Anda di halaman 1dari 15

Laporan Kimia Analisis

Argentometri

Disusun Oleh:
Nama : Icha Kirana Selfira
Nim : 821421119
Kelas : A-S1 Farmasi 2021
Kelompok : IV (empat)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022

1
A. Judul Percobaan
Argentometri
B. Tujuan Percobaan
Mengetahui cara menstandarisasi AgNO3 dengan NaCl.
Menentukan metode yang digunakan pada titrasi argentometri.
C. Dasar Teori
Ilmu kimia adalah cabang ilmu pengetahuan yg mempelajari tentang
komposisi, struktur, sifat-sifat dan perubahan-perubahan dari materi serta energi
yang menyertainya. Pertumbuhan dan perkembangan yang cepat dari ilmu kimia
telah menyebabkan perlunya pemisahan ke dalam sejumlah bidang kimia yang
lebih khusus. Dewasa ini kita mengenal antara lain kimia fisika, kimia analisis,
biokimia, kimia anorganik, serta kimia organic (Legiso, 2021)
Kimia Analisis merupakan salah satu cabang ilmu Kimia yang
mempelajaritentang pemisahan (separasi), identifikasi, determinasi/menganalisis
komponen kimia dalam suatu bahan baik bahan alam maupun bahan buatan.
(Rohmah, 2020)
Kimia analisis dapat dibagi dalam 2 bidang, yaitu analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi zat-zat.
Urusannya adalah unsur atau senyawa apa yang terdapat dalam suatu sampel.
Sedangkan analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyaknya satu zat
tertentu yang ada dalam sampel (A.L. Underwood : 1993)
Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari
garam yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Hal dasar yang diperlukan
dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat
setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang
menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati. (Mulyono,2005)
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah
melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak
Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai Argentometri yaitu titrasi penentuan
analit yang berupa ion halida (pada umumnya) dengan menggunakan larutan
standart perak nitrat AgNO3. Titrasi argentometri tidak hanya dapat digunakan

2
untuk menentukan ion halide akan tetapi juga dapat dipakai untuk menentukan
merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan beberapa anion divalent seperti ion
fosfat dan ion arsenat. (Kisman,1988)
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah
larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari
analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl. (Kisman,1988)
Ag(NO3)(aq)  +  NaCl(aq) AgCl(s)  + NaNO3(aq)
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan
bereaksi dengan indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat
CrO42- dimana dengan indicator ini ion perak akan membentuk endapan
berwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati. Inikator lain
yang bisa dipakai adalah tiosianida dan indikator adsorbsi. Berdasarkan jenis
indikator dan teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri dapat dibedakan
atas Argentometri dengan metode Mohr, Volhard, atau Fajans. Selain
menggunakan jenis indicator diatas maka kita juga dapat menggunakan metode
potensiometri untuk menentukan titik ekuivalen. (Kisman,1988)
Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk
dari reaksi antara analit dan titrant. Endapan dengan kelarutan yang kecil akan
menghasilkan kurva titrasi argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi
sehingga titik ekuivalen mudah ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan
rendah akan menghasilkan kurva titrasi yang landai sehingga titik ekuivalen agak
sulit ditentukan. Hal ini analog dengan kurva titrasi antara asam kuat dengan basa
kuat dan anatara asam lemah dengan basa kuat. (Harjadi,1993)
1. Metode Fajans
Prinsip : Pada titrasi Argentometri dengan metode Fajans ada dua tahap
untuk menerangkan titik akhir titrasi dengan indikator absorpsi
(fluorescein). Indicator adsorbsi dapat dipakai untuk titrasi argentometri.
Titrasi argentometri yang menggunakan indicator adsorbsi ini dikenal
dengan sebutan titrasi argentometri metode Fajans. Sebagai contoh

3
marilah kita gunakan titrasi ion klorida dengan larutan standart Ag+.
(Mulyono, 2005)
Endapan perak klorida membentuk endapan yang bersifat koloid. Sebelum
titik ekuivalen dicapai maka endapat akan bermuatan negative disebakkan
teradsorbsinya Cl- di seluruh permukaan endapan. Dan terdapat counter
ion bermuatan positif dari Ag+ yang teradsorbsi dengan gaya elektrostatis
pada endapat. Setelah titik ekuivalen dicapai maka tidak terdapat lagi ion
Cl- yang teradsorbsi pada endapan sehingga endapat sekarang bersifat
netral. (Mulyono, 2005)
2. Metode Volhard
Prinsip : Pada metode ini, sejumlah volume larutan standar AgNO3
ditambahkan secara berlebih ke dalam larutan yang mengandung ion
halida. Konsentrasi ion klorida, iodide, bromide dan yang lainnya dapat
ditentukan dengan menggunakan larutan standar perak nitrat. Larutan
perak nitrat ditambahkan secara berlebih kepada larutan analit dan
kemudian kelebihan konsentrasi larutan Ag+ dititrasi dengan
menggunakan larutan standar tiosianida (SCN-) dengan menggunakan
indicator ion Fe3+. Ion besi (III) ini akan bereaksi dengan ion tiosianat
membentuk kompleks yang berwarna merah. (Mulyono, 2005)

3. Metode Mohr
Salah satu jenis titrasi pengendapan adalah titrasi Argentometri.
Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan reaksi antara ion halida
(Cl-, Br-, I-) atau anion lainnya (CN-, CNS) dengan ion Ag+ dari perak
nitrat (AgNO3) dan membentuk endapan perak halida (AgX). Konsentrasi
ion klorida dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan cara titrasi dengan
larutan standart perak nitrat. Endapan putih perak klorida akan terbentuk
selama proses titrasi berlangsung dan digunakan indikator larutan kalium
kromat encer. Setelah semua ion klorida mengendap maka kelebihan ion
Ag+ pada saat titik akhir titrasi dicapai akan bereaksi dengan indikator
membentuk endapan coklat kemerahan Ag2CrO4 (Mulyono, 2005).

4
D. Alat dan Bahan

a. Alat
No. Nama Alat kategori Gambar Fungsi
1. Gelas ukur 1 Digunakan untuk
mengukur volume
suatu larutan.

2. Erlenmeyer 1 Digunakan sebagai


tempat mereaksikan
zat atau mencampur
zat.

3. Pipet tetes 1 Digunakan untuk


mengambil larutan
atau cairan dalam
jumlah tertentu.

4. Buret 1 Digunakan untuk


meneteskan sejumlah
reagen cair dalam
eksperimen yang
memerlukan presisi,
seperti pada
eksperimen titrasi.
5. Corong 1 Digunakan untuk
memasukkan larutan
ke wadah.

5
6. Batang pengaduk 1 Digunakan untuk
mencampur bahan
kimia dan cairan.
7. Kaca arloji 1 Digunakan untuk
meletakkan sampel
8. Klem dan statif 1 Statif adalah stand
sebagai tempat untuk
meletakkan klem dan
klem untuk menjepit
buret.

No. Nama Bahan Kategori Sifat fisis Sifat kimia


1. AgNO3 khusus Kristal padat tidak Larut dalam air
berwarna, tidak berbau,
rasa pahit
2. HNO3 khusus Cairan bening tidak Dapat tercampur
berwarna dengan air
3. K2CrO4 khusus Kristal berwarna Tidak larut dalam
kekuningan, tidak alkohol tetapi larut
memiliki aroma dan dalam air
memliki rasa pahit
4. KSCN khusus Padatan berwarna putih Sangat larut dalam
air
5. HCl khusus Berbentuk gas yang Dapat larut dalam
tidak berwarna alkali hidroksida,
kloroform, dan eter
b. bahan

6
E. Prosedur Kerja
a. Cara Mohr

NaCl

Timbang garam dapur + 1 gram


Larutkan dengan Aquadest, dimasukkan kedalam labu takar 100
ml
Pipet 10 ml larutan contoh dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer,
tambahkan indikator K2CrO4 5% dan titrasi dengan larutan AgNO3
yang sudah diketahui molaritasnya
Perubahan warna terjadi dari endapan putih sampai terbentuk
endapan merah bata
Larutan memiliki
endapan bewarna
merah bata

F. Hasil Pengamatan
No. Perlakuan Pengamatan
1. Menimbang garam dapur + 1 gram - 1 gram
2. Larutkan dengan Aquadest, - Larutan berwarna bening
dimasukkan kedalam labu takar 100
3. ml - Larutan berwarna bening
Pipet 10 ml larutan contoh dan
4. dimasukkan kedalam erlenmeyer - Larutan berwarna bening
Tambahkan indikator K2CrO4 5% - terjadi endapan putih
dan titrasi dengan larutan AgNO3
5. yang sudah diketahui molaritasnya - terdapat endapan berwarna
Perubahan warna terjadi dari merah bata
endapan putih sampai terbentuk
endapan merah batah

7
G. Pembahasan
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida
dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat(AgNO 3)
pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga dengan metode
pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang
relatif tidak larut atau endapan. Reaksi yang mendasari argentometri adalah:
AgNO3 + Cr AgCl(s) + NO3
Tujuan dari percobaan kita kali ini adalah dapat melakukan standarisasi
AgNO3 dengan NaCl. Sebelum memulai percobaan, kita persiapkan alat dan
bahannya. Alat yang digunakan diantaranya adalah labu ukur 250 ml dan 100 ml,
erlenmeyer 100 dan 250 ml, pipet tetes, corong penyaring, statif, klem, buret
asam, gelas beker 50 dan 250 ml, pengaduk dan kaca arloji, sedangkan bahan-
bahan yaitu larutan AgNO3 0,1 (dari AgNO3 padat), NaCl kering, garam dapur
kasar, indikator K2CrO4.
Metode yang digunakan pada standarisasi AgNO3 dengan NaCl adalah
metode Mohr dengan indikator K2CrO4. Penambahan indikator ini akan
menjadikan warna larutan menjadi kuning. Titrasi dilakukan hingga mencapai
titik ekuivalen. Titik ekuivalen ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi
merah bata dan munculnya endapan putih secara permanen. Pada percobaan ini,
AgNO3 yang digunakan dibuat sendiri oleh praktikan dengan melarutkan 4,25
gram AgNO3 dengan akuades hingga volumenya 250 ml (diencerkan dalam labu
ukur 250 ml). Dalam pembuatan AgNO3, normalitas yang diharapkan adalah 0,1
N. Dipilih indikator K2CrO4 karena suasana sistem cenderung netral. Kalium
kromat hanya bisa digunakan dalam suasana netral. Jika kalium kromat pada
reaksi dengan suasana asam, maka ion kromat menjadi ion bikromat dengan
reaksi :
2 CrO42- + 2 H+ ↔ Cr2O72- + H2O
Sedangkan dalam suasana basa, ion Ag+ akan bereaksi dengan OH- dari basa
dan membentuk endapan Ag(OH) dan selanjutnya teroksidasi menjadi A2O
dengan reaksi :
2 Ag+ + 2OH- ↔ H2O

8
Hasil reaksi ini berupa endapan AgCl. Ag+ dan AgNO3 dengan Cl-dari NaCl
akan bereaksi membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Setelah ion Cl-
dalam NaCl telah bereaksi semua, maka ion Ag+ akan bereaksi dengan ion
CrO42- dari K2CrO4 (indikator) yang ditandai dengan perubahan warna, dari
kuning menjadi merah bata. Saat itulah yaitu saat AgNO3 tepat habis bereaksi
dengan NaCl. Keadaan tersebut dinamakan titik ekuivalen dimana jumlah mol
grek AgNO3 sama dengan jumlah mol grek NaCl.
H. Pembahasan
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida
dan senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat(AgNO 3)
pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga dengan metode
pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang
relatif tidak larut atau endapan. Reaksi yang mendasari argentometri adalah:
AgNO3 + Cr AgCl(s) + NO3
Tujuan dari percobaan kita kali ini adalah dapat melakukan standarisasi
AgNO3 dengan NaCl. Sebelum memulai percobaan, kita persiapkan alat dan
bahannya. Alat yang digunakan diantaranya adalah labu ukur 250 ml dan 100 ml,
erlenmeyer 100 dan 250 ml, pipet tetes, corong penyaring, statif, klem, buret
asam, gelas beker 50 dan 250 ml, pengaduk dan kaca arloji, sedangkan bahan-
bahan yaitu larutan AgNO3 0,1 (dari AgNO3 padat), NaCl kering, garam dapur
kasar, indikator K2CrO4.
Metode yang digunakan pada standarisasi AgNO3 dengan NaCl adalah metode
Mohr dengan indikator K2CrO4. Penambahan indikator ini akan menjadikan
warna larutan menjadi kuning. Titrasi dilakukan hingga mencapai titik ekuivalen.
Titik ekuivalen ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi merah bata
dan munculnya endapan putih secara permanen. Pada percobaan ini, AgNO3 yang
digunakan dibuat sendiri oleh praktikan dengan melarutkan 4,25 gram AgNO3
dengan akuades hingga volumenya 250 ml (diencerkan dalam labu ukur 250 ml).
Dalam pembuatan AgNO3, normalitas yang diharapkan adalah 0,1 N. Dipilih
indikator K2CrO4 karena suasana sistem cenderung netral. Kalium kromat hanya

9
bisa digunakan dalam suasana netral. Jika kalium kromat pada reaksi dengan
suasana asam, maka ion kromat menjadi ion bikromat dengan reaksi :
2 CrO42- + 2 H+ ↔ Cr2O72- + H2O
Sedangkan dalam suasana basa, ion Ag+ akan bereaksi dengan OH- dari basa
dan membentuk endapan Ag(OH) dan selanjutnya teroksidasi menjadi A2O
dengan reaksi :
2 Ag+ + 2OH-↓ ↔ H2O
Hasil reaksi ini berupa endapan AgCl. Ag+ dan AgNO3 dengan Cl-dari NaCl
akan bereaksi membentuk endapan AgCl yang berwarna putih. Setelah ion Cl-
dalam NaCl telah bereaksi semua, maka ion Ag+ akan bereaksi dengan ion
CrO42- dari K2CrO4 (indikator) yang ditandai dengan perubahan warna, dari
kuning menjadi merah bata. Saat itulah yaitu saat AgNO3 tepat habis bereaksi
dengan NaCl. Keadaan tersebut dinamakan titik ekuivalen dimana jumlah mol
grek AgNO3 sama dengan jumlah mol grek NaCl.
I. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa standarisasi larutan AgNO3 dilakukan dengan
metode mohr: larutan standar primer yang digunakan adalah NaCl 0,1 N dan
larutan K2CrO4 sebagai indikator.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ham, Mulyono, 2005, Kamus Kimia, Bumi Aksara : Bandung.

Harjadi, W., 1993, Ilmu Kimia Analitik. Dasar, PT Gramadia Pustaka Utama:
Jakarta.

Kisman, Sarjono, 1988. Analisis Farmasi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Rohmah Jamalilatur, M. Si dan Chylen Setiyo Rini, M.Si. 2020. Buku Ajar Kimia
Analisis. UMSIDA press.

Underwood, A.L., 1993, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga : Jakarta

11
12
13
14
15

Anda mungkin juga menyukai