0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
9 tayangan10 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang identifikasi dan karakteristik genetik populasi ikan. Ia menjelaskan perbedaan antara stok dan populasi ikan, serta metode yang digunakan untuk mengidentifikasi subpopulasi ikan seperti karakteristik morfometrik, meristik, anatomi, warna, kariotip dan elektroforesis protein. Dokumen ini juga membahas variasi dan keragaman genetik populasi ikan serta karakter fenotipe.
Dokumen tersebut membahas tentang identifikasi dan karakteristik genetik populasi ikan. Ia menjelaskan perbedaan antara stok dan populasi ikan, serta metode yang digunakan untuk mengidentifikasi subpopulasi ikan seperti karakteristik morfometrik, meristik, anatomi, warna, kariotip dan elektroforesis protein. Dokumen ini juga membahas variasi dan keragaman genetik populasi ikan serta karakter fenotipe.
Dokumen tersebut membahas tentang identifikasi dan karakteristik genetik populasi ikan. Ia menjelaskan perbedaan antara stok dan populasi ikan, serta metode yang digunakan untuk mengidentifikasi subpopulasi ikan seperti karakteristik morfometrik, meristik, anatomi, warna, kariotip dan elektroforesis protein. Dokumen ini juga membahas variasi dan keragaman genetik populasi ikan serta karakter fenotipe.
Stok ikan umumnya didefinisikan sebagai populasi ikan di
perairan tertentu. Namun, orang sering kali memahami istilah stok dan populasi ikan sebagai suatu hal yang sama saja sehingga penggunaan kedua istilah ini menjadi sering rancu. Sebenarnya istilah stok lebih mengarah pada kelimpahan dan pengelolaan sumber daya tersebut, sedangkan populasi lebih terfokus pada aspek biologinya. Para ahli perikanan membedakan stok dan populasi ikan lebih tegas lagi. Stok memiliki pola migrasi dan lokasi pemijahan tertentu, sedangkan populasi ikan adalah kelompok suatu jenis ikan tertentu yang menempati daerah tertentu pada waktu tertentu. Sampai saat ini ikan di dunia diperkirakan ada 28.400 jenis, sedangkan yang ditemukan di perairan Indonesia ada lebih dari 25.000 jenis (Fish Base 2000). Walaupun demikian, jenis yang dapat dimanfaatkan sebagai ikan pangan jumlahnya terbatas, hanya berkisar 1-5 persen, ikan hias kurang dari 1 persen, dan selebihnya diperkirakan berperan dalam sistem rantai makan di ekosistem perairan. Perlu sekali dipikirkan langkah-langkah ke depan yang lebih sistematik untuk mendukung pengkajian stok ikan secara baik dan benar. Sedikitnya ada dua pekerjaan yang sangat diperlukan, yaitu mengetahui komposisi jenis ikan menurut skala ruang dan waktu dengan fokus pada jenis yang bernilai ekonomi. Adapun pekerjaan berikutnya adalah mengidentifikasi apakah populasi ikan-ikan tersebut berasal dari stok yang sama atau tidak. Identifikasi subpopulasi biasanya berdasarkan karakter morfometrik dan meristik. Pendekatan berupa studi kromosom, rangkaian asam amino dan perbandingan tingkah laku (Lagler et al, 1977) serta biologi dan sel mulai digunakan dalam interpretasi sistematik vertebrata dari tingkatan subspesies hingga ordo (Yapp, 1965).
Disusun Oleh : Noor Syarifuddin Yusuf 1
Moyle dan Cech (1982) membagi taksonomi menjadi enam kategori: 1. Ukuran Morfometrik Berupa beberapa ukuran standar ikan seperti panjang, tinggi dam lain-lain. Karena ukuran akan berubah seiring pertumbuhan ikan, biasanya dinyatakan dengan perbandingan. 2. Karakteristik Meristik Meliputi bagian-bagian yang dapat dihitung, seperti tulang punggung, jari-jari sirip dan sisik garis sisis. Untuk menghindari bias, diperlukan contoh yang banyak. 3. Karakteristik Anatomi Meliputi bentuk, kelengkapan dan posisi garis sisi, posisi dan ukuran organ internal, bentuk anatomi khusus seperti alat pernafasan, karakteristik seksual sekunder dan bentuk, ukuran, posisi dan hubungan tulang dan otot. 4. Pola warna Karekter ini bervariasi, dapat berubah karena umur atau lingkungan hidupnya. Namun warna penting untuk mendeksripsikan spesies karena mengambarkan kekasan spesies, habitat, kondisi reproduktif dan sebagainnya. 5. Kariotif Merupakan deksripsi dari jumlah dan morfologi kromosom. Jumlah kromososm dalam satu sel termasuk karakteristik yang konservatif sehingga dapat dipergunakan sebagai indikator. 6. Elektroforesis Metode ini merupakan suatu teknik yang berguna bagi evaluasi protein terutama enzim yang serupa pada suatu spesies dan sangat membantu di dalam menentukan variasi genetik dalam populasi. Setiap metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan, dan tentunya akan berpengaruh pada hasil yang dicapai. Sebagai contoh, parameter populasi, morfometrik, dan meristik dapat dikerjakan dengan peralatan yang sederhana, yaitu mikroskop, alat ukur panjang dan timbangan untuk mengukur bobot ikan, di samping buku
Disusun Oleh : Noor Syarifuddin Yusuf 2
identifikasi, sehingga biayanya murah tetapi memerlukan banyak sampel, membutuhkan tenaga kerja dan waktu yang banyak. Teknik dengan prinsip genetika secara molekuler memang akan menghasilkan komposisi genetika dari setiap individu sample ikan, dan tentunya ini akan sangat akurat dalam membedakan stok ikan. Namun, biaya analisisnya masih dianggap mahal. Hal itu disebabkan mahalnya harga bahan kimia dan peralatan yang dipergunakan. Di samping itu, juga diperlukan tenaga-tenaga yang terlatih baik dalam mengerjakan analisis ini. Kendala lain yang dihadapi adalah penyediaan fasilitas laboratorium untuk analisis, terutama laboratorium genetika perikanan, dan juga sumber daya manusia yang memadai.
VARIASI DAN KERAGAMAN GENETIK
Keragaman genetik suatu populasi mempunyai arti penting,
karena faktor inilah yang akan mempengaruhi respon populasi tersebut terhadap seleksi baik alam maupun seleksi buatan yang dilakukan oleh manusia (Imron, 1998). Populasi dengan keragaman genetik tinggi mempunyai peluang hidup yang lebih baik karena memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan lebih baik. Frankham (1999) menyatakan bahwa kehilangan keragaman genetik akan mengurangi kemampuan spesies tersebut untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Individu dengan keragaman genetik besar akan mempunyai komponen fitness yang besar pula (laju pertumbuhan, fekunditas, viabilitas, daya tahan terhadap perubahan lingkungan dan stress). Lebih jauh Masyud (1992) menyatakan bahwa genetik sering digunakan sebagai indikator kunci dalam kegiatan konservasi, agar tetap menjamin kemurnian jenis dan mutu variasi genetik serta sejauh mungkin tidak menimbulkan polusi genetik. Dari sudut pemuliaan, keragaman genetik (heterosigositas) yang tinggi memungkinkan perbaikan mutu genetik populasi populasi dengan mengeksploitasi gen-gen yang menguntungkan (Harti 1980; Alledorf et al, 199).
Disusun Oleh : Noor Syarifuddin Yusuf 3
Karakteristik suatu populasi menunjukkan adanya heterogenitas spasial, bahkan pada jarak yang sangat dekat. Sebagian dari proses ini disebabkan oleh proses stokastik dan sebagian lagi oleh seleksi yang mencerminkan adaptasi terhadap kondisi lingkungan lokal. Perubahan genetik populasi karena mutasi, selesi, persilangan acak (random mated) dan penghanyutan gen (genetik drift) akan merubah genetic make up populasi (Garner et al. 1991) serta migrasi yang menyebabkan terjadinya evolusi (harti 1980). Menurut Berry (1992) hal tersebut dapat memperkaya atau sebaliknya mengurangi keragaman genetik. Sebaliknya keragaman genetik tidak berkembang jika perpindahan (migrasi) materi antar dua pupolasi atau lebih tidak terputus (Soelistyowati 1996). Menurut Ferguson et al. (1995), bahwa keragaman genetik mempunyai arti penting dalam stabilitas dan ketahanan populasi. Pada usaha budidaya, keragaman genetik juga penting dalam selektif breeding dan pencegahan terhadap kehilangan fitness individu yang disebabkan oleh inbreeding yang pada akhirnya mengakibatkan kepunahan. Isolasi dalam bentuk habitat dapat juga menyebabkan keragaman genetik yang berbeda. Sumantadinata (1982) menyatakan bahwa keragaman genetik antar populasi merupakan hasil interpretasi dari isolasi secara fisik maupun terhalang secara ekologis, terpisah jauh secara geografis atau pengaruh behaviour seperti migrasi dan waktu memijah. Nei (1987) mengemukakan habitat yang kuran baik dapat menyebabkan perkembangan populasi tertekan dan kemampuan reproduksi menurun. Demikian pula penanganan dalam budidaya dapat menyebabkan penghanyutan gen yang berakibat hilangnya variasi genetik yang akan mengurangi peluang satu atau lebih genotif yang akan diwariskan pada generasi berikutnya (Chamber 1983). Untuk menduga keragaman genetik Alledorf dan Phelp (1981) menggunakan metode biometrik, yaitu keragaman fisiologis atau morfologis yang terukur seperti: bobot, panjang, umur kematangan, ketahanan terhadap penyakit, toleransi terhadap salinitas dan lain-lain,
Disusun Oleh : Noor Syarifuddin Yusuf 4
metode studi kromosom dan marker genetik biokimia. Kemudian Chamber dan bayles (1983) mengemukakan tujuh cara yang dapat digunakan yaitu: pengukuran asam inti, protein sekuen, elektroforesis, imunologi, kromososm, hubungan antar lokus, morfometrik dan studi perkembangbiakan. Pendeteksian keragaman genetik dapat juga dilakukan melalui metode asam inti, yaitu DNA (Power 1991; Hillis et al. 1996). Analisis DNA dapat mendeteksi variabilitas genetik pada tingkat yang lebih tinggi.
KARAKTER FENOTIPE
Salah satu cara untuk mengetahui keragaman genetik adalah
dengan mempelajari perbedaan fenotipe. Karakter morfologis merupakan fenotipe atau bentuk luar atau bagaimana kenyataannya karakter yang dikandung oleh suatu individu. Karakter ialah sifat fisik dan psikis bagian-bagian tubuh atau jaringan. Karakter diatur olah banyak macam gen, atau satu gen saja. Berhubung dengan banyaknya gen yang menumbuhkan karakter, maka dibuat dua kelompok karakter yaitu karakter kualitatif dan karakter kuantitatif. Karakter kualitatif ialah karakter yang dapat dilihat ada atau tidaknya suatu karakter. Karakter ini tidak dapat dibuat gradasi (diskontinyu). Sedangkan karakter kuantitatif ialah karakter yang dapat diukur nilai atau derajatnya, sehingga ada urutan gradasi dari yang rendah sampai tinggi (kontinyu). Karakter kualitatif ditentukan oleh satu atau dua gen saja sedangkan karakter kuantitatif disebabkan oleh banyak gen (tiga atau lebih) Yatim (1986). Tave (1986) menyatakan bahwa hasil percobaan untuk memanipulasi dan mengeksploitasi gen-gen pada ikan hanya dapat dievaluasi dan diukur melalui fenotipenya. Variasi yang terdapat untuk tiap-tiap karakter fenotipe bersifat tetap, sehingga variasi dari karakter fenotipe, baik kualitatif maupun kuantitatif menjadi penting untuk dipelajari. Menurut Yatim (1986), fenotipe ialah bentuk luar atau bagaimana kenyataannya karakter yang dikandung oleh suatu
Disusun Oleh : Noor Syarifuddin Yusuf 5
individu, sedangkan menurut Tave (1986), fenotipe ialah setiap karakteristik yang dapat diukur atau sifat nyata yang dipunyai oleh organisme. Fenotipe merupakan hasil interaksi antara genotipe dan lingkungan serta merupakan bentuk luar atau sifat-sifat yang tampak. Genotipe menentukan sampai di mana tercapai potensi itu. Fenotipe tidak bisa melewati kemampuan atau potensi genotipe (Yatim 1986). Menurut Rustidja (1995), seleksi fenotipe kualitatif ialah seleksi ikan berdasarkan sifat genetik kualitatif seperti misalnya warna ataupun bentuk tubuh yang diinginkan sedangkan seleksi fenotipe kuantitatif ialah seleksi terhadap penampakan ikan dengan ciri-ciri atau parameter yang dapat diukur, misalnya: panjang, bobot, persentase daging, viabiliti, kandungan lemak, protein, fekunditas dan lain sebagainya. Imron (1998) menyatakan bahwa perbedaan morfologis antar populasi atau spesies digambarkan sebagai kontras dalam bentuk tubuh secara keseluruhan atau dengan ciri anatomis tertentu. Jika suatu spesies mempunyai bentuk tubuh lebih sempit dan lebih dalam daripada spesies lain atau mempunyai bentuk mata yang relatif lebih besar atau sirip punggung yang lebih pendek merupakan deskripsi kualitatif. Deskripsi secara kualitatif dianggap belum memadai, sehingga seringkali diperlukan ekspresi kuantitatif dengan mengambil berbagai ukuran dari individu-individu dan dinyatakan dengan nilai statistik seperti rata-rata, kisaran, ragam, korelasi, dll. Hal yang sama dilakukan terhadap ciri-ciri meristik (ciri-ciri yang dapat dihitung) misalnya jari-jari sirip, tulang punggung dan sisik garis sisi (Moyle dan Cech 1988). Strauss dan Bond (1990) menyatakan bahwa antara sifat morfometrik dan meristik berbeda, dimana ciri-ciri meristik lebih stabil jumlahnya selama masa pertumbuhan sampai ukuran tubuh mantap tercapai, sedangkan karakter morfometrik berubah secara kontinyu sejalan ukuran dan umur (panjang badan, tinggi badan, dll). Selanjutnya Strauss dan Bond (1990) menjelaskan bahwa studi morfometrik secara kuantitatif mempunyai manfaat yaitu (1) dapat membedakan individu antar jenis kelamin atau spesies, (2) dapat
Disusun Oleh : Noor Syarifuddin Yusuf 6
menggambarkan pola-pola keragaman morfologis antar populasi atau spesies, (3) dapat mengklasifikasi hubungan filogenik. Karakter morfometrik yang biasa diukur adalah pengukuran panjang total tubuh, panjang baku, panjang kepala, tinggi badan, dll. Pengukuran terhadap karakter-karakter tersebut dinilai masih mempunyai kelemahan karena hanya memberikan gambaran bentuk tubuh ikan secara umum (Brzeski dan Doyle 1988), sedangkan perbedaan bentuk merupakan faktor penting untuk membedakan spesies dan varietas. Untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dalam menggambarkan suatu bentuk individu sebaiknya digunakan metode truss morphometrics (Strauss dan Bookstein dalam Sudarto 1992). Pada metode ini terlebih dahulu ditentukan titik-titik tanda truss baik secara vertikal, horizontal maupun diagonal. Pemilihan titik truss di sepanjang tubuh ikan merupakan faktor penting dalam upaya memperoleh informasi sebanyak-banyaknya tentang bentuk tubuh ikan. Oleh sebab itu penentuan titik truss khas bagi setiap jenis ikan.
Disusun Oleh : Noor Syarifuddin Yusuf 7
2. KARAKTER MORFOMETRIK DAN MERISTIK
Variasi morfologi dapat dipertimbangkan sebagai indikator
perbedaan genetik antar spesies, strain, jenis kelamin atau populasi. Sebagai contoh bentuk ikan yang hidup di sungai dengan arus yang deras biasanya lebih pipih, sementara yang hidup di lingkungan budidaya atau lingkungan yang lebih baik bentuknya lebih tebal.
Perbedaan morfologis antar populasi dapat berupa perbedaan
seluruh ukuran atau bentuk, tetapi secara umum cenderung melibatkan keduanya (Sprent 1972). Perbedaan bentuk antar populasi ikan dinyatakan sebagai fungsi ukuran (McGlade & Boulding 1985). Oleh karena itu perbandingan ukuran tidak boleh diabaikan, bahkan merupakan bagian dari analisis (Humpries et al. 1981). Pendekatan dengan ukuran komersil (panjang dan bobot badan) dan karakteristik meristik dapat dilakukan dengan menggunakan pengukuran konvensional dan dengan menggunakan truss. Pengukuran secara konvensional atau metode baku umumnya berdasarkan pengukuran panjang standar, panjang badan, panjang total dan lainnya sehingga cenderung mendapatkan ukuran yang bertumpu pada satu daerah tertentu sehingga hanya menggambarkan bentuk ikan secara umum saja. Hal ini menyebabkan munculnya metode pengukuran truss morfometrik yang lebih menekankan pada bentuk tubuh dan kekhasan ciri dari individu yang diamati. Book stein et al. (1985) mengembangkan ukuran truss morfometrik menunjukkan bahwa ukuran ini meningkatkan kemampuan untuk membedakan bentuk intraspesifik. Pada metode truss morfometrik ditetapkan seperangkat ukuran, termasuk pemilihan garis (titik homolog) sepanjang garis luar badan ikan.
Disusun Oleh : Noor Syarifuddin Yusuf 8
3. FLUKTUASI ASIMETRI
Fluktuasi asimetri adalah perbedaan antara karakter sisi kiri dan
sisi kanan yang menyebar secara normal dengan rataan mendekati nol sebagai akibat dari ketidakmampuan individu untuk berkembang secara tepat dan normal (Van Valen, 1962). Fluktuasi asimetri ini merupakan pencerminan dari ketidakstabilan perkembangan dan ketidakmampuan perkembangan individu sehingga menyebabkan perbedaan fenotip.
Beberapa tekhnik untuk menganalisis kestabilan perkembangan
organisme, yaitu melalui pendekatan heterozigositas antara lain dengan tekhnik elektroforesis dan fluktuasi asimetri. Walaupun relatif sederhana dan tidak memerlukan alat yang rumit, namun fluktuasi asimetri dapat menunjukkan adanya perbedaan kestabilan perkembangan seperti halnya tekhnik elektroforesis dengan analisis jumlah loci heterozigot. Untuk menghitung fluktuasi asimetri dilakukan pengukuran menurut metode dari Leary et al. (1985a). Ciri meristik bilateral yang diamati adalah jumlah jari-jari lemah sirip dada, jari-jari lemah sirip perut dan tapis insang pada lengkung insang bagian luar. Karakter meristik tersebut selain lebih awal terbentuk, juga lebih mudah dan lebih tepat dalam penghitungannya. Penghitungan jari-jari lemah sirip dada dan sirip perut dengan cara merentangkan kedua sirip tersebut sehingga jari-jari lemah sirip dada dan perut akan terlihat jelas. Sedangkan penghitungan jumlah tapis insang dilakukan dengan memotong operculum, selanjutnya tulang lengkung insang dikeluarkan dan tapis insang dihitung dengan bantuan mikroskop. Lebih jauh Leary et al. (1985) mengemukakan bahwa rendahnya keragaman genetik akan berakibat negatif terhadap sifat- sifat penting dalam budidaya ikan, antara lain menurunnya tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan dan keragaman ukuran. Selanjutnya rendahnya keragaman genetik dapat mengurangi kemampuan ikan untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan.
Disusun Oleh : Noor Syarifuddin Yusuf 9
Wright dalam Leary et al. (1985) menyatakan bahwa rendahnya keragaman genetik berhubungan dengan terjadinya silang dalam yang dapat meningkatkan homozigositas. Jika frekuensi silang dalam meningkat, maka akan terjadi perubahan morfologi pada individu yang disebabkan oleh meningkatnya homozigositas. Secara umum homozigositas menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk berkembang secara normal.