Anda di halaman 1dari 6

ISSN 1978-6204

PENERAPAN HACCP PENGOLAHAN MAKANAN DENGAN ANGKA


KUMAN PADA MAKANAN KETOPRAK DI BANDAR LAMPUNG
Amelia Rohmah1)

Abstrak

Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) untuk menilai bahaya dan membentuk sistem
pengendalian yang berfokus pada pencegahan. Ketoprak merupakan makanan jajanan yang di jual
oleh pedagang kaki lima sehingga memiliki tingkat kerentanan yang tinggi. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan pengamanan makanan dengan angka kuman pada makanan.
Jenis penelitian adalah deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pedagang ketoprak yang berjualan di Bandar Lampung. Sampel diambil
berdasarkan teknik klaster dan diperoleh sampel sebanyak 32 pedagang ketoprak. Pengumpulan data
dengan wawancara, observasi, dan penilaian angka kuman makanan dengan metode angka lempeng
total (ALT). Analisis data menggunakan uji Chi Square, untuk menilai hubungan hasil faktor risiko
cemaran dengan angka kuman pada pangan makanan.
Hasil penelitian mendapatkan sebanyak 18,8% (N=32) sampel makanan mengandung bakteri, dan
21,9% pedagang belum menerapkan pengamanan makanan. Risiko pedagang tidak menerapkan
pengamanan makanan dengan baik meningkatkan risiko 60,0 (4,52-97,08) kali. Perlu upaya bersama
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pedagang dalam menerapkan prinsip-prinsip
hygiene sanitasi pengelolaan makanan.

Kata Kunci: HACCP, ketoprak, angka kuman


1)
Alumni Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang

PENDAHULUAN hingga ke tangan konsumen adalah Hazard


Makanan berguna untuk membangun Analysis Critical Control Point (HACCP), yaitu
jaringan tubuh yang baru, memelihara, dan penilaian bahaya dan menetapkan sistem
memperbaiki jaringan tubuh yang sudah tua, pengendalian yang memfokuskan pada
dan makan sebagai zat pengatur karena pencegahan dari pada mengandalkan sebagian
makanan turut serta mengatur proses alam, besar pengujian produk akhir terhadap hygiene
kimia, dan proses faal dalam tubuh (Chandra, dan sanitasi makan dan minuman utamanya
2005). Pada dasarnya, manusia memerlukan adalah usaha yang diperuntukkan untuk umum
makanan yang memenuhi syarat–syarat, antara seperti rumah sakit, restoran, rumah makan,
lain enak rasanya, bersih dan sehat, memenuhi atau pedagang kaki lima mengingat bahwa
gizi yang cukup, mudah dicerna dan diserap makan dan minuman merupakan media yang
oleh tubuh, bebas dari cemaran mikroba. potensial dalam penyebaran penyakit (Winanro,
Sedangkan faktor–faktor lingkungan yang 1993; Depkes RI, 2004).
mempengaruhi makanan adalah: 1) Lingkungan Pada penelitian Djaja (2003) yang dikutip
fisik, meliputi: air, udara, tanah, sinar, suhu, oleh Pratidina (2017) dan Atmoko (2017), dari
kelembaban; 20 Lingkungan kimia, meliputi : tiga tempat pengelolaan makanan (TPM)
pestisida, food additive, antibiotika, dan logam; menyimpulkan bahwa pedagang kaki lima
3) Lingkungan biologis meliputi jasad renik, berisiko 3,5 kali lipat terhadap terjadinya
manusia, hewan ternak/piaraan, binatang kontaminasi makanan dibandingkan dengan
piaraan/tikus, dan tanaman atau tumbuhan. usaha jasaboga, restoran dan rumah makan.
Oleh karena itu, makanan dan minuman yang Ketoprak merupakan salah satu makanan
dikonsumsi haruslah terjamin baik dari segi jajanan khas Indonesia menggunakan ketupat
kualitas dan kuantitasnya (Ahyanti, 2018). yang mudah dijumpai menggunakan gerobak
Salah satu usaha menjamin mutu dan dijalan-dijalan atau dikaki lima, didalam
keamanan makanan sejak proses produksi ketoprak terdapat tahu, bihun, mentimun, touge,

RUWA JURAI - Volume 13 Nomor 2 Desember 2019 52


ISSN 1978-6204

dan lain-lain. Ketoprak dapat menjadi salah satu tangan, air pencucian, penyimpanan bahan
media penularan penyakit yang diakibatkan makanan dalam keadaan terbuka. Penelitian
oleh makanan yang tidak sehat. Kontaminasi bertujuan mengetahui hubungan pengamanan
pada makanan berupa virus, bakteri, jamur, makanan dengan angka kuman pada makanan
parasit, dan bahan kimia berbahaya. Sebagai ketoprak di Bandar Lampung.
gambaran, berdasarkan Foodborne Disease
Burden Epidemiologi Reference Group (FERG) METODE
2010 dari WHO, diperkirakan 582 juta kasus Jenis penelitian yang digunakan adalah
muncul dari 22 penyakit yang menyebarkan deskripsi analitik dengan rancangan cross
melalui makanan (Foodborne Disease). sectional yaitu penelitian yang mempelajari
Sebanyak 351.000 diantaranya berujung dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko
kematian. dengan efek, dengan cara pendekatan,
Di Indonesia pada tahun 2017, berdasarkan observasi atau pengumpulan data sekaligus
data dari Direktorat Kesehatan Lingkungan dan pada suatu saat. (Notoatmodjo, 2014). Lokasi
Public Health Emergency Operation Center penelitian di Kota Bandar Lampung, pada bulan
(PHEOC) Kementerian Kesehatan mencatat Februari – Mei 2019. Populasi adalah seluruh
KLB keracunan pangan berjumlah 163 pedagang ketoprak di 20 kecamatan yang ada di
kejadian, 7132 kasus dengan Case Fatality Rate Kota Bandar Lampung, sebanyak 115
(CFR) 0,1%. KLB keracunan pangan termasuk pedagang. Pengambilan sampel dilakukan
urutan ke-2 dari laporan KLB yang masuk ke secara purposive di empat kecamatan terpadat
PHEOC, Nomor 2 setelah KLB difteri. Di (Kecamatan Teluk Betung Timur, Teluk
Provinsi Lampung pada tahun 2012 frekuensi Betung Barat, Teluk Betung Utara, Teluk
kejadian luar biasa (KLB) terdapat 4 kejadian Betung Selatan), sebanyak 32 pedagang.
keracunan pangan yang dilaporkan ke BPOM. Data dikumpulkan melalui wawancara dan
Dengan jumlah kasus sebanyak 57 orang sakit observasi, untuk mengetahui cara pengolahan
dan dirawat. Kasus KLB keracunan pangan makanan, mulai dari pembuatan hingga
merupakan fenomena gunung es, artinya tidak penyajian makanan. Penilaian HACCP
semua kasus atau kejadian dapat dilaporkan (identifikasi bahaya, penetapan CCP, penetapan
(BPOM RI, 2012). Hasil penelitian Laseri batas kritis, pemantauan CCP, tindakan koreksi
(2017) pada pedagang makanan jajanan terhadap penyimpangan, verifikasi,
mendapatkan sebanyak 51% memiliki dokumentasi) dilakukan pada setiap tahapan
pengetahuan yang buruk dan 49% memiliki pembuatan makanan (Gambar 1). Pemeriksaan
pengetahuan yang baik. Hal ini menunjukan angka kuman makanan juga dilakukan
bahwa pengetahuan pedagang kaki lima masih menggunakan metode Angka Lempeng Total
buruk yang sangat berpengaruh pada angka (ALT), mengikuti Ahyanti (2019).
kuman makanan dalam pengawasan pada Keseluruhan data dianalisis secara univariat
makanan. (frekuensi dan proporsi), dan bivariate dengan
Hasil studi pendahuluan (6 Januari 2019) Chi-square pada alpha=0,05. Analisis
terhadap 10 penjual ketoprak diketahui masih menggunakan perangkat SPSS, dan hasilnya
banyak pedagang yang kurang memperhatikan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar.
aspek hygiene dan sanitasi, seperti kebersihan

Gambar 1. Diagram alir proses pengolahan makanan ketoprak

RUWA JURAI - Volume 13 Nomor 2 Desember 2019 53


ISSN 1978-6204

HASIL yaitu mengandung bahaya bahan yang sensitive


1. Identifikasi bahaya terhadap bahaya biologis/kimia/fisik, seperti
Tabel 1 menyajikan identifikasi bahaya pada bumbu-bumbu yang digunakan (cabe
dengan penerapan HACCP pada pengolahan rawit, bawang merah, bawang putih, garam,
makanan ketoprak. Kelompok risiko atau gula merah, asam jawa, kacang goreng), dan
bahaya dikelompokkan menjadi tiga, yaitu fisik, tahapan kerja (menghaluskan bumbu di piring,
kimia, dan mikrobiologis. Faktor fisik adalah memotong ketupat, memotong tahu,
paparan debu dan asap kendaraan bermotor. penambahan bihun, kerupuk, saat penyajian ke
Kimia berupa paparan pestisida, pengawet, pelanggan dan pencucian piring).
pewarna makanan, sodium laurit sulfat. Sedangkan pada kelompok bahaya C, yaitu
Sedangkan faktor mikrobiologis dari tidak ada upaya untuk mencegah/
kontaminasi, predominan, dan serangga. menghilangkan bahaya terjadi pada bihun dan
Hasil penelitian mendapatkan bahwa risiko tahu yang mengandung pengawet. Hasil
paling banyak berada pada kelompok bahaya B, identifikasi disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Identifikasi Bahaya dengan HACCP


Kelompok
No. Bahan/ masakan Risiko Cara Pencegahan
F K B
1 Cabe rawit, bawang merah, Y Y Y Dicuci dengan air mengali hingga bersih sesaat
bawang putih, garam, gula sebelum diolah, merendam garam yang ditanam
merah, asam jawa, kacang dengan garam dapur, disimpan dalam toples tertutup.
goreng
2 Tauge Y Y Menjaga wadah tetap bersih dan tertutup.
3 Bihun dan tahu Y Lebih selektif memilih bahan, kenali cirri bahan
makanan yang tidak bagus, menjaga wadah tetap bersih
dan tertutup.
4 Menghaluskan bumbu Y Y Penjamah menggunakan masker.
langsung di piring
5 Menambahan air secukupnya Y Y Y Merebus air sampai mendidih, pastikan wadah tidak
berkarat, apabila wadah berbahan plastik jangan
masukan air ketika masih panas.
6 Pemotongan ketupat ke piring Y Y Disimpan di tempat tertutup dan tidak terlalu lama dari
pembuatan ketupat, menggunakan pisau khusu suntuk
memotong ketupat saja.
7 Pemotongan tahu ke piring Y Menggunakan pisau khusus dipakai memotong tahu
saja.
8 Penambahan bihun Y Y Menggunakan alat atau sendok yang bersih.
9 Penambahan tauge Y Y Menggunakan alat atau sendok yang bersih.
10 Penambahan krupuk Y Y Menggunakan alat atau sendok yang bersih.
11 Penyajian kepelanggan Y Y Mengantarkan makanan menggunakan penutup.
12 Pencucian piring Y Y Y Piring harus benar benar bersih, dicuci dengan air
mengalir, dicuci dengan air hangat kuku atau sekitar
300 C

Hasil penilaian dengan HACCP (mulai dari Tabel 2. Frekuensi Angka Kuman dan HACCP
identifikasi bahaya sampai dengan tindakan Variabel n %
koreksi) selanjutnya dikelompokkan menjadi HACCP
dua (Tabel 2). Sebanyak 78,1% pedagang Baik 25 78,1
masuk dalam kategori baik, dan 21,9% masuk Buruk 7 21,9
dalam kategori kurang baik. Angka Kuman
Memenuhi syarat 26 81,3
Tidak memenuhi syarat 6 18,8

RUWA JURAI - Volume 13 Nomor 2 Desember 2019 54


ISSN 1978-6204

Berdasarkan hasil pemeriksaan angka sampel yang bebas angka kuman, mayoritas
kuman pada makanan, ditemukan sebanyak (96,0%) berasal dari pedagang yang melakukan
18,8% sampel mengandung kuman, dan sisanya pengamanan makanan. Hasil analisis statistik
(81,2%) tidak ditemukan, atau telah memenuhi menunjukkan hubungan antara pengamanan
syarat kesehatan (Tabel 2). makanan dengan angka kuman pada makanan
(p-value<0,05). Peluang terdapat kuman pada
2. Pengamanan Makanan dan angka kuman makanan 60,0 (4,52-97,08) kali pada pedagang
Pada Tabel 3 terlihat bahwa mayoritas yang tidak menerapkan pengamanan makanan
(71,4%) sampel makanan yang tidak memenuhi dengan baik.
syarat, berasal dari pedagang dengan
pengamanan makanan kurang baik. Pada

Tabel 3. Hubungan Penerapan HACCP dan Angka Kuman


Angka Kuman Makanan
CI:95%
HACCP TMS MS p-value
n % n %
Kurang Baik 5 71,4 2 28,0 60,0
0,0001
Baik 1 4,0 24 96,0 (4,52-97,08)

PEMBAHASAN hingga penyajian. Pengawasan pangan dapat


1. Identifikasi bahaya pada pengolahan memberikan jaminan mutu dan keamanan
makanan ketoprak pangan. Salah satunya adalah dengan HACCP,
Berdasarkan pemeriksaan angka kuman yaitu metode untuk menilai bahaya dan
pada makanan ketoprak yang dijual oleh menetapkan sistem pengendalian yang
pedagang di Kota Bandar Lampung, sebanyak 6 memfokuskan pada pencegahan. Setiap sistem
sampel (18,8%) eridentifikasi tercemar oleh HACCP mampu mengakomodasi perubahan,
bakteri. Namun, 26 (18,2%) sampel telah seperti kemajuan dalam rancangan peralatan,
memenuhi syarat kesehatan. Menurut prosedur pengolahan atau perkembangan
Kemenkes RI (2011) dan Peraturan Kepala teknologi. HACCP dapat diterapkan pada
BPOM RI No.16 tahun 2016 tentang kriteria seluruh rantai pangan dari produk primer
mikrobiologi dalam pangan olahan, angka sampai pada konsumsi akhir dan penerapannya
kuman pada makanan tidak boleh ada. harus diperoleh dengan bukti secara ilmiah
Bahan pangan dapat bertindak sebagai terhadap resiko kesehatan manusia (BSN, 1997
perantara atau substrat untuk pertumbuhan dalam Pratikto 2013). Tujuan dari
mikroorganisme patogen penyebab penyakit. diberlakukannya HACCP adalah: a) Untuk
Penyakit menular yang cukup berbahaya seperti menjamin bahwa produksi pangan setiap saat;
tifus, kolera, disentri, atau TBC, mudah tersebar b) Merupakan bukti sistem produksi dan
melalui bahan makanan (Hafidawati, 2012). penangan produk yang aman; c) Memberi rasa
Berdasarkan karakteristik pangan, pertumbuhan percaya diri pada produsen akan jaminan
mikroba dipengaruhi oleh jumlah air yang keamanan produknya; d) Memberikan kepuasan
tersedia pada makanan, nilai keasaman (pH), kepada customer akan konformitasnya pada
kandungan gizi, dan senyawa anti mikroba. standar nasional/internasiona; e) Memenuhi
Sedangkan berdasarkan kondisi lingkungan, standar regulasi pemerintah; f) Penggunaan
pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh suhu, sumber daya secara efektif dan efisien.
keberadaan oksigen, dan kelembaban. Selain Untuk menghindari adanya kuman pada
itu, mikroba pada makanan disebabkan oleh makanan, maka penjamah makanan harus
kontaminasi dari tangan penjamah makanan menerapkan keamanan pada makanan mulai
yang tidak menjaga kebersihan selama bekerja. dari persiapan bahan makanan, pengolahan,
Menurut Irianto dalam Hafidawati (2012), peralatan masak yang digunakan, lingkungan
terdapatnya kuman pada makanan akibat dan tempat mengolah makanan, peralatan
perpindahan kuman dari tangan ke makanan. makan, tempat menyimpan makanan. Hal
Terdapatnya kuman pada makanan penting lainnya adalah cara mencuci, air yang
disebabkan oleh rendahnya pengawasan pada digunakan, serta penyimpanan alat masak dan
makanan, sejak dari bahan baku, pengolahan, alat makan.

RUWA JURAI - Volume 13 Nomor 2 Desember 2019 55


ISSN 1978-6204

2. Penerapan HACCP dan angka kuman sampah yang memadai dan peralatan yang
makanan cukup.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa Sudarmaji dalam Jemis (2013)
sebagian besar (71,4%) sampel makanan yang menyampaikan, bahwa suatu pendekatan sistem
tidak memenuhi syarat, berasal dari pedagang dalam pengamanan makanan adalah dengan
dengan pengamanan makanan kurang baik. pendekatan HACCP. Pengawasan keamanan
Pada sampel yang bebas angka kuman, makanan dapat terjamin mutu makanan, karena
mayoritas (96,0%) berasal dari pedagang setiap tahapan proses pengolahan dilakukan
dengan pengamanan makanan baik. Hasil pengendalian risiko dan bahaya yang timbul.
analisis statistik menunjukkan hubungan antara Sehingga, untuk menerapkan HACCP
pengamanan makanan dengan angka kuman diperlukan peningkatan mutu sumber daya
pada makanan (p-value<0,05). Peluang terdapat manusia agar tercapai sasaran. Untuk mengatasi
kuman pada makanan 60,0 (4,52-97,08) kali kekurangan dalam pengukuran kinerja tersebut,
pada pedagang yang tidak menerapkan maka digunakan suatu metode pendekatan yang
pengamanan makanan dengan baik (Tabel 3). mengukur kinerja perusahaan yang
Untuk mengetahui penerapan HACCP telah mengedepankan pentingnya menyelaraskan
dilakukan dengan baik, maka perlu dilakukan aspek perusahaan secara keseluruhan, meliputi
pemeriksaan angka kuman. Makanan dan investor, customer, tenaga kerja, supplier,
minuman yang baik adalah makanan dan peraturan dan masyarakat.
minuman yang bebas dari bakteri-bakteri Oleh karena itu, untuk mendapatkan
patogen. Upaya pengamanan makanan dan makanan yang layak untuk dikonsumsi, maka
minuman pada dasarnya melakukan perlu dilakukan pengamanan makanan yang
pengamanan/pencegahan kontaminasi dari memprioritaskan pada aspek pencegahan.
orang yang menangani makanan, tempat Diperlukan upaya bersama untuk meningkatkan
penyelenggaraan makanan, peralatan pengetahuan pedagang atau penjamah makanan
pengolahan makanan dan proses pengolahan dalam pengamanan makanan, baik melalui
nya. Ada beberapa aktor yang mempengaruhi penyuluhan, maupun pelatihan.
terjadinya keracunan makanan, antara lain
higienis perorangan yang buruk, cara KESIMPULAN
penanganan makanan yang tidak sehat, dan Hasil penelitian mendapatkan sebanyak 6
perlengkapan pengolahan makanan yang tidak (18,8%) sampel makanan jenis ketoprak yang
bersih. diperiksa dengan metode ALT, mengandung
Menurut Winarno (1993), masalah bakteri, dan 7 (21,9%) pedagang belum
keamanan pangan banyak ditimbulkan karena menerapkan pengamanan makanan. Hasil
kondisi hygiene dan sanitasi yang rendah analisis statistik menunjukkan hubungan antara
sehingga mengakibatkan kontaminasi bahan penerapan HACCP dengan angka kuman pada
pangan baik pada makanan maupun minuman makanan (p-value<0,05). Peluang terdapat
yang dijual di pinggir jalan, warung-warung kuman pada makanan 60,0 (4,52-97,08) kali
atau dibuat di rumah penduduk. Keamanan lebih besar pada pedagang yang tidak
makanan diselenggarakan untuk menjaga menerapkan pengamanan makanan dengan
makanan tetap aman, higienis, bermutu, bergizi, baik. Rendahnya pengetahuan pedagang
dan tidak bertentangan dengan agama, mengakibatkan tidak dilakukannya penerapan
keyakinan, dan budaya masyarakat. Keamanan pengamanan makanan, sehingga terjadi
makanan dimaksudkan untuk mencegah kontaminasi dari lingkungan dan penjamah.
kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan Perlu upaya bersama untuk meningkatkan
benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, pengetahuan dan keterampilan pedagang dalam
dan membahayakan kesehatan manusia. mengolah makanan yang sesuai dengan prinsip-
Masalah sanitasi pangan banyak berkaitan prinsip keamanan makanan.
dengan kebersihan dari tahap produksi,
persiapan, penyimpanan, dan penyajian DAFTAR PUSTAKA
makanan. Disamping itu, pengelolaan makanan Ahyanti, Mei. 2018. Penyehatan Makanan dan
juga harus memperhatikan kebersihan pekerja, Minuman. Pustaka Panasea. Yogyakarta.
peralatan dan air yang digunakan selama proses Ahyanti, Mei. 2019. Modul Praktikum
persiapan, pengolahan dan penyajian, tempat Penyehatan Makanan dan Minuman-A,

RUWA JURAI - Volume 13 Nomor 2 Desember 2019 56


ISSN 1978-6204

Yayasan Bina Masyarakat Mandiri. Bandar Dengan Pendekatan Good Manufacturing


Lampung. Practice (GMP); Jemis Vol. 1 NO. 1 tahun
Atmoko, Hadi; Hanani, Hanan. 2017. 2013 hal. 14-20
Peningkatan Hygiene Sanitasi SebgI Laseri, Tri Era. 2017. Hubungan Hygiene
Upaya Menjaga Kualitas Makanan Dan Sanitasi dan Prilaku Penjamah Makanan
Kepuasan Pelanggan Di Rumah Makan Dengan Angka Kuman pada Makanan
Dhamar Palembang; Jurnal Khasanah Jajanan di Lingkungan Sekolah Yayasan
Ilmu-Volume 8 No. 1-2017. Hal 1-9 Kartika Jaya Kota Bandar Lampung.
BPOM RI, 2012, Laporan Tahunan Badan Skripsi. Poltekkes.
Pengamanan Obat-obatan dan Makanan, Notoatmodjo, Soekidjo. 2014. Metodologi
Lampung. Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka
BPOM RI.16. Peraturan Kepala BPOM tahun Cipta.
2016 tentang Kriteria Mikrobiologi Dalam Kemenkes RI. 2011. Peraturan Menteri
Pangan Olahan. Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan 1096 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga,
Lingkungan. Buku Kedokteran. Jakarta. Jakarta.
Depkes RI. 2004. Higiene Sanitasi Makanan Pratidina, Azzahra. 2017. Hubungan Hygiene
dan Minuman. Dirjen PPM dan PLP. Dan Sanitasi Dengan Kontaminasi Ec Pada
Depkes RI Jakarta. Jajanan Pedagang Kaki Lima Disekolah
Hafidawati, dkk. 2012. Penuntun Praktikum Dasar Kelurahan Pendrikan Lor,
Laboratorium Lingkungan. Universitas Semarang;Jurnal Kesehatan Masyarakat(e-
Riau. Pekanbaru. http://Penuntun Journal) Volume 5, Nomor 5, Oktober
Praktikum Laboratorium 2017 (ISSN: 2356-3346)
Lingkungan.ac.id.unrau (diakses pada http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm.
tanggal 28 April 1019) (diakses pada 4 Februari 2019)
Pratikto, Hermansyah; Soenoko, Setyanto. Winanro, Florentinus Georgius, 1993.
2013. Hazard Analiziz And Critical HACCP dan penerapannya dalam industri
Control Point (HACCP) Produksi Maltossa pangan. M-Brio. Press.

RUWA JURAI - Volume 13 Nomor 2 Desember 2019 57

Anda mungkin juga menyukai