Anda di halaman 1dari 10

PERMASALAHAN PENDIDIKAN DI JEPANG

Dosen Pengampu: Mintarsih, S.S., M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Muhammad Hilman Wajdi 23020104058

Surya Amelia 23020104059

Danella Mutiara Santoso 23020104063

Wildha Septyani 23020104081

Surya Candra Dwi Ananta 23020104095

Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang


Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Surabaya

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya
sehingga kami masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah dasar pendidikan semoga makalah ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.

Dalam penulisan makalah ini, saya tentu saja tidak dapat menyelesaikannya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada dosen
pengampu Ibu Mintarsih, S.S., M.Pd.Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna karena masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami dengan segala kerendahan
hati meminta maaf dan megharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan ke depannya.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan semoga materi yang ada dalam makalah ini dapat
bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.

Surabaya, 8 November 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB
I..........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN........................................................................................................................
3
1.1 Permasalahan............................................................................................................... 3
1.2 Kejadian dan
Lokasi.....................................................................................................3
1.3 Solusi Terhadap Permasalahan....................................................................................5
BAB III.......................................................................................................................................6
PENUTUP..................................................................................................................................6
1.1 Kesimpulan..................................................................................................................6
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................................................7

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan adalah fondasi dari kemajuan suatu negara. Jepang, sering dianggap
sebagai salah satu negara dengan sistem pendidikan yang sangat berkualitas di dunia,
telah lama dikenal atas prestasi akademik tinggi, literasi yang kuat, dan kemampuan
matematika yang luar biasa. Namun, di balik pencapaian-pencapaian cemerlang ini, ada
tantangan dan masalah yang perlu diatasi dalam sistem pendidikan Jepang.

Pertama-tama, tekanan akademik yang tinggi pada siswa adalah salah satu masalah
utama. Sistem ujian yang kompetitif dan kurikulum yang padat sering kali menciptakan
tekanan besar pada siswa, yang dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mental
mereka. Di samping itu, terdapat keprihatinan tentang kurangnya ruang untuk kreativitas
dalam pendidikan, dengan pendekatan yang lebih cenderung berfokus pada hafalan dan
penilaian standar. Perubahan dalam kebijakan pendidikan juga merupakan faktor yang
memengaruhi dinamika pendidikan di Jepang. Perubahan dalam kurikulum dan evaluasi
siswa dapat memengaruhi kualitas pendidikan secara keseluruhan.

Makalah ini akan menjelajahi lebih dalam masalah-masalah ini dan solusi pemerintah
mengenai masalah ini. Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang tantangan ini,
kita dapat mencapai tujuan pembelajaran yang lebih seimbang dan berkelanjutan, serta
menghadirkan masa depan yang lebih cerah bagi generasi penerus Jepang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Kasus Bullying di Nagoya, Prefektur Aichi
2. Kasus bullying di Hokkaido Asahikawa
3. Permasalahan mental health guru di Jepang
4. Permasalahan ekonomi dan kemajuan teknologi pendidikan di Jepang
5. Meningkatnya angka bunuh diri di Jepang
6. Gangguan mental kecanduan game dalam masa pendidikan di Jepang

1.3 Tujuan

Bagaimana cara masyarakat, pemerintah kota, dan negara dalam menangani kasus dan
permasalahan pendidikan yang ada di Jepang.

1
BAB II

PEMBAHASAN

1.1. Permasalahan

Pendidikan telah menjadi landasan penting dalam pembangunan dan pertumbuhan


suatu negara. Jepang, dengan pencapaian pendidikan yang mengesankan, sering
dianggap sebagai model sistem pendidikan yang sukses. Namun, di balik kesuksesan
tersebut, ada beberapa permasalahan yang perlu diperhatikan.

Semua permasalahan ini adalah tantangan yang perlu diatasi dalam upaya untuk
meningkatkan sistem pendidikan Jepang. Meskipun negara ini telah mencapai banyak hal
dalam pendidikan, ada ruang untuk perbaikan yang dapat menciptakan lingkungan
pembelajaran yang lebih seimbang, kreatif, dan berkelanjutan. Dalam tulisan ini, kami
akan mengeksplorasi upaya dan solusi yang mungkin untuk mengatasi permasalahan ini
dan meningkatkan sistem pendidikan Jepang menuju masa depan yang lebih cerah.

1.2. Kejadian dan Lokasi


Ada beberapa kejadian dan lokasi dimana permasalahan pendidikan di Jepang terjadi,
antara lain yaitu:
1) Bullying di Nagoya, Prefektur Aichi pada hari selasa (12/3/2019)
Kasus bullying kerap terjadi dalam instansi pendidikan di Jepang dan kian
meningkat, kasus bullying ini dialami oleh 2 siswi SD di Jepang yang masing-
masing berusia 12 tahun, siswi kelas 6 ini kompak bunuh diri dengan loncat dari
gedung apartement dengan meninggalkan catatan berisi penyebab mereka nekat
mengakhiri hidup, yakni kerap menjadi korban bullying di sekolah, mereka tidak
tahan dengan pernyataan verbal bernada pelecehan. Sementara itu dinas
pendidikan kota mengaku tak pernah menerima laporan soal kasus bullying
terhadap kedua siswi tersebut. Setelah kejadian ini, dinas pendidikan kota
mengirimkan penasihat ke sekolah untuk memberikan dukungan emosional
kepada rekan-rekan korban yang terguncang dengan aksi bunuh diri ini.
2) Bullying di Hokkaido, Asahikawa pada Maret 2021
Saaya Hirose, seorang gadis yang berusia 14 tahun ditemukan mati membeku
karena menjadi sasaran pelecehan kasar dan pelecehan melalui internet oleh
seniornya. Bullying terjadi bulan April dan Juni 2019, tak lama setelah Hirose
masuk sekolah menengah pertama. Pada tanggal 22 Juni 2019, Hirose melakukan
upaya bunuh diri dengan melompat ke sungai namun masih bisa diselamatkan,
setelah kejadian itudia pindah ke SMP lain. Hirose memberitahu seorang teman
daringnya bahwa dia ingin mati dan meninggalkan rumah, mayat Hirose
ditemukan di taman dengan tertutup salju pada 23 Maret 2021. Ibu Hirose

2
berulang kali meminta komite sekolah untuk menangani dan campur tangan,
namun komite sekolah tidak pernah melakukan penyelidikan menyeluruh.
3) Mental health, Jepang, 2021
Sepanjang 2021, Jepang mencatat rekor tertinggi jumlah guru di sekolah
umum berhenti dari pekerjaannya dengan alasan demi kesehatan mental, Jumlah
tersebut lebih tinggi 171 orang dibandingkan data dari survei pada 2018. Jumlah
guru yang berhenti bekerja karena penyakit mental mencapai 8% dari total 12.652
guru lainnya. Dalam survei kementerian pendidikan, kebudayaan, olahraga, sains
dan teknologi ada sebanyak 571 guru di SD, 277 guru di SMP, dan 105 guru di
SMA meninggalkan pekerjaannya karena penyakit mental. Ditemukan juga
jumlah guru di sekolah umum yang mengambil cuti karena masalah psikologis,
mencapai rekor tertinggi sebanyak 5.897 orang pada tahun ajaran yang sama.
Faktor pemicu guru-guru di Jepang berhenti mengajar adalah jam kerja yang
panjang, peningkatan beban kerja yang besar membuat mereka kesulitan
mengambil cuti ketika sakit. Ditegaskan, upaya menangani kesehatan mental guru
dipandang sebagai masalah pendidikan yang mendesak.

4) Permasalahan ekonomi dan kemajuan teknologi dalam pendidikan di Jepang,


Kyoto 2022.

Mulai tahun akademik pada 2022 mendatang, Dewan Pendidikan Prefektur


Kyoto akan mewajibkan semua calon siswa yang mendaftar ke SMA negeri di
prefektur tersebut untuk membeli tablet elektronik yang diperkirakan berharga
60.000-70.000 (sekitar 7,8-9,1 juta rupiah) dan membayarnya lunas. Lebih
parahnya lagi, SMA bukanlah pendidikan wajib di Jepang, sekolah negeri saja
harus membayar, membuat keluarga calon siswa menyuarakan kekesalan mereka
terkait beban finansial yang bertambah itu. Faktanya, saat ini sedang diberlakukan
pedoman nasional bagi setiap siswa SMA agar dilengkapi dengan perangkat
elektronik. Berbeda dengan siswa SD dan SMP, tidak ada ketentuan APBN untuk
perangkat semacam itu bagi siswa SMA.

Pada tahun ajaran 2021, lima SMA negeri di Kyoto telah menerapkan persyaratan
tablet sebagai bagian dari gelombang pertama sekolah.
Dengan instruksi ketat di mana mereka harus membeli iPad generasi ke-8 secara
spesifik, artinya setiap sisanya harus mengeluarkan biaya tambahan sebesar
68.090 yen.

5) Permasalahan angka bunuh diri di Jepang

Nanae Munemasa masih duduk di sekolah dasar ketika dia mulai ditindas
kawan-kawannya.
Dia juga mengatakan kalau dirinya pernah dipukuli dengan sapu oleh teman laki-
lakinya, sampai diserang saat pelajaran berenang. Nanae tak sendirian. Ada
banyak anak-anak lainnya di Jepang dan di seluruh dunia yang mengalami kasus

3
serupa. Mereka juga sama-sama ingin mencabut nyawanya sendiri. Parahnya, di
Jepang sendiri, ada tanggal-tanggal khusus di mana anak sekolah melakukan aksi
nekatnya itu. Ada banyak anak sekolah di Jepang yang memutuskan bunuh diri di
tanggal 1 September setiap tahunnya. Tanggal 1 September, merupakan tanggal
favorit di Jepang untuk bunuh diri dibanding 364 hari lainnya. Pemilihan tanggal
ini sebagai tanggal keramat bunuh diri bukanlah tanggal acak tanpa sebab.
Ternyata tanggal 1 September merupakan tanggal awal permulaan dimulainya
kegiatan belajar mengajar di Jepang setelah libur musim panas.
Seperti diketahui, Jepang adalah negara yang punya angka bunuh diri tinggi di
dunia. Parahnya lagi, angka bunuh diri yang tinggi ini didominasi oleh orang
berusia 15-39 tahun.
Pemerintah mencatat bahwa ada 18.048 remaja yang berusia di bawah 18 tahun,
bunuh diri di tahun 1972-2013. Nanae termasuk remaja yang berpikir panjang.
Sempat terlintas keinginan bunuh diri, namun dia membatalkannya.

6) Gangguan mental kecanduan game dalam masalah pendidikan di Jepang, Tokyo


2019.

Para orang tua di Jepang resah. Itu karena angka kecanduan main game di Jepang
dari waktu ke waktu kian meningkat.
Survei Kementerian Pendidikan di tahun ini menunjukkan bahwa 17 persen anak-
anak usia 6-12 tahun menghabiskan waktu lebih dari empat jam dalam sehari untuk
bermain game. Itu naik 9 persen dari survei serupa yang dilakukan pada 2017. Para
pakar dan orang tua khawatir masalah kecanduan itu terus berkembang tidak akan
terselesaikan. Terlebih, pemerintah pusat tidak membuat kebijakan sebagai solusi.
Berbeda dengan Tiongkok dan Korea Selatan (Korsel), kedua negara itu telah
memberlakukan pembatasan drastis pada jam bermain game untuk anak-anak dan
remaja selama beberapa tahun terakhir. Dan Sejauh ini baru Prefektur Kagawa
yang memiliki aturan terkait pembatasan bermain game. Aturan itu diterapkan
sejak April 2020. Di wilayah tersebut, anak-anak direkomendasikan dibatasi
bermain game 60 menit per hari di hari sekolah dan 90 menit di hari libur.
Permainan game online hanya sampai jam 9 malam. Untuk anak usia 12-15 tahun
boleh sampai jam 10 malam. Aturan tersebut tidak memiliki konsekuensi hukum
tapi para orang tua ataupun walinya didesak untuk memastikan anak-anaknya bisa
patuh.

1.3. Solusi Terhadap Permasalahan


Adapun solusi dari pemerintah atau negara terhadap permasalahan yang sedang
dialami tersebut, seperti:
1) Pemerintah kota Asahikawa awalnya mengatakan bahwa Hirose tidak menghadapi
perundungan. Tetapi pada Maret 21 keluarga Hirose menegaskan bahwa Hirose
mengalami bullying. Pemerintah Asahikawa, Jepang akan menyelidiki kembali
kasus bullying yang dibantah oleh pejabat dewan pendidikan pada 2 tahun lalu.

4
Shinichi Kurowarabi, kepala dewan pendidikan meminta maaf atas karena gagal
mendeteksi penindasan tersebut.
2) Pihak kementerian Jepang sedang melakukan berbagai cara agar tidak kekurangan
guru salah satunya adalah memperbaiki kondisi kerja mereka dan secara
signifikan dengan meningkatkan asisten bagi guru. Untuk mengurangi tekanan
psikologis yang umum terjadi dalam profesi guru, dukungan sosial dan
lingkungan harus diberikan sekolah untuk lebih mendorong keberhasilan
peningkatan ketahanan dan harga diri guru.

3) Dewan Pendidikan Prefektur Kyoto telah menanggapi kekhawatiran para orang


tua dengan menyatakan bahwa mereka saat ini sedang mengembangkan sistem
mereka sendiri untuk keluarga berpenghasilan rendah agar bisa menyewa tablet
atau membayarnya menggunakan pinjaman tanpa bunga. Tablet juga berfungsi
agar para siswa dapat mengumpulkan catatan studi mereka di satu perangkat
selama tiga tahun dan terus mengaksesnya, bahkan setelah kelulusan.

4) Pemerintah Jepang bekerja sama dengan salah satu lembaga yang menangani
kasus bunuh diri yaitu The Nippon Foundation Sucide sebagai upaya menurunkan
kasus bunuh diri, dan juga ada program-program pencegahan bunuh diri di
lingkungan kerja dan pendidikan. Ini mencakup pelatihan bagi guru, staf sekolah,
dan pengusaha untuk mengenali tanda-tanda bahaya dan menyediakan dukungan.

5) Sebagian dari mereka akhirnya membentuk grup swadaya di Tokyo sejak 2019
lalu. Mereka berkumpul setiap bulan untuk saling cerita dan berbagi solusi guna
mengatasi kecanduan game anak-anak mereka.

5
BAB III

PENUTUP

1.1. Kesimpulan

Mengakhiri eksplorasi tentang masalah pendidikan di Jepang, kita menyadari bahwa,


meskipun sistem pendidikan Jepang telah mencapai banyak prestasi, masih ada
permasalahan yang perlu diatasi. Dari tekanan akademik yang tinggi hingga kurangnya
ruang untuk kreativitas, perubahan dalam kebijakan pendidikan, hingga kesenjangan
dalam akses dan kualitas pendidikan, permasalahan ini menandai tantangan kompleks
yang dihadapi Jepang dalam membangun masa depan pendidikan yang lebih baik.

Melalui kerja sama antara pemerintah, guru, orangtua, dan masyarakat, Jepang dapat
terus mempertahankan sistem pendidikannya yang kuat, sambil menciptakan lingkungan
pembelajaran yang lebih seimbang dan berkelanjutan. Pendidikan yang berkualitas adalah
kunci untuk memastikan masa depan yang cerah bagi generasi penerus Jepang dan untuk
menjawab tantangan-tantangan global yang ada. Dengan komitmen bersama, kita dapat
melihat perubahan positif dalam sistem pendidikan Jepang, yang pada gilirannya akan
membentuk masa depan yang lebih cemerlang.

6
DAFTAR PUSTAKA

https://kaltimpost.jawapos.com/mancanegara/14/12/2022/angka-anak-
kecanduan-game-di-jepang-naik

https://www.google.com/amp/s/health.detik.com/berita-detikhealth/d-6878979/
beban-kerja-berat-ratusan-guru-di-jepang-resign-ngajar-gegara-kena-mental/amp

https://japanesestation.com/news/buzz-from-japan/kyoto-paksa-siswa-sma-
untuk-membeli-tablet-orang-tua-kesal

https://www.google.com/amp/s/www.inews.id/amp/news/internasional/di-bully-2-
siswi-sd-di-jepang-bunuh-diri-loncat-dari-apartemen

https://www.google.com/amp/s/www.wowkeren.com/amp/berita/tampil/
00423181.html

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150901150126-277-75927/1-
septembertanggal-keramat-untuk-bunuh-diri-di-jepang

Anda mungkin juga menyukai