Anda di halaman 1dari 2

REFLEKSI DIRI MODUL PRAKTIK KLINIK PSIKIATRI

Nama : Rivaldo
NPM : 1706030056
Kelompok : A

Perbedaan antara Janji Kepaniteraan FKU dan Kode Etik Australia Medical Students Association
Profesi dokter memiliki monopoli atas praktik pelayanan kesehatan. Monopoli secara berlebihan tanpa dibarengi
dengan nilai-nilai luhur dan rambu-rambu sebagai pedoman dalam menjalani sebuah profesi akan berdampak
negatif. Oleh sebab itu, dibentuklah Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) yang mengatur sebagaimana
seharusnya sebuah dokter bertindak dalam praktik sehari-hari.1 Saya sendiri belum mengemban profesi seorang
dokter, tetapi masa kepaniteraan yang saya jalani saat ini memiliki kaitan dan wewenang yang erat dengan
bagaimana seorang dokter akan bekerja kelak. Hal tersebut menimbulkan kemungkinan penyalahgunaan
wewenang atau perilaku tidak sesuai etika dari dokter muda pada masa kepaniteraan. Maka dari itu, kode etik
yang memberikan landasan para dokter muda berperilaku menjadi penting. Landasan tersebut tertuang pada janji
kepaniteraan mahasiswa FKUI.2 Janji kepaniteraan tertuang sebagai2 :
1. Akan taat kepada semua ketentuan peraturan dan tata tertib yang dianut dalam
penyelenggaraan program pendidikan ini.
2. Akan senantiasa berusaha untuk belajar dengan kemampuan tertinggi yang saya miliki
dan senantiasa menjaga kesehatan saya.
3. Akan mempelajari, berusaha menghayati, serta mulai mengamalkan Kode Etik
Kedokteran Indonesia dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan upaya
pemeliharaan kesehatan masyarakat.
4. Akan senantiasa berusaha untuk ikut memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
penderita yang dipercayakan sebagai bahan pendidikan saya.
5. Akan senantiasa menghayati penderitaan yang dialami orang sakit sehingga saya dapat
memberikan pertolongan sebagaimana mestinya.
6. Akan senantiasa merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang penderita yang
dipercaya sebagai bahan pendidikan sebagaimana yang diatur dalam peraturan
pemerintah tentang kewajiban simpan rahasia kedokteran.
7. Tidak akan melakukan atas tanggung jawab sendiri kegiatan pengobatan, pemberian
keterangan, ataupun menerima imbalan dalam hubungan dengan penderita karena
pada hakekatnya memang saya belum mempunyai wewenang dan kemampuan untuk
hal tersebut selama menjalani program pendidikan ini.
8. Akan selalu menghormati staf pengajar sebagai guru saya, kakak saya, ataupun orang
tua saya atas pengorbanan yang diberikannya demi kemajuan dan keberhasilan saya
dalam program pendidikan ini.

Janji serupa juga diterapkan oleh Australia Medical Students Association demi memberikan prinsip-prinsip yang
harus dipatuhi oleh dokter muda yang menjalani masa kepaniteraan di Australia. Prinsip-prinsip tersebut
diharapkan memotivasi mahasiswa kedokteran di Australia untuk berpikir dan bertindak secara etis dan dapat
mempertahankan hal tersebut sampai tahap profesi.3 Prinsip-prinsip tersebut tertuang sebagai3:

1. Medical students should respect the needs, values and culture of every patient they encounter during
their training.
2. Medical students should never exploit patients or their families.
3. Medical students should hold clinical information in confidence.
4. Medical students should obtain informed consent from patients before involving them in any aspect of
training.
5. Medical students should appreciate the limits of their role in the clinical setting and in the community.
6. Medical students should respect the staff who teach and assist them in their clinical training.
7. Medical students involved in clinical research should adhere to the ethical principles in the appropriate
national and international guidelines.
8. Medical students should maintain their personal integrity and wellbeing
Terdapat beberapa persamaan aspek yang dibahas baik pada sumpah kepaniteraan FKUI atau prinsip-prinsip
AMSA. Pada poin 2 kepaniteraan dan poin 8 prinsip AMSA membahas kepenitngan menjaga kesehatan diri
sendiri terlebih dahulu sebelum berusaha meningkatkan taraf kesehatan orang lain. Poin enam kepaniteraan dan
poin ke 3 prinsip AMSA sama-sama membahas mengenai pentingnya menjaga kerahasiaan pasien. Poin ke -7
kepaniteraan FKUI dan poin ke – 5 prinsip AMSA membahas mengenai pentingnya mengetahui batas-batas
wewenang yang dimiliki selama menjadi mahasiswa kedokteran tahap profesi. Poin nomor 5 sumpah FKUI dan
poin 1 prinsip AMSA sama-sama membahas mengenai empati, walaupun pada naskah AMSA tidak tertulis
secara eksplisit kata-kata empati. Terakhir, poin 8 sumpah kepaniteraan FKUI dan poin 6 prinsip AMS memiliki
kesamaan dalam aspek bahwa kita sebagai seorang mashasiswa harus senantiasa menjunjung tinggi guru, kakak
kelas, dan keluarga yang senantiasa membantu perjalanan kita sebagai seorang dokter.2,3
Perbedaan naskah janji kepaniteraan FKUI mencakup poin 1 dan 3 yang membahas mengenai seharusnya kita
menjadi mahasiswa yang taat terhadap peraturan dan kode etik serta poin ke – 4 yang mana mengamanatkan kita
untuk menjadi dokter yang meningkatkan derajat pasien. Perbedaan prinsip-prinsip dalam kode etik AMSA
mencakup poin 2 yang melarang keras eksploitasi pasien, poin 4 yang mementingkan konsen, dan poin ke – 7
yang mana mengharuskan mahasiswa berperan dalam penelitian dan mengikuti guideline internasional.
Meskipun terdapat perbedaan antara janji kepaniteraan FKUI dan naskah kode etik AMSA, intisari kode etik
yang diusung tetap sama dan tidak berubah. Kode etik yang disusun ini diharapkan agar kelak tercipta dokter
yang tidak hanya berprofesi, tetapi juga profesional.4

Referensi :
1. Putri RA, Herman RB, Yulistini Y. Gambaran penerapan kode etik kedokteran indonesia pada dokter
umum di puskesmas di Kota Padang. J Kesehat Andalas [Internet]. 2015 May 1 [cited 2021 Dec 26];4(2).
Available from: http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/274
2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku pedoman klinik mahasiswa FKUI. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.
3. Australia Medical Students Association. Australia Medical Students Association : code of ethics.
Australia Medical Students Association; 2003.
4. Trimble M. The Profession of Medicine and its Rivals. Ulster Med J. 2016 May;85(2):76–9.

Anda mungkin juga menyukai