Anda di halaman 1dari 10

MODUL PEMBELAJARAN ETIKA

DAN CARING KEPERAWATAN

JURUSAN S1 KEPERAWATAN SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA
DARMA HUSADA TANGERANG
MODUL 7
HAK DAN KEWAJIBAN
(PASIEN & PERAWAT)

1. Pengertian Hak

Secara umum hak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang
yang telah ada sejak lahir. Sehingga dapat diartikan bahwa hak adalah sesuatu yang
dimiliki oleh manusia sejak lahir dan harus didapatkan atau terpenuhi untuk setiap
orang yang memiliki hak tersebut.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak memiliki pengertian tentang suatu
hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan, untuk berbuat sesuatu
(karena telah ditentukan oleh undang-undang dan aturan), kekuasaan yang benar atas
sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat.
Menurut Srijanti “hak merupakan egisl egislati yang berfungsi pedoman berperilaku,
melindungi kebebasan, serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga
harkat dan martabatnya.” Sedangkan pengertian hak menurut Notonegoro “hak
merupakan kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima
atau dilakukan oleh pihak tertentu dan tidak dapat dilakukan oleh pihak lain manapun
juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya.”

2. Pengertian Kewajiban
Secara umum dari kewajiban adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai suatu
keharusan untuk dilaksanakan oleh individu sebagai anggota warga egisl guna
mendapatkan hak yang pantas untuk didapat. Kewajiban merupakan segala sesuatu
yang harus dilakukan dan dipenuhi oleh setiap individu sehingga pantas untuk
memperoleh suatu hak. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian
kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu hal yang harus
dilaksanakan). Terdapat penjabaran atau penjelasan menurut pendapat ahli terkait
makna atau artian dari kewajiban. Menurut Notonegoro “kewajiban adalah beban
untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan oleh pihak
tertentu dan tidak dapat digantikan oleh pihak lain, yang pada prinsipnya dapat
dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan.”

3. Peranan Hak

1. Hak dapat digunakan sebagai pengekspresian kekuasaan dalam konflik antara


seseorang dengan kelompok.
Contoh : Seorang dokter mengatakan pada perawat bahwa ia mempunyai hak untuk
menginstruksikan pengobatan yang ia inginkan untuk pasiennya. Disini terlihat
bahwa dokter tersebut mengekspresikan kekuasaannnya untuk menginstruksikan
pengobatan terhadap pasien, hal ini mmerupakan haknya selaku penanggung jawab
medis.
2. Hak dapat digunakan untuk memberikan pembenaran pada suatu tindakan.
Contoh : Seorang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatannya mendapat
kritikan karena terlalu lama menghabiskan waktunya bersama pasien. Perawat
tersebut dapat mengatakan bahwa ia mempunyai hak untuk memberikan asuhan
keperawatan yang terbaik untuk pasien sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Dalam hal ini, perawat tersebut mempunayi hak melakukan asuhan keperawatan
sesuai denga kondisi dan kebutuhan pasien.
3. Hak dapat digunakan untuk menyelesaikan perselisihan. Seseorang seringkali dapat
menyelesaikan suatu perselisihan dengan menuntut hak yang juga dapat diakui oleh
orang lain. Contoh : Seorang perawat menyarankan pada pasien agar tidak keluar
ruangan selama dihospitalisasi. Pada situasi tersebut pasien marah karena tidak
setuju dengan saran perawat dan pasien tersebut mengatakan pada perawat bahwa ia
juga mempunyai hak untuk keluar dari ruanagan bilamana ia mau. Dalam hal ini,
perawat dapat menerima tindakan pasien sepanjang tidak merugikan kesehatan
pasien. Bila tidak tercapai kesepakatan karena membatasi pasien, berarti ia
mengingkari kebebasan pasien.
4. Jenis-Jenis Hak
1. Hak untuk memilih/kebebasan, yaitu hak orang-orang untuk hidup sesuai dengan
pilihannya dalam batas-batas yang telah ditentukan.
Contoh : Seorang perawat wanita yang bekerja dirumah sakit dapat mempergunakan
seragam yang diiginkan (haknya) asalkan berwarna putih bersih dan sopan sesuai
dengan batas-batas. Batas-batas ini merupakan kebijakan RS dan suatu norma yang
ditetapkan perawat.
2. Hak kesejahteraan, yaitu hak-hak yang diberikan secara egis untuk untuk hal-hal
yang merupakan standar keselamatan spesifik dalam suatu bangunan atau wilayah
tertentu. Contoh : Hak pasien untuk memperoleh asuhan keperawatan, hak
penduduk memperoleh air bersih, dan lain-lain.
3. Hak egislative, yaitu hak yang diterapkan oleh berdasarkan konsep keadilan.
Contoh : Seorang wanita mempunyai hak legal untuk tidak diperlakukan semena-
mena oleh suaminya.Bandman dan Bandman (1986) menyatakan bahwa hak
legislative mempunyai 4 peranan dimasyarakat yaitu membuat peraturan, mengubah
peraturan, membatasi moral terhadap peraturan yang tidak adil, memberikan
keputusan pengadilan atau menyelesaikan perselisihan.

5. Hak dan Kewajiban (Perawat & pasien)


Hak pasien yaitu hak pribadi yang dimiliki setiap manusia sebagai pasien,
pasien sebagai konsumen kesehatan memiliki perlindungan diri dari kemungkinan
upaya pelayanan kesehatan yang tidak bertanggung jawab seperti penelantaran, pasien
juga berhak atas keselamatan, keamanan dan kenyamanan terhadap pelayanan jasa
kesehatan yang diterimanya, dengan hak tersebut maka konsumen akan terlindungi
dari praktek profesi yang mengancam keselamatan atau kesehatan. Hak pasien
sebenarnya merupakan hak yang asasi yang bersumber darihak dasar individu dalam
bidang kesehatan, (the right of self determination), meskipun sebenarnya sama
fundamentalnya, namun hak atas pelayanan kesehataan sering dianggap lebih
mendasar, dalam hubungan dokter–pasien,secara relatif pasien berada dalam posisi
yang lemah, kekurang mampuan pasien untuk membela kepentingannya dalam situasi
pelayanankesehatan menyebabkan timbulnya kebutuhan untuk mempermasalahkan
hak-hak pasien dalam menghadapi para professional kesehatan. Sama halnya dengan
hak, tentu saja pasien mempunyai kewajiban- kewajiban yang harus dipenuhi, guna
untuk tercapainya kesembuhan dan sebagai imbangan dari hak-hak yang telah
diperolehnya,karena pada hakekatnya keseimbangan hak dan kewajiban merupakan
tolak ukur tercapainya suatu keadilan didalam suatu tindakan, dalam hal hubungan
antara dua pihak (dokter-pasien), maka hak yang satu harus diimbangi oleh
kewajiban pihak yang lainnya,begitu juga dengan sebaliknya.
Dalam etika keperawatan, secara sederhana hak dapat dimaknai sebagai
tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan pribadinya sesuai
dengan keadilan, moralitas dan legalitas.Hal tersebut melekat secara mutlak dalam
profesi keperawatan dan dilindungi oleh peraturan perundang- undangan
(legalitas). Pasien juga memiliki hak yang melekat secara mutlak dan harus
dipenuhi oleh perawat, atau rumah sakit tempat ia mendapatkan pelayanan
kesehatan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kewajiban adalah sesuatu yang
wajib untuk dilaksanakan. Kewajiban dalam etika keperawatan adalah sebuah
tanggung jawab baik dari seorang perawat maupun pasien untuk melakukan
sesuatu yang memang harus dilaksanakan agar dapat dipertanggung jawabkan
sesuai dengan hak-haknya. Kewajiban dapat juga dikatakan sebagai “pintu
muncul”nya hak yang artinya seorang perawat atau pasien tidak akan
mendapatkan haknya jika ia belum melakukan kewajibannya sebagai seorang
perawat atau pasien.
Dasar Hukum Hak dan Kewajiban Perawat dan Pasien adalah sebagai berikut:
a. UU RI No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
b. UU RI No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
c. UU RI No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
d. Keputusan Menteri Kesehatan No 1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang
Registrasi dan Praktek Perawat
e. PP No 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
f. Permenkes No 148/2010
g. UU Keperawatan No 38 Tahun 2014

5.1 Hak dan Kewajiban Perawat


Berikut merupakan beberapa hak dari perawat:
1) Perawat memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dan
profesi sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi dan
Standar Operasional Prosedur (SOP);
2) Perawat berhak memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari klien
dan atau keluarganya agar mencapai tujuan keperawatan yang
maksimal;
3) Perawat berhak melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan
otonomi profesi;

4) Perawat berhak mendapatkan penghargaan sesuai dengan prestasi,


dedikasi yang luar biasa dan atau bertugas di daerah terpencil dan
rawan;
5) Perawat berhak memperoleh jaminan perlindungan terhadap resiko
kerja yang berkaitan dengan tugasnya; menerima imbalan jasa profesi
yang proporsional sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku.

Dalam melaksanakan praktek keperawatan perawat berkewajiban untuk :


1) Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar profesi,
standar praktek keperawatan, kode etik dan SOP serta kebutuhan klien
atau pasien;menghormati hak pasien;
2) Merujuk klien atau pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak
mampu melakukan suatu pemeriksaan atau tindakan;
3) Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang klien dan atau
pasien, kecuali untuk kepentingan hukum;
4) Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila
ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya;
5) Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu
keperawatan dalam meningkatkan profesionalisme;
6) Meminta persetujuan tindakan keperawatan yang dilakukan;
7) Melakukan pencatatan asuhan keperawatan secara sistematis.

5.2 Hak dan Kewajiban Pasien di Rumah Sakit

Pentingnya mengetahui hak-hak pasien dalam pelaksanaan asuhan kesehatan


baru muncul pada akhir tahun 1960.Tujuan dari hal tersebut adalah untuk
meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan membuat system asuhan
kesehatan yang responsive terhadap kebutuhan klien.
Berikut ini merupakan hak-hak dari seorang pasien, diantaranya :
1) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan
yang berlaku di rumah sakit, pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur;
2) Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan
standar profesi kedokteran/kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi;
3) Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan dengan standar profesi
keperawatan;
4) Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit;
dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis dan
pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar;
5) Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di
rumah sakit tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang
dideritanya, sepengetahuan dokter yang merawat; “privacy” dan
kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya;
mendapat informasi yang meliputi: penyakit yang diderita, tindakan medik
yang hendak dilakukan, alternatif terapi, prognosa, perkiraan biaya,
pengobatan;
6) Pasien berhak menyetujui/memberikan ijin atas tindakan yang akan
dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya;
7) Pasien berhakmenolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya
dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri
sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya;
8) Pasienberhakdidampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
9) Pasienberhakmenjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang
dianutnya selama hal itu tidak menggangu pasien lainnya;
10) Pasienberhakataskeamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di rumah sakit;
11) Pasienberhakmengajukan usul, saran dan perbaikan atas perlakuan rumah
sakit terhadap dirinya,
12) Pasienberhakmenerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.

Kewajiban adalah seperangkat tanggung jawab seseorang untuk melakukan


sesuatu yang memang harus dilakukan agar dapat dipertanggung jawabkan
sesuai dengan haknya. Adapun kewajiban dari seorang pasien yaitu :
1) Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan
dan tata tertib rumah sakit;
2) Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dan perawat
dalam pengobatannya;
3) Pasien berkewajiban untuk memberikan informasi dengan jujur dan
selengkapnya tentang penyakit yang diderita kepada dokter yang
merawat;
4) Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua
imbalan atas jasa pelayanan rumah sakit/dokter;
5) Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk memenuhi hal-hal
yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.

5.3 Hak pasien yang akan meninggal


Orang yang akan meninggal berhak diperlakukan sebagaimana manusia
yang hidup sampai ajal tiba; mempertahankan harapannya, tidak peduli
apapun perubahan yang terjadi; mendapatkan perawatan yang dapat
mempertahankan harapannya, mengekspresikan perasaan dan emosinya
sehubungan dengan kematian yang sedang dihadapinya; berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan berkaitan dengan perawatannya; memperoleh
perhatian dalam pengobatan dan perawatan secara berkesinambungan,
walaupun tujuan penyembuhannya harus diubah menjadi tujuan memberikan
rasa nyaman; meninggal dalam kesendirian; bebas dari rasa sakit;
memperoleh jawaban atas pertanyaannya secara jujur; memperoleh bantuan
dari perawat atau medis untuk keluarga yang ditinggalkan agar dapat
menerima kematiannya; meninggal dalam damai dan bermartabat; tetap
dalam kepercayaan atau agamanya dan tidak diambil keputusan yang
bertentangan dengan kepercayaan yang dianutnya; mengharapkan bahwa
kesucian raga manusia akan dihormati setelah yang bersangkutan meninggal;
memperdalam dan meningkatkan kepercayaannya, apapun artinya bagi orang
lain; mendapatkan perawatan dari orang yang professional, yang dapat
mengerti kebutuhan dan kepuasaan dalam menghadapi kematian.

6. Perlindungan Hukum Dalam Praktik Keperawatan


Secara yuridis perawat sebenarnya tidak mempunyai kewenangan untuk
melaksanakan tindakan medis, kecuali telah memperoleh pelimpahan kewenangan
dari dokter secara tertulis untuk melaksanakan tugas-tugas yang menjadi kewenangan
dokter yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelimpahan
kewenangan ini sesuai dengan Pasal 32 UU no. 38 Tahun 2014 tentang keperawatan,
terbagi menjadi dua yakni bersifat delegatif dan mandat. Namun demikian petunjuk
teknis maupun petunjuk pelaksanaan, serta contoh format pelimpahan yang dimaksud
tersebut tidak ada. Sehingga mekanisme pelaksanaan pelimpahan kewenangan dokter
kepada perawat tersebut sampai saat ini tidak jelas, dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan legalitasnya.

Perlindungan hukum pemerintah terhadap perawat sudah diatur dalam pasal 27


dan 36 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
yang pada pokoknya menjelaskan bahwa perawat mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar pelayanan,
standar profesi, standar prosedur operasional dan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Perlindungan hukum yang diberikan oleh negara berupa perlindungan
hukum preventif yaitu mencegah terjadinya sengketa melalui dikeluarkannya undang-
undang tentang registrasi dan praktik keperawatan yang terdapat dalam Undang-
Undang kesehatan yang isinya bahwa setiap perawat yang ingin melakukan praktik
keperawatan dalam fasilitas pelayanan kesehatan maka wajib memiliki surat izin
praktik perawat dan surat ijin kerja dan Perlindungan Hukum Represif yakni sebagai
suatu bentuk perlindungan hukum yang mengarah terhadap penyelesaian sengketa.
Perlindungan hukum represif yang diberikan pemerintah berupa penerapan sengketa
melalui peradilan umum apabila terjadi malpraktik oleh perawat.
Praktik Kedokteran telah memberikan peluang bagi perawat untuk melakukan
tindakan medis jika memenuhi ketentuan Perundang-undangan. Permenkes Nomor
2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran,
Pasal 23 ayat (1) menyatakan “Dokter atau dokter gigi dapat memberikan pelimpahan
suatu tindakan kedokteran atau kedokteran gigi kepada perawat, bidan atau tenaga
kesehatan tertentu lainnya secara tertulis dalam melaksanakan tindakan
kedokteranKetentuan Pasal 73 ayat (3) Undang- undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang atau kedokteran gigi”.
Sementara itu pada Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014
tentang Keperawatan, menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan tugas berdasarkan
pelimpahan wewenang hanya dapat diberikan secara tertulis oleh tenaga medis kepada
perawat untuk melakukan sesuatu tindakan medis dan melakukan evaluasi
pelaksanaannya. Namun dalam keadaan darurat tertentu bisa tidak dilakukan secara
tertulis (lisan). Selain itu dalam Permenkes No HK.02.02/Menkes/ 148/2010 tentang
Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat, Pasal 9 menyebutkan bahwa perawat dalam
melakukan praktik harus berdasarkan kewenangan yang dimiliki, kecuali jika terjadi
keadaan darurat.

Anda mungkin juga menyukai