Tetapan laju absorbsi menggambarkan kecepatan absorbsi, yaitu masuknya obat ke Ka (tetapan laju absorpsi) Ka = 2,303 x (-slope) dalam sirkulasi sistemik dari absorbsinya (saluran cerna pada pemberian oral, jaringan otot pada pemberian intramuskular) Tmax adalah waktu konsentrasi plasma puncak yang dapat disamakan dengan waktu yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi obat tmax (waktu obat mencapai 𝐿𝑛 (𝐾𝑎 − 𝐾) Absorpsi 𝑡𝑚𝑎𝑥 = maksimum setelah pemberian obat. Nilai tmax konsentrasi puncak) 𝐾𝑎 − 𝐾 menjadi lebih kecil berarti sedikit waktu diperlukan untuk mencapai konsentrasi plasma puncak dan laju absorpsi menjadi lebih besar. Konsentrasi plasma puncak yang menunjukkan konsentrasi obat maksimum dalam plasma Cpmax (konsentrasi obat 𝐹. 𝐷𝑒𝑣 𝐶𝑝𝑚𝑎𝑥 = 𝑥 𝑒 −𝑘.𝑇𝑚𝑎𝑥 setelah pemberian obat. Cpmax memberikan mencapai maksimum) 𝑉𝑑 petunjuk bahwa obat cukup diabsorpsi secara sistematik untuk memberikan respon terapetik. Nilai AUC menggambarkan jumlah obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik. Penurunan 𝐹 𝑋 𝐷𝑜 AUC (luas area dibawah kurva) 𝐴𝑈𝐶 = nilai AUC dapat berdampak pada efektivitas 𝐾𝑒 𝑥 𝑉𝑑 obat, sehingga perlu dilakukan pemantauan efektivitas dari terapi yang diberikan. Fraksi dosis terabsorpsi / ketersediaan hayati adalah pecahan dari dosis obat diberikan yang dapat mencapai peredaran sistemis. Ketika obat diberikan secara intravena, ketersediaan hayatinya adalah 100%. Namun, ketika obat F (fraksi dosis terabsorpsi atau 𝐴𝑈𝐶 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝐹= diberikan melalui rute pemberian lain (misalnya ketersediaan hayati) 𝐴𝑈𝐶 𝐼𝑉 peroral), pada umumnya ketersediaan hayatinya akan menurun (karena obat tersebut tidak diserap sepenuhnya dan metabolisme lintas pertama) atau dapat bervariasi antara satu pasien dengan pasien lainnya. Waktu yang diperlukan untuk obat terabsorpsi setengahnya. Waktu paruh merupakan bilangan 1 0,693 t ½ (waktu paruh) 𝑡 = konstan, tidak tergantung dari besarnya dosis, 2 𝐾𝑒 interval pemberian, kadar plasma maupun cara pemberian. Volume distribusi adalah volume dimana obat tersebut terlarut didalam tubuh. Volume distribusi mengaitkan hubungan antara jumlah 𝐹 𝑥 𝐷𝑜 Distribusi Vd (volume distribusi) 𝑉𝑑 = obat dalam plasma dengan konsentrasi obat 𝐾𝑒 𝑥 𝐴𝑈𝐶 dalam plasma. Apabila volume distribusi besar maka konsentrasi obat dalam plasma menjadi kecil, sebalikanya apabila volume distribusi kecil maka konsentrasi obat dalam plasma menjadi besar. Suatu ukuran penghilangan obat dari plasma atau volume darah yang mengandung obat yang terbersihkan dari obat setiap satuan waktu yang dinyatakan dengan volume per waktu. 𝑉𝑑 𝑥 𝑜, 693 Nilai klirens dapat dipengaruhi oleh fungsi Metabolisme Cl (Klirens) 𝐶𝑙 = 1 organ dalam mengeliminasi obat dan kecepatan 𝑡2 alir darah menuju organ eliminasi obat. Semakin besar klirens, maka nilai K juga makin besar, sehingga eliminasi obat dari dalam tubuh semakin cepat. Suatu ukuran yang berguna untuk menggambarkan eliminasi obat dari dalam tubuh. Laju eliminasi dipengaruhi oleh klirens 𝐶𝑙 K (tetapan laju eliminasi) 𝐾= dan volume distribusi. Semakin besar nilai K 𝑉𝑑 maka semakin singkat waktu paruh eliminasi, semakin kecil nilai K maka semakin lama waktu paruh eliminasi. Eliminasi Waktu paruh eliminasi menunjukkan lamanya waktu yang diperlukan oleh sejumlah obat atau konsentrasi obat untuk dapat tereliminasi t ½ eliminasi (waktu paruh 1 𝑉𝑑 𝑥 𝑜, 693 𝑡 = menjadi setengahnya (berkurang menjadi eliminasi) 2 𝐶𝑙 setengahnya). Nilai waktu paruh eliminasi sangat tergantung kepada laju eliminasi obat, klirens total dan volume distribusi. Soal 2 No Istilah Pengertian 1. Absorption Perpindahan obat dari tempat pemberian (permukaan tubuh, saluran cerna, jaringan), bersamaan makanan atau obat langsung menuju sirkulasi aliran darah dan limfe atau Proses masuknya obat ke dalam tubuh organisme melalui darah dan menimbulkan efek secara efektif. Absorpsi ditentukan oleh portal entri, daya larut, sifat fisika kimia zat, konsentrasi, luas area kontak dan kondisi sirkulasi pada organisme. 2. Distribution Penyebaran obat dari sirkulasi sistemik ke seluruh tubuh (otak, hati, paru, jantung, ginjal, usus, dll) mengikuti sistem peredaran darah. Distribusi ini sangat ditentukan oleh afinitas obat terhadap organ dan spesifisitas. Distribusi ini terlaksana dengan cepat apabila obat dapat memasuki peredaran darah. 3. Metabolism Transformasi struktur zat /obat akibat proses seluler dengan jalan oksidasi, hidrolisis dan konjugasi/ hepar. Metabolisme sering terjadi pada hati, kulit, ginjal, dan paru-paru dan untuk sebagian kecil di jaringan atau organ lain. Pada umumnya metabolisme itu melakukan transformasi proses tubuh merubah komposisi obat agar obat menjadi lebih polar sehingga lebih mudah diekskresikan lewat ginjal ataupun empedu. 4. Elimination Proses pengeluaran zat (metabolit) yang tidak terpakai oleh tubuh ataupun racun yang memasuki tubuh. Baik/tidaknya ekskresi tergantung pada atau dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni baik tidaknya fungsi berbagai organ ekskresi, yakni, paru-paru, ginjal, usus besar, kelenjar keringat, kelenjar ludah, kelenjar air mata, kelenjar air susu, dll 5. Steady state Suatu kondisi di mana kadar obat dalam tubuh telah mencapai kondisi plateu atau tunak, kondisi ini terjadi di mana waktu obat untuk masuk ke dalam tubuh sama dengan waktu obat saat meninggalkan tubuh atau sama dengan waktu eliminasi obat, sehingga nilai Cmaks tak hingga – Cmin tak hingga adalah konstan dan tetap tidak berubah dari dosis ke dosis 6. Linear or first-order Parameter farmakokinetik tidak berubah dengan peningkatan dosis atau pada pemberian berulang. pharmacokinetics 7. Nonlinear pharmacokinetics Karakteristik obat yang menjelaskan bahwa penyerapan dan bioavailabilitas dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi obat yang relatif tinggi atau rendah secara tidak proporsional terhadap perubahan dosis. Sifat obat ini hanya berubah dengan perubahan dosis obat. 8. Saturable or Michaelis-Menten Menggambarkan reaksi enzimatik di mana laju reaksi maksimum tercapai ketika konsentrasi obat pharmacokinetics mencapai 100% saturasi enzim. 9. Autoinduction Fenomena ketika suatu obat menginduksi enzim yang bertanggungjawab untuk metabolismenya sendiri. 10. Therapeutic range Kisaran konsentrasi plasma yang terkait dengan optimum respon dan toksisitas minimal pada kebanyakan pasien. Tujuan terapi adalah untuk mempertahankan konsentrasi obat dalam rentang terapeutik sepanjang waktu. Ini berkaitan dengan tolak ukur kuantitatif yang terkait dengan tingkat dosis yang tepat dari obat dalam serum atau plasma aliran darah dan reaksi berbeda yang dapat terjadi antara toksisitas (overdosis) dan pengobatan yang tidak efektif (under-dosis) pasien. 11. Zero-order pharmacokinetics Proses eliminasi jumlah obat per satuan waktu tetap tetapi kecepatannya tidak bergantung pada konsentrasi obat atau dengan kata lain suatu proses yang menggambarkan bagaimana tubuh menggunakan dan memecah beberapa obat. Kecepatan tubuh mengeliminasi sebagian besar obat sebanding dengan konsentrasi yang diberikan, dikenal sebagai kinetika orde pertama, obat yang bekerja dengan kinetika orde nol bekerja pada kecepatan konstan yang dapat diprediksi. 12. Bioavailability Jumlah relatif (persentase) dari obat yang masuk ke sirkulasi sistemik sesudah pemberian obat dalam sediaan tertentu, serta kecepatan peningkatan kadar obat dalam sirkulasi sistemik. Penentuan bioavailabilitas suatu produk sangat penting untuk mengetahui jumlah serta kecepatan suatu obat diabsorpsi. Hal ini akan menggambarkan besarnya availabilitas sistemik dari suatu bentuk sediaan obat. 13. Bioequivalent Bioekivalensi adalah istilah dalam farmakokinetik yang digunakan untuk menilai ekivalensi biologis in vivo yang diharapkan dari dua sediaan obat. Dua produk farmasi dikatakan bioekuivalen jika keduanya ekivalen secara farmasi dan bioavailabilitasnya (laju dan tingkat ketersediaan) setelah pemberian dalam dosis molar yang serupa sedemikian rupa sehingga efeknya, kemanjuran dan keamanan yang diharapkan sama. 14. Clearance total eliminasi suatu kadar obat, dimana pada bersihan ini konsentrasi suatu obat menjadi habis atau tidak ada di dalam tubuh. Untuk mendapatkan nilai bersihan (clearance), hal pertama yang dilakukan adalah menentukan konstanta laju eliminasi, kemudian mengganti nilai konstanta pada persamaan yang telah ditentukan. 15. Volume of distribution Volume yang diperlukan untuk memuat jumlah obat secara homogen pada konsentrasi yang ditemukan di dalam darah atau plasma. Volume distribusi berguna untuk membandingkan distribusi dari suatu obat dengan volume-volume kompartemen cairan di dalam tubuh. Parameter farmakokinetika Vd ini mengaitkan hubungan antara jumlah obat dalam plasma dengan konsentrasi obat dalam plasma 16. Half-life Waktu yang diperlukan untuk turunnya kadar obat dalam plasma pada fase eliminasi menjadi separuhnya. Waktu paruh merupakan bilangan konstan, tidak tergantung dari besarnya dosis, interval pemberian, kadar plasma maupun cara pemberian. 17. Elimination rate constant Konstanta laju eliminasi (K atau Kₑ) adalah nilai yang digunakan dalam farmakokinetik untuk menggambarkan laju di mana obat dikeluarkan dari sistem manusia. Ini setara dengan fraksi zat yang dihilangkan per satuan waktu yang diukur pada saat tertentu. Laju eliminasi dipengaruhi oleh klirens dan volume distribusi