OLEH :
HALAMAN PENGESAHAN
(Persero) Unit Pelaksana Transmisi (UPT) Makassar mulai tanggal 04 Maret s/d 22
Agustus 2021.
Spv. Enjiniring
PT. PLN (Persero) UPT Makassar
Mengetahui,
Laporan Praktik Kerja Lapangan ini telah diterima dan disahkan sebagai salah
satu syarat kelengkapan untuk memenuhi persyaratan kelulusan mata kuliah Praktik
Kerja Lapangan pada Program Studi D3 Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro
Disahkan oleh:
Pembimbing PKL,
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat SWT. atas segala rahmat
ini sebagai hasil dan bentuk tanggung jawab dari kegiatan PKL yang dilaksanakan
mulai tanggal 04 Maret 2021 sampai tanggal 22 September 2021 yang bertempat di
Dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan dan penulisan laporan PKL ini,
pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
1. Bapak Prof. Ir. Muhammad Anshar, M.Si., Ph.D., selaku Direktur Politeknik
2. Bapak Krie Elison Frinses, selaku Manager Bagian Perencanaan dan Evaluasi
3. Supervisor dan seluruh jajaran Staf dan Pegawai PT PLN (Persero) UPT
Makassar.
4. Bapak Ahmad Rizal Sultan, S.T., M.T., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik
6. Dr. Ir. Satriani Said, M.T., selaku pembimbing PKL yang telah mencurahkan
7. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Elektro yang selama kurun waktu 3 tahun
8. Kedua orangtua tercinta dan keluarga yang selalu memberikan doa, semangat
kurun waktu 3 tahun ini dengan suka-duka yang ada dan selalu memberikan
10. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang yang telah
Penulis menyadari bahwa laporan PKL ini masih kurang sempurna, sehingga
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan di
masa mendatang. Semoga laporan ini dapat memberikan ilmu dan manfaat bagi
para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) UPT Makassar .....................10
DAFTAR TABEL
BAB 1
PENDAHULUAN
yang ada di Sulawesi Selatan yang memiliki visi yang sejalan dengan tuntutan kerja
saat ini dimana menjadikan Politeknik Negeri Ujung Pandang sebagai pusat
pendidikan professional yang mandiri dan menghasilkan luaran yang unggul dan
berakhlak mulia. Oleh karena itu komposisi kurikulum untuk Program Studi tidak
terlepas dari komponen Praktek Kerja Lapangan (PKL) sebagai wahana pelatihan
pekerjaan industri secara nyata dan menjadi tenaga kerja yang ahli nantinya.
Dalam menjaga kontinuitas penyaluran tenaga listrik tentu dibutuhkan kerja sama
dalam membentuk tenaga kerja yang handal dan berkualitas antara dunia industri,
Salah kegiatan yang penulis lakukan saat menjalani masa PKL adalah
yang selanjutnya akan dijadikan acuan dalam setting proteksi rele jarak (distance
relay).
Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu proses perkuliahan yang
wajib ditempuh oleh setiap mahasiswa PNUP, Program Studi D3 Teknik Listrik,
yang harus diketahui oleh mahasiswa. Tujuan dari praktik kerja lapangan adalah
sebagai berikut:
sebagai berikut.
1. Bagi Mahasiswa
c. Melatih diri agar tanggap dan peka dalam menghadapi situasi dan kondisi
2. Bagi Kampus
a. Mencetak calon tenaga kerja yang terampil dan jujur dalam menjalankan
tugas;
bidangnya;
Politeknik.
dari tanggal 04 Maret 2021 hingga 22 Agustus 2021 di PT. PLN (Persero) Unit
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk penulisan laporan ini yaitu
sebagai berikut:
1.5.1 Observasi
1.5.2 Wawancara
1.5.3 Dokumentasi
data pekerjaan yang terkait dengan permasalahan transmisi dan gardu induk,
berupa buku dasar dan pedoman, form pekerjaan, single line diagram, dan
sebagainya.
Laik Operasi (SLO) antara lain, pengujian impedansi saluran transmisi, pengujian
penghantar. Namun, pada laporan Praktik Kerja Lapangan ini dibatasi untuk
GI Bantaeng New.
(Enam) Jurusan Teknik Elektro Program Studi D3 Teknik Listrik Politeknik Negeri
BAB I : PENDAHULUAN
laporan ini.
Berisi penjelasan mengenai sistem tenaga listrik secara umum dan saluran
transmisi.
BAB IV : PEMBAHASAN
BAB V : PENUTUP
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Berawal di akhir abad 19, bidang pabrik gula dan pabrik ketenagalistrikan di
Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak
di bidang pabrik gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit tenaga lisrik untuk
keperluan sendiri.
Belanda tersebut oleh Jepang, setelah Belanda menyerah kepada pasukan tentara
Jepang di awal Perang Dunia II. Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir
Perang Dunia II pada Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu.
Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh listrik melalui delagasi
Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan Pemimpin KNI Pusat
pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW dan pada tanggal 1 januari 1961,
Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pemimpin Umum
Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang listrik, gas dan kokas yang
dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang sama, 2 (dua) perusahaan
negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik
milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas diresmikan.
Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 17, status
bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status PLN beralih
dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga sebagai
2.2.1 Visi
Visi dari PT. PLN (Persero) yaitu “ Diakui sebagai perusahaan kelas
2.2.2 Misi
kehidupan masyarakat.
2.2.3 Motto
beralamat di Jl. Gunung Latimojong No. 21, Kec. Bontoala, Kota Makassar,
gardu induk secara efisien dengan mutu dan keandalan yang baik. PLN UPT
Makassar membawahi 7 Unit Layanan Transmisi dan Gardu Induk (ULTG) dan 46
Gardu Induk yang tersebar di dua provinsi yakni Provinsi Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Tenggara. Aset PLN UPT Makassar saat ini untuk panjang transmisi
Struktur organisasi merupakan salah satu aspek penting dalam organisasi atau perusahaan. Adapun struktur organisasi PT PLN
Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) UPT MakassarSingle Line Diagram PT. PLN (Persero) UPT Makassar
BAB III
TEORI DASAR
Sistem tenaga listrik adalah suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen, antara lain unit pembangkitan, saluran transmisi, gardu induk dan
jaringan distribusi yang berhubungan sedemikian rupa dan berkerja sama untuk
melayani kebutuhan tenaga listrik bagi pelanggan sesuai kebutuhan. Secara garis
besar sistem tenaga listrik dapat digambarkan dengan skema gambar berikut:
1. Unit pembangkitan
terdiri dari generator pembangkit tenaga listrik yang digerakkan oleh turbin.
cara mengubah energi primer yang berasal dari sumber energi lain, misalnya
air, batu bara, panas bumi atau minyak bumi menjadi energi listrik.
2. Saluran transmisi
berupa konduktor yang dibentang antara pembangkit dan gardu induk pusat
beban atau antar gardu induk. Saluran transmisi berfungsi untuk menyalurkan
daya atau energi listrik dari pusat pembangkitan ke gardu induk pusat beban
3. Gardu induk
Gardu Induk merupakan komponen sistem tenaga listrik yang terdiri dari
yang terletak antara saluran transmisi dan jaringan distribusi. Gardu induk
tegangan sistem.
4. Jaringan distribusi
terdiri dari penghantar yang dibentang mulai dari gardu induk sampai dengan
listrik.
Akan tetapi pada penelitian kali ini, pembahasan akan difokuskan pada
(generator station) hingga gardu induk (GI) yang kemudian diteruskan melalui
menyalurkan daya listrik melalui kawat telanjang yang digantung pada menara
(tower) transmisi dengan perantara isolator dan saluran kabel tanah yang
menyalurkan daya listrik melalui kabel yang ditanam di bawah permukaan tanah.
Saluran transmisi tenaga listrik tersusun oleh suatu parameter saluran yang
ini merupakan salah satu pertimbangan utama dalam perencanaan saluran transmisi.
Impedansi seri dibentuk oleh resistansi dan induktansi yang terbagi rata disepanjang
saluran. Keandalan saluran transmisi dari sistem tenaga listrik ini dipengaruhi oleh
rugi daya (power loss) pada saluran transmisi. Jika tidak ada keterangan lain, maka
yang dimaksudkan dengan istilah resistansi adalah resistansi efektif dari suatu
penghantar adalah:
3.3 Konduktor
yang berbahan tembaga dan alumunium, namun karena tembaga lebih mahal maka
secara mekanik maka dari itu diperkuat oleh baja pada intinya agar kuat mekanik
tinggi, kekuatan tarik mekanikal tinggi, ringan, murah, dan tidak mudah patah.
Penggunaan ACSR ini juga karena adanya pengaruh skin effect pada saluran
maka dari itu pemakaian konduktor ACSR dengan allumunium yang mempunyai
penyaluran listrik.
biasanya untuk tegangan 500 kV (SUTET) satu fasa memiliki 4 kawat konduktor
yang disatukan, untuk tegangan 150 kV (SUTT) satu fasa menggunakan dua kawat
satu kawat konduktor dengan ukuran konduktornya lebih besar. Untuk tegangan
dibawah itu satu fasa hanya menggunakan satu kawat konduktor. Memperbanyak
konduktor pada fasa juga dikarenakan skin effect, karena semakin banyak
BAB IV
PEMBAHASAN
Konduktor Jenis ACCC dipilih karena memiliki konduktivitas yang lebih besar.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengukuran nilai impedansi saluran untuk
dengan menyambungkan dengan alat injeksi primer CPC100 yang biasa digunakan
pada saluran udara dan kabel power. Alat uji ini dapat digunakan untuk mengukur
impedansi saluran dan kabel, k factor, hubungan timbal balik dari kabel power dan
kabel sinyal, serta dapat mengukur impedansi pentanahan, alat ini dilengkapi
dengan CP GB1 sebagai unit proteksi penangkal surja yang melindungi pengguna
maupun peralatan dari bahaya tegangan tinggi jika terjadi peristiwa yang tidak
uji.
CPC100.
1. Kabel Booster
BOOSTER CP CU1.
2. Kabel coax. V1 AC
AC pada CPC 100 dengan output arus I AC pada CP CU1 dan sebagai
5. Kabel pentanahan
6. Short-circuit bar
CU1 ketika keluarannya tidak terhubung dengan input arus I AC pada CPC
100.
saat melakukan pengukuran pada saluran udara atau kabel power. Apabila
tegangan tinggi muncul dalam waktu singkat pada terminal objek, akan
tanpa merusak grounding box. Apabila busur terjadi dalam waktu yang lebih
Rangkaian pengukuran ini tersusun atas CPC 100, CP CU1 dan CP GB1
grounding box apabila pengukuran dilakukan pada saluran udara atau kabel power.
CP CU1 merupakan unit kopling (coupling unit) yang dapat dikontrol oleh
CPC 100 melalui interface BOOSTER. CP CU1 menyediakan sinyal arus yang
dapat diprogram pada keluaran arus I OUT dan fasilitas pengukuran arus keluaran
dan tegangan pada terminal benda uji. Kisaran arus injek 10 A, 20 A, 50 A atau 100
A diatur melalui software CPC 100, sedangkan kenop kisaran arus pada panel depan
Arus keluaran dan tegangan pada terminal benda uji, dalam hal ini saluran
udara, yang terhubung pada input tegangan V SENSE CP CU1 diproses untuk
kemudian diukur oleh CPC 100. Arus keluaran ditransformasikan oleh sebuah
transformator arus dengan ratio 100 A : 2,5 A kemudian rangkaian sekunder dari
transformator arus tersebut dihubungkan ke output arus I AC. Arus yang telah
1. Tekan tompol Options pada CPC 100, sehingga jendela Options dengan tab
2. Pilih CU1 pada External booster. Rasio CT dan VT diatur berdasarkan rasio
3. Tekan tombol seletor Test Card View pada CPC 100 kemudian tambahkan
4. Buka daftar item Output Range. Daftar item akan menampilkan kisaran arus
CU1:100 A.
pengukuran, perlu dihitung estimasi dari tegangan open-line terlebih dahulu dengan
1. Pastikan Pemisah tanah (grounding switch) pada kedua sisi saluran udara,
baik near end maupun far end, dalam kondisi terpasang. Apabila grounding
2. Pastikan koneksi pentanahan pada far end bus tidak dilepas selama prosedur
pengujian.
3. Sebagai tambahan grounding switch, tanahkan saluran udara pada near end
bus menggunakan set grounding yang terdiri atas tiga kabel dengan arus
saluran udara.
4. Lepas grounding switch pada sisi near end kemudian ukur arus arus yang
klem ammeter.
Dimana 𝑉𝑒𝑠𝑡 [𝑉] merupakan tegangan open-line dalam satuan Volt, 𝐼𝑚𝑒𝑎𝑠 arus
tegangan tinggi.
saluran udara yang akan diukur impedansinya dengan mengikuti cara di bawah ini.
gambar berikut.
9. Hubungkan CPC 100 dengan CP CU1 sesuai gambar rangkaian 4.9 seperti
gambar 4.13.
11. Lepas PMS tanah dan baca voltmeter pada CP CU1 dari luar zona
Terdapat 7 skema dalam pengujian impedansi saluran ini, antara lain fasa R
– fasa S (L1-L2), fasa S – fasa T (L2-L3), fasa R – fasa T (L1-L3), fasa R – tanah
(L1-E), fasa S (L2-E), fasa T (L3-E) dan fasa RST - tanah (L1L2L3-E). Untuk
pengukuran impedansi saluran line-to-line digunakan skema L1-L2, L2-L3 dan L1-
L2-E, dan L3-E. Sedangkan, untuk pengukuran impedansi urutan nol (Z0)
dinaikkan bertahap dari 30 Hz hingga 130 Hz dengan waktu 2,0 sekon. Berikut hasil
Results:
State Nr.: CT sel VT sel φ R X Binary Time Overload
Pada tabel 4.2 hingga tabel 4.8 berikut dapat dilihat pada kolom CT sel, arus yang diinjek pada objek uji konstan sebesar 10 A.
Sedangkan pembacaan tegangan semakin tinggi seiring dengan bertambahnya frekuensi. Sudut transmisi dinyatakan dengan simbol Φ,
sementara R merupakan tahanan yang bersifat resistif dan L merupakan tahanan yang bersifat induktif. Nilai R cenderung konstan
sementara nilai X bertambah seiring dinaikkannya frekuensi. Hal tersebut sesuai dengan turunan dari rumus impedansi untuk tahanan
Z = R + j(2πfL)..................................................................................................................................................................................... (4.1)
Pada beberapa kondisi terjadi overload yang disebabkan oleh adanya induksi. Hasil pengujian saat terjadi induksi tersebut tidak dapat
digunakan. Namun, karena frekuensi yang digunakan di Indonesia adalah 50 Hz dan sepanjang pengujian, tidak pernah terjadi overload
pada kisaran frekuensi tersebut, maka hasil pengujian dapat digunakan sebagai acuan untuk perhitungan rele jarak (distance relay).
Measured Impedances
ZL1-L2 ZL2-L3 ZL1-L3 ZL1-E ZL2-E ZL3-E ZL1L2L3-E
R/Ω 2.585 2.564 2.623 4.387 4.213 4.132 3.393
X/ Ω 11.999 12.055 13.342 8.803 9.065 9.252 4.874
Z/Ω 12.274 12.325 13.597 9.836 9.996 10.132 5.939
φ/° 77.84 77.99 78.88 63.51 65.07 65.93 55.15
Tabel 4.9 berikut merupakan rangkuman hasil pengujian pada frekuensi 50 Hz umtuk ketujuh skema yang ada. Adapun
parameter yang terukur adalah tahanan resistif (R), tahanan induktif (X), impedansi (Z) dan sudut transmisi (Φ).
Untuk keperluan proteksi setting rele jarak (distance relay) umumnya digunakan impedansi urutan positif Z1 = ZL.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari Praktik Kerja Lapangan yang penulis
laksanakan pada PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Transmisi (UPT) Makassar
2. Hasil pengukuran impedansi dari skema line-to-line L1-L2, L2-L3 dan L1-
skema line-to-ground L1-E, L2-E dan L3-E. Untuk keperluan proteksi setting
ZL.
5.2 Saran
2. Pada penghantar yang memiliki tegangan induksi besar tidak dapat dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
PT. PLN (Pesero). 2014. Buku Pedoman Saluran Udara Tegangan Tinggi dan
Ekstra Tinggi (SUTT/SUTET).
Rakhman, Alief (2021). Saluran Transmisi pada Sistem Tenaga Listrik. Diakses
pada 28 September 2021 dari https://rakhman.net/electrical-id/saluran-
transmisi-sistem-tenaga-listrik/
Suhadi, dkk. 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik. Jakarta: Direktorat Pembinaan