Anda di halaman 1dari 18

#8 Lembaga kesehatan

Lembaga ini berorientasi pada pelayanan kesehatan dan memiliki tujuan untuk menjadikan seluruh
masyarakat sehat secara mental maupun fisik. Terkadang ada banyak aktivitas yang berkaitan dengan
kesehatan yang dilaksanakan lembaga kesehatan ini secara cuma-cuma untuk memastikan
masyarakat sehat. Ada beberapa lembaga kesehatan yang ada di Indonesia seperti Puskesmas,
Kliknik, Rumah Sakit Umum, dan sebagainya.

Itulah beberapa hal meenganai lembaga sosial dan contoh lembaga sosial sudah diatur sedemikian
rupa untuk kepentingan masyarakat. Tujuannya pun untuk menciptakan keteraturan hidup antara
masyarakat.

https://ajaib.co.id/contoh-lembaga-sosial-peran-dan-fungsinya-di-sekeliling-kita/

Contoh Lembaga Sosial, Peran dan Fungsinya

Hariyanto


February 28, 2020

Pengertian Stratifikasi Sosial


Stratifikasi terdiri dari kata dasar ‘strata’ yang diartikan sebagai ‘tingkatan’. Secara konsep,
stratifikasi sosial merupakan pembedaan anggota masyarakat secara vertikal atau hirarkis.

Dalam hal ini, konsep stratifikasi juga erat kaitannya dengan konsep kelas sosial. Ada individu yang
dikategorikan berasal dari kelas atas, kelas menengah dan jelas bawah. Kelas sosial individu
dilatarbelakangi oleh kekuasaan, kekayaan dan prestise. Secar lebih rinci, kelas sosial diartikan
sebagai kumpulan individu dengan kesamaan karakterisitk yang berada pada lapisan sosial tertentu.

https://www.studiobelajar.com/stratifikasi-sosial/

Studio belajar. 2020.

SOSIOLOGI KESEHATAN Dosen Pengampu : Drs. Argyo Demartoto, M.Si Kontributor: Mahasiswa
Jurusan Sosiologi, FISIP, UNS Angkatan 2007 BAB I I LAYANAN KESEHATAN DAN
TANTANGAN PERUBAHAN SOSIAL · Pelayanan kesehatan sebagai dimensi stratifikasi
Penstratifikasian pennduduk bukan hanya peda peranan mereka dibidang ekonomi tetapi criteria lainnya
adalah berdasarkan latar belakang pendidikan, pemilikan rumah, pemilikan alat transportasi, dan juga
pelayanan kesehatan ( Miller dan Roby, 1970 ). Pelayanan dibidang kesehatan merupakan salah satu
dimensi stratifikasi yang tidak dapat dipengaruhi kaum kapitalis. Dalam kedokteran Amerika dikenal dua
sistem kelas ( Kosa dkk, 1969 ; Waiztkin, 1971 ). Orang berpenghasilan rendah yang sulit mendapatkan
kesejahteraan dibidang kesehatan dan orang kaya yang dengan mudah mendapatkan pelayanan yang baik
dan berkelas dibidang kesehatan. · Stratifikasi dalam sistem kesehatan Setidaknya terdapat tiga dasar
stratifikasi dalam institusi kedokteran yaitu : 1. PROFESIONALISME : ( Freidson, 1970a : 45 ) orang –
orang yang terlatih dalam profesi tertentu, yang memiliki keahlian untuk menilai aspek – aspek tehnik
kedokteran. Karena adanya otonomi ini maka dokter dapat mendominasi pembagian kerja dalam bidang
kedokteran, wewenang tersebut dapat diperluas pada aspek–aspek social, ekonomi dari pelayanan
kesehatan. Wewenang yang dimiliki dokter pada umumnya didasarkan atas pertimbangan rasional
(Weber, 1964 : 324 – 429 ) 2. ELITISME : elitisme dibidang kedokteran membuat para dokter
mengambil pendidikan spesialisasi, dan juga bekerja pada rumah sakit yang biasanya telah dipenuhi oleh
tenaga ahli, sehingga rumah sakit yang seharusnya membutuhkan tenaga ahli malah tidak
memperolehnya. Implikasi elitisme meluas sehingga akibatnya mereka cenderung bekerja untuk rumah
sakit – rumah sakit besar. Dan sebaliknya bagi dokter – dokter yang tidak memiliki kesempatan untuk
melanjutkan

pendidikan spesialisasi yang bekerja pada tempat yang jauh menyebabkan kualitas pelayanan mereka
buruk pada pasien. 3. KETERBATASAN KOMUNIKASI DAN STRATIFIKASI MEDIS : ( stratifikasi
dan penyembunyian informasi ) adanya jurang kompetensi merupakan suatu sumber stratifikasi dalam
bidang kesehatan, ketidak tahuan pasien merupakan salah satu potensi pemerasan, Freidson mengatakan
bahwa posisi khusus dokter akan terancam bila tindakan dan keputusannya harus jelas dan dibenarkan
oleh pasien. Desakan untuk mempercayai merupakan cara agar pasien pasrah saja pada dokter, ini
memungkinkan dokter mempertahankan bahwa merekalah yang berwenang dalam pengetahuan tersebut.
Kemampuan dokter dalam mengotrol dan memanipulasi inilah yang bertentangan dengan hubungan
dokter – pasien. · Ketidakpastian pasien dan kekuasaan dokter Untuk menjelaskan dokter
mempertahankan ketidakpastian pasiennya, perlu dipertimbangkan teori tentang sumber kekuasaan dokter
: bahwa kemampuan dokter untuk mempertahankan kekuasannya terhadap pasien dalam hubungan dokter
– pasien tergantung pada kemampuan dokter itu dalam mengontrol ketidakpastian pasien. Dalam suatu
pembahasan tentang fungsi social dari ketidaktahuan, Moore dan Tumin mengemukakan bahwa
ketidaktahuan konsumen terhadap suatu pelayanan khusus dapat membantu melindungi posisi dari
pemberi pelayanan. Implikasi disini adalah bahwa posisi spesialis mungkin dalam bahaya bila pasien
menjadi dokter ( Moore dan Tumin, 1949 : 789 ).

Hubungan Kekuasaan dan Kepemimpinan


5 Agustus 2018   14:41 Diperbarui: 5 Agustus 2018   14:55  8375  0 0
           Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna
menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak
boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau
kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan
dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002). Hubungan Kekuasaan dan Kepemimpinan dapat di
ibaratkan seperti gula dengan manisnya tak terpisahkan atau bisa juga di ibaratkan seperti gula
dan semut dimana ada gula disitu ada semut. Seorang pemimpin yang efektif merupakan
pemimpin yang dapat mengelola kekuasaannya, sehingga pemimpin dapat menggunakan
kekuasaannya dengan benar untuk meningkatkan kinerja para bawahannya. 

Jika kepemimpinan tanpa kekuasaan tidak ada artinya dan tidak dan hal tersebut menyebabkan
tidak dapat untuk mengambil keputusan karena pemimpin yang tidak mempunyai kekuasaan.
Jika sebaliknya, kepemimpinan dengan kekuasaan organisasi akan berjalan dengan efektif.

Ada 4 sumber kekuasaan dalam diri seorang pemimpin yang berasal dari:

1. Mempunyai kemampuan untuk dapat mempengaruhi orang lain

2. Mempunyai sikap dan sifat yang unggul atau dominan yang menjadikannya mempunyai
wibawa terhadap para bawahannya;

3. Memiliki pengetahuan yang luas, serta informasi dan pengalaman yang luas;

4. Memiliki kepandaian untuk bergaul dan berkomunikasi kepada siapapun.

Kepemimpinan berasal dari kata pimpin yang memuat dua hal pokok yaitu: pemimpin sebagai subjek,
dan.yang dipimpin sebagai objek.
Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga
menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun
spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak
mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan ke-pemimpinannya.
Kepemimpinan muncul sejalan dengan peradaban manusia. Pemimpin dan kepemimpinan selalu
diperlukan dalam setiap masa.
Pemimpin mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak dan kepribadian sendiri yang khas, sehingga
tingkah laku dan gayanya berbeda dari orang lain.

Pelayanan kebidanan merupakan salah satu kegiatan dalam pembangunan kesehatan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, kemampuan, hidup sehat dan mengambil bagian dalam pelayanan kesehatan
masyarakat, turut membantu menghasilkan generasi bangsa yang cerdas. Pelayanan yang demikian karena
pelayanan kebidanan ditujukan kepada perempuan sejak masa sebelum konsepsi, masa kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir dan balita. Tentu saja pelayanan kebidanan yang berkualitas akan
member hasil yang berkualitas, yaitu kepuasan pelanggan maupun provider dan pelayanan yang bermutu.
Untuk pelayanan yang berkualitas tersebut diperlukan seorang pemimpin yang dapat meningkatkan terus
mutu pelayanan kebidanan yang diberikan oleh organisasinya dan pelayanan yang diberikan harus
berorientasi pada mutu.

Ayu. Minggu, 31 Agustus 2014

Perubahan Sosial yang Terjadi pada Bidang Kesehatan


 Gusti Iqbal Mahardhika  Minggu, 01 Januari 2017  Materi, Sosiologi

PERUBAHAN SOSIAL YANG TERJADI


PADA BIDANG KESEHATAN

1. Bentuk Perubahan yang Terjadi


1. IPTEK dalam bidang kesehatan
      Di bidang kesehatan ilmu pengetahuan dan tek nologinya mengalami perubahan yang relatif sangat
cepat. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya  dokter-dokter yg dicetak oleh universitas-
universitas di seluruh dunia, berbagai macam alat-alat kesehatan yang semakin modern dan semakin
canggih sehingga angka kematian di berbagai negara dibelahan dunia mengalami penurunan sebaliknya
angka harapan hidup terus mengalami peningkatan.

2. Pandangan masyarakat tentang tenaga medis


      Seiring berjalannya zaman, pandangan masyarakat pun juga mengalami perubahan-perubahan
diantaranya yaitu mulai pudarnya kepercayaan masyarakat terhadap tenaga medis yang berorientasi pada
mistis dan tradisional seperti dukun dan mantri beralih pada tenaga medis yang lebih profesional dan
modern seperti dokter, bidan dan perawat.

3. Perubahan kebijakan pemerintah di bidang kesehatan


      Meningkatnya kesadaran akan masyarakat tentang kesehatan membuat pemerintah lambat laun mengubah
kebijakan-kebijakannya mulai dari mempermudah perizinan lembaga-lembaga kesehatan seperti Rumah Sakit
umum , klinik-klinik, apotek-apotek dan lain sebagainya. Serta pengadaan BPJS yang lebih merata sebagai
jaminan kesehatan nasional bagi masyarakat yang berpenghasilan menengah kebawah.
2. Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan
 Faktor Intern

1.      Bertambahnya penduduk setelah perang dunia kedua meningkatkan permintaan di bidang kesehatan.

2.      Munculnya berbagai macam penyakit baru mendorong para pakar kesehatan untuk berinovasi baik pada
teknologi maupun teknik pengobatan.

 Faktor Ekstern

1.      Banyaknya bencana alam yang terjadi di belahan dunia menuntut akan kebutuhan medis yang lebih maju,
modern dan professional.

2.      Pecahnya perang dunia I dan II yang menimbulkan banyak korban jiwa menimbulkan banyak korban jiwa
memaksa berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan.

3.      Beragamnya kemajuan di bidang kesehatan yang ada di berbagai wilayah menuntut terjadi difusi di
bidang kesehatan, yang bertujuan untuk saling melengkapi kekurangan-kekurangan di bidang kesehatan. 

http://luwestraviari.blogspot.com/2017/01/perubahan-sosial-yang-terjadi-pada-bidang-kesehatan.html

Pengertian Masalah Sosial dan Manfaat Sosiologi dalam Masyarakat Oleh Sigmund Freud 25 Des, 2016
Pengertian Masalah Sosial dan Manfaat Sosiologi dalam Masyarakat - Masalah sosial adalah tidak adanya
persesuaian antara ukuran-ukuran dan nilai-nilai sosial dengan kenyataan-kenyataan serta tindakan-
tindakan sosial. Unsur utama dan pokok dari masalah sosial adalah adanya perbedaan yang mencolok
antara nilai-nilai dengan kenyataan dalam kehidupan. Artinya adanya kepincangan-kepincangan antara
anggapan-anggapan masyarakat tentang apa yang seharusnya terjadi dengan apa yang terjadi dalam
kenyataan pergaulan hidup. Sesuatu dianggap sebagai masalah social apabila sumber dan sebab terpenting
dalam masalah sosial haruslah bersifat sosial. Ukurannya tidaklah semata-mata pada perwujudannya yang
bersifat, sosial tetapi juga pada sumbernya. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa kejadian-kejadian yang
tidak bersumber pada kegiatan perbuatan manusia bukanlah merupakan masalah sosial. Adapun masalah-
masalah yang disebabkan oleh faktor alam, seperti gempa bumi, angin topan, meletusnya gunung berapi,
epidemi dan lain-lain bukanlah merupakan masalah social Walaupun berangkat dari fenomena atau gejala
alam ini bisa mengakibatkan masalah-masalah sosial seperti kemiskinan dan kelaparan. Jadi yang menjadi
masalah sosial disini adalah merupakan akibat dari gejala sosial maupun non sosial. Suatu gejala sosial
dianggap masalah sosial atau bukan penetapannya bersifat relatif, mungkin dikatakan bahwa orang
banyaklah yang harus menentukannya, atau segolongan orang yang berkuasa saja atau lain-lainnya.
Karena dalam kaitannya sikap masyarakatlah yang menentukan apakah suatu gejala merupakan masalah
sosial atau bukan. Masalah social ada dalam bentuk Manifest Social Problems dan Latent Social
Problems. Manifest social problems merupakan masalah sosial yang timbul sebagai akibat terjadinya
kepincangan-kepincangan dalam masyarakat. Yang dikarenakan karena tidak sesuainya tindakan dengan
norma dan nilai yang ada dalam masyarakat. Masyarakat pada umumnya tidak menyukai tindakan-
tindakan yang menyimpang. Suatu masalah yang merupakan manifest social problem adalah
kepincangan-kepincangan yang menurut keyakinan masyarakat dapat diperbaiki dan dibatasi atau bahkan
bisa dihilangkan. Sedangkan Latent social problems juga menyangkut hal-hal yang berlawanan dengan
nilai-nilai masyarakat, tetapi tidak diakui. Latent social problems sangat sulit diatasi karena walaupun
masyarakat tidak menyukainya, masyarakat tidak berdaya untuk mengatasinya. Sehubungan dengan
masalah sosial tersebut, sosiologi tidaklah bertujuan untuk membentuk manusia-manusia yang bijaksana
dan selalu baik dalam tindakan-tindakannya, tetapi memperhitungkan akibat segala tindakannya. Suatu
kejadian yang merupakan masalah sosial belum tentu mendapat perhatian yang sepenuhnya dari
masyarakat. Sebaliknya suatu kejadian yang mendapat sorotan masyarakat belum tentu masalah sosial.
Karena itu perlu adanya ukuran untuk menyatakan bahwa itu masalah social atau bukan. Dalam sosiologi
suatu masalah merupakan masalah social apabila: Karena tidak adanya kesesuaian antara ukuran/nilai-
nilai sosial dengan kenyataan/tindakan sosial; Karena sumber-sumber masalah sosial dari masalah sosial,
yaitu merupakan akibat dari suatu gejala sosial atau bukan, yang menyebabkan masalah sosial, contoh:
gagal panen (bukan gejala sosial tapi menyebabkan masalah sosial); Dari pihak-pihak yang menetapkan
apakah suatu kepincangan merupakan gejala sosial atau tidak, tergantung dari karakteristik masyarakat;
Manifest social problems dan latent social problems Perhatian masyarakat dan masalah sosial Sistem
nilai, dan apakah dapat diperbaikinya suatu masalah sosial image source: studies.unifr.ch baca
juga: Mengenal Biografi Tokoh Sosiologi Dunia Beserta Teorinya Beberapa Masalah Sosial Penting
Kemiskinan. Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup memelihara
dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga
mental, maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Kemiskinan dianggap sebagai masalah sosial apabila
perbedaan kedudukan ekonomis para warga ditentukan secara tegas. Pada masyarakat yang bersahaja
susunan organisasinya, mungkin kemiskinan bukan merupakan masalah sosial karena mereka
menganggap bahwa semuanya telah ditakdirkan sehingga tidak ada usaha-usaha untuk mengatasinya.
Mereka tidak akan terlalu memperhatikan keadaan tersebut, kecuali apabila mereka betuk-betul menderita
karenanya. Faktor-faktor yang menyebabkan mereka membenci kemiskinan adalah kesadaran bahwa
mereka telah gagal untuk memperoleh lebih daripada apa yang telah dimilikinya dan perasaan akan
adanya ketidakadilan. Kejahatan Kejahatan disebabkan karena kondisi-kondisi dan proses-proses sosial
yang sama, yang menghasilkan prilaku-prilaku sosial lainnya. Kejahatan terhadap kondisi dan proses-
prosesnya menghasilkan dua kesimpulan: Tinggi rendahnya angka kejahatan berhubungan erat dengan
bentuk dan organisasi-organisasi sosial dimana kejahatan itu terjadi. contohnya dalam gerak sosial,
persaingan serta pertentangan kebudayaan, ideologi politik, agama, ekonomi, dst. Pengaruh sosial
psikologis yang membentuk beberapa proses, seperti imitasi, pelaksanaan peran sosial, asosiasi difrensial,
kompensasi, identifikasi, konsepsi diri pribadi (self-conception), dan kekecewaan yang agresif sebagai
penyebab seseorang menjadi penjahat. Sutherland mengatakan bahwa seseorang berprilaku jahat dengan
cara yang sama dengan prilaku yang tidak jahat. Artinya prilaku jahat dipelajari dalam interkasi dengan
orang lain dan orang tersebut mendapatkan prilaku jahat sebagai hasil dari interaksi yang dilakukanya
dengan orang-orang yang berprilaku berkecenderungan melanggar norma-norma hukum yang ada.
Apabila seseorang menjadi jahat, hal itu disebabkan orang tersebut mengadakan kontak dengan pola-pola
prilaku jahat dan juga karena dia mengasingkan diri terhadap pola-pola prilaku yang tidak menyukai
kejahatan tersebut. Adapun bagian-bagian intim yang sangat berpangaruh dalam memberikan sugesti
kepada orang-perorangan untuk menerima atau menolak pola-pola prilaku kejahatan adalah alat-alat
komunikasi tertentu, seperti buku, surat kabar, televisi, radio dan lain-lain. Suatu gejala umum yang perlu
diperhatikan adalah mengenai kejahatan white-collar crime, yang timbul pada abad modern ini. White-
collar crime atau economic criminality,merupakan kejahatan yang dilakukan oleh penguasa atau para
pejabat di dalam menjalankan peran fungsinya. Golongan tersebut menganggap dirinya kebal terhadap
hukum dan sarana-sarana pengendalian sosial lainnya karena kekuasaan dan keuangan yang dimilikinya
dengan kuat. White-collar Crime ini timbul karena situasi sosial yang memberikan peluang. Sukar sekali
untuk memidana mereka, sehingga dengan tepat dapat dikatakan kekuatan penjahat white -collar terletak
pada kelemahan korban-korbanya. Untuk mengatasi masalah-masalah yang tadi, dapat diadakan kegiatan-
kegiatan yang represif antara lain dengan teknik rehabilitasi. Adapun mengenai tekniknya menurut
Donald R. Cressey ada dua konsep, yaitu: Menciptakan sistem dan program yang bertujuan untuk
menghukum orang-orang jahat tersebut. Dan hukuman tersebut sifatnya reformatif misalnya hukuman
bersyarat, hukuman kurungan dan atau hukuman penjara. Teknik kedua lebih ditekankan pada usaha agar
penjahat dapat berubah menjadi orang biasa (tidak jahat), dengan cara diberikan semacam konsultasi
psikologis. Disorganisasi Keluarga Disorganisasi keluarga adalah perpecahan keluarga sebagai suatu unit
karena angota-anggotanya gagal memenuhi kewajiban yang sesuai dengan peranan social. Disorganisasi
keluarga sangat mungkin terjadi pada masyarakat-masyarakat sederhana karena suami sebagai kepala
rumah tangga tidak mampu atau gagal memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer keluarga atau mungkin
karena dia menikah lagi. Pada umunya masalah tersebut disebabkan karena kesulitan untuk menyesuaikan
diri dengan berbagai tuntutan kebudayaan. Secara Sosiologis, bentuk-bentuk disorganisasi keluarga antara
lain adalah: Unit keluarga yang tidak lengkap, karena hubungan diluar perkawinan walaupun dalam hal
ini secara yuridis dan sosial belum terbentuk suatu keluarga. Disorganisasi keluarga dikarenakan putusnya
perkawinan sebab perceraiain atau biasa disebut dengan broken home. Adanya kekurangan dalam
keluarga tersebut, yaitu dalam hal komunikasi. Goede menamakannya sebagai empty shell family. Krisis
keluarga yang disebabkan faktor ekstern, seperti hilangnya atau tidak mampunya seorang ayah untuk
bertindak sebagai kepala rumah tangga karena adanya peperangan, terkena hukuman, bahkan meninggal
dunia. Krisis keluarga yang disebabkan faktor intern, misalnya karena terganggunya keseimbangan jiwa
salah satu anggota keluarga. Masalah Generasi Muda dalam Masyarakat Modern Masalah generasi muda
umunya dicirikan dengan dua tanda yang berlawanan, yakni keinginan untuk melawan (misalnya:
radikalisme, delinkuensi, oposisi dan sebagainya) dan sikap apatis (misalnya pada penyesuaian yang
membabi buta terhadap ukuran moral generasi tua). Sikap melawan mungkin disertai dengan suatu rasa
takut bahwa masyarakat akan hancur karena perbuatan-perbuatan menyimpang. Sementara itu sikap
apatis biasanya disertai dengan rasa kecewa terhadap masyarakat. Generasi muda biasanya mendapati
masalah dalam hal sosial dan biologis. Masa remaja merupakan suatu masa yang dapat digolongkan
sebagai masa yang berbahaya, karena pada periode itu seseorang meninggalkan tahap anak-anak menuju
ketahap selanjutnya yakni tahap kedewasaan. Masa ini dirasakan sebagai suatu krisis karena belum
adanya pegangan, pada biologisnya sudah matang sedangkan kepribadiannya sedang mengalami
pembentukan. Pada saat itu ia memerlukan bimbingan terutama dari orang tuanya. Demonstration effect
yang sangat kuat dan seterusnya merupakan masalah-masalah yang terjadi secara sosiologis. Masalah
tersebut anatara lain dapat diurutkan sebagai berikut: Persoalan sense of value yang kurang ditanamkan
oleh orang tua, terutama yang menjadi warga lapisan yang tinggi dalam masyarakat. Anak-anak dari
orang-orang yang menduduki lapisan tinggi dalam masyarakat biasanya menjadi pusat sorotan dan
sumber bagi imitasi untuk anak-anak yang bersal dari lapisan yang lebih rendah. Timbulnya organisasi-
organisasi pemuda informal, yang tingkah lakunya tidak disukai oleh masyarakat pada umunya
Timbulnya usaha para generasi muda yang bertujuan untuk mengadakan berbagai perubahan dalam
masyarakat, yang disesuaikan dengan nilai kaum muda. BACA JUGA Pengertian dan Tipe Institusi
Sosial Beserta Contohnya Menurut Para Ahli Pengertian dan Contoh Strata atau Stratifikasi Sosial
Menurut Para Ahli Pengertian Masalah Sosial dan Manfaat Sosiologi di Lingkungan Masyarakat
Peperangan Peperangan mungkin merupakan masalah sosial yang paling sulit dipecahkan sepanjang
sejarah kehiupan manusia. Peperangan merupakan suatu bentuk pertentangan yang setiap kali diakhiri
dengan akomodasi. Keadaan dewasa ini yang sering disebut “Perang Dingin” merupakan suatu bentuk
akomodasi. Peperangan mengakibatkan berbagai disoraganisasi dalam berbagai aspek kehidupan
kemasyarakatan, baik pada negara yang dianggap sebagai pemenang atau pun negara yang dinyatakan
telah takluk. Belum lagi peperangan dewasa ini biasanya merupakan perang total, yaitu dimana tidak
hanya angkatan bersenjata yang tersangkut, tetapi seluruh lapisan masyarakat. Pelanggaran Terhadap
Norma-Norma Pelacuran Pelacuran dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang bersifat menyerahkan
diri kepada umum untuk melakukakn perbuatan-perbuatan seksual dengan mendapat upah. Pelacuran
dapat dikategorikan sebagai masalah sosial itu lebih dikarenakan pada penghakiman masyarakat terhadap
para PSK (Pekerja Seks Komersial) yang dinilai sebagai suatu pekerjaan nista, karena mereka dianggap
telah melanggar norma yang terdapat dalam suatu masyarakat tersebut. Tapi apabila di dalam masyarakat
itu tidak ada kode etik atau norma yang menganggap bahwa pekerjaan seperti itu adalah pekerjaan yang
tidak halal, maka masyarakat sesungguhnya tidak akan menilai hal tersebut sebagai suatu masalah sosial.
Delinkuensi Anak-Anak Delinkuensi anak-anak yang terkenal di Indonesia adalah masalah cross boys
dan cross girl yang merupakan sebutan bagi anak-anak muda yang tergabung dalam ikatan/organisasi
formal atau semi formal dan yang mempunyai tingkah laku yang kurang/ tidak disukai oleh masyarakat
pada umumnya. Dilenkuensi anak-anak meliputi pencurian, perampokan, pencopetan, penganiayaan,
pelanggaran susila, penggunaan obat-obatan perangsang, dan mengendarai keadaan bermotor dengan
tidak mengindahkan aturan-aturan lalu lintas. Alkoholisme Masalah alkoholisme dan pemabuk pada
kebanyakan masyarakat pada umunya tidak berkisar pada apakah alkohol boleh atau dilarang
dipergunakan. Persoalan pokoknya adalah siapa yang boleh menggunakannya dimana, kapan, dan dalam
kondisi yang bagaimana. Karena dalam kaitannya masalah alkoholisme ini apabila tidak bisa ditertibkan
maka akan mengakibatkan disorganisasi sosial terhadap masyarakat khususnya keluarga pada seorang
pemabuk. Pembicaraan alkoholisme mengenai aspek hukum yang dibatasi pada perudang-undangan akan
dipusatkan pada akibat pemakaian alkohol. Artinya, yang akan disajikan adalah mengenai orang mabuk
dan keadaan yang berkaitan dengan itu, yang sebenarnya berlandaskan aspek sosial. Sebagai kesimpulan
sementara dapatlah dikatakan bahwa pola minum minuman beralkohol dalam batas-batas tertentu
dianggap bukanlah masalah sosial. Akan tetapi, jika perbuatan tersebut mengakibatkan mabuk, hal itu
dianggap sebagai penyimpangan yang tidak terlampau berat apabila belum menjadi suatu kebiasaan. Dari
sudut tersebut pada aspek sosial yang penting adalah mencegah adanya pemabuk. Homoseksual Secara
sosiologis homoseksual adalah seseorang yang cenderung menyukai orang yang sejenis kelaminnya
sebagai pasangan seksual. Homoseksualitas merupakan sikap tindak atau pola prilaku para homoseksual.
Pria yang melakukan tindak tanduk yang demikian lazimnya disebut Gay, sedangak pada wanita sering
disebut sebagai lesbian. Seseorang menjadi homoseksual karena pengaruh orang-orang sekitarnya. Sikap-
tindakannya yang kemudian menjadi pola seksualnya dianggap sebagai sesuatu yang dominan sehingga
menentukan segi-segi kehidupan lainnya. Mereka biasanya menderita konflik batiniyah yang menyangkut
identitas diri yang bertentangan dengan identitas sosial sehingga ada kecenderungan untuk mengubah
karakteristik seksualnya. Secara sosiologis, lingkungan sosial memberikan bentuk pada sikap-tindak
homoseksual. Homoseksualitas timbul lebih dikarenakan oleh dorongan kuat yang kadang-kadang
menjadi ekses untuk mengadakan persamaan kedudukan dan peranan antara wanita dengan pria.
Kegiatan-kegiatan ini kadang menghasilkan situasi yang disproporsional bagi kaum pria. Homoseksual
dapat digolongkan kedalam tiga kategori, yaitu: Golongan yang secara aktif mencari mitra kencan
ditempat-tempat tertentu, seperti misalnya bar-bar homoseksual;  Golongan pasif, artinya menunggu; 
Golongan situasional yang mungkin bersikap pasif atau melakukan tindakan-tindakan tertentu. Masalah
Kependudukan Penduduk suatu negara pada hakikatnya merupakan sumber yang sangat penting bagi
pembangunan, sebab penduduk merupakan subjek serta objek pembangunan. Dalam prospek tersebut
ternyata kesejahteraan penduduk mengalami gangguan oleh perubahan-perubahan demografis yang sering
kali tidak dirasakan. Masalah ini terdapat pada tingginya angka kelahiran, yang dalam hal ini dapat diatasi
oleh pelaksanan pada program Keluarga Berencana (KB) yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
dan kesejahteraan ibu-ibu dan anak-anak maupun keluarga serta bangsa secara menyeluruh. Tujuan lain
adalah untuk meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat dengan mengurangi angka kelahiran sehingga
pertumbuhan pendudik tidak melebihi kapasitas produksi (Soerjono Soekanto, Pengetahuan Kalangan
hukum di DKI Terrhadap Hukum dan Kependudukan, hlm 1, &2) Masalah Lingkungan Hidup Masalah
lingkungan hidup biasanya membicarakan yang berkutat mengenai suatu hal yang berada di sekitar
manusia, baik sebagai individu maupun dalam pergaulan hidup. Lingkungan hidup tersebut dibedakan
dalam kategori-kategori sebagai berikut: Lingkungan fisik, yakni semua benda mati yang ada di sekeliling
manusia. Lingkungan biologis, yaitu segala sesuatu di sekitar manusia yang berupa organisme yang hidup
(disamping manusia itu sendiri). Lingkungan sosial, yang terdiri dari orang-orang baik individual maupun
kelompok yang berada di sekitar manusia. Dalam pengertiannya, lingkungan terjadi karena adanya timbal
balik antara organisme-organisme hidup (biotic community) tertentu, yang membentuk suatu keserasian
atau keseimbangan tertentu. Masalah yang di hadapi oleh lingkungan dewasanya adalah suatu
pencemaran yang diakibatkan oleh subsidi energi yang dimasukan oleh manusia kedalam lingkungan
buatannya. Pencemaran akan terjadi apabila di dalam lingkungan hidup manusia, baik yang bersifat fisik,
biologis, maupun sosiologis terdapat bahan yang merugikan eksistensi manusia dan lingkungan, yang
pada umunya merupakan aktivitas manusia itu sendiri. Masalah pencemaran biasanya dibedakan dalam
beberapa klasifikasi seperti, pencemaran udara, air, darat dan tanah serta pencemaran budaya atau sosial.
Sekian artikel tentang Pengertian Masalah Sosial dan Manfaat Sosiologi dalam Masyarakat. Semoga
bermanfaat. Daftar Pustaka Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi: Suatu Pengantar: Jakarta: Rajawali Pers
Sunarto, Kamanto, 2000, Pengantar Sosiologi, Jakarta, Lembaga Penerbit, Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia

Baca selengkapnya:
https://www.psikologimultitalent.com/2016/12/Pengertian.Masalah.Sosial.dan.Manfaat.Sosiologi.dalam.
Masyarakat.html

PENELITIAN KUALITATIF :
PENDEKATAN ETNOGRAFI
BY RIZAL MAWARDI · 4 MARCH 2019
A.  ETNOGRAFI
1.      Pengertian Etnografi
Etnografi merupakan suatu metode penelitian ilmu sosial. Penelitian ini sangat
percaya pada ketertutupan, pengalaman pribadi,dan partisipasi yang mungkin,
tidak hanya pengamatan, oleh para peneliti yang terlatih dalam seni etnografi.
Para etnografer ini sering bekerja dalam tim yang multidisipliner. Di mana titik
fokus penelitiannya dapat meliputi studi intensif budaya dan bahasa, bidang
atau domain tunggal, ataupun gabungan metode historis, observasi, dan
wawancara.

Pada awalnya etnografi berakar pada bidang antropologi dan sosiologi. Namun
para praktisi dewasa ini melaksanakan penelitian etnografi dalam segala
bentuk. Ahli etnografi melakukan studi persekolahan, kesehatan masyarakat,
perkembangan pedesaan dan perkotaan, konsumen dan barang konsumsi, serta
arena manusia manapun.

Perlu dicatat bahwa penelitian etnografi ini juga dapat didekati dari titik
pandang preservasi seni dan kebudayaan, dan lebih sebagai suatu usaha
deskriptif daripada usaha analitis. Biasanya para peneliti etnografi
memfokuskan penelitiannya pada suatu masyarakat, namun tidak selalu secara
geografis saja, melainkan dapat juga memerhatikan pekerjaan, pangangguran,
dan aspek masyarakat lainnya. Beserta pemilihan informan yang mengetahui
dan memiliki suatu pandangan  atau pendapat tentang berbagai kegiatan
masyarakat.

Beberapa ahli mengemukakan pengertian tentang penelitian etnografi salah


satunya adalah Emzir (2011: 143) yang menyatakan Etnografi adalah suatu
bentuk penelitian yang berfokus pada makna sosiologi melalui observasi
lapangan tertutup dari fenomena sosiokultural. 

Sementara Harris (dalam John W. Creswell; 2007) menjelaskan


bahwaethnography is a qualitative design in which the researcher describes and
interprets the shared and learned patterns of values, behaviors, beliefs, and language
of a culture-sharing group. As both a process and an outcome of research (Agar,
1980), ethnography is a way of studying a culture-sharing group as well as the final,
written product of that research.yang berarti penelitian etnografi merupakan
sebuah penelitian kualitatif dimana seorang peneliti menguraikan dan
menafsirkan pola bersama dan belajar nilai-nilai, perilaku, keyakinan, dan
bahasa dari berbagai kelompok. Baik sebagai proses dan hasil penelitian,
etnografi adalah sebuah cara belajar kelompok pada suatu budaya baik sebagai
akhir, dalam hasil penulisan penelitian.
Beberapa definisi lain tentang penelitian etnografi :

1.  “When used as a method, ethnography typically refers to field work (alternatively,


participant-observation) conducted by a single investigator who ‘lives with and lives
like’ those who are studied, ussually for a year or more”. (John Van Maanen, 1996).
Dalam hal ini, penelitian etnografi dilakukan ketika digunakan sebagai metode,
etnografi biasanya mengacu kepada kerja lapangan (alternative-partisipan-
pengamatan) dilakukan oleh seorang peneliti tunggal yang hidup dengan dan
hidup seperti orang-orang yang diteliti, biasanya dilakukan kurang lebih satu
tahun atau lebih.
2.   “Ethnography literally means ‘a portrait of a people’. An ethnography is a written
description of particular culture – the customs, beliefs, and behavior – based on
information collected through fieldwork.” (Marvin Harris and Orna Johnson,
2000).Secara harfiah penelitian etnografi berarti gambaran sebuah masyarakat.
Yang berarti etnografo adalah gambaran umum suatu budaya atau kebiasaan,
keyakinan, dan perlikau yang berdasarkan atas informasi yang telah
dikumpulkan melalui penelitian lapangan.
3.   “Ethnography is the art and science of describing a group or culture. The
description may be small tribal group in an exotic land or a classroom in middle-class
suburbia.” (David M. Fetterman, 1998), (Genzuk, 2005:1). Etnografi adalah seni
dan ilmu yang menggambarkan tentang sebuah kelompok atau budaya.
Penggambaran mungkin mengenai tentang kelompok suku kecil dalam sebuah
daerah yang menarik atau sebuah kelas menengah maupun pinggiran kota
4.   “Etnographic designs are qualitative research procedures for describing,
analyzing, and interpreting a culture-sharing group’s shared patterns of behavior,
beliefs, and language that develop over time.” (John W. Creswell, 2008:473).”
Rancangan penelotian etnografi adalah prosedur penelitian kualitatif untuk
menggambarkan, menganalisis, dan menafsirkan suatu pola kelompok berbagai
budaya yang dilakukan bersama baik perilaku, keyakinan dan bahasa yang
berkembang dari waktu kewaktu.
Dari beberapa definisi di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian
etnografi adalah sebuah penelitian kualitatif yang berfokus pada makna
sosiologi dengan menggambarkan, menganalisa dan memberi penafsiran dari
sebuah pola budaya tertentu.

2.      Asumsi Dasar Penelitian Etnografi


     Karena cakupan penelitian etnografi yang bersumber pada budaya dan
observasi serta melakukan wawancara merupakan standar dasar pada
penelitian etnografi maka perlu kiranya dikembangkan beberapa asumsi yang
menjadi dasar utama peneliti sebelum melakukan penelitian. 
     Beberapa asumsi dasar penelitian etnografi yang dikemukakan oleh Emzir
(2011: 148-149) adalah sebagai berikut : 1) Etnografi mengasumsikan
kepentingan penelitian yang prinsip utamanya dipengaruhi oleh pemahaman
kultural masyarakat. 2) Penelitian etnografi mengasumsikan suatu kemampuan
mengidentifikasi masyarakat yang relevan dengan kepentingannya.  3) Dengan
penelitian etnografi peneliti diasumsikan mampu memahami kelebihan kultural
dari masyarakat yang diteliti, meguasai bahasa atau jargon teknis dari
kebudayaan tersebut dan memiliki temuan yang didasarkan pada pengetahuan
komprehensif dari budaya tersebut. 
     Lebih lanjut, Gall, Gall and Borg dalam bukunya “Educational Research an
Introductioní” menyatakan peneliti etnografi setidaknya memiliki beberapa
pandangan tentang lintas budaya yang menjadi obyek penelitiannya
diantaranya : 1) Ethnology: mencakup teori-teori dasar budaya yang merupakan
data pembanding dari beberapa budaya yang berbeda. 2) Pemerolehan budaya:
yang memfokuskan diri pada konsep, nilai-nilai budaya, kemampuan dan
tingkah laku yang merupakan budaya umum yang terjadi pada masing-masing
kebudayaan. 3) Pergeseran budaya: yang fokus pada penelitian tentang
seberapa besar struktur sosial mengintervensi kehidupan seseorang dalam
suatu kasus tertentu.
3.         Prinsip-Prinsip Metodologi Penelitian Etnografi
Penelitian etnografi merupakan penelitian terperinci yang dapat
menggambarkan suatu kegiatan, kejadian yang biasa terjadi sehari-hari pada
suatu komunitas tertentu. Ini merupakan dasar kekuatan penelitian etnografi
yang memberikan gambaran utuh tentang apa yang terjadi di lapangan.
Berbeda halnya dengan penelitian kuantitatif yang menangkap kebenaran
hakikat perilaku sosial di masyarakat dengan sandaran studi latar artifisial atau
pada apa yang dikatakan orang bukan melihat dan terjun secara langsung
mempelajari apa yang dilakukan oleh obyek penelitian tersebut.

     Hammersley (1990) dalam Genzuk (2005: 3) yang tersaji dalam buku


Emzir“Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif” (2011: 149-
152) menyatakan 3 prinsip metodologis yang digunakan dalam corak metode
etnografi diantaranya:
a. Naturalisme : ini menggambarkan bahwa penelitian etnografi yang dijalankan
bertujuan untuk menangkap suatu karakter yang muncul secara alami dan
didapatkan melalui kontak langsung, bukan melalui interfensi atau rekayasa
eksperimen.
b. Pemahaman: yang menjadi landasan utama disini adalah bahwa tindakan
manusia berbeda dari perilaku objek fisik. Tindakan tersebut tidak hanya
tanggapan stimulus namun juga interpretasi terhadap suatu stimulus. Untuk itu
meneliti latar budaya yang lebih dikenal lebih baik dari pada meneliti yang
masih asing agar terhindar dari resiko kesalahpahaman budaya.
c. Penemuan: Penelitian etnografi merupakan penelitian yang didasari oleh
penemuan sang peneliti. Ini merupakan bentuk otentik sebuah penelitian
dimana suatu fenomena dikaji tidak hanya berdasar pada serangkaian hipotesis
yang mungkin bisa saja terjadi kegagalan namun menjadi nyata setelah
dibutakan oleh asumsi yang dibangun ke dalam hipotesis tersebut.
4.         Karakteristik Penelitian Etnografi
Creswell dalam bukunya “Educational Research, planning, conducting and
evaluating quantitative and qualitative research” menyebutkan beberapa
karakter penelitian etnografi diantaranya:

a.  Cultural theme: Merupakan suatu budaya yang terimplementasikan atau


tergambarkan pada suatu grup atau komunitas tertentu (Spradley:1980b.)
b.   A Culture –sharing group: merupakan penelitian yang dapat dilaksanakan
pada 2 orang atau lebih yang memiliki kesamaan sikap, perilaku dan bahasa. 
c.   Fieldwork: Dalam penelitian etnografi Fieldwork  bermakna tempat dimana
peneliti dapat menggabungkan data pada seting tempat dan lokasi yang dapat
dipelajari .
d.   Description in etnography: Merupakan gambaran terperinci dari obyek yang
dilakukan penelitian.
e.   A Context: merupakan seting tempat, situasi atau lingkungan yang
melingkupi kelompok budaya yang dipelajari.
f.   Researcher Reflexivity: Mengacu pada sebuah kondisi dimana seorang
peneliti dalam kondisi yang sadar dan terbuka atas perannya sebagai peneliti
yang dengannya dapat timbul rasa saling mempercayai antara peneliti dan
obyek yang ditelitinya.
5.         Jenis – Jenis Penelitian Etnografi
Menurut Creswell, para ahli banyak menyatakan mengenai beragam jenis
penelitian etnografi, namun Creswell sendiri membedakannya menjadi 2
bentuk yang paling popular yaitu Etnografi realis dan etnografi kritis.
Penjelasannya sbb : 

a.          Etnografi realis

Etnografi realis mengemukakan suatu kondisi objektif suatu kelompok dan


laporannya biasa ditulis dalam bentuk sudut pandang sebagai orang ke -3.
Seorang etnografi realis menggambarkan fakta detail dan melaporlan apa yang
diamati dandidengar dari partisipan kelompok dengan mempertahankan
objektivitas peneliti

b.         Etnografi kritis

Dewasa ini populer juga etnograi kritis. Pendekatan etnografi kritis ini
penelitian yang mencoba merespon isu-isu sosial yang sedang
berlangsung.misalnya dalam masalah jender/emansipasi, kekuasaan, status
quo, ketidaksamaan hak, pemerataan dsb.

Jenis-Jenis etnografi lainnya diungkapkan Gay, Mills dan Aurasian sbb:

–        Etnografi Konfensional: laporan mengenai pengalaman pekerjaan


lapangan yang dilakukan etnografer
–        Autoetnografi: refleksi dari seseorang mengenai konteks budayanya
sendiri

–        Mikroetnografi: studi yang memfokuskan pada aspek khusus dari latar


dan kelompok budaya

–        Etnografi feminis: studi mengenai perempuan dalam praktek budaya


yang yang merasakan pengekangan akan hak-haknya.

–        Etnografi postmodern: suatu etnografi yang ditulis untuk menyatakan


keprihatinan mengenai masalah-masalah sosial terutama mengenai kelompok
marginal.

–        Studi kasus etnografi: analisis kasus dari seseorang, kejadian, kegiatan


dalam perspektif budaya.

6.         Prosedur Penelitian Etnografi


Menurut Creswell, walau tidak ada satu cara saja dalam menititi etnografi
namum secara umum prosedur penelitian etografi adalah sbb:

a.       Menentukan apakah masalah penelitian ini adalah paling cocok didekati


dengan studi etnogafi. Seperti telah kita bahas sebelumnya bahwa etnografi
menggambarkan suatu kelompok budaya dengan mengekloprasi kepercayaan,
bahasa dan  perilaku (etnografi realis); atau juga mengkritisi isu-isu mengenai
kekuasaan, perlawanan dan dominansi (etnografi kritis).

b.      Mengidentifikasi dan menentukan lokasi dari kelompok budaya yang akan


diteliti. Kelompok sebaiknya gabungan orang-orang yang telah bersama dalam
waktu yang panjang karena disini yang akan diteliti adalah pola perilaku, pikiran
dan kepercayaan yang dianut secara bersama.

c.       Pilihlah tema kultural atau isu yang yang akan dipelajari dari suatu
kelompok. Hal ini melibatkan analisis dari kelompok budaya.

d.      Tentukan tipe etnografi yang cocok digunakan untuk memlajari konsep


budaya tersebut. Apakah etnografi realis ataukah etnografi kritis.
e.       Kumpulkan informasi dari lapangan mengenai kehidupan kelompok
tersebut. Data yang dikumpulkan bisa berupa pengamatan, pengukuran, survei,
wawancara, analisa konten, audiovisual,pemetaan dan penelitian jaringan.
Setelah data terkumpul data tersebut dipilah-pilah dan dianalisa.

f.       Yang terahir tentunya tulisan tentang gambaran atau potret menyeluruh


dari kelompok budaya tersebut baik dari sudut pandang partisipan maupun dari
sudut pandang peneliti itu sendiri.

Siklus penelitian etnografi


1)             Pemilihan suatu proyek etnografi

Siklus dimulai dengan pemilihan suatu proyek etnografi kemudian peneliti


etnografi    mempertimbangkan ruang lingkup dari penyelidikan mereka.

2)             Pengajuan pertanyaan etnografi

Dalam sebuah etnografi seseorang dapat mengajukan sub-sub pertanyaan yang


berhubungan dengan (1) suatu deskripsi tentang konteks, (2) analisis tentang
tema-tema utama, dan (3) interpretasi perilaku cultural.

3)             Pengumpulan data etnografi

Cara pengumpulan data adalah denngan cara observasi partisipan, anda akan
mengamati aktivitas orang, karakteristik fisik situasin social, dan apa yang akan
menjadi bagian dari tempat kejadian selama pelaksanaan pekerjaan lapangan,
apakah seseorang mempelajari sebuah desa suku tertentu untuk satu tahun
atau pramugari pesawat udara untuk beberapa bulan, jenis observasi akan
berubah.

4)             Pembuatan Rekaman Etnografi

Tahap ini mencakup pengambilan cacatan lapangan, pengambilan foto,


pembuatan peta, dan penggunaan cara-cara lain untuk merekam observasi
anda.

5)             Analisis data Etnografi


Terdapat Empat Jenis Analisis:
a)      Analisis domain

b)      Memperoleh gambaran umum dan menyeluruh dari objek penelitianatau


situasi social.

c)      Analisis Taksonomi

d)     Menjabarkan domain-domain yang dipilih menjadi lebih rinci


untuk    mengetahui struktur internalnya.

e)      Analisis komponensial

f)       Mencari ciri spesifik pada setiap struktur internal dengan


cara  mengontraskan antarelemen.

g)      Analisis tema budaya

h)      Mencari hubungan di antara domain dan hubungan dengan keseluruhan,


yang selanjutnya dinyatakan ke dalam tema-tema sesuai dengan fokus dan
subfokus penelitian.

6)             Penulisan sebuah Etnografi

        Penulisan sebuah etnografi memaksa penyelidik ke dalam suatu jenis


analisis yang lebih intensif. Peneliti etnografi hanya dapat merencanakan dari
awal perjalanan penyeledikan mereka kedalam pegertian yang paling umum.
https://dosen.perbanas.id/penelitian-kualitatif-pendekatan-etnografi/

Penelitian Kualitatif Ilmu Kesehatan Masyarakat


20 MEI 2018, 19: 06: 38 WIB | EDITOR : FERY ARDY SUSANTO

Ethnografy bertujuan mengembangkan pemahaman mendalam budaya dalam konteks


sudut pandang subjek penelitian melalui pengaturan dalam jangka waktu lama,
sedangkan Phenomenology menggambarkan pentingnya fenomena dengan
mengeksplorasi dari perspektif orang yang berpengalaman untuk mendalami arti
partisipan sebagai suatu fenomena.  

Penelitian kualitatif dapat sebagai pelengkap penelitian kuantitatif dan keduanya berguna
dalam menilai kritis literatur kesehatan masyarakat. Contoh penggunaan penelitian
kualitatif dalam memecahkan permasalahan kesehatan yaitu kesehatan reproduksi pada
remaja.

Dengan penelitian kualitatif dapat untuk mengetahui bagaimana kebutuhan informasi


kesehatan reproduksi bagi remaja. Dengan focus group discussion dapat mengeksplorasi
bagaimanakah kebutuhan informasi tentang kesehatan reproduksi. (*)

https://radarsolo.jawapos.com/read/2018/05/20/74948/penelitian-kualitatif-ilmu-kesehatan-
masyarakat

Anda mungkin juga menyukai