Anda di halaman 1dari 17

DETAIL BAGIAN-BAGIAN JEMBATAN – Bagian 1

2.1 Kepala Jembatan


Kepala jembatan merupakan bagian yang mendukung gelagar jembatan, sedangkan
kepala jembatan ini didukung oleh pondasinya untuk meneruskan beban-beban dari atas ke
tanah dasar.

Berdasarkan tinggi jembatan, kepala jembatan dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1. Kepala jembatan sayap


2. Kepala jembatan landas

Kepala jembatan sayap digunakan untuk jembatan dengan tinggi maksimum 4,00 m,
sedangkan jembatan dengan tinggi lebih dari 4,00 m digunakan kepala jembatan landas.

2.1.1 Kepala Jembatan Sayap

Kepala jembatan sayap terdiri dari tembok muka dan tembok sayap. Untuk tembok muka
bentuk dan ukuran kepala jembatan sayap seperti gambar 2.1.1.a.

Gambar 2.1.1.a : Kepala Jembatan Sayap

Hal-hal yang perlu diperhatikan :

1. Lebar tembok muka bagian bawah d = 0,47 H.


2. Tembok bagian muka (yang berada di sisi sungai) dibuat tegak dan bagian belakang
dibuat dengan kemirinagn 5 : 1
3. Pondasi lebih lebar 0,10 – 0,20 m ke luar dan ke dalam

1
4. Kedalaman pondasi tergantung kondisi tanah dasar sungai, jika kondisi tanahnya
sedang (tidak terlalu keras dan tidak terlalu lunak) dibuat 0,80 – 1,20 m, untuk kondisi
lain menyesuaikan.
5. Balok gelagar masuk sekitar tinggi gelagar (0,30 – 0,40 m) dan bagian lurus/datar
bidang atas 0,20 – 0,30 m
6. Bidang miring atas 1 : 5
7. Panjang tembok muka sama dengan lebar jembatan ditambah 0,35 – 0,40 m di bagian
kiri dan kanan

Untuk tembok sayap ketentuannya sebagai berikut :

1. Lebar ujung d1 = d

2. Tembok untuk tumpuan sandaran lebar 0,40 m

Lebih lengkapnya lihat gambar 2.1.1.b.

Gambar 2.1.1.b : Tembok Sayap

2.1.2 Kepala Jembatan Landas

Jika tinggi jembatan lebih dari 4,00 m, jika digunakan kepala jembatan sayap lebar
bawahnya akan cukup besar, sehingga pondasinya sangat besar dan mahal. Maka untuk
jembatan yang tingginya lebih dari 4,00 m digunakan kepala jembatan landas yang bentuknya
seperti gambar 2.1.2.

2
20-30 Muka JR

dt
1:6

dg

50
MAB MAB
d4 d1

H 4,00
20:1
d3 d3

h
Dasar sungai

h/2

80-120
Gambar 2.1.2 : Kepala Jembatan Landas
Ukuran-ukuran konstruksi pada kepala jembatan landas sebagai berikut :
d1 = 0,80 ( 0,80 + 0,12 H + 0,025 W )
d2 = 0,30 + 0,17 h + 0,21 W  jika W kecil diambil W = 2,40 m

dt =¾ +

dg = 1 dt

Keterangan :
H = tinggi jembatan m
W = bentang jembatan m
w = jarak pelengkung m (jika kecil dianggap 4,00 m)
R = jari-jari busur m
Sebagai contoh, misalnya untuk :
H = 4,50 m,
h = 3,00 m,
W = 10,00 m,
w = 2,40 m,
r = ½ w = ½  2,40 = 1,20 m,
maka :
d1 = 0,80 ( 0,80 + 0,12 H + 0,025 W )
= 0,80 ( 0,80 + 0,12  4,50 + 0,025  10,00 ) = 1,27 m
d4 = d1 = 1,27 m

3
d2 = 0,30 + 0,17 h + 0,21 w
= 0,30 + 0,17  3,00 + 0,21  2,40 = 1,31 m
d3 = d2 = 1,31 m

dt =¾ +

, ,
=¾ + = 0,18 m

dg = 1 dt = 1  0,18 = 0,24 m

Hal lain yang perlu diperhatikan :


Untuk mencegah pengaliran melalui bagian urung-urung, maka pada bagian urung-urung
ini dipasang tembok setebal 0,40 – 0,60 m setinggi 0,50 m di atas MAB

2.2 Tiang Antara/Pyler


Tiang antara digunakan sebagai tambahan tumpuan gelagar jembatan di bagian tengah
jembatan (antara kedua kepala jembatan). Tujuannya adalah agar jembatan lebih stabil dan
ukuran gelagar jembatan bisa lebih kecil, sehingga bisa lebih ekonomis.

Jumlah tiang antara pada sebuah jembatan bisa satu buah atau lebih, tergantung bentang
jembatan. Misalnya untuk jembatan dengan gelagar dari baja profil, panjang gelagara standard
12,00 m. Jika bentang jembatan lebih dari itu maka digunakan satu tiang antara. Jika
bentangannya lebih dari 24,00 m, maka digunakan dua buah tiang antara.

Jika konstruksi gelagar jembatan menggunakan bentuk khusus (misalnya dengan


bentuk kerangka baja) maka bentangannya bisa lebih dari 12,00 m, sehingga jarak antara
kedua kepala jembatan atau kepala jembatan dengan tiang antara bisa lebih besar.

Demikian juga untuk jembatan beton, dengan adanya konstruksi beton pratekan, maka untuk
jembatan yang panjang bisa menggunakan sebuah bentangan balok tanpa tiang antara. Tetapi
untuk bentangan yang lebih besar lagi tetap menggunakan satu tiang antara atau lebih.
Dengan konstruksi beton pratekan, ukuran balok menjadi jauh lebih kecil jika dibandingkan
konstruksi beton bertulang biasa.

Bentuk tiang antara ditunjukkan gambar 2.2.

4
Gambar 2.2 : Tiang Antara/Pyler

Tebal tiang antara dihitung sebagai berikut :

d = 0,80 ( 0,80 + 0,12 H + 0,025 W ), dimana

H = tinggi jembatan, yaitu jarak antara dasar sungai s.d bagian bawah gelagar
jembatan

W = jarak antara tiang antara dengan kepala jembatan

Misalnya untuk :

H = 4,00 m

W = 12,00 m,

maka :

d = 0,80 ( 0,80 + 0,12 H + 0,025 W )

= 0,80 ( 0,80 + 0,12  4,00 + 0,025  12,00 ) = 1,26 m

2.3 Gelagar Jembatan


Bahan untuk gelagar atau balok jembatan bisa dari kayu, baja, atau beton. Gelagar dari
kayu hanya digunakan untuk jembatan dengan bentang relatif kecil dan sederhana. Karena
harga kayu mahal dan tidak tahan lama maka alternatif lain digunakan gelagar baja profil INP.

Panjangnya gelagar kurang lebih sama dengan bentang jembatan ditambah dua kali tinggi
balok, dan pada ujung balok dengan kepala jembatan diberi rongga 1 cm.

5
Saat sekarang banyak digunakan gelagar (dan lantainya) dari beton bertulang. Yang
terakhir ini menjadi pilihan karena konstruksinya tahan lama dan hampir tidak memerlukan
perawatan. Untuk bentang yang lebih besar lagi digunakan gelagar dari beton pratekan.

Tinggi/ukuran gelagar, baik untuk gelagar kayu, baja, maupun beton tergantung bentangan
jembatan dan beban atau kelas jalan.

Untuk menentukan ukuran dan jarak gelagar jembatan, baik dari kayu maupun baja,
selain dengan perhitungan (yang akan dibahas pada bab-bab berikutnya), sebagai pedoman
bisa digunakan daftar berikut.

Tabel 2.3.a : Bentang Jembatan, Ukuran, dan Banyaknya Gelagar Kayu

Ukuran Balok, Jumlah Balok untuk Lebar Jembatan … m


Bentang Panjang
Jembatan Balok Lalu Lintas Ringan Lalu Lintas Berat
(m) (m) Ukuran Ukuran
2,5 3,0 4,5 3,0 4,5 6,0
Blk Blk
2,5 3,0 15 x 24 15 x 28

3,5 4,0 16 x 26 20 x 28
5 8 11
4,5 5,0 18 x 28 3 4 6 22 x 30

5,48 6,0 20 x 30 24 x 32

6,44 7,0 24 x 30

(Sumber : J. Honing, Ir, 1982 : 75, dengan penyesuaian seperlunya)

Tabel 2.3.b : Panjang, Ukuran, dan Banyaknya Gelagar Baja INP

Jumlah Balok untuk Lebar Jembatan … m

Panjang Profil Kendaraan TP 3 ton Kendaraan TP 5 ton


(m) INP … 2,5 m 3,5 m 4,5 m 3,0 m 4,50 m 6,0 m
LK LK LK LK LBG LK LBG LK LBG
3 20 8 8 11 11
4 20 9 9 12 12
5 23 8 8 11 11
6 26 8 8 11 11
7 28 8 8 11 11
8 30
8 9 11 12
9 32 3 4 6 6 6

6
10 36
11 38
12 40
13 42,5
14 42,5
15 45
16 47,5

(Sumber : J. Honing, Ir, 1982 : 77)

Keterangan : LK = lantai Kayu, LBG = Lantai Baja Gelombang

Jika jembatan yang hendak dibangun bisa digunakan untuk kendaraan yang
berpapasan, maka gelagar bagian tengah ditata lebih rapat dari pada bagian tepi, alasannya
adalah gelagar bagian tengah menahan beban lebih besar karena dari dua kendaraan.

3 x 65 4 x 52,5 3 x 65
6,00

Gambar 2.3.b : Contoh Penataan Gelagar Kayu

3 x 65 4 x 52,5 3 x 65
6,00

Gambar 2.3.b : Contoh Penataan Gelagar Baja

2.4 Balok Perletakan Gelagar


Tembok muka diberi takikan dengan tinggi sama dengan tinggi balok dengan
kedalaman sama dengan dengan tinggi gelagar jembatan. Pada takikan ini diberi balok dari
beton sebagai perletakan gelagar jembatan, agar tembok muka tidak hancur. Jadi fungsi balok
perletakan ini meratakan beban dari gelagar ke kepala jembatan.

7
Ukuran balok perletakan dibuat panjang 30 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 25 cm,. Dalam
kondisi tertentu, balok tersebut bisa dibuat menerus sepanjang lebar jembatan (kepala
jembatan) ditambah  30 cm. Perhatikan gambar 2.4.

(a) Balok Perletakan Setempat (b) Balok Perletakan Menerus

Gambar 2.4 : Balok Perletakan

2.5 Balok Tumbuk


Balok tumbuk pada jembatan berfungsi untuk mematahkan tumbukan kendaraan pada
lantai jembatan, sehingga balok ini dipasang pada ujung papan lantai jembatan dengan bidang
atas rata dengan muka jalan dan papan lantai jembatan. Fungsi lain balok tumbuk ini sebagai
bingkai pengeras jalan.

Jembatan dengan papan lantai dari kayu, untuk balok tumbuk digunakan balok kayu
ukuran 15/15 cm atau 15/22 cm. Untuk jembatan yang lebih besar bisa menggunakan kayu
ukuran 22/22 cm.

Jembatan dengan papan lantai dari baja gelombang bisa menggunakan balok tumbuk dari baja
kanal (CNP) atau dari balok beton bertulang ukuran 30/30 – 35/35 cm.

Sedangkan jembatan dari beton bertulang, sebagai balok tumbuk digunakan balok beton
bertulang ukuran 20/30 – 30/40 cm.

Berikut ini contoh-contoh pemasangan balok tumbuk pada jembatan

8
Balok tumbuk 15/22

Gambar 2.5.1.a : Balok Tumbuk dari Kayu

Gambar 2.5.1.b : Balok Tumbuk dari Baja Kanal

Gambar 2.5.1.c : Balok Tumbuk dari Balok Beton



9
DETAIL BAGIAN-BAGIAN JEMBATAN – Bagian 2

2.1 Lantai Jembatan


Ada beberapa bahan yang digunakan untuk lantai jembatan, antara lain :

1. Lantai jembatan dari kayu


2. Lantai jembatan dari baja gelombang
3. Lantai jembatan dari beton

Berikut ini dibahas masing-masing lantai jembatan tersebut.

2.1.1 Lantai Jembatan dari Kayu

Lantai jembatan dari kayu digunakan pada jembatan dengan gelagar dari kayu atau
baja. Umumnya menggunakan jenis kayu jati atau kayu balau atau kayu lain yang mempunyai
kelas kuat dan kelas awet I dengan ukuran tebal  8 cm.

Untuk lapis aus digunakan papan dengan tebal 3 – 5 cm, tujuannya jika jika papan ini rusak
cukup mengganti papan ini saja, sedangkan papan lantai jembatan tetap bisa digunakan.

Lebih bagus lagi jika digunakan lapis aus dari aspal dengan kemiringan 1:75 atau ketebalan
bagian tepi 3 – 3,5 cm dan bagian tengah 5 – 6 cm. Jika menggunakan aspal, bagian tepi
dipasang papan penahan ukuran 3/8 cm. Sebelum papan ini dipasang, lebih dulu dipasang
pelat cucur dari baja/seng setebal 1,5 mm, tujuannya untuk melindungi kepala kayu papan
lantai jembatan dari air hujan.

Perhatikan gambar 2.6.1.

Gambar 2.6.1.a : Lantai Jembatan dari Kayu dengan Lapis Aus Papan Kayu

1
Aspal

Papan tepi 3/8 1:75

Pelat cucur
1,5 mm

Gambar 2.6.1.b : Lantai Jembatan dari Kayu dengan Lapis Aus Aspal

2.1.2 Lantai Jembatan dari Baja Gelombang


Untuk lantai baja menggunakan baja seng gelombang dengan ukuran :
Lebar gelombang 90 mm
Lebar kotor 675 mm
Lebar bersih 630 mm
Tinggi 60 mm
Tebal 2 mm
Pemasangannya menggunakan baut dan pelat penjepit di bagian punggung gelombang,
kemudian bagian gelombangnya diisi beton dengan campuran 1 PC : 2 pasir : 4 krikil hingga
setebal 2 – 3 cm di atas gelombang. Pengecoran ini bisa dibuat datar atau miring 1 : 75.

Sebelum diberi aspal, disaput aspal tipis lebih dahulu, kemudian ditutup aspal setebal
4 cm. Namun jika pengecoran betonnya dibuat datar, aspalnya dibuat miring dengan bagian
tepi  3 cm dan bagian tengah 5 – 6 cm.

Dibagian tepi lantai jembatan dipasang baja siku 80.120.10 untuk melindungi cor beton dan
aspal dan juga dipasang pelat cucur tebal 1,5 mm.

Untuk keperluan perencanaan, berdasarkan pengalaman, berat konstruksi semacam ini


kurang lebih 290 kg/m2 (termasuk berat sandaran). Perhatikan gambar 2.6.2.

Pelindung tepi
L 80.120.10 Aspal 1:75 Beton
3

Pelat cucur
6

1,5 mm Pelat penjepit

Gambar 2.6.2 : Lantai Jembatan dari Baja Gelombang

2
2.1.3 Lantai Jembatan dari Beton Bertulang

Saat sekarang banyak digunakan konstruksi lantai jembatan dari beton bertulang,
karena kekuatannya bisa disesuaikan dengan kelas jalan, mempunyai keawetan yang cukup
lama, serta hampir tidak memerlukan perawatan.

Lantai beton bisa digunakan untuk jembatan dengan gelagar dari baja maupun dari beton.
Karena harus kedap air, maka dibuat beton dengan campuran 1 Pc : 1½ pasir : 2½ keirkil.

Untuk muai susut maka setiap panjang 6,00 m diberi siar sekitar 2 cm, kemudian ditutup
dengan timah dan diisi aspal. Di atas lantai beton ini diberi aspal yang dibuat miring ke tepi-
tepinya.

Gambar 2.6.3.1 menunjukkan pelat lantai beton untuk jembatan dari beton
bertulang. Tebal pelat dan tulangan harus didasarkan pada perhitungan konstruksi beton
bertulang, sedangkan campuran selain harus memenuhi kekuatan rencana juga harus dibuat
kedap air dengan perbandinagn 1 PC : 1½ pasir : 2½ kerikil.

Gambar 2.6.3.a : Lantai Jembatan dari Beton dengan Balok Beton

Untuk jembatan dengan gelagar dari baja dengan pelat lantai beton bertulang ditunjukkan
gambar 2.6.3.b.

Siar muai (ditutup


Lantai pelat beton timah diberi aspal)

INP

Gambar 2.6.3.b : Lantai Jembatan dari Beton dengan Balok Baja Profil

3
2.2 Trotoar
Jembatan seyogyanya dilengkapi dengan trotoar, yang gunanya untuk keamanan
pejalan kaki. Jika jembatan dari kayu, baik dengan gelagar kayu maupun baja maka trotoar
terbuat dari kayu dengan lebar  1,00 m, seperti ditunjukkan gambar 2.8 (a).

±100
Papan tepi 3/8
Aspal

Pipa pembuang air

Gambar 2.7.a : Trotoar pada Jembatan Kayu/Baja

Jika jembatan dari beton, maka trotoar juga terbuat dari beton. Kalau lebar jembatan relatif
besar, maka lebar trotoar bisa dibuat hingga lebar  1,50 m.

Gambar 2.7.b : Trotoar pada Jembatan Beton

2.3 Sandaran
Fungsi sandaran adalah :
1. Untuk memberi arah pengendara dan sebagai tanda ada jembatan.
2. Untuk keamanan pemakai jembatan maka dibuatkan sandaran.
Berikut ini dibahas macam-macam sandaran berdasarkan bahan yang dipakai.
2.3.1 Sandaran Kayu
Sandaran kayu digunakan untuk jembatan dengan gelagar dari kayu. Karena harga kayu yang
semakin mahal dan ketahanan terhadap cuaca serta keawetannya yang kurang, maka sekarang
sudah jarang digunakan. Gambar berikut contoh sandaran dari kayu.

4
100
Aspal

1:75

Pelat cucur
1,5 mm

Gambar 2.8.1 : Sandaran dari Kayu

2.3.2 Sandaran Baja


Sebagai pengganti sandaran kayu digunakan sandaran dari baja. Umumnya digunakan baja
siku sama kaki. Untuk tiang sandaran digunakan  70.70.7 atau  80.80.8 dan untuk pegangan
/penahan samping digunakan  50.50.5.
Hubungan antara :
 tiang sandaran dengan gelagar menggunakan paku keling  20
 tiang sandaran dengan pegangan/penahan samping menggunakan paku keling  16
 hubungan lainnya menggunakan  13.
Sebagai contoh sandaran perhatikan gambar 2.8.2.

Aspal

Papan tepi 3/8 1:75

Pelat cucur
1,5 mm

Gambar 2.8.2 : Sandaran dari Baja

5
2.3.3 Sandaran dari Beton dan Pipa Baja
Sandaran ini banyak digunakan untuk jembatan beton, karena bentuknya cukup
praktis. Sebagai tiang sandaran menggunakan beton dengan ukuran 10  20 s.d 15  25 cm
dipasang dengan jarak 2,00 m, sedangkan pegangan digunakan pipa baja  2”.
Pada saat pengecoran tiang sandaran telah dipasang lubang pada tempat yang dengan pipa
PVC  2” atau lebih besar sedikit supaya pemasangan pipa baja lebih mudah, namun tetap
masih kokoh. Perlu diperhatikan, beberapa saat setelah pengecoran beton tersebut beton,
sebelum beton mengeras pipa PVC perlu diputar-putar, sehingga nantinya mudah dilepas.
Sebagai contoh bisa dilihat gambar 2.8.3.
Tiang sandaran beton
30

Pipa baja Ø 2"


30

130
30

Gambar 2.8.3 : Sandaran dari Beton dan Pipa Baja

2.3.4 Tembok Sandaran


Pada ujung sandaran dipasang tembok sandaran, fungsinya untuk menutup tebing
sungai dan sebagai tanda bagi pengemudi bahwa akan memasuki jembatan.
Tembok sandaran ini dipasang di luar jembatan dan terbuat dari pasangan batu bata dengan
tebal 1 bata setinggi  1,50 m, seringkali difinishing dengan keramik yang bermotif bata
(terakota). Ada juga yang terbuat dari pasangan batu kali dengan pasangan batu muka. Baik
yang dari pasangan bata maupun batu kali, bagian atas dibuat miring agar tidak digunakan
orang untuk duduk.

6
Gambar 2.8.4 : Tembok Sandaran

2.4 Balok Melintang dan Ikatan Angin


Jembatan baja dengan bentang lebih dari 5,00 m perlu dipasang balok melintang,
tujuannya untuk meratakan beban dari kendaraan, sehingga beban tersebut tidak hanya
disangga oleh satu atau dua balok saja, melainkan hampir seluruh gelagar jembatan ikut
menyangga.
Balok melintang ini dipasang di bagian bawah gelagar jembatan dengan bantuan potongan
baja C dan baut atau paku keling.
Untuk jembatan bentang kecil digunakan baja profil CNP 16, sedangkan untuk
bentang yang lebih besar digunakan baja CNP 18. Jika jembatan tersebut cukup besar dan
untuk kendaraan berat, maka digunakan CNP 20.
Sebagai pedoman kurang lebih sebagai berikut :
- Jembatan bentang 5,00 m dipasang 2 buah balok melintang
- Jembatan bentang 5,00 – 8,00 m dipasang 3 buah balok melintang
- Jembatan bentang 8,00 – 12,00 m dipasang 4 buah balok melintang
- Jembatan bentang 12,00 – 16,00 m dipasang 5 buah balok melintang
Contoh pemasangan balok melintang bisa dilihat gambar Gambar 2.9.a

7
Aspal

Papan tepi 3/8 1:75

4
Pelat cucur
1,5 mm
INP 36

8 8
16
16

Gambar 2.9.a : Pemasangan Balok Melintang

Selain balok lintang, untuk jembatan kayu dengan bentang  8,00 m dan jembatan baja
dengan lantai jembatan baja gelombang dengan bentang  10,00 m, juga perlu dipasang ikatan
angin dari baja L 50.75.9 atau L 80.80.8 yang dipasang pada bawah gelagar jembatan dengan
bantuan pelat penjepit baut.
Fungsi ikatan angin ini untuk menahan tekanan angin dan gaya kesamping akibat dari beban
gerak. Sebagai contoh lihat gambar 2.9.b berikut.

Gelagar jembatan Balok melintang Ikatan angin

12.00

Gambar 2.9.b : Posisi Pemasangan Ikatan Angin

60
13

Baut berkait

19

Baut berkait
Gelagar jembatan
Ikatan angin

Gambar 2.9.c : Detail Pemasangan Ikatan Angin



Anda mungkin juga menyukai