Anda di halaman 1dari 7

Uts etika dan tata kelola korporasi

No absensi : 04

Nama : Resyntha dewi swanthono

Nim : 125180413

Mata pelajaran: Etika dan Tata Kelola Korporasi

Kelas : IY

Kelompok 3 : kasus penyalahgunaan Raoid test bekas di Bandara Kualanamu

1. jelaskan secara jelas masalah kasus diatas sesuai masing2 kelompok

Dalam melakukan mobilitas di tengah pandemi Covid-19 salah satu persyaratan yang
wajib dipenuhi ketika melakukan perjalanan udara adalah menyertakan bukti rapid test
antigen yang negatif sebagai keterangan. Mekanisme rapid test tersebut menggunakan stik
swab sebagai alat pendeteksi protein yang dikeluarkan virus Covid-19 yang nantinya akan
menghasilkan limbah biologis yang berbahaya karena berpotensi sebagai media penularan.
Akan tetapi, hal itu justru dimanfaatkan oleh oknum tenaga medis pada salah satu bandara di
Indonesia untuk memanfaatkan stik swab bekas pakai dengan melakukan pencucian dan
pengemasan kembali sebagai bentuk daur ulang. Dalam hal ini, motif pencarian keuntungan
pribadi sebagai alasan tindakan tersebut melanggar etika tenaga dan code of conduct
perusahaan. Pelanggaran etika yang terjadi mengindikasikan tidak adanya nilai, moralitas,
kejujuran dan kebenaran informasi dan tindakan yang tidak sesuai dengan standar operasional
prosedur. Pusnatin Kemenkes, 2020 Pelanggaran terhadap 5 orang petugas rapid test yang
merupakan karyawan PT Kimia Farma. Berdasarkan data, terdapat 90 - 130 orang/hari yang
melakukan test rapid antigen di Bandara Kualanamu dengan harga untuk setiap kali tesnya
sebesar Rp200.000. Praktik daur ulang ini dilakukan dengan cara mencuci alat tes rapid
antigen yang sudah digunakan kemudian disimpan untuk penerima tes selanjutnya.

Salah satu dari sekian banyak faktor penyebab yang mungkin terjadi dari kasus ini adalah
akibat minimnya pengawasan. Kasus daur ulang tes rapid antigen ini dapat kita analisis dari
sisi etika profesional PT Kimia Farma yang dilanggar oleh para pelaku. ISI Suatu kasus tidak
dapat terkuak jika nihilnya laporan yang disampaikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
informasi yang bersifat valid serta guna menjawab kecurigaan yang ada. Dalam kasus daur
ulang swab antigen Kualanamu ini, penindakan yang dilakukan oleh Direktorat Reserse
Kriminal Khusus Polda Sumatera Utara atas penerimaan laporan keluhan dari masyarakat
yang pernah melakukan rapid antigen di Bandara Kualanamu yang merasakan terdapat
kejanggalan dibalik banyaknya hasil positif dari stik swab tersebut merupakan alasan dibalik
terangkatnya kasus ini. Dalam kasus rapid test bekas yang terjadi di Bandara Kualanamu
Medan, terdapat teknik yang dilakukan oleh oknum untuk memperlancar aksi untuk
melakukan test rapid antigen bekas kepada masyarakat di bandara.

Pelanggaran terhadap SOP dari rapid antigen bekas yang dilakukan oleh karyawan PT Kimia
Farma Diagnostika di Bandara Kualanamu ini merupakan bagaian dari etika dan nilai yang
harus dibenahi. Etika yang melekat pada diri setiap individu di perusahaan tercermin dari
budaya perusahaan PT Kimia Farma, yaitu “5 AS”. Budaya 5 AS ini mencakup kerja ikhlas,
kerja cerdas, kerja keras, kerja antusias, dan kerja tuntas.

Keenam oknum pelaku ini tidak menerapkan secara maksimal poin-poin dari apa
yang ditanam oleh perusahaan obat-obatan ini sejak lama. Selain itu, mereka juga tidak
mengindahkan dengan baik budaya kerja ikhlas, dimana seharusnya karyawan bekerja secara
tulus tanpa mengharapkan pamrih dan mengenyampingkan kepentingan individu. Terbukti
dengan penyelewengan yang terjadi, mereka secara bersekongkol memiliki iktikad dan niat
yang keji terhadap masyarakat dengan memberikan stik swab bekas yang dimasukkan
kedalam hidung pengguna.

Kasus “penyalahgunaan alat swab” merupakan kasus yang terjadi karena kurangnya
etika bisnis dari para oknum tenaga kesehatan. Oknum tersebut mengambaikan kode etik dan
mengabaikan moral dalam melakukan usaha tersebut demi kepentingan pribadi yang dalam
kasus ini tanpa menerapkan etika bisnis yang baik. Dalam kasus pelanggaran etika yang
terjadi ini merupakan perbuatan yang sangat merugikan, baik untuk Perseroan itu sendiri,
maupun masyarakat sebagai korban yang mempunyai orientasi dasar guna memenuhi
persyaratan perjalanan udara yang telah ditentukan. Pelanggaran ini juga menunjukkan
bahwa code of conduct yang telah dibuat agar dijadikan pedoman dalam bekerja seakan
menjadi sesuatu yang tidak memiliki nilai khusus untuk ditanamkan dalam diri seorang
pegawai, padahal kode etik tersebut merupakan sebuah regulasi yang bertujuan untuk
menciptakan keteraturan dan bersifat mengikat antara diri pegawai dengan Perseroan yang
ada. Petugas Medis Kimia farma mendapat ancaman pidana karena telah menggunakaan alat
stik swab bekas karena stik swab adalah limbah B3 yang artinya digunakan sekali dan tidak
dapat di daur ulang.
2. jelaskan secara detail yang dimaksud “masalah etika” dan kaitkan dengan kasus masing2 !

Budaya etis para oknum tenaga kerja kesehatan tersebut adalah untuk mengejar keuntungan
yang merugikan oranglain, yang di self-interest atau disebut dengan kepentingan diri sendiri.

Kode etik merupakan jawaban dan solusi atas permasalahan pelanggaran administrative oleh
banyak pakar. Etika yang di atur dalam suatu standar tertentu yang mengatur perbuatan yang
boleh dan tidak boleh dilakukan ini semakin menunjukan bahwa keseimbangan moral dan
pekerjaan membbentuk tata kelola organisasi yang jujur dan bertanggung jawab. Hal ini
selaras juga dengan apa yang di kemukakan oleh Kant bahwa sebagai prinsip dalam
ketetapakn mutlak (kode etik0 mengenai sesuatu yang benar dan tidak benar dinyatakan
sebagai dikotomi moral. Kode etik tenaga kesehatan tersebut akan berdampak pada sejauh
mana pelayanan kesehatan disuatu wilayah yang berlangsung.

Oleh karena itu, kasus pelanggaran etika tenaga medis dalam pemberian pelayanan kesehatan
tidak dapat terelakan kehadirannya di Indonesia. sebab itu pentingnya etika bisnis dan kode
etik dalam melakukan suatu bisnis untuk menghindari tindakan yang melanggar etika bisnis
yang merugikan.

3. jelaskan teori2 Etika yang anda ketahui dan kaitkan dengan kasus masing2

1) Egoisme
Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme, yaitu
egoisme psikologis dan egoisme etis. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang
menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri.
Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri. Yang
membedakan tindakan berkutat diri (egoisme psikologis) dengan tindakan untuk kepentingan
diri (egoisme etis) adalah pada akibatnya terhadap orang lain. Tindakan berkutat diri ditandai
dengan ciri mengabaikan atau merugikan kepentingan orang lain, sedangkan tindakan
mementingkan diri tidak selalu merugikan kepentingan orang lain.

2) Utilitarianisme
Menurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatan baik jika membawa manfaat bagi sebanyak
mungkin anggota masyarakat, atau dengan istilah yang sangat terkenal “the greatest
happiness of the greatest numbers”. Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme
etis terletak pada siapa yang memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang
kepentingan individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan orang
banyak (kepentingan bersama, kepentingan masyarakat).

Paham utilitarianisme dapat diringkas sebagai berikut :

a) Tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya (akibat, tujuan atau
hasilnya).
b) Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang penting
adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan.
c) Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.
d) Deontologi

Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban. Paham deontologi
mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama sekali dengan
tujuan, konsekuensi atau akibat dari tindakan tersebut. Konsekuensi suatu tindakan tidak
boleh menjadi pertimbangan untuk menilai etis atau tidaknya suatu tindakan. Suatu perbuatan
tidak pernah menjadi baik karena hasilnya baik. Hasil baik tidak pernah menjadi alasan untuk
membenarkan suatu tindakan, melainkan hanya kisah terkenal Robinhood yang merampok
kekayaan orang-orang kaya dan hasilnya dibagikan kepada rakyat miskin.
3) Teori Hak
Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang paling
banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku. Sebetulnya
teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena hak berkaitan dengan
kewajiban. Malah bisa dikatakan, hak dan kewajiban bagaikan dua sisi dari uang logam yang
sama. Dalam teori etika dulu diberi tekanan terbesar pada kewajiban, tapi sekarang kita
mengalami keadaan sebaliknya, karena sekarang segi hak paling banyak ditonjolkan. Biarpun
teori hak ini sebetulnya berakar dalam deontologi, namun sekarang ia mendapat suatu
identitas tersendiri dan karena itu pantas dibahas tersendiri pula. Hak didasarkan atas
martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu teori hak sangat cocok
dengan suasana pemikiran demokratis. Teori hak sekarang begitu populer, karena dinilai
cocok dengan penghargaan terhadap individu yang memiliki harkat tersendiri. Karena itu
manusia individual siapapun tidak pernah boleh dikorbankan demi tercapainya suatu tujuan
yang lain.
Menurut perumusan termasyur dari Immanuel Kant : yang sudah kita kenal sebagai orang
yang meletakkan dasar filosofis untuk deontologi, manusia merupakan suatu tujuan pada
dirinya (an end in itself). Karena itu manusia selalu harus dihormati sebagai suatu tujuan
sendiri dan tidak pernah boleh diperlakukan semata-mata sebagai sarana demi tercapainya
suatu tujuan lain.

4) Teori Keutamaan (Virtue Theory)


Dalam teori-teori yang dibahas sebelumnya, baik buruknya perilaku manusia dipastikan
berdasarkan suatu prinsip atau norma. Dalam konteks utilitarisme, suatu perbuatan adalah
baik, jika membawa kesenangan sebesar-besarnya bagi jumlah orang terbanyak. Dalam
rangka deontologi, suatu perbuatan adalah baik, jika sesuai dengan prinsip “jangan mencuri”,
misalnya. Menurut teori hak, perbuatan adalah baik, jika sesuai dengan hak manusia. Teori-
teori ini semua didasarkan atas prinsip (rule-based).

Disamping teori-teori ini, mungkin lagi suatu pendekatan lain yang tidak menyoroti
perbuatan, tetapi memfokuskan pada seluruh manusia sebagai pelaku moral. Teori tipe
terakhir ini adalah teori keutamaan (virtue) yang memandang sikap atau akhlak seseorang.
Dalam etika dewasa ini terdapat minat khusus untuk teori keutamaan sebagai reaksi atas
teori-teori etika sebelumnya yang terlalu berat sebelah dalam mengukur perbuatan dengan
prinsip atau norma. Namun demikian, dalam sejarah etika teori keutamaan tidak merupakan
sesuatu yang baru. Sebaliknya, teori ini mempunyai suatu tradisi lama yang sudah dimulai
pada waktu filsafat Yunani kuno.

5) Teori Etika Teonom


Sebagaimana dianut oleh semua penganut agama di dunia bahwa ada tujuan akhir yang ingin
dicapai umat manusia selain tujuan yang bersifat duniawi, yaitu untuk memperoleh
kebahagiaan surgawi. Teori etika teonom dilandasi oleh filsafat risten, yang mengatakan
bahwa karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya dengan
kehendak Allah. Perilaku manusia secara moral dianggap baik jika sepadan dengan kehendak
Allah, dan perilaku manusia dianggap tidak baik bila tidak mengikuti aturan/perintah Allah
sebagaimana dituangkan dalam kitab suci.

Sebagaimana teori etika yang memperkenalkan konsep kewajiban tak bersyarat diperlukan
untuk mencapai tujuan tertinggi yang bersifat mutlak. Kelemahan teori etika Kant teletak
pada pengabaian adanya tujuan mutlak, tujuan tertinggi yang harus dicapai umat manusia,
walaupun ia memperkenalkan etika kewajiban mutlak. Moralitas dikatakan bersifat mutlak
hanya bila moralitas itu dikatakan dengan tujuan tertinggi umat manusia. Segala sesuatu yang
bersifat mutlak tidak dapat diperdebatkan dengan pendekatan rasional karena semua yang
bersifat mutlak melampaui tingkat kecerdasan rasional yang dimiliki manusia.

Menurut saya dalam kasus penyalahgunaan alat swab bekas itu berkaitan dengan teori egoism
karna untuk kepentingan diri sendiri.

4. salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam membahas etika bisnis dan profesi
adalah dengan bertolak dari pemahaman terhadap manusia sebagai mahluk yang utuh.
Mengapa pemahaman terhadap manusia penting dan relevan dalam kajian etika bisnis dan
profesi. Kaitkan dengan kasus masing2.

Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain adalah:

1. Pengendalian diri
2. Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
3. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi
4. Menciptakan persaingan yang sehat
5. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
6. Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
7. Mampu menyatakan yang benar itu benar
8. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha ke bawah
9. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
10. Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang
berupa peraturan perundang-undangan

pentingnya etika yang harus diterapkan pada perusahaan bisnis, tentunya etika memiliki fungsi
yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan itu sendiri. Permasalahan etika bisnis
yang terjadi di perusahaan bervariasi antara fungsi perusahaan yang satu dan fungsi perusahaan
lainnya. Hal ini terjadi karena operasi perusahaan sangat terspesialisasi dalam berbagai bidang
profesi, sehingga setiap fungsi perusahaan cenderung memiliki masalah etika tersendiri.

Dalam kasus kami pelaku kurang menjalankan etika bisnis yaitu pengendalian diri,
pengembangan tanggung jawab, menciptakan persaingan yang sehat dan menumbuhkan
kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati.

Faktor lain yang membuat pebisnis melakukan pelanggaran antara

lain:

 Banyaknya kompetitor baru dengan produk mereka yang lebih menarik


 Mengejar Keuntungan dan Kepentingan Pribadi (Personal Gain and Selfish Interest)
 Ingin menambah mangsa pasar
 Ingin menguasai
 Pertentangan antara Nilai-Nilai Perusahaan dengan Perorangan (Business Goals
versus Personal Values)

Yang termasuk dalam faktor lain dalam kasus kami adalah mengejar keuntungan dan
kepentingan pribadi (personal Gain and Selfish Interest)

Anda mungkin juga menyukai