Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi
THE pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman
sesuai dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik
dengan tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS
THE melalui media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan
dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
SAMBAS, 21 DESEMBER 2021
Nama Mahasiswa
SOPAN HADI
858059607
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
1. Faisya, balita berusia 4 tahun menggunakan alat bantu dengar sejak usia 2 tahun atas
rekomendasi dokter. Orang tuanya baru menyadari Faisya mengalami masalah
pendengaran saat usia 3 bulan karena Faisya tidak merespon pada sebagian besar sumber
bunyi. Selain itu Faisya berkomunikasi dengan menggunakan isyarat dan gesture karena
tidak bisa berbicara.
a. Jelaskan mengenai beberapa faktor yang kemungkinan besar menjadi penyebab
hambatan pendengaran yang dialami Faisya berdasarkan waktu terjadinya!
Jawaban:
Faisya merupakan penyandang tunarungu atau memiliki hambatan pendengaran,
dimana anak tunarungu memiliki ciri-ciri yaitu tidak merespon sumber bunyi dan
berkomunikasi dengan menggunakan isyarat serta gesture karena tidak bisa berbicara.
Faktor penyebab kebutuhan khusus Faisya berdasarkan waktu terjadinya adalah
ketunarunguan prabahasa (prelingual deafness), yaitu kehilangan pendengaran yang
terjadi sebelum kemampuan bicara dan bahasa berkembang. Sedangkan berdasarkan
penyebab terjadinya tunaungu tipe sensorineural, dimana tipe ini disebabkan oleh
factor genetic (ketunarunguan) maksudnya bahwa ketunarunguan tersebut disebabkan
oleh gen ketunarunguanyang menurun dari orang tua kepada anaknya dan
kemungkinan juga factor nongenetic antara lain rubella campak jerman, yaitu
penyakit yang disebabkan oleh virus yang sering berbahaya dan sulit dan sulit
didiagnosa secara klinis. Penyakit ini lebih berbahaya jika terjadi pada ibu hamil
terutama pada usia kandungan trisemester pertama (3 bulan pertama) karena dapat
menimbulkan kelainan pada janin. Virus tersebut dapat membunuh pertumbuhan sel-
sel dan menyerang jaringan-jaringan pada mata, telinga, dan atau organ lainnya;
ketidaksesuaian antara darah ibu dan anak. Apabila seorang ibu yang mempunyai
darah dengan Rh- mengandung janin dengan Rh+ maka system pembuangan antibody
pada seorang ibu sampai pada sirkulasi janin dan merusak sel-sel darah Rh+ pada
janin yang mengakibatkan bayi mengalami kelainan (yang salah satunya adalah
tunarungu; meningitis, yaitu radang selaput otak yang disebabkan oleh bakteri yang
menyerang labyrinth (telinga dalam) melalui system sel-sel udara pada telinga tengah.
Meningitis menjadi penyabab yang tetap untuk ketunarunguan yang bersifat acquired
(ketunarunguan yang didapat setelah lahir); dan trauma akustik yang disebabkan oleh
adanya suara bising dalam waktu yang lama (misalnya suara mesin dipabrik).
Selain itu juga Faisya mengalami hambatan dalam bericara dan Bahasa karena Faisya
kehilangan pendengaran.
b. Bagaimana dampak kebutuhan khusus yang dialami Faisya tersebut dalam
kemampuan komunikasi dan sosialnya!
Jawaban:
Menurut Delphie (2006:103) Anak Tunarungu adalah anak yang memiliki hambatan
dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen dan biasanya memiliki
hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Anak
Tunarungu mengalami gangguan komunikasi secara verbal karena kehilangan
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
b. Untuk dapat disebut sebagai sekolah inklusi yang sebenarnya juga dibutuhkan
tenaga pendidik dan tenaga non pendidik (seperti dokter, psikolog, konselor,
dan sebagainya) yang tidak serta-merta dapat dipenuhi oleh sekolah yang
memproklamirkan diri sebagai sekolah inklusi.
c. Meskipun disebut sebagai sekolah Inklusi yang secara teoritis bisa menerima
semua anak tanpa memandang normal atau tidak normal, namun dalam praktik
di lapangan sekolah inklusi biasanya hanya menerima anak cacat yang
berkategori ringan, bukan yang berkategori sedang atau berat.
3. Salah satu tugas guru bagi anak berkebutuhan khusus adalah menyusun rencana
intervensi yang sesuai dengan kebutuhan khusus anak. Hasil asesmen menunjukkan
seorang siswa berkesulitan membaca di kelas 3 SD sudah bisa mengeja semua
alphabet, namun mengalami kesulitan dalam merangkai huruf menjadi kata, terutama
untuk kata yang mengandung kombinasi huruf yang mirip dan kata yang mengandung
konsonan rangkap. Intervensi kesulitan membaca pada kasus tersebut akan dirancang
melalui teknik Fernald¸ dengan panduan sebagai berikut:
a. Jelaskan secara singkat prinsip dari teknik Fernald!
Jawaban:
Metode Fernald menurut Abdurrahman (1999) adalah suatu metode pengajaran
membaca multisensori yang sering dikenal sebagai metode VAKT (visual,
auditory, kinesthetic, and tactile). Metode ini menggunakan materi bacaan yang
dipilih dari kata-kata yang diucapkan oleh anak, dan tiap kata diajarkan secara
utuh. Selain itu juga, metode Fernald memanfaatkan sebagian besar potensi
inderawi anak disleksia untuk membantunya memahami kata-kata yang dia tidak
ketahui kemudian mampu untuk membacanya. Metode Fernald ini dikenal juga
dengan metode multisensori yang dikembangkan oleh Grace Fernald merupakan
sebuah metode membaca remedial–kinestetik yang dirancang untuk mengajari
individu dengan kesulitan membaca yang ekstrim. Namun semua orang dengan
inteligensi normal pun diterima dalam program ini dan dalam beberapa kasus
mereka belajar membaca selama beberapa bulan hingga 2 tahun.
b. Susunlah prosedur pelaksanaan intervensi ‘merangkai huruf menjadi kata’ dengan
teknik Fernald dalam 4 tahapannya, serta contoh aktivitas kongkrit dengan
memperhatikan kasus anak tersebut!
Jawaban:
Fernald membagi programnya dalam 4 tingkatan dalam jangka waktu yang
panjang, dengan evaluasi yang terus-menerus dengan tujuan untuk meningkatkan
kemampuan membaca anak sampai suatu tingkat yang setaraf dengan tingkat
intelektual dan tingkat pendidikan yang diinginkan. Adapun gambaran singkat
pelaksanaan program remedial multisensoris adalah sebagai berikut:
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
a. Tingkat satu.
Anak diperbolehkan memilih satu kata yang ingin ia pelajari, panjangnya kata
tidak diperhatikan. Guru menuliskan kata di atas kertas dengan krayon,
kemudian anak menelusurinya dengan jari tangan (takti–kinestetik). Saat
menelusuri, anak melihat dan mengucapkan kata dengan keras (visual-
auditoris). Proses ini diulang sampai anak mampu menulis kata tanpa melihat
salinannya, waktu tidak dibatasi. Kata-kata yang telah dipelajari kemudian
disatukan dalam sebuah cerita yang dikarang sendiri oleh anak dan dibacakan
di depan guru.
Contoh: anak memilih kata yang akan dipelajarinya, guru menuliskannya besar-
besar. Anak kemudian menelusuri kata dengan jarinya. Sambil menelusuri,
anak mengucapkan kata itu keras-keras. Di samping itu, anak juga melihat kata
dan mendengarkan suaranya sendiri saat membaca. Jika anak membuat
kesalahan, ia harus mengulanginya dari depan lagi. Jika sudah benar, kata itu
akan disimpan dalam bank kata anak. Anak dapat membuat cerita dari kata yang
sudah dikuasainya
b. Tingkat dua.
Penelusuran dengan jari tidak lagi diperlukan jika anak sudah mampu
mempelajari kata baru hanya dengan mengamati kata tersebut. Tidak ada batas
waktu kapan penelusuran dihentikan, namun periode penelusuran rata-rata
berlangsung selama 2 hingga 8 bulan. Meskipun anak tidak lagi menelusuri, ia
tetap harus menulis kata sambil menyuarakannya.
Contohnya: anak tidak lagi menelusuri kata. Ia belajar dengan melihat kata yang
ditulis guru, mengucapkannya, dan menyalinnya. Anak terus didorong
menyusun cerita dan mempertahankan bank kata.
c. Tingkat tiga.
Anak belajar langsung dari kata-kata yang ditulisnya. Anak melihat kata, dan
mampu menulisnya tanpa mengeja atau melihat salinannya. Di tingkat ini anak
diberikan buku, yang isinya dibaca dan guru bertugas menjelaskan jika ada kata
yang tidak diketahui anak. Saat membaca, guru membahas kata-kata baru dan
diadakan evaluasi (recall) untuk mengetahui apakah kata-kata baru sudah
disimpan dalam ingatan.
Contoh: Guru tidak lagi harus menulis kata. Anak belajar membaca dari kata-
kata atau kalimat yang sudah dicetak. Ia melihat kata, mengucapkannya, dan
menyalinnya. Guru harus memantau apakah semua kata masih diingatnya.
d. Tingkat empat.
Tingkat empat dimulai saat siswa mampu menggeneralisasikan dan menemukan
kata-kata baru berdasarkan kemiripan dengan kata-kata yang sudah dikenal. Di
tingkat ini minat membaca anak sudah meningkat seiring dengan ketrampilan
membacanya. Evaluasi terus menerus dilakukan dari tingkat ke tingkat. Jika
hasil evaluasi menunjukkan bahwa jumlah kata yang dikuasai berkurang, anak
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
sama sekali tidak bisa mengucapkannya dia hanya mengucapkan kata-kata yang
tidak saya pahami. Jadi jika saya lihat seharusnya anak berusia 6 tahun sudah bisa
berbicara dengan jelas, tetapi apa yang terjadi dengan anak ini menurut saya anak
tersebut mempunyai suatu kelainan dimana perlu penanganan khusus terhadap anak
tersebut.
b. Deskripsikan secara singkat dan jelas hasil asesmen dari minimal dua aspek
kemampuan anak (fisik-motorik, kognisi, bahasa, komunikasi, emosi-sosial) yang
muncul pada kasus!
Jawaban:
Dari segi aspek fisik motorik, fisik motorik terdiri dari motorik kasar dan motorik
halus. Motorik kasar terdiri dari melompat, merangkak, berlari, memanjat, dan
menendang bola, sedangkan motorik halus terdiri dari menulis (menjiplak, dan
meniru), menempel, dan melempar bola. Kalau dari kasus diatas anak tersebut dari
segi fisik motorik kasar pada saat melakukan penilaian dilakukan dengan
melakukan lompatan tali, anak tersebut dapat melakukan lompatan dengan baik dan
dari 5 kali lompatan anak tersebut melakukan 3 kali lompatan. Kemudian pada
motorik halus pada saat melakukan penilaian menggunting anak tersebut dapat
menggunting gambar yang diberikan oleh guru dengan baik walaupun masih
kurang rapi, dan cara anak tersebut memegang alat tulis seperti pensil dia
menggunakannya dengan baik. Kemudian dari segi aspek emosi sosial jika dilihat
dari penilaian sehari-hari yang dilakukan di dalam kelas anak tersebut bisa bergaul
dan bersosialisai dengan baik dengan teman-teman lainnya, dan anak tersebut juga
sering berbagi makanan kepada teman-temannya jika temannya meminta makanan
tersebut, dan anak tersebut juga sabar menunggu giliran jika pada saat disuruh maju
kedepan anak tersebut akan sabar menunggu giliran sampai namanya dipanggil.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA