Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI


ACARA I
IDENTIFIKASI POTENSI BIOTIK (KEHATI) DAN ABIOTIK DALAM
PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

Disusun Oleh :

Nama : Elsa Ayu Santika

NIM : 19/445492/KT/09090

Kelompok :6

Co Ass : Miftahulhuda

LABORATORIUM PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2022
ACARA I
IDENTIFIKASI POTENSI BIOTIK (KEHATI) DAN ABIOTIK DALAM
PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

I. PENDAHULUAN
Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem yang berupa hamparan lahan yang
begitu luas dimana terdiri dari sumber daya alam hayati yang didominasi dengan
pepohonan dalam persekutuan alam dan lingkungannya yang satu dengan lainnya
tidak dapat dipisahkan (Febriyanti,2020). Didalam hutan terdapat suatu kawasan
konservasi.
Kawasan konservasi merupakan suatu kawasan hutan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah sebagai kawasan yang harus dilindungi dengan tujuan agar kondisi
kawasan tersebut tetap lestari (Damanik, 2019).Kawasan Konservasi atau kawasan
yang dilindungi ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan berbagai macam kriteria
sesuai dengan kepentingannya. Kawasan konservasi tentunya tidak dapat berdiri
sendiri, tetapi perlu adanya suatu kegiatan pengelolaan untuk mencapai tujuan utama
konservasi yang diorganisir oleh stakeholder terkait dan didukung oleh aktivitas
masyarakat. Dengan adanya pengelolaan kawasan konservasi, maka keanekaragaman
hayati yang ada di muka bumi dapat lestari demi terciptanya fungsi ekosistem esensial
yang berkelanjutan (Yuniarti, 2011). Kawasan konservasi memberikan banyak
manfaat, baik manfaat yang dapat terukur (tangible) maupun manfaat yang tidak
terukur (intangible) (Fazriyas, dkk., 2018).
Langkah awal yang perlu dilakukan dalam mencapai tujuan pengelolaan kawasan
konservasi yaitu dengan mengidentifikasi potensi kawasan yang dilihat dari aspek-
aspek biotik, abiotik, serta sosial, ekonomi, dan budaya suatu kawasan. Potensi biotik
kawasan terdiri atas tumbuhan dan satwa liar yang kemudian dapat dijadikan sebagai
identitas keunikan atau kekahasan atau termasuk spesies yang dilindungi pada suatu
kawasan tertentu. Potensi abiotik kawasan terdiri atas kondisi klimatologi, edafik,
topografi, tutupan lahan, dan penggunaan lahan yang dapat memberikan petunjuk
pengelolaan kawasan konservasi yang tepat sesuai dengan kondisi setempat (site
specific). Potensi sosekbud ditinjau dari aktivitas dan kesejahteraan masyarakat yang
tinggal di sekitar kawasan konservasi tertentu sehingga upaya pengelolaan kawasan
konservasi ini dapat menguntungkan banyak pihak, tak hanya bagi pengelola saja
(KSDAE, 2017).
Indonesia memiliki Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Perlindungan Alam
seluas 23 ribu hektar, yang mana 65% dari area tersebut merupakan taman nasional
(PHKA, 2008, dalam Arinalhaq dan Wibowo, 2020). Sebesar 30% taman tasional di
Indonesia yang berada di darat mengalami kerusakan akibat beberapa hal seperti
perambahan, pembalakan liar, dan kebakaran hutan (Kompas, 2012, dalam Arinalhaq
dan Wibowo, 2020). Hal tersebut tidak lepas dari kebutuhan masyarakat yang
berpotensi menyebabkan terganggunya fungsi kawasan taman nasional. Salah satu
taman nasional yang terletak di Pulau Jawa yaitu Taman Nasional Gunung Merapi
(TNGM) yang secara administratif berada di Kabupaten Magelang, Kabupaten
Boyolali, dan Kabupaten Klaten di Provinsi Jawa Tengah, serta Kabupaten Sleman di
Daerah Istimewa Yogyakarta (Arinalhaq dan Wibowo, 2020). Taman Nasional
Gunung Merapi (TNGM) adalah salah satu kawasan konservasi yang memiliki ragam
potensi keunikan baik dari aspek keanekaragaman hayati flora dam fauna, keunikan
alam, budaya dan sosial ekonomi.

II. TUJUAN
Tujuan dari diadakan praktikum kali ini adalah :
1. Mahasiswa mampu melakukan pemetaan kondisi tutupan lahan sebagai salah
satu potensi abiotik kawasan konservasi menggunakan DRONE.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi potensi biotik dan abiotik suatu kawasan
konservasi berdasarkan data hasil pengukuran lapangan.

III. METODE
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi potensi biotik (kehati) dan abiotik
dalam pengelolaan kawasan konservasi pada praktikum kali ini yaitu dengan
menggunakan drone dan data sekunder.
A. Penggunaan DRONE
Penggunaan drone diawali dengan mempersiapkan komponen
pengamatan seperti drone DJI Phantom 4, remote control, serta aplikasi Pix4D
Capture, DJI Go, dan Ctrl+DJI atau CTRL+Yuneec yang telah diunduh pada
handphone praktikan untuk menangkap data citra lokasi yang diamati di sekitar
Fakultas Kehutanan UGM. Sebelum digunakan, pastikan baterai drone telah
terpasang dan terisi. Lepaskan penjepit gimbal, kemudian pasang baling-
baling sesuai warnanya (hitam dan abu abu) hingga terkunci. Setelah itu,
remote control disiapkan, dan sambungkan dengan HP yang memiliki koneksi
internet dan GPS. Setelah tersambungkan, atur misi menggunakan aplikasi
tersebut, dapat dipilih penerbangannya secara otomatis atau manual. Jika
otomatis, ditentukan terlebih dahulu hingga ketinggian berapa drone
menangkap citra dan di wilayah mana saja yang akan dijelajahi drone tersebut
untuk melakukan pengambilan data. Jika penerbangan drone secara manual
harus dipastikan terlebih dahulu bahwa praktikan sudah mampu menerbangkan
alat tersebut dan setelah itu langsung dikendalikan menuju area-area yang akan
diambil data citranya dengan bentuk foto. Kemudian hasil dari rekaman drone
akan diolah dengan Pix4D mapper, lalu dianalisis dan diinterpretasikan agar
menjadi suatu informasi potensi kawasan.
B. Identifikasi Potensi Biotik dan Abiotik dari Data Sekunder
Identifikasi potensi biotik dan abiotik pada praktikum ini menggunakan
data sekunder Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) berdasarkan
parameter atau kriteria yang ditinjau dari status konservasi (menurut Undang-
undang, IUCN, dan CITES), focal spesies, dan keanekaragaman hayati. Setelah
itu, potensi keanekaragaman hayati ditentukan sesuai dengan kriteria di atas.
IV. HASIL
A. Gambar dan keterangan masing-masing komponen drone DJI Phantom 4

Gambar 1. Drone DJI Phantom 4 Secara Lengkap

Gambar 2. Diagram Aircraft (Pesawat)


Gambar 3. Remote Control DJI Phantom 4 tampak muka
Keterangan :
1) Antena 5) Battery Level LEDs
2) Mobile Device Holder 6) Status LED
3) Stik Kontrol 7) Tombol Power
4) Tombol RTH 8) RTH LED

Gambar 4. Remote Control DJI Phantom 4 tampak depan


Keterangan :
9) Setting kamera
10) Inteligent Flight Pause Button
11) Tombol Shutter
12) Flight Mode Switch
13) Tombol Perekam Video
14) Pengatur Gimbal
15) Micro USB PortUSB Port
Gambar 5. Remote Control DJI Phantom 4 tampak bawah
Keterangan :
16) Tombol C1
17) Tombol C2
18) Power port
B. Peta Hasil Pengholahan Pix4D

Gambar 6. Peta hasil pengamatan menggunakan drone di sekitar Fakultas


Kehutanan UGM yang telah diolah dengan Pix4D
C. Tabel Identifikasi Potensi Biotik dan Abiotik dar data
“ Data Terlampir”
V. PEMBAHASAN
Praktikum pengolahan kawasan konservasi pada acara kali ini membahas
mengenai identifikasi potensi biotik (kehati) dan abiotik dalam pengelolaan kawasan
konservasi dengan menggunakan drone. Drone merupakan wahana yang dilengkapi
sistem pengendali terbang melalui gelombang, navigasi presisi (Ground Positioning
System (GPS)), dan elektronik kontrol penerbangan sehingga mampu terbang sesuai
perencanaan terbang (autopilot) (Utomo, 2017). Drone secara umum terdiri dari
komponen yaitu aircraft atau pesawat dan remot kontrol. Terdapat berbagai macam
jenis drone yang ada, namun pada praktikum kali ini drone yang akan digunakan yaitu
Drone DJI Phantom 4.
Komponen drone yang pertama yaitu aircraft atau pesawat, dimana pada
komponen ini terdapat beberapa bagian yang masing- masing bagian tersebut memiliki
fungsi. aircraft atau pesawat terdiri dari 1) GPS, berfungsi untuk menentukan posisi
drone; 2) Props (Baling-baling), berfungsi untuk memberikan daya angkat pada drone
untuk dapat terbang dan juga sebagai penyeimbang; 3) Mesin, berfungsi sebagai
penggerak dari propeller; 4) LED depan, berfungsi untuk memberi tahu pilot dimana
bagian depan pesawat; 5) Gimbal yang berfungsi sebagai penyeimbang kamera dan
Kamera yang berfungsi sebagai alat perekam gambar dan video; 6) Sistem Pendeteksi
Rintangan, berfungsi untuk menghindari rintangan yang akan dihadapi (misal
bangunan); 7) Baterai Terbang Pintar, yang berfungsi sebagai petunjuk penuh/tidaknya
baterai; 8) Status Indikator Aircraft (Pesawat), yang berfungsi memberikan tanda
apakah drone sudah menyala; 9) Kamera/Status Indikator Penyambungan dan Tombol
Penyambungan, yang berfungsi menunjukkan apakah drone sudah terhubung dan
sudah mulai merekam/tidak; 10) Port Mikro USB, berfungsi untuk menghubungkan
drone; 11) Slot Kartu Memori Kamera, berfungsi untuk tempat menyimpan kartu
memori yang akan digunakan; dan 12) Sensor Penginderaan Posisi, yang berfungsi
melakukan sensor terhadap benda di sekitar drone.
Kompenen drone yang kedua yaitu remote kontrol, pada remote kontrol sendiri
terdapat beberapa bagian yang terdiri dari 1) Antena yang berfungsi menyiarkan
frekuensi untuk mengatur Aircraft (pesawat) dan sinyal video; 2) Penyangga Ponsel
Pintar yang berfungsi mengamankan ponsel pintar pilot ketika diletakkan pada remot
kontrol; 3) Tuas Kendali sebagai pengatur arah dan pergerakan Aircraft (pesawat); 4)
Tombol Return to Home (RTH) yang berfungsi untuk memanggil drone kembali ke
tempat semula; 5) LED Tingkat Daya Baterai yang menunjukkan tingkat daya baterai
remot control; 6) Status LED yang menunjukkan status sistem pada remot control; 7)
Tombol Power sebagai tombol untuk menyalakan/mematikan remot kontrol; 8) LED
RTH yang menunjukkan status RTH; 9) Tombol Pengaturan Kamera yang
berfungsi sebagai tombol untuk pengaturan kamera; 10) Tombol untuk
Menghentikan Mode Terbang Pintar, yakni jika ditekan satu kali dapat membuat
Aircraft (pesawat) keluar dari TapFly, ActiveTrack, dan mode lainnya; 11) Tombol
Shutter/Rana untuk mengambil foto/gambar; 12) Tombol Mode Penerbangan yakni
tekan antara mode P, mode S, dan mode A; 13) Tombol Perekam Video untuk
merekam video;14) Pengatur Gimbal untuk mengatur kemiringan gimbal; 15) Port
Mikro USB sebagai port cadangan; 16) USB Port untuk menyambungkan ponsel
pintar untuk dapat mengaplikasikan DJI GO 4; 17) Tombol C1 dan 18) Tombol C2
yang disesuaikan melalui aplikasi DJI GO 4; dan 19) Power Port/ Pengisi Daya
sebagai penyambung pengisi daya remot kontrol.
Dalam bidang kehutanan drone memiliki manfaat yang sangat banyak diantaranya
dapat digunakan untuk menghitung jumlah tanaman kehutanan, menginventarisasi
potensi biotik dan abiotik hutan, memonitoring kondisi hutan (Uktoro, 2017),
memperbaiki pengelolaan kehutanan, mendeteksi hama dan penyakit di hutan. Dalam
penelitiannya, Andrew (2020) menyebutkan manfaat lain dari penggunaan drone yaitu
membantu mempercepat pemetaan bidang tanah karena hasil pemotretan drone punya
resolusi spasial yang tinggi sehingga sesuai dengan aturan pemetaan bidang tanah dan
juga harganya murah. Selain itu juga penggunaan drone di kehutanan juga
dimanfaatkan untuk mengelola dan mengcegah kebakaran hutan. Drone dapat
membantu petugas pemadam kebakaran melacak jalur api dan mengidentifikasi lokasi
serta intensitas hotspot membantu para pembuat keputusan mengarahkan kegiatan
pemadam kebakaran (Hidayat dan Mardiyanto, 2017).
Perkembangan penggunaan drone di bidang kehutanan Indonesia saat ini sudah
cukup banyak. Seperti yang diketahui, pemerintah menerapkan kebijakan satu peta
(One Map Policy) berdasarkan UU No. 4 Tahun 2011 yang mengatur mengenai
informasi geospasial. Kebijakan tersebut dibuat karena banyaknya terjadi tumpang
tindih antar berbagai peta sehingga menimbulkan konflik di masyarakat. Maka dari
itu, dengan berkembangnya teknologi seperti drone / Unmanned Aerial Vehicle
(UAV), kegiatan pemetaan dapat dilakukan dalam skala besar. Pengoperasian drone
telah diatur dengan jelas melalui Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
No. 90 Tahun 2015 tentang pengoperasian pesawat tanpa awak di ruang udara yang
dilayani Indonesia. Menurut peraturan ini, perekaman foto udara dengan
menggunakan drone pada ketinggian di bawah 150 meter dapat dilakukan di mana saja
tanpa perlu mengurus perizinan, kecuali kawasan udara terlarang dan kawasan udara
terbatas. Pemotretan di ketinggian lebih dari 150 meter, memerlukan izin dari
Kementerian Perhubungan yang diajukan sebelum dilakukannya pemotretan (Prasetyo,
2017).
Dalam praktikum kali ini, identifikasi potensi biotik dan abiotik dilakukan pada
kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) dengan menggunakan
data sekunder yang telah diperoleh dari coass dan telah diolah. Dari hasil pengolahan
data, diketahui bahwa keanekaragaman flora dan fauna yang ada di kawasan TNGM
dikelompokan menjadi beberapa kategori, yakni berdasarkan status konservasinya dan
juga focal spesiesnya yang nantinya akan dihitung keanekaragaman hayatinya dari
masing- masing spesies. Berdasarkan status konservasinya yang digunakan menurut
UU PermenLHK No.106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang
Dilindungi, IUCN, dan CITES. Untuk menentukan potensi yang ada pada suatu
kawasan dapat dilakukan pengelompokkan berdasarkan status konservasinya.
Berdasarkan hasil data yang telah diolah didapatkan bahwa terdapat 16 jenis pohon, 20
jenis tiang, dan 22 jenis sapihan untuk data fauna yang ada di kawasan Taman Nasional
Gunung Merapi (TNGM) sedangkan untuk data flora ditemukan 96 jenis burung, 3
jenis herpetofauna, dan 14 jenis mammalia yang berada di kawasan Taman Nasional
Gunung Merapi (TNGM).
Berdasarkan UU PermenLHK No.106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan
Satwa yang Dilindungi terdapat beberapa jenis flora dan fauna yang ada di TNGM yang
dilindungi keberadaannya ataupun tidak dilindungin keberadaannya dan bahkan tidak
ada sama sekali nama spesies yang digunakan pada praktikum kali ini berdasarkan
status konservasinya di UU. Dari data status konservasi menurut UU terdapat 9 jenis
pohon yang tidak dilindungi, 8 jenis tiang yang tidak dilindungi, 12 jenis sapihan yang
tidak dilindungi untuk data flora dan terdapat 13 jenis burung yang dilindungi, dan 4
jenis mammalia yang dilindungi sedangkan untuk herpetofauna menurut UU status
konservasinya tidak dilindungi.
Berdasarkan IUCN Red List adalah daftar yang membahas status konservasi
berbagai jenis makhluk hidup. Daftar ini dikeluarkan pertama kali pada tahun 1948
dan merupakan panduan paling berpengaruh mengenai status keanekaragaman
hayati. Pengkategorian menurut IUCN terbagi berdasarkan kriteria seperti jumlah
populasi, penyebaran dan kepunahan (Aristides dkk, 2016). Dari data status konservasi
menurut International Union for Conservation of Nature’s (IUCN), terdapat 2 jenis
pohon yang tergolong vulnerable (VU) yaitu Pinus merkusii dan Dalbergia sp,
terdapat 1 jenis tiang yang tergolong vulnerable (VU) yaitu Pinus merkusii, terdapat 1
jenis sapihan yang tergolong vulnerable (VU) yaitu Pinus merkusii untuk data flora
yang ada di kawasan TNGM sedangkan untuk data fauna yang ada di kawasan TNGM
terdapat 1 jenis burung yang tergolong vulnerable (VU) yaitu Kerak kerbau
(Acridotheres javanicus), terdapat 1 jenis mammalia yang tergolong vulnerable (VU)
yaitu lutung budeng (Trachypithecus auratus). Sedangkan untuk status konservasi
lainnya yaitu endangered, terdapat 2 jenis burung yang tergolong endangered,yaitu
cicadaun sayap biru (Chloropsis cochinchinensis) dan elang Jawa (Spizaetus bartelsi).
Sedangkan untuk kategori Near threatened (NT) terdapat 4 jenis burung, yaitu Cucak
gunung (Pycnonotus bimaculatus),Empuloh Janggkut (Criniger bres), Serindit Jawa
(Loriculus pusillus), dan Takur tulung tumpuk (Psilopogon javensis).
Berdasarkan status konservasi CITES, ancaman juga dapat berupa maraknya
perburuan untuk perdagangan satwa. Salah satu penyebab terbesar tingginya
perdagangan satwa adalah karena besarnya permintaan pasar satwa oleh pasar dunia.
Dengan adanya masalah tersebut, negara- negara IUCN menginisiasi adanya
pembatasan perdagangan satwa langka melalui program CITES. CITES
menggolongkan status konservasi berdasarkan tiga tingkatan, yaitu tingkatan I,II, dan
III. Appendix I berarti satwa sama sekali tidak boleh di perjualbelikan, berdasarkan
hasil data satwa yang termasuk kedalam Appendix I adalah alap- alap kawah, bentet
kelabu, dan elang jawa untuk kelompok burung dan babi hutan, bajing kelapa, dan
kucing hutan untuk kelompok mammalia. Pada Appendix II berarti yang memiliki
potensi untuk terancam apabila perdagangan terus berlanjut, berdasarkan hasil data
satwa yang termasuk kedalam Appendix II yaitu ayam hutan merah, bentet biasa,
bondol jawa, elang alap, elang hitm, elangular bido, dan serindit jawa untuk kelompok
burung; katak pohon emas untuk kelompok herpetofauna dan lutung budeng dan
monyet ekor panjang untuk kelompok mammalia. Selanjutnya yang terakhir yaitu
Appendix III yang berarti satwa yang dimiliki tidak terancam walaupun perdagangan
tetap berlanjut, yang berarti perdagangan tidak menganggu jumlah populasinya,
berdasarkan hasil data satwa yang termasuk kedalam Appendix III yaitu anjing rumah,
luwak, dan musang.
Berdasarkan Focal spesies yang di dapatkan dimana tujuan dari pengelolaan
kawasan konservasi dapat didasarkan kegunaan atau manfaat spesies tersebut. Focal
spesies terdiri dari beberapa sifat yaitu asli/native, spesies eksotis/invasive, speseis
payung, dan spesies bendera/maskot. Spesies tersebut juga menjadi potensi biotik yang
dimiliki oleh TNGM untuk menentukan strategi pengelolaannya. Beberapa spesies
yang masuk kedalam focal spesies seperti cekakak sungai, cicakoreng jawa, opior
jawa, perenjak rawa, serindit jawa, walet gunung, wergan jawa, wiwik kelabu,
wiwik uncuing, monyet ekor panjang dan musang yang termasuk kedalam native
spesies. Bila spesies ini terancam dan punah diwaktu mendatang, kekhasan suatu
kawasan dan nilai penting di dalamnya berkurang. Kemudian alap-alap kawah, alap-
alap sapi, elang alap, elang hitam dan elangular bido yang termasuk kedalam umbrella
spesies yang berfungsi sebagai penaung ekosistem perlu jadi salah satu acuan untuk
untuk penentuan tujuan pengelolaan karena jika spesies payung hilang di dalam suatu
ekosistem, maka keberlanjutan ekosistem tersebut dapat terhambat dan bahkan bisa
hilang. Kemudian spesies bendera yaitu walik kepala ungu, elang jawa, dan kepudang
kuduk hitam. Kawasan konservasi menggunakan spesies bendera ini dapat
meningkatkan kesadaran konservasi dan menggalang partisipasi masyarakan akan
kegiatan konservasi. Dan yang terakhir yaitu invasive spesies dari hasil data satwa
yang termasuk spesies tersebut adalah babi hutan, mencit dan tikus. Sedangkan pada
data flora di kawasan konservasi TNGM terdapat 31 jenis baik pohon, tiang, atau
sapihan yang memiliki focal spesies yaitu native spesies, terdapat 10 jenis baik pohon,
tiang, atau sapihan yang memiliki focal spesies yaitu eksotik spesies, terdapat 3 jenis
baik pohon, tiang, atau sapihan yang memiliki focal spesies yaitu invasif spesies, dan 2
jenis baik pohon, tiang, atau sapihan yang memiliki focal spesies yaitu flagship
spesies. Dengan adanya penentuan focal spesies dapat menjadikan salah satu cara
untuk mencari nilai penting di suatu kawasan konservasi. Jika dilihat dari status
konservasi serta peran spesies dalam ekologi yang terdapat pada data diatas, maka
kawasan TNGM memiliki potensi yang besar ditetapkan sebagai kawasan konservasi.
Selanjutnya dilakukan perhitungan indeks keanekaragaman jenis Shannon-
Wiener. Indeks Shannon-Wiener merupakan salah satu indeks yang sesuai untuk
menghitung tingkat keragaman spesies (Suratissa dan Rathnayake,2016). Berdasarkan
hasil yang diperoleh bahwa hasil indeks diversitas pada flora di kawasan konservasi
Taman Nasional Gunung Merapi yaitu 2.13856 untuk pohon, 1.19346 untuk tiang, dan
1.40734 untuk sapihan sedangkan hasil indeks diversitas pada fauna di kawasan
konservasi Taman Nasional Gunung Merapi yaitu 3.21803 untuk satwa burung,
0.63903 untuk satwa herpetofauna, dan 1.50670 untuk mammalia. Sehingga dapat
ditentukan bahwa keanekaragaman hayati yang paling tinggi di kawasan konservasi
Taman Nasional Gunung Merapi adalah pada flora dimiliki oleh kelompok pohon
sebesar 2.13856 dan untuk fauna dimiliki oleh kelompok burung sebesar 3.21803.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pemetaan kondisi tutupan lahan sebagai salah satu upaya mengidentifikasi
potensi abiotik dan biotik kawasan konservasi menggunakan drone dapat
dijadikan pilihan yang tepat karena data diperoleh relatif lebih cepat, efektif,
dan efisien, hanya memerlukan tenaga kerja atau sumber daya manusia yang
sedikit, dan hasilnya memiliki resolusi yang tinggi, namun wilayah
jangkauannya terbatas, memerlukan banyak kabel, dan keterbatasan daya
baterai.
2. Identifikasi potensi biotik dan abiotik dalam pengelolaan suatu kawasan
konservasiberdasarkan hasil pengukuran data lapangan dapat dilakukan dengan
cara menentukan status konservasi (menurut Undang- undang, IUCN, dan
CITES), focal spesies, dan perhitungan indeks keanekaragaman jenis Shannon-
Wiener untuk masing-masing spesies.
DAFTAR PUSTAKA

Andrew, A. S. 2020. Pemanfaatan Drone dalam Pemetaan Kontur Tanah. Buletin Loupe,
16(02), 32-41.

Arinalhaq, A., dan Wibowo, T. W. 2020. Pemetaan Rekomendasi Pengelolaan Kawasan


Taman Nasional Gunung Merapi dari Potensi Ancaman Perambahan. JURNAL
GEOGRAFI. Vol. 12 (1) : 74-83.

Damanik, Sarintan E. 2019. Pengelolaan Kawasan Hutan. Ponorogo: Uwais Inspirasi


Indonesia.

Fazriyas, F., Destiani, R., dan Albayudi. 2018. Penilaian Ekonomi Ekosistem Hutan
Mangrove di Kawasan Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur Desa Alang-Alang
Kecamatan Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Timur. Jurnal Silva Tropika.
VOL. 2 (3) : 59-66.

Febrianti, Dwy Indah. 2020. Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Antara PT.Perhutani dengan
Masyarakat di Kawasan Desa Sumbersuko Precet Kecamatan Wagir Kabupaten
Malang. Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum DINAMIKA, 26 (17): 2045 – 2059.

Hidayat, R., & Mardiyanto, R. 2017. Pengembangan Sistem Navigasi Otomatis Pada UAV
(Unmanned Aerial Vehicle) dengan GPS (Global Positioning System) Waypoint.
Jurnal Teknik ITS, 5(2).

KSDAE. 2017. Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan pada Kawasan Suaka Alam,
Pelestarian Alam, dan Taman Buru. Jakarta : KLHK.

Prasetyo, Lilik Budi. 2017. Pendekatan Ekologi Lanskap untuk Konservasi Biodiversitas.
Bogor : Fakultas Kehutanan IPB.

Suratissa DM, Rathnayake US. 2016. Diversity and distribution of fauna of the Nasese Shore,
Suva, Fiji Island with reference to exixting threats to the biota. Journal of Asia-
Pacific Biodiversity, 9(1): 11-16.

Uktoro, A. I. 2017. Sistem Informasi Pertanian Sawah Lestari Berbasis SIG dan penginderaan
jauh. Agroteknose Jurnal Teknologi dan Enjiniring Pertanian. Vol. 6 (2).

Utomo, Budi. 2017. Drone Untuk Percepatan Pemetaan Bidang Tanah. Jurnal Media
Komunikasi Geografi, 18 (2) : 146-155.

Yuniarti, Adia. 2011. Mengenal Peran Dan Fungsi Hutan Konservasi. Bogor : Institut
Pertanian Bogor.
LAMPIRAN

Tabel 1. Data Identifikasi Flora Taman Nasional Gunung Merapi


No Jenis Jumlah Status Konservasi Keanekaragaman Hayati
Focal Species
A. Pohon UU IUCN CITES ni/n ln ni/n H'
1 Pinus merkusii 24 Tidak dilindungi Vulnerable Not extinct Native 0.28235 -1.26460 -0.35706
2 Erythrina lithosperma 16 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Native 0.18824 -1.67006 -0.31436
3 Schima wallichi 13 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Native 0.15294 -1.87770 -0.28718
4 Acacia decurens 9 Not extinct Least concern (LC) Not extinct Eksotik 0.10588 -2.24543 -0.23775
5 bintami (Cupressus sp.) 6 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Native 0.07059 -2.65089 -0.18712
6 Quercus turbinata 5 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Native 0.05882 -2.83321 -0.16666
7 Lithocarpus teysmannii 3 Not extinct Not extinct Not extinct Eksotik 0.03529 -3.34404 -0.11802
8 Paraserientes falcataria 1 Tidak dilindungi Not extinct Not extinct Native 0.01176 -4.44265 -0.05227
9 Chinchona ledgeriana 1 Not extinct Least concern (LC) Not extinct Eksotik 0.01176 -4.44265 -0.05227
10 Glochidion littorale 1 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Native 0.01176 -4.44265 -0.05227
11 Dalbergia sp 1 Tidak dilindungi Vulnerable Not extinct Native 0.01176 -4.44265 -0.05227
12 Acacia mangium 1 Not extinct Not extinct Not extinct Eksotik 0.01176 -4.44265 -0.05227
13 Alstonia scholaris 1 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Native 0.01176 -4.44265 -0.05227
14 Unidentified 1 - - - - 0.01176 -4.44265 -0.05227
15 Hibiscus macrophyllus 1 Not extinct Not extinct Not extinct Native 0.01176 -4.44265 -0.05227
16 Macropanax dispermum 1 Not extinct Not extinct Not extinct Native 0.01176 -4.44265 -0.05227
Jumlah 85 1.00000 -55.86979 -2.13856
Indeks Diversitas 2.13856
No Jenis Jumlah Status Konservasi Keanekaragaman Hayati
Focal Species
B. Tiang UU IUCN CITES ni/n ln ni/n H'
1 Pinus merkusii 16 Tidak dilindungi Vulnerable Not extinct Native 0.23529 -1.44692 -0.34045
2 Schima wallichi 15 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Native 0.22059 -1.51146 -0.33341
3 Acacia decurens 9 Not extinct Least concern (LC) Not extinct Eksotik 0.13235 -2.02228 -0.26766
4 Erythrina lithosperma 7 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Native 0.10294 -2.27360 -0.23405
5 bintami (Cupressus sp.) 3 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Native 0.04412 -3.12090 -0.13769
6 Nerium indicum 2 Not extinct Least concern (LC) Not extinct Native 0.02941 -3.52636 -0.10372
7 Vaccinium varingiaefolium 2 Not extinct Not extinct Not extinct Native 0.02941 -3.52636 -0.10372
8 Quercus turbinata 1 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Native 0.01471 -4.21951 -0.06205
9 Spathodea campanulata 2 Not extinct Not extinct Not extinct Native 0.02941 -3.52636 -0.10372
10 Caliandra calothyrsus 1 Tidak dilindungi - Not extinct Invasif 0.01471 -4.21951 -0.06205
11 Cyathea sp 1 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct - 0.01471 -4.21951 -0.06205
12 Hibiscus macrophyllus 1 Not extinct Not extinct Not extinct Native 0.01471 -4.21951 -0.06205
13 Cinnamomum burmani 1 Not extinct Not extinct Not extinct Native 0.01471 -4.21951 -0.06205
14 Datura fastuosa 1 Not extinct Not extinct Not extinct Eksotik 0.01471 -4.21951 -0.06205
15 Ficus sp 1 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Flagship Species 0.01471 -4.21951 -0.06205
16 Macropanax dispermum 1 Not extinct Not extinct Not extinct Native 0.01471 -4.21951 -0.06205
17 Mallotus paniculata 1 Not extinct Least concern (LC) Not extinct - 0.01471 -4.21951 -0.06205
18 Cinchona ledgeriana 1 Not extinct Least concern (LC) Not extinct Eksotik 0.01471 -4.21951 -0.06205
19 Homalanthus populneus 1 Not extinct Least concern (LC) Not extinct Flagship Species 0.01471 -4.21951 -0.06205
20 Myrica javanica 1 Not extinct Least concern (LC) Not extinct - 0.01471 -4.21951 -0.06205
Jumlah 68 0.30882 -64.33407 -1.19346
Indeks Diversitas 1.19346
No Jenis Jumlah Status Konservasi Keanekaragaman Hayati
Focal Species
C. Sapihan UU IUCN CITES ni/n ln ni/n H'
1 Acacia decurens 13 Not extinct Least concern (LC) Not extinct Eksotik 0.22034 -1.51259 -0.33328
2 Schima wallichii 8 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Native 0.13559 -1.99810 -0.27093
3 Pinus merkusii 2 Tidak dilindungi Vulnerable - Native 0.03390 -3.38439 -0.11473
4 Nerium indicum 4 Not extinct Least concern (LC) Not extinct Native 0.06780 -2.69124 -0.18246
5 Erythrina lithosperma 4 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Native 0.06780 -2.69124 -0.18246
6 Caliandra callothyrsus 5 Tidak dilindungi - - Invasif 0.08475 -2.46810 -0.20916
7 Quercus turbinata 1 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Native 0.01695 -4.07754 -0.06911
8 Artocarpus indicus 3 Tidak dilindungi - - - 0.05085 -2.97893 -0.15147
9 Unidentified 1 - - - - 0.01695 -4.07754 -0.06911
10 Melastoma malabathricum 3 Not extinct Not extinct - - 0.05085 -2.97893 -0.15147
11 Vaccinium varingiaefolium 2 Not extinct Not extinct Not extinct - 0.03390 -3.38439 -0.11473
12 Psidium guajava 2 Tidak dilindungi Least concern (LC) - Asing 0.03390 -3.38439 -0.11473
13 Glyricidia sepium 2 Tidak dilindungi Least concern (LC) - Asing 0.03390 -3.38439 -0.11473
14 Chromolaena odorata 1 Tidak dilindungi Least concern (LC) Not extinct Invasif 0.01695 -4.07754 -0.06911
15 Homalanthus populneus 1 Not extinct Least concern (LC) Not extinct Native 0.01695 -4.07754 -0.06911
16 Mallotus paniculata 1 Not extinct Least concern (LC) - Native 0.01695 -4.07754 -0.06911
17 Cinchona ledgeriana 1 Not extinct Least concern (LC) Not extinct Eksotik 0.01695 -4.07754 -0.06911
18 Hibiscus macrophyllus 1 Not extinct Not extinct Not extinct Eksotik 0.01695 -4.07754 -0.06911
19 Paku-pakuan 1 Tidak dilindungi Not extinct Not extinct - 0.01695 -4.07754 -0.06911
20 Debregasia longifolia 1 Tidak dilindungi Not extinct Not extinct Native 0.01695 -4.07754 -0.06911
21 Caliandra zapoteca 1 Tidak dilindungi - - - 0.01695 -4.07754 -0.06911
22 Spathodea campanulata 1 Not extinct Not extinct Not extinct Native 0.01695 -4.07754 -0.06911
Jumlah 59 0.38983 -60.96393 -1.40734
Indeks Diversitas 1.40734
Tabel 2. Data Identifikasi Fauna (Burung) Taman Nasional Gunung Merapi
Status Konservasi Keanekaragaman Hayati
No Jenis Nama Ilmiah Famili Jumlah Focal Species
UU IUCN CITES ni/n ln ni/n H'
1 Alap-Alap Kawah Falco peregrinus Falconidae 1 Dilindungi Least Concern (LC) Appendix I umbrella species 0.000368596 -7.905810313 -0.002914047
2 Alap-alap Sapi Falco moluccensis Falconidae 5 Dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix umbrella species 0.001842978 -6.2963724 -0.011604077
3 Anis Gunung Turdus poliocephalus Turdidae 3 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.001105787 -6.807198024 -0.007527311
4 Anis Merah Zoothera citrina Turdidae 2 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.000737191 -7.212663132 -0.005317113
5 Ayamhutan Hijau Gallus varius Phasianidae 23 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.0084777 -4.770316097 -0.040441309
6 Ayamhutan Merah Gallus gallus Phasianidae 7 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Appendix II - 0.00258017 -5.959900164 -0.015377553
7 Bentet Kelabu Lanius schach Laniidae 56 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Appendix I - 0.020641356 -3.880458622 -0.08009793
8 Berencet Kerdil Pnoepyga pusilla Timaliidae 35 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.012900848 -4.350462251 -0.056124651
9 Betet Biasa Psittacula alexandri Psittacidae 78 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Appendix II - 0.028750461 -3.549101486 -0.102038303
10 Bondol Jawa Lonchura leucogastroides Estrildidae 85 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Appendix II - 0.03133063 -3.463159056 -0.108502956
11 Bondol Peking Lonchura punctulata Estrildidae 88 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.032436417 -3.428473498 -0.111207397
12 Brinji Gunung Ixos virescens Pycnonotidae 2 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.000737191 -7.212663132 -0.005317113
13 Bubut Alang-Alang Centropus bengalensis Cuculidae 2 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.000737191 -7.212663132 -0.005317113
14 Burungmadu Gunung Aethopyga eximia Nectariniidae 34 Dilindungi Least Concern (LC) - - 0.012532252 -4.379449788 -0.054884369
15 Burungmadu Kelapa Anthreptes malacensis Nectariniidae 1 Dilindungi Least Concern (LC) - - 0.000368596 -7.905810313 -0.002914047
16 Burungmadu Sriganti Cinnyris jugularis Nectariniidae 29 Dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.010689274 -4.538514483 -0.048513424
17 Cabe Gunung Dicaeum sanguinolentum Dicaeidae 5 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.001842978 -6.2963724 -0.011604077
18 Cabe Jawa Dicaeum trochileum Dicaeidae 1 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.000368596 -7.905810313 -0.002914047
19 Caladi Ulam Dendrocopos macei Picidae 14 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.005160339 -5.266752983 -0.027178231
20 Cekakak Jawa Halcyon cyanoventris Alcedinidae 16 Dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix Endemik 0.00589753 -5.13322159 -0.03027333
21 Cekakak Sungai Halcyon chloris Alcedinidae 4 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix Native species 0.001474383 -6.519515952 -0.009612261
22 Ceret Gunung Cettia vulcania Sylviidae 34 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.012532252 -4.379449788 -0.054884369
23 Cicadaun Sayap-Biru Chloropsis cochinchinensis Chloropseidae 3 Dilindungi Endangered (EN) Non Appendix - 0.001105787 -6.807198024 -0.007527311
24 Cicakopi Melayu Pomatorhinus montanus Timaliidae 38 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.014006635 -4.268224153 -0.059783457
25 Cicakoreng Jawa Megalurus palustris Sylviidae 104 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix Native species 0.038333948 -3.261419414 -0.125023081
26 Cikrak Bambu Abroscopus superciliaris Sylviidae 2 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.000737191 -7.212663132 -0.005317113
27 Cikrak Daun Phylloscopus trivirgatus Sylviidae 69 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.0254331 -3.671703808 -0.09338281
28 Cikrak Muda Seicercus grammiceps Sylviidae 1 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.000368596 -7.905810313 -0.002914047
29 Cinenen Gunung Orthotomus cuculatus Sylviidae 1 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.000368596 -7.905810313 -0.002914047
30 Cinenen Kelabu Orthotomus ruficeps Sylviidae 9 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.003317361 -5.708585735 -0.018937439
31 Cinenen Pisang Orthotomus sutorius Sylviidae 29 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.010689274 -4.538514483 -0.048513424
32 Cinenen x Orthotomus sp. Sylviidae 14 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.005160339 -5.266752983 -0.027178231
33 Cingcoang Coklat Brachypteryx leucophrys Turdidae 1 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.000368596 -7.905810313 -0.002914047
34 Cipoh Kacat Aegithina tiphia Aegithinidae 5 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.001842978 -6.2963724 -0.011604077
35 Ciungbatu Kecil Sunda Myophonus glaucinus Turdidae 9 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.003317361 -5.708585735 -0.018937439
36 Cucak Gunung Pycnonotus bimaculatus Pycnonotidae 18 Tidak dilindungi Near Threatened (NT) Non Appendix - 0.006634722 -5.015438555 -0.033276039
37 Cucak Kutilang Pycnonotus aurigaster Pycnonotidae 188 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.069295982 -2.66936835 -0.184976502
38 Dederuk Jawa Streptopelia bitorquata Columbidae 3 Dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.001105787 -6.807198024 -0.007527311
39 Elang Alap Accipiter sp. Accipitridae 2 Dilindungi Least Concern (LC) Appendix II umbrella species 0.000737191 -7.212663132 -0.005317113
40 Elang Hitam Ictinaetus malayensis Accipitridae 15 Dilindungi Least Concern (LC) Appendix II umbrella species 0.005528935 -5.197760112 -0.028738077
41 Elang Jawa Spizaetus bartelsi Accipitridae 3 Dilindungi Endangered (EN) Appendix I Flagship species, umbrella species, Endemik 0.001105787 -6.807198024 -0.007527311
42 Elangular Bido Spilornis cheela Accipitridae 5 Dilindungi Least Concern (LC) Appendix II umbrella species 0.001842978 -6.2963724 -0.011604077
43 Empuloh Janggut Criniger bres Pycnonotidae 2 Tidak dilindungi Near Threatened (NT) Non Appendix - 0.000737191 -7.212663132 -0.005317113
44 Gagak Kampung Corvus macrorhynchos Corvidae 9 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.003317361 -5.708585735 -0.018937439
45 Gagak Rumah Corvus splendens Corvidae 4 Dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.001474383 -6.519515952 -0.009612261
46 Gelatikbatu Kelabu Parus major Paridae 21 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.007740509 -4.861287875 -0.037628841
47 Gemak Loreng Turnix suscitator Turnicidae 1 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.000368596 -7.905810313 -0.002914047
48 Jingjing Batu Hemipus hirundinaceus Campephagidae 2 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.000737191 -7.212663132 -0.005317113
49 Kacamata Biasa Zosterops palpebrosus Zosteropidae 302 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.111315886 -2.195383295 -0.244381038
50 Kacamata Gunung Zosterops montanus Zosteropidae 93 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.034279396 -3.37321082 -0.115631628
51 Kangkok Ranting Cuculus saturatus Cuculidae 22 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.008109104 -4.814767859 -0.039043455
52 Kapinis Laut Apus pacificus Apodidae 10 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.003685957 -5.60322522 -0.020653244
53 Kapinis Rumah Apus nipalensis Apodidae 17 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.006266126 -5.072596969 -0.031785532
54 Kekep Babi Artamus leucorynchus Artamidae 4 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.001474383 -6.519515952 -0.009612261
55 Kepudang Kuduk Hitam Oriolus chinensis Oriolidae 21 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix Flag species di Jawa Tengah 0.007740509 -4.861287875 -0.037628841
56 Kepudangsungu Gunung Coracina larvata Campephagidae 4 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.001474383 -6.519515952 -0.009612261
57 Kepudangsungu Jawa Coracina javensis Campephagidae 4 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.001474383 -6.519515952 -0.009612261
58 Kerak kerbau Acridotheres javanicus Sturnidae 8 Tidak dilindungi Vulnerable (VU) Non Appendix - 0.002948765 -5.826368771 -0.017180594
59 Kipasan Ekor-Merah Rhipidura phoenicura Rhipiduridae 16 Dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.00589753 -5.13322159 -0.03027333
60 Layanglayang Batu Hirundo tahitica Hirundinidae 1 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.000368596 -7.905810313 -0.002914047
61 Layanglayang Loreng Hirundo striolata Hirundinidae 1 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.000368596 -7.905810313 -0.002914047
62 Layanglayang Rumah Delichon dasypus Hirundinidae 1 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.000368596 -7.905810313 -0.002914047
63 Meninting Besar Enicurus leschenaulti Turdidae 7 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.00258017 -5.959900164 -0.015377553
64 Meninting Kecil Enicurus velatus Turdidae 2 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.000737191 -7.212663132 -0.005317113
65 Merbah Cerukcuk Pycnonotus goiavier Pycnonotidae 12 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.004423148 -5.420903663 -0.023977458
66 Munguk Beledu Sitta frontalis Sittidae 6 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.002211574 -6.114050843 -0.013521675
67 Opior Jawa Lophozosterops javanicus Zosteropidae 12 Dilindungi Least Concern (LC) - Native species 0.004423148 -5.420903663 -0.023977458
68 Pelanduk Semak Malacocincla sepiarium Timaliidae 15 Dilindungi Least Concern (LC) - - 0.005528935 -5.197760112 -0.028738077
69 Pelanduk Topi-Hitam Pellorneum capistratum Timaliidae 2 Dilindungi Least Concern (LC) - - 0.000737191 -7.212663132 -0.005317113
70 Perenjak Coklat Prinia polychroa Sylviidae 8 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.002948765 -5.826368771 -0.017180594
71 Perenjak Padi Prinia inornata Sylviidae 16 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.00589753 -5.13322159 -0.03027333
72 Perenjak Rawa Prinia flaviventris Sylviidae 2 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix Native species 0.000737191 -7.212663132 -0.005317113
73 Sepah Gunung Pericrocotus miniatus Campephagidae 12 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.004423148 -5.420903663 -0.023977458
74 Sepah Kecil Pericrocotus cinnamomeus Campephagidae 7 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Non Appendix - 0.00258017 -5.959900164 -0.015377553
75 Serindit Jawa Loriculus pusillus Psittacidae 12 Dilindungi Near Threatened (NT) Appendix II Native species 0.004423148 -5.420903663 -0.023977458
76 Sikatan Belang Ficedula westermanni Muscicapidae 35 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.012900848 -4.350462251 -0.056124651
77 Sikatan Mugimaki Ficedula mugimaki Muscicapidae 1 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.000368596 -7.905810313 -0.002914047
78 Sikatan Ninon Eumyias indigo Muscicapidae 16 Tidak dilindungi Least Concern (LC) 0.00589753 -5.13322159 -0.03027333
79 Sikatan x NA Muscicapidae 1 Tidak dilindungi - - - 0.000368596 -7.905810313 -0.002914047
80 Sikatan y NA Muscicapidae 1 Tidak dilindungi - - - 0.000368596 -7.905810313 -0.002914047
81 Srigunting Kelabu Dicrurus leucophaeus Dicruridae 19 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.007003317 -4.961371333 -0.034746058
82 Takur Bultok Megalaima lineata Capitonidae 3 Dilindungi Least Concern (LC) - - 0.001105787 -6.807198024 -0.007527311
83 Takur Tohtor Megalaima armillaris Capitonidae 3 Dilindungi Least Concern (LC) - - 0.001105787 -6.807198024 -0.007527311
84 Takur Tulung tumpuk Megalaima javensis Capitonidae 3 Dilindungi Near Threatened (NT) - - 0.001105787 -6.807198024 -0.007527311
85 Tekukur Biasa Streptopelia chinensis Columbidae 41 Tidak dilindungi - - - 0.015112422 -4.192238246 -0.063354872
86 Tepus Pipi-Perak Stachyris melanothorax Timaliidae 16 Dilindungi Least Concern (LC) - - 0.00589753 -5.13322159 -0.03027333
87 Uncal Buau Macropygia emiliana Columbidae 1 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.000368596 -7.905810313 -0.002914047
88 Uncal Loreng Macropygia unchall Columbidae 17 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.006266126 -5.072596969 -0.031785532
89 Walet Gunung Collocalia vulcanorum Apodidae 16 Dilindungi Least Concern (LC) - Native species 0.00589753 -5.13322159 -0.03027333
90 Walet Linci Collocalia linchi Apodidae 739 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.272392186 -1.300512392 -0.354249413
91 Walet Sarang Putih Collocalia fuciphagus Apodidae 30 Tidak dilindungi - - - 0.01105787 -4.504612931 -0.049811422
92 Walik Kembang Ptilinopus melanospila Columbidae 1 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.000368596 -7.905810313 -0.002914047
93 Walik Kepala Ungu Ptilinopus porphyreus Columbidae 1 Tidak dilindungi - - Flagship species 0.000368596 -7.905810313 -0.002914047
94 Wergan Jawa Alcippe pyrrhoptera Timaliidae 14 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - Native species 0.005160339 -5.266752983 -0.027178231
95 Wiwik Kelabu Cacomantis merulinus Cuculidae 5 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - Native species 0.001842978 -6.2963724 -0.011604077
96 Wiwik Uncuing Cacomantis sepulcralis Cuculidae 50 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - Native species 0.018429783 -3.993787307 -0.073604632
JUMLAH 2713 INDEKS DIVERSITAS 3.218036427

Tabel 3. Data Identifikasi Fauna (Herpetofauna) Taman Nasional Gunung Merapi


Status Konservasi Keanekaragaman Hayati
No Jenis Nama Ilmiah Famili Jumlah Focal Species
UU IUCN CITES ni/n ln ni/n H'
1 Kadal Kebun Eutropis multifasciata Scincidae 1 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.1 -2.30259 -0.23026
2 Katak Pohon Emas Philautus aurifasciatus Rhacophoridae 8 Tidak dilindungi - Appendix II - 0.8 -0.22314 -0.17851
3 Kongkang Kolam Rana chalconota Ranidae 1 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.1 -2.30259 -0.23026
JUMLAH 10 INDEKS DIVERSITAS 0.639032
Tabel 4. Data Identifikasi Fauna (Mamalia) Taman Nasional Gunung Merapi
Status Konservasi Keanekaragaman Hayati
No Jenis Nama Ilmiah Famili Jumlah Focal Species
UU IUCN CITES ni/n ln ni/n H'
1 Anjing Rumah Canis familiaris Canidae 2 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Appendix III - 0.011905 -4.43082 -0.05275
2 Babi hutan Sus scrofa Suidae 6 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Appendix I Invasive species 0.035714 -3.3322 -0.11901
3 Bajing Kelapa Callosciurus notatus Sciuridae 13 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Appendix I - 0.077381 -2.55901 -0.19802
4 Bajing tanah Lariscus insignis Sciuridae 1 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.005952 -5.12396 -0.0305
5 Kelelawar Ladam Umum Rhinopholus pusillus Rhinolophidae 10 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.059524 -2.82138 -0.16794
6 Kijang Muntiacus muntjak Cervidae 5 Dilindungi Least Concern (LC) - - 0.029762 -3.51453 -0.1046
7 Kucing Hutan Felis bengalensis Felidae 8 Dilindungi Least Concern (LC) Appendix I - 0.047619 -3.04452 -0.14498
8 Landak Hystrix brachyura Hystricidae 2 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - - 0.011905 -4.43082 -0.05275
9 lutung budeng Trachypithecus auratus Cercopithecidae 3 Dilindungi Vulnerable (VU) Appendix II - 0.017857 -4.02535 -0.07188
10 Luwak Paradoxurus hermaproditus Viverridae 1 Dilindungi Least Concern (LC) Appendix III - 0.005952 -5.12396 -0.0305
11 Mencit Mus sp. Muridae 2 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - Invasive species 0.011905 -4.43082 -0.05275
12 Monyet Ekor Panjang Macaca fascicularis Cercopithecidae 105 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Appendix II Native 0.625 -0.47 -0.29375
13 Musang Paradoxurus sp. Viverridae 9 Tidak dilindungi Least Concern (LC) Appendix III Native 0.053571 -2.92674 -0.15679
14 Tikus Rattus sp. Muridae 1 Tidak dilindungi Least Concern (LC) - Invasive species 0.005952 -5.12396 -0.0305
JUMLAH 168 INDEKS DIVERSITAS 1.506708

Anda mungkin juga menyukai