PENDAHULUAN
Penyakit Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang merupakan vector borne disease
atau ditularkan melalui vektor, yaitu nyamuk aedes aegepty. Penyakit ini dapat menyerang
semua golongan dan menyebabkan kematian terutama pada anak-anak. Dan proporsi
penderita DBD pada orang dewasa. Gejalanya antara lain demam tinggi mendadak disertai
ataupun tidak disertai perdarahan, dan kebocoran plasma yang beresiko menimbulkan syok
perawatan di rumah sakit dimana sebagian besar pasiennya anak-anak. Tanpa perawatan
yang tepat case fatality rate DBD dapat saja melampaui 20%. Tingginya angka kasus
maupun kematian yang disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti keadaan lingkungan,
ketersediaan pelayanan kesehatan dan faktor perilaku penduduk yang bertempat tinggal di
Angka terjadinya kasus DBD mengalami peningkatan secara drastis diseluruh dunia
dalam bebrapa tahun terakhir. Lebih dari 2,5 milyar penduduk di dunia, lebih dari 40%nya
beresiko mengalami DBD. Saat ini diperkirakan 50-100 juta orang diseluruh dunia terinfeksi
Tenggara. Penyakit DBD masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama di indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah
1
berdamah pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58
orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (Angka Kematian (AK) : 41,3%),
dan sejak saat itu penyakit DBD menyebar luas keseluruh indonesia (WHO, 2009).
terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004 dengan jumlah penderita 79.480 orang dengan kematian
sebanyak 800 orang lebih. Pada tahun-tahun berikutnya jumlah kasus terus naik tapi jumlah
kematian turun secara bermakna dibandingkan tahun 2004. Misalnya jumlah kasus tahun
2008 sebanyak 137.469 orang dengan kematian 1.187 orang atau case fatality rate (CFR)
0,86% serta kasus tahun 2009 sebanyak 154.855 orang dengan kematian 1.384 orang atau
CFR 0,89%. Penderita DBD yang tercatat selama ini, tertinggi adalah pada kelompok umur
<15 tahun (95%) dan mengalami pergerseran dengan adanya peningkatan proporsi penderita
pada kelompok umur 15-44 tahun, sedangkan proporsi penderita DBD pada kelompok umur
>45 tahun sangat rendah seperti yang terjadi di Jawa Timur berkisar 3,64 % (Depkes RI,
2010).
Prevalensi Demam Berdarah Dengue (DBD) di indonesia pada tahun 2014, sampai
pertengahan bulan desember tercatat 71.668 penderita DBD di 34 provinsi di indonesia dan
2
641 diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun
sebelumnya. Yakni tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak 112.511 orang dan
Dari Grafik diatas menjelaskan bahwa pada tahun 2011 jumlah kejadian DBD terbanyak
a
n u o
la Bat go r esi
k
a ng gan iu n eta n ang ju k tan u an g go a ng n do aya ba n
r d l n i r p b Tu
n gk ne G om b m on Ma a g Ma n
g a Pa c a su oli a m tub u ra
o
o . M ta N
Ba Bo
j J La ab P ob S Si S
K K
o
. Pr
ab
K
3
Sumber: Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2015
400
350
300
250
200
150
100
50
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
meningkat setiap tahunnya mulai dari tahun 2011 sampai tahun 2016. Pada tahun 2011
penderita DBD sebanyak 19 orang, tahun 2012 sebanyak 68 orang, tahun 2013 sebanyak 91
orang, tahun 2014 sebanyak 120 orang, tahun 2015 sebanyak 363 0rang. Sedangkan pada
tahun 2016 penderita DBD mengalami peningkatan dari pada tahun 2015 yaitu sebanyak
375 penderita dan diantaranya 6 orang meninggal. Sedangkan insiden rate 43,90/100.000
penduduk dan CFR 1,6 % dengan kejadian terbanyak menyerang pada usia 5-14 tahun
ke lima kasus DBD terbanyak se Kabupaten Pamekasan setelah Puskesmas Sopaah, Teja,
kasus Demam Berdarah, salah satunya dan yang paling utama adalah dengan
masing-masing.
Angka bebas jentik di wilayah kerja Puskesmas Pademawu setiap tri wulan
seamkin meningkat yaitu bulan Januari-Maret sebesar 85,9 %, bulan April-Juni sebesar 88
%, bulan Juli-September sebesar 89,3 %, dan pada bulan Oktober-Desembar 90%. Suatu
wilayah dikatakan bebas jentik jika nilai ABJ > 95% sedangkan di wilayah puskesmas
pademawu nilai ABJ < 95 % sehingga masih dibutuhkan keasadaran bagi masyarakat untuk
pasien, Murtajih 7 pasien, Bunder 2 pasien, Buddagan 2 pasien, Tambung 2 pasien. Nilai
ABJ di Desa Pademawu barat pada bulan Desember yaitu 91%. Banyak faktor yang dapat
meningkatkan angka kejadian DBD, salah satunya adalah kurangnya kesadarn masyarakat
tentang pentingnya PSN. Hal ini menjadi salah satu dasar kami dalam mengambil topik mini
5
Nyamuk (PSN) sehingga dapatmeningkatkan ABJ dan mencegah kejadian DBD khususnya
1.3 Tujuan
• Tujuan Umum
• Tujuan Khusus
Pamekasan pada minggu ke I, II, dan III setelah dilakukan kegiatan “Gemar
Membatik”
1.4 Manfaat
6
b. Membantu masyarakat dalam upaya mencegah terjadinya Demam Berdarah di Desa
a. Sebagai bahan masukan bagi puskesmas dalam upaya peningkatan cakupan program.
c. Dapat menjadi sumber data awal mengenai kejadian Demam Berdarah untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DBD , salah satunya yang paling utama adalah dengan memberdayakan masyarakat dalam
kegiatan PSN. Gerakan Masyarakat Membasmi Jentik adalah suatu kegiatan yang ditujukan
untuk memberdayakan masyarakat dalam PSN DBD melalui gerakan pelatihan 3M plus.
7
Kegiatan ini meliputi pemberian materi tentang tujuan, manfaat dan langkah-langkah kegiatan
PSN serta praktik langsung tantang kegiatan PSN di lingkungan sekitar rumah.
Praktik PSN yang pertama yaitu menguras tandon air yang bisa dikuras antara lain
bak mandi, bak WC, vas bunga, perangkap semut, tempat minum burung, dsb. Cara menguras
yang baik adalah dengan menyikat atau menggosok rata dinding bagian dalam tandon air,
mendatar maupun naik turun. Maksudnya agar telur nyamuk yang menempel dapat lepas dan
Praktik PSN yang kedua yaitu menutup. Ada 2 jenis menutup tandon air agar tidak
dipakai nyamuk berkembang biak yaitu menutup tandon dengan rapat agar air yang disimpan
tidak ada jentiknya. Jenis tandon ini antara lain : gentong, padasan, drum, reservoar,
emberisasi, dan sebagainya. Selanjutnya menutup tandon agar tidak terisi air . Misalnya
tonggak bambu dapat ditutup dengan pasir atau tanah sampai penuh. Untuk ban, aki, dan
sebagainya dapat ditutupi dengan plastik agar tidak kemasukan air atau dimasukkan karung
Praktik PSN yang ketiga yaitu mengubur. Barang-barang bekas yang dapat
menampung air dan tidak akan dimanfaatkan lagi sebaiknya disingkirkan yang mudah adalah
dengan mengubur ke dalam tanah. Beberapa barang bekas yang perlu dikubur antara lain
gelas, ember, piring pecah, kaleng, dan lain sebagainya. Plus tindakan memberantas jentik dan
menghindari gigitan nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, mengusir nyamuk
dengan menggunakan obat nyamuk, mencegah gigitan nyamuk dengan memakai obat nyamuk
gosok, memasang kawat kassa jendela dan ventilasi, tidak membiasakan menggantung
pakaian di dalam kamar, menggunakan sarung klambu waktu tidur, membunuh jentik nyamuk
demam berdarah di tempat air yang sulit dikuras atau sulit air dengan menaburkan bubuk
nyamuk aides aegypti. Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara
lain dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi
tempat perkembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain
rumah.
mengubur (3M) plus. Keberhasilan kegiatan PSN antara lain populasi nyamuk Aedes
aegypti dapat dikendalikan, sehingga penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. Praktik
rumah tangga terhadap PSN DBD adalah kegiatan pemberantasan DBD yang memerlukan
Sasaran PSN adalah di daerah dengan potensi penularan tinggi (endemis, sporadic
dan daerah dengan angka bebas jentik < 95%), tempat-tempat yang diduga menjadi sarang
tempat penampungan air, barang bekas, ember, ban, kaleng, potongan bamboo, talang air
dan tempat dimana air tertampung yang tidak berhubungan dengan tanah (Depkes RI, 1996).
nyamuk tidak berkembang tidak dapat berkembang biak. Pada dasarnya PNS ini
Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi,
tempayan, ember, vas bunga, tempat minum burung dan lain-lain sekurang-
9
kurangnya seminggu sekali,. Ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa
Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum, dan tempat air
lain dengan tujuan agar nyamuk tidak dapat bertelur pada tempat-tempat
tersebut.
Mengubur semua barang-barang bekas yang ada di sekitar rumah yang dapat
Ganti air vas bunga, minuman burung dan tempattempat lainnya seminggu
sekali.
Tutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon dan lain-lain dengan tanah.
Pelihara ikan pemakan jentik nyamuk seperti ikan cupang, ikan kepala timah,
10
Menggunakan ovitrap, Larvitrap maupun Mosquito trap.
2.2.2. LARVASIDASI
larvasida yang bertujuan untuk membunuh larva tersebut. Pemberian larvasida ini
dapat menekan kepadatan populasi untuk jangka waktu 2 bulan. Jenis larvasida ada
bacillus thuringensis.
a. Temephos
dengan zat kimia yang dapat membunuh jentik nyamuk. Dalam jumlah sesuai
dengan yang dianjurkan aman bagi manusia dan tidak menimbulkan keracunan.
Jika dimasukkan dalam air, maka sedikit demi sedikit zat kimia itu akan larut
secara merata dan membunuh semua jentik nyamuk yang ada dalam tempat
100 liter air. Bila tidak alat untuk menakar, gunakan sendok makan peres (yang
b. Metopren 1,3%
Metopren 1,3% berbentuk butiran seperti gula pasir berwarna hitam arang.
Dalam takaran yang dianjurkan, aman bagi manusia dan tidak menimbulkan
keracunan. Metopren tersebut tidak menimbulkan bau dan merubah warna air
dan dapat bertahan sampai 3 bulan. Zat kimia ini akan menghambat/membunuh
11
jentik sehingga tidak menjadi nyamuk. Dosis penggunaan adalah 2,5 gram
untuk 100 liter air. Penggunaan Metopren 1,3 % diulangi setiap 3 bulan.
c. Piriproksifen 0,5%
piriproksifen tidak menjadi bau, tidak berubah warna dan tidak korosif
terhadap tempat penampungan air yang terbuat dari besi, seng, dan lain-lain.
Piriproksifen larut dalam air kemudian akan menempel pada dinding tempat
penampungan air dan bertahan sampai 3 bulan. Zat kimi ini akan menghambat
piriproksifen adalah 0,25 gram untuk 100 liter air. Apabila tidak ada takaran
khusus yang tersedia bisa menggunakan sendok kecil ukuran kurang lebih 0,5
gram.
d. Bacillus Thuringiensis
manusia bila digunakan dalam air minum pada dosis normal. Keunggulan Bti
kali.
2.2.3.FOGGING (PENGASAPAN)
pengasapan itu yang mati hanya nyamuk dewasa saja. Jentik nyamuk tidak mati
12
dengan pengasapan. Selama jentik tidak dibasmi, setiap hari akan muncul nyamuk
program, instansi pihak terkait secara sistematis dan terus – menerus serta
penyelenggara program, instansi pihak terkait secara sistematis dan terus – menerus
tentang situasi DBD dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
penderita DBD untuk pemantauan KLB berdasarkan, laporan mingguan KLB (W2-
DBD), laporan bulanan kasus/kematian DBD dan program pemberantasan, data dasar
13
penyelidikan epidemiologi, serta melakukan penanggulangan seperlunya, dan untuk
penyelenggaraan program dan pihak instansi terkait secara sistematis dan terus –
menerus. Sebagai dasar untuk melakukan surveilans vektor terlebih dahulu harus
memahami tentang pengertian dan tujuan surveilans vektor DBD, metode surveilans
dengan iklim, sosial budaya dan bersifat lokal spesifik, yang mempengaruhi
1. Survei nyamuk
di dalam dan di luar rumah, masing-masing selama 20 menit per rumah dan
14
b. Untuk memeriksa tempat penampungan air yang berukuran besar, seperti:
bak mandi, tempayan, drum dan bak penampungan air lainnya. Jika pada
vas bunga/pot tanaman air/botol yang airnya keruh, seringkali airnya perlu
d. Untuk memeriksa jentik di tempat yang agak gelap, atau airnya keruh,
a. Single larva
b. Visual
Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik
aegypti:
15
3) Container Index (CI):
biaknya nyamuk Aedes aegypti. Angka Bebas Jentik dan House Index lebih
Survei ini dilakukan dengan cara memasang ovitrap yaitu berupa bejana,
misalnya potongan bambu, kaleng (seperti bekas kaleng susu atau gelas
plastik) yang dinding sebelah dalamnya dicat hitam, kemudian diberi air
bilah bambu atau kain yang tenunannya kasar dan berwarna gelap sebagai
Ovitrap diletakkan di dalam dan di luar rumah di tempat yang gelap dan
nyamuk di padel.
Ovitrap Index:
Jumlah padel dengan telur
x 100%
Jumlah padel diperiksa
16
Jumlah telur
= ……telur per ovitrap
Jumlah ovitrap yang digunakan
2.2.5 Angka Bebas Jentik (ABJ)
Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah ukuran yang dipakai untuk mengetahui
kepadatan jentik dengan cara menghitung rumah atau bangunan yang tidak dijumpai
jentik dibagi dengan seluruh jumlah rumah atau bangunan. Dengan demikian
keadaan bebas jentik merupakan suatu keadaan dimana ABJ lebih atau sama dengan
95%. Keadaan dimana parameter ini diketahui jumlah telur, jentik, dan kepompong
semakin rendah risiko terjadinya penyakit demam berdarah dengue dan begitu juga
sebaliknya, semakin rendah nilai ABJ semakin tinggi risiko penyakit DBD. ABJ
merupakan salah satu ukuran metode survei jentik yang dilakukan melalui metode
single larvae dan metode visual. Program DBD biasanya menggunakan metode
2.3.1 Definisi
kebocoran plasma (peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai normal, dan/atau efusi
pemeriksaan serologis pada penderita tersangka DBD menunjukkan hasil positif atau
terjadi peninggian (positif) IgG saja atau IgM dan IgG pada pemeriksaan dengue
17
Sindrom Syok Dengue (SSD) ialah kasus DBD yang masuk dalam derajat III
dan IV dimana terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang
cepat dan lemah, menyempitnya tekanan nadi (≤20 mmHg) atau hipotensi yang
ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta pasien menjadi gelisah sampai terjadi
syok berat (tidak berbahaya denyut nadi maupun tekanan darah). (Depkes RI, 2011)
2.3.2 Epidemiologi
peningkatan ekspansi geografis ke negara-negara baru dan, dalam dekade ini, dari
tropis dan subtropis, terutama Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika dan
Karibia. Virus dengue dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 100 negara, terutama
di daerah perkotaan yang berpenduduk padat dan pemukiman di Brazil dan bagian
lain Amerika Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dan India. Jumlah orang yang
rumah sakit dan mengakibatkan 22.000 kematian setiap tahun diperkirakan 2,5 miliar
orang atau hampir 40 persen populasi dunia, tinggal di daerah endemis DBD yang
kasus DBD tidak pernah menurun di beberapa daerah tropik dan subtropik bahkan
cenderung terus meningkat dan banyak menimbulkan kematian pada anak, 90% di
terjadi KLB di beberapa provinsi, yang terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004 dengan
jumlah penderita 79.480 orang dengan kematian sebanyak 800 orang lebih. Pada
tahun-tahun berikutnya jumlah kasus terus naik tapi jumlah kematian turun secara
bermakna dibandingkan tahun 2004. Misalnya jumlah kasus tahun 2008 sebanyak
137.469 orang dengan kematian 1.187 orang atau case fatality rate (CFR) 0,86%
18
serta kasus tahun 2009 sebanyak 154.855 orang dengan kematian 1.384 orang atau
CFR 0,89%. Penderita DBD yang tercatat selama ini, tertinggi adalah pada kelompok
umur <15 tahun (95%) dan mengalami pergerseran dengan adanya peningkatan
proporsi penderita pada kelompok umur 15-44 tahun, sedangkan proporsi penderita
DBD pada kelompok umur >45 tahun sangat rendah seperti yang terjadi di Jawa
2.3.3 Patogenesis
Dua teori yang banyak dianut pada DBD dan SSD adalah teori
menyatakan pasien yang mengalami infeksi yng kedua kalinya dengan serotipe virus
dengue yang heterolog mempunyai resiko yang lebih besar untuk penderita DBD.
Antibdi heterolog yang telah ada sebelumya akan mengenai virus lain yang akan
berkaitan dengan Fc reseptor dari sel leukosit terutama makrofag. Oleh karena
antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas
replikasi virus dengue di dalam sel mononuclear. Sebagai tanggapan terhadap infeksi
19
Replikasi virus Anamnestic antibody response
Kompleks virus-antibodi
Aktivasi komplemen
Komplemen
meningkat
Ht meningkat
Syok
Anoksia Asidosis
Meninggal
Sebagai akibat infeksi sekunder oleh tipe virus dengue yang berlainan pada
seorang pasien, respon antibodi yang akan terjadi dalam waktu beberapa hari
antibodi igG anti dengue. Disamping itu, replikasi virus dengue terjadi juga di dalam
limfosit yang transformasi dengan akibat terdapatnya virus dalam jumlah banyak.
20
menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembulu darah dan membasarnya
Hipotesis kedua menyatakan bahwa virus dengue seperti juga virus lain dapat
baik pada tubuh manusia maupun pada tubuh nyamuk Ekspresi fenotipik dari
virus dan viremia, peningkatan virulensi dan potensi untuk menimbulkan wabah.
Selain itu beberapa strain virus mempunyai kemampuan untuk menimbulkan wabah
Pada Demam Berdarah Dengue (DBD) memiliki gejala yang hampir sama
kedua penyakit tersebut yang dapat diketahui secara mudah dengan adanya
peningkatan hematokrit. Gejala atau tanda utama DBD antara lain demam tinggi,
berlangsung 2-7 hari. Akhir fase demam merupakan fase kritis pada Demam
menurun karena dapat merupakan awal kejadian syok. Hari ketiga samapi kelima
seperti uji tourniquet atau uji banding positif . Hasil uji banding positif. Hasil uji
banding dinyatakan positif jika terdapat 10 atau lebih petekie dilengan bawah bagian
21
depan yang sudah diberi tanda lingkaran seluas 1 inci persegi. Tanda perdarahan lain
yaitu epistaksis, perdarahan gusi, melena ataupun hematemesis. Pembesaran hati atau
pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan pada
daerah tepi hati berhubungan dengan adanya perdarahan. Pada sebagian kecil kasus
ditemukan pada DBD. Penurunan jumlah trombosit < 100.000 bisa ditemukan pada
hari ke-3 sampai ke-8 sakit, sering terjadi sebelum atau bersamaan dengan perubahan
dari peningkatan hemotokrit penurunan nilai trombosit yang disertai atau segera
disusul dengan peningkatan nilai hemotokrit sangat unik untuk DBD. Kedua hal
tersebut biasanya terjadi pada saat suhu turun atau sebelumya syok terjadi. Perlu
diketahui bahwa nilai hematokrit dapat dipengaruhi oleh pemberian cairan atau
atipik sering ditemukan pada saat sebelum suhu turun ataupun syok. Hipoproteinemi
akibat kebocoran plasma biasa ditemukan. Asidosis metabolik dan peningkatan BUN
Sindrom Syok Dengue (SSD) biasa terjadi pada saat atau segera setelah suhu
turun, antara hari ke-3 sampai hari sakit ke-7. Pasien mula - mula terlihat letergi atau
gelisah kemudian jatuh kedalam syok yang ditandai dengan kulit dingin lembab,
22
sianosis sekitar mulut, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi < 20 mendekati stadium
akhir. Dengan diagnosis dini dan penggantian cairan yang adekuat syok biasanya
teratasi dengan segera. Namun bila terlambat diketahui atau pengobatan tidak
adekuat, syok dapat menjadi syok berat dengan berbagai penyulitnya seperti asidosis
masa penyembuhan yang biasanya terjadi pada 2-3 hari kadang ditemukan sinus
bradikardia dan timbul ruam pada kulit. Tanda prognosis baik apabila pengeluaran
urin cukup dan kembalinya nafsu makan. Beberapa penyulit SSD antara lain infeksi,
adanya ensefalopati dan gagal hati maupun terlalu banyak cairan atau over hidrasi
a. Derajat I (ringan)
Demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klinis lain, dengan manifestasi
pendarahan.
b. Derajat II (sedang)
Penderita dengan gejala yang sama, sedikit lebih berat karena ditemukan
Penderita dengan gejala kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab dan
d. Derajat IV (berat)
23
Penderita syok berat dengan tensi tak dapat diukur dan nadi yang tak dapat
diraba.
2.3.6 Tatalaksana
Pasien demam dengue dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. Pada fase
d. Dianjurkan pemberian cairan dan elektrolit per oral, jus buah, sirop, susu,
e. Monitor suhu badan dan jumlah trombosit serta kadar hematokrit (kadar
Pasien DBD saat suhu turun pada umumnya merupakan tanda penyembuhan.
Meskipun semua pasien harus diobservasi terhadap komplikasi yang dapat terjadi
selama 2 hari setelah suhu turun. Hal ini disebabkan oleh karena kemungkinan kita
sulit membedakan demam dengue dan demam berdarah dengue pada fase demam.
Perbedaan sangat jelas pada saat suhu turun, yaitu pada demam dengue akan terjadi
24
25
26
Gambar 2.2 Tatalaksana Demam Berdarah Dengue ( IDAI, 2011)
27
BAB III
KERANGKA KONSEP
Masyarakat
PSN Baik
PSN Kurang
Kegiatan GEMAR
MEMBATIK
Survey lapangan
Gemar Membatik tidak dapat meningkatkan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
28
BAB IV
METODE PENELITIAN
metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif observasional atau
pengamatan yang mana dilakukan pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung
dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-
haltertentu yang diamati. Metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara
objektif.
4.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek peneliti yang diteliti (Notoadmojo, 2005).
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Pademawu Barat
Kecamatan Pademawu.
4.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu sehingga
dianggap dapat mewakili populasinya (Sudjana, 2011). Jumlah sampel pada penelitian
1. Kriteria inklusi, yaitu kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Kriteria inklusi pada
29
b. Bersedia untuk diadakan penelitian
2. Kriteria eksklusi, yaitu kriteria atau ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat
diambil sebagai sampel. Kriteria eksklusi pada penelitian ini antara lain:
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Total random sampling
b. Alat peraga untuk tindakan pelatihan 3M plus seperti: cangkul, sikat kamar
mandi, ember.
c. Senter Kecil
d. Check-List
pengetahuan tentang
praktik 3M plus
30
suatu kegiatan
demam berdarah
31
Tidak menggantung pakaian
bekas pakai di rumah/kamar
Menutup lubang-lubang
potongan bambu atau ban
bekas(Jika ada bekas potongan
bambu)
Terdapat ventilasi rumah dan
pencahayaan yang cukp
(ventilasi > 2)
Memakai obat nyamuk
Skor jawaban ;
32
BAB V
HASIL PENELITIAN
a. Letak Geografis
1. Batas Wilayah
2. Posisi Geografis
jarak ±10 Km dari Pusat Kota Pamekasan. Tepatnya di Desa Murtajih Kecamatan
Luas wilayah kerja Puskesmas Pademawu 35,40 Km2 dengan kepadatan penduduk
1. Desa Sentol
2. Desa Lada
3. Desa Bartim
4. Desa Tambung
5. Desa Buddagan
6. Desa Dasok
7. Desa Murtajih
8. Desa Lemper
33
9. Desa Pademawu Barat
4. Kondisi Umum
b. Data Demografis
34
d. Data Sosial Budaya
2. Data Pendidikan
- Jumlah Sekolah
PAUD : 20 sekolah
TK : 53 sekolah
SD : 26 sekolah
SDI : 2 sekolah
MI : 2 sekolah
SMP : 7 sekolah
MTs : 3 sekolah
SMU : 2 sekolah
MA : 4 sekolah
Akademi : 1 akademi
Ponpes : 6 ponpes
- Jumlah Murid
SMU/MA : - orang
Akademi : - orang
Ponpes : - orang
Masjid : 35 buah
35
Mushalla : 20 buah
Bidan : 16 orang
Sanitarian :1 orang
Pengemudi :1 orang
36
Mengembangkan sumber daya manusia yang profesional dan
berkualitas
Mengembangkan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
Mengembangkan upaya kemandirian masyarakat di bidang
kesehatan
MOTTO
“ SMILE (Smart, Inovatif, Legality, Education) “
“ TERSENYUM (TERdepan, Sehat, Nyaman, Utuh, Mandiri) “
5.1.4 Profil Desa Pademawu Barat
a. Letak Geografis
1. Batas Wilayah
Sebelah barat : Sumedangan, pademawu
Sebelah timur : Bunder, pademawu
Sebelah selatan : Pademawu timur
Sebelah utara : Dasok, pademawu
2. Posisi Geografis
(Mungsapada+ 1,5 km dan Kretek+ 2,5 km). Jarak antara dusun karang dalam
Jarak antar ponkesdes ke RSUD = + 7 km. Semua dusun bisa dilalui roda 2
maupun roda 4.
Luas Wilayah Kerja Desa Pademawu Barat adalah 453.898 KM2. Desa
2) Paninggin
3) Tegal Sari
4) Mungsapada
37
5) Asampitu
6) Darmah
7) Kretek
b. Data Demografis
d. Ketenagakerjaan
Dukun : 1 Orang
38
5.2 Data Hasil Penelitian
Laki-Laki 7 23,33%
Perempuan 23 76,67%
Total 30 100
2. Menurut Usia
Total 30 100%
3. Menurut Pendidikan
SMP 6 20%
SMA 16 53,33%
Sarjana 8 26,67%
Total 30 100%
1. Distribusil Hasil Penilaian Kegiatan PSN (3M Plus) Sebelum Kegiatan “GEMAR
MEMBATIK’
Tabel 5.4 Distribusi Hasil Penilaian Kegiatan PSN Sebelum Kegiatan “Gemar
Membatik”
80%
70%
60%
50%
Baik
40%
Cukup
Kurang
30%
20%
10%
0%
Category 1
kegiatan PSN adalah sebanyak 3 rumah (10 %) berada pada kategori baik, 6 rumah
(20%) pada kategori cukup dan sebanyak 21 rumah (70%) berkategori kurang.
40
2. Distribusil Hasil Penilaian Kegiatan PSN (3M Plus) Sesudah Kegiatan “GEMAR
MEMBATIK “
Tabel 5.5 Distribusi Hasil Penilaian Kegiatan PSN Sesudah Kegiatan “Gemar
Membatik”
80%
70%
60%
50%
Baik
40%
Cukup
Kurang
30%
20%
10%
0%
Minggu I Minggu II Minggu III
PSN pada minggu pertama adalah baik sebanyak 9 rumah (30%), pada kategori cukup
sebanyak 12 rumah (40%) dan kategori kurang sebanyak 9 rumah (30%). Pada minggu
kedua sesudah pelatihan didapatkan responden dengan kategori baik sebanyak 15 rumah
(50%), kategori cukup sebanyak 12 rumah (40%) dan kategori kurang sebanyak 3
rumah (10%), sedangkan pada minggu ketiga didapatkan responden dengan kategori
41
baik sebanyak 21 rumah (70%), kategori cukup sebanyak 6 rumah (20%) dan kategori
kurang sebanyak 3 rumah (10%). Bisa dikatakan bahwa pelaksanaan kegiatan PSN
Membatik”.
42
BAB V1
PEMBAHASAN
berdarah.. Praktik rumah tangga terhadap PSN DBD adalah kegiatan pemberantasan DBD
Dalam hal ini ada beberapa poin penting dalam pelaksanaan kegiatan yaitu dengan
kebersihan lingkungan. Salah satu masalah yang umum ditemukan adalah rendahnya
kesadaran masyarakat untuk menjaga agar tidak terdapat wadah-wadah yang dapat
Jadi peran pelaksanaan kegiatan PSN dalam kehidupan sehari-hari sangat penting.
Hal ini yang kurang disadari oleh masyarakat kita. Banyak yang tidak mengetahui bahwa
kegiatan PSN dapat dilakukan perorangan dirumah dan dilaksanakan kurang lebih satu
intervensi dalam hal ini dilakukan kegiatan “Gemar Membatik” yaitu suatu kegiatan
pelatihan yang meliputi penjelasan tentang tujuan, manfaat dan langkah-langkah kegiatan
PSN serta melakukan praktik yang benar dalam melakukan kegiatan PSN agar dapat
kegiatan PSN pada masyarakat sebelum dilakukan kegiatan “Gemar Membatik” ada lah
43
kegiatan PSN dalam kategori baik sebanyak 3 rumah (10 %), kegiatan PSN dalam kategori
cukup sebanyak 6 rumah (20%) dan kegiatan PSN dalam kategori kurang sebanyak 21
rumah (70%). Hal tersebut dikarenakan masih rendahnya kesadaran dan pemahaman
tentang pentingnya kegiatan PSN dan tidak mengetahui cara yang benar dalam
lingkungan rumahnya.
dilakukan dengan kegiatan pelatihan yang meliputi tentang penjelasan mengenai PSN dan
melakukan praktek PSN secara langsung. Kemudian setelah itu dengan responden yang sama
dilakukukan survey terhadap rumah respoden setiap satu minggu sekali sebanyak 3x dan
kegiatan PSN masyarakat Desa Pademawu Barat setelah dilaksanakan kegiatan “Gemar
Membatik” adalah baik sebanyak 9 rumah (30%), cukup sebanyak 12 rumah (40%) dan
kurang sebanyak 9 rumah (30%). Pada minggu kedua adalah baik sebanyak 15 rumah (50%),
cukup sebanyak 12 rumah (40%) dan kurang sebanyak 3 rumah (10%). Sedangkan pada
minggu ketiga adalah baik sebanyak 21 rumah (70%), cukup sebanyak 6 rumah (20%) dan
pemahamaman tentang kegiatan PSN dan praktik yang benar dalam melakukan kegiatan
PSN yang benar maka pelaksanaan kegiatan PSN di Desa Pademawu Barat sudah
ada 3 rumah ( 10%) yang pelaksanaan kegiatan PSN dirumahnya masih kurang.
oleh berbagai faktor antara lain perilaku penduduk,tenaga kesehatan, sistem peringatan dini
oleh pemerintah, resistensi nyamuk terhadap inteksida, serta alokasi dana. Sebagian besar
44
masyarakat Indonesia belum menyadari pentingnya memelihara kebersihan lingkungan.
Salah satu contohnya adalah rendahnya kesadaran masyarakat untuk menguras bak mandi
satu minggu sekali bahkan banyak masyarakat yang hanya menguras bak mandi dengan
mengganti airnya saja dan tidak menyikat bak mandinya serta masih banyak masyarakat
yang tidak mengubur barang-barang bekas yang ada disekitar rumahnya sehingga
Pada penelitian ini peningkatan kegiatan PSN juga dipengaruhi oleh sikap dan
kesadaran masyarakat. Hal ini sesuai dengan teori Green (2005), yang menyatakan bahwa
sikap merupakan factor yang berperan dalam perilaku kesehatan. Semakin positif sikap atau
pandangan seseorang terhadap sesuatu hal, maka semakin baik pula tindakan yang dilakukan
bentuk lanjutan dari kesadaran dan pemahaman terhadap objek. Dalam hal ini adalah praktik
kegiatan PSN . Kemauan atau kehendak merupakan kecendrungan untuk melakukan suatu
tindakan
45
BAB V1I
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
sebelum dilakukan kegiatan “Gemar Membatik” sebagian besar kegiatan PSN berada
sesudah dilakukan kegiatan “Gemar Membatik” pada minggu I sebagian besar kegiatan
PSN berada dalam kategori cukup (40%). Sedangkan pada minggu II dan ke III kegiatan
PSN sebagian besar berada dalam kategori baik. Minggu ke II (50%) dan minggu ke III
Sarang Nyamuk (PSN) di Desa Pademawu Barat, Kec. Pademawu, Kab. Pamekasan
7.2 Saran
Berdasar dari hasil penelitian dan pembahasan dikemukakan saran-saran sebagai berikut :
sarang nyamuk yang meliputi gerakan 3M plus untuk mengurangi perkembang biakan
46
masyarakat. Selain itu petugas promosi kesehatan harus lebih aktif dalam melakukan
c. Diharapkan bagi teman-teman sejawat yang akan melakukan penelitian selanjutnya untuk
dapat mengembangkan metode lain yang lebih bervariasi serta menarik bagi masyarakat
47
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1996. Menggerakkan Masyarakat Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue (PSN-DBD)I, Jakarta.
_________, 2010. Demam Berdarah Dengue. Buletin Jendela Epidemiologi, Jakarta: Pusat Data
dan Surveilans Epidemiologi.
_________, 2011. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue, Jakarta : Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
_________, 2014. Petunjuk Teknis Jumantik – PSN Anak Sekolah, Jakarta : Ditjen P2PL.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2015. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun
2015. http://www.dinkes.go.id
Ditjen P2PL, 2007. Modul Pelatihan Bagi Pengelola Program Pengendalian Penyakit DBD di
Indonesia, Jakarta: Depkes RI.
Green, W, Lawrence.et.al. 2007. Health Education Planning a Diagnostic Approach, The Johns
Hapkins University : Mayfield Publishing Company.
Hadinegoro, SRH dan Satari, HI., 2004. Demam Berdarah Dengue, Jakarta: FK UI.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2011. Kumpulan Tips Pediatrik, Jakarta: Badan Penerbit
Ikatan Dokter Indonesia
Kemenkes RI, 2012. Pedoman Penggunaan Insektisida (Pestisida) Dalam Pengendalian Vektor,
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Notoatmojo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Jakarta: Rineka Cipta.
Nuraini, K., 2010. Survelans Demam Berdarah Dengue, http: //Kartikanuraini wordpress.com.
diakses pada tanggal 10 januari 2017.
48
Sungkar, S. 2007. Pemberantasan Demam Berdarah Dengue Sebuah Tantangan yang Harus
Dijawab, Majalah Kedokteran Indonesia vol.57.
____, 2009. Dengue Guidline for Diagnosis, Treatment, Prevalention, and Control WHO.
49
LAMPIRAN
1. Check-List PSN
Nama : Umur :
Alamat : Pendidikan :
2. Foto Kegiatan
51
Sebelum Sesudah
52
Sebelum Sesudah
53