PENDAHULUAN
1
secara internasional. Risiko juga semakin bertambah dengan adanya pengaruh
akibat perubahan kurs, tingkat suku bunga dan inflasi.
Para petani dalam arti luas yaitu yang bergerak di bidang tanaman
pangan, perkebunan, perikanan, dan peternakan ini secara bertahap harus
diberdayakan dan diperkenalkan dengan berbagai instrumen modern seperti
perbankan, asuransi, dan berbagai instrumen manajemen risiko (risk
management) antara lain adalah Perdagangan Berjangka Komoditi (Futures
Trading). Di negara maju, risiko fluktuasi harga komoditas pertanian dapat
dikelola atau dialihkan, sehingga bisa diminimalkan dengan melakukan
hedging (lindung nilai) di Bursa Berjangka. Instrumen inilah yang mulai
2
diperkenalkan kepada para petani dan pelaku bisnis di Indonesia agar dapat
bertahan dalam persaingan.
3
melalui kegiatan lindung nilai (hedging). Harga sebagai unsur penting dalam
pengambilan keputusan sangat sulit diakses oleh para petani. Para petani
hanya menerima harga yang ditetapkan oleh para pedagang perantara, karena
tidak adanya alternatif informasi harga, sehingga daya tawar menawar petani
menjadi sangat lemah Harga merupakan suatu unsur penting sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan (Ridwan Kurnaen, 2001:3)
4
penulis merasa bahwa persoalan ini perlu dikaji secara serius dan mendalam,
agar dapat dipraktekkan dengan berpegang pada aturan hukum yang ada,
baik hukum nasional maupun hukum Islam, sehingga tidak ada lagi keraguan
untuk melakukan bisnis ini dalam usaha menghadapi era modernisasi.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Objektif
a. Mengetahui karakteristik Perdagangan Berjangka Komoditi dalam
hukum positif Indonesia.
b. Mengetahui karakteristik transaksi salam dalam hukum Islam
2. Tujuan Subjektif
a. Memenuhi prasyarat guna memperoleh gelar sarjana hukum
b. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan wawasan penulis
c. Memberikan sumbangan pemikiran secara ilmiah khususnya mengenai
komparasi Perdagangan Berjangka Komoditi dalam hukum positif
Indonesia dan transaksi salam dalam hukum Islam
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara umum, penelitian ini dapat bermanfaat memberikan sumbangan
pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum khususnya hukum dagang dan
hukum Islam mengenai perbandingan karakteristik Perdagangan
Berjangka Komoditi dalam hukum positif Indonesia dengan transaksi
salam dalam hukum Islam.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk memberi jawaban atas permasalahan yang diteliti
b. Sebagai bahan perbandingan dan informasi bagi pelaku usaha yang
berkeinginan menekuni Perdagangan Berjangka Komoditi dan
transaksi salam sehingga tidak ada keraguan lagi mengenai aspek
hukumnya, baik hukum positif Indonesia maupun hukum Islam.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
6
kepustakaan (library research), yaitu penelitian hukum yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier
(Triwibowo, 2003:11). Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum
normatif mencakup lima macam penelitian, yaitu penelitian terhadap asas-
asas hukum, penelitian terhadap sisitematika hukum, penelitian terhadap
taraf sinkronisasi hukum, penelitian perbandingan hukum dan penelitian
sejarah hukum.
7
dalam mengadakan unifikasi, kepastian hukum maupun penyederhanaan
hukum (Soerjono Soekanto: 1986:263)
2. Sifat Penelitian
3. Pendekatan Penelitian
4. Jenis Data
8
Ciri-ciri umum data sekunder adalah:
a). pada umumnya data sekunder dalam keadaan siap terbuat dan dapat
digunakan dengan segera (ready-made)
b). bentuk dan isi data sekunder telah dibentuk dan diisi oleh peneliti-
peneliti terdahulu
c). tidak terbatas oleh waktu maupun tempat (Soerjono Soekanto & Sri
Mamudji, 2001:24 )
5. Sumber Data
Dalam suatu penelitian terdapat dua sumber data yaitu data primer
dan data sekunder. Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian
hukum ini adalah sumber data sekunder, yaitu sumber data yang diperoleh
dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum
tersier. Menurut Soerjono Soekanto, data sekunder (dalam hukum positif
Indonesia) ditinjau dari kekuatan mengikatnya dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
a). Bahan hukum primer,
yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yang terdiri dari :
(1) Norma (kaidah) dasar, yaitu pembukaan UUD 1945
(2) Peraturan dasar, yaitu Batang Tubuh UUD 1945
(3) Peraturan Perundang-undangan, dalam penulisan hukum ini yang
penulis gunakan adalah :
(a) Undang-undang No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan
Berjangka Komoditi
(b) Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan perdagangan Berjangka Komoditi
(c) Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 119 Tahun 2001
tentang Komoditi Yang Dapat Dijadikan Subjek Kontrak
Berjangka
(4) Bahan hukum dari zaman penjajahan yang hingga kini masih
berlaku, seperti KUH Perdata.
9
b). Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti:
(1) paket peraturan Bappebti baik berupa Surat Keputusan maupun
Surat Edaran Kepala Bappebti
(2) hasil karya ilmiah para sarjana yaitu berupa skripsi
c). Bahan hukum tersier atau penunjang, yaitu bahan yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder, misalnya kamus, ensiklopedia hukum, bahan dari
internet, dan lain-lain (Soerjono Soekanto, 1986:52)
10
menafsirkan ayat-ayat Al Quran, penguat hukum yang sudah ada
dalam Al Quran, menetapkan dan membentuk hukum yang tidak
terdapat dalam Al Quran. Secara harfiah kata Sunnah berarti jalan,
sedangkan menurut istilah berarti “segala sesuatu yang dinukilkan
dari nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun ketetapan”.
Ditinjau dari isinya, As Sunnah dibagi menjadi menjadi tiga yaitu:
(a) Sunnah qauliyah yaitu ucapan Nabi Muhammad Saw yang
berhubungan dengan perkara dalam agama Islam
(b) Sunnah fi’liyah yaitu perbuatan atau perilaku Nabi Muhammad
Saw yang berhubungan dengan perkara dalam agama Islam
(c) Sunnah taqririyah yaitu ketetapan Nabi Muhammad Saw atas
perikatan-perikatan atau perbuatan para sahabat yang
berhubungan dengan perkara dalam agama Islam (Indianto S,
2005:11)
b). Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti pendapat para
ulama, pandangan mazhab-mazhab, hasil-hasil penelitian, dan lain-
lain.
c). Bahan hukum tersier atau penunjang, yaitu bahan yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder, misalnya kamus, ensiklopedia hukum Islam, bahan
dari internet, dan lain-lain. Dalam penulisan hukum, ini bahan hukum
tersier yang penulis gunakan adalah:
(1) Ensiklopedi Hukum Islam Jilid III
(2) Ensiklopedi Fikih Umar Bin Khatab
(3) Data dari internet
11
mengkaji, dan mempelajari bahan pustaka baik berupa peraturan
perundang-undangan, artikel dari internet, makalah seminar nasional,
jurnal, dokumen, dan data-data lain yang mempunyai kaitan dengan pokok
permasalahan yang diteliti.
12
F. Sistematika Skripsi
Bab Pertama
Berupa pendahuluan yang terdiri dari sub bab latar belakang masalah
munculnya Perdagangan Berjangka Komoditi, yang dalam hukum Islam
mempunyai kesamaan dengan transaksi salam. Selain itu juga menguraikan
tentang perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, dan sistematika skripsi.
Bab Kedua
Berupa tinjauan pustaka yang terdiri dari sub bab kerangka teori dan kerangka
pemikiran dari permasalahan yang dibahas dalam penelitian hukum ini.
Kerangka teori terdiri dari empat tinjauan yaitu tinjauan umum perjanjian,
tinjauan umum tentang pasar, tinjauan umum Perdagangan Berjangka
Komoditi dan tinjauan umum transaksi salam.
Bab Ketiga
Berupa penelitian dan pembahasan yang dikaitkan dengan perumusan masalah
yaitu menguraikan tentang karakteristik perdagangan berjangka komoditi yang
diatur dalam Undang-undang No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan
Berjangka Komoditi, dan karakteristik transaksi salam yang diatur dalam
hukum Islam.
Bab Keempat
Berupa penutup yang merupakan penutup dari keseluruhan rangkaian
pembahasan yang terdiri dari sub bab kesimpulan dan saran-saran yang
sekiranya perlu penulis sampaikan dalam penulisan hukum ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
Berisi berbagai sumber pustaka yang dikutip dalam penulisan hukum ini
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Berisi instrumen-instrumen penelitian
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
15
boleh bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan
kesusilaan.
16
Asas pacta sunt servanda disebut juga asas kepastian hukum
yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas ini terdapat
dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata (Salim H.S,
2005:10)
(d) Asas Itikad Baik
Asas ini terdapat dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata
yang berbunyi “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad
baik”.
(e) Asas Kepribadian (Personalitas)
Asas kepribadian adalah asas yang menentukan bahwa
seseorang yang akan melakukan dan atau membuat kontrak
hanya untuk kepentingan perseorangan saja (Salim H.S,
2005:12)
17
(c) suatu hal tertentu
(d) suatu sebab yang halal
(3) Wanprestasi
18
(1) membayar kerugian kepada kreditur atau yang disebut dengan
ganti rugi
(2) pembatalan perjanjian
(3) peralihan risiko
(4) membayar biaya perkara, bila sampai diperkarakan ke
pengadilan (Soebekti, 1976:45)
19
ulama fikih juga memperbolehkan adanya jual beli melalui
perantara maupun media tertentu (misal: melalui telepon,
surat-menyurat, dan lain-lain). Zaman sekarang,
perwujudan ijab kabul tidak harus diucapkan, tetapi
dilakukan dengan tindakan, pembeli mengambil barang dan
membayarnya sedangkan penjual menyerahkan barang
tanpa ucapan apapun, misalnya jual beli di pasar swalayan
(Ensiklopedi Hukum Islam Jilid 3, 1997:830)
(c) Barang yang diperjual belikan
Adapun barang yang diperjual belikan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
i) barangnya ada, apabila tidak ada di tempat pihak penjual
menyatakan kesanggupan untuk mengadakan barang
tersebut
ii) milik seseorang
iii) dapat diserahkan saat akad berlangsung, atau pada waktu
yang disepakati bersama ketika transaksi berlangsung
(Ensiklopedi Hukum Islam Jilid 3, 1997:830)
(d) Ada nilai tukar pengganti barang (harga barang)
Menurut ulama fikih ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi antara lain: (Ensiklopedi Hukum Islam Jilid 3,
1997:831)
i) harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas
jumlahnya
ii) pembayarannya bisa diserahkan pada waktu akad, bila
tidak maka harus jelas kapan waktu pembayarannya
iii) bila jual beli barter, maka barang yang dijadikan nilai tukar
adalah barang yang diperbolehkan oleh syara’
20
amanat, atau sesuatu yang berhubungan dengan kepercayaan (trust)
yang telah dibuat.
21
with one another over those areas. On other hand a market may mean
only a handful of people if the persons in contract with one another for
the purpose of exchanging some commodity are few in number”.
Dari penjelasan tersebut, istilah pasar dapat dipandang dari dua sisi
yaitu dalam arti sempit dan arti luas (Winardi, 1987: 318)
22
pembeli maupun yang tidak berbentuk fisik yang memungkinkan
terlaksananya pertukaran. Minat dan daya beli merupakan persyaratan
pertukaran (Fandy Tjiptono, 1995: 55)
23
(1) Pasar konkrit/nyata yaitu apabila barang yang diperjual belikan
terdapat dalam pasar itu setelah jual beli barang diserahkan dengan
pembayaran tunai atau kredit.
(2) Pasar abstrak atau bursa yaitu apabila jual beli barang dilakukan
berdasarkan contoh-contoh standar (barang fungibel), adapun
pelaksanaan dan pembayaran berdasarkan contoh standar dan
kontrak yang telah dibuat (Arifinal Chaniago dan Mudjihardjo,
1980: 24)
24
diperdagangkan dengan masa penyerahan (akhir jangka kontrak)
yang telah ditentukan pada harga yang terbentuk oleh mekanisme
pasar di suatu bursa berjangka (www.Indofutop.com, 2005)
(1) Di Dunia
25
terutama dalam rangka penyusunan rencana jangka panjang. Akan
tetapi forward contract mempunyai kelemahan yaitu dalam hal
standar kualitas dan waktu pengiriman. Seringkali pembeli dan
pedagang tidak menepati komitmen forward contract yang telah
dibuatnya sehingga pada tahun 1865, CBOT memformulasikan
standar kontrak menjadi futures contract atau yang lebih dikenal
dengan futures marke/futures trading (perdagangan berjangka)
(Johanes A.W, 2005: 3)
(2) Di Indonesia
26
Indonesia sebagai negara yang kaya akan Sumber Daya Alam
(SDA) seperti kopi, kayu lapis, cokelat, dan lainnya sehingga
potensial untuk mengadakan sistem perdagangan ini. Saat ini
perdagangan komoditi di Indonesia masih bertumpu pada kegiatan
pasar fisik (spot) dengan keharusan untuk menyerahkan atau
menerima secara fisik pada saat jatuh tempo (Lie Ricky F. dkk,
2006: 21)
27
Berdasarkan Pasal 79 UU No. 32 Tahun 1997, sebelum
dibentuk Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi
(Bappebti) secara resmi, maka tugas, fungsi, dan kewenangan
Bappebti dilaksanakan oleh Badan Pelaksana Bursa Komoditi
(Bapebti). Bapebti dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah
No.35 Tahun 1982 tentang Bursa. Secara kelembagaan, Bappebti
yang ada sekarang merupakan pengalihan fungsi dari Bapebti
(www.Bappebti.go.id, 2004)
28
disingkat BBJ resmi mendapat izin dari Bappebti setelah melalui
perjuangan yang panjang dan melelahkan (www.Jakarta Futures
29
menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan oleh beberapa orang
untuk tukar menukar hak dan kewajiban, atau disebut juga hukum yang
berkaitan dengan tindakan hukum manusia dalam persoalan keduniaan
(Nasrun H, 2000:15). Ulama Syafi’iyah menekankan penggunaan
istilah al salam dalam kalimat transaksi dengan alasan bahwa al aqd al
salam adalah bay al ma’dum dengan sifat dan cara berbeda dari akad
jual beli (bay) pada umumnya (Juhaya S. Praja, 2001:6)
30
pembayarannya (advance payment) pada saat kontrak dibuat (Iggi
H.Achsien, 2003:57)
(5 Salam adalah jual beli dengan ketentuan si pembeli membayar saat
ini untuk barang yang akan diterimanya di masa mendatang
(Adiwarman Karim , 2002:92)
Islam berada pada posisi yang adil dan memainkan peran secara
adil dalam hubungan bisnis terhadap semua pihak dan melarang
transaksi yang tidak adil serta eksploitasi terhadap manusia. Islam
mendukung dan menekankan pada permainan yang adil dalam setiap
hubungan bisnis. Mengenai prinsip-prinsip hukum muamalah Islam,
menurut Ahmad Azhar Basyir adalah sebagai berikut:
(1) Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah mubah, kecuali
yang ditentukan lain oleh Al Quran dan sunah Rasul
Sebagaimana telah dijelaskan dalam kaidah ushul fiqih yaitu :
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya”
(2) Muamalah dilakukan atas dasar sukarela, tanpa mengandung
unsur-unsur paksaan
(3) Muamalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan
manfaat dan menghindarkan mafsadat dalam kehidupan
bermasyarakat
31
(4) Muamalah dilaksanakan untuk memelihara nilai keadilan,
menghindarkan unsur-unsur penganiayaan dan pengambilan
kesempatan dalam kesempitan (Nurbaeti, 2003:14)
32
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan
riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada
Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. (Q.S Ali
Imran : 130)
33
menyaksikan transaksi itu, mereka semua sama (dalam
berbuat dosa)” (H.R Muslim)
34
melarang melakukan jual beli barang yang sama jenisnya,
kecuali jumlah dan kualitasnya sama (Muhammad
Rawas,1999: 49)
(b) Riba Nasiah
Riba Nasiah atau disebut riba duyun yaitu riba yang timbul
akibat hutang piutang yang tidak memenuhi kriteria untung
muncul bersama risiko (al ghannu bil ghurm), dan hasil
usaha muncul bersama biaya (al kharajbi dhaman). Transaksi
seperti ini mengandung pertukaran kewajiban menanggung
beban hanya karena berjalannya waktu. Riba nasiah adalah
penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang
ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi
lainnya.
(c) Riba Jahiliyah
Riba Jahiliyah disebut juga pre Islamic riba, hal ini terjadi
karena hutang dibayar lebih dari pokoknya, karena peminjam
tidak mampu mengembalikan hutangnya pada waktu yang
telah ditetapkan. Riba ini dilarang sesuai kaidah “kullu qardin
jarra manfaah fahuwa riba” yang berarti setiap pinjaman
yang mengambil manfaat adalah riba (Adiwarman Karim,
2004:32-37)
35
(c) Pertukaran barang yang sama nilai atau harganya tetapi
berbeda jenis dan kuantitasnya, serta dilakukan secara kredit
mengandung unsur riba. Pertukaran ini akan terbebas dari
unsur riba apabila dilakukan secara tunai.
(d) Pertukaran barang yang berbeda jenis, nilai, dan
kuantitasnya, baik secara kredit maupun tunai, terbebas dari
unsur riba.
(e) Dalam perekonomian yang berasaskan uang, yang harga
barang ditentukan dengan standar mata uang suatu Negara,
pertukaran suatu barang yang sama dengan kuantitas yang
berbeda diperbolehkan (Heri Sudarsono, 2004:16)
36
Gharar sangat terkait dengan adanya unsur judi atau
gambling. Secara fiqih, perjudian diartikan sebagai permainan
dengan salah satu pihak harus menanggung beban pihak lainnya
sebagai akibat hasil permainan tersebut (Adiwarman Karim,
2004:206). Ajaran Islam sangat mementingkan faktor kebenaran
dan kejujuran dalam suatu transaksi, sehingga segala bentuk
penipuan, sikap eksploitasi, dan membuat pernyataan palsu adalah
dilarang. Perdagangan yang yang semata-mata berdasarkan
spekulasi yang melibatkan risiko dan ketidak pastian dilarang
dalam Islam.
37
“…dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak
panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah
kefasikan….”(Q.S Al Maidah:3)
38
pertama adalah kurangnya informasi atau pengetahuan pihak yang
melakukan kontrak, sedangkan yang kedua karena tidak adanya
objek. Meskipun begitu, diperbolehkan melakukan transaksi
dengan objek yang secara aktual belum ada, dengan syarat bahwa
pihak yang melakukan transaksi memiliki kontrol untuk bisa
memastikannya di masa depan.
39
Prinsip ini terdapat dalam Q.S Al Maidah ayat 1 yang menjelaskan
bahwa perdagangan akan berjalan lancar apabila para pihak yang
terlibat dalam akad, setia untuk memenuhi janji sehingga jumlah
uang yang ditentukan dalam akad dapat diserahkan dan barang
yang dipesan dapat diserahkan pada waktu yang telah ditentukan
dalam akad.
(4) Dibuat secara tertulis
Prinsip ini terdapat dalam Q.S Al Baqarah ayat 283, hal ini
dimaksudkan agar tidak menimbulkan sengketa dalam
pelaksanaan/pemenuhan janjinya.
(5) Perdagangan harus berjalan seimbang antara biaya yang
dikeluarkan dengan keuntungan yang diharapkan sebagaimana
terdapat dalam Q.S Al Isra ayat 29 Selain prinsip-prinsip tersebut
diatas, Islam juga menempatkan dan memberikan kebebasan
kepada pelaku ekonomi dalam menentukan harga pasar, karena
turun naiknya harga secara secara normal ditentukan oleh
mekanisme pasar (Abdur Rochim, 2001:6-7)
40
menanggung beban sarana sosial dan fisik, serta mengatur sistem
keamanan masyarakat (Muh. Nejatullah A, 1991:91)
41
berdasarkan hadist tersebut diatas (Abdur Rochim, 2001:4).
Berdasarkan landasan surat Al Baqarah ayat 282 dan hadits
tersebut diatas, Ibn Al Mundzir menyatakan bahwa pakar atau
ahlu al ilm bersepakat bahwa al salam atau transaksi salam
hukumnya boleh. Selain itu, transaksi jual beli dengan cara ini
diperlukan oleh manusia berdasarkan kenyataan bahwa para
petani (arbab al zuru’ wa al tsaman) dan para pemilik usaha
niaga, memerlukan pembiayaan dalam pengelolaan
perusahaannya sehingga dapat menghasilkan komoditas layak
jual (buah dan biji sudah matang). Maka transaksi salam
diizinkan berdasarkan prinsip pemenuhan kebutuhan (Daf’an
Llilhajah) (Juhaya S. Praja, 2001:5-6)
Jual Beli
Transaksi Perdagangan
Salam Berjangka
Komoditi
Al Qura’an UU No. 32
Sunnah Tahun
Ijtihad 1997
42
Persamaan
Perbedaan
BAB III
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
43
(risk) dan ketidakpastian (uncertainty). Demikian juga dalam setiap
kegiatan perdagangan, pengusaha dihadapkan pada risiko kerugian yang
selalu melekat dalam kegiatan usahanya. Menurut kamus Webster’s Third
News International Dictionary (1963), istilah risiko atau risk dimaksudkan
pada terjadinya kemungkinan merugi atau the possibility of loss, jadi
peluang akan terjadinya diketahui terlebih dahulu. Sedangkan uncertainty
adalah sesuatu yang tidak bisa diramalkan sebelumnya, oleh karena itu
peluang terjadinya kerugian belum diketahui sebelumnya (Soekartawi dkk,
1993: 13-14)
44
kecendrungan perubahan jenis, serta selera konsumen merupakan beberapa
contoh fungsi pemasaran yang informasinya dibutuhkan dalam
pengembangan sistem dan usaha agribisnis.
45
ada kebijaksanaan pemerintah yang merugikan pihak-pihak
tertentu hanya saja kebijaksanaan ini belum atau tidak berjalan
sebagaimana mestinya sehingga menjadi kendala yang cukup
berarti dalam usaha pertanian.
(2) Kondisi pasar luar negeri
Adanya kondisi pasar luar negeri (world market) yang kurang
menguntungkan, kondisi ini kadang-kadang diciptakan oleh
negara-negara lain bahkan oleh negara maju. Politik
proteksionisme seperti yang diterapkan GATT (General Agreement
on Tariff and Trade) menjadikan harga di pasar dunia tidak
menentu dan untuk komoditi tertentu harganya terus menurun,
misalnya komoditi kopi yang harganya menurun setelah dibekukan
quota (Soekartawi dkk, 1993: 5-6)
46
Lindung nilai bukan kegiatan yang bersifat spekulasi karena untuk
melakukannya membutuhkan pengetahuan yang memadai dan perhitungan
yang cermat. Secara garis besar ada dua jenis lindung nilai (hedging)
yaitu:
(i) Lindung Nilai jual (selling hedge)
Lindung nilai jual (selling hedge/short hedge) merupakan suatu
tindakan mengambil posisi jual pasar berjangka untuk melindungi dari
kemungkinan penurunan harga komoditi yang akan dihasilkan atau
dimilikinya, seperti hasil panen akibat fluktuasi harga. Lindung nilai
jual pada umumnya dilakukan oleh kalangan produsen, termasuk
petani. Cara ini dinamakan selling hedge karena tindakan yang
dilakukan di pasar berjangka adalah menjual, sehingga kemungkinan
kerugian yang diakibatkan oleh turun harga di pasar fisik dapat
dikompensasi den keuntungan dari kontrak jual di pasar berjangka (Lie
Ricky F. dkk, 2006: 75)
(ii) Lindung Nilai Beli (buying hedge)
Lindung nilai beli (buying hedge/long hedge) merupakan tindakan
mengambil posisi beli di pasar berjangka untuk melindungi dari
kemungkinan naiknya harga komoditi yang harus dibeli di pasar fisik.
Dinamakan buying hedge karena cara yang pertama dilakukan adalah
membeli, sehingga kerugian di pasar fisik dapat diimbangi dengan
keuntungan di pasar berjangka. Buying hedge pada umumnya
dilakukan oleh kalangan eksportir, pengolah, dan pemakai bahan baku
seperti pabrikan, guna menjaga kestabilan dan kontinuitas pasokan
atau persediaanya. Mereka membutuhkan bahan baku secara
berkesinambungan pada harga yang wajar, namun mereka sering
dihadapkan pada ketidakpastian harga pada saat melakukan pembelian
bahan baku di pasar fisik (Lie Ricky F. dkk, 2006: 75-76)
47
No Judi Hedging
1 Judi menciptakan risiko bagi Hedging justru merupakan
para pihak yang terlibat di sarana menanggulangi risiko
dalamnya, karena dengan yang sudah ada dalam bisnis.
membeli suatu nomor misalnya, Petani yang menjual kontrak
berarti orang tersebut berjangka melindungi diri dari
menghadapkan dirinya pada risiko jatuhnya harga di masa
risiko hilangnya obyek yang depan, atau pedagang yang
dipertaruhkan. Apabila membeli kontrak berjangka
nomornya keluar memang melindungi dari risiko
mendapat untung, tetapi apabila kenaikan harga yang bisa
tidak keluar maka ia mengalami menggoyahkan keuangan
kerugian karena risiko yang ia usahanya.
ciptakan sendiri.
2 Judi tidak mempunyai fungsi Hedging mempunyai fungsi
ekonomi yang berarti bagi ekonomi yang penting seperti
masyarakat secara keseluruhan penciptaan harga yang stabil.
3 Judi membangkitkan angan- Dalam melakukan hedging,
angan kosong pada seseorang para spekulator tidak
untuk mendapatkan keuntungan menciptakan risiko melainkan
melalui jalan pintas memikulnya (Syamsul Anwar,
2001:9)
Dari apa yang dikemukakan diatas, antara judi dan hedging jelas
berbeda. Perbedaannya dapat dilihat dari beberapa segi terutama dari dasar
keadaan risiko yang dihadapi, proses pengambilan keputusan, dan manfaat
ekonomi. Pada pasar berjangka, risiko yang dihadapi dunia usaha adalah
risiko yang melekat (inherent) yang perlu dikelola, sementara risiko dalam
kegiatan judi adalah yang diciptakan sendiri. Pada judi, keputusan untuk
mengambil posisi semata-mata karena feeling atau untung-untungan,
sementara pada pasar berjangka dalam pengambilan keputusan diperlukan
48
kemampuan analisis fundamental dan atau tehnikal dari berbagai informasi
atau data. Dsamping dilarang agama, judi terbukti banyak menimbulkan
kerugian bagi masyarakat (www.Bappebti.go.id, 2005)
2. Mekanisme Perdagangan
49
menyelenggarakan kegiatan kontrak berjangka sesuai dengan UU No.
32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi. PT. Bursa
Berjangka sebagai badan hukum mempunyai peran yang berbeda
dengan perseroan terbatas pada umumnya. Bursa Berjangka
mempunyai misi khusus yaitu mengelola pasar berjangka dengan
mengutamakan pelayanan terbaik untuk memberikan kemudahan
kepada para anggota bursa ketika melakukan transaksi (Lie Ricky F.
dkk, 2006: 59)
50
Pelaku bursa adalah mereka yang bertindak sebagai produsen,
pedagang atau pemakai, baik perusahaan lokal maupun asing di
bidang komoditi (Johanes A.W, 2005:21)
51
Hedger penjual atau hedger short adalah hedger yang menjual
komoditi secara fisik di pasar pada waktu yang akan datang.
Untuk melindungi harga penjualan komoditinya, hedger
penjual harus menjual Kontrak Berjangka dengan posisi short
(jual). Selling hedger biasanya dilakukan oleh para produsen
terutama petani. Tujuannya adalah untuk melindungi diri dari
kemungkinan penurunan harga komoditi yang akan dihasilkan
atau dimilikinya, seperti hasil panen. Selanjutnya baik hedger
long maupun hedger short harus melakukan offset (menutup)
kontrak yang telah diambil. Jika hedger mengambil posisi beli
di Bursa Berjangka, maka harus melakukan offset dengan
menjual. Demikian pula sebaliknya, jika hedger mengambil
posisi short di Bursa Berjangka maka dia harus menutup
kontraknya dengan membeli di Bursa Berjangka (Johanes A.W,
2005:22-23)
(2) Spekulator
Spekulator adalah pedagang yang mengharap keuntungan terhadap
perubahan harga melalui antisipasi yang tepat. Spekulator atau
spekulan memainkan peran yang sangat penting dalam suatu bursa.
Biasanya spekulan akan meningkatkan likuiditas pasar dengan
bertindak sebagai perantara antara penjual yang ingin mendapatkan
harga setinggi mungkin dan pembeli yang ingin mendapatkan
harga serendah mungkin. Melakukan spekulasi di Bursa Berjangka
dapat memperoleh keuntungan dan juga dapat menderita kerugian.
Potensi memperoleh keuntungan dari spekulasi ini sebanding
dengan risiko yang harus dihadapi oleh spekulan tergantung pada
tingkat ketrampilan dalam memprediksi pergerakan (fluktuasi)
harga (Lie Ricky F. dkk, 2006: 28-29)
52
lembaga yang menaunginya. Lembaga tersebut adalah lembaga inti
dan lembaga pendukung. Sebagaimana halnya industri perdagangan
berjangka internasional pada umumnya, struktur industri Perdagangan
Berjangka Komoditi di Indonesia terdiri dari lembaga inti dan lembaga
pendukung yaitu:
(1) Lembaga Inti
(a) Badan Pengawas (Regulator)
Badan Pengawas (Regulator) adalah suatu lembaga independen
(biasanya instansi pemerintah) dengan tugas utama melakukan
pembinaan, pengaturan, dan pengawasan kegiatan agar
pelaksanaan Perdagangan Berjangka Komoditi berjalan tertib,
aman, efektif, dan efisien, serta terjaminnya perlindungan
nasabah/masyarakat. Dalam UU No. 32 Tahun 1997,
pemerintah menetapkan Badan Pengawas Pedagangan
Berjangka Komoditi (Bappebti) sebagai badan pengawas
perdagangan berjangka. Bappebti merupakan salah satu unit
eselon I yang berada di lingkungan Departemen Perindustrian
dan Perdagangan (www.Bappebti.go.id, 2005)
53
penyelesaian dan penjaminan pelaksanaan perdagangan. Jadi,
fungsi Lembaga Kliring adalah menyelesaikan dan menjamin
kinerja semua transaksi yang dilakukan di Bursa Berjangka
yang telah didaftarkan. Selain itu, Lembaga Kliring juga
bertindak sebagai penjamin atas dana nasabah khususnya bila
Pialang Berjangka pailit (Lie Ricky F. dkk, 2006: 59)
54
Pialang Berjangka harus berbadan hukum perseroan terbatas
(PT), selain itu sebelum melakukan kegiatan pialang berjangka
harus menjadi anggota bursa dan mendapat izin usaha terlebih
dahulu dari Bappebti. Untuk melindungi investor, Pialang
Berjangka diwajibkan memiliki pedoman perilaku sebagaimana
disyaratkan dalam Pasal 49-56 UU No. 32 Tahun 1997.
55
meemiliki satu saham. Jika kegiatan bursa mulai mengarah
pada hal-hal yang merugikan masyarakat, kegiatan bursa dapat
dihentikan. Di Indonesia, badan usaha pertama yang menjadi
penyelenggara kegiatan kontrak berjangka adalah PT. Bursa
Berjangka Jakarta (BBJ) atau dikenal dengan Jakarta Futures
Exchange (JFX) (Lie Ricky F. dkk, 2006: 59)
56
(1) Hard commodity yaitu terdiri dari hasil pertambangan seperti
emas, perak, nikel, timah, dan lain-lain
(2) Soft commodity yaitu terdiri dari hasil perkebunan/pertanian
seperti kacang, kopi, karet, dan lain-lain (Lie Ricky F. dkk, 2006:
24)
57
Dalam Pasal 1 poin nomor 10 UU No. 32 Tahun 1997, anggota
bursa adalah pihak yang mempunyai hak untuk menggunakan
sistem dan dan/atau sarana Bursa Berjangka, sesuai dengan
peraturan dan tata tertib Bursa Berjangka. Dalam hal ini anggota
Bursa Berjangka terdiri atas:
(a) pialang
(b) pedagang perusahaan
(c) pedagang perseorangan
(b) Kewajiban
Setiap anggota Bursa Berjangka mempunyai kewajiban
keuangan dan melaksanakan peraturan yang ditetapkan.
(2) Kepengurusan
(a) Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) diselenggarakan
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar
bursa.
(b) Rapat anggota bursa diselenggarakan apabila dipandang perlu
oleh Direksi atau diminta oleh sekurang-kurangnya tiga puluh
persen (30%) dari jumlah anggota bursa
(c) Direksi
(d) Komite bursa dibentuk untuk membantu dan memberikan
pertimbangan dan/atau saran terhadap kebijakan Direksi.
komite bursa terdiri atas :
(i) Komite Keanggotaan
58
(ii) Komite Pelaksanaan Perdagangan
(iii) Komite Lantai
(iv) Komite Arbitrase
(v) Komite Produk Baru
(vi) Komite Komoditi yang Diperdagangkan
59
Sanksi pidana terhadap pelanggaran ketentuan yang berlaku
sebagaimana diatur dalam Pasal 71 UU No. 32 Tahun 1997
diancam dengan ancaman pidana. Adapun ancaman pidana
paling berat maksimal 8 tahun penjara dan denda Rp
10.000.000.000, sedangkan ancaman pidana paling ringan
maksimal 1 tahun pidana kurungan dan denda Rp
1.500.000.000.
60
dibuka oleh perusahaan pialang, sehingga pelaksanaannya dapat
dilakukan kapanpun dan dimanapun sesuai dengan keinginan
investor (Lie Ricky F,dkk, 2006:132-33). Dalam beberapa tahun
terakhir ini, sistem perdagangan pada umumnya dilakukan secara
elektronik menggunakan komputer yang memiliki akses ke
komputer induk yang ada di bursa. Harga komoditi yang terbentuk
di bursa, berlangsung secara transparan. Dengan demikian, harga
tersebut akan mencerminkan kekuatan pasokan dan permintaan
yang sebenarnya (Lie Ricky F. dkk, 2006: 133-134)
61
ii). Pemberitahuan penyerahan
iii). Pembayaran
iv). Penyerahan dokumen
(e) Gagal serah
Hal ini dapat terjadi kerena tidak melakukan pemberitahuan
penyerahan sebelum akhir sesi pertama atau tidak melakukan
pembayaran sebelum akhir sesi pertama hari perdagangan
berikutnya (Hasan Zein Mahmud, 2001:12-13)
62
(www.Bappebti.go.id, 2005). Dalam UU No. 32 Tahun 1997, margin
didefinisikan sebagai sejumlah uang atau surat berharga yang harus
ditempatkan nasabah kepada Pialang Berjangka, Pialang Berjangka
kepada Anggota Kliring Berjangka, atau Anggota Kliring Berjangka
kepada Lembaga Kliring Berjangka, untuk menjamin pelaksanaan
transaksi Kontrak Berjangka (Lie Ricky F,dkk, 2006:61)
63
berjangka seperti komite lantai, komite keanggotaan, dan komite
pelaksanaan perdagangan (business conduct committee). Putusan yang
diambil dapat berbentuk ganti rugi atau berbentuk lain sesuai dengan
fakta yang ditemukan dalam proses penyelesaian tersebut. Penggunaan
sarana arbitrase merupakan pilihan sukarela para pihak.
(www.Bappebti.go.id, 2005)
64
Baik pihak yang menuntut maupun yang dituntut masing-masing
menunjuk seorang Anggota Majelis dari daftar arbiter yang ada
pada komite perselisihan dan arbitrase.
(2) Membayar biaya administrasi yang ditentukan oleh direksi.
(3) Yurisdiksi
Setiap Anggota Bursa atau Nasabah yang menyerahkan tuntutan
dianggap bersedia menerima secara sukarela semua keputusan.
(4) Batas waktu
Setiap perselisihan yang terjadi harus diserahkan untuk diputuskan
dalam forum alternatif penyelesaian sengketa dan arbitrase dalam
jangka waktu tiga (3) bulan dari tanggal pihak yang berselisih
mengetahui atau sepatutnya mengetahui adanya perselisihan
(Hasan Zein Mahmud, 2001:12)
65
harga komoditinya dapat diprediksi dan dikunci dengan baik
(www.Bappebti.go.id, 2005)
66
memberikan keuntungan bagi masyarakat. Karena masyarakat dapat
memperoleh komoditi yang diperlukan dengan harga yang lebih stabil
sepanjang tahun (www.Sinar Harapan.com, 2005)
67
(5) tidak perlu menyediakan gudang penyimpanan pada saat panen
tiba
(6) tidak perlu khawatir akan turunnya harga pada saat panen
b). Keuntungan yang dapat diperoleh pembeli/konsumen komoditi yaitu
sebagai berikut:
(1) tidak perlu khawatir akan kecukupan komoditi
(2) tidak perlu khawatir akan mutu komoditi
(3) tidak perlu khawatir akan kenaikan harga pada masa yang akan
datang (Lie Ricky F. dkk, 2006: 70)
68
Semua rumusan sistem hukum Islam termasuk aturan transaksi
salam, menurut Ibn Rusyd senantiasa dilatarbelakangi pemikiran filosofis
atau prinsip-prinsip mashalah dan keadilan (Chuzaimah T.Yanggo dan
Hafiz Anshori, 1997:9). Dalam kaitannya dengan adanya dalil tentang
diperbolehkannya transaksi salam, terkandung beberapa alasan yang
mendasarinya antara lain:
a). Dalam transaksi salam terdapat adanya unsur yang sejalan dengan
upaya merealisasikan kemaslahatan perekonomian
b). Transaksi salam merupakan rukhsah (suatu dispensasi atau sesuatu
yang meringankan) bagi manusia
c). Transaksi salam memberikan kemudahan bagi manusia (Juhaya
S.Praja, 2001:6)
69
c. Mumayyiz dan bukan termasuk golongan orang-orang yang
dilarang bertindak sendiri
d. Mukhtar, yaitu orang yang bebas dari paksaan atau dengan kata
lain kerelaan melakukan akad (Karnaen Perwaatmaja, dkk.,
2005:118)
70
Adapun barang yang dapat dijadikan objek transaksi salam harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
(1) Harus tepat gambarannya
Hal ini terutama dilakukan terhadap hal-hal yang menyebabkan
perbedaan harga, berkenaan dengan kriteria umum yang menjadi
kebiasaaan orang banyak. Jangan sampai manipulasi dengan
barang sejenis, demi mencegah terjadinya pembelian kucing dalam
karung yang sering menimbulkan percekcokan dan menyebabkan
perjanjian menjadi rusak. Segala barang yang mungkin didetailkan
kriterianya dapat dijadikan objek transaksi salam.
(2) Barang tersebut menjadi hutang dalam kepemilikan
Bila barang yang menjadi objek transaksi sudah ada di lokasi
transaksi, jual beli menjadi tidak sah karena dikhawatirkan terjadi
penipuan.
(3) Waktu penyerahan sudah diketahui secara jelas
Hal ini dilakukan untuk mencegah ketidakjelasan yang berakibat
pertikaian dan perselisihan.
(4) Barang tersebut harus bisa diserah terimakan
Hendaknya barang yang menjadi objek transaksi salam ada ketika
terjadi transaksi. Apabila transaksi dilakukan terhadap barang yang
tidak mungkin diserahkan pada saat serah terima dilakukan, maka
perjanjian jual beli ini tidak sah.
(5) Tidak diberlakukan riba fadhal atau riba nasiah
Perlindungan terhadap hakekat barang yang diperdagangkan dari
kemungkinan cacat atau sifat-sifat yang ditentukan dalam majelis
akad, seperti perlindungan terhadap kepentingan konsumen agar
tidak dirugikan dan tidak terjadi kekecewaan di kemudian hari,
amat dipertimbangkan dalam hukum Islam. Besarnya harga
ditentukan kedua belah pihak dalam majelis akad, selain itu
71
diperlukan adanya bukti tertulis, persaksian, dan jaminan
(Adiwarman Karim, 2001:23)
72
Transaksi salam dinyatakan halal untuk semua jenis barang
yang diukur dengan berat, isi (volume). Namun, dalam
transaksi salam tidak seluruh uang dibayarkan artinya dapat
dengan uang panjar. Penentuan spesifikasi objek transaksi
merupakan tuntutan agar terhindar dari kecurangan. Dalam
sebuah riwayat Abdullah bin Auf dan Abdur Rahman bin Aliza
menyatakan
“Kita bisa memperoleh banyak barang rampasan
sewaktu kita bersama Rasulullah Saw dan ketika para
petani Syam (Syiria) datang kepada kami, kami biasa
melakukan pembayaran di muka dengan harga yang
telah ditentukan terhadap gandum, buah anggur, dan
minyak yang harus dikirim pada waktu yang telah
ditentukan” (Afzalur Rahman, 1995:177)
73
diperbolehkan dalam hukum Islam. Akad transaksi salam
dinyatakan sah karena masalah syarat dan waktu pembayaran
disebutkan secara jelas. Jika masalah barang dan ketentuan
waktu pembayaran tidak disebutkan secara jelas, maka kontrak
tersebut dianggap tidak sah (Juhaya S.Praja , 2001:7)
74
Praktek transaksi salam dilakukan sebagaimana transaksi jual
beli pada umumnya, yaitu dilakukan secara konvensional. Jadi, antara
penjual dan pembeli bertemu secara langsung. Berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh DSN-MUI No.05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual
Beli Salam, maka ketentuan tentang pembayaran dalam transaksi
salam adalah sebagai berikut:
(1) Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa
uang, barang, atau manfaat
(2) Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati
(3) Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang (DSN
MUI, 2003:33)
75
(b) menunggu sampai barang tersedia (DSN MUI, 2003:34-35)
76
difungsikan dalam berbagai proyek pengembangan modal kolektif sebagai
pengganti usaha simpan pinjam berbasis riba. Melalui transaksi ini, kaum
muslimin bisa memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa harus mengadakan
hubungan perdagangan berbasis riba yang diharamkan dalam Islam
(Abdullah Al Musah dan Sholah Ash Shawi, 2004: 55)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
77
(seasonal) dan mudah rusak (perishable). Karena itu dalam dunia
usaha Indonesia, termasuk produsen baik yang besar ataupun yang
kecil dan kelompok petani, harus mampu mencari, mendalami, dan
meningkatkan aktivitas pengelolaan risiko agar terlindung dari risiko
yang dapat merugikan mereka dalam hal ini ditempuh melalui kegitan
lindung nilai menggunakan Perdagangan Berjangka Komoditi. Dengan
adanya instrumen Perdagangan Berjangka Komoditi diharapkan dapat
membantu Indonesia dalam menghadapi persaingan usaha dengan
negara lain dalam era globalisasi seperti sekarang ini.
78
pasar. Karena sifatnya yang internasional, pasar berjangka
merupakan pusat pengumpulan dan penyebarluasan informasi
tentang pasar yang dapat membantu tercapainya efisiensi pasar
secara umum. Pasar berjangka diselenggarakan dengan tujuan
untuk pengalihan risiko dari fluktuasi harga sehingga perusahaan
dapat menyusun perencanaan jangka panjang.
(2) Pelaku perdagangan
Pelaku bursa adalah mereka yang berkegiatan sebagai produsen,
pedagang atau pemakai, baik perusahaan lokal maupun asing di
bidang komoditi. Pelaku utama perdagangan ini dibagi menjadi
dua yaitu hedger dan spekulator yang telah memenuhi persyaratan
sebagaimana ditetapkan Badan Pengawas dan Pelaksana
Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti). Hedger
menggunakan Kontrak Berjangka untuk mengurangi risiko,
sedangkan spekulator mencari keuntungan dari adanya fluktuasi
harga. Spekulator biasanya membeli kontrak berjangka pada saat
harga rendah dan menjualnya pada saat harga naik, atau sebaliknya
menjual kontrak berjangka pada saat harga diperkirakan akan
mengalami penurunan dan membelinya kembali pada saat harga
rendah.
(3) Objek perdagangan
Objek komoditi (underlying assets) yang diperdagangkan di PT.
BBJ terbagi dalam dua jenis yaitu Hard commodity yang terdiri
dari hasil pertambangan seperti emas, perak, nikel, timah, dan lain-
lain; dan Soft commodity yang terdiri dari hasil
perkebunan/pertanian seperti kacang, kopi, karet, dan lain-lain.
Berdasarkan UU No. 32 Tahun 1997 harus ditetapkan oleh
Keputusan Presiden (Keppres. Berdasarkan 3 Keppres yang telah
diterbitkan yaitu Keppres No. 12 Tahun 1999, Keppres No. 73
Tahun 2000, dan Keppres No. 119 Tahun 2001, telah ditetapkan 22
komoditi. Komoditas yang layak diperdagangkan harus memenuhi
79
kriteria teknis, ekonomis, dan struktur pasar. Teknis artinya
komoditas tersebut memiliki standar nasional, misalnya kopi dan
kelapa sawit, sedangkan ekonomis mensyaratkan komoditas yang
diperdagangkan tidak dikuasai oleh pemerintah.
(4) Tata tertib perdagangan
Tata tertib yang berlaku dalam Perdagangan Berjangka Komoditi
sudah sangat rinci pengaturannya yaitu meliputi keanggotaan,
kepengurusan, dana kompensasi, penegakan peraturan/penerapan
sanksi, dan penyerahan barang, hal ini dimaksudkan sebagai upaya
perlindungan terhadap dana nasabah mengingat tingginya risiko
perdagangan ini.
(5) Pelaksanaan perdagangan
Perdagangan Berjangka Komoditi tidak selalu ada penyerahan
secara fisik karena hanya melikuidasi kontrak yang bersangkutan
dengan memperhitungkan selisih harga awal dengan harga yang
terjadi pada tanggal jatuh tempo. Penyerahan fisik (physical
delivery) sangat kecil (hanya berkisar 1 – 2 % dari jumlah transaksi
yang terjadi) di pasar berjangka. Dalam Perdagangan Berjangka
Komoditi, yang diperdagangkan adalah kontrak atau kesepakatan
untuk menyerahkan atau menerima suatu barang tertentu di
kemudian hari.
(6) Penyelesaian perselisihan
Dalam setiap kegiatan khususnya perdagangan, kadangkala terjadi
perselisihan antara para pihak, demikian juga dengan Perdagangan
Berjangka Komoditi dalam hal ini dapat diselesaikan melalui
musyawarah untuk mencapai mufakat, atau pemanfaatan sarana
yang disediakan oleh Bappebti dan/atau Bursa Berjangka apabila
musyawarah tidak tercapai yaitu melalui arbitrase.
80
Kehadiran Bursa Berjangka memberikan multiplier effects bagi sektor
pertanian dan subsektornya (perkebunan, peternakan, perikanan,
kehutanan). Sebab ada korelasi yang erat antara Bursa Berjangka
komoditi dengan sektor pertanian secara makro. Beberapa manfaat
yang akan diperoleh sektor tersebut antara lain: Pertama, para petani
secara periodik akan memperoleh pedoman harga (price discovery)
dan ekspektasinya di masa mendatang. Kepastian tentang pedoman
harga ini diharapkan dapat meningkatkan posisi tawar (bargaining
position) para petani (produsen) dalam pemasaran dan distribusi hasil
usahanya. Kedua, memperbaiki standarisasi produk komoditas, adanya
gudang bursa dengan fasilitas yang memadai menciptakan insentif
yang kuat bagi para petani untuk meng-upgrade kualitas produk
komoditas ke tingkat yang diterima oleh bursa. Hal ini akan
mempermudah standarisasi perdagangan komoditas. Ketiga,
penyebaran risiko harga dapat diperlebar ke banyak pelaku pasar, tidak
semata ditanggung oleh petani produsen, tetapi sekaligus pedagang
pengumpul, pedagang besar, dan bahkan pedagang bursa (pialang) dan
konsumen. Keempat, sektor perbankan dan lembaga perkreditan
lainnya dapat lebih percaya diri (confident) dalam memberikan kredit
kepada sektor agribisnis dan agroindustri. Kelima, pengusaha kecil,
kelompok usaha bersama, dan koperasi dapat melindungi harga
produknya dari goncangan pasar fisik yang fluktuatif dengan
melakukan hedging (proteksi terhadap risiko).
81
terduga dalam hal ini masalah uang. Adapun transaksi yang dilarang
apabila menggunakan spekulasi dan sistem ijon, karena mengandung
eksploitasi dan tipuan dari satu pihak ke pihak lain. Selain itu, sifat
transaksi menjadi tidak seimbang karena pembeli mempunyai
kekuatan bargaining yang lebih tinggi sehingga penjual tereksploitasi
dengan harga jual yang relatif lebih murah.
82
barang yang belum ada, bukan ada atau tidak adanya barang
melainkan karena gharar. Gharar adalah ketidakpastian tentang
apakah barang yang di perjualbelikan itu dapat di serahkan atau
tidak. Jadi, meskipun pada waktu akad barangnya tidak ada, namun
ada kepastian diadakan pada waktu diperlukan sehingga bisa
diserahkan kepada pembeli, maka jual beli tersebut sah.
Sebaliknya, kendati barangnya sudah ada tapi karena satu dan lain
hal tidak mungkin diserahkan kepada pembeli, maka jual beli itu
tidak sah. Benda atau barang yang dapat dijadikan objek dalam
transaksi salam harus memenuhi persyaratan yaitu harus tepat
gambarannya, barang tersebut menjadi hutang dalam kepemilikan,
waktu penyerahan sudah diketahui secara jelas, barang tersebut
harus bisa di serahterimakan, tidak diberlakukan riba fadhal dan
riba nasiah.
(4) Tata tertib transaksi
Hukum muamalah Islam tidak pernah mengatur secara rinci tata
cara melakukan kegiatan bermuamalah. Sehingga setiap kegiatan
mumalah termasuk transaksi salam, tata tertib pelaksanaannya
hanya secara umum idak ada tata tertib yang bersifat baku sebatas
tidak melanggar syara’. Dalam hal ini meliputi berbagai
persyaratan yang harus dipenuhi dalam melakukan transaksi salam
sebagai upaya menghilangkan unsur jahalah (ketidakpastian)
diantaranya adalah:
(a) Persyaratan menyangkut objek transaksi, yaitu mengenai: jenis,
ukuran/kadar, dan tepat serta waktu penyerahan
(b) Harga tukar (al tsaman) Beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi dalam kaitannya dengan harga tukar (al tsaman) yaitu
kejelasan jenis alat tukar, kejelasan kualitas objek transaksi,
dan kejelasan jumlah harga tukar.
(5) Pelaksanaan transaksi
83
Transaksi salam dilaksanakan secara konvensional sebagaimana
pelaksanaan perdagangan pada umumnya. Jadi, baik penjual
maupun pembeli bertemu secara langsung pada suatu tempat yang
telah disepakati kedua belah pihak. Karena zaman sudah maju,
tidak menutup kemungkinan dalam pelaksanaannya dapat
dilakukan melalui sarana teknologi, misal lewat telepon.
(6) Penyelesaian perselisihan
Berdasarkan fatwa DSN-MUI No.05/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Jual Beli Salam, apabila terjadi perselisihan maka penyelesaiannya
dapat dilakukan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat
atau Badan Arbitrase Syariah apabila melalui musyawarah tidak
tercapai kesepakatan.
B. Saran-saran
1. Bursa Berjangka Komoditi belum banyak dipahami dan diminati oleh
pelaku bisnis khususnya masyarakat Indonesia yang notabennya
Indonesia adalah negara agraris padahal telah ada payung hukum yang
melegitimasi keberadaannya yaitu UU No. 32 Tahun 1997, oleh karena
itu perlu ada sosialisasi dan edukasi mengenai Perdagangan Berjangka
Komoditi secara masif.
2. Perdagangan Berjangka Komoditi merupakan salah satu alternatif
investasi (investment enchancment) bagi perorangan dan perusahaan
yang mempunyai kebebasan finansial untuk berinvestasi. Selama ini
pamor investasi pada komoditi kalah dibandingkan investasi dengan
jenis lain seperti saham, obligasi, properti, emas, valuta asing dan
84
sebagainya. Ciri khas perdagangan di Bursa Berjangka Komoditi adalah
pergerakan harga yang fluktuatif dan perkembangan trend harga yang
mengikuti pola tertentu, sehingga menarik untuk dimasuki dan dilakukan
oleh para investor.
3. Sistem usaha yang mengandung unsur riba hendaknya segera
ditinggalkan karena dalam Al Quran maupun hadits telah secara jelas
pelarangannya, mulailah beralih pada sistem usaha dengan transaksi
salam sebagai salah satu alternatif pilihan pengganti dari berbagai
sistem usaha yang dapat menjerumuskan ke dalam lembah riba.
4. Hendaknya lembaga yang berwenang menangani permasalahan hukum
Islam khususnya di Indonesia, segera memberi tuntunan tentang tata cara
melakukan transaksi salam karena sampai dengan saat ini belum ada tata
cara baku dan rinci, padahal transaksi salam bertujuan untuk
kemaslahatan perekonomian umat sehingga dari kalangan umat Islam
sendiri dapat dengan mudah memanfaatkannya.
85