Disusun Oleh :
NIM : 19/445492/KT/09090
Kelompok :6
Co Ass : Miftahulhuda
FAKULTAS KEHUTANAN
YOGYAKARTA
2022
ACARA I
IDENTIFIKASI POTENSI BIOTIK (KEHATI) DAN ABIOTIK DALAM
PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI
I. PENDAHULUAN
Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem yang berupa hamparan lahan yang
begitu luas dimana terdiri dari sumber daya alam hayati yang didominasi dengan
pepohonan dalam persekutuan alam dan lingkungannya yang satu dengan lainnya
tidak dapat dipisahkan (Febriyanti,2020). Didalam hutan terdapat suatu kawasan
konservasi.
Kawasan konservasi merupakan suatu kawasan hutan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah sebagai kawasan yang harus dilindungi dengan tujuan agar kondisi
kawasan tersebut tetap lestari (Damanik, 2019).Kawasan Konservasi atau kawasan
yang dilindungi ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan berbagai macam kriteria
sesuai dengan kepentingannya. Kawasan konservasi tentunya tidak dapat berdiri
sendiri, tetapi perlu adanya suatu kegiatan pengelolaan untuk mencapai tujuan utama
konservasi yang diorganisir oleh stakeholder terkait dan didukung oleh aktivitas
masyarakat. Dengan adanya pengelolaan kawasan konservasi, maka keanekaragaman
hayati yang ada di muka bumi dapat lestari demi terciptanya fungsi ekosistem esensial
yang berkelanjutan (Yuniarti, 2011). Kawasan konservasi memberikan banyak
manfaat, baik manfaat yang dapat terukur (tangible) maupun manfaat yang tidak
terukur (intangible) (Fazriyas, dkk., 2018).
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam mencapai tujuan pengelolaan kawasan
konservasi yaitu dengan mengidentifikasi potensi kawasan yang dilihat dari aspek-
aspek biotik, abiotik, serta sosial, ekonomi, dan budaya suatu kawasan. Potensi biotik
kawasan terdiri atas tumbuhan dan satwa liar yang kemudian dapat dijadikan sebagai
identitas keunikan atau kekahasan atau termasuk spesies yang dilindungi pada suatu
kawasan tertentu. Potensi abiotik kawasan terdiri atas kondisi klimatologi, edafik,
topografi, tutupan lahan, dan penggunaan lahan yang dapat memberikan petunjuk
pengelolaan kawasan konservasi yang tepat sesuai dengan kondisi setempat (site
specific). Potensi sosekbud ditinjau dari aktivitas dan kesejahteraan masyarakat yang
tinggal di sekitar kawasan konservasi tertentu sehingga upaya pengelolaan kawasan
konservasi ini dapat menguntungkan banyak pihak, tak hanya bagi pengelola saja
(KSDAE, 2017).
Indonesia memiliki Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Perlindungan Alam
seluas 23 ribu hektar, yang mana 65% dari area tersebut merupakan taman nasional
(PHKA, 2008, dalam Arinalhaq dan Wibowo, 2020). Sebesar 30% taman tasional di
Indonesia yang berada di darat mengalami kerusakan akibat beberapa hal seperti
perambahan, pembalakan liar, dan kebakaran hutan (Kompas, 2012, dalam Arinalhaq
dan Wibowo, 2020). Hal tersebut tidak lepas dari kebutuhan masyarakat yang
berpotensi menyebabkan terganggunya fungsi kawasan taman nasional. Salah satu
taman nasional yang terletak di Pulau Jawa yaitu Taman Nasional Gunung Merapi
(TNGM) yang secara administratif berada di Kabupaten Magelang, Kabupaten
Boyolali, dan Kabupaten Klaten di Provinsi Jawa Tengah, serta Kabupaten Sleman di
Daerah Istimewa Yogyakarta (Arinalhaq dan Wibowo, 2020). Taman Nasional
Gunung Merapi (TNGM) adalah salah satu kawasan konservasi yang memiliki ragam
potensi keunikan baik dari aspek keanekaragaman hayati flora dam fauna, keunikan
alam, budaya dan sosial ekonomi.
II. TUJUAN
Tujuan dari diadakan praktikum kali ini adalah :
1. Mahasiswa mampu melakukan pemetaan kondisi tutupan lahan sebagai salah
satu potensi abiotik kawasan konservasi menggunakan DRONE.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi potensi biotik dan abiotik suatu kawasan
konservasi berdasarkan data hasil pengukuran lapangan.
III. METODE
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi potensi biotik (kehati) dan abiotik
dalam pengelolaan kawasan konservasi pada praktikum kali ini yaitu dengan
menggunakan drone dan data sekunder.
A. Penggunaan DRONE
Penggunaan drone diawali dengan mempersiapkan komponen
pengamatan seperti drone DJI Phantom 4, remote control, serta aplikasi Pix4D
Capture, DJI Go, dan Ctrl+DJI atau CTRL+Yuneec yang telah diunduh pada
handphone praktikan untuk menangkap data citra lokasi yang diamati di sekitar
Fakultas Kehutanan UGM. Sebelum digunakan, pastikan baterai drone telah
terpasang dan terisi. Lepaskan penjepit gimbal, kemudian pasang baling-
baling sesuai warnanya (hitam dan abu abu) hingga terkunci. Setelah itu,
remote control disiapkan, dan sambungkan dengan HP yang memiliki koneksi
internet dan GPS. Setelah tersambungkan, atur misi menggunakan aplikasi
tersebut, dapat dipilih penerbangannya secara otomatis atau manual. Jika
otomatis, ditentukan terlebih dahulu hingga ketinggian berapa drone
menangkap citra dan di wilayah mana saja yang akan dijelajahi drone tersebut
untuk melakukan pengambilan data. Jika penerbangan drone secara manual
harus dipastikan terlebih dahulu bahwa praktikan sudah mampu menerbangkan
alat tersebut dan setelah itu langsung dikendalikan menuju area-area yang akan
diambil data citranya dengan bentuk foto. Kemudian hasil dari rekaman drone
akan diolah dengan Pix4D mapper, lalu dianalisis dan diinterpretasikan agar
menjadi suatu informasi potensi kawasan.
B. Identifikasi Potensi Biotik dan Abiotik dari Data Sekunder
Identifikasi potensi biotik dan abiotik pada praktikum ini menggunakan
data sekunder Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) berdasarkan
parameter atau kriteria yang ditinjau dari status konservasi (menurut Undang-
undang, IUCN, dan CITES), focal spesies, dan keanekaragaman hayati. Setelah
itu, potensi keanekaragaman hayati ditentukan sesuai dengan kriteria di atas.
IV. HASIL
A. Gambar dan keterangan masing-masing komponen drone DJI Phantom 4
Andrew, A. S. 2020. Pemanfaatan Drone dalam Pemetaan Kontur Tanah. Buletin Loupe,
16(02), 32-41.
Fazriyas, F., Destiani, R., dan Albayudi. 2018. Penilaian Ekonomi Ekosistem Hutan
Mangrove di Kawasan Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur Desa Alang-Alang
Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Timur. Jurnal Silva Tropika.
VOL. 2 (3) : 59-66.
Febrianti, Dwy Indah. 2020. Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Antara PT.Perhutani dengan
Masyarakat di Kawasan Desa Sumbersuko Precet Kecamatan Wagir Kabupaten
Malang. Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum DINAMIKA, 26 (17): 2045 – 2059.
Hidayat, R., & Mardiyanto, R. 2017. Pengembangan Sistem Navigasi Otomatis Pada UAV
(Unmanned Aerial Vehicle) dengan GPS (Global Positioning System) Waypoint.
Jurnal Teknik ITS, 5(2).
KSDAE. 2017. Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan pada Kawasan Suaka Alam,
Pelestarian Alam, dan Taman Buru. Jakarta : KLHK.
Prasetyo, Lilik Budi. 2017. Pendekatan Ekologi Lanskap untuk Konservasi Biodiversitas.
Bogor : Fakultas Kehutanan IPB.
Suratissa DM, Rathnayake US. 2016. Diversity and distribution of fauna of the Nasese Shore,
Suva, Fiji Island with reference to exixting threats to the biota. Journal of Asia-
Pacific Biodiversity, 9(1): 11-16.
Uktoro, A. I. 2017. Sistem Informasi Pertanian Sawah Lestari Berbasis SIG dan penginderaan
jauh. Agroteknose Jurnal Teknologi dan Enjiniring Pertanian. Vol. 6 (2).
Utomo, Budi. 2017. Drone Untuk Percepatan Pemetaan Bidang Tanah. Jurnal Media
Komunikasi Geografi, 18 (2) : 146-155.
Yuniarti, Adia. 2011. Mengenal Peran Dan Fungsi Hutan Konservasi. Bogor : Institut
Pertanian Bogor.
LAMPIRAN