Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ni Made Yunitasari

NIM : 201023006
Kelas : B3A Farmasi Klinis Lintas Jalur
Dosen Pengampu : apt. I Gusti Ayu Septiari, S.Farm., M.S
TUGAS FARMAKOKINETIKA KLINIK
Soal 1

Farmakokinetika Parameter Farmakokinetika Rumus Relevansi Klinik


Tetapan laju absorbsi menggambarkan
kecepatan absorbsi, yaitu masuknya obat ke
Ka (tetapan laju absorpsi) Ka = 2,303 x (-slope) dalam sirkulasi sistemik dari absorbsinya
(saluran cerna pada pemberian oral, jaringan otot
pada pemberian intramuskular)
Tmax adalah waktu konsentrasi plasma puncak
yang dapat disamakan dengan waktu yang
diperlukan untuk mencapai konsentrasi obat
tmax (waktu obat mencapai 𝐿𝑛 (𝐾𝑎 − 𝐾)
Absorpsi 𝑡𝑚𝑎𝑥 = maksimum setelah pemberian obat. Nilai tmax
konsentrasi puncak) 𝐾𝑎 − 𝐾
menjadi lebih kecil berarti sedikit waktu
diperlukan untuk mencapai konsentrasi plasma
puncak dan laju absorpsi menjadi lebih besar.
Konsentrasi plasma puncak yang menunjukkan
konsentrasi obat maksimum dalam plasma
Cpmax (konsentrasi obat 𝐹. 𝐷𝑒𝑣
𝐶𝑝𝑚𝑎𝑥 = 𝑥 𝑒 −𝑘.𝑇𝑚𝑎𝑥 setelah pemberian obat. Cpmax memberikan
mencapai maksimum) 𝑉𝑑
petunjuk bahwa obat cukup diabsorpsi secara
sistematik untuk memberikan respon terapetik.
Nilai AUC menggambarkan jumlah obat aktif
yang mencapai sirkulasi sistemik. Penurunan
𝐹 𝑋 𝐷𝑜
AUC (luas area dibawah kurva) 𝐴𝑈𝐶 = nilai AUC dapat berdampak pada efektivitas
𝐾𝑒 𝑥 𝑉𝑑
obat, sehingga perlu dilakukan pemantauan
efektivitas dari terapi yang diberikan.
Fraksi dosis terabsorpsi / ketersediaan hayati
adalah pecahan dari dosis obat diberikan yang
dapat mencapai peredaran sistemis. Ketika obat
diberikan secara intravena, ketersediaan
hayatinya adalah 100%. Namun, ketika obat
F (fraksi dosis terabsorpsi atau 𝐴𝑈𝐶 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛
𝐹= diberikan melalui rute pemberian lain (misalnya
ketersediaan hayati) 𝐴𝑈𝐶 𝐼𝑉
peroral), pada umumnya ketersediaan hayatinya
akan menurun (karena obat tersebut tidak diserap
sepenuhnya dan metabolisme lintas pertama)
atau dapat bervariasi antara satu pasien dengan
pasien lainnya.
Waktu yang diperlukan untuk obat terabsorpsi
setengahnya. Waktu paruh merupakan bilangan
1 0,693
t ½ (waktu paruh) 𝑡 = konstan, tidak tergantung dari besarnya dosis,
2 𝐾𝑒
interval pemberian, kadar plasma maupun cara
pemberian.
Volume distribusi adalah volume dimana obat
tersebut terlarut didalam tubuh. Volume
distribusi mengaitkan hubungan antara jumlah
𝐹 𝑥 𝐷𝑜
Distribusi Vd (volume distribusi) 𝑉𝑑 = obat dalam plasma dengan konsentrasi obat
𝐾𝑒 𝑥 𝐴𝑈𝐶
dalam plasma. Apabila volume distribusi besar
maka konsentrasi obat dalam plasma menjadi
kecil, sebalikanya apabila volume distribusi kecil
maka konsentrasi obat dalam plasma menjadi
besar.
Suatu ukuran penghilangan obat dari plasma atau
volume darah yang mengandung obat yang
terbersihkan dari obat setiap satuan waktu yang
dinyatakan dengan volume per waktu.
𝑉𝑑 𝑥 𝑜, 693 Nilai klirens dapat dipengaruhi oleh fungsi
Metabolisme Cl (Klirens) 𝐶𝑙 =
1 organ dalam mengeliminasi obat dan kecepatan
𝑡2
alir darah menuju organ eliminasi obat. Semakin
besar klirens, maka nilai K juga makin besar,
sehingga eliminasi obat dari dalam tubuh
semakin cepat.
Suatu ukuran yang berguna untuk
menggambarkan eliminasi obat dari dalam
tubuh. Laju eliminasi dipengaruhi oleh klirens
𝐶𝑙
K (tetapan laju eliminasi) 𝐾= dan volume distribusi. Semakin besar nilai K
𝑉𝑑
maka semakin singkat waktu paruh eliminasi,
semakin kecil nilai K maka semakin lama waktu
paruh eliminasi.
Eliminasi
Waktu paruh eliminasi menunjukkan lamanya
waktu yang diperlukan oleh sejumlah obat atau
konsentrasi obat untuk dapat tereliminasi
t ½ eliminasi (waktu paruh 1 𝑉𝑑 𝑥 𝑜, 693
𝑡 = menjadi setengahnya (berkurang menjadi
eliminasi) 2 𝐶𝑙
setengahnya). Nilai waktu paruh eliminasi sangat
tergantung kepada laju eliminasi obat, klirens
total dan volume distribusi.
Soal 2
No Istilah Pengertian
1. Absorption Perpindahan obat dari tempat pemberian (permukaan tubuh, saluran cerna, jaringan), bersamaan
makanan atau obat langsung menuju sirkulasi aliran darah dan limfe atau Proses masuknya obat ke
dalam tubuh organisme melalui darah dan menimbulkan efek secara efektif. Absorpsi ditentukan oleh
portal entri, daya larut, sifat fisika kimia zat, konsentrasi, luas area kontak dan kondisi sirkulasi pada
organisme.
2. Distribution Penyebaran obat dari sirkulasi sistemik ke seluruh tubuh (otak, hati, paru, jantung, ginjal, usus, dll)
mengikuti sistem peredaran darah. Distribusi ini sangat ditentukan oleh afinitas obat terhadap organ
dan spesifisitas. Distribusi ini terlaksana dengan cepat apabila obat dapat memasuki peredaran darah.
3. Metabolism Transformasi struktur zat /obat akibat proses seluler dengan jalan oksidasi, hidrolisis dan konjugasi/
hepar. Metabolisme sering terjadi pada hati, kulit, ginjal, dan paru-paru dan untuk sebagian kecil di
jaringan atau organ lain. Pada umumnya metabolisme itu melakukan transformasi proses tubuh
merubah komposisi obat agar obat menjadi lebih polar sehingga lebih mudah diekskresikan lewat
ginjal ataupun empedu.
4. Elimination Proses pengeluaran zat (metabolit) yang tidak terpakai oleh tubuh ataupun racun yang memasuki tubuh.
Baik/tidaknya ekskresi tergantung pada atau dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni baik tidaknya
fungsi berbagai organ ekskresi, yakni, paru-paru, ginjal, usus besar, kelenjar keringat, kelenjar ludah,
kelenjar air mata, kelenjar air susu, dll
5. Steady state Suatu kondisi di mana kadar obat dalam tubuh telah mencapai kondisi plateu atau tunak, kondisi ini
terjadi di mana waktu obat untuk masuk ke dalam tubuh sama dengan waktu obat saat meninggalkan
tubuh atau sama dengan waktu eliminasi obat, sehingga nilai Cmaks tak hingga – Cmin tak hingga
adalah konstan dan tetap tidak berubah dari dosis ke dosis
6. Linear or first-order Parameter farmakokinetik tidak berubah dengan peningkatan dosis atau pada pemberian berulang.
pharmacokinetics
7. Nonlinear pharmacokinetics Karakteristik obat yang menjelaskan bahwa penyerapan dan bioavailabilitas dapat menyebabkan
peningkatan konsentrasi obat yang relatif tinggi atau rendah secara tidak proporsional terhadap
perubahan dosis. Sifat obat ini hanya berubah dengan perubahan dosis obat.
8. Saturable or Michaelis-Menten Menggambarkan reaksi enzimatik di mana laju reaksi maksimum tercapai ketika konsentrasi obat
pharmacokinetics
mencapai 100% saturasi enzim.
9. Autoinduction Fenomena ketika suatu obat menginduksi enzim yang bertanggungjawab untuk metabolismenya
sendiri.
10. Therapeutic range Kisaran konsentrasi plasma yang terkait dengan optimum respon dan toksisitas minimal pada
kebanyakan pasien. Tujuan terapi adalah untuk mempertahankan konsentrasi obat dalam rentang
terapeutik sepanjang waktu. Ini berkaitan dengan tolak ukur kuantitatif yang terkait dengan tingkat
dosis yang tepat dari obat dalam serum atau plasma aliran darah dan reaksi berbeda yang dapat terjadi
antara toksisitas (overdosis) dan pengobatan yang tidak efektif (under-dosis) pasien.
11. Zero-order pharmacokinetics Proses eliminasi jumlah obat per satuan waktu tetap tetapi kecepatannya tidak bergantung pada
konsentrasi obat atau dengan kata lain suatu proses yang menggambarkan bagaimana tubuh
menggunakan dan memecah beberapa obat. Kecepatan tubuh mengeliminasi sebagian besar obat
sebanding dengan konsentrasi yang diberikan, dikenal sebagai kinetika orde pertama, obat yang
bekerja dengan kinetika orde nol bekerja pada kecepatan konstan yang dapat diprediksi.
12. Bioavailability Jumlah relatif (persentase) dari obat yang masuk ke sirkulasi sistemik sesudah pemberian obat dalam
sediaan tertentu, serta kecepatan peningkatan kadar obat dalam sirkulasi sistemik. Penentuan
bioavailabilitas suatu produk sangat penting untuk mengetahui jumlah serta kecepatan suatu obat
diabsorpsi. Hal ini akan menggambarkan besarnya availabilitas sistemik dari suatu bentuk sediaan
obat.
13. Bioequivalent Bioekivalensi adalah istilah dalam farmakokinetik yang digunakan untuk menilai ekivalensi biologis
in vivo yang diharapkan dari dua sediaan obat. Dua produk farmasi dikatakan bioekuivalen jika
keduanya ekivalen secara farmasi dan bioavailabilitasnya (laju dan tingkat ketersediaan) setelah
pemberian dalam dosis molar yang serupa sedemikian rupa sehingga efeknya, kemanjuran dan
keamanan yang diharapkan sama.
14. Clearance total eliminasi suatu kadar obat, dimana pada bersihan ini konsentrasi suatu obat menjadi habis atau
tidak ada di dalam tubuh. Untuk mendapatkan nilai bersihan (clearance), hal pertama yang dilakukan
adalah menentukan konstanta laju eliminasi, kemudian mengganti nilai konstanta pada persamaan yang
telah ditentukan.
15. Volume of distribution Volume yang diperlukan untuk memuat jumlah obat secara homogen pada konsentrasi yang ditemukan
di dalam darah atau plasma. Volume distribusi berguna untuk membandingkan distribusi dari suatu
obat dengan volume-volume kompartemen cairan di dalam tubuh. Parameter farmakokinetika Vd ini
mengaitkan hubungan antara jumlah obat dalam plasma dengan konsentrasi obat dalam plasma
16. Half-life Waktu yang diperlukan untuk turunnya kadar obat dalam plasma pada fase eliminasi menjadi
separuhnya. Waktu paruh merupakan bilangan konstan, tidak tergantung dari besarnya dosis, interval
pemberian, kadar plasma maupun cara pemberian.
17. Elimination rate constant Konstanta laju eliminasi (K atau Kₑ) adalah nilai yang digunakan dalam farmakokinetik untuk
menggambarkan laju di mana obat dikeluarkan dari sistem manusia. Ini setara dengan fraksi zat yang
dihilangkan per satuan waktu yang diukur pada saat tertentu. Laju eliminasi dipengaruhi oleh klirens
dan volume distribusi

Anda mungkin juga menyukai