Anda di halaman 1dari 5

Nama : MUHAMMAD ZAINI

Kelas : PKO E 2019


NIM : 6193121001
Tugas : CJR (PEADAGOGI OLAHRAGA)

Judul jurnal : Pedagogi Olahraga (Sport Pedagogy)


Peneliti : Muhammad Zaini (6193121001)
Penerbit : Rifqi Festiawan
Tahun : 2015
Analisis : Pendidikan Jasmani dan Pedagogi Olahraga

No. Komponen Analisis Uraian

1 Jenis penelitian Penelitian ini hanya menilitik beratkan pada model


pembelajaran dengan Pendidikan Jasmani dan Pedagogi
Olahrag

2. Penelitian ini menerapkan model pembelajaran dengan


praktik dalam bidang keolahragaan yang mengandun maksud
dan tujuan untuk mendidik jasmani dan pedagodi olahraga

2 Hipotesis Berdasarkan dari uraian anggapan dasar diCJR maka penulis


dapat menetapkan hipotesis dari hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut: pembelajari meningkatkan keterampilan
Pendidikan Jasmani dan pedagogi olahraga

3 Variabel Variabel yang terjadi pada saat penelitian itu ialah variabel
independen.

4 Teknik sampling Teknik sampling yang digunakan adalah teknik non-


probability sampling sebab tidak semua etika orang sama dan
tidak semua sama dalam mendidik etika seseorang.

5 Prosedur penelitian Pedagogi Olahraga (sport pedagogy) adalah sebuah disiplin


ilmu keolahragaan yang berpotensi untuk mengintegrasikan
subdisiplin ilmu keolahragaan lainnya untuk melandasi
semua praktik dalam bidang keolahragaan yang mengandun
maksud dan tujuan untuk mendidik.
di Indonesia status dan pengakuan terhadap ilmu
keolahragaan masih tergolong masih muda baik ditinjau dari
tradisi dan paradiqma penelitian maupun produk riset yang
dapat diandalkan untuk melandasi tataran praktis.
Selanjutnya diuraikan tentang pedagogi olahraga dari aspek
perkembangannya, tetapi risalah ini lebih diarahkan pada
pengenalan batang tubuh pedagogi olahraga itu sendiri yang
dipahami sebagai medan penelitian, sekaligus
pengembangan ilmu yang melandasi semua upaya yang
mengandung intensi yang bersifat mendidik. Itulah sebabnya,
pedagogi olahraga memiliki peluang pengembangan dan
penerapannya, tidak hanya dalam lingkup penyelenggaraan
Penjas dan OR di sekolah atau lembaga formal, tetapi juga
diluar persekolahan seperti perkumpulan olahraga, terutama
klub-klub pembinaan olahraga usia dini.

6 Analisis statistik 1. Tiga Arti dalam Pedagogi Pedagogi memiliki arti 3 hal
sebagai berikut :
a. Instruksi
b. Pendidikan: seni, ilmu pengetahuan, atau profesi
mengajar, terutama: penelitian yang berhubungan dengan
prinsip-prinsip dan metode dalam pendidikan formal
c. Sekolah: tempat instruksi
Pedagogi adalah ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru.
Istilah ini merujuk pada strategi pembelajaran atau gaya
pembelajaran. Pedagogi juga kadangkadang merujuk pada
penggunaan yang tepat dari strategi mengajar. Sehubungan
dengan strategi mengajar itu, filosofi mengajar diterapkan
dan dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan dan
pengalamannya, situasi pribadi, lingkungan, serta tujuan
pembelajaran yang dirumuskan oleh peserta didik dan guru.
Salah satu contohnya adalah aliran pemikiran Sokrates.

2. Pedagogi Ditinjau secara Etimologi Kata "pedagogi" berasal


dari Bahasa Yunani kuno παιδαγωγέω (paidagōgeō; dari παίς
país:anak danάγω ági: membimbing; secara literal berarti
"membimbing anak”). Di Yunani kuno, kata παιδαγωγός
biasanya diterapkan pada budak yang mengawasi pendidikan
anak tuannya. Termasuk di dalamnya mengantarnya ke
sekolah (διδασκαλείον) atau tempat latihan (γυμνάσιον),
mengasuhnya, dan membawakan perbekalannya (seperti alat
musiknya). Kata yang berhubungan dengan pedagogi, yaitu
pendidikan, sekarang digunakan untuk merujuk pada
keseluruhan konteks pembelajaran, belajar, dan berbagai
kegiatan yang berhubungan dengan hal tersebut. Malcolm
Knowles mengungkapkan istilah lain yang mirip dengan
pedagogi yaitu andragogi, yang merujuk pada ilmu dan seni
mendidik orang dewasa.
A. Pendidikan Jasmani dan Pedagogi Olahraga Meskipun
rumusan lingkup unsur pedagogi olahraga beragam pada
berbagai negara, karena terkait dengan perbedaan budaya,
akar sejarah, dan standar metodologi, namun pada tingkat
internasional, terdapat persamaan pemahaman yaitu
pendidikan jasmani dipahami sebagai sebuah bidang studi
(mata pelajaran) di sekolah, dan pedagogi olahraga
dipandang sebagai sebuah subdisiplin ilmu dalam kerangka
ilmu keolahragaan. Seperti dikemukakan oleh para ahli
lainnya (Pierson, Cheffers, dan Barette 1994; dalam Naul,
1994) pedagogi olahraga merupakan sebuah disiplin yang
terpadu dalam struktur ilmu keolahragaan. Paradiqma ini
telah diadopsi di Indonesia dalam pengembangan pedagogi
olahraga di FIK/FPOK/JPOK dengan kedudukan bahwa
pedagogi olahraga dianggap sebagai ”induk” yang berpotensi
untuk memadukan konsep / teori terkait dan relevan dari
beberapa subdisiplin ilmu keolahragaan lainnya terutama
dalam konteks pembinaan dalam arti luas dan paradiqma
interdisiplin (Matveyev, dalam Rusli lutan, 1988). Pandangan
ini tak berbeda dengan tradisi di Jerman yang menempatkan
pedagogi olahraga dalam kedudukan sentral dan struktural
ilmu keolahragaan (Wasmund, 1973). Dalam model yang
dikembangkan di Universitas Olahraga Moskow, pedagogi
olahraga ditempatkan sebagai ”pusat” yang berpotensi untuk
memadukan beberapa subdisiplin ilmu dalam taksonomi ilmu
keolahragaan, sementara para ahli meletakkan sport
medicine yang mencakup aspek keselamatan (safety) dan
kesehatan sebagai landasan bagi pedagogi olahraga (Rusli
Lutan, 1988; dalam laporan hasil The Second Asia-pasicic
Congress Of Sport and Physical Education University
President). Widmer (1972) menjelaskan objek formal
pedagogy olahraga yaitu ”fenomena olahraga fenomena
pendidikan, tatkala manusia dirangsang agar mampu
berolahraga. Bagi Grupe & Kruger (1994), pedagogi olahraga
mencakup 2 (dua) hal utama : (1) tindakan pendidikan praktis
dalam bermain dan olahraga, dan karena itu ada landasan
teoritis bagi kegiatan olahraga yang mengandung maksud
mendidik tersebut, (2) praktik yang dimaksud berbeda
dengan praktik dan konsep lama dalam pendidikan jasmani
yang mengutamakan latihan gaya meliter dan drill di
beberapa negara, khususnya di Jerman; praktik baru itu
disertai konsep teoritis pendidikan jasmani, kontrol terhadap
badan, disiplin, yang menyatu dengan gerak fisik, ability, dan
keterampilan di bawah pengendalian jiwa dan kemauan.
B. Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga
Pendidikan Jasmani / Pendidikan Olahraga - Salah satu
pertanyaan yang sering diajukan oleh guru-guru penjas
belakangan ini adalah: "Apakah pendidikan jasmani?"
Pertanyaan yang cukup aneh ini justru dikemukakan oleh
yang paling berhak menjawab pertanyaan tersebut. Hal
tersebut mungkin terjadi karena pada waktu sebelumnya
guru itu merasa dirinya bukan sebagai guru penjas,
melainkan guru pendidikan olahraga. Perubahan pandangan
itu terjadi menyusul perubahan nama mata pelajaran wajib
dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, dari mata
pelajaran pendidikan olahraga dan kesehatan (orkes) dalarn
kurikulum 1984, menjadi pelajaran "pendidikan jasmani dan
kesehatan" (penjaskes) dalam kurikulum 1994. Perubahan
nama tersebut tidak dilengkapi dengan sumber belajar yang
menjelaskan makna dan tujuan kedua istilah tersebut.
Akibatnya sebagian besar guru menganggap bahwa
perubahan nama itu tidak memiliki perbedaan, dan
pelaksanaannya dianggap sama. Padahal muatan filosofis
dari kedua istilah di atas sungguh berbeda, sehingga
tujuannya pun berbeda pula. Pertanyaannya, apa bedanya
pendidikan olahraga dengan pendidikan jasmani? Pendidikan
jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau
permainan dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti bahwa
gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang
dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Mendidik apa ? Paling
tidak fokusnya pada keterampilan anak. Hal ini dapat berupa
keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berpikir dan
keterampilan memecahkan masalah, dan bisa juga
keterampilan emosional dan sosial. Karena itu, seluruh
adegan pembelajaran dalam mempelajari gerak dan olahraga
tadi lebih penting dari pada hasilnya. Dengan demikian,
bagaimana guru memilih metode, melibatkan anak,
berinteraksi dengan murid serta merangsang interaksi murid
dengan murid lainnya, harus menjadi pertimbangan utama.
Pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak
agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada
murid diperkenalkan berbagai cabang olahraga agar mereka
menguasai keterampilan berolahraga. Yang ditekankan di sini
adalah ` hasil ' dari pembelajaran itu, sehingga metode
pengajaran serta bagaimana anak menjalani
pembelajarannya didikte oleh tujuan yang ingin dicapai.
Ciri¬ciri pelatihan olahraga menyusup ke dalam proses
pembelajaran. Yang sering terjadi pada pembelajaran
pendidikan olahraga adalah bahwa guru kurang
memperhatikan kemampuan dan kebutuhan murid. Jika
siswa harus belajar bermain bola voli, mereka balajar
keterampilan teknik bola voli secara langsung. Teknik-teknik
dasar dalam pelajaran demikian lebih ditekankan, sementara
tahapan penyajian tugas gerak yang disesuaikan dengan
kemampuan anak kurang diperhatikan. Guru demikian akan
berkata: "kalau perlu tidak usah ada pentahapan, karena
anak akan dapat mempelajarinya secara langsung. Beri
mereka bola dan instruksikan anak supaya bermain langsung
yang sudah terampil biasanya dapat menjadi contoh, dan
anak yang belum terampil belajar dari mengamati
demontrasi temannya yang sudah mahir. Untuk pengajaran
model seperti ini, ada ungkapan “kalau anda ingin anak-anak
belajar renang, lemparkan mereka ke kolam yang paling
dalam dan mereka akan bisa sendiri.

Daftar pustaka
Annarino, Anthony A. (1980). Curriculum Theory and Design in physical Education, St, Louis.
Missouri: The C.V. Mosby Coakley, Jay (2000). Sport in Society: Issues and Controversies,
Singapore: McGrawHill Book Co. Festiawan, R., Ngadiman, N., Kusuma, I. J., Nurcahyo, P. J.,
& Kusnandar, K. (2019). Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Berbasis
Games, Education, and Visualisation (GEV) Untuk Meningkatkan Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi Remaja. Jendela Olahraga, 4(2), 13-24. Festiawan, R., Nurcahyo, P. J., &
Pamungkas, H. J. (2019). Pengaruh latihan small sided games terhadap kemampuan long
pass pada peserta ekstrakurikuler sepakbola. Media ilmu keolahragaan Indonesia, 9(1), 18-
22. Gutek, Gerald L. (2004). Philosophical and Ideological Voices in Education. Boston:
Pearson. Hammond, Linda Darling and Bransford, John (ed,) (2005). Preparing Teachers for a
Changing World. San Fransisco: Jossey‑Bass. Huzinga, Johan (1950).

Anda mungkin juga menyukai