet menjadi negara pertama yang berhasil meluncurkan satelit bernama Sputnik
1 pada 4 Oktober 1957. Pada November 1957 Uni Soviet meluncurkan satelit Sputnik
II dengan menyertakan seekor anjing bernama Laika. Kemajuan Uni Soviet mulai disaingi oleh
Amerika Serikat dengan meluncurkan satelit Explorer 1 pada 31 Januari 1958. Seolah tidak
mau kalah, Uni Soviet “membalasnya” dengan mengirimkan Sputnik III pada 15 Mei 1958.
Pada 4 Oktober 1959 Uni Soviet berhasil mengorbitkan satelit Lunik III yang dapat
mengelilingi bumi dan bulan.

Momen terpenting dalam perkembangan teknologi ini terjadi ketika manusia berhasil
melakukan perjalanan ke luar angkasa. Yuri Gagarin, kosmonot dari Uni Soviet, berhasil
menjadi manusia pertama yang melakukan perjalanan ini pada 12 April 1961 dengan
menggunakan pesawat Vostok 1 selama 108 menit. Disusul dengan John Glenn, manusia
pertama yang mengorbit Bumi pada tanggal 20 Februari 1962 dengan pesawat Friendship
7 milik Amerika Serikat, dan Neil Amstrong sebagai manusia pertama yang mendarat di bulan
pada tanggal 20 Juli 1969 dengan Apollo 11 milik Amerika Serikat.

Berakhirnya Perang Dingin membuka lembaran baru


dalam perkembangan teknologi luar
angkasa. International Space Station (Stasiun
Luar Angkasa Internasional) didirikan oleh
Amerika Serikat dan Rusia pada 20 November 1998
dan menjadi babak baru dalam perkembangan
teknologi luar angkasa.

International Space Station (Stasiun Luar Angkasa Internasional) (Sumber: nasa.gov).

Teknologi Luar Angkasa Indonesia

Perkembangan teknologi luar angkasa ini tentunya juga membawa dampak bagi Indonesia.
Pada 9 Juli 1976, diluncurkan satelit Palapa A1 yang berguna untuk mengatur Sistem
Komunikasi Satelit Domestik (SKSD). SKSD
bermanfaat untuk mempermudah komunikasi
antar daerah dan antar negara,
menyambungkan komunikasi telepon,
televisi, radio dan faksimili, serta
menghubungkan jaringan internet.
Selanjutnya Indonesia juga punya satelit
Palapa B1 yang diluncurkan pada 16 Juni
1983.

Peluncuran satelit Palapa A1 (Sumber: mediaindonesia.com).


Selain punya satelit, saat itu Indonesia juga punya kosmonot lho. Adalah Pratiwi Sudarmono
yang akan diberangkatkan untuk misi luar angkasa dari Indonesia. Sayang, dirinya belum
berhasil berangkat karena meledaknya pesawat Challenger milik Amerika Serikat yang sedang
diujicoba pada tanggal 28 Januari 1986.

Perkembangan teknologi persenjataan berkaitan erat dengan perkembangan militer khususnya


ketika Perang Dunia dan Perang Dingin. Di masa Perang Dingin, Amerika Serikat dan Uni
Soviet memimpin perkembangan persenjataan dengan tujuan untuk melindungi kawannya dan
perebutan pengaruh. Pihak yang terlibat berusaha meningkatkan mutu dan jumlah
persenjataannya. Adapun teknologi persenjataan yang dikembangkan antara lain bom, senjata
nuklir, rudal.
Kepemilikan senjata-senjata ini pada akhirnya diketahui berbahaya dan memicu banyaknya
konflik yang membuat situasi berbahaya. Kesadaran itu berdampak pada menurunnya tingkat
persaingan teknologi persenjataan antar banyak negara. Blok Barat dan Blok Timur akhirnya
menggagas beberapa hal untuk mengatasi situasi. Salah satunya dengan membuat perjanjian-
perjanjian Nuclear Non-proliferation Treaty, Strategic Arms Limitation Talks (SALT),
dan Strategic Arms Reduction Treaty (START).
Perkembangan teknologi dan informasi yang ada dalam infografis di atas tentunya punya
dampak negatif dan positifnya. Dampak positifnya tentu bisa mempercepat persebaran
informasi secara akurat dan mutakhir, mempermudah komunikasi antar wilayah,
pengembangan wawasan, sarana hiburan, media pertukaran data-data secara cepat dan efektif,
dan yang lainnya.

Meski begitu, kita harus menggunakan kemajuan teknologi dan informasi ini secara bijak,
karena perkembangan ini tetap memiliki dampak negatif. Adapun dampak negatif yang dapat
ditimbulkan seperti memudarnya nilai tradisional dalam masyarakat, semakin banyaknya
pembajakan hasil karya, ataupun menguatnya sikap individualisme. Kira-kira, kamu bisa
menyebutkan lagi nggak dampak positif dan negatifnya?
Kalau di infografis kamu sudah tahu tentang sejarah perkembangan transportasi di dunia, akan
berbeda dengan perkembangan transportasi di Indonesia, Squad. Pertama untuk transportasi
darat, di Indonesia sedang dibangun jalan-jalan besar untuk menghubungkan daerah-daerah
terpencil. Salah satu jalan yang dibangun adalah jalan tol (jalan bebas hambatan).

Jalan Raya di Indonesia

Jalan tol (singkatan dari tax on location) pertama di Indonesia dibangun pada 1973 adalah Jalan
Tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi). Tol ini mulai digunakan tahun 1978 hingga sekarang dan
membentang sepanjang kurang lebih 50 km. Pembuatan jalan tol kemudian berkembang di
daerah lain di Pulau Jawa dan Sumatra. Dilanjutkan dengan tol Jakarta – Tangerang sepanjang
33 km (beroperasi November 1984), Surabaya – Gempol (49 km dan beroperasi Juli 1986).
Pembangunan sempat terhenti pada Maret 1993 setelah membangun jalan tol Surabaya –
Gresik sepanjang 20,7 km dan dilanjutkan dengan pembangunan Cikampek – Purwakarta –
Padalarang (Cipularang) pada April 2005.

Transportasi Air di Indonesia

Perusahaan kapal pertama di Indonesia bernama N.V. Nederlandsch Indische Industrie dan
mulai dirintis pada 1823 oleh Gubernur Jenderal Van der Capellen. Untuk mendukung
perusahaan tersebut, dibangun bengkel reparasi kapal pada
1849 di Surabaya. Hingga pada 1939 perusahaan tersebut
diubah namanya menjadi Marine Establishment (ME).

Bengkel reparasi kapal di Surabaya. (Sumber:


commons.wikimedia.org).

Pasca Perang Dunia II, setelah sempat dikuasai Jepang, Belanda kembali menguasai ME.
Setelah merdeka, pada 27 Desember 1949, ME dikembalikan ke pemerintah Indonesia dan
diubah namanya menjadi Penataran Angkatan Laut (PAL).

Transportasi Udara di Indonesia

Perkembangan transportasi udara Indonesia dimulai pada masa awal kemerdekaan. Saat itu
pesawat yang digunakan masih hasil modifikasi Pesawat Cureng/Nishikoren peninggalan
Jepang. Pesawat itu dirancang dan dites oleh Agustinus Adisucipto pada Oktober 1945 di atas
kota Tasikmalaya. Atas ide Wiweko Soepono dan Nurtanio Pringgoadisuryo dibukalah
bengkel pesawat di bekas gudang kapuk di Magetan dekat Madiun. Pesawat NWG-1 menjadi
jenis pesawat hasil buatan bengkel tersebut.
Perkembangan pesawat terbang sempat terhambat karena pemberontakan Madiun 1948 dan
Agresi Militer Belanda. Dunia penerbangan Indonesia kemudian berkembang lagi pasca
peristiwa tersebut. Bandung dipilih menjadi tempat pengembangan pesawat terbang,
khususnya di lapangan terbang Andir (Husein Sastranegara). Pada 1 Agustus 1954, Indonesia
berhasil menerbangkan prototype Si Kumbang dan selanjutnya diluncurkan pesawat latih
dasar Belalang 89 dan pesawat olahraga Kunang 25.

Pesawat Si Kumbang rancangan Nurtanio. (Sumber:


id.wikipedia.org).

Berbagai kemajuan tersebut membuat banyak pihak


optimis terhadap industri penerbangan Indonesia. Akhirnya pada 16 Desember 1961
diresmikan pembentukan Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (LAPIP). Setelah berbagai
gejolak, 28 April 1976 secara resmi didirikan PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio
dengan B.J. Habibie selaku Direktur Utamanya.

Anda mungkin juga menyukai