Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Penerapan Sistem Agribisnis Terhadap Respon Petani Pada Usahatani

Kakao (Theobroma cacao) di Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang

Rini Mastuti1 /Alfiansyah2


1Dosen Tetap Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
2Mahasiswa Fakultas Pertanian Program Studi Agribisnis
Universitas Samudra, Langsa-Aceh

Ringkasan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan sistem
agribisnis terhadap respon petani pada usahatani kakao (Theobroma cacao) di Kecamatan
Rantau Kabupaten Aceh Tamiang. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rantau Kabupaten
Aceh Tamiang, penentuan lokasi penelitian dilakukan menggunakan metode survey.
Penentuan desa sampel dilakukan secara sengaja (Purposive Sampling) yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Dari 14 desa yang ada di Kecamatan
Rantau dipilih 4 desa untuk dijadikan desa sampel dengan pertimbangan bahwa desa sampel
yang dipilih memiliki luas lahan dan produksi tertinggi dibandingkan desa yang lain.
Pengambilan petani sampel dilakukan dengan menggunakan metode Simple Random
Sampling yaitu dengan teknik pengambilan secara acak, jumlah petani sampel yang
diambil adalah sebanyak 20% dari populasi petani tiap-tiap desa sampel.
Hasil analisis diperoleh Persamaan Regresi Linear Berganda adalah Y = -2,72 + 0,48
X1 + 1,10 X2 + 0,33 X3. Hasil koefisien determinasi (R2) sebesar 0,61 atau 61% artinya
variasi naik turunnya respon petani sebesar 61% dipengaruhi oleh penerapan subsistem
hulu, subsistem usahatani dan subsistem pemasaran, sedangkan 39% respon petani
dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel penelitian ini.
Hasil pengujian secara serempak (Uji F) di peroleh Fcari = 20,00 > Ftabel =2,96 pada
tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) dan juga Fcari = 20,00 > Ftabel =4,60 pada tingkat
kepercayaan 99% (α = 0,01), sehingga dapat diambilkesimpulan bahwa secara
serempak atau bersama-sama variabel subsistem hulu, subsistem usahatani dan subsistem
pemasaran secara keseluruhan memberi pengaruh yang sangat nyata pada respon petani di
daerah penelitian.
Hasil pengujian secara parsial atau secara terpisah untuk variabel subsistem hulu
(X1), subsistem usahatani (X2) dan subsistem pemasaran (X3) dapat dilihat bahwa t1cari
= 16,00 ˃ ttabel = 1,7011 pada tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05), dan t1cari = 16,00 ˃
ttabel = 2,4671 pada tingkat kepercayaan 99% (α=0,01), t2cari = 55,00 > ttabel = 1,7011 pada
tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05) dan t2cari = 55,00 > ttabel = 2,4671 pada tingkat
kepercayaan 99% (α= 0,01), t3cari = 11,00 > ttabel=1,7011 pada tingkat kepercayaan 95%
(α= 0,05), t3cari = 11,00 > ttabel =2,4671 pada tingkat kepercayaan 99% (α= 0,01).
Sehingga diambil kesimpulan bahwa penerapan subsistem hulu, subsistem usahatani dan
subsistem pamasaran secara terpisah mempunyai pengaruh yang sangat nyata terhadap
respon petani di daerah penelitian

PENDAHULUAN kegiatan usaha agribisnis terus


Latar Belakang berlangsung pada setiap subsistem
Kegiatan agribisnis di Indonesia agribisnis, mengingat beberapa produk
dalam sektor pertanian mencakup perkebunan merupakan produk andalan
agribisnis tanaman pangan dan ekspor indonesia selain produk-produk
hortikultura, agribisnis tanaman perikanan. Beberapa komoditas utama
perkebunan, agribisnis kehutanan, perkebunan yang menjadi andalan ekspor
agribisnis perikanan dan agribisnis Indonesia adalah karet, kelapa, kelapa
peternakan. Khusus produk perkebunan sawit, kakao, kopi dan teh.
AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 3 No. 1 Januari – Juni 2016

107
Salah satu komoditas perkebunan melalui ekspor dan mendorong ekonomi
yang memiliki nilai ekonomis tinggi daerah terutama daerah pedesaan. Untuk
adalah kakao. Kakao merupakan salah itu, sejak tahun 1980 pemerintah
satu komoditas yang peranannya cukup memberikan prioritas terhadap produksi
penting bagi perekonomian nasional kakao sebagai salah satu komoditi yang
dengan sebaran sentra penanaman yang dikembangkan secara cepat. Kakao
cukup banyak dan tumbuh dengan baik merupakan tanaman perkebunan di
di Indonesia. Kakao juga telah lama lahan kering, dan jika diusahakan
menjadi salah satu komoditi ekspor secara baik dapat berproduksi tinggi serta
unggulan Indonesia yang memiliki menguntungkan secara ekonomis.
kontribusi yang cukup besar dalam Sebagai salah satu tanaman yang
menghasilkan devisa negara. Disamping dimanfaatkan bijinya, maka biji kakao
itu, kakao juga berperan dalam dapat dipergunakan untuk bahan
mendorong pengembangan wilayah dan pembuatan minuman, campuran gula-gula
pengembangan agroindustri. dan beberapa jenis makanan lainnya
Pembudidayaan kakao dapat dilakukan bahkan karena kandungan lemaknya
dengan memperhatikan setiap tinggi biji kakao dapat dibuat cacao
subsistemnya mulai dari hulu hingga hilir butter/mentega kakao, sabun, parfum dan
dan juga resiko yang dihadapi dalam obat- obatan.
setiap proses budidaya berlangsung. Ditinjau dari berbagai aspek,
Tanaman kakao pada awalnya Kabupaten Aceh Tamiang cukup potensial
merupakan tanaman liar hutan tropis di untuk mengembangkan tanaman Kakao,
Amerika Tengah dan Amerika Selatan baik ditinjau dari luas lahan, hasil
bagian utara. Pertama kali diketahui produksi dan produktivitas.
tanaman ini dibudidayakan dan digunakan Kecamatan Rantau merupakan
sebagai bahan makanan dan minuman salah satu Kecamatan di Kabupaten Aceh
oleh suku Indian Maya dan suku Aztec. Tamiang yang mengusahakan usahatani
Kakao merupakan salah satu komoditas kakao untuk dijadikan sebagai sumber
perkebunan yang sesuai untuk pendapatan tambahan bagi sejumlah
perkebunan rakyat karena tanaman ini petani di Kecamatan tersebut, Kecamatan
dapat berbunga dan berbuah sepanjang Rantau terdiri dari 16 desa, 14 desa
tahun, sehingga dapat menjadi sumber diantaranya memiliki usahatani kakao dan
pendapatan bagi petani. Tanaman kakao 2 desa tidak memiliki usahatani kakao
mempunyai kesesuaian lahan dengan yaitu desa kebun rantau dan komplek
kondisi tanah dan iklim tertentu, untuk pertamina.
pengembangan tanaman kakao hendaknya Secara konsepsional sistem
tetap memperhatikan kesesuaian lahan agribisnis dapat diartikan sebagai semua
yang cocok untuk melakukan usaha aktivitas, mulai dari pengadaan dan
budidaya tanaman kakao. penyaluran sarana produksi (input), proses
Produksi kakao Indonesia usahatani dan sampai dengan pemasaran
dihasilkan dari perkebunan besar negara, produk-produk yang dihasilkan oleh
perkebunan swasta dan perkebunan usahatani serta agroindustri yang saling
masyarakat yang terdapat di daerah terkait satu sama lain sehingga sampai
Sumatra dan Jawa. Selain itu, juga kepada konsumen akhir.
berasal dari perkebunan yang tersebar Subsistem hulu adalah suatu
di daerah Maluku, Sulawesi Selatan, kegiatan pengadaan sarana produksi
Kalimantan Timur dan Papua. pertanian antara lain terdiri dari benih,
Peningkatan usaha dibidang bibit, makanan ternak, pupuk, pestisida,
pembudidayaan kakao ini telah alat-alat, mesin, dan peralatan produksi
meningkatkan devisa bagi negara pertanian. Industri yang menyediakan
AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 3 No. 1 Januari – Juni 2016

108
sarana produksi pertanian disebut juga Berdasarkan judul dan latar
sebagai agroindustri hulu. Subsistem hulu belakang yang telah dikemukakan dapat
yang terdapat di Kecamatan Rantau yaitu diindetifikasikan permasalahan sebagai
pengadaan bibit, pupuk, pestisida dan berikut: “Apakah penerapan subsistem
peralatan produksi pertanian. Dalam hal agribisnis hulu, subsistem usahatani dan
penggunaan pupuk sebagian besar petani subsistem pemasaran berpengaruh
di Kecamatan Rantau memilih terhadap respon petani pada usahatani
menggunakan pupuk bersubsidi dari kakao (Theobroma cacao) di Kecamatan
pemerintah karena lebih menghemat biaya Rantau Kabupaten Aceh Tamiang”.
produksi. Dengan adanya sarana produksi
dapat membantu petani dalam penyediaan Tujuan Penelitian
sarana produksi yang akan dipergunakan Adapun tujuan penelitian adalah
dalam usahataninya, sehingga dapat untuk mengetahui pengaruh penerapan
meningkatkan kualitas dan kuantitas subsistem agribisnis hulu, subsistem
produksi yang akan dihasilkan. Pemasaran usahatani dan subsistem pemasaran
merupakan salah satu subsistem agribisnis terhadap respon petani pada usahatani
penting dari sistem agribisnis. Kegiatan kakao (Theobroma cacao) di
pemasaran merupakan suatu rangkaian Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh
kegiatan yang terjadi dalam proses Tamiang.
mengalirkan barang dan jasa dari
produsen ke konsumen serta memberikan Kegunaan Penelitian
keuntungan bagi produsen. Oleh karena Penelitian ini diharapkan dapat
itu petani di Kecamatan Rantau menambah ilmu pengetahuan dan
memasarkan hasil produksi yang pengembangan wawasan penulis,
dihasilkan dari usahataninya melalui mahasiswa, dosen dan masyarakat
pedagang pengumpul desa dan kemudian umum tentang pengaruh penerapan sistem
dilanjutkan ke pedagang pengumpul agribisnis terhadap respon petani pada
kecamatan atau pabrik. Dimana usahatani kakao.
tujuan dari pemasaran tersebut
adalah memperoleh keuntungan bagi
petani, dan selanjutnya keuntungan METODE PENELITIAN
tersebut dapat digunakan untuk biaya Lokasi, Objek, Ruang Lingkup dan
produksi usahatani berikutnya. Untuk Waktu Penelitian
menerapkan sistem agribisnis mulai Penelitian ini dilaksanakan di
dari hulu hingga hilir pada usahatani Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh
kakao, ada beberapa faktor yang Tamiang, dengan pertimbangan bahwa
mempengaruhi petani diantaranya adalah kecamatan tersebut merupakan daerah
menyangkut dengan respon petani yang ada terdapat usahatani kakao
yang berbeda-beda. Respon atau dengan menerapkan sistem agribisnis.
tanggapan akan timbul setelah seseorang Penelitian ini menggunakan metode
atau kelompok orang terlebih dahulu survey. Objek penelitian ini adalah petani
merasakan kehadiran suatu objek yang yang menanam tanaman kakao
terjadi dilingkungannya, yang bersifat (Theobroma cacao) dengan menerapkan
saling tekait dan saling mempengaruhi. sistem agribisnis di Kecamatan Rantau
Respon petani yang akan dilihat yaitu Kabupaten Aceh Tamiang. Ruang lingkup
tanggapan atau pendapat petani terhadap penelitian ini meliputi subsistem hulu,
penerapan sistem agribisnis pada subsistem usahatani, subsistem pemasaran
usahatani kakao. dan respon petani terhadap penerapan
sistem agribisnis pada usahatani kakao.
Identifikasi Masalah
AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 3 No. 1 Januari – Juni 2016

109
Teknik Penentuan Sampel dan Cara Suka Rakyat, Desa Jamur Jelatang dan
Pengumpulan Data Desa Jamur Labu. Pengambilan petani
Penetuan sampel sampel dilakukan dengan menggunakan
Kecamatan Rantau terdiri dari 16 metode Simple Random Sampling dengan
desa, dari 16 desa tersebut ada 14 desa teknik pengambilan secara acak. Jumlah
yang terdapat usahatani kakao. Penentuan petani sampel yang diambil adalah
desa sampel dilakukan secara sengaja sebanyak 20% dari populasi petani tiap-
(Purposive Sampling). Munurut tiap desa sampel. Adapun jumlah
Sugiyono (2008:122) Adapun desa populasi dan petani sampel penelitian
tersebut yaitu Desa Suka Mulia, Desa dapat dilihat pada tabel II-1 berikut ini :
Tabel II-1. Jumlah Populasi dan Jumlah Sampel Petani Kakao di Kecamatan
Rantau Kabupaten Aceh Tamiang, 2015.
No Desa Sampel Populasi (Orang) Sampel (Orang)
1 Suka Mulia 50 10
2 Suka Rakyat Jamur Jelatang 40 8
3 Jamur Labu 42 8
4 30 6
Jumlah 162 32
Sumber : Data Primer, 2015 (diolah)

Tabel II-1 di atas dapat dilihat bahwa usahatani kakao adalah jumlah
jumlah populasi dalam penelitian ini skor dari pernyataan sebagai
adalah sebanyak 162 orang. Jumlah berikut :
sampel pada masing-masing desa yaitu  Menerapkan sistem
Desa Suka Mulia 10 orang, Desa Suka agribisnis dalam usahatani
Rakyat 8 orang, Desa Jamur Jelatang 8 kakao mempunyai tujuan
orang dan Desa Jamur Labu 6 orang untuk menambah pendapatan.
sehingga jumlah sampel keseluruhan  Menerapkan sistem
yaitu 32 orang. agribisnis dalam usahatani
kakao sudah menjadi
Teknik Pengumpulan Data ketentuan.
Data yang diambil dan dikumpul dalam  Menerapkan sistem
penelitian ini terdiri dari data primer agribisnis dalam usahatani
dan sekunder. kakao dapat menghasilkan
produksi yang tinggi.
Konsep Operasional Variabel  Menerapkan sistem agribisnis
dalam usahatani kakao dapat
Untuk menguji hipotesis yang telah meningkatkan keterampilan.
dirumuskan dibutuhkan variabel sebagai  Menerapkan sistem
berikut : agribisnis dalam usahatani
a. Respon Petani (Y) adalah kakao dapat menghemat
dimana seorang petani dalam penggunaan biaya produksi.
tanggapan, dorongan dan reaksi
b. Subsistem hulu (X1) adalah
untuk menerapkan sistem
pengadaan sarana produksi
agribisnis dalam budidaya
pertanian seperti pengadaan
usahatani kakao yang dihitung
bibit, pupuk, pestisida dan
dalam satuan skor.
peralatan pertanian yang
Ketentuan respon penerapan
dihitung dalam satuan skor.
sistem agribisnis pada
AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 3 No. 1 Januari – Juni 2016

110
Dengan pernyataan sebagai  Produksi yang tinggi dengan
berikut: kualitas yang baik
 Usaha pengadaan sarana merupakan harapan petani
produksi dapat dalam berusahatani.
mempermudah petani untuk d. Subsistem pemasaran (X3)
memperoleh sarana produksi adalah kegiatan untuk
yang dibutuhkan. memperlancar pemasaran
 Dengan adanya pengadaan komoditas pertanian baik segar
sarana produksi ketersediaan maupun olahan yang dihitung
bibit, pupuk dan pestisida dalam satuan skor. Dengan
bagi petani akan selalu ada. pernyataan sebagai berikut :
 Dengan adanya pengadaan  Menerapkan subsistem
sarana produksi harga yang agribisnis pemasaran dapat
terjangkau akan didapatkan membantu dalam
oleh petani. pengumpulan hasil produksi.
 Dengan harga sarana  Menerapkan susistem
produksi yang terjangkau agribisnis pemasaran dapat
akan menghemat biaya membantu dalam
produksi. mendistribusikan produksi.
 Dengan adanya usaha  Menerapkan subsistem
pengadaan sarana produksi agribisnis pemasaran
petani lebih bijak dalam dapat menigkatkan
memilih sarana yang pendapatan.
dibutuhkan sesuai dengan  Menerapkan subsistem
kemampuannya agribisnis pemasaran
c. Subsistem usahatani (X2) adalah mempermudah petani dalam
kegiatan yang menggunakan memperoleh informasi pasar.
barang-barang modal dan  Proses pemasaran
sumberdaya alam untuk membutuhkan jasa penunjang
menghasilkan komoditas seperti transportasi.
pertanian yang dihitung dalam
satuan skor. Dengan pernyataan Pengukuran Variabel
sebagai berikut : Pada penelitian ini perhitungan skor
 Penggunaan sarana produksi dengan menggunakan skala Likert. Skala
seperti pestisida pada Likert yaitu untuk mengukur sikap,
usahatani efektif dalam pendapat dan persepsi seseorang atau
pengendalian hama dan sekelompok orang tentang fenomena
penyakit. sosial (Sugiyono, 2008:133) dengan
 Penggunaan sarana produksi kriteria pengukuran adalah sebagai berikut
dapat meningkatkan hasil :
produksi. 1. Setuju (S) diberi skor 3
2. Netral (N) diberi skor 2
 Penggunaan sarana produksi 3. Tidak Setuju (TS) diberi skor 1
dapat meningkatkan kualitas Model Analisis dan Pengujian Hipotesis
produksi. Data yang dikumpulkan
dilapangan kemudian diolah dengan cara
 Hasil produksi yang baik akan mentabulasikan dalam bentuk tebelaris
dapat meningkatkan harga jual. yang sesuai dengan kebutuhan analisis.
Hipotesis yang telah dirumuskan diatas
AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 3 No. 1 Januari – Juni 2016

112
akan diuji kebenarannya dengan Karakteristik petani adalah ciri
menggunakan analisis regresi linier dari seorang petani seperti umur,
berganda. Menurut Sudjana (2005:347) pendidikan, pengalaman berusahatani
menjelaskan “regresi linier berganda dan tanggungan keluarga. Karakteristik
adalah untuk mengetahui arah hubungan akan mempengaruhi respon petani
antara variabel independen dengan terhadap penerapan sistem agribisnis pada
variabel dependen apabila nilai usahatani kakao. Dalam menjalankan
variabel independen mengalami kenaikan usahataninya, setiap petani memegang
atau penurunan”. Persamaannya adalah dua peranan yaitu petani sebagai juru tani
sebagai berikut : (cultivator) dan sekaligus seorang
Y = a0 + a1X1 + pengelola (manajer). Peranan petani
a2X2 + a3X3 + e …. ( Sudjana, dalam usahatani mencakup semua aspek
sehingga menghendaki adanya keahlian
2005:347) Keterangan :
dan keterampilan yang sangat tergantng
Y = Respon petani ( kepada umur, pengalaman berusahatani
Skor ) dan tanggungan keluarga. Rata-rata umur
X1 = Subsistem hulu ( petani di daerah penelitian yaitu 39,90
Skor ) tahun, ini berarti petani di daerah
X2 = Subsistem penelitian masih dalam usia produktif,
usahatani ( Skor ) dengan usia petani yang masih produktif
X3 = Subsistem petani akan merespon apa yang akan
pemasaran ( Skor ) diteliti. Rata-rata tingkat pendidikan
a0 = Konstanta petani yaitu 9,65 tahun, ini berarti
a1, a2 dan a3 = Parameter yang pendidikan di daerah penelitian banyak
dicari e = Eror yang menamatkan SMP, dengan tingkat
Untuk melihat perbandingan antara pendidikan SMP petani akan merespon
Y yang dijelaskan oleh variabel X1, X2 apa yang akan diteliti sesuai dengan ilmu
dan X3 digunakan koefisien determinasi. yang ada. Rata-rata pengalaman
Sudjana, (2005:383) menjelaskan berusahatani yaitu 9,65 tahun,
“Koefisien determinasi (R2) adalah dengan pengalaman berusahatani selama
proporsi keragaman atau variansi total 9,65 tahun petani dapat merespon apa
nilai peubah Y yang dapat dijelaskan yang akan diteliti sesuai dengan
oleh nilai peubah X melalui hubungan pengalamannya berusahatani dan rata-rata
linier”. Untuk menguji pengaruh secara tanggungan keluarga sebanyak 4 orang.
serempak variabel Independen (X1, X2 dan Rata-rata luas lahan petani kakao
di daerah penelitian adalah 0,38 Ha.
X3) terhadap variabel dependen (Y)
Rata-rata luas lahan terbesar terdapat di
digunakan Uji F. Untuk mengetahui
Desa Suka Mulia yaitu sebesar 0,39 Ha,
pengaruh masing-masing variabel atau
sedangkan rata-rata luas lahan terkecil
secara parsial digunakan uji t untuk
terdapat di Desa Jamur Labu sebesar 0,37
pengujian. Sudjana (2005:373)
Ha. Di Kecamatan Rantau luas lahan
menjelaskan “Uji t adalah metode
kakao sebesar 0,38 Ha merupakan lahan
pengujian yang dilakukan untuk
yang berukuran sedang.
mengetahui pengaruh variabel bebas
Respon petani dan jumlah skor
secara individual terhadap variabel
respon petani terhadap penerapan sistem
terikat”.
agribisnis pada usahatani kakao
berpengaruh sesuai dengan skala likert,
HASIL PENELITIAN DAN dimana dari 5 pernyataan tersebut diatas
PEMBAHASAN terdapat nilai tertinggi dan terendah. Nilai
Karakteristik Petani tertinggi skor respon petani terdapat pada
AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 3 No. 1 Januari – Juni 2016

113
pernyataan 2 yaitu 23 petani menyatakan mendekati setuju, itu artinya respon yang
setuju, 9 petani menyatakan netral dengan diberikan petani dalam subsistem hulu
rata-rata skor 2,72. Dan untuk pernyataan sangat baik.
terendah terdapat pada pernyataan nomor Nilai tertinggi skor respon petani
4 yaitu 10 petani menyatakan setuju, 18 pada subsistem usahatani terdapat pada
petani menyatakan netral dan 4 petani pernyataan 5 yaitu 31 petani menyatakan
menyatakan tidak setuju dengan rata-rata setuju, 1 petani menyatakan netral dengan
skor 2,19. Jumlah keseluruhan respon rata-rata skor 2,97. Dan untuk pernyataan
petani dari 5 pernyataan di atas dapat terendah terdapat pada pernyataan
dilihat bahwa jumlah skor tertinggi nomor 3 yaitu 22 petani menyatakan
terdapat pada pernyataan setuju yaitu 93 setuju, 7 petani menyatakan netral dan 3
skor, karena dengan menerapkan sistem petani menyatakan tidak setuju, dengan
agribisnis dapat menambah rata-rata skor 2,59. Jumlah keseluruhan
pendapatan, menghasilkan produksi yang respon petani dari 5 pernyataan di atas
tinggi, meningkatkan keterampilan dan dapat dilihat bahwa jumlah skor tertinggi
menghemat biaya produksi. Pada terdapat pada pernyataan setuju yaitu 137
pernyataan netral yaitu 58 skor dan skor, karena penggunaan sarana produksi
pada pernyataan tidak setuju yaitu 9 pada usahatani membantu dalam
skor, karena sebagian dari petani sampel pengendalian hama dan penyakit, dapat
merasakan bahwa penerapan sistem meningkatkan hasil produksi dan kualitas
agribisnis tidak memberi pengaruh produksi serta meningkatkan harga jual.
apapun. Nilai rata-rata keseluruhan skor Pada pernyataan netral yaitu 19 skor dan
respon petani yaitu 2,53 atau mendekati pada pernyataan tidak setuju yaitu 4 skor,
setuju, itu artinya respon yang diberikan karena sebagian dari petani sampel
petani sangat baik. merasakan bahwa penggunaan sarana
Nilai tertinggi skor respon petani produksi pada usahatani tidak memberi
pada subsistem hulu terdapat pada pengaruh apapun terhadap hasil dan
pernyataan 1 yaitu 29 petani kualitas produksi. Nilai rata-rata
menyatakan setuju, 3 petani menyatakan keseluruhan skor respon petani pada
netral dengan rata-rata skor 2,91. Dan subsistem usahatani yaitu 2,83 atau
untuk pernyataan terendah terdapat mendekati setuju, itu artinya respon yang
pada pernyataan nomor 5 yaitu 10 diberikan petani dalam subsistem
petani menyatakan setuju, 22 petani usahatani sangat baik.
menyatakan netral dengan rata-rata skor Nilai tertinggi skor respon petani
2,31. Jumlah keseluruhan respon petani pada subsistem pemasaran terdapat pada
dari 5 pernyataan di atas dapat dilihat pernyataan 4 yaitu 30 petani menyatakan
bahwa jumlah skor tertinggi terdapat setuju, 2 petani menyatakan netral dengan
pada pernyataan setuju yaitu 100 skor, rata-rata skor 2,94. Dan untuk pernyataan
karena dengan adanya subsistem hulu terendah terdapat pada pernyataan
dapat mempermudah petani memperoleh nomor 3 yaitu 13 petani menyatakan
sarana produksi yang dibutuhkan dengan setuju, 17 petani menyatakan netral dan 2
harga yang terjangkau. Pada pernyataan petani menyatakan tidak setuju, dengan
netral yaitu 56 skor dan pada pernyataan rata-rata skor 2,34. Jumlah keseluruhan
tidak setuju yaitu 4 skor, karena sebagian respon petani dari 5 pernyataan di atas
dari petani sampel merasakan bahwa dapat dilihat bahwa jumlah skor tertinggi
penerapan subsistem hulu tidak terdapat pada pernyataan setuju yaitu 111
memberi pengaruh apapun terhadap skor, karena dengan adanya subsistem
ketersediaan dan harga sarana produksi. pemasaran petani dapat memperoleh
Nilai rata-rata keseluruhan skor respon informasi pasar, membantu
petani pada subsistem hulu yaitu 2,60 atau mengumpulkan dan memasarkan hasil
AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 3 No. 1 Januari – Juni 2016

114
produksi serta meningkatkan b. Setiap penambahan 1 skor
pendapatan. Pada pernyataan netral yaitu pada subsistem usahatani akan
43 skor dan pada pernyataan tidak setuju menyebabkan penambahan skor
yaitu 6 skor, karena sebagian dari petani respon petani sebesar 1,10
sampel merasakan bahwa penerapan skor, jika skor pada subsistem
subsistem pemasaran tidak memberi hulu dan subsistem pemasaran
pengaruh apapun terhadap pemasaran dianggap tetap. Karena
hasil produksi. Nilai rata-rata keseluruhan penggunaan sarana produksi
skor respon petani pada subsistem pada usahatani dapat
pemasaran yaitu 2,64 atau mendekati meningkatkan hasil produksi dan
setuju, itu artinya respon yang diberikan kualitas produksi serta
petani dalam subsistem pemasaran sangat meningkatkan harga jual.
baik. c. Dan Setiap penambahan 1 skor
pada subsistem pemasaran akan
Pengaruh Penerapan Sistem menyebabkan penambahan skor
Agribisnis Terhadap Respon Petani respon petani sebesar 0,33
pada Usahatani Kakao (Theobroma skor, jika skor pada subsistem
Cacao) di Kecamatan Rantau hulu dan subsistem usahatani
Kabupaten Aceh Tamiang. dianggap tetap. Karena dengan
adanya subsistem pemasaran
Respon petani dipengaruhi oleh penerapan petani dapat memperoleh
subsistem hulu, subsistem usahatani dan informasi pasar, membantu
subsistem pemasaran. Untuk memasarkan hasil produksi dan
mengetahui besarnya pengaruh tersebut meningkatkan pendapatan.
digunakan regresi linier berganda dan Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
hasil analisis diperoleh persamaan sebagai 0,61 atau 61% artinya variasi naik
berikut : turunnya respon petani sebesar 61%
Y = -2,72 + 0,48 X1 + 1,10 dipengaruhi oleh penerapan subsistem
X2 + 0,33 X3 hulu, subsistem usahatani dan subsistem
Dari persamaan diatas dapat disimpulkan pemasaran, sedangkan 39% respon petani
bahwa : dipengaruhi oleh faktor lain diluar
a. Setiap penambahan 1 skor variabel penelitian ini.
pada subsistem hulu akan Untuk mengetahui besarnya
menyebabkan penambahan skor pengaruh subsistem hulu (X1), subsistem
respon petani sebesar 0,48 skor, usahatani (X2) dan subsistem pemasaran
jika skor pada subsistem (X3) terhadap respon petani (Y) secara
usahatani dan subsistem serempak diuji dengan menggunakan uji
pemasaran dianggap tetap. F, dengan tingkat kepercayaan 95% ( =
Karena dengan adanya 0,05) dan 99% ( = 0,01) dengan dk
subsistem hulu dapat (derajat kebebasan) = (n-k-1), dimana k
mempermudah petani adalah jumlah variabel bebas dan n adalah
memperoleh sarana produksi jumlah data atau banyaknya sampel yang
yang dibutuhkan. diteliti dengan hasil seperti yang tertera
pada Tabel IV-7 dibawah ini:
Tabel IV-7. Hasil Uji Secara Serempak (Uji F)
F table Kesimpulan
Variabel F Cari
 = 0,05  = 0,01  = 0,05  = 0,01

AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 3 No. 1 Januari – Juni 2016

115
40

-Subsistem Hulu
-Subsistem Usahatani 20,00 2,96 4,60 Fcari > Ftabel Fcari > Ftabel
-Subsistem Pemasaran
Sumber : Data primer diolah
Berdasarkan Tabel IV-7 hasil pengujian sangat nyata pada respon petani di daerah
secara serempak (Uji F) di peroleh Fcari = penelitian.
20,00 > Ftabel = 2,96 pada tingkat Besarnya pengaruh subsistem hulu
kepercayaan 95% (α = 0,05) dan juga Fcari (X 1 ), subsistem usahatani (X2) dan
= 20,00 > Ftabel = 4,60 pada tingkat subsistem pemasaran (X3) terhadap
kepercayaan 99% (α = 0,01), sehingga respon petani (Y) secara parsial/terpisah
dapat diambil kesimpulan bahwa di uji dengan menggunakan uji t, pada
secara serempak atau bersama-sama tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05) dan
variabel subsistem hulu, subsistem 99% ( = 0,01) dengan dk = (n-k-1) = 32
usahatani dan subsistem pemasaran secara - 3 - 1 = 28. Untuk lebih jelasnya hasil
keseluruhan memberi pengaruh yang perhitungan uji t sebagaimana tertera pada
Tabel IV-8 di bawah ini:
Tabel IV-8. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) .
t table Kesimpulan
Variabel t cari
 = 0,05  = 0,01  = 0,05  = 0,01
-Subsistem Hulu 16,00 1,7011 2,4671 t1cari > ttabel t1cari > ttabel
-Subsistem Usahatani 55,00 1,7011 2,4671 t2cari > ttabel t2cari > ttabel
-Subsistem Pemasaran 11,00 1,7011 2,4671 t3cari > ttabel t3cari > ttabel
Sumber : Data primer diolah
Berdasarkan Tabel IV-8 hasil pengujian Kesimpulan
secara parsial atau secara terpisah untuk Dari hasil penelitian dan pembahasan
variabel subsistem hulu (X1), yang diperoleh dapat diambil sebuah
subsistem usahatani (X2) dan kesimpulan yaitu:
subsistem pemasaran (X3) dapat dilihat - Berdasarkan hasil perhitungan
bahwa t1cari = 16,00 ˃ ttabel = 1,7011 analisis regresi linear berganda
pada tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05), maka diperoleh persamaan regresi
dan t1cari = 16,00 ˃ ttabel = 2,4671 pada sebagai berikut : Y = -2,72 + 0,48
tingkat kepercayaan 99% (α= 0,01), X1 + 1,10 X2 + 0,33 X3
t2cari = 55,00 > ttabel = 1,7011 pada - Dari hasil perhitungan diperoleh
tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05) dan (R2) = 0,61 atau 61% artinya
t2cari = 55,00 > ttabel = 2,4671 pada tingkat variasi naik turunnya respon
kepercayaan 99% (α= 0,01), t3cari = 11,00 petani sebesar 61% dipengaruhi
> ttabel=1,7011 pada tingkat kepercayaan oleh penerapan subsistem hulu,
95% (α= 0,05), t3cari = 11,00 > ttabel = subsistem usahatani dan subsistem
2,4671 pada tingkat kepercayaan 99% pemasaran, sedangkan 39% respon
(α= 0,01). Sehingga dapat diambil petani dipengaruhi oleh faktor lain
kesimpulan bahwa penerapan subsistem diluar variabel penelitian ini.
hulu (X1), subsistem usahatani (X2) - Hasil pengujian secara serempak
dan subsistem pemasaran (X3) secara (Uji F) di peroleh Fcari = 20,00 >
terpisah mempunyai pengaruh yang Ftabel = 2,96 pada tingkat
sangat nyata terhadap respon petani di kepercayaan 95% (α = 0,05) dan
daerah penelitian. juga Fcari = 20,00 > Ftabel = 4,60
pada tingkat kepercayaan 99% (α
KESIMPULAN DAN SARAN = 0,01), sehingga dapat diambil
AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 3 No. 1 Januari – Juni 2016

116
42

kesimpulan bahwa secara Mubyarto, 2001. Pengantar Ekonomi


serempak atau bersama-sama Pertanian. Edisi keenam. LP3S,
variabel subsistem hulu, Jakarta.
subsistem usahatani dan subsistem Mosher, AT, 1995. Menggerakkan
pemasaran secara keseluruhan dan Membangun Pertanian.
memberi pengaruh yang sangat Yasaguna, Jakarta.
nyata pada respon petani di daerah Nazir, M. 2005. Metode Penelitian.
penelitian. Cetakan ke V Ghalia Indonesia,
- Hasil pengujian secara parsial Jakarta. Pasaribu, H. Ali Musa,
atau secara terpisah pada tingkat 2011. Kewirausahaan Berbasis
kepercayaan 95% (α = 0,05) dan Agribisnis, Andi, Yogyakarta.
99% (α = 0,01) untuk variabel Sandra, P. 2011. Pengertian
subsistem hulu (X1), subsistem Respon.
usahatani (X2) dan subsistem http://pratamasandra.wordpress.co
pemasaran (X3) secara terpisah m.
mempunyai pengaruh yang sangat Diakses pada tanggal 22 maret 2015.
nyata terhadap respon petani di Saragih, 2001. Pengantar Agribisnis.
daerah penelitian. http://ningsihkustiawati.blogspot.c
om. Diakses pada tanggal 02 april
2015.
Saran
Siregar, Tumpal H.S, 2010. Budidaya
a. Dalam upaya meningkatkan
Cokelat. Penebar Swadaya,
produksi, kualitas dan pendapatan
Jakarta. Sudjana, 2005. Teknik
dalam usahatani kakao, diharapkan
Analisis Regresi Dan Korelasi.
adanya peningkatan dalam
Tarsito, Bandung.
menerapkan sistem agribisnis
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian
dengan lebih baik lagi.
Pendidikan (Pendekatan
b. Perlu adanya penyuluhan yang
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D).
berkelanjutan kepada petani kakao
Penebar Alfabeta. Bandung.
agar mendapat arahan yang lebih
Suhardiyono, 2008, Penyuluhan
baik dalam menerapkan sistem
Petunjuk Bagi Penyuluhan
agribisnis.
Pertanian, Institut Pertanian
Bogor (IPB), Bogor.
DAFTAR PUSTAKA Supartha, 2005. Konsep Agribisnis.
Ance Gunarsih Kartasapoetra, 2006. www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_the
Klimatologi, Pengaruh Iklim sis/unud-149-436938797-
Terhadap Tanah dan Temperatur. bab%20%20ii.pdf. Diakses pada
Bina Aksara, Jakarta. tanggal 02 april 2015.
Anonymous, 2014. Potensi Daerah Tim Bina Karya Tani, 2008. Pedoman
Kecamatan Rantau Kabupaten Bertanam Cokelat. Yrama
Aceh Tamiang Tahun 2014, BPPK Widya, Bandung
Rantau Kabupaten Aceh Tamiang.
Anonymous, 2014. Rantau Dalam Angka
2014. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Aceh Tamiang.
Hasan, 2009. Pembagian Respon.
Alfabeta, Bandung. Hernanto,
1999. Ilmu Usahatani. Penebar
Swadaya, Jakarta.

AGRISAMUDRA, Jurnal Penelitian Vol. 3 No. 1 Januari – Juni 2016

117

Anda mungkin juga menyukai