Anda di halaman 1dari 27

2

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA


DI JEPANG
(Tugas Mata Kuliah Problematika dan Pengembangan Pembelajaran Matematika)

Dosen Pengampu:
Dr. Sri Hastuti Noer, M. Pd.
Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd.

Oleh:
Kelompok 5
Tatik Handayani (2123021005)
Reza Setiawati (2123021012)
Tutik Lestari (2123021019)
Tri Mustikaningrum (2123021024)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2022
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-Nya kami
dapat menyelesaiakan makalah yang berjudul “Problematika Pembelajaran
Matematika di Jepang” dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah
Problematika dan Pengembangan Pendidikan Matematika.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang memberi


kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan makalah ini
terutama kepada Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd. dan Bapak Dr. Sugeng Sutiarso,
M.Pd. sebagai dosen pengampu dalam mata kuliah Problematika dan
Pengembangan Pendidikan Matematika, serta para anggota kelompok yang
berkontribusi dalam pembuatan makalah.

Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Penyusun berharap semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

Bandarlampung, 12 April 2022

Penyusun
2

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2

II. PEMBAHASAN
2.1. Sistem Pendidikan di Jepang........................................................ 3
2.2. Perbandingan Pendidikan Indonesia dengan Jepang ..................... 7
2.3. Kurikulum Pendidikan Matematika di Jepang .............................. 9
2.4. Pembelajaran Matematika di Jepang.......................................... 10
2.5. Capaian Hasil Pembelajaran Matematika di Jepang.................. 13
2.6. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pendidikan di Jepang .......... 16
2.7. Problematika Pembelajaran Matematika di Jepang ..................... 18

III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan .............................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA
2

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu faktor kemajuan bangsa ini berdiri, yang telah
menjadi sebuah keharusan bagi peningkatan kualitas kehidupan manusia.
Pendidikan menjadi pilar utama dalam membentuk kepribadian yang akan
menjadi acuan dalam perkembangan kehidupan. Dengan pendidikan pula,
peradaban dunia ini bisa dibentuk dan berkembang.

Di era perkembangan yang kemajuannya berjalan secara cepat ini menuntut


pendidikan untuk bisa menghadapi dan mengontrolnya sehingga manusia tidak
terjebak dengan kencangnya arus kemajuan zaman. Hal ini membuat suatu bangsa
untuk semakin berusaha memajukan kualitas pendidikan yang ada di negaranya
masing-masing, begitu pula dengan negara Korea Selatan. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis akan membahas mengenai pendidikan di Jepang.

Jepang adalah negara maju di Asia yang memiliki kemajuan dalam bidang
pendidikan, sistem pendidikan di Jepang adalah yang terbaik karena pendidikan
dasar di Jepang dapat menyempurnakan karakter pada usia dini. Adapun yang
diterapkan dalam pendidikan dasar di Jepang seperti melatih keberanian,
kedisiplinan dan kemandirian. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan
perkembangan anak secara utuh, dan sebagai bentuk pengembagan kognitif anak
terhadap lingkungan sekitar.

Pendidikan di Jepang awalnya hanya menitikberatkan pada aspek kognitif saja,


kemudian diubah menjadi sistem pendidikan pembaharuan dengan kesatuan yang
utuh yang melibatkan hand-heart-head (tangan, hati, otak), doing-feeling-thinking
(mengerjakan, merasakan, berpikir) serta body-mind-soul (tubuh, pikiran, jiwa).
Dengan adanya pembaharuan beberapa faktor tersebut, tidak hanya aspek
kecerdasan otak saja yang ditingkatkan, melainkan meliputi seluruh aspek yang
2
terdiri atas kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual
(Agus, 2013:151-152). Pada hakikatnya pendidikan memiliki peranan yang
penting atas keberlangsungan suatu negara, serta kualitas pendidikan di suatu
negara akan menjadi salah satu unsur terpenting dalam kemajuan bangsa. Oleh
karena itu, salah satu pilar untuk menopang suatu negara adalah pendidikan.
Selain itu, pendidikan juga merupakan bagian terpenting untuk menumbuhkan
kepribadian bangsa, memperkuat identitas nasional, dan memantapkan jati diri
dalam suatu bangsa (Irianto, 2012:3)

Dengan adanya peranan pendidikan yang sangat penting bagi setiap bangsa, maka
setiap individu harus mendapatkan pendidikan sebaik mungkin untuk masa depan
yang lebih baik. Pendidikan juga memiliki kaitan yang erat hubungannya dengan
kemajuan suatu negara, karena pendidikan merupakan bagian utama yang dapat
meningkatkan kemampuan individu serta mampu menumbuhkan identitas
nasional. Negara Jepang merupakan salah satu negara dengan sistem
pendidikannya yang 2 Universitas Darma Persada terbaik, karena anak pada usia
dini di Jepang sudah menerapkan etika-etika kesopanan serta mengembangkan
kemandirian bagi setiap anak atau individunya. Hal ini membuktikan bahwa
pendidikan di Jepang merupakan pendidikan terbaik yang dapat menyempurnakan
karakter pada anak usia dini.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana falsafah pendidikan di Jepang?
2. Bagaimana sistem pendidikan di Jepang?
3. Bagaimana kurikulum pendidikan di Jepang?
4. Bagaimana kebijakan pendidikan di Jepang?
5. Bagaimana pembelajaran matematika di Jepang?
6. Bagaimana kelebihan dan kekurangan pendidikan di Jepang?
7. Bagaimanakah problematika pembelajaran matematika di Jepang?

1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut.
4
1. Untuk mengetahui falsafah pendidikan di Jepang
2. Untuk mengetahui sistem pendidikan di Jepang
3. Untuk mengetahui kurikulum pendidikan di Jepang
4. Untuk mengetahui kebijakan pendidikan di Jepang
5. Untuk mengetahui pembelajaran matematika di Jepang
6. Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan pendidikan di Jepang
7. Untuk mengetahui problematika pembelajaran matematika di Jepang
3

II. PEMBAHASAN

2.1. Filosofi Pendidikan Di Jepang

Pendidikan sesungguhnya adalah alat untuk mencerdaskan manusia, menurut


pakar filsafat Pauolo Freire. Sejarah telah membuktikan bahwa Jepang, salah satu
Negara maju yang membangun bangsa dengan mengembangkan ilmu pengetahuan
untuk mencerdaskan bangsa.
Membicarakan sistem pendidikan dari sisi filosofi akan cenderung terkait
dengan nilai ideal yang dijadikan landasan bagi pengambilan keputusan dan
pelaksanaan kinerja. Pendidikan tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan, pendidikan
Jepang aspek pengaruh yang sangat kuat adalah pada kebudayaan masyarakat
Jepang. Aspek positif pendidikan di Jepang adalah semangat kerja keras dan
berusaha keras. Bangsa Jepang juga dikenal sebagai bangsa yang disiplin dan
tingkat produktivitas tinggi. Serta mempunyai budaya Samurai, yaitu semangat
pejuang tangguh. Ganbatte Kudasai! Adalah sebuah salah satu ungkapan yang
mengadung unsur motivasi dan semangat untuk terus berjuang dan pantang
mnyerah. Seorang mahasiswa di depan profesornya saat menerima sebuah tugas,
maka akan selalu mengatakan Gambarimasu! yang artinya akan berusaha dengan
sebaik-baiknya.
Menurut Budiman (2014), Kedisplinan Jepang dalam menjalankan budaya
samurai (Bushi) berisi tujuh nilai utama, yaitu: Budaya Bushido ditafsirkan menjadi
prinsip hidup dan jalan oejuang samurai, semangat bushido meliputi Shōjiki to
Seijitsu Makato (正直と誠実). Prinsip Samurai antara lain:
1.      Jihi  to  kan'yō  (  慈悲と寛容) : Kemurahan hati
2.      Shinjitsu  to  seigi (真実と正義) : Kebenaran dan keadilan
3.      Reigi  to  sonkei (礼儀と尊敬) : Kesopanan dan kehormatan
4.      Chuugi Yuu(忠誠勇気は) : Kesetiaan atau loyalitas
Karakteristik dari bangsa Jepang yang mendorong bangsa tersebut, yaitu:
1.      Orang Jepang menghargai jasa orang lain. Hal ini dibuktikan dengan mengucapkan
arigatoo (terima kasih), tidak menganggap remeh jerih payah orang lain meskipun
bantuan tersebut tidak seberapa.
2.      Selain mengucapkan terima kasih, untuk menghargai pekerjkaan dengan
mengucapkan otsukarsamadehita (maaf, Anda telah bersusah payah).
3.      Perlunya setiap orang harus berusaha dilambangkan dengan ucapan ganbatte
6
kudasai (berusahalah).
4.      Orang Jepang punya semnagat yang tidak pernah luntuk, tahan banting dan tidak
mau menyerah oleh keadaan, yang terkenal dengan semangat bushido(semangat
kesatria).

Selain filosofi Bushido, pendidikan di Jepang menanamkan pendidikan


karakter sejak dini agar generasi Jepang menjadi unggul. Norma dalam masyarakat
Jepang sangat terkait dengan ajaran Shinto dan Budaha, tetapi menariknya agama
ini tidak diajarkan di sekolah sebagai bentuk pelajaran wajib. Namun, nilai agama
tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Pembekalan prinsip
hidup yang kuat di masa pendidikan dasar inilah yang membuat kedisiplinan dan
keteraturan dalam masyarakat Jepang.

Budiman (2014) menyatakan bahwa sistem pendidikan Jepang dibangun atas dasar
beberapa prinsip, antara lain:
1.      Legalisme: pendidikan di Jepang mengedepankan aturan hukum dan melegalkan
hak setiap individu untuk memperoleh pendidikan tanpa memandang agama, ras,
suku dan golongan yang berhak mendapatkan pendidikan yang layak.
2.      Administrasi yang demokratis: biaya di Jepang diusahakan dapat dijangkau sesuai
keuangan masyarakatnya, memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi atau
siswa yang kurang mampu dalam keuangan.
3.      Netralis: hampir sama dengan legalisme, pendidikan di Jepang diberikan kepada
setiap siswa tanpa membedakan latar belakang materil, asal usul keluarga, status
social antar golongan.
4.      Penyesuaian dan penetapan kondisi pendidikan: dalam proses pembelajaran
memiliki kesulitan masing-masing yang disesuaikan dengan pendidikan yang
ditempuh.
5.      Desentralisasi: penyebaran kebijakan pendidikan dari pemerintah pusat secara
merata kepada seluruh sekolah sehingga perkembangan dan kemajuan system
pendidikan dapat diikuti dengan baik.
Tujuan pendidikan Jepang lebih mengarah kepada pengembangan kepribadian
individu secara utuh, menanamkan jiwa yang bebas dan bertanggungjawab,
bertoleransi untuk menghargai antar individu. Budaya disiplin waktu dan waktu
kerja keras Jepang yang sejak  dahulu diajarkan selalu ditanamkan di dalam
kehidupan sehari-hari sehingga dapat mempengaruhi kemajuan Negara ini,
khususnya dalam bidang pendidikan.
2.2. Sistem Pendidikan di Jepang

Filsafat pendidikan Jepang tercermin dalam tujuan pendidikannya yaitu:1)


Mengembangkan kepribadian setiap individu secara utuh; 2) Berusaha keras
mengembangkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas baik pikiran maupun
jasmani; 3)Mengajarkan kepada setiap siswa agar senantiasa memelihara keadilan
dan kebenaran; 4) Setiap siswa dididik untuk selalu menjaga keharmonisan dan
menghargai terhadap lingkungan sosialnya; 5) Setiap siswa dituntut untuk disiplin,
menghargai waktu, dan memiliki etos kerja; 6) Pengembangan sikap bertanggung
jawab terhadap setiap pembebanan pelajaran dan tugas yang diberikan kepada siswa
sesuai dnegan tingkat pendidikannya masing-masing; 7) Meningkatkan semangat
independen setiap siswa untuk membangun negara dan menjaga perdamaian dunia.

Struktur dan Jenis Pendidikan Negara Jepang dibagi atas beberapa jenjang yaitu:
1.Pendidikan Dasar

Pendidikan Dasar di Jepang terdiri dari Sekolah Dasar dan Sekolah menegah
pertama. Pendidikan ini wajib diikuti oleh anak berusia 6-15 tahun.Pada pendidikan
wajib Jepang memiliki prosedur yang sama dengan negara Indonesia dimana siswa
harus melewati jenjang secara bertahap, murid tidak diperbolehkan mengambil
jenjang keatas sebelum tuntas pelajaran, murid bisa tinggal kelas apabila tidak
memenuhi nilai-nilai yang layak atau dianggap belum mampu menguasai ilmu-ilmu
yang diberikan guru kelas. Pendidikan dasar di Jepang sangat menekankan
pendidikan karakter dan terintegrasi dalam kehidupan sosial mereka . Berikut
uraianpendidikandasartersebut:
a.Sekolah Dasar (Shōgakkō)

Sistem Sekolah Dasar di Jepang hampir sama dengan Indonesia yaitu dipimpin oleh
seorang guru kelas yang menguasai seluruh mata pelajaran yang diajarkan kepada
para siswanya. Pendidikan ini wajib diikuti oleh anak berusia sekitar 6-12 tahun.
Kurikulum di Sekolah Dasar meliputi bahasa Jepang, pengenalan lingkungan hidup,
musik, menggambar, olahraga, kerajinan tangan, pelajaran- pelajaran topik, ilmu-
ilmu sains, aritmatik, homemaking, dan sosial.Pada pelajaran mengenai ilmu sosial
murid-murid Sekolah Dasar diberikan pendidikan moral, berpartisipasi dalam
aktivitas sosial, dan lainnya. Terlihat bahwa penekanan kurikulum pada pendidikan
Sekolah dasar diarahkan untuk menanam nilai-nilai karakter dan estetika
8

b. Sekolah Menengah Pertama (Chūgakkō)

Sistem Sekolah Menengah di Jepang juga hampir sama dengan sistem pendidikan di
Indonesia yaitu setiap mata pelajaran di kelas dipimpin oleh guru-guru yang
berbeda sesuai dengan mata pelajaran masing-masing. Pendidikan ini wajib diikuti
oleh anak berusia sekitar 12-15 tahun. Kurikulum SMP meliputi pendidikan
bahasa Jepang, bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya, ilmu-ilmu sosial,
matematika, sains, musik, kesehatan, pendidikan jasmani, seni, industri,
kesejahteraan keluarga, homemaking. Semua pelajaran tersebut diberikan pada hari-
hari berbeda dalam seminggu tanpa ada pengulangan mata pelajaran yang sama
dalam seminggu. Pada pelajaran mengenai ilmu sosial murid-murid SMP juga
diberikan pendidikan moral, berpartisipasi dalam aktivitas sosial, dan lainnya.

2. Sekolah Menengah Atas (Koutougakkou)

Sistem Sekolah Menengah Atas (SMA) di Negara Jepang cukup berbeda dengan
sistem di Indonesia. Untuk masuk atau melanjutkan pendidikan pada tingkat SMA
setiap calon siswa harus mengikuti ujian saringan masuk pada SMA tujuan masing-
masing.Ujian tersebut cukup sulit sehingga setiap calon siswa yang akan mengikuti
ujian saringan masuk disarankan untuk mengikuti bimbingan belajar di sebuah
lembaga khusus seperti di juku atau yobiko untuk meningkatkan kemampuan dan
kesiapan siswa pada tes saringan masuk menuju jenjang SMA. Jurusan pada SMA
di Jepang dikategorikan kedalam beberapa jenis yaitu jurusan umum (akademis),
pertanian, teknik, perdagangan, perikanan, ekonomi, dan perawatan. Semua jurusan
tersebut disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di negara tersebut. Pendidikan
tingkat ini terbagi atas 3 jenis kelas:

a.Full Time: Berlangsung selama 3 tahun penuh, sesuai dengan Sekolah Menengah
Atas pada umumnya dan rata-rata siswa Jepang memilih pendidikan Full Tim
seperti ini. Siswa dituntut harus mengikuti 80 kredit mata pelajaran, siswa kelas
satu harus mengikuti mata pelajaran wajib, sedangkan untuk siswa kelas dua dan
tiga diperbolehkan memilih 4 mata pelajaran wajib ditambah 14 kredit mata

pelajaran sesuai dengan kebutuhannya pada perencanaan karier masa depannya.

b. Part Time: Pendidikan ini diberikan pada waktu malam hari disesuaikan dengan
waktu yang dimiliki mahasiswa yang mengikuti kerja part time dan dianggap setara
dengan Diploma dan memakan waktu lebih dari 3 tahun. Jenis pendidikan ini hanya
berlaku di universitas pada kelas-kelas karyawan seperti di Indonesia. Part Time
pada pendidikan Jepang terbagi menjadi dua kelas yaitu: 1) Daytime Part Time
Course: Siswa dinyatakan lulus apabila telah mengambil mata pelajaran sebanyak
74 kredit. Dalam menempuh pendidikan tersebut siswa dapat menghabiskan waktu
selama empat hingga 6 tahun dibangku sekolah, mata pelajaran yang ditawarkan
berupa mata pelajaran berupa pilihan dengan sistem belajar menyerupai pola
pembelajaran di universitas dimana siswa tersebut menentukan sendiri mata
pelajaran yang akan diambil pada setiap semesternya. Sehingga jenis pendidikan ini
dapat dikatakan setara dengan Diploma; 2) Evening Part Time Course: Siswa
dinyatakan lulus apabila telah menempuh 74 kredit mata pelajaran sama seperti
pendidikan Daytime Part Time Course dengan lama waktu pendidikan sekitar tiga
hingga 4 tahun. Jenis pendidikan ini diperuntukan bagi siswa yang bekerja pada
siang hari sehingga siswa dapat mengambil kelas pada waktu sore ataupun malam
disesuaikan dengan waktu kerjanya

c. Correspondence: Jenis pendidikan ini merupakan kombinasi antara


Full Time dan Part Time dengan menawarkan cara pembelajaran yang khas yaitu
siswa tidak perlu setiap hari menghadiri pelajaran dikelas dan cukup hadir tiga kali
dalam satu bulan dengan kredit yang harus dikumpulkan sebanyak 74 kredit,course
ini juga diperuntukan bagi siswa yang hanya ingin sekedar belajar dan meningkat-
kan pengetahuan tanpa berniat untuk mendapatkan ijazah atau kelulusan. Rata-rata
yang mengambil course ini siswa-siswa yang berusia sekitar 15-30 tahun. Tugas
siswa pada course ini lebih ditingkatkan pada pembelajaran sendiri dirumah. Siswa
diberikan tugas-tugas yang diselesaikan dirumah berdasarkan buku panduan,dengan
tetap mengikuti ujian pada tiap-tiap semester. Tugas membuat laporan menentukan
nilai siswa tersebut dan tugas dikirimkan melalui pos ke sekolah dan guru akan
segera menilai hasil pekerjaan yang dibuat oleh siswa-siswanya.Setelahpemeriksaan
guru akan mengirim balik hasil tugas tersebut disertai dengan penilaian. Untuk
mendaftar pada jenis pendidikan ini setiap calon siswa harus mengikuti tes.

sistem pendidikan SMA di Jepang lebih fleksibel dari segi waktu dan juga
pemilihan mata pelajaran yang disesuaikan dengan karir masa depan peserta didik
begitu juga dengan sistem sks yang dianut menjadikan peserta didik menjadi lebih
bertanggung jawab. Sistem pendidikan agak mirip dengan sistem di pendidikan
tinggi. Berbeda dengan sistem pendidikan di Indonesia yang masih dipaketkan dan
waktu pembelajaran tidak fleksibel dan kurang mengakomodir peserta didik yang
bekerja.

3. Pendidikan Tinggi (Daigaku)


Sistem pendidikan tinggi Jepang berbeda dengan model pendidikan tinggi di 10
Indonesia. Terdapat tiga jenis pendidikan pada Perguruan Tinggi Jepang yaitu:

a. Universitas: Pada universitas terdapat pendidikan untuk menempuh gelar sarjana


S1 bergelar Bachelor's Degree yang ditempuh selama 4 tahun (untuk mahasiswa
kedokteran dan dokter gigi menempuh pendidikan selama 6 tahun) dan Pasca
sarjana S2 Master's Degree ditempuh selama 2 tahun dan S3 Doctor's Degree
ditempuh selama 5 tahun.
b. Junior College: Membutuhkan waktu sekitar tiga hingga 4 tahun masa pendidik-
an bagi para lulusan SMA. Junior College cukup memenuhi setengah dari kredit
yang harus ditempuh Bachelor's Degree. Calon-calon mahasiswa Universitas dan
Junior College dipilih berdasarkan hasil ujian serta prestasi calon mahasiswa ketika
berada di SMA. Untuk universitas negeri calon mahasiswa dipilih berdasarkan dua
tahap penyeleksian yaitu tes gabungan kecakapan dan ujian masuk universitas
sebagai tahap akhir penyeleksian.
c. Technical College: Dapat diambil bagi calon mahasiswa yang tamat pendidikan
SMP. Technical College menghasilkan lulusan-lulusan tenaga teknisi. Jenis
pendidikan tinggi ini mirip dengan sekolah SMK di Indonesia.Dari uraian tentang
jenis dan jenjang pendidikan Jepang, untuk pendidikan dasar agak mirip dengan
pendidikan dasar yang diterapkan di Indonesia termasuk wajib belajarnya.
Pendidikan karakter di Jepang betul-betul ditekankan dan diintegrasikan dengan
kehidupan peserta didik serta didukung oleh orang tua dan juga masyarakat. Untuk
pendidikan menengah dan tinggi di Jepang agak mirip dan pemisahannya tidak
setegas pada pendidikan SMA dan pendidikan tinggi di Indonesia.

2.3. Kurikulum Pendidikan di Jepang

Taman Kanak-Kanak (TK)

Level pendidikan taman kanak-kanak (TK), di Jepang lebih cenderung merupakan


lembaga pengembangan dan pelatihan kebiasaan sehari-hari. Karena itu pendidikan
di level TK bukanlah pengajaran, tetapi lebih tepat disebut pendidikan. Kurikulum
TK di Jepang tidak membebani anak, karena anak tidak dijejali materi-materi pelajaran
secara kognitif tetapi lebih pada pengenalan dan latihan keterampilan hidup yang
dibutuhkan anak untuk kehidupan sehari-hari, seperti latihan buang air besar sendiri, gosok
gigi, makan, dan lain sebagainya. Sedangkan kurikulum di Indonesia telah berorientasi
pada pengembangan intelektual anak.

Sekolah Dasar (SD)


Sedangkan untuk tingkat Sekolah Dasar (SD), sifat dan karakteristik kurikulum di
Jepang hampir sama dengan kurikulum SD di Indonesia. Hanya yang membedakan
adalah pada mata pelajaran kebiasaan hidup yang umumnya diajarkan di kelas 1
dan 2. Tujuan utama diajarkan mata pelajaran ini adalah untuk mengenalkan dan
membiasakan anak-anak pada pola hidup mandiri. Daripada mengajarkan mata
pelajaran IPA dan IPS, Jepang lebih memilih memperkenalkan tata cara kehidupan
sehari-hari kepada anak-anak yang baru lulus dari tingkat TK yang lebih
memfokuskan kegiatan bermain daripada belajar di dalam kelas.

Pembelajaran utama seperti bahasa Jepang dan berhitung mempunyai porsi yang
lebih dibanding pelajaran lainnya. Sedangkan pelajaran moral diajarkan tidak secara
khusus dalam mata pelajaran tertentu, tetapi diajarkan oleh wali kelas sejam
seminggu atau diintegrasikan melalui pelajaran lain. Dan pendidikan moral sudah
termasuk pada pendidikan agama (Kristen, Budha, Shinto). Selain murid disibukkan
dengan pendidikan akademik, pendidikan bersifat estetik berupa musik dan
menggambar juga diajarkan dalam porsi besar di kelas 1 dan 2. Di Jepang,
pendidikan dasar tidak mengenal ujian kenaikan kelas, tetapi siswa yang telah
menyelesaikan proses belajar di kelas satu secara otomatis akan naik ke kelas dua,
demikian seterusnya.

Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Untuk pendidikan SMP, kurikulum menitikberatkan pada pendidikan bahasa


Jepang, matematika, IPA dan IPS. Sedangkan pendidikan bahasa asing seperti
Inggris dan Jerman tidak diwajibkan dan hanya bersifat pilhan bagi murid.
Pelajaran bahasa Inggris baru dijadikan pelajaran wajib di level SMP pada
kurikulum 2002. Adanya mata pelajaran pilihan seperti bahasa Jepang, IPS,
matematika, IPA, musik, art, pendidikan jasmani, keterampilan, dan bahasa asing,
merupakan pembeda khas antara kurikulum pendidikan SMP di Jepang dan
Indonesia. Selain pendidikan utama, di Jepang juga dilengkapi dengan pendidikan
ekstrakurikuler seperti di Indonesia.

Jepang menerapkan wajib belajar sembilan tahun. Seperti halnya di Indonesia,


wajib belajar di Jepang terdiri dari SD dan SMP. Namun lain dengan Indonesia,
wajib belajar sembilan tahun benar-benar ditekankan oleh pemerintah kepada
semua penduduk yang tinggal di Jepang baik warga negara Jepang maupun warga
negara asing. Setiap orang tua yang mempunyai anak berusia 6-15 tahun harus
menyekolahkan anaknya. Apabila terdapat orang tua yang tidak menyekolahkan
anaknya, maka sanksi hukum dapat dikenakan kepada orang tua tersebut. Sekolah
Dasar di Jepang 97% adalah sekolah negeri. Biaya pendidikan sebagian besar
12
ditanggung pemerintah seperti biaya masuk, biaya pengajaran dan buku sekolah
dengan fasilitas sekolah yang lengkap. Orang tua hanya menyediakan fasilitas
lainnya seperti perlengkapan sekolah, makan siang dan biaya piknik.

Sekolah Menengah Atas (SMA)

Dibandingkan kurikulum SD dan SMP, kurikulum SMA di Jepang paling sering


berubah. Pada tingkat ini sudah diadakan sistem penjurusan seperti di Indonesia.
Sifat khas kurikulum SMA adalah kompleksnya pelajaran yang diajarkan.
Contohnya pelajaran bahasa Jepang yang mulai dikelompokkan menjadi literatur
klasik dan modern. Penjurusan dilakukan di kelas 3, jurusan yang ada meliputi IPA
dan budaya/sosial. tetapi seiring berjalannya waktu, penjurusan mengalami
perkembangan karena banyaknya lulusan SMA yang memilih akademi yang terkait
dengan teknik, pertanian, perikanan, kesejahteraan masyarakat, dan lain lain.

Tujuan-tujuan yang menjadi target yang ingin dicapai pendidikan Jepang yaitu :

1. Mengembangkan kepribadian setiap individu secara utuh.


2. Berusaha keras mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas baik
pikiran maupun jasmani.
3. Mengajarkan kepada setiap siswa agar senantiasa memelihara keadilan dan
kebenaran.
4. Setiap siswa dididik untuk selalu menjaga keharmonisan dan menghargai
terhadap lingkungan sosialnya.
5. Setiap siswa dituntut untuk disiplin, menghargai waktu, dan memiliki etos
kerja.
6. Pengembangan sikap bertanggungjawab terhadap setiap pembebanan pelajaran
dan tugas yang diberikan kepada siswa sesuai dengan tingkat pendidikannya
masing-masing.
7. Meningkatkan semangat independen setiap siswa untuk membangun negara
dan menjaga perdamaian dunia.

Bukan hanya di Indonesia saja banyak pro dan kontra tentang kurikulum pendidikan,
di Jepang pun kurikulum dilakukan secara top down, bukan bottom up. Karenanya
banyak yang tidak dapat diterapkan di sekolah secara optimal dan pada akhirnya
mendapat protes keras dari para guru. Jepang memperlakukan kegiatan belajar di luar
secara berkala, mereka mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan lahan pertanian
atau perkebunan untuk belajar memetik teh, jeruk dan menggali umbi-umbian, bahkan
sampai belajar menanam padi di sawah. Di lain waktu, siswa secara berkelompok
diajarkan cara menumpang kereta (densha) untuk melatih kemandirian, selain itu
diselingi kegiatan wawancara dengan berbagai narasumber yang kemudian menjadi
bahan untuk presentasi di depan kelas.

Selain itu bisa dikatakan bahwa sistem pendidikan pada negara Jepang memiliki
kemiripan pada sistem pendidikan di negara kita dimana jenjang pendidikannya
melalui 4 tahap secara umum, yaitu 6-3-3-4 artinya siswa harus melewati 6 tahun
untuk tahap pendidikan dasar, 3 tahun Sekolah Menengah Pertama, 3 tahun Sekolah
Menengah Atas, dan 4 tahun Perguruan Tinggi. Hal tersebut dikarenakan karena
negara kita merupakan negara jajahan Jepang sehingga sebagian sistem pendidikan
negara Jepang masih diterapkan di negara kita dengan sedikit perubahan dimana
negara kita lebih memfokuskan pada pelajaran logika dan penilaian hasil akhir
semester sebagai penentu kelulusan siswa, sedangkan di negara Jepang lebih
difokuskan pada pengembangan watak kepribadian dalam kaitannya terhadap
kehidupan sehari-hari dan penilaian ditentukan oleh guru/dosen kelas dengan melihat
kinerja belajar siswa sehari-hari sebagai penentu kelulusan.

Jepang dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas pun tidak semata-
mata dengan hasil instan, tapi dengan proses yang hampir sama dengan negara maju
lain pada umumnya. Tidak hanya bergantung pada sistem pendidikan itu sendiri, tapi
setiap sistem dan orang di dalamnya seperti guru dan para pelajar pun harus ikut
mendukung untuk mencapai visi dan misi yang sama. Dengan loyalitas para pengajar
dan tingkat kedisiplinan pelajar, akhirnya dapat menciptakan banyak SDM
berkualitas. Kerjasama yang baik antar seluruh komponen inilah yang mampu
membawa kesuksesan negara Jepang hingga mampu mencapai seluruh tujuan-tujuan
pendidikan yang dicanangkannya kurang dari 25 tahun dan tercatat sebagai negara
dengan kualitas dan sistem pendidikan terbaik se-Asia, sungguh prestasi yang
mengagumkan

2.4 Perbandingan Sistem Pendidikan Jepang dan Indonesia

Perbandingan sistem pendidikan Jepang dan Indonesia secara umum disajikan dalam
tabel berikut ini:
Tabel1: Perbandingan sistem pendidikan Jepang dan Indonesia
Analisis Jepang Indonesia
Filosofi Filsafat pendidikan Jepang dipengaruhi ajaran Filsafat pendidikan Indonesia
konfusianisme dan berbasis pada nilai-nilai berlandaskan pada pancasila sebagai
yang luas dan kekal dan menanamkanya nilai-nilai luhur yang digali dari
secara dalam dan kokoh yang dilestarikan bangsa Indonesia yaitu:14
dalam pendidikan.Pendidikan mengafiliasi ketuhanan yang maha esa,
seseorang kepada orang tuanya, suami isteri kemanusian yang adil dan beradap,
secara harmoni, sebagai sahabat, sederhana persatuan Indonesia,kerakyatan
dan moderat,mencurahkan kasih sayang, serta yang
menuntut ilmu dan memupuk seni.Daya dipimpin oleh hikmah
intelektual dan kekuatan moralyang kebijaksanaan dalam
sempurna, selalu menghormati konstitusi, dan permusyawaratan perwakilan dan
menjalankan hukum, dalam kondisi darurat keadilan sosial bagi seluruh rakyat
sekalipun.Setelah perang dunia kedua Indonesia.
pendidikan tetap menekankan pada karakter
tetapi lebih mengusung persamaan atau
demokrasi untuk kemajuan negara.
Tujuan Tujuan pendidikan Jepang yaitu: Tujuan pendidikan bangsa Indonesia
a. Mengembangkan kepribadian setiap sesuai dengan UU sisdiknas 2003
individu secara utuh. yaitu: untuk mengembangkan
b. Berusaha keras mengembangkan SDM manusia Indonesia dan
yang berkualitas baik pikiran maupun mencerdaskan kehidupan bangsa.
jasmani. Manusia yang mempunyai takwa
c. Mengajarkan kepada siswa agar senantiasa dan iman kepada Tuhan Yang Maha
memelihara keadilan dan kebenaran. Esa dan mempunyai budi pekerti
d. Siswa dididik selalu menjaga yang luhur, mandiri,kepribadian
keharmonisan dan menghargai lingkungan yang mantap, kesehatan rohani, dan
sosial. jasmani,keterampilan dan
e. Setiap siswa dituntut untuk disiplin, pengetahuan, dan terakhir
menghargai waktu, dan memiliki etos kerja. mempunyai rasa tanggung jawab
f. Pengembangan sikap tanggungjawab untuk berbangsa dan bermasyarakat.
terhadap beban pelajaran dan tugas yang
diberikan kepada siswa.
sesuai dengan tingkat pendidikannya
masing-masing
g. Meningkatkan semangat independen
setiap siswa untuk membangun
negara dan menjaga perdamaian
dunia
Manajemen Desentralisasi dengan beberapa point masih Desentralisasi tapi
dan otoritas sentralisasi sebagian besar masih sentralisasi
Kurikulum Kurikulum pendidikan diawasi oleh The Kurikulum nasional ditetapkan
Board of Education yang terdapat pada pemerintah pusat terakhir Indonesia
tingkat perfectur dan munipal, pengembangan menggunakan kurikulum 2013 dan
kurikulum masih sentralistiknya. Central ada wacana kurikulum merdeka
Council for Education (chuuou shingi belajar
kyouiku
kai) dan sekolah berperan lebih banyak dalam
pengembangan kurikulum di masa mendatang
Penjenjangan Jenjang pendidikan secara garis besar di Jenjang pendidikan secara garis
dan jalur Jepang dibagi atas beberapa jenjang yaitu: besar di Indonesia dibagi
Sekolah Dasar (Shōgakkō) dan Sekolah beberapa jenjang yaitu: Taman
Menengah Pertama (Chūgakkō) merupakan Kanak (TK) anak usia 4-6tahun;
pendidikan dasar yang ditempuh anak usia 6- Sekolah Dasar (SD) anak usia
15 tahun dan merupakan wajib belajar di 7-12 tahun. Sekolah Menengah
Negara Jepang.Lebih banyak penekanan pada Pertama (SMP), Tsanawiyah(MTs)
pendidikan karakter. Sekolah Menengah untuk anak usia 13-15 tahun;
Pertama (Chūgakkō)setingkat SMA terdiri Sekolah Menengah Atas (SMA),
dari Full Time (3 tahun penuh), Part Time Aliyah (MAN), Sekolah Menengah
(malam hari disesuaikan dengan waktu yang Kejuruan (SMK) untuk anak
dimiliki mahasiswa, setara dengan Diploma usia 16-18 tahun;Pendidikan Tinggi,
dan memakan waktu lebih dari 3 tahun). dibagi dua yaitu:Akademi/
Correspondence (kombinasi antara Full Time Politeknik
dan Part Time). Pendidikan Tinggi (Daigaku)
terdiri dari: Universitas (Bachelor's Degree
selama 4 tahun, kedokterandan dokter gigi
ditempuh selama 6 tahun) dan Pascasarjana
S2 Master's Degree ditempuh selama 2 tahun
dan S3 Doctor's Degree ditempuh selama 5
tahun). Junior College (3- 4 tahun bagi para
lulusan SMA).Technical College: Dapat
diambil bagi calon mahasiswa yang tamat
pendidikan SMP. Technical College
menghasilkan lulusan tenaga teknisi
Pendidikan Terdapat pendidikan tinggi yang mempersiap Terdapat Fakultas pendidikan yang
Guru kan guru dan untuk meningkatkan mempersiapkan guru
profesionalitas guru diadakan pelatihan atau
training-training seperti pembuatan RPP dan
juga model belajar secara berkala 16
Gaji Guru Gaji guru di Jepang sangat tinggi sehingga Gaji guru di Indonesia standar
dikatakan guru tidak perlu kerja sambilan.
Gaji guru 20-30 jt per bulan belum termasuk
extra salary dan bonus.Versi lain mengatakan
bahwa gaji guru Jepang USD 64.000 dan
termasuk 10 tertinggi di dunia
Pembiayaan Biaya pendidikan berasal dari Negara atau Pendidikan negeri sebagian besar di
pemerintah, karena Negara bertanggungjawab biayai pemerintah tapi sekolah
terhadap pemenuhan kebutuhan warganya masih memungut biaya.
termasuk memfasilitasi sarana dan prasarana Pendidikan tinggi sebagian besar
yang bermutu dalam dari mahasiswa
proses belajar mengajar
Akreditasi Terdapat tiga (per 2016) organisasi yang Terdapat Lembaga akreditasi
disertifikasi oleh pemerintah untuk nasional untuk sekolah dan
mengakreditasi perguruan tinggi diantaranya perguruan tinggi
JUAA, NIAD-QE, dan JIHEE.
Ujian Di Jepang tidak ada ujian naik kelas,semua Penilaian di sekolah meliputi
Kenaikan anak naik kelas dan diakhir SD dan SLTP pun ulangan harian, ujian mid
kelas tidak ada ujian kelulusan, siswa bebas masuk semester dan semester.
SLTP dan untuk masuk SLTA baru ada
ujian yang sangat sulit.
Ujian Ujian nasional adalah ujian ketika masuk Ujian nasional tiap jenjang
Nasional SLTA pendidikan
Guru Guru Jepang sangat loyal dan profesional Profesi guru belum merupakan
serta negara dan masyarakat sangat profesi yang terlalu dihargai
menghargai profesi guru oleh masyarakat

2.4. Pembelajaran Matematika di Jepang

Kurikulum yang ada di Jepang dikemas khusus oleh bagian perencanaan kurikulum
yang ada pada Kementrian Pendidikan (MEXT, 2006). Diketahui bahwa dalam
mengkemas sebuah kurikulum di Jepang, fokus yang ditekankan tidak pada
perubahan mata pelajaran atau metode mengajar. Dalam pengaplikasian kurikulum
jepang bersifat fleksibel dan responsif dan memungkinkan para guru untuk
bereksplorasi mengembangkan kegiatan pembelajaran menyesuaikan implementatif
yang ada di kelas. Menurut (Miliyawati, 2016), tahun 1947 adalah tahun pertama
kali kurikulum di jepang dikeluarkan yaitu tepat dengan dibentuknya UU
pendidikan di Jepang. Setelah itu kurikulum Jepang mengalami beberapa kali
perubahan dan perbaikan, yaitu pada tahun 1951, 1956, 1961, 1971, 1980, 1992,
2002, dan 2011. Dalam menyusun kurikulum, Kementerian Pendidikan negara
Jepang menekankan beberapa hal penting diantaranya yaitu: 1) standar kurikulum
nasional, 2) mementingkan tumbuhnya keharmonisan jasmani dan rohani siswa, 3)
selalu menselaraskan dengan lingkungan sekitar, 4) memperhatikan tahapan tumbuh
kembang siswa, dan 5) memperhatikan karakter penjurusan pendidikan di tingkat
SMA.

Pembelajaran matematika di Jepang sudah lama berkembang. Menurut Shotari


Tanaka (Novikasari, 2013) ada tiga masa peralihan dalam sejarah pendidikan
negara Jepang. Peralihan pertama yaitu diadopsi dari matematika barat dan terjadi
saat periode Meiji (1868-1911). Saat periode Meiji, negara Jepang melakukan
adopsi pada matematika dan melakukan penyebaran luas secara nasional.
Matematika di negara Jepang disebut dengan “Wasan” merupakan matematika
Jepang yang berkembang pada periode Edo (1603-1867) sebelum restorasi Meiji.
Peralihan kedua, muncul gerakan reformasi pada pendidikan matematika yaitu saat
periode Taisho (1912-1925). Misalnya seorang ahli pada matematika yaitu Fujisawa
dan Kikuchi yang memberi penekanan pada matematika secara khusus misalnya
analisis dan logika dalam geometri. Peralihan ketiga, sudah memberlakukan
modernisasi pendidikan matematika yaitu terjadi pada periode Showa dari tahun
1926 sampai tahun 1988. Pada masa transisi ini industri mengalami perkembangan
serta aturan dalam matematika modern jadi lebih penting. Pendidikan matematika di
Jepang mengalami perkembangan dan melakukan perubahan pada kurikulum di
tahun 1968 yaitu dengan membentuk “kajian belajar” untuk tingkat sekolah dasar.
Contohnya Toyama menemukan “metode air” lalu melakukan pengembangan,
kemudian setelah berhasil temuan ini dilakukan maka dilakukan adopsi resmi untuk
secara umum semua buku ajar di tingkat sekolah dasar.

Fokus yang diterapkan dalam kurikulum matematika Jepang yaitu pembelajarannya


ditekankan pada pemecahan masalah (Manopo & Rahajeng, 2020). Jepang sadar
bahwa ada banyak keuntungan yang didapat siswa dengan pengajaran yang bersifat
temuan atau siswa menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan. Dalam
proses pembelajarannya para guru memberi materi ajar yang bermakna dan
memberi latihan soal soal yang mengasah kemampuan siswa dalam menemukan
sehingga proses pembelajaran lebih dari sekedar mengetahui jawaban yang benar.
Tujuan proses pembelajaran demikian yaitu untuk mengajak siswa terlibat melalui
“hatsumon”, yaitu pertanyaan yang mengarah pada suatu konsep. Sehingga siswa
18di
Jepang dapat melihat adanya keterkaitan antara materi ajar dan situasi di sekitar.
Dalam proses tersebut, kemudian siswa termotivasi dan muncul rasa percaya diri.
Buku ajar matematika yang digunakan pada kurikulum Jepang, diketahui bahwa
“hatsumon” sudah muncul dari awal materi dibuat dan konteks muncul pada soal-
soal pengaplikasian yang sudah ada. Analisis diketahui bahwa pada Buku
matematika yang digunakan negara Jepang secara nasional ada 47 soal untuk materi
persamaan kuadrat. Adapun komposisi soal pada buku tersebut diantaranya soal
yang mengajak siswa melakukan analisis ada 11%, soal yang melatih siswa
melakukan evaluasi ada 2%, dan soal mencipta 4% (Manopo & Rahajeng, 2020).
berdasarkan komposisi-komposisi soal tersebut maka diketahui bahwa banyaknya
soal HOTS masih sangat rendah dibandingkan dengan negara Indonesia. Hal ini
dikarenakan pada buku ajar yang dibuat negara Jepang ada banyak pengulangan
soal-soal yang sejenis. Soal-soal sejenis lebih banyak muncul pada bagian soal
latihan drill. Secara keseluruhan, soal-soal yang dibuat memiliki banyak anak soal
yang sejenis, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk melatih siswa menjawab lebih
banyak soal yang serupa sehingga menstimulus kemampuan kelancaran siswa
dalam mengerjakan soal yang sama. Metode drill yang digunakan pada kurikulum
matematika Jepang ini dapat menjadi contoh agar dalam proses pembelajaran siswa
tidak hanya sekedar menghafal tapi juga fasih dalam operasi perhitungan dan
perpangkatan bilangan bulat, kali dan bagi bilangan yang sama bilangan dasarnya,
dan sejenisnya.

Menurut (Miliyawati, 2016) Pada umumnya struktur pembelajaran matematika


yaitu siswa menyaksikan para guru menyelesaikan soal-soal latihan yang ada pada
buku di papan tulis kemudian siswa menulis kembali jawaban tersebut. Secara
umum, guru biasanya memberi penjelasan seputar materi dengan mengungkap
rumus serta dalil yang digunakan, selanjutnya siswa berlatih dengan soal latihan
yang sudah ada pada buku paket. Menurut (Wilms, 2011) Jepang memiliki
kurikulum matematika nasional yang meresepkan konten, hasil, buku, dan metode
pengajaran. Lebih lanjut Wilms menyebutkan bahwa dalam kurikulum jepang,
kegiatan matematika selain mencakup angka, jumlah, dan angka geometris, siswa
juga harus mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dasar, mendapatkan
kemampuan untuk berpikir logis dan berpikir dengan baik serta senang melakukan
kegiatan matematika yang diberikan.

Dalam melakukan pengembangan terhadap kurikulum matematika di negara Jepang


dilakukan berdasarkan atas dasar filosofi, selanjutnya pembelajaran matematikanya
dilakukan berdasarkan teori belajar matematika terbaru yang bergantung dari 5
komponen yang saling berhubungan. Adapun lima komponen yang dimaksud
diantaranya adalah concept, skills, processes, attitudes, serta metacognition dalam
pemecahan masalah. Proses pembelajaran matematika yang diterapkan di Jepang
yaitu ditekankan pada pemecahan masalah yaitu menjadikan kegiatan memecahkan
masalah sebagai dasar dalam proses pembelajaran di kelas. Adapun pendekatan
yang digunakan guru-guru di negara Jepang dalam menerapkan proses belajar
matematika yaitu open ended, problem solving, dan discovery dengan tiga prinsip
mengajar, diantaranya: (a) tanoshii jugyou (kelas harus menyenangkan), (b) wakaru
ko (anak harus mengerti), dan (c) dekiru ko (anak harus bisa) (Miliyawati, 2016).

Terdapat tiga bentuk pengajaran yang dilakuan pada pendidikan dasar di negara
Jepang diantaranya sejumlah pelajaran, pendidikan moral, dan aktivitas khusus.
Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran di sekolah dasar yang disebut
sebagai Arithmetic dalam bahasa Inggris atau disebut juga sansu dalam bahasa
Jepang. Mata pelajaran aritmatika yang saat ini diterapkan kepada siswa terdiri dari
4 cabang diantaranya adalah melakukan perhitungan bilangan, kuantitas dan
pengukuran, gambar geometri, dan relasi kuantitatif. Adapun tujuan secara
menyeluruh dari Aritmatika yaitu: 1) untuk memperoleh ilmu pengetahuan serta
keterampilan dalam konteks bilangan, kuantitas dan gambar geometri, 2) untuk
mengembangkan kompetensi serta sikap siswa yang berkaitan dengan banyak hal di
kehidupan sehari-hari secara logis dan memiliki kemampuan berpikir secara teliti
(Novikasari, 2013).

Menurut (Novikasari, 2013) salah satu tradisi yang digunakan pada pendidikan di
negara Jepang yaitu Lesson study. Lesson study berasal dari istilah Jepang
“Jugyokenkyu” yaitu suatu pendekatan yang digunakan guna meningkatkan kualitas
pembelajaran. Lesson study yang diterapkan negara Jepang adalah kegiatan
keilmuan bagi para guru untuk bereksperimen dalam mengembangkan dan mencoba
teori belajar yang mereka miliki dan menyebarkan kegiatan yang baik. Sebagai
hasil dari pengembangan dan eksperimen terhadap penerapan Lesson study
tersebut, guru-guru matematika di negara Jepang membagi dua jenis teori dalam
mengajar, diantaranya adalah pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan open
ended. Pendekatan pemecahan masalah merupakan pendekatan yang diterapkan
dengan tujuan mengembangkan kemampuan siswa belajar matematika dengan
prinsip oleh dan untuk mereka sendiri di Jepang. Dengan kata lain, matematika
hadir dari siswa itu sendiri kemudian untuk siswa itu sendiri juga ilmu tersebut
dikembangkan. Dalam pemaknaannya yaitu proses pembelajaran yang mengajar
mengenai bagaimana belajar yaitu artinya siswa belajar untuk melakukan
20
pengembangan terhadap matematika oleh dan untuk mereka sendiri. Selanjutnya
menurut (A, 2015) open ended merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang
dalam penerapannya memulai kegiatan yang menghadapkan siswa dengan masalah
terbuka. Selanjutnya pembelajaran mengarahkan siswa untuk menggunakan
berbagai jawaban yang benar dari permasalahan yang disediakan, dengan tujuan
memberi pengalaman bermakna pada siswa saat proses menemukan sesuatu selama
proses pembelajaran.

2.5. Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pendidikan di jepang

Kelebihan sistem pendidikan di Jepang

1. Pendidikan tentang etika dan moral lebih diutamakan di Jepang daripada ilmu
pengetahuan.
Sebenarnya kunci utama kesuksesan seseorang terlihat dari faktor etikanya yang
baik, maka nanti akan mengikuti penerapan IPTEK (Ilmu pengetahuan dan
teknologi) secara baik pula.
2. Kampus dan sekolah memulai tahun ajaran baru pada musim semi, saat
mekarnya bunga sakura. Hal ini yang membuat siswa dan mahasiswa senang
mengikuti pembelajaran. Memang harus ditanam rasa suka dan senang pada saat
belajar agar tidak jenuh dalam menerima pelajaran.
3. Tidak ada Office Boy, siswa sendiri yang mengerjakan kebersihan kelas dan
sekolah. Hal ini untuk melatih siswa dalam bekerja sama, bertanggung jawab dan
menjadi pekerja keras.
4. Tingkat kehadiran siswa di sekolah Jepang adalah 99%, jadi mahasiswa yang
tidak hadir hanya 1%. Berbeda dengan di Indonesia, masih banyak budaya TA
(Titip Absen) hanya alasan yang tidak baik, misal terlambat karena bangun
kesiangan, menonton konser dan lainnya.
5. Pendidikan tentang seni sangat diterapkan pada siswa Jepang, agar mereka
mencintai budaya tradisional negara sendiri. Hal ini patut dicontoh oleh Indonesia
agar generasinya tidak mudah mengikuti arus globalisasi dan life style western
(gaya hidup barat).
6. Sangat jarang siswa yang tidak naik kelas. Hal tersebut dikarenakan siswa sangat
antusias melakukan kegiatan positif seperti ekstrakurikuler, workshop saat liburan
dan les private. Berbeda dengan siswa Indonesia yang lebih banyak  memilih
liburan ke tempat hiburan daripada mengembagkan diri.
7. Menciptakan kenyamanan dan kedekatan antara siswa dengan guru melalui
makan bersama di kelas saat jam istirahat. Hal ini menjadi salah satu cara untuk
menghilangkan sekat antara siswa dan guru, maka seperti orang tua dan anak
bahkan sahabat.
8. Tidak terdapat kesenjangan sosial antara siswa kaya dan siswa miskin. Semuanya
sama dengan menggunakan seragam pelaut. 

Kekurangan sistem pendidikan di Jepang

a.Kurangnya persaingan antar penyedia edukasi

Siswa tentu memiliki karakter yang berbeda, karena itulah, secara teori, edukasi pun
harus beragam dan kompetitif. Sayangnya, taka da hal semacam itu di Jepang.
Keragaman buku cetak dan material lainnya terbatas, belum lagi, pengembangan
material dan metode edukasi baru Jepang yang jauh dari yang diharapkan

2. Perang ujian masuk

Kini, masalah utama yang dihadapi para siswa SMP Jepang adalah kecemasan yang
berhubungan dengan ujian masuk SMA. Kebanyakan dari mereka pergi menuju
tempat les, bahkan, beberapa dari mereka belajar di beberapa tempat les sekaligus.
Tak hanya itu, anak-anak yang lebih muda pun terpengaruh dengan ujian masuk
tersebut. Sedikit abnormal kan jika seorang siswa SD baru sampai di rumah pada
pukul 10 malam setelah mengikuti les? Sebuah survei juga menunjukkan bahwa
27% dari siswa SD dan 64% siswa SMP Jepang merasa kelelahan akibat keseharian
mereka.  Ya, perang ujian masuk ini mencegah anak-anak tumbuh dengan “baik,”
membuat masa depan mereka bisa “suram.”

3. Risiko pengaturan edukasi nasional

Karena badan pemerintah yang memutuskan konten edukasi, jika badan tersebut
berbuat salah, seluruh sekolah akan kena getahnya.  Risiko ini dapat dihindari jika
kebijakan untuk membuat konten edukasi dapat ditransfer ke pemerintah lokal atau
sekolah swasta dan sebuah sistem edukasi baru dapat dicoba secara lokal lalu
disebarkan sebelum Kementerian Pendidikan membuat keputusan nasional.

4. Sistem pendidikan Jepang menolak adanya perbedaan

Siswa yang memiliki hasil lebih baik dalam bidang akademis biasanya dapat
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dengan lebih cepat di AS, karena 
absennya kurikulum nasioal membuatnya memungkinkan. Jepang memiliki sistem
edukasi yang diatur oleh kurikulum nasional dan jika seorang siswa diizinkan untuk
naik ke tingkat lebih tinggi dengan durasi lebih cepat, dapat dianggap sebagai
diskriminasi.  
5. Kontradiksi sistem pendidikan 22

Kementerian Pendidikan Jepang memutuskan kontek edukasi. Artinya, segala


sistem edukasi yang tak disetujui oleh kementerian, tak berguna. Dalam sistem
pendidikan Jepang kini, hanya melakukan apa yang disetujui kementerian dan
menghindari sistem lain adalah cara terbaik untuk memasuki universitas terkenal.
Aktivitas relawan dan komunitas, home education, dan berbagai cara ajar lain tak
berguna. Inilah kontradiksi terbesar dalam sistem pendidikan Jepang.  Di AS,
definisi edukasi lebih luas karena pemerintah pusat tak menentukan konten edukasi.
Pengalaman di dunia nyara seperti part-time dan aktivitas sosial masuk ke dalam
ranah edukasi di AS. Siswa SMA di Amerika diperbolehkan mengambil pekerjaan
part-time, sementara siswa SMA di Jepang banyak yang tak diizinkan
mengambilnya. Hasilnya, definisi edukasi pun berbeda.

6. Sistem edukasi mengganggu kebebasan edukasi dan berpikir

Deskripsi dan interpretasi dalam buku sejarah Jepang masih menjadi perdebatan.
Hal ini termasuk argument terkait kependudukan militer Jepang di negara-negara
Asia yang tertulis sebagai bakti sosial pada negara lain, bukan invasi militer
sebagaimana kenyataannya.Namun, hingga kini tak tafsir sejarah yang meluruskan
hal tersebut.Kini, ada sekitar 1.200 juta warga Jepang yang harus hidup  dalam
pandangan sejarah yang sama akibat hal tersebut.

Saat ini, sekolah-sekolah Jepang mengajarkan pandangan sejarah  terpadu. Namun,


sistem ini dapat mengganggu kebebasan pendidikan dan kepercayaan baik bagi
sayap kanan maupun kiri. Pendidikan Jepang juga harus didemokratisasikan dalam
hal ini.

 7. Sistem Jepang tidak mengembangkan inkonvensionalitas atau kreativitas

Baru-baru ini, negara-negara Asia mulai mengejar Jepang. Karena produk Asia
yang lebih murah sering kali lebih disukai daripada produk Jepang yang mahal
meski kualitasnya sama, industri Jepang harus semakin bergantung pada kreativitas
dan bersikap tidak konvensional.

8. Diskriminasi sosial baru di bidang pendidikan

Tidak ada yang bisa menyangkal fakta bahwa diplomatisme Jepang menghasilkan
diskriminasi sosial baru di sekolah. Tidak ada gunanya mencoba menyelesaikan
masalah bullying dan penolakan sekolah kecuali beberapa langkah diambil untuk
membongkar struktur diplomatisme.

2.6. Problematika Pembelajaran Matematika di Jepang


20

III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas terdapat beberapa hal yang bisa disimpulkan yaitu:
1. Filsafat pendidikan Jepang dipengaruhi ajaran konfusianisme dan karakteristik
Kekaisaran Jepang yang dilandasi nilai luhur dan kekal sedangkan Indonesia
berdasarkan nilai Pancasila.
2. Karakteristik pendidikan Jepang lebih desentralisasi dibandingkan Indonesia.
Adanya pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, daerah, masyarakat dan
orang tua.
3. Tujuan pendidikan Jepang secara umum hampir sama dengan Indonesia yaitu
pengembangkan potensi peserta didik. Tujuan Jepang lebih rinci dan memuat cukup
banyak karakter yang harus dimiliki anak-anak Jepang.
4. Jenjang pendidikan sama yaitu pendidikan dasar 9 tahun (sekolah dasar dan
sekolah menegah pertama), pendidikan menengah atas 3 tahun (umum dan
kejuruan) serta pendidikan tinggi.
5. Kurikulum Jepang lebih fleksibel dari Indonesia. Kurikulum disusun dibawah
arahan kementerian dan memberi peluang sekolah untuk menyesuaikan dengan
kondisi sekolah.
6. Pendanaan sekolah dasar dan menengah ditanggung Negara dan sumber lain
sedangkan di Indonesia masih ada iuran siswa.
7. Kualifikasi personalia pendidikan sangat profesional dan guru merupakan profesi
yang sangat dihargai begitu juga dengan kesejahteraannya sangat diperhatikan

sedangkan Indonesia standar.


8. Ujian termasuk ujian nasional ditiadakan di tingkat SD sampai SLTA, tetapi 21
24
untuk masuk SLTA ada ujian yang dikenal cukup sulit. Indonesia ujian setiap
jenjang pendidikan dan levelnya.
9. Best Practice sistem pendidikan Jepang yaitu karakter tidak dipisahkan dari
pendidikan, terintegrasi antara teori dan praktek. Penekanan kurikulum untuk
menanamkan karakter tersebut terutama untuk pendidikan dasar. Adanya kontribusi
besar masyarakat dan orang tua dalam pendidikan serta penghargaan yang sangat
tinggi terhadap profesi guru termasuk masalah.

DAFTAR PUSTAKA

http://eduarduslebe.blogspot.com/2015/11/landasan-filosofis-pendidikan.htm

Anggraini, D. (2014). Sejarah Pendidikan di Jepang. Retrieved


from
https://wartasejarah.blogspot.com/

https://ejournal.iqrometro.co.id/index.php/pendidikan/article/
download/133/112/

https://goikuzo.com/sistem-kurikulum-pendidikan-di-jepang/

http://riset.unisma.ac.id/index.php/jpm/article/view/11425/10410
https://www.shalaazz.com/8-keunggulan-sistem-pendidikan-
negara-jepang-bikin-melek/

Anda mungkin juga menyukai