Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PREEKLAMSIA RINGAN PADA IBU NIFAS

DISUSUN OLEH :

NAMA : RIA SINTIKAH


NIM : PO.71.24.3.20.019
KELAS :2A

DOSEN PENGAMPU : SETIAWATI , SST., M.Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

PRODI D-III KEBIDANAN MUARA ENIM

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-N
ya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “ Preeklamsia pada ibu nifas”
Shalawat beriring salam tak lupa saya sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menerangi semua umat di muka bumi ini dengan cahaya kebenaran.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah ikut membantu dalam pe
nyelesaian makalah ini. Khususnya kepada dosen pembimbing yaitu bunda SETIAWATI , SST.,
M.Kes yang telah membimbing dan membagi pengalamannya kepada kami.
Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat berbagai kekurangan dan kesalaha
n, baik dari segi isi maupun dari segi bahasa. Untuk itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari pem
baca yang bersifat konstruktif untuk penyempurnaan makalah ini. Saya berharap agar makalah ini da
pat berguna dan bermanfaat bagi pembaca. Aamiin.

Lahat , 09 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................................5
1.3 Tujuan.............................................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Definisi Masa Nifas...................................................................................................................6
B. Tanda Bahaya Pada Masa Nifas.................................................................................................6
C. Definisi Pre Eklamsia Pada Masa Nifas.....................................................................................6
D. Pencegahan Pre Eklamsia Pada Masa Nifas...............................................................................7
E. Penanganan Pre Eklamsia Pada Masa Nifas..............................................................................7
F. Contoh kasus.............................................................................................................................8
BAB III................................................................................................................................................17
PENUTUP...........................................................................................................................................17
3.1Kesimpulan.................................................................................................................................17
3.2 Saran..........................................................................................................................................17
DAFTAR PUTAKA............................................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masa nifas merupakan transisi kritis bagi ibu. Resiko kesakitan dan kematian ibu

lebih sering terjadi pada masa ini (Prawirohardjo, 2010). Survey Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyebutkan Angka Kematian Ibu (AKI)

sebesar 359/100.000 kelahiran hidup. Tahun 2013 data kementerian kesehatan RI

menunjukkan bahwa 5.019 ibu meninggal karena kehamilan, persalinan dan nifas

(Depkes, 2013). Angka ini masih tergolong tinggi bila dibandingkan dengan target

Millennium Development Goals (MDG’s) tahun 2015, yaitu sebesar 102/100.000

kelahiran hidup (SDKI, 2012).

Berdasarkan laporan dari kabupaten/kota di Jawa Tengah, AKI di Provinsi

Jawa Tengah tahun 2014 mencapai 126,55/100.000 kelahiran hidup. Angka ini

mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan AKI pada tahun 2013, yaitu sebesar

118,62/100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu 57% terjadi pada waktu nifas. Tiga

peNy.ebab kematian ibu yang paling dikenal selain preeklamsia yaitu hipertensi

(32,4%), komplikasi puerperium (30,2%), perdarahan (20,3%), dan lain- lain (17,1%)

(Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2014).

Preeklamsia pada ibu nifas harus dikelola dengan tepat sehingga tidak berakibat

pada komplikasi. Memantau masa nifas, mendeteksi adanya masalah atau penyulit,

melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis terkait, dan melaksanakan tindakan

pemeriksaan khususnya terkait kasus preeklamsia seperti pemantauan tekanan darah

tinggi, reflek patella, pemeriksaan rutin proteinuria. Hal tersebut merupakan

kewenangan bagi seorang bidan dalam penanganan preeklamsia

(Permenkes/1464/MENKES/PER/X/2010).

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah Definisi Masa Nifas?
2. Apakah Tanda Bahaya Pada Masa Nifas?
3. Apakah Definisi Pre Eklamsia dan Tanda Gejalanya Pada Masa Nifas?
4. Pencegahan Pre Eklmsia Pada Masa Nifas?
5. Bagaimana Penanganan Pre Eklamsia Pada Masa Nifas?
6. Bagaimana contoh kasus preeklamsi pada masa nifas?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Masa Nifas.
2. Untuk Mengetahui Tanda Bahaya Pada Masa Nifas.
3. Untuk Mengetahui Definisi Pre Eklamsia dan tanda Gejalanya Pada Masa Nifas.
4. Untuk Mengetahui Pencegahan Pre Eklamsia Pada Masa Nifas.
5. Untuk Mengetahui Penanganan Pre Eklamsia Pada Masa Nifas.
6. Untk Mengetahui contoh kasus preeklamsi pada masa nifas

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Masa Nifas


Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009).
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakh
ir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas ber
langsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009).

B. Tanda Bahaya Pada Masa Nifas


Tanda bahaya pada masa nifas menurut Saiffudin (2004), adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan vagina secara tiba-tiba bertambah banyak
2. Pengeluaran pada vagina yang berbau busuk
3. Rasa sakit di bagian bawah abdomen
4. Sakit kepala terus menerus, nyesi ulu hati, atau masalah penglihatan
5. Pembengkakan di wajah dan tangan
6. Demam, muntah, dan sakit waktu berkemih.
7. Payudara yang berubah memerah, panas dan sakit
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama
9. Merasa sangat lelah dan nafas terengah-engah

C. Definisi Pre Eklamsia Pada Masa Nifas


Pre eklamsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan masa
nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, protein urine dan oedema (Manuaba,2009).
1. Tingkatan pre eklamsia
Menurut Wiknjosastro (2006) tingkatan pre eklamsia adalah :
a. Pre eklamsia ringan
Pre eklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai protein urin dan oedema setelah
umur kehamilan 22 minggu atau segera setelah persalinan.
Tanda gejala Pre eklamsi Ringan :
a) Tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg/diastol lebih dari 90 mmHg,
b) Kenaikan berat badan 1 kg/minggu.

6
c) Protein urine 0,3 gram/lebih dengan tingkat kualitatif satu sampai dua pada urin
kateter atau urin aliran pertengahan.
b. Pre eklamsia berat
Pre eklmsia berat yaitu suatu komplikasi kehamilan yang di tandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai protein urin dan oedema pada kehamilan 20
minggu atau setelah persalinan.
Tanda gejala Pre Eklamsia Berat :
a) Tekanan darah lebih dari 160 mmHg/diastol 110 mmHg
b) Protein urin +5 gram
c) Oedema paru/sianosis
d) Adanya gangguan penglihatan, nyeri kepala, nyeri epigastrium

D. Pencegahan Pre Eklamsia Pada Masa Nifas


Pencegahan Pre eklamsia pada masa nifas menurut Wiknjosastro (2006) :
1. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti, mengenali tanda tanda pre eklamsia, lalu di
berikan pengobatan supaya penyakit tidak menjadi berat.
2. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre eklamsia kalau ada faktor-
faktor predesposisi.
3. Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan serta pentingnya
mengatur diet rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga
kenaikan berat badan yang berlebihan.

E. Penanganan Pre Eklamsia Pada Masa Nifas


Penanganan pre eklamsia pasca persalinan menurut varney (2004), yaitu :
1. Jelaskan kepada ibu tentang kondisinya
2. Beri KIE tentang tanda-tanda bahaya pada pre eklamsia
3. Observasi keadaan umum dan TTV
4. Pantau tekanan datah dan protein urin
5. Anjurkan pada ibu untuk banyak istirahat
6. Anjurkan pada ibu untuk diet rendah garam
7. Keseimbangan cairan dan pengganti elektrolit untuk memperbaiki hipovelemik, mencegah
kelebihan sirkulasi dan pemeriksaan serum harian.
8. Pemberian sedativa untuk mencegah terjadinya kejang-kejang
7
9. Memberikan MgSO4 secara IV dan IM masing-masing dengan jarak 5 menit
10. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG
11. Melakukan rujukan kerumah sakit yang lebih tinggi (Wiknjosastro, 2006)

F. Contoh kasus

1. Langkah
I. Pengumpulan Data Dasar (Pengkajian)
Teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data pada saat pengkajian

adalah :

a. Anamnesa

1) Data Subyektif

a) Biodata

Usia klien yang terlalu muda < 20 tahun atau terlalu tua >35

tahun berisiko tinggi Preeklamsia (Edwin, 2013).

b) Keluhan Utama

Keluhan utama yaitu, nyeri kepala dan bengkak pada tangan

(Nugroho, 2011 dan Fauziyah, 2012).

c) Riwayat Kesehatan

(1) Riwayat kesehatan sekarang, untuk mengetahui apakah

pasien mengalami nyeri kepala hebat, nyeri epigastrium,

dan bengkak pada sebagian tubuh sebagai tanda dari

Preeklamsia (Nugroho, 2011).

(2) Riwayat kesehatan yang lalu, apakah klien pernah

mengalami tekanan darah tinggi hingga adanya gangguan

atau keluhan yang sering dirasakan ibu (Varney, 2007).

(3) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan KB yang lalu.


8
Untuk mengetahui apakah ada komplikasi atau penyulit

saat persalinan, riwayat nifas, dan KB (Nugroho, 2010).

d) Biopsokososiokultural

(1) Pola makan dan minum


(2) Pola istirahat

Kurangnya istirahat dapat memperburuk terjadinya

Preeklamsia.

(3) Data psikologi

Stres berkepanjangan dapat memperberat preeklamsia

(Nugroho, 2012).

(4) Rencana ber-KB

Supaya mendapatkan informasi mengenai alat kontrasepsi

yang pernah dipakai sebelumnya dan KB yang sesuai

dengan kondisi ibu untuk tidak menggunakan KB

hormonal (Saifuddin, 2010).

h. Data Obyektif

Pemeriksaan fisik yang membantu menegakkan diagnosa preeklamsia

adalah :

1) Tekanan darah sistolik > 140 – 150 mmHg, atau diastolik 90 – 100

mmHg atau lebih.

2) Kenaikan berat badan yang berlebih.

3) Edema mandiri yang cukup jelas pada wajah dan tangan.

4) Manifestasi ginjal : oligouria, hematuria dan anuria (Edwin, 2013).

i. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan khusus menurut Varney (2007), meliputi :


9
1) Inspeksi

10
Pemeriksaan secara inspeksi pada pasien Preeklamsia

menghasilkan data keadaan umum klien lemah, dan kesadaran

komposmentis hingga somnolen (Nugroho, 2012 dan Saifuddin,

2014).

2) Palpasi

Data yang didapatkan dari pemeriksaan pada penderita

preeklamsia adalah terdapat edema kaki, tangan, atau muka

(Nugroho, 2012).

3) Auskultasi atau Perkusi

a) Data yang diperoleh melalui teknik auskultasi adalah : suara

paru vesikuler, tidak ada ronchi.

Data yang diperoleh dari pemeriksaan secara perkusi diantaranya :

reflek patella positif (Saifuddin, 2014).

4) Pemeriksaan penunjang pada preeklamsia antara lain :

pemeriksaan reagen urine untuk mengetahui proteinurin diikuti

pemeriksaan urine 24 jam. Pemeriksaan laboratorium darah rutin

meliputi seperti Hb untuk mengetahui kadar Hb setelah persalinan.

Kadar hematokrit meningkat karena hypovolemia, kadar trombosit

menurun pada preeklamsia. Pemeriksaan fungsi hati, dilihat dari

nilai LDH, SGOT, SGPT untuk mengetahui fungsi ginjal, dan

peningkatan kreatinin serum pada preeklamsia dan pemeriksaan

leukosit untuk mendeteksi infeksi (Nugroho, 2012).

11
2. Langkah II. Interpretasi Data Dasar

Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat

merumuskan diagnosa, masalah, dan kebutuhan yang spesifik.

a. Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah ”Ny. X Umur x tahun PxAx

Nifas dengan Preeklamsia Ringan”.

b. DS (Data Subjektif):

Klien mengatakan merasa nyeri kepala bagian frontal, nyeri ulu hati,

dan bengkak pada ekstremitas dan atau wajah (Cunningham, 2012 dan

Saifudin, 2014).

c. DO (Data Objektif) :

Hasil pemeriksaan: KU baik, kesadaran composmentis, TD ≥140/90

mmHg, edema (+) pada ekstremitas, pemeriksaan laboratorium

proteinurin (+1), leukosit 36400 u/L (Cunningham, 2012 dan Saifudin,

2010).

d. Masalah

Masalah yang sering timbul pada ibu nifas dengan preeklamsia adalah

ibu cemas (tidak tenang) dengan keadaannya yaitu nyeri kepala

menetap (Fauziyah, 2012 dan Saifudin, 2014).

e. Kebutuhan.

Kebutuhan pada ibu nifas dengan preeklamsia menurut Fauziyah

(2012) dan Saifuddin (2010) antara lain :

12
1) Motivasi untuk tetap tenang.

2) Memberikan informasi pada ibu tentang keadaan dan

penangannya.

3. Langkah III. Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial/Diagnosa

Potensial dan Antisipasi Penanganannya

Kenaikan tekanan darah dan kadar protein urin menunjukkan

komplikasi pada preeklamsia berat. Eklamsia merupakan komplikasi

lanjutan dari preeklamsia berat, yaitu keadaan kejang tonik klonik

generalis dan menurunnya kesadaran hingga koma. Pada beberapa kasus,

terdapat komplikasi lebih berat yang disertai mikroangiopati destruksi sel

darah merah dan trombosit mikroangipati (platelet) yang disebut sindrom

HELLP. Berbagai komplikasi menyebabkan kerusakan pada organ vital

(ginjal, paru-paru, hati, jantung dan otak) semakin meningkat (Manuaba,

2007 dan Cunningham, 2014).

Tindakan antisipasi Preeklamsia ringan yang dilakukan bidan adalah

observasi ketat keadaan umum dan kesadaran. Mencegah memburuknya

preeklamsia serta sampai kejang, pengawasan ketat tekanan darah,

observasi cairan yang masuk dan yang keluar (terutama urin), tirah baring

(Nugroho, 2012).

4. Langkah IV. Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera

Tindakan segera yang dapat dilakukan oleh bidan pada ibu nifas

dengan preeklamsia ringan dengan melakukan kolaborasi dengan dokter

13
SpOG untuk menentukan jenis tindakan atau terapi yang akan dilakukan

sesuai dengan kondisi atau keadaan pasien.

Pasien dengan kondisi kejang dilakukan pemberian MgSO4 loading

dose 4 gram (40% dalam 10 cc) secara iv selama 15 detik dan dilanjutkan

maintenance dose 4 gram secara IM setiap 4-6 jam. Apabila syarat

pemberian MgSO4 (reflek patella +, frekuensi nafas minimal 16x/menit

dan urin minimal 30ml/jam dalam 4 jam terahir) tidak terpenuhi dan

terjadi refrakter dapat diberikan obat lain berupa : thiopental sodium,

diazepam, sodium amobarbital dan fenitoin (Varney, 2007 dan

Prawirohardjo, 2010).

5. Langkah V. Perencanaan Asuhan Yang Menyeluruh

a. Lakukan pengukuran vital sign terutama tekanan darah minimal 2 kali

sehari (Saifudin, 2014).

b. Lakukan pemeriksaan laboratorium urine dan darah rutin, pengeluaran

pervaginam, masalah pada payudara, intake cairan dan makanan,

output urin, TFU, kontraksi uterus (Norma dan Mustika, 2013).

c. Lakukan pemantauan tanda-tanda preeklamsia berat dan eklamsia

berupa tekanan darah meningkat ≥ 160/100 mmHg, proteinurin (+2)

(Saifudin, 2010).

d. Pantau dan bantu klien terhadap proses laktasi, ajari ibu tentang cara

menyusui yang benar, manfaat ASI eksklusif (Saleha, 2009).

14
e. Atasi cemas, kaji penyebab cemas, libatkan keluarga dalam mengkaji

penyebab cemas dan alternatif penanganannya, serta berikan dukungan

mental dan spiritual pada pasien dan keluarga (Saleha, 2009).

f. Anjurkan untuk tirah baring agar kondisi tekanan darah berangsur

stabil (Norma dan Mustika, 2013).

g. Berikan pendidikan kesehatan mengenai gizi diit rendah garam,

istirahat, ambulasi, eliminasi, KB, tanda bahaya masa nifas (Norma

dan Mustika, 2013).

h. Anjurkan untuk menjaga balutan tetap kering dan bersih (Saifudin,

2014).

i. Berikan penjelasan mengenai personal hygiene yaitu kebersihan

seluruh tubuh, perawatan vulva, mencuci tangan dengan air dan sabun

sebelum dan sesudah membersihkan kelaminnya dan sarankan untuk

mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari untuk mengurangi

risiko infeksi (Saifudin, 2014).

j. Kolaborasi dengan dokter SPOG untuk pemberian terapi

medikamentosa dan tindakan yang sesuai dengan kondisi klien

(Varney, 2007) :

1) Berikan terapi medikamentosa yaitu : infus RL atau Dekstrosa 5%,

2) Nifedipin dosis 10-20 mg 6-8 jam per oral sebagai antihipertensi

(Nugroho dan Gunawan, 2012).

15
3) Antibiotik, antihipertensi, antifibrinolitik, analgesik dan

antiinflamasi, antioksidan (Vitamin C) merupakan

antioksidan yang membantu proses punyembuhan, dosis

200 mg/2ml (Edwin, 2013 dan Gunawan, 2012).

4) Pemeriksaan kadar protein urin setiap 2 hari sekali (Edwin

dan Angelia, 2013).

6. Langkah VI. Pelaksanaan Langsung Asuhan Dengan Efisien Dan Aman.

Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh pada

ibu nifas dengan Preeklamsia ringan seperti yang telah diuraikan

pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman

(Nugroho, 2010 dan Saifudin, 2010).

7. Langkah VII. Evaluasi

Hasil asuhan dalam bentuk konkret dari perubahan kondisi

pasien dan keluarga. Asuhan dikatakan efektif jika ibu nifas

dengan preeclampsia ringan kondisinya menjadi: tekanan darah

menjadi normal (120/80 mmHg) atau stabil dalam pengukura 3 – 4

hari, proteinuria negatif secara menetap dan teratasinya kepala

pusing sehingga nifas Preeklamsia ringan tidak berlanjut ke

komplikasi yaitu Preeklamsia berat ataupun eklampsia. (Varney,

2007).

16
BAB III
PENUTUP

3.1Kesimpulan
Pre reeklamsi merupakan salah satu bentuk hipertensi yang hanya terjadi pada
wanita hamil dan berlanjut ke persalinan maupun nifas. Preeklampsia merupakan suat
u keadaan heterogen dimana patogenesisnya dapat berbeda-beda bergantung faktor re
siko yang dimiliki.
Pre eklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai protein urin dan
oedema setelah umur kehamilan 22 minggu atau segera setelah persalinan.
Pre eklmsia berat yaitu suatu komplikasi kehamilan yang di tandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai protein urin dan oedema pada
kehamilan 20 minggu atau setelah persalinan.

3.2 Saran
Semoga pembaca dan penulis dapat mengetahui dan memahami makalah ini d
alam kehidupan sehingga Diharapkan makalah ini dapat meningkatkan kualitas pendi
dikan kebidanan khusunya pada ibu nifas dengan Pre Eklamsi

17
DAFTAR PUTAKA
Bethsaida dan Herri Zan.(2014). Pendidikan Psikologi untuk Bidan Teori dan Terapannya. Yogyakart
a: Rapha Publishing
Khairatun niedha.(2010).Pre Eklamsia pada Masa Nifas(https://www.academia.edu/6315817/Preekla
msi).Diakses pada tanggal 9 maret 2022 pukul 16.00 WIB
Lestari Ningsih.(2013).Asuhan pada Ibu Nifas dengan Pre Eklamsi(related:digilib.stikeskusumahusad
a.ac.id/download.php?id=394 pre eklamsia pada masa nifas pdf).Diakses pada tanggal 9 maret 2022p
ukul 16.30 WIB
Noname.(2008).Pre Eklamsia/Eklamsia Pada Masa Nifas (http://dokumen.tips/education/pre-eklamsia
eklamsia-pada-masa-nifas.html).Diakses pada tanggal 9 maret 2022 pukul 16.00 WIB
Winda Anggraeni.(2009).Pre Eklamsi dan Eklamsi(http://eprints.undip.ac.id/44202/3/Winda_Anggrae
ni_G2A009162_Bab2KTI.pdf). Diakses pada tanggal 9 maret 2022pukul 20.38 WIB

18

Anda mungkin juga menyukai