Anda di halaman 1dari 74

PARTISIPASI PELAKU WIRAUSAHA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM

USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) MELALUI

APLIKASIGUDANGADA DI KOTA JAKARTA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada

Program Studi Pendidikan Nonformal

Disusun oleh :

Anggi Erista

NIM. 2221190073

JURUSAN PENDIDIKAN NONFORMAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG

2022

i
ABSTRAK

Anggi Erista(2221190073), 2022. “Partisipasi Pelaku Wirausaha dalam


Pelaksanaan Program Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) melalui
Aplikasi GudangAda di Kota Jakarta Utara”. Jurusan Pendidikan Nonformal.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Pembimbing I Herlina Siregar, S.Pd. Pembimbing II Ila Rosmilawati, S.Pd.,M.Si.,
Ph.D.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) bentuk partisipasi pelaku wirausaha (2)
tingkat partisipasi pelaku wirausaha (3) faktor yang mempengaruhi partisipasi pelaku
wirausaha dalam pelaksanaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota
Jakarta Utara. Hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa: (1) bentuk
partisipasi pelaku wirausaha dalam pelaksanaan programUMKM di Kota Jakarta Utara
termasuk ke dalam partisipasi aktif, dengan adanya keterlibatan pelaku wirausaha
melalui aplikasi GudangAda dalam bentuk pengambilan keputusan seperti menyepakati
segala peraturan yang telah ditetapkan berupa kesepakatan dan tanggungjawab yang
harus dipenuhi bagi pengguna Aplikasi GudangAda bersyarat yaitu pelaku
wirausahawajib melakukan seluruh tahapan pendaftaran akun dengan mengisi data yang
diperlukan secara lengkap dan benar pada aplikasi, pengguna bertanggungjawab atas
keamanan dari akun termasuk penggunaan e-mail dan password, pengguna dilarang
mengalihkan atau menjual akun milik pengguna kepada pengguna lain atau ke pihak
lain, adanya keterlibatan pelaku wirausaha dalam pelaksanaan program UMKM dengan
mendaftarkan tokonya secara online pada aplikasi, selain itu keikutsertaan dalam
memperluas bisnisnya melalui aplikasi GudangAda, adanya keterlibatan dalam
pengambilan pemanfaatan yang dilakukan pelaku wirausaha dalam program UMKM itu
berupa memanfaatkan bantuan tunai dari pemerintah untuk memberikan tambahan
modal bagi pelaku wirausahaagar proses penjualan selalu terus berjalan di tengah-
tengah masa pandemi covid-19, sehingga mengurangi pengangguran (2) tingkat
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program mencapai pada tingkat ketiga yaitu
tingkatinformasi (3) faktor yang mempengaruhi partisipasi pelaku wirausaha dalam
pelaksanaan program UMKM melalui aplikasi GudangAdaterdapat dua faktor yaitu
faktor internal (pemimpin, pengelola aplikasi, pelaku umkm, dan konsumen) dan faktor
eksternal (kebijakan pemerintah, peranan aplikasi, ekonomi, sosial budaya dan
pemasaran)

Kata Kunci : Partisipasi Pelaku Wirausaha, Program Usaha Mikro Kecil dan
Menengah, Aplikasi GudangAda

ii
ABSTRACT

Anggi Erista (2221190073), 2022. "The Participation of Entrepreneurs in the


Implementation of Micro, Small and Medium Enterprises (MSME) Program
through the GudangAda Application in North Jakarta City". Department of Non-
Formal Education. Faculty of Teacher Training and Education. Sultan Ageng
Tirtayasa University. Supervisor I Herlina Siregar, S.Pd. Advisor II Ila
Rosmilawati, S.Pd., M.Sc., Ph.D.

This study aims to determine (1) the form of participation of entrepreneurs (2) the level
of participation of entrepreneurs (3) the factors that influence the participation of
entrepreneurs in the implementation of Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs)
in North Jakarta City. The results of the research that have been carried out show that:
(1) the form of participation of entrepreneurs in the implementation of the MSME
program in North Jakarta City is included in active participation, with the involvement
of entrepreneurs through the GudangAda application in the form of decision making
such as agreeing on all the regulations that have been set in the form of an agreement.
and responsibilities that must be met for users of the GudangAda application are
conditional, namely entrepreneurs are required to carry out all stages of account
registration by filling in the required data completely and correctly in the application,
users are responsible for the security of the account including the use of e-mail and
passwords, users are prohibited from transferring or selling user accounts to other users
or to other parties, the involvement of entrepreneurs in the implementation of the
MSME program by registering their stores online on the application, in addition to
participating in expanding their business through the GudangAda application, the
involvement in making use of what entrepreneurs do in the MSME program in the form
of utilizing cash assistance from the government to provide additional capital for
entrepreneurs so that the sales process always continues in the midst of the COVID-19
pandemic, thereby reducing unemployment (2) participation rate the community in
implementing the program reaches the third level, namely the level of information (3)
factors that influence the participation of entrepreneurs in implementing the UMKM
program through the Gudang There are two factors, namely internal factors (leaders,
application managers, MSME actors, and consumers) and external factors (policy).
government, application roles, economics, socio cultural and marketing)

Keywords: Participation of Entrepreneurs, Micro, Small and Medium Enterprises


Program, GudangAda Application

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat rahmat, hidayah, dan karunianya kepada kita

semua sehinggasaya dapat menyelesaikanskripsi dengan judul “Partisipasi Pelaku

Wirausaha dalam Pelaksanaan ProgramUsaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di

Kota Jakarta Utara. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar sarjana pendidikan. Saya menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai

kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan

perbaikannya, sehingga akhirnya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang

pendidikan serta bisa dikembangkan lebih lanjut. Selanjutnya saya pribadi

mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Fatah Sulaiman, S.T.,M.T. selaku Rektor Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa

2. Bapak Dr. Dase Erwin Juansyah, M.Pd selaku Dekan FKIP Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa

3. Ibu Herlina Siregar, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Pertama dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Hj. Ila Rosmilawati, S.Pd, M.Si., Ph.D selaku Ketua jurusan Pendidikan

Nonformal.

5. Kedua orang tua serta keluarga yang selalu memberikan do’a dan dukungan baik

morilataupun material kepada penulis.

6. Bapak dan ibu dosen di jurusan Pendidikan Nonformal serta staff Fakultas.

iv
7. Koordinator UMKM Kota Jakarta Utara dan Pendamping Kota Jakarta Utara

yang telah membantu, memberikan arahan, dan memberikan izin tempat

penelitian di Kota Jakarta Utara.

8. Terima kasih kepada tim marketing aplikasi GudangAda yang telah membantu

dan memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Terima kasih kepada Rumsinah, Dina, dan Ina teman seperjuangan yang telah

memberi dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

10. Terima kasih kepada teman-teman pendidikan nonformal angkatan 2019.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, olehkarena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari semua

pihak atas segala kekurangan yang ada. Semoga Allah SWT. Memberikan

balasan yang baik atas semua bantuan yang diberikan kepada penulis.

Jakarta, 14 April 2022

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK………………………………………………………………………… ii

KATA PENGANTAR……………………………………………………………. iv

DAFTAR ISI……………………………………………………………………… vi

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………….. 1

B. Identifikasi Masalah…………………………………………………… 2

C. Rumusan Masalah……………………………………………………... 3

D. Tujuan Penelitian…………………………………………………….… 3

E. Manfaat Penelitian…………………………………………………….. 4

F. Sistematika Penulisan………………………………………………….. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………. 6

A. Kajian Teori…………………………………………………….……… 6

1. Konsep Partisipasi Wirausaha…………………………………….. 6

a. Pengertian Partisipasi………………………………………….. 6

b. Pengertian Wirausaha…………………………………………. 7

c. Partisipasi Pelaku Wirausaha………………………………….. 9

1) Pengertian Partisipasi Pelaku Wirausaha………………….. 9

2) Bentuk Partisipasi Pelaku Wirausaha……………………… 12

3) Tingkatan Partisipasi Pelaku Wirausaha………………… 14

vi
4) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi……………. 17

2. Program Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)………….. 18

a. Pengertian UMKM…………………………………………….. 18

b. Tujuan dan Sasaran UMKM………………………………… 23

c. Manfaat UMKM……………………………………………….. 24

3. Tinjauan Aplikasi GudangAda…………………………………….. 25

a. Konsep Digital Marketing Berbasis Aplikasi………………….. 29

b. Konsep Pemasaran…………………………………………….. 29

c. Konsep Aplikasi GudangAda………………………………….. 35

4. Pendidikan Nonformal…………………………………………….. 36

a. Pengertian Pendidikan Nonformal…………………………….. 36

b. Tujuan Pendidikan Nonformal………………………………… 39

c. Manfaat Pendidikan Nonformal……………………………….. 39

d. Sasaran Pendidikan Nonformal……………………………….. 40

e. UMKM sebagai kajian Pendidikan Nonformal……………… 41

B. Penelitian Terdahulu………………………………………………… 43

C. Kerangka Berpikir…………………………………………………….. 46

BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………… 50

A. Metode dan Pendekatan Penelitian…………………………………… 50

B. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………………. 52

C. Definisi Konseptual dan Operasional………………………………….. 53

D. Sumber Data…………………………………………………………… 57

E. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………….. 58

F. Teknik Analisa Data…………………………………………………….. 60

vii
DAFTAR PUSTAKA 62

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kota Jakarta Utara adalah nama sebuah kota administrasi di bagian Utara

Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Luas wilayahnya sekitar 146,66 kilometer

persegi. Pada tahun 2020 jumlah penduduk kota Jakarta Utara berjumlah

sebanyak 1.843.537 jiwa. Posisi kota Jakarta Utara ini sangatlah strategis karena

menjadi bagian ibukota sebagai pusat pemerintahan.

Lahan-lahan di Kota Jakarta Utara sebagian besar dijadikan sebagai

pembangunan tempat para wirausaha untuk membuat ruko ataupun warung.

Sehingga Kota Jakarta Utara menjadi pusat perbelanjaan bagi konsumen dari

berbagai daerah manapun yang berkunjung.

Letak kota Jakarta Utara yang sangat strategis ini membuat para pelaku

wirausaha dan konsumen sangat di untungkan satu sama lain karena jarak yang

mudah dijangkau, memudahkan pekerjaan, serta akses transportasi yang sangat

mudah menciptakan interaksiperdagangan jual beli berjalan dengan sepenuhnya

sesuai kebutuhan masing-masing individu.

Adapun berbagai alasan memotivasi penulis namun yang paling utama

dirasakan adalah disaat pandemi covid-19 mulai pada tahun 2020 negara

Indonesia khususnya wilayah kota Jakarta Utara mengalami penurunan yang

sangat drastis dalam bidang ekonomi, tidak hanya itu akan tetapi di berbagai

bidang lain juga ikut merasakan dampak dari adanya covid-19. Disaat itulah

muncul suatu aplikasi digital marketing yaitu GudangAda yang menyediakan

bagi para wirausaha terutama pelaku wirausaha yang mengikuti program

1
UMKM untuk memudahkan pemasaran secara online dan mengembangkan

penjualannnya. Adapun kebijakan pemerintah yaitu memberikan bantuan berupa

uang tunai bagi para pelaku wirausaha yang mengalami kebangkrutan, maka

dengan adanya pemberian modal tersebut pemerintah berharap bisa mengurangi

pengangguran dan mengurangi ttindak kriminalitas di situasi covid-19 ini, serta

menciptakan kembali perekonomian yang stabil. Disisi lain masih banyak para

wirausaha yang masih mengalami kesulitan dalam beberapa hal yaitu pemasaran

yang dimana masih minim dari berbagai aspek pengetahuan ataupun

keterampilan dalam pemasaran melalui aplikasi digital saat ini. Kemudian alasan

kedua yang dirasakan adalah pengembanganpelaksanaan program Usaha Mikro

Kecil dan Menengah (UMKM) melalui salah satu aplikasi digital marketingyaitu

GudangAda dapat memberdayakan masyarakat dan mengurangi angka

kemiskinan. Untuk itu dibutuhkan peran pelaku umkm dalam memanfaatkan

teknologi digital agar dapat memperluas pemasaran baik secara offline maupun

online.

Oleh karena itu, penulis menganggap penting untuk melakukan penelitian yang

berjudul “Partisipasi Pelaku Wirausaha Dalam Pelaksanaan Program Usaha

Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Melalui Aplikasi GudangAda Di Kota

Jakarta Utara”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut ada beberapa permasalahan yang perlu

diidentifikasi, yaitu sebagai berikut:

1. Partisipasi pelaku wirausaha dalam mengembangkan program Usaha Mikro

Kecil dan Menengah melalui aplikasi GudangAda masih rendah..

2
2. Terdapat beberapa pelaku wirausaha yang tidak melek teknologi khususnya

di dalam teknologi digital marketing.

3. Peranan pelaku wirausaha belum sepenuhnya dapat terlaksana dengan baik

karna terkendala sistem perdagangan melalui aplikasi GudangAda.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi pokok

permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tingkat partisipasi pelaku wirausaha dalam pelaksanaan program

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) melalui Aplikasi GudangAda

di Kota Jakarta Utara?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi pelaku wirausaha dengan kurangnya

wawasan terhadap teknologi dalam pelaksanaan program Usaha Mikro Kecil

dan Menengah (UMKM) melalui Aplikasi GudangAda di Kota Jakarta

Utara?

3. Bagaimana bentuk peranan pelaku wirausaha dalam pelaksanaan program

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) melalui Aplikasi GudangAda

di Kota Jakarta Utara?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan fokus penelitian, peneliti merumuskan tujuan

penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat partisipasi pelaku wirausaha dalam pelaksanaan

programUsaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) melalui Aplikasi

GudangAda di Kota Jakarta Utara.

3
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pelaku wirausaha yang

kurangwawasan terhadap teknologi dalam program pelaksanaan Usaha

Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) melalui Aplikasi GudangAda di Kota

Jakarta Utara.

3. Untuk mengetahui bentuk peranan pelaku wirausaha dalam pelaksanaan

program Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) melalui Aplikasi

GudangAda di Kota Jakarta Utara.

E. Manfaat Penelitian

1. Kegunaan Teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan dan Teknologi, serta menambah khasanah

di dunia pendidikan sebagai bahan bacaan sekaligus ilmu pengetahuan.

2. Kegunaan Praktis

Bagi pelaku wirausaha hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang

bagaimana partisipasi pelaku wirausaha dalam pelaksanaan program Usaha

Mikro Kecil dan Menengah(UMKM) melalui Aplikasi GudangAda dalam

upaya mengatasi digital marketing, serta dapat mengetahui bagaimana proses

serta peran pelaku wirausaha yang terlibat.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka

berikut sistematika penulisan yang digunakan pada penulisan skripsi ini sebagai

berikut:

4
BAB I Cakupan pada bab I tentang pendahuluan yaitu: (A) Latar Belakang

Masalah, (B) Identifikasi Masalah, (C) Rumusan Masalah, (D) Tujuan

Penelitian, (E) Kegunaan Penelitian, (F) Sistematika Penulisan.

BAB II Cakupan pada bab II berisi tentang tinjauan pustaka yang terdiri dari

teori yang relevan dengan fokus penelitian, rumusan masalah dan variabel

penelitian yaitu: (A) Kajian Teori, (1) Konsep Partisiapsi Pelaku Wirausaha (2)

Program Usaha Mikro Kecil dan Menengah(UMKM) (3) Konsep

Pengaplikasian GudangAda (4) Pemberdayaan Masyarakat, (B) Penelitian

Terdahulu, (C) Kerangka Berpikir).

BAB III Cakupan pada bab III berisi tentang: (A) Pendekatan dan Metode

Penelitian, (B) Tempat dan Waktu Penelitian, (C) Definisi Konseptual dan

Operasional, (D) Sumber Data, (E) Teknik Pengumpulan Data, (F) Teknik

Analisis Data.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. KONSEP PARTISIPASI PELAKU WIRAUSAHA

a. Pengertian Partisipasi

Secara harfiah, partisipasi berasal dari kata bahasa Inggris

“partisipation” yang berarti peran serta. Dalam pengertian yang lebih

luas, partisipasi dapat diartikan sebagai bentuk peran serta atau

keikutsertaan secara aktif atau pro aktif dalam suatu kegiatan. Partisipasi

merupakan suatu proses yang memungkinkan adanya interaksi yang

lebih baik antar stakeholders sehingga kesepakatan-kesepakatan dan

tindakan yang bersifat inovatif lebih mungkin tercipta dan memulai suatu

aksi bersama bisa terjadi (Solekhan, 2014, h. 141).

Menurut (Irene, 2011, h. 50) partisipasi merupakan keterlibatan mental

dan emosi dari seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong

mereka untuk menyokong kepada pencapaian tujuan pada tujuan

kelompok tersebut dan ikut bertanggung jawab terhadap kelompoknya.

Menurut Verhangen dalam Mardikanto (2013, h. 167) partisipasi

merupakan bentuk keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu

atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan

atau keterlibatan yang dimaksud disini bukanlah bersifat pasif akan tetapi

secara aktif ditujukan oleh yang bersangkutan. Oleh karena itu,

partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagai keikutsertaan seseorang di

6
dalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan

masyarakat, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri.

Borny (1947) dalam Mardikanto (2015, h. 81) mengartikan partisipasi

sebagai tindakan untuk “mengambil bagian” yaitu kegiatan atau

pernyataan untuk mengambil bagian dari kegiatan dengan maksud

memperoleh manfaat.

Kemampuan dan kemauan dalam berpartisipasi harus berasal dari

objek yang bersangkutan (individu masyarakat). Sedangkan kesempatan

dalam berpartisipasi muncul ketika pihak dari luar memberikan

kesempatan. Apabila dari pihak luar mau memberikan kesempatan akan

tetapi tidak ada kemauan dari individu masyarakat maka partisipasi tidak

akan terjadi. Begitu pula apabila individu masyarakat memiliki kemauan

dan kemampuan tidak ada kesempatan yang diberikan oleh pemerintah

dan penyelenggara maka partisipasi tidak mungkin terjadi.

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa partisipasi

harus memiliki tujuan bersama yang hendak dicapai, adanya dorongan

dari sebagian individu masyarakat agar menyumbang atau melibatkan

diri guna tercapainya tujuan bersama. Keterlibatan sebagian masyarakat

harus memiliki tanggung jawab bersama agar tujuan individu maupun

kelompok bisa tercapai, serta partisipasi dapat juga diartikan sebagai

kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai dengan

kemampuan setiap orang tanpa mengorbankan kepentingan individu.

b. Pengertian Wirausaha

7
Menurut Peter F. Drucker (1994:231) mengatakanbahwa kewirausahaan

merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan

berbeda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seseorang wirausaha

adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu

yang baru, berbeda dari yang lain atau mampu menciptakan sesuatu yang

berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.

Wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat

dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber-

sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya

serta mengambil tindakan yang tepat, guna memastikan kesuksesan

(Geoffrey G. Meredith et. Al, 1995).

Sementara itu, Zimmerer (1996:44) mengartikan kewirausahaan sebagai

suatu proses penerapan kreatifitas dan inovasi dalam memecahkan

persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan

( usaha).Menururt Skinner (1992), wirausaha (interpreneur) merupan

seseorang yang mengambil risiko yang diperlukan untuk

mengorganisasikan dan mengelola suatu bisnis dan menerima

imbalan/balas jasa berupa profit finansial maupun non finansial.

Pengertian wirausaha lebih lengkap dinyatakan oleh Schumpeter

adalah entrepreneur as the person who destroys the existing economic

order by introducing new products and services, by creating new forms

of organization, or by exploiting new raw materials. (Alma, 2004:21).

Jadi menurut Schumpeter wirausaha adalah orang yang mendobrak

sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang

8
baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan

baku baru. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi

bisnis yang baru ataupun bisa pula dilakukan dalam organisasi bisnis.

Paraekonom klasik, termasuk Karl Marx (2000:174),

mengidentifikasikan wirausaha sebagai kapitalis (wirausaha-kapitalis).

Sedangkan para ekonom lainnya, mengidentifikasi wirausaha sebagai

seorang pekerja khusus pengelola perusahaan (wirausaha

manajer/pekerja).

Jadi wirausaha itu merupakan kemampuan dan kesiapan untuk

mengembangkan, mengatur, dan menjalankan suatu badan usaha dengan

segala ketidakpastiannya untuk memperoleh keuntungan.

c. Partisipasi Pelaku Wirausaha

1) Pengertian Pelaku Wirausaha

Partisipasi merupakan suatu bentuk keikutsertaan individu di dalam

sebuah kelompok yang terlibat pada suatu kegiatan terhadap

prosespelaksanaan pengambilan keputusan. Hubungan antara partisipasi

dengan penelitian ini yaitu keterlibatan dari para pelaku wirausaha

khususnya pada pelaku UMKM yang berwirausaha melalui pemanfaatan

digital marketing aplikasi GudangAda.

Partisipasi pelaku wirausaha adalah partisipasi yang melibatkan

beberapa individu maupun masyarakat yang ikut kedalam proses

implementasi dari adanya kebijakan pemerintah yaitu program usaha

mikro kecil dan menengah. Menurut Pasaribu dan Simanjuntak dalam

Siti Fatimah (2012, h. 10) partisipasi masyarakat berarti masyarakat ikut

9
serta, yaitu mengikuti dan menyertai pemerintah karena kenyataannya

pemerintahlah yang sampai dewasa ini merupakan perancang,

penyelenggara, dan pembayar utama dalam pembangunan. Masyarakat

diharapkan dapat ikut serta, karena diselenggarakan dan dibiayai utama

oleh pemerintah itu dimaksudkan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan

masyarakat sendiri, untuk rakyat banyak.Menurut Uceng, dkk (2019,

hal.6) partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan anggota masyarakat

dalam pembangunan dan pelaksanaan (implementasi) program atau

proyek pembangunan yang dilakukan dalam masyarakat lokal.

Adapun yang menjadi kewajiban pelaku usaha sebagaimana yang telah

disebutkan dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen adalah:

1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.

2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai

kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi

penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.

3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur

serta tidak diskriminatif.

4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang

dan/atau jasa yang berlaku.

5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau

mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan

10
dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang

diperdagangkan.

6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas

kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang

dan/atau jasa yang diperdagangkan.

Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang

dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan

perjanjian.

Salah satu tujuan terpenting partisipasi pelaku wirausaha(individu

masyarakat) yang tidak bisa terlepaskan dalam setiap kegiatan, yaitu

dalam proses pengambilan keputusan.Sebagaimana “tujuan utama

partisipasi adalah melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan

keputusan, memberikan hak suara masyarakat dalam proses pengambilan

keputusan, mendorong dan melibatkan masyarakat serta menyatukan

tujuan”.

Secara teoritis partisipasi pelaku wirausaha ini memang mudah

sekali untuk dibicarakan. Namun dalam praktek pelaksanaannya

seringkali terjadi manipulasi dan rekayasa. Banyak faktor yang

mempengaruhi partisipasi pelaku wirausaha, baik secara internal (yaitu:

motivasi, pengetahuan, pengalaman individu dan sebagainya) maupun

eksternal (yaitu: peran stakeholders, kondisi sosial, politik, ekonomi dan

budaya). Bahkan tidak sedikit proyek-proyek pembangunan yang

menggunakan pendekatan partisipasi, namun dalam pelaksanaannya

11
bukan partisipasi tetapi mobilisasi dan prosesnya bukan bottom up tetapi

top down.

Cohen dan Uphoff (dalam Irene, 2011) mengenal pengertian partisipasi,

mendefinisikan bahwa partisipasi sebagai keterlibatan dalam proses

pembuatan keputusan, pelaksanaan program, memperoleh kemanfaatan,

dan mengevaluasi program. Jadi partisipasi pelaku wirausaha dapat

dikatakan sebagai keterlibatan pelaku wirausaha dalam suatu hal atau

program yang harus dikerjakan dan cara mengerjakannya. Keterlibatan

tersebut berupa kontribusi dalam kegiatan yang telah diputuskan serta

bersama-sama memanfaatkan hasil program tersebut.

2) Bentuk Partisipasi Pelaku Wirausaha

Bentuk partisipasi pelaku wirausaha merupakan bentuk partisipasi

berbasis masyarakat karena pelaku wirausaha bagian dari beberapa

individu masyarakat yang ikut serta dalam suatu partisipasi. Peran serta

masyarakat Ana tata satu dengan yang lainnya tentu berbeda-beda, sesuai

dengan kapasitas dan kemampuan yang dapat disumbangkan dalam

pembangunan . Perbedaan wujud partisipasi ini kemudian memunculkan

beberapa bentuk partisipasi yang berbeda-beda. Ndraha dalam

Mardikanto (2015, h. 84) berpendapat bahwa partisipasi bentuknya dapat

berupa kontak sosial dengan pihak lain sebagai awal perubahan sosial,

partisipasi dalam memperhatikan dan memberi tanggapan terhadap

informasi, baik menerima maupun menolaknya, partisipasi dalam

perencanaan dan penetapan keputusan, partisipasi dalam pelaksanaan

12
operasional dan partisipasi dalam menerima, memelihara dan

mengembangkan pembangunan.

Adapun beragam bentuk-bentuk kegiatan partisipasi yang

dilakukan oleh setiap pelaku wirausaha dapat berupa:

a) Melakukan kewajiban sebagai pelaku wirausaha.

b) Menciptakan lapangan kerja.

c) Menggerakkan sumber daya masyarakat.

d) Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan

e) Memanfaatkan teknologi digital marketing.

Menurut Cohen dan Uphoff dalam Nasution (2009), bentuk partispasi

dibedakan menjadi 4, yaitu:

1) Partisipasi dalam pengambilan keputusan

Partisipasi ini terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan

masyarakat berkaitan dengan gagasan atau ide yang menyangkut

kepentingan bersama. Wujud partisipasi dalam pengambilan

keputusan ini antara lain seperti ikut menyumbangkan gagasan atau

pemikiran, kehadiran dalam rapat, diskusi dan tanggapan atau

penolakan terhadap program yang ditawarkan.

2) Partisipasi dalam pelaksanaan

Partisipasi dalam pelaksanaan meliputi menggerakkan sumber daya

dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program.

Partisipasi dalam pelaksanaan merupakan kelanjutan dalam rencana

yang telah digagas sebelumnya baik yang berkaitan dengan

perencanaan, pelaksanaan maupun tujuan.

13
3) Partisipasi dalam pengambilan pemanfaatan

Partisipasi dalam pengambilan manfaat tidak lepas dari hasil

pelaksanaan yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kualitas

maupun kuantitas. Dari segi kualitas dapat dilihat dari output,

sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat dari presentase

keberhasilan program.

4) Partisipasi dalam evaluasi

Partisipasi dalam evaluasi ini berkaitan dengan pelaksanaan pogram

yang sudah direncanakan sebelumnya. Partisipasi dalam evaluasi ini

bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang sudah

direncanakan sebelumnya.

Menurut (Wiratno, 2016, hal. 29) jenis partisipasi yang

disumbangkan masyarakat sangat beragam, seperti: (a) partisipasi

material bagi masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi; (b)

partisipasi pemikiran bagi masyarakat yang memiliki tingkat

pemikiran dan wawasan kependidikan; (c) partisipasi tenaga/fisikal

bagi masyarakat awam yang tidak memiliki kemampuan ekonomi

dan pemikiran tetapi memiliki kepedulian dalam membantu sekolah;

dan (d) partisipasi moral dalam bentuk dukungan penuh oleh

berbagai lapisan masyarakat.

3). Tingkatan Partisipasi

Pelaku Wirausaha (individu masyarakat) dalam berpartisipasi dapat

dibedakan menjadi beberapa tingkatan. Adapun menurut Arsntein (1969)

yang mengemukakan bahwa partisipasi terdapat 8 tingkatan, pada intinya

14
tujuan yang diinginkan dari partisipasi yaitu munculnya kemandirian

dalam mengontrol atau memobilisasi diri. Berikut model tingkatan

tangga partisipasi:

a) Citizen control (pengawasan masyarakat), masyarakat dapat

berpartisipasi di dalam dan mengendalikan seluruh proses

pengambilan keputusan. Pada tingkatan ini masyarakat memiliki

kekuatan untuk mengatur program atau kelembagaan yang

berkaitan dengan kepentingannya. Masyarakat mempunyai

wewenang dan dapat mengadakan negosiasi dengan pihak-pihak

luar yang hendak melakukan perubahan. Usaha bersama warga

ini langsung berhubungan dengan sumber dana untuk

memperoleh bantuan tanpa melalui pihak ketiga.

b) Delegated power (pelimpahan kekuasaan), pada tingkatan ini

masyarakat diberi limpahan kewenangan untuk membuat

keputusan pada rencana tertentu. Untuk menyelesaikan

permasalahan, pemerintah harus mengadakan negosiasi dengan

masyarakat tidak dengan tekanan dari atas, dimungkinkan

masyarakat mempunyai tingkat kendali atas keputusan

pemerintah.

c) Partnership (kemitraan), masyarakat berhak berunding dengan

pengambil keputusan atau pemerintah atas kesepakatan bersama

kekuasaan dibagi antara masyarakat dengan pemerintah. Untuk

itu, diambil kesepakatan saling membagi tanggung jawab dalam

15
perencanaan, pengendalian keputusan, penyusunan kebijakan

serta pemecahan masalah yang dihadapi.

d) Placation (perujukan), pemegang kekuasaan (pemerintah) perlu

menunjuk sejumlah orang dari bagian masyarakat yang

dipengaruhi untuk menjadi anggota suatu badan public, dimana

mereka mempunyai akses tertentu pada proses pengambilan

keputusan. Walaupun dalam pelaksanaannya usulan masyarakat

tetap diperhatikan, karena kedudukan relative rendah dan

jumlahnya lebih sedikit dibandingkan anggota dari pemerintah

maka tidak mampu mengambil keputusan.

e) Consultation (konsultasi), masyarakat tidak hanya diberitahu

tetapi juga diundang berbagi pendapat, meskipun tidak ada

jaminan bahwa pendapat yang dikemukakan akan menjadi

pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Metode yang sering

digunakan adalah survey tentang arah pikiran masyarakat atau

pertemuan lingkungan masyarakat dan public hearing atau dengar

pendapat dengan masyarakat.

f) Informing (pemberian informasi), pemegang kekuasaan hanya

memberikan informasi kepada masyarakat terkait proposal

kegiatan, masyarakat tidak diberdayakan untuk mempengaruhi

hasil. Informasi dapat berupa hak, tanggung jawab dan berbagi

pilihan, tetapi tidak ada umpan balik atau kekuatan untuk

negosiasi dari masyarakat hanya memiliki sedikit kesempatan

untuk mempengaruhi rencana yang telah disusun.

16
g) Therapy (terapi), pemegang kekuasaan memberikan alasan

proposal dengan berpura-pura melibatkan masyarakat. Meskipun

terlibat dalam kegiatan, tujuannya lebih pada mengubah pola

pikir masyarakat daripada mendapatkan masukan dari masyarakat

itu sendiri.

h) Manipulation (manipulasi), merupakan tingkatan partisipasi yang

paling rendah, dimana masyarakat hanya dipakai namanya saja.

Kegiatan untuk melakukan manipulasi informasi untuk

memperoleh dukungan public dan menjadikan keadaan yang

lebih baik meskipun tidak akan pernah terjadi.

4) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Tidak semua pelaku wirausaha memiliki kesadaran untuk ikut serta

dalam proses pembangunan. Adanya kesadaran tersebut dapat

disebabkan oleh beberapa faktor. Dari beberapa literatur didapatkan

bahwa umumnya partisipasi pelaku wirausaha dipengaruhi oleh dua

faktor yaitu internal dan eksternal.

a) Faktor internal, yaitu mencakup karakteristik individu yang dapat

mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu

kegiatan, yaitu status dalam pengguna aplikasi GudangAda,

pembeli, pelaku umkm, tingkat pendapatan.

b) Faktor Eksternal adalah semua pihak luar yang berkepentingan

dan mempunyai pengaruh terhadap program tersebut, antara lain

koordinator program UMKM, tokoh masyarakat,

pemerintahdaerah, pihak ketiga (Perusahaan, Perguruan Tinggi).

17
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam proses peningkatan

partisipasi ini memiliki beberapa faktor terutama faktor internal

yang meliputi jabatan, konsumen, penjual, pengahasilan.

Sedangkan faktor eksternal yang meliputi kebijakan

pemerintah,peranan aplikasi, ekonomi, sosial budaya, dan

pemasaran. Yang dimana semua itu berpengaruh pada tingkat

partisipasi pelaku wirausaha.

2. PROGRAM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

a. Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Di Indonesia, definisi UMKM diatur dalam Undang-Undang Republik

Indonesia No.20 Tahun 2008 tentang UMKM. Pasal 1 dari UU terebut,

dinyatakan bahwa Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang

perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha

mikro sebagaimana diatur dalam UU tersebut.Usaha kecil adalah usaha

ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang

perorangan atau badan usaha yang buka merupakan anak perusahan atau

bukan anak cabang yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian, baik

langsung maupun tidak langsung, dari usaha menengah atau usaha besar

yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam UU

tersebut.Sedangkan usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif yang

berdiri sendiri yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung, dari

usaha mikro, usah kecil atau usaha besar yangmemenuhi kriteria usaha

18
mikro sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut.Di dalam Undang-undang

tersebut, kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan UMKM seperti yang

tercantum dalam Pasal 6 adalah nilai kekayaan bersih atau nilai aset tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan.

Dengan kriteria sebagai berikut:

a) Usaha mikro adalah unit usaha yang memiliki aset paling banyak

Rp.50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dengan

hasil penjualan tahunan paling besar Rp.300 juta.

b) Usaha kecil dengan aset lebih dari Rp.50 juta sampai dengan Rp.500

juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha memiliki hasil

penjualan tahunan lebih dari Rp.300 juta hingga maksimum

Rp.2.500.000.

c) Usaha menengah adalah perusahaan dengan milai kekayaan bersih

lebih dari Rp.500 juta hingga paling banyak Rp.100 milyar hasil

penjualan tahunan di atas Rp.2,5 milyar sampai paling tinggi Rp.50

milyar.

Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria, sejumlah

lembagapemerintahan seperti Departemen Perindustrian dan Badan

Pusat Statistik (BPS), selama ini juga menggunakan jumlah pekerja

sebagai ukuran untuk membedakan skala usaha antara usaha

mikro,usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar. Misalnya

menurut Badan Puat Statistik (BPS), usaha mikro adalah unit usaha

dengan jumlah pekerja tetap hingga 4 orang, usaha kecil antara 5

sampai 19 pekerja, dan usaha menengah dari 20 sampai dengan 99

19
orang. Perusahaan-perusahaan dengan jumlah pekerja di atas 99

orang masuk dalam kategori usaha besar.

Usaha mikro kecil dan menengah merupakan pemain utama dalam

kegiatan ekonomi di Indonesia.masa depan pembangunan terletak

pada kemampuan usaha mikro kecil dan menengah untuk

berkembang mandiri. Kontribusi usaha mikro kecil dan menengah

paada GDP di Indonesia tahun 1999 sekitar 60%, dengan rincian

42% merupakan kontribusi usaha kecil dan mikro, serta 18%

merupakan usaha menengah.

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sangat

penting dan strategis dalam mengantisipasi perekonomian kedepan

terutama dalammemperkuat struktur perekonomian nasional. Adanya

krisis perekonomian nasional seperti sekarang ini sangat

mempengaruhi stabilitas nasional, ekonomi dan politik yang

imbasnya berdampak pada kegiatan-kegiatan usaha besar yang

semakin terpuruk, sementara UMKM serta koperasi relatif masih

dapat mempertahankan kegiatan usahanya

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan suatu unit usaha

yang keberadaannya sangat penting. Hal ini dikarenakan UMKM memiliki

peran yang sangat strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. UMKM

merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan pekerjaan

sehingga dapat mengurangi masalah kemiskinan dan pengangguran, dapat

berperan dalam proses pemerataan dan pendapatan masyarakat, mendorong

pertumbuhan ekonomi, serta berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional.

20
Keberadaan UMKM juga memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap

perekonomian daerah dimana dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber

daya lokal yang ada di daerah, meningkatkan kreatifitas masyarakat,

penyumbang terbesar PDB (Produk Domestik Bruto), serta menambah

pendapatan asli daerah (PAD) (Haris dan Puspaningrum, 2016). Berdasarkan

data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik

Indonesia didasarkan pada perhitungan Bapan Pusat Statistik (BPS) pada

tahun 2015 UMKM terbukti memberikan kontribusi sebesar 61,41%

terhadap PDB dan sebesar 96,71% terhadap penyerapan tenaga kerja.

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Kecil, Mikro

dan Menengah (UMKM), dijelaskan mengenai pengertian UMKM dan

kriterianya, yaitu Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang

perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha

mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil adalah

usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang

perorangan, atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang

memenuhi usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Sedangkan Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,

atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha

21
kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan

tahunan sebagai mana diatur dalam Undang-Undang ini.

Dengan semakin bertambahnya jumlah UMKM seringkali tidak dibarengi

dengan kualitas dari UMKM itu sendiri. Dimana masih terdapat beberapa

permasalahan UMKM diantaranya yaitu kurang permodalan, kesulitan bahan

baku, kurang keahlian produksi, persaingan usaha yang ketat serta kesulitan

dalam pemasaran. Terlebih pada era ekonomi global atau era perdagangan

bebas sekarang ini pelaku UMKM dituntut untuk lebih meningkatkan

keunggulan kompetitifnya agar tetap eksis dalam pasar global. Menurut

Amaliyanah (2017) meningkatkan daya saing bagi UMKM merupakan satu

faktor penting dalam upaya pembangunan perekonomian nasional. Salah

satu faktor yang memiliki peran yang cukup penting untuk meningkatkan

daya saing UMKM adalah dengan penggunaan teknologi informasi. Hal ini

dikarenakan perkembangan teknologi informasi semakinpesat. Kini saatnya

para pelaku UMKM melebarkan sayapnya melalui cara yang lebih modern,

dengan memanfaatkan tekonologi informasi dan jaringan internet yang

semakin mudah dijangkau dan digunakan sehingga dapat membantu

mengembangkan usaha berkali lipat.

Daya saing UMKM dapat diwujudkan salah satunya dengan penggunaan

teknologi informasi yang berguna untuk meningkatkan transformasi bisnis,

ketepatan dan efisiensi pertukaran informasi. Selain itu penggunaan

teknologi informasi juga dapat memperluas jaringan pemasaran atau dapat

memperluas market share. Peningkatan daya saing UMKM ini sangat

diperlukan agar UMKM dapat bertahan dan bersaing dalam kancah

22
perdagangan global (Agustina, dalam Amaliyanah 2017:2). Pemerintah

daerah dalam hal ini, UKM dan Perindustrian Kota Jakarta Utara berupaya

meningkatkan akses dan transfer teknologi untuk mengembangkan pelaku

UMKM bagi wirausaha dengan pemanfaatan teknologi informasi sehingga

diharapkan mampu bersaing dengan pelaku UMKM asing lainnya. Hal ini

dikarenakan belum semua UMKM di Kota Jakarta Utara mengenal digital

marketing.

b. Tujuan dan Sasaran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Tujuan dari adanya UMKM adalah sebagai berikut:

1. Menumbuhkan dan juga membantu mengembangkan kemampuan

usaha mikro kecil dan menengah. Agar usahanya dapat terlaksana

dengan baik dan dapat dijalankan dengan tangguh dan mandiri.

2. Meningkatkan adanya pemasukan dan juga struktur perekonomian

negara. Karena dengan semakin banyaknya perusahaan serta

lapangan kerja. Maka semakin mengurangi kemungkinan tingginya

angka pengangguran, dan juga memperbaiki struktur perekonomian

serta pemasukan yang dimiliki setiap individu di Indonesia.

3. Membantu mengurangi jurang kemiskinan dan juga perbedaan

pendapatan, serta material yang dimiliki oleh masing-masing

individu yang ada di Indonesia.

4. Memberikan kesempatan. Bagi masyarakat Indonesia yang memiliki

kemampuan ataupun skill di berbagai bidang untuk bisa

mengembangkan keahlian dan ilmu pengetahuan yang mereka miliki.

Sehingga berguna dan juga menjadi sebuah karya yang bermanfaat.

23
5. Terakhir tujuan dari didirikannya usaha mikro yaitu membantu

masyarakat Indonesia untuk bisa memiliki perusahaan ataupun usaha

yang diidamkan. Sehingga mereka dapat mengatur, dan juga

mengelola peraturan, pendapatan, mendirikan adanya waktu serta

efisiensi kerja, sesuai dengan keinginan. Ditambah lagi dengan

adanya usaha mikro yang didirikan masyarakat. Maka kesempatan

masyarakat Indonesia untuk bisa berkembang dan tidak kalah,

dengan adanya warga negara asing yang ada di Indonesia semakin

besar.

Sasaran penerima program Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

merupakan pelaku wirausaha yang memiliki toko maupun warung dan

menjual produk kebutuhan masyarakat dan bukan produk

terlarang.Selain itu harus memiliki usaha yang tetap untuk jangka

panjang sehingga dengan begitu masyarakat yang tidak memiliki modal

ataupun kekurangan modal dapat menerima program bantuan pemerintah

berupa uang tunai bagi calon penerima bantuan.

c. Manfaat Usaha Mikro Kecil dan Menengah(UMKM)

Manfaat dari Usaha Mikro Kecil dan Menengahadalah manfaat UMKM

bagi perekonomian daerah adalah meningkatkan pendapatan,

memberdayakan masyarakat khususnya perempuan,mendapatkan

pengalaman berwirausaha, memperkecil angka pengangguran,

mempererat rasa kebersamaan, mengembangkan potensi

masyarakat,mengembangkan usaha yang telah ada sebelumnya, serta

menumbuhkan rasaingin maju dan sebagainya.Adapun selain itu manfaat

24
UMKM bagi pelaku UMKM sendiri antara lain: adanya kebebasan

finansial,memiliki kemampuan mengontrol diri sendiri, melakukan

perubahandalam hidup serta menggali potensi diri, pengabdian diri dan

mendapatkan pengakuan atas usaha, tahan banting, lebih fokus pada

konsumen, mudah beradaptasi, menjadi penggerak ekonomi masyarakat

yang inovatif dan fleksibel.

3. Tinjauan Aplikasi GudangAda

a. Konsep Digital Marketing berbasis Aplikasi

Digital Marketing dikenal pertama kali pada awal tahun 1990-an dan mulai

menjadi strategi utama yang banyak diterapkan dalam dunia bisnis pada

tahun 2014. Digital marketing merupakan perwujudan dari penerapan,

penggunaan atau pemanfaatan dari teknologi dalam proses pemasaran, yang

terjadi dengan beberapa tahapan sebagai berikut (Ryan, 2014:4):

1. Teknologi baru muncul dan mulaidigunakan.

2. Teknologi mulai dikenal dan diprioritaskandalam dunia pemasaran

3. Para pemasar yang inovatif melakukaneskplorasi dan terobosan

untuk dapat meningkatkan fungsi atau daya guna dari teknologi

dalam mencapai target jangkauan pemasaran.

4. Teknologi menjadi strategi utama dan diadposi sebagai standar

praktik pemasaran.

Tahapan di atas menunjukkan bagaimana sebuah teknologi mendasari

terlahirnya konsep digital marketing, namun demikian, teknologi hanya

merupakan sebuah alat, yang apabila dilihat dari perspektif pemasaran,

merupakan sarana penghubung yang dapat meningkatan efektivitas relasi

25
antar manusia, atau dalam hal ini, antar pemasar dan pasar (target) (Ryan,

2014:4). Digital marketing bukan konsep yang berfokus pada teknologi,

namun kepada manusia (pemasar), yaitu bagaimana memahami memahami

manusia (pemasar), bagaimana penggunaan teknologi dalam membangun

hubungan dengan manusia lain (pelanggan) untuk membangun dan secara

signifikan meningkatkan penjualan (Ryan, 2014:12).

Keputusan untuk menerapkan digital marketing sebagai strategi bisnis harus

disesuaikan dengan karakteristik bisnis yang dijalankan sebagai dasar untuk

menegaskan tingkat kebutuhan akan penerepan strategi tersebut. Secara

sederhana, terdapat dua jenis karakteristik bisnis yang harus dikenali dalam

menentukan untuk menggunakan digital marketing, yaitu (Ryan, 2014:23):

a) Mengenali karakteristik pelanggan/calonpelanggan

Dalam hal ini, terdapat dua jenis karakteristik pelanggan, yaitu

pelanggan yang telah aktif dalam kegiatan online, atau pelanggan

yang akan aktif dalam kegiatan online. Jika pelanggan adalah pihak

yang menggunakan teknologi digital dalam mencari atau membeli

produk dan jasa yang ditawarkan, maka penggunaan digital

marketing adalah sebuah pilihan terbaik. Sebaliknya, jika pelanggan

tidak memerlukan penggunaan teknologi digital, maka tidak perlu

menggunakan strategi digital marketing. Namun demikian, pelanggan

yang belum menggunakan tersebut bukan berarti tidak akan pernah

menggunakan dan dapat menjadi calon pelanggan di masa depan,

oleh karena itu, penggunaan digital marketing tetap perlu

26
dipertimbangkan sebagai strategi pemasaran dengan target jangka

panjang.

b) Mengenali kesesuaian karakteristik produk/ jasa/merek dengan

digital marketing

Hampir semua jenis produk/jasa/merek dapat dijual secara online.

Prinsip ini mendasari argumen bahwa tidak perlu ada karakteristik

khusus untuk dapat menjual barang melalui strategi digital

marketing. Perhatian utama hanya pada faktor pelanggan,

sebagaimana pada poin 1 (satu) di atas, bahwa jika terjadi interaksi

secara online dengan pelanggan, maka semua jenis barang/jasa dapat

ditawarkan melalui penerapan strategi digital marketing.

Pada dasarnya, pelanggan adalah sama, baik yang terlibat dalam

proses jual beli secara offline maupun online, bahwa pelanggan

memiliki ekspektasi dan harapan atas beberapa hal sebagai berikut

(Ryan, 2014:30):

a) Media dari digital marketing yang memberikan

kenyamanan untuk digunakan pelanggan. Ketika seorang pelanggan

merasa bahwa media yang digunakan adalah nyaman, maka

pelanggan akan dapat menggunakannya dengan lebih efektif dan

efisien. Hal ini akan membuat pelanggan merasakan kecepatan akses

dalam mencari kebutuhan yang diinginkan dan cenderung lebih cepat

menemukannya.

b) Fitur-fitur dari media digital marketing yang bersifat user centric.

Teknologi digital memungkinkan pelanggan menjadi salah satu pihak

27
yang berkontribusi terhadap pembentukan produk, sehingga dengan

penyediaan media yang dapat mengakomodir keinginan pelanggan

dalam hal kontribusi tersebut akan semakin menjadikan pelanggan

merasa memiliki kontrol atas produk melalui umpan balik yang

diberikan, sehingga akan memberikan nilai positif ke pelanggan.

c) Kecepatan pelayanan. Salah satu manfaat utama dari adanya

teknologi digital adalah pemberian efisiensi waktu bagi para

pelanggan dalam mencari dan mendapatkan produk atau jasa yang

diinginkan. Oleh karena itu, semakin cepat suatu produk atau jasa

disajikan, semakin pelanggan akan merasakan pemenuhan atas

harapannya karena pelanggan sangat menghargai waktunya.

d) Kualitas produk. Teknologi digital menjadikan persaingan

antar produk dan jasa semakin ketat, dimana pelanggan dapat dengan

mudah mendapatkan banyak pilihan untuk satu produk atau jasa yang

diinginkan untuk dibandingkan dan dipilih yang dirasa palingbaik

kualitasnya. Hal ini menunjukkan semakin pentingnya kualitas

produk dalam strategi digital marketing untuk dapat membangun

kepuasan, kepercayaan dan loyalitas pelanggan.

Sebagaimana pengertian dari kepuasan pelanggan, yaitu suatu keadaan dimana

kegunaan dari suatu produk atau jasa dapat memenuhi atau bahkan melebihi

harapan dan eskpektasi pelanggan(Irawan, 2002:3), maka strategi digital

marketing yang mampu memenuhi empat hal di atas akan menyebabkan

pelanggan merasa puas. Kepuasan pelanggan dalam hal ini adalah kepuasan

dalam komunikasi, karena strategi digital marketing pada dasarnya merupakan

28
strategi yang diterapkan dalam hal mengomunikasikan merek (produk dan jasa)

dari sebuah produsen/penjual/perusahaan terhadap pelanggan melalui saluran

komunikasi digital (misalnya, internet, email, mobile phones, TV digital) dan

teknologi informasi (Merisavo, 2006:6).

Jadi dapat disimpulkan bahwa Digital Marketing berbasis Aplikasi merupakan

strategi pemasaran yang memanfaatkan teknologi informasi yang semakin

berkembang. Penerapan strategi tersebut dalam sebuah bisnis harus dengan

memperhatikan berbagai faktor internal dan eksternal untuk mengetahui

kesesuaian dan untuk menentukan strategi Digital Marketing yang paling tepat.

Tujuan utama dari penerapan strategi Digital Marketing adalah untuk

membangun komunikasi antara produsen dengan pelanggan, lebih tepatnya

untuk mengomunikasikan merek dalam membangun kepercayaan dan loyalitas

merek pada pelanggan. Loyalitas merupakan hasil akumulasi dari kepuasan yang

berulang, sehingga secara konseptual dapat ditarik keterhubungan antara

penerapan strategi Digital Marketing untuk dapat meningkatkan kepuasan

pelanggan.

b. Konsep Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu-individu

dan kelompok- kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan

dengan menciptakan dan saling mempertukarkan produk dan jasa serta nilai

antara seseorang dengan yang lainnya. Peranan pemasaran saat ini tidak hanya

menyampaikan produk atau jasa hingga ke tangan konsumen, tetapi juga

bagaimana produk atau jasa tersebut dapat memberikan kepuasan kepada

29
pelanggan secara berkelanjutan, sehingga keuntungan perusahaan dapat

diperoleh dengan terjadinya pembelian yang berulang.

Tujuan dari pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menciptakan

suatu produk yang sesuai dengan keinginan konsumen, menjanjikan nilai

superior, menetapkan harga menarik, mendistribusikan produk dengan mudah,

mempromosikan secara efektif serta mempertahankan pelanggan yang sudah ada

dengan tetap memegang prinsip kepuasan pelanggan.Dasar pemikiran

pemasaran dimulai dengan adanya kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan

permintaan (demands); produk (barang, jasa, gagasan); nilai, biaya dan

kepuasan; pertukaran dan transaksi; hubungan dan jaringan; pasar; pemasar dan

calon pembeli

Konsep inti pemasaran pada dasarnya dimulai dari :

1. Kebutuhan, Keinginan dan Permintaan

Kita dapat membedakan antara kebutuhan, keinginan dan permintaan

pasar. Kebutuhan manusia (human needs) adalah ketidakberadaan

beberapa kepuasan dasar. Manusia mempunyai banyak kebutuhan yang

kompleks, bukan hanya fisik (makanan, pakaian, perumahan dan

lainnya.), tetapi juga psikis: rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi,

penghargaan, kepemilikan, dan lainnya. Kebutuhan tidak diciptakan,

tetapi merupakan hakekat biologis dan kondisi manusia. Bentuk

kebutuhan manusia yang dipengaruhi oleh budaya dan kepribadian

individual dinamakan keinginan.Keinginan (wants) digambarkan dalam

bentuk obyek yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau dengan kata

lain keinginan adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik.

30
Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya juga semakin luas,

akan tetapi terdapat keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang,

sehingga tidak semua keinginan yang ada disertai dengan kemampuan

dan kesediaan untuk membelinya. Keinginan yang disertai dengan

kemampuan dan kesediaan untuk membelinya disebut dengan

permintaan (demands).

2. Produk (Barang, Jasa dan Gagasan)

Munculnya berbagai kebutuhan, keinginan dan permintaan pasar,

mendorong produsen untuk mempelajari, melakukan riset pasar,

mengamati prilaku konsumen, menganalisis keluhan dan ketidakpuasan

yang dialami konsumen, mencari jawaban produk atau jasa apa yang

sedang disukai, akan disukai dan yang tidak disukai konsumen. Dengan

demikian, produsen dapat menawarkan produk (barang, jasa, dan

gagasan) kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki atau dikonsumsi

sehingga kepuasan konsumen dapat tercapai. Perusahaan sering membuat

kesalahan dengan lebih memperhatikan produk fisik daripada jasa yang

diberikan produk tersebut. Sebuah produk fisik adalah suatu cara

mengemas sebuah jasa. Tugas pemasar adalah menjual manfaat atau jasa

yang diwujudkan kedalam produk fisik, bukan hanya menggambarkan

ciri-ciri produk tersebut. Pemasar yang memusatkan pemikirannya pada

produk fisik, bukan pada kebutuhan dan keinginan pelanggan, dikatakan

menderita myopa pemasaran (rabun pemasaran) yaitu ketidak-pedulian

terhadap faktor-faktor penentu kepuasan pelanggan. Konsumen yang

dilayani oleh penjual yang myopa pemasaran menjadi tidak loyal dan

31
memiliki kecenderungan yang besar untuk berpindah ke

produsen/produk substitusi lainnya.

3. Nilai, Biaya dan Kepuasan

Perusahaan-perusahaan di dalam industri berusaha menawarkan produk

dan jasa yang superior, mengakibatkan konsumen dihadapkan pada

pilihan yang beraneka ragam. Konsumen membuat pilihan pembeli

berdasarkan pada persepsi mereka mengenai nilai yang melekat pada

berbagai produk dan jasa ini. Nilai adalah selisih antara nilai total yang

dinikmati pelanggan karena memiliki serta menggunakan suatu produk

dan biaya total yang menyertai produk tersebut. Nilai total antara lain

nilai dari produk, jasa, personil pemasar, biaya waktu, biaya energi yang

dikeluarkan, dan biaya psikis. Setelah pemberian nilai, konsumen akan

mengevaluasi dan hasil evaluasi ini akan mempengaruhi kepuasan dan

peluang untuk membeli ulang produk tersebut.

Kepuasan pelanggan tergantung pada anggapan kinerja produk dalam

menyerahkan nilai relatif terhadap harapan pembeli. Bila kinerja atau

prestasi sesuai atau bahkan melebihi harapan, maka pembelinya akan

merasa puas. Perusahaan yang cerdik memfokuskan diri terhadap

kepuasan konsumen dengan hanya menjanjikan apa yang dapat mereka

serahkan, kemudian menyerahkan lebih banyak dari yang mereka

janjikan, sehingga konsumen selalu loyal terhadap produk yang

dihasilkan oleh perusahaan tersebut.

Kepuasan pelanggan berkaitan erat dengan mutu. Dalam upaya

perbaikan mutu produk yang dihasilkan, produsen menerapkan konsep

32
TotalQuality Management (TQM) yaitu program yang dirancang untuk

memperbaiki mutu produk, jasa dan proses pemasaran secara terus

menerus. TQM memiliki komitmen antara lain:

- Fokus terhadap pelanggan

- Memiliki obsesi yang tinggi terhadap kualitas

- Menggunakan pendekatan ilmiah dalampengambilan keputusan dan

pemecahanmasalah

- Memperbaiki proses secara kesinambungan

- Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihanuntuk karyawan

Dengan penerapan TQM, diharapkan perodusen mampu memproduksi

produk (barang dan jasa) yang konsisten terhadap standar mutu yang

telah dijanjikan.

4. Pertukaran dan Transaksi

Pertukaran adalah tindakan untuk memperoleh barang yang dikehendaki

dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai imbalan. Terdapat 5

kondisi yang harus dipenuhi agar pertukaran dapat terjadi:

- Terdapat sedikitnya dua pihak

- Masing-masing pihak memiliki sesuatu yangmungkin berharga bagi

pihak lain

- Masing-masing pihak mampu berkomunikasidan melakukan

penyerahan

- Masing-masing pihak bebas menerima ataumenolak tawaran pertukaran

masing-masing pihak yakin bahwa berunding dengan pihak lain adalah

layak dan bermanfaat (negoisasi)

33
5. Hubungan dan Jaringan

Pemasaran hubungan (relationship marketing) adalah praktik

membangun hubungan jangka panjang yang saling mempercayai dan

saling menguntungkandengan pelanggan, penyalur dan pemasok guna

mempertahankan bisnis jangka panjang mereka.

Hasil pemasaran hubungan yang utama adalah pengembangan asset unik

perusahaan yang disebut dengan jaringan pemasaran. Jaringan terdiri dari

perusahaan dan semua pihak-pihak pendukung, pelanggan, supplier,

distributor, pengecer, agen iklan, ilmuwan dan pihak lain yang bersama-

sama dengan perusahaan dalam membangun hubungan bisnis yang saling

menguntungkan. Semakin lama, persaingan tidak lagi berlangsung antar

perusahaan melainkan antar seluruh jaringan, yang akan dimenangkan

oleh perusahaan yang telah membangun jaringan yang lebih baik.

6. Pasar

Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli, terjadi

transaksi, serta pertukaran produk(barang/jasa) yang bernilai antara dua

belah pihak atau lebih. Istilah pasar saat ini bukan lagi mengacu kepada

suatu tempat secara fisik, namun lebih kepada sekumpulan pembeli dan

penjual yang melakukan transaksi atas produk atau kelas produk tertentu.

Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan

atau keinginan tertentu yang sama, yang mungkin bersedia dan mampu

melaksanakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan

itu.

7. Pemasar dan Calon Pembeli

34
Pemasar adalah seseorang yang mencari satu atau lebih calon pembeli

yang akan terlibat dalam pertukaran nilai (value). Calon pembeli adalah

seseorang yang diidentifikasikan oleh pemasar sebagai orang yang

mungkin bersedia dan mampu terlibat dalam pertukaran tersebut.

Pemasar dapat bertindak sebagai pembeli ataupun penjual, tergantung

pada tingkat keaktifan mereka dalam mengupayakan terjadinya

pertukaran. Dalam situasi dimana kedua belah pihak secraa aktif

mengupayakan terjadinya pertukaran, maka keduanya disebut sebagai

pemasardan situasi tersebut adalah salah satu pemasaran timbal balik

(reciprocal marketing).

c. Konsep Aplikasi GudangAda

GudangAda adalah tempat jual beli online pedagang grosir dan eceran barang

kebutuhan sehari-hari (FMCG).Melalui aplikasi GudangAda, para pedagang

grosir dan eceran dapat memilih produk lebih lengkap dengan proses transaksi

yang lebih cepat pula. Selain itu lewat aplikasi GudangAda, pembeli bisa

mencari harga terbaik.Selain itu, dengan misi memberdayakan seluruh ekosistem

rantai pasokan FMCG, GudangAda menjembatani kesenjangan teknologi antar

pedagang. Ya, transaksi online di masa kini memang tak dapat dihindari lagi.

Oleh karena itu, misi GudangAda ini selaras dengan imbauan Pemerintah terkait

konversi ke digital, untuk mengatasi masalah pada rantai suplai. Itu artinya, di

masa pandemi, GudangAda hadir sebagai solusi atas kendala rantai pasok

FMCG, untuk membantu suplai produk atas pembatasan fisik.Untuk diketahui,

hingga saat ini GudangAda telah tersebar di lebih dari 500 kota di Indonesia dan

berhasil memfasilitasi transaksi massal antar para pedagang FMCG tanpa

35
mengganggu ekosistem seluruh rantai FMCG dan menghubungkan produsen,

pedagang grosir, dan pedagang eceran di Indonesia. Marketplace yang mulai

bergerak pada tahun 2019.Untuk berbelanja, pastikan sudah memiliki akun dan

mengatur lokasi keberadaan. Mengatur lokasi keberadaan penting karena akan

digunakan untuk mendeteksi toko mana yang terdekat.

Setelah itu, silahkan pilih kategori barang seperti sembako, perawatan tubuh,

dan lainnya. Maka akan terlihat daftar barang yang bisa dibeli dan jumlah toko

yang menyediakannya di sekitar wilayah terdekat. Bisa membeli sesuai ukuran

yang diinginkan, mulai dari satu pieces hingga satu karton.

Hingga kini para pelapak masih mengandalkan pasar online atau marketplace

untuk bisa menjajakan ragam produk dan layanannya termasuk juga urusan

memperluas pasar. Ranah digital juga mulai dilakoni oleh para pebisnis

pengecer, pemasok, distributor untuk menyatukan proses bisnis dari jual beli

hingga pengiriman.Hal inilah yang coba dimanfaatkan oleh usaha rintisan digital

Gudang Ada. Start up lokal ini sudah mulai mengoperasikan layanannya, yakni

sebagai marketplace bagi para pedagang yang terlibat di rantai pasok, khususnya

produk konsumer jenis fast moving consumer goods (FMCG). Sejak beroperasi

tahun lalu, mulai banyak pedagang yang memanfaatkan fitur dan layanan yang

ada di Gudang Ada. Menurut Stevensang, pendiri Gudang Ada, pebisnis yang

bergabung dengan aplikasi ini bisa mendapatkan lebih banyak pasar. Kalaupun

ingin mendapatkan barang dari penjual yang lain bisa mendapatkan harga yang

lebih ramah.

4. Pendidikan Nonformal

a. Pengertian Pendidikan Nonformal

36
Menurut UU No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 2 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Pendidikan Nonfromal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan

formal yang dapat dilaksanakan secara berjenjang dan terstruktur. Secara luas

pengetian penidikan nonformal menurut Coombs (dalam Kamil, 2011, h. 14)

memberikan suatu rumusan mengenai pendidikan nonformal adalah setiap

kegiatan pendidikan yang terorganisasi, diselenggarakan di luar pendidikan

persekolahan dan diselenggarakan secara tersendiri atau merupakan bagian

penting dari suatu kegitan yang lebih luas dengan maksud memberikan layanan

khusus kepada setiap warga belajar di dalam upaya mencapai tujuan belajar.

Menurut Frederick Harbison 1983 (dalam Saleh, 2012, h. 103) mendifiniskan

pendidikan luar sekolah atau pendidikan nonformal sebagai pembentukan skills

dan pengetahuan di luar sistem sekolah formal. Pengertian di luar sistem

dimaksudkan bukan berarti (di luar gedung sekolah) melainkan

penyelenggaraannya tidak sepenuhnya mengikuti kaidah-kaidah pendidikan

konvensional, sebagaimana di sekolah, organisasi penyelenggarannya tidak

mengikuti struktur sekolah yang mengikuti jenjang secara ketat, rombongan

belajar yang sebaya, guru yang profesional, struktur kurikulum yang baku,

ukuran jumlah murid di dalam rombongan, ukuran kelas secara fisik, dan yang

terlihat jelas sekolah dibangun untuk memenuhi kebutuhan belajar jangka

panjang yang hasilnya baru dapat dilihat setelah meninggalkan sekolah.

Sebaliknya pendidikan luar sekolah berusaha untuk memenuhi kebutuhan belajar

jangka pendek dan bahkan mendesak, dengan penyelenggaraan yang lentur,

berdasrkan demokrasi, kesetaraan, kebebasan, kesukarelaan, pengabdian dengan

semangat panggilan jiwa, tidak selalu terikat dengan jenjang dan lain-lain.

37
Menurut Coombs (dalam Kamil, 2011, h. 16) Pendidikan Nonformal adalah

setiap kegiatan pendidikan yang terorganisir yang diselenggarakan diluar system

formal, baik tersendiri maupun merupakan bagian dari suatu kegiatan yang luas,

yang dimaksudkan untuk memberikan layana kepada sasaran didik tertentu

dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurut Soelaiman Joesoef (2004),

pendidikan nonformal adalah setiap kesempatan dimana terdapat komunikasi

yang terarah di luar sekolah dan seseorang memperoleh informasi, pengetahuan,

latihan maupun bimbingan sesuai dengan tingkat usia dan kebutuhan hidup,

dengan jutaan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang

memungkinkan baginya menjadi peserta-peserta yang efisien dan efektif dalam

lingkungan keluarga, pekerjaan bahkan lingkungan masyarakat dan negara.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, Pendidikan Nonformal

adalah suatu proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam luar sistem

persekolahan formal dan bertujuan untuk mengembangkan potensi sikap, dan

kemampuan warga belajar, agar menjadi manusia yang mampu membelajarkan

dirinya serta mampu membantu membelajarkan warga masyarakat yang lainnya.

b. Tujuan Pendidikan Nonformal

Tujuan utama pendidikan nonformal menurut Saleh (2012, h. 5) adalah untuk

mengganti, menambah, dan melengkapi pendidikan formal. Secara umum,

tujuan pendidikan nonformal diantaranya yaitu :

a) Untuk memenuhi kebutuhan belajar tingkat dasar. Misalnya seperti

pengetahuan tentang alam, pendidikan keaksaraan, pengetahuan kesehatan

dan gizi, pengetahuan umum, kewarganegaraan dan sebagainya.

38
b) Untuk keperluan pendidikan lanjutan, melengkapi pendidikan tingkat dasar

dan pendidikan nilai-nilai hidup. Misalnya meditasi, pendidikan kesenian,

pengajian, sekolah minggu, dan lain-lain.

Menurut Santoso (dalam Marzuki, 2012, h. 106) menyatakan bahwa tujuan

pendidikan luar sekolah adalah suatu upaya individu dalam hubungannya

dengan lingkungan sosial dan alamnya, dapat secara bebas dan bertanggung

jawab menjadi pendorong ke arah kemajuan, gemar berpartisipasi memperbaiki

kehidupan mereka. Memperbaiki kehidupan atau taraf hidup adalah tujuan yang

ingin dicapai artinya apaun yang dipelajari oleh orang-orang tersebut dapat

membantu memperbaiki kualitas hidupnya secara nyata.

Tilaar (dalam Marzuki, 2012, h. 108) menjelaskan bahwa tujuan endidikan luar

sekolah atau pendidikan nonformal adalah menciptakan subjek pembangunan

yang: (a) mampu melihat sekitar, melihat masalah-masalah hidup sehari-hari,

melihat potensi yang ada baik sosial maupun fisik; dan (b) mampu serta terampil

memanfaatkan potensi yang ada dalam diri, kelompok, masayarakat, dan

lingkungan fisiknya untuk memperbaiki hidup dan kehidupan masyarakat.

Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Nonformal merupakan proses

pembelajaran dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan aspek kognitif,

afektif dan psikomotorik masyarakat agar menjadi masyarakat yang berkualitas

dan produktif serta dapat membangun dirinya seta bangsanya.

c. Manfaat Pendidikan Nonformal

Untuk mencapai tujuannya, Pendidikan Nonformal memiliki beberapa fungsi,

yaitu:

39
a. Pendidikan Nonformal sebagai Substitute dari pendidikan sekolah. Artinya,

bahwa pendidikan Nonformal dapat menggantikan pendidikan Nonformal

yang karena beberapa hal masyarakat tidak dapat mengikuti pendidikan di

jalur persekolahan (formal). Contohnya kejar paket A, B, dan C.

b. Pendidikan Nonformal sebagai Complement dari Pendidikan Nonformal.

Artinya, bahwa pendidikan Nonformal dilaksanakan untuk melengkapi

pengetahuan dan keterampilan yang kurang atau tidak dapat diperoleh di

dalam pendidikan sekolah. Contohnya : kursus, try out, pelatihan dll.

c. Pendidikan Nonformal sebagai Supplement pendidikan sekolah. Artinya,

bahwa pendidikan luar` sekolah dilaksanakan untuk menambah pengetahuan,

keterampilan yang kurang di dapatkan dari pendidikan sekolah. Contohnya:

private, les, training.

d. Sasaran Pendidikan Nonformal

Pendidikan Nonformal memiliki sasaran yang lebih luas dibandingkan dengan

pendidikan formal, yaitu seluruh komponen masyarakat yang berkeinginan

untuk membelajarkan diri dalam rangka memenuhi kebutuhan belajarnya,

menurut Idris (1982:34) sasaran Pendidikan Nonformal, meliputi :

Penduduk usia sekolah yang tidak pernah mendapatkan kesempatan memasuki

sekolah.

a. Orang dewasa yang tidak pernah sekolah.

b. Anak didik yang putus sekolah.

c. Anak didik yang telah lulus dari sistem pendidikan formal, akan tetapi

tidak dapat melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi.

d. Masyarakat yang telah bekerja tetapi ingin menambah keterampilannya.

40
Berdasarkan sasaran diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sasaran Pendidikan

Nonformal yaitu seluruh lapisan masyarakat dan tidak melihat perbedaan

gender, umur, latar belakang, ras, dari yang paling muda sampai lansia terutama

bagi mereka yang tidak memiliki kesempatan maupun kemampuan untuk

mengikuti kegiatan belajar di sekolah formal.

e. Program Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai kajian

Penddidikan Nonformal (PNF)

Sebagai masyarakat berkembang, sebaiknya ada program pemberdayaan, dalam

rangka memajukan masyarakat yang bersangkutan. Salah satu jalan untuk

pemberdayaan masyarakat tersebut, dengan membuat program-program

pemberdayaan yang sangat dibutuhkannya. Pendidikan nonformal sebagai salah

satu institusi yang memang dibuat oleh pemerintah untuk pemberdayaan

masyarakat, harus mampu membuat program pemberdayaan masyarakat secara

professional dan bertanggungjawab.

Pendidikan nonformal ikut berperan dalam pengembangan sumberdaya manusia

di negeri ini. Banyak sudah yang dilakukan pendidikan nonformal dalam

pemberdayaan masyarakat, akan tetapi pekerjaan besar ini seakan-akan tidak

pernah terselesaikan. Mambili (2004) mengatakan :

“NFE can be operationally defined as an organized, structured and

systematic learning service delivered outside the framework of formal school

system to a specific group of people for a specific objective, at low cost in terms

of both time and resources”

Pendidikan nonformal sebagai pemberdayaan masyarakat seharusnya

mempunyai program-program yang dibutuhkan untuk mensejahterakan

41
masyarakat. Antara program dan kebutuhan akan ada kesesuaian dengan

perkembangan masyarakat. Menurut Sudjana (2004), pengembangan

sumberdaya manusia dimasa depan melalui pendidikan harus disesuaikan

dengan perubahan masyarakat, yaitu dari masyarakat agraris menjadi

masyarakat industry, kemudian meningkat ke masyarakat informasi.

Hubungan pendidikan nonformal dan pemberdayaan masyarakat dalam hal ini

adalah suatu cara menggali suatu proses belajar kelompok masyarakat dan

berlatih secara sistematis untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja mereka

dalam pekerjaannya sekarang dan menyiapkan diri untuk peranan dan

tanggungjawab yang akan datang, dengan mamaknai belajar mengetahui

(learning to know), belajar berbuat (learning to do), belajar hidup Bersama

(learning to live together) dan belajar menjadi seseorang (learning to be) secara

bersamaan dan berkesinambungan.

Pendidikan nonformal adalah suatu institusi pendidikan yang bergerak dan

bekerja di luar sistem persekolahan formal dalam masyarakat. Organisasi

pendidikan nonformal harus mampu cair dan luluh dalam masyarakat untuk

memberdayakan masyarakat terutama kelompok pengangguran perkotaan,

dalam rangka mengejar ketertinggalan-ketertinggalan dengan masyarakat lain.

Dengan demikian pendidikan nonformal akan selalu menghasilkan inovasi-

inovasi secara kreatif dalam masyarakat untuk memberdayakannya dan

mengembangkan sumberdaya dalam masyarakat tersebut.

Dalam pemberdayaan masyarakat terdapat berbagai macam program, salah satu

program pemberdayaan masyarakat yaitu Program Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM). Tujuan umum UMKM adalah untuk meningkatkan

42
sumber daya manusia, mengubah perilaku peserta UMKM yang kurang

mendukung upaya peningkatan kesejahteraan, dan memutuskan mata rantai

kemiskinan antar generasi. Pemberdayaan masyarakat dalam UMKM berupa

proses pemberian pengetahuan serta pendampingan yang dimana di dalamnya

memberikan solusi kepada para pelaku wirausaha untuk mempertahankan dan

memajukan perdagangannya. Dari proses pendampingan tersebut, masyarakat

diberdayakan.

Pendidikan nonformal merupakan agen pemberdaya. Pendidikan nonformal

dan pengembangan kelompok masyarakat yang terorganisir merupakan dua mata

rantai yang beriringan dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan nonformal

merupakan institusi yang terorganisir dan sistematis yang sangat berguna dan

bermanfaat dalam pemberdayaan masyarakat dan kerakyatan.

Pendidikan nonformal yang ditujukan untuk kelompok masyarakat dalam

memberdayakan mereka untuk lebih mampu bermain dalam kehidupan

masyarakat. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa pendidikan nonformal

adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar jalur sistem persekolahan.

Berarti pendidikan nonformal adalah aktivitas pendidikan yang diselenggarakan

oleh masyarakat menurut kebutuhan masyarakat itu sendiri seperti UMKM.

B. PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian mengenai Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) telah banyak

dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Berikut adalah uraian 3 (tiga)

hasil peneliti:

1. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Usaha Mikro Kecil Dan Menengah

(UMKM) Asosiasi Mekarsari Kelurahan Kandri Kecamatan Gunungpati

43
Kota Semarang yang disusun oleh Ayuni Lathifah NIM 1201414066

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Semarang. Pendekatan

penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Lokasi penelitian di

kelurahan Kandri RW 01. Tehnik pengumpulan data yang digunakan melalui

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subyek penelitian ini berjumlah 5

orang yang terdiri dari 3 anggota kelompok UMKM, 1 ketua UMKM, 1

pengurus UMKM. Tehnik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian

ini yaitu triangulasi sumber dan metode. Analisis data dengan model

interaktif denganlangkah-langkah : (1) Reduksi data, (2) display data, (3)

Verifikasi data.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses

pemberdayaan masyarakat berjalan secara bertahap yaitu persiapan,

pengkajian, pelaksanaan, evaluasi dan terminasi. faktor pendorong

pemberdayaan masyarakat ini adalah adanya dukungan pemerintah berupa

program-program pelatihan beserta narasumber, dan tingginya motivasi

masyarakat untuk memanfaatkan potensi lokal dengan baik. Sedangkan

faktor penghambatnya adalah ilmu pengetahuan serta wawasan mengenai

teknik pemasaran online serta pemasarannya yang belum berkembang secara

meluas.

2. Evaluasi Program Pemberdayaan UKM Dinas Perindustrian Dan

Perdagangan di Kota Surabaya yang disusun oleh Rival Ichsan Arief Jurusan

Ilmu Administrasi Negara Universitas Airlangga. Penelitian ini merupakan

penelitian evaluasi deskriptif kualitatif.Adapun lokasi penelitian ini yaitu

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surabaya dan Kampung Bordir

Kecamatan Rungkut.Teknik penentuan informan dilakukan secara purposive

44
sampling.Sementara teknik pengumpulan data yang dilakukan terdiri atas

wawancara mendalam, obeservasi langsung dan pemanfaatan dokumen

tertulis.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan.Sementara teknik

pemeriksanaan dan keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi.

3. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Mengembangkan UMKM Melalui

Teknologi Informasi Pada Masa Pandemik Covid 19 di Desa Cibiru Hilir

yang disusun oleh Yuda Wastu PratiknoFakultas Teknik Universitas

Langlangbuana. Pendekatan yang gunakan dalam rangka pengabdian

kepada masyarakat adalah Partisipatif, yaitu pendekatan yang

berorientasi kepada upaya peningkatandalam berbagai prosesdan

pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat. Adapun tahapan-tahapan

yang dilakukan sebagai berikut :1.Pengumpulan data lapanganMetode

yang digunakan dalam pelaksanaan berbagai program kerja yang

memfokuskan pada pengembangan UMKM yaitu dengan survey

langsung ke lapangan/observasi melihat kodisi real jenis-jenis usaha

yang dilakukan, wawancara baik dengan Aparat Desa, para pelaku

usaha (UMKM), dan para konsumen. Artinya melakukan kompilasi

data lapangan keseluruhan, dan mendatakannya.2.Analisis Permasalahan.

Dari hasil kompilasi data selanjutnya, memilah permasalahan, dan

mencoba mempelajari keseluruhan masalah yang dihadapi oleh khalayak

khususnya para pelaku usaha. Menganalisa dan merumuskan metoda-

metoda untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, serta membantu

upaya pengembangannya.3.Pengembangan dan Solusi

45
PermasalahanMenentukan solusi permasalahan yang sesuai bagi jenis-

jenis UMKM, dari hasil analisis permasalahan. 4.Penyusunan Rencana

KerjaMelakukan penyusunan rencana kerja, ini dilakukan untuk

melaksanakan solusi yang sudah dirumuskan, yaitu dengan

menentukan :a.Menentukan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan

b.Menentukan jadwal dan waktu pelaksanaan c.Menentukan tempat-

tempat pelaksanaan d.Menentukan personel yang terlibat dalam

pelaksanaan kegiatan.5.Evaluasi Kegiatan dan Hasil Evaluasi kegiatan

dilakukan setelah seluruh aktivitas kegiatan dilaksanakan dan dianalisa,

dimana hasil analisa tersebut dijadikan materi untuk memperoleh solusi

permasalahan.

C. Kerangka Berpikir

Pada kajian teori sebelumnya maka penulis dapat membuat sebuah kerangka

berpikir. Kajian teori sebelumnya menjelaskan tentang partisipasi pelaku

wirausaha dalam pelaksanaan program Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM). Dapat diketahui bahwa program Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) merupakan program pemberdayaan masyarakat.

Program Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ini merupakan

program rutin yang dilaksanakan setiap tahun, yang dimana dalam program

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) setiap pendamping

memberikan arahan kepada pelaku usaha dalam mendapatkan bantuan

langsung tunai dari pemerintah.

Tujuan dari program Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ini

diantaranyaMenumbuhkan dan juga membantu mengembangkan

46
kemampuan usaha mikro kecil dan menengah. Agar usahanya dapat

terlaksana dengan baik dan dapat dijalankan dengan tangguh dan

mandiri.Meningkatkan adanya pemasukan dan juga struktur perekonomian

negara. Karena dengan semakin banyaknya perusahaan serta lapangan kerja.

Maka semakin mengurangi kemungkinan tingginya angka pengangguran,

dan juga memperbaiki struktur perekonomian serta pemasukan yang dimiliki

setiap individu di Indonesia.Membantu mengurangi jurang kemiskinan dan

juga perbedaan pendapatan, serta material yang dimiliki oleh masing-masing

individu yang ada di Indonesia.Memberikan kesempatan bagi masyarakat

Indonesia yang memiliki kemampuan ataupun skill di berbagai bidang untuk

bisa mengembangkan keahlian dan ilmu pengetahuan yang mereka miliki.

Sehingga berguna dan juga menjadi sebuah karya yang bermanfaat.Terakhir

tujuan dari didirikannya usaha mikro yaitu membantu masyarakat Indonesia

untuk bisa memiliki perusahaan ataupun usaha yang diidamkan. Sehingga

mereka dapat mengatur, dan juga mengelola peraturan, pendapatan,

mendirikan adanya waktu serta efisiensi kerja, sesuai dengan keinginan.

Ditambah lagi dengan adanya usaha mikro yang didirikan masyarakat. Maka

kesempatan masyarakat Indonesia untuk bisa berkembang dan tidak kalah,

dengan adanya warga negara asing yang ada di Indonesia semakin besar.

Sasaran penerima program Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

merupakan pelaku wirausaha yang memiliki toko maupun warung dan

menjual produk kebutuhan masyarakat dan bukan produk terlarang. Selain

itu harus memiliki usaha yang tetap untuk jangka panjang sehingga dengan

begitu masyarakat yang tidak memiliki modal ataupun kekurangan modal

47
dapat menerima program bantuan pemerintah berupa uang tunai bagi calon

penerima bantuan.Adapun bentuk partisipasinya yaitu Partisipasi dalam

pengambilan keputusan, partisipasi dalam pelaksanaan, partisipasi dalam

pengambilan pemanfaatan, dan partisipasi dalam evaluasi. Dari beberapa

literatur didapatkan bahwa umumnya partisipasi pelaku wirausaha

dipengaruhi oleh dua faktor yaitu internal dan eksternal.Faktor internal, yaitu

mencakupkarakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut

untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, yaitu status dalam pengguna

aplikasi GudangAda, pembeli, pelaku umkm, tingkat pendapatan. Sedangkan

Faktor Eksternal adalah semua pihak luar yang berkepentingan dan

mempunyai pengaruh terhadap program tersebut, antara lain koordinator

program UMKM, tokoh masyarakat, pemerintah daerah, pihak ketiga

(Perusahaan, Perguruan Tinggi).

Keberhasilan sebuah program tidak akan lepas dari peran partisipasi

pelaku wirausaha (individu masyarakat) itu sendiri. Dimana peran pelaku

wirausaha sangat sentral dalam menentukan keberhasilan atau kesuksesan

dalam sebuah program. Maka dari itu dalam penerapan sebuah program

dibutuhkan peran aktif dari pelaku wirausaha agar program tersebut berjalan

sesuai dengan tujuannya. Peran pelaku wirausaha dapat berupa pengetahuan,

tindakan maupun lain sebagainya. Dalam program Usaha Mikro Kecil dan

Menengah, tim pengelola aplikasi dituntut untuk berpartisipasi aktif dalam

setiap kendala yang terjadi pada pengguna akun aplikasi GudangAda.

Karena unsur pengelola aplikasi sangat berpengaruh terhadap hasil dari

48
program UMKM sendiri. Dimana pengelola aplikasi diharapkan mampu

menerapkan dan memahami apa yang diperoleh dari UMKM itu sendiri.

49
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Metode penelitian atau bisa disebut metode ilmiah merupakan

suatu prosedur atau langkah-langkah dalam mendapatkan pengetahuan

ilmiah atau ilmu pengetahuan. Metode penelitian menurut Sugiyono

(2016, hal. 1) metode penelitian pada umumnya merupakan cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Untuk

mencapai tujuan yang diperlukan dibutuhkan metode yang relevan untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.

Secara umum pengertian metode penelitian dapat diartikan

sebagai cara untuk memperoleh data yang dapat digunakan dalam

penelitian tertentu. Selain itu metode penelitian digunakan untuk

mendapatkan pengetahuan dan data secara ilmah. Sugiyono (2016, h. 3)

menyatakan bahwa, cara ilmiah merupakan kegiatan penelitian yang

didasarkan pada ciri-ciri yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh

penalaran manusia. Empiris merupakan cara-cara yang dilakukan untuk

dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati

dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya, proses

yang digunakan dalam sebuah penelitian dengan menggunakan langkah-

langkah tertentu yang bersifat logis.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa data

yang diperoleh melalui sebuah penelitian haruslah merupakan data yang

bersifat rasional, empiris (teramati) dan sistematis serta memiliki kriteria

50
tertentu yaitu valid. Jika data yang diperoleh bersifat valid maka

menunjukan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya pada objek

dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti.

Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono penelitian kualitatif adalah

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai

lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai isntrumen kunci,

pengambilan sampel sumber data dilakukan snowball, teknik

pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat

induktif /kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makan dari pada generalisasi (Sugiyono, 2016, h. 15).

Metode deskriptif dalam penelitian ini merupakan, penelitian

yang dilakukan untuk mendeskripsikan suatu gejala, fenomena, peristiwa

dan suatu kejadian yang terjadi pada saat dimana peneliti berusaha

melihat peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian untuk

kemudian digambarkan secara menyeluruh sebagaimana mestinya.

Metode penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data secara ilmiah

dan dapat mengungkap apa saja permasalahan yang terjadi di lapangan,

dalam hal ini digunakan untuk mencari dan memperoleh data tentang

partisipasi pelaku wirausaha dalam pelaksanaan program Usaha Mikro

Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Jakarta Utara. Pendekatan yang

digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Seperti yang

dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2006, h. 4)

51
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian

data deskriptif berupa kata-kata tulis atau lisan dari orang-orang dan

prilaku yang dapat diamati.

Dalam penelitian ini, peneliti dapat ikut serta berpartisipasi secara

langsung di lapangan, mencatat hasil-hasil apa yang terjadi, menafsirkan

dan memberikan makna serta melakukan analisis refleksi terhadap

berbagai dokumen berdasarkan temuan-temuan yang terdapat di

lapangan secara objektif dan membuat laporan penelitian secara

mendetail.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang akan dijadikan populasi adalah

masyarakat pelaku wirausaha di Kota Jakarta Utara sebagai sampel

yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang akan digunakan untuk melakukan penelitian

adalah sebagai berikut:

Kegiatan Minggu 3 4 5 6 7 8

ke2

Konsultasi judul X X X X X

Observasi X

Penyusunan Proposal Skripsi X X X X X X

52
Presentasi X

C. Definisi Konseptual dan Operasional

Berikut uraian definisi konseptual dan definisi operasional serta kisi-kisi

kenelitian:

1. Bentuk Partisipasi Pelaku Wirausaha

a. Definisi Konseptual

Menurut Verhangen dalam Mardikanto (2013, h. 167) partisipasi

merupakan bentuk keikutsertaan atau keterlibatan seseorang

(individu atau warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu.

Ndraha dalam Mardikanto (2015:84) mengemukakan bahwa

partisipasi bentuknya dapat berupa partisipasi dalam perencanaan

dan penetapan keputusan, partisipasi dalam pelaksanaan

operasional dan partisipasi dalam menerima, memelihara dan

mengembangkan pembangunan.

b. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini bentuk partisipasi dapat berupa, partisipasi

dalam pengambilan keputusan yang dimana keikutsertaan

pengelola aplikasi ataupun pengguna aplikasi yang dilibatkan

secara langsung proses pengambilan keputusan; partisipasi dalam

pelaksanaan yang dimanadilibatkan secara langsung dalam

pelaksanaan program UMKM; partisipasi dalam pengambilan

manfaat yaitu dapat mengambil manfaat yang positif dari

program UMKM; partisipasi dalam evaluasi yang dimana

53
pengelola aplikasi ataupun pengguna aplikasi dapat mengawasi

serta menilai terkait program yang dilaksanakan yaitu program

UMKM.

2. Tingkat Partisipasi Pelaku Wirausaha

a. Definisi Konseptual

Masyarakat dalam berpartisipasi dapat dibedakan menjadi

beberapa tingkatan. Adapun menurut Arnstein yang

mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat terdapat 8

tingkatan yaitu citizen control (masyarakat dapat berpartisipasi di

dalam dan mengendalikan seluruh proses pengambilan

keputusan), delegated power (pada tingkatan ini masyarakat

diberi limpahan kewenangan untuk membuat keputusan pada

rencana tertentu), partnership (masyarakat berhak berunding

dengan pengambil keputusan atau pemerintah atas kesepakatan

bersama kekuasaan dibagi antara masyarakat dengan

pemerintah), Placation (pemegang kekuasaan (pemerintah) perlu

menunjuk sejumlah orang dari bagian masyarakat yang

dipengaruhi untuk menjadi anggota suatu badan public, dimana

mereka mempunyai akses tertentu pada proses pengambilan

keputusan), consultation (masyarakat tidak hanya diberitahu

tetapi juga diundang berbagi pendapat), informing (pemegang

kekuasaan hanya memberikan informasi kepada masyarakat

terkait proposal kegiatan, masyarakat tidak diberdayakan untuk

mempengaruhi hasil), therapy (pemegang kekuasaan memberikan

54
alasan proposal dengan berpura-pura melibatkan masyarakat) dan

manipulation (tingkatan partisipasi yang paling rendah, dimana

masyarakat hanya dipakai namanya saja).

b. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat delapan tingkatan partisipasi

diantaranya, yang pertama Citizen Control (Pengawasan

masyarakat), dalam tingkatan pengelola aplikasi memiliki

kekuatan untuk mengatur program UMKM dengan kepentingan

pengelola aplikasi itu sendiri. Yang kedua Delegated Power

(Pelimpahan Kekuasaan), dalam tingkatan ini pengelola aplikasi

diberikan limpahan kekuasaan untuk membuat keputusan dalam

program UMKM. Yang ketiga Partnership (Kemitraan), dalam

tingkatan ini pengelola aplikasi memiliki kekuatan untuk

bernegosiasi terkait program UMKM. Yang keempat Placation

(Perujukan), dalam tingkatan ini pengelola aplikasi ditunjuk

untuk menjadi anggota dalam lembaga terkait. Yang kelima

Consultation (Konsultasi), dalam tingkatan ini pengelola aplikasi

tidak hanya diberitahu akan tetapi juga diundang untuk berbagi

pendapat atau bisa dikatakan dalam tingkatan ini terjadi

komunikasi dua arah akan tetapi pendapatnya tidak dijamin

dapat didengar oleh pemegang kekuasaan atau lembaga terkait.

Yang keenam Informing (Pemberi Informasi), dalam tingkatan ini

partisipasi yang terjadi adalah bersifat satu arah tanpa melibatkan

masyarakat. Yang ketujuh Therapy (Terapi), dalam tingkatan ini

55
lembaga terkait hanya memberi informasi dengan berpura-pura

melibatkan masyarakat dan yang kedelapan Manipulation

(Manipulasi), dalam tingkatan ini pengelola aplikasi hanya

dijadikan alat oleh lembaga terkait sehingga tidak adanya peran

langsung dari masyarakat itu sendiri.

3. Faktor yang mempengaruhi partisipasi pelaku wirausaha

a. Definisi Konseptual

Tidak semua masyarakat memiliki kesadaran untuk ikut serta

dalam proses pembangunan. Adanya kesadaran tersebut dapat

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi

partisipasi masyarakat mencakup mencakup karakteristik

individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk

berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Sedangkan, faktor eksternal

mencakup semua pihak luar yang berkepentingan dan

mempunyai pengaruh terhadap program tersebut.

b. Definisi Operasional

Dalam proses peningkatan partisipasi ini memliki beberapa faktor

terutama Faktor internal,yaitu meliputi status dalam pengguna

aplikasi GudangAda, pembeli, pelaku umkm, tingkat pendapatan.

Sedangkan Faktor Eksternal adalah semua pihak luar yang

berkepentingan dan mempunyai pengaruh terhadap program

tersebut, antara lain koordinator program UMKM, tokoh

masyarakat, pemerintah daerah, pihak ketiga (Perusahaan,

56
Perguruan Tinggi).Yang dimana semua itu berpengaruh pada

tingkat partisipasi masyarakat.

D. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sumber

data primer yaitu data yang diperoleh melalui narasumber dan

data sekunder sebagai pelengkap data primer.

1. Sumber Data Primer

Sumber primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data, data yang

diperoleh melalui: kuesioner, observasi, wawancara, dan

lain-lain. Data primer yang diperoleh dari peneliti ini

merupakan data mengenai partisipasi pelaku wirausaha dalam

pelaksanaan program UMKM di Kota Jakarta Utara. Adapun

sumber data primer dalam penelitian ini adalah:

1 Pendamping UMKM

1 Pengelola Aplikasi

3 Pelaku UMKM

2 Konsumen

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya

melalui orang lain atau berupa dokumen. Adapun sumber

datanya yaitu berupa arsip atau dokumentasi lain yang

57
relevan, seperti dokumen-dokumen dan foto-foto

dokumentasi di tempat kegiatan atau tempat penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam sebuah penelitian, biasanya menggunakan

instrumen sebagai alat pengumpul data. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teknik penelitian berupa:

1. Wawancara

Teknik wawancara merupakan teknik yang baik untuk mengetahui

tanggapan, pendapat, dan keyakinan yang dilakukan dengan tanya

jawab. Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data yang

dimana terjadi komunikasi secara verbal anatara pewawancara

dengan narasumber/subjek wawancara. Wawancara yng dilakukan

bersifat terstruktur, yang artinya peneliti telah menyiapkan instrumen

penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis, Sugiyono (2016, h.

319).Dengan wawancara terstruktur ini responden diberi pertanyaan-

pertanyaan yang sama, dengan tujuan agara dapat memberikan

jawaban yang sesuai dengan kebutuhan peneliti. Oleh karena itu,

teknik wawancara dalam pengambilan data ini diharapkan akan

menjadi sumber informasi dalam penelitian.Wawancara digunakan

untuk membantu mengungkap data tentang partisipasi pelaku

wirausaha dalam pelaksanaan program Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) di Kota Jakarta Utara. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa pertanyaan-

58
pertanyaan yang ditujukan kepada pelaku wirausaha dan pengelola

aplikasi GudangAda..

2. Observasi

Observasi merupakan suatu pengamatan dan pencatatan yang

dilakukan secara sistematis, terhadap fenomena-fenomena

subjek/masalah yang sedang diselidiki. Observasi adalah alat

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan

mencatat secara sistematis gejala-gejala yang akan diselidiki. Teknik

ini digunakan sebagai suatu upaya untuk memperoleh data yang tidak

terjangkau oleh teknik wawancara atau angket, dengan alasan bahwa

secara langsung data yang diperoleh lebih efektif dan dapat

diamati.Berkaitan dengan jenis observasi yang digunakan, peneliti

menggunakan metode observasi langsung yaitu dengan datang ke

tempat penyelenggaraan yang berlokasi di Kota Jakarta Utara

Pengamatan dilakukan secara langsung di tempat yang menjadi objek

penelitian, sedangkan objek yang diamati adalah partisipasi

masyarakat dalam pelaksanaan program Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) di Kota Jakarta Utara..

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi dilakukan unuk mengumpulkan data yang

bersumber dari arsip dan dokumen, dengan melihat atau

menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri

atau oleh orang lain mengenai subjek yang diteliti. Menurut

Sugiyono (2016, h. 240), dokumen merupakan catatan peristiwa

59
yang sudah berlalu.Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan

untuk mengumpulkan data tentang partisipasi pelaku wirausaha

dalam pelaksanaan program UMKM di Kota Jakarta Utara.

Alasan peneliti menggunakan teknik ini yaitu untuk memperkuat

data-data yang sudah didapatkan peneliti melalui wawancara dan

observasi.

F. Teknik Analisis Data

Ada tiga tahapan dalam teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

1. Tahap Reduksi

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2013). Reduksi data

merupakan suatu proses penyeleksian, pemokusan, penyederhanaan

data dan pengkonfirmasian data, hal ini dilakukan dengan tujuan agar

lebih mudah dalam penarikan kesimpulan. Dalam penelitian ini,

peneliti menelaah kembali seluruh catatan yang telah diperoleh

melalui teknik observasi, wawancara dan lain sebagainya.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan suatu susuan informasi yang

memungkinkan kesimpulan dapat ditarik. Dengan melihat suatu

sajian data, penganalisis dapat dengan mudah memahami apa yang

terjadi. Serta memberikan peluang bagi penganalisis untuk

melakukan sesuatu terhadap analisis atau tindakan yang berdasarkan

60
pemahaman tersebut. Dengan tujuan agar mendapatkan gambaran

yang jelas dalam sajian data, perlu dipertimbangkan efisien dan

efektifitas dari sajian infromasi yang akan disampaikan dalam suatu

sajian yang baik dan jelas sistematisnya.

3. Tahap Verifikasi

Dari dua tahap sebelumya telah memberikan masukan pada tahap

selanjutnya yaitu tahap penyimpulan data. Sejak awal pengumpulan

data, peneliti berusaha memahami makna dari data yang ditemukan,

serta melakukan pencatatan data secara teratur, menentukan pola,

membuat pertanyaan-pertanyaan dan memahami sebab dan

akibatnya.

61
DAFTAR PUSTAKA

Adiyoso, W. (2009). Menggugat Perencanaan Partisipatif dalam Pemberdayaan

Masyarakat. Jakarta : ITS Press

Arnstein, Sherry R. (1969). A Ladder of Citizen Participation: Journal of the American

Planning Associatian. 35 (4). 216-224.

Arsyad, Lincolin. (1999). Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah.

Edisi pertama. Yogyakarta: BPFE. an. Jakarta: LP3S.

Amijaya, S. Y., Seliari, T., & Oentoro, K. (2020). Pengembangan Strategi Pemasaran

Dan Promosi Produk Umkm Di Tengah Pandemi Covid-19. Proceeding Senadimas

Undiksha, 365.

Febriandirza, A., Irwiensyah, F., Hasan, F. N., & Indriyanti, P. (2021). Pelatihan

Pemanfaatan Digital Marketing dan Manajemen Kewirausahaan bagi Pelaku UMKM

dengan menggunakan Aplikasi Google My Business. Jurnal SOLMA, 10(1s), 224-231.

Fahrudin, A. (2011). Pemberdayaan Partisipasi dan Penguatan Kapasitas Masyarakat.

Bandung: Humaniora.

Fatimah, Siti. (2012). Skripsi Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi

Masyarakat dalam Pembuatan Ektp di Desa Taratak Buluh Kecamatan Siak Hulu

Kabupaten Kampar. UIN Suska Riau, Pekanbaru.

Giardi, P. R. (2020). Evaluasi Program Aplikasi Gadget Application Mobile For

License (Gampil) di Kota Bandung.

Idajati, H., Pamungkas, A., & Vely, K. S. (2016). The Level of Participation in

Mangrove Ecotourism Development, Wonorejo Surabaya. Procedia - Social and

Behavioral Sciences. 227. 515-520.

62
Irene, S. (2011). Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 61-63.

Joesef, Soelaiman. (1992). Konsep Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara

Mardikanto, T. & Poerwoko Soebiato. (2013). Konsep-konsep Pemberdayaan

Masyarakat. Bandung : Alfabeta

Mardikanto, T. (2015). Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Kebijakan Publik.

Bandung: Alfabeta

Matdoan, Usman. (2014). Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Proses

Perencanaan Pembangunan di Daerah. Jurnal Biology Science and Education. 3 (1).

Munadi, Muhammad dan Barnawi. (2017) Kebiajakan Publik di Bidang Pendidikan.

(Jogjakarta : Ar-Ruzz Media)

Nugroho, I. Dan Rochimin Dahuri. (2004). Pembangunan Wilayah : Perspektif

Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. Jakarta : LP3ES

Nurbaiti, S. R., & Azis, N. B. (2017). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Corporate Social Responsibility (CSR). Jurnal

Sosial. 14 (1).

Prasetyoningrum, A. K dan Ulia. (2018). Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan

Manusia (IPM), Pertumbuhan Ekonomi dan Pengagguran Terhadap Kemiskinan di

Indonesia. Jurnal Ekonomi Syariah. 6(2)

Rodliyah. (2013). Partisipasi Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan dan

Perencanaan di Sekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 33-34.

Rachman, N. M. (2020). Evaluasi Penyelenggaraan Webinar: Strategi UMKM Korea

Selatan Bertahan Dalam Pandemi COVID-19. Cendekia Niaga, 4(2), 1-15.

S, Nasution. (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.

63
Sanoff, H. (2000). Community Participation Methods in Design and Planing. Brisbane :

Jhone Wiley & Sons, Inc.

Saleh, Marzuki. (2012). Pendidikan Nonformal. Bandung : Trigenda Karya

Sarman, Mukhtar dan Sajogyo. (2000). Masalah Penanggulangan Kemiskinan.

Yogyakarta : Penerbit Puspa Swara.

Soelaiman, Holil. (1980). Partisipasi sosial dalam usaha kesejahteraan sosial. Bandung :

Badan Penelitian dan Pengembangan Sosial

Soelaiman, Joesoef. (2004). KonsepDasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta : PT. Bumi

Aksara

Soetomo. (2013). Masalah Sosial dan Upaya Penanganannya. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Solekhan, M. (2014). Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Berbasis Partisipasi

Masyarakat Malang : Setara Pers. 141

Sudjana, Djuju. (2004). Pendidikan Nonformal. Bandung : Fallah Production

Suharto, Edi. (2014). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian strategi

pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial. Bandung : PT Refika Aditama

Suhendar. (2012). Partisipasi Masyarakat dalam Program PNPM Mandiri, Universitas

Sultan Ageng Tirtayasa.

Sulistiyani, Ambar Teguh. (2017). Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan. Edisi

kedua. Yogyakarta: Gava Media.

Sumarto. (2003). Inovasi, Partisipasi, dan Good Governance. Jakarta : Yayasan Obor

Indonesia.

Surbakti, Ramlan. (1992). Memahami Ilmu Politik. (Jakarta : PT Gramedia Widasarana

Indonesia)

64
Suyono, Haryono. (2003). Memotong rantai kemiskinan. Jakarta : Yayasan Dana

Sejahtera Mandiri

Saskara, I. N., & Putra, I. G. A. A. S. (2013). Efektivitas dan dampak program bantuan

kredit usaha rakyat (KUR) terhadap pendapatan dan kesempatan kerja usaha mikro kecil

dan menengah (UMKM) di Kota Denpasar. None, 2(10), 44638.

SANJAYA, E. (2017). EVALUASI PROGRAM KAMPUNG UKM DIGITAL DI

DESA WISATA MANDALA BOROBUDUR, MAGELANG (Doctoral dissertation,

Universitas Gadjah Mada).

Utami, A. A., & Djuhartono, T. (2017). EVALUASI PROGRAM PERCEPTUAL MAP

DALAM MENINGKATKAN POSITIONING PRODUCT UMKM. Prosiding SNaPP:

Sosial, Ekonomi dan Humaniora, 7(3), 588-594.

UM, W. D. P. (2021). Evaluasi Program Diklat Akuntasi Dasar di UPT Diklat Koperasi

dan UMKM Provinsi Jawa Timur/Nadiah. SKRIPSI Mahasiswa UM.

Uceng, Andi, dkk. (2019). Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap

Pembangunan Sumber Daya Manusia di Desa Cemba Kecamatan Enrekang Kabupaten

Enrekang. Jurnal Moderat. 5 (2)

Wiratno, Budi. (2016). Partisipasi Masyarkat dalam Pendidikan. Jurnal Pendidikan Ilmu

Sosial. 26 (1)

Widiameiga, A. P. (2012). Evaluasi Pprogram Pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah (UMKM) sebagai Implementasi Corporate Social Responsibility. Skripsi,

7(1).

Sumber Lainnya

http://journal.unla.ac.id/index.php/tribhakti/article/view/1742/1072

https://jiana.ejournal.unri.ac.id/index.php/JIANA/article/view/7920/6117

65
https://disppkukm.jakarta.go.id/profile/visi-misi

https://gudangada.com/about

66

Anda mungkin juga menyukai