Dosen Pengampu:
Dr. Sri Hastuti Noer, M. Pd.
Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd.
Oleh:
Kelompok 5
Tatik Handayani (2123021005)
Reza Setiawati (2123021012)
Tutik Lestari (2123021019)
Tri Mustikaningrum (2123021024)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-Nya kami
dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul “Problematika Pembelajaran
Matematika di Jepang” dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah
Problematika dan Pengembangan Pendidikan Matematika.
Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Penyusun berharap semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2
II. PEMBAHASAN
2.1. Sistem Pendidikan di Jepang........................................................ 3
2.2. Perbandingan Pendidikan Indonesia dengan Jepang ..................... 7
2.3. Kurikulum Pendidikan Matematika di Jepang .............................. 9
2.4. Pembelajaran Matematika di Jepang.......................................... 10
2.5. Capaian Hasil Pembelajaran Matematika di Jepang.................. 13
2.6. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pendidikan di Jepang .......... 16
2.7. Problematika Pembelajaran Matematika di Jepang ..................... 18
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan .............................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA
2
I. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu faktor kemajuan bangsa ini berdiri, yang telah
menjadi sebuah keharusan bagi peningkatan kualitas kehidupan manusia.
Pendidikan menjadi pilar utama dalam membentuk kepribadian yang akan
menjadi acuan dalam perkembangan kehidupan. Dengan pendidikan pula,
peradaban dunia ini bisa dibentuk dan berkembang.
Jepang adalah negara maju di Asia yang memiliki kemajuan dalam bidang
pendidikan, sistem pendidikan di Jepang adalah yang terbaik karena pendidikan
dasar di Jepang dapat menyempurnakan karakter pada usia dini. Adapun yang
diterapkan dalam pendidikan dasar di Jepang seperti melatih keberanian,
kedisiplinan dan kemandirian. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan
perkembangan anak secara utuh, dan sebagai bentuk pengembagan kognitif anak
terhadap lingkungan sekitar.
Dengan adanya peranan pendidikan yang sangat penting bagi setiap bangsa, maka
setiap individu harus mendapatkan pendidikan sebaik mungkin untuk masa depan
yang lebih baik. Pendidikan juga memiliki kaitan yang erat hubungannya dengan
kemajuan suatu negara, karena pendidikan merupakan bagian utama yang dapat
meningkatkan kemampuan individu serta mampu menumbuhkan identitas
nasional. Negara Jepang merupakan salah satu negara dengan sistem
pendidikannya yang 2 Universitas Darma Persada terbaik, karena anak pada usia
dini di Jepang sudah menerapkan etika-etika kesopanan serta mengembangkan
kemandirian bagi setiap anak atau individunya. Hal ini membuktikan bahwa
pendidikan di Jepang merupakan pendidikan terbaik yang dapat menyempurnakan
karakter pada anak usia dini.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana falsafah pendidikan di Jepang?
2. Bagaimana sistem pendidikan di Jepang?
3. Bagaimana kurikulum pendidikan di Jepang?
4. Bagaimana kebijakan pendidikan di Jepang?
5. Bagaimana pembelajaran matematika di Jepang?
6. Bagaimana kelebihan dan kekurangan pendidikan di Jepang?
7. Bagaimanakah problematika pembelajaran matematika di Jepang?
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut.
4
1. Untuk mengetahui falsafah pendidikan di Jepang
2. Untuk mengetahui sistem pendidikan di Jepang
3. Untuk mengetahui kurikulum pendidikan di Jepang
4. Untuk mengetahui kebijakan pendidikan di Jepang
5. Untuk mengetahui pembelajaran matematika di Jepang
6. Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan pendidikan di Jepang
7. Untuk mengetahui problematika pembelajaran matematika di Jepang
3
II. PEMBAHASAN
Budiman (2014) menyatakan bahwa sistem pendidikan Jepang dibangun atas dasar
beberapa prinsip, antara lain:
1. Legalisme: pendidikan di Jepang mengedepankan aturan hukum dan melegalkan
hak setiap individu untuk memperoleh pendidikan tanpa memandang agama, ras,
suku dan golongan yang berhak mendapatkan pendidikan yang layak.
2. Administrasi yang demokratis: biaya di Jepang diusahakan dapat dijangkau sesuai
keuangan masyarakatnya, memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi atau
siswa yang kurang mampu dalam keuangan.
3. Netralis: hampir sama dengan legalisme, pendidikan di Jepang diberikan kepada
setiap siswa tanpa membedakan latar belakang materil, asal usul keluarga, status
social antar golongan.
4. Penyesuaian dan penetapan kondisi pendidikan: dalam proses pembelajaran
memiliki kesulitan masing-masing yang disesuaikan dengan pendidikan yang
ditempuh.
5. Desentralisasi: penyebaran kebijakan pendidikan dari pemerintah pusat secara
merata kepada seluruh sekolah sehingga perkembangan dan kemajuan system
pendidikan dapat diikuti dengan baik.
Tujuan pendidikan Jepang lebih mengarah kepada pengembangan kepribadian
individu secara utuh, menanamkan jiwa yang bebas dan bertanggungjawab,
bertoleransi untuk menghargai antar individu. Budaya disiplin waktu dan waktu
kerja keras Jepang yang sejak dahulu diajarkan selalu ditanamkan di dalam
kehidupan sehari-hari sehingga dapat mempengaruhi kemajuan Negara ini,
khususnya dalam bidang pendidikan.
2.2. Sistem Pendidikan di Jepang
Struktur dan Jenis Pendidikan Negara Jepang dibagi atas beberapa jenjang yaitu:
1.Pendidikan Dasar
Pendidikan Dasar di Jepang terdiri dari Sekolah Dasar dan Sekolah menegah
pertama. Pendidikan ini wajib diikuti oleh anak berusia 6-15 tahun.Pada pendidikan
wajib Jepang memiliki prosedur yang sama dengan negara Indonesia dimana siswa
harus melewati jenjang secara bertahap, murid tidak diperbolehkan mengambil
jenjang keatas sebelum tuntas pelajaran, murid bisa tinggal kelas apabila tidak
memenuhi nilai-nilai yang layak atau dianggap belum mampu menguasai ilmu-ilmu
yang diberikan guru kelas. Pendidikan dasar di Jepang sangat menekankan
pendidikan karakter dan terintegrasi dalam kehidupan sosial mereka . Berikut
uraianpendidikandasartersebut:
a.Sekolah Dasar (Shōgakkō)
Sistem Sekolah Dasar di Jepang hampir sama dengan Indonesia yaitu dipimpin oleh
seorang guru kelas yang menguasai seluruh mata pelajaran yang diajarkan kepada
para siswanya. Pendidikan ini wajib diikuti oleh anak berusia sekitar 6-12 tahun.
Kurikulum di Sekolah Dasar meliputi bahasa Jepang, pengenalan lingkungan hidup,
musik, menggambar, olahraga, kerajinan tangan, pelajaran- pelajaran topik, ilmu-
ilmu sains, aritmatik, homemaking, dan sosial.Pada pelajaran mengenai ilmu sosial
murid-murid Sekolah Dasar diberikan pendidikan moral, berpartisipasi dalam
aktivitas sosial, dan lainnya. Terlihat bahwa penekanan kurikulum pada pendidikan
Sekolah dasar diarahkan untuk menanam nilai-nilai karakter dan estetika
8
Sistem Sekolah Menengah di Jepang juga hampir sama dengan sistem pendidikan di
Indonesia yaitu setiap mata pelajaran di kelas dipimpin oleh guru-guru yang
berbeda sesuai dengan mata pelajaran masing-masing. Pendidikan ini wajib diikuti
oleh anak berusia sekitar 12-15 tahun. Kurikulum SMP meliputi pendidikan
bahasa Jepang, bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya, ilmu-ilmu sosial,
matematika, sains, musik, kesehatan, pendidikan jasmani, seni, industri,
kesejahteraan keluarga, homemaking. Semua pelajaran tersebut diberikan pada hari-
hari berbeda dalam seminggu tanpa ada pengulangan mata pelajaran yang sama
dalam seminggu. Pada pelajaran mengenai ilmu sosial murid-murid SMP juga
diberikan pendidikan moral, berpartisipasi dalam aktivitas sosial, dan lainnya.
Sistem Sekolah Menengah Atas (SMA) di Negara Jepang cukup berbeda dengan
sistem di Indonesia. Untuk masuk atau melanjutkan pendidikan pada tingkat SMA
setiap calon siswa harus mengikuti ujian saringan masuk pada SMA tujuan masing-
masing.Ujian tersebut cukup sulit sehingga setiap calon siswa yang akan mengikuti
ujian saringan masuk disarankan untuk mengikuti bimbingan belajar di sebuah
lembaga khusus seperti di juku atau yobiko untuk meningkatkan kemampuan dan
kesiapan siswa pada tes saringan masuk menuju jenjang SMA. Jurusan pada SMA
di Jepang dikategorikan kedalam beberapa jenis yaitu jurusan umum (akademis),
pertanian, teknik, perdagangan, perikanan, ekonomi, dan perawatan. Semua jurusan
tersebut disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di negara tersebut. Pendidikan
tingkat ini terbagi atas 3 jenis kelas:
a.Full Time: Berlangsung selama 3 tahun penuh, sesuai dengan Sekolah Menengah
Atas pada umumnya dan rata-rata siswa Jepang memilih pendidikan Full Tim
seperti ini. Siswa dituntut harus mengikuti 80 kredit mata pelajaran, siswa kelas
satu harus mengikuti mata pelajaran wajib, sedangkan untuk siswa kelas dua dan
tiga diperbolehkan memilih 4 mata pelajaran wajib ditambah 14 kredit mata
b. Part Time: Pendidikan ini diberikan pada waktu malam hari disesuaikan dengan
waktu yang dimiliki mahasiswa yang mengikuti kerja part time dan dianggap setara
dengan Diploma dan memakan waktu lebih dari 3 tahun. Jenis pendidikan ini hanya
berlaku di universitas pada kelas-kelas karyawan seperti di Indonesia. Part Time
pada pendidikan Jepang terbagi menjadi dua kelas yaitu: 1) Daytime Part Time
Course: Siswa dinyatakan lulus apabila telah mengambil mata pelajaran sebanyak
74 kredit. Dalam menempuh pendidikan tersebut siswa dapat menghabiskan waktu
selama empat hingga 6 tahun dibangku sekolah, mata pelajaran yang ditawarkan
berupa mata pelajaran berupa pilihan dengan sistem belajar menyerupai pola
pembelajaran di universitas dimana siswa tersebut menentukan sendiri mata
pelajaran yang akan diambil pada setiap semesternya. Sehingga jenis pendidikan ini
dapat dikatakan setara dengan Diploma; 2) Evening Part Time Course: Siswa
dinyatakan lulus apabila telah menempuh 74 kredit mata pelajaran sama seperti
pendidikan Daytime Part Time Course dengan lama waktu pendidikan sekitar tiga
hingga 4 tahun. Jenis pendidikan ini diperuntukan bagi siswa yang bekerja pada
siang hari sehingga siswa dapat mengambil kelas pada waktu sore ataupun malam
disesuaikan dengan waktu kerjanya
sistem pendidikan SMA di Jepang lebih fleksibel dari segi waktu dan juga
pemilihan mata pelajaran yang disesuaikan dengan karir masa depan peserta didik
begitu juga dengan sistem sks yang dianut menjadikan peserta didik menjadi lebih
bertanggung jawab. Sistem pendidikan agak mirip dengan sistem di pendidikan
tinggi. Berbeda dengan sistem pendidikan di Indonesia yang masih dipaketkan dan
waktu pembelajaran tidak fleksibel dan kurang mengakomodir peserta didik yang
bekerja.
Pembelajaran utama seperti bahasa Jepang dan berhitung mempunyai porsi yang
lebih dibanding pelajaran lainnya. Sedangkan pelajaran moral diajarkan tidak secara
khusus dalam mata pelajaran tertentu, tetapi diajarkan oleh wali kelas sejam
seminggu atau diintegrasikan melalui pelajaran lain. Dan pendidikan moral sudah
termasuk pada pendidikan agama (Kristen, Budha, Shinto). Selain murid disibukkan
dengan pendidikan akademik, pendidikan bersifat estetik berupa musik dan
menggambar juga diajarkan dalam porsi besar di kelas 1 dan 2. Di Jepang,
pendidikan dasar tidak mengenal ujian kenaikan kelas, tetapi siswa yang telah
menyelesaikan proses belajar di kelas satu secara otomatis akan naik ke kelas dua,
demikian seterusnya.
Tujuan-tujuan yang menjadi target yang ingin dicapai pendidikan Jepang yaitu :
Bukan hanya di Indonesia saja banyak pro dan kontra tentang kurikulum pendidikan,
di Jepang pun kurikulum dilakukan secara top down, bukan bottom up. Karenanya
banyak yang tidak dapat diterapkan di sekolah secara optimal dan pada akhirnya
mendapat protes keras dari para guru. Jepang memperlakukan kegiatan belajar di luar
secara berkala, mereka mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan lahan pertanian
atau perkebunan untuk belajar memetik teh, jeruk dan menggali umbi-umbian, bahkan
sampai belajar menanam padi di sawah. Di lain waktu, siswa secara berkelompok
diajarkan cara menumpang kereta (densha) untuk melatih kemandirian, selain itu
diselingi kegiatan wawancara dengan berbagai narasumber yang kemudian menjadi
bahan untuk presentasi di depan kelas.
Selain itu bisa dikatakan bahwa sistem pendidikan pada negara Jepang memiliki
kemiripan pada sistem pendidikan di negara kita dimana jenjang pendidikannya
melalui 4 tahap secara umum, yaitu 6-3-3-4 artinya siswa harus melewati 6 tahun
untuk tahap pendidikan dasar, 3 tahun Sekolah Menengah Pertama, 3 tahun Sekolah
Menengah Atas, dan 4 tahun Perguruan Tinggi. Hal tersebut dikarenakan karena
negara kita merupakan negara jajahan Jepang sehingga sebagian sistem pendidikan
negara Jepang masih diterapkan di negara kita dengan sedikit perubahan dimana
negara kita lebih memfokuskan pada pelajaran logika dan penilaian hasil akhir
semester sebagai penentu kelulusan siswa, sedangkan di negara Jepang lebih
difokuskan pada pengembangan watak kepribadian dalam kaitannya terhadap
kehidupan sehari-hari dan penilaian ditentukan oleh guru/dosen kelas dengan melihat
kinerja belajar siswa sehari-hari sebagai penentu kelulusan.
Jepang dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas pun tidak semata-
mata dengan hasil instan, tapi dengan proses yang hampir sama dengan negara maju
lain pada umumnya. Tidak hanya bergantung pada sistem pendidikan itu sendiri, tapi
setiap sistem dan orang di dalamnya seperti guru dan para pelajar pun harus ikut
mendukung untuk mencapai visi dan misi yang sama. Dengan loyalitas para pengajar
dan tingkat kedisiplinan pelajar, akhirnya dapat menciptakan banyak SDM
berkualitas. Kerjasama yang baik antar seluruh komponen inilah yang mampu
membawa kesuksesan negara Jepang hingga mampu mencapai seluruh tujuan-tujuan
pendidikan yang dicanangkannya kurang dari 25 tahun dan tercatat sebagai negara
dengan kualitas dan sistem pendidikan terbaik se-Asia, sungguh prestasi yang
mengagumkan
Perbandingan sistem pendidikan Jepang dan Indonesia secara umum disajikan dalam
tabel berikut ini:
Tabel1: Perbandingan sistem pendidikan Jepang dan Indonesia
Analisis Jepang Indonesia
Filosofi Filsafat pendidikan Jepang dipengaruhi ajaran Filsafat pendidikan Indonesia
konfusianisme dan berbasis pada nilai-nilai berlandaskan pada pancasila sebagai
yang luas dan kekal dan menanamkanya nilai-nilai luhur yang digali dari
secara dalam dan kokoh yang dilestarikan bangsa Indonesia yaitu:14
dalam pendidikan.Pendidikan mengafiliasi ketuhanan yang maha esa,
seseorang kepada orang tuanya, suami isteri kemanusian yang adil dan beradap,
secara harmoni, sebagai sahabat, sederhana persatuan Indonesia,kerakyatan
dan moderat,mencurahkan kasih sayang, serta yang
menuntut ilmu dan memupuk seni.Daya dipimpin oleh hikmah
intelektual dan kekuatan moralyang kebijaksanaan dalam
sempurna, selalu menghormati konstitusi, dan permusyawaratan perwakilan dan
menjalankan hukum, dalam kondisi darurat keadilan sosial bagi seluruh rakyat
sekalipun.Setelah perang dunia kedua Indonesia.
pendidikan tetap menekankan pada karakter
tetapi lebih mengusung persamaan atau
demokrasi untuk kemajuan negara.
Tujuan Tujuan pendidikan Jepang yaitu: Tujuan pendidikan bangsa Indonesia
a. Mengembangkan kepribadian setiap sesuai dengan UU sisdiknas 2003
individu secara utuh. yaitu: untuk mengembangkan
b. Berusaha keras mengembangkan SDM manusia Indonesia dan
yang berkualitas baik pikiran maupun mencerdaskan kehidupan bangsa.
jasmani. Manusia yang mempunyai takwa
c. Mengajarkan kepada siswa agar senantiasa dan iman kepada Tuhan Yang Maha
memelihara keadilan dan kebenaran. Esa dan mempunyai budi pekerti
d. Siswa dididik selalu menjaga yang luhur, mandiri,kepribadian
keharmonisan dan menghargai lingkungan yang mantap, kesehatan rohani, dan
sosial. jasmani,keterampilan dan
e. Setiap siswa dituntut untuk disiplin, pengetahuan, dan terakhir
menghargai waktu, dan memiliki etos kerja. mempunyai rasa tanggung jawab
f. Pengembangan sikap tanggungjawab untuk berbangsa dan bermasyarakat.
terhadap beban pelajaran dan tugas yang
diberikan kepada siswa.
sesuai dengan tingkat pendidikannya
masing-masing
g. Meningkatkan semangat independen
setiap siswa untuk membangun
negara dan menjaga perdamaian
dunia
Manajemen Desentralisasi dengan beberapa point masih Desentralisasi tapi
dan otoritas sentralisasi sebagian besar masih sentralisasi
Kurikulum Kurikulum pendidikan diawasi oleh The Kurikulum nasional ditetapkan
Board of Education yang terdapat pada pemerintah pusat terakhir Indonesia
tingkat perfectur dan munipal, pengembangan menggunakan kurikulum 2013 dan
kurikulum masih sentralistiknya. Central ada wacana kurikulum merdeka
Council for Education (chuuou shingi belajar
kyouiku
kai) dan sekolah berperan lebih banyak dalam
pengembangan kurikulum di masa mendatang
Penjenjangan Jenjang pendidikan secara garis besar di Jenjang pendidikan secara garis
dan jalur Jepang dibagi atas beberapa jenjang yaitu: besar di Indonesia dibagi
Sekolah Dasar (Shōgakkō) dan Sekolah beberapa jenjang yaitu: Taman
Menengah Pertama (Chūgakkō) merupakan Kanak (TK) anak usia 4-6tahun;
pendidikan dasar yang ditempuh anak usia 6- Sekolah Dasar (SD) anak usia
15 tahun dan merupakan wajib belajar di 7-12 tahun. Sekolah Menengah
Negara Jepang.Lebih banyak penekanan pada Pertama (SMP), Tsanawiyah(MTs)
pendidikan karakter. Sekolah Menengah untuk anak usia 13-15 tahun;
Pertama (Chūgakkō)setingkat SMA terdiri Sekolah Menengah Atas (SMA),
dari Full Time (3 tahun penuh), Part Time Aliyah (MAN), Sekolah Menengah
(malam hari disesuaikan dengan waktu yang Kejuruan (SMK) untuk anak
dimiliki mahasiswa, setara dengan Diploma usia 16-18 tahun;Pendidikan Tinggi,
dan memakan waktu lebih dari 3 tahun). dibagi dua yaitu:Akademi/
Correspondence (kombinasi antara Full Time Politeknik
dan Part Time). Pendidikan Tinggi (Daigaku)
terdiri dari: Universitas (Bachelor's Degree
selama 4 tahun, kedokterandan dokter gigi
ditempuh selama 6 tahun) dan Pascasarjana
S2 Master's Degree ditempuh selama 2 tahun
dan S3 Doctor's Degree ditempuh selama 5
tahun). Junior College (3- 4 tahun bagi para
lulusan SMA).Technical College: Dapat
diambil bagi calon mahasiswa yang tamat
pendidikan SMP. Technical College
menghasilkan lulusan tenaga teknisi
Pendidikan Terdapat pendidikan tinggi yang mempersiap Terdapat Fakultas pendidikan yang
Guru kan guru dan untuk meningkatkan mempersiapkan guru
profesionalitas guru diadakan pelatihan atau
training-training seperti pembuatan RPP dan
juga model belajar secara berkala 16
Gaji Guru Gaji guru di Jepang sangat tinggi sehingga Gaji guru di Indonesia standar
dikatakan guru tidak perlu kerja sambilan.
Gaji guru 20-30 jt per bulan belum termasuk
extra salary dan bonus.Versi lain mengatakan
bahwa gaji guru Jepang USD 64.000 dan
termasuk 10 tertinggi di dunia
Pembiayaan Biaya pendidikan berasal dari Negara atau Pendidikan negeri sebagian besar di
pemerintah, karena Negara bertanggungjawab biayai pemerintah tapi sekolah
terhadap pemenuhan kebutuhan warganya masih memungut biaya.
termasuk memfasilitasi sarana dan prasarana Pendidikan tinggi sebagian besar
yang bermutu dalam dari mahasiswa
proses belajar mengajar
Akreditasi Terdapat tiga (per 2016) organisasi yang Terdapat Lembaga akreditasi
disertifikasi oleh pemerintah untuk nasional untuk sekolah dan
mengakreditasi perguruan tinggi diantaranya perguruan tinggi
JUAA, NIAD-QE, dan JIHEE.
Ujian Di Jepang tidak ada ujian naik kelas,semua Penilaian di sekolah meliputi
Kenaikan anak naik kelas dan diakhir SD dan SLTP pun ulangan harian, ujian mid
kelas tidak ada ujian kelulusan, siswa bebas masuk semester dan semester.
SLTP dan untuk masuk SLTA baru ada
ujian yang sangat sulit.
Ujian Ujian nasional adalah ujian ketika masuk Ujian nasional tiap jenjang
Nasional SLTA pendidikan
Guru Guru Jepang sangat loyal dan profesional Profesi guru belum merupakan
serta negara dan masyarakat sangat profesi yang terlalu dihargai
menghargai profesi guru oleh masyarakat
Kurikulum yang ada di Jepang dikemas khusus oleh bagian perencanaan kurikulum
yang ada pada Kementrian Pendidikan (MEXT, 2006). Diketahui bahwa dalam
mengkemas sebuah kurikulum di Jepang, fokus yang ditekankan tidak pada
perubahan mata pelajaran atau metode mengajar. Dalam pengaplikasian kurikulum
jepang bersifat fleksibel dan responsif dan memungkinkan para guru untuk
bereksplorasi mengembangkan kegiatan pembelajaran menyesuaikan implementatif
yang ada di kelas. Menurut (Miliyawati, 2016), tahun 1947 adalah tahun pertama
kali kurikulum di jepang dikeluarkan yaitu tepat dengan dibentuknya UU
pendidikan di Jepang. Setelah itu kurikulum Jepang mengalami beberapa kali
perubahan dan perbaikan, yaitu pada tahun 1951, 1956, 1961, 1971, 1980, 1992,
2002, dan 2011. Dalam menyusun kurikulum, Kementerian Pendidikan negara
Jepang menekankan beberapa hal penting diantaranya yaitu: 1) standar kurikulum
nasional, 2) mementingkan tumbuhnya keharmonisan jasmani dan rohani siswa, 3)
selalu menselaraskan dengan lingkungan sekitar, 4) memperhatikan tahapan tumbuh
kembang siswa, dan 5) memperhatikan karakter penjurusan pendidikan di tingkat
SMA.
Terdapat tiga bentuk pengajaran yang dilakuan pada pendidikan dasar di negara
Jepang diantaranya sejumlah pelajaran, pendidikan moral, dan aktivitas khusus.
Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran di sekolah dasar yang disebut
sebagai Arithmetic dalam bahasa Inggris atau disebut juga sansu dalam bahasa
Jepang. Mata pelajaran aritmatika yang saat ini diterapkan kepada siswa terdiri dari
4 cabang diantaranya adalah melakukan perhitungan bilangan, kuantitas dan
pengukuran, gambar geometri, dan relasi kuantitatif. Adapun tujuan secara
menyeluruh dari Aritmatika yaitu: 1) untuk memperoleh ilmu pengetahuan serta
keterampilan dalam konteks bilangan, kuantitas dan gambar geometri, 2) untuk
mengembangkan kompetensi serta sikap siswa yang berkaitan dengan banyak hal di
kehidupan sehari-hari secara logis dan memiliki kemampuan berpikir secara teliti
(Novikasari, 2013).
Menurut (Novikasari, 2013) salah satu tradisi yang digunakan pada pendidikan di
negara Jepang yaitu Lesson study. Lesson study berasal dari istilah Jepang
“Jugyokenkyu” yaitu suatu pendekatan yang digunakan guna meningkatkan kualitas
pembelajaran. Lesson study yang diterapkan negara Jepang adalah kegiatan
keilmuan bagi para guru untuk bereksperimen dalam mengembangkan dan mencoba
teori belajar yang mereka miliki dan menyebarkan kegiatan yang baik. Sebagai
hasil dari pengembangan dan eksperimen terhadap penerapan Lesson study
tersebut, guru-guru matematika di negara Jepang membagi dua jenis teori dalam
mengajar, diantaranya adalah pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan open
ended. Pendekatan pemecahan masalah merupakan pendekatan yang diterapkan
dengan tujuan mengembangkan kemampuan siswa belajar matematika dengan
prinsip oleh dan untuk mereka sendiri di Jepang. Dengan kata lain, matematika
hadir dari siswa itu sendiri kemudian untuk siswa itu sendiri juga ilmu tersebut
dikembangkan. Dalam pemaknaannya yaitu proses pembelajaran yang mengajar
mengenai bagaimana belajar yaitu artinya siswa belajar untuk melakukan
20
pengembangan terhadap matematika oleh dan untuk mereka sendiri. Selanjutnya
menurut (A, 2015) open ended merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang
dalam penerapannya memulai kegiatan yang menghadapkan siswa dengan masalah
terbuka. Selanjutnya pembelajaran mengarahkan siswa untuk menggunakan
berbagai jawaban yang benar dari permasalahan yang disediakan, dengan tujuan
memberi pengalaman bermakna pada siswa saat proses menemukan sesuatu selama
proses pembelajaran.
1. Pendidikan tentang etika dan moral lebih diutamakan di Jepang daripada ilmu
pengetahuan.
Sebenarnya kunci utama kesuksesan seseorang terlihat dari faktor etikanya yang
baik, maka nanti akan mengikuti penerapan IPTEK (Ilmu pengetahuan dan
teknologi) secara baik pula.
2. Kampus dan sekolah memulai tahun ajaran baru pada musim semi, saat
mekarnya bunga sakura. Hal ini yang membuat siswa dan mahasiswa senang
mengikuti pembelajaran. Memang harus ditanam rasa suka dan senang pada saat
belajar agar tidak jenuh dalam menerima pelajaran.
3. Tidak ada Office Boy, siswa sendiri yang mengerjakan kebersihan kelas dan
sekolah. Hal ini untuk melatih siswa dalam bekerja sama, bertanggung jawab dan
menjadi pekerja keras.
4. Tingkat kehadiran siswa di sekolah Jepang adalah 99%, jadi mahasiswa yang
tidak hadir hanya 1%. Berbeda dengan di Indonesia, masih banyak budaya TA
(Titip Absen) hanya alasan yang tidak baik, misal terlambat karena bangun
kesiangan, menonton konser dan lainnya.
5. Pendidikan tentang seni sangat diterapkan pada siswa Jepang, agar mereka
mencintai budaya tradisional negara sendiri. Hal ini patut dicontoh oleh Indonesia
agar generasinya tidak mudah mengikuti arus globalisasi dan life style western
(gaya hidup barat).
6. Sangat jarang siswa yang tidak naik kelas. Hal tersebut dikarenakan siswa sangat
antusias melakukan kegiatan positif seperti ekstrakurikuler, workshop saat liburan
dan les private. Berbeda dengan siswa Indonesia yang lebih banyak memilih
liburan ke tempat hiburan daripada mengembagkan diri.
7. Menciptakan kenyamanan dan kedekatan antara siswa dengan guru melalui
makan bersama di kelas saat jam istirahat. Hal ini menjadi salah satu cara untuk
menghilangkan sekat antara siswa dan guru, maka seperti orang tua dan anak
bahkan sahabat.
8. Tidak terdapat kesenjangan sosial antara siswa kaya dan siswa miskin. Semuanya
sama dengan menggunakan seragam pelaut.
Siswa tentu memiliki karakter yang berbeda, karena itulah, secara teori, edukasi pun
harus beragam dan kompetitif. Sayangnya, taka da hal semacam itu di Jepang.
Keragaman buku cetak dan material lainnya terbatas, belum lagi, pengembangan
material dan metode edukasi baru Jepang yang jauh dari yang diharapkan
Kini, masalah utama yang dihadapi para siswa SMP Jepang adalah kecemasan yang
berhubungan dengan ujian masuk SMA. Kebanyakan dari mereka pergi menuju
tempat les, bahkan, beberapa dari mereka belajar di beberapa tempat les sekaligus.
Tak hanya itu, anak-anak yang lebih muda pun terpengaruh dengan ujian masuk
tersebut. Sedikit abnormal kan jika seorang siswa SD baru sampai di rumah pada
pukul 10 malam setelah mengikuti les? Sebuah survei juga menunjukkan bahwa
27% dari siswa SD dan 64% siswa SMP Jepang merasa kelelahan akibat keseharian
mereka. Ya, perang ujian masuk ini mencegah anak-anak tumbuh dengan “baik,”
membuat masa depan mereka bisa “suram.”
Karena badan pemerintah yang memutuskan konten edukasi, jika badan tersebut
berbuat salah, seluruh sekolah akan kena getahnya. Risiko ini dapat dihindari jika
kebijakan untuk membuat konten edukasi dapat ditransfer ke pemerintah lokal atau
sekolah swasta dan sebuah sistem edukasi baru dapat dicoba secara lokal lalu
disebarkan sebelum Kementerian Pendidikan membuat keputusan nasional.
Siswa yang memiliki hasil lebih baik dalam bidang akademis biasanya dapat
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dengan lebih cepat di AS, karena
absennya kurikulum nasioal membuatnya memungkinkan. Jepang memiliki sistem
edukasi yang diatur oleh kurikulum nasional dan jika seorang siswa diizinkan untuk
naik ke tingkat lebih tinggi dengan durasi lebih cepat, dapat dianggap sebagai
diskriminasi.
5. Kontradiksi sistem pendidikan 22
Deskripsi dan interpretasi dalam buku sejarah Jepang masih menjadi perdebatan.
Hal ini termasuk argument terkait kependudukan militer Jepang di negara-negara
Asia yang tertulis sebagai bakti sosial pada negara lain, bukan invasi militer
sebagaimana kenyataannya.Namun, hingga kini tak tafsir sejarah yang meluruskan
hal tersebut.Kini, ada sekitar 1.200 juta warga Jepang yang harus hidup dalam
pandangan sejarah yang sama akibat hal tersebut.
Baru-baru ini, negara-negara Asia mulai mengejar Jepang. Karena produk Asia
yang lebih murah sering kali lebih disukai daripada produk Jepang yang mahal
meski kualitasnya sama, industri Jepang harus semakin bergantung pada kreativitas
dan bersikap tidak konvensional.
Tidak ada yang bisa menyangkal fakta bahwa diplomatisme Jepang menghasilkan
diskriminasi sosial baru di sekolah. Tidak ada gunanya mencoba menyelesaikan
masalah bullying dan penolakan sekolah kecuali beberapa langkah diambil untuk
membongkar struktur diplomatisme.
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas terdapat beberapa hal yang bisa disimpulkan yaitu:
1. Filsafat pendidikan Jepang dipengaruhi ajaran konfusianisme dan karakteristik
Kekaisaran Jepang yang dilandasi nilai luhur dan kekal sedangkan Indonesia
berdasarkan nilai Pancasila.
2. Karakteristik pendidikan Jepang lebih desentralisasi dibandingkan Indonesia.
Adanya pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, daerah, masyarakat dan
orang tua.
3. Tujuan pendidikan Jepang secara umum hampir sama dengan Indonesia yaitu
pengembangkan potensi peserta didik. Tujuan Jepang lebih rinci dan memuat cukup
banyak karakter yang harus dimiliki anak-anak Jepang.
4. Jenjang pendidikan sama yaitu pendidikan dasar 9 tahun (sekolah dasar dan
sekolah menegah pertama), pendidikan menengah atas 3 tahun (umum dan
kejuruan) serta pendidikan tinggi.
5. Kurikulum Jepang lebih fleksibel dari Indonesia. Kurikulum disusun dibawah
arahan kementerian dan memberi peluang sekolah untuk menyesuaikan dengan
kondisi sekolah.
6. Pendanaan sekolah dasar dan menengah ditanggung Negara dan sumber lain
sedangkan di Indonesia masih ada iuran siswa.
7. Kualifikasi personalia pendidikan sangat profesional dan guru merupakan profesi
yang sangat dihargai begitu juga dengan kesejahteraannya sangat diperhatikan
DAFTAR PUSTAKA
http://eduarduslebe.blogspot.com/2015/11/landasan-filosofis-pendidikan.htm
https://ejournal.iqrometro.co.id/index.php/pendidikan/article/
download/133/112/
https://goikuzo.com/sistem-kurikulum-pendidikan-di-jepang/
http://riset.unisma.ac.id/index.php/jpm/article/view/11425/10410
https://www.shalaazz.com/8-keunggulan-sistem-pendidikan-
negara-jepang-bikin-melek/