Anda di halaman 1dari 13

Asteroid

Asteroid atau planetoid yaitu planet – planet kecil yang mengelilingi matahari yang terletak
di antara Mars dan Yupiter. Banyaknya antara 40000 – 50000 buah. Ceres adalah nama
asteroid terbesar.

Komet
Komet adalah benda langit yang mengelilingi matahari yang orbitnya sangat lonjong
sehingga seperti bintang berekor. Seubah komet terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Kepala, yang terdiri dari inti (bercahaya) dan koma (selubang samping)
2. Ekor

Ekor komet selalu mengarah menjauhi matahari, karena cahaya matahari mendorong
sebagian bahan komet hingga membentuk ekor. Ekor komet semakin panjang bila semakin
dekat kematahari, dan semakin memendek ekornya bila semakin jauh dari matahari. Komet
periodic, yaitu komet yang berulang – ulang munculnya.

Contohnya:

 Encke, komet yang terpendek lintasannya, dan tiap 3,3 tahun sekali.
 Halley, komet yang periodiknya terpanjang dalam 76 tahun sekali (1628,
1758, 1835, 1910, 1986).
 Biela, komet yang munculnya dalam 6,5 tahun sekali (1832, 1839)
 Merchouse (1908)
 Ikeya – seki (1965)
 Kohoutek (1973)
1. Merkurius
Merkurius adalah planet terkecil di dalam tata surya dan juga yang terdekat dengan Matahari dengan
kala revolusi 88 hari dan kala rotasi 59 hari. Kecerahan planet ini berkisar di antara -2 sampai 5,5
dalam magnitudo tampak namun tidak mudah terlihat karena sudut pandangnya dengan Matahari kecil
(dengan rentangan paling jauh sebesar 28,3 derajat. Merkurius hanya bisa terlihat pada saat subuh atau
maghrib. Dua wahana antariksa telah mengunjungi Merkurius: Mariner 10 melakukan terbang lintas pada
tahun 1974 dan 1975; dan MESSENGER, diluncurkan pada tahun 2004, mengorbit Merkurius lebih dari
4.000 kali selama empat tahun sebelum akhirnya kehabisan bahan bakar dan menabrakkan diri ke
permukaan planet pada tanggal 30 April 2015. Wahana antariksa BepiColombo direncanakan tiba di
Merkurius pada tahun 2025.
Mirip dengan Bulan, Merkurius mempunyai banyak kawah dan juga tidak mempunyai satelit alami serta
atmosfer. Merkurius mempunyai inti besi yang menciptakan sebuah medan magnet dengan kekuatan 0.1%
dari kekuatan medan magnet bumi. Suhu permukaan dari Merkurius berkisar antara 90 sampai
700 Kelvin (-180 sampai 430 derajat Celcius).
Pengamatan tercatat dari Merkurius paling awal dimulai dari zaman orang Sumeria pada milenium ke tiga
sebelum masehi. Bangsa Romawi menamakan planet ini dengan nama salah satu dari dewa mereka,
Merkurius (dikenal juga sebagai Hermes pada mitologi Yunani dan Nabu pada mitologi Babilonia).
Lambang astronomis untuk merkurius adalah abstraksi dari kepala Merkurius sang dewa dengan topi
bersayap di atas caduceus. Orang Yunani pada zaman Hesiod menamai Merkurius Stilbon dan Hermaon
karena sebelum abad ke lima sebelum masehi mereka mengira bahwa Merkurius itu adalah dua benda
antariksa yang berbeda, yang satu hanya tampak pada saat Matahari terbit dan yang satunya lagi hanya
tampak pada saat Matahari terbenam. Di India, Merkurius dinamai Budha (बबब), anak dari Candra sang
bulan. Di budaya Tiongkok, Korea, Jepang dan Vietnam, Merkurius dinamakan "bintang air". Orang-
orang Ibrani menamakannya Kokhav Hamah (‫)כוכב חמה‬, "bintang dari yang panas" ("yang panas"
maksudnya Matahari). Diameter Merkurius 40% lebih kecil daripada Bumi (4879,4 km), dan 40% lebih
besar daripada Bulan. Ukurannya juga lebih kecil (walaupun lebih padat) daripada satelit Jupiter,
Ganymede dan satelit Saturnus, Titan.

Struktur dalam
Dengan diameter sebesar 4879 km di katulistiwa, Merkurius adalah planet terkecil dari empat planet
kebumian di Tata Surya. Jarak merkurius ke matahari 57 juta km, dan jarak Merkurius dengan Bumi 92
juta km. Merkurius terdiri dari 70% logam dan 30% silikat serta mempunyai kepadatan sebesar 5,43
g/cm3 hanya sedikit dibawah kepadatan Bumi. Namun apabila efek dari tekanan gravitasi tidak dihitung
maka Merkurius lebih padat dari Bumi dengan kepadatan tak terkompres dari Merkurius 5,3 g/cm3 dan
Bumi hanya 4,4 g/cm3.
Kepadatan Merkurius digunakan untuk menduga struktur dalamnya. Kepadatan Bumi yang tinggi tercipta
karena tekanan gravitasi, terutamanya di bagian inti. Merkurius namun jauh lebih kecil dan bagian
dalamnya tidak terdapat seperti bumi sehingga kepadatannya yang tinggi diduga karena planet tersebut
mempunyai inti yang besar dan kaya akan besi. Para ahli bumi menaksir bahwa inti Merkurius menempati
42 % dari volumenya (inti Bumi hanya menempati 17% dari volume Bumi). Menurut riset terbaru,
kemungkinan besar inti Merkurius adalah cair.
Mantel setebal 600 km menyelimuti inti Merkurius dan kerak dari Merkurius diduga setebal 100 sampai
200 km. Permukaan merkurius mempunyai banyak perbukitan yang kurus, beberapa mencapai ratusan
kilometer panjangnya. Diduga perbukitan ini terbentuk karena inti dan mantel Merkurius mendingin dan
menciut pada saat kerak sudah membatu.

Orbit
Merkurius memiliki orbit yang sangat elips dengan eksentrisitas 0,21. Hal itu yang membuat merkurius,
kadang-kadang menjadi planet terdekat dari bumi. Merkurius membutuhkan sekitar 87,969 hari bumi
untuk menyelesaikan satu putaran mengelilingi matahari. 1 hari matahari (solar day) di Merkurius
berlangsung sangat lama yaitu sekitar 176 hari bumi.

2. Venus
Venus adalah planet terdekat kedua dari Matahari setelah Merkurius. Planet ini mengorbit Matahari
selama 224,7 hari Bumi.[11] Venus tidak memiliki satelit alami dan dinamai
dari dewi cinta dan kecantikan dalam mitologi Romawi. Setelah Bulan, planet ini merupakan objek alami
tercerah di langit malam, dengan magnitudo tampak Sebesar −4,6 yang cukup cerah untuk menghasilkan
bayangan.[12] Venus merupakan planet inferior dengan sudut elongasi yang mencapai 47,8°. Kecerahan
maksimal planet ini dapat dilihat segera sebelum matahari terbit atau setelah matahari terbenam, sehingga
disebut Bintang Fajar atau Bintang Senja.
Venus adalah planet kebumian dan kadang-kadang disebut “planet saudara” Bumi karena ukuran,
gravitasi, dan komposisi yang mirip (Venus merupakan planet terdekat dari Bumi dan planet yang
ukurannya paling mendekati Bumi). Namun, dalam hal lain planet ini sangat berbeda dari Bumi. Planet ini
memiliki atmosfer terpadat di antara empat planet kebumian yang terdiri dari 96% karbon
dioksida. Tekanan atmosfer permukaan Venus 92 kali lebih besar daripada Bumi. Dengan rata-rata suhu
permukaan sebesar 735 K (462 °C; 863 °F), Venus merupakan planet terpanas di Tata Surya. Planet ini
tidak memiliki siklus karbon yang memerangkap karbon dalam batuan dan kenampakan permukaan, dan
juga tidak memiliki kehidupan organik yang dapat menyerap karbon dalam bentuk biomassa. Venus
diselimuti oleh lapisan buram yang terdiri dari awan asam sulfat yang sangat reflektif, sehingga
permukaannya tidak dapat dilihat dari luar angkasa. Venus mungkin pernah memiliki samudra,[13][14] namun
samudra tersebut menguap karena peningkatan suhu yang disebabkan oleh efek rumah kaca
berketerusan.[15] Sebagian besar air mungkin telah terfotodisosiasi, dan angin matahari telah membuat
hidrogen bebas mengalami pelepasan ke luar angkasa sebagai akibat dari ketiadaan medan magnet
internal di Venus.[16] Permukaan Venus sendiri bergurun, kering, dan diselingi oleh batuan yang diperbarui
secara periodik oleh aktivitas vulkanik.

Ciri-ciri fisik
Venus dalah salah satu dari empat planet kebumian di Tata Surya, yang berarti bahwa Venus merupakan
planet yang berbatu layaknya Bumi. Ukuran dan massanya mirip dengan Bumi, sehingga planet ini sering
dijuluki sebagai “saudara” atau “kembaran” Bumi. Diameter Venus tercatat sebesar 12.092 km (hanya
lebih kecil 650 km daripada Bumi) dan massanya kurang lebih 81,5% dari massa Bumi. Akan tetapi,
keadaan di permukaan Venus sangat berbeda dengan Bumi, dan hal ini disebabkan oleh atmosfer tebal
Venus yang terdiri dari 96,5% karbon dioksida dan 3,5% nitrogen.
Topografi
Terdapat banyak spekulasi mengenai permukaan Venus sebelum terkuak oleh wahana-wahana angkasa
pada abad ke-20. Planet tersebut dipetakan secara detail oleh Proyek Magellan pada tahun 1990-91. Di
permukaan terdapat bukti terjadinya aktivitas vulkanik, dan sulfur di atmosfer menunjukkan bahwa telah
terjadi letusan gunung berapi.
Sekitar 80% permukaan Venus terdiri dari daratan vulkanik, dengan 70% merupakan daratan dengan
bubungan berkerut dan 10% merupakan daratan yang halus dan berlekuk. Dua puluh persen sisanya
merupakan dua “benua” dataran tinggi; salah satu benua terletak di belahan utara Venus, sementara yang
lain berada di sebelah selatan garis khatulistiwa. Benua utara disebut Ishtar Terra, yang dinamai dari Ishtar,
dewi cinta di Babilonia, dan ukurannya kurang lebih sebesar Australia. Gunung tertinggi di Venus
(yaitu Maxwell Montes) terletak di Ishtar Terra. Tingginya kurang lebih 11 km di atas rata-rata ketinggian
permukaan Venus. Sementara itu, benua selatan dijuluki Aphrodite Terra, yang dinamai dari dewi cinta
dalam mitologi Yunani, dan benua ini lebih besar dengan ukuran yang kurang lebih sebanding
dengan Amerika Selatan. Benua ini dipenuhi oleh rangkaian rekahan dan patahan.
Ketiadaan aliran lava di kaldera masih menjadi teka-teki. Planet ini tidak memiliki banyak kawah
tubrukan, sehingga menunjukkan bahwa permukaannya masih relatif muda, kurang lebih berusia 300–600
juta tahun. Selain kawah tubrukan, pegunungan, dan lembah, Venus juga memiliki kenampakan permukaan
yang unik. Salah satunya adalah kenampakan vulkanik yang puncaknya rata, yang disebut "farra".
Bentuknya mirip dengan kue panekuk dan lebarnya bervariasi antara 20–50 km, sementara tingginya
biasanya berada dalam kisaran 100–1.000 m. Terdapat pula rangkaian rekahan radial yang berbentuk
seperti bintang yang disebut "novae", rekahan radial konsentrik yang mirip sarang laba-laba yang disebut
"arachnoid", dan cincin rekahan yang kadang-kadang dikelilingi oleh depresi yang disebut "coronae".
Kenampakan-kenampakan tersebut terbentuk secara vulkanik.
Sebagian besar kenampakan permukaan di Venus dinamai dari perempuan dalam mitologi dan sejarah,
kecuali Maxwell Montes yang dinamai dari James Clerk Maxwell dan wilayah dataran tinggi Alpha
Regio, Beta Regio, dan Ovda Regio yang dinamai sebelum sistem yang ada saat ini diterapkan
oleh International Astronomical Union.
Garis bujur kenampakan permukaan di Venus dinyatakan relatif terhadap meridian utama. Meridian utama
awalnya melewati titik cerah di tengah kenampakan Eve yang terletak di sebelah selatan Alpha
Regio. Setelah misi Venera selesai, meridian utama ditentukan melewati puncak di tengah kawah Ariadne.

3. BUMI
Bumi adalah planet ketiga dari Matahari yang merupakan planet terpadat dan terbesar kelima dari delapan
planet dalam Tata Surya. Bumi juga merupakan planet terbesar dari empat planet kebumian Tata Surya.
Bumi terkadang disebut dengan dunia atau Planet Biru.[23]
Bumi terbentuk sekitar 4,54 miliar tahun yang lalu, dan kehidupan sudah muncul di permukaannya paling
tidak sekitar 3,5 miliar tahun yang lalu.[24] Biosfer Bumi kemudian secara perlahan mengubah atmosfer dan
kondisi fisik dasar lainnya, yang memungkinkan terjadinya perkembangbiakan organisme serta
pembentukan lapisan ozon, yang bersama medan magnet Bumi menghalangi radiasi surya berbahaya dan
mengizinkan makhluk hidup mikroskopis untuk berkembang biak dengan aman di daratan.[25] Sifat
fisik, sejarah geologi, dan orbit Bumi memungkinkan kehidupan untuk bisa terus bertahan.
Litosfer Bumi terbagi menjadi beberapa segmen kaku, atau lempeng tektonik, yang mengalami pergerakan
di seluruh permukaan Bumi selama jutaan tahun. Lebih dari 70% permukaan Bumi ditutupi oleh air,[26] dan
sisanya terdiri dari benua dan pulau-pulau yang memiliki banyak danau dan sumber air lainnya yang
bersumbangsih terhadap pembentukan hidrosfer. Kutub Bumi sebagian besarnya tertutup es; es padat di
Antartika dan es laut di paket es kutub. Interior Bumi masih tetap aktif, dengan inti dalam terdiri dari besi
padat, sedangkan inti luar berupa fluida yang menciptakan medan magnet, dan lapisan tebal yang relatif
padat di bagian mantel.
Bumi berinteraksi secara gravitasi dengan objek lainnya di luar angkasa, terutama Matahari dan Bulan.
Ketika mengelilingi Matahari dalam satu orbit, Bumi berputar pada sumbunya sebanyak 366,26 kali, yang
menciptakan 365,26 hari matahari atau satu tahun sideris. Perputaran Bumi pada sumbunya miring 23,4°
dari serenjang bidang orbit, yang menyebabkan perbedaan musim di permukaan Bumi dengan periode
satu tahun tropis (365,24 hari matahari). Bulan adalah satu-satunya satelit alami Bumi, yang mulai
mengorbit Bumi sekitar 4,53 miliar tahun yang lalu. Interaksi gravitasi antara Bulan dengan Bumi
merangsang terjadinya pasang laut, menstabilkan kemiringan sumbu, dan secara bertahap memperlambat
rotasi Bumi.
Bumi adalah tempat tinggal bagi jutaan makhluk hidup, termasuk manusia. Sumber daya mineral Bumi
dan produk-produk biosfer lainnya bersumbangsih terhadap penyediaan sumber daya untuk
mendukung populasi manusia global. Wilayah Bumi yang dihuni manusia dikelompokkan menjadi
200 negara berdaulat, yang saling berinteraksi satu sama lain melalui diplomasi, pelancongan,
perdagangan, dan aksi militer.
CIRI-CIRI
Massa Bumi adalah sekitar 5,98×10 kg. Komposisi Bumi sebagian besarnya terdiri dari besi
(32,1%), oksigen (30,1%), silikon (15,1%), magnesium (13,9%), belerang (2,9%), nikel (1,8%), kalsium (1
,5%), dan aluminium (1,4%); sisanya terdiri dari unsur-unsur lainnya (1,2%). Akibat segregasi massa,
bagian inti Bumi diyakini mengandung besi (88,8%), dan sejumlah kecil nikel (5,8%), belerang (4,5%),
dan kurang dari 1% unsur-unsur lainnya.
Ahli geokimia F. W. Clarke menghitung lebih dari 47% kerak Bumi mengandung oksigen. Konstituen
batuan yang umumnya terdapat pada kerak Bumi hampir semuanya merupakan senyawa oksida; klorin,
belerang, dan fluor adalah tiga pengecualian, dan jumlah total kandungan unsur ini dalam batuan biasanya
kurang dari 1%. Oksida utama yang terkandung dalam kerak Bumi adalah silika, alumina, besi oksida,
kapur, magnesia, kalium, dan soda. Silika pada umumnya berfungsi sebagai asam, yang membentuk
silikat, dan mineral paling umum yang terdapat pada batuan beku adalah senyawa ini. Berdasarkan
analisisnya terhadap 1.672 jenis batuan di kerak Bumi, Clarke menyimpulkan bahwa 99,22% kerak Bumi
terdiri dari 11 oksida (lihat tabel di sebelah kanan).[45]

Struktur dalam
Interior Bumi, seperti halnya planet kebumian lainnya, dibagi menjadi sejumlah lapisan menurut
kandungan fisika atau kimianya (reologi). Namun, tidak seperti planet kebumian lainnya, Bumi memiliki
inti luar dan inti dalam yang berbeda. Lapisan luar Bumi secara kimiawi berupa kerak padat silikat yang
diselimuti oleh mantel viskose padat. Kerak Bumi dipisahkan dari mantel oleh diskontinuitas Mohorovičić,
dengan ketebalan kerak yang bervariasi; ketebalan rata-ratanya adalah 6 km di bawah lautan dan 30-
50 km di bawah daratan. Kerak Bumi, serta bagian kaku dan dingin di puncak mantel atas, secara kolektif
dikenal dengan litosfer, dan pada lapisan inilah tektonika lempeng terjadi. Di bawah litosfer
terdapat astenosfer, lapisan dengan tingkat viskositas yang relatif rendah dan menjadi tempat melekat bagi
litosfer. Perubahan penting struktur kristal di dalam mantel terjadi pada kedalaman 410 dan 660 km di
bawah permukaan Bumi, yang juga mencakup zona transisi yang memisahkan mantel atas dengan mantel
bawah. Di bawah mantel, terdapat fluida inti luar dengan viskositas yang sangat rendah di atas inti
dalam.[46] Inti dalam Bumi mengalami perputaran dengan kecepatan sudut yang sedikit lebih tinggi jika
dibandingkan dengan bagian planet lainnya, sekitar 0,1-0,5° per tahun.[47]

Lapisan geologi Bumi[48]

Kedalaman[49]
km

0–60

0–35

35–60

35–2890

100–700

Penampang Bumi dari inti ke eksosfer. 2890–5100

5100–6378

Panas
Panas dalam Bumi berasal dari perpaduan antara panas endapan dari akresi planet (sekitar 20%) dan panas
yang dihasilkan oleh peluruhan radioaktif (80%).[50] Isotop penghasil panas utama Bumi adalah kalium-
40, uranium-238, uranium-235, dan torium-232.[51] Di pusat Bumi, suhu bisa mencapai 6.000 °C,[52] dan
tekanannya mencapai 360 GPa.[53] Karena sebagian besar panas Bumi dihasilkan oleh peluruhan radioaktif,
para ilmuwan percaya bahwa pada awal sejarah Bumi, sebelum isotop dengan usia pendek terkuras habis,
produksi panas Bumi yang dihasilkan jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan saat ini. Panas yang
dihasilkan pada masa itu diperkirakan dua kali lebih besar daripada saat ini, kira-kira 3 miliar tahun yang
lalu,[50] dan hal tersebut akan meningkatkan gradien suhu di dalam Bumi, meningkatkan tingkat konveksi
mantel dan tektonik lempeng, serta memungkinkan pembentukan batuan beku seperti komatiites, yang
tidak bisa terbentuk pada masa kini.[54]

Isotop utama penghasil panas Bumi saat ini[55]

Paruh hidup
Pelepasan panas Konsentrasi mantel rata-rata Pelepasan panas
Isotop Wkg isotop kg isotopkg mantel Wkg mantel
tahun

238
U 9.46 × 10−5 4.47 × 109 30.8 × 10−9 2.91 × 10−12

235
U 5.69 × 10−4 7.04 × 108 0.22 × 10−9 1.25 × 10−13

232
Th 2.64 × 10−5 1.40 × 1010 124 × 10−9 3.27 × 10−12

40
K 2.92 × 10−5 1.25 × 109 36.9 × 10−9 1.08 × 10−12

Rata-rata pelepasan panas Bumi adalah 87 mW m−2, dan 4.42 × 1013 W untuk panas global.[56] Sebagian
energi panas di dalam inti Bumi diangkut menuju kerak oleh bulu mantel; bentuk konveksi yang terdiri
dari batuan bersuhu tinggi yang mengalir ke atas. Bulu mantel ini mampu menghasilkan bintik
panas dan basal banjir.[57] Panas Bumi yang selebihnya dilepaskan melalui lempeng tektonik oleh mantel
yang terhubung dengan punggung tengah samudra. Pelepasan panas terakhir dilakukan melalui
konduksi litosfer, yang umumnya terjadi di samudra karena kerak di sana jauh lebih tipis jika
dibandingkan dengan kerak benua.

Rotasi
Artikel utama: Rotasi Bumi

Kemiringan sumbu Bumi (atau obliquitas) dan hubungannya dengan sumbu rotasi dan bidang orbit.

Kala rotasi Bumi yang bersifat relatif terhadap Matahari – disebut hari Matahari – adalah 86.400 detik dari
waktu Matahari rata-rata (86.400,0025 SI detik).[104] Karena periode hari Matahari Bumi saat ini lebih
panjang dari periode ketika abad ke-19 akibat akselerasi pasang surut, setiap hari bervariasi antara 0
hingga 2 SI ms lebih panjang.[105][106]
Kala rotasi Bumi yang relatif terhadap bintang tetap, dinamakan hari bintang oleh International Earth
Rotation and Reference Systems Service (IERS), adalah 86.164,098903691 detik dari waktu Matahari rata-
rata (UT1), atau 23h 56m 4,098903691s.[2][catatan 13] Kala rotasi Bumi yang relatif terhadap presesi atau
pergerakan ekuinoks vernal, dinamakan hari sideris, adalah 86.164,09053083288 detik dari waktu
Matahari rata-rata (UT1) (23h 56m 4.09053083288s) hingga 1982.[2] Dengan demikian, hari sideris kira-kira
lebih singkat 8,4 ms dari hari bintang.[107] Panjang hari Matahari rata-rata dalam satuan detik SI dihitung
oleh IERS untuk periode 1623–2005[108] dan 1962–2005.[109]
Selain meteor pada atmosfer dan satelit berorbit rendah, gerakan utama benda langit di atas Bumi adalah
ke arah barat, dengan laju 15°/jam = 15'/menit. Untuk benda langit di dekat khatulistiwa angkasa,
pergerakannya terlihat pada diameter Matahari dan Bulan setiap dua menit; dari permukaan Bumi, ukuran
Matahari dan Bulan kurang lebih sama.[110][111]

Orbit
Artikel utama: Orbit Bumi

Animasi yang menampilkan rotasi Bumi.

Bumi mengorbit Matahari pada jarak rata-rata sekitar 150 juta kilometer setiap 365,2564 hari
Matahari rata-rata, atau satu tahun sideris. Dari Bumi, akan terlihat jelas gerakan Matahari ke arah timur
dengan laju sekitar 1°/hari, yang memperjelas diameter Bulan atau Bumi setiap 12 jam. Karena pergerakan
ini, Bumi membutuhkan waktu rata-rata 24 jam (atau hari Matahari) untuk menyelesaikan putaran penuh
pada porosnya sehingga Matahari bisa kembali ke meridian. Rata-rata kecepatan orbit Bumi adalah
29,8 km/s (107.000 km/h), cukup cepat untuk menempuh jarak yang sama dengan diameter planet, atau
sekitar 12.742 km dalam waktu tujuh menit, dan jarak ke Bulan, 384.000 km dalam waktu 3,5 jam.[112]
Bulan berputar dengan Bumi mengelilingi barisentrum setiap 27,32 hari. Saat dipadukan dengan sistem
revolusi Bumi-Bulan mengelilingi Matahari, periode Bulan sinodik dari bulan baru ke bulan baru adalah
29,53 hari. Jika dilihat dari kutub utara langit, gerakan Bumi, Bulan, dan rotasi sumbu mereka berlawanan
dengan jarum jam. Sedangkan jika dilihat dari sudut pandang di atas kutub utara, baik Matahari dan Bumi,
Bumi berputar dengan arah berlawanan mengelilingi Matahari. Bidang orbit dan sumbu Bumi tidak teratur;
sumbu Bumi miring sekitar 23,4 derajat dari serenjang bidang orbit Bumi-Matahari (ekliptika), dan bidang
orbit Bumi-Bulan miring sekitar ±5,1 derajat dari bidang orbit Bumi-Matahari. Tanpa kemiringan ini, akan
muncul gerhana setiap dua minggu, bergantian antara gerhana bulan dan gerhana matahari.[3][113]
Bukit sfer, atau lingkup pengaruh gravitasi Bumi, adalah sekitar 1,5 Gm atau 1.500.000 km di
radius.[114][catatan 14] Ini adalah jarak maksimum saat pengaruh gravitasi Bumi lebih kuat daripada Matahari dan
planet-planet jauh. Objek harus mengorbit Bumi dalam radius ini, atau mereka akan terkena dampak
perturbasi gravitasi Matahari.
Bumi, bersama dengan Tata Surya, terletak di galaksi Bima Sakti dan mengorbit sekitar 28.000 tahun
cahaya dari pusat galaksi. Saat ini, Bumi berada sekitar 20 tahun cahaya di atas bidang galaktik di lengan
spiral Orion.[115]
Kemiringan sumbu dan musim
Artikel utama: Kemiringan sumbu dan Musim

Bumi dan Bulan dari Mars, dipotret oleh Mars Reconnaissance Orbiter. Dari luar angkasa, bentuk Bumi berubah dari
waktu ke waktu, mirip dengan fase bulan.

Karena kemiringan sumbu Bumi, jumlah sinar matahari yang jatuh pada titik tertentu di permukaan Bumi
bervariasi sepanjang tahun. Hal ini menyebabkan perubahan musim pada iklim. Musim panas di belahan
utara terjadi saat Kutub Utara mengarah tepat ke Matahari, dan musim dingin berlangsung di saat
sebaliknya. Ketika musim panas, hari berlangsung lebih lama dan Matahari naik lebih tinggi di langit. Pada
musim dingin, iklim pada umumnya menjadi lebih dingin dan hari berjalan dengan lebih pendek. Di
atas Lingkar Arktik, peristiwa ekstrem terjadi saat tidak ada siang hari dan malam berlangsung lebih dari
24 jam sehubungan dengan fenomena malam kutub. Di belahan selatan, situasinya berkebalikan dengan
Kutub Utara; orientasi Kutub Selatan berlawanan dengan arah Kutub Utara.
Secara astronomis, empat musim ditentukan oleh titik balik matahari – titik saat kemiringan sumbu
maksimum orbit menuju atau menjauh dari Matahari – dan ekuinoks, saat arah kemiringan dan arah
Matahari berada pada satu garis tegak lurus (serenjang). Di belahan utara, titik balik matahari musim
dingin terjadi pada tanggal 21 Desember, titik balik matahari musim panas pada 21 Juni, ekuinoks musim
semi sekitar tanggal 20 Maret, dan ekuinoks musim gugur tanggal 23 September. Di belahan selatan,
situasinya terbalik; titik balik matahari musim panas dan musim dingin terjadi sebaliknya dan ekuinoks
musim semi dan musim gugur dipertukarkan tanggalnya.

Pesawat ruang angkasa Cassini NASA memotret Bumi dan Bulan (terlihat pada kanan bawah) dari Saturnus (19 Juli
2013).

Sudut kemiringan Bumi relatif stabil dalam jangka waktu yang lama. Kemiringan ini mengalami nutasi;
gerakan kecil dan tidak teratur dengan periode utama 18,6 tahun. Orientasi (bukannya sudut) dari sumbu
Bumi juga berubah dari waktu ke waktu, yang mengalami presesi di sekeliling lingkaran penuh setiap
25.800 tahun; presesi inilah yang menyebabkan perbedaan antara tahun sideris dan tahun tropis. Kedua
gerakan ini disebabkan oleh adanya daya tarik yang beragam dari Matahari dan Bulan terhadap tonjolan
khatulistiwa Bumi. Dari sudut pandang Bumi, kutub juga berpindah beberapa meter di sepanjang
permukaan. Gerakan kutub ini memiliki beberapa komponen siklis, yang secara kolektif dikenal
dengan gerakan kuasiperiodik. Selain komponen tersebut, terdapat siklus 14 bulanan yang
dinamakan gerakan Chandler. Kecepatan rotasi Bumi juga bervariasi, yang dikenal dengan fenomena
variasi panjang hari.
Di zaman modern, perihelion Bumi terjadi sekitar tanggal 3 Januari, dan aphelion pada tanggal 4 Juli.
Tanggal ini akan berubah seiring waktu karena proses presesi dan faktor orbital lainnya, yang mengikuti
pola siklus yang dikenal dengan siklus Milankovitch. Perubahan jarak antara Bumi dan Matahari
menyebabkan meningkatnya energi surya yang mencapai Bumi sebesar 6,9%. Karena belahan bumi
selatan miring menghadap Matahari ketika Bumi mencapai jarak terdekatnya dengan Matahari, belahan
selatan menerima energi surya yang lebih banyak jika dibandingkan dengan belahan utara selama setahun.
Dampak fenomena ini jauh lebih besar daripada perubahan energi total yang disebabkan oleh kemiringan
sumbu, dan sebagian besar kelebihan energi tersebut diserap oleh air dalam jumlah banyak di belahan
selatan.

Kelayakhunian

Kawah tubrukan meteor, saat ini dipenuhi oleh air, menandai permukaan Bumi.

Sebuah planet yang bisa mendukung kehidupan disebut dengan planet layak huni, meskipun kehidupan
tersebut tidak berasal dari sana. Bumi memiliki air – lingkungan tempat molekul organik kompleks merakit
diri dan berinteraksi, dan memiliki energi yang cukup untuk mempertahankan metabolisme.[120] Jarak Bumi
dari Matahari, eksentrisitas orbit, laju rotasi, kemiringan sumbu, sejarah geologi, atmosfer, dan medan
magnet pelindung merupakan faktor-faktor yang bersumbangsih terhadap kondisi iklim di permukaan
Bumi saat ini.

Mars
Mars adalah planet terdekat keempat dari Matahari. Namanya diambil dari dewa perang Romawi, Mars.
Planet ini sering dijuluki sebagai "planet merah" karena tampak dari jauh berwarna kemerah-kemerahan.
Ini disebabkan oleh keberadaan besi(III) oksida di permukaan planet Mars. Mars adalah planet
bebatuan dengan atmosfer yang tipis. Di permukaan Mars terdapat kawah, gunung berapi, lembah, gurun,
dan tudung es. Periode rotasi dan siklus musim Mars mirip dengan Bumi. Di Mars berdiri Olympus Mons,
gunung tertinggi di Tata Surya, dan Valles Marineris, lembah terbesar di Tata Surya. Selain itu, di belahan
utara terdapat cekungan Borealis yang meliputi 40% permukaan Mars.
Lingkungan Mars lebih bersahabat bagi kehidupan dibandingkan keadaan Planet Venus. Namun begitu,
keadaannya tidak cukup ideal untuk manusia. Suhu udara yang cukup rendah dan tekanan udara yang
rendah, ditambah dengan komposisi udara yang sebagian besar karbondioksida, menyebabkan manusia
harus menggunakan alat bantu pernapasan jika ingin tinggal di sana. Misi-misi ke planet merah ini, sampai
penghujung abad ke-20, belum menemukan jejak kehidupan di sana, meskipun yang amat sederhana.
Planet ini memiliki 2 buah satelit, yaitu Phobos dan Deimos. Planet ini mengorbit selama 687 hari dalam
mengelilingi Matahari. Planet ini juga berotasi. Kala rotasinya 25,62 jam.
Di planet Mars, terdapat sebuah kenampakan unik di daerah Cydonia Mensae. Kenampakan ini merupakan
sebuah perbukitan yang bila dilihat dari atas tampak sebagai sebuah wajah manusia. Banyak orang yang
menganggapnya sebagai sebuah bukti dari peradaban yang telah lama musnah di Mars, walaupun pada
masa kini, telah terbukti bahwa kenampakan tersebut hanyalah sebuah kenampakan alam biasa.

Ciri-ciri:
Mars memiliki jari-jari sekitar setengah dari jari-jari Bumi. Planet ini kurang padat bila dibandingkan
dengan Bumi, dan hanya mempunyai sekitar 15% volume dan 11% massa Bumi. Luas permukaannya lebih
kecil dari jumlah wilayah kering di Bumi. Mars lebih besar daripada Merkurius, tetapi Merkurius lebih
padat. Akibatnya kedua planet mempunyai tarikan gravitasi yang hampir mirip di permukaan—dan tarikan
Mars lebih kuat sekitar kurang dari 1%. Ukuran, massa, dan gravitasi permukaan Mars berada "di antara"
Bumi dan Bulan (diameter Bulan hanya setengah dari Mars, sementara Bumi dua kalinya; Bumi sembilan
kali lebih besar dari Mars, dan Bulan satu per sembilannya). Kenampakan permukaan Mars yang merah-
jingga diakibatkan oleh keberadaan besi(III) oksida, yang lebih dikenal dengan nama hematite.
Sejarah geologi Mars dapat dibagi menjadi beberapa masa, tetapi berikut adalah tiga masa utama:

 Masa Noachis (dinamai dari Noachis Terra): Pembentukan permukaan tertua Mars, antara 4,5 miliar
hingga 3,5 miliar tahun yang lalu. Permukaan dari masa Noachis dipenuhi kawah tubrukan yang besar.
Tonjolan Tharsis, dataran tinggi vulkanik, diduga terbentuk pada masa ini. Pada akhir masa ini banjir
besar juga terjadi.
 Masa Hesperia (dinamai dari Hesperia Planum): 3,5 miliar tahun yang lalu hingga 2,9–3,3 miliar
tahun yang lalu. Masa ini ditandai dengan pembentukan dataran lava.
 Masa Amazonis (dinamai dari Amazonis Planitia): 2,9–3,3 miliar tahun yang lalu hingga
sekarang. Olympus Mons terbentuk pada periode ini, dan begitu pula aliran lava lain.
Aktivitas geologi masih berlangsung di Mars. Athabasca Valles merupakan tempat mengalirnya lava sejak
200 juta tahun yang lalu. Aliran air di graben Cerberus Fossae muncul sekitar 20 juta tahun yang lalu, yang
merupakan tanda-tanda terjadinya intrusi vulkanik. Pada 19 Februari 2008, citra yang diabadikan
oleh Mars Reconnaissance Orbiter menunjukkan bukti terjadinya longsor di tebing setinggi 700 m.

Jupiter adalah planet terdekat kelima dari Matahari setelah Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars.
Planet ini juga merupakan planet terbesar di Tata Surya. Jupiter merupakan raksasa
gas dengan massa seperseribu massa Matahari dan dua setengah kali jumlah massa semua
planet lain di Tata Surya. Planet ini dan raksasa gas lain di Tata Surya (yaitu Saturnus, Uranus,
dan Neptunus) kadang-kadang disebut planet Jovian atau planet luar. Jupiter telah dikenal oleh
para astronom sejak zaman kuno, dan dikaitkan dengan mitologi dan kepercayaan religius
banyak peradaban. Bangsa Romawi menamai planet ini dari dewa Jupiter dalam mitologi
Romawi. Saat diamati dari Bumi, magnitudo tampak Jupiter dapat mencapai −2,94, yang cukup
terang untuk menghasilkan bayangan, dan juga menjadikannya objek tercerah ketiga di langit
malam setelah Bulan dan Venus, walaupun Mars dapat menyaingi kecerahan Jupiter pada saat
tertentu.
Jupiter sebagian besar terdiri dari hidrogen dan helium. Seperempat massa Jupiter
merupakan helium, walaupun jumlahnya hanya sepersepuluh komposisi Jupiter. Planet ini
mungkin memiliki inti berbatu yang terdiri dari unsur-unsur berat, namun tidak memiliki
permukaan yang padat layaknya raksasa gas lainnya. Akibat rotasinya yang cepat, planet ini
berbentuk bulat pepat (terdapat tonjolan di sekitar khatulistiwa Jupiter). Atmosfer luar terbagi
menjadi beberapa lapisan di lintang yang berbeda, dan interaksi antara batas-batas lapisan
tersebut menghasilkan badai. Salah satu dampaknya adalah Bintik Merah Raksasa, yaitu badai
besar yang telah diketahui keberadaannya semenjak abad ke-17 dengan
menggunakan teleskop. Di sekeliling Jupiter terdapat cincin yang tipis dan magnetosfer yang
kuat. Selain itu terdapat paling tidak 67 satelit alami, termasuk empat satelit besar yang
disebut satelit-satelit Galileo yang pertama kali ditemukan oleh Galileo Galilei pada tahun 1610.
Satelit terbesar Jupiter, yaitu Ganymede, memiliki diameter yang lebih besar daripada
planet Merkurius.
Jupiter telah dijelajahi beberapa kali oleh wahana robotik, seperti misi terbang
lintas Pioneer, Voyager, dan Galileo. Wahana terakhir yang mengunjungi Jupiter adalah
wahana New Horizons pada akhir Februari 2007 saat sedang menuju Pluto. Wahana tersebut
menggunakan bantuan gravitasi dari Jupiter untuk membantu meningkatkan kecepatannya. Ke
depannya, beberapa satelit yang mengelilingi Jupiter mungkin akan dijelajahi, seperti
satelit Europa yang mungkin memiliki samudra cair di bawah lapisan esnya.

Atmosfer atas Jupiter terdiri dari 88–92% hidrogen dan 8–12% helium berdasarkan persen
volume atau fraksi molekul. Karena massa atom helium empat kali lebih besar dari massa atom
hidrogen, komposisi berubah bila dideskripsikan berdasarkan proporsi massa. Maka, atmosfer
Jupiter terdiri dari 75% hidrogen dan 24% helium berdasarkan massa, dengan satu persen
sisanya merupakan massa unsur-unsur lainnya. Bagian dalam Jupiter mengandung materi yang
lebih padat sehingga persebarannya berdasarkan massa kurang lebih 1% hidrogen, 24% helium,
dan 5% unsur lain. Atmosfer Jupiter mengandung metana, uap air, amonia, dan senyawa
berbasis silikon. Terdapat pula karbon, etana, hidrogen sulfida, neon, oksigen, fosfin, dan sulfur.
Lapisan atmosfer terluar mengandung kristal amonia beku.[16][17] Melalui
pengukuran inframerah dan ultraviolet, keberadaan benzena dan hidrokarbon lain juga
ditemukan.[18]
Proporsi hidrogen dan helium di atmosfer hampir sama dengan komposisi nebula
matahari primordial secara teoretis. Kandungan neon di atmosfer atas hanya 20 bagian per juta,
kurang lebih sepersepuluh dari Matahari.[19] Kandungan helium juga terkuras hingga hanya 80%
dari komposisi helium Matahari. Hal ini mungkin disebabkan oleh presipitasi unsur tersebut di
bagian dalam planet.[20] Keberlimpahan gas lembam berat di atmosfer Jupiter kurang lebih dua
hingga tiga kali kandungan di Matahari.
Spektroskopi menunjukkan bahwa komposisi Saturnus mirip dengan Jupiter, namun raksasa-
raksasa gas lain, yaitu Uranus dan Neptunus, relatif memiliki lebih sedikit hidrogen dan helium.

Massa

Massa Jupiter 2,5 kali lebih besar dari massa seluruh planet lain di Tata Surya—planet ini begitu
besar sehingga barisenter Jupiter dengan Matahari berada di luar permukaan Matahari pada
jarak 1,068 radius matahari dari pusat Matahari. Walaupun diameter Jupiter sepuluh kali lebih
besar dari Bumi, kepadatannya lebih rendah. Volume Jupiter kurang lebih 1.321 kali Bumi, tetapi
massanya hanya 318 kali Bumi. Jari-jari planet ini tercatat sebesar 1/10 radius matahari, dan
massanya 0,001 kali massa matahari, sehingga kepadatan dua objek tersebut serupa."Massa
Jupiter" (MJ or MJup) seringkali digunakan sebagai satuan untuk mendeskripsikan massa objek
lain, terutama planet luar surya dan katai coklat. Misalnya, planet luar surya HD 209458
b memiliki massa sebesar 0,69 MJ, sementara massa Kappa Andromedae b tercatat sebesar
12,8 MJ.
Berdasarkan permodelan teoretis, jika Jupiter memiliki massa yang lebih rendah, planet ini akan
menciut. Bila massa sedikit berubah, jari-jari tidak akan banyak berubah, dan bila massa lebih
besar dari 500 M⊕ (1,6 massa Jupiter). bagian dalam Jupiter akan terkompresi akibat
peningkatan gaya gravitasi sehingga volume planet akan berkurang walaupun jumlah materi
bertambah. Akibatnya, Jupiter diduga memiliki diameter terbesar yang dapat dicapai oleh planet
dengan komposisi dan sejarah evolusioner semacam itu. Proses penciutan yang diiringi dengan
peningkatan massa akan berlanjut hingga berlangsung ignisi bintang seperti yang terjadi
pada katai coklat dengan massa sekitar 50 massa Jupiter.
Walaupun massa Jupiter harus 75 kali lebih besar untuk memfusikan hidrogen dan
menjadi bintang, jari-jari bintang katai merah terkecil hanya 30 persen lebih besar daripada
Jupiter. Walaupun begitu, Jupiter menghasilkan lebih banyak panas daripada yang diterima dari
Matahari; panas yang dihasilkan dalam suatu planet biasanya tidak berbeda dari jumlah radiasi
matahari yang diterima.Panas tambahan ini dihasilkan oleh mekanisme Kelvin–
Helmholtz melalui kontraksi adiabatik. Proses ini membuat Jupiter mengecil dengan laju 2 cm
per tahun. Saat pertama kali terbentuk, Jupiter jauh lebih panas dan diameternya dua kali lebih
besar dari diameter saat ini.

Orbit dan rotasi

Pusat massa Jupiter dengan Matahari terletak di luar Matahari, walaupun hanya pada jarak
1,068 radius Matahari dari pusat Matahari. Rata-rata jarak antara Jupiter dengan Matahari
adalah 778 juta km (sekitar 5,2 rata-rata jarak Bumi dari Matahari, atau 5,2 SA) dan planet ini
menyelesaikan orbitnya setiap 11,86 tahun. Periode orbit Jupiter merupakan dua per lima
periode orbit Saturnus, sehingga menghasilkan resonansi orbit 5:2 antara dua planet terbesar di
Tata Surya. Jupiter yang elips terinklinasi 1,31° bila dibandingkan dengan Bumi.
Karena eksentrisitas orbit Jupiter tercatat sebesar 0,048, selisih
antara perihelion dan aphelion Jupiter adalah 75 juta km.
Kemiringan sumbu Jupiter relatif kecil: hanya 3,13°. Akibatnya planet ini tidak mengalami
perubahan musim yang signifikan, terutama bila dibandingkan dengan Bumi dan Mars.
Rotasi Jupiter merupakan yang tercepat di antara planet-planet di Tata Surya; Jupiter hanya
memerlukan waktu selama sepuluh jam untuk menyelesaikan rotasinya. Akibatnya
terdapat tonjolan khatulistiwa yang dapat dilihat dengan menggunakan teleskop amatir di Bumi.
Planet ini berbentuk bulat pepat, atau dalam kata lain diameter di garis khatulistiwa lebih panjang
daripada diameter di antara kutub-kutub Jupiter. Diameter khatulistiwa planet ini adalah 9275 km
(5763 mi) yang lebih panjang daripada diameter antar kutub.
Jupiter bukan planet yang padat, sehingga atmosfer atasnya mengalami rotasi diferensial. Rotasi
atmosfer di kutub Jupiter 5 menit lebih lama daripada atmosfer di khatulistiwa. Terdapat tiga
sistem yang digunakan sebagai kerangka acuan untuk mencatat pergerakan ketampakan
atmosferik. Sistem I berlaku dari lintang 10° U hingga 10° S; periode di sini merupakan yang
tercepat di Jupiter, yaitu 9 jam 50 menit 30,0 detik. Sistem II berlaku di sebelah utara dan selatan
lintang pada sistem I; periodenya tercatat sebesar 9 jam 55 menit 40,6 detik. Sistem III pertama
kali didefinisikan oleh astronom radio dan terkait dengan rotasi magnetosfer Jupiter; periodenya
merupakan periode rotasi Jupiter yang resmi.

Anda mungkin juga menyukai