Anda di halaman 1dari 13

ETIKA BISNIS

UJIAN TENGAH SEMESTER

Soal dan Jawaban UTS Etika Bisnis

Review Artikel Business ethics, corporate social responsibility, and brand attitudes:
An exploratory study

OLEH:

NAMA NIM / Absen

Amadeus Vincent Reziario Nugraha 1881621001 / 2

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
1. Apakah faktor agama dan adat - istiadat mempengaruhi pembuatan keputusan etis?
Jika ada mohon diberikan contoh dan jelaskan!
Jawaban :
Faktor Agama Dan Adat Istiadat pasti selau akan mempengaruhi pengmbilan
keputusan etis. Setiap pengambilan keputusan dalam apapun selalu disarankan
memahami nilai yang diyakini maupun kaidah agama yang dianut oleh masyarakat
setempat khusunya. Untuk memahami ini dibutuhkan proses. Semakin tua
seseorang akan semakin banyak pengalaman dan akan lebih mengenal nilai nilai
agama tempatnya. Selain faktor agama faktor adat istiadat juga berpengaruh pada
seseorang dalam pembuatan keputusan etik. Karena tidak dipungkiri tidak hanya
dalam suatu perusahaan bahkan dalam apapun yang diputuskan seseorang harus
melihat adat istiadat juga di sekitarnya contoh misalnya rumah makan saya
sebutkan pilih rumah makan manado yang menu utamanya daging babi dan anjing
misalnya misalnya secara adat istiadat dan agama di sekitarnya merupakan
kampung islam tetapi rumah makan ini tetap membuka warungnya tanpa
memperhatikan tempat di sekitarnya misalnya pembuangan sisa masakan atau
hasil olahan sembarangan perilakudan pengambilan keputusan seperti ini akan
membuat rumah makan tersebut rugi sendiri dalam hal terkait dengan agama dan
adat istiadat

2. Apakah ada keterlibatan Akuntan Profesional dengan munculnya kasus Enron?,


jika ada adakah nilai-nilai etika yang dilanggar, sebutkan dan jelaskan!.
Jika ada, berikan suatu contoh nilai-nilai etika yang dilanggar oleh Akuntan
Profesional di Indonesia dalam menjalankan profesinya, jelaskan!
Jawaban:
 Menurut saya, dari kasus ini Enron dan KAP Arthur Andersen telah melanggar
kode etik dan ingkar dari tanggung jawab yang seharusnya menjadi pedoman
dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Pelanggaran tersebut
awalnya mendatangkan keuntungan bagi Enron, tetapi akhirnya menjatuhkan
kredibilitas bahkan menghancurkan Enron dan KAP Arthur Andersen. Di dalam
kasus ini, KAP yang seharusnya bisa bersikap menjunjung tinggi independensi
dan profesionalisme tidak dilakukan oleh KAP Arthur Andersen. Karena
perbuatan mereka inilah, kedua-duanya telah menuai kehancuran dimana Enron
bangkrut dengan meninggalkan hutang milyaran dolar sedangkan KAP Arthur
Andersen sendiri kehilangan ke-independensiannya dan kepercayaan dari
masyarakat terhadap KAP tersebut dan dapat juga berdampak pada karyawan
yang bekerja di KAP Arthur Andersen dimana mereka menjadi sulit untuk
mendapatkan pekerjaan akibat kasus ini. Dimana pentingnya peran profesi
Akuntan khususnya Akuntan Publik di pasar modal guna melindungi kepentingan
publik.Tantangan Akuntan Publik yakni menjaga kualitas dan kepercayaan yang
diberikan oleh masyarakat dalam memberikan informasi mengenai kondisi
keuangan suatu perusahaan.
 Contoh untuk di Indonesia saya ambil Seorang akuntan publik yang membuat
laporan keuangan perusahaan Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman modal
senilai Rp 52 miliar dari BRI Cabang Jambi pada 2009, diduga terlibat kasus
korupsi dalam kredit macet. Dalam kasus ini, seorang akuntan publik (Biasa
Sitepu) sudah melanggar prinsip kode etik yang ditetapkan oleh KAP ( Kantor
Akuntan Publik ). Biasa Sitepu telah melanggar beberapa prinsip kode etik
diantaranya yaitu :
1. Prinsip tanggung jawab : Dalam melaksanakan tugasnya dia (Biasa Sitepu)
tidak mempertimbangkan moral dan profesionalismenya sebagai seorang
akuntan sehingga dapat menimbulkan berbagai kecurangan dan membuat
ketidakpercayaan terhadap masyarakat.
2. Prinsip integritas : Awalnya dia tidak mengakui kecurangan yang dia
lakukan hingga akhirnya diperiksa dan dikonfrontir keterangannya dengan
para saksi.
3. Prinsip obyektivitas : Dia telah bersikap tidak jujur, mudah dipengaruhi
oleh pihak lain.
4. Prinsip perilaku profesional : Dia tidak konsisten dalam menjalankan
tugasnya sebagai akuntan publik telah melanggar etika profesi.
5. Prinsip standar teknis : Dia tidak mengikuti undang-undang yang berlaku
sehingga tidak menunjukkan sikap profesionalnya sesuai standar teknis dan
standar profesional yang relevan.
3. Brooks & Dunn mengemukakan tiga teori etika yang relevan bagi profesi akuntan,
yakni teleology, deontology, dan justice and fairness. Apa ciri-ciri utama dari tiap-
tiap teori tersebut dan apakah ada kelemahannya?
Jawaban:
Teleologi : Utilitarianisme dan Impact Analysis
Teleologi berasal dari bahasa Yunani telos yang berarti akhir, konsekuensi atau
hasil. Jadi teori teologi memperlajari perilaku etika yang berkaitan dengan hasil
dari keputusan-keputusan beretika. Teologi dikembangkan oleh filsuf-filsuf aliran
empirin dari Inggris, seperti John Locke (1632-1704), Jeremy Bentham (1748-
1832), James Mill (1773-1836) dan John Stuart Mill (1806-1873).
Menurut teori teologi, suatu keputusan etika yang benar atau salah tergantung
apakah keputusan tersebut memberikan hasil yang positif jika benar dan negatif
jika salah. Kualitas etika dari pengambilan keputusan dan keputusannya ditentukan
berdasarkan hasil dari keputusan tersebut.
Utilitarianisme mendefinisikan baik atau buruk dalam bentuk konsekuensi
kesenangan (pleasure) dan kesakitan (pain). Tindakan beretika adalah tindakan
yang menghasilkan kesenangan atau rasa senang yang paling banyak atau rasa
sakit yang paling sedikit. Teori ini berdasarkan asusmsi bahwa tujuan hidup adalah
untuk bahagia dan segala sesuatu yang mendorong kebahagiaan secara etika baik.
Utilitarianisme bebeda dengan hedoisme. Hedoisme pada individu yang mengejar
kesenangan individual. Sedangkan utilitarianisme melihat kesenangan pada tingkat
masyarakat. Terdapat dua aliran dari utilitarianisme, yaitu utilitarianisme tindakan
dan utilitarianisme aturan.
Utilitarianisme memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pertamaadalah belum
ada satu ukuran untuk kesenangan dan kebahagiaan. Kedua adalah permasalahan
dalam distribusi dan intensitas kebahagiaan. Ketiga adalah menyangkup cakupan.
Keempat adalah kepentingan minoritas yang terabaikan akibat keinginan untuk
memenuhi kebahagiaan lebih banyak orang (mayoritas). Kelima, utilitarianisme
mengabaikan motivasi dan hanya berfokus pada konsekuensi.
Etika Deontologi : Motivasi untuk berperilaku
Deontologi berasal dari bahasa Yunanideon yang berarti tugas atau kewajiban.
Deontologi terkait dengan tugas dan tanggung jawab etika seseorang. Deontologi
mengevaluasi perilaku beretika berdasarkan motivasi dari pengambilan keputusan.
Menurut teori deontologi, suatu tindakan dapat saja secara etika benar walaupun
tidak menghasilkan selisih positif antara kebaikan dan keburukan untuk
pengambilan keputusan atau masyarakat secara keseluruhan.
Immanuel Kant (1724-1804), suatu kebaikan yang tidak berantahkan adalah niat
baik, niat untuk mengikuti apapun yang menjadi alasan untuk melakuakn tindakan
tersebut tanpa mempedulikan konsekuensi dari tindakan tersebut terhadap diri
sendiri.
Kant mengembangkan dua “hukum” untuk menilai tindakan yang beretika.
Pertama adalah categorical imperative. Ini, menurutnya merupakan prinsip utama
dari moralitas. Hukum ini menuntut kita untuk bertindak dengan
mempertimbangkan bahwa orang lain yang berada dalam situasi yang sama akan
melakukan tindakan yang sama. Hukum ini disebut imperative karena harus ditaati
dan disebut categorical karena tidak bersyarat dan absolut.
Hukum kant yang kedua adalah Praticial Imperative dalam berhubungan dengan
pihak lain. Setiap orang harus kita perlakukan sama, sebagaimana kita
memperlakukan diri sendiri. Jika kita menjadikan diri kita sebagai tujuan,
demikian pula kita menjadikan orang lain sebagai tujuan bagi dirinya. Kita dapat
memanfaatkan orang lain sepanjang orang tersebut juga menjadi bagian dari tujuan
kita. Teori deontologi juga dianggap memiliki kelemahan.
Kelemahan pertama adalah categorical imperative tidak memberikan pedoman
yang jelas untuk memutuskan apa yang benar dan salah ketika dua hukum moral
bertentangan dan hanya satu yang dapat diakui. Hal yang terpenting dalam
deontologi adalah niat dari pengambilan keputusan dan ketaatan pengambilan
keputusan terhadap caterogical imperative.

Justice and Fairness – Memeriksa Keseimbangan


Filsuf Inggris David Hume (1711-1776), menyakini bahwa kebutuhan keadilan
muncul karena dua alasan. Pertama bahwa manusia tidak selalu bersifat baik dan
penolong, dan kedua adalah masalah kelangkaan sumber daya. Hume
beragumentasi justice sebagaimana makanisme. Justice adalah proses pemberian
atau alokasi sumber daya dan beban berdasarkan alasan rasional. Ada dua aspek
dari justice, yaitu procedural justice (proses penentuan alokasi) dan distributive
justice (alokasi yang dilakukan).
Procedural justice berkepentingan dengan bagaimana justice diadministrasikan.
Aspek utama dari suatu sistem hukum yang adil adalah prosedur yang adil dan
transparan. Keadilan juga dapat dinilai berdasarkan fakta.

4. Rerangka ethical decision making menempatkan stakeholder impact analysis pada


posisi yang sangat sentral. Mengapa?
Jawaban:
Sesuai dengan konsep dari analisisinya, maka stakeholder impact analysis
merupakan penerapan teori utilitarianisme dalam keputusan bisnis. Kelebihan dari
stakeholder impact analysis ini adalah memberikan kerangka analisis mengenai
pihak-pihak yang kemungkinan terkena pengaruh dari keputusan yang diambil.
Mengapa posisinya sentral? Karena dalam posisinya analisis ini memiliki peranan
penting khususnya dalam pengambilan keputusan bisnis khusunya pada porsi
kepentingan para stakeholder.
Tahapan dalam stakeholder impact analysis adalah sebagai berikut:
1. Analisi kepentingan dari masing-masing pemangku kepentingan
2. Hitung dampak yang dapat dikuantifikasi diantaranya:
a. Laba.
b. Dampak yang tidak tercakup dalam laba namun dapat diukur langsung.
Biasanya ini adalah biaya eksternalitas, misalnya biaya kerusakan
lingkungan akibat tidak dilakukan pengolahan limbah. Atau biaya
kemacetan lalu lintas dengan bertambahnya jumlah kendaraan.
c. Dampak yang tidak tercakup dalam laba dan tidak dapat diukur langsung.
Misalnya biaya pengobatan dari penyakit yang mungkin terjadi akibat polusi
yang dilakukan perusahaan. Atau biaya sosial akibat pengurangan pegawai.
d. Hitung net present value dari selisih present velue dari biaya akibat tindakan
yang sedang dipertimbangkan akan dilakukan.
e. Hitung risk benefit analysis.
f. Identifikasi pemangku kepentingan yang beropetensi terkena pengaruh dari
keputusan dan buat peringkat.
3. Lakukan penilaian terhadap dampak yang tidak dapat dikuantifikasi.
a. Keadilan dan kesetaraan antara pemangku kepentingan.
b. Hak-hak dari pemangku kepentingan.

5. Jelaskan secara ringkas terkait dengan isi kasus “Tylenol Recalls (2010): It’s Still
about Reputation”!
Jawaban:
Johnson & Johnson merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam
pembuatan dan pemasaran obat-obatan serta alat kesehatan lainnya di banyak
negara di dunia. Tylenol adalah obat rasa nyeri yang di produksi oleh McNeil
Consumer Product Company yang kemudian menjadi bagian anak perusahaan
Johnson & Johnson. Pada hari kamis tgl 30 September 1982, adanya laporan
korban meninggal dunia di Chicago setelah meminum kapsul obat Extra Strength
Tylenol. Kasus kematian ini menjadi awal penyebab rangkaian krisis management
yang telah dilakukan oleh Johnson & Johnson.
Pada tanggal 30 April 2010, J & J ini McNeil Consumer Healthcare, LLC (McNeil
Division) "menarik 50 versi obat anak-anak, termasuk Tylenol, Motrin dan
Benadryl. Ini adalah penarikan keempat dalam tujuh bulan. Sebelumnya
penarikan : November 2009 Tylenol karena laporan adanya jamur-seperti bau yang
tidak biasa yang menyebabkan beberapa kasus mual, sakit perut, muntah, dan
diare.
Desember 2009-November penarikan diperluas ke semua produk. Januari 2010-an
jumlah yang dirahasiakan dari kontainer Tylenol, Motrin setelah konsumen
mengeluh merasa sakit.
Puerto Rico. J & J menutup pabrik Fort Washington pada bulan April 2010
sebelum inspeksi mendadak dari Food and Drug Administration (FDA). Namun
menurut FDA Pernyataan kepada Komite Pengawasan dan Reformasi Pemerintah
DPR AS pada Mei, 21, 2010,5 FDA kekhawatiran atas proses manufaktur
perusahaan mulai beberapa tahun sebelumnya.
FDA bertanggung jawab untuk memastikan bahwa perusahaan memproduksi dan
mendistribusikan obat yang aman bagi konsumen sesuai dengan Proses saat ini
Good Manufacturing (cGMP) yang mencakup persyaratan minimum untuk
metode, fasilitas, dan kontrol yang digunakan dalam pembuatan dan kemasan
produk.

Selama tahun 2009, FDA mengidentifikasi beberapa masalah yaitu:


1. Pada Fort Washington, kegagalan McNeil untuk memenuhi standar sendiri
untuk bahan, selulosa mikrokristalin, yang diperlukan untuk menggunakan input
tanpa bakteri negatif dimana 8 juta botol produk jadi ditarik kembali pada bulan
Agustus.
2. Pada Las Piedras, Puerto Rico, FDA mendesaknya mengakibatkan McNeil
menyelidiki tentang produk dari pabrik yang memiliki bau apak, dan menemukan
bahwa itu disebabkan oleh pestisida (2, 4, 6-Tribromoanisole atau TBA) yang
digunakan pada palet kayu penyimpanan untuk botol obat kosong.
Dalam hal ini, McNeil harus melaporkan masalah ke FDA dalam waktu 3 hari
laporan pertama. Insiden ini menyebabkan FDA untuk mengirim surat peringatan
pada tanggal 15 Januari 2010, untuk McNeil, tetapi manajemen atas pada McNeil
atau J & J merespons dengan menjamin penyelidikan tepat waktu dan resolusi
masalah yang diangkat. Pada waktu yang sama, FDA menyelidiki laporan tentang
kematian seorang gadis 6 tahun tapi tidak bisa berhubungan kematiannya ke salah
satu obat perusahaan.
Pada tanggal 19 Februari 2010, FDA menyebutkan pejabat senior dari McNeill dan
perusahaan induknya J & J melakukan pertemuan untuk melihat tentang pola
pelanggaran standar cGMP, mengingat adanya surat peringatan, dan kegagalan
untuk melaporkan informasi kepada FDA pada waktu yang tepat.
Para peneliti FDA kembali ke pabrik Fort Washington pada bulan April 2010
menemukan bahwa pabrik hanya beberapa hari sebelum itu telah ditutup karena
partikulat termasuk acetaminophen, selulosa, nikel, dan kromium telah ditemukan
di beberapa obat cair. Selain itu, bakteri dan jumlah partikulat melebihi standar
cGMP perusahaan, dan Tylenol kekuatan yang terlalu tinggi telah diproduksi, tapi
tidak dijual.
Meskipun partikulat yang cukup kecil untuk melewati melalui saluran usus tanpa
membahayakan, ada kekhawatiran dibenarkan atas kurangnya budaya dan
perlindungan keselamatan sadar tepat di tempat. Laporan FDA menyimpulkan
dengan menunjukkan bahwa mereka tidak berpikir publik telah tunduk pada risiko
kesehatan yang serius, tetapi mereka khawatir dan akan bekerja dengan
manajemen untuk memperbaiki masalah ini.
Mereka juga mempertimbangkan tindakan penegakan hukum seperti hukuman
pidana. Pada tanggal 21 Juli 2010, FDA merilis sebuah laporan investigasi yang di
lain J & J yang terletak di Lancaster PA-yang menunjukkan : pola mengabaikan
aturan untuk pembuatan dan kualitas, kegagalan untuk menyelidiki masalah yang
dapat mempengaruhi komposisi produk, kecerobohan dalam membersihkan dan
memelihara peralatan, dan pencatatan jelek.
Laporan tersebut terdaftar 12 jenis pelanggaran, termasuk yang berikut: "Kontrol
Laboratorium tidak termasuk pembentukan prosedur pengujian suara dan tepat
ilmiah untuk memastikan bahwa produk obat sesuai dengan standar yang sesuai
identitas, kekuatan, kualitas dan kemurnian" Prosedur untuk mencegah "
mikroorganisme, objek "dari masuk ke obat-obatan muncul tidak diikuti.
"Penyimpangan dari prosedur tes tertulis tidak dibenarkan." Staf tidak
menindaklanjuti "untuk menentukan penyebab berulang campuran-up tablet."
Prosedur tertulis untuk pembersihan dan pemeliharaan tidak memiliki cukup detail
tentang metode, peralatan dan bahan-bahan untuk menjadi bekas. Tanaman tidak
memiliki produksi obat baru dan catatan kontrol kualitas tersedia untuk inspektur,
seperti yang diperlukan. Sampel produk obat yang diambil untuk menentukan
apakah mereka memenuhi spesifikasi tertulis tidak diidentifikasi dengan benar.
Tidak ada program pemeliharaan preventif untuk setidaknya lima jenis manufaktur
yang kompleks atau peralatan pengujian.
Menurut Associated Press, pada hari laporan ini dirilis, J & amp; Saham J turun
2,5 persen menjadi $ 57,12. Perkiraan biaya penarikan dan penutupan pabrik Fort
Washington adalah $ 600 million pada tahun 2010. Manajer pabrik Fort
Washington telah dipecat dan 300-400 pekerja telah kehilangan pekerjaan mereka.
Judul Business ethics, corporate social responsibility, and brand
attitudes: An exploratory study
Jurnal Publikasi Journal of Business Research (2018)
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2018.07.039
Penulis O.C. Ferrell et all
Reviewer Amadeus Vincent Reziario Nugraha
Fenomena Penting untuk memahami kepentingan relatif etika bisnis dan
tanggung jawab sosial dalam menentukan sikap pada merek.
Namun, ada kegagalan dalam penelitian sebelumnya untuk
membedakan antara sikap terhadap etika bisnis dan CSR. Maka
dari itu dari penelitian ini peneliti mengkaji kembali bagaimana
etika bisnis, CSR , dan sikap merek saling berkaitan.
Tujuan Penelitian ini mengkaji penelitian merek-pelanggan yang terkait
Penelitian dengan etika bisnis dan tanggung jawab sosial dan melakukan
studi untuk mengevaluasi sikap pelanggan.
Rumusan Bagaimanakah hubungan antara Etika Bisnis, CSR, dan juga Brand
Masalah Attitude berpengaruh satu sama lain?
Kajian Teoritis Ada beberapa penelitian penting yang mengevaluasi etika bisnis
dan Hipotesis dan CSR dalam hal definisi dan hubungannya dengan sikap merek.
Sementara sebagian besar pekerjaan ilmiah tentang etika bisnis dan
definisi CSR bertentangan, ada kesepakatan bahwa etika bisnis
lebih terkait dengan pengambilan keputusan unit sosial dan
individu dan CSR lebih terkait dengan dampak pada pemangku
kepentingan. Sementara etika bisnis dan CSR biasanya
didefinisikan sebagai saling terkait dalam penelitian terkait dengan
sikap merek, perilaku positif atau hasil pemangku kepentingan
mendukung sikap merek yang positif (Brunk, 2012).
Sehingga Hipotesis yang dapat dibentuk adalah:
H1: Ekspektasi pelanggan terhadap CSR akan memiliki efek positif
pada persepsi perilaku CSR ketika perilaku perusahaan positif
tetapi akan memiliki efek yang kurang menguntungkan ketika
perusahaan menyajikan kombinasi negatif CSR atau perilaku etika.
H2: Ekspektasi pelanggan terhadap CSR akan memiliki efek positif
pada perilaku etika bisnis yang dirasakan ketika perilaku
perusahaan positif tetapi akan memiliki efek yang kurang
menguntungkan ketika perusahaan menyajikan kombinasi negatif
CSR atau perilaku etika.
H3: Ekspektasi pelanggan terhadap etika bisnis akan memiliki efek
positif pada perilaku CSR yang dirasakan ketika perilaku
perusahaan positif tetapi akan memiliki efek yang kurang
menguntungkan ketika perusahaan menyajikan kombinasi negatif
CSR atau perilaku etika.
H4: Harapan pelanggan terhadap etika bisnis akan memiliki efek
positif terhadap perilaku etika bisnis yang dirasakan ketika
perilaku perusahaan positif tetapi akan memiliki efek yang kurang
menguntungkan ketika perusahaan menyajikan kombinasi negatif
CSR atau perilaku etika.
H5: Respons pelanggan terhadap persepsi perilaku CSR perusahaan
akan berdampak pada sikap mereka terhadap merek.
H6: Respons pelanggan terhadap persepsi perilaku etika bisnis
perusahaan akan memengaruhi sikap mereka terhadap merek.
Metodelogi Perangkat lunak SmartPLS 3 digunakan untuk analisis. PLS-SEM
Penelitian diterima secara luas di seluruh disiplin ilmu sebagai teknik yang
kuat. PLS-SEM paling tepat dalam studi di mana teori kurang
berkembang dan prediksi dan penjelasan konstruk endogen adalah
tujuan utama. Karena penelitian ini berfokus pada prediksi, PLS-
SEM adalah pilihan yang tepat untuk analisis.
Pengukuran dan model struktural diperiksa secara terpisah untuk
masing-masing dari empat skenario. Pemuatan luar dalam skenario
1 dan 2 melebihi 0,70 dan signifikan, sedangkan dalam skenario 2
dan 3 beberapa item berada di bawah 0,70 tetapi masih memenuhi
pedoman yang direkomendasikan. Pertanggungjawaban komposit
dan varians rata-rata yang diekstraksi melebihi pedoman yang
direkomendasikan.
Teknik Analisis Skala dan pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini
dan Pengukuran diadaptasi dari yang ada sementara yang lain, harapan umum
terhadap tanggung jawab sosial perusahaan dan perilaku etis
perusahaan, adalah perluasan dari skala sebelumnya. Skala yang
mengukur ekspektasi umum konsumen dari CSR perusahaan dan
etika bisnis didasarkan pada konseptualisasi teoritis yang mapan
dan kemudian diperluas dari penelitian sebelumnya (Choi & La,
2013; Creyer, 1997; Hess et al., 2003; Kang & Hustvedt , 2014;
Skarmeas & Leonidou, 2013; Vlachos et al., 2009). Sikap merek
diukur pada 10 pt. skala menggunakan 4 item yang diadaptasi dari
Wagner, Lutz, dan Weitz (2009). Tanggapan yang dirasakan atas
tanggung jawab sosial perusahaan dan perilaku etis merek,
sebagaimana disajikan dalam setiap skenario, diukur pada 10 pt.
skala dengan item tunggal diadaptasi dari Grappi, Romani, dan
Bagozzi (2013). Semua konstruksi mengandung minimal tiga item,
dengan pengecualian pertanyaan tentang tanggapan yang dirasakan
terhadap CSR dan perilaku etis, yang diukur menggunakan item
tunggal dari penelitian sebelumnya yang mengevaluasi perilaku
perusahaan (Grappi et al., 2013).
Temuan dan/atau Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang ekspektasi
Hasil Penelitian pelanggan akan etika bisnis dan CSR dan bagaimana mereka
memengaruhi sikap terhadap merek. Kami membandingkan sikap
terhadap perilaku positif dan negatif untuk etika bisnis dan
kegiatan CSR seperti yang diamati dalam praktik. Ketika diminta
untuk meninjau deskripsi etika bisnis dan CSR, 74,9% responden
menyatakan bahwa etika dan tanggung jawab sosial sama
pentingnya. Ini menunjukkan bahwa pelanggan menghargai kedua
perilaku ini. Sementara pelanggan menghargai kedua perilaku,
ketika konstruksi deskriptif dikembangkan dari praktik organisasi,
etika memiliki dampak lebih besar pada sikap merek daripada
CSR.
Keempat skenario yang diteliti menunjukkan perilaku tipikal yang
terkait dengan artefak organisasi. Dalam etika bisnis positif dan
skenario CSR yang positif, perusahaan berfokus pada hubungan
jangka panjang dengan pelanggan dan komunikasi yang jujur dan
transparan. Selain itu, perusahaan terlibat dengan inisiatif filantropi
dan keberlanjutan. Sebaliknya, etika bisnis negatif dan skenario
CSR negatif terlibat dalam klaim palsu tentang keberlanjutan, yang
mencakup pelanggaran peraturan, diskriminasi gender, dan
peluang besar untuk pelanggaran lingkungan. Perusahaan yang
menunjukkan pelanggaran hukum utama dikaitkan dengan persepsi
negatif tentang CSR dan etika bisnis, terutama ketika manajemen
menutupi kesalahan tersebut. Ini mungkin karena perilaku tidak
etis lebih langsung berhubungan dengan sikap merek dan produk
yang dapat mempengaruhi kinerja.
Skenario CSR negatif membahas masalah-masalah yang berkaitan
dengan kekurangan dalam keberlanjutan, tumpahan minyak, dan
kegagalan untuk terlibat dalam kegiatan filantropi, tetapi pada saat
yang sama perusahaan memiliki etika yang kuat dan program
kepatuhan dengan reputasi toleransi nol pada penyuapan dan
konflik kepentingan. Skenario CSR dan etika negatif positif
memiliki kegiatan yang bertanggung jawab secara sosial termasuk
kegiatan filantropis, tetapi dalam kombinasi kesalahan utama yang
terkait dengan penjualan yang menipu, mengambil keuntungan
dari pelanggan dan tidak bersikap jujur dan transparan.
Kesimpulan Empat skenario menawarkan variasi dalam perilaku perusahaan
terkait dengan perilaku positif dan negatif tanggung jawab sosial
pelanggan dan etika bisnis. Temuan studi dari panel yang terdiri
dari 351 responden memberikan wawasan baru terkait dengan
harapan pelanggan dan persepsi tentang CSR perusahaan dan
perilaku etika bisnis. Kami menyimpulkan bahwa meskipun sikap
CSR tetap penting, pelanggan menilai etika bisnis sebagai perilaku
kritis dalam persepsi mereka tentang sikap merek.
Rekomendasi Penelitian di masa depan harus fokus pada moderator yang dapat
untuk Penelitian menjelaskan kekuatan hubungan antara ekspektasi etika bisnis dan
Selanjutnya CSR terkait dengan sikap band. Bagaimana kesetiaan,
kepercayaan, dan pengalaman dengan suatu merek memengaruhi
reaksi terhadap perilaku bisnis dan kegiatan CSR? Penelitian ini
memberikan dasar yang kuat untuk arah baru dalam etika bisnis
dan penelitian CSR. Melihat kedua bidang ini sebagai berbeda
terkait dengan sikap terhadap merek dapat memperluas dan
mengubah arah penelitian akademik dan fokus manajerial. Peluang
untuk memperluas wawasan dan pengetahuan dalam topik penting
ini menarik.

Anda mungkin juga menyukai