Anda di halaman 1dari 6

RANGKUMAN

BOREDOM, FATIGUE, STAINLESS AND DROP OUT


MUHAMAD FADLAN SYAJIDIN
192191038
JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI

A. Definisi Menurut Para Ahli


 Boredom
Menurut Maslach, C mengatakan bahwa “kejenuhan atau boredom
merupakan sebagai hilangnya perhatian terhadap orang lain, kehilangan
perasaan positif, simpati serta respect, dengan ditandai oleh munculnya
ciri-ciri kejenuhan emosi”. Kejenuhan emosi yang dimaksud seperti
perasaan mudah marah dan tersinggung yang mengakibatkan seseorang
kehilangan perasaan positif pada orang lain dan menimbulkan kejenuhan.
Menurut Smith mengatakan bahwa kejenuhan atau boredom
sebagai konsep yang sangat kompleks sebagai bentuk kelelahan
psikofisiologis akibat gagalnya seseorang memperoleh hasil yang
diharapkan padahal telah berusaha sekuat tenaga bahkan mungkin
berlebihan.
Dari pengertian menurut para ahli di atas tersebut maka diartikan
bahwa kejenuhan atau boredom merupakan suatu keadaan psikologis yang
dapat terjadi ketika seseorang mencoba mencapai suatu tujuan yang tidak
realistis dan pada akhirnya kehabisan energi, waktu serta kehilangan
gairah untuk mencapai tujuan tersebut.
Boredom merupakan gejala menurunnya minat atlet sehingga atlet
yang mengalami boredom atau rasa jemu akan menujukkan gejala malas
berlatih atau menjadi kurang bergairah dalam latihan-latihan”. Artinya,
kejenuhan memiliki dampak yang buruk bagi perkembangan atlet yang
sedang menjalani program latihan, karena dengan menurunnya minat maka
latihan yang dijalani atlet tidak berjalan dengan maksimal.
 Fatigue
Kelelahan atau fatigue merupakan perpaduan dari wujud
penurunan fungsi mental dan fisik yang menghasilkan berkurangnya etos
semangat kerja yang dapat mengakibatkan efektifitas dan efisiensi kerja
menurun (Saito, 1999).
Menurut Kroemer 1997, Kelelahan atau fatigue adalah gejala yang
ditandai dengan adanya perasaan lelah dan akan merasakan segan dan
siswa ketika melakukan aktifitas akan melemah serta ketidakseimbangan
pada kondisi tubuh. Kelelahan dapat mempengaruhi kapasitas fisik,
mental, dan tingkat emosional seseorang, dimana dapat mengakibatkan
kurangnya kewaspadaan, yang ditandai dengan kemunduran reaksi pada
sesuatu dan berkurangnya kemampuan motorik (Australian safety and
Compensation Council, 2006).
 Staleness
Staleness merupakan suatu kondisi dimana atlet memiliki ambisius
yang tinggi seperti halnya untuk memenangkan kompetisi atau melakukan
latihan yang berlebihan dan berakhir dengan performa yang menurun.
Kondisi tersebut menyerang psikologi dan emosional atlet sehingga
timbulnya kelelahan, emosional, sulit mengatur pola makan dan buang air
besar (Griwijoyo, 2012, h. 59).
Dapat disimpulkan bahwa staleness merupakan tahapan lanjutan
dari overtraining dengan catatan bila atlet terus dipaksakan berlatih oleh
pelatih atau memaksakan diri karena memiliki ambisius tinggi. Staleness
pada umumnya terkena pada atlet.
 Drop Out
Menurut Ahmad (2011: 86) mendefinisikan bahwa drop out yaitu
berhentinya belajar seorang murid baik ditengah-tengah tahun ajaran atau
pada akhir tahun ajaran karena berbagai alasan tertentu yang
mengharuskan atau memaksanya untuk berhenti sekolah.
Menurut Imron (2011: 159) berpendapat bahwa yang dimaksud
dengan drop out adalah keluar sebelum waktunya atau sebelum lulus.
Menurut Gunawan (2011: 91) berpendapat bahwa drop out
merupakan predikat yang diberikan kepada mantan peserta didik yang
tidak mampu menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, sehingga tidak
dapat melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan berikutnya.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka yang dimaksud
dengan drop out merupakan kelompok usia sekolah yang tidak
menyelesaikan studinya pada suatu jenjang yang dapat dibuktikan dari
tidak dimilikinya ijazah oleh siswa yang bersangkutan pada jenjang studi
yang tidak dapat diselesaikan.
B. Jenis-jenis
 Boredom
Jenis-jenis kejenuhan atau boredom yang mungkin dialami oleh
seseorang atau atlet sebagai berikut ini:
a. Indifferent Boredom merupakan tingkat valens positif yang minimal
dan diselingi arousal yang minim. Jenis ini cenderung tenang,
memiliki sikap menarik diri, dan acuh tak acuh terhadap sekitar.
b. Calibrating Boredom merupakan tingkat valens negatif jenis ini lebih
tinggi daripada indifferent boredom, tetapi memiliki tingkat arousal
yang rendah. Kebosanan ini membawa cenderung merasa tidak yakin,
tetapi terbuka terhadap perubahan suasana atau distraksi atau selingan.
c. Searching Boredom merupakan valens masih lebih tinggi daripada
indifferent boredom, tetapi memiliki tingkat arousal yang lebih tinggi.
Jenis ini kerap kali membawa rasa kegelisahan dan mengejar
perubahan suasana ataupun selingan secara aktif
 Fatigue
Jenis-jenis kelelahan atau fatigue yang mungkin dialami oleh
seseorang atau atlet adalah “physical fatigue” atau kelelahan fisik dan
“mental fatigue” atau kelelahan mental. Physical fatigue terjadi karena
atlet mengalami kelelahan otot-ototnya, sehingga tidak dapat melakukan
aktivitas fisik seperti terjadi ketegangan otot, badan merasa lemas, dan
sebagainya. Mental fatigue terjadi karena atlet merasa lelah, meskipun jika
diukur ketegangan otot-ototnya belum tentu menunjukkan tanda-tanda
kelelahan.
Secara fisiologis atlet yang bersangkutan tidak menunjukkan
tanda-tanda kelelahan, tetapi secara psikologis merasakan lelah. Sebagai
akibat mental fatigue atlot menunjukkan penampilan yang lesu, lamban
reaksinya, dan seolah-olah kehilangan kemampuan untuk bermain seperti
biasanya.
 Staleness
a. Kesalaham waktu latihan
b. Kebiasaan hidup
c. Lingkungan sosial
d. Kesehatan
 Drop out
a. Dilihat dari peserta didik itu sendiri
b. Dilihat dari segi orang tua
c. Dilihat dari segi sekolah
d. Dilihat dari segi masyarakat
e. Dilihat dari segi rumah tangga
C. Penyebab Timbulnya Gejala
 Boredom
Penyebab timbulnya gejala boredom menurunnya minat atau
kurang kuatnya motivasi dalam hubungannya dengan kegiatan yang
dilakukan. Dalam olahraga atlet yang mengalami penurunan minat,
menjadi malas berlatih atau kurang bergairah dalam melakukan latihan-
latihan. Boredom terjadi pada atlet apabila latihan-latihan kurang
bervariasi, latihan bersasaran peningkatan kemampuan fisik dan kurang
memperhatikan aspek psikis atlet, khususnya yang berhubungan dengan
minat dan motivasi atlet. Latihan yang diberikan dengan paksaan semata-
mata, tanpa menumbuhkan kesadaran arti pentingnya tiap-tiap jenis latihan
bagi atlet, selain itu juga mudah menimbulkan turunnya minat latihan.
 Fatigue
Penyebab timbulnya gejala fatigue ayang dialami oleh atlet
ditandai dengan kelelahan otot-ototnya, sehingga tidak dapat melakukan
aktivitas fisik seperti erjadi ketegangan otot, badan merasa lemas, dan
sebagainya. Fatigue terjadi karena atlet merasa lelah, meskipun kalau
diukur ketegangan otot-ototnya belum tentu menunjukkan tanda-tanda
kelelahan. Secara fisiologis atlet yang bersangkutan tidak menunjukkan
tanda-tanda kelelahan, tetapi secara psikologis merasakan lelah. Sebagai
akibat gejala fatigue menunjukkan penampilan yang lesu, lamban
reaksinya, dan seolah-olah kehilangan kemampuan untuk bermain seperti
biasanya.
 Staleness
Penyebab timbulnya gejala staleness yang dialami oleh seseorang
ditandai dengan sikap dan lingkah laku yang kurang relaks, selalu tampak
tegang tidak dapat istirahat dengan tenang, badan merasa lelah, kehilangan
ketelitian, sering merasa bimbang dan mudah merasa tersinggung. Akibat
lain yang timbul apabila pelatih kurang memperhatikan keadaan atlet yang
mengalami “staleness”, misalnya timbul tingkah laku sebagai kompensasi
dimana atlet yang bersangkutan menunjukkan bahwa selalu berlatih
dengan giat dan tekun, meskipun dalam kenyataannya yang dilakukan
sehari-hari tidak demikian (tekun berlatih pada waktu ada orang lain
melihatnya).
 Drop Out
Penyebab timbulnya gejala drop out karena ketidakmampuan
peserta didik mengikuti pelajaran menjadi penyebab peserta didik merasa
berat untuk menyelesaikan pendidikannya.
D. Cara Mengatasi Gejala
 Boredom
Cara untuk mengatasi gejala boredom dengan melakukan latihan
yang bervariasi harus diterapkan oleh pelatih dan tidak membuat situasi
latihan yang tegang, karena kondisi ini juga sangat berpengaruh terhadap
tekanan yang dirasakan atlet sehingga mengakibatkan atlet mengalami
stress atau bahkan berada di tingkat kejenuhan yang lebih buruk.
 Fatigue
Cara untuk mengatasi gejala fatigue pada atlet yang mengalami
“physical fatigus” perlu melakukan istirahat total, karena fisiknya memang
mengalami kelelahan. Atlet yang mengalami “mental fatigue” tidak harus
menjalankan istirahat total, karena yang diperlukan adalah relaksasi.
Mengenai teknik teknik relaksasi, seperti “progressive relaxation”,
dan lain-lain, akan dibicarakan dibelakang. Karena mental fatigue tidak
selalu diikuti physical fatigue, maka macam kegiatan yang bersifat
rekreatif yang menarik minat atlet yang bersangkutan, mungkin dapat
menimbulkan gairah untuk melakukan kegiatan-kegiatan fisik selanjutnya.
 Staleness
Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi gejala staleness
dengan menciptakan suasana yang sama sekali baru bagi atlet yang
bersangkutan, misalnya dengan memindahkan tempat latihan dan
digabungkan dengan atlet-atlet yang prestasinya lebih tinggi sehingga
timbul motivasi baru unruk menyamainya
 Drop Out
Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi penanganan drop out
tentu tidak bisa dilaksanakan oleh sekolah sendiri, melainkan haruslah
terpadu dan bersama sama dengan lingkungan lain seperti keluarga dan
masyarakat. Pemerintahan juga perlu mengupayakan bagaimana agar drop
out ini tidak dapat ditekan. Sebab, bukan hanya satu lembaga saja yang
berusaha menekan angkat drop out, maka tidak akan dapat berhasil sebagai
mana yang diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai