Berdasarkan tinggi jembatan, kepala jembatan dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
Kepala jembatan sayap digunakan untuk jembatan dengan tinggi maksimum 4,00 m,
sedangkan jembatan dengan tinggi lebih dari 4,00 m digunakan kepala jembatan landas.
Kepala jembatan sayap terdiri dari tembok muka dan tembok sayap. Untuk tembok muka
bentuk dan ukuran kepala jembatan sayap seperti gambar 2.1.1.a.
1
4. Kedalaman pondasi tergantung kondisi tanah dasar sungai, jika kondisi tanahnya
sedang (tidak terlalu keras dan tidak terlalu lunak) dibuat 0,80 – 1,20 m, untuk kondisi
lain menyesuaikan.
5. Balok gelagar masuk sekitar tinggi gelagar (0,30 – 0,40 m) dan bagian lurus/datar
bidang atas 0,20 – 0,30 m
6. Bidang miring atas 1 : 5
7. Panjang tembok muka sama dengan lebar jembatan ditambah 0,35 – 0,40 m di bagian
kiri dan kanan
1. Lebar ujung d1 = d
Jika tinggi jembatan lebih dari 4,00 m, jika digunakan kepala jembatan sayap lebar
bawahnya akan cukup besar, sehingga pondasinya sangat besar dan mahal. Maka untuk
jembatan yang tingginya lebih dari 4,00 m digunakan kepala jembatan landas yang bentuknya
seperti gambar 2.1.2.
2
20-30 Muka JR
dt
1:6
dg
50
MAB MAB
d4 d1
H 4,00
20:1
d3 d3
h
Dasar sungai
h/2
80-120
Gambar 2.1.2 : Kepala Jembatan Landas
Ukuran-ukuran konstruksi pada kepala jembatan landas sebagai berikut :
d1 = 0,80 ( 0,80 + 0,12 H + 0,025 W )
d2 = 0,30 + 0,17 h + 0,21 W jika W kecil diambil W = 2,40 m
dt =¾ +
dg = 1 dt
Keterangan :
H = tinggi jembatan m
W = bentang jembatan m
w = jarak pelengkung m (jika kecil dianggap 4,00 m)
R = jari-jari busur m
Sebagai contoh, misalnya untuk :
H = 4,50 m,
h = 3,00 m,
W = 10,00 m,
w = 2,40 m,
r = ½ w = ½ 2,40 = 1,20 m,
maka :
d1 = 0,80 ( 0,80 + 0,12 H + 0,025 W )
= 0,80 ( 0,80 + 0,12 4,50 + 0,025 10,00 ) = 1,27 m
d4 = d1 = 1,27 m
3
d2 = 0,30 + 0,17 h + 0,21 w
= 0,30 + 0,17 3,00 + 0,21 2,40 = 1,31 m
d3 = d2 = 1,31 m
dt =¾ +
, ,
=¾ + = 0,18 m
dg = 1 dt = 1 0,18 = 0,24 m
Jumlah tiang antara pada sebuah jembatan bisa satu buah atau lebih, tergantung bentang
jembatan. Misalnya untuk jembatan dengan gelagar dari baja profil, panjang gelagara standard
12,00 m. Jika bentang jembatan lebih dari itu maka digunakan satu tiang antara. Jika
bentangannya lebih dari 24,00 m, maka digunakan dua buah tiang antara.
Demikian juga untuk jembatan beton, dengan adanya konstruksi beton pratekan, maka untuk
jembatan yang panjang bisa menggunakan sebuah bentangan balok tanpa tiang antara. Tetapi
untuk bentangan yang lebih besar lagi tetap menggunakan satu tiang antara atau lebih.
Dengan konstruksi beton pratekan, ukuran balok menjadi jauh lebih kecil jika dibandingkan
konstruksi beton bertulang biasa.
4
Gambar 2.2 : Tiang Antara/Pyler
H = tinggi jembatan, yaitu jarak antara dasar sungai s.d bagian bawah gelagar
jembatan
Misalnya untuk :
H = 4,00 m
W = 12,00 m,
maka :
Panjangnya gelagar kurang lebih sama dengan bentang jembatan ditambah dua kali tinggi
balok, dan pada ujung balok dengan kepala jembatan diberi rongga 1 cm.
5
Saat sekarang banyak digunakan gelagar (dan lantainya) dari beton bertulang. Yang
terakhir ini menjadi pilihan karena konstruksinya tahan lama dan hampir tidak memerlukan
perawatan. Untuk bentang yang lebih besar lagi digunakan gelagar dari beton pratekan.
Tinggi/ukuran gelagar, baik untuk gelagar kayu, baja, maupun beton tergantung bentangan
jembatan dan beban atau kelas jalan.
Untuk menentukan ukuran dan jarak gelagar jembatan, baik dari kayu maupun baja,
selain dengan perhitungan (yang akan dibahas pada bab-bab berikutnya), sebagai pedoman
bisa digunakan daftar berikut.
3,5 4,0 16 x 26 20 x 28
5 8 11
4,5 5,0 18 x 28 3 4 6 22 x 30
5,48 6,0 20 x 30 24 x 32
6,44 7,0 24 x 30
6
10 36
11 38
12 40
13 42,5
14 42,5
15 45
16 47,5
Jika jembatan yang hendak dibangun bisa digunakan untuk kendaraan yang
berpapasan, maka gelagar bagian tengah ditata lebih rapat dari pada bagian tepi, alasannya
adalah gelagar bagian tengah menahan beban lebih besar karena dari dua kendaraan.
3 x 65 4 x 52,5 3 x 65
6,00
3 x 65 4 x 52,5 3 x 65
6,00
7
Ukuran balok perletakan dibuat panjang 30 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 25 cm,. Dalam
kondisi tertentu, balok tersebut bisa dibuat menerus sepanjang lebar jembatan (kepala
jembatan) ditambah 30 cm. Perhatikan gambar 2.4.
Jembatan dengan papan lantai dari kayu, untuk balok tumbuk digunakan balok kayu
ukuran 15/15 cm atau 15/22 cm. Untuk jembatan yang lebih besar bisa menggunakan kayu
ukuran 22/22 cm.
Jembatan dengan papan lantai dari baja gelombang bisa menggunakan balok tumbuk dari baja
kanal (CNP) atau dari balok beton bertulang ukuran 30/30 – 35/35 cm.
Sedangkan jembatan dari beton bertulang, sebagai balok tumbuk digunakan balok beton
bertulang ukuran 20/30 – 30/40 cm.
8
Balok tumbuk 15/22
9
DETAIL BAGIAN-BAGIAN JEMBATAN – Bagian 2
Lantai jembatan dari kayu digunakan pada jembatan dengan gelagar dari kayu atau
baja. Umumnya menggunakan jenis kayu jati atau kayu balau atau kayu lain yang mempunyai
kelas kuat dan kelas awet I dengan ukuran tebal 8 cm.
Untuk lapis aus digunakan papan dengan tebal 3 – 5 cm, tujuannya jika jika papan ini rusak
cukup mengganti papan ini saja, sedangkan papan lantai jembatan tetap bisa digunakan.
Lebih bagus lagi jika digunakan lapis aus dari aspal dengan kemiringan 1:75 atau ketebalan
bagian tepi 3 – 3,5 cm dan bagian tengah 5 – 6 cm. Jika menggunakan aspal, bagian tepi
dipasang papan penahan ukuran 3/8 cm. Sebelum papan ini dipasang, lebih dulu dipasang
pelat cucur dari baja/seng setebal 1,5 mm, tujuannya untuk melindungi kepala kayu papan
lantai jembatan dari air hujan.
Gambar 2.6.1.a : Lantai Jembatan dari Kayu dengan Lapis Aus Papan Kayu
1
Aspal
Pelat cucur
1,5 mm
Gambar 2.6.1.b : Lantai Jembatan dari Kayu dengan Lapis Aus Aspal
Sebelum diberi aspal, disaput aspal tipis lebih dahulu, kemudian ditutup aspal setebal
4 cm. Namun jika pengecoran betonnya dibuat datar, aspalnya dibuat miring dengan bagian
tepi 3 cm dan bagian tengah 5 – 6 cm.
Dibagian tepi lantai jembatan dipasang baja siku 80.120.10 untuk melindungi cor beton dan
aspal dan juga dipasang pelat cucur tebal 1,5 mm.
Pelindung tepi
L 80.120.10 Aspal 1:75 Beton
3
Pelat cucur
6
2
2.1.3 Lantai Jembatan dari Beton Bertulang
Saat sekarang banyak digunakan konstruksi lantai jembatan dari beton bertulang,
karena kekuatannya bisa disesuaikan dengan kelas jalan, mempunyai keawetan yang cukup
lama, serta hampir tidak memerlukan perawatan.
Lantai beton bisa digunakan untuk jembatan dengan gelagar dari baja maupun dari beton.
Karena harus kedap air, maka dibuat beton dengan campuran 1 Pc : 1½ pasir : 2½ keirkil.
Untuk muai susut maka setiap panjang 6,00 m diberi siar sekitar 2 cm, kemudian ditutup
dengan timah dan diisi aspal. Di atas lantai beton ini diberi aspal yang dibuat miring ke tepi-
tepinya.
Gambar 2.6.3.1 menunjukkan pelat lantai beton untuk jembatan dari beton
bertulang. Tebal pelat dan tulangan harus didasarkan pada perhitungan konstruksi beton
bertulang, sedangkan campuran selain harus memenuhi kekuatan rencana juga harus dibuat
kedap air dengan perbandinagn 1 PC : 1½ pasir : 2½ kerikil.
Untuk jembatan dengan gelagar dari baja dengan pelat lantai beton bertulang ditunjukkan
gambar 2.6.3.b.
INP
Gambar 2.6.3.b : Lantai Jembatan dari Beton dengan Balok Baja Profil
3
2.2 Trotoar
Jembatan seyogyanya dilengkapi dengan trotoar, yang gunanya untuk keamanan
pejalan kaki. Jika jembatan dari kayu, baik dengan gelagar kayu maupun baja maka trotoar
terbuat dari kayu dengan lebar 1,00 m, seperti ditunjukkan gambar 2.8 (a).
±100
Papan tepi 3/8
Aspal
Jika jembatan dari beton, maka trotoar juga terbuat dari beton. Kalau lebar jembatan relatif
besar, maka lebar trotoar bisa dibuat hingga lebar 1,50 m.
2.3 Sandaran
Fungsi sandaran adalah :
1. Untuk memberi arah pengendara dan sebagai tanda ada jembatan.
2. Untuk keamanan pemakai jembatan maka dibuatkan sandaran.
Berikut ini dibahas macam-macam sandaran berdasarkan bahan yang dipakai.
2.3.1 Sandaran Kayu
Sandaran kayu digunakan untuk jembatan dengan gelagar dari kayu. Karena harga kayu yang
semakin mahal dan ketahanan terhadap cuaca serta keawetannya yang kurang, maka sekarang
sudah jarang digunakan. Gambar berikut contoh sandaran dari kayu.
4
100
Aspal
1:75
Pelat cucur
1,5 mm
Aspal
Pelat cucur
1,5 mm
5
2.3.3 Sandaran dari Beton dan Pipa Baja
Sandaran ini banyak digunakan untuk jembatan beton, karena bentuknya cukup
praktis. Sebagai tiang sandaran menggunakan beton dengan ukuran 10 20 s.d 15 25 cm
dipasang dengan jarak 2,00 m, sedangkan pegangan digunakan pipa baja 2”.
Pada saat pengecoran tiang sandaran telah dipasang lubang pada tempat yang dengan pipa
PVC 2” atau lebih besar sedikit supaya pemasangan pipa baja lebih mudah, namun tetap
masih kokoh. Perlu diperhatikan, beberapa saat setelah pengecoran beton tersebut beton,
sebelum beton mengeras pipa PVC perlu diputar-putar, sehingga nantinya mudah dilepas.
Sebagai contoh bisa dilihat gambar 2.8.3.
Tiang sandaran beton
30
130
30
6
Gambar 2.8.4 : Tembok Sandaran
7
Aspal
4
Pelat cucur
1,5 mm
INP 36
8 8
16
16
Selain balok lintang, untuk jembatan kayu dengan bentang 8,00 m dan jembatan baja
dengan lantai jembatan baja gelombang dengan bentang 10,00 m, juga perlu dipasang ikatan
angin dari baja L 50.75.9 atau L 80.80.8 yang dipasang pada bawah gelagar jembatan dengan
bantuan pelat penjepit baut.
Fungsi ikatan angin ini untuk menahan tekanan angin dan gaya kesamping akibat dari beban
gerak. Sebagai contoh lihat gambar 2.9.b berikut.
12.00
60
13
Baut berkait
19
Baut berkait
Gelagar jembatan
Ikatan angin