Anda di halaman 1dari 13

PORTOPOLIO

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI SUSUN OLEH

Nama : Yuyun Sukawati

Kelas : XII RPL

Guru Pembimbing : Asep Wahyu Mulyana,S.Pd.I

SMKS PASUNDAN CILAMAYA


Kp.Babakan Ds.Sumurgede-Cilamaya Kulon (0267) 8622 993 Karawang
41384

STATUS: TERAKREDITAS “B” NPSN : 20253343

2022

1
KATA PENGHANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT karena atas berkat rahmat
dan limpahan rahmat-Nya lah maka saya sanggup menyelesaikan sebuah
portofolio dengan tepat waktu.

Berikut ini, saya mempersembahkan sebuah portofolio dalam memenuhi


tugas serta yang menurut saya akan memberikan manfaat bagi yang membaca dan
mempelajarinya.

Melalui kata pengantar berikut saya meminta maaf dan memohon


permakluman bilamana terdapat kekurangan dan kesalahan dalam isi portofolio
ini yang membuat tidak sempurnanya portofolio berikut.

Dengan ini saya mempersembahkan sebuah portofolio dengan penuh rasa


terima kasih dan semoga ALLAH SWT memberkahi portofolio ini sehingga
memberikan manfaat.

Karawang, 05 April 2022

Yuyun Sukawati

2
DAFTAR ISI

• KATA PENGANTAR……………………………………….. 2

• DAFTAR ISI………………………………………………….. 3

• ISI……………………………………………………………… 4
A. Ayat pilihan……………………………………………….. 4
B. Terjemahan/Arti………………………………………….. 4
C. Tajwid……………………………………………………... 4-5
D. Asbabul nujul……………………………………………... 5
E. Asbabul wurud……………………………………………. 6-8
F. Tafsir………………………………………………………. 8-11

• PENUTUP……………………………………………………... 12

• DAFTAR PUSTAKA…………………………………………. 13

3
ISI
A. Ayat Pilihan

Surah At-Taubah(9) ayat 122

ِ ‫طائِفَة ِليَتَفَقَّ ُهوا فِي الد‬


‫ِين َو ِليُ ْنذ ُِروا‬ ْ ‫َو َما كَانَ ْال ُمؤْ مِ نُونَ ِليَ ْنف ُِروا كَافَّة ۚ فَلَ ْو َل نَف ََر‬
َ ‫مِن كُ ِل فِرْ قَة مِ ْن ُه ْم‬
َ‫قَ ْو َم ُه ْم ِإذَا َر َج ُعوا ِإ َل ْي ِه ْم َل َع َّل ُه ْم َيحْ ذَ ُرون‬

Wa mā kānal-mu`minụna liyanfirụ kāffah, falau lā nafara ming kulli


firqatim min-hum ṭā`ifatul liyatafaqqahụ fid-dīni wa liyunżirụ qaumahum
iżā raja’ū ilaihim la’allahum yaḥżarụn.

B. Terjemahan/Arti

Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke


medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka
tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar
mereka dapat menjaga dirinya.

C. Tajwid
1. ‫=و َما‬
َ mad thobi’I karena ada fathah diikuti alif
2. َ‫ = كَان‬mad thobi’I karena ada fathah diikuti alif
3. َ‫ = ْال ُمؤْ مِ نُون‬idhar qomariyah karena ada alif lam diikuti mim, dan
mad thobi’I karena ada dhommah diikuti wawu sukun
4. ‫ = ِليَ ْنف ُِروا‬ikfa’ haqiqi karena ada nun sukun bertemu huruf fa’
5. ‫ = كَافَّة‬mad lazim mustaqqal kilmi karena ada mad thobi’I bertemu
huruf yang bertanda baca tasydid dalam satu kata
6. ‫ = فَلَ ْو‬mad layyin karena ada wawu sukun yang didahului huruf
dengan tanda baca fathah

4
7. ‫ = َل‬mad thobi’I karena ada fathah diikuti alif
8. ‫مِن ُك ِل‬
ْ = ikfa’ haqiqi karena ada nun sukun bertemu huruf kaf
9. ‫ = فِرْ قَة مِ ْن ُه ْم‬idghom bighunnah karena ada tanwin bertemu huruf
mim, dan idhar halqi karena ada nun sukun bertemu huruf ha’
َ ‫ = مِ ْن ُه ْم‬idhar syafawi karena ada mim sukun bertemu huruf
10. ‫طا ِئفَة‬
tho’
11. ‫طائِفَة ِليَتَفَقَّ ُهوا‬
َ = idghom bila ghunnah karena ada tanwin bertemu
huruf lam
12. ‫ = فِي‬mad thobi’I karena ada ya’ sukun didahului kasro
13. ‫ِين‬
ِ ‫ = الد‬idhom syamsyiyah karena ada alif lam diikuti dal
14. ‫ = َو ِل ُي ْنذ ُِروا‬ihfa’ haqiqi karena ada nun sukun bertemu dzal
15. ‫ = قَ ْو َم ُه ْم‬mad layyin karena ada wawu sukun didahului fathah
16. ‫ = قَ ْو َم ُه ْم إِذَا‬idhar syafawi karena ada mim sukun bertemu alif
17. ‫ = إِلَ ْي ِه ْم لَعَلَّ ُه ْم‬idhar syafawi karena ada mim sukun bertemu lam
18. َ‫ = لَ َعلَّ ُه ْم يَحْ ذَ ُرون‬idhar syafawi karena ada mim sukun bertemu ya’
19. َ‫ = َيحْ ذَ ُرون‬mad arid lis sukun karena ada mad thobi’I sebelom waqof

D. Asbabul Nujul
Allah menjelaskan dalam surat At Taubah ayat 122 ini bahwa pada
waktu itu ada orang-orang yang tidak berangkat ke medan perang. Mereka
tidak berangkat perang karena sibuk mengajarkan agama kepada kaumnya
di daerah Badui (pedalaman). Melihat kejadian itu, orang-orang munafik
berkomentar, “Sungguh masih ada orang-orang yang tertinggal di daerah-
daerah pedalaman, maka celakalah orang-orang pedalaman itu.”

Kemudian turunlah surat ini (At-Taubah ayat 122) yang menjawab


komentar orang-orang munafik tersebut. “Tidak sepatutnya bagi orang-
orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang).” (Q.S At-
Taubah ayat 122).

5
E. Asbabul Wurud
Ibnu abu hatim mengetengahkan pula hadis lainnya yang
menjelaskan asbabun nuzul surah at taubah 122. Riwayat hadis tersebut
melalui abdullah bin ubaid bin umair yang menceritakan, bahwa keinginan
umat islam yang sangat besar untuk ikut berjihad sangat besar sehingga
ketika rasulullah mengirimkan pasukan perang, maka mereka semuanya
ingin berangkat. Mereka meninggalkan nabi saw di madinah bersama
dengan orang-orang yang lemah. Maka turunlah surat at-taubah ayat 122
sebagai respon atas prilaku para sahabat nabi.

Berdasarkan asbabun nuzul surat at-taubah ayat 122 di atas, dapat


dipahami bahwa ketika umat islam berada dalam peperangan, hendaknya
semua orang islam tidak berangkat ke medan perang. Akan tetapi sebagian
umat islam harus ada yang di tinggal di daerahnya untuk menuntut ilmu.
Para sahabat yang tidak berangkat ke medan perang bertugas menuntut
ilmu dan mendalaminya dengan tekun agar ajaran-ajaran agama itu dapat
diajarkan secara merata, dan dakwah dapat dilakukan dengan cara yang
lebih efektif dan bermanfaat serta kecerdasan umat islam dapat
ditingkatkan.

Pendalaman ilmu agama merupakan cara berjuang dengan


menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti. Islam menilai orang-
orang yang menuntu ilmu sama halnya dengan orang yang berjuang di
medan perang. Dalam hal ini rasulullah saw telah bersabda:

‫يوزن يوم القيامة مداد العلماء بدم الشهداء‬

6
“di hari kiamat kelak tinta yang digunakan untuk menulis oleh para ulama
akan ditimbang dengan darah para syuhada (yang gugur di medan
perang)”.

Tugas umat Islam adalah mempelajari ajaran agamanya, serta


mengamalkannya dengan baik, kemudian menyampaikan pengetahuan
agama itu kepada yang belum mengetahuinya. Hal tersebut merupakan
kewajiban kolektif umat Islam dan setiap pribadi muslim sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuan masing-masing, karena Rasulullah telah
bersabda:

‫بلغوا عني ولو آية‬

“Sampaikanlah olehmu (apa-apa yang telah kamu peroleh) daripadaku


walaupun hanya satu ayat Alquran”.

Namun, tidak setiap orang Islam mendapat kesempatan untuk


menuntut ilmu serta mendalami ilmu agama. Ada yang dikarenakan sibuk
dengan tugas di medan perang, di ladang, di pabrik, di toko dan
sebagainya.

Oleh karena itu harus ada sebagian umat Islam yang fokus
menuntut ilmu dan mendalaminya agar mereka dapat menyebarkan ilmu
yang telah didapatkannya ketika kembali ke masyarakat dan menjalankan
misi dakwah Islam dengan cara atau metode yang baik sehingga mencapai
hasil yang lebih baik pula.

7
Orang-orang yang telah memiliki ilmu pengetahuan haruslah
menjadi pelita bagi umatnya. Ia harus menyebarluaskan ilmunya, dan
membimbing orang lain agar memiliki ilmu pengetahuan pula. Selain itu,
ia sendiri juga harus mengamalkan ilmunya agar menjadi contoh dan
teladan bagi orang-orang sekitarnya dalam ketaatan menjalankan peraturan
dan ajaran-ajaran agama.

F. Tafsir
1. Tidak Semuanya Harus ke Medan Perang

‫َو َما كَانَ ْال ُمؤْ مِ نُونَ ِل َي ْنف ُِروا كَافَّة‬

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).

Secara khusus, ayat ini terkait dengan sariyah, yakni ekspedisi


perang yang dikirim Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebab ketika
ada perintah agar sebagian tinggal untuk memperdalam agama di masa itu,
maksudnya adalah belajar kepada Rasulullah.

Ad Dlahhak menjelaskan, jika perang itu adalah ghazwah


(Rasulullah ikut dalam peperangan), maka beliau tidak mengizinkan
seorang pun dari kalangan kaum muslim laki-laki untuk tidak ikut
berangkat, kecuali orang-orang yang berhalangan (udzur syar’i). Pada saat
demikian, mereka yang berjihad itulah yang belajar agama dan akan
mengajarkan kepada kaumnya karena mereka berperang bersama
Rasulullah dan mendapat tarbiyah dari beliau. Ini pula pendapat yang
dipilih Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an.

Namun apabila Rasulullah mengirimkan sariyah, beliau tidak


membolehkan mereka langsung berangkat tanpa seizinnya. Apabila

8
mereka sudah berangkat, lalu turun ayat-ayat Al Quran kepada Rasulullah,
maka beliau membacakannya kepada sahabat-sahabat yang tinggal
bersamanya. Ketika pasukan sariyah itu kembali, maka sahabat yang
tinggal bersama Nabi mengajarkan ayat itu kepada mereka.
Qatadah juga mengatakan hal senada. Apabila Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mengirim pasukan, Allah memerintahkan
kepada kaum muslimin agar pergi berperang tetapi sebagian mereka harus
tinggal bersama Rasulullah untuk memperdalam pengetahuan agama.
Sedangkan sebagian yang lain menyeru kaumnya dan
memperingatkan mereka dari azab Allah yang telah menimpa umat
sebelumnya.

2. Tafaqquh fid Din


ِ ‫طائِفَة ِليَتَفَقَّ ُهوا فِي ال ِد‬
‫ين‬ َ ‫مِن كُ ِل فِرْ قَة مِ ْن ُه ْم‬
ْ ‫فَلَ ْو َل نَف ََر‬

Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa


orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama

Ayat ini menunjukkan betapa pentingnya menuntut ilmu. Secara


khusus adalah ilmu agama. Tafaqquh fid din. Apabila terjadi peperangan
atau jihad yang statusnya fardhu kifayah, maka tidak sepatutnya semua
orang pergi ke medan perang. Harus ada yang konsentrasi menuntut
ilmu, tafaqquh fiddin.
Dan ayat ini mengisyaratkan, tiap golongan atau kabilah harus ada wakil
(representasi) yang belajar ilmu agama sehingga penyebaran ilmu bisa
merata.

Ibnu Katsir menjelaskan, mereka yang tidak berangkat berperang


itu dimaksudkan agar belajar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi

9
wasallam. Ketika pasukan telah kembali, maka mereka yang belajar
mengatakan: “Sesungguhnya Allah telah menurunkan ayat-ayat Al
Qur’an kepada Rasulullah dan telah kami pelajari.” Mereka kemudian
mengajari pasukan itu.
“Liyataqqahuu fiddiin maknanya, agar mereka mempelajari apa yang
diturunkan Allah kepada Nabi-Nya,” tulis Ibnu Katsir dalam Tafsir Al
Qur’an Al ‘Adhiim. “Selanjutnya mereka akan mengajarkannya kepada
Sariyah apabila telah kembali kepada mereka.”
Buya Hamka dalam Tafsir Az Azhar, Surat At Taubah ayat 122
ini menganjurkan pembagian tugas. “Semua golongan harus berjihad,
turut berjuang. Tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kelak
membagi tugas mereka masing-masing. Ada yang di garis depan, ada
yang di garis belakang. Sebab itu, kelompok kecil yang memperdalam
pengetahuannya tentang agama adalah bagian dari jihad juga.”

Lalu Buya Hamka membawakan dua buah hadits dalam menafsirkan


ayat ini:

‫أقرب الناس من درجة النبوة أهل الجهاد وأهل العلم ألن أهل الجهاد يجاهدون على ما جاءت به‬
‫الرسل وأما أهل العلم فدلوا الناس على ما جاءت به األنبياء‬

“Manusia yang paling dekat kepada derajat nubuwwah adalah ahli ilmu
dan ahli jihad. Adapun ahli ilmu, merekalah yang menunjukkan kepada
manusia apa yang dibawa para Rasul. Adapun ahli jihad, maka mereka
berjuang dengan pedang-pedang meraka, membawa apa yang dibawa
para Nabi.” (HR. Ad Dailami dari Ibnu Abbas)

‫يوزن يوم القيامة مداد العلماء ودم الشهداء‬

10
“Pada hari kiamat, tinta para ulama akan ditimbang dengan darah para
yuhada’” (HR. Ibnu Abdil Bar dari Abu Darda’)
Dua hadits itu dhaif, tetapi dalam masalah fadha’ilul ‘amal (keutamaan
amal), sebagian ulama termasuk Imam An Nawawi memperbolehkan.

3. Misi Dakwah dan Tarbiyah

َ‫يَحْ ذَ ُرون‬

Dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka


telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

Inilah misi orang-orang yang tafaqquh fiddin. Mereka belajar


agama untuk diajarkan dan didakwahkan kepada kaumnya. Mereka
bukan sekedar belajar untuk dirinya sendiri namun memiliki misi
dakwah dan tarbiyah. Memberi peringataan kepada kaumnya agar
mereka bisa menjaga diri.

“Ujung ayat ini memberikan ketegasan kewajiban ahli ilmu, yakni


memberikan peringatan kepada kaumnya bila mereka pulang kepada
kaum itu, agar kaum itu berhati-hati,” kata Buya Hamka

11
PENUTUPAN

Puji dan Syukur saya ucapkan kepada Allah Swt, pencipta alam
semesta ini. Karena masih memberikan saya kesehatan, kemampuan
dan kepintaran. Sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Portofolio
Pendidikan Agama Islam ini dengan baik.

Saya juga tak lupa untuk berterimakasih kepada orangtua, bapak/ibu


guru dan teman-teman yang telah membantu dan mendukung saya,
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.

Adapun maksud dan tujuan saya untuk membuat Portofolio ini adalah
untuk menyelesaikan tugas ujian praktek tulis yang diberikan oleh
Bapak Guru Pendidikan Agama Islam yaitu Bapak Asep Wahyu
Mulyana,S.Pd.I.

Saya menyadari bahwa dalam portofolio ini belum sempurna, maka


dari itu saya sebagai Penyusun menerima kritik dan saran guna
tercapainya penyempurnaan portofolio ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bersamadakwah.net, (2020, 13 Agustus), Surat At Taubah Ayat 122,


Artinya, Tafsir dan Kandungan. Di akses pada 15 April 2022, dari
https://bersamadakwah.net/surat-at-taubah-ayat-122/

Dutaislam.com, (2018 Maret),Asbabun Nuzul Surah At-taubah Ayat 122


Tentang Keharusan Menuntut Ilmu, Di akses pada 15 April 2022, dari
https://www.dutaislam.com/2018/03/asbabun-nuzul-surah-at-taubah-ayat-122-
keharusan-menuntut-ilmu.html

Brainly.co.id, (2017, 01 Desember),hukum tajwidnya Q.S. at taubah ayat


122 beserta potongan ayatnya, Di akses pada 15 April 2022, dari
https://brainly.co.id/tugas/8977006

13

Anda mungkin juga menyukai