Anda di halaman 1dari 3

Fitur vulkanis

Artikel utama: Mare


Dataran Bulan yang berwarna gelap dan bisa diamati dengan mata telanjang disebut
dengan maria (bahasa Latin untuk "laut"; atau mare dalam bentuk tunggal), karena dahulu kala para
astronom mengira bahwa dataran ini dipenuhi oleh air.[45] Dataran ini berupa kolam besar yang
terbentuk dari lava basal. Meskipun serupa dengan basal kebumian, basal mare memiliki
kandungan besi yang lebih tinggi dan kandungan mineral yang kurang.[46][47] Sebagian besar lava ini
meletus atau mengalir melalui proses yang bersamaan dengan pembentukan kawah tubrukan.
Beberapa bentuk geologi permukaan Bulan seperti gunung berapi perisai dan kubah vulkanis bisa
ditemukan di maria di sisi dekat Bulan.[48]
Maria bisa ditemukan hampir di keseluruhan sisi dekat Bulan, mencakup 31% dari total permukaan
di sisi dekat,[49] jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan maria pada sisi jauh, yang persentasenya
hanya 2%.[50] Hal ini diperkirakan terjadi karena tingginya konsentrasi unsur penghasil panas di
bawah kerak di sisi dekat, sebagaimana yang terlihat pada peta geokimia yang diperoleh dari
spektrometer sinar gamma Lunar Prospector, yang menyebabkan mantel mengalami pemanasan,
meleleh, kemudian naik ke permukaan dan meletus. [36][51][52] Sebagian besar basal mare Bulan
meletus pada periode Imbrian, sekitar 3,0–3,5 miliar tahun yang lalu, meskipun hasil penanggalan
radiometri menjelaskan waktunya lebih tua 4,2 miliar tahun yang lalu, [53] dan letusan terakhir,
berdasarkan penanggalan hitungan kawah, terjadi sekitar 1,2 miliar tahun yang lalu. [54]
Wilayah yang berwarna lebih terang pada Bulan disebut dengan terrae, atau dataran tinggi secara
umum, karena wilayah ini lebih tinggi dari kebanyakan maria. Berdasarkan penanggalan radiometri,
dataran tinggi Bulan terbentuk sekitar 4,4 miliar tahun yang lalu, dan diduga
merupakan kumulasi plagioklas dari lautan magma Bulan.[53][54] Berbeda dengan Bumi, tak ada
gunung di Bulan yang diyakini terbentuk akibat peristiwa tektonik.[55][56][57]
Kawah tubrukan

Kawah Daedalus di sisi jauh Bulan

Lihat pula: Daftar kawah di Bulan


Proses geologi lainnya yang memengaruhi bentuk permukaan Bulan adalah kawah tubrukan,[58] yaitu
ketika kawah-kawah terbentuk akibat tubrukan antara asteroid dan komet dengan pemukaan Bulan.
Diperkirakan terdapat sekitar 300.000 kawah dengan luas lebih dari 1 km di sisi dekat
Bulan.[59] Beberapa kawah ini dinamakan menurut nama para pakar, ilmuwan, seniman, dan
penjelajah.[60] Skala waktu geologi Bulan didasarkan pada peristiwa tubrukan yang paling hebat,
termasuk Nectaris, Imbrium, dan Orientale, dengan struktur yang dicirikan oleh lingkaran yang
terbentuk dari materi yang menguap, biasanya berdiamater ratusan hingga ribuan
kilometer.[61] Kurangnya aktivitas atmosfer, cuaca, dan proses geologi terkini membuktikan bahwa
kawah-kawah ini masih dalam kondisi baik. Meskipun hanya sedikit kawah yang diketahui asal usul
pembentukannya, kawah-kawah ini tetap berguna untuk menentukan usia relatif Bulan. Karena
kawah tubrukan menumpuk pada tingkat yang hampir konstan, menghitung jumlah kawah per
satuan luas dapat digunakan untuk memperkirakan usia permukaan Bulan.[61] Usia radiometrik
batuan kawah yang dibawa oleh misi Apollo berkisar dari 3,8 sampai 4,1 miliar tahun; ini digunakan
untuk menjelaskan waktu terjadinya tubrukan Pengeboman Berat Akhir.[62]
Dataran yang menyelimuti bagian atas kerak Bulan adalah permukaan yang
sangat terkominusi (terpecah menjadi partikel yang lebih kecil) dan lapisan permukaan kebun
kawah bernama regolith, yang terbentuk akibat proses tubrukan. Regolith yang paling halus,
yakni tanah Bulan dari kaca silikon dioksida, memiliki tekstur seperti salju dan berbau
seperti mesiu.[63] Regolith di permukaan yang lebih tua umumnya lebih tebal daripada permukaan
yang lebih muda; ketebalannya bervariasi, dari 10–20 m di dataran tinggi dan 3–5 m di maria.[64] Di
bawah lapisan regolith terdapat megaregolith, lapisan batuan fraktur dengan ketebalan berkilo-
kilometer.[65]
Ketersediaan air
Artikel utama: Air Bulan

Foto mozaik kutub selatan Bulan yang diambil oleh Clementine: perhatikan bagian gelap permanen di kutub.

Air cair tidak bisa bertahan di permukaan Bulan. Saat terkena radiasi Matahari, air dengan cepat
akan terurai melalui proses yang dikenal dengan fotodisosiasi dan lenyap ke luar angkasa. Namun,
sejak tahun 1960-an, para ilmuwan memperkirakan bahwa air es yang diangkut oleh komet saat
terjadinya tubrukan atau yang dihasilkan oleh reaksi batuan Bulan yang kaya oksigen, dan hidrogen
dari angin surya, meninggalkan jejak air yang mungkin bisa bertahan di kawah kutub selatan Bulan
yang dingin dan gelap secara permanen.[66][67] Simulasi komputer menunjukkan bahwa hampir
14.000 km2 permukaan Bulan berada pada bagian kutub yang gelap permanen.[68] Ketersediaan air
di Bulan dalam jumlah yang cukup adalah faktor penting dalam merencanakan proses kolonisasi
Bulan karena akan menghemat biaya; rencana altenatif untuk mengangkut air dari Bumi akan
menghabiskan biaya yang sangat besar.[69]
Bertahun-tahun yang lalu, jejak air telah ditemukan di permukaan Bulan. [70] Pada tahun
1994, eksperimen radar bistatik di wahana Clementine menunjukkan adanya kantong air beku di
sekitar permukaan Bulan. Namun, pengamatan radar setelahnya oleh Arecibo menunjukkan bahwa
penemuan tersebut mungkin adalah batuan yang terlontar dari kawah tubrukan muda. [71] Pada
1998, spektrometer neutron di wahana Lunar Prospector menemukan adanya
konsentrasi hidrogen yang tinggi di lapisan regolith dengan kedalaman satu meter di wilayah
kutub.[72] Pada 2008, analisis yang dilakukan terhadap batuan lava vulkanis yang dibawa ke Bumi
oleh Apollo 15 menunjukkan adanya kandungan air dalam jumlah kecil pada interior batuan.[73]
Pada tahun 2008, wahana Chandrayaan-1 mengonfirmasi keberadaan air es di permukaan Bulan
dengan menggunakan Moon Mineralogy Mapper. Spektrometer mengamati adanya garis
penyerapan hidroksil di bawah sinar Matahari, yang membuktikan bahwa permukaan Bulan
mengandung air es dalam jumlah besar. Wahana tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi air es
mungkin mencapai 1.000 ppm.[74] Pada tahun 2009, LCROSS mengirim 2.300 kg impaktor ke kawah
kutub yang gelap permanen, dan mendeteksi sedikitnya terdapat 100 kg air dalam material
ejektor.[75][76] Analisis data LCROSS lainnya menunjukkan bahwa jumlah air yang terdeteksi mencapai
155 kg.[77] Pada bulan Mei 2011, Erik Hauri melaporkan [78] adanya 615-1410 ppm inklusi leleh air
pada sampel Bulan 74220, "tanah kaca jingga" dengan kandungan titanium tinggi yang berasal dari
peristiwa vulkanis yang dikumpulkan dalam misi Apollo 17 pada tahun 1972. Inklusi ini tebentuk saat
terjadinya letusan besar di Bulan sekitar 3,7 miliar tahun yang lalu. Konsentrasi ini setara dengan
magma di mantel atas Bumi.

Anda mungkin juga menyukai